STRATEGI MARKETING POLITIK KADER PEREMPUAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA PADA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014 DI KABUPATEN CIAMIS Yoghi Kurniawan Prathama1 Jurusan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi no.24 Tasikmalaya 46115 Telp. (0265) 323537 e-mail:
[email protected]
ABSTRAKS Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam bagaimana strategi marketing politik kader perempuan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pada Pemilu Legislatif Tahun 2014 di Kabupaten Ciamis. Fokus kajian menekankan pada strategi marketing politik Ibu Ipah Hudaifah dan ibu Rini Kustantri dalam pemenangannya serta faktor pendukung dan penghambat strategi marketing politik yang dijalankan dalam pemenangannya di Pemilu Legislatif Tahun 2014. Metode penelitian yang digunakan adalah Kualitatif dengan pendekatan studi kasus,informan dipilih dengan menentukan informan kunci yang memahami konteks permasalahan yang sedang diteliti, pengumpulan data menggunakan dokumentasi dan wawancara mendalam dan analisis data menggunakan teknik analisis Interaktif. Hasil penelitian menunjukan bahwa strategi marketing politik yang digunakan kader perempuan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam pemenangannya di Pemilu Legislatif Tahun 2014 yakni menggunakan strategi Push Marketing dan Strategi Pass Marketing. Strategi Push marketing dilakukan dengan melakukan sentuhan langsung dengan masyarakat atau pemilih melalui beragam kegiatan seperti pengajian majelis taklim, bakti sosial, peringatan hari besar keagamaan, pawai, dan ikrar janji caleg. Sementara strategi pass marketing yang dilakukan yakni dengan menentukan influencer yang tepat dalam penggalangan suara, dalam hal ini ketokohan influencer berpengaruh besar untuk meyakinkan pemilih. Beberapa influencer yang terlibat adalah tokoh-tokoh ternama seperti pimpinan Ponpes Miftahul Huda 2, Ketua FPI Kabupaten Ciamis, Anggota DPR RI KH. Surahman Hidayat, dan Jaringan Alumni Ponpes Miftahul Huda 2, serta peranan tim sukses inti caleg. Kemudian dalam strategi marketing politik yang dijalankan, kader perempuan Partai Keadilan Sejahtera juga menggunakan pendekatan 4p yakni Product, Promotion, Price, dan Place. Faktor pendukung keberhasilan strategi marketing politik yang dijalankan ialah panjangnya waktu sosialisasi, peranan tim sukses inti yang bekerja secara massif, serta ketokohan influencer yang digunakan. Faktor penghambat secara internal yakni gesekan antar caleg dalam satu partai terutama dalam penentuan lokus sosialisasi, dan faktor biaya politik yang cukup besar. Sementara faktor penghambat dari eksternal yakni stereotipe negatif masyarakat terhadap partai tentang catatan hitam masa lampau dengan kasus korupsi impor daging sapi dan isu-isu negatif yang berasal dari kontestan dari partai lain. Kata Kunci: marketing politik, partai politik, pemilu, pks, perempuan
ABSTRACT This study aims to determine the depth of how political marketing strategy promotes women cadre of Partai Keadilan Sejahtera (PKS) in the Legislative Elections 2014. The focus of this study emphasize the political marketing strategy of Mrs. Ipah Hudaifah and Mrs. Rini Kustantri in her winnings well as enabling and inhibiting factors of political marketing strategies that run in legislative elections 2014. The method used is qualitative case study approach, the informant chosen to determine informants the key to understand the context of the issues under investigation, documentation and data collection using in-depth interviews and analysis of the data using Interactive analysis techniques. The results showed that the use of political marketing strategies of women cadres in Partai Keadilan Sejahtera (PKS) intheir winnings in legislative elections 2014 that uses Push Strategy Marketing and Pass Strategy Marketing. Push marketing strategy is done by direct contact with the public or through a variety of activities such as voter Majelis Taklim, social work, warning religious holidays, parades, and pledge promise candidates. While the marketing strategy that made the pass to determine the appropriate influencers in raising the voice, in this case the figure of great influence influencers to convince voters. Some influencers involved is celebrated figures such as The leader of Ponpes Miftahul Huda 2, Chairman of the FPI Ciamis, Member of Parliament KH. Surahman Hidayat, and Miftahul Huda 2 Boarding School Awardee Network, and the role of the core team of the successful candidates. Then the political marketing strategy executed, women cadres PKS also use the approach “4P” that is Product, Promotion, Price, and Place. Factors supporting the success of the marketing strategy is long-run political socialization time, the role of a successful team working massive core, as well as influencers personal used. Internal factors inhibiting the friction between candidates in the party, especially in the determination of the locus of socialization, and a factor of considerable political cost. While external factors inhibiting the negative stereotypes of society against the party on the black notes of the past with the corruption case of imported beef and negative issues from contestants from the other party. Key Word : political marketing, political parties, elections, women
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keterlibatan perempuan dalam aktivitas politik, khususnya politik praktis dewasa ini memiliki peran yang penting. Dimana keterwakilan perempuan di parlemen memiliki peranan dan fungsi untuk menjamin hak-hak perempuan, khususnya sebagai upaya pengembangan program-program pemberdayaan perempuan. Realitanya dewasa ini eksistensi keterwakilan perempuan dalam aktivitas politik masih dibilang rendah, meskipun terdapat beberapa peraturan yang telah menjamin eksistensi perempuan dalam ranah politik. Misalnya, Undang-Undang (UU) Nomor 10 Tahun 2008tentang Pemilihan Umum AnggotaDewan Perwakilan Rakyat, Dewan PerwakilanDaerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (pemilu legislatif) serta Undang- Undang Nomor2 Tahun 2008 tentang Partai Politik telah memberikan mandat kepada partai politik untuk memenuhi kuota 30% bagi perempuan dalam politik, terutama di lembaga perwakilan rakyat. Peraturan lainnya yakni terdapat pada Pasal 8 butir (d) Undang- Undang Nomor 10 Tahun 2008, misalnya, menyebutkan penyertaan sekurang kurangnya 30% keterwakilan perempuan pada kepengurusan partai politik tingkat pusat sebagai salah satu persyaratan
partai politik untuk dapat menjadi peserta pemilu. Selain itu, Pasal 53 Undang - Undang Pemilu Legislatif tersebut juga menyatakan daftar bakal calon juga memuat paling sedikit 30% keterwakilan perempuan. Dari beberapa peraturan perundangan yang telah disebutkan, ternyata belum mampu menjamin peningkatan eksistensi perempuan dalam aktivitas politik. Hal tersebut dikarenakan terdapat faktor lain yang menjadi penyebab minimnya aktivitas perempuan dalam ranah politik, salah satunya kemampuan politik perempuan diragukan untuk melakukan aktivitas politik praktis dan menduduki jabatanjabatan publik sebagai pembuat keputusan. Minimnya keterwakilan perempuan di arena politik khususnya di lembaga legislatif dilandasi beberapa faktor, seperti faktor sosialkultural, faktor budaya patriarki masyarakat indonesia, faktor cost politik dalam kontestasi pemilu yang tinggi, hingga faktor agama yang sedikit menghambat eksistensi perempuan dalam aktivitas politiknya (Gratton, 2011). Di Kabupaten Ciamis, pada pemilu legislatif tahun 2014 ini keterwakilan perempuan di lembaga legislatif stagnan tidak mengalami perubahan secara kuantitas yakni empat (4) kursi. Akan tetapi dari keempat perwakilan perempuan tersebut, tiga diantaranya merupakan pendatang baru dan satu merupakan incumbent. Berdasarkan partai pengusungnya, keterwakilan perempuan tersebut juga direpresentasikan dari dua kutub partai yang berbeda yakni Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat. Perbedaan platform kedua partai tersebut menjadi menarik dalam strategi politik dan marketing politik keempat keterwakilan perempuan tersebut. Namun peneliti memiliki ketertarikan terhadap dua kader perempuan PKS yang lolos menjadi “penghuni” baru DPRD Kabupaten Ciamis periode 2014-2019. Ketertarikan ini didasari bahwa PKS sebagai partai islam dan berbasis masa islam mampu mendobrak stereotipe yang berkembang selama ini, dimana “tafsir” agama menjadi salah satu penghambat eksistensi perempuan dalam ranah politik. Kedua kader perempuan PKS tersebut yakni Ibu Ipah Hudaifah mewakili Daerah Pemilihan (Dapil) 3 Kabupaten Ciamis dengan perolehan suara sebanyak 4.289 dan Ibu Rini Kustantri yang mewakili Dapil 4 memperoleh suara sebanyak 3.171 (Sumber: KPUD Ciamis). Berikut ini adalah data seluruh calon anggota legislatif pada pemilu tahun 2014 di Kabupaten Ciamis berdasarkan daerah pemilihannya, dan pengklasifikasian berdasarkan jenis kelamin. Tabel 1 Jumlah Calon Legislatif Berdasarkan Jenis Kelamin per-Dapil Pemilu Legislatif Tahun 2014 di Kabupaten Ciamis Jenis Kelamin
No
Daerah Pemilihan
Laki-Laki
Perempuan
1
Dapil 1
76
44
120
2
Dapil 2
72
36
108
3
Dapil 3
58
33
91
4
Dapil 4
54
35
89
260
148
408
Jumlah Sumber: KPUD Ciamis
Jumlah
Dari tabel diatas, bisa kita lihat bagaimana proporsi perbandingan antara calon legislatif perempuan dengan laki-laki, selain itu kita bisa melihat bagaimana pemenuhan aturan kouta 30% keterwakilan perempuan dalam daftar calon tetap di pemilu legislatif tahun 2014 di Kabupaten Ciamis. Berdasarkan data diatas diketahui bahwa calon legislatif perempuan sebanyak 148 orang dari jumlah keseluruhan 408 calon legislatif dari empat daerah pemilihan, jika dipresentasikan berkisar 36,27 % (perseratus) keterwakilan perempuan yang turut berkontestasi dalam pemilihan umum legislatif tahun 2014 di Kabupaten Ciamis. Sementara untuk melihat proporsi keterwakilan perempuan Partai Keadilan Sejahtera dan perbandingannya dengan jumlah calon legislatif laki-laki bisa dilihat dari tabel berikut. Tabel 2 Jumlah Calon Legislatif Partai Keadilan Sejahtera Berdasarkan Jenis kelamin per-Dapil Pemilu Legislatif Tahun 2014 di Kabupaten Ciamis No
Daerah Pemilihan
1
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-Laki
Perempuan
Dapil 1
7 orang
4 orang
11 orang
2
Dapil 2
6 orang
4 orang
10 orang
3
Dapil 3
5 orang
3 orang
8 orang
4
Dapil 4
4 orang
3 orang
7 orang
22 orang
14 orang
Jumlah
36 orang
Sumber : KPUD Ciamis Dari tabel diatas, bisa dilihat bagaimana perbandingan proporsi keterwakilan perempuan dan laki-laki dalam daftar calon tetap di pemilu legislatif tahun 2014 dari Partai Keadilan Sejahtera. Jika dipresentasekan, 14 orang keterwakilan perempuan dari jumlah keseluruhan calon legislatif yakni 36 orang berkisar 38% keterwakilan perempuan dalam DCT Partai Keadilan Sejahtera pada pemilihan umum legislatif di Ciamis. Keberhasilan DPD Partai Keadilan Ciamis Kabupaten Ciamis dalam pemenuhan kuota 30% keterwakilan perempuan dan mendudukan dua kader perempuan terbaiknya tersebut yang lolos menjadi anggota DPRD Kabupaten Ciamis, menjadi bukti keseriusan partai dalam menjalankan amanat konstitusi dan peningkatan peran perempuan di bidang politik. Namun, untuk memenangkan pemilihan umum (pemilu) sangat diperlukan strategi politik dan visi yang jelas untuk menarik suara pemilih (vote geters). Strategi politik yang dibuat haruslah memiliki inovasi, kreatifitas, dan nilai-nilai yang akan di distribusikan kepada masyarakat oleh partai politik maupun calon anggota legislatif dari partai politik tersebut. Strategi politik ini dikenal dengan pemasaran politik atau political marketing. Menurut Nursal (2004), Political Marketing ialah serangkaian aktivitas terencana, strategis tapi juga taktis, berdimensi jangka panjang dan jangka pendek, untuk menyebarkan makna politik kepada pemilih. Hal yang perlu ditekankan dalam strategi political marketing adalah penggunaan pendekatan dan metode marketing untuk
mempermudah politisi dan partai politik agar lebih efisien dalam membangun hubungan dengan konstituen dan masyarakat. Dengan mencermati latar belakang masalah diatas, menarik bagi penulis untuk mengkaji mengenai strategi marketing politik yang dilakukan dua kader perempuan DPD PKS Kabupaten Ciamis, yakni Ibu Ibah Hudaifah dan Ibu Rini Kustantri dalam pemenangannya di kontestasi pemilihan umum legislatif tahun 2014 dan lolos sebagai anggota DPRD Kabupaten Ciamis periode 2014-2019. Serta mengkaji faktor-faktor pendukung dan penghambat strategi marketing politik yang dijalankan dalam kontestasi pemilihan umum tersebut. 1.2. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Metode kualitatif merupakan penelitian yang pemecahan masalahnya dengan menggunakan data empiris, dimana kedalaman data menjadi faktor utama kualitas penelitian (Masyhuri, 2008). Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan studi kasus. Studi kasus diartikan sebagai suatu penyelidikan intensif tentang seorang individu atau unit sosial yang kecil dengan lebih mendalam, serta berusaha untuk menemukan semua variabel penting terkait dengan subjek penelitian (Ary dalam Idrus, 2007). Informan dalam penelitian ini dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Dimana peneliti memilih informan kunci yang dianggap mengetahui masalah yang sedang diteliti secara mendalam. Namun dalam penelitian di lapangan, peneliti menyadari akan ada perkembangan dan perluasan informan, maka dalam pengumpulan data di lapangan peneliti juga menggunakan pengembangan teknik snowball sampling. Dalam proses pengumpulan data, peneliti menggunakan wawancara mendalam (indepth interview) dan dokumentasi, serta proses analisis data menggunakan teknik analisis data Interaktif meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. II.
HASIL PENELITIAN
2.1 Strategi Marketing Politik Kader Perempuan PKS Marketing politik merupakan serangkaian aktivitas terencana, taktis, berdimensi jangka panjang dalam menyebarkan makna politik kepada pemilih (Nursal,2004). Tujuannya untuk membentuk dan menanmkan harapan, sikap, keyakinan, dan orientasi perilaku pemilih agar menjatuhkan pilihannya pada kandidat atau partai tertentu secara konsisten. Peran marketing sangat penting dalam suksesi partai politik maupun politikus dalam kontestasi pemilihan umum, dalam penelitian ini mencoba menguraikan bagaimana strategi marketing politik kader perempuan Partai Keadilan Sejahtera dalam kontestasi pemilihan umum tahun 2014 di Kabupaten Ciamis. Dalam menganalisa strategi marketing politik, digunakan beberapa pendekatan salah satunya yakni bauran marketing politik (mix marketing politik), dimana proses marketing politik setidaknya harus digerakkan oleh empat elemen utama yakni price, product, place and promotion (Niffemmeger dalam Firmanzah, 2012). Pendekatan lainnya dalam dalam menganalisis marketing politik dikenal dengan strategi pendekatan pasar yakni strategi push marketing, pass marketing, dan pull marketing (Nursal dalam Firmanzah, 2012).
2.1.1 Strategi Marketing Politik Ibu Ipah Hudaifah Bauran Marketing Politik 1) Product Elemen yang pertama dari bauran marketing politik ialah product. Product yang di maksud adalah program yang ditawarkan suatu institusi politik kepada pemilih untuk nantinya direalisasikan dan dinikmati oleh konstituen pasca terpilih dalam pemilihan umum, Niffenneger (dalam Firmanzah, 2012) membagi tiga produk politik kedalam tiga kategori yakni platform partai, catatan masa lampau, dan ciri pribadi.Pertama kita lihat bagaimana produk marketing politik kader perempuan PKS yakni Ibu Ipah Hudaifah dalam pemilu legislatif tahun 2014. Ibu Ipah Hudaifah merupakan wajah baru dalam pemilihan umum legislatif tahun 2014, tidak banyak program atau produk yang ditawarkan kepada pemilih dikarenakan masyarakat sudah kehilangan kepercayaan kepada politikus atau anggota dewan, maka untuk meraih simpati dan suara, program yang dilakukan oleh Ibu Ipah dan tim suksesnya yakni memberikan pendidikan politik kepada masyarakat, menjelaskan tugas pokok dan fungsi anggota legislatif, serta menonjolkan citra Ibu Ipah sebagai santri. Pendidikan politik yang dimaksud adalah memberikan informasi kepada masyarakat tentang makna politik dan pemilu, kemudian meluruskan persepsi masyarakat tentang tugas pokok dan fungsi anggota legislatif, serta memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang dampak politik transaksional seperti “serangan fajar” dan “money politik”. Dari penjelasan diatas bisa dilihat bahwa program yang ditawarkan sejalan dengan platform partai PKS sebagai partai dakwah, bahwa tujuan utama dalam aktivitas politik adalah bagaimana menyuarakan dakwah dalam setiap aktivitas. Cara yang dilakukan Ibu Ipah dan Timses yakni melakukan silaturahmi dengan tokoh masyarakat, pengajian-pengajian, serta kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan, misalnya dalam memperingati hari-hari besar keagamaan maupun hari besar nasional.Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pun mencerminkan bagaimana catatan lampau partai yang sudah melekat di masyarakat atau citra partai di masyarakat bahwa PKS sebagai partai dakwah dan agamis, seringkali melakukan kegiatankegiatan keagamaan dan sosial.Meskipun memang catatan hitam partai dalam kasus korupsi impor daging sapi menjadi salah satu penghambat yang dirasakan partai dan calon legislatif di pemilu tahun 2014. Produk lainnya bisa dilihat dari bagaimana timses mengemas citra politik (ciri pribadi) Ibu Ipah di Masyarakat. Dengan latar belakang bahwa sebelumnya Ibu Ipah bukanlah kader PKS maka timses mencoba cara untuk lebih menunjukan citra Ibu Ipah dengan karakter santrinya, dikarenakan sebagai orang baru di dunia politik dan bukan elit politik, jelas bahwa Ibu Ipah tidak populer di tengah masyarakat. 2) Promotion Pasca pengemasan suatu produk politik, langkah selanjutnya dalam bauran marketing politik yakni bagaimana upaya menyebarluaskan produk politik yang ada, istilah tersebut dikenal dengan promosi (promotion). Cangara (2009) mendeskripsikan promosi sebagai usaha yang dilakukan untuk menarik perhatian konsumen atau pemilih melalui teknik-teknik komunikasi, baik melalui media massa cetak atau elektronik maupun komunikasi antar pribadi.
Promosi politik diidentikan dengan aktivitas kampanye semata, akan tetapi perlu digaris bawahi bahwa promosi tidak terbatas pada massa kampanye, akan tetapi berlangsung secara kontinyu dan permanen (Butler & Collins dalam Firmanzah, 2012). Hal tersebut bisa dilihat dari bagaimana proses promosi yang dilakukan oleh Ibu Ipah. Dari data hasil wawancara diketahui bahwa dalam proses promosi, militansi tim sukses berperan penting. Ibu Ipah sendiri dengan background pesantren Miftahul Huda 2 diuntungkan dengan banyaknya amunisi tim sukses yang dapat di gerakan mulai dari santri dan jaringan alumni. Tim sukses Ibu Ipah dikenal dengan “Gerakan Santri untuk Negeri” yang dipimpin oleh H.Epung sebagai ketuanya. Terdapat beberapa struktur yang memiliki fungsi tersendiri dalam tim ini yakni: 1)Timbel (Tim Bleweh), 2)Tim Pemantau, 3) Tim Dapur, dan 4)Tim 9 Mubaligh Muda. Peneliti melihat bahwa dalam melakukan promosi terdapat dua elemen penting dalam suksesi kemengan Ibu Ipah. Pertama adalah “GESIT” atau Gerakan Silaturahmi kemudian promosi melalui media sosial. Gerakan Silaturahmi merupakan program yang dicanangkan DPD PKS Kabupaten Ciamis sebagai strategi utama yang harus dilakukan Calegnya, akan tetapi dalam pengemasannya tergantung bagaimana caleg dan tim sukses inti caleg. Kedua, adalah promosi melalui media sosial.Media sosial yang digunakan Ibu Ipah dalam strategi marketing politiknya yakni penggunaan media sosial facebook.Ibu Ipah dan Timses membuat satu akun facebook dengan nama “Bobotoh Miss Ipah” dan satu group yakni “100 ribu suara untuk Ibu Ipah”. Tujuan dari pembuatan akun di media sosial ini tentu saja untuk mempromosikan sosok Ibu Ipah, khususnya pengguna media sosial yang kebanyakan pemilih pemula. Akan tetapi menurut Ibu Ipah (Wawancara, 19/1/2014) menyebutkan bahwa ide awal pembuatan akun facebook adalah untuk menjaring komunikasi dengan jaringan alumni Ponpes Miftahul Huda 2, dengan terjalinnya komunikasi tersebut diharapkan bisa menjadi strategi pemasaran Ibu Ipah yang lebih luas. Pernyataan lainnya disampaikan oleh H.Epung selaku ketua Timses IbuIpah bahwa selain menggalang kembali jaringan alumni, pembuatan akun media sosial juga sebagai upaya untuk meraih simpati dari kalangan pengguna media sosial seperti kalangan muda, dan pemilih pemula. Pengemasan konten promosi dalam akun media sosial tersebut pun dikemas secara menarik dan kontekstual. 3) Price Elemen lainnya dalam bauran marketing politik adalah Price (harga).Harga dalam marketing politik mencakup tiga hal yakni harga ekonomi, psikologis, sampai ke citra nasional (Niffeneger dalam Firmanzah, 2012).Harga ekonomi meliputi semua biaya yang dikeluarkan institusi politik selama kampanye, mulai dari biaya iklan, publikasi, dan biaya administrasi lainnya.Harga psikologis mengacu pada harga persepsi psikologis, etnis, agama, dan pendidikan seorang kandidat.Harga citra nasional berkaitan apakah pemilih merasa kandidat tersebut bisa memberikan citra positif atau kebanggaan nasional atau tidak. Dari hasil wawancara dengan ketua Tim sukses Ibu Ipah, yakni Bapak Asep Saeful Hiar menyebutkan bahwa dalam pencalonan dan pemenangan Ibu Ipah di Pemilu legislatif tahun 2014 ini tidak mengeluarkan biaya yang terlalu banyak bila
dibandingkan dengan kontestan lainnya. Biaya yang dikeluarkan dalam pemenangan Ibu Ipah berkisar Rp.50.000.000,- (Lima puluh juta rupiah), pengeluaran tersebut dialokasikan untuk kegiatan sosialisasi dan pemenangan IbuIpah, mulai dari pembuatan baliho, spanduk, stiker, dan parcel. Sumber dana dikelola oleh “Tim Dapur”. Tim Dapur bertugas untuk mencari sumber dana dan mengalokasikannya, sumber dana yang didapat diantaranya bersumber dari usaha mandiri yakni dengan membuat jajanan untuk dijual kepada santri di Ponpes Miftahul Huda 2, kemudian bantuan dana dari Caleg Provinsi dan Pusat. Kecilnya harga ekonomi yang dikeluarkan disebabkan Ibu Ipah didukung oleh harga psikologis yang baik.Background Ibu Ipah sebagai santri Miftahul Huda 2 mampu menumbuhkan persepsi baik di tengah masyarakat, karena secara psikologis pondok pesantren Miftahul Huda 2 telah memiliki nama tenar di masyarakat, maka dari itu kepercayaan kepada sosok Ibu Ipah pun sangat besar. Hal tersebut didukung pula dengan kapasitas pendidikan dan pengetahuan yang mumpuni, baik pengetahuan umum, agama, dan pengalaman berorganisasi Ibu Ipah. 4) Place Elemen terakhir dalam bauran marketing politik adalah Place. Niffenneger (dalam Firmanzah, 2012) menjelaskan bahwa Place berkaitan erat dengan cara hadir atau distribusi sebuah institusi politik dan kemampuannya dalam berkomunikasi dengan pemilih atau calon pemilih. Sebuah institusi politik atau kandidat harus bisa memetakan struktur dan karakteristik masyarakat.Pemetaan ini penting sekali utamanya dalam menentukan segmentasi pemilih yang dijadikan objek marketing. Positioning Ibu Ipah dengan karakteristik personal dan partai pengusungnya bisa memperlihatkan bagaimana segmentasi pemilih yang menjadi objek marketing.Berdasarkan hasil wawancara, Ibu Ipah menyebutkan bahwa target utama pemilih atau calon pemilih adalah segmentasi Ibu-Ibu serta orang-orang yang aktif dalam kegiatan keagamaan seperti majelis taklim maupun Diniyah. Secara naluri, kedekatan emosional Ibu Ipah dan ibu-ibu akan mempermudah komunikasi yang dilakukannya untuk menyerap harapan dan keinginan mereka. Hal tersebut dilakukan karena Ibu Ipah menyadari bahwa kelebihan seorang politisi perempuan adalah mampu masuk ke ranah segmentasi perempuan, khususnya Ibu-ibu dikarenakan politisi laki-laki akan sedikit lebih canggung dan kurang mampu memahami karakter perempuan. Strategi Push Marketing Strategi push marketing merupakan strategi yang dilakukan partai politik atau politikus untuk mendapatkan dukungan melalui stimulant yang diberikan kepada pemilih (Firmanzah, 2012). Ibu Ipah dalam menggunakan strategi push marketing ini berusaha mendapatkan dukungan melalui stimulan yang dilakukan kepada pemilih. Secara umum, hal-hal yang dilakukan Ibu Ipah adalah dengan bersentuhan langsung dengan masyarakat / pemilih seperti mengadakan event-event khusus misalnya santunan anak yatim, mengadakan tabligh akbar, mengadakan perlombaan peringatan hari besar nasional, silaturahmi dengan tokoh masyarakat dan sebagainya. Sentuhan langsung Ibu Ipah dengan masyarakat ini dikenal juga dengan istilah experiental marketing yang dimana menitikberatkan pada usaha agar pemilih merasakan dengan
panca indra dan perasaan emosional akan kehadiran Ibu Ipah ditengah-tengah mereka. Dengan adanya kedekatan emosional tersebut, Ibu Ipah dapat mengirim produk-produk politik dengan efektif. Strategi Pass Marketing Strategi ini menggunakan individu maupun kelompok yang dapat mempengaruhi opini pemilih. Sukses tidaknya penggalangan massa akan sangat ditentukan oleh pemilihan para influencer. Semakin tepat influencer yang dipilih, efek yang diraih pun menjadi semakin besar dalam mempengaruhi pendapat, keyakinan dan pilihan publik (Nursal dalam Firmanzah, 2012). Dalam pemilihan umum legislatif tahun 2014 yang lalu Ibu Ipah menggunakan strategi pass marketing dengan membentuk tim kampanye khusus diluar tim kampanye partai, selain itu terdapat juga tokoh-tokoh masyarakat atau lembaga lain yang turut berperan sebagai influencer dalam pemasaran Ibu Ipah. Dalam menjalankan strategi pass marketing, Ibu Ipah di dukung oleh tim sukses khusus dalam melakukan sosialisasi dan kampanye. Tim sukses khusus ini dikenal dengan Tim “Gerakan Santri untuk Negeri” yang merupakan jajaran pengurus Pondok Pesantren Miftahul Huda 2 Bayasari dan santri/santriah ponpes tersebut. Dalam menjalankan strateginya, tim Gerakan Santri untuk Negeri ini dibentuk beberapa struktur dengan fungsi masing masing, diantaranya 1)Tim Bleweh, 2)Tim Pemantau, 3) Tim Tim Dapur, dan 4) Tim 9 Mubaligh Muda. Strategi pass marketing berikutnya yang dilakukan oleh Ibu Ipah adalah menggunakan ketokohan Pimpinan Pondok Pesantren Miftahul Huda 2 serta jaringan alumni Miftahul Huda 2 yang tersebar di berbagai daerah. Hal ini menjadi penting, dikarenakan secara tidak langsung kharisma seorang Kiayi di tengah masyarakat sangatlah dipandang baik dan berwibawa, sosok KH. Nonop Hunaefi selaku pimpinan Ponpes Miftahul Huda mampu memberikan influence kepada masyarakat dalam hal pemasaran Ibu Ipah, keterlibatan secara langsung dalam setiap aktivitas sosialisasi dan kampanye Ibu Ipah dapat menarik simpati jamaah dan masyarakat. Selain itu, jaringan alumni Miftahul Huda 2 pun dapat dilihat perananannya dalam pemenangan Ibu Ipah, sebagaimana dikatakan oleh H. Epung selaku ketua Timses bahwa dalam pemenangan Ibu Ipah terlibat pula jaringan alumni Miftahul Huda 2 yang telah memiliki nama besar dan tenar di Ciamis, misalnya K. Deden Badruzamman (Ketua Forum Komunikasi Diniyah Taklimiah Cipaku) seorang ulama yang sudah memiliki nama tenar dalam kancah Diniyah dan Taklim-taklim seCiamis, kemudian H. Wawan Marwan (Ketua Front Pembela Islam Kabupaten Ciamis), keduanya dilibatkan dalam setiap event-event besar seperti tabligh akbar dan kampanye terbuka. 2.1.2 Strategi Marketing Politik Ibu Rini Kustantri Bauran Marketing Politik 1) Product Terdapat empat elemen bauran marketing politik, yakni product, promotion, price and place. Pertama adalah Product, sejalan dengan apa yang dilakukan Ibu Ipah, Ibu Rini Kustantri (Ibu Rini) beserta tim suksesnya yang diketuai oleh Bapak
Ujang Nurjaman mengemas produk politik yang ditawarkan kepada pemilih untuk meyakinkan masyarakat memilih Ibu Rini. Produk yang ditawarkan bisa tegambar dari visi dan misi yang dicanangkan oleh Ibu Rini. Sebagai pendatang baru, program yang ditawarkan pun tidak muluk-muluk, Ibu Rini memfokuskan program pada pemberdayaan perempuan dan pendidikan. Program pemberdayaan perempuan yang dilakukan seperti melakukan pendampingan posyandu, pendampingan PKK, dan turut aktif dalam Majelis Taklim dalam lingkup daerah pemilihan (dapil). Sementara di bidang pendidikan program yang dilakukan adalah bagaimana menyerap aspirasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas pendidikan informal, seperti pendidikan Diniyah (DTA). Keberlangsungan program dilakukan jauh hari sebelum pemilihan umum legislatif dilaksanakan, yakni sekitar delapan bulan sebelum pemilu. Harapannya dengan jangka waktu yang lama bisa lebih meyakinkan konstituen untuk memilih Ibu Rini. Silaturahmi yang kontinyu dengan masyarakat melalui beragam program sosial tersebut dikenal dengan istilah “GESIT” atau Gerakan Silaturahmi. Gerakan ini merupakan strategi utama yang dicanangkan DPD PKS Kabupaten Ciamis kepada setiap calegnya. Efektifitas GESIT tersebut pun dirasakan oleh Ibu Rini dalam strategi pemasaran produk dirinya ke masyarakat. Selain program – program di atas, dalam pengemasan produk juga menekankan pada pengemasan ciri pribadi seorang calon legislatif. Dalam konteks pemasaran Ibu Rini, timses mengutamakan untuk mengemas Ibu Rini sebagai sosok yang ramah di tengah masyarakat, dalam setiap aktivitasnya Ibu Rini secara pembawaan gesture melakukan 3s, yakni senyum, salam, sapa. Dengan hal tersebut maka dengan sendirinya akan menumbuhkan rasa simpati dari masyarakat dengan pembawaan Ibu Rini yang ramah, selain itu Timses pun menekankan bagaimana komunikasi dengan masyarakat harus terus dilakukan baik saat pencalonan maupun pasca lolos menjadi anggota DPRD. 2) Promotion Bauran marketing politik yang kedua ialah promotion (promosi). Strategi promosi promosi yang dilakukan Ibu Rini berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Ibu Ipah. Ibu Rini sangat didukung oleh jajaran tim sukses yang bekerja maksimal, serta relasi jaringan yang kuat di masyarakat. Selain itu pula promosi Ibu Rini dipermudah dengan disandingkannya Ibu Rini dengan Caleg DPR RI KH.Surahman Hidayat yang memiliki hubungan kekerabatan dengan Ibu Rini. Promosi yang dilakukan Ibu Rini menekankan pada sentuhan langsung dengan masyarakat (direct selling), bentuk sentuhan bisa berupa aktivitas silaturahmi dengan tokoh masyarakat, kelompok masyarakat, kelompok tani, majelis-majelis taklim, dan lainnya. Sebelum program dilaksanakan, terlebih dahulu yang dilakukan adalah membangun tim sukses yang kuat dengan penyebaran yang luas. Sebagaimana dikatakan Bapak Ujang Nurjaman (Ketua Timses Ibu Rini) pada wawancara tanggal 21/02/2015 menyebutkan bahwa dalam mempromosikan Ibu Rini, pertama kami menguatkan tim sukses yang melibatkan hubungan kekerabatan dan pertemanan, jadi semua anggota keluarga tim sukses terlibat secara langsung maupun tidak langsung untuk mempromosikan Ibu Rini. Hal tersebut dipilih bahwa dengan hubungan kekerabatan yang erat, maka komunikasi yang akan dijalankan nantinya menjadi lebih mudah. Selanjutnya adalah mempromosikan melalui kegiatan-kegiatan yang
bersentuhan langsung dengan masyarakat, dan disana kami menampilkan sosok Ibu Rini untuk tampil misalnya mengisi tausiah, penyuluhan dan lainnya. Selain itu, dalam mempromosikan Ibu Rini juga menggunakan ketokohan KH.Surahman Hidayat sebagai incumbent Caleg DPR RI. Kontribusi KH. Surahman Hidayat selama ini telah banyak dirasakan oleh masyarakat, khususnya di sekitar daerah Banjarsari.Bantuan-bantuan sosial dari luar negeri untuk pembangunan mesjid, advokasi peralatan pertanian, menjadi salah satu program yang telah dirasakan masyarakat. Maka Timses kembali membuka komunikasi dengan masyarakat yang telah tersentuh oleh program tersebut dan menyandingkan KH.Surahman Hidayat bersama Ibu Rini. 3) Price Ketiga, dalam bauran marketing politik adalah price (harga). Harga atau cost politik yang dikeluarkan Ibu Rini sedikit lebih besar, berkisar seratus juta rupiah (Wawancara ketua Timses Ibu Rini, 21/02/2015). Untuk alokasi biaya tersebut sebagian besar digunakan untuk akomodasi dan dana operasional Tim sukses, hal tersebut dilakukan untuk memaksimalkan kinerja tim sukses dalam penggalangan suara sementara setengahnya digunakan untuk keperluan pembuatan atribut kampanye seperti spanduk, baliho, stiker, dll. 4) Place Elemen terakhir dalam bauran marketing politik adalah Place (Tempat). Senada dengan Ibu Ipah, segmentasi pemilih yang dilakukan oleh Ibu Rini pun mengutamakan basis massa ibu-ibu dan kalangan agamis, yakni ibu-ibu pengajian dan Majelis Taklim. Namun yang membedakannya adalah kondisi geografis daerah pemilihan dimana Kecamatan Banjarsari dan sekitarnya merupakan lahan pertanian, maka potensi massa dari petani sangat banyak. Untuk itulah ada segmentasi lain yang coba dimasuki oleh Ibu Rini dan Timses, yakni segmentasi petani. Untuk meraih simpati segmentasi petani, ada beberapa kegiatan yang dilakukan misalnya silaturahmi dengan kelompok-kelompok tani dan memberikan penyuluhan.Dalam kegiatan tersebut Ibu Rini turun langsung untuk memberikan penyuluhan dan motivasi, tak lupa dalam silaturahmi Ibu Rini menjelaskan pencalonannya sebagai wakil rakyat, dan berusaha meyakinkan petani untuk menampung dan mengakomodasi kebutuhan petani.Dengan demikian, sentuhan secara langsung tersebut setidaknya mampu menumbuhkan harapan, keyakinan dari petani untuk memberikan suaranya pada Ibu Rini. Strategi Push Marketing Strategi push marketing merupakan strategi yang dilakukan partai politik atau politikus untuk mendapatkan dukungan melalui stimulant yang diberikan kepada pemilih (Firmanzah, 2012). Ibu Rini dalam menggunakan strategi push marketing ini berusaha mendapatkan dukungan melalui stimulant yang dilakukan kepada pemilih. Secara umum, hal-hal yang dilakukan Ibu Rini adalah dengan bersentuhan langsung dengan masyarakat / pemilih seperti mengadakan event-event khusus misalnya melakukan kunjungan silaturahmi dengan masyarakat/tokoh masyarakat, mengisi pengajian di Majelis Taklim, melakukan kegiatan bakti sosial, dan penyuluhan kepada petani. Sentuhan langsung Ibu Rini dengan masyarakat ini dikenal juga
dengan istilah experiental marketing yang dimana menitikberatkan pada usaha agar pemilih merasakan dengan panca indra dan perasaan emosional akan kehadiran Ibu Rini ditengah-tengah mereka. Dengan adanya kedekatan emosional tersebut, Ibu Rini Pernyataan lainnya dikemukakan oleh Ketua Tim Sukses Ibu Rini, yakni Bapak Ujang Nurjaman, menyebutkan bahwa dalam pemasaran politik Ibu Rini sebagian besar dikombinasikan dengan program-program marketing politik calon legislatif DPR RI yakni KH. Surahman Hidayat, MA. Latar belakang beliau yang merupakan incumbent dan telah banyak memberikan kontribusi bagi masyarakat dimanfaatkan oleh tim sukses dalam penyusunan program-program yang ditawarkan. Beberapa program diantaranya seperti kegiatan Bakti Sosial Pengobatan Gratis bagi masyarakat, kemudian silaturahmi dengan kelompok-kelompok masyarakat seperti Kelompok Tani Banjarsari, dan bentuk-bentuk silaturahmi lainnya. Strategi Pass Marketing Senada dengan apa yang dilakukan Ibu Ipah, dalam pemenangan Ibu Rini peranan Tim sukses dan influencer sangat besar. Tim sukses inti yang dimiliki Ibu Rini berkisar 20 orang. Tim yang diketuai oleh Bapak Ujang Nurjaman tersebut bertugas untuk mensosialisasikan pencalonan Ibu Rini dan penggalangan suara bagi Ibu Rini. Langkah awal yang dilakukan Timses adalah perluasan jaringan timses dan simpatisan di berbagai daerah, strategi tersebut diawali dengan memanfaatkan keluarga dekat, teman, dan kerabat sebagai orang-orang yang difungsikan sebagai influencer di kelompok masyarakat dimana mereka tinggal.Setelah komunikasi terbangun, kegiatan sosialisasi pun dilakukan dengan beragam kegiatan dan aktivitas. Strategi pass marketing lainnya adalah penggunaan ketokohan Caleg DPR RI KH. Surahman Hidayat, hampir semua Caleg PKS yang berkontestasi di lingkup DPRD Ciamis menggunakannya dan menyandingkan programnya dengan sosialisasi KH. Surahman Hidayat sebagai calon incumbent DPR RI.Namun kelebihan dari strategi Ibu Rini adalah hubungan kekerabatannya dengan KH. Surahman Hidayat, serta realisasi program pusat yang telah diadvokasi telah banyak dirasakan di daerah pemilihan dimana Ibu Rini berkompetisi. Realisasi program seperti Bantuan Siswa Miskin (BSM), dana hibah luar negeri untuk pembangunan mesjid, bantuan sosial peralatan pertanian, yang semuanya telah dirasakan masyarakat mempermudah masyarakat untuk menjatuhkan pilihannya kepada Ibu Rini yang dikenalkan sebagai kerabat dari KH. Surahman Hidayat. 2.2 Faktor Pendukung Panjang Waktu Sosialisasi Dalam kontestasi pemilihan umum legislatif peranan sosialisasi menjadi penting bagi partai politik dan kandidat, hal ini bertujuan untuk mengenalkan diri kepada masyarakat / pemilih serta menyampaikan visi dan misi kandidat yang akan ditawarkan kepada pemilih. Dalam pemenangan Ibu Ipah dan Ibu Rini, sosialisasi menjadi program utama yang disebut dengan istilah “Gerakan Silaturahmi (GESIT)”, kegiatan ini berlangsung setahun sebelum pemilihan umum berlangsung dengan harapan masyarakat bisa lebih mengenal profil Ibu Ipah dan Ibu Rini. Pengemasan program silaturahmi
dengan beragam kegiatan, seperti kunjungan ke Majelis Taklim dan Diniyah, kemudian melakukan peringatan hari besar keagamaan dengan media Tabligh akbar, pemberian santunan anak yatim, serta aktivitas bakti sosial. Hal tersebut dilakukan dengan harapan bahwa Ibu Ipah dan Ibu Rini hadir di tengah – tengah masyarakat, dan membangun kedekatan secara emosional. Pendekatan seperti hal tersebut dikenal sebagai experiental marketing yang berintikan pada usaha agar pemilih merasakan dengan panca indra, perasaan, pikiran, tindakan secara personal sehingga merasakan produk politik yang disampaikan oleh politikus (Widiastuti, 2014). Peran Tim Sukses Faktor pendukung yang kedua dalam pemenangan Ibu Ipah dan Ibu Rini adalah peranan tim sukses yang bekerja secara maksimal. Tim gerakan santri untuk negeri yang diketuai oleh H. Epung dengan amunisi 1800 santri Miftahul Huda 2 dan jaringan alumninya telah mampu membuka komunikasi yang luas dengan masyarakat. Tim sukses Ibu Rini pun demikian, mampu bekerja siang malam secara massif membuka komunikasi dengan masyarakat dengan jalan pemanfaatan jaringan keluarga, pertemanan, dan kekerabatan yang tersebar di berbagai daerah. Soliditas tim sukses pun tidak terlepas dari evaluasi berkala yang dilakukan, serta penentuan lokus yang jelas antar caleg di internal PKS memudahkan kinerja tim sukses. Selain itu peranan tim pemenangan DPD PKS Kabupaten Ciamis pun berperan aktif dalam melakukan kegiatan konsolidasi dan pelatihan-pelatihan jajaran tim sukses caleg. Ketokohan Influencer Faktor pendukung yang terakhir adalah strategi yang tepat dalam menentukan influencer dan ketokohan seorang influencer.Dalam pemenangan Ibu Ipah, timses menggunakan beberapa influencer yang secara tidak langsung mampu menarik simpati masyarakat, diantaranya adalah pimpinan Ponpes Miftahul Huda 2 KH. Nonop Hanafi yang dikenal dengan kharismanya di masyarakat, kemudian mubaligh-mubaligh terkemuka dikalangan Majelis Taklim seperti “Mama Golangsing”, Ketua FPI Kabupaten Ciamis, serta jaringan alumni Ponpes Miftahul Huda 2. Sementara untuk pemenangan Ibu Rini, influencer yang diambil adalah tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh dilingkungannya dengan pendekatan pemanfaatan kedekatan secara keluarga, kerabat, maupun pertemanan.Selain itu, pengaruh KH. Surahman Hidayat sebagai Caleg incumbent DPR RI yang merupakan kerabat Ibu Rini pun sedikit besar memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keterpilihan Ibu Rini. Dalam pelaksanaannya, influencer terlibat dalam aktivitas sosialisasi Ibu Ipah dan Ibu Rini, serta meyakinkan pemilih untuk menentukan pilihannya kepada Ibu Ipah dan Ibu Rini. II. Faktor Penghambat Dalam suatu kompetisi elektoral, seperti pemilihan umum legislatif tak jarang banyak ditemukan pelanggaran-pelanggaran pemilu dan hambatan yang dihadapi oleh partai politik dan kandidat.Dalam konteks strategi marketing politik yang dijalankan Ibu Ipah dan Ibu Rini pun tak luput dari beberapa hambatan yang terjadi di lapangan. Dari hasil penelitian setidaknya terdapat dua faktor penghambat strategi marketing politik, yakni faktor secara internaldan faktor eksternal. Faktor internal meliputi,
pertama adanya gesekan antar kontestan dalam satu partai, khususnya dalam penentuan lokus (lokasi) sosialisasi atau target masyarakat yang menjadi objek marketing. Kedua, adalah faktor cost politik yang hampir semuanya berasal dari kandidat/Caleg sedikit memberatkan, terlebih bagi politisi perempuan. Sementara faktor eksternal yang menghambat strategi marketing politik yang dijalankan diantaranya, Pertama persepsi negatif masyarakat tentang catatan masa lampau partai tentang kasus korupsi suap impor daging sapi yang melibatkan Presiden PKS pada waktu itu.Hal tersebut setidaknya menimbulkan stigma negatif di masyarakat, dan melunturkan kepercayaan yang selama ini dibangun oleh partai, maka kandidat pun berusaha keras untuk mengcounter isu tersebut dengan silaturahmi yang massif dengan masyarakat dan memperbaiki citra partai.Kedua, adalah isu-isu Black Campaign dan Negative Campaign yang digulirkan lawan politik dari partai lain, untuk kasus Ibu Ipah misalnya pernah terjadi isu negatif yang digulirkan kepada Timses yakni adalah kasus pengrusakan baliho kandidat dari partai lain di suatu desa, dan dari fakta investigasi yang tim lakukan ke lapangan diketahui bahwa yang merusak atribut kampanye tersebut ternyata tim lawan politik itu sendiri. Hal tersebut dilakukan karena elektabilitas dan popularitas Ibu Ipah dan lawan politiknya beda tipis di desa tersebut. Sementara isu negatif yang digulirkan lawan politik kepada Ibu Rini adalah mengenai status kependudukannya yang dikatakan sebagai bukan warga asli Banjarsari, hal tersebut digulirkan dengan alasan bahwa Ibu Rini pernah tinggal di kota Jakarta mengikuti suaminya dan baru beberapa tahun belakangan ini kembali ke Banjarsari. Faktor lainnya juga yang menjadi penghambat adalah persepsi masyarakat akan keterlibatan perempuan sebagai calon legislatif, baik melihatnya dari aspek tafsir agama, kemudian kapasitas dan kapabilitas calon legislatif perempuan, terlebih Ibu Ipah dan Ibu Rini merupakan orang baru yang ikut berkompetisi dalam Pemilu Legislatif Tahun 2014.
III.
PUSTAKA
Sumber Buku: Cangara, Hafied. (2009). Komunikasi Politik (Konsep, Teori, dan Strategi). Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada. Firmanzah, (2012). Marketing Politik (Antara Pemahaman dan Realitas).Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia. _________,( 2011). Mengelola Partai Politik (Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di Era Demokrasi. Jakarta :Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Idrus, Muhammad. (2007). Metode Penelitian Ilmu-ilmu Sosial (Pendekatan Kualitatif & Kuantitatif). Yogyakarta: UII Press. Imdadun, Rahmat. (2008). Ideologi Politik PKS : Dari Mesjid Kampus ke Gedung Parlemen. Yogyakarta : LKiS. Masyhuri & M.Zainuddin.(2008)Metodologi Penelitian (Pendekatan Praktis dan Aplikatif). Bandung : PT.Refika Aditama. Moleong, Lexy. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nursal, Adnan. (2004). Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu Sebuah Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR, DPD,Presoden.Jakarta: PT.GramediaPustaka Rahman, H.I. (2007).Sistem Politik Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sugiono, Arif. (2013). Strategic Political Marketing (Strategi Memenangkan Setiap Pemilu dengan Menempatkan Pemilih Sebagai Penentu Kemenangan. Yogyakarta : Penerbit Ombak.
Sumber Jurnal Ilmiah: Andrias, Ali. 2013. Partai Politik dan Pemilukada (Analisis Marketing Politik dan Strategi Positioning Partai Politik dalam Pemilukada Kab.Tasikmalaya. Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan, Vol.1 No.3 : 352-372. Gratton, Katherine. (2011). Pendapat Perempuan tentang Perempuan dalam Duni Politik pada Era Reformasi dan Masa Depan di Kota Malang. Skripsi (ACICIS), Universitas Muhammadiyah Malang. Widiastuti, Wiwi. (2014). Strategi Pemenangan Ade Uu Sukaesih – Darmadji Prawirasetia (AsihKatadji) dalam Pemilu Wali Kota Banjar Periode 2013-2018. Tesis, Universitas Diponegoro Semarang.