KETERASINGAN TOKOH ANNAH DALAM CERPEN ORLAMONDE KARYA JEAN-MARIE GUSTAVE LE CLÉZIO
Makalah Non Seminar Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora
PARAGITHA KUSUMA WARDHANI 1006765223
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI SASTRA PRANCIS
DEPOK DESEMBER 2014
Keterasingan Tokoh..., Paragitha Kusuma Wardhani, FIB UI, 2014
-
2 Keterasingan Tokoh..., Paragitha Kusuma Wardhani, FIB UI, 2014
3 Keterasingan Tokoh..., Paragitha Kusuma Wardhani, FIB UI, 2014
4 Keterasingan Tokoh..., Paragitha Kusuma Wardhani, FIB UI, 2014
Keterasingan Tokoh Annah dalam Cerpen Orlamonde karya Jean Marie Gustave Le Clézio
Paragitha Kusuma Wardhani (Penulis), Diah Kartini Lasman (Pembimbing) Sastra Prancis, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok email :
[email protected]
Abstrak Artikel ini membahas keterasingan tokoh Annah dalam cerpen Orlamonde karya Jean Marie Gustave Le Clézio. Penelitian mengenai keterasingan tokoh Annah dilakukan dengan analisis alur, latar tempat dan waktu, serta penokohan. Penelitian ini menunjukkan bahwa adanya penurunan akan kepedulian masyarakat terhadap sesamanya berdampak buruk terhadap tokoh utama hingga ia mengasingkan dirinya dari lingkungan sosial. Kata Kunci : keterasingan; tokoh utama; individualisme
Alienation of Annah in The Short Story of Orlamonde By Jean Marie Gustave Le Clézio Abstract This article analyse the alienation of Annah in the short story of Orlamonde written by Jean Marie Gustave Le Clézio. This research about the alienation of Annah was done by analysis of storyline, space and time background, and characterization. This research shows that the degradation of people concern for each other has negative effect for the main character until she alienate her self from her social life. Keywords : alienation; main character; individualism
Pendahuluan Prancis dikenal sebagai negara yang kaya akan berbagai karya sastra seperti puisi, drama, dan roman. Kesusastraan Prancis sudah mulai berkembang sejak abad pertengahan hingga saat ini. Seiring berkembangnya dunia kesusastraan, muncul pengarang-pengarang
5 Keterasingan Tokoh..., Paragitha Kusuma Wardhani, FIB UI, 2014
dengan berbagai macam aliran seperti romantisme, realisme, naturalisme, dan lain-lain yang dianut oleh pengarang. Tema-tema yang diangkat pun semakin beragam bersamaan dengan berkembangnya aliran, tidak hanya tema cinta tetapi juga bermunculan tema-tema yang mengangkat kesendirian dan pemberontakan. Dengan adanya perkembangan aliran dan tema tersebut, pengarang pun semakin sulit untuk dikelompokkan. Salah satu dari berbagai jenis aliran sastra tersebut adalah Nouveau Roman. Nouveau Roman merupakan aliran sastra yang berkembang pada abad XX atau sekitar tahun 19501980. Istilah Nouveau Roman muncul pertama kali pada Éditions du Minuit yang diterbitkan oleh Jérôme Lindon dan diambil dari essai Allain Robbe-Grillet yang berjudul “Pour un Nouveau Roman (1963)” dan Jean Ricardou yang berjudul “Probléme du Nouveau Roman (1967)” serta “Pour une Théorie du Nouveau Roman (1971)”. Dalam ketiga essai tersebut, terdapat teori mengenai penulisan karya sastra yang salah satu cirinya adalah tidak lagi mempedulikan aturan-aturan tradisional. Oleh karena itu, munculnya aliran ini ditandai dengan adanya dekonstruksi karya sastra tradisional. (http://www.espacefrancais.com/lenouveau-roman/) Menurut Geneviève Winter dalam bukunya yang berjudul 100 Fiches Sur Les Mouvements Littéraires, pengarang-pengarang Nouveau Roman tidak lagi mengikuti aturanaturan terdahulu dalam penulisan karya sastra. Dalam karya-karya Nouveau Roman, deskripsi fisik dari tokoh ditiadakan dan peristiwa-peristiwa yang terjadi tidak memiliki kronologis yang jelas. Cerita-cerita yang dipaparkan berlatar belakang kehidupan sehari-hari. Selain itu, Jacques Brenner dalam Mon Histoire De La Litterature Française Contemporaine menyatakan bahwa para pengarang Nouveau Roman menghilangkan hal-hal yang terlalu imajinatif. Cerita pun dipaparkan melalui bentuk narasi oleh pengarang. Penulis-penulis terkenal yang beraliran Nouveau Roman adalah Allain Robbe-Grillet, Michel Butor, dan Claude Simon. Dalam dunia sastra, Jean Marie Gustave Le Clézio dikelompokkan kedalam aliran Nouveau Roman berdasarkan karyanya yang berjudul Le Procéss Verbal(1963). Dari karya pertamanya tersebut, ia memenangkan Prix Renaudot. Selain itu, berkat totalitas dalam penulisan karya-karyanya, Le Clézio memenangkan Prix Paul Morand terutama atas karyanya yang berjudul Désert (1980). Ia pun mendapatkan Nobel de littératuredari Académie Suédois yang menyebut dirinya sebagai penulis yang menggali rasa
kemanusiaan
baik
kalangan
atas
maupun
(http://www.bnf.fr/documents/biblio_leclezio.pdf) 6 Keterasingan Tokoh..., Paragitha Kusuma Wardhani, FIB UI, 2014
bawah.
Biografi Jean-Marie Gustave Le Clézio
Jean-Marie Gustave Le Clézio lahir di Nice pada 13 April 1940 dari seorang ayah berkebangsaan Inggris dan ibu berkebangsaan Prancis. Ia memiliki seorang saudara bernama Yves-Marie yang berusia dua tahun lebih tua darinya. Ia menghabiskan masa kecilnya dan sebagian masa remajanya di Nice bersama ibu, nenek, tante, dan sepupu perempuan kembarnya. Perempuan-perempuan tersebut menjadi “initiatrice à la litterature” baginya atau mengajarkan Le Clézio mengenai literatur. Karya-karya Le Clézio dibagi menjadi tiga periode berbeda. Periode pertama terjadi pada tahun 1960-1970 yang ditandai dengan karya-karyanya yang mengangkat tema kegilaan dan pemberontakan yang kental akan nuansa aliran Nouveau Roman. Periode kedua ditandai dengan diangkatnya tema-tema mengenai kritik terhadap masyarakat yang materialistis. Periode terakhir dimulai pada awal tahun 2000. Pada periode ini, Le Clézio menceritakan tentang dirinya sendiri yang besar di Île Maurice serta cerita mengenai keluarganya. Namun karya tersebut bukan merupakan autobiografi. Le Clézio memadukan realitas dengan unsurunsur
fiksi
yang
kemudian
karya
tersebut
disebut
sebagai
karya
autofiksi.
http://www.bnf.fr/documents/biblio_leclezio.pdf Menurut Gerard de Cortanze, Le Clézio dikenal sebagai pengarang yang menjelaskan latar tempat dalam karya-karyanya secara rinci terutama deskripsi laut dan hutan. Penjelasan terperinci dalam mendeskripsikan latar tempat yang digunakan dalam karya sastranya merupakan hasil dari perjalanannya ke berbagai negara seperti Afrika, Thailand, Amerika Latin, Nice, Paris, dan Douarnenez. Kepergiannya ke Afrika adalah untuk mencari ayahnya yang belum pernah ia temui sejak ia lahir. Oleh karena itu gambaran seorang ayah muncul dalam karya-karyanya seperti Onitsha, Chercheur d’Or, La Ronde et Autres Faits Divers, dan L’African. Namun, dari seluruh negara yang pernah ia kunjungi, ia lebih sering menggunakan Nice dan laut sebagai latar tempat dalam karya sastranya. Selain pemaparan latar yang terperinci, Le Clézio seringkali mengangkat tema-tema sosial melalui tokoh-tokoh yang ada dalam karyanya. Tema-tema sosial tersebut diangkat untuk menyindir sifat individualitas masyarakat yang berdampak buruk pada lingkungan sosial mereka. Cortanze juga mengatakan bahwa salah satu tema sosial yang sering dikemukakan oleh Le Clézio adalah keterasingan.Tema keterasingan salah satunya terdapat dalam karyanya yang berjudul La Ronde et Autres Faits Divers. La Ronde et Autres Faits Divers terdiri dari 7 Keterasingan Tokoh..., Paragitha Kusuma Wardhani, FIB UI, 2014
11 cerpen yaitu La ronde, Moloch, L’Échappé, Ariane, Villa Aurore, Le Jeu d’Anne, La Grande Vie, Le Passeur, Ô Voleur Voleur Voleur Quelle Vie Est La Tienne, Orlamonde, dan David (Evrard). Keseluruhan cerpen tersebut kemudian dihubungkan dengan tema yang sama yaitu keterasingan atau isolasi dari kehidupan sosial. Keterasingan merupakan salah satu dampak buruk dari lingkungan masyarakat yang individualis. Masyarakat tidak lagi peduli dengan keadaan sesamanya. Hal inilah yang ingin diungkapkan oleh Le Clézio dalam cerpen Orlamonde. Ia ingin menggugah rasa kepedulian masyarakat untuk lebih peka dengan keadaan sesamanya untuk menghindari adanya perasaan terasing dari salah satu individu.
Sinopsis Orlamonde
Salah satu cerpen dalam La Ronde et Autres Faits Divers yang mengangkat tema keterasingan adalah Orlamonde. Orlamonde menceritakan tentang sosok seorang gadis perempuan bernama Annah yang sudah dua tahun kembali ke Afrika setelah kematian Ayahnya. Semenjak kembali ke Afrika, setiap hari ia pergi ke Orlamonde untuk mencari ketenangan dalam dirinya. Selama tiga bulan terakhir, ia tidak lagi datang ke sekolah. Ia lebih memilih untuk pergi ke Orlamonde untuk menikmati pemandangan yang indah yang dapat dilihat dari bagian atas bangunan tersebut. Meskipun orang-orang disekitarnya mengetahui bahwa ia telah membolos sekolah hanya untuk melihat pemandangan, tidak ada satu orang pun yang peduli atau menegurnya. Bersama temannya Pierre, yang selalu menunggu Annah di bawah, ia sangat menikmati kesendiriannya untuk melupakan kesedihan akan kematian ayahnya dan ibunya yang sedang kritis di rumah sakit. Annah meminta Pierre untuk berjanji agar tidak memberitahukan tempat tersebut kepada orang lain. Namun pada akhir cerita, Annah mengetahui bahwa Pierre telah memberitahukan tempat itu pada orang lain yang membuat Orlamonde akhirnya dihancurkan.
Tema Keterasingan dalam Karya Satra Prancis
Keterasingan dapat disebut juga sebagai alienasi. Menurut Kamus Istilah Sastra yang ditulis oleh Abdul Rozak Zaidan (2000), alienasi merupakan keadaan seseorang yang jauh atau tersingkir akibat struktur masyarakat yang ada. Keterasingan atau alienasi dapat terjadi karena pengasingan masyarakat dan keinginan individu itu untuk mengasingkan dirinya. 8 Keterasingan Tokoh..., Paragitha Kusuma Wardhani, FIB UI, 2014
Melengkapi pengertian tersebut, Pakes (1965) dalam buku Psikologi Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori, dan Contoh Kasus(2010) yang ditulis oleh Albertine Minderop mengatakan bahwa pengasingan diri dari lingkungan sosial dapat diakibatkan oleh kesedihan yang berlarut-larut akibat kehilangan seseorang yang dicintai. Selain mengasingkan diri, kesedihan dapat menyebabkan depresi dan keputusasaan dalam diri seseorang. Sejalan dengan konsep yang dipaparkan oleh Zaidan dan Minderop, Erich Fromm dalam bukunya yang berjudul The Sane Society (1955) mengatakan bahwa alienasi pada mulanya digunakan untuk seseorang yang mengalami gangguan jiwa. Istilah alienasi juga digunakan untuk menyatakan keadaan seseorang yang mengasingkan diri. Fromm menyatakan bahwa alienasi merupakan keadaan seseorang yang merasakan dirinya asing. Seseorang yang mengalami alienasi tidak merasakan dirinya mengendalikan seluruh hal yang dilakukannya namun sebaliknya ia merasakan bahwa segala tindakan yang ia lakukan dan akibatnya menjadi sesuatu yang ia turuti. Dengan kata lain, ia tidak memegang kendali atas hidup yang ia jalani melainkan hidupnya yang mengendalikan dirinya. Selain itu, ia pun menjadi menjauh dari dirinya sendiri dan orang-orang disekitarnya.Lebih lanjut, Fromm menyatakan bahwa keterasingan manusia dengan sesamanya diakibatkan oleh tidak adanya rasa solidaritas dan kasih sayang antara satu sama lain serta sifat egois dari masing-masing individu yang tidak memperdulikan orang lain selain dirinya. Keterasingan sering kali diangkat menjadi tema dalam karya-karya sastra Prancis, baik dalam bentuk novel maupun drama. Salah satu contoh tema keterasingan yang terdapat dalam novel adalah L’étranger yang ditulis oleh Albert Camus pada tahun 1942. Mersault, tokoh utama dalam novel tersebut, berbeda dengan Annah. Ia memiliki teman bahkan kekasih. Ia tidak memiliki masalah dalam hal hubungannya dengan individu lain. Dalam novel tersebut, Camus memaparkan keterasingan Mersault berasal dari dalam dirinya. Menuru Camus, pada dasarnya, semua manusia asing bahkan dengan dirinya sendiri. Sebelum novel L’étranger, Edmond Rostand juga mengangkat tema keterasingan dalam drama berjudul L’aiglon pada tahun 1901. Dalam drama tersebut, Duc de Reichstadt sebagai tokoh utama yang diasingkan dari tanah airnya yaitu Prancis. Meskipun ia adalah seorang pangeran yang memiliki darah Bonaparte, ia tidak mengetahui apapun mengenai tanah airnya. Ia pun mencari jati dirinya dalam pengasingan tersebut. Hal ini serupa dengan novel Albert Camus yang menggarisbesarkan pada manusia yang mencari jati diri.
9 Keterasingan Tokoh..., Paragitha Kusuma Wardhani, FIB UI, 2014
Tema keterasingan yang diangkat oleh Le Clézio menarik untuk dibahas karena dalam cerpen Orlamonde terdapat persamaan dengan tema keterasingan yang diangkat oleh Albert Camus dan Edmond Rostand. Individualisme dalam Cerpen Orlamonde
Cerpen Orlamonde menggambarkan masyarakat dengan sifat individualis yang berakibat pada munculnya rasa keterasingan Annah. Sebagai contoh, kebiasaan buruk Annah yang sudah tidak masuk sekolah selama tiga bulan terakhir, tidak mendapatkan perhatian khusus dari masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kehidupan masyarakat modern, rasa kepedulian pada individu lainnya semakin berkurang bahkan hampir tidak ada lagi. Mereka hanya memikirkan kebutuhan dirinya sendiri seperti yang terlihat pada kutipan berikut :
“« Tu travailles bien à l’école?» C’était la question que lui posait toujours sa mère. Annah disait «oui» de la tête, en serrant très fort la main amaigrie et fiévreuse... Personne ne lui disait qu’Annah manquait l’école presque tous les jours depuis trois mois”(p. 241) « Prestasimu bagus di sekolah? » itulah pertanyaan yang selalu ditanyakan oleh ibunya. Annah menganggukan kepalanya sambil menjabat dengan kencang tangan yang kurus dan panas... Tidak ada seorang pun yang mengatakan pada ibunya bahwa Annah hampir setiap hari membolos sekolah selama tiga bulan (h. 241) Kutipan di atas memberikan gambaran bahwa perilaku Annah sebenarnya telah diketahui
oleh orang-orang
disekitarnya.
Namun,
tidak
ada
seorang
pun
yang
memberitahukan hal tersebut kepada ibunya. Padahal, seharusnya orang-orang yang telah mengetahui perilaku Annah memberitahukan hal tersebut kepada ibunya sehingga Annah sebagai anak usia sekolah mendapat nasehat dan bimbingan yang baik terutama dari orang terdekatnya, agar ia tidak melakukan hal-hal yang dapat membahayakan dirinya. Setelah ayahnya meninggal Annah merasa tidak memiliki seseorang yang dapat membimbing dan melindunginya. Hubungan antara Annah dan ibunya pun tidak terlalu dekat karena selama ini ia tinggal di negara yang berbeda dengan ibunya. Setelah ibunya kembali, ia pun menemukan bagian dirinya yang hilang selama ini. Ia pun merasa sangat bahagia meski kebahagian Annah yang tinggal bersama ibunya tidak berlangsung lama karena ibunya
10 Keterasingan Tokoh..., Paragitha Kusuma Wardhani, FIB UI, 2014
jatuh sakit. Peristiwa tersebut membuat Annah kembali merasa kehilangan perhatian dari keluarga terdekatnya. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut : “Annah est très contente d’avoir trouvé cet endroit. Il y a si longtemps, deux ans, peut-être davantage, quand sa mère est revenue d’Afrique, après la mort de son père.” (p. 239) Annah sangat senang sudah menemukan tempat itu. Sudah cukup lama, dua tahun, mungkin lebih, ketika ibunya kembali ke Afrika setelah kematian ayahnya. (h. 239) “Annah pensait parfois à sa mère qui était malade dans le grand hôpital en haut de la ville.” (p. 241) Annah beberapa kali memikirkan ibunya yang sedang sakit di sebuah rumah sakit besar di bagian atas kota. (h. 241) Tidak hanya itu, saat ia bersembunyi di dalam bangunan Orlamonde yang akan dihancurkan, ia memimpikan kehadiran ibunya. Impian itu muncul karena sangat Annah merindukan ibunya dalam keadaan sehat dan dapat menemaninya. Berikut kutipan yang menggambarkan hal tersebut : “Elle rêve, peut-être. Au bout du chemin d’étincelles, il y a sa mère qui l’attend...Elle est belle et heureuse, comme si elle ne devait jamais mourir.” (p. 246) Ia bermimpi, mungkin. Di ujung jalan yang berkilau, ibunya sedang menunggu...Ia terlihat cantik dan bahagia, seperti ia tidak akan pernah mati. (h. 246)
Rasa kesendirian Annah semakin bertambah setelah Piere meninggalkannya. Annah pun berusaha memerangi rasa keterasingannya sendiri dengan bersiul, seperti yang biasanya ia lakukan ketika mereka masih mengunjungi Orlamonde bersama-sama. Namun, usaha yang ia lakukan mejadi sia-sia karena Pierre yang selama ini selalu menemaninya telah pergi meninggalkan. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut ini :
“Elle essaie de siffler, mais elle tremble si fort qu’elle n’y arrive pas. Alors elle crie le signal : «Ohé-héé» mais son appel se perd dans le vent” (p.242)
11 Keterasingan Tokoh..., Paragitha Kusuma Wardhani, FIB UI, 2014
Ia mencoba bersiul, tetapi ..... Lalu ia meneriakan isyarat «Ohé-héé» Tetapi panggilan tersebut menghilang terbawa oleh angin (h.242) Keterasingan Annah juga dirasakannya saat ia menyadari bahwa ia sendiri. Pierre tidak lagi bersamanya saat ia datang ke Orlamonde. Keadaan ini diperburuk lagi ketika Pierre, satu-satunya teman terdekat Annah, mengkhianatinya dengan cara memberitahukan keberadaan bangunan Orlamonde kepada orang lain seperti tercermin dalam kutipan di bawah ini :
“Mais il a juré à Annah, en levant sa main droite et en tenant la petite fille par la main gauche, et elle sait qu’il ne parlera pas” (p. 245) Tetapi ia (Pierre) telah berjanji pada Annah, dengan mengangkat tangan kanannya dan memegang tangan gadis kecil itu dengan tangan kiri, dan ia (Annah) tahu bahwa ia (Pierre) tidak akan mengatakannya (h. 245) Sebenarnya, Pierre melakukan hal ini dengan tujuan yang baik, yaitu agar Annah tidak lagi terus menerus menjadikan tempat itu sebagai tempat pelarian dari kesedihan yang ia rasakan. Namun, kenyataan yang terjadi adalah sebaliknya. Annah merasa dikhianati karena Pierre sudah mengingkari janjinya. “Annah comprend que c’est Pierre qui l’a trahie. Il a parlé, il a guidé les hommes jusqu’à sa cachette.” (p. 248) Annah mengerti bahwa Pierre lah yang telah mengkhianatinya. Ia mengatakannya, ia yang menuntun mereka hingga ke tempat persembunyiannya (h. 248) Pada kenyataannya, Pierre tidak memberikan solusi terhadap keterasingan yang dialami Annah. Bahkan, cara yang dilakukannya justru menujukkan sifat individualis Pierre yang tidak memikirkan perasaan Annah. Kerinduan Annah untuk mendapatkan perhatian dari orang-orang terdekat dan yang ada di sekelilingnya bahkan memunculkan khayalan. Ia mengimajinasikan adanya sosok lakilaki tua yang menatap dirinya dari kejauhan yang dapat melindungi dan memberikan rasa aman pada dirinya. Dengan khayalan tersebut, Annah merasa bahwa ia seakan-akan dapat mengatasi keterasingannya. Hal ini dijelaskan melalui kutipan di bawah ini : “Elle a resenti pour la première fois cette impression étrange, comme quelqu’un caché qui vous regarde.” (p. 243)
12 Keterasingan Tokoh..., Paragitha Kusuma Wardhani, FIB UI, 2014
Ia merasakan untuk pertama kalinya sebuah kesan aneh, seperti ada seseorang yang bersembunyi dan memperhatikan. (h. 243) “Et puis il y a ce regard qui est autour d’elle, c’est le regard d’un vieil homme qu’elle ne connaît pas... Annah aime sentir son regard”(p.246) Dan kemudian ada tatapan disekelilingnya, tatapan seorang lelaki tua yang tidak ia kenal... Annah senang merasakan tatapan itu. (h.246)
Keberhasilannya mengatasi rasa keterasingan, membuat Annah menyadari bahwa ia tidak lagi memikirkan dirinya sendiri dan merasa nyaman dengan keadaannya yang jauh dari orang lain. Tidak hanya itu, ia juga memikiran keadaan hewan yang berada di sekitar Orlamonde. “Elle pense aux chats qui s’enfuient, aux lézards qui s’immobilisent au bord des fissures, leur gorge palpitante.” (p. 244) Ia memikirkan kucing-kucing yang melarikan diri, kadal-kadal yang berhenti di retakan, tenggorokan mereka berdebar. (h. 244) Hewan-hewan yang disebutkan dalam kutipan tersebut merupakan gambaran perilaku Annah untuk melawan keterasingannya. Kucing digambarkan sebagai hewan yang selalu mencari perlindungan. Sedangkan kadal adalah hewan yang bisa beradaptasi dalam lingkungan apapun. Ia pun merasa bahwa tidak ada lagi yang perlu ia perjuangkan untuk melawan keterasingannya. Dengan kata lain, ia sudah memiliki dunianya sendiri yang dipenuhi oleh khayalan dan hewan-hewan disekitar bangunan Orlamonde. Ia menganggap bahwa semua itu merupakan solusi dari masalah yang ia hadapi. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut : “Alors elle ne pensait plus à rien, tout pouvait s’effacer. Elle n’oubliait pas, non, mais les gens et les choses de l’autre monde n’avaient plus la même importance.” (p.240) Dia tidak lagi memikirkan apapun, semuanya memudar. Ia tidak melupakannya, tetapi ia merasa bahwa hal lain tidak lagi penting. (h. 240) Uraian di atas memberikan gambaran bahwa keterasingan yang dialami oleh Annnah adalah akibat dari perubahan pola hidup masyarakat yang tidak lagi mengutamakan rasa kepedulian antar satu individu dengan individu lainnya. Adanya konflik batin dalam cerpen 13 Keterasingan Tokoh..., Paragitha Kusuma Wardhani, FIB UI, 2014
ini, ditunjukkan dengan adanya keinginan Annah untuk mendapatkan perhatian dan perlindungan dari orang-orang terdekatnya. Namun di sisi lain, ia ingin bersembunyi untuk melupakan kesedihan yang ia alami.
Orlamonde Sebagai Simbol Keterasingan
Keterkaitan Annah dengan bangunan Orlamonde terlihat jelas dalam cerpen ini. Pemandangan yang indah yang berada di sekitar Orlamonde menjadi pelengkap keberadaan bangunan itu. Jendela Orlamonde merupakan tempat favorit Annah untuk melampiaskan kesedihan dalam kesendiriannya. Jendela tersebut diibaratkan sebagai pembatas antara dirinya dengan dunia luar. Dengan berada di Orlamonde, Annah berarti terperangkap dan tidak dapat keluar dari keterasingannya. Dari jendela tersebut, ia dapat melihat kebebasan dunia luar yang tidak ia miliki. Hal tersebut terlihat pda kutipan berikut :
“Annah est assise dans l’embrasure de la grande fenêtre en ogive. C’est l’endroit qu’elle aime le mieux au monde. Elle l’aime parce que c’est l’endroit du monde oú l’on voit le mieux la mer et le ciel, rien d’autre que la mer et le ciel, comme si la terre et les hommes avaient cessé d’exister. Elle l’a choisi parce qu’il est tout à fait isolé, si haut, si secret que personne ne pourrait la trouver là”(p.239) Annah duduk di tepi jendela. Tempat itu adalah tempat kesukaannya. Ia menyukai tempat itu karena ia dapat melihat laut dan langit lebih jelas, tidak ada hal lain selain selain laut dan langit seperti bumi dan manusia tidak ada lagi. Ia memilih tempat tersebut karena tempat itu terisolasi, tinggi, dan tersembunyi sehingga tidak ada orang yang dapat menemukannya. (h.239) Annah menyebut Orlamonde sebagai maison atau rumah. Dalam hal ini, rumah yang diidamkan Annah adalah sebuah rumah yang terletak di daerah terpencil dan tenang dengan pemandangan alam yang indah. Penyebutan maison merupakan gambaran dari rasa kepemilikan Annah terhadap tempat tersebut. Ia menganggap tempat tersebut sebagai tempat tinggalnya dengan pemandangan yang indah di sekitarnya karena ia telah kehilangan rumah yang sesungguhnya, ketika ia kehilangan ayah dan ibunya dirawat di rumah sakit. Ia merasa bahwa tempat itu telah memberinya rasa nyaman dan aman melalui pemandangan di sekitarnya. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut :
14 Keterasingan Tokoh..., Paragitha Kusuma Wardhani, FIB UI, 2014
“...elle regardait le ciel et la mer comme elle ne les jamais vus...” (p. 240) Ia melihat langit dan laut seperti ia tidak pernah melihat sebelumnya. (h. 240) “Mais quand elle était ici, dans sa maison, en haut de la muraille...” (p. 241) Tetapi saat ia disini, di dalam rumahnya, di atas dinding...” (h. 241) Ketenangan yang Annah rasakan saat berada di Orlamonde membuatnya dapat melupakan semua masalah yang menghimpitnya untuk sejenak. Berikut kutipan yang menggambarkan hal tersebut :
“Alors elle ne pensait plus à rien, tout pouvait s’effacer. Elle n’oubliait pas, non, mais les gens et les choses de l’autre monde n’avaient la même importance.” (p. 240) Ia tidak memikirkan apa-apa, semua bisa menghilang. Ia tidak melupakannya, tidak, tetapi orang-orang dan semua hal di dunia ini tidak lagi penting. (h. 240) Meskipun demikian, ia tidak mendapatkan ketenangan yang sepenuhnya karena ia tidak menemukan kehangatan yang dapat ia rasakan ketika ia berada di rumah yang seseungguhnya. Hal tersebut diibaratkan sebagai sinar matahari yang menyinari Orlamonde. Ia tidak dapat dirasakan oleh Annah karena ia duduk di tempat yang tinggi. Hal tersebut dijelaskan dalam kutipan berikut ini :
“Annah est assise dans l’embrasure de la haute fenêtre, et malgré la brûlure du soleil d’hiver, elle tremble et ses dents se heurtent nerveusement.” (p. 242) Annah duduk di tepi jendela yang tinggi, dan meskipun sinar matahari musim dingin menyengat, ia menggigil dan giginya saling beradu dengan gelisah. (h. 242) Ketenangan yang ia dapatkan ketika ia berada di Orlamonde, membuat Annah rela melakukan apa saja agar ia tidak dipisahkan dengan bangunan tua itu. Annah yang sudah nyaman dengan kesendiriannya menolak untuk diselamatkan saat para pekerja yang akan menghancurkan bangunan tersebut datang. Pikiran Annah yang telah dipenuhi dengan khayalannya membuatnya ia enggan bersosialisasi lagi dengan masyarakat disekelilingnya. Dengan kata lain, ia sudah merasa nyaman dalam kesendiriannya. Berikut adalah kutipan yang menunjukkan peristiwa itu tersebut :
15 Keterasingan Tokoh..., Paragitha Kusuma Wardhani, FIB UI, 2014
“Quand Annah a dit à Pierre qu’elle resterait là haut, dans sa maison, même si elle devait mourir, il n’a pas répondu” (p. 246) Saat Annah memberi tahu Pierre bahwa ia akan tetap di atas, di dalam rumanya, meskipun ia harus mati, Pierre tidak menjawab. (h. 246) “« Allez, viens, tu ne peux pas rester ici. » Annah secoue la tête.” (p. 248) « Ayo, ikut, kamu tidak bisa tetap disini. » Annah menggelengkan kepala (h. 248) Judul cerpen yang memiliki persamaan dengan latar tempat yang digunakan dalam cerpen ini memiliki arti tersendiri. Latar tempat utama yaitu Orlamonde digambarkan sebagai sebuah bangunan tua yang terletak di atas tebing, sudah terabaikan, berdinding batu, dan memiliki banyak jendela. Pemandangan yang terlihat dari Orlamonde hanya lautan dan langit karena tidak ada bangunan lain disekitarnya. Orlamonde memiliki beberapa penyebutan lain dalam cerpen ini seperti théâtre en ruine, théâtre abandonné, dan maison fantôme. Penyebutan Orlamonde sebagai théâtre en ruine dan théâtre abandonné atau teater yang terabaikan. Teater seharusnya adalah tempat orang-orang menonton pertunjukan dan dipenuhi banyak orang. Tetapi, hal tersebut tidak berlaku di Orlamonde. Bangunan tersebut sudah tidak pernah digunakan untuk pagelaran acara dan bahkan terabaikan oleh masyarakat disekitarnya. Sebutan lain Orlamonde adalah maison fantôme atau rumah hantu. Keadaan bangunan yang dingin, menyeramkan, dan tidak terurus membuat Orlamonde menyerupai rumah hantu. Rumah hantu juga memberi simbol ketidaknyataan atau ilusi. Keadaan ini membuat Annah mengimajinasikan adanya seseorang yang mengamati dirinya dari kejauhan padahal ia sedang sendirian di bangunan tersebut. Berdasarkan analisis latar tempat tersebut, terlihat bahwa Orlamonde memiliki persamaan dengan keadaaan Annah yang tidak memiliki siapa pun di sampingnya. Ia pun sudah tidak lagi dihiraukan oleh orang-orang di sekitarnya, layaknya Orlamonde yang terabaikan. Annah yang digambarkan sebagai sosok yang terasing dan diabaikan oleh orangorang sekelilingnya merupakan cerminan dari Orlamonde yang merupakan bangunan yang telah ditinggalkan oleh masyarakat.
16 Keterasingan Tokoh..., Paragitha Kusuma Wardhani, FIB UI, 2014
Meskipun Orlamonde merupakan bangunan tua yang sudah tidak terurus, ia tetap berdiri tegak. Keadaan ini memiliki kesamaan dengan diri Annah yang pantang menyerah. Annah memanjat dinding yang terbentuk dari bebatuan meskipun hal itu sangat berbahaya bagi dirinya. Meski ia merasa sedikit ketakutan saat ia menaiki bebatuan tersebut, ia tetap berusaha agar sampai di tempat yang ia tuju. Hal ini terlihat dari kutipan berikut :
“...elle avait commencé à escalader le mur de pierres... Elle avait un peu le vertige, à chaque fois, mais en même temps son cœur battait si fort” (p.239) Ia mulai memanjar dinding bebatuan. Ia merasa sedikit pusing, pada beberapa saat, tetapi dalam waktu yang sama, jantungnya berdebar kencang. (h. 239) Pada bagian akhir cerpen dijelaskan bahwa Annah harus merelakan kehancuran Orlamonde yang selama ini menjadi tempat persembunyiannya meskipun ia merasa ada bagian dirinya yang hilang. Ia pun merasa hancur dan harus mencari tempat persembunyian lain.. Berikut kutipan yang menggambarkan hal tersebut :
“..elle regarde le mur de pierres une dernière fois, et la mer qui étincelles. Orlamonde n’existe plus.. Le regard du vieil homme s’éloigne déjà..” (p. 249) Ia melihat dinding bebatuan itu untuk terakhir kalinya, dan laut yang bersinar. Orlamonde sudah tidak ada lagi.. Tatapan lelaki tua itu pun sudah menjauh.. (h. 249) Hal
ini
memperlihatkan
adanya
ketidakmampuan
Annah
mengatasi
rasa
keterasingannya. Ia harus pada keadaan yang dalam hal ini mewakili masyarakat. Jika kita melihat para pekerja penghancur banguanan sebagai representasi masyarakat, kita bisa melihat
pula
ketidakpedulian
masyarakat
kepada
orang
lain.
Masyarakat
ingin
menghancurkan keterasingan yang disimbolkan dengan Orlamonde tetapi, cara yang sangat individualis malah membuat Annah semakin terasing. Penutup Dalam cerpen Orlamonde, Le Clézio mengkritik kehidupan sosial masyarakat yang sudah tidak peduli pada masalah yang dihadapi orang terdekat mereka. Pergeseran perilaku masyarakat menjadi modern telah merubah pola hidup mereka. Keberadaan mereka hanya didasari oleh keberadaan fisik, tetapi tidak secara emosional
17 Keterasingan Tokoh..., Paragitha Kusuma Wardhani, FIB UI, 2014
Keterasingan yang dialami Annah merupakan akibat buruk dari kurangnya interaksi sosial antar individu. Sifat individualis yang tinggi dalam masyarakat membuat Annah sebagai anak kecil dengan berbagai masalah yang dihadapi menjadikan ia semakin tersingkirkan. Ia merasa tidak memiliki seorangpun yang mau mendengarkan keluh kesahnya. Ia menjadi seseorang yang berada di dunianya sendiri tanpa ada campur tangan orang lain. Keunikan karya ini terdapat pada deskripsi latar yang digambarkan secara detil sebagai pendukung dari tema keterasingan itu sendiri. Ikatan yang terjadi pada diri Annah dengan Orlamonde menunjukkan bahwa Orlamonde merupakan pencerminan dari diri Annah. Keterasingan yang Annah rasakan sama dengan yang dialami oleh bangunan tua tersebut. Dinding bebatuan Orlamonde yang dingin dan menyesakkan sangat dinikmati oleh Annah bahkan ia merasa kondisi yang ada di Orlamonde tersebut dapat melindunginya dirinya dari kesedihan yang ia alami. Dengan begitu, kita melihat bahwa jalan keluar yang menimbulkan rasa aman dalam masyarakat modern adalah dengan cara menyendiri.
Daftar Referensi Barthes, Roland. (1966).“Introduction à l’Analyse Structurale des Récits” dalam Communication 8. Paris : Edition du Seuil. Bibliothèque Nationale de France direction des collections département Littérature et art. Le Prix Nobel de Littérature a été attribué à Jean-Marie Gustave Le Clézio http://www.bnf.fr/documents/biblio_leclezio.pdf Diunduh pada 5 April 2013. Brenner, Jacques. (1987). Mon Histoire De La Litterature Française Contemporaine. Paris : Bernard Grasset. De Cortanze, Gerard. (2009). J-M. G. Le Clézio. Paris : Gallimard. Erich, Fromm. (1955). The Sane Society. New York: Rinehart & Company, inc. Minderop, Albertine. (2010). Psikologi Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori, dan Contoh Kasus. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Schmitt, M.P. dan Viala A. (1982). Savoir Lire. Paris : Didier. Winter, Geneviève. (2011). 100 Fiches Sur Les Mouvements Littéraires. Saint-Mandé : Bréal. Zaidan, Abdul Rozak. (2000). Kamus Istilah Sastra. Jakarta : Balai Pustaka. Aussieria, Davina. (2012). Keterasingan Tokoh Duc De Reichstadt Dalam Drama L’Aiglon karya Edmond Rostand. Depok : Universitas Indonesia. Les Courants Littéraires : Le Nouveau Roman de XXe Siècle. Diakses pada 26 September 2014 dari http://www.espacefrancais.com/le-nouveau-roman/ 18 Keterasingan Tokoh..., Paragitha Kusuma Wardhani, FIB UI, 2014
Feurlicht, Ignace. Camus’s L’étranger Reconsidered. Diakses pada 20 November 20 2014 dari http://www.jstor.org/stable/460737 Orlamonde. Diakses pada 22 November 2014 dari http://www.maeterlinck100.be/en/content/biography-orlamonde
19 Keterasingan Tokoh..., Paragitha Kusuma Wardhani, FIB UI, 2014