Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Prroduk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat
KESEHATAN DAN KEAMANAN PANGAN PRODUK HEWANI E. MARTINDAH
dan R.A. SAPTATI
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Jalan Raya Pajajaran Kav . E-59, Bogor
ABSTRAK Kebutuhan masyarakat akan pangan asal hewan (khususnya daging) yang terus bertambah menuntut penyediaannya yang semakin banyak pula. Disatu sisi hal ini merupakan peluang karena peningkatan permintaan daging akan mendorong peningkatan produksi dalam negeri, tetapi di sisi lain menjadi tantangan untuk dapat menyediakan produk yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH) bagi masyarakat. Tidak dapat dipungkiri saat ini mulai banyak ditemukan kasus beredarnya produk daging yang tidak ASUH, yaitu produk yang tidak memenuhi syarat keamanan dan/atau kehalalan pangan, baik pada produk domestik maupun eks-impor . Salah satu sebab yang mendorong merebaknya peredaran daging tidak ASUH ini adalah kurangnya pengetahuan dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan menggunakan produk (daging) secara tepat, benar dan aman. Masyarakat cenderung membeli makanan dengan harga murah tanpa memperhatikan kualitas sehingga mendorong pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab untuk meraih keuntungan yang besar tanpa memikirkan kerugian yang dapat diderita oleh konsumen . Seperti diketahui pangan asal hewan adalah makanan yang berpotensi berbahaya (potentially hazardous foods) karena merupakan salah satu media pembawa bibit penyakit dan sebagai sumber penyakit zoonosis . Produk daging yang tidak ASUH berpotensi membahayakan kesehatan masyarakat . Oleh sebab itu kesehatan dan kemanan pangan produk hewani menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan baik oleh pemerintah, produsen maupun konsumen . Kata kunci : Produk hewani, strategi, keamanan pangan
PENDAHULUAN
Dewasa ini kebutuhan pangan asal hewan terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran masyarakat akan pentingnya arti kesehatan dan pemenuhan asupan nutrisi yang baik . Dengan jumlah penduduk Indonesia sekitar 220 juta jiwa dan tingkat pertumbuhan 1,5 persen per tahun, menuntut penyediaan pangan tennasuk produk hewani yang memadai baik dalam jumlah maupun kualitas . Saat ini rataan konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia masih dibawah angka standar kecukupannya, dimana untuk daging barn tercapai sekitar 6,89 kg/ kapita/tahun, telur 67 butir/kapita/tahun dan susu 6 kg/kapita/tahun (DITJEN
PETERNAKAN,
2006 ;
POULTRY
INDONESIA
on line, 2007) . Jumlah ini masih sangat kecil jika dibandingkan dengan konsumsi protein hewani di negara lain, bahkan negara ASEAN . Dengan demikian peluang untuk meningkatkan konsumsi pangan hewani masih akan terus terjadi pada masa yang akan datang . Bahkan diprediksikan pada tahun
94
2025 konsumsi pangan produk hewani, khususnya daging akan meningkat 2-3 kali lipat dari rataan konsumsi saat ini (KASRYNO et al., 2004) . Ditinjau dari sisi suplai, peningkatan konsumsi pangan produk hewani tersebut merupakan peluang bagi peningkatan produksi dalam negeri . Saat ini untuk mencukupi kebutuhan pangan produk hewani, khususnya daging sapi dan susu pemerintah masih harus mengimpor dari Australia dan New Zealand masing-masing sebesar 30 persen dan 70 persen dari total kebutuhan nasional . Sementara untuk telur dan daging ayam ras, Indonesia sudah mampu berswasembada . Upaya mengakselerasi produksi dalam negeri sangat penting untuk dilakukan, karena jika tidak maka diprediksikan pada tahun 2020 impor daging sapi dapat mencapai 70 persen (QUIRKE ei al ., 2003) . Jika hal ini terjadi maka ketergantungan kepada luar negeri akan semakin besar dan semakin menguras devisa negara. Selama ini, hampir 90 persen produk susu dan daging dalam negeri berasal dari peternakan rakyat skala kecil . Sehingga peningkatan konsumsi pangan produk hewani ini harus dimanfaatkan untuk lebih
1
Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXV11 Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat
mendorong berkembangnya agribisnis peternakan yang tangguh dan berdaya saing . agar mampu memenuhi permintaan dalam negeri dan bersaing di era perdagangan global . Disamping peluang, peningkatan konsumsi pangan produk hewani tersebut juga merupakan tantangan dengan banyak ber-edarnya produkproduk yang tidak memenuhi standar keamanan dan/atau kehalalan. Daging glonggongan, daging ayam tiren (bangkai), pemalsuan/pencampuran daging sapi dengan celeng, daging impor ilegal dan daging yang mengandung bahan kimia berbahaya merupakan contoh kasus yang saat ini banyak ditemui . Maraknya peredaran produk hewani yang tidak aman ini dipicu oleh adanya kecenderungan masyarakat untuk membeli produk berharga murah tanpa memperhatikan kualitasnya . Disamping itu penegakan terhadap pelaksanaan aturan-aturan yang terkait dengan pengawasan pangan dalam rangka perlindungan masyarakat seperti UU No . 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, UU No . 7 tahun 1996 tentang Pangan, UU No . 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen serta PP No . 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan, belum sepenuhnya dilakukan . Begitu juga dengan pemberian hukuman terhadap pelaku usaha yang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/jasa yang tidak mengikuti ketentuan berproduksi yang ASUH . Padahal produk yang tidak aman, sehat, utuh dan halal (ASUH) dapat membahayakan kesehatan masyarakat . Apalagi pangan produk hewani mempunyai sifat yang berpotensi berbahaya (potentially hazardous foods) karena merupakan salah satu media pembawa bibit penyakit dan sumber penyakit zoonosis (DITJEN PETERNAKAN, 2007) . Oleh karena itu pengawasan peredaran pangan asal hewan harus menjadi perhatian. Produk pangan hewani yang beredar di masyarakat harus terjamin keamanan dan kehalalaimya . Keamanan pangan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah semata, tetapi juga produsen dan konsumen/masyarakat . Peran pemerintah utamanya adalah membuat aturan dan penegakannya . Sebenarnya produsen akan sangat takul bila ada aturan yang baik dan ditegakkan tanpa pandang bulu . Dalam tlisan ini disampaikan peredaran dan penjualan daging yang berpotensi tidak aman
dan konsekuensi yang ditimbulkan serta strategi penanganannya. KEAMANAN PANGAN PRODUK HEWANI Pangan asal ternak/hewani memiliki nilai gizi yang tinggi, terutama kandungan protein, asam amino, lemak laktosa, mineral dan vitamin . Tetapi seperti produk pertanian pada umumnya, produk hewani ini juga bersifat mudah rusak dan busuk terutama di daerah tropis dan lembab seperti Indonesia karena mikroorganisme cepat berkembang biak . Apalagi pangan asal hewan juga termasuk produk pangan yang berpotensi berbahaya (potentially hazardous foods) karena merupakan salah satu media pembawa bibit penyakit dan sumber penyakit zoonosis . Sehingga jika produk hewani tersebut rusak maka tidak akan aman untuk kesehatan dan dikonsumsi . Untuk itu faktor kualitas bahan pangan perlu mendapat perhatian terutama faktor keamanan produk (food safety) . Kualitas bahan pangan asal ternak harus memperhatikan asas Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH) . Aman berarti bahan pangan tersebut tidak mengandung bahan biologik, kimia dan fisik yang dapat menyebabkan penyakit serta mengganggu kesehatan manusia . Sehat berarti memiliki unsurunsur yang dibutuhkan dan berguna bagi kesehatan serta pertumbuhan tubuh . Utuh berarti tidak bercampur dengan bagian lain dari hewan dan sesuai dengan deskripsi yang ada pada label produk . Sedangkan halal berarti bahwa bahan pangan tersebut berasal dari ternak yang dipotong dan ditangani sesuai dengan syariat agam Islam (DITJEN PETERNAKAN, 2007) . Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan asal hewan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia (ANONIMUS, 2004) . Kemanan pangan dipengaruhi oleh segala proses yang terjadi dalam mata rantai produksi . Kontaminasi dapat terjadi pada setiap proses mulai dari peternakan, saat panen/pemotongan, pemerahan susu, industri pengolahan, transportasi, pengecer dan konsumen (THAIIR et al ., 2005) . Termasuk dalam kategori pangan asal ternak yang tercemar adalah apabila pangan tersebut
95
Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat
mengandung : (a) bahan beracun, berbahaya atau yang dapat merugikan jiwa manusia, (b) cemaran bio-fisik-kimiawi yang melampaui ambang batas yang telah ditetapkan, (c) bahan yang dilarang digunakan dalam proses produksi pangan asal ternak, serta (d) bahan kotor, busuk, tengik, terurai atau mengandung bahan nabati atau hewani yang berpenyakit atau berasal dari bangkai sehingga menjadikan pangan tidak layak dikonsumsi manusia . Produk hewani yang sudah kadaluarsa juga termasuk dalam kriteria pangan yang tercemar (WIRADARYA, 2005) . Jika suatu bahan-pangan telah tercemar, berarti bahan pangan tersebut sudah tidak memenuhi kriteria ASUH. Berpijak dari realita diatas, pemerintah dituntut untuk menegakkan aturan tentang keamanan pangan asal hewan . Disamping itu masyarakat sebagai konsumen dituntut untuk lebih berhati-hati dan waspada ketika memilih produk pangan . Untuk menentukan kualitas daging yang baik dan layak dikonsumsi, kriteria yang dapat dipakai sebagai pedoman adalah (a) keempukan dan kelunakan daging, (b) kandungan lemak (marbling), (c) warna daging, (d) rasa dan aroma serta (e) kelembaban (BALI POST, 2005) .
Keempukan daging ditentukan oleh kandungan jaringan ikat. Semakin tua usia hewan susunan jaringan ikat semakin banyak sehingga daging yang dihasilkan semakin liat . Daging yang sehat jika ditekan akan memiliki konsistensi kenyal sampai padat . Konsistensi daging yang tidak sehat mempunyai kekenyalan rendah (jika ditekan dengan jari tangan terasa lunak), apalagi diikuti dengan warna yang tidak normal maka daging tersebut tidak layak dikonsumsi . Marbling adalah lemak yang terdapat diantara serabut otot (intramuscular) dan berpengaruh terhadap cita rasa daging . Warna daging bervariasi tergantung dari jenis hewan secara genetik dan usia, misalnya daging sapi potong lebih gelap daripada sapi perah, daging sapi muda lebih pucat daripada daging sapi tua . Kriteria cita rasa dan aroma dipengaruhi oleh jenis pakan . Daging yang berkualitas baik memiliki rasa lebih gurih dan aroma yang sedap . Bau yang tidak normal biasanya segera dicium beberapa saat setelah hewan itu dipotong . Misalnya hewan sakit akan memberi aroma seperti mentega
96
tengik, terutama hewan yang mengalami radang organ dalam. Kelembaban, secara normal daging mempunyai permukaan relatif kering sehingga dapat menahan pertumbuhan mikroorganisme dari luar. Dengan demikian akan mempengaruhi daya simpan daging tersebut . PRODUK HEWANI (DAGING) YANG TIDAK ASUH Kondisi aktual yang terjadi saat ini banyak beredar produk hewani, khususnya daging yang tidak ASUH . Beberapa jenis diantaranya adalah : daging sapi glonggongan, daging ayam tiren (mati kemarin), pemalsuan/pencampuran daging sapi dengan celeng, daging impor ilegal dan daging yang mengandung bahan kimia berbahaya . Daging glonggongan sangat merugikan konsumen, sebab walaupun harganya murah saat dimasak nilai susutnya mencapai 40 persen . Sedangkan jika daging segar susutnya hanya 20 persen (WAWASAN DIGITAL, 2007). Disamping itu daging glonggongan akan mudah busuk dan sedikit berbau anyir yang berbahaya untuk dikonsumsi . Daging yang busuk dapat menyebabkan gangguan pencemaan . Pembusukan dapat terjadi akibat penanganan yang kurang baik pada saat pendinginan, sehingga mengakibatkan meningkatnya aktivitas bakteri pembusuk . Keadaan ini terjadi karena daging terlalu lama dibiarkan di tempat terbuka pada suhu kamar, sehingga terjadi proses pemecahan protein oleh enzim-enzim dalam daging yang menghasilkan amonia dan asam sulfide . Daging ayam bangkai (tiren) dapat dikenali dengan melihat warna kulit karkas yang terdapat bercak-bercak darah pada bagian kepala, leher, punggung, sayap dan dada . Baunya agak anyir, konsistensi otot dada dan paha agak lembek, keadaan serabut otot berwarna kemerahan, keadaan pembuluh darah di leher dan sayap penuh darah, warna hati merah kehitaman dan bagian dalam karkas berwarna kemerahan . Sedangkan daging yang diberi formalin biasanya warnanya terlihat pucat mengkilat, terutama pada daging ayam, konsistensinya sangat kenyal, permukaan kulit tegang, bau khas formalin dan tidak dihinggapi lalat .
Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXV11 Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat
Daging impor ilegal Terkait dengan maraknya peredaran daging impor ilegal, sebagai negara yang bebas penyakit hewan menular dan berbahaya (PMK dan BSE), Indonesia mempunyai hak untuk melaksanakan aturan atau kesepakatan internasional yang sudah disetujui bersama untuk melarang pemasukan produk, legal maupun ilegal, yang berasal dari daerah (negara) tidak bebas penyakit tersebut seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian No . 64/Permentan/OT.140/12/2006 dan perubahannya No . 27/Permentan/OT.140/ 3/2007 Tabel 1 . Persyaratan teknis pemasukan No . Jenis komoditas . 1 Ruminansia besar (saps, kerbau, dan lain-lain)
2.
3.
Ruminansia kecil (kambing/domba, dan lain-lain) Babi
4.
Unggas
Sumber :
DITJEN PENGOLAHAN
tentang Pemasukan dan Pengawasan Peredearan Karkas, Daging dan Jerohan dari Luar Negeri . Aturan ini tidak perlu diperdebatkan lagi, karena secara tegas kita telah menyepakati hal tersebut. Oleh karena itu ada dua hal yang secara tegas hares dilarang yaitu : (a) masuknya daging dari negara yang belum dinyatakan bebas penyakit berbahaya (list A), dan (b) masuknya daging ilegal yang berasal dari negara manapun, bahkan dari negara yang dinyatakan bebas penyakit berbahaya. Persyaratan teknis pemasukan karkas, daging dan jeroan dari luar negeri dapat dilihat pada Tabel 1 .
karkas, daging dan jeroan dari luar negeri Status negara asal Bebas penyakit mulut dan kuku (PMK), Rinderpes, Contaginous bovine pleuro-pnemonia (CBPP), Rift valley fever (RVF), Bovine spongiform encephalopathy (BSE) Bebas PMK, Rinderpes, CBPP, RVF, Scrapie, Sheep pox, Goat pox dan Pest des petits ruminantia (PPR) Bebas PMK, Rinderpes, RVF, African swine fever, Swine vesicular, Nipah virus, Japanese encephalitis, Bebas Notifiable avian influenza (NAI), Duck viral hepatitis dan Duck viral enteritis
dan PEMASARAN
Negara asal saat mi Australia, New Zealand dan Canada
Australia, dan New Zealand Australia dan USA
Malaysia
HASIL PERTANIAN, (2007)
Pelarangan masuknya daging ilegal dari 'negara bebas' hares ditempuh secara tegas, karena banyak ulah importir 'nakal' yang mencoba mengemas ulang daging dari India dengan label barn 'aspal', seolah berasal dari New Zealand atau Australia. Argumentasi 'pelarangan atau pencegahan' masuknya daging impor ilegal ini didasarkan pada sanitary and phytosanitary (SPS) dimana semua negara anggota WTO berkewajiban untuk melindungi negaranya dan negara lain dari masuk dan penyebarluasan hama dan penyakit hewan atau tanaman, serta juga mencegah pengaruhnya terhadap kesehatan manusia . Prosedur pemasukan daging dari luar negeri ke Indonesia sudah diatur seperti diagram dibawah ini, akan tetapi kasus daging ilegal tidak mengindahkan ketentuan tersebut . Daging yang berasal dari India, Afrika, Amerika Selatan, Kanada dan negara 'tidak bebas'
mempunyai potensi membawa agen penyakit berupa virus PMK maupun virus-virus lainnya yang dapat menularkan penyakit tersebut di Indonesia apabila terekspose kepada hewan-hewan yang rentan seperti sapi, kerbau dan babi . Perlu diketahui bahwa penyakit ini mempunyai penyebaran (morbiditas) sangat tinggi . Daging yang berasal dari negaranegara tersebut mempunyai peluang yang tinggi terkontaminasi virus PMK karena sampai saat ini India dan negara-negara tersebut belum bebas terhadap PMK, dan basil peninjauan pada tahun 1999 ternyata tidak ada satu wilayahpun di India yang sudah bebas PMK (terutama wilayah dimana daging tersebut diproses) . Bahkan pada peninjauan tersebut ditemui banyak prosedur/ketentuan dari OIE (organisasi kesehatan hewan dunia) yang tidak dilakukan agar virus PMK mati (seperti proses penurunan pH karkas) ataupun memperkecil kemungkinan virus terbawa melalui pembuangan kelenjar lymphe .
97
Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat
ppm at btislinient apptriwit kol Keswan & Kesmavet
Pintu niasuk Indonesia
w
Pemeriksaan Kar ntina II 'an i3ea dan Ctkai
Pengawasan peredaran di tempat penyim d tin .at importir, distributor, J sewak ktubiladicurigai Labelisasi produk pangan asal hewan Penerapan NKV, HACCP
i
Analisa resiko
n nt 1
ut, er
a
Consumers awareness l'elayananprima PemerintahDaerah : ProvinsiIKabupaten/Kota
Diagram 1 . Prosedur pemasukan daging dari luar negeri ke Indonesia
Sumber : DITIEN Selain itu daging asal India ini adalah daging kerbau dan bukan daging sapi, dimana ternyata terdapat banyak kerbau di India yang resisten atau toleran terhadap penyakit PMK, sehingga walaupun kerbau tersebut terlihat sehat tetapi kemungkinan besar terdapat virus PMK di dalam tubuhnya . Oleh karena itu kemungkinan virus PMK terbawa oleh daging impor asal India sangatlah besar. Apabila PMK sempat masuk ke Indonesia dapat diperkirakan besarnya kerugian yang akan diderita pihak Indonesia untuk membebaskannya . Peluang ekspor produk ternak kita juga akan terhambat, dan kemungkinan masuknya impor produk ternak yang tertular PMK menjadi lebih terbuka lebar karena Indonesia dianggap sudah tidak bebas PMK lagi . Apabila status daging dari negara asalnya tidak diketahui, maka daging impor ilegal selain dapat membawa penyakit menular seperti PMK, kemungkinan lain juga kurang higienis, tercemar berbagai senyawa kimia seperti hormon, residu antibiotika, residu pestisida, dan lain sebagainya .
98
PETERNAKAN (2007)
STRATEGI PENANGANAN PRODUK PANGAN HEWANI Pemerintah telah menerbitkan undang-undang tentang pengawasan produk asal hewan yaitu Peraturan Pemerintah No . 22 tahun 1983 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner . Oleh karena itu pemerintah baik di Pusat maupun daerah perlu selalu berkoordinasi melakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap produk pangan . Untuk itu Pemda melalui dinas-dinasnya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya perlu melakukan upaya yang terus menerus untuk memberdayakan masyarakat dengan memberikan pemahaman dan perlindungan kepada konsumen dalam hal keamanan pangan . Proses keamanan pangan (daging) ayam harus dilakukan sedini mungkin, yakni mulai dari peternakan (farm) hingga dikonsumsi (di meja makan) . Dengan demikian kelayakan Rumah Potong Hewan/Ayam (RPH/A) yang mampu menyediakan daging ayam yang memenuhi
T
Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXV11 Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat
persyaratan teknis higienes dan sanitasi patut dicermati . Dalam mendirikan RPH/A, walaupun cukup sederhana dan tidak menggunakan peralatan yang canggih serta mahal, yang terpenting adalah teknik pemotongan atau proses pemotongannya tetap halal dan memenuhi aspek kesehatan . Proses pemotongan hewan yang berlangsung dengan lancar, teratur, dan memenuhi syarat kesehatan akan menghasilkan kualitas karkas dan hasil sampingan yang baik dan halal . Untuk penjaminan halal diperlukan pemotong yang beragama Islam dan memahami aturan penyembelihan secara Islam yaitu: membaca Bismillahi Allahuakbar, menggunakan pisau yang tajam, memotong bagian leher sehingga memutus jalan pakan, nafas dan pembuluh darah sekitamya, membiarkan darah keluar sempurna dan mati sempuma sebelum proses berikutnya . Saat ini masih banyak beredar daging ayam yang berasal dari tempat pemotongan ayam perorangan/ tradisional yang tidak memenuhi syarat keamanan dan kesehatan . Praktek ini masih berlangsung karena terbatasnya jumlah RPA yang ada, disamping lokasinya jauh dan biaya pemotongan relatif mahal . Sehingga untuk mengantisipasinya perlu didirikan RPA mini yang dekat dengan pasar tradisional . Dalam mendirikan RPA sebaiknya terdiri dari beberapa kompartemen . Kompartemen pertama yakni kompartemen sangat kotor . Pada bagian ini berlangsung pemotongan yang meliputi penyembelihan ayam, pencelupan ayam ke dalam drum atau panci air panas dan pencabutan bulu. Kompartemen kedua yakni kompartemen kotor . Di dalam bagian ini berlangsung proses pemotongan bagian tubuh ayam seperti kepala, leher dan kaki, penyobekan perut, dan pengeluaran isi rongga perut, pembersihan bulu-bulu yang masih tersisa, penanganan sampingan dan pencucian karkas . Kompartemen ketiga yakni kompartemen bersih . Di dalam bagian ini berlangsung proses pemotongan seperti proses pendinginan ayam dalam bak, penyiapan karkas sesuai pesanan, pembungkusan atau pengemasan, pemotongan ayam menjadi beberapa bagian (parting), proses pengambilan tulang (boneless), dan penyimpanan karkas ke dalam ruang berpendingin (cold storage) . Pengamanan dan penanganan terhadap daging ilegal adalah dengan mengambil tindakan tegas sesuai peraturan Menteri Pertanian No . 64/ Permentan/OT. 140/12/2006 dan perubahannya No .
27/Permentan/OT.140/ 3/2007 tentang Pemasukan dan Pengawasan Peredaran Karkas, Daging dan Jerohan dari Luar Negeri, seperti memusnahkannya dan mengantisipasi pencegahan masuknya daging ilegal dengan pengawasan ketat di daerah-daerah pintu masuk untuk impor, serta menindak tegas pelakunya sesuai ketentuan yang berlaku . Selain itu diperlukan sikap pemerintah yang lebih tegas dalam melarang penggunaan bahan kimia, seperti formalin yang digunakan sebagai bahan pengawet berbahaya. Peraturan baru tentang tatacara niaga (jual beli) bahan pengawet yang tergolong berbahaya namun sangat diperlukan, artinya perniagaan bahan tersebut harus mempunyai ijin khusus dari dinas terkait sehingga tidak mudah diperjualbelikan . KESIMPULAN
Peningkatan konsumsi pangan produk hewani merupakan peluang bagi peningkatan produksi daging dalam negeri, sehingga harus dimanfaatkan untuk mendorong berkembang-nya agribisnis peternakan yang tangguh dan berdaya saing . Namun disisi lain peningkatan konsumsi pangan produk hewani juga merupakan tantangan bagi pemerintah dengan maraknya peredaran produk hewani yang tidak memenuhi standar keamanan dan atau kehalalan . Salah satu pemicunya adalah belum adanya aturan pemerintah yang ditegakkan, disamping kecenderungan masyarakat membeli produk berharga murah tanpa memperhatikan kualitas dikarenakan kurangnya pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam memilih produk yang ASUH . Peran pemerintah sangat penting terutama dalam hal pengawasan, penegakan aturan serta upaya pemberdayaan masyarakat terkait dengan kesehatan dan keamanan pangan produk hewani . DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Pemerintah RI . Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan .
ANONlNIus . 2004 .
BALI Pos . 2005 . Mengenali Oktober 2005 .
daging sehat . Bali Pos 10
JENDERAL PETERNAKAN . 2006. Statistik Peternakan . Direktorat Jenderal Peternakan, Jakarta.
DIREKTORAT
99
Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat
JENDERAL PETERNAKAN . 2006. Mengatasi keresahan masyarakat dengan beredarnya daging tidak ASUH menjelang Hari Raya Idhul Fitri 1428 H . Makalah disampaikan pada rapim Departemen Pertanian, Oktober 2007 .
DIREKTORAT
D . 2003 . Effects of globalisation and economic development on the Asian livestock sector . Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR) . Canberra, Australia .
1] QuiRKE,
R., S .J . MUNARSO dan S . UsMIATI . 2005 . Review hasil-hasil penelitian kemanan pangan produk peternakan . Prosiding Lokakarya Nasional Keamanan Pangan Produk Peternakan . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan . Bogor, 14 September 2005 . him 18-26.
THAHIR,
F., M . W. ROSEGRANT, C . RINGLER, S . ADIWIBOWO, R . BERESFORD, M . BOSWORTH, G . M . COLLADO, 1. GONARSYAH, A . GULATI, B . ISDIJOSO, A. M . NATASUKARYA, D . PRABOWO, E . G. SAI'ID, S . M . P. TJONDRONEGORO dan P. TJIPTOPRANOTO . 2004 . Strategi pembangunan pertanian dan perdesaan Indonesia yang memihak masyarakat miskin . Laporan ADB TA No . 3843-INO : Agriculture and Rural Development Strategy (ARDS) Study. AARD - Caser, ADB, SEAMEO - SEARCA in Association with CRESCENT. Bogor.
KASRYNO,
On LINE . 2007 . Menciptakan pasar masa depan. h ttp : //www. poultryindonesia .com / modules .php?name=Newa&file=article&sid=1177 .10/12/2007 .
POULTRY INDONESIA
1 00
on LINE . 2007 . Daging glonggongan susut 40% dan cepat busuk . http : //www.wawasan . digital . comindex .php?option =com content&task =view&id=9834& item id=54 .
WAWASAN DIGITAL
T.R . 2005 . Keamanan produk peternakan ditinjau dari aspek pascapanen : Permasalahan dan solusi (ulasan) . Prosiding Lokakarya Nasional Keamanan Pangan Produk Peternakan . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor, 14 September 2005 . him 28-33 .
WIRADARYA,