Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal. 262-269 KESEDIAAN MASYARAKAT MELAKUKAN SEGREGASI SAMPAH DI KOTA BANDA ACEH Triana Ulvia1*, Nur Aidar2 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh , email :
[email protected] 2) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, email :
[email protected]
Abstract This study aimed to analyze the willingness of residents of Banda Aceh to perform waste segregation. The study uses primary data by interview 100 respondents were selected purposively random sampling, and a logistic regression model was used to analyze the data consisting of variable education, income, number of amenability, and age. The result show that education level, income and number of amenability did not have a significant relationship to the willingness of residents to do the waste segregation. Meanwhile, the age were the significant factors affecting residents willingness which means that every occurrence of age increased, opportunities for communities do the segregation increased by 0.935 times. Department of Hygiene and Beauty of Banda Aceh be expected to regularly to socialize about recycling programs such as segregation or other recycling method Keywords : Household Waste, Segregation, Education, Age, Logistics. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesediaan masyarakat Kota Banda Aceh untuk melakukan segregasi sampah. Penelitian menggunakan data primer dengan metode wawancara. 100 orang responden dipilih secara purposive random sampling, dan model regresi logistik digunakan untuk menganalisis data yang terdiri dari data variabel pendidikan, pendapatan, jumlah tanggungan, dan usia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pendidikan, pendapatan, dan jumlah tanggungan tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kesediaan masyarakat melakukan segregasi sampah. Sementara itu faktor usia memiliki hubungan yang signifikan, yang berarti setiap terjadinya peningkatan usia peluang masyarakat melakukan segregasi sebesar 0,935 kali. Diharapkan Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota Banda Aceh rutin melakukan sosialisasi mengenai program daur ulang sampah seperti segregasi atau metode daur ulang lainnya. Kata Kunci : Sampah Rumah Tangga, Segregasi, Pendidikan, Usia, Logistik.
PENDAHULUAN Sampah menjadi salah satu masalah serius yang harus ditanggulangi dengan cermat terutama di negara-negara sedang berkembang. Di samping masalah yang ditimbulkan, sampah juga dapat berpotensi sebagai sumber pendapatan yang apabila ditekuni dapat meningkatkan pendapatan. Negara–negara maju telah melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi masalah sampah. Misalnya saja dengan cara insinerasi atau pembakaran sampah yang kemudian dikoneksikan ke pembangkit listrik untuk mengurangi volume sampah. 262
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal. 262-269 Lain halnya dengan negara-negara berkembang seperti di Indonesia, produksi sampah terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan pertambahan penduduk. Kondisi perekonomian negara tidak mencukupi untuk mengolah sampah dengan cara modern seperti di negara-negara maju. Pemerintah menerapkan sistem pengelolaan sampah dengan berbagai cara. Salah satunya dengan metode sanitary landfill, yakni metode pembuangan sampah dengan menumpuknya ke suatu lokasi yang cekung, memadatkan sampah tersebut kemudian menutupnya dengan tanah. Metode ini dapat meminimalisir polusi udara. Jumlah penduduk Kota Banda Aceh setiap tahunnya mengalami peningkatan. Berdasarkan tabel 1, pada tahun 2013 jumlah penduduk Kota Banda Aceh berjumlah 238.784 jiwa, jumlahnya terus bertambah menjadi 249.492 jiwa pada tahun 2015. Hal ini berbanding lurus dengan jumlah timbulan sampah yang dihasilkan setiap harinya di Kota Banda Aceh. Pada tahun 2013, timbulan sampah berjumlah 167 ton dan pada tahun 2015 seiring bertambahnya jumlah penduduk, timbulan sampah pun meningkat menjadi 176 ton per hari. Namun, dari total timbulan sampah yang ada, tidak semua dapat terangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Hal ini disebabkan karena banyaknya sampah yang masih tersebar di tempat-tempat tertentu yang dekat dengan aktivitas penduduk seperti sungai, selokan, dan tempat-tempat lainnya. Tabel 1. Pengelolaan Sampah Kota Banda Aceh No
Tahun
Jumlah Penduduk (jiwa)
Jumlah Timbulan Sampah/hari (ton)
Sampah yang Terangkut ke TPA/hari (ton)
1 2 3
2013 2014 2015 Total
238.784 249.282 249.492 737.558
167 174 176 517
149 168 158 475
Sumber: Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota Banda Aceh, 2015
Masyarakat (rumah tangga) dapat menerapkan sistem segregasi atau pemilahan terhadap sampah atau limbah rumah tangga yang mereka hasilkan setiap hari. Segregasi disini diartikan sebagai suatu proses pemilahan berbagai jenis limbah atau sampah padat untuk kemudian diolah kembali sehingga dapat menghasilkan suatu manfaat, dapat digunakan kembali dan menghasilkan nilai ekonomi. Proses pengolahan sampah dengan metode segregasi ini memiliki dampak positif dan negatif terhadap lingkungan maupun aktifitas manusia. Dampak positif dari kegiatan ini diantaranya dapat menjadikan lingkungan sekitar tempat tinggal menjadi lebih bersih, mengurangi biaya kesehatan, meminimalisir biaya angkut sampah ke TPA, serta menjadi tambahan input bagi composting house. Manfaat yang begitu besar dari kegiatan segregasi dapat dicapai jika masyarakat (rumah tangga) berperan aktif dalam melakukan segregasi. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang kesediaan masyarakat untuk melakukan segregasi sampah di Kota Banda Aceh. TINJAUAN PUSTAKA Murthado dan Said (1987) menyatakan bahwa sampah adalah istilah umum yang sering digunakan untuk menyatakan limbah padat. Sedangkan limbah pada dasarnya adalah suatu bahan yang dibuang dari suatu aktivitas manusia maupun proses alam yang tidak memiliki nilai ekonomi. Sampah dikatakan memiliki nilai negatif karena dalam penanganannya memerlukan biaya yang cukup besar, disamping juga dapat mencemari lingkungan. Sampah merupakan zat – zat atau benda yang sudah tidak terpakai lagi baik berupa bahan uangan yang berasal dari rumah tangga mupun pabrik sebagai sisa proses produksi (Apriadji, 2002). Instansi yang bertanggung jawab untuk mengelola limbah padat adalah pemerintah kota 263
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal. 262-269 selain masyarakat. Tetapi fakanya, besarnya masalah yang ditimbulkan telah melampaui kemampuan pemerintah untuk mengatasinya. Penelitian ini menunjukkan bahwa limbah padat rumah tangga dapat dikonversi dari beban menjadi sumber daya melalui segregasi pada sumbernya. Data ini diteliti berdasarkan jumlah sample sebanyak 75 rumah tangga pada 5 kelompok sosial yang berbeda (Sujauddin dkk., 2008). (Permana, 2015), memaparkan bahwa keberadaan masyarakat (rumah tangga) dalam pengurangan dan pemisahan sampah berhubungan dengan rasa kebersihan pada masyarakat itu sendiri. Hasil ini secara implisit menunjukkan bahwa dengan menggunakan citra lingkungan yang positif dan kinerja yang baik dalam suatu daerah, masyarakat dapat menjadi antusias dalam mendorong praktek berkelanjutan yang berupa pengolahan sampah melalui dua praktek, yaitu pengurangan dan pemisahan sampah (segregasi). Kerangka Pemikiran Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka landasan pemikiran dalam penelitian ini adalah pengaruh tingkat pendidikan, pendapatan, jumlah tanggungan, dan usia terhadap kesediaan untuk melakukan segregasi sampah. PENDIDIKAN PENDAPATAN JUMLAH TANGGUNGAN
KESEDIAAN UNTUK MELAKUKAN SEGREGASI
USIA Gambar 1. Kerangka Pemikiran
METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di Kecamatan Kuta Alam, Syiah Kuala, dan Baiturrahman yang berada di Kota Banda Aceh. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data skunder. Data primer diperoleh dari hasil kuisioner, sedangkan data skunder diperoleh dari sumber seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota Banda Aceh, jurnal dan lain-lain. Metode Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel dilakukan dalam dua tahap, yakni pemilihan kecamatan sampel dan pemilihan rumah tangga sampel. Pemilihan kecamatan sampel dilakukan dengan menggunakan Purposive Random Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang dapat dilakukan secara sengaja yang dipilih berdasarkan tujuan penelitian. Sedangkan pemilihan rumah tangga sampel menggunakan teknik simple random sampling, yakni setiap rumah tangga memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Adapun jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 100 sampel. 264
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal. 262-269 Model Analisis Data Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksploratif dengan analisis model deskriptif kuantitatif. Tujuan penelitian deskriptif adalah membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, sifat-sifat serta fakta - fakta yang akurat antar hubungan yang di selidiki (Azhara & Khadiyanto, 2013). Alat analisis yang digunakan untuk mengetahui kesediaan masyarakat Kota Banda Aceh untuk melakukan kegiatan segregasi sampah adalah dengan menggunakan regresi logistik. Regresi logistik digunakan untuk menjelaskan hubungan antara variabel respon yang berupa data dikotomik/biner dengan variabel bebas yang berupa data berskala interval dan atau kategorik. Variabel yang dikotomik/biner adalah variabel yang hanya mempunyai dua kategori saja, yaitu kategori yang menyatakan kejadian sukses (Y=1) dan kategori yang menyatakan kejadian gagal (Y=0). Pada model linear umum komponen acak tidak harus mengikuti sebaran normal, tapi harus masuk dalam sebaran keluarga eksponensial. Persamaan Regresi Logistik : ....................................................(1) Kemudian ditransformasikan menjadi : = bo+
= bj Xij .................................(2)
Keterangan : Y = Variabel dependen ( 1 = bila bersedia melakukan segregasi dan 0 = bila tidak bersedia melakukan segregasi). P1 = Probabilitas kesediaan X1 = Variabel Independen Kemudian ditransformasikan kembali menjadi : Y = log = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ui .....................................(3) Keterangan : X1 = pendidikan X2 = pendapatan X3 = jumlah tanggungan X4 = usia b0 = konstanta b1, b2,b3 = parameter Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah tangga yang berada di tiga kecamatan dengan jumlah penduduk tertinggi di Kota Banda Aceh, yaitu Kecamatan Kuta Alam, Syiah Kuala, dan Baiturrahman. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat yang bertempat tinggal di salah satu dari tiga kecamatan yang telah ditetapkan, baik Kecamatan Kuta Alam, Syiah Kuala, maupun Baiturrahman. Definisi Operasional Variabel Agar tidak menimbulkan penafsiran jauh atas penelitian ini maka variabel yang 265
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal. 262-269 digunakan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai berikut : 1. Kesediaan untuk melakukan segregasi (Y) Adalah keputusan masyarakat (rumah tangga) untuk melakukan kegiatan memilah sampah dalam bentuk organik dan anorganik. Jawaban berbentuk Ya bernilai 1 atau Tidak bernilai 0. 2. Pendidikan (X1) Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lama bersekolah dihitung dalam tahun. 3. Pendapatan (X2) Jumlah uang yang diterima seseorang dalam satuan rupiah (Rp). 4. Jumlah Tanggungan (X3) Jumlah tanggungan keluarga pada rumah tangga yang dihitung dalam satuan jiwa (orang). 5. Usia (X4) Satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk dalam satuan tahun. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berada di tiga kecamatan di Kota banda Aceh, yaitu Kecamatan Kuta Alam, Syiah Kuala dan Baiturrahman. Jumlah responden yang tersedia sebanyak 100 responden. Karakteristik utama reponden dapat dilihat mulai dari tingkat pendidikan, pendapatan, jumlah tanggungan, dan usia. Tabel 2. Pendidikan Responden No
Pendidikan
Frekuensi
Persentase (%)
1 2 3
SMP/Sederajat SMA/Sederajat Akademis/D3/S1/S2 Jumlah
1 53 46 100
1.0 53.0 46.0 100.0
Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, 2016 (diolah).
Berdasarkan data yang diperoleh, rata-rata tingkat pendidikan responden yang melakukan segregasi sampah di tiga Kecamatan Kota Banda Aceh berada pada tingkat SMP/Sederejat yang berjumlah 1 orang, sedangkan pada tingkat pendidikan SMA/Sederejat terbanyak yaitu berjumlah 53 responden, sementara pada tingkat pendidikan Akademis/Sederejat berjumlah 46 responden. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden yang melakukan segregasi pada sampah yang paling banyak pada tingkat pendidikan SMA/Sederejat. Tabel 3. Pendapatan Responden No
Pendapatan (Rp/Bulan)
Frekuensi
Persentase (%)
1 2 3 4
500.000-1.500.000 1.600.000-3.500.000 3.600.000-5.500.000 >5.600.000
19 65 14 2
9.0 65.0 14.0 2.0 266
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal. 262-269 Jumlah
100
100.0
Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, 2016 (diolah).
Berdasarkan tabel 3 jumlah pendapatan respondendari tiga kecamatan di Kota Banda Aceh mulai yang terendah berjumlah 2 responden yaitu pada pendapatan diatas Rp 5.600.000. Sedangkan yang paling banyak berjumlah 65 orang. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan responden yang paling banyak terdapat pada pendapatan antara Rp 1.600.000 sampai Rp 3.500.000. Tabel 4. Jumlah Tanggungan Responden No 1 2
Jumlah Tanggungan 0 1–5 Jumlah
Frekuensi
Persentase (%)
27 73 100.1
27.0 73.0 100.0
Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, 2016 (diolah).
Tabel 4 menjelaskan bahwajumlah tanggungan responden dalam satu keluarga yang melakukan segregasi pada sampah dari yang terendah tidak memiliki tanggungan terdapat 27 orang dan yang paling banyak berjumlah 73 orang antara tanggungan 1-5 orang. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah tanggungan dalam satu keluarga pada tiga Kecamatan Kota Banda Aceh antara tanggungan 1 sampai dengan 5 orang adalah jumlah terbanyak. Jika dikaitkan dengan kesediaan untuk melakukan segregasi, maka setiap kepala keluarga yang memiliki jumlah tanggungan melebihi 1 maka mereka akan melakukan segregasi sampah dikarenakan jumlah sampah yang dihasilkan setiap harinya lebih banyak dibandingkan keluarga yang tidak memiliki tanggungan, sehingga jenis sampah yang dapat dipisahkan akan semakin beragam dan memiliki nilai jual yang lebih tinggi pula. Tabel 5. Usia Responden No
Usia
Frekuensi
1 2 3
20-39 40-59 > 60 Jumlah
72 25 3 100
Persentase (%) 72.0 25.0 3.0 100.0
Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, 2016 (diolah).
Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa usia responden yang melakukan segregasi sampah sampah sangat bervariasi mulaidari usia 20-39 tahun terdapat 72 responden, sedangkan antara usia 40-59 tahun berjumlah 25 responden dan usia di atas 60 tahun terdapat 3 responden. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata usia yang melakukan segregasi sampah di Kota Banda Aceh pada tiga Kecamatan paling banyak pada usia antara 20 sampai 39 tahun. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar dari responden adalah masyarakat yang berada pada usia produktif. Regresi Logistik Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan, pendapatan, jumlah tanggungan, dan usia terhadap kesediaan masyarakat untuk melakukan segregasi sampah di Kota Banda Aceh maka dilakukan uji regresi logistik terhadap data-data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner. Pengolahan data menggunakan aplikasi SPSS. Hasil regresi menjelaskan bahwa 89 persen masyarakat Kota Banda Aceh bersedia melakukan segregasi sampah, sedangkan 11 persen tidak bersedia seperti yang disajikan pada tabel 6 sebagai berikut: 267
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal. 262-269 Tabel 6. Uji Regresi Logistik Predicted Observed
Step 0
Tidak bersedia
Kesediaan melakukan segregasi
Kesediaan melakukan segregasi Tidak Bersedia bersedia 0 11
Bersedia
Overall Percentage
0
89
0
89
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (diolah).
Hasil Regresi Logistik in the Equation Tabel 7. Variables in the Equation
Pendidikan
-0,122
0,371
0,108
1
0,742
Odd Ratio 0,885
Jumlah tanggungan
-0,204
0,312
0,428
1
0,513
0,815
0
0
0,705
1
0,401
1
-0,067
0,033
4,057
1
0,044
0,935
4,635
1,703
7,41
1
0,006
103,038
Variabel
Pendapatan Usia Constant
B
S.E.
Wald
Df
Sig.
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (diolah).
Tabel 7 menunjukkan variabel pendidikan tidak signifikan terhadap kesediaan melakukan segregasi sampah. Signifikansi merupakan standar statistik yang dtetapkan untuk menolak hipotesis nol (Kazmier, 2004:73). Berdasarkan Odd Ratio, bila terjadi peningkatan pendidikan sebanyak 1 tahap maka akan meningkatkan keputusan untuk melakukan segregasi sebanyak 0,885 kali lipat. Variabel jumlah tanggunganmemiliki nilai yang tidak signifikan terhadap kesediaan melakukan segregasi sampah. Berdasarkan Odd Ratio bila terjadi peningkatan jumlah tanggungan sebanyak 1 tahap maka akan meningkatkan keputusan untuk melakukan segregasi sebanyak 0,815 kali lipat. Variabel pendapatan juga memiliki hubungan yang tidak signifikan terhadap kesediaan melakukan segregasi sampah. Berdasarkan Odd Ratio bila terjadi peningkatan pendapatan sebanyak 1 tahap maka akan meningkatkan keputusan untuk melakukan segregasi sebanyak 1 kali lipat. Selanjutnya variable usia memiliki hubungan yang signifikan terhadap kesediaan melakukan segregasi sampah (0,044 < 0,05), dengan nilai Odd Ratiosebesar 0,935 atau apabila terjadi peningkatan usia sebanyak 1 tahap maka akan meningkatkan keputusan untuk melakukan segregasi sebanyak 0,935 kali lipat. Faktor pendidikan, jumlah tanggungan, pendapatan sdan usia tersebut memiliki dampak yang kuat terhadap kuputusan melakukan segregasi sampah dengan nilai Odd Ratio konstanta 103,03 membuktikan peningkatan melakukan segregasi lebih meningkat tajam dibanding dengan Odd Ratio tanpa dengan keempat faktor sebesar 8,091. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitan yang didapat, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan, pendapatan, dan jumlah tanggungan terhadap kesediaan masyarakat untuk melakukan segregasi sampah sedangkan usia memiliki hubungan 268
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal. 262-269 yang signifikan terhadap kesediaan masyarakat dalam melakukan segregasi sampah di Kota Banda Aceh. Profil masyarakat yang melakukan segregasi sampah yaitu, perempuan, muda, terdidik, sudah berkeluarga, wiraswasta atau bekerja, pendapatan sedang, serta mengerti arti dan proses dari segregasi sampah. Saran Saran yang dapat penulis berikan setelah melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota Banda Aceh diharapkan rutin melakukan sosialisasi mengenai program daur ulang sampah seperti segregasi atau metode daur ulang lainnya. Agar masyarakat dapat mempraktekkan kegiatan ini di lingkungan tempat tinggal. 2. Kepala kecamatan dapat lebih peduli untuk melakukan praktek segregasi sampah di lingkungan masyarakat setempat. 3. Peneliti selanjutnya dapat mengestimasi manfaat daur ulang sampah dengan menggunakan instrumen yang lebih baik, variabel dan data yang lebih banyak, sampling error yang lebih kecil serta pengambilan sampel secara stratified yakni mulai dari tingkat SD, SMP, SMA, Sarjana dan Pasca Sarjana. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. (2012). Aceh dalam Angka. Banda Aceh Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota Banda Aceh. (2015). Komposisi Sampah Kota. Banda Aceh. Apriadji, W.H. (2002). Memproses Sampah. Jakarta: Penebar Swadaya. Azhara, K. R & Khadiyanto. (2013). Pengaruh Keberadaan Desa Wisata Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat. Jurnal Ruang. Kazmier, Leonard J. (2004). Schaum's Easy Outlines Statistik Untuk Bisnis. Jakarta: Erlangga. Murtadho, D dan E.G. Said. (1987). Penanganan dan Pemanfaatan Limbah Padat. Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa. Permana. (2015). Sustainable Solid Waste Management Practices and Perceived Cleanliness in a Low Income City. Habitat International 49, 197-205. Sujauddin, Mohammad. (2008). House Hold Solid Waste Characteristic and Management in Chittagong, Bangladesh. Wate Management, 1688-1695.
269