1. Kesana kemari aku melempar gulungan kertas yang menumpuk di keranjang sepedaku. Aku melakukan itu sebelum berangkat kerja setiap pagi. Inilah kegiatan sehari-hariku di kota pinggiran Jakarta. Ya dibilang kota penuh sesak. “La..la..la..” aku bersenandung menyanyikan lagu. Entah itu lagu apa, akupun tak tahu. Hanya senyum yang tergores manis di bibirku. “Terima kasih korannya, Yeye!” teriak seorang paman komplek perumahan elit yang aku kirimi koran langganan tiap hari. “Ya sama-sama, Paman Dirga,” teriakku balik melambaikan tangan pergi. Kenalkan, aku Yeye Olivia Jessen. Orang memanggilku Yeye. Setiap pagi buta aku bekerja sebagai loper koran dan pagi harinya harus berangkat kerja sebagai karyawan magang. Setelah lulus kuliah, diriku mulai bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Walaupun keluarga kami hanya keluarga menengah kebawah, aku bersyukur kami bisa kumpul bersama. Hanya saja satu masalah di keluarga kami yaitu UANG. Ya! Aku butuh uang untuk menghidupi keluarga sebagai tulang punggung dan hanya kata UANG yang ada di otakku tak ada selain itu.
Hampir terlupa, umurku sudah 24 tahun. Tak ada yang menyangka bahwa umurku sudah 24 tahun. Mungkin karena perawakanku kecil mungil dan baby face, banyak orang mengira aku masih anak SMA. Oh My God! Tapi, tak masalah bagiku karena tak penting dan itu menguntungkanku. Mataku tertuju dengan benda berkilau terkena sinar matahari pagi. “Aku menemukanmu!” ucapku terkesima sambil menggosok bersih uang logam seribu rupiah dan masuk ke dalam kantong jaketku. *** Banyak orang berlalu lalang penuh sesak di pinggiran jalan bersiap untuk melakukan kegiatannya masing-masing. Termasuk diriku untuk berangkat kerja. Terlihat berdiri gedung tinggi dan megah. Siapa yang tidak tahu gedung megah ini, Golden Fashion Corp adalah perusahaan fashion wedding dress terbesar di Indonesia yang memiliki banyak cabang di seluruh Asia Tenggara. “Times is Money. Ayo semangat kerja Yeye! Lets go!” teriakku tersenyum mengepalkan tangan menyemangati diri, tanpa menghiraukan sekeliling menatap heran. “Selamat pagi!” sapaku memasuki ruangan kerja yang penuh tumpukkan kertas disetiap meja. “Pagi, Ye!” sahut Arthur teman sekantorku sekaligus orang yang seumuran denganku di ruangan ini. 2
“Hey! Tak biasa kau datang sepagi ini, Thur. Ada apa?” tanyaku yang langsung meluncur ke meja kerjaku dan mulai mengfotocopy kertas tertumpuk di meja. “Ah, sedang ada pekerjaan yang belum selesai. Lembur, Ye!” jawabnya lesu sambil meneguk secangkir kopi hangat di pagi hari. “Keep fighting, Kak!” ucapku dengan gaya imut. “Oh Tuhan, anak siapa ini? Sudah tua tapi masih saja seperti anak kecil,” decak Arthur menyindirku yang gemas melihat tingkah temannya satu ini. “Terserah. Weekk!” aku menjulurkan lidah tanda tak peduli. Kami pun melanjutkan tugas kerja masing-masing yang sudah menumpuk. “Hey, Arthur!” celetuk seseorang memasuki ruangan kerja. “Hey, Big Bos! Tak biasanya kau berangkat pagi.” sahut Arthur pada seseorang yang berdiri santai di depan pintu ruangan. “Berlebihan kau, Thur. Aku tak boleh kalah dengan karyawanku yang rajin bekerja dan menabung. Hehe...” guraunya renyah bak gorengan kacang. “Berlebihan kau, Je.” sahut Arthur santai masih saja meneguk kopinya.
3
“Hey manis, selamat pagi! Hampir saja aku lupa menyapa wanita cantik dihadapanku,” sapa orang itu padaku. “Selamat pagi, Pak Jeje!” balasku dengan anggukkan senyum sopan. Jeje Prihantoro namanya. Dia adalah salah satu dewan direksi di perusahaan tempatku bekerja. Bisa dibilang, dia salah satu anak dari direktur utama. Entah apa yang membuat dia hanya menjabat sebagai manajer cabang. Aku pun tak tau alasannya. Orangnya sungguh ramah, banyak karyawan menyukai dirinya terutama karyawan perempuan termasuk diriku. Mana ada perempuan yang tak suka dengan sifat dan paras tampan. Oh ya terlupakan, mengapa Arthur menyapanya tak formal? Ya karena dia teman kuliah sekaligus teman sepermainan Pak Jeje. “Yak! Kenapa kau panggil aku Pak? Itu sungguh memalukan dan membuatku terlihat tua,” protes Jeje menyarankan diriku agar tak terlalu kaku. “Maaf, Pak! Kantor ada aturannya. Anda adalah atasan saya,” jawabku sopan dengan senyuman. “It’s okey, no problem! Kau sungguh karyawan magang terbaik yang aku lihat. Sometimes, saya harap kita dapat bekerjasama sebagai partner,” ucap Jeje diplomatis. “Baik, Pak. Terima kasih,” sahutku menundukkan kepala. 4
“Sepertinya aku telat meeting. Arthur, aku pamit dulu ya!” ucap Jeje melambaikan tangan pada Arthur yang masih sibuk dengan laptopnya. “Baik, Bos!” sahutnya. “Permisi dulu ya, Ye. Bye!” pamit Jeje pergi meninggalkan ruangan. “Baik, Pak. Selamat bekerja!” ucapku memberi salam. Oh sungguh melelahkan hari ini. Badanku berasa tulang mau remuk semua. “Hari ini aku harus selesaikan semua. Ibu pasti masih mengerjakan itu,” gumamku masih saja memikirkan orang rumah. “Ye, tolong nanti siang antarkan data ini ke lobi depan ya! Berikan ini pada pak Anto kurir kita!” pinta Arthur dan menyerahkan dokumen yang dimaksud tersebut. “Siap!” sahutku cepat dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
5
2. Komplek perumahan elit sebut saja begitu. Rumah besar nan mewah yang hanya ditinggali satu keluarga dan mengurusi hidup mereka masingmasing. Muncullah sosok seorang lelaki tampan, berkulit sawo matang, dan tak lupa berseragam sekolah lengkap layaknya anak SMA. Namun, sedikit berantakan dengan kalung menggantung di lehernya. Seperti biasa ruang makan terlihat sepi, hanya sudah siap saji makanan di meja makan. Dia pun melahap sepotong sandwich ditangan dan menenguk segelas susu tergesa-gesa. “Keburu telat!” ia pun berlari kecil menuju mobil mewah yang sudah siap berangkat, komplit dengan sopirnya. “Kakek, Alif berangkat sekolah dulu ya!” pamitnya pada kakeknya yang sedang sibuk membaca koran pagi di taman depan rumah. “Hati-hati ya, Alif! Oh ya, jangan lupa nanti sepulang sekolah mampir ke kantor!’ teriak kakek melihat sang cucu memasuki mobil. “Okey, Kek. Semua pasti beres!” sahut Alif cepat. Mobil pun melaju hilang dari penglihatan kakek.
6
“Dasar anak muda jaman sekarang! Kakak dan adik sama saja,” ucap kakek menggelengkan kepala dan masih saja sibuk dengan korannya. ***
7