Terdengar suara ayam berkokok yang menandakan hari sudah mulai pagi, aku pun bangun untuk siap-siap berangkat sekolah. Nama ku Dinda aryani aku masih bersekolah dasar kelas 6 yang ingin menunggu pengumuman LULUS. Kata temantemanku aku anak yang pintar, dan manis. Aku tinggal di sebuah desa yang jauh dari kota bersama nenek,kakek dan saudara-saudara ku di Semarang. Mereka adalah saudara dari ibuku, aku tinggal dengan mereka karena ibu dan bapakku bekerja di Jakarta untuk membiayai sekolahku di sini. Sebenarnya aku sangat sedih jauh dari kedua orang tuaku di usiaku yang masih 11 tahun, namun karena kondisi ekonomi yang kurang baik jadi terpaksa orang tuaku bekerja hingga ke Jakarta.
Tiba-tiba dari depan rumah terdengar suara temanku yang memanggilku untuk mengajakku ke sekolah. Namanya Siti khotimah dia adalah teman baikku di sekolah ataupun di rumah. Sebenarnya Siti adalah kakak kelasku, namun karena dia tidak naik kelas jadi dia seangkatan denganku. “Dinda ayo mangkat sekolah” “iyo sebentar” sambil berpamitan dan berlari menuju keluar rumah. Saat itu aku dan Siti mengenakan seragam merah putih dan dasi merah,dengan menggendong tas Barbie warna pink punyaku, sedangkan punya Siti berwarna biru. Sesampainya di sekolah, terdengar lonceng yang di bunyikan hanya dengan menggunakan besi panjang yang sudah agak berkarat. 2
Anak-anak sangat ramai dan tegang membicarakan lulus atau tidak dikelas, dan guruku saat itu masuk dengan mengenakan seragam guru yang berwarna coklat tua dan rapi. Guruku itu bernama Suratmin orangnya gemuk dan tinggi, kepalanya seperti professor yang botak di atas hehe. Saat guruku bilang bahwa semua murid kelas 6 termasuk aku, telah di nyatakan LULUS, serentak teman-temanku sekelas berdiri dan saling berpelukan dengan gembira. Rasanya seperti mendapatkan emas yang jatuh, gembira sekali perasaanku. Beberapa minggu setelah pengumuman Lulus, bapakku datang untuk menjemputku ke Jakarta,bapakku itu bernama Herman, ia sosok yang baik padaku dan ibuku, bapakku sangat 3
sayang sekali kepadaku apapun yang aku minta, pasti dituruti olehnya. Orangnya tinggi kulitnya agak gelap. Bapakku kesini untuk mengajakku, agar aku bersekolah SMP di Jakarta. Rasanya berat sekali meninggalkan desa ini, nenek,kakek dan saudarasaudaraku di sini dan juga temantemanku. Namun Karena aku ingin tinggal bersama kedua orang tuaku, ahirnya aku berangkat ke Jakarta bersama bapakku. Setelah sampai di Jakarta, ku kira bapakku mempunyai rumah seperti apa yang di ceritakannya selama ini kepadaku. Tapi ternyata hanya tinggal sendiri di sebuah kios pinggir rel Kereta Api,karena ibuku saat itu bekerja di daerah lain sebagai pencuci baju. Ibuku itu agak pendek, dan kulit sedikit lebih terang dari 4
Bapakku, baik tapi mudah marah dan selalu memanjakanku. Makanya bapakku tinggal sendiri di kios kecil dengan dagangannya yang menjual makanan ringan dan berbagai minuman, yang ku perhatikan sejak tadi tidak ada pembeli. Aku hanya bisa terdiam saat duduk di ruangan itu, rasanya aku ingin menangis kasihan melihat bapakku. Ternyata hanya untuk membiayai hidupku, orang tuaku rela hidup susah di Jakarta. “Dinda istirahat dulu di situ, bapak mau jemput ibumu” kata bapakku sambil menaiki motornya Jupiter z berwarna biru silver. “iya pak”jawabku sambil berbaring karena lelah perjalanan semalaman di bis, aku berbaring di sebuah kasur lantai yang kecil berwarna merah 5
tua, dengan kondisi kasur yang sepertinya sudah lama di pakai. Sementara menunggu masuk sekolah, aku tinggal bersama Bapakku di kios, aku juga berkenalan dengan temanteman baruku yang juga tinggal di kios seperti aku. Salah satunya adalah Ismi, orangnya cantik dan putih seperti orang cina karena dengan matanya yang agak sipit. Aku semakin betah saja tinggal di Jakarta karena mempunyai teman baru yang baik. Setiap hari aku di ajak bermain dengan mereka. Dua minggu kemudian liburan sekolah sudah berahir dan waktunya aku memasuki sekolah baru di SMP swasta. Sebenarnya aku bisa masuk di SMP negeri dengan nilai rata-rata yang lumayan tinggi. Namun karena aku terlambat mendaftar, ahirnya 6