KESALAHAN PENGGUNAAN AFIKS DALAM KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP DJOJOREDJO PAMULANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Oleh Siti Masypuroh NIM. 109013000067
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016
ABSTRAK Siti Masypuroh. 109013000067. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Judul Skripsi “Kesalahan Penggunaan Afiks dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas VII Semester Ganjil di SMP Djojoredjo Pamulang Tahun Pelajaran 2015/2016.” Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi dengan menggunakan morfem afiks yang tepat. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Djojoredjo Pamulang. Fokus penelitian ini yaitu pemberian tugas membuat karangan deskripsi kepada siswa dengan hal yang berhubungan dengan tempat wisata yang pernah dikunjungi. Data yang terkumpul berjumlah tiga puluh enam karangan deskripsi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Setelah data terkumpul dari hasil pengamatan dideskripsikan dalam bentuk tulisan. Teknik analisis yang digunakan oleh peneliti yaitu menggunakan langkah-langkah pengklasifikasian, pengodean, penabulasian, pembetulan/pengoreksian, pengalkulasian, penginterpretasian, dan penyimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari tiga puluh enam karangan deskripsi yang dianalisis, diperoleh tiga puluh lima yang termasuk dalam kesalahan penggunaan morfem afiks. Kesalahan yang sering dilakukan siswa yaitu pada penggunaan prefiks dengan persentase sebanyak 87,3%. Kesalahan penggunaan konfiks mencapai 2,2%. Kesalahan penggunaan sufiks 12,6%. Sedangkan infiks tidak ditemukan kesalahan.
Kata kunci: Afiks, menulis, dan karangan deskripsi
i
ABSTRAK
Siti Masypuroh. 109013000067. Error the use of affixes on the Seventh Grade Students of Junior Secondary School in Descriptive Article Writing Skill at SMP Djojoredjo Pamulang Year 2015/2016. The objective of this study is to describe students’ skill in writing descriptive article by using the appropiate affix morpheme. The subject of this study is the seventh grade students at SMP Djojoredjo Pamulang. This study focuses on giving assignment to the students to make a descriptive article about the recreation area had been visited. Data collected are thirty six descriptive article. The method used in this study is descriptive method. After the data collected from the observations then it is described in writing. The analysis technique used by the researcher is clasification, coding, tabulation, corection, calculation, interpretation, and conclusion. The result of this study shows that thirty six descriptive article that were analyzed, obtained thirty five descriptive article included in error affix morpheme use. Errors that are often made by the students are use of prefixes with the presentation 87,3%. Any misuse confix reached 2,2%, suffix usage errors 12,6%, and while infix is not found error.
Keyword: Affix, write, and descriptive article
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat yang tak pernah sanggup kita hitung, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat bermutirakan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Baginda Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya yang menjadi suri tauladan bagi kita semua, yang telah menghidupkan agama kita dengan perjuangan yang patut kita syukuri. Skripsi yang berjudul “Analisis Kesalahan Morfologi dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas VII Semester I di SMP Djojoredjo Pamulang Tahun Ajaran 2015/2016” disusun untuk memenuhi syarat meraih gelar sarjana strata satu (S1) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Selesainya skripsi ini, tidak terlepas dari doa dan suport serta bantuan yang telah diberikan selama masa perkuliahan baik berupa ilmu pengetahuan, tenaga, dan motivasi. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1.
Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis.
2.
Makyun Subuki, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan sebagai dosen penasehat akademik yang penuh kesabaran mengantarkan penulis ke gerbang kelulusan dengan nasehat-nasehat yang penuh kebaikan.
3.
Dona Aji Karunia Putra, M.A. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang selalu memberikan arahan dan motivasi kepada penulis.
4.
Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang penuh kesabaran, ketelitian, dan perhatian selama menjadi pembimbing skripsi bagi penulis.
5.
Dra. Hindun M.Pd. dan Nur Syamsiah M.Pd. selaku penguji yang telah memberikan saran dan masukan untuk perbaikan skripsi kepada penulis.
6.
Segenap dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang selalu memberikan motivasi untuk penulis.
iii
7.
Ayahanda Akhmad Rofa’i dan Ibunda Khofifah, yang tak pernah lelah menemani perjalanan hidup penulis dengan ketulusan cinta kasihnya. Semoga Allah selalu memberikan berkah kepada mereka.
8.
Keluarga (Toto Edi Darmo, Ahmad Abdul Ghofir, Siti Khanifah, Siti Khalimah, Ma’muroh, Aisyatul Kiromah, Khabiburrohman, Dani Irvannaji, Nadia Farahnaz, dan Alvaro Zulfahdi Ahmad) yang selalu memberikan dukungan dan mendampingi selama penulis menyelesaikan skripsi.
9.
Dra. Tri Tjiptaning Lestari, selaku kepala SMP Djojoredjo beserta seluruh stafnya yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.
10. Keluarga besar SMP Djojoredjo, tempat belajar untuk menjadi pendidik yang dapat membimbing siswa menjadi generasi yang cerdas dan berbudi pekerti baik. 10. Keluarga besar KPA. Arkadia UIN Jakarta, tempat belajar berorganisasi dan memaknai “arti kebersamaan adalah awan yang berarak” dalam perjalanan menapaki bentangan sayap albatros dan samudera oranye. 11. Keluarga PBSI angkatan 2009 terutama Dina Yustiana, Siti Wardatul Uyun, Nugraha Ria H.S, Siti Nurfitriani, Ika Setiawati, terima kasih telah mengukir kenangan yang penuh kesan dalam hari-hari penulis. 12. Teman seperjuangan sampai titik penghabisan, Yeni, Ayu, Memey, Dita, Sita, Haula, Boby, Amin, Boim, Arif, Towi, Sai. 12. RKUmes tetes Hujanku, yang selalu menjelma menjadi rintik rindu yang membelenggu dan menjadi penyemangat yang luar biasa bagi penulis. Bersyukur pernah mengenalmu, darimu setidaknya aku belajar tentang kebijakan, ketenangan, dan kesederhanaan.
Penulis menyadari bahwa tidak dapat dipungkiri adanya kekurangan dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan. Akhir kata hanya kepada Allah Swt jualah kita berserah diri dan semoga kita selalu berada dalam lindungan-Nya untuk selalu berjuang di jalan-Nya. Amin ya Rabbal’alamin. Jakarta, Juni 2016
Penulis iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ABSTRAK ........................................................................................................... i ABSTRAK ........................................................................................................... ii KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii DAFTAR ISI ........................................................................................................ v DAFTAR TABEL ................................................................................................ vii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah .......................................................................................... 3 C. Batasan Masalah ............................................................................................... 4 D. Rumusan Masalah ............................................................................................. 4 E. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 4 F. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 4 BAB II ACUAN TEORETIS A. Afiks ................................................................................................................. 6 B. Keterampilan Menulis ....................................................................................... 11 C. Hakikat Karangan ............................................................................................. 12 D. Hakikat Karangan Deskripsi ............................................................................. 16 E. Penelitian yang Relevan .................................................................................... 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan metode Penelitian ............................................................................ 24 B. Lokasi Penelitian .............................................................................................. 25 C. Metode Pengumpulan Data ............................................................................... 25 D. Fokus Penelitian ............................................................................................... 25 E. Metode Analisis Data ........................................................................................ 26 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Sekolah ................................................................................................... 27 B. Deskripsi Data .................................................................................................. 32 v
C. Interpretasi Data ................................................................................................ 103 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan .......................................................................................................... 105 B. Saran ................................................................................................................ 105 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Tabel Analisis Kesalahan Morfem
26
Tabel 4.1
Data Tenaga Kependidikan SMP
29
Djojoredjo Pamulang Tabel 4.2
Data Siswa SMP Djojoredjo Pamulang
29
Tabel 4.3
Jumlah Rombel SMP Djojoredjo
30
Pamulang Tabel 4.4
Jumlah Ruang dan Sarana Prasarana
30
SMP Djojoredjo Pamulang Tabel 4.5
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan
Menulis
32
Karangan
Deskripsi Siswa Adelia Suryani (Gunung Munara) Tabel 4.6
Analisis Penggunaan Morfem dalam
35
Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Agus Setiawan (Danau Toba) Tabel 4.7
Analisis Penggunaan Morfem dalam
36
Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Ahmad Taufik (Keindahan Taman Matahari) Tabel 4.8
Analisis Penggunaan Morfem dalam
38
Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Aisyah Widiam Rohmah (Curug Cidomba) Tabel 4.9
Analisis Penggunaan Morfem dalam
38
Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Aldi Syaipul Adha (Istana Maimun) Tabel 4.10
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Alif Nurcahyo (Pantai vii
40
Batu Ulo) Tabel 4.11
Analisis Penggunaan Morfem dalam
42
Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Alya Bella Shalimar (Keindahan Pulau Bunaken) Tabel 4.12
Analisis Penggunaan Morfem dalam
44
Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Anggi Rahmawati (Menikmati Indahnya Laut Sosro) Tabel 4.13
Analisis Penggunaan Morfem dalam
45
Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Arya Saputra (Lippo Cikarang) Tabel 4.14
Analisis Penggunaan Morfem dalam
48
Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Aziiz Rasyid (Pesona Pantai Anyer) Tabel 4.15
Analisis Penggunaan Morfem dalam
50
Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Bima Abed Nego (Gunung Tangkuban Perahu) Tabel 4.16
Analisis Penggunaan Morfem dalam
52
Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Davin Prayoga (Candi Borobudur) Tabel 4.17
Analisis Penggunaan Morfem dalam
53
Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Dhea Paulina Putri (Taman Matahari) Tabel 4.18
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Faldi Apriadi (Pantai Kuta)
viii
55
Tabel 4.19
Analisis Penggunaan Morfem dalam
57
Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Fandy Ahmad Saputra (Jungle Land) Tabel 4.20
Analisis Penggunaan Morfem dalam
60
Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Gerry Novian (Lava Merapi) Tabel 4.21
Analisis Penggunaan Morfem dalam
62
Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Jovanka Ceizilia (Pantai Alam Indah Tegal) Tabel 4.22
Analisis Penggunaan Morfem dalam
65
Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Latifah (Ciwangun Indah Camp) Tabel 4.23
Analisis Penggunaan Morfem dalam
67
Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Leonardi Dharma Adjie (Wisata Jungle Land) Tabel 4.24
Analisis Penggunaan Morfem dalam
70
Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa M. Ridwan (Candi Prambanan) Tabel 4.25
Analisis Penggunaan Morfem dalam
73
Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa M. Rizki Irawan (Pantai Indrayanti) Tabel 4.26
Analisis Penggunaan Morfem dalam
75
Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Mario Pandapotan (Pesona Indah Danau Toba) Tabel 4.27
Analisis Penggunaan Morfem dalam
ix
78
Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Nina Adelia Aryani (Indahnya Pulau Bunaken) Tabel 4.28
Analisis Penggunaan Morfem dalam
80
Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Rachma Triana (Menikmati Malam di Malioboro) Tabel 4.29
Analisis Penggunaan Morfem dalam
81
Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Rio Pradana Putra (Air Terjun Cibereum) Tabel 4.30
Analisis Penggunaan Morfem dalam
83
Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Reo Kencana (Kebun Binatang Ragunan) Tabel 4.31
Analisis Penggunaan Morfem dalam
84
Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Septi Dewi Lestari (Situ Patenggang) Tabel 4.32
Analisis Penggunaan Morfem dalam
86
Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Sinta Dea Amanda (Taman Impian Jaya Ancol) Tabel 4.33
Analisis Penggunaan Morfem dalam
88
Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Siti Hardyanti (Gua Jatijajar) Tabel 4.34
Analisis Penggunaan Morfem dalam
90
Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Trisna Nur Febriansyah (Wisata Baturraden) Tabel 4.35
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan
x
91
Deskripsi Siswa Vinsenso Budiman (Pantai Tanjung Kait) Tabel 4.36
Analisis Penggunaan Morfem dalam
94
Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Vito Vario (Indahnya Dusun Bambu Bandung) Tabel 4.37
Analisis Penggunaan Morfem dalam
95
Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Yasin Fadillah (Keraton Yogyakarta) Tabel 4.38
Analisis Penggunaan Morfem dalam
97
Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Zahra Ariela Yusri (Dufan) Tabel 4.39
Analisis Penggunaan Morfem dalam
98
Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Zahran Tama A. (Sawarna) Tabel 4.40
Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Julianti Sekar Wangi (Pantai Ujung Genteng)
xi
100
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 2. Surat Bimbingan Skripsi Lampiran 3. Surat Keterangan Lampiran 4. Karangan Deskripsi Siswa Lampiran 5. Uji Referensi
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Bahasa, dalam kehidupan sehari-hari menjadi alat komunikasi utama. Namun, tidak semua orang dapat menggunakan bahasa dengan baik dan benar. Hal ini tidak lepas dari pengaruh yang datang dari berbagai faktor. Salah satu faktor penggunaan bahasa yang baik dan benar dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Jika seseorang dalam lingkungannya dibiasakan untuk menggunakan bahasa yang baik dan benar maka ia akan terbiasa menggunakan bahasa yang baik dan benar pula di manapun ia berada. Begitu pula sebaliknya. Jika seseorang dalam lingkungannya terbiasa menggunakan bahasa yang kurang baik dan kurang benar maka akan berdampak pada penguasaan bahasanya. Jadi, lingkungan memberi pengaruh terhadap penguasaan bahasa seseorang. Selain faktor lingkungan, yang menyebabkan kesalahan berbahasa ialah karena bahasa Indonesia menjadi bahasa kedua seseorang sehingga seringkali terjadi percampuran gramatika B1 (bahasa ibu) ke dalam B2 (bahasa sasaran) sehingga terjadilah kesalahan dalam berbahasa. Kesalahan berbahasa tersebut pada awalnya hanya sering dilakukan dalam berbahasa lisan tapi lama-kelamaan berpengaruh terhadap tulisan yang mereka buat. Dalam dunia pendidikan, pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat aspek, yaitu membaca, menyimak, berbicara, dan menulis. Di antara keempat keterampilan tersebut, menulis dianggap sebagai keterampilan yang sulit. Hal ini disebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri. Kedua unsur tersebut haruslah terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan karangan yang runtut dan padu. Menulis menuntut gagasan yang tersusun logis, diekspresikan secara menarik sehingga menulis merupakan kegiatan yang
1
cukup kompleks. Selain itu kemampuan menulis juga suatu kemampuan bahasa yang semakin penting untuk dikuasai. Selain karena pentingnya menulis yang telah dipaparkan di atas, menulis juga menjadi cara seseorang untuk mencurahkan perasaannya dan menuangkan apa yang ada di pikirannya. Dengan menulis seseorang menjadi lebih ekspresif. Dalam menulis, siswa diharapkan mampu mengungkapkan pikirannya dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Begitu juga dalam penggunaan morfem terutama afiks. Hal ini menjadi sesuatu yang tidak boleh diabaikan karena kesalahan dalam menggunakan morfem terutama afiks menjadi sebuah kesalahan berbahasa yang akan mengakar jika menjadi pembiasaan. Pembelajaran menulis merupakan salah satu kompetensi yang sulit untuk dikuasai siswa. Hal ini dibuktikan dengan minimnya minat siswa dalam menulis, padahal pemebalajaran menulis karangan memiliki fungsi positif. Fungsi tersebut ialah mengasah kemampuan berpikir siswa dan melatih cara berpikir kreatif serta meningkatkan kemampuan berbahasa. Kesalahan berbahasa, sering dijumpai dalam bentuk tulisan maupun lisan. Dalam mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VII Sekolah Menengah Pertama salah satu kesalahan dalam bentuk tulisan adalah menulis karangan deskripsi. Keterampilan menulis karangan ini penting untuk diajarkan karena menulis memiliki beberapa manfaat, yaitu pemahaman, mengekspresikan diri, membantu
mengembangkan
kepuasan
pribadi,
dan
mengembangkan
kemampuan menggunakan bahasa. Sebuah karangan disusun dengan memanfaatkan dengan bahasa tulis. Menulis sebuah karangan harus menggunakan bahasa yang baik dan benar. Bentuk yang tepat untuk menganalisis letak sebuah kesalahan dalam karangan adalah dengan menggunakan
bidang morfologi, karena dalam
bidang morfologi mencakup aspek seluk beluk bentuk kata dan perubahanperubahannya terhadap golongan dan arti kata. Dalam pembelajaran di kelas, ketika siswa diminta untuk menulis karangan deskripsi, ada beberapa kesalahan yang menjadi perhatian guru.
2
Salah satu kesalahan tersebut adalah kurang tepatnya siswa dalam menggunakan afiks atau imbuhan saat menulis karangan. Padahal ini bukan hal yang sulit ketika dipelajari dengan baik. Namun karena beberapa faktor yang telah dijelaskan di atas, siswa menjadi kurang teliti dan melakukan beberapa kesalahan. Dalam hal ini, beberapa siswa tanpa sadar menganggap apa yang ditulisnya sudah benar padahal masih terdapat beberapa kesalahan. Untuk itu, siswa perlu pembiasaan agar mampu menguasai bahasa secara baik dan mengurangi kesulitan dalam membuat karangan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara sering mengajak siswa untuk berlatih menulis di kelas maupun di rumah dan mengoreksi kesalahan-kesalahan siswa dengan menjelaskan secara rinci di mana letak kesalahannya. Dengan demikian, kesalahan dalam menulis karangan dapat diminimalisir demi teerciptanya siswa yang berkompetensi dalam menulis dengan bahasa yang baik dan benar sesuai kaidah bahasa Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengambil judul penelitian Kesalahan Penggunaan Afiks dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas VII SMP Djojoredjo, Pamulang, Tangerang Selatan, Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016. Dalam penelitian ini, penulis ingin menganalisis kesalahan berbahasa siswa, khususnya pada penggunaan afiks dalam karangan deskripsi siswa kelas VII semester ganjil di SMP Djojoredjo, Pamulang, Tangerang Selatan. Penulis juga ingin mengetahui seberapa besar rata-rata kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam penggunaan afiks atau imbuhan saat menulis karangan deskripsi.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah-masalah yang dapat timbul adalah sebagai berikut: 1. Penggunaan afiks yang tidak tepat dalam menulis karangan deskripsi siswa kelas VII SMP Djojoredjo.
3
2. Minat siswa dalam menulis karangan deskripsi siswa kelas VII SMP Djojoredjo. 3. Tingkat kesalahan yang dilakukan dalam menulis karangan deskripsi siswa kelas VII SMP Djojoredjo.
C. Batasan Masalah Pembahasan masalah dalam penelitian ini diupayakan sefokus mungkin. Untuk itu, diperlukan adanya batasan masalah. Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan masalah analisis kesalahan morfologi pada aspek afiksasi, yang meliputi: prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks dalam keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas VII semester ganjil di SMP Djojoredjo, Pamulang tahun pelajaran 2015/2016.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah kesalahan penggunaan afiks (prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks) dalam keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas VII semester ganjil di SMP Djojoredjo, Pamulang tahun pelajaran 2015/2016?
E. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesalahan penggunaan afiks dalam keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas VII semester ganjil di SMP Djojoredjo, Pamulang tahun pelajaran 2015/2016. Selain itu, jika ditemukan kesalahan dalam karangan deskripsi siswa, maka dapat dijadikan pembelajaran untuk penulis dan tenaga pengajar yang ada di lingkungan sekolah SMP Djojoredjo, Pamulang.
F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoretis
4
a. Siswa akan terbiasa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. b. Mampu memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dalam keterampilan menulis karangan deskripsi dengan penggunaan morfem afiks yang tepat.
2. Manfaat Praktis a. Menjadi pembelajaran siswa agar dapat mengasah keterampilan menulis, khususnya menulis karangan deskripsi. b. Menjadi acuan bagi guru untuk membuat pembelajaran menulis karangan deskripsi siswa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. c. Bagi peneliti untuk memberikan sumbangan terhadap pola penyajian dan pengembangan bahasa terutama bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi baik lisan maupun tulisan. d. Bagi mahasiswa jurusan bahasa Indonesia, dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan morfologi dalam keterampilan menulis.
5
BAB II ACUAN TEORI
A. Afiks (Imbuhan) Setiap permasalahan mempunyai ruang lingkup atau cakupan sendirisendiri, demikian juga dengan persolaan afiksasi/ imbuhan. Proses afiksasi/ imbuahan merupakan satu proses yang paling umum dalam bahasa. Proses afiksasi/ imbuhan terjadi apabila sebuah morfem terikat dibubuhkan atau diletakan pada sebuah morfem bebas secara urutan lurus. Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah afiks (imbuhan). Afiksasi dibahas dalam ilmu morfologi. Selain dalam bahasa Indonesia, dikenal juga imbuhan/afiks kosa kata dalam bahasa Sunda. Apalagi bahasa Indonesia diperkaya dari bahasa daerah. Ada empat macam afiks atau imbuhan yang dipakai untuk menurunkan verba : prefiks, sufiks, konfiks, dan infiks. “Prefiks yang sering juga dinamakan awalan, adalah afiks yang diletakkan di muka dasar. Sufiks, yang juga disebut akhiran, diletakkan di belakang dasar. Konfiks adalah gabungan prefiks dan sufiks yang mengapit dasar dan membentuk satu kesatuan. Infiks, yang juga dinamakan sisipan, adalah bentuk afiks yang ditempatkan di tengah dasar.”1 Disampaikan oleh Ramlan dalam buku Morfologi yang dimaksud dengan “afiks atau imbuhan adalah suatu bentuk linguistik yang di dalam suatu kata merupakan unsur langsung yang bukan kata dan bukan pokok kata,
1
Hasan Alwi, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003) Cet. Ke5, hlm. 102.
6
yang memiliki kesanggupan melekat pada bentuk-bentuk lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru.”2 Disampaikan oleh Kusno dalam buku Problematika Bahasa Indonesia “afiksasi atau imbuhan adalah bentuk atau morfem terikat secara morfologis, yang terdiri dari awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks), dan gabungan dari dua imbuhan secara serentak (konfiks)”3 Dalam pengertian lain mengenai imbuhan yaitu “Many english word are made by attaching a short form called an affix to either the beginning or the and of a word. when this is done, the word itself is referred to as a stem. the form at the beginning of the stem called a prefix an the form at the end is called a suffix.”4 Maksud dari pengertian di atas adalah kata dalam bahasa Inggris banyak dibuat dengan menyertakan bentuk singkat yang disebut afiks kepada salah satu bagian awal atau dan dari sebuah kata. Saat ini dilakukan, kata itu sendiri disebut sebagai induk. Bentuk pada awal kata isebut prefiks, sebuah bentuk di bagian akhir kata disebut sufiks. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa imbuhan adalah bubuhan yang berupa prefiks, sufiks, konfiks dan infiks yang melekat pada kata dasar untuk membentuk kata baru. Penulisan imbuhan dilakukan dengan cara merangkaikan kata yang dibubuhi. Dengan kata lain penulisan imbuhan disatukan dengan kata yang mengikutinya. Dalam penggunaan afiks, walaupun terdiri dari satu atau lebih dari satu huruf, tetapi tidak bisa dikatakan sebagai kata. Karena afiks tidak memiliki makna tersendiri. Satu-satunya persamaan anatara afiks dan kata adalah kedua-duanya adalah morfem. 2
M. Ramlan, Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif, (Yogyakarta: U.P. Karyono, 1980) Cet. Ke- 3, hlm. 31. 3 Kusno Budi Santoso, Problematika Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990), hlm.34 4 Nasrun Mahmud, English For Muslim University Students, (Ciputat: PT Siwibakti Darma, 2010 ) Cet Ke-4, hlm. 99.
7
Kata merupakan satuan terkecil yang biasa dan dapat menduduki salah satu fungsi sintaksis, dan dalam morfologi kata merupakan satuan terbesar dibentuk oleh salah satu proses morfologi. Sedangkan morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang bermakna. “Morfem ini dibagi menjadi dua, yaitu morfem bebas (fase morpheme) dan morfem terikat”.5 Morfem bebas yaitu morfem yang tanpa keterkaitannya dengan morfem lain dan dapat langsung digunakan dalam tuturan, sedangkan morfem terikat yaitu morfem yang terlebih dahulu bergabung dengan morfem lain untuk dapat digunakan dalam tuturan. Dan pengertian lain dari morfem yaitu “Morfem afiks adalah morfem yang tidak dapat menjadi dasar dalam pembentukan kata, tetapi hanya menjadi unsur pembentuk dalam proses afiksasi. Dalam bahasa Indonesia dibedakan adanya morfem afiks yang disebut: (1) Prefiks, yaitu afiks yang dibubuhkan di kiri bentuk dasar, yaitu prefiks ber-, prefiks me-, prefiks per-, prefiks di-, prefiks ter-, prefiks se-, dan prefiks ke-. (2) Infiks, yaitu afiks yang dibubuhkan di tengah kata, biasanya pada suku awal kata, yaitu infiks –el-, infiks –em-, dan infiks –er-.(3) Sufiks, adalah afiks yang dibubuhkan di kanan bentuk dasar yaitu sufiks –kan, sufiks –i, sufiks –an, dan sufiks –nya. (4) Konfiks, yaitu afiks yang dibubuhkan di kiri dan di kanan bentuk dasar secara bersamaan kerena konfiks ini merupakan satu kesatuan afiks, yaitu konfiks ke-an, konfiks ber-an, konfiks pe-an, konfiks per-an, dan konfiks se-nya. (5) dalam bahasa Indonesia ada kata bentuk yang berklofiks, yaitu kata yang dibubuhi afiks pada kiri dan kanannya; tetapi pembubuhannya itu tidak sekaligus, melainkan bertahap,. Katakata berklofiks dalam bahasa Indonesia adalah yang berbentuk mekan, me-i, memper, memper-kan, memper-i, ber-kan, di-kan, di-i, diper-, diper-kan, diper-i, ter-kan, ter-i, terper, teper-kan, teper-i”.6
5 6
Zainurrahman, Menulis dari Teori Hingga Praktik, (Bandung: Alfabeta,2011), hlm. 98 Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Rieneka Cipta, 2008), hlm.23.
8
Maksud dari pengertian di atas morfem afiks yaitu morfem yang tidak dapat menjadi dasar dalam pembentukkan kata, tetapi hanya menjadi unsur pembentukan dalam proses afiksasi. Morfem afiks dibedakan menjadi prefiks, infiks, sufiks, konfiks, dan berklofiks. Menurut Masnur Muslich, Afiks ialah bentuk kebahasaan terikat yang hanya mempunyai arti gramatikal, yang merupakan unsur langsung suatu kata, tetapi bukan merupakan bentuk dasar, yang memiliki kesanggupan untuk membentuk kata-kata baru. Pendapat lain mengatakan, afiks adalah suatu satuan gramatik terikat yang tidak pernah menjadi bentuk dasar bagi struktur yang lebih besar dan tidak memiliki arti leksikal. Bersama dengan morfem atau morfem-morfem yang merupakan bentuk dasarnya, afiks membentuk kata. Proses penggabungan afiks dengan morfem atau morfemmorfem untuk membentuk kata itu disebut proses afiksasi.7 Afiks ini meliputi imbuhan awal (prefiks), imbuhan tengah (infiks), imbuhan akhir (sufiks), maupun imbuhan terbelah (konfiks atau simulfiks). Proses afiksasi bukanlah hanya sekedar perubahan bentuk saja, melainkan juga pembentukan leksem menjadi kelas tertentu.8 Afiks ialah proses pembentukkan kata dengan cara menggabungkan afiks pada bentuk atau juga disebut sebagai proses penambahan afiks atau imbuhan menjadi kata. Hasil proses pembentukan afiks atau imbuhan disebut kata berimbuhan. Infiks atau sisipan adalah proses pembentukan kata dengan menambahkan afiks atau imbuhan di tengah bentuk dasarnya. Proses pembentukan kata telunjuk, gemetar dan gerigi dilakukan dengan menambahkan infiks di tengah bentuk dasarnya. Contohnya: -el-, -er-, -em-, dan –in-.
7 8
Ibid., h. 65 Harimurti Kridalaksana, Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), h.31
9
Sufiks adalah proses pembentukan kata yang dilakukan dengan cara menambahkan atau menempelkan afiks di akhir bentuk dasarnya. Sebuah afiks yang termasuk sufiks dikategorikan sebagai keluarga afiks bahasa Indonesia jika sudah dapat melekat pada bentuk dasar asli bahasa Indonesia sehingga afiks itu secara potensial dapat digunakan untuk membentuk katakata baru dalam bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia hanya melakukan penyesuian pelafalan dan penulisan yang dianggap perlu. Contoh: -an, -kan, dan –i. Konfiks atau simulfik adalah proses pembentukan kata yang dilakukan dengan cara menggabungkan afiks di awal dan di akhir bentuk dasarnya. Contoh: me-,-kan, per-,-an, ber-,-an, ter-,-an, dan ke-,-an. Berikut ini adalah contoh penggabungan prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks atau simulfiks dengan bentuk dasar bebas: a) - Prefiks (ber-) + bentuk dasar bebas (satu) = kata (bersatu) - Prefiks (meN-) + bentuk dasar bebas (makan) = kata (memakan) - Prefiks (pe-) + bentuk dasar bebas (tani) = kata (petani) - Prefiks (di-) + bentuk dasar bebas (sapu) = kata (disapu) - Prefiks (ter-) + bentuk dasar bebas (pandai) = kata (terpandai) - Prefiks (se-) + bentuk dasar bebas (nasib) = kata (senasib) b) - Infiks (-er-) + bentuk dasar bebas (gigi)= kata (gerigi) - Infiks (-el-) + bentuk dasar bebas (tapak)= kata (telapak) - Infiks (-em-) + bentuk dasar bebas (getar)= kata (gemetar) c) - Sufiks (-an) + bentuk dasar bebas (minum) = kata (minuman) - Sufiks (-kan) + bentuk dasar bebas (lepas) = kata (lepaskan) - Sufiks (-i) + bentuk dasar bebas (sampul) = kata (sampuli) d) - Konfiks atau simulfiks (ke-an) + bentuk dasar bebas (baik) = kata (kebaikan) - Konfiks atau simulfiks (ber-an) + bentuk dasar bebas (jatuh) = kata (berjatuhan)
10
- Konfiks atau simulfiks (peN-an) + bentuk dasar bebas (rencana) = Kata (perencanaan) - Konfiks atau simulfiks (per-an) + bentuk dasar bebas (baik) = kata (perbaikan) Penggunaan afiks tidak hanya berlaku pada bentuk bebas saja, tetapi juga pada bentuk terikat, seperti contoh di bawah ini: a). - Prefiks (meN-) + bentuk dasar bebas (lancong) = kata (melancong) - Prefiks (ber-) + bentuk dasar bebas (tengkar) = kata (bertengkar) - Prefiks (peN-) + bentuk dasar bebas (hubung) = kata (penghubung) - Prefiks (di-) + bentuk dasar bebas (paksa) = kata (dipaksa) - Prefiks (ter-) + bentuk dasar bebas (gapai) = kata (tergapai) - Prefiks (se-) + bentuk dasar bebas (ikat) = kata (seikat) b). - Infiks (-el-) + bentuk dasar bebas (tunjuk) = kata (telunjuk) - Infiks (-em-) + bentuk dasar bebas (getar) = kata (gemetar) c). - Sufiks (-kan) + bentuk dasar bebas (hadap) = kata (hadapkan) - Sufiks (-i) + bentuk dasar bebas (hindar) = kata (hindari) - Sufiks (-an) + bentuk dasar bebas (karang) = kata (karangan) d).- Konfiks atau simulfiks (per-an) + bentuk dasar bebas (temu) = (pertemuan) - Konfiks atau simulfiks (peN-an) + bentuk dasar bebas (beri) = (pemberian) - Konfiks atau simulfiks (per-an) + bentuk dasar bebas (temu) = (pertemuan)
B. Keterampilan Menulis Keterampilan menulis merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa yang dikuasaai seseorang sesudah menguasai keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca.9 Menulis adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang dalam rangka mengungkapkan gagasan dan 9
Kundaru Saddhono dan St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia, Teori dan Aplikasi, (Bandung: Karya Putra Darwati, 2012), h. 96
11
menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada orang lain agar mudah dipahami.10 Definisi lain mengatakan, menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat tulis atau medianya. 11 Menulis dapat juga didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan tulisan sebagai mediumnya.12 Selain itu menulis merupakan suatu kete rampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.13 Alek mengatakan, menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan
aksara. 14
Jadi,
menulis
adalah
kegiatan
untuk
berkomunikasi untuk menyampaikan pesan yang dilakukan dengan cara tertulis.
C. Hakikat Karangan “Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia, karangan berfungsi sebagai kata benda (nomina) yang artinya adalah hasil tulisan; buah pena. Selain definisi karangan berdasarkan KBBI, karangan adalah hasil penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur tentang suatu topik atau pokok bahasan. 15” Dari pengertian tersebut, mengarang merupakan suatu kegiatan menghasilkan tulisan atau karya tulis yang merupakan susunan dari gagasan atau ide-ide.
10
Nurudin, Dasar-Dasar Penulisan, (Malang: UMM press, 2010), h. 4 Suparno dan Mohamad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 1.3 12 Sabarti Alkhadiah, dkk. Menulis I. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 1.3 13 Henry Guntur Tarigan, Menulis, (Bandung: Angkasa, 2008), h. 3 14 Alek dan Achmad H.P, Buku Ajar Bahasa Indonesia, (Jakarta: FITK press), h. 66 15 M. Yunus dkk, Menulis I, ( Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h. 2.33. 11
12
“Karangan adalah bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh.16” Karangan diartikan sebagai rangkaian hasil pikiran atau ungkapan perasaan dalam bentuk tulisan yang teratur. Jumlah tulisan atau kalimat yang dirangkai bergantung pada rincian gagasan utamanya. Gagasan utama dan rinciannya harus menunjukkan satu kesatuan dan kepaduan. Setiap gagasan pokok digunakan sebagai kalimat utama sedangkan rinciannya masing-masing membentuk sebuah kalimat penjelas. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa karangan merupakan salah satu
keterampilan berbahasa,
yaitu
keterampilan menulis. Karangan dapat dijelaskan sebagai wujud dari pengungkapan suatu ide dalam satu kesatuan tema yang tersusun secara utuh dengan menggunakan bahasa yang runtut dan jelas. Dalam kegiatan mengarang, penulis berusaha mengutarakan ide-idenya kepada pembaca. Pada dasarnya karangan melukiskan suatu hal atau peristiwa yang dikemas sedimikian rupa agar pembaca menemukan dan merasakan kemenarikkan yang diciptakan oleh pengarang. Ada karangan yang memberikan keterangan terhadap suatu hal atau mengembangkan sebuah gagasan sehingga menjadi karya yang konkret. Selain itu, ada karangan yang berusaha menyakinkan pembaca agar sependapat dengan pengarang. Untuk menghasilkan tulisan atau karangan yang baik harus melalui tiga tahap penulisan, yaitu prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan. Tahap penulisan adalah tahap persiapan penulisan yang meliputi kegiatan memilih topik, menetapkan tujuan dan sasaran, mengumpulkan bahan serta mengelompokkan gagasan dalam bentuk kerangka karangan.
16
E. Kosasih dkk, Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP, (Bandung:Pustaka Setia, 2005), h. 359.
13
Tahap penulisan adalah tahap mengembangkan ide yang terdapat dalam kerangka karangan dengan memanfaatkan bahan yang telah dikumpulkan. Tahap pascapenulisan adalah tahap penghalusan dan penyempurnaan tulisan yang telah ditulis atau disusun. 1. Jenis-jenis Karangan Berdasarkan cara penyampaiannya, karangan digolongkan atas lima jenis, yaitu: a. Karangan Deskripsi Karangan
deskripsi
adalah
karangan
yang
lebih
menonjolkan aspek pelukisan sebuah benda sebagaimana adanya. 17 Penulis atau pembicara berkeinginan untuk mengembangkan atau melukiskan untuk mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa, atau orang. b. Karangan Narasi Karangan narasi adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu.18 c. Karangan Eksposisi Karangan eksposisi adalah uraian (paparan)
yang
bertujuan menjelaskan maksud dan tujuan suatu karangan.19 Dari sudut penulis memenuhi keinginan untuk memberi informasi kepada orang lain, atau dari sudut pembaca berkeinginan untuk memperoleh informasi dari orang lain mengenai suatu hal. d. Karangan Argumentasi
17
Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Diksi Insan Mulia), hlm. 192 Ibid, hlm. 190 19 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008) Cet.1 Edisi IV hlm. 360 18
14
Karangan argumentasi adalah alasan untuk memperkuat atau
menolak
suatu
pendapat, pendirian,
atau
gagasan. 20
Argumentasi adalah jenis tulisan yang memberikan alasan berdasarkan fakta dan data. Dengan fakta dan data, penulis berusaha meyakinkan pembaca sehingga tulisan itu diterima oleh pembacanya. e. Karangan Persuasi Karangan perusasi adalah ajakan kepada seseorang dengan cara memberikan alasan dan prospek baik yang meyakinkannya. 21 2. Bagian-bagian Karangan Menurut Mashudi Mansur, karangan yang lengkap biasanya tersusun dari tiga bagian utama, yaitu pendahuluan, isi, dan penutup. a. Bagian Pendahuluan
“Pada bagian pendahuluan membahas hal-hal yang menarik perhatian pembaca tentang masalah yang dibahas dan alasan pembahasan. Dengan demikian, pendahuluan berisi hal-hal sebagai berikut.” 1. Latar belakang atau alasan pemilihan pokok masalah 2. Aspek-aspek penting dari pokok masallah yang akan dibahas 3. Metode pembahasan 4. Sistematika penyusunan 5. Tujuan serta hasil yang diharapkan. b. Isi (tubuh) Karangan
Isi atau tubuh karangan berisi rincian tau pengembangan dari apa yang telah dibahas pada bagian pendahuluan. Pada bagian isi, semua permasalahan dibahas secra sistematis dan menyeluruh. c. Bagian Penutup 20 21
Ibid, hlm. 85. Op.Cit, hlm. 1062
15
Bagian penutup berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan jawaban terhadap masalah yang dirumuskan dalam pendahuluan. Sedangkan saran berisi pemikiran penulis yang berkaitan dengna pemecahan masalah dan usaha perbaikan sebagai akibat dari pembuat kesimpulan.22
D. Hakikat Karangan Deskripsi Seperti yang telah dijelaskan di awal, karangan deskripsi adalah karangan yang ditulis dengan cara menyampaikan kesan hasil pengamatan
dan
perasaanya
kepada
pembaca.
Penulis
akan
menyampaikan semua sifat dan rangkaian wujud yang ditemukan pada objek yang ditulis. Tujuan dari penulisan karangan deskripsi adalah menciptakan daya khayal dan imajinasinya kepada pembaca sehingga seolah-olah pembaca melihat dan merasakan sendiri objek yang dibicarakan secara keseluruhan seperti yang dialami oleh penulisnya. Pada karangan deskripsi, kreatifitas menulis harus diolah semaksimal mungkin agar amanat yang ingin disampaikan sampai kepada pemikiran pembaca. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan teknik penyusunan yang tepat, di antaranya adalah dengan melakukan pendekatan terhadap objek yang dipilih. Menurut Gorys Keraf, pendekatan yang dapat digunakan pada karangan deskripsi diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Pendekatan realistis
“Dalam pendekatan realistis, penulis berusaha agar deskripsi yang dibuatnya terhadap objek yang tengah diamatinya itu harus dapat dilukiskan seobjektif-objektifnya sesuai dengan keadaan yang nyata yang dapat dilihatnya.” Pendekatan realistis merupakan pendekatan yang dibuat berdasarkan objek. Objek yang digambarkan harus sesuai dengan keadaan nyata yang dilihatnya. Dalam 22
Mahsudi, Mahir Berbahasa Indonesia, (Jakarta: FITK UIN, 2004), h. 230-233
16
pendekatan ini, penulis berusaha untuk mengambil gambar dari objek sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Dalam pendekatan realistis, diperlukan detail-detail dan rincian yang dilukiskan harus asli dan harus dirasakan sebagai sesuatu yang wajar. Penggambaran objek tidak boleh dibuat-buat agar menunjang efek yang ingin dicapai pengarang sehingga dapat meyakinkan pembacanya. 2. Pendekatan Impresionis
Pada pendekatan impresionis pengarang berusaha menggambarkan suatu kesan secara subjektif. Dalam hal ini, tidak berarti pengarang melukiskan suatu objek secara semena-mena. Pengarang hanya diberi kebebasan untuk memunculkan objek yang dilihatnya. Dalam deskripsi ini, pengarang harus mengadakan seleksi yang cermat atas bagian-bagian yang diperlukan, kemudian berusaha memberi cahaya dan warna sesuai dengan apa yang diinterpretasikan. 3. Pendekatan Sikap Penulis Pendekatan sikap penulis adalah pendekatan yang dilakukan dengan cara melihat sikap pengarang pada objek yang dideskripsikan. Semua sikap pengarang mempunyai kaitan erat dengan tujuan yang ingin dicapai, sifat objek, dan orang yang membaca deskripsinya. Dari hasil deskripsinya, pengarang mengharapkan pembaca dapat juga merasakan ketidakadilan atau perasaan kecewa atas persoalan yang tergambar dalam hasil deskripsinya. Untuk mencapai tujuan itu, semua rincian harus menunjang efek yang dideskripsikan. Pengarang harus menyingkirkan rincian atau objek yang tidak mempunyai hubungan dengan tujuan yang hendak diciptakannya. 23
a. Ciri-ciri Karangan Deskripsi Menurut M. Atar Semi, ciri-ciri karangan deskripsi adalah sebagai berikut: 1. Deskripsi lebih berupaya memperlihatkan detail atau perinci tentang objek. 2. Deskripsi lebih bersifat memberi pengaruh sesitivitas dan membentuk imajinasi pembaca. 3. Deskripsi disampaikan dengan gaya yang memikat dengan plihan kata yang menggugah; sedangkan eksposisi gayanya lebih lugas. 4. Deskripsi lebih banyak memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan sehingga objek pada umumnya berupa benda, alam, warna, dan manusia.
23
Gorys Keraf, Eksposisi dan Deskripsi, (Ende Flores: Nusa Indah, 1982), h. 104.
17
5. Organisasi penyampaiannya susunan ruang.24
lebih
banyak
menggunakan
b. Jenis-jenis Karangan Deskripsi Menurut Suparno dan Mohamad Yunus (2007: 4.14), dipilah menjadi dua kategori, yaitu: a. Deskripsi Orang Jika anda menulis karangan deskripsi orang, tentukan hal-hal yang menarik dari orang yang akan anda deskripsikan. Setelah itu, kemukakan informasi tentang orang itu dengan retorika pengungkapan yang memungkinkan pembaca seolaholah mengenalinya sendiri. Berikut adalah aspek yang dideskripsikan dari seseorang: 1) Deskripsi Keadaan Fisik Deskripsi fisik bertujuan memberi gambaran yang sejelas-jelasnya tentang keadaan tubuh seorang tokoh. Deskripsi ini banyak yang bersifat objektif. 2) Deskripsi Keadaan Sekitar Deskripsi keadaan sekitar, yaitu penggambaran keadaan yang mengelilingi sang tokoh, misalnya penggambaran tentang aktivitas-aktivitas yang dilakukan, pekerjaan atau jabatan, pakaian, tempat kediaman, dan kendaraan, yang ikut menggambarkan watak seseorang. 3) Deskripsi Watak atau Tingkah Perbuatan Dalam mendeskripsikan watak seseorang kita harus mampu menafsirkan tabir yang terkandung di balik fisik manusia. Dengan kecermatan, kita harus mampu mengidentifikasikan unsur-unsur dan kepribadian seorang tokoh. Kemudian, menampilkan dengan jelas unsur-unsur yang dapat memperlihatkan karakter yang digambarkan. 4) Deskripsi Gagasan-gagasan Tokoh Hal ini memang tidak dapat diserap oleh panca indera manusia. Namun, antara perasaan dan unsur perasaan dan unsur fisik mempunyai hubungan yang erat. b. Deskripsi Tempat. Tempat memegang peranan yang sangat penting dalam setiap peristiwa. Tidak ada peristiwa yang terlepas dari lingkungan dan tempat. Semua kisah akan selalu mempunyai latar belakang tempat. Jalannya sebuah peristiwa akan lebih menarik jika dikaitkan dengan tempat terjadinya peristiwa. Jika melukiskan suatu tempat, hendaknya bekerja dengan mengikuti cara yang logis dalam menyusun perincian. Dengan demikian, lukisan akan menjadi jelas. Di samping itu, harus mampu menyeleksi detail-detail dari suatu tempat yang 24
M. Atar Semi. Menulis Efektif. (Padang: Angkasa raya, 1990), hlm.43.
18
dideskripsikan, sehingga detail-detail yang dipilih betul-betul mempunyai hubungan atau berperan langsung dalam peristiwa yang dilukiskannya. Ada beberapa cara yang dapat kita gunakan untuk mendeskripsikan suatu tempat. Pertama, kita bergerak secara teratur menelusuri tempat itu dan menyebutkan apa yang kita lihat. Kedua, kita dapat mulai dengan menyebutkan kesan umum yang diikuti oleh perincian yang paling menarik perhatian kita. Baru menyusul perincian lain yang kurang menarik disekitarnya. Suparno dan Mohamad Yunus, (2007: 4.19) mengungkapkan bahwa dalam memilih cara yang baik untuk melukiskan tempat, perlu kita pertimbangkan beberapa pokok persoalan untuk menyusun deskripsi, yaitu: a) suasana hati, b) bagian yang relevan, c) urutan penyajian. Untuk lebih jelas dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Suasana hati Pengarang harus dapat menetapkan suasana hati mana yang paling menonjol untuk dijadikan landasan. Sikap pengarang ketika membuat karangan deskripsi mengenai tempat menunjukan sifat dan suasana hati yang menguasai pikiran pengarang pada waktu itu. b. Bagian yang relevan Pengarang deskripsi harus mampu memilih detail-detail yang relevan untuk dapat menggambarkan suasana hati itu. c. Urutan penyajian Keraf (dalam Suparno dan Mohamad Yunus, (2007: 4.22) berpendapat, sebagai pengarang deskripsi dituntut mampu untuk menetapkan urutan yang paling baik dalam menampilkan detail-detail yang dipilih.25 c. Langkah-langkah Menyusun Karangan Deskripsi Setelah mempelajari cara-cara dan jenis-jenis karangan deskripsi, untuk mempermudah melakukan pendeskripsian ada beberapa cara yang harus diperhatikan. Adapun langkah-langkah menulis karangan deskripsi menurut Suparno adalah sebagai berikut: Menentukan apa yang akan dideskripsikan. Apakah akan mendeskripsikan orang atau tempat. Merumuskan tujuan pendeskripsian. Apakah deskripsi dilakukan sebagai alat bantu untuk mengemukakan karangan narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Menetapkan bagian-bagian yang akan dideskripsikan.
25
Suparno dan Mohamad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007) hlm. 109
19
Merinci hal-hal yang menunjang kekuatan bagian-bagian yang akan dideskripsikan yang meliputi hal-hal yang akan ditampilkan untuk membantu memunculkan kesan yang kuat terhadap objek yang digambarkan. 26 E. Penelitian yang Relevan Penelitian yang peneliti lakukan mengambil judul “Kesalahan penggunaan afiks dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Djojoredjo Tahun Pelajaran 2015/2016.” Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskripstif. Dalam penelitian ini peneliti meneliti karangan deskripsi siswa berupa kesalahan penggunaan prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks. Mengenai judul skripsi di atas, peneliti mempunyai beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang sedang peneliti lakukan. 1. Penelitian yang ditulis oleh Mumpuni Titrin S. Yang berjudul “Analisis Kontaminasi Frase dan Penanda Ganda dalam Karangan Deskripsi Siswa SMA Kelas II di DKI Jakarta”. Relevansinya terlihat pada kontaminasi frase dan penanda ganda jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 1990 IKIP. Dalam penelitian tersebut bentuk kontaminasi yang dilakukan siswa pada penggabungan bentuk (frase) yang tidak tepat dan kesalahan penanda ganda yang dilakukan siswa membuat kalimat menjadi tidak efektif dan efisien. Adapun perbedaan penelitian mumpuni dengan skripsi ini adalah: a. Penelitian Mumpuni meneliti tentang analisis kontaminasi frase dan penanda ganda. Mumpuni meneliti bentuk kontaminase frase yang tidak tepat dan penandaan ganda pada kalimat yang menjadi efektif dan efisien, sedangkan penelitian ini tentang kesalahan penggunaan afiks.
26
Suparno, Keterampilan Dasar Menulis, h. 1. 22.
20
b. Penelitian Mumpuni objek penelitiannya adalah karangan deskripsi siswa SMA kelas II di DKI Jakarta, sedangkan penelitian ini objeknya siswa kelas VII SMP Djojoredjo. 2. Penelitian Ani Nurhayati yang berjudul “Analisis Kata Berimbuhan dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas X SMK Nusantara Legoso Ciputat Tangerang Tahun Pelajaran 2011/2012. Adapun perbedaan penelitian Ani dengan skripsi ini adalah: a. Penelitian skripsi Ani dilakukan di sekolah SMK Nusantara Legoso Ciputat, sedangkan penelitian ini dilakukan di SMP Djojoredjo Pamulang. b. Penelitian skripsi Ani menekankan penyengauan kata dasar, pemakaian konfiks dan sufiks yang keliru, sedangkan penelitian skripsi ini tentang kesalahan penggunaan afiks. 3. Penelitian Rizqi Herfiyanti yang berjudul “Kesalahan Penggunaan Prefiks dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas XI Madrasah Aliyah Annida Al-Islamy Cengkareng Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2011/2012”. Adapun perbedaan penelitian Rizqi dengan penelitian ini adalah: a. Penelitian Rizqi dilakukan di Madrasah Aliyah Annida AlIslamy Cengkareng Jakarta Barat, sedangkan penelitian ini dilakukan di SMP Djojoredjo Pamulang. b. Penelitian Rizqi membahas tentang kesalahan prefiks, sedangkan penelitian ini membahas tentang kesalahan afiks. Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa penelitian yang akan dilakukan penulis tidaklah sama dengan apa yang dilakukan oleh peneliti-peneliti yang terdahulu. Mumpuni Titrin S. Melakukan penelitian untuk mengetahui kontaminasi frase dan penanda ganda dalam karangan deskripsi siswa. Penelitian Ani Nurhayati berfokus pada pemakaian kata berimbuhan, penyengauan kata dasar, pemakaian konfiks dan sufiks yang keliru. Penelitian Rizqi
21
Herfiyanti fokus pada prefiks. Sedangkan peneliti sendiri memfokuskan pada kesalahan penggunaan afiks.
22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan karangan deskripsi siswa kelas VII. Metode deskriptif ini menggunakan penelitian kualitatif dalam penggunaannya. Penelitian kualitatif merupakan “penelitian yang menggunakan pendekatan naturalistik untuk mencari dan menemukan pengertian atau pemahaman atau fenomena dalam suatu latar yang berkonteks khusus”.1 Selain itu, ada yang mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang ingin mencari makna kontekstual secara menyeluruh (holistic) berdasarkan fakta-fakta (tindakan, ucapan, sikap, dan sebagainya) yang dilakukan subjek penelitian dalam latar alamiah secara emic, menurut yang dikonstruk subjek penelitian untuk membangun teori (nomotetik, mencari hukum keberlakuan umum).2 Penelitian ini bertujuan mencari data tentang kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam penggunaan bahasa Indonesia yang terdapat pada karangan deskripsi siswa kelas VII. Kesalahan yang dimaksud adalah terjadinya ketidakbenaran dalam tataran morfologi terutama pada bagian afiks.
A. Waktu dan Metode Penelitian Waktu yang dipergunakan untuk meneliti yakni bulan Oktober 2015 dan selesai pada bulan Januari 2016. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan dengan kondisi yang alamiah (natural setting); diebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut juga
1
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h.5 Abdul Hanafi Halim, Metode Penelitian Bahasa, (Jakarta: Diadit Media Press, 2011), h. 92
2
24
metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.3
B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Djojoredjo Pamulang pada siswa kelas VII tahun pelajaran 2015/2016, yang beralamat di jalan Beringin No.45A Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten.
C. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemberian tes. Pemberian tes dilakukan ketika siswa diminta untuk membuat karangan deskripsi yang berkaitan pengalaman hidupnya mengenai tempat paling berkesan yang pernah dikunjungi. Data yang digunakan untuk penelitian ini yaitu dari kelas VII yang berjumlah 73 orang dengan dua rombongan belajar, yaitu kelas A dan kelas B. Setiap individu dalam populasinya mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan subjek penelitian. Namun karena keterbatasan penulis, jumlah siswa dalam sampel penelitian ini sebanyak 50% yaitu 36 siswa. Menurut Suharsimi, jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10 – 15% atau 20 – 25% atau lebih.4 Penelitian ini diperoleh melalui teknik simple random sampling, yaitu dengan cara menulis semua nama siswa kemudian dikocok dengan mengambil 18 nama dari masing-masing kelas A dan B. Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.5
D. Fokus Penelitian Teknik yang digunakan untuk menganalisis data ini adalah analisis hasil belajar siswa. Penelitian ini dibantu dengan tabel pengamatan, untuk 3
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 14, cet, ke-11 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik), (Jakarta: PT. Rineke Cipta, 2006), h. 134, Edisi Revisi VI. 5 Sugiono, Ibid.hlm120
4
25
mencatat data berupa kalimat yang terdapat kesalahan morfem pada aspek afiksasi, seperti contoh: Tabel 3.1 Tabel Analisis Penggunaan Morfem Nama Siswa (Judul Karangan)
No.
Kesalahan Morfem Afiks
Kalimat Prefiks
Infiks
Sufiks
Konfiks
Perbaikan
E. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh adalah dengan cara memberikan tugas kepada siswa, yaitu membuat karangan deskripsi berdasarkan pengalaman hidupnya mengenai tempat paling berkesan yang pernah dikunjungi. Setelah data terkumpul, data dianalisis dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Pengklasifikasian 2. Pengodean 3. Penabulasian 4. Pembetulan/pengoreksian 5. Pengalkulasian dengan menggunakan rumus ....x100% Keterangan: X = Frekuensi kalimat yang dianalisis X2 = Jumlah kesalahan 6. Penginterpretasian dan penyimpulan.
26
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini terdapat profil sekolah, deskripsi data, dan interpretasi data.
A. Profil Sekolah 1. Letak Geografis SMP Djojoredjo Pamulang SMP Djojoredjo Pamulang terletak di Jalan Beringin No.45A Kecamatan Pamulang Barat, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. MTs Negeri Tangerang II Pamulang memiliki lokasi yang sangat strategis, hanya 100 M dari jalan raya, di sekitar MTs Negeri Tangerang II Pamulang terdapat 6 perguruan tinggi yaitu Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), STIE Ahmad Dahlan Jakarta, Universitas Pamulang (UNPAM), Sekolah Tinggi Multimedia, dan Institut Teknologi Indonesia.
2. Sejarah singkat SMP Djojoredjo Pamulang SMP Djojoredjo Pamulang berdiri sejak tahun 1987 di Jalan Beringin, Pamulang. Sekolah ini berada di bawah naungan Yayasan Djojoredjo. Pada awal mulanya, Yayasan Djojoredjo membangun sekolah swasta pertama kali yang ada di daerah Pamulang yang bernama SMP Pamulang pada tahun 1978. Kemudian karena melihat adanya kesadaran bahwa pendidikan adalah kebutuhan bagi setiap anak tanpa memandang status ekonomi maka didirikanlah SMP Djojoredjo di daerah Parung, di daerah Sawangan, dan di daerah Pamulang. Berdirinya SMP Djojoredjo baik yang berada di Parung, Sawangan, maupun Pamulang adalah sebagai bentuk keprihatinan dan bentuk kepedulian H. Bento (pemilik Yayasan Djojoredjo) akan masyarakat sekitar yang mayoritas adalah masyarakat yang berada pada kemampuan ekonomi menengah ke bawah. Hal ini menggugah hati nurani
27
beliau sehingga beliau memutuskan untuk memperjuangkan hak-hak masyarakat untuk memperoleh pendidikan. Waktu itu, SMP Djojoredjo didirikan di atas lahan yang di sekitarnya adalah sawah dan kebun. Bisa dikatakan SMP Djojoredjo didirikan di sebuah perkampungan. Kepala SMP Djojoredjo pertama kali dijabat oleh Tri Januari, S.Pd dari tahun 1987 sampai tahun 1992 setelah itu jabatan kepal sekolah dipindahtangakan kepada Drs. Rahmat dari tahun 1992 sampai tahun 1994. Kemudian, untuk pertama kalinya jabatan kepala sekolah diserahkan kepada seorang wanita yang bernama Hj. Tri Tjiptaning Lestari. Karena jiwa kepemimpinananya yang sangat bagus, dari tahun 1994 sampai sekarang beliau masih dipercaya untuk menjabat sebagai kepala sekolah. Seiring berjalannya waktu, SMP Djojoredjo yang menjadi salah satu sekolah swasta yang ada di Pamulang, harus bersaing dengan sekolahsekolah yang mulai muncul. Dengan persaingan yang ada, baik kepala sekolah maupun tenaga kerjanya bekerja sama untuk menciptakan inovasiinovasi dalam program pembelajaran maupun dalam program sekolah lainnya agar mampu menyetarakan diri. Setelah meluluskan 27 angkatan, SMP Djojoredjo masih mampu bertahan sampai saat ini. Sebagai sekolah yang melayani masyarakat, SMP Djojoredjo sadar betul bahwa pendidikan sebagai kebutuhan dan kewajiban setiap anak berusaha keras memberikan pelayanan terbaik. Menciptakan siswasiswa yang berprestasi dan memiliki lulusan yang kompeten meskipun SMP Djojoredjo belum berada di level tinggi. Beberapa kali Djojoredjo meraih penghargaan untuk siswa berprestasi baik bidang akademik maupun non akademik dan beberapa kali mencetak siswa dengan lulusan meraih nilai yang memuaskan.
3. Visi, Misi, dan Tujuan SMP Djojoredjo Pamulang Visi, Misi, dan Tujuan SMP djojoredjo adalah sebagai berikut: Visi: Unggul dalam akademik, tanggap terhadap IPTEK, dan religius.
28
Misi: Mengembangkan/mewujudkan sumber daya manusia yang profesional, berprestasi, dan insan yang berakhlak mulia dengan dilandasi oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mampu mengaktualisasikannya dalam masyarakat.
4. Data Guru dan Siswa a. Guru Tabel 4.1 Data Tenaga Kependidikan SMP Djojoredjo Guru Mapel
Guru Eskul
TU
OB
PNS
2
-
-
-
Honor
14
8
2
2
Jumlah
16
8
2
2
Status
b. Siswa Berkaitan dengan data peserta didik akan dijelaskan hal-hal sebagai berikut: 1. Proses penerimaan siswa baru didasarkan pada tes masuk. Adapun materi tes yang harus diikuti oleh siswa meliputi: tes potensi akademik, tes baca tulis Al-Qur’an, dan wawancara. 2. Jumlah siswa secara keseluruhan adalah sebagai berikut: Tabel 4.2 Data Siswa SMP Djojoredjo Pamulang
Tahun
Kelas VII
Kelas VIII
Kelas IX
Jumlah
2015/2016
73
75
85
233
29
3. Jumlah rombongan belajar adalah sebagai berikut: Tabel 4.3 Data Rombel SMP Djojoredjo Pamulang Tahun
Kelas VII
2015/2016
Kelas VIII
2
2
Kelas IX
Jumlah
3
7
c. Sarana dan Prasarana 1. Tanah dan Halaman Tanah SMP Djojoredjo adalah milik Yayasan SMP Djojoredjo dengan luas 1500 m2. 2. Gedung Madrasah Tabel 4.4 Jumlah Ruang dan Sarana Prasarana SMP Djojoredjo Pamulang No.
Jenis Sarpras
Jumlah
Luas (m2) per unit/ bagian
Keadaan
1.500 m2
Baik
Lahan terbangun
956 m2
Baik
b.
Lahan terbuka
400 m2
Baik
c.
Lahan kegiatan praktik
150 m2
2.
RUANG :
a.
Ruang Pendidikan :
1)
Ruang Teori/Kelas
7
56
2)
Ruang Laboratorium IPA
1
64
3)
Ruang Lab Komputer
1
56
Baik
4)
Ruang Olah Raga
1
150
Baik
1
LAHAN :
a.
30
Baik
Baik Baik
5)
Ruang Perpustakaan
b.
Ruang Administrasi :
1)
Baik
1
64
Ruang Kepala Sekolah
1
32
2)
Ruang Guru
1
56
Baik
3)
Ruang TU
1
8
Baik
c.
Ruang Penunjang :
1)
Ruang OSISPramuka-PMR
1
32
2)
Ruang Serbaguna/Umum
1
130
3)
Ruang Kamar Mandi/WC
6
36
4)
Ruang UKS
1
36
d.
Media Pengajaran
1)
TV 29”
2
Baik
2)
Player
2
Baik
3)
LCD
3
Baik
Baik
Baik Baik Baik Baik
d. Sumber Belajar 1. Sarana Sumber Belajar Perpustakaan merupakan pusat sember ilmu yang utama, maka di perpustakaan SMP Djojoredjo Pamulang dilengkapi dengan berbagai buku sumber, meliputi: a) Jumlah total
:
b) Koran/surat kabar
: setiap hari 1 surat kabar
c) Majalah
: setiap bulan 1 majalah
2. Media Pembelajaran
31
Media pembelajaran yang tersedia meliputi: - Perpustakaan lengkap - TV di ruang khusus - CD pembelajaran berada di unit komputer - LCD proyektor 3 - Komputer 23 - Aula dilengkapi sound sistem - Masjid Al-Barkah sebagai prasarana ibadah - Laboratorium IPA - Laboratorium komputer - Drumband - Angklung - UKS - 7 lokal untuk ruang belajar - Lapangan
B. Deskripsi Data Pada bagian deskripsi ini, penulis akan menguraikan frekuensi kesalahan siswa dalam keterampilan menulis karangan deskripsi. Setelah diketahui kesalahannya, data-data tersebut dianalisis dan hasilnya disajikan dalam bentuk deskripsi.
Tabel 4.5 Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Adelia Suryani (Gunung Munara) No.
Kalimat
Kesalahan morfologi afiksasi 1
1.
Gunung Munara adalah gunung
32
2
3
4
Perbaikan di kampung
yang
dikampung X
terletak
sawah, Rumpin. (1) 2.
Rute dari Gaplek lurus terus X
ke pasar
sampe kepasar parung. (2) 3.
Dari situ ambil kanan kearah X ciseeng
lurus
sampai
keRumpin. (3) 4.
ke arah
X
ke Rumpin
Tidak jauh dari situ kekampung X
ke kampong
sawah
di Gunung
terus
sampailah X
diGunung Munara. (4) 5.
Untuk
sampai
kepuncak X
ke puncak
melewati empat pos. (10) 6.
Disetiap berjualan
pos
banyak
makanan
orang X
di setiap
dan
minuman. (11)
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Adelia Suryani sebanyak delapan. 1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama. a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di) tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. Penulisan dikampung seharusnya dipisah menjadi di kampung. 2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke pasar bukan kepasar. 3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketiga a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks.
33
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke arah bukan kearah. b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke Rumpin bukan ke Rumpin. 4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keempat a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke Kampung bukan keKampung. c. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di Gunung bukan di Gunung. 5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh d. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke puncak bukan kepuncak. 6. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesebelas e. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di setiap bukan disetiap.
34
Tabel 4.6 Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Agus Setiawan (Danau Toba) Kalimat
No.
Kesalahan morfologi afiksasi 1
1.
....
yang
paling banyak
2
3
4
Perbaikan
di
X
dikunjungi
di
X
dikunjungi
X
dikunjungi
X
dikunjungi
kunjungi wisatawan. (3) 2.
Danau
ini paling
indah
kunjungi saat malam hari .... (7) 3.
.... paling cocok dikunjungi bersama
teman-teman
atau
keluarga. (8) 4.
Rumah makan itu paling ramai di kunjungi pada siang hari. (10)
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Agus Setiawan sebanyak empat. 1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketiga a. Kesalahan
yang
dilakukan
berada
pada
kata
di
kunjungi.
Penggabungan morfem dalam proses morfologis seperti di+kunjung+i seharusnya digabung menjadi satu kata, sehingga menjadi dikunjungi. 2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh a. Kesalahan
yang
dilakukan
berada
pada
kata
di
kunjungi.
Penggabungan morfem dalam proses morfologis seperti di+kunjung+i seharusnya digabung menjadi satu kata, sehingga menjadi dikunjungi. 3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedelapan
35
a. Kesalahan
yang
dilakukan
berada
pada
kata
di
kunjungi.
Penggabungan morfem dalam proses morfologis seperti di+kunjung+i seharusnya digabung menjadi satu kata, sehingga menjadi dikunjungi. 4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh a. Kesalahan
yang
dilakukan
berada
pada
kata
di
kunjungi.
Penggabungan morfem dalam proses morfologis seperti di+kunjung+i seharusnya digabung menjadi satu kata, sehingga menjadi dikunjungi.
Tabel 4.7 Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Ahmad Taufik Adi Rianto (Keindahan Taman Matahari) Kalimat
No.
Kesalahan morfologi afiksasi 1
1.
Taman
Matahari
2
3
4
Perbaikan
merupakan
salah satu tempat yang letaknya
2.
diprovinsi Jawa Barat, tepatnya X
di Provinsi
dikota Bogor. (1)
X
di kota
Banyak permainan ada disana. X
di sana
(7) 3.
Sepanjang hari di lewati dengan
X
dilewati
sangat seru dan sangat asik sekali. (8) 4.
Ada juga toko-toko yang jual barang-barang bekas yang di X
dipajang
pajang. (10) 5.
Boleh dilihat boleh juga di beli X untuk
jadi
kenang-kenangan.
36
Dibeli
(11)
Berdasarkan tabel 4.7 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Ahmad Taufik Adi Rianto sebanyak lima. 1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama. a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di Provinsi bukan diProvinsi. b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di Kota bukan diKota. 2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kelima a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di sana bukan disana. 3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedelapan a. Kesalahan yang dilakukan berada pada kata di lewati. Penggabungan morfem dalam proses morfologis seperti di+lewat+i seharusnya digabung menjadi satu kata, sehingga menjadi dilewati. 4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh a. Kesalahan yang dilakukan pada penempatan morfem (di), morfem ini terikat dengan kata kerja yang secara penulisannya digabung dengan
37
bentuk dasarnya. Pajang adalah kata kerja, jadi seharusnya dipajang bukan di pajang. 5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesebelas a. Kesalahan yang dilakukan pada penempatan morfem (di), morfem ini terikat dengan kata kerja yang secara penulisannya digabung dengan bentuk dasarnya. Beli adalah kata kerja, jadi seharusnya dibeli bukan di beli.
Tabel 4.8 Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Aisyah Widiam Rohmah (Curug Cidomba) No.
-
Kalimat
Kesalahan morfologi afiksasi
-
1
2
3
4
Perbaikan
-
-
-
-
-
Berdasarkan tabel 4.8 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Aisyah Widiam Rohmah tidak ada.
Tabel 4.9 Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Aldi Saepul Adha (Istana Maimun) No.
Kalimat
Kesalahan morfologi afiksasi 1
38
2
3
4
Perbaikan
1.
Istana Maimun terletak dikota X
di kota
medan. (2) 2.
Karena megah istana ini banyak di kunjungi oleh wisatawan. (4)
3.
Dikunjungi X
Istana maimun di bangun pada X
Dibangun
tahun 1988. (5) 4.
Untuk sampai dilantai dua, X
di lantai
pengunjung dapat naik anak tangga sebanyak 28 yang terbuat dari marmer. (10)
Berdasarkan tabel 4.9 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Aldi Saepul Adha sebanyak empat. 1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama. a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di kota bukan dikota. 2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keempat a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-,-i), morfem tersebut merupakan bentuk terikat dengan bentuk dasar. Seharusnya bentuk dasar kembali digabungkan menjadi dikunjungi. 3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kelima a. Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penempatan morfem (di), morfem ini terikat dengan kata kerja, yang secara penulisannya digabung dengan bentuk dasarnya. Bangun adalah kata kerja, jadi seharusnya dibangun bukan di bangun.
39
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di lantai bukan dilantai.
Tabel 4.10 Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Alif Nurcahyo (Pantai Batu Ulo) Kalimat
No.
Kesalahan morfologi afiksasi 1
1.
Pantai Batu salah
satu
Ulo merupakan X pantai
2
3
4
Perbaikan di daerah
didaerah
Banyuwangi Jawa Timur. (1) 2.
Menurut cerita rakyat disana, X
di sana
dinamakan Batu Ulo karena pada zaman dahulu di sebutkan X
disebutkan
.... (5) 3.
Para wisatawan pergi kesana X karena
keindahan
ke sana
bawah
lautnya. (9) 4.
Ikan hias dan terumbu karang disana
sangat
dilestarikan X
dengan baik. (11)
40
di sana
Berdasarkan tabel 4.10 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Alif Nurcahyo sebanyak empat. 1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama. a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di daerah bukan didaerah. 2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kelima a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di sana bukan disana. b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-,-kan), morfem tersebut merupakan bentuk terikat dengan bentuk dasar. Seharusnya bentuk dasar kembali digabungkan menjadi disebutkan. 3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke sana bukan kesana. 4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesebelas a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
41
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di sana bukan disana.
Tabel 4.11 Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Alya Bella Shalimar (Keindahan Pulau Bunaken) Kalimat
No.
Kesalahan morfologi afiksasi 1
1.
2
3
4
Perbaikan
Pulau Bunaken adalah tempat X
di Manado
wisata diManado yang sering di X
disebut
sebut surga dunia. (1) 2.
DiPulau ini kita dimanjakan X
di pulau
dengan air lautnya yang sangat jernih dan .... (2) 3.
Kita
juga
di
suguhkan
X
keindahan pulau-pulau disekitar X
disuguhkan disekitar
Bunaken. (3) 4.
Untuk menikmatinya, bisa di
X
lakukan dengan cara menyelam
Dilakukan
(diving). (8) 5.
Makanan yang di sajikan adalah makanan khas Manado seperti Rica-Rica, Bubur Manado .... (10)
42
X
Disajikan
Berdasarkan tabel 4.11 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Alya Bella Shalimar sebanyak lima. 1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama. a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di Manado bukan diManado. b. Kesalahan yang dilakukan oleh siswa berada pada penempatan morfem (di), morfem ini terikat dengan kata kerja yang secara penulisannya digabung dengan bentuk dasarnya. Sebut adalah kata kerja, jadi seharusnya disebut bukan di sebut. 2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di Pulau bukan diPulau. 3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketiga a. Kesalahan yang digunakan siswa pada penggunaan konfiks. Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penggumaan morfem (di,-kan). Morfem tersebut cara penulisannya seharusnya digabung. Jadi seharusnya disuguhkan, bukan di suguhkan. b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
43
tetapi seharusnya kata kerja. (di) tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di sekitar bukan disekitar. 4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedelapan a. Kesalahan yang digunakan siswa pada penggunaan konfiks. Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penggumaan morfem (di,-kan). Morfem tersebut cara penulisannya seharusnya digabung. Jadi seharusnya dilakukan bukan di lakukan. 5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh a. Kesalahan yang digunakan siswa pada penggunaan konfiks. Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penggumaan morfem (di,-kan). Morfem tersebut cara penulisannya seharusnya digabung. Jadi seharusnya disajikan, bukan di sajikan.
Tabel 4.12 Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Anggi Rahmawati (Menikmati Indahnya Laut Sosro) Kalimat
No.
Kesalahan morfologi afiksasi 1
1.
2
3
4
Di sebut sosro karena tempatnya X
Perbaikan Disebut
bertemakan sosro. (4)
Berdasarkan tabel 4.12 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Anggi Rahmawati sebanyak satu. 1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keempat. a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
44
Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penempatan morfem (di), morfem ini terikat dengan kata kerja, yang secara penulisannya digabung dengan bentuk dasarnya. Sebut adalah kata kerja, jadi seharusnya disebut bukan di sebut.
Tabel 4.13 Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Arya Saputra (Lippo Cikarang) Kalimat
No.
Kesalahan morfologi afiksasi 1
1.
2
3
4
.... wisata kolam renang yang X berada didaerah Cikarang. (1)
2.
Perbaikan
di daerah
.... tempat liburan yang di
X
diminati
minati banyak orang. (2) 3.
.... lebih dari 1000 pengunjung yang datang kesana. (3)
4.
Disana permainan
terdapat seperti
X
ke sana
berbagai X
di sana
trampolin,
perosotan, ayunan, .... (5) 5.
Disana juga terdapat cafe yang X terletak
didalam
di sana
kolam
renangnya. (6) 6.
.... seperti bola yang di buat dari X
Dibuat
kaca. (8)
7.
Kolam renang diLippo Cikarang X sangat banyak. (9)
8.
Pengunjung bisa memilih mau
45
di Lippo
renang dimana. (10) 9.
X
Air disana sangat bersih karena X
di mana di sana
airnya diganti setiap hari. (12)
Berdasarkan tabel 4.13 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Arya Saputra sebanyak sembilan. 1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama. a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di daerah bukan didaerah. 2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks. Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penggumaan morfem (di,-kan). Morfem tersebut cara penulisannya seharusnya digabung. Jadi seharusnya dilakukan, bukan di lakukan. 3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketiga a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke sana bukan kesana. 4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kelima a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di sana bukan disana. 5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keenam
46
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di sana bukan disana. 6. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedelapan a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penggunaan morfem (di). Morfem tersebut cara penulisannya seharusnya disambung. Jadi seharusnya dibuat, bukan di buat. 7. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di Lippo bukan diLippo. 8. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di mana bukan dimana. 9. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua belas a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) tersebut bukanlah morfem melainkan
47
kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di sana bukan disana.
Tabel 4.14 Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Aziiz Rasyid (Pesona Pantai Anyer) Kalimat
No.
Kesalahan morfologi afiksasi 1
1.
2
3
4
Pantai tersebut terletak didaerah X
Perbaikan di daerah
Serang. (2) 2.
Jarak yang di tempuh dari X
di tempuh
Jakarta menuju Anyer sekitar 35 kilometer. (3) 3.
Banyak pohon kelapa berdiri tegak dipinggir pantainya. (6)
4.
X
Kita juga dapat melihat gunung
di pinggir X
krakatau dari ke jauhan. (8) 5.
Selain
pemandangan
Kejauhan nya
X
Pemandangannya
X
Dinikmati
indah, banyak permainan yang bisa di nikmati. (9) 6.
Semua fasilitas ini bisa di nikmati dari pagi sampai sore. (12)
Berdasarkan tabel 4.14 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Aziiz Rasyid sebanyak enam. 1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua.
48
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di daerah bukan didaerah. 2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketiga a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penggunaan morfem di. Tempuh di sini adalah kata kerja jadi seharusnya (di) penulisannya disambung dengan kata tempuh. Jadi ditempuh, bukan di tempuh. 3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keenam. a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di pinggir bukan dipinggir. 4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedelapan. a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (ke-,-an), morfem ini seharusnya digabung dengan kata dasarnya. Jadi seharusnya kejauhan, bukan ke jauhan. 5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan. a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem yang dilakukan berada pada penempatan morfem (pe-,-an), morfem ini seharusnya
digabung
dengan
kata
dasarnya.
Jadi
seharusnya
pemandangannya, bukan pemandangan nya. 6. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua belas. a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks.
49
Kesalahan yang dilakukan berada pada penggunaan morefem (di-,-i), morfem tersebut seharusnya digabung dengan kata dasarnya. Jadi seharusnya dinikmati, bukan di nikmati.
Tabel 4.15 Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Bima Abed Nego (Gunung Tangkuban Perahu) Kalimat
No.
Kesalahan morfologi afiksasi 1
1.
Asal mula gunung tangkuban perahu
adalah
di
2
3
4
Perbaikan
X
Dikisahkan
kisahkan
legenda sangkuriang yang .... (5) 2.
.... mengajukan persyaratan yaitu X
Disuruh
sangkuriang di suruh membuat perahu dengan semalam. (6) 3.
Ketika
usahanya
gagal X
Ditendang
sangkuriang marah dan perahu itu di tendang sampai terbalik. (7) 4.
Di beri nama gunung tangkuban X
Diberi
perahu karena gunung tersebut menyerupai
gunung
yang
terbalik. (9) 5.
.... membuat tempat ini banyak di kunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara. (11)
50
X
Dikunjungi
Berdasarkan tabel 4.15 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Bima Abed Nego sebanyak lima. 1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kelima. a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks Terdapat kesalahan pada kata di kisahkan. Kata kisah merupakan kata kerja yang mendapat konfiks (di-,-kan). Seharusnya kata perintah digabung dengan konfiks (di-,-kan), sehingga menjadi dikisahkan. 2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keenam a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-), morfem tersebut merupakan bentuk terikat dengan bentuk dasar kata kerja. Seharusnya bentuk dasar suruh digabung dengan prefiks (di-), karena suruh merupakan kata kerja, sehingga menjadi disuruh. 3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-), morfem tersebut merupakan bentuk terikat dengan bentuk dasar kata kerja. Seharusnya bentuk dasar tendang digabung dengan prefiks (di-), karena tendang merupakan kata kerja, sehingga menjadi ditendang. 4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-), morfem tersebut merupakan bentuk terikat dengan bentuk dasar kata kerja. Seharusnya bentuk dasar beri digabung dengan prefiks (di-), karena beri merupakan kata kerja, sehingga menjadi diberi. 5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesebelas Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-,-i) pada kata kunjung. Seharusnya kata dasar kunjung digabung dengan morfem
51
(di-,-i), karena menunjukkan kata kerja yang bisa diberi morfem (di-,-i), sehingga seharusnya menjadi dikunjungi.
Tabel 4.16 Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Davin Prayoga (Candi Borobudur) Kalimat
No.
Kesalahan morfologi afiksasi 1
1.
Candi
Borobudur
salah
satu
2
3
4
Perbaikan
merupakan X
candi
terbesar
Borobudur
terletak
di dunia
didunia. (1) 2.
Candi
diYogyakarta. (2) 3.
Diantara
beberapa
X candi X
di Yogyakarta Di antara
terdapat satu candi besar yang berbentuk lancip .... (7) 4.
Dicandi
Borobudur
terdapat X
di candi
banyak stupa. (9)
Berdasarkan tabel 4.16 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Davin Prayoga sebanyak empat. 1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama. a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
52
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di dunia bukan didunia. 2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua. a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di Yogyakarta bukan diYogyakarta. 3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh. a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di antara bukan diantara. 4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan. a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di candi bukan dicandi.
Tabel 4.17 Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Dhea Paulina (Taman Matahari)
53
No.
Kalimat
Kesalahan morfologi afiksasi 1
1.
2
3
4
Taman ini berdiri diatas tanah X
Perbaikan di atas
seluas 30 hektar. (4)
2.
Ditaman matahari ada berbagai X
Di taman
permainan. (5)
3.
Diantaranya yaiu villa, saung, X
Di antaranya
hotel, lapangan, restoran dan tempat belanja. (10)
Berdasarkan tabel 4.17 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Dhea Paulina sebanyak tiga. 1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keempat. a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di atas bukan diatas. 2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kelima a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di taman bukan ditaman. 3. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks.
54
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di antaranya bukan diantaranya.
Tabel 4.18 Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Faldy Apriadi (Pantai Kuta) Kalimat
No.
Kesalahan morfologi afiksasi 1
1.
2
3
4
Pantai ini terletak didaerah X
Perbaikan di daerah
Bali. (2) 2.
Sehingga banyak dikunjungin
X
Dikunjungi
oleh para wisatawan. (3) 3.
.... dengan keindahannya yang luar
biasa
dan
begitu
menpesona. (5) 4.
Ombaknya
X yang
besar
menggulung dengan indah. (6) 5.
Pengunjung
Mempesona
bisa
Bergulung X
nikmatin
X
Menikmati
matahari terbenam. (8) 6.
Sepanjang pantai di jadikan X
Dijadikan
tempat parkir. (10) 7.
.... berpanas-panasan bisa duduk X atau tidur dibawah payung-
55
di bawah X
disediakan
payung yang disedia. (11) Berdasarkan tabel 4.18 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Faldy Apriadi sebanyak tujuh. 1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua. a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di daerah bukan didaerah. 2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketiga a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penggunaan morfem (in), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata dikunjungin, karena dalam bahasa Indonesia tidak ada morfem yang berakhiran (-in). Kata dikunjungin lebih tepat mendapat imbuhan (di-,-i) menjadi dikunjungi. 3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kelima a. Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penggunaan morfem (me), morfem ini menjadi (mem-) ketika bertemu dengan huruf p. Pesona diawali dengan huruf p, jadi seharusnya mempesona bukan menpesona. 4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keenam a. Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penggunaan morfem (me), morfem ini tidak cocok digunakan pada kata sifat. Gulung merupakan kata sifat yang ketika menggunakan morfem seharusnya jadi bergulung, bukan menggulung. 5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedelapan a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penggunaan morfem (in), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata nikamtin, karena dalam
56
bahasa Indonesia tidak ada morfem yang berakhiran (-in). Kata nikmatin seharusnya menikmati, jadi akhiran (–in) diganti dengan (me-,–i). 6. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-,-kan), morfem tersebut merupakan bentuk terikat dengan bentuk dasar. Seharusnya bentuk dasar kembali digabungkan menjadi dijadikan. 7. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di bawah bukan dibawah. b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penggunaan morfem (di), morfem tersebut sesuai dengan struktur kalimatnya seharusnya bentuk dasar bukan hanya diberi morfem (di) saja tetapi (di-,-kan) menjadi disediakan, bukan disedia.
Tabel 4.19 Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Fandy Ahmad Saputra (Jungle Land) No.
Kalimat
Kesalahan morfologi afiksasi 1
57
2
3
4
Perbaikan
1.
.... merupakan tempat wisata X
di daerah
yang terletak didaerah Sentul, bogor, Jawa barat. (1) 2.
Banyak pengunjung yang pergi X
ke sana
kesana. (2) 3.
Disana ada komedi putar, kora- X
di sana
kora, dan masih banyak lagi. (6) 4.
Pengunjung
disana
bisa X
di sana
menikmati permainan sepanjang hari. (7) 5.
Selain permainan pengunjung X
mengisi
bisa ngisi perut dengan berbagai makanan. (9) 6.
Disana pun ada taman yang X
di sana
sangat indah dan sejuk. (10)
Berdasarkan tabel 4.19 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Fandy Ahmad Saputra sebanyak enam. 1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di daerah bukan didaerah. 2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
58
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (ke), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (ke) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di sana bukan disana. 3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keenam a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di sana bukan disana. 4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di sana bukan disana. 5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks Kesalahan yang dilakukan adalah pada kata ngisi. Dalam bahasa Indonesia tidak ada bentuk baku ngisi dan prefiks (-ng), adapun bentuk dasarnya isi. Kata isi lebih tepat diberi prefiks (me-), sehingga menjadi mengisi. 6. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
59
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di sana bukan disana.
Tabel 4.20 Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Gerry Novian (Lava Merapi) Kalimat
No.
Kesalahan morfologi afiksasi 1
1.
2
3
4
Di sebut Lava Merapi karena X
Perbaikan Disebut
dulu tempat ini jadi aliran lava saat gunung merapi meletus. (2) 2.
....
tempat
ini
banyak
di
X
Dikunjungi
Satu jeep di kenakan biaya 300
X
Dikenakan
kunjungi wisatawan. (4) 3.
ribu rupiah. (6) 4.
.... maka tinggal di bagi saja. (7)
X
Dibagi
5.
Mobil jeep akan nganter kita X
mengantar
sampai ketempat lava dengan X
ke tempat
jalan yang belok-belok. (8) 6.
.... sungai-sungai yang pernah di X
Dialiri
aliri lava. (9) 7.
Ada
juga
museum
yang X
nyimpen barang-barang yang kena lava. (12)
60
Menyimpan
Berdasarkan tabel 4.20 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Gerry Novian sebanyak tujuh. 1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penempatan morfem (di), morfem ini terikat dengan kata kerja, yang secara penulisannya digabung dengan bentuk dasarnya. Sebut adalah kata kerja, jadi seharusnya disebut bukan di sebut. 2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keempat a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-,-i), morfem tersebut merupakan bentuk terikat dengan bentuk dasar. Seharusnya bentuk dasar kembali digabungkan menjadi dikunjungi. 3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keenam a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-,-kan), morfem tersebut merupakan bentuk terikat dengan bentuk dasar. Seharusnya bentuk dasar kembali digabungkan menjadi dikenakan. 4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penempatan morfem (di), morfem ini terikat dengan kata kerja, yang secara penulisannya digabung dengan bentuk dasarnya. Bagi adalah kata kerja, jadi seharusnya dibagi bukan di bagi. 5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedelapan a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks Kesalahan yang dilakukan adalah pada kata nganter. Dalam bahasa Indonesia tidak ada bentuk baku nganter dan prefiks (-ng), adapun
61
bentuk dasarnya antar. Kata antar lebih tepat diberi prefiks (me-), sehingga menjadi mengantar. b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke tempat bukan ketempat. 6. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-,-i), morfem tersebut merupakan bentuk terikat dengan bentuk dasar. Seharusnya bentuk dasar kembali digabungkan menjadi dialiri. 7. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua belas a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks Kesalahan yang dilakukan adalah pada kata nyimpen. Dalam bahasa Indonesia tidak ada bentuk baku nyimpen dan prefiks (-ng), adapun bentuk dasarnya simpan. Kata antar lebih tepat diberi prefiks (me-), sehingga menjadi menyimpan.
Tabel 4.21 Analisis penggunaan morfem dalam keterampilan menulis karangan deskripsi siswa Jovanka Ceizilia (Pantai Alam Indah Tegal) No.
Kalimat
Kesalahan morfologi afiksasi 1
1.
.... yang terkenal dengan PAI X
2
3
4
Perbaikan di tegal
letaknya ditegal. (1) 2.
Kita bisa main-main dipinggir X
62
di pinggir
pantai atau basah-basahan. (6) 3.
Kita
juga
bisa
main
di waterboom
diwaterbum yang ada ember X besar bentuk poci. (7) 4.
5.
Selain main kita
juga bisa
belajar dimonumen bahari atau X
di monumen
dikampung seni. (8)
di kampong
X
.... kita bisa sholat ditempat X
di tempat
yang disediakan. (10) 6.
Saat
kita
lapar
kita
bisa
kewarung .... (11) 7.
X
Pasti puas ngunjungin pantai
ke warung X
Mengunjungi
alam indah Tegal.
Berdasarkan tabel 4.21 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Jovanka Ceizilia sebanyak tujuh. 1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di Tegal bukan ditegal. 2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keenam a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di pinggir bukan dipinggir.
63
3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di Waterboom bukan diWaterboom. 4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedelapan a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di Monumen bukan diMonumen. b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di kampung bukan dikampung. 5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di kampung bukan dikampung. 6. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesebelas a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks.
64
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke warung bukan kewarung. 7. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua belas a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (in), morfem ini tidak ada dalam bahasa Indonesia. Kata ngunjungin seharusnya diganti menjadi mengunjungi.
Tabel 4.22 Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Latifah Nurbaiti (Ciwangun Indah Camp) Kalimat
No.
Kesalahan morfologi afiksasi 1
1.
Ciwangun
Indah
2
3
4
Perbaikan
Camp
bertempat didaerah Bandung. X
di daerah
(1) 2.
Berkunjung keciwangun camp X
ke ciwangun
sangat seru sekali. (5) 3.
.... sambil ngelawatin jalan yang
X
Melewati
menanjak juga menurun. (7) 4.
Ada kakak-kakak yang mandu X
Memandu
permainan yang menyenangkan. (10) 5.
Setelah main kita bisa cobain flying fox. (11)
65
X
mencoba
Berdasarkan tabel 4.22 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Latifah Nurbaiti sebanyak lima. 1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di daerah bukan didaerah. 2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kelima a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke Ciwangun bukan keciwangun. 3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (in), morfem ini tidak ada dalam bahasa Indonesia. Kata ngelewatin seharusnya diganti menjadi melewati. 4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan adalah pada kata mandu. Dalam bahasa Indonesia tidak ada bentuk baku mandu dan prefiks (m), adapun bentuk dasarnya pandu. Kata pandu lebih tepat diberi prefiks (me-), sehingga menjadi memandu. 5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesebelas a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks.
66
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (in), morfem ini tidak ada dalam bahasa Indonesia. Kata cobain seharusnya diganti menjadi mencoba.
Tabel 4.23 Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Leonardi Dharma Adjie (Wisata Jungle Land) No.
Kalimat
Kesalahan morfologi afiksasi 1
1.
2
3
4
Perbaikan
Jungle Land merupakan tempat rekreasi terbesar diIndonesia. X
di Indonesia
(1) 2.
Jungle Land terletak diSentul X
di Sentul
Bogor. (2) 3.
Didalamnya terdapat berbagai X
di dalamnya
macam wahan yang berjumlah 41 macam. (4) 4.
Wahana yang terdapat diJungle X
di Jungle Land
Land ada
dinikmati
yang
khusus di X
nikmati oleh orang dewasa, ada X wahana yang khusus di nikmati X
dinikmati
anak-anak, dan ada yang bisa di
dinikmati
nikmati berbagai usia. (5) 5.
Selain berbagai wahana diatas X juga
ada
pertunjukkan
dan
atraksi meet zombie dan .... (9)
67
di atas
6.
.... bisa di nikmati dengan X
Dinikmati
membayar tiket sebesar 125.000 pada hari libur. (12)
Berdasarkan tabel 4.23 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Leonardi Dharma Adjie sebanyak enam. 1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di Indonesia bukan diIndonesia. 2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di Sentul bukan diSentul. 3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keempat a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di dalamnya bukan didalamnya. 4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kelima
68
a. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di Jungle Land bukan diJungle Land. b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-,-i), morfem tersebut merupakan bentuk terikat dengan bentuk dasar. Seharusnya bentuk dasar kembali digabungkan menjadi dinikmati. c. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-,-i), morfem tersebut merupakan bentuk terikat dengan bentuk dasar. Seharusnya bentuk dasar kembali digabungkan menjadi dinikmati. d. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-,-i), morfem tersebut merupakan bentuk terikat dengan bentuk dasar. Seharusnya bentuk dasar kembali digabungkan menjadi dinikmati. 5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan a. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di atas bukan diatas. 6. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua belas a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-,-i), morfem tersebut merupakan bentuk terikat dengan bentuk dasar. Seharusnya bentuk dasar kembali digabungkan menjadi dinikmati.
69
Tabel 4.24 Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa M. Ridwan (Candi Prambanan) Kalimat
No.
Kesalahan morfologi afiksasi 1
1.
3
4
Perbaikan
Letak Candi Prambanan ada diJogjakarta. (4)
2.
2
X
di Jogjakarta
Disamping ketiga candi itu ada X candinya
lagi,
yaitu
di samping
garuda,
nandini dan angsa. (6) 3.
Candi Siwa, Wisnu, dan Brahma menghadap ketimur, sedangkan X candi Garuda, Nandini,
dan
Angsa yang ndampingin ketiga X candi
tersebut
5.
Candi-candi
X mendampingi
menghadap
kebarat. (7) 4.
ke timur
ke barat tersebut
punya X
ruangan didalamnya. (8)
di dalamnya
Selain ke enam candi itu ada X
Keenam
ratusan candi kecilnya. (9) 6.
Candi Prambanan yang terkenal X dengan
kecantikannya
juga
di dindingnya
memiliki relief didindingnya. (11) 7.
.... di bangun oleh Bandung X
dibangun
Bondowoso untuk menunjuk X cintanya kepada .... (12)
menunjukkan
70
Berdasarkan tabel 4.24 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh M. Ridwan sebanyak tujuh. 1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keempat a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di Jogjakarta bukan diJogjakarta. 2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keenam a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di samping bukan disamping. 3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke timur bukan ketimur. b. Kesalahan yang dilakukan adalah pada kata ndampingin. Dalam bahasa Indonesia tidak ada bentuk baku ndamping dan prefiks (-in), adapun bentuk dasarnya damping. Kata damping lebih tepat diberi prefiks (me,-i), sehingga menjadi mendampingi. c. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke barat bukan kebarat. 4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedelapan
71
a. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di dalamnya bukan didalamnya. 5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penempatan morfem (ke), morfem ini terikat dengan kata sifat, yang secara penulisannya digabung dengan bentuk dasarnya. Enam adalah kata sifat, jadi seharusnya keenam bukan ke enam. 6. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesebelas a. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di dindingnya bukan didindingnya. 7. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua belas a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penempatan morfem (di), morfem ini terikat dengan kata kerja, yang secara penulisannya digabung dengan bentuk dasarnya. Bangun adalah kata kerja, jadi seharusnya dibangun bukan di bangun. b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penempatan morfem (me) yang seharusnya jika sesuai dengan susunan kalimatnya menggunakan morfem (me-,-kan), seharusnya menunjukkan. Tabel 4.25 Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa
72
M. Rizky Irawan (Pantai Indrayanti) No.
Kalimat
Kesalahan morfologi afiksasi 1
1.
Pantai
Indrayanti
diWonogiri,
2
3
4
Perbaikan
terletak
Gunung
Kidul,
X
di Wonogiri
X
mengagumkan
X
di balik
Disana terdapat sebuah tebing X
di sana
Yogyakarta. (1) 2.
Dengan
keindahannya
yang
mengagumi, tiket masuk pantai ini cukup murah dan .... (4) 3.
Banyak
ikan-ikan
sembunyi
dibalik
yang karang-
karang. (6) 4.
yang menjulang tinggi. (7) 5.
X
.... pengunjung juga bisa naik jet
Memuaskan
ski dengan biaya lumayan mahal tapi muasin banget. (9) 6.
.... tidak mau basah-basahan bisa X liat ombak dibawah payung yang disediain. (10)
7.
Dipantai
ini
juga
di bawah
X
ada X
di pantai
penginapan buat yang ingin nikmatin .... (12) X
73
menikmati
Berdasarkan tabel 4.25 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh M. Rizki Irawan sebanyak tujuh. 1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di Wonogiri bukan diWonogiri. 2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keempat a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penggunaan morfem (me-,-i), morfem ini tidak tepat digunakan. (me) dalam kalimat tersebut lebih tepat
jika
disandingkan
dengan
(kan),
mengagumi
menjadi
mengagumkan. 3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keenam a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di balik bukan dibalik. 4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di sana bukan disana. 5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks.
74
Kesalahan yang dilakukan adalah pada kata muasin. Dalam bahasa Indonesia tidak ada bentuk baku muas dan sufiks (-in), adapun bentuk dasarnya puas. Kata puas lebih tepat diberi prefiks (me-,-kan), sehingga menjadi memuaskan. 6. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh a. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) di sini bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di bawah bukan dibawah. b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penggunaan morfem (di-,-in), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata disediain, karena dalam bahasa Indonesia tidak ada morfem yang berakhiran (-in). Kata disediain seharusnya menjadi disediakan. 7. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua belas a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (in), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata nikmatin, karena dalam bahasa Indonesia tidak ada morfem yang berakhiran (-in). Kata nikmatin seharusnya menjadi menikmati.
Tabel 4.26 Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Mario Pandapotan (Pesona Indah Danau Toba) No.
Kalimat
Kesalahan morfologi afiksasi 1
75
2
3
4
Perbaikan
1.
Danau
tersebut
diprovinsi
terletak
Sumatra
Utara X
tepatnya dipulau Samosir. (2) 2.
X
di pulau
Selain keindahnnya, pengunjung bisa melihat kapal-kapal yang berlabuh didanau ini. (5)
3.
di provinsi
di danau X
Salah satu pelabuhan yang ada didanau Toba adalah Pelabuhan X
Di danau
Tomok. (6) 4.
Pelabuhan
Tomok
adalah
pelabuhan yang paling terkenal dipulau Samosir. (7) 5.
Di pulau X
Banyak kapal Feri dan kapalkapal
kecil
yang
berlabuh X
di sana
disana. (8) 6.
Dipulau Samosir juga terdapat X
Di pulau
sebuah kampung yang bernama Tanjungan. (9) 7.
Dikampung tersebut terdapat X
Di kampong
sebuah danau yang bernama Aek Na Tonang. (11)
Berdasarkan tabel 4.26 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Mario Pandapotan sebanyak tujuh. 1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di Provinsi bukan diProvinsi. 76
b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di Pulau bukan diPulau. 2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kelima a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di danau bukan didanau. 3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keenam a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di danau bukan didanau. 4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di Pulau bukan diPulau. 5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedelapan a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
77
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di sana bukan disana. 6. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di Pulau bukan diPulau. 7. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesebelas a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di kampung bukan dikampung.
Tabel 4.27 Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Nina Adelia (Indahnya Pulau Bunaken) Kalimat
No.
Kesalahan morfologi afiksasi 1
1.
Pulau
Bunaken
merupakan
2
3
4
Perbaikan Di Sulawesi
tempat wisata yang sangat indah yang berada diSulawesi. (1) 2.
X
Pulau ini terdapat disebelah X
78
di sebelah
utara Sulawesi diteluk Manado. X
di teluk
(2) 3.
Kita bisa lihat puluhan jenis ikan didalamnya seperti ikan koi X
di dalamnya
putih, lolosi ekor kuning, .... (6) 4.
Disana juga terdapat tebing X
Di sana
karang vertikal sejauh 25-30 meter. (8) 5.
Untuk
menuju
kebunaken X
Ke Bunaken
perjalanan yang ditempuh tidak begitu sulit. (9)
Berdasarkan tabel 4.27 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Nina Adelia Aryani sebanyak lima. 1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama. a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di Sulawesi bukan diSulawesi. 2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di sebelah bukan disebelah. b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
79
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di teluk bukan diteluk. 3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keenam a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem
ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan
tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di dalamnya bukan didalamnya. 4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedelapan a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem
ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan
tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di sana bukan disana. 5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke Bunaken bukan kebunaken.
Tabel 4.28 Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Rachma Triana (Menikmati Malam di Maliobro) No.
Kalimat
Kesalahan morfologi afiksasi
80
1 1.
2
3
4
Perbaikan
Banyak juga wisatawan yang berkunjung ke sana. (2)
2.
X
ke sana
Salah satu souvenir yang di jual X
Dijual
adalah gantungan kunci bentuk tugu Jogja, tas dari .... (10)
Berdasarkan tabel 4.28 di atas, diketahui bahwa frek uensi kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Rachma Triana sebanyak dua. 1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua. a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke sana bukan kesana. 2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penempatan morfem (di), morfem ini terikat dengan kata kerja, yang secara penulisannya digabung dengan bentuk dasarnya. Jual adalah kata kerja, jadi seharusnya dijual bukan di jual.
Tabel 4.29 Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Reo Kencana (Kebun Binatang Ragunan) No.
Kalimat
Kesalahan morfologi afiksasi 1
81
2
3
4
Perbaikan
1.
Tempat ini terletak diProvinsi X
di Provinsi
Jakarta,
di Jakarta
tepatnya
diJakarta X
Selatan. (2) 2.
Disana terdapat macam-macam X
Di sana
satwa seperti gajah, jerapah, kuda nil, zebra, dan lain-lain. (7) 3.
Setelah berkeliling pengunjung X bisa
berkunjung
ke took
ketoko
souvenir. (11) 4.
Ditoko souvenir ini ada boneka- X
Di took
boneka dengan bentuk binatang dengan harga murah. (12)
Berdasarkan tabel 4.29 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Reo Kencana sebanyak empat. 1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama. a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di Provinsi bukan diProvinsi. b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di Jakarta bukan diJakarta. 2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh a. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
82
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya Di sana bukan Disana. 3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesebelas a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya kata (ke) dipisah dengan kata toko, ke took bukan ketoko. 4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua belas a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Terdapat kesalahan pada kata ditoko. Kata toko menunjukkan arti tempat tempat, bukan kata kerja. dalam kalimat tersebut terdapat kesalahan penggunaan morfem prefiks dengan kata depan. Seharusnya kata (di) dipisah dengan kata toko, sehingga menjadi di toko.
Tabel 4.30 Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Rio Pradana Putra (Air Terjun Cibeureum) No.
Kalimat
Kesalahan morfologi afiksasi 1
1.
2
3
4
Tempat ini banyak di kunjungi X
Perbaikan Dikunjungi
dan menjadi favorit .... (2)
Berdasarkan tabel 4.30 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Rio Pradana Putra sebanyak satu. 1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama. a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks
83
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-,-i) pada kata kunjung. Seharusnya kata dasar kunjung digabung dengan morfem (di-,-i), karena menunjukkan kata kerja yang bisa diberi morfem (di-,-i), sehingga seharusnya menjadi dikunjungi.
Tabel 4.31 Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Septi Dwi Lestari (Situ Patenggang) Kalimat
No.
Kesalahan morfologi afiksasi 1
1.
2.
Situ
Patenggang
2
3
4
Perbaikan
terletak
didaerah Ciwidey, Bandung. (1) X
di daerah
.... dari terminal leuwipanjang X
ke terminal
keterminal Ciwidey kemudian Desa Situ Patenggang. (4) 3.
Disekitar
danau
tersebut X
Di sekitar
terdapat kebun teh sehingga udaranya sejuk. (7) 4.
Kita bisa kebatu cinta dengan X
ke batu
menggunakan perahu. (10) 5.
Disebut batu cinta, karena batu tersebut berada dipulau yang X
di pulau
berbentuk hati. (11)
Berdasarkan tabel 4.31 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Septi Dwi Lestari sebanyak lima. 1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama.
84
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di daerah bukan didaerah. 2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keempat a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (ke). (ke) bukanlah awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke terminal bukan keterminal. 3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di sekitar bukan disekitar. 4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah,, seharusnya ke batu bukan kebatu. 5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesebelas a. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di pulau bukan dipulau.
85
Tabel 4.32 Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Sinta Dea Amanda (Taman Impian Jaya Ancol) Kalimat
No.
Kesalahan morfologi afiksasi 1
1.
Agar
bisa
ketempat
ini, X
2
3
4
Perbaikan ke tempat
pengunjung bisa menggunakan kendaraan apa saja baik .... (4) 2.
Ditaman Impian Jaya Ancol X
Di taman
pengunjung
menikmati
bisa
nikmatin X
tempat hiburan yang nyenengin. X
menyenangkan
(5) 3.
Pengunjung yang suka suasana yang indah bisa ngunjungin X
Mengunjungi
pantai. (7) 4.
Ditaman Impian Jaya Ancol X
Di taman
juga ada tempat selain hiburan. (9) 5.
Ada pasar seni yang ada galeri
Pertunjukan
lukisan dan pertunjuk kesenian X di dalamnya. (10) 6.
Ada juga tempat olahraga yang X nyediain
macam-macam
Menyediakan
alat
olahraga. (11)
Berdasarkan tabel 4.32 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Sinta Dea Amanda sebanyak enam.
86
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keempat. a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke tempat bukan ketempat. 2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kelima a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di taman bukan ditaman. b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (in), morfem ini tidak ada dalam bahasa Indonesia. Kata nikmatin seharusnya diganti menjadi menikmati. c. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks. Kesalahan yang dilakukan adalah pada kata nyenengin. Dalam bahasa Indonesia tidak ada bentuk baku nyeneng dan sufiks (-in), adapun bentuk dasarnya seneng. Kata puas lebih tepat diberi prefiks (me-,-kan), sehingga menjadi menyenangkan. 3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks. Kesalahan yang dilakukan adalah pada kata ngunjungin. Dalam bahasa Indonesia tidak ada bentuk baku ngunjung dan sufiks (-in), adapun bentuk dasarnya kunjung. Kata kunjung lebih tepat diberi prefiks (me-,i), sehingga menjadi mengunjungi. 4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan a. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
87
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di taman bukan ditaman. 5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem perfiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penggunaan morfem (per), morfem ini kurang tepat. Kata pertunjuk seharusnya diganti menjadi pertunjukkan. 6. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesebelas a. Kesalahan yang dilakukan adalah pada kata nyediain. Dalam bahasa Indonesia tidak ada bentuk baku nyedia dan prefiks (-in), adapun bentuk dasarnya sedia. Kata damping lebih tepat diberi prefiks (me-,kan), sehingga menjadi menyediakan.
Tabel 4.33 Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Siti Hardyanti (Gua Jatijajar) Kalimat
No.
Kesalahan morfologi afiksasi 1
1.
2
3
4
Gua Jatijajar terletak didesa X Jatijajar
kecamatan
Perbaikan di desa
ayah,
Kebumen. (1) 2.
Pengunjung
jadinya
tidak
terpeleset saat jalan didalam X
di dalam
gua. (7) 3.
Didalam Gua Jatijajar ada 32 X
Di dalam
patung. (9) 4.
Patung
itu
katanya
88
X
5.
ngegambarin sejarah. (10)
Menggambarkan
Patung itu sudah lama didalam X
di dalam
gua. (11)
Berdasarkan tabel 4.33 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Siti Hardyanti sebanyak lima. 1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama. a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di desa bukan didesa. 2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di dalam bukan didalam. 3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di dalam bukan didalam. 4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks.
89
Kesalahan yang dilakukan adalah pada kata ngegambarin. Dalam bahasa Indonesia tidak ada konfiks (nge-,-in). Kata ngegambarin lebih tepat diberi konfiks (me-,-kan), sehingga menjadi menggambarkan. 5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesebelas a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di dalam bukan didalam.
Tabel 4.34 Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Trisna Nur Febriansyah (Wisata Baturraden) Kalimat
No.
Kesalahan morfologi afiksasi 1
1.
2
3
4
Perbaikan
Dipintu masuknya ada tulisan X selamat datang .... (7)
2.
Disampingnya
ada
patung X
gareng sama teman-temannya. (8)
Berdasarkan tabel 4.34 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Trisna Nur Febriansyah sebanyak dua. 1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat tujuh.
90
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di pintu bukan dipintu. 2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di sampingnya bukan disampingnya.
Tabel 4.35 Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Vincenco Budiman Hunganwarin (Pantai Tanjung Kait) Kalimat
No.
Kesalahan morfologi afiksasi 1
1.
Pantai
tersebut
2
3
4
Perbaikan
X
Dikunjungi
sering
dikunjungin orang-orang luar bahkan orang asli penduduk situ. (2) 2.
Dipantai tersebut juga ada yang X
di pantai
berlibur dan yang bekerja. (3) 3.
Tempat yang indah dan sejuk untuk dikunjungin. (4)
X
91
dikunjungi
4.
Dipantai tanjung kait terdapat X
di pantai
beberapa permainan banan boat dan membuat istana pasir. (5) 5.
Disana juga terdapat rumah X
di sana
makan dengan berbagai menu yang lezat. (6) 6.
Jadi kita bisa nikmatin makanan itu
sekaligus
ngelihat X
X
menikmati melihat
pemandangan indah. (7) 7.
Hampir setiap hari tempat ini ramai
di
kunjungi
Dikunjungi
banyak X
orang. (9) 8.
Diwaktu tersebut pengunjung X
di waktu
bisa melihat matahari terbit atau tenggelam. (12)
Berdasarkan tabel 4.35 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Vincenco Budiman Hunganwarin sebanyak delapan. 1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua. a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks Kesalahan yang dilakukan ialah pada kata dikunjungin, imbuhan (–in) biasanya digunakan dalam bahasa betawi, namun untuk bahasa Indonesia tidak ada. Morfem (-in) seharusnya diganti dengan sufiks (-i) yang menjadi bentuk konfiks (di-,-i) dan penulisannya digabung, sehingga menjadi dikunjungi. 2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketiga a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
92
tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di pantai bukan dipantai. 3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keempat. a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks Kesalahan yang dilakukan ialah pada kata dikunjungin, imbuhan (–in) biasanya digunakan dalam bahasa betawi, namun untuk bahasa Indonesia tidak ada. Morfem (-in) seharusnya diganti dengan sufiks (-i) yang menjadi bentuk konfiks (di-,-i) dan penulisannya digabung, sehingga menjadi dikunjungi. 4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kelima a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di pantai bukan dipantai. 5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keenam a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di sana bukan disana. 6. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan ialah pada kata nikmatin, imbuhan (–in) biasanya digunakan dalam bahasa betawi, namun untuk bahasa Indonesia tidak ada. Morfem (-in) seharusnya diganti dengan sufiks (-i) yang menjadi bentuk konfiks (me-,-i), sehingga menjadi menikmati.
93
b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan ialah pada kata ngelihat, imbuhan (nge-) biasanya digunakan dalam bahasa betawi, namun untuk bahasa Indonesia tidak ada. Morfem (nge-) seharusnya diganti dengan prefiks (me-), sehingga menjadi melihat. 7. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-,-i) pada kata kunjung. Seharusnya kata dasar kunjung digabung dengan morfem (di-,-i), karena menunjukkan kata kerja yang bisa diberi morfem (di-,-i), sehingga seharusnya menjadi dikunjungi. 8. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua belas a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di waktu bukan diwaktu.
Tabel 4.36 Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Vito Vario (Indahnya Dusun Bambu Bandung) Kalimat
No.
Kesalahan morfologi afiksasi 1
1.
Disana juga udaranya sangat X sejuk. (6)
94
2
3
4
Perbaikan
2.
Kuliner yang di sajikan adalah X makanan khas Bandung .... (10)
Berdasarkan tabel 4.36 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Vito Vario sebanyak dua. 1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keenam. a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di sana bukan disana. 2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks Terdapat kesalahan pada kata di sajikan. Kata saji merupakan kata kerja yang mendapat konfiks (di-,-kan). Seharusnya kata saji digabung dengan konfiks (di-,-kan), sehingga menjadi disajikan.
Tabel 4.37 Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Yasin Fadillah (Keraton Yogyakarta) No.
Kalimat
Kesalahan morfologi afiksasi 1
1.
Keraton
Yogyakarta
2
3
4
Perbaikan
terletak
didaerah istimewa Yogyakarta. X (2)
95
di daerah
2.
Tapi
ada
juga
dibeberapa X
bagian di beri khas dari luar X
di beberapa diberi
negeri. (6) 3.
4.
Ada
joglo
yang
dindingnya X
kebuka dan ada joglo yang X
terbuka
dindingnya ketutup. (8)
tertutup
Halaman Keraton Yogyakarta di X
Ditutup
tutup sama pasir. (9) 5.
Suasana disana seperti berada X
di sana
pada zaman dahulu. (12)
Berdasarkan tabel 4.37 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Yasin Fadillah sebanyak lima. 3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua. a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di daerah bukan didaerah. 4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keenam a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di beberapa bukan dibeberapa. b. Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penempatan morfem (di), morfem ini terikat dengan kata kerja, yang secara penulisannya digabung dengan bentuk dasarnya. Beri adalah kata kerja, jadi seharusnya diberi bukan di beri.
96
5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedelapan a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penggunaan morfem (ke), morfem ini tidak ada dalam bahasa Indonesia. Kata kebuka seharusnya diganti menjadi terbuka. b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penggunaan morfem (ke), morfem ini tidak ada dalam bahasa Indonesia. Kata ketutup seharusnya diganti menjadi tertutup. 6. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penempatan morfem (di), morfem ini terikat dengan kata kerja, yang secara penulisannya digabung dengan bentuk dasarnya. Tutup adalah kata kerja, jadi seharusnya ditutup bukan di tutup. 7. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua belas a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di sana bukan disana.
Tabel 4.38 Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Zahra Ariela Yusri (Dufan) No.
Kalimat
Kesalahan morfologi afiksasi
97
1 1.
2
3
4
Perbaikan
Dufan merupakan tempat wisata yang
memiliki
banyak X
Permainan
bermainan yang mendebarkan. (3) 2.
Ada permainan yang negangin X banget
seperti
menegangkan
kora-kora,
histeria, dan tornado. (7)
Berdasarkan tabel 4.38 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Zahra Ariela Yusri sebanyak dua. 1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketiga. a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks. Kesalahan yang dilakukan adalah pada kata bermainan. Morfem (ber-,an) tidak tepat, seharusnya permainan bukan bermainan. 2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks. Kesalahan yang dilakukan adalah pada kata negangin. Dalam bahasa Indonesia tidak ada bentuk baku negang dan prefiks (-in), adapun bentuk dasarnya tegang. Kata tegang di sini lebih tepat diberi prefiks (me-,-kan), sehingga menjadi menegangkan.
Tabel 4.39 Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Zahran Tama (Sawarna) No.
Kalimat
Kesalahan morfologi afiksasi
98
1 1.
Pantai
Sawarna
Perjalanan
3
4
Perbaikan
berlokasi
dibayah, lebak. (1) 2.
2
menuju
X kesana X
di bayah ke sana
lumayan jauh. (2) 3.
Tapi senang sekali saat sudah sampai disana. (4)
X
di sana
Berdasarkan tabel 4.39 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Zahran Tama sebanyak tiga. 1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama. a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di Bayah bukan diBayah. 2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke sana bukan kesana. 3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keempat a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di sana bukan disana.
99
Tabel 4.40 Analisis Penggunaan Morfem dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Julianti Sekar Wangi (Pantai Ujung Genteng) Kalimat
No.
Kesalahan morfologi afiksasi 1
1.
3
4
Perbaikan
Pantai Ujung Genteng berada didaerah Sukabumi. (1)
2.
2
X
di daerah
yang di tempuh X
ditempuh
kepantai ini memang jauh dan X
ke pantai
Perjalanan
jalannya cukup curam. (3) 3.
Namun sampai saat disana kita X
di sana
akan merasakan senang sekali. (4) 4.
Pantai
Ujung
Genteng
di
X
dikatakan
katakan indah karena pasirnya yang putih dan airnya yang jernih. (5) 5.
Dialam bawah lautnya terdapat X
Di alam
banyak karang. (6) 6.
Diantara ikan-ikan itu ada ikan X
Di antara
nemo dan ikan buntal. (8) 7.
....
telur-telur
penyu
yang X
menetas
kemudian netes jadi anak-anak X penyu
didalam penangkaran.
(10) 8.
Setelah itu penyu akan di lepas X
dilepas
kelaut. (11)
ke laut
X
100
9.
Pada malam hari penyu akan X
ke daratan
naik kedaratan untuk bertelur. (12)
Berdasarkan tabel 4.40 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan penggunaan morfem yang dilakukan oleh Julianti Sekar Wangi sebanyak dua belas. 1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama. a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di daerah bukan didaerah. 2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketiga a. Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penempatan morfem (di), morfem ini terikat dengan kata kerja, yang secara penulisannya digabung dengan bentuk dasarnya. Tempuh adalah kata kerja, jadi seharusnya ditempuh bukan di tempuh. b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (ke), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (ke) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke pantai bukan kepantai. 3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keempat a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah
101
morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di sana bukan disana. 4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kelima a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-,-kan), morfem tersebut merupakan bentuk terikat dengan bentuk dasar. Seharusnya bentuk dasar kembali digabungkan menjadi dikatakan. 5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keenam a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di alam bukan dialam. 6. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedelapan a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) dalam kalimat tersebut bukanlah morfem melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di antara bukan diantara. 7. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada kata netas, morfem ini tidak tepat karena dalam bahasa Indonesia tidak ada kata netas. Kata netas seharusnya menjadi menetas. b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di), morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat, tetapi seharusnya kata kerja. (di) di sini bukanlah morfem melainkan
102
kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di dalam bukan didalam. 8. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesebelas a. Kesalahan yang dilakukan siswa berada pada penempatan morfem (di), morfem ini terikat dengan kata kerja, yang secara penulisannya digabung dengan bentuk dasarnya. Lepas adalah kata kerja, jadi seharusnya dilepas bukan di lepas. b. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke laut bukan kelaut. 9. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua belas a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks. Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan (ke). (ke) bukanlah awalan melainkan kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya ke daratan bukan kedaratan.
C. Interpretasi Data Berdasarkan deskripsi data di atas, diperoleh tiga puluh enam tulisan deskripsi. Dari tiga puluh enam karangan deskripsi tersebut, telah ditemukan 35 karangan deskripsi yang penggunaan morfemnya tidak tepat. Kesalahan terbanyak terdapat pada penggunaan prefiks dengan jumlah 152 kalimat, sufiks 4 kalimat, dan konfiks 22 kalimat. Adapun presentasinya sebagai berikut: 1. Kesalahan pada penggunaan prefiks 152/174 x 100 = 87,3 % 2. Kesalahan pada penggunaan prefiks 4/174 x 100 = 2,2 % 3. Kesalahan pada penggunaan prefiks 22/174 x 100 = 12,6 % Berdasarkan persentase di atas dapat diketahui bahwa kesalahan terbanyak terdapat pada penggunaan prefiks yang mencapai 87,3%,
103
kesalahan pada sufiks mencapai 2,2%, dan kesalahan pada konfiks mencapai 12,6%. Dari hasil persentase ini, dapat kita ketahui bahwa siswa lebih banyak melakukan kesalahan pada penggunaan prefiks. Hal ini tentu menjadi perhatian bagi calon guru maupun guru bahasa Indonesia agar lebih memerhatikan dan membimbing siswa dalam penggunaan morfem.
104
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai kesalahan morfem dalam keterampilan menulis karangan deskripsi siswa SMP Djojoredjo Semester Genap tahun ajaran 2015/2016, maka dapat dikemukakan sebagai berikut: Tiga puluh enam karangan deskripsi yang dianalisis. Ditemukan 35 karangan deskripsi yang menggunakan afiks tidak tepat. Kesalahan terbanyak terdapat pada penggunaan prefiks yang mencapai 87,3%, kesalahan pada sufiks mencapai 2,2%, dan kesalahan pada konfiks mencapai 12,6%. Kesalahan yang paling banyak terjadi dikarenakan siswa masih salah dalam penggunaan prefiks. Prefiks yang seharusnya dijadikan awalan, asisipan, akhiran, dan penggabungan pada penulisan, terutama pada kata kerja justru lebih sering digunakan untuk kata tempat.
B. Saran Perlu adanya bimbingan khusus untuk siswa agar tidak lagi melakukan kesalahan pada penulisan karangan deskripsi. Seperti halnya memberikan latihan penulisan pada siswa dan sering melakukan diskusi dalam penggunaan morfem pada kalimat. Dengan adanya penelitian, ini maka kita sebagai calon guru harus lebih memerhatikan siswa dan sering melakukan komunikasi terutama mengenai penggunaan morfem, dengan tujuan meminimalisir kesalahan yang dilakukan siswa bahkan sampai tak ada kesalahan dalam penggunaan morfem, terutama morfem afiks. Penelitian ini diharapkan jadi pembelajaran untuk kita semua sebagai calon guru Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Sebagai calon guru kita harus peka terhadap kesalahan berbahasa yang dilakukan siswa, agar siswa bisa memperbaiki kesalahannya. Berdasarkan simpulan yang penulis kemukakan, maka dapat disampaikan saran dan masukan kepada guru, agar sebaiknya mengalokasikan 105
waktu yang sesuai atau lebih banyak dalam pengajarannya dan menggunakan metode pembelajaran yang tepat, serta sering memberikan latihan menulis agar siswa terbiasa menggunakan morfem yang tepat, terutama pada bagian afiks.
106
DAFTAR PUSTAKA Alek. linguistik Umum. Jakarta: Fitk Press UIN Jakarta, 2009. Alek dan Achmad H.P. Buku Ajar Bahasa Indonesia. Jakarta: FITK press. Alkhadiah, Sabarti dkk. Menulis I. Jakarta: Universitas terbuka, 2007. Alwi, Hasan. Tata Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2003. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik) Jakarta: PT Rineke Cipta, 2006. Edisi Revisi VI. Atar, M. Seni Menulis Efektif. Padang Angkasa Raya, 1990. Budi Santoso, Kusno. Problematika Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineke Cipta,1990. Chaer, Abdul. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: PT Rineke Cipta, 2008. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama, 2008. Finoza, Lamudin. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia, 2006. Halim, Abdul Hanafi, Metode Penelitian Bahasa, ( Jakarta: Diadit Media Press, 2011. Katamba, Francis. Morphology. London: Macmillan Press Ltd, 1993. Keraf, Gorys. Eksposisi dan Deskripsi. Ende Flores: Nusa Indah, 1982. Kosasih, E. Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP. Bandung: Pustaka Setia, 2005. Kridalaksana, Harimurti. Pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010. Mahmud, Nasrun. English For Muslim University Student. Ciputat: PT Siwibakti Darma, 2010. Mashudi. Mahir Berbahasa Indonesia. Jakarta: FITK UIN, 2004. Muslich, Masnur. Tata Bentuk Bahasa Indonesia (Kajian Ke Arah Tatabahasa Deskriptif). Jakarta: Bumi Angkasa, 2009. Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009. Nurudin. Dasar-Dasar Penulisan. Malang: UMM Press, 2010. Ramlan, M. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV. Karyono, 2001. Saddhono, Kundaru dan St. Y. Slamet. Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia, Teori dan Aplikasi. Bandung: Karya Putra Darwati, 2012. Samsuri. Analisa Bahasa Memahami Bahasa Secara Ilmiah. Jakarta: Erlangga, 1978. Sari, Nirmala. An Introduction Linguistics. Jakarta: Depdikbud, 1998. Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2010. Suparno. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka, 2006. Suparno dan Yunus, Mohamad. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka, 2007. Sutarna. Morfologi bahasa Indonesia. Jartata: Universitas terbuka, 2007. Tarigan, Henry Guntur. Menulis. Bandung: Angkasa, 2008.
Tarigan Henry Guntur, dkk. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa, 1990. Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung: Angkasa, 1988. Yulianto, Bambang dan Maria Mintowati. Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Universitas terbuka, 2009. Yunus, M. dkk. Menulis I. Jakarta: Universitas Terbuka, 2009. Zainuddin. Pengetahuan Kebahasaan. Surabaya: Usaha Nasional, 1985.