PENGGUNAAN TEKNIK WAWANCARA DALAM PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 CISURUPAN KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh
NEULIS ATIN 10210562
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI BANDUNG 2012
PENGGUNAAN TEKNIK WAWANCARA DALAM PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 CISURUPAN KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012
NEULIS ATIN 10210562
Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia dan Daerah Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung 2012 ABSTRAK Penelitian ini berjudul “"Pembelajaran Menulis Karangan Narasi dengan menggunakan teknik wawancara Pada Siswa Kelas VII SMP NEGERI 3 Cisurupan Kabupaten Garut Tahun Ajaran 2011/2012" tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan menulis karangan narasi siswa sebelum mengikuti pembelajaran yang menggunakan teknik wawancara, kemampuan menulis karangan narasi siswa sesudah mengikuti pembelajaran yang menggunakan teknik wawancara, tanggapan siswa mengenai penggunaan teknik wawancara dalam pembelajaran menulis karangan narasi, keefektifan teknik wawancara dalam pembelajaran menulis karangan narasi. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode eksperimen dengan menggunakan model quasi eksperiment atau eksperimen semu kategori tes awal dan tes akhir dalam kelompok tunggal (pre-test and post-test group) Hipotesis yang diambil adalah terdapat perbedaan kemampuan menulis karangan narasi siswa antara sebelum dan sesudah digunakannya teknik wawancara, dan penggunaan teknik wawancara dalam pembejaran menulis karangan narasi efektif dalam proses pembelajaran menulis karangan narasi. Dari data yang diperoleh pada saat pretes dan postes diketahui nilai rata-rata pretes sebesar 68,1 maka dapat disimpulkan bahwa kemampua rata-rata siswa sebelum menggunakan teknik wawancara tergolong cukup, sedangkan nilai rata-rata postes sebesar 72,6 maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan rata-rata siswa sesudah melakukan teknik wawancara tergolong baik. Hasil perhitungan ujirealibilitas antar penimbang pada pretes adalah 0.996 dan postes adalah 0.994, termasuk pada kualitas korelasi tinggi sekali. Artinya, tingkat kepercayaan terhadap penialaian penimbang tinggi sekali dan tidak diragukan lagi keobjektifannya dalam memberi penilaian. Hasil penghitungan uji normalitas data pretes dan postes, dengan hasil X2 hitung < X2 tabel yaitu X2 hitung (3.49) < X2 tabel (9,49) untuk pretes, dan hasil untuk postes X2 hitung < X2 tabel , yaitu X2 hitung (5,63) < X2 tabel (9,49) keduanya berada dalam taraf kepercayaan 95% pada derajat kebebasan (db) = 4 dengan demikian data pretes dan postes berdistribusi normal. Uji hipotesis dilakukan melalui perbedaan pretes dan postes. Dari perhitungan statistik, diperoleh thitung = 4,046 Nilai thitung ini lebih besar dari nilai ttabel pada teraf signifikasi 5% yaitu 2,023. Secara singkat dikatakan t hitung = 4,056 > t tabel = 2,023. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa teknik wawancara efektif dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi siswa kelas VII. Berdasarkan penelitian ang telah dilakukan, penulis berharap bahwa teknik ini dipilih oleh para pendidik mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran menulis karangan narasi untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa Kata Kunci : Menulis Karangan Narasi
PENDAHULUAN Tarigan (1994:1) mengemukakan bahwa bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak latihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir. Di dalam KTSP 2006 dijelaskan bahwa
tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulisan. Ini berarti bahwa pembelajaran bahasa harus menghasilkan siswa-siswa yang terampil menggunakan bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi. Terampil berbahasa berarti terampil menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Untuk
mewujudkan hal itu, keempat aspek keterampilan berbahasa perlu diajarkan secara terpadu. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orang siswa, dari keempat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh siswa, menulis merupakan aktivitas yang dianggap paling sukar. Berbagai alasan muncul, mulai dari sukar menemukan ide sampai bingung harus memulai tulisan dari mana. Kalaupun ada yang sudah menemukan ide dan dapat memulai tulisan, tak jarang juga ada yang mandeg di tengah jalan. Walhasil, tulisannya menggantung, tidak sampai tuntas. Dari hal-hal tersebut, biasanya muncullah anggapan bahwa menulis itu sukar. Banyak orang beranggapan bahwa kemampuan menulis merupakan bakat. Jadi, bakat ini tidak dimiliki oleh semua orang. Dengan kata lain, keterampilan menulis hanya akan dimiliki oleh orang yang berbakat dalam hal itu. Namun ternyata anggapan seperti itu sangat berbahaya karena bisa membunuh potensi seseorang dalam menulis. Menulis adalah sebuah proses. Proses berlatih dan terus berlatih. Memang tidak disangkal bahwa bakat berpengaruh juga. Bakat (pembawaan lahir) memang penting sebab memperlancar kinerja seseorang. Namun, dunia kepenulisan boukanlah dunia gelap yang tidak bisa dipelajari. Dunia kepenulisan sangatlah transparan, asalkan tahu kiat dan strateginya. Jadi, bakat bukanlah unsur yang dominan dalam kinerja seorang penulis.
KAJIAN TEORI DAN METODE Definisi Menulis Menulis sebagai suatu kegiatan yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia. Semua orang pernah melakukan aktivitas ini, walaupun hanya sebuah coretan atau beberapa untaian kata. Menurut Lado (dalam Tarigan, 1994:21) menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang tersebut. Alisyahbana (dalam Ahmadi, 1990:24) berpendapat mengarang atau menulis adalah suatu proses menyusun, mencatat, mengkomunikasikap makna dalam tataran ganda bersifat interaktif dan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan sistem tanda-tanda konvensional yang dapat dibaca. Menurut Akhadiah (1997:9) menulis merupakan bentuk komunikasi untuk menyampaikan gagasan penulis kepada khalayak yang dibatasi jarak, tempat, dan waktu. Suhendar dan Pien Supinah mengemukakan bahwa menulis adalah perubahan bentuk pikiran atau angan-angan atau perasaan dan sebagainya menjadi
wujud lambang-lambang atau tulisan. Lain halnya dengan pendapat Widyamarta (1991:90) yang mengemukakan bahwa menulis adalah suatu proses kegiatan pikiran manusia yang hendak mengungkapkan kandungan jiwanya kepada orang lain atau kepada diri sendiri dalam tulisan. Mulyono (1986:16) berpendapat bahwa menulis atau mengarang merupakan kegiatan menyusun atau mengorganisasikan penemuan, ide atau gagasan dengan menggunakan serangkaian kalimat yang logis dan terpadu dalam bahasa
tulisan. Hal senada diungkapkan oleh Salamun (1963:118) bahwa menulis adalah menyusun cerita yang diatur susunannya. Menurut KBBI (1990) menulis adalah melahirkan tulisan atau perasaan dengan tulisan. Pengertian Karangan Karangan itu merupakan hasil kegiatan mengarang. Dalam kegiatan mengarang terdapat kegiatan menyusun. Susunan itu terjadi pada isi dan wujudnya. Wujudnya berupa bahasa yang tersusun berupa kata dalam kalimat, susunan kalimat dalam paragraf, dan susunan paragraf dalam wacana. Menurut Rusyana, karangan itu menggunakan bahasa tulis yang tersusun, berupa pikiran, perasaan, gagasan, pengalaman, dan lainnya. Oleh karena itu, pada saat mengarang kita berusaha menyusun pikiran dan mewujudkannya dalam bahasa tulis. Mengarang yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah memilih kata, kemudian disusun menjadi kalimat yang pada akhirnya kalimat itu disusun menjadi paragraf. Demikianlah karangan tersusun dari kata, kalimat, hingga paragraf yang tersusun dan menjadi sebuah karangan yang utuh, mengandung makna, dan dapat dibaca orang lain. Pada waktu mengarang, kita memilih jenis karangan yang sesuai dengan tujuan kita mengarang, yaitu apakah kita akan menceritakan suatu peristiwa, akan membuktikan kebenaran sesuatu, akan mempercakapkan sesuatu, dan tujuan lainnya. Dalam kaitannya dengan jenis-jenis karangan, para ahli mengklasifikasikannya berbeda-beda. Tetapi berdasarkan klasifikasi yang lazim digunakan dalam pembelajaran menulis di Indonesia, ada lima jenis karangan yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, persuasi. dan argumentasi. Pengertian Karangan Narasi Karangan narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan suatu kejadian atau peristiwa dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami peristiwa itu (Suhendar 1992: 102). Keraf (2001: 136) mengemukakan dua pengertian, yaitu pertama narasi
didefinisikan sebagai suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Kedua. narasi didefinisikan sebagai suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Djuherli dan Suherli (2001: 48) menyatakan bahwa narasi adalah karangan yang mengisahkan suatu peristiwa yang disusun secara kronologis (sistematika waktu) dengan tujuan memperluas pengalaman seseorang. Hal senada diungkapkan oleh Rusyana (1987: 3-4). Beliau menyebutkan bahwa narasi adalah karangan kisahan yang isinya memaparkan terjadinya suatu peristiwa, baik peristiwa kenyataan maupun rekaan. Berkenaan dengan peristiwa itu dipaparkan siapa yang menjadi pelakunya, dimana tempat terjadinya, bagaimana suatu suasana, dan juru cerita. Berdasarkan pendapat tersebut, penulis menyimpulkan bahwa karangan narasi merupakan karangan yang isinya mengisahkan suatu peristiwa. Pengertian Wawancara Menurut Kosasih (2005:225), wawancara adalah suatu cara untuk mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada seorang informan atau secrang otoritas (seorang ahli atau yang berwenang dalam suatu masalah). Ambary et al. (1994:10) mengemukakan bahwa wawancara adalah tanya jawab antara seseorang dengan seseorang, seseorang dengan beberapa orang, atau tanya jawab antara peneliti dengan narasumber (orang/ instansi yang menjadi sumber utama atau yang paling mengetahui suatu masalah). Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode eksperimen dengan menggunakan model quasi eksperiment atau eksperimen semu kategori tes awal dan tes akhir dalam kelompok tunggal (pre-test and post-test group). Pola penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
O1 X 02 Desain tes awal dan tes akhir yang penulis gunakan dalam penelitian ini menempuh tiga langkah sebagai berikut. 1. Memberikan tes awal untuk mengukur kemampuan menulis karangan narasi sebelum perlakuan dilakukan (pretes). 2. Memberikan perlakuan berupa penggunaan teknik wavvancara dalam pembelajaran menulis karangan narasi kepada subjek. 3. Memberikan tes akhir untuk mengukur kemampuan menulis karangan narasi setelah
perlakuan dilakukan (postes). Dalam rancangan ini, pengaruh suatu treatment dipusatkan berdasarkan perbedaan antara pretes dan postes dengan cara membandingkan hasil akhir. HASIL DAN PEMBAHASAN Pretes Berdasarkan data distribusi nilai tes awal di atas dapat diketahui bahwa 34 orang siswa (85% dari jumlah siswa) telah mencapai tujuan pembelajaran sedangkan 6 orang siswa (15% dari jumlah siswa) masih belum mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan perolehan nilai rata-rata tes awal sebesar 68,1 maka dapat kita ketahui bahwa kemampuan rata-rata siswa sebelum menggunakan teknik wawancara tergolong cukup. Perolehan nilai rata-rata tertinggi adalah 82. Sedangkan batas minimal lulus adalah 60. Hal ini menunjukan bahwa siswa yang mampu untuk mencapai lulus sebanyak 34 orang dan 6 orang yang lainnya gagal. Postes Berdasarkan Perolehan nilai rata-rata tes akhir sebesar 72,6 maka dapat kita ketahui bahwa kemampuan rata-rata siswa sesudah menggunakan teknik wawancara tergolong baik. Perolehan nilai rata-rata tertinggi adalah 90. Sedangkan batas minimal lulus adalah 70. Hal ini menunjukan bahwa siswa yang mampu untuk mencapai lulus sebanyak 28 orang dan 12 orang yang lainnya gagal. Karena tes berupa tes menulis maka penulis melakukan uji reliabilitas antarpenimbang untuk nilai pretes dan postes. Oleh karena itu, penulis melakukan penilaian terhadap karangan siswa dengan tiga orang penguji. Hal ini dilakukan untuk menghindari subjektifitas dalam melakukan penilaian. Hal yang pertama dilakukan dalam menguji reliabilitas antarpenimbang ini adalah mengambil data dari ketiga penguji baik pretes maupun postes. Setelah itu, penulis memasukkan data tersebut ke dalam tabel. Dalam tabel tersebut akan disajikan data hasil penilaian ketiga penguji, hasil kuadrat data yang dimaksud dan jumlah hasil kuadrat data yang dimaksud. Selanjutnya, data-data tersebut akan dimasukkan ke dalam rumus yang telah diungkapkan pada bab 3 untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan korelas: antarpenimbang.
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka penulis mengemukakan beberapa simpulan, seperti berikut: Di kelas yang penulis teliti sebelum digunakan teknik wawancara. menunjukan bahwa siswa yang mampu untuk mencapai lulus sebanyak 34 orang dan 6 orang yang lainnya gagal. Hal tersebut didasarkan pada data yang diperoleh dari
hasil penelitian. Di kelas yang penulis teliti setelah digunakan teknik wawancara, menunjukan bahwa siswa yang mampu untuk mencapai lulus sebanyak 28 orang dan 12 orang yang lainnya gagal. Hal tersebut didasarkan pada data yang diperoleh dari hasil penelitian. Meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi dengan menggunakan metode wawancara menunjukan keberhasilan. Hal ini terbukti dari hasil perbandingan rata-rata tes awal dan tes akhir. Pada saat tes awal diperoleh nilai rata-rata 68,1 dan meningkat pada tes akhir dengan rata-rata nilai 72,6, artinya mengalami peningkatan pada tes akhir. Dari hasil penghitungan statistik, diperoleh thitung = 4,056. Nilai thitung ini lebih besar dari nilai ttabel pada taraf signifikansi 5% yaitu 2,023. Secara singkat dikatakan thitung 8 = 4,056 > ttabel = 2,023.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bahwa teknik wawancara efektif dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi siswa kelas VII SMP Negeri 3 Cisurupan tahun ajaran 2011/2012. DAFTAR PUSTAKA Akhadiah, Sabarti. et al. (1997). Materi Pokok Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka Ambary, Abdullah. (1994). Penuntun Terampil Berbahasa. Jakarta: Erlangga Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi V). Jakarta: PT. Rineka Cipta Departemen Pendidikan Nasional Universitas Pendidikan Indonesia. (2004). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Depdiknas UPI