28
KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
Kerangka Berpikir Salah satu kriteria keberhasilan pembangunan adalah adanya peningkatan kualitas hidup rakyat melalui peningkatan partisipasinya secar aktif dalam pembangunan, yang dalam hal ini adalah pembangunan bidang kehutanan. Petani yang tinggal di desa sekitar hutan mempunyai interaksi yang sangat kuat dengan alam di sekitarnya yaitu hutan.
Adanya ketergantungan terhadap
keberadaan hutan sebagai sumber mata pencaharian disebabkan karena kegiatan tersebut merupakan pilihan yang paling menguntungkan dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu upaya untuk mendorong partisipasi aktif petani adalah melalui kegiatan yang menitikberatkan pada kebutuhan penting masyarakat dan secara efektif dapat membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan mereka. Kegiatan yang dipilih untuk dilaksanakan haruslah melibatkan petani dalam setiap tahapan proses produksinya, mulai dari proses perencanaan hingga pemanfaatan hasil- hasilnya, sehingga akan tumbuh kepercayaan dalam diri individu petani sambil mendidik dan membinanya agar lebih mandiri (mampu memberdayakan dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat sekitarnya).
Motivasi
petani perlu ditumbuhkan ke arah peningkatan kualitas hidupnya melalui pemanfaatan
sumberdaya
yang
ada secara
menumbuhkan sifat kemandirian pada petani.
terarah
dan
terencana
sambil
29
Kemandirian petani ditentukan oleh beberapa faktor pembentuknya. Faktorfaktor tersebut dapat digolongkan ke dalam dua faktor, yaitu faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri petani itu sendiri) dan faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar diri petani). Keberhasilan dalam berusaha agroforestri dapat tercapai apabila memiliki kemandirian yang tinggi dalam berusaha agroforestri.
petani
Kemandirian ini
harus dimiliki oleh petani secara menyeluruh yaitu mandiri dalam setiap tahapan kegiatan usaha agroforestri, yang meliputi : kemandirian dalam proses perencanaan, kemandirian dalam manajemen permodalan, kemandirian dalam proses produksi, kemandirian dalam pemasaran hasil produksi, dan kemandirian dalam menjalin dan menentukan pola kemitraan. Berdasarkan kajian teoritis dan studi terhadap hasil- hasil penelitian terdahulu, faktor internal yang akan dikaji dalam penelitian ini merupakan faktor yang diduga memiliki hubungan nyata dengan kemandirian petani, yang meliputi : umur petani, tingkat pendidikan (formal dan non formal), pengalaman berusaha agroforestri, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan garapan, motivasi berusaha agroforestri (intrinsik dan ekstrinsik), dan pendapatan petani. Faktor eksternal yang akan dikaji yang diduga memiliki hubungan nyata dengan kemandirian petani dalam berusaha agroforestri meliputi: ketersediaan informasi agroforestri, ketersediaan sarana produksi, interaksi dengan lembaga keua ngan, interakasi dengan lembaga pemasaran, interaksi dengan lembaga penyuluhan, interaksi dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dan/atau
30
koperasi, dukungan kebijakan lokal dan/atau nasional, pengaruh tokoh masyarakat, dan tingkat manfaat program PSDHBM.
Model hubungan antara faktor-faktor
tersebut (internal dan eksternal) dengan kemandirian petani dalam berusaha agroforestri tanaman kopi disajikan dalam Gambar 1. Faktor Internal (X1) : - Umur (X1.1) - Tingkat pendidikan (formal dan non formal) (X1.2) - Pengalaman berusaha agroforestry (X1.3) - Jumlah tanggungan keluarga (X1.4) - Luas lahan garapan (X1.5) - Motivasi berusaha agro-forestry (intrinsik dan ekstrinsik) (X1..6) - Pendapatan petani (X1.7)
Kemandirian petani dalam berusaha agroforestry (Y1) - Proses perencanaan (Y1)
- Manajemen permodalan (Y2) Faktor eksternal (X2) - Proses produksi (Y3) - Ketersediaan informasi agroforestry (X2.1)
- Pemasaran hasil produksi (Y4)
- Ketersediaan sarana produksi (X2.2) - Interaksi dengan lembaga keuangan (X2.3)
- Kemitraan (Y5)
- Interaksi dengan lembaga pemasaran (X2.4) - Interaksi dengan lembaga penyuluhan (X2.5) - Interaksi dengan LMDH (X2.6) - Kebijakan (lokal dan /atau nasional) (X2.7)
- Pengaruh tokoh masyarakat (X2.8) - Tingkat manfaat program PSDHBM (X2.9)
Gambar 1 Hubungan antara faktor internal, faktor eksternal dan kemandirian petani dalam berusaha agroforestri tanaman kopi
31
Diantara faktor-faktor tersebut di atas, ada yang bersifat positif atau berakibat meningkatnya kemandirian, dan ada yang bersifat negatif atau menghambat/ memperlemah kemandirian. Perpaduan dari faktor- faktor yang berhubungan dengan kemandirian petani akan menghasilkan suatu kemandirian yang bisa bernilai tinggi atau bisa juga rendah, tergantung faktor mana yang lebih dominan mempengaruhinya.
Petani yang telah mandiri akan lebih berdaya dalam melakukan usaha
agroforestri tanaman kopi dibandingkan petani yang belum/kurang mandiri. Oleh karena itu, pendapatan petani yang el bih mandiri akan lebih tinggi dibandingkan pendapatan petani yang belum/kurang mandiri. Disamping itu, usaha agroforestri tanaman kopi yang dijalankan oleh petani yang lebih mandiri akan lebih sustainable dibandingkan petani yang belum/kurang mandiri.
Demikian juga dengan
kesejahteraannya, petani yang lebih mandiri, akan lebih sejahtera (khususnya secara material), dan sebaliknya. Setelah
mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat
kemandirian petani, kita dapat menyusun rencana atau program yang lebih terarah untuk membina dan mengarahkan petani agar lebih mandiri dalam melakukan usaha agroforestrinya. Program pemberdayaan petani diharapkan dapat disusun dengan strategi tingkat keberhasilannya dapat lebih meningkat.
32
Hipotesis Penelitian Mengacu pada tujuan penelitian dan kerangka berpikir, dirumuskan hipotesa penelitian sebagai berikut : 1)
Terdapat hubungan yang nyata antara faktor internal petani agrofroestri (umur petani, tingkat pendidikan baik formal maupun non formal, pengalaman berusaha agroforestri,
jumlah tanggungan keluarga, luas lahan garapan,
motivasi berusaha agroforestri baik intrinsic maupun ekstrinsik dan pendapatan petani) dengan tingkat kemandirian petani dalam melakukan usaha agroforestri tanaman kopi; 2)
Terdapat hubungan yang nyata antara faktor eksternal petani agroforestri (ketersediaan informasi agroforestri, ketersediaan sarana produksi, interaksi dengan lembaga keuangan, interaksi dengan lembaga pemasaran, interaksi dengan lembaga penyuluhan, interaksi dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dan/atau koperasi, dukungan kebijakan lokal dan/atau nasional, pengaruh tokoh masyarakat, dan tingkat manfaat program PSDHBM dengan kemandirian petani dalam melakukan usaha agroforestri tanaman kopi;
Definisi Operasional Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti atau batasan yang mencirikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut (Nazir, 1985).
33
Pengukuran adalah pemberian angka pada obyek-obyek atau kejadiankejadian menurut aturan tertentu (Black dan Champion, 1992, diacu dalam Kerlinger, 1993).
Pengukuran menurut Singarimbun dan Effendi (1995) pada hakekatnya
merupakan langkah- langkah sistematis dalam mengukur variabel, meliputi : (1) kegiatan menentukan dimensi konsep penelitian, (2) merumuskan ukuran untuk masing-masing dimensi, (3) menentukan tingkat ukuran yang digunakan, dan (4) menentukan tingkat validitas dan reliabilitas alat ukur. Berdasarkan definisi operasional dan definisi pengukuran tersebut di atas, maka akan digunakan konsep-konsep sebagai alat untuk mengidentifikasi fenomena yang diamati dalam penelitian ini. Adapun beberapa variabel atau peubah yang akan digunakan dalam penelitian ini dengan definisi operasionalnya adalah : (1)
Tingkat pendidikan formal, adalah lamanya responden dalam mengenyam pendidikan/belajar di bangku sekolah formal (dinyatakan dalam tahun);
(2)
Tingkat pendidikan non formal, adalah lamanya responden belajar di luar bangku sekolah formal (dinyatakan dalam tahun);
(3)
Pengalaman berusaha agroforestri, adalah lamanya responden melakukan usaha agroforestrinya, dihitung sejak responden mulai melakukan usaha agroforestri sampai saat pengumpulan data (dinyatakan dalam tahun) ;
(4)
Jumlah tanggungan keluarga, adalah banyaknya anggota keluarga yang menjadi
tanggungjawab
responden
sebagai
kepala
keluarga
untuk
menghidupinya (dinyatakan dalam orang) ; (5)
Luas lahan garapan, adalah jumlah hamparan yang dikuasai dan dapat dipergunakan oleh responden untuk melakukan usahatani, baik untuk usaha
34
agroforestri maupun untuk usahatani lainnya, baik lahan milik sendiri maupun bukan lahan miliknya (dinyatakan dalam ha); (6)
Motivasi berusaha agroforestri, adalah hal- hal yang berkaitan dengan dorongan yang dirasakan oleh petani untuk melakukan usaha agroforestri, baik berasal dari dalam diri petani (intrinsik) maupun yang berasal dari luar diri petani (ekstrinsik) (dinyatakan dalam skor);
(7)
Ketersediaan informasi agroforestri, adalah banyaknya pengetahuan baik yang tertulias maupun tidak tertulis yang berkaitan dengan usaha agroforestri yang dapat dijangkau dan dimanfaatkan oleh responden, baik yang berasal dari media massa maupun dari interaksi interpersonel, serta tingkat kemudahan untuk memperolehnya (dinyatakan dalam 3 kategori : tidak tersedia, tersedia, banyak tersedia);
(8)
Ketersediaan sarana produksi, adalah jumlah dan tingkat kemudahan untuk menjangkau dan memanfaatkan bibit, pupuk, obat – obatan, peralatan dll., dalam melakukan usaha agroforestri (dinyatakan dalam 3 kategori : sedikit tersedia, banyak tersedia);
(9)
Interaksi dengan lembaga keuangan, adalah jumlah dan tingkat manfaat dari dukungan lembaga – lembaga yang ada dalam hal keuangan/ pemodalan (dinyatakan dalam skor) ;
(10)
Interaksi dengan lembaga pemasaran, adalah jumlah dan tingkat manfaat dari dukungan lembaga-lembaga yang ada dalam hal pemasaran hasil produksi (dinyatakan dalam skor);
35
(11)
Interaksi dengan lembaga penyuluhan, adalah dukungan yang diberikan oleh lembaga- lembaga penyuluhan berupa pelatihan, kursus – kursus dan bentuk kegiatan penyuluhan lainnya dengan metode, teknik, dan materi tertentu, yang diukur kesesuaiannya berdasarkan kebutuhan responden dalam melakukan usaha agroforestri (dinyatakan dalam skor);
(12)
Interaksi dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dan/atau koperasi, adalah dukungan yang diberikan oleh (LMDH) dan/atau koperasi maupun lembaga pemerintahan desa terhadap responden dalam melakukan usaha agroforestri (dinyatakan dalam skor) ;
(13)
Dukungan kebijakan lokal dan/atau nasional, adalah peraturan-peraturan/ kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah lokal dan/atau pusat yang mendukung pelaksanaan usaha agroforestri yang dilakukan oleh responden (dinyatakan dalam tiga kategori : tidak mendukung, mendukung, sangat mendukung);
(14)
Pengaruh tokoh masyarakat, adalah ada tidaknya peranan tokoh masyarakat yang berperan dalam setiap pengambilan keputusan yang berhubungan dengan pelaksanaan usaha agroforestri (dinyatakan dalam tiga kategori : lemah, cukup kuat, kuat);
(15)
Tingkat manfaat program PSDHBM, adalah nilai keggunaan yang diukur dari besarnya pengaruh program PSDHBM terhadap peningkatan pendapatan responden yang berdampak pada peningkatan kesejahteraannya (dinyatakan dalam tiga kategori : tidak bermanfaat, bermanfaat, sangat bermanfaat);
36
(16)
Kemandirian petani dalam melakukan usaha agroforestri, adalah kemampuan dan kebebasan petani dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan setiap
tahapan
pelaksanaan
kegiatan
agroforestri,
yang
terdiri
atas
kemandirian dalam proses perencanaan, kemandirian dalam manajemen permodalan, kemandirian dalam proses produksi, dan kemandirian dalam pemasaran hasil produksinya, dan kemandirian dalam menjalin kemitraan (dinyatakan dalam skor); (17)
Kemandirian dalam proses perencanaan, adalah kemampuan dan kebebasan petani dalam mengambil keputusan pada setiap tahapan penyusunan rencana PSDHBM yang dilakukan Perum Perhutani bersama-sama responden melalui perencanaan partisipatif (dinyatakan dalam skor);
(18)
Kemandirian dalam manajemen permodalan, adalah kemampuan dan kebebasan petani dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan penyediaan modal yang dibutuhkan untuk melakukan usaha agroforestri, serta pengelolaan keuangan usahanya (dinyatakan dalam skor);
(19)
Kemandirian dalam proses produksi, adalah kemampuan dan kebebasan petani untuk mengambil keputusan yang berhubungan dengan proses produksi dalam berusaha agroforestri (dinyatakan dalam skor);;
(20)
Kemandirian dalam pemasaran hasil produksi, adalah kemampuan dan kebebasan petani untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan pemasaran hasil produksi dari usaha agroforestrinya (dinyatakan dalam skor);
(21)
Kemandirian dalam menjalin dan menentukan pola kemitraan, adalah kemampuan dan kebebasan petani dalam menentukan rekanan dalam
37
melakukan usaha agroforestri, baik dari pihak Perum Perhutani itu sendiri , maupun pihak-pihak lain (stakeholder) yang terkait dengan usaha agroforestri (dinyatakan dalam skor); (22)
Sumber Daya Manusia (SDM), adalah kemandirian individu petani yang diukur dari kebebasan dan kemampuannya dalam menentukan dan melakukan usaha agroforestri mulai dari tahap perencanaan hingga kemampuannya dalam menjalin kemitraan bagi usaha agroforestrinya.