TERM OF REFERENCE (TOR) / KERANGKA ACUAN TRANSFORMASI MASKULINITAS DAN HIV DALAM DUNIA MAYA
I.
LATAR BELAKANG a. Dasar Hukum 1. Strategi dan Rencana Aksi Nasional (SRAN) Penanggulangan AIDS tahun 2015-2019, untuk pencapaian cakupan, efektifitas dan keberlanjutan program. 2. Pedoman PMTS dengan seluruh komponen 4. Pedoman PMTS Paripurna 2014 5. Modul Pelatihan untuk Pelatih pelibatan Laki- Laki bagi dalam Program PMTS Paripurna bagi pelaksana Program di Institusinya b. Gambaran Umum Singkat Kelompok laki-laki menjadi strategis dalam pola intervensi program penanggulangan HIV dan AIDS karena memiliki tingkat faktor resiko penyebaran infeksi yang lebih tinggi, tidak hanya karena faktor perilakunya tetapi juga faktor media penularannya. Selain itu, kelompok laki-laki yang dimaksud juga merupakan kelompok yang berkontribusi terhadap meningkatnya prevalensi HIV pada ibu rumah tangga, bayi dan anak. Banyak hal yang mendasari mengapa laki-laki menjadi sulit untuk di intervensi perubahan perilakunya. Melalui kacamata maskulinitas ditemukan bahwa lakilaki cenderung memiliki banyak posisi pertahanan dalam zona nyaman yang diakui sebagai hal yang tidak perlu diubah. Laki-laki ditempatkan pada keistimewaan-keistimewaan tertentu di masyarakat yang permisif terhadap perilaku-perilaku beresikonya. Sebagai contoh bahwa seksualitas bahkan cenderung menjadi alat ukur kejantanan bagi seorang laki-laki, laki-laki juga memiliki kuasa penuh dalam mengendalikan relasi seksualnya yang kemudian menempatkan dirinya sebagai individu yang wajib dilayani. Laki-laki bahkan dengan mudah dapat menyangkal berbagai perbuatan yang tidak bertanggung jawab tanpa harus khawatir dengan sangsi-sangsi sosial yang telah dibangun karena masyarakat secara sosial cenderung memberlakukan sangsi hanya pada kelompok subordinat terutama bagi kelompok perempuan saja. Budaya patriarkhi diperkuat dengan pendidikan dogmatis dengan tafsiran yang tidak adil menjadi alat pembenaran dan pelanggengan perilaku-perilaku tersebut. Laki-laki akan tetap bertahan membenarkan perilaku beresikonya karena
dianggap telah menjalankan sesuai dengan anjuran kepercayaan tertentu yang diakui masyarakat umum. Tidak hanya itu, seorang laki-laki andaipun sudah berada pada posisi menyadari perilaku beresikonya, tidak serta merta dapat segera berkomitmen pada perubahan karena pengaruh lingkungan sebayanya yang bahkan mengintimidasi dirinya dengan ancaman cara pandang laki-laki ideal yang belum tentu bertanggung jawab. Kelompok Laki-laki yang dikategorikan aktif secara seksual dinilai sebagai kelompok yang memiliki ruang paling besar menjadi sumber penyebaran infeksi HIV, tidak hanya sekedar karena perilakunya yang beresiko tinggi tetapi juga karena kehidupan sosialnya yang memiliki dampak resiko yang tinggi. Terdapat 4 indikasi umum yang menempatkan laki-laki dengan dampak resiko tinggi yaitu men (keistimewaan laki-laki), mobile (mobilisasi aktif), money (memiliki kuasa atas uang yang dimiliki), macho (label maskulin yang cenderungnegatif). Dengan 4 indikasi ini laki-laki akan lebih mudah terinfeksi dan ikut menyebarkan infeksi HIV kepada kelompok beresiko tinggi lainnya dan bahkan sengaja ataupun tidak sengaja juga akan ikut menyebarkan infeksi ke kelompok rentan lainnya yang notabene adalah keluarganya sendiri (pasangan dan anak). Kenyataan tersebut di atas maka KPA Nasional yang akan bekerjasama dengan Konsultan yang terpilih akan mengerjakan kampanye melalui dunia maya yang bersifat mendorong opini public sehingga tercipta maskulinitas positif, mendorong perubahan perilaku dan mengajak keterlibatan laki laki untuk ikut serta dalam menyampaikan informasi yang benar, yang menumbuhkan nilai nilai baru dalam sisi maskulinitas yang positif untuk mencegah penularan HIV & AIDS. c. Alasan Kegiatan dilaksanakan. Propaganda dan media massa memang tak bisa terpisahkan, lewat media massa inilah kemudian propaganda bisa terlaksana dengan baik terlepas itu oleh media audio, visual, ataupun audio visual. Media massa khususnya (Facebook, Tweeter, Blog, Instagram, Kompasiana, Kaskus, dll) memang memiliki pengaruh yang sangat sentral dalam pembentukan opini publik sehingga dalam hal ini informasi yang diberikan dapat mempengaruhi keadaan komunikasi sosial pada masyarakat. Masyrakat yang tidak tahu apa-apa banyak yang menelan mentahmentah berbagai informasi yang diberitakan pada sebuah media, padahal di sisi lain berita tersebut ada kemungkinan memiliki ketimpangan yang harus
diverifikasi, termasuk soal HIV & AIDS, maskulinitas berisiko tinggi, Populasi Kunci, Kondom, dll, yang memang berada di wilayah abu abu. Wacana gender selama ini didominasi gugatan terhadap teguhnya inferioritas perempuan dibandingkan laki-laki. Konstruksi inferioritas perempuan ini dianggap iuga mencerrninkan realitas sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari, dan pemaknaan seperti ini sudah mapam dalam budaya patriarkhi. Dalam budaya patriarkhis ini, perempuan dianggap sebagai makluk pasif dan subordinat laki-laki, dan media massa memiliki sumbangan besar dalam pengukuhan stereotype ini. Agar maskulinitas yang menjadi dasar resiko laki laki dalam peningkatan kasus HIV dan agar maskulinitas dipahami dalam bentuk yang positif, dan pelibatan laki laki dalam pencegahan dan penanggulangan HIV & AIDS maka pengembangan strategi komunikasi tersebut perlu dikembangkan dan di sampaikan melalui propaganda media sosial. Dengan agenda setting ini media dengan sepihak menampilkan dan memberikan asupan informasi kepada publik karena mengangap hal tersebut penting oleh media massa. Melalui propaganda seperti itu kemudian pola pemikiran masyarakat pun berubah dan mendukung penanggulangan HIV & AIDS. menanamkan nilai nilai baru tentang maskulinitas berisiko menjadi maskulinitas yang positif yang mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan HIV & AIDS, laki laki berubah perilakunya, dan lebih mencintai keluarga, relasi gender yang serata sehingga berdampak dalam menekan laju epidemi HIV & AIDS. Bahkan tak sedikit yang rela menyumbang untuk kepentingan tersebut terlepas dengan menggunakan berbagai teknik yang ada pada propaganda. II.
TUJUAN Tujuan program ini adalah melakukan kampanye public melalui dunia maya untuk menggiring opini masyarakat, menanamkan nilai nilai baru tentang maskulinitas berisiko menjadi maskulinitas yang positif yang mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan HIV & AIDS, laki laki berubah perilakunya, dan lebih mencintai keluarga, relasi gender yang serata, menekan kasus kekerasan seksual sehingga berdampak dalam menekan laju epidemi HIV & AIDS.
III.
BENTUK PEKERJAAN DAN LAPORAN a. Bentuk pekerjaan 1. MONITORING BERITA DAN MEDSOS Monitoring dan analiis issue kampanye di portal berita online dan media social. Tujuannya untuk mengetahui perkembangan tren issue di komunitas dan stakeholders terkait
2. PRODUKSI KONTEN Aktivitas ini berupa pembuatan kontenkampanye, yang disesuaikan dengan karakter tiap medsos. Outputnya berupa materi dan dan konten kampanye untuk kampanye issue Maskunitas Positif dan HIV, baik dalam bentuk artikel, kultweet, info grafis, dan gimmick grafis. Aktivitas ini dilakukan mingguan. 3. MANAJEMEN KAMPANYE Aktivitas ini berupa: Penjadwalan issue untuk kampanye mingguan Penjaringan dan pengorganisasi influencer media social Mengelola Aktivitas kampanye harian di media social (Twitter, Facebook, instagram) dan forum online (kaskus, kompasiana, qureta) b. Laporan: 1. Laporan bulanan. Laporan bulanan berisi: a. Hasil capaian seluruh kerja bulanan (termasuk reach, impact, dan impresi dari hasil kerja maya)
b. Monitoring media social dan media mainstream yang di desiminasikan melalui dunia maya (semua disajikan dalam bentuk naratif dan grafis yang mudah di mengerti) c. Monitoring isu dari berita online. Yang dianalisis untuk kepentingan program dan penguatan strategi program d. Rekomendasi rekomendasi untuk penguatan kampanye program 2. Laporan Akhir program berbentuk buku (dummy), yang berisi proses, aktivitas kegiatan, hasil monitoring media yang di desiminasikan, data dan analisis hasil serta rekomendasi) IV.
CARA PELAKSANAAN KEGIATAN a. Metode Pelaksanaan Dikarenakan program kegiatan ini merupakan pilot project di Komisi Penanggulangan AIDS, maka hal ini akan menggunakan metode penunjukan langsung, dengan melalui tahapan sebagaimana berikut: b. Tahapan Kegiatan Metoda / tahapan sebagai berikut:
1. KPAN akan mengundang calon-calon potensial untuk melakukan presentasi konsep kampanye melalui dunia maya yang akan ditawarkan. 2. KPAN melakukan seleksi atas ajuan dari beberapa calon konsultan yang telah presentasi (pengalaman, kualifikasi teknis, dan pendekatan konsep yang ditawarkan) 3. KPAN akan melakukan pengumuman lulus konsultan yang akan diajak kerjasama 4. KPAN akan memfasilitasi workshop bersama dengan konsultan terpilih (untuk menentukan issue, konten, membangun sistem kampanye, breakdown timeline, mendiskusikan landing page, supporting data, dll) 5. Konsultan terpilih akan mengajukan penawaran biaya jasa pekerjaan 6. KPAN akan melakukan kontrak kerjasama melalui SPK setelah melalui proses negosiasi dan penyesuaian standar unit biaya 7. Konsultan akan melakukan serangkaian pekerjaan kampaye melalui dunia maya selama 6 bulan sesuai yang telah disepakati dalam perjanjian kerjasama. 8. Konsultan akan menyerahkan laporan tiap bulan 9. KPAN akan melakukan diskusi dengan konsultan secara rutin baik dengan tatap muka, email maupun telp, terkait kampaye yang telah dan akan dilakukan bulan berikutnya, termasuk untuk meningkatkan return on investment (ROI) dengan memaksimalkan konten kampanye dan meningkatkan awareness public terhadap kampanye yang dilakukan bulan berikutnya 10. Konsultan menyerahkan laporan akhir berbentuk buku (dummy)
V.
WAKTU PELAKSANAAN No WAKTU 1 15 Agustus 2016 2 3
16 – 26 Agustus 2016 26 Agustus 2016
PROSES Pengumuman untuk Undangan Pemasukan Proposal melalui website http://www.aidsindonesia.or.id Penerimaan Proposal dari calon Konsultan Deadline Penerimaan Proposal dari calon Konsultan (dalam bentuk hardcopy) Alamat Pengiriman: Panitia Pengadaan Barang/Jasa KPA Nasional Sekretariat KPA Nasional, Wisma Sirca Lt. 2 Jalan. Johar No. 18, Menteng,
4 5
6 7 8 9 10
29 – 31 Agustus 2016 1 – 2 September 2016 6 September 2016 19 – 21 September 2016 22 – 23 September 2016 28 September 2016 1 Oktober 2016 – 30 Maret 2017
Jakarta Pusat - 10340 Telp : +6221 390 5918; Fax : +6221 390 5919 Review oleh Tim Seleksi Presentasi oleh calon Konsultan yang lulus seleksi (sesuai kebutuhan Tim Seleksi, presentasi dapat dihadiri langsung oleh Organisasi atau via Webex KPAN) Pengumuman Konsultan terpilih Workshop oleh KPA Nasional Pengajuan anggaran oleh Konsultan dan negosiasi Penandatanganan Surat Perjanjian Kerja / Kontrak Pelaksanaan pekerjaan (durasi 6 bulan)
VI.
BIAYA Biaya konsultan pengerjaan program ini bersumber dari dana Indonesia Partnership Fund 2016 melalui Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN)
VII.
PENUTUP Demikian kerangka acuan ini disusun untuk memberikan gambaran dalam pelaksanaan kegiatan tersebut