ASWGI ASOSIASI PUSAT STUDI WANITA/GENDER DAN ANAK SELURUH INDONESIA (PERKUMPULAN PUSAT STUDI GENDER DAN ANAK SELURUH INDONESIA) e-Mail:
[email protected] ==============================================================================
KERANGKA ACUAN KONGRES I ASOSIASI PUSAT STUDI WANITA/GENDER DAN ANAK SE INDONESIA (ASWGI) & KONFERENSI NASIONAL “PEREMPUAN MEMBANGUN BANGSA” (Rabu, 19 Agustus sd Jumat, 21 Agustus 2015) Diselenggarakan oleh Asosiasi Studi Wanita/Gender dan Anak se Indonesia Tempat: Kampus Universitas Airlangga, Surabaya
1. Latar Belakang Sudah lebih dari 20 tahun, gender, gender dan pembangunan, serta pengarusutmaan gender dalam pembangunan diwacanakan, didiskusikan, dan implementasikan oleh komunitas akademisi, aktifitis, pengambil kebijakan, bahkan masyarakat luas baik pada aras lokal, regional, dan nasional. Menguatkan komiteman ini juga terjadi pada aras global melalui program MDGs yang pada bulan september 2015 ini akan berakhir. Namun persoalan perempuan, ketidak setaraan dan ketidak adilan berbasis gender masih menjadi persoalan. Berbagai kajian MDGs menunjukan bahwa pencapaian MDGs baru menjawab persoalan ini secara kuantitas tetapi belum menjawab persoalan kesetaraan dan keadilan gender secara kualitas (UN Women, 2014). Hal ini sekaligus menunjukan perlunya upaya ‘mendasar’ dan kritis untuk mengevaluasi secara holistik dan integratif semua yang terkai dengan gender maistreaming dalam pembangunan mulai dari pendekatan, tujuan, program, instrumen, dan indikator capaian yang terkait dengan program ini. Salah satu diantaranya adalah instrumen kelembagaan yang digunakan untuk melakukan maintreaming gender dalam pembangunana yaitu kelembagaan PUG. Instrumen ini dianggap sebagai instrumen yang bisa melakukan transformasi sistem dan struktur masyarakat untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender dalam berbagai aspek pembangunan. Hal ini menunjukan bahwa Pemantapan kelembagaan dan jaringan Pengarusutamaan Gender (PUG) menjadi kebutuhan penting dalam pelaksanaan pembangunan pemberdayaan 1
perempuan dan perlindungan anak. Hal ini sesuai arahan dalam RPJPN 2005-2025, maupun kebijakan Nasional terkait kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Kelembagaan dan jaringan Pengarusutamaan Gender (PUG) dimaksudkan untuk: (1) Meningkatkan kapasitas kelembagaan Pengarusutamaan Gender (PUG) dengan mengikutsertakan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dalam setiap perumusan dan revisi kebijakan K/L; (2) Memastikan proses pembentukan UU dan Kebijakan mendapatkan masukan dari perspektif gender, dan (3) Melakukan review, koreksi, dan harmonisasi terhadap Undang-Undang sampai Peraturan Daerah (Perda) agar berperspektif gender (keadilan dan kesetaraan gender). Kebijakan Nasional Pemerintah saat ini secara eksplisit menjadikan perempuan dan anak sebagai bagian integral dari keseluruhan pencapaian pemenuhan hak-hak kemanusiaan yang utuh di Indonesia. Hal ini dinyatakan dalam agenda prioritas ke 2 Nawacita, yaitu meningkatkan peranan dan keterwakilan perempuan dalam politik dan pembangunan; serta agenda prioritas ke 8 Nawacita, yaitu melindungi anak, perempuan dan kelompok marjinal. Dalam konteks ini, isu strategis yang masih harus diselesaikan dalam periode pembangunan 2015-2019 adalah: (1) peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan dalam berbagai bidang pembangunan; (2) perlindungan perempuan terhadap berbagai tindak kekerasan termasuk TPPPO; dan (3) peningkatan kapasitas kelembagaan PUG dan kelembagaan perlindungan perempuan dari berbagai tindak kekerasan. Untuk itu dibutuhkan kelembagaan PUG dan Anak yang kuat dan solid yang secara sinergis mendukung upaya Pemerintah dan kelembagaan lain yang memiliki tujuan yang sama mewujudkan kesetaraan dan kedilan gender, serta perlindungan anak. Penguatan lembaga/jejaring PUG di pusat dan daerah, termasuk dengan Pusat Studi Wanita/Gender di Perguruan Tinggi dan organisasi masyarakat merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan efektifitas dan kapasitas kelembagaan PUG. Menilik sejarah perkembangan kelembagaan PUG, Pemerintah Indonesia telah membentuk Kantor Menteri Muda Urusan Peranan Wanita di tahun 1978, menyusul terselenggaranya Konferensi Perempuan oleh PBB di Meksiko pada tahun 1975. Di lingkungan Perguruan Tinggi, pengembangan kelembagaan PUG terlihat dari adanya kebijakan Pemerintah di tahun 1987 yang mendorong didirikannya Pusat Studi Wanita di seluruh Perguruan Tinggi yang ada di Indonesia. Melalui kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, PSW diharap dapat mendukung kebijakan Pengarusutamaan Gender di Daerah dan bermitra kerja dengan Pemerintah Daerah. Walaupun dalam perkembangannya PSW mengambil nama atau sebutan yang berbeda-beda akan tetapi pada intinya tetap melakukan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan perspektif gender. Sampai dengan saat ini jumlah PSW/PSG tercatat lebih dari seratus PSW/PSG yang tersebar di berbagai provinsi di Indonesia, dari Perguruan Tinggi Negeri, Perguruan Tinggi Swasta dan Perguruan Tinggi Agama. Pada tanggal 5 Desember 2014 di Jakarta, atas dukungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan 2
Anak serta UN Women, disepakati pendirian Asosiasi Pusat Studi Wanita/Gender Indonesia, yang kemudian disyahkan melalui Akta Notaris. Kehadiran ASWGI sebagai bentuk refeksi kritis untuk mengambil peran didalam kompleksitas ditengah perdebatan pendekatan, konsep, metodologis, dan praksis yang meliputi persoalan perempuan, gender, anak, dan maistreming didalamnya. Tentunya refleksi kritis ini menemukan momentum strategis ditengah suatu kebutuhan tindakan konkrit pada perjalanan panjang mengakhiri era MDGs pada September 2015 dan mengawali era SDGs (Sustainable Development Goals Agenda). ASWGI hadir dan memposisikan diri sebagai lembaga yang setara, dan bersama-sama memberikan ‘warna’ didalam kelembagaan PUG yang melibatkan banyak lembaga (pemerintah dan non pemerintah). Didalamnya ada variasi karakteristik lembaga dan kepentingan yang ingin bermuara pada tujuan pembangunan yang menempatkan perempuan dan sebagai subyek pembangunan yang setara dengan laki-laki, penghormatan pada perlinsungan anak, penyandang cacat yang setara dengan manusia lainnya, serta semua manusia yang menempatkan alam sebagai mitra yang perlu dilestarikan. Dalam arus perubahan yang ingin dibangun maka pendidikan kritis menjadi kebutuhan mendasar bagi seluruh level dan lapisan masyarakat. Dalam hal ini melakukan Maisntreaming pendidikan kritis yang berwawasan gender. Mengacu pada hal tersebut, Konggres I Asosiasi PSW/G dan Anak seluruh Indonesia (ASWGI) yang akan diselenggarakan pada tanggal 19 – 21 Agustus 2015 merupakan suatu upaya untuk memperkuat jaringan, membangun kapasitas internal, serta sinergitas diantara kelembagaan PUG & Anak di Perguruan Tinggi di Indonesia dalam upaya mendukung program Pemerintah melalui program kerja Asosiasi PSW/G dan Anak Indonesia (bersama maupun masing-masing lembaga didalamnya). Konggres ASWGI juga ditujukan untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan dan pemantapan program kerja ASWGI serta sinergitas antara ASWGI dengan KPPPA, dan selanjutnya dengan stakeholder lainnya. Pelaksanaan Konggres ASWGI sekaligus digabungkan dengan Konferensi Nasional “Perempuan Membangun Bangsa” untuk menjadi ajang bagi PSW/G dan Program Studi untuk saling bertemu dan mengkomunikasikan yang telah, sedang dan akan dilakukan selama ini dalam bidang substansi/keilmuan Kajian Perempuan/Gender. Konferensi mengambil momen Hari Kemerdekaan Republik Indonesia untuk mengingatkan bahwa perempuan dan semua komponen bangsa sudah mengambil peran aktif dan harus terus mengambil peran yang lebih aktif lagi dalam membangun bangsa di masa-masa selanjutnya. Tema “Perempuan Membangun Bangsa” diambil untuk dapat merangkum berbagai subtema dan kajian yang selama ini telah dan sedang dilakukan. Konferensi membuka Call for Papers dan pengirim abstrak/makalah yang lolos seleksi akan mempresentasikan kajiannya dalam sesi-sesi paralel.
3
2. TUJUAN a) Mempublikasikan, mendeklarasikan, dan mensosialisasikan pada publik mengenai keberadaan ASWGI sebagai suatu wadah profesional yang bergerak dalam Tri Darma Perguruan Tinggi dalam bidang substansi/keilmuan Kajian Perempuan/Gender dan anak dari pendekatan multi/interdisiplin b) Mempublikasikan dan mensosialisasikan perangkat organisasi, seperti AD/ART, Rencana Strategis, Program Kerja dan kesepakatan mengenai Aturan Kerja Asosiasi, sebagai panduan kerja ke depan untuk membingkai aktifitas ASWGI baik internal maupun eksternal c)
Mendiskusikan, mengkomunikasikan, dan mempublikasikan gagasan tertulis dalam bentuk artikel yang bersumber dari pengalaman anggota ASWGI dalam Tri Darma Perguruan Tinggi (pengajaran, pengabdian masyarakat, dan penelitian) dalam bidang substansi/keilmuan Kajian Perempuan/Gender
d) Memberikan wadah dan kesempatan pada anggota ASWGI untuk saling berbagi dan penguatan kapasitas bagi PSW/G dan anggota-anggotanya, para ilmuwan dan aktivis perempuan di seluruh Indonesia. 3. Kegiatan Kegiatan ASWGI terdiri merupakan satu paket program yang terdiri dari dua kegiatan, yang saling terkait: a) Konggres ASWGI pada 19 Agustus 2015 b) Konferensi ASWGI pada 20 Agustus – 21 Agustus 2015 4. OUT-PUT: a) Terpublikasikan profil dan program Asosiasi Studi Wanita/Gender dan Anak Indonesia (ASWGI) pada publik b) Terbangun jejaring kerjasama yang strategis antara ASWGI dengan lembaga dan kementrian yang terkait dengan persoalan perempuan, gender, anak, dan keluarga dari pendekatan yang holistik dan integratif c) Terkonsolidasikan ASWGI dilingkungan Pusat Studi Wanita/Gender dan Anak seluruh Indonesia
di
d) Ringkasan hasil Konferensi dan Seminar ASWGI yang bisa menjadi acuan bagi berbagai pihak yang relevan sebagai salah satu masukan strategis dalam pengambilan kebijakan dan program yang relevan dengan persoalan perempuan, gender, anak, dan keluarga dari pendekatan yang holistik dan integratif e) Laporan Konferensi dan Seminar ASWGI sebagai acuan kerja ASWGI tahun 2015 – 2018. f) Hasil penelitian dari anggota ASWGI dalam bentuk buku referensi yang bisa menjadi acuan dari berbagai komunitas (mahasiswa, aktifitas, dosen) di lingkungan akademik, praktisi, dan pengambil kebijakan 4
5. Topik Bahasan Dalam Konggres: 5.1. Sosialisasi perangkat organisasi:(1) AD/ART; (2) Kepengurusan ASWGI (susunan pengurus terlampir); (3) Program Kerja Strategis Asosiasi; (4) Mekanisme Kerja/SOP 5.2. Sosialisasi program kerja; (1) Program Kerja Bidang Penelitian; (2) Program Kerja Bidang Pendidikan; (3) Program Kerja Bidang Pengabdian pada Masyarakat 5.3. Pengembangan Studi Gender dari berbagai disiplin Ilmu 6. Tema dan Sub-Tema Paper Dalam Konferensi dibawah) Tema
(penjelasan detail pada lembaran
: Perempuan Membangun Bangsa
Sub-Tema: Terdiri dari 6 sub-tema (diuraikan secara lebih detail dalam TOR call for paper dibawah). 6.1. 6.2. 6.3. 6.4. 6.5.
Perempuan, Kepemimpinan dan Tata Kelola Pemerintahan Gender, Ketenagakerjaan dan Ekonomi Kreatif Gender dan Pengelolaan Sumber Daya Alam Gender, Seksualitas dan Kesehatan Ketahanan, Keamanan, dan Perdamaian, serta prevensi-Intervensi Kekerasan berbasis Gender 6.6. Perlindungan Anak dan Remaja 7. Partisipasi dalam Kongres dan Konferensi ASWGI. Ada dua bentuk partisipasi peserta dalam kegiatan ASGWI, yaitu; 1) peserta kongres dan konferansi; dan 2) peserta konferensi 8. Prosedur Kongres dan Konferensi ASWGI 8.1. Peserta Kongres dan konferensi ASWGI : pendaftaran pada panitia dan mengirimkan paper melalui proses Call for Paper (dipaparkan lebih detail pada lembatan dibawah). 8.2. Peserta Konferensi ASWGI: pendaftaran pada panitia dan mengirimkan paper melalui proses Call for Paper (dipaparkan lebih detail pada lembatan dibawah). 9. Kontak Person Kontrak person untuk konggres & konferensi
Kontak person untuk paper
: 1. Sartika Soesilowati (081330734052 /
[email protected]) 2. Tri Susantari (08123543359 /
[email protected]); 3.
[email protected] : Ina Hunga 08156555321/
[email protected]) 5
Semua proses paper melalui Email ke :
[email protected] dan cc ke
[email protected] & Dewi Candraningrum (
[email protected]) 10.
Biaya Keikutsertaan
Biaya Keikutsertaan Konferensi Nasional: Rp. 400. 000,- (Konsumsi,Sertifikat & Seminar Kit) Biaya Keikutsertaan Konggres dan Konferensi Nasional Rp. 700.000,- (Akomodasi 1 malam, Konsumsi,Sertifikat & Seminar Kit) Biaya Keikutsertaan Konggres dan Konferensi Nasional Rp. 900.000,- (Akomodasi 2 malam, Konsumsi,Sertifikat & Seminar Kit) Biaya keikursetaan dapat ditransfer ke rekening ASWGI (diinfomasikan kemudian) Informasi Penginapan dan Hotel di sekitar Kampus Universitas Airlangga; diantaranya: 1) Hotel Harris, Jl. Biliton, Surabaya (@ Rp 588.000/night: Twin Bed) 2) Pop Hotel, Jl. Biliton, Surabaya (@ Rp. 388.000/night: Twin Bed) 11. Susunan Acara: Hari 1 (Rabu, 19 Agustus 2015) KONGRES I ASWGI: Pk. 12.30-14.00 Pk. 14.00-15.30
Pk. 15.00-16.00 Pk. 15.30-18.00
Pk. 18.00-19.00 Pk. 19.00-21.00
Pk. 8.00-09.00 Pk. 9.00-10.00
Pk. 10.00-11.30
: Registrasi : Kongres ASWGI dengan agenda Sosialisasi: (1) AD/ART; (2) Program Kerja Strategis Asosiasi; (3) Mekanisme Kerja/SOP. Sholat dan Coffee/Tea Break (di sela-sela acara/acara tetap berlangsung) : Kongres ASWGI dengan agenda Sosialisasi (1) Program Kerja Bidang Penelitian; (2) Program Kerja Bidang Pendidikan; (3) Program Kerja Bidang Pengabdian pada Masyarakat : Ishoma : Diskusi Kelompok tentang ‘Pengembangan Studi Gender dari berbagai disiplin Ilmu’ (Anggota ASWGI memilih kelompok berdasarkan disiplin ilmu yang ditekuni) Hari 2 (Kamis, 20 Agustus 2015): KONFERENSI NASIONAL ASWGI: : Persiapan dan Registrasi (+ Registrasi Kelompok) : Pembukaan : Pernyataan Deklarasi ASWGI : Pembicara Kunci “Perempuan Membangun Bangsa, Tantangan dan Agenda Beijing+20” – Menteri KPPPA : Sesi Pleno I dengan Pembicara Undangan, topik - Kepemimpinan Perempuan dan Strategi Pemberdayaan Perempuan (Walikota Sby) - Membangun Bangsa dari Tinjauan Gender dan Pendidikan 6
Pk. 11.30-13.00
Pk. 14.00-18.00 Pk. 18.00-19.00 Pk. 19.00-21.00
Pk. 08.00-08.30 Pk. 08.30-11.00
: :
Pk. 11.00-12.00 Pk. 12.00-12.15
: :
(Kementerian Ristek dan Dikti) - Membangun Bangsa dari Tinjauan Gender dan Kesejahteraan Sosial (KeMensos) - Membangun Bangsa dari Tinjauan Gender dan Agama (KeMenag) Sesi Pleno II dengan Pembicara Undangan, topik: - Membangun Bangsa dari Tinjauan Gender dan Kesehatan (Kemenkes) - Meningkatkan Peran Strategis Perempuan dalam Kancah Internasional (Kemenlu, Ibu Esti Andayani, Direktur Informasi Publik) - Membangun Bangsa dari Tinjauan Kemaritiman (Kementerian Kelautan) - Pengarusutamaan Gender dan Perencanaan Pembangunan (Bappenas, Ibu Nina Sardjunani, Deputi bidang Sosial-Budaya) Presentasi Makalah dalam sesi-sesi paralel untuk peserta yang diterima Makalahnya (6 topik) Istirahat Dinner & Pertemuan Anggota ASWGI (Tentative) Hari 3 (Jumat, 21 Agustus 2015): KONFERENSI NASIONAL ASWGI: Persiapan dan Registrasi dalam kelompok Presentasi Makalah dalam sesi-sesi paralel untuk peserta yang diterima Makalahnya (6 topik) Lanjutan Sidang Pleno hasil Kongres dan Konferensi Penutupan Acara Paralel:
Pk. 12.00-12.15 Pk. 08.30-13.00
: Penutupan Penguatan Kapasitas Anggota ASWGI– untuk peserta yang mendaftar
7
CALL FOR PAPER KONFERENSI NASIONAL “PEREMPUAN MEMBANGUN BANGSA” (Kamis, 20 Agustus sd Jumat, 21 Agustus 2015) Diselenggarakan oleh Asosiasi Studi Wanita/Gender dan Anak se Indonesia ((ASWGI) Tempat: Kampus Universitas Airlangga, Surabaya A. Perempuan, Kepemimpinan dan Tata Kelola Pemerintahan Sudah banyak perempuan yang aktif menjalankan peran publik. Namun masih cukup banyak pihak yang mempersoalkan/menentang kepemimpinan perempuan, termasuk di kalangan perempuan sendiri, karena konstruksi sosial yang masih bias gender. Sementara itu, pemerintah telah melakukan langkah-langkah untuk meminimalkan penyelewengan tata kelola pemerintahan dan korupsi. Meski demikian kasus-kasus penyelewengan tata kelola pemerintahan dan korupsi terus terjadi. Didalam rantai ini sering perempuan terjebak sebagai korban dalam kompleksitas rantai ini. Persoalan tata kelola pemerintahan juga terkait dengan luasan atau skopanya yang dilihat dari hubungan pusat dan daerah. Tumpang tindahnya kebijakan publik menciptakan konpleksitas hubungan pusat dan daerah yang menciptakan banyak persoalan, misalnya eksploitasi sumberdaya alam strategis yang terkait dengan investasi dan sumber pendapatand aerah. Tema ini dapat membahas tinjauan teori, penelitian, pembelajaran lapangan dan kebijakan, dari topik-topik, antara lain: -
Perempuan dan Peran Publik Perempuan dan Kepemimpinan Peran Strategis Perempuan dalam Hubungan Internasional Gender dan Tata kelola Pemerintahan Gender dan Anggaran Topik-topik lain yang relevan
B. Gender, Ketenagakerjaan dan Ekonomi Kreatif Krisis ekonomi global berimplikasi pada perubahan struktur kelembagaan ekonomi skala luas (global) dan struktur pasar tenaga kerja yang semakin fleksibel dan informal. Era ini ditandai dengan semakin intensif dan luasnya penggunaan modus produksi yang tidak lagi berbasis pada ekonomi formal seperti perusahaan/pabrik yaitu ‘out-sourcing’ dan ‘puttingout system’. Modus produksi ini mengandalkan area informal sebagai basis kegiatan seperti rumah-rumah para pekerja, dan rumah-rumah komunitas yang dirubah/dipakai sebagai tempat produksi. Rumah atau keluarga sebagai modus produksi reproduksi disusupi dan digunakan sebagai modus produksi kapitalis. Akibatkan aktifitas ekonomi ini mendapat ruang untuk “bersembunyi/disembunyi” didalam rumah dengan legitimasi memberi penghargaan rendah perempuan dengan legitisimasi; ‘pekerja sampingan’; ‘mengisi waktu luang; ‘temporer’; ‘sekedar beli garam’. Perkembangan masif modus produksi informal ini tidak terlepas dari kekuatan ekonomi yang besar dan kuat dalam skala yang luas (global). Kelompok yang sangat besar 8
para Pekerja dan Rumah Tangganya yang menghasilkan sub-bagian dadi barang dan akhirnya menjadi satu-kesatuan barang terkoneksi melalui rantai yang panjang dengan pasar global1. Seiring dengan arus gelombang ekonomi ke-IV yang dikenal dengan ekonomi kreatif yang menekankan kreatitas manusia dan fleksibilitas. Modus produksi informal yang berbasis pada pekerja dan rumahnya (“putting-out” sistem) memperoleh momentum yang sangat strategis. Namun kreatifitas menjadi wacana yang sering dianggap domain laki-laki sehingga kreatifitas perempuan dianggap lebih rendah bahkan dianggap tidak kreatif. Ukuran-ukuran ini merupakan kontruksi yang diciptakan oleh para pencari keuntungan (kapitalis) untuk melegitimasi pemberian upah yang rendah kepada perempuan. Inilah ideologisasi yang secara tersistem diciptakan untuk mendapatkan pengabdian perempuan tanpa henti melalui pemberian pekerjaan, upah, dan mengikat mereka melalui ideologi gender diatas. Faktanya, banyak perempuan menjalankan multi peran atau kerja majemuk, yakni kerja reproduksi, kerja produksi dan kerja sosial. Multi peran perempuan dalam berbagai bidang perlu diangkat untuk mengungkap bagaimana ideologisasi gender yang keliru terus dilestarikan. Tema ini juga membedah persoalan gender dan ketenagakerjaan secara lebih luas: diskriminasi (bentuk dan proses), atau telah dipastikan adanya keadilan bagi kelompokkelompok khusus dalam masyarakat untuk dapat mengaktualisasikan diri dan menyumbang secara optimal dalam pembangunan bangsa? Bagaimana dengan bidang-bidang kerja yang non-stereotipik dalam konstruksi gender? Beberapa topik yang dapat diangkat : -
Multi peran atau kerja majemuk perempuan Gender, UMKM dan pembangunan ekonomi masyarakat Akses kerja kelompok minoritas/marjinal Gender dan bidang kerja non stereotipik Ekonomi kreatif dan kewirausahaan Perempuan dalam dialektika Modus Produksi Kapitalis dan Reproduksi Perempuan dalam Pasar Tenaga Kerja yang Fleksibel Perempuan dalam Era Ekonomi Kreatif Topik-topik lain yang relevan
C. Gender dan Pengelolaan Sumber Daya Alam Indonesia adalah Negara Maritim dengan pulau-pulau yang tersebar luas dengan sumber daya alamnya. Namun selama ini SDA tidak dikelola dengan baik, bahkan telah banyak yang rusak karena eksploitasi yang tidak bertanggungjawab, sementara Konsep Negara Maritim juga baru dibahas dalam pemerintahan sekarang. Komnas Perempuan (2008, 2010) mencatat bahwa eksplorasi sumberdaya berdampak pada kekerasan berbasis gender yang tidak terlepaskan pada persoalan politik ekonomi makro. Pantauan Komnas Perempuan terhadap konflik sumberdaya alam sejak tahun 2003, antara lain; pencemaran Teluk Buyat di Sulawesi Utara terhadap perempuan, Kriminalisasi terhadap aktivis perempuan di Soe dan Pembabatan pohon kopi di Manggarai NTT. Dalam konflik sumberdaya alam tersebut perempuan hampir selalu luput dari perhatian atau nyaris 1
Beberapa hasil penelitian seperti batik, tenun, garmen, permainan anak, meubel, elektronik, dll.
9
tidak ada akibatnya pengungkapan kekerasan yang dialami perempuan juga luput dari upaya penyelesaiannya, padahal perempuan adalah kelompok paling rentan ketika konflik sumberdaya alam terjadi. Krisis ekologis tidak terlepas dari tiga hal yang saling kaitmengkait, yaitu; pendekatan eksplotasi alam, keterbatasan ketersediaan sumberdaya alam, dan pola konsumsi. Pengelolaan SDA tidak terlepas dari peta ekonomi-politik yang luas bahkan lintas negara. Pelajaran berharga sudah banyak diperoleh bangsa Indonesia dalam eksplorasi SDA yang melibatkan modal berskala dunis, antara lain; tambang emas (Freeport, Newmoon, dll); tambang marmer (NTT); tambang semen, dll. Semua cerita tambang ini menciptakan dampak yang mencapai skala yang membahayakan fungsi reproduksi dan kematian perempuan dan anak-anak. Diantara cerita yang mengenaskan, tampil perempuan yang gigih menentang eksploitasi SDA di Indonesia2. Di tengah krisis ekologi, Shiva dan Mies (1993) dalam bukunya Ecofeminism mengemukakan pemikiran dan gerakan ekofeminisme. Pemikir Ekofeminis melihat ada kaitan yang sangat penting antara dominasi terhadap perempuan dan dominasi terhadap alam. Oleh karenanya, ekofeminisme mengupayakan memecahkan masalah kehidupan manusia dan alam yang berangkat dari pengalaman perempuan dan menjadikan pengalaman perempuan sebagai salah satu sumber belajar dalam pengelolaan dan pelestarian alam. Hal ini juga berarti memberikan ruang (akses) yang adil dan setara bagi perempuan bersama laki-laki dalam pengelolaan dan pelestarian alam. Persoalan yang mendesak sekarang adalah berbagai mengelola SDA dengan memperhatikan prinsip-prinsip berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan era SDGs yang merupakan komitmen masyarakat global. Beberapa topik yang dapat dibahas: -
Gender dan Pembangunan Pertanian Gender dan Kemaritiman Gender dan Pengembangan Kota yang Ramah Lingkungan Gender dan Pengelolaan Limbah Gender dan Pembangunan untuk daerah Tertinggal, Terluar, dan Terdepan Perempuan Penyelamat SDA (di berbagai Kasus) Perempuan, kesehatan produksi, dan Eksplotasi SDA (di berbagai kasus) Topik-topik lain yang relevan
D. Gender, Seksualitas dan Kesehatan Perubahan Iklim global, produksi dan arus barang secara mendunia merubah gaya hidup, interaksi manusia didalamnya, kesehatan, serta fungsi reproduksi perempuan. Apa yang diproduksi berdampak pada apa yang digunakan manusia, termasuk makan, minum, dan aktifas kehidupan lainnya. Salah satunya produksi bahan makanan mengandung zat kimia, limbah produksi pabrik, dan polusi udara merupakan sedikit contoh dari produksi dan arus barang disekitar kita. Hadirnya inovasi dan teknologi IT juga merubah secara mendasar relasi antar manusia. Derasnya informasi tanpa batas, termasuk informasi pornograsi, kejahatan seksual, dan kejahatan kemanusiaan lainnya menjadi salah satu faktor yang 2
Mama Letha, Sukinah, dll.
10
menciptakan kompleksitas persoalan gender, seksualitas, dan kesehatan (khususnya reproduksi perempuan). Persoalan kesehatan masih menjadi persoalan serius, dan untuk dapat membangun dengan optimal, masyarakat perlu terus ditingkatkan kualitas kesehatannya. AKI masih sangat tinggi, dan masih banyak persoalan khusus yang dihadapi perempuan dewasa, anak dan remaja, seperti kehamilan usia remaja, yang bagaimanapun, terkait juga dengan biasbias dalam konsepsi masyarakat mengenai seksualitas perempuan. Di bagian ini dapat didiskusikan berbagai penelitian, kebijakan dan program terkini mengenai: -
AKI dan persoalan-persoalan kesehatan reproduksi perempuan Pelibatan aktif laki-laki dalam peningkatan kualitas kesehatan dan perjuangan keadilan gender Pendidikan seksualitas dan reproduksi sehat bagi anak dan remaja Kelompok seksual minoritas dan kelompok berkebutuhan khusus Gender dan persoalan kesehatan secara lebih luas Topik-topik lain yang relevan
E. Ketahanan, Keamanan, dan Perdamaian, serta Prevensi-Intervensi Kekerasan berbasis Gender Isu ketahanan dan keamanan berbasis gender merupakan sebuah isu baru dalam studi analisis gender. Walaupun demikian, isu gender dalam upaya ketahanan dan keamanan sebenarnya secara langsung berkaitan dengan isu kekerasan berbasis gender (termasuk kekerasan seksual). Isu-isu tersebut merupakan persoalan yang terus terjadi, belum dapat ditanggulangi secara memuaskan sampai dengan saat ini. Bahkan beberapa tahun belakangan, kekerasan seksual pada anak dan perempuan tampil lebih menakutkan dalam jumlah maupun karakteristik dan intensitasnya. Perlu didiskusikan secara multidisiplin, tinjauan konseptual maupun program untuk melakukan prevensi dan intervensi: bagaimana sosiologi, antropologi, kajian agama, psikologi, hukum, hubungan internasional dan berbagai disiplin lain melihat dan merespon persoalan ini? Langkah interdisiplin apa saja yang telah dan perlu dikembangkan untuk dapat menelurkan konsep, modul, program, dan penelitian lanjutan yang lebih komprehensif dan tepat sasaran? -
gender dan ketahanan dalam hubungan antar Negara keamanan dan hubungan internasional berbasis gender penanganan pelaku kekerasan sistem hukum dan aparat penegak hukum pendekatan interdisiplin dalam prevensi dan intervensi pendekatan kreatif dalam edukuasi masyarakat usulan kebijakan untuk prevensi dan intervensi kekerasan berbasis gender
F. Perlindungan Anak dan Remaja Anak dan remaja adalah masa depan bangsa, mereka sangat perlu didampingi dengan cara yang tepat. Bagaimana berespon dan mengantisipasi perubahan sosial sangat cepat yang berdampak pada anak dan remaja? Bagaimana konsep pendidikan sejak dini hingga di perguruan tinggi mengenai seksualitas dan keadilan gender? Bagaimana menanggulangi dan mengantisipasi migrasi dari orangtua, perceraian dan perpisahan, dan kemajuan pesat 11
teknologi? Bagaimana memastikan perlindungan dan pendampingan bagi anak dan remaja agar dapat menemukan konsep diri yang positif serta seksualitas yang sehat dalam berbagai tantangan modernitas? -
Migrasi dan globalisasi dan implikasinya pada ketahanan keluarga dan kondisi anak/remaja Kerentanan anak dan remaja dalam kemajuan pesat IT dan media sosial Berbagai bentuk eksploitasi dan kejahatan terhadap anak Pendampingan bagi orangtua dalam mendampingi anak Anak sebagai korban dan anak sebagai pelaku kejahatan
G. Kerangka Waktu: mulai Call for Paper (full) sampai jadi buku.
Pembukaan Call for Paper Rekrutmen Reviewer & Editor Pengiriman paper ke reviewer Review paper oleh Reviewer Pengumuman Lolos paper
: 13 Mei - 25 Juni 2015 : 13 Mei - 20 Mei 2015 : 15 Juni - 25 Juni 2015 : 15 Juni - 30 Juni 2015 : 30 Juni 2015 dengan kriteris; diterima; diterima dengan revisi, dan tidak diterima Revisi Full Paper bagi yang diterima : 30 Juni - 10 Juli 2015 Proses di Editor buku : Sabtu, 11 Juli - 25 Juli 2015 Proses Editing, Lay-out, sampai cetak : Rabu, 25 Juli – Sabtu, 15 Agustus 2015 Selesai Cetak Buku ber ISBN : Sabtu, 15 Agustus 2015 Semua proses melalui Email ke :
[email protected] dan cc ke
[email protected] & Dewi Candraningrum (
[email protected]) Kontak person : Ina Hunga 08156555321/
[email protected])
H. Panduan Paper 1. Tulisan merupakan pengalaman (hasil penelitian) terkait pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat. 2. Tulisan mencerminkan persoalan terkini yang terkait dengan sub-topik diatas dan relevansinya dalam bidang kajian perempuan, gender, dan anak. 3. Tulisan menggunakan teori-teori yang relevan dengan kajian perempuan, gender, dan anak yang terkait dengan sub-topik diatas. 4. Bidang kajian adalah interdisiplin artinya bisa berkaitan dengan Ilmu Sosial, Hukum, Ekonomi, Politik, Pendidikan, Kesehatan, MIPA, Teologi, dan ilmu lainnya. 5. Tulisan sebaik menawarkan solusi bagi problem yang terkait sub-topik diatas 6. Paper yang memenuhi syarat penulisan, antara lain; judul, abstrak (biligual), latar belakang, teori, metode, hasil & pembahasan, semuanya ditulis antara 8.000-10.000 kata atau antara 8 sd 10 halaman di luar referensi. Abstrak ditulis dengan font 10 dan spasi satu terdiri dari maksimal 200 kata. Tulisan isi memakai huruf Calibri, Font 12 dan spasi 1. Referensi menggunakan Harvard system. Misalnya (Candraningrum, 2008: 12). Bukan dengan Footnote/catatan kaki. Catatan kaki diperbolehkan apabila sangat mendesak.
12
Lampiran Pengurus ASWGI Susunan Pengurus Asosiasi Pusat Studi Wanita/Gender & Anak se Indonesia (ASWGI) A.
B.
C.
Dewan Pembina : Menteri Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak Menteri Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Menteri Agama Menteri Sosial Dewan Penasehat : Dr. Sri Danti MA (SesMen KPPPA) Prof. Dr. Saparinah Sadli Syamsiah Ahmad, MA Dr. Yulfita Rahardjo, MA Dr. Agustina Erni, MS Dr. Yusuf Supiandi, MA Prof. Dr. Sulistyowati Irianto, MA DR. Ratna Saptari, MA GKR Hemas (DPD RI) Pengurus: NO Posisi di ASWGI 1 Ketua Wakil Ketua I Wakil Ketua II 2 Sekretaris Wakil Sekretaris 3 Bendahara Wakil Bendahara 4 Bid. Pendidikan Wakil Bid Pend 5 Bid. Penelitian Wakil Bid. Pend 6 Bib. Pengab Wakil Bid. Pengab 7 Koor Wil Timur 8 Koor Wil Tengah
9 Koor Wil Barat
Nama & Lembaga Asal Prof. Dr. Emy Susanti, MA (UA, Sby) Dr. Kristi Poerwandari, MA (UI, Jakarta) Dr. Titik Sumarti, MSi (IPB, Bogor) Dr. Ir. Arianti Ina Restiani Hunga.M.Si (UKSW, Salatiga, Jawa Tengah Dr. Agatha Ferijani (Univ. Katolik Soegijapranata, Semarang) Dr. Anis Farida (UWK, Surabaya)
Email
[email protected] [email protected] [email protected] [email protected];
[email protected]
Dr. Hamidah (UNJ, Jakarta) Prof. Dr. Agnes Djarkasi, M.Pd (Unima, Ir. Meuthia Fadila Fachruddin, M. Prof. Dr. Ir. Keppi Sukesi, M.S (UB, Mlg) Prof Dr Mien Ratoe Oejoe, MPd (Undana, Kpg) Dr. Ir. Evi Feronika Elbaar, M.Si (Univ. Palangjkaraya, Kalimantan Dr. Drg. Sri Tjahajawati.M.Kes (Unpad Bandung) Dr. Nursini, (Unhas, SulSel) Dra. Emi Salmah, M.Si (Univ. Mataram) Dr. Rina Herlina (UNS) Drs. Soeprapto, S.U (UGM) Wahyu Ernaningsih, Sh, M.Hum (Univ. Sriwijaya, Sumsel) klilah Muzayyanah Dini Fajriyah, STh.I, M.Si (UI, Jakarta)
[email protected] [email protected] [email protected] [email protected]
[email protected] [email protected]
[email protected].
[email protected]
[email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected]
[email protected]
13