KERANGKA ACUAN KEGIATAN PENGADAAN RESEARCH BUOY
TAHUN 2016
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR JAKARTA 2016
1 2
Kementerian Unit Eselon I/II
: KELAUTAN DAN PERIKANAN : Pusat Penelitian Dan Pengembangan Sumberdaya Laut Dan Pesisir
3
Program
: Penelitian dan Pengembangan IPTEK Kelautan dan Perikanan
4
Hasil (Outcome)
: Data dan Informasi untuk mendukung untuk Oceanic Oceanography Data Centre dan INAGOOS : Pengadaan Research Buoy : Terpasangnya 10 unit buoy
5 6
Kegiatan Indikator Kinerja Kegiatan 7 Jenis Keluaran (Output) 8 Volume Keluaran (Output) 9 Satuan Ukur Keluaran (Output) 10 Mendukung Kegiatan Prioritas
: Tersedianya 10 unit buoy fisheries oseanografi : 10 Unit Buoy : Tersedia dan terpasangnya 10 unit buoy fisheries oseanografi : Keberlanjutan dan Kesejahteraan
11 Pendahuluan : Karakteristik oseanografi yang unik di dunia terdapat di Indonesia. Interaksi fisis yang kuat berupa gelombang dalam(internal tides) menyebabkan erosi salinitas maksimum di thermoklin sepanjang jalan dari samudera pasifik menuju samudera hindia melewati selat-selat bagian timur Indonesia. Dinamika dari gelombang dalam ini juga berpengaruh dalam proses biogeokimia yang menyebabkan pergerakan nutrien dan kimia laut berubah. Proses biogeokimia sangat tergantung pada turbulensi mixing di permukaan dan dasar terutama pada fluoresence, oksigen dan nitrat. Dinamika dari biogeokimia ini menjadi hipotesa akan terjadinya dinamika ekosistem pada kolom air, pada jenis ikan pelagis dan demersal. Pada tahun 2014 telah diluncurkan suatu kegiatan operasional oseanografi laut nasional dengan kerjasama dengan Perancis melalui pembangunan infrastruktur oseanografi spasial di Jembrana, Bali. Keseluruhan kegiatan akan dimandirikan kepada Indonesia mulai tahun 2016. Pada hasil awal pekerjaan ini didapatkan suatu model operasional oseanografi yang bisa memprediksi sampai dengan tujuh hari kedepan pada parameter fisika, biogeokimia laut sampai dengan dinamika perikanan pada pergerakan tuna. Dari hasil yang telah diterbitkan dalam jurnal internasional, terlihat bahwa model operasional oseanografi bisa menggambarkan secara besar kondisi dinamika laut Indonesia. Model operasional oseanografi ini juga diharapkan dapat bersimbiosis dengan penelitian perubahan iklim, dinamika laut, biogeokimia laut dan perikanan tuna. Untuk kebutuhan diseminasi data kepada pengguna yang membutuhkan keakuratan data dan untuk mendukung kegiatan penelitian yang berkelanjutan, dibutuhkan suatu kegiatan berkelanjutan berupa pengumpulan data in-situ, transfer teknologi instrumentasi bawah laut dan akusisi data. Untuk mewujudkan sistem operasional oseanografi yang baik, dibutuhkan kegiatan pengadaan peralatan pemantauan untuk daat berintegrasi dengan sistem operasional dan prediksi perikanan Indeso.
Laut Indonesia memiliki karakteristik oseanografi yang unik di dunia. Letak kepulauan berada di jalur transfer massa air dari samudera Pasifik ke samudera Hindia dan memiliki kompleksitas topografi dasar laut. Interaksi fisis yang kuat terjadi antara gerakan vertikal pasang surut air laut dan topografi dasar laut berupa gelombang dalam(internal tides). Gelombang dalam ini banyak terjadi terutama di wilayah Indonesia bagian timur yang menyebabkan adanya erosi salinitas maksimum di thermoklin sepanjang jalan dari samudera pasifik menuju samudera hindia melewati selat-selat bagian timur Indonesia. Proses ini dinamakan pencampuran massa air (ocean mixing) dan telah dibuktikan melalui model numerik dan observasi. Mixing berpengaruh dalam proses biogeokimia karena temperatur dan salinitas bisa berubah pada kolom air pada siklus pasang surut yang menyebabkan pergerakan nutrien dan kimia laut berubah. Proses biogeokimia sangat tergantung pada turbulensi mixing di permukaan dan dasar terutama pada fluoresence, oksigen dan nitrat. Dinamika dari biogeokimia ini menjadi hipotesa akan terjadinya dinamika ekosistem pada kolom air, terutama pada jenis ikan pelagis dan demersal. Laut Indonesia merupakan wilayah dengan produktivitas dan diversifikasi biologi laut yang tinggi, tetapi belum ada penelitian yang dikhususkan untuk melihat besarnya pengaruh mixing terhadap biogeokimia, ekosistem dan perikanan. Pada model luaran INDESO hal ini menjadi sangat penting karena model belum bisa dipercaya untuk memodelkan parameter fisika-biogeokimia dan perikanan karena belum adanya data insitu yang dikhususkan untuk proses tersebut. Untuk melakukan suatu kegiatan In-situ dibutuhkan peralatan yang dapat mengukur secara langsung dan terukur sehingga didapatkan profil data secra spasial dan temporal dalam waktu lama dan secara real time. Lokasi Rencana Penempatan Pengadaan Instrumen.
Gambar 1. Lokasi penempatan Instrumen.
12 Penerima Manfaat : Lembaga riset terkait, Pemerintah Daerah. 13 Strategi Pencapaian Keluaran
a. Metodologi
Iridium Satellite
BPOL - Perancak
Gambar 3. Ilustrasi Sistem Transmisi data Buoy Fisheries Oseanografi
Kegiatan pengadaan peralatan instrumentasi berupa Buoy Fisheries Oceanography sebanyak 10 unit melalui pengadaan, yang rencananya akan diletakkan di daerah Maluku, ambon, Halmahera, seram, dan banda sampai dengan di laut Jawa.
Buoy ini adalah platform instrumentasi serbaguna yang sesuai untuk pengumpulan dan pengukuran data oseanografi, meteorologi (metocean) dan parameter data kualitas air. Sistem ini dilengkapi dengan berbagai sensor yang dapat kita sesuaikan dengan kebutuhan. Semua pelampung dilengkapi dengan panel surya, lampu navigasi/ peringatan dan tanda-tanda lain yang diperlukan. Berbagai pilihan telemetri untuk transmisi data tersedia (UHF / VHF, GSM, GPRS, Satellite), dan datap dipilih sesuai ketersediaan lokasi dan aplikasi. Instrumentasi dapat digunakan di mana saja dari dekat permukaan ke dasar laut. Pelampung dapat tertambat di posisi tetap dengan baik satu titik, titik ganda atau mooring compliant (sesuai keperluan).
Gambar 2. Gambar Buoy Fisheries Oseanografi Keunggulan Buoy ini adalah 1. Mempunyai konstruksi yang kuat 2. Desain modular membuat transportasi mudah dan penggantian peralatan yang sederhana 3. Melalui kompartemen lambung untuk penentuan posisi yang aman dari peralatan 4. komponen sensor mudah untuk dilepas ganti 5. Sangat stabil dalam operasi 6. Sistem tenaga surya yang tersedia sebagai modul mandiri atau dapat diganti dengan panel yang lebih besar untuk beban daya yang lebih tinggi 7. Rentang menara yang tersedia yang sesuai dengan aplikasi 8. Sistem mooring tersedia untuk perairan pantai dan lokasi laut terbuka
Tabel 1. Spesifikasi Buoy Specifications
Tern Buoy
Diameter (m) Buoyancy (kg)
1.2 650
Reserve Buoyancy (kg) Weight (kg) Focal Plane (m) Ballast Weight (kg)
330 230 2.2 80
b. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan Tahapan pelaksanaan kegiatan dimulai dengan melakukan persiapan dan koordinasi tim dan narasumber, kemudian menyiapkan proposal untuk lelang kegiatan. Selanjutnya melakukan lelang selama dua bulan sampai dengan barang tiba di lokasi, kemudian melakukan persiapan deploy termasuk mobilisasi alat dan penyiapan kapal survei. Kemudian melakukan deploymen selama dua bulan sampai dengan berakhirnya kegiatan. Berikut adalah rencana pelaksanaan kegiatan. No 1 2 3 4 5 6
Kegiatan
I
II
Bulan ke III IV V
VI
V
Koordinasi Tim dan Narasumber Persiapan Lelang Lelang Persiapan Deploy Deployment Penulisan laporan
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN Mulai Pelaksanaan
: Juni 2016
Selesai Pelaksanaan
: November 20160/11/211
Pelaporan Akhir
: November 201601/12/2011
14. Biaya yang diperlukan sebesar Rp. 18.000.000.000 (Delapan belas milyar
Rupiah)
Kepala Pusat
Penanggung Jawab Pelaksana
Penelitian dan Pengembangan
Kegiatan
Sumberdaya Laut dan Pesisir
Ir. M. Eko Rudianto, M.BUS.IT
La Ode Nurman Mbay, M.Si
NIP. 19600921 198503 1 003
NIP. 19750806 200801 1 016