KERAGAAN USAHA INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU RAKYAT DI KABUPATEN CIANJUR (Studi Kasus di Kecamatan Cibinong Dan Kecamatan Tanggeung)
ANITA HAFSARI RUFAIDAH
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN ANITA HAFSARI RUFAIDAH. Keragaan Usaha Industri Pengolahan Kayu Rakyat di Kabupaten Cianjur (Studi Kasus di Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Tanggeung). Dibimbing oleh HARDJANTO. Kabupaten Cianjur khususnya daerah selatan memiliki potensi cukup besar untuk dikembangkan sebagai industri kayu rakyat. Akan tetapi keberadaan potensi ini sedikit dilirik oleh sebagian kalangan masyarakat Cianjur. Masyarakat Cianjur lebih tertarik kepada industri agrowisata, kerajian rumah tangga dan perdagangan. Untuk mengembangkan industri kayu rakyat di daerah Cianjur perlu dilakukan suatu penelitian mengenai keragaan usaha industri pengolahan kayu rakyat di Kabupaten Cianjur, khususnya Kecamatan Cibinong dan Tanggeung yang dapat memberikan gambaran mengenai karakteristik dan keadaan industri kayu rakyat di wilayah tersebut. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13 Juli sampai dengan 13 Agustus 2009 dengan objek kajian pengusaha industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer didapat melalui wawancara, kuisioner dan pengamatan dilapangan kepada 18 responden yang tersebar pada 3 desa di Kecamatan Cibinong dan 5 desa di Kecamatan Tanggeung. Sedangkan data sekunder diperoleh dari pemerintah Kabupaten Cianjur, pemerintah Kecamatan Cibinong, pemerintah Kecamatan Tanggeng dan Dinas PKT (Perhutanan dan Konservasi Tanah) Kabupaten Cianjur wilayah selatan. Industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung tergolong kedalam industri kecil, dengan jenis industri penggergajian, mebel, kusen, palet dan industri jasa penggergajian, yang hampir seluruhnya berbentuk usaha perseorangan. Bermodal kecil bersumber dari pribadi, memiliki jumlah tenaga kerja berkisar antara 3-19 orang dan belum memiliki manajemen perusahaan yang baik. Dalam menjalankan produksinya industri kayu rakyat menggunakan bahan baku kayu jenis albasia, afrika dan mahoni dalam bentuk papan, log dan timpleng. Industri kayu rakyat tersebut memiliki kontinuitas bahan baku yang cukup baik, karena para pengusaha tidak mengalami kesulitan dalam perolehan bahan baku. Akan tetapi memiliki kontinuitas produksi yang tidak kontinu, karena industri kayu rakyat memproduksi produk sesuai dengan pesanan. Produk yang dihasilkan oleh industri tersebut adalah bahan baku palet, papan, kaso, balok, kusen pintu, perabot rumah tangga dan palet untuk dudukan keramik dan batu bata. Produk yang dihasilkan oleh setiap industri memberikan keuntungan yang berbeda, keuntungan tersebut diketahui dengan perhitungan margin keuntungan perproduk. Produk yang memberi keuntungan besar untuk wilayah Cibinong adalah balok ukuran (8x12)cm dan palet ukuran (10x12)cm. Produk yang memberikan keuntungan besar untuk wilayah Tanggeung adalah meja makan 8 kursi, 4 kursi dan meja makan 6 kursi, papan (20x3)cm, kusen pintu jati dan dudukan keramik.
Kata kunci : hutan rakyat, keragaan, margin keuntungan, industri kecil
SUMMARY ANITA HAFSARI RUFAIDAH. Performance of Community Wood Industry Business in Cianjur Countie (Case Study in Cibinong and Tanggeung Sub-districts). Supervised by HARDJANTO.
Cianjur Countie, especially the southern regions have a huge enough potential to be developed as a community timber industry. However, the existence of these potential only noted by some people of Cianjur. Cianjur society is more interested in agro tourism sector, households craft and trade. To develop a community timber industry in Cianjur area is necessary to run a study in processing of community wood industry performance at Cianjur Countie, especially in Cibinong and Tanggeung Sub-districts which can give a representation of the characteristics and circumstances of the timber community industry in those regions. This research was done on July 13 until August 13, 2009 with the object of study at the community timber industry entrepreneurs in Cibinong and Tanggeung Sub-districts. The data collected were primary and secondary data. The primary data obtained through interviews, questionnaires and field observations to the 18 respondents who scattered in 3 villages in Cibinong Sub-district and 5 villages in Tanggeung Sub-district. While secondary data obtained from governments of Cianjur District, Cibinong Sub-district, Tanggeung Sub-district, and the PKT (Forestry and Soil Conservation) Office area of southern Cianjur Countie. Community timber industry in Cibinong and Tanggeung Sub-districts classified into small industries, with the sawmill industry, furniture, frames, pallets and industry of sawmill services, which is almost entirely in individual business. Small capital from private sources, has a number of workers about 3-19 persons and do not have good corporate management. In running its production community timber industry production using wood raw materials of albasia, africa and mahogany species in boards, logs and timpleng forms. The community timber industry has good enough continuity of raw material, because the entrepreneurs do not have difficulty in obtaining raw materials. But it has the discontinue in production, because the community timber industry producing the product in accordance with the order. Products which produced by these industries are palette raw materials, boards, rafters, beams, door frames, furniture and pallets to holder of ceramics and bricks. Products which produced by each industry provides different benefits, the benefits are known with profit margin per product calculations. Products that provide great benefits for Cibinong area are block size (8x12) cm and palette size (10x12) cm. Product that provides great benefits for Tanggeung area are 8 chair dining table, 4 chairs and 6 chairs dining table, board (20x3) cm, teakwood door frames and ceramic holder.
Keywords: community forests, performance, profit margin, small industries
KERAGAAN USAHA INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU RAKYAT DI KABUPATEN CIANJUR (Studi Kasus di Kecamatan Cibinong Dan Kecamatan Tanggeung)
ANITA HAFSARI RUFAIDAH
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keragaan Usaha Industri Pengolahan Kayu Rakyat di Kabupaten Cianjur (Studi Kasus di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung) adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Oktober 2009
Anita Hafsari Rufaidah E14050716
Judul Skripsi
Nama Nrp
: Keragaan Usaha Industri Pengolahan Kayu Rakyat di Kabupaten Cianjur (Studi Kasus di Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Tanggeung) : Anita Hafsari Rufaidah : E14050716
Menyetujui: Dosen Pembimbing,
Prof. Dr. Ir. Hardjanto, MS NIP. 19550606 198103 1 008
Mengetahui: Ketua Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Didik Suharjito, MS NIP. 19630401 199403 1 001
Tanggal Lulus
:
Judul Skripsi
Nama Nrp
: Keragaan Usaha Industri Pengolahan Kayu Rakyat di Kabupaten Cianjur (Studi Kasus di Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Tanggeung) : Anita Hafsari Rufaidah : E14050716
Menyetujui: Dosen Pembimbing,
Prof. Dr. Ir. Hardjanto, MS NIP. 19550606 198103 1 008
Mengetahui: Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr NIP. 19611126 198601 1 001
Tanggal Lulus
:
UCAPAN TERIMA KASIH Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: Keragaan Usaha Industri Pengolahan Kayu Rakyat di Kabupaten Cianjur (Studi Kasus di Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Tanggeung). Penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1.
Kedua orang tua, kakak, adik dan keluarga besar KH. A. Zuhro, atas air mata, harapan, semangat, motivasi, tenaga dan kasih sayang yang diberikan.
2.
Bapak Prof. Dr. Ir. Hardjanto, MS selaku dosen penguji atas bimbingan, doa dan nasehat yang selalu diberikan, selama penulis menyelesaikan skripsi.
3.
Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, MS selaku dosen penguji dari Departemen Hasil Hutan atas masukan yang telah diberikan.
4.
Dr. Ir. Yanto Santosa DEA selaku dosen penguji dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, atas masukan yang telah diberikan.
5.
Dr. Ir. Ulfah Juniarti Siregar M.Agr selaku dosen penguji dari Departemen Silvikultur, atas masukan yang telah diberikan.
6.
Dr. Ir. Bahruni, MS dan Dr. Ir. Naresworo Nugroho, MS atas masukan, arahan dan motivasi yang selalu diberikan.
7.
Bapak/Ibu Dosen Fakutas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, atas ilmu yang telah diberikan, semoga dapat menjadi berkah dan bermanfaat untuk kita semua.
8.
Dinas Perhutanan dan Konservasi Tanah (PKT) Kabupaten Cianjur atas segala bantuan dan bimbingannya dilapangan.
9.
Pemerintah Kabupaten Cianjur terutama Pemerintah Kecamatan Tanggeung dan Kecamatan Cibinong atas kesempatan yang telah diberikan untuk melaksanakan penelitian.
10. Tim Administrasi dan Jaminan Mutu Pendidikan (AJMP) dan Komisi Pendidikan Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor atas fasilitas dan pelayanan yang telah diberikan. 11. Azam Maulana atas perhatian, pegertian, motivasi dan kesabarannya sehingga semua dapat berjalan sesuai dengan harapan. 12. Feri Isnu Sugih atas masukan yang telah diberikan.
13. Keluarga besar Bapak Obar dan keluarga besar Bapak Kidi Nursidi atas bantuannya sehingga kegiatan penelitian dapat berjalan dengan lancar. 14. Teman seperjuangan: Anne Ratnanigrum, Septi Widiyanti dan Achmad Rafiqul Umam atas kerjasama, bantuan dan dukungannya, semoga persahabatan kita akan tetap terjaga. 15. Keluarga
besar
Departemen
Manajemen
Hutan
angkatan
42
atas
persahabatan, bantuan dan dukungannya. Serta para pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis haturkan banyak terimakasih. Akhir kata semoga Alloh SWT dapat membalasnya dengan pahala yang belipat ganda di kemudian hari.
i
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi, yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana kehutanan di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor (IPB). Tulisan ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada industri kayu rakyat, yang berada di Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Tanggeung selama satu bulan. Penelitian ini berjudul Keragaan Usaha Industri Pengolahan Kayu Rakyat di Kabupaten Cianjur (Studi Kasus di Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Tanggeung), bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai karakteristik industri kayu rakyat, ditinjau dari jenis dan bentuk, permodalan, ketenagakerjaan, kontinuitas bahan baku dan kontinuitas produksi serta margin keuntungan industri pengolahan kayu rakyat menurut sortimen dan waktu. Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan, namun demikian hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan dalam pengambilan kebijakan dan pengembangan industri kayu rakyat. Selain itu diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan menjadi sumbangan bagi ilmu pengetahuan tentang hutan rakyat.
Bogor, Oktober 2009 Penulis
ii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 29 oktober 1986 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Asep Sunarsa Surya Prayoga, BA dan Siti Juariah. Kakak kandung bernama Fauziah Fitriyani Angesti dan adik kandung bernama Angie Rahmaliasari Fajrin. Pada tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Cimahi dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih Program Studi Mayor Manajemen Hutan, Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan dan Program Studi Minor Komunikasi, Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi dan kegiatan kemahasiswaan yakni sebagai bendahara Organisasi Mahasiswa Daerah Bandung
(OMDA
PAMAUNG)
tahun
2005-2006,
sekretaris
Organisasi
Mahasiswa Daerah Bandung (OMDA PAMAUNG) tahun 2006-2007, sekretaris Kelompok Studi Media Informasi Komunikasi dan Hubungan Luar Forest Management Student Club (FMSC) tahun 2006-2007, bendahara Suksesi Ketua Forest Management Student Club (FMSC) tahun 2006-2007, bendahara Suksesi Ketua Forest Management Student Club (FMSC) tahun 2008-2009, anggota Lembaga Pemantau Pemilihan Raya Fakultas Kehutanan IPB 2008-2009, seksi acara Seminar Hutan Tanaman Rakyat tahun 2007, asisten praktikum Mata Kuliah Pemanenan Hutan tahun 2009 dan asisten pelatih Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tarung Derajat Satuan Latihan IPB sampai sekarang. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Keragaan Usaha Industri Pengolahan Kayu Rakyat di Kabupaten Cianjur (Studi Kasus di Kecamatan Cibinong Dan Kecamatan Tanggeung) di bawah bimbingan oleh Prof. Dr. Ir. Hardjanto, MS.
iii
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ……………………………………………..
i
RIWAYAT HIDUP ………………………………………………...
ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………….
iii
DAFTAR TABEL ………………………………………………….
v
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………
vii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………….
viii
I
II
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……………………………………………
1
1.2 Perumusan Masalah ……………………………………….
2
1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………….
5
1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………...
5
1.5 Ruang Lingkup Batasan Penelitian ……………………….
5
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Rakyat 2.1.1 Definisi Hutan Rakyat ……………………………….
7
2.1.2 Karakteristik Hutan Rakyat ………………………….
9
2.1.3 Peranan Hutan Rakyat ……………………………….
11
2.2 Industri Kayu Rakyat
III
2.2.1 Pengertian Industri Kayu Rakyat ……………………
12
2.2.2 Pengelompokan Industri …………………………….
12
2.2.3 Ekonomi Pengolahan Kayu Rakyat …………………
14
2.2.4 Manfaat Industri Kayu Rakyat ………………………
19
METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian …………………………….
20
3.2 Alat dan Objek Kajian ……………………………………
20
3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Metode Pengambilan Contoh ………………………..
20
3.3.2 Metode Pegumpulan Data …………………………...
21
3.3.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data ……………
22
iv
IV
V
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas ……………………………………………
23
4.2 Sarana dan Prasarana ……………………………………...
23
4.3 Kondisi Industri Kayu Rakyat …………………………….
24
4.4 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat ……………………..
24
HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Industri Kayu Rakyat 5.1.1 Jenis dan Bentuk Industri Kayu Rakyat ……………..
26
5.1.2 Modal dan Sumber Modal …………………………..
33
5.1.3 Ketenagakerjaan dan Sistem Upah ………………….
36
5.1.4 Kondisi dan Lokasi Tempat Usaha ………………….
39
5.1.5 Kontinuitas Industri
VI
a. Kontinuitas Bahan Baku ………………………….
42
b. Kontinuitas Produksi ……………………………..
50
5.2 Margin Keuntungan Industri Kayu Rakyat ……………….
60
KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan ………………………………………………..
64
6.2 Saran ………………………………………………………
64
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………
65
LAMPIRAN ………………………………………………………..
68
v
DAFTAR TABEL
No. 1. Letak dan luas kecamatan yang dijadikan lokasi penelitian …. 2.
Halaman 23
Komposisi dan jumlah penduduk di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung …………………………………………………….
24
Tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung …………………………………………………….
24
Jenis dan bentuk industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung ………………………………………………..
26
Modal rata-rata industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung ………………………………………………..
34
Jumlah tenaga kerja industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung ……………………………………..
37
Sistem upah industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung …………………………………………………….
38
Jenis bahan baku yang digunakan oleh industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung ………………………...
42
Bentuk bahan baku yang digunakan pada industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung ……………………...
42
10.
Cara pembelian dan pembayaran bahan baku industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung ………………
49
11.
Kapasitas produksi industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung ……………………………………..
51
Waktu produksi industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung ………………………………………………..
52
Jenis produk yang dihasilkan oleh industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung ………………………...
53
14.
Harga jual rata-rata bahan baku palet …………………………
55
15.
Harga jual rat-rata perkakas kayu bangunan ………………….
56
16.
Harga jual produk mebel di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung …………………………………………………….
57
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
12.
13.
vi
17.
18.
19.
20.
Harga jual produk palet di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung …………………………………………………….
58
Harga jual produk kusen di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung …………………………………………………….
58
Tujuan penjualan produk industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung ……………………………………..
59
Keuntungan produk industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung ……………………………………..
60
vii
DAFTAR GAMBAR No. 1.
Halaman Bentuk industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung …………………………………………………..
31
Sumber perolehan modal industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung ……………………………………
35
Kondisi tempat usaha industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung ……………………………………
40
4.
Skema pengadaan bahan baku industri kayu rakyat ………...
45
5.
Asal bahan baku kayu industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung ……………………………………
47
2.
3.
viii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman 1. Nama dan alamat industri kayu rakyat yang berada di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung ………………………... 69 2.
Modal dan sumber modal industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung ……………………………………..
70
Modal rata-rata untuk setiap industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung ………………………...
70
Kondisi dan lokasi tempat usaha industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung ………………………..
72
Asal bahan baku baku industri kayu rakyat yang digunakan di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung ………………………...
73
6.
Harga beli bahan baku ………………………………………...
74
7.
Harga jual produk hasil olahan ……………………………….
75
8.
Contoh perhitungan keuntungan industri penggergajian untuk produk bahan baku palet di Kecamatan Cibinong ……………
77
Contoh perhitungan keuntungan industri penggergajian untuk produk bahan baku palet di Kecamatan Tanggeung ………….
78
Contoh perhitungan keuntungan industri penggergajian untuk produk balok di Kecamatan Cibinong ………………………...
79
Contoh perhitungan keuntungan industri penggergajian untuk produk balok di Kecamatan Tanggeug ……………………….
80
Contoh perhitungan keuntungan industri penggergajian untuk produk kaso di Kecamatan Cibinong ………………………...
81
Contoh perhitungan keuntungan industri penggergajian untuk produk kaso di Kecamatan Tanggeug ……………………….
82
Contoh perhitungan keuntungan industri penggergajian untuk produk papan di Kecamatan Tanggeug ……………………….
83
3.
4.
5.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Contoh perhitungan keuntungan untuk produk palet di Kecamatan Pagelaran …………………………………………
84
ix
16.
Contoh perhitungan keuntungan untuk produk palet di Kecamatan Tanggeung ………………………………………..
85
17.
Contoh perhitungan keuntungan untuk produk mebel ……….
86
18
Dokumentasi penelitian ……………………………………….
87
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luasan hutan alam di Indonesia setiap tahun kini semakin berkurang. Pasokan kayu dari hutan alam untuk kebutuhan industri dan masyarakat mengalami penurunan dan tidak akan mampu lagi berfungsi sebagai pemasok utama kebutuhan industri. Kekurangan pasokan kayu dari hutan alam di masa depan, diharapkan berasal dari Hutan Tanaman Industri (HTI), Hutan Tanaman Rakyat (HTR), Hutan Rakyat (HR) dan perkebunan. Hutan rakyat sebagai salah satu alternatif pemasok kayu, memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan, guna memenuhi kebutuhan permintaan pasar lokal dan industri. Pengusahaan hutan rakyat, saat ini masih bersifat tradisional, sehingga pengusahaan hutan rakyat, mencakup kegiatan: produksi, industri, pemasaran dan kelembagaan belum dilaksanakan secara optimal. Untuk mengoptimalkan kebutuhan pasar akan kayu rakyat, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan sektor industri kayu rakyat. Industri merupakan salah satu sektor sasaran pembangunan. Sektor industri dapat memberikan keuntungan yang besar bagi pembangunan. Hal ini terbukti dari proses industrialisasi, sejak dicanangkannya program Pembangunan Lima Tahun (PELITA) pada tahun 1969 di Indonesia, dimana produk industri berkontribusi besar pada pembentukan angka Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 20,96 persen dibandingkan dengan sektor pertanian. Selama masih ada keinginan manusia untuk merubah industri tradisional menjadi industri moderen, maka sektor industri akan tetap berkembang dan kontribusi industri akan terus dapat dipertahankan hingga masa yang akan datang (Departemen Perindustrian 1982). Begitu pun juga dengan industri di sektor kehutanan, khususnya industri kayu rakyat, diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pembangunan ekonomi masyarakat. Industri kayu rakyat memiliki peran penting dalam pengembangan ekonomi, terutama pengembangan ekonomi pedesaan. Industri kayu rakyat tidak hanya berfungsi untuk meningkatkan nilai kayu, akan tetapi dapat menciptakan lapangan
2
pekerjaan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Manfaat lain dengan adanya industri kayu rakyat diharapkan akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Dalam perdagangan kayu rakyat, industri kayu rakyat memegang peran sebagai penyerap hasil kayu rakyat, yang dihasilkan oleh petani dan sebagai penyedia bahan baku yang dapat di konsumsi langsung oleh masyarakat. Cianjur Selatan salah satu wilayah yang memiliki potensi cukup besar untuk dikembangkan sebagai industri kayu rakyat. Berdasarkan data dari dinas Perhutanan dan Konservasi Tanah (PKT) Cianjur Selatan tahun 2008, sedikitnya terdapat 5 kecamatan yang memiliki potensi kayu rakyat terbesar yaitu Kecamatan Cibinong, Tanggeung, Leles, Agrabinta dan Kecamatan Sukanagara. Akan tetapi keberadaan potensi ini sedikit di lirik oleh sebagian kalangan masyarakat Cianjur. Masyarakat Cianjur lebih tertarik kepada industri agrowisata, kerajian rumah tangga dan perdagangan. Hal ini dapat dimengerti mengingat penyebaran penduduk Cianjur lebih terpusat di daerah perkotaan yaitu daerah Cianjur Utara dan Cianjur Tegah. Sementara Cianjur Selatan memiliki jumlah penduduk yang paling sedikit. Dengan demikian pengembangan potensi ekonomi kecamatan di wilayah selatan mengalami kendala untuk dikembangkan, antara lain karena penduduknya
masih
jarang
dan
terpencar
sehingga
secara
ekonomis
pengembangan industri kayu rakyat dianggap kurang menguntungkan. Terjadinya kesenjangan penyebaran peduduk secara geografis dimungkinkan berkaitan dengan faktor daya tarik wilayah dengan aspek ekonomi serta tempat tinggal yang memadai (http://cianjurkab.go.id/). Industri kayu rakyat di Cianjur Selatan perlu dikembangkan agar dapat meningkatkan perekonomian rakyat dan pendapatan daerah. Mengingat sangat pentingnya peran industri kayu rakyat bagi masyarakat, maka perlu dilakukan suatu penelitian yang dapat memberikan gambaran mengenai keadaan industri kayu rakyat di suatu daerah, agar dapat tercipta suatu kondisi pengusahaan hutan rakyat yang berazaskan kelestarian.
1.2 Perumusan Masalah Bedasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Rusmawan (1993) tentang Peta Industri Kayu Rakyat di Jalur Bogor-Jasinga, industri kayu rakyat tergolong
3
ke dalam industri kecil. Industri kecil ini pada umumnya memiliki ciri-ciri: (1) Pola kegiatan yang tidak teratur baik dari segi waktu, pemodalan dan penerimaan; (2) Kurang tersentuhnya peraturan pemerintah; (3) Modal peralatan, perlengkapan dan pendapatan umumnya kecil; (4) Umumnya dilakukan oleh masyarakat pedesaan yang berpendapatan rendah; (5) Tidak membutuhkan keahlian atau keterampilan khusus; (6) Jumlah tenaga kerja yang sedikit dan umumnya berasal dari keluarga dan (7) Tidak mengenal sistem perbankkan. Kondisi tersebut dapat menimbulkan berbagai macam permasalahan. Industri kayu rakyat memiliki beberapa masalah, masalah tersebut diantaranya adalah pemodalan, bahan baku, pemasaran dan persaingan pasar. Modal merupakan penghalang utama industri kecil khususnya industri kayu rakyat untuk mengembangkan usaha. Modal menentukan besar kecilnya dan jenis industri kayu rakyat yang diusahakan. Keterbatasan modal dapat berakibat pada tersendatnya proses produksi produk dan keberlangsungan usaha, mengingat mahalnya harga bahan baku yang harus dibeli. Industri kayu rakyat membutuhkan modal yang sangat besar dan sayangnya masih sedikit para pengusaha yang memanfaatkan fasilitas kredit dari bank. Dewasa ini jumlah industri kayu rakyat yang menggunakan modal sendiri lebih banyak dibandingkan dengan modal pinjaman, kondisi ini kurang menguntungkan bagi perkembangan industri. Masih ada sedikitnya pengusaha kayu rakyat yang memanfaatkan fasilitas kredit dari bank, hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan para pengusaha, dalam hal syarat-syarat yang dibutuhkan dalam
proses kredit. Modal menentukan jenis
industri yang dikembangkan contohnya industri penggergajian membutuhkan modal lebih besar dibandingkan dengan industri mebel, karena pada industri penggergajian membutuhkan modal besar untuk pembelian mesin gergaji, yang harganya relatif mahal. Permasalahan dari sisi bahan baku adalah mengenai kontinuitas sediaan bahan baku. Bahan baku merupakan faktor penting karena dengan tidak adanya bahan baku maka setiap perusahaan tidak dapat menjalankan produksinya. Ketersediaan bahan baku sangat bergantung kepada volume produksi, jenis bahan baku yang digunakan serta lokasi pembelian. Permintaan akan kayu hasil industri kayu rakyat semakin meningkat, sehingga diperlukan bahan baku yang lebih
4
banyak. Sementara luasan hutan rakyat masih sangat terbatas, mengingat lahan yang digunakan untuk areal hutan adalah lahan milik, akibatnya jika tidak dikelola secara lestari maka bahan baku pun menjadi sulit diperoleh. Kesulitan memperoleh bahan baku dapat meningkatkan harga jual bahan baku kayu sehingga pemilik usaha membutuhkan modal besar untuk memiliki bahan baku. Minimya pengetahuan petani tentang informasi mengenai potensi dan kualitas bahan baku menjadi kendala tersendiri bagi industri kayu rakyat, hal ini penting untuk memenuhi persyaratan mutu bahan baku. Jika persyaratan mutu bahan baku telah
terpenuhi
oleh
suatu
wilayah
tertentu,
berarti
peluang
untuk
mengembangkan industri akan sangat besar. Lokasi pembelian bahan baku yang jauh dari lokasi industri dapat menimbulkan besarnya biaya angkut dan harga bahan baku. Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku, membuat industri harus mematok harga jual tinggi. Faktor lain yang sangat penting terkait dengan bahan baku adalah kegiatan produksi, kegiatan ini sangat berpengaruh terhadap jenis sortimen dan rendemen yang dihasilkan. Untuk menghasilkan sortimen dengan rendemen besar, agar limbah yang terbuang sedikit, diperlukan keahlian khusus dalam pemotongan sortimen supaya dapat menghasilkan produk berkualitas tinggi. Kendala yang dihadapi saat ini adalah keahlian dan pemahaman yang kurang tentang ini. Banyaknya industri rakyat yang bermunculan menimbulkan semakin ketatnya persaingan. Persaingan tidak hanya terjadi antara sesama industri kayu rakyat, tetapi juga dengan industri besar. Persaingan dengan industri besar umumnya masih bisa diatasi karena biasanya berada jauh di luar kota. Persaingan besar terjadi antara sesama industri kayu rakyat, terlebih lagi dengan banyak munculnya pengusaha-pengusaha kayu rakyat “dadakan”. Persaingan tersebut dalam hal pengadaan bahan baku, kualitas produk yang dihasilkan dan persaingan dalam mencari peluang pasar. Banyaknya masalah yang dihadapi oleh industri kayu rakyat tersebut dapat berakibat pada berkurangnya jumlah output yang dihasilkan, dengan kata lain pendapatan dan kesejahteraan masyarakat akan berkurang.
5
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Memberikan gambaran mengenai karakteristik industri kayu rakyat yang berada di Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Tanggeung. 2. Mengetahui margin keuntungan industri menurut sortimen dan waktu.
1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak-pihak yang terkait meliputi : 1. Instansi yang terkait dengan industri kayu rakyat dalam mengambil kebijakan-kebijakan perekonomian industri kayu rakyat. 2. Pengusaha kayu rakyat dalam mengembangkan usahanya. 3. Investor yang ingin berinvestasi pada sektor industri kayu rakyat. 4. Bagi
penulis
mampu
menerapkan
dan
mengembangkan
ilmu
pengetahuan yang telah diperoleh selama ini. 5. Bagi peneliti dan pemerhati yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai industri kayu rakyat dan hal lain yang berhubungan dengan industri kayu rakyat.
1.5 Ruang Lingkup Batasan Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah industri kayu rakyat di wilayah Cianjur Selatan, yaitu industri kayu rakyat meliputi: industri pengergajian, mebel, kusen, palet dan industri jasa penggergajian yang terdapat di Kecamatan Tanggeung dan Kecamatan Cibinong. Penelitian
ini
tidak
memberikan
gambaran
semua
faktor
yang
mempengaruhi industri kayu rakyat, akan tetapi hanya menggambarkan beberapa faktor yang dianggap dominan berdasarkan landasan teori, penelitian-penelitian yang telah dilaksanakan dan ketersediaan data. Beberapa faktor yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah karakteristik industri kayu rakyat meliputi: jenis dan bentuk industri, permodalan, ketenagakerjaan, kontinuitas bahan baku industri (jenis, jumlah, bentuk, cara pembelian/penjualan, asal bahan baku), kontinuitas
6
produksi (kapasitas produksi, alat produksi, waktu produksi, jumlah produk, hasil produk, harga jual dan tujuan penjualan) dan margin keuntungan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hutan Rakyat 2.1.1 Definisi Hutan Rakyat Hutan merupakan masyarakat tumbuhan yang dikuasai oleh pohon-pohon yang mempunyai keadaan lingkugan yang berbeda dengan kedaan di luar hutan dan membentuk suatu ekosistem. Undang-Undang Pokok kehutanan No.5 tahun 1967, membagi hutan menjadi dua yaitu hutan negara dan hutan milik. Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani atas hak milik, sedangkan hutan milik adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani atas hak. Pengertian hutan tersebut merupakan dasar bagi pendefinisian hutan rakyat selanjutnya. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No.P.03/MENHUTV/2004 dan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.49/Kpts-II/1997, hutan rakyat dapat didefinisikan sebagai berikut : Menurut Peraturan Mentri Kehutanan No.P.03/MENHUT-V/2004 lampiran satu bagian lima tentang Pedoman Pembuatan Tanaman Hutan Rakyat Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan, pengertian hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani atas hak milik maupun hak lainnya dengan ketentuan luas minimum 0,25 hektar, penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan dan tanaman lainnya lebih dari 50 % . Sedangkan Menurut Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.49/Kpts-II/1997 tentang Pendanaan dan Usaha Hutan Rakyat, pengertian hutan rakyat adalah hutan yang dimiliki oleh rakyat dengan luas minimal 0,25 hektar dengan penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan dan atau jenis lainnya lebih dari 50 % serta tanaman sebanyak minimal 500 tanaman tiap hektar. Pengertian hutan rakyat di atas, meskipun kuat secara hukum akan tetapi dalam kenyataannya, pengertian tentang hutan rakyat sendiri dapat berbeda-beda, hal ini tergantung kepada lawas yang diberikan terhadap batasan hutan rakyat. Secara umum hutan rakyat merupakan hutan yang tumbuh diatas lahan milik. Berhubungan dengan hal tersebut di atas Balai Informasi Pertanian (BIP) dalam Setiawan (1995), menyebutkan bahwa hutan rakyat adalah hutan yang dimiliki oleh rakyat (dibebani hak), baik secara perseorangan, kelompok maupun suatu
8
badan hukum. Kemudian ditambahkan pula bahwa hutan rakyat adalah hutan buatan, bukan hutan alam dan berada di luar kawasan hutan negara. Definisi lain pun mulai bermunculan, seiring dengan perkembangan hutan rakyat selama ini. Terdapat definisi yang menyebutkan bahwa, hutan rakyat adalah hutan-hutan yang dibangun dan dikelola oleh rakyat, hampir seluruhnya berada di atas tanah milik atau tanah adat, meskipun ada pula yang berada di atas tanah negara atau kawasan hutan negara. Ada beberapa macam hutan rakyat menurut status tanahnya, diantaranya: a). Hutan milik, yakni hutan rakyat yang dibangun di atas tanah-tanah milik. Merupakan model hutan rakyat yang paling umum, terutama di Pulau Jawa. Luasnya bervariasi mulai dari seperempat hektar atau kurang, sampai sedemikian luas sehingga bisa menutupi seluruh desa dan bahkan melebihinya. b). Hutan adat atau dalam bentuk lain hutan desa adalah hutan-hutan rakyat yang dibangun di atas tanah komunal, biasanya juga dikelola untuk tujuan-tujuan bersama atau untuk kepentingan komunitas setempat. c). Hutan kemasyarakatan (HKm) adalah hutan rakyat yang dibangun di atas lahan-lahan milik negara, khususnya di atas kawasan hutan negara. Hak pengelolaan atas bidang kawasan hutan diberikan kepada sekelompok warga masyarakat, biasanya berbentuk kelompok tani hutan atau koperasi. Model HKm jarang disebut sebagai hutan rakyat dan umumnya dianggap terpisah (Anonim 2009). Dirjen Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan Departemen Kehutanan, tidak ketinggalan untuk mendefinisikan hutan rakyat, seperti yang tertuang
dalam
Winarno (2008), pengertian hutan rakyat adalah suatu lapangan yang berada di luar kawasan hutan negara yang bertumbuhan pohon-pohonan sedemikian rupa sehingga secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta lingkungan yang kepemilikannya berada pada rakyat. Secara lebih spesifik, Winarno (2008) pun mendefinisikan pengertian hutan rakyat di luar jawa, menurut beliau hutan rakyat adalah lahan yang dimiliki rakyat dan di luar konsesi tersebut, dibebani hak milik atau hak lainnya, termasuk hutan produksi yang dapat dikonversi untuk dikelola secara intensif dan didominasi oleh tanaman kayukayuan yang dikerjakan secara perorangan, kelompok atau badan hukum.
9
Keragaman definisi hutan rakyat yang ada selama ini, tidak mempengaruhi tujuan utama dari hutan rakyat yaitu untuk menghasilkan kayu rakyat. Hasil utama dari hutan rakyat tersebut sering dijadikan kajian. Kayu rakyat sendiri merupakan komoditas ekonomi yang berasal dari hutan rakyat, berupa pepohonan berkayu yang ditanam penduduk. Kayu rakyat dibatasi pada bentuk pemanfaatan sebagai kayu berdiri, kayu bulat dan kayu gergajian (Setiadi 2002).
2.1.2 Karakteristik Hutan Rakyat Penelitian mengenai karakteristik hutan rakyat, dewasa ini semakin berkembang hal ini sejalan degan kebutuhan akan konsumsi kayu yang semakin meningkat. Menurut Winarno (2008), secara umum terdapat beberapa karakteristik hutan rakyat antara lain : 1) Luas lahan rata-rata yang dikuasai sempit. 2) Pada umumnya petani berlahan sempit menanam kayu-kayuan dengan tanaman lainnya dengan pola tumpangsari, campuran agroforestry, sedangkan petani berlahan luas yang komersil memungkinkan pengembangan hutan rakyat dengan sistem monokultur. 3) Tenaga kerja yang digunakan berasal dari dalam keluarga. 4) Skala usaha kecil 5) Kontinuitas dan mutu kayu kurang terjamin. 6) Beragamnya jenis tanaman dengan daur yang tidak menentu. 7) Kayu dalam hutan rakyat tidak diposisikan sebagai andalan pendapatan rumah tangga petani tetapi dilihat sebagai ”tabungan” yang segera dapat dijual pada saat dibutuhkan. 8) Teknik silvikultur sederhana dan memungkinkan pengembangan dengan biaya rendah, meskipun hasilnya kurang optimal. Namun kontinuitas hasil dalam horizon waktu dan penyebaran resiko menjadi pilihan petani. 9) Keputusan pemanfaatan lahan untuk hutan rakyat seringkali merupakan pilihan terakhir apabila pilihan lainnya tidak memungkinkan.
10
10) Kayu tidak memberikan hasil cepat, bukan merupakan komoditi konsumsi sehari-hari, membutuhkan waktu lama sehingga pendapatan dari kayu rakyat merupakan pendapatan sampingan dalam pendapatan rumah tangga petani. 11) Usaha hutan rakyat merupakan usaha yang tidak pernah besar tetapi tidak pernah mati. 12) Instansi dan organisasi yang terlibat dalam pengelolaan hutan rakyat cukup banyak tetapi tidak ada satupun yang bertanggung jawab penuh atas kelangsungan hutan rakyat. 13) Perundangan, kebijakan, tata nilai, tata prilaku dan sebagainya belum optimal mendukung pengembangan hutan rakyat. Karakteristik hutan rakyat menurut Winarno merupakan karakteristik hutan rakyat yang umum digunakan untuk mengenal hutan rakyat. Karakteristik hutan rakyat juga dapat ditinjau dari cara pengelolaannya, hal ini dapat dilihat dari hasil kajian yang dilakukan oleh Martin et al (2003) dalam Winarno (2008) mengenai status perkembangan hutan rakyat di Propinsi Sumatera Selatan (Sumsel). Martin mengungkapkan bahwa terdapat 3 (tiga) pola pengelolaan hutan rakyat yang berkembang di Sumatera Selatan yaitu : (a) Hutan rakyat tradisional yaitu hutan rakyat yang dikembangkan secara turun-temurun oleh beberapa kelompok masyarakat asli di Sumatera Selatan, seperti kebun bambang dan benuaran durian di Kabupaten Lahat, kebun duku di Kabupaten OKI, OKU, Lahat, Muara Enim dan MUBA. Ciri utama hutan rakyat tradisional adalah menggunakan jenis tanaman dan teknik budidaya yang diwariskan turun menurun; (b) Hutan rakyat komersial yaitu hutan rakyat yang berkembang karena adanya komersialisasi jenis atau termotivasi oleh gambaran keuntungan yang akan di dapat pada masa panen, misalnya hutan rakyat jati yang tersebar di Kabupaten OKI, Musi Rawas dan Lahat. Ciri utama hutan rakyat komersial adalah menggunakan jenis tanaman preferensi pemilik lahan dan dengan teknik budidaya yang intensif; (c) Hutan rakyat kemitraan merupakan pola hutan rakyat yang dikembangkan atau diinisiasi oleh suatu badan usaha kehutanan. Masyarakat pemilik lahan hanya menyediakan areal yang diperuntukkan untuk pembangunan hutan rakyat. Sementara perusahaan (mitra) menyiapkan pendanaan, jenis tanaman dan teknik budidaya.
11
Karakteristik hutan rakyat selain dapat ditinjau dari cara pengelolaannya juga dapat dilihat dari tipe pola tanamnya. Tipe hutan rakyat menurut Anonim (2009) terdiri dari tiga yaitu: a) Tipe Pekarangan, sistem pengaturan tanaman yang terang dan baik, serta biasanya berada di sekitar rumah; b) Talun, mempunyai ukuran yang sedikit luas, penanaman pohon sedikit rapat; c) Kebun campuran, cenderung lebih homogen dengan satu jenis tanaman pokok dan berbagai jenis tanaman herba. Keberagaman karakteristik tersebut dapat lebih memperkaya kemajuan hutan rakyat. Dengan mengkaji karakter-karakter tersebut di atas, selanjutnya karakteristik hutan rakyat dapat disimpulkan sebagai berikut: Hutan rakyat di Jawa mempunyai karakteristik yang berbeda baik dari segi budidaya maupun status kepemilikannya dibandingkan dengan di luar Jawa. Budidaya dan manajemen pengelolaan hutan rakyat di Jawa relatif lebih intensif dan lebih baik dibandingkan dengan luar Jawa. Disamping
itu juga status
kepemilikan lahan dengan tata-batas yang lebih jelas serta luas lahan yang sangat sempit dan kondisi-kondisi lain seperti pasar, informasi dan aksesibilitas yang relatif lebih baik (Darusman & Hardjanto 2006). 2.1.3 Peranan Hutan Rakyat Hutan rakyat dikenal juga dengan istilah “Farm Forestry”. Huran rakyat ada yang bersifat substansi dan komersial, hal ini bergantung kepada tujuan yang ingin dicapai. Keberadaan hutan rakyat ini adalah untuk merangsang usaha tani kayu (Tree farming), di tengah masyarakat substansi dalam rangka meningkatkan manfaat bagi masyarakat (Awang 2004). Dalam meningkatkan manfaat bagi masyarakat, hutan rakyat memiliki banyak peran. Peran tersebut sama halnya dengan peran hutan pada umumnya, yaitu: Penyediaan lapangan kerja, sumber kayu dan hasil hutan lainnya serta pelindung tanah dari bahaya erosi. Selanjutnya dalam Lembaga Penelitian IPB (1986) dijelaskan pula bahwa, peran hutan rakyat bagi masyarakat adalah : 1) Meningkatkan pendapatan masyarakat 2) Memanfaatkan secara maksimal dan lestari lahan-lahan tidak produktif
12
3) Meningkatkan produksi kayu bakar 4) Menyediakan bahan baku industri dan bangunan 5) Membantu mempercepat usaha rehabilitasi lahan kritis 6) Menghasilkan hasil hutan lainnya (Buah-buahan, umbi-umbian, obatobatan, sayuran dan pakan ternak)
2.2 Industri Kayu Rakyat 2.2.1 Pengertian Industri Kayu Rakyat Industri merupakan suatu usaha yang melakukan kegiatan mengubah bahan mentah menjadi barang jadi/setengah jadi atau kegiatan mengubah barang yang kurang bernilai menjadi barang yang bernilai tinggi (Dewi 2008). Pengertian industri tersebut, merupakan pengertian industri secara sederhana. Secara lengkap Badan Pusat Statistik (1984), menyebutkan industri sebagai suatu unit atau kesatuan produksi yang terletak pada suatu tempat tetentu dan melakukan kegiatan untuk mengubah barang-barang, baik secara mekanis atau tidak, menjadi produk baru yang sifatnya lebih dekat dengan konsumen akhir. Berdasarkan pengertian tersebut di atas, industri kayu rakyat dapat didefinisikan sebagai suatu usaha yang melakukan kegiatan mengubah kayu rakyat menjadi barang jadi/setengah jadi baik secara mekanis atau tidak, untuk menjadi suatu barang yang bernilai. Salah satu jenis industri kayu rakyat yang dapat diusahakan adalah industri penggergajian. Penggergajian merupakan proses konversi paling primitive dibandingkan dengan konversi lain, yaitu industri plywood. Industri Penggergajian adalah suatu kegiatan yang merubah log kayu rakyat menjadi kayu gergajian seperti balok, papan dan kaso (Rusnawan 1993).
2.2.2 Pengelompokan Industri Industri di Indonesia secara umum dapat dikelompokan berdasarkan jumlah tenaga kerja, cara pengolahan, modal dan hasil serta pemasaran produknya. Pengelompokan tersebut dapat dirincikan sebagai berikut :
13
Industri menurut Badan Pusat Statistik dalam Dewi (2008). Jika dilihat dari jumlah tenaga kerja yang aktif dapat dikelompokan menjadi empat kelompok yakni : 1) Industri Besar Industri besar adalah perusahaan industri yang memiliki tenaga kerja berjumlah lebih dari 100 orang tenaga kerja. 2) Industri Sedang/Menengah Industri sedang/menengah adalah perusahaan industri yang memiliki tenaga kerja berjumlah antara 20-100 orang tenaga kerja. 3) Industri Kecil Industri kecil adalah perusahaan industri yang memiliki tenaga kerja berjumlah antara 5-19 orang tenaga kerja. 4) Industri Kerajinan Industri kerajinan adalah perusahaan industri yang memiliki tenaga kerja berjumlah antara 1-4 orang tenaga kerja. Badan Pusat Statistik dalam Dewi (2008), selanjutnya menambahkan bahwa jika dilihat dari cara pengolahannya, industri dapat dikelompokan ke dalam dua jenis industri, yaitu industri migas dan nonmigas. Industri migas terdiri dari industri pengilangan minyak dan gas bumi serta industri gas alam cair. Industri nonmigas teridiri dari : 1) Industri makanan, minuman dan tembakau 2) Industri tekstil, barang kulit dan alas kaki 3) Industri kayu dan hasil hutan lainnya 4) Industri kertas dan barang cetakan 5) Industri pupuk, kimia dan karet 6) Industri semen dan barang galian bukan logam 7) Industri logam dasar besi dan baja 8) Indutri alat angkutan, mesin dan peralatan
Industri berdasarkan modal dan hasil yang dimiliki, menurut UndangUndang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah pasal 6 terdiri dari:
14
1) Usaha Mikro a. Memiliki kekayaan paling banyak Rp.50.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300.000.000,-. 2) Usaha Kecil a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.50.000.000-Rp.500.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300.000.000Rp.2.500.000.000. 3) Usaha Menengah a. Memiliki
kekayaan
bersih
lebih
dari
Rp.500.000.000-
Rp.10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.2.500.000.000Rp.50.000.000.000. Berdasarkan pemasaran produk, industri terdiri dari (Departemen Perindustrian 1982) : 1) Industri penghasil produk bagi industri menengah dan besar 2) Industri penghasil barang-barang jadi untuk pasaran umum 3) Industri yang membuat barang-barang bercitra seni, umumnya di lingkungan pariwisata 4) Industri pedesaan yang memberi jasa dan membuat barang untuk pasaran terbatas di wilayah pedesaan
2.2.3 Ekonomi Pengolahan Kayu Rakyat Industri kayu rakyat memegang peran penting dalam kegiatan perdagangan kayu rakyat. Hal ini dikarenakan industri kayu rakyat berfungsi sebagai pembeli kayu rakyat pada tingkat kedua dan juga sebagai penyedian bahan baku kayu rakyat atau bahan jadi yang dapat langsung dikonsumsi oleh konsumen (Rusmawan 1993). Kemajuan di bidang industri secara global menyebabkan peningkatan industri kayu rakyat. Permintaan akan produk kayu rakyat dari hari-kehari kian meningkat. Berdasarkan ekonomi mikro kayu rakyat telah memiliki daya guna
15
tinggi sehingga dapat memberikan kepuasan kepada konsumen (Sudarsono 1995). Adanya permintaan tesebut diiringi dengan adanya suatu penawaran. Penawaran dan permintaan akan produk kayu rakyat dapat membentuk harga produk kayu rakyat, yang selanjutnya dapat menciptakan pasar. Menurut Hardjanto (2003), permintaan industri kayu rakyat dapat berasal dari pasar lokal, industri menengah dan industri besar. Permintaan pasar akan kayu rakyat bagi industri, dapat digunakan sebagai acuan dalam merencanakan produksi atau penyediaan barang. Dalam perencanaan tersebut, seorang pengusaha harus dapat memprediksikan biaya-biaya yang dibutuhkan, untuk memenuhi permintaan konsumen agar dapat memperoleh keuntungan yang maksimal (Sudarsono 1995). Permintaan pasar ini dipengaruhi oleh struktur pasar yang berlaku. Untuk dapat memaksimalkan keuntungan, maka perlu diketahui struktur pasar dalam pembentukan harga, komponen-komponen biaya dan pendapatan, serta marginal keuntungan. Penjelasan mengenai komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut : 1) Definisi Pasar dan Harga Pasar adalah kelompok individual (perorangan maupun organisasi) yang memiliki permintaan terhadap barang tertentu, berdaya beli dan berniat merealisasikan pembelian tersebut (Budiarto 1993). Menurut Hanafiah dan Saefudin dalam Setiadi (2002), secara umum pasar dapat dikatakan sebagai tempat pertemuan antara penjual dan pembeli. Pengertian ini mengandung arti bahwa yang dimaksudkan dengan pasar disini adalah suatu tempat atau daerah yang didalamnya terdapat kekuatan-kekuatan permintaan dan penawaran yang saling bertemu untuk menentukan suatu harga. Akan tetapi jika ditinjau dari segi barang, maka pasar merupakan “tempat” bertemunya permintaan dan penawaran. Pemberian tanda petik pada kata tempat dimaksudkan untuk menghilangkan penafsiran konsep pasar secara fisik, sebab yang terpenting bagi teori ekonomi mikro dan bahkan manfaat ekonomi pada umumnya adalah interaksi antara permintaan dan penawaran barang tersebut. Pasar disini merupakan kompenen perilaku individu-individu yang membutuhkan barang dan perilaku individu/perusahaan yang menyediakan barang (Sudarsono 1995).
16
Sedangkan menurut Nurrochmat (2008), pasar merupakan pembeli dan pembeli potensial, yakni orang atau sekelompok orang yang memiliki, keinginan, kemampuan, kewenangan, dan kemauan untuk membeli barang atau jasa tertentu. Pasar memiliki kekuatan untuk menciptakan harga. Harga suatu barang dalam pasar adalah nilai pasar (nilai tukar) dari barang tersebut yang dinyatakan dalam jumlah uang. Melalui harga, para konsumen menunjukan jenis, mutu barang, jumlah barang yang mereka kehendaki dan bersedia membayarnya degan memperhatikan jasa yang diterima. Produsen maupun perantara memberi perhatian pada harga, bukan karena harga menentukan volume penjualan dan marge saja, tetapi juga karena harga menentukan pengeluaran usahanya (Setiadi 2002). Harga merupakan pertukaran atas manfaat produk (baik bagi konsumen maupun produsen) yang umumnya dinyatakan dalam satuan moneter. Harga terbentuk dari kompetensi produk untuk memenuhi tujuan dua pihak produsen dan konsumen. Produsen memandang harga adalah sebagai nilai barang yang mampu memberikan manfaat keuntungan di atas biaya produksinya. Konsumen memandang harga sebagai nilai barang yang mampu memberikan manfaat atas pemenuhan kebutuhannya dan keinginannya (misal hemat, prestis, syarat pembayaran) (Budiarto 1993). Menurut Kotler dalam Setiadi (2002), Harga adalah satu-satunya unsur dalam bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan penjualan. Dapat juga dikatakan bahwa harga adalah jumlah uang yang harus dibayar pelanggan untuk memperoleh pelanggan yang diinginkan. 2) Struktur Pasar Struktur pasar didefinisikan sebagai karakteristik organisasi suatu pasar yang menentukan hubungan saling keterkaitan antara penjual satu sama lain, hubungan antara pembeli dengan penjual, serta hubungan antara penjual di pasar dengan penjual potensial yang akan masuk pasar (Hasyim 1994). Struktur pasar pun memiliki pengertian penggolongan produsen kepada beberapa bentuk pasar berdasarkan pada ciri-ciri seperti jenis produk yang dihasilkan, banyaknya perusahaan dalam industri, mudah tidaknya keluar atau masuk ke dalam industri dan peranan iklan dalam kegiatan industri (Anonim 2005). Struktur pasar dapat ditentukan oleh beberapa aspek yaitu: Number and
17
size of the buyers and sellers of the product (banyak atau tidaknya penjual dan pembeli suatu produk), the type of product bought and sold (homogeneous, differentiated) (jenis produk yang diperjualbelikan), the degree of mobility of resources (firms and input can enter or exit the market) (tingkat mobilitas sumber, akses keluar masuk pasar), the degree of knowledge that economic agents have prices and cost (tingkat pengetahuan agen ekonomi terhadap harga dan biaya), demand and supply conditions (kondisi permintaan dan penawaran) (Peterus 2008). Struktur pasar dapat dikaji lebih lanjut dengan cara memahami jenis struktur pasar yang ada dilapangan. Secara umum struktur pasar dibagi menjadi dua yaitu pasar persaingan sempurna dan pasar persaingan tidak sempurna. Pasar persaingan tidak sempurna meliputi: pasar monopoli, pasar monopsoni, pasar monopolistik dan pasar oligopoli (Hasyim 1994). Jenis-jenis pasar tersebut memiliki ciri yang berbeda, seperti yang dijelaskan dala uraian di bawah ini. Pasar persaingan sempurna memiliki ciri: Pembeli dan penjual banyak (Pembeli dan penjual tidak dapat menentukan harga), bebas keluar masuk bagi pengusaha, pengetahuan pembeli dan penjual mengenai pasar relatif sempurna (Putong 2003). Pasar persaingan tidak sempurna memiliki banyak ciri-ciri yang berbeda tergantung jenis pasarnya. Pasar monopoli memiliki ciri: perusahaan memiliki sumber daya ekslusif (lain dari yang lain), terdiri dari satu penjual, adanya skala ekonomis, kebijakan pemerintah haya memperbolehkan monopoli pada barangbarang yang menguntungkan pemerintah. Pasar monopolistik memiliki ciri: terdapat banyak penjual dipasar, barang yang diproduksi dan diperjualkan berbeda corak, perusahaan tidak memiliki kekuatan penuh untuk menentukan harga, mudah keluar masuk pasar, kegiatan promosi merupakan salah satu penentu keberhasilan usaha. Pasar oligopoli merupakan pasar yang terdiri atas beberapa penjual, dalam pasar ini biasanya terdapat dua kondisi usaha, yaitu adanya perbedaan penetapan harga dan jumlah produksi dari masing-masing perusahaan dapat berupa kesepakatan dan tanpa kesepakatan (Putong 2003).
18
3) Biaya Biaya dalam pengertian ekonomi adalah suatu beban yang harus ditanggung untuk menyediakan barang agar siap digunakan oleh konsumen. Teori mengenai biaya dibagi menjadi dua, yaitu biaya tradisional dan biaya kontemporer. Biaya tradisonal menganalisis biaya dalam kerangka waktu yang berbeda, yaitu waktu jangka panjang dan jangka pendek (Sudarsono 1995). Biaya menurut waktu jangka pendek dibagi menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap (fixed cost = FC) adalah biaya yang jumlahnya tidak tergantung atas besar kecilnya kuantitas produksi yang dilaksanakan, bahkan jika produksi tidak berjalan biaya ini harus tetap dibayar dalam jumlah yang sama. Biaya variabel (variable cost = VC) adalah biaya yang berubah-ubah sesuai dengan perubahan kuantitas produk yng dihasilkan. Semakin besar kuantitas produk, maka biaya variabel akan semakin besar, yaitu akan banyak membeli bahan baku dan menambah besar biaya eksploitasinya (Sudarsono 1995). Biaya total (total cost = TC) merupakan segala biaya yaitu biaya tetap dan variabel yang harus dikeluarkan dalam rangka operasional perusahaan, jadi TC = FC + VC. Biaya tetap rata-rata (average fixed cost = AFC), yaitu rata-rata biaya tetap sehubungan dengan produksi per unit barang oleh perusahaan. Makin besar produksinya, maka makin kecil AFC-nya. Jadi AFC = FC/Q. Biaya variabel ratarata (average variable cost = AVC), yaitu rata-rata biaya berubah sehubungan dengan hasil produksi dari faktor produksi yang digunakan. Jadi AVC = VC/Q. Biaya rata-rata (average cost = AC), yaitu rata-rata biaya total yang dikeluarkan baik yang bersifat tetap atau berubah (AC = AFC + AVC). Marginal cost (MC), merupakan tambahan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sebagai akibat dari bertambahnya faktor produksi dan dalam rangka untuk menambah unit produksi (MC = ∆TC/∆Q) (Putong 2003). 4) Pendapatan Pendapatan adalah penerimaan total dari penjualan hasil produksi sebelum dikurangi dengan biaya produksi. Besarnya pendapatan yang diperoleh dari suatu proses produksi tergantung pada dua hal yaitu jumlah barang yng dihasilkan dan harga satuan barang yang di produksi (Indrawati 2009). Hal tersebut berbeda dengan pengertian pendapatan yang diutarakan oleh Rahim dan Hastuti (2009),
19
menurut mereka, pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya, dengan kata lain pendapatan meliputi pendapatan kotor atau penerimaan total dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor/penerimaan total adalah nilai produksi komoditi pertanian secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi Menurut Sumarta dalam Indrawati (2009), besarnya pendapatan dari pengusahaan hutan rakyat, belum merupakan indikator bagi besarnya keuntungan yang diperoleh karena masih tergantung kepada besar kecilnya ongkos produksi yang dikeluarkan. Besarnya keuntungan pendapatan tergantung kepada faktor lokasi (ekonomi), kesuburan tanah, cara pembinaan, jenis tanaman dan harga hasil produk. 5) Keuntungan Secara teori keuntungan maksimum merupakan selisih antara penerimaan total (total revenue/TR) dengan biaya total (total cost/TC), yang terbesar. Keuntungan ini dapat tercapai pada saat biaya marginal sama dengan pendapatan marginal (Bilas 1984). Menurut Kardiah dalan Indrawati (2009), pada perhitungan keuntungan, arus pendapatan dan biaya yang akan datang sebuah proyek perlu dirumuskan dengan
menggunakan
suatu
ukuran
yang
sama,
yaitu
dengan
cara
mendiskontokannya dengan suku bunga.
2.2.4 Manfaat Industri Kayu Rakyat Pembangunan industri kayu rakyat merupakan syarat mutlak, untuk meningkatkan nilai kayu rakyat, terutama log. Menurut Tandiono (1982) dalam Rusmawan (1993), kegiatan industri kayu rakyat memberikan manfaat yang sangat berarti diantaranya : 1) Meningkatkan penerimaan daerah dan devisa Negara. 2) Meningkatkan nilai tambah bahan baku log. 3) Meningkatkan pendapatan masyarakat. 4) Memungkinkan usaha dengan efisiensi tinggi.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan yaitu pada tanggal 13 Juli sampai dengan 13 Agustus 2009, dengan daerah penelitian di Kabupaten Cianjur tepatnya di Kecamatan Tanggeung dan Kecamatan Cibinong.
3.2 Alat dan Objek Kajian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner, alat tulis, kamera, tape recorder, komputer, alat hitung dan software microsoft excel. Penelitian dilakukan terhadap industri kayu rakyat meliputi industi mebel, penggergajian, palet, kusen dan industri jasa penggergajian, yang terdapat disepanjang jalur pemasaran kayu rakyat di daerah Cianjur Selatan khususnya Kecamatan Tanggeung dan Kecamatan Cibinong.
3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Metode Pengambilan Contoh Pengambilan contoh dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap pengambilan contoh lokasi dan tahap pengambilan contoh responden. Pengambilan contoh lokasi dilakukan secara purposive sampling yaitu memilih daerah yang dinilai sesuai dengan kasus yang diteliti. Untuk Kecamatan Tanggeung dari 12 desa yang ada, diambil 5 desa, yaitu Desa Sirnajaya, Kertajaya, Bojongpetir, Margaluyu dan Desa Tanggeung. Sedangkan untuk wilayah Kecamatan Cibinong, dari 13 desa, diambil 3 desa, yaitu Desa Cikangkareng, Desa Pamoyanan dan Desa Sukamekar. Industri kayu rakyat yang dipilih adalah industri yang memiliki kriteria : letak dekat dari pasar, letak dekat dengan sumber bahan baku, ketersediaan fasilitas industri dan pengangkutan lengkap, memiliki tenaga kerja yang cukup, kontinuitas produk stabil, memiliki pangsa pasar luas dan volume industri besar. Pengambilan contoh responden dilakukan secara menyeluruh pada semua responden di lokasi yang telah ditentukan. Responden adalah
para pemilik
industri atau para pihak yang kompeten dalam bidang industri kayu rakyat,
21
dengan jumlah responden yang diambil adalah seluruh industri kayu rakyat yang terdapat dilokasi penelitian.
3.3.2 Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. 1) Data Primer Data primer diperoleh dengan cara mengadakan wawancara terhadap responden terpilih, pengamatan dan pengukuran langsung dilapangan. Data-data yang termasuk ke dalam data primer, meliputi : a. Jenis dan bentuk industri kayu rakyat. b. Banyaknya kayu yang di beli oleh industri kayu rakyat, baik dari pedagang pengumpul maupun dari petani. c. Jenis, bentuk dan lokasi industri kayu rakyat d. Harga beli, cara pembelian dan cara pembayaran kayu oleh industri kayu rakyat. e. Jenis, bentuk, ukuran dan jumlah kayu yang dijual oleh industri kayu rakyat serta tujuanya. f. Harga jual, cara penjualan dan cara pembayaran yang diterima oleh industri kayu rakyat.
2) Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari instansi terkait, internet dan studi literatur. Instansi terkait dalam hal ini adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur, Pemerintah Daerah Kecamatan Tanggeung dan Cibinong serta Dinas Perhutanan dan Konservasi Tanah (PKT) Kabupaten Cianjur wilayah selatan. Data yang diperlukan, yaitu : a. Letak dan keadaan umum lokasi penelitian b. Data sosial ekonomi wilayah penelitian. c. Data statistik industri kayu rakyat d. Data Penunjang lainnya
22
3.3.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data yang diperoleh diolah dan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif 1) Analisis Kualitatif Analisis ini digunakan untuk menjelaskan data-data yang tidak dapat dihitung, yakni data karakteristik industri kayu rakyat seperti: Jenis dan bentuk usaha, jenis dan bentuk produk, lokasi, cara pembeliaan, cara pembayaran, tujuan penjualan kayu, dan karakteristik industri lainnya yang tidak dapat dinyatakan dalam angka. Penjabaran data dilakukan secara deskriftif.
2) Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui margin keuntungan industri kayu rakyat. Margin keuntungan industri ini dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Astana 2005):
Dimana : : Margin Keuntungan (Rp/m3) : Harga penjualan kayu hasil olahan (Rp/m3) : Biaya Produksi (Rp/m3)
IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Kecamatan Cibinong dan Tanggeung, merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Cianjur bagian selatan. Letak dan luas kedua kecamatan tersebut dapat di lihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Letak dan luas kecamatan yang dijadikan lokasi penelitian No
Kecamatan
Luas
Ketinggian
2
Jarak Pusat Pemerintahan (km) 1 2 3
(km ) mdpl 1 Cibinong 225.33 800 36 2 Tanggeung 114.15 1,200 11 Sumber : Data monografi kecamatan 2008 dan (http://cianjurkab.go.id/)
92 84
154 146
Keterangan : 1 : Jarak dari desa/kelurahan terjauh ke kecamatan 2 : Jarak kecamatan dari ibu kota kabupaten 3 : Jarak kecamatan dari ibu kota provinsi
4.2 Sarana dan Prasarana Kecamatan lokasi penelitian dihubungkan dengan jalan darat. Jalan ini mempunyai arti penting bagi kelancaran perekonomian dan komunikasi masyarakat. Sarana jalan darat yang terdapat di lokasi penelitian ini adalah jalan provinsi, jalan kabupaten dan jalan desa. Kondisi jalan yang ada pada setiap kecamatan berbeda. Kondisi jalan di Kecamatan Tanggeung sudah cukup memadai bagi pemasaran produk industri kayu rakyat. Sedangkan kondisi jalan di Kecamatan Cibinong masih kurang memadai bagi pemasaran produk industri kayu rakyat. Sarana angkut yang biasa digunakan untuk pengangkutan bahan baku dan produk industri kayu rakyat adalah truk. Dengan kapasitas muat 10 m3 untuk bahan baku dan 12 m3 untuk produk hasil olahan.
24
4.3 Kodisi Industri Kayu Rakyat Jenis industri kayu rakyat yang berada di Kecamatan Tanggeung dan Kecamatan Cibinong pada umumnya adalah industri kecil dan menengah yaitu industri penggergajian, mebel, palet dan industri bahan bangunan. Hingga saat ini industri kayu rakyat yang berada di Kecamatan Tanggeung dan Kecamatan Cibinong masih dalam tahap pengembangan dan untuk data statistik mengenai industri kayu rakyat masih belum tercatat secara rapih. Pendataan mengenai industri kayu rakyat ini diagendakan akhir tahun 2009.
4.4 Kondisi Sosial Ekonomi Komposisi dan jumlah penduduk yang berada di lokasi penelitian, dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Komposisi dan jumlah penduduk di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung Komposisi
Jumlah penduduk (kk/orang) Kecamatan Cibinong Kecamatan Tanggeung
Kepala Keluarga 19,012 Perempuan 30,049 Laki-Laki 31.161 Jumlah Penduduk 61.210 Sumber : Data monografi kecamatan 2008 dan (http://cianjurkab.go.id/)
13,909 24,164 13,911 38,075
Tingkat pendidikan penduduk yang berada di lokasi penelitian, dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung Tingkat Pendidikan
Jumlah (orang) Kecamatan Cibinong Kecamatan Tanggeung
Tamatan : Perguruan Tinggi 524 Akademisi/sederajat SLTA 2,610 SLTP 6,071 SD 17,736 Tidak Tamat SD 1,082 Tidak Sekolah Sumber : Data monografi kecamatan 2008 dan (http://cianjurkab.go.id/)
215 517 793 1332 2115 111 121
25
Jika dilihat dari komposisi penduduk, jumlah perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan Tanggeung dan Kecamatan Cibinong masih tergolong cukup rendah, hal ini dapat di lihat pada Tabel 3. Sebagian besar penduduk adalah tamatan sekolah dasar (SD). Dengan tingkat pendidikan rendah, peluang penduduk yang menganggur akan lebih besar, maka perlu diciptakan lapangan pekerjaan yang dapat menampung masyarakat tanpa meperhatikan keahlian khusus. Dengan adanya industri kayu rakyat maka akan membantu masyarakat dalam penyediaan lapangan pekerjaan. Sebagian besar penduduk di Kecamatan Tanggeung dan Kecamatan Cibinong bermatapencaharian sebagai petani dan sisanya adalah pegawai negeri sipil (PNS), pedagang, pengrajin, buruh dan swasta. Pertanian memegang peranan yang penting dalam perekonomian masyarakat setempat, karena iklim dan tanah yang sangat mendukung untuk pertanian. Pertanian di Kecamatan Tanggeung dan Kecamatan Cibinong dibagi kedalam dua jenis berdasarkan lahan yaitu pertanian lahan darat dan lahan basah. Pada pertanian lahan basah komoditi yang ditanam adalah padi, kacang tanah dan kacang kedelai. Sedangkan pada pertanian lahan kering komoditi yang ditanam adalah jagung, ketela pohon, ketela rambat, buahbuahan dan kayu-kayuan ( kayu rakyat).
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Industri Kayu Rakyat 5.1.1 Jenis Dan Bentuk Industri Jenis dan bentuk industri kayu rakyat dapat dipengaruhi oleh jenis produk yang dihasilkan, modal, kepemilikan dan perizinan. Berdasarkan survei industri kayu rakyat yang dilakukan di Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Tanggeung, dapat diperoleh hasil seperti pada Tabel 4. Tabel 4 No
Jenis dan bentuk industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung
Kecamatan
Nama Industri
Jenis Industri
Bentuk Industri
1
Apih Sadili
Penggergajian
Perseorangan
2
Sawargi
Penggergajian
Perseorangan
Sumber Karya Abadi
Penggergajian
Perseroan Terbatas
Tunggal Maju
Mebel
Perseorangan
5
Ukim
Penggergajian
Perseorangan
6
Sinar Mulya
Jasa Penggergajian
Perseorangan
7
Mahoni Jaya Abadi
Penggergajian
Persekutuan Komanditer
8
H. Faridnudin
Penggergajian
Perseorangan
9
Tiga Berlian
Penggergajian
Persekutuan Komanditer
10
Saprudin
Mebel
Perseorangan
11
Surya Mebeul
Mebel
Perseorangan
Cipta Karya Mandiri
Mebel
Perseroan Terbatas
Sukawangi
Penggergajian
Perseorangan
14
Mumus
Kusen
Perseorangan
15
Karya Palet
Palet
Perseorangan
16
Ikbal Jaya
Jasa Penggergajian
Perseorangan
17
Sumpena
Kusen
Perseorangan
18
Hamid
Penggergajian
Perseorangan
3
Cibinong
4
12 13
Tanggeung
Berdasarkan Tabel 4, secara umum jenis industri yang berada di Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Tanggeung terdiri dari lima jenis industri yaitu industri penggergajian, industri mebel, industri jasa penggergajian, industri palet dan
27
industri kusen. Kecamatan Cibinong memiliki tiga jenis industri yang dikembangkan yaitu industri penggergajian, industri mebel dan industri jasa penggergajian. Dimana industri penggergajian terdiri dari empat buah, industri mebel satu buah dan industri jasa penggergajian satu buah. Industri-industri kayu rakyat yang diperoleh tersebar di tiga desa dari tigabelas desa yang ada yakni Desa Sukamekar, Cikangkareng dan Pamoyanan. Sedangkan jenis industri kayu rakyat yang dikembangkan di Kecamatan Tanggeung, terdiri dari lima jenis yaitu industri penggergajian, industri mebel, industri palet, industri jasa penggergajian dan industri kusen. Dimana industri penggergajian terdapat lima buah, jasa penggergajian satu buah, mebel tiga buah, palet satu buah dan industri kusen dua buah. Industri ini tersebar di lima desa dari dua belas desa yang ada yakni Desa Sirnajaya, Margaluyu, Bojongpetir, Kertajaya dan Tanggeung. Penjelasan mengenai industri-industri tersebut adalah sebagai berikut:
a. Industri Penggergajian Industri penggergajian merupakan industri yang melakukan konversi kayu pertama dari log menjadi kayu gergajian, yang siap dikonsumsi oleh masyarakat. Industri penggergajian ini merupakan industri yang paling banyak terdapat di lokasi penelitian yaitu empat industri di Kecamatan Cibinong dan lima industri di Kecamatan Tanggeung. Hal ini dikarenakan gergajian merupakan kegiatan yang sangat sederhana, jika dibandingkan dengan mebel meskipun sebetulnya membutuhkan modal yang sangat besar dan keahlian khusus dalam menggergaji. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Perhutanan dan Konservasi Tanah (PKT), industri penggergajian yang terdapat di Kecamatan Cibinong lebih sedikit dibandingkan dengan di Kecamatan Tanggeung, hal ini terbukti dilapangan. Penyebab sedikitnya industri penggergajian yang terdapat di Kecamatan Cibinong adalah dikarenakan lokasi yang tidak strategis yaitu berada di dataran tinggi, akses menuju lokasi cukup sulit dengan sarana jalan angkut yang kurang memadai, sehingga menyebabkan ongkos angkut yang tinggi, padahal Kecamatan Cibinong memiliki potensi kayu rakyat yang sangat besar jika dibandingkan dengan kecamatan lain di Kabupaten Cianjur yaitu sebesar 1021.21 ha, sementara
28
Kecamatan
Tanggeung
hanya
428.9
ha,
Kecamatan
Tanggeung
lebih
mengembangkan pertanian basah dibandingkan kering (hutan rakyat). Kondisi Industri di Kecamatan Tanggeung sangat berbeda dari Kecamatan Cibinong. Kecamatan Tanggeung memiliki banyak industri kayu rakyat, hal ini dikarenakan Tanggeung merupakan tempat strategis untuk pengumpulan bahan baku kayu di wilayah selatan Cianjur. Kecamatan Tanggeung berada ditengah-tengah kabupaten, sehingga akses pemasaran kayu menjadi relatife mudah. Kegiatan yang dilakukan pada industri penggergajian di dua lokasi penelitian, secara umum adalah pembelahan dan pemotongan. Secara sitematis proses pekerjaan tersebut meliputi merubah log menjadi balok, mengerat balok menjadi papan-papan dan memotong papan sehingga menjadi kayu gergajian dengan ukuran dan kualitas tertentu (sortimen). Akan tetapi kegiatan secara sistematis ini hanya dilakukan oleh industri-industri kayu rakyat yang besar dan benar-benar memperhatikan ukuran dan kualitas kayu. Sementara untuk industri kayu rakyat yang kecil mereka tidak memperhatikan hal tersebut, log langsung dipotong menjadi bentuk papan, tanpa dirubah menjadi balok terlebih dahulu. Industri penggergajian banyak memberikan manfaat yaitu dapat mengurangi ongkos-ogkos pengangkutan, meningkatkan kualitas dan nilai kayu, menyediakan lapangan kerja dan menambah keterampilan.
b. Industri Mebel Industri mebel adalah industri yang melakukan perubahan bentuk dari kayu gergajian menjadi barang mebel seperti lemari, kursi, tempat tidur, meja dan lainlain. Industri ini disebut juga sebagai industri sekunder, karena industri mebel adalah industri yang memanfaatkan hasil produk dari industri primer (penggergajian). Industri ini sangat sedikit sekali ditemukan di lapangan. Industri mebel yang ditemukan hanya empat buah yaitu satu buah di Kecamatan Cibinong dan tiga buah di Kecamatan Tanggeung. Sedikitnya industri mebel ini boleh jadi karena kelangkaan papan bahan baku mebel, mengingat hasil produk utama industri penggergajian yang berada di lokasi penelitian adalah papan bahan baku palet. Bahan baku mebel harus diperoleh dari luar kecamatan seperti Agrabinta dan Pagelaran.
29
Secara umum kegiatan industri mebel ini adalah merubah bahan baku papan (sortimen kayu), menjadi produk-produk mebel, dimulai dengan pembuatan pola produk, pengukiran produk dan perakitan produk. Setelah produk selesai dirakit dilakukan
finishing berupa dempul, amplas, pernis, plitur dan pemasangan
asesoris mebel seperti engsel, kaca dan kunci hingga menjadi produk mebel yang utuh. Jika dilihat dari proses pembentukanya, industri ini lebih rumit dibandingkan dengan industri penggergajian.
c. Industri Jasa Penggergajian Industri jasa penggergajian merupakan industri yang melakukan penyewaan alat penggergajian. Jika mengacu pada definisi industri, jasa penggergajian ini juga melakukan kegiatan industri, karena mereka melakukan konversi kayu dari log menjadi kayu gergajian yang siap pakai, hanya saja mereka tidak melakukan transaksi pembelian bahan baku dan penjualan bahan baku. Mereka hanya melakukan peminjaman/pemberian jasa penggergajian berupa alat dan tenaga kerja penggergaji, sementara bahan baku disediakan oleh konsumen. Industri ini hanya terdapat satu buah, di masing-masing kecamatan. Jasa penggergajian ini lebih diperuntukan bagi masyarakat sekitar, biasanya masyarakat yang memiliki potensi kayu rakyat, untuk memenuhi kebutuhan akan kayu gergajian, masyarakat lebih memilih jasa ini, daripada harus membeli kayu gergajian yang telah jadi, hal ini dikarenakan, biaya yang dikeluarkan akan sangat mahal. Keuntungan memiliki jasa penggergajian yaitu tidak terlalu membutuhkan modal yang besar dan resiko kerugian yang ditanggung akan kecil meskipun laba yang diperoleh tidak seberapa/kecil.
d. Industri Palet Palet merupakan susunan dari papan-papan bahan baku palet, yang dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan dan pengangkutan barang seperti peti buah, peti telur, dudukan keramik dan dudukan batu bata. Industri palet merupakan usaha yang melakukan pengolahan dari bahan baku palet menjai palet yang siap pakai. Industri palet yang ditemui dilapangan sebanyak dua buah yaitu di Kecamatan Tanggeung dan di Kecamatan Pagelaran.
30
Industri palet di Kecamatan Tanggeung berada di wilayah Desa Tanggeung, sedangkan untuk industri palet yang di Kecamatan Pagelaran terdapat di wilayah Desa Pagelaran. Sebetulnya Industri palet yang berada di daerah Pagelaran ini, tepat berada di perbatasan antara Kecamatan Tanggeung dan Pagelaran. Industri palet ini sendiri jarang ditemukan di lokasi penelitian mengingat, industri yang ada banyak bergerak dibidang pembuatan bahan baku palet. Bahan baku palet yang dihasilkan lansung dipasarkan ke wilayah yang berada di luar kabupaten, kota dan provinsi. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan bahan baku produknya, industri palet yang berada diwilayah penelitian, menggunakan bahan baku palet apkiran (tidak lulus pasar/reject). Alasan lain mengapa industri palet sedikit adalah karena pasar lebih menginginkan, membeli bahan baku dan mengolahnya sendiri, dibandingkan dengan membeli barang jadi.
e. Industri Kusen Industri kusen merupakan industri yang bergerak dibidang bahan baku kayu bangunan. Industri kusen yang diperoleh terdiri dari dua industri dan kedua industri tersebut berada di wilayah Kecamatan Tangeung tepatnya di Desa Sirna Jaya dan Desa Bojongpetir. Dalam menjalankan kegiatannya industri kusen sangat bergantung kepada industri penggergajian. Industri kusen ini hampir mirip dengan industri mebel dan merupakan konsumen dari industri penggergajian, hanya saja industri kusen ini lebih bergerak pada bidang perkakas bangunan. Pada lima jenis industri tersebut industri penggergajian umumnya mempunyai jumlah produksi yang relatife lebih besar jika dibandingkan dengan jumlah produksi industri kayu rakyat lainnya, hal ini dikarenakan industri penggergajian memiliki kecepatan produksi yang yang lebih besar. Jenis-jenis industri kayu rakyat pada Tabel 4, memiliki bentuk usaha yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Hal ini bergantung kepada motif masing-masing pengusaha dalam melakukan kegiatan usahanya. Pada lokasi penelitian terdapat tiga bentuk industri kayu rakyat yang ditemukan, yaitu Perseorangan, Perseroaan Terbatas (PT) dan Persekutuan Komanditer (CV). Jumlah bentuk industri tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.
31
Gambar 1 Bentuk industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung.
Berdasarkan Gambar 1, dari kedelapan belas industri yang ditemukan, dua industri berbentuk perseroan terbatas (PT), dua industri berbentuk persekutuan komanditer (CV) dan empat belas industri berbentuk perseorangan. Untuk Kecamatan Cibinong dari enam industri yang ditemukan, satu industri berbentuk perseroan terbatas (PT) dan sisanya lima industri berbentuk perseorangan. Sementara untuk di Kecamatan Tanggeung, dari dua belas industri yang ditemukan, dua diantaranya berbentuk persekutuan komanditer (CV), satu berbentuk perseroan terbatas (PT) dan sembilan berbentuk perseorangan. Bentuk industri yang paling banyak terdapat di kedua lokasi penelitian adalah perseorangan. Hal ini dapat dimengerti mengingat industri perseorangan merupakan badan usaha yang kepemilikannya dimiliki oleh satu orang. Pembutannya pun tergolong gampang, individu dapat membuat badan usaha perseorangan tanpa izin dan tata cara tententu. Semua orang bebas membuat bisnis personal tanpa adanya batasan untuk mendirikannya. Memang pada umumnya industri yang berada di kedua lokasi ini bermodal kecil, memiliki keterbatasan jenis serta jumlah produksi, memiliki tenaga kerja/buruh yang sedikit dan penggunaan alat produksi berteknologi sederhana. Selain karena alasan diatas, para pengusaha industri kayu rakyat di lokasi penelitian lebih memilih bentuk industri perseorangan karena, bentuk industri ini banyak memberikan keuntungan kepada para pengusaha, mereka bebas mengatur segala sesuatunya sesuai dengan kehendak sendiri. Industri perseorangan yang ditemukan di lokasi penelitian memiliki ciri-ciri sebagai berikut: relatif mudah didirikan dan juga dibubarkan, tanggung jawab tidak terbatas dan bisa melibatkan harta pribadi, tidak ada pajak, yang ada adalah pungutan dan retribusi berupa biaya pembuatan usaha, seluruh
32
keuntungan dinikmati sendiri, sulit mengatur roda perusahaan karena diatur sendiri, keuntungan yang kecil yang terkadang harus mengorbankan penghasilan yang lebih besar, jangka waktu badan usaha tidak terbatas atau seumur hidup, sewaktu-waktu dapat dipindah tangankan (diwariskan). Persekutuan komanditer (CV), bentuk usaha yang sedikit diminati oleh para pengusaha, karena dibutuhkan modal yang besar. Persekutuan komanditer merupakan suatu bentuk badan usaha bisnis yang didirikan dan dimiliki oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama dengan tingkat keterlibatan yang berbeda-beda diantara anggotanya. Satu pihak dalam CV mengelola usaha secara aktif, yang melibatkan harta pribadi dan pihak lainnya hanya menyertakan modal saja tanpa harus melibatkan harta pribadi. Yang aktif mengurus perusahaan CV disebut sekutu aktif, dan yang hanya menyetor modal disebut sekutu pasif. Ciri dan sifat perusahaan berbentuk CV, yang ditemukan dilapangan adalah sulit untuk menarik modal yang telah disetor, modal besar karena didirikan banyak pihak, mudah mendapatkan kredit pinjaman, ada anggota aktif yang memiliki tanggung jawab tidak terbatas dan ada yang pasif tinggal menunggu keuntungan, relatif mudah untuk didirikan. Berbeda dengan perseroan terbatas. Perseroan terbatas, merupakan organisasi bisnis yang memiliki badan hukum resmi yang dimiliki oleh minimal dua orang dengan tanggung jawab yang hanya berlaku pada perusahaan tanpa melibatkan harta pribadi atau perseorangan yang ada didalamnya. Di dalam PT pemilik modal tidak harus memimpin perusahaan, karena dapat menunjuk orang lain di luar pemilik modal untuk menjadi pimpinan. Untuk mendirikan PT dibutuhkan sejumlah modal minimal dalam jumlah tertentu dan berbagai persyaratan lainnya. Modal PT terdiri dari beberapa saham. Karena modalnya terdiri dari saham-saham yang dapat diperjualbelikan, maka perubahan kepemilikan perusahaan dapat dilakukan tanpa perlu membubarkan perusahaan. Setiap orang dapat memiliki lebih dari satu saham yang menjadi bukti pemilikan perusahaan. Pemilik saham mempunyai tanggung jawab yang terbatas yaitu sebanyak saham yang dimiliki. Apabila utang perusahaan melebihi kekayaan perusahaan, maka kelebihan utang tersebut tidak menjadi tanggung jawab para pemegang saham. Apabila perusahaan mendapat keuntungan maka keuntungan
33
tersebut dibagikan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Pemilik saham akan memperoleh bagian keuntungan yang disebut dividen yang besarnya tergantung pada besar-kecilnya keuntungan yang diperoleh perseroan terbatas. Selain berasal dari saham, modal PT dapat pula berasal dari obligasi. Keuntungan yang diperoleh para pemilik obligasi adalah mereka mendapatkan bunga tetap tanpa menghiraukan untung atau ruginya perusahaan tersebut. Sedikitnya bentuk industri ini mengingat, pembentukannya membutuhkan birokrasi yang panjang dan para pengusaha berasumsi bahwa, semakin panjang birokrasi membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Industri yang berbentuk ini adalah industri yang memiliki modal besar dengan skala usaha yang besar. Perbedaan mendasar dari ketiga bentuk tersebut adalah dari kepemilikan usaha, modal yang dimiliki dan proses perizinannya. Dengan demikian jika dikaji berdasarkan jenis dan bentuknya, maka industri kayu rakyat yang terdapat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung umumnya adalah jenis industri penggergajian yang memiliki bentuk usaha perseorangan.
5.1.2 Modal Dan Sumber Modal Modal dapat dikatakan sebagai korbanan sumberdaya ekonomi untuk melaksanakan suatu kegiatan usaha, yang diharapkan akan dapat mendatangkan manfaat dan keuntungan (Nugroho 2008). Modal tersebut dapat berupa bendabenda modal dan uang. Benda–benda modal adalah semua alat-alat produksi yang digunakan dalam kegiatan produksi sebagai contoh: bangunan, mesin, dan alat angkut. Modal berbentuk uang adalah uang yang dimiliki seseorang atau sebuah badan usaha, guna kelestarian produksi. Pada sub bab ini yang akan dibahas adalah modal dalam bentuk uang. Untuk mendirikan suatu industri kayu rakyat dibutuhkan modal seperti yang terdapat pada Tabel 5.
34
Tabel 5
Modal rata-rata industri
kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan
Tanggeung Jumlah
Modal Awal
Industri 9
Rata-rata (Rp)
Mebel
4
60,000,000
3
Kusen
2
15,000,000
4
Palet
1
20,000,000
Jasa Penggergajian
2
25,000,000
No 1 2
5
Jenis Industri Penggergajian
67,000,000
Modal merupakan pengahalang utama industri kayu rakyat untuk mengembangkan usahanya. Modal yang dimiliki dapat menentukan besar kecilnya jenis industri kayu rakyat yang diusahakan. Keterbatasan modal dapat berakibat pada tersendatnya proses produksi dan keberlangsungan usaha, mengingat mahalnya harga bahan baku yag harus dibeli. Berdasarkan hasil penelitian untuk membangun sebuah industri kayu rakyat di lokasi penelitian dibutuhkan modal awal kurang lebih sebagai berikut: industri penggergajian Rp.67.000.000; industri meubel
Rp.60.000.000;
Rp.20.000.000
dan
jasa
industri
kusen
penggergajian
Rp.15.000.000; Rp.25.000.000.
industri Dalam
palet industri
penggergajian besarnya modal tersebut adalah untuk pembelian band saw, bahan baku, pendirian bangunan untuk lokasi penggergajian dan izin usaha, begitupun dengan industri lain, besarnya modal tersebut dipergunakan untuk membeli peralatan dan perlengkapan industri. Jika dikaji berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008, pasal 6 tentang industri mikro, kecil dan menengah, maka kelima jenis industri yang terdapat di lokasi penelitian tidak memenuhi kriteria syarat industri sebagaimana mestinya. Menurut undang-undang tersebut industri kecil merupakan industri yang sedikitnya memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.50.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, sementara kekayaan/modal yang dimiliki industri tersebut diatas, sudah termasuk dengan tanah dan bangunan tempat usaha. Besarnya modal yang dipergunakan dalam industri tersebut, dapat berasal dari modal pribadi, pinjaman melalui bank ataupun non-bank. Sumber modal yang
35
digunakan oleh para pengusaha di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.
Gambar 2 Sumber perolehan modal industri kayu rakyat.
Terdapat dua sumber yang digunakan oleh para pengusaha untuk memperoleh modal yaitu modal berasal dari milik pribadi dan pinjaman. Modal milik pribadi adalah modal yang berasal dari kekayaan/milik pengusaha itu sendiri. Pengusaha industri kayu rakyat, dalam melakukan usahanya lebih senang menggunakan modal pribadi, hal ini dapat dilihat pada gambar, industri yang menggunakan modal pribadi lebih banyak, yaitu 16 industri. Kelebihan dari modal yang bersumber dari uang pribadi adalah tidak adanya beban yang harus ditanggung oleh pengusaha untuk membayar utang dan keutungan yang diperoleh hanya untuk dirinya sendiri. Kekurangan dari menggunakan modal pribadi adalah kurang menguntungkan bagi perkembangan produksi, karena keuntungan yang diperoleh akan sama dengan modal yang ditentukan dan bahkan kurang, sehingga jika ada perubahan-perubahan pasar maka industri ini tidak akan dapat mengembangkan diri. Hal ini diakibatkan oleh ketidak pahaman pengusaha akan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam sistem pinjam meminjam. Industri yang mendapatkan pinjaman modal melalui bank dan non-bank terdiri dari tiga industri. Dua industri mendapatkan pinjaman modal berasal dari non-bank dan satu industri dari bank. Pinjaman non-bank dalam hal ini adalah pinjaman yang berasal dari badan yang tidak berbadan hukum, seperti tetangga/keluarga dekat, pihak pemesan dan bank keliling. Dari kedelapan belas industri hanya satu industri yang menggunakan fasilitas bank untuk mendapatkan pinjaman modal, industri yang memanfaatkan fasilitas kredit dari bank ini adalah
36
industri yang pemiliknya telah mengetahui tentang kegunaan dan syarat-syarat yang diperlukan dalam proses kredit. Perusahaan yang memanfaatkan fasilitas ini selain karena tingkat pengetahuannya, biasanya adalah perusahaan yang telah memiliki skala usaha besar, mampu menghasilkan produk secara kontinu dan memiliki manajemen perusahaan yang rapih. Motif para pengusaha untuk melakukan pinjaman dikarenakan terjadinya peningkatan permintaan pasar dan keterbatasan modal. Modal industri kayu rakyat saat ini masih bersumber dari milik pribadi, hal ini sangat memprihatinkan, ditengah marakya bantuan pemodalan baik dari pemerintah, maupun swasta bagi pengusaha kecil di Indonesia, akan tetapi untuk industri kayu rakyat, masih belum dapat memanfaatkan hal ini, selain dari kurangnya informasi juga karena industri yang berbentuk perorangan yang belum berbadan hukum dan tidak memiliki jaminan yang cukup sehingga tidak dapat memenuhi persyaratan kredit bank.
5.1.3 Ketenagakerjaan dan Sistem Upah Tenaga kerja merupakan sumberdaya manusia yang sangat penting bagi kelangsungan industri kayu rakyat. Tenaga kerja yang dipakai oleh setiap industri kayu rakyat di lokasi penelitian berasal dari daerah sekitar dan hampir seluruhnya masih ada keterikatan keluarga. Oleh karena itu dengan adanya industri kayu rakyat ini dapat membantu penyediaan lapangan pekerjaan bagi penduduk, terutama yang memiliki tingkat pendidikan rendah. Karena pada umumnya jenis pekerjaan di industri kayu rakyat tidak memerlukan spesialis pendidikan, hanya saja diperlukan motivasi dan keterampilan yang diperoleh saat bekerja. Jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam industri ini tidak banyak, karena memang industri yang dikembangkan adalah industri berskala kecil, yang masih dapat dikatakan sebagai industri rumah tangga. Jumlah tenaga kerja yang terdapat di lokasi penelitian, tersebut sangat beragam, ini sangat tergantung pada besar-kecil skala usaha yang dijalankan. Jumlah tenaga kerja untuk masing-masing industri dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.
37
Tabel 6 Jumlah tenaga kerja industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung No
Nama Industri
Tetap
Harian
Apih Sadili
3
2
2
Sawargi
3
2
3
Sumber Karya Abadi
6
4
Tunggal Maju
5
5
Ukim
4
Sinar Mulya
2
Mahoni Jaya Abadi
35
H. Faridnudin
6
1
Kecamatan Cibinong
6 7 8
Tanggeung
9
Tiga Berlian
20
10
Saprudin
3
11
Surya Mebeul
7
12
Cipta Karya Mandiri
50
13
Sukawangi
50
14
Mumus
2
15
Karya Palet
7
16
Ikbal Jaya
3
17
Sumpena
2
18
Hamid
3
7 15 200
Pada lokasi penelitian tenaga kerja yang dipakai adalah tenaga kerja tetap dan tenaga kerja harian. Tenaga kerja tetap adalah tenaga kerja yang bekerja tanpa batas waktu (tidak dikontrak) dan dapat bekerja selama perusahaan berproduksi. Tenaga kerja harian adalah tenaga kerja yang mendapatkan upah berdasarkan banyaknya hari kerja. Jika dilihat dari banyaknya jumlah tenaga kerja, industri di lokasi penelitian berdasarkan Badan Pusat Statistika dalam Dewi (2008), dapat dikelompokan kedalam dua jenis industri yaitu industri kecil dan industri menengah. Dikatakan industri kecil karena memiliki rata-rata jumlah tenaga kerja tetap 3-19 orang, hampir seluruh industri yang ditemukan adalah industri kecil yaitu 14 industri. Sedangkan untuk industri menengah, memiliki tenaga kerja tetap 20-100 orang, di lokasi penelitian industri ini ditemukan sebanyak 4 buah. Banyak tidaknya tenaga kerja yang digunakan dalam suatu usaha bergantung kepada skala usaha yang dilakukan. Semakin besar skala usaha maka semakin besar produksi yang dilakukan dan membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah banyak. Untuk setiap jenis industri pekerja-pekerja ini, memiliki tugas yang berbeda-beda. Pada
38
industri penggergajian dan jasa penggergajian berskala kecil, jumlah tenaga kerja yang digunakan adalah 3 orang, yaitu operator, helper dan kavling. Pada industri mebel tenaga kerja yang ada digunakan untuk pembuatan pola (desain mebel), penyerut kayu, tukang amplas, finishing dan pembentuk model. Pada industri kusen tidak ada spesifikasi khusus, jumlah pekerja yang ada melakukan kegiatan yang sama yaitu membuat kusen, begitupun dengan industri palet. Pekerja harian disini merupakan pekerja harian lepas. Pekerja ini biasanya digunakan secara situasional (khususnya harian lepas), dan umumnya para pekerja harian ini bekerja sebagai kuli panggul, kuli tebang, kuli muat bongkar, pembersih serbuk gergaji. Setiap pekerja akan mendapatkan upah (gaji), sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah mereka lakukan. Sistem upah yang ditentukan tergantung kepada kebijkan perusahaan yang bersangkutan. Sistem upah yang digunakan di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 7 berikut : Tabel 7 Sistem upah industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung No
Sistem Upah
Nama Industri A
B
C
D
Keterangan E
F
1
Apih Sadili
x
Kecamatan
2
Sawargi
x
Cibinong
3
Sumber Karya Abadi
x
4
Tunggal Maju
5
Ukim
6
Sinar Mulya
7
Mahoni Jaya Abadi
x x x x
Kecamatan Tanggeung
8
H. Faridnudin
x
9
Tiga Berlian
x
10
Saprudin
x
11
Surya Mebeul
12
Cipta Karya Mandiri
13
Sukawangi
14
Mumus
x
15
Karya Palet
x
16
Ikbal Jaya
x
17
Sumpena
x
18
Hamid
x
Ket : A : Tidak Dibayar B : Harian
x x x
39
C : Borongan D : Tidak Dibayar + Harian E : Tidak Dibayar + Borongan F : Borongan + Harian
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa, sistem upah yang digunakan pada industri kayu rakyat adalah upah harian dan borongan.Upah harian adalah pembayaran upah didasarkan pada jumlah hari kerja dan upah yang diterima dalam bentuk paket artinya upah antara gaji pokok dan tunjangan tidak dapat dipisahkan. Pada industri penggergajian, upah ini diberlakukan untuk para pekerja kavling. Sedangkan upah borongan adalah upah kerja yang didasarkan pada hasil kerja dan dihitung berdasarkan persatuan hasil. Upah ini diperuntukan pada operator dan helper. Upah harian dan borongan ini juga digunakan pada industri kusen. Pada industri mebel sistem upah yang digunakan adalah sistem borongan, upah dibayar berdasarkan banyaknya barang yang dibuat oleh pekerja yaitu berdasarkan banyaknya set barang yang dibuat. Industri kayu rakyat di lokasi penelitian merupakan industri kayu berskala kecil (tenga kerja 3-19 orang), industri ini mulai memiliki penugasan kerja dalam melakukan kegiatan pengusahaannya. Perekrutan tenaga kerja pun masih didasarkan pada hubungan kekeluargaan. Pekerja yang digunakan adalah pekerja tetap dengan upah yang diterapkan untuk setiap pekerja adalah borongan.
5.1.4 Kondisi dan Lokasi Tempat Usaha Dalam membangun suatu industri, pemilihan tempat dan lokasi industri akan sangat penting, untuk keberlangsungan industri. Kondisi tempat kerja yang baik akan menambah semangat kerja para pekerja sedangkan lokasi tempat usaha, akan memberikan kemudahan dalam proses pengangkutan. Kondisi dan situasi tempat kerja dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.
40
Gambar 3 Kondisi tempat usaha industri kayu rakyat.
Kondisi tempat usaha industri kayu rakyat ini dapat dilihat salah satunya adalah dari kedekatan letak industri kayu rakyat dengan tempat tinggal pemilik. Dilihat dari hal tersebut maka kondisi tempat usaha dapat digolongkan menjadi tiga yaitu letak industri menyatu dengan tempat tinggal, terpisah tetapi dekat dengan tempat tinggal dan khusus, dalam artian jauh dari tempat tinggal dan diperlukan kendaraan untuk menuju ke tempat industri tersebut. Berdasarkan Gambar 3, dari 18 industri yang ditemui 50 % lokasi industri dibangun secara khusus, berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rusmawan (1993) industri kayu rakyat seluruhnya dibangun menyatu dengan tempat tinggal sehingga dengan demikian industri kayu rakyat ini sedikit demi sedikit telah mengalami pergeseran konsep, yang awalnya industri kayu rakyat indentik dengan industri kecil rumah tangga, yang keberadaan lokasinya selalu dekat dengan rumah, tetapi saat ini mulai mengalami perkembangan, para pengusaha sudah mulai berfikir untuk melakukan usaha, secara terkonsentrasi tanpa melibatkan unsur kedekatan rumah tangga. Kendati demikian masih ada industri-industri yang dibangun secara tidak terkonsentrasi yaitu letak industri masih menyatu dan dekat dengan rumah, hal ini dikarenakan alasan mahalnya sewa tanah dan memanfaatkan potensi yang ada. Lokasi tempat usaha yang dibangun haruslah memudahkan pengangkutan bahan baku maupun pemasaran produknya. Untuk industri kayu rakyat yang kondisi tempat usahanya dibuat secara khusus, lokasi tempat usaha rata-rata berada di tepi jalan degan kodisi jalan angkut yang baik dalam artian tidak menyulitkan pengangkutan, akses keluar masuk kayu gampang dan bisa cepat. Untuk industri yang kondisi tempatnya dekat dengan rumah dan menyatu dengan rumah, biasanya industri ini sedikit sulit untuk melakukan akses pegangkutan,
41
karena lokasi industri berada di dalam perkampungan yang kondisi jalan angkut tidak memadai, hal ini akan mempengaruhi besarnya biaya pengangkutan dan muat bongkar. Sehingga untuk menyiasati hal tersebut, sebagian pengusaha akan menaikan harga produk.
5.1.5 Kontinuitas Industri Kontinuitas industri/keberlangsungan suatu industri, sangat bergantung kepada kepiawaian pengusaha dalam memanajemen usahanya. Kontinuitas industri dapat dilihat dari kemampuan industri dalam mempertahankan kontinuitas bahan baku dan kontinuitas produksi. Kontinuitas bahan baku menunjukan ketersediaan bahan baku. Kontinuitas bahan baku dapat dikatakan baik jika bahan baku yang diperlukan tersedia dan mudah diperoleh. Kontinuitas bahan baku perlu diperhatikan karena bahan baku merupakan faktor terpenting dalam proses produksi. Dengan tidak adanya bahan baku maka setiap perusahaan tidak dapat menjalankan usahanya. Kontinuitas bahan baku dapat ditinjau dari pengadaan bahan baku. Pengadaan bahan baku sangat bergatung kepada volume produksi, jenis bahan baku serta lokasi pembelian. Kontinuitas produksi adalah kemampuan suatu industri dalam menghasilkan suatu produk pada waktu tertentu. Kontinuitas produksi dikatakan baik jika suatu perusahaan mampu menghasilkan produk/memenuhi permintaan pasar secara berkesinambungan setiap waktu produksi. Kontinuitas produksi dipengaruhi kontinuitas bahan baku, proses produksi, waktu produksi dan produk yang dihasilkan. Kontinuitas bahan baku dan produksi merupakan faktor terpenting dalam keberlangsungan suatu industri kayu rakyat, mengingat bahan baku yang digunakan adalah kayu, yaitu bahan baku yang keberadaanya tahunan (dalam waktu lama). Diperlukan manajemen yang tepat dalam pengelolaannya sehingga perusahaan dapat berjalan secara lestari.
42
a. Kontinuitas Bahan Baku (1) Jenis dan Bentuk Bahan Baku Jenis bahan baku dan bentuk bahan baku yang digunakan pada industri kayu rakyat, secara singkat dapat dilihat pada Tabel 8 berikut. Tabel 8 No
Jenis bahan baku yang digunakan oleh Kecamatan Cibinong dan Tanggeung
Nama Jenis
1
Albasia 2 Manii 3 Mahoni Jumlah
Tabel 9 No 1 2 3 4 Jumlah
Nama Latin Paraserianthes falcataria Maeosopsis eminii Swetinia macrophylla
industri kayu rakyat di
Jumlah Industri
Persentase
16 12 10 38
42.11 31.58 26.32 100
Bentuk bahan baku yang digunakan oleh industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung Bentuk Log Timpleng (Persegian) Papan Bahan baku Palet
Jumlah
Persentase
11 0 6 1 18
61.11 0.00 33.33 5.56 100
Industri yang diteliti merupakan industri kayu rakyat, mengapa demikian karena bahan baku utama yang digunakan adalah kayu yang berasal dari lahan masyarakat/rakyat. Terdapat tiga jenis bahan baku utama yang digunakan dalam industri kayu rakyat di wilayah penelitian, yaitu jenis albasia, manii dan mahoni. Jenis–jenis bahan baku ini sangat ditentukan oleh pesanan. Albasia (Paraserianthes falcataria) atau sengon, di Jawa Barat dikenal dengan sebutan kayu jengjen, merupakan bahan baku dominan yang dipakai dalam industri kayu rakyat. Albasia banyak ditanam oleh masyarakat, karena kayu sengon memiliki karakteristik cepat tumbuh jika dibandingkan dengan pohon lainya, dalam jangka waktu umur lima tahun pohon sengon sudah dapat ditebang/panen. Selain cepat tumbuh jenis kayu ini termasuk kedalam kayu ringan, sehingga mudah dalam pengerjaan dan harganya pun relatif murah. Sengon banyak digunakan sebagai bahan baku palet. Di lokasi Penelitian sedikitnya terdapat 16 (42,11%) industri yang menggunakan jenis albasia. Banyaknya jumlah penggunaan jenis ini tidak didasarkan pada besarnya kubikasi yang dikonsumsi, tetapi dilihat dari segi jumlah industrinya, hal ini dikarenakan
43
hampir seluruh industri yang terdapat dilokasi penelitian memesan bahan baku kayu rakyat, tidak per jenis melainkan campuran sehingga mengalami kesulitan dalam menentukan berapa kubikasi albasia yang digunakan dalam setiap industri. Setiap industri yang menggunakan bahan baku jenis kayu ini akan dikenakan tarif retribusi kayu sebesar Rp.3.500/m3, retribusi ini digunakan sebagai pengganti biaya administrasi dan Rp.3.000/m3 untuk jasa pelayanan penerbitan Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan (SKSHH) untuk jenis kayu rakyat. Manii (Maeosopsis eminii), merupakan jenis kayu yang cepat tumbuh dan banyak ditanam oleh masyarakat selain karena cepat tumbuh juga karena hampir seluruh bagian dari kayu ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat seperti daunya dapat digunakan sebagai pakan ternak, akar dan ranting dapat digunakan sebagai kayu bakar. Kayu manii ini tergolong kedalam kayu yang memiliki kekuatan sedang, sehingga dalam peggunaanya kayu jenis ini banyak digunakan untuk konstruksi bangunan seperti tiang, kaso, reng dan galar. Sama dengan sengon kayu ini juga tidak dapat ditentukan berapa kubikasi yang digunakan, karena pemesananya dicampurkan dengan jenis kayu lain. Terdapat 12 industri yang menggunakan bahan baku kayu ini atau sekitar 31,58 %. Tarif retribusi yang dikenakan pada kayu ini sama dengan kayu sengon karena kayu manii dan sengon ini dalam perdagangan kayu rakyat digolongkan ke dalam kayu rakyat yang tidak dikenakan “Palu Tok”. Palu tok ini dilakukan khusus untuk jenis kayu rakyat yang tergolong kedalam jenis perum perhutani atau kayu negara, sebagai bukti asal usul kayu. Mahoni (Swetinia macrophylla), merupakan jenis kayu yang cukup bagus digunakan sebagai bahan baku mebel dan perkakas bangunan. Tergolong kayu rakyat yang memiliki harga cukup mahal dan merupakan jenis kayu rakyat yang perlu di “Palu Tok”, karena termasuk kedalam jenis kayu negara (Perum Perhutani). Tarif retribusi yang dikenakan pada jenis ini adalah Rp. 7.500/m3 untuk jasa administrasi dan Rp. 5.000/m3 untuk jasa SKSHH. Industri kayu rakyat menggunakan kayu ini jika ada pesanan dari konsumen, tetapi jika tidak maka biasanya hanya menggunakan bahan baku jenis albasia dan afrika. Industri yang menggunakan bahan baku ini hanya 10 industri atau 23.31 % dari jumlah total industri pengguna jenis kayu albasia dan manii. Selain dari ketiga jenis
44
pohon tersebut, khusus untuk industri mebel dan kusen juga menggunakan jenis kayu lain seperti jati, salam, sonokeling dan meranti, hal ini tergantung kepada pesanan pelanggan. Bahan baku yang digunakan dapat dikonsumsi oleh industri kayu rakyat dalam berbagai bentuk. Terdapat 4 bentuk kayu yang dapat dikonsumsi yaitu log (kayu bulat), timpleng (persegian), papan dan bahan baku palet. Hal ini bergantung kepada jenis industri. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dilapangan, industri kayu rakyat khususnya industri penggergajian lebih senang menggunakan bahan baku bentuk kayu bulat (log) yaitu sebesar 61,11% dari jumlah total industri yang didapat, nilai persentase ini lebih besar dibandingkan dengan dengan penggunaan bentuk lain, mengingat mayoritas industri kayu rakyat, yang terdapat di wilayah penelitian adalah industri penggergajian. Industri penggegajian sendiri lebih tertarik menggunakan kayu bulat dibandingkan dengan timpleng, harga bahan baku kayu bulat lebih murah karena timpleng adalah bahan baku industri yang telah dipotong bagian-bagian tertentu membentuk balok, sehingga ada biaya tambahan yang harus dibebankan, meskipun sebenarnya keberadaan timpleng ini dapat memberikan kemudahan dalam penggergajian yaitu dapat
mempersingkat
proses
penggergajian.
Industri
mebel
dan
palet
menggunakan bahan baku dalam bentuk papan. Keberadaan industri yang mengkonsumsi bentuk ini sangat kecil yaitu 38,89%, karena sangat sedikitnya jumlah industri yang bergerak dibidang mebel dan industri palet. Penggunaan jenis dan bentuk bahan baku industri bergantung kepada jenis industri dan keperluan masig-masing industri.
(2) Pengadaan Bahan Baku dan Asal Bahan Baku Cara pengadaan bahan baku dan tempat pembelian bahan baku untuk setiap kayu rakyat berbeda-beda hal ini bergantung kepada kebutuhan masingmasing. Pengadaan bahan baku untuk dilokasi penelitian sendiri dapat dilihat pada skema gambar berikut ini.
45
Ranting R
Tengkulak/Petani Swadaya Sendiri
Ind. Penggergajian
Toko Material/perkakas bangunan Meubel Kusen Palet
Gambar 4 Skema pengadaan bahan baku industri kayu rakyat. Pengadaan bahan baku pada industri penggergajian dapat melalui dua cara yaitu swadaya sendiri dan tengkulak/petani secara langsung melalui jasa ranting. Bahan baku yang berasal dari swadaya sendiri maksudnya adalah bahan baku yang berasal dari industri itu sendiri yakni bahan baku tersebut sengaja disiapkan oleh pengusaha untuk kelangsungan produksinya, dalam rangka mengurangi biaya pengadaan bahan baku. Pengusaha membangun hutan rakyat sendiri demi kepentingan usahanya, sehingga pengusaha tersebut selain menguasai industri hulu juga menguasai industri hilir. Industri yang memiliki bahan baku berasal dari swadaya sendiri adalah industri kayu rakyat yang telah berkembang yaitu industri yang telah memiliki kontinuitas produksi baik (memiliki industri dalam skala besar). Selain berasal dari swadaya sendiri, hampir seluruh industri penggergajian yang terdapat di wilayah penelitian memperoleh bahan baku dari tengkulak dan petani dengan memanfaatkan jasa ranting. Ranting adalah orang/jasa yang diberi kepercayaan oleh industri untuk mencari bahan baku demi kelangsungan produksi. Ranting yang dipilih harus memiliki kriteria: pandai tawar menawar, pandai membaca situasi ketersediaan bahan baku dan dapat menganalisis kualitas dan kuantitas kayu yang akan dibeli/dipesan. Dalam menjalankan tugasnya ranting tidak terikat secara langsung dengan pihak industri (bukan bagian dari pekerja), ranting bekerja secara situasional yaitu ketika kesulitan bahan baku. Ranting bekerja sesuai dengan perintah pengusaha dan dia mampu mendapatkan bahan baku dari tempat mana pun. Pengusaha memesan bahan baku kepada ranting dengan menyebutkan jenis, bentuk, kubikasi serta sortimen yang dibutuhkan. Selanjutnya ranting akan mulai mencari dan menyisir tempat-tempat yang memiliki persediaan bahan baku yang sesuai dengan pesanan. Diperlukan biaya yang sangat besar untuk memanfaatkan fasilitas ranting.
46
Industri mebel memperoleh bahan baku melalui industri penggergajian secara langsung dan melalui toko material. Bahan baku yang dibutuhkan oleh mebel adalah papan. Mebel membeli bahan baku secara langsung tanpa melalui perantara. Para pengusaha mebel di wilayah penelitian lebih senang mendapatkan bahan baku dari toko material daripada langsung dari industri penggergajian, meskipun harga bahan baku sedikit mahal. Hal ini dikarenakan beberapa alasan, yaitu industri penggergajian yang ada dilokasi penelitian lebih banyak menghasilkan papan bahan baku palet, sehingga industri mebel mengalami kesulitan dalam mendapatkan bahan baku di wilayah sekitar. Dalam memperoleh bahan baku industri mebel lebih percaya dengan kualitas kayu dari toko material daripada industri penggergajian, bahan baku dari toko material memiliki kesesuaian antara harga dengan ukuran sortimen. Tetapi hal tersebut dilakukan hanya untuk untuk jenis produk mebel tertentu yang membutuhkan kualitas baik seperti jati dan mahoni, sedangkan untuk produk mebel tertentu yaitu produk yang tidak terlalu membutuhkan bahan baku kualitas yang baik seperti albasia dan manii misalnya orderan pembuatan kursi belajar sekolah, biasaya industri ini langsung memesan bahan baku dari industri penggergajia. Bahan baku papan yang berbeda kualitasnya didasarkan kepada pemesanan konsumen. Industri kusen memperoleh bahan baku papan langsung dari industri penggergajian khusus untuk jenis albasia dan manii, sedangkan untuk jenis mahoni dan jati bahan baku diperoleh dari toko material. Karena industri penggergajian jarang sekali mengguakan jenis mahoni dan jati mengingat, mahoni kayu cukup mahal dan tergolong kelas hardwood, sehingga dalam proses penggergajiannya membutuhkan biaya tambahan. Industri
palet
memperoleh
bahan
baku
langung
dari
industri
penggergajian. Industri palet yang berada di wilayah penelitian adalah industri palet yang menggunakan bahan baku palet berkualitas reject (apkiran) yaitu kualitas papan yang tidak lolos pasar karena alasan cacat atau tidak sempurna dalam pemotongan. Sedangkan untuk bahan baku palet berkualitas super, diperuntukan untuk industri besar yang berada di wilayah Jakarta, Bogor, Tanggerang, Bekasi (Jabotabek), sebagai bahan baku bingkai kaca, dudukan
47
keramik dan batu bata. Palet yang dihasilkan dari bahan baku kualitas apkiran ini dapat berupa peti sayuran dan buah buahan. Pada dasarnya industri kayu rakyat di wiayah penelitian tidak begitu mengalami kesulitan dalam perolehan bahan baku industri, bahan baku tersebut dapat diperoleh dari dari daerah manapun. Jenis dan bentuk kayu yang didapatkan atau diperoleh oleh para industri berasal dari daerah-daerah yang memiliki potensi kayu rakyat, dapat dari dalam kecamatan (luar/dalam desa), luar kecamatan, kabupaten atau bahkan dapat dari luar kota. Asal kayu yang diperoleh oleh para industri kayu rakyat di wilayah penelitian dapat dilihat pada Gambar 5 berikut.
Gambar 5 Asal kayu bahan baku industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung .
Gambar tersebut menjelaskan bagaimana asal kayu, yang dijadikan sebagai bahan baku. Asal kayu dikelompokan menjadi 4 kelompok berdasarkan wilayah administratifnya yaitu dalam kecamatan dalam desa (DKDD), dalam kecamatan luar desa (DKLD), luar kecamatan dalam kabupaten (LKDK) dan luar kabupaten (LK). Asal kayu dari dalam kecamatan dalam desa (DKDD) adalah kayu yang berasal dari sekitar wilayah desa dimana industri kayu rakyat itu berdiri dari 18 industri yang diamati 6 industri memperoleh bahan baku berasal dari DKDD. Asal kayu dari dalam kecamatan
luar desa (DKLD), asal kayu yang berasal dari
tetangga desa tempat dimana industri kayu rakyat berada, terdapat 10 industri yang mendapatkan bahan baku dari kelompok ini. Hal ini biasanya terjadi jika pasokan bahan baku dalam desa mengalami penurunan dan keterbatasan dalam pemanenan tujuannya adalah untuk mempertahankan kelangsungan produksi. Asal kayu dari luar kecamatan dalam kabupaten (LKDK), yaiu kayu yang berasal
48
dari tetangga kecamatan tetapi masih termasuk kedalam satu kabupaten, biasanya bahan baku dari kelompok ini banyak diperoleh dari Kecamatan Sukanegara, Kecamatan Agrabinta, Kecamatan Leles, Kecamatan Sindangbarang dan Kecamatan Pagelaran. Jika pasokan bahan baku kayu di wilayah DKLD, sudah tidak memenuhi maka LKDK adalah tujuan selanjutnya pemasok bahan baku. Terdapat 7 industri yang menggunakan bahan baku kayu berasal dari kelompok ini. Untuk asal kayu dari luar kabupaten (LK), biasanya para industri memperoleh bahan baku dari sukabumi, terdapat 4 industri yang menggunakan kayu pada kelompok ini. Jumlah industri yang memperoleh asal kayu dari kelompok tersebut untuk masing-masing tidak mutlak, dalam artian satu industri tidak hanya memperoleh bahan baku dari satu kelompok wilayah saja, dapat juga dari dua wilayah, atau bahkan jika terjadi kelangkaan bahan baku bisa saja hingga empat kelompok wilayah. Khusus untuk industri yang memperoleh bahan baku hingga luar kabupaten adalah industri yang tergolong cukup besar, dan mengalokasikan dana untuk kekurangan bahan baku ini. Dengan demikian potensi bahan baku di ke-4 kelompok wilayah tersebut harus tetap dipertahankan, salah satu caranya adalah dengan melakukan penanaman. Dalam penelitian ini tidak dapat menentukan besarnya volume bahan baku yang digunakan untuk setiap kelompok wilayah asal bahan baku, hal ini dikarenakan para industri kayu rakyat yang diamati belum memiliki manajemen yang baik, sehingga setiap pembelian bahan baku tidak ada pencatatan secara jelas, berapa m3 kayu yang diperoleh dari wilayah tersebut. Secara umum industri kayu rakyat di di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung, memiliki kontinuitas bahan baku yang cukup baik, karena industri kayu rakyat masih dapat memenuhi kebutuhan akan bahan baku. Dalam menjalankan kegiatanya industri kayu rakyat banyak menggunakan bahan baku kayu jenis albasia, manii dan mahoni, dengan bentuk yang beragam tergantung kepada jenis industri dapat berupa kayu bulat dan papan. Bahan baku tersebut banyak diperoleh di wilayah dalam kecamatan luar desa (DKLD).
49
(3) Cara Pembelian Dan Pembayaran Bahan Baku Cara yang dilakukan oleh setiap industri kayu rakyat dalam pengadaan bahan baku berbeda-beda, pembelian bahan baku biasanya dilakukan di tempat kayu rakyat, dengan cara pembayaran kontan ataupun angsuran. Untuk mengetahui cara pembelian dan cara pembayaran oleh industri kayu rakyat, dapat dilihat pada Tabel 10 berikut. Tabel 10 Cara pembelian dan pembayaran bahan baku industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung No
Nama Industri
Cara Pembelian Loco Franco
Cara Pembayaran Kontan
1
Apih Sadili
x
x
2
Sawargi
x
x
3
Sumber Karya Abadi
x
x
4
Tunggal Maju
x
x
5
Ukim
x
6
Sinar Mulya
x
x
x
7
Mahoni Jaya Abadi
8
H. Faridnudin
9
Tiga Berlian
x
10
Saprudin
x
11
Surya Mebeul
12
Cipta Karya Mandiri
13
Sukawangi
14
Mumus
x
x
15
Karya Palet
x
x
16
Ikbal Jaya
x
x
x
x
17
Sumpena
18
Hamid
Angsuran
x
x
x
x
x
x
x x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
Cara pembelian bahan baku dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan loco dan franco. Cara pembelian ini dibedakan berdasarkan tempat pembelian bahan bakunya. Jika pembelian bahan baku langsung dari tempat asal kayu maka, cara pembelian ini disebut dengan loco, akan tetapi jika cara pembelian dilakukan di tempat industri kayu rakyat, maka cara pembelian ini dikenal dengan sebutan franco. Biasanya franco ini untuk industri yang membeli bahan baku dan bahan baku langsung diantar ke lokasi industri, transaksi dilaksanakan di lokasi industri kayu rakyat. Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat
50
bahwa secara umum industri kayu rakyat di lokasi penelitian melakukan cara pembelian bahan baku langsung di tempat industri, tetapi untuk sebagian industri melakukan cara pembelian bahan baku ditempat asal kayu. Satu industri kayu rakyat dapat melakukan kedua cara pembelian ini. Kedua cara pembelian bahan baku ini memiliki kekurangan dan kelebihan, kekurangan dan kelebihan tersebut berbeda jika dilihat dari sudut penjual dan pembeli. Jika dilihat dari sudut pandang pembeli cara pembelian dengan franco lebih efektif, karena kayu bisa langsung dipesan pembeli tanpa harus pergi ke lokasi asal kayu, yang biasanya memiliki akses angkut yang sulit. Akan tetapi cara ini membutuhkan biaya yang besar, karena selain harus membayar biaya bahan baku, industri kayu rakyat harus membayar ongkos angkut dan muat bongkar, berhubung industri kayu rakyat yang ada masih dalam tahap perkembangan, sehingga untuk transportasi dan alat angkut mereka masih harus memanfaatkan jasa penyewaan atau langsung disediakan oleh petani. Cara pembayaran bahan baku yang dilakukan pada umumnya adalah dengan cara kontan. Cara pembayaran kontan biasanya dilakukan setelah kayu di sortir sesuai dengan kualitas yang dibutuhkan, kemudian kayu diukur setelah itu baru dilakukan pembayaran kepada supplier. Jika pembayaran secara angsuran maka biasanya pada saat kayu datang ke tempat industri kayu rakyat, maka akan diberi kas bon, pembayaran dilakukan apabila produk yang dihasilkan telah laku terjual, industri yang melakukan pembayaran secara angsur ini adalah industri kecil yang memiliki kekurangan modal.
b. Kontinuitas Produksi (1) Kapasitas produksi Kapasitas produksi merupakan kemampuan suatu industri untuk menghasilkan suatu barang, biasanya ditentukan dari besarnya skala usaha dan alat yang digunakan. Kapasitas industri kayu rakyat untuk daerah penelitian dapat disajikan pada Tabel 11.
51
Tabel 11 Kapasitas produksi industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung No
Jenis Industri
1 Penggergajian 2 Meubel 3 Kusen 5 Palet 6 Jasa Penggergajian Jumlah rata-rata
Kecamatan Cibinong Kapasitas Realisasi Produksi Produksi (m3/bln) (m3/bln) 95 51.5 10 5 105
56.5
Kecamatan Tanggeung Kapasitas Realisasi Produksi Produksi (m3/bln) (m3/bln) 326 191.4 5.7 2.8 3.5 1.8 10 7 345.2 203
Secara umum kapasitas produksi rata-rata untuk wilayah Cibinong adalah 105 m3/bulan dan 345.2 m3/bulan untuk wilayah Tanggeung. Jika pada kondisi ideal kapasitas produksi ini selain dapat menggambarkan banyaknya produk yang dihasilkan juga dapat menggambarkan banyaknya bahan baku yang dibutuhkan. Jika suatu industri memiliki kapasitas sebesar x dengan kata lain mereka pun membutuhkan bahan baku kayu sebesar x. Kebutuhan akan bahan baku kayu rakyat antara Tanggeung dan Cibinong, lebih besar Tanggeung hal ini dikarenakan industri kayu rakyat lebih banyak berkembang di Tanggeung.
(2) Alat-alat Produksi Alat-alat produksi merupakan perlengkapan yang digunakan dalam kegiatan industri untuk menghasilkan produk/barang yang sesuai. Alat-alat produksi yang digunakan dalam industri kayu rakyat dapat berupa alat manual dan alat semi mekanis. Jenis alat yang digunakan sesuai dengan peruntukannya. Perlengkapan yang digunakan dalam industri penggergajian adalah gergaji pita (bandsaw), gergaji ini merupakan gergaji semi mekanis. Alat yang digunakan dalam industi mebel, kusen dan palet, hampir seluruhnya merupakan alat pertukangan, seperti serutan kayu, golok, pahatan, bor dan alat ukir. Selain alat-alat tersebut pada industri mebel membutuhkan alat tambahan berupa amplas, pernis, lem kayu, kunci, engsel, paku, baut dan pegangan pintu.
(3) Waktu Produksi Waktu produksi merupakan waktu yang dibutuhkan oleh suatu industri untuk memproduksi barang, waktu ini dapat menggambarkan keberlangsungan
52
proses produksi suatu industri kayu rakyat. Waktu produksi untuk industri kayu rakyat yang terdapat di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini. Tabel 12 No
Waktu produksi industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung Nama Industri
Sepanjang Tahun
Waktu Produksi Musiman
Sesuai Pesanan
1
Apih Sadili
x
2
Sawargi
3
Sumber Karya Abadi
4
Tunggal Maju
5
Ukim
6
Sinar Mulya
7
Mahoni Jaya Abadi
8
H. Faridnudin
x
x x x x x
x
x
9
Tiga Berlian
x
10
Saprudin
x
11
Surya Mebeul
x
12
Cipta Karya Mandiri
x
13
Sukawangi
x
14
Mumus
15
Karya Palet
16
Ikbal Jaya
17
Sumpena
18
Hamid
Total Jumlah Industri
x x x
x x
5
x
x
4
12
Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa, hampir seluruh industri kayu rakyat waktu produksinya berdasarkan kepada pesanan. Hal ini menandakan bahwa industri kayu rakyat yang berada di lokasi penelitian memiliki sifat tidak kontinu, karena produk yang dihasilkan dalam jumlah kecil dan variasi produk didasarkan pada pemesanan. Kelebihan dari sifat ini adalah produk memiliki fleksiblelitas yang tinggi dalam mengahadapi perubahan produk dengan variasi yang besar. Kekurangan dari sifat ini adalah rotasi pekerjaan sulit dilakukan, karena adanya kombinasi pekerjaan yang banyak, pengawasan produk sulit dilakukan, dibutuhkan investasi yang besar dalam penyediaan bahan baku, dan biaya upah kerja yang tinggi, karena apabila mendapatkan pesanan dalam jumlah banyak, industri membutuhkan pekerja banyak. Ketidakberlangsungan produksi
53
ini dapat berakibat pada ketidakberlangsungan perolehan keuntungan, karena produksi dilakukan berdasarkan pesanan sehingga keuntungan yang diperoleh hanya jika mendapat pesan, sehingga ketika tidak ada pesanan produk, banyak sekali para pengusaha yang banting setir menjadi pedagang buah-buahan ataupun sayuran.
(4) Hasil Produk Olahan Jenis produk olahan yang dihasilkan oleh industri kayu rakyat berbeda-beda hal ini tergantung kepada jenis industri, modal dan peralatan yang dimiliki. Industri penggergajian menghasilkan produk berupa kayu gergajian dalam ukuran tertentu sesuai dengan ukuran pasar seperti papan, balok dan papan bahan baku palet. Industri mebel dapat menghasilkan produk berupa perabotan rumah, industri kusen dan palet menghasilkan produk berupa perkakas kayu bahan bangunan dan palet. Produk-produk yang dihasilkan oleh industri kayu rakyat pada lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 13 berikut. Tabel 13 Jenis produk yang dihasilkan oleh industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Nama Industri Apih Sadili Sawargi Sumber Karya Abadi Tunggal Maju Ukim Sinar Mulya Mahoni Jaya Abadi H. Faridnudin Tiga Berlian Saprudin Surya Mebeul Cipta Karya Mandiri Sukawangi Mumus Karya Palet Ikbal Jaya Sumpena Hamid
Jenis Produk Bahan baku palet Bahan baku palet dan balok bahan baku bangunan Bahan baku palet dan bahan baku bangunan Almari, meja, kursi, rak TV, meja makan Bahan baku palet Jasa penggergajian Bahan baku mebel dan Palet keramik Bahan baku palet dan bangunan Bahan baku palet dan mebel Almari, meja, kursi, rak TV, meja makan Almari, meja, kursi, rak TV, meja makan Almari, meja, kursi, rak TV, meja makan Bahan baku palet, log dan bahan baku bangunan Bahan baku mebel Palet Bahan baku bangunan dan jasa penggergajian Bahan baku bangunan Bahan Baku palet dan Bangunan
54
Produk yang dihasilkan oleh industri penggergajian yaitu papan bahan baku palet dan bahan baku kayu bangunan. Papan bahan baku palet yang diproduksi adalah papan dengan ukuran pasar (10x2) cm dan (15x2) cm untuk lebar dan tebal, sedangkan untuk ukuran panjang papan adalah 100-400 cm. Bahan baku kayu bangunan yang diproduksi terdiri dari papan, balok, kaso dan reng. Papan yang diproduksi oleh industri penggergajian ini diperuntukan untuk bahan baku bangunan dan mebel. Ukuran pasar papan yang diproduksi adalah ukuran lebar dan tebal (20x3) cm pada panjang 100-400 cm. Untuk balok ukuran pasar yang diproduksi adalah (8x12) cm dan (6x12) cm, untuk panjang 100-400 cm. Balok dengan ukuran tersebut diperuntukan sebagai bahan baku kusen, siku-siku, galar dan atap rumah. Kaso merupakan kayu gergajian dengan ukuran sortimen tebal dan lebar, (4x6) cm dan (5x7) cm dengan panjang 100-400 cm. Reng merupakan perkakas bangunan yang diperuntukan sebagai penambat genteng, ukuran yng diproduksi adalah (3x4) cm, panjang 100-400 cm. Produk-produk yang dihasilkan memiliki ukuran panjang yang sama yaitu 100-400 cm, karena memang ukuran pasar yang dibutuhkan adalah produk dengan panjang tersebut. Selain produkproduk tersebut diatas industri penggergajian pun menghasilkan limbah yang masih dapat dimanfaatkan seperti serbuk gergaji untuk media tanam jamur, bahbir untuk peti sayur dan kulit kayu untuk bahan bakar. Produk yang dihasilkan oleh industri mebel adalah perabot rumah tangga, Perabot rumah tangga yang biasa diproduksi oleh industri mebel pada wilayah penelitian adalah perabotan berupa, tempat tidur, lemari ukuran 2 m dan 3 m (1/2 pintu), kursi sudut, kursi dan meja makan, rak TV dan meja tulis. Perabotan tersebut dibuat atas permintaan pasar. Produk industri kusen adalah kusen pintu dengan ukuran (80x200) cm untuk standar orang Indonesia. Sedangkan untuk industri palet, produk yang dihasilkan adalah palet untuk dudukan keramik dan batu bata. Palet dudukan keramik ini terbagi menjadi dua yaitu bagian daun dan kaki, dengan ukuran pasar yang berbeda. Ukuran daun palet adalah (2x8x120) cm sedangkan kaki palet (4x7x100) cm.
55
(5) Harga jual produk dan tujuan Penjualan Harga jual produk yang dihasilkan, dikelompokan berdasarkan jenis produk, sortimen dan bahan baku. Sedangkan untuk penentuan harga jual sendiri dipengaruhi oleh biaya bahan baku, upah pekerja dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan dalam proses produksi. Harga jual untuk masing-masing produk dapat dilihat pada Tabel 14 berikut.
Tabel 14 Harga jual rata-rata produk bahan baku palet Kecamatan Cibinong Tanggeung
Harga (Rp/m3)
Ukuran (lxt) (cm) Albasia
Manii
10x2
862,500
862,500
15x2
775,000
775,000
10x2
575,000
562,500
15x2
525,000
500,000
Harga jual bahan baku palet dikelompokan berdasarkan jenis kayu dan sortimen. Ukuran sortimen yang digunakan adalah (10x2) cm dan (15x2) cm, dengan panjang pasaran adalah 100cm up. Harga jual berdasarkan ukuran sortimen ini berbeda sejalan dengan jenis kayu yang digunakan. Harga jual ratarata produk bahan baku palet di Cibinong, untuk jenis kayu albasia pada ukuran pasar (10x2) cm dan (15x2) cm adalah Rp.862.500 dan Rp.775.000, sedangkan harga jual untuk kayu manii pada ukuran sortimen yang sama adalah Rp.862,500 dan Rp.775.000. Harga jual untuk kayu jenis albasia dan manii pada ukuran sortimen yang sama memiliki harga sama. Dengan kata lain industri penggergajian dalam menjual produk olahanya tidak terlalu memperhatikan jenis kayu dan ukuran sortimen, terbukti harga jual yang ditentukan untuk komoditas palet ini sama. Harga jual rata-rata produk bahan baku palet di Kecamatan Tanggeung untuk jenis kayu albasia pada ukuran pasar (10x2) cm dan (15x2) cm adalah Rp.575.000 dan Rp.525.000 sedangkan harga jual untuk kayu manii pada ukuran sortimen yang sama adalah Rp.562,500 dan Rp.500.000. Untuk di wilayah Tanggeung jenis kayu dan ukuran sangat mempengaruhi harga jual, hanya saja tidak teralalu besar. Industri penggergajian dalam menetukan harga jual produk bahan baku palet tidak memiliki andil terlalu besar, harga jual produk ditentukan oleh pembeli,
56
sedangkan untuk pengusaha itu sendiri tidak memperoleh informasi mengenai harga jual secara konkrit. Harga jual produk mereka dapatkan dari industri besar yang memesan bahan baku. Harga jual bahan baku palet di Kecamatan Tanggeung lebih rendah dibandingkan dengan Kecamatan Cibinong. Mahalnya harga jual bahan baku didaerah cibinong dikarenakan sulitnya akses jalan angkut sehingga harga jual yang ditentukan tinggi, untuk menutupi besarnya biaya angkut.
Tabel 15 Harga jual rata-rata perkakas kayu bangunan No
Jenis Produk
1
Balok
2
Kaso
3 4
Papan Reng
Ukuran Pasar (lxt) (cm) 8x12 6x12 5x7 4x6 20x3 3x4
Harga (Rp/m3) Cibinong Tanggeung 850,000 1,350,000 1,275,000 600,000 1,225,000 1,650,000 300,000 -
Harga jual produk perkakas kayu bangunan, dikelompokan berdasarkan ukuran sortimen pasar. Ukuran balok yang diproduksi di lokasi penelitian adalah adalah ukuran (8x12) cm dan (6x12) cm untuk panjang 100 cm up. Industri penggergajian di Kecamatan Cibinong, produk balok yang dihasilkan hanya satu ukuran yaitu (8x12) cm dengan harga jual rata-rata Rp.850.000. Sedangkan di Kecamatan Tanggeung harga jual rata-rata balok ukuran (8x12) cm dan (6x12) cm yaitu Rp.1,350,000 dan Rp.1,275,000. Harga jual rata-rata balok di Kecamatan Tanggeung lebih besar jika dibandingkan dengan Kecamatan Cibinong hal ini dikarenakan jenis kayu yang digunakan, untuk Kecamatan Tanggeung kayu yang digunakan sebagai bahan baku balok adalah jenis kayu mahoni, sedangkan di Cibinong adalah albasia. Ukuran produk kaso yang dibuat oleh industri penggergajian adalah (4x6) cm dan (5x7) cm. Keunikannya pada dua lokasi penelitian ini, tidak memproduksi kedua ukuran tersebut. Industri penggergajian di wilayah Cibinong hanya memproduksi kaso ukuran (5x7) cm dengan harga jual rata-rata Rp.600.000 sedangkan industri penggergajian di wilayah Tanggeung hanya memproduksi kaso dengan ukuran (4x6) cm dengan harga jual rata-rata Rp.1.225.000, karena jenis kayu yang digunakan berbeda. Selain produk-produk diatas bahan baku kayu
57
bangunan yang dihasilkan oleh industri penggergajian adalah produk papan dan reng. Papan hanya di produksi di wilayah Tanggeung saja dengan harga jual Rp.1.650.000 untuk jenis kayu mahoni dengan ukuran papan (20x3) cm panjang 100-400 cm. Harga jual untuk produk mebel, kusen dan palet sedikit berbeda, karena industri
tersebut
tergolong
kedalam
industri
sekunder,
industri
yang
memanfaatkan hasil dari produk industri primer menjadi barang yang sedimikian rupa, sehingga harga jual barang ditentukan berdasarkan banyaknya barang yang dibuat, tidak dalam bentuk kubikasi. Harga jual untuk produk mebel yang biasa digunakan adalah per set. Sedikit sulit dalam menentukan harga jua mebel, setiap bentuk dan ukiran mebel berpengaruh terhadap besarnya harga jual. Harga jual untuk masing-masing produk mebel ini dapa dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16
Harga jual produk industri mebel di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung Jenis
No
Nama Industri
1
Tunggal Maju
2
Saprudin
3
Surya Mebeul
Produk Lemari Liswar Springbed Kursi sudut meja makan lemari lemari Rak TV Lemari Lemari kursi makan
meja rias tempat tidur 4
Cipta Karya Mandiri
Lemari meja tulis Rak TV kursi sudut
Harga Jual Ukuran/tipe 2 pintu
3 m (2 pintu) 2 m (1 Pintu) sedang super (3 pintu) 2 pintu 4 kursi 8 kursi 6 kursi ganesa 6 kursi kerang minimalis ukir 2 pintu
Rp/m3 16.483.516 10.033.445 11.235.955 8.000.000 30.000.000 34.340.659 37.500.000 3.649.635 27.472.527 16.483.516 71.666.667 75.000.000 28.935.185 18.229.167 64.000.000 10.714.286 11.985.019 10.989.011 11.235.955 18.248.175 17.500.000
Harga Jual produk mebel ini tidak dapat dirata-ratakan seperti industri kayu rakyat lainnya, mengingat setiap jenis mebel meskipun ukuran sama, akan tetapi
58
setiap model dan ukiran produk dapat berbeda. Perbedaan tersebut sangat mempengaruhi harga jual. Harga jual produk palet dihitung berdasarkan satuan, satu rangkaian palet memiliki harga Rp.15.000-35.000/buah. Untuk harga per m3, dapat dilihat pada Tabel 17 berikut.
Tabel 17 Harga jual produk industri palet di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung No 1 2
Nama Industri Karya Palet Mahoni Jaya Abadi
Harga Jual/buah 15,000 35,000
Kubikasi (m3) 0.015 0.023
Harga Jual (Rp/m3) 1000000 1521739
Harga jual produk palet ini, juga tidak dapat dirata-ratakan mengingat bentuk ukuran, dan rangkaian yang berbeda. Industri palet hanya terdapat di Tanggeung. Harga jual produk kusen untuk setiap jenis bahan baku dan ukuran berbeda. Harga jual produk kusen dikelompokan berdasarkan jenis kayu albasia, mahoni dan jati. Daftar harga jual untuk produk ini dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18 No 1 2
Harga jual produk industri kusen di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung Nama Industri
Sumpena Mumus
Albasia 5813953 6395349
Harga Jual (Rp/m3) Mahoni 6976744 8139535
Jati 10465116 -
Harga jual tersebut diatas, diperuntukan untuk kusen pintu dengn ukuran (80x200) cm, dengan tipe kusen pintu gendong yaitu kusen yang dilengkapi dengan jendela. Sistem penentuan harga jual produk industri kayu rakyat seperti diatas ditentukan biasanya menggunakan elemen produk dan harga, dengan cara mengkombinasi jenis produksi dengan kualitas yang berbeda dan harga yang berbeda pula. Untuk produk-produk tertentu misalnya bahan baku palet, para pengusaha tidak memiliki andil dalam penentuan harga. Penentu harga adalah pihak pemesan. Akan tetapi khusus produk lain seperti perkakas, kusen, mebel dan palet, sebelum menentukan harga jual pada umumnya para pengusaha akan
59
melakukan perhitungan biaya-biaya yang telah mereka keluarkan untuk membuat suatu
produk tersebut, dengan memperhatikan harga jual bahan baku, biaya
retribusi, jenis produk dan kualitas produk yang diminta oleh konsumen. Dengan demikian secara tidak langsung industri kayu rakyat di lokasi penelitian menggunakan marketing mix dalam menentukan harga, yaitu produk, harga, distribusi dan promosi, hanya saja untuk promosi tidak dilakukan karena mengingat produk yang dihasilkan sesuai dengan pesanan. Produk-produk yang dihasilkan dijual kepada konsumen. Tujuan penjualan untuk setiap produk berbeda-beda. Untuk mengetahui tujuan penjualan produk kayu rakyat di wilayah penelitian dapat dilihat pada Tabel 19 berikut.
Tabel 19 Tujuan penjualan produk industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung No 1 2
4
Nama Industri Apih Sadili Sawargi Sumber Karya Abadi Tunggal Maju
5
Ukim
6
Sinar Mulya
3
7
Mahoni Jaya Abadi
8 9 10
H. Faridnudin Tiga Berlian Saprudin
11
Surya Mebeul
12
Cipta Karya
13 14 15 16 17 18
Sukawangi Mumus Karya Palet Ikbal Jaya Sumpena Hamid
Tujuan Penjualan Karawang, Jakarta Karawang, Bogor Karawang, Merak, Tanggerang, Kedung Halang (Bogor) Kabupaten Cianjur Bekasi, Ancol, Masyarakat setempat, Ciwidey, Sukabumi Masyarakat setempat, Ciamis Jakarta, Bogor, Tanggerang, Bekasi, Cianjur Tanggeung, Jakarta, Cianjur Cikampek, Tanjung Priok Masyarakat setempat Sukabumi, Bandung, Bogor, Ciranjang, Cidaun Agrabinta, leles, Cidaun (Kabupaten Cianjur Selatan) Cianjur Kota, Bandung, Jakarta Masyarakat Setempat Cikarang Bogor Masyarakat Setempat Masyarakat setempat
Keterangan Luar Kabupaten/Kota Luar Kabupaten/Kota Luar Kabupaten/Kota Dalam Kabupaten Dalam/Luar Kabupaten Dalam/Luar Kabupaten Luar Kabupaten/Kota Luar Kabupaten/Kota Luar Kabupaten/Kota Dalam Desa Luar Kabupaten/Kota Dalam Kabupaten Luar Kabupaten/Kota Dalam Desa Luar Kabupaten/Kota Luar Kabupaten/Kota Dalam Desa Dalam Desa
Produk yang dihasilkan oleh industri kayu rakyat yang ada di lokasi penelitian secara umum, dihasilkan untuk memenuhi pasar yaitu masyarakat setempat, konsumen di dalam dan di luar kota. Tujuan penjualan untuk masyarakat setempat, diperuntukan bagi seluruh masyarakat yang berada dekat dengan industri kayu rakyat seperti masyarakat dalam desa. Tujuan penjualan produk untuk luar kota, biasanya adalah ke daerah-daerah Jakarta, Bogor,
60
Tanggerang dan Bekasi (Jabotabek), Bandung, Sukabumi. Selain dijual ke luar kota, produk yang dihasilkanpun digunakan untuk memenuhi kebutuhan di dalam kota Ciajur itu sendiri.
5.2 Margin Keuntungan Industri Kayu Rakyat Keuntungan merupakan hasil yang diperoleh seorang pengusaha, setiap menjual suatu produk. Jadi keuntungan yang dimaksud disini adalah harga jual produk setelah dikurangi dengan biaya-biaya produksi. Keuntungan industri kayu rakyat di lokasi penelitian berbeda-beda hal ini bergantung kepada jenis industri dan produk yang dihasilkan. Keuntungan industri yang disajikan adalah keuntungan industri per produk. Tujuan dari perhitungan keuntungan per produk ini adalah untuk mencari alternatif, industri yang memiliki keutungan tinggi atau produk apa yang jika diproduksi mengahasilkan keuntungan tinggi, keuntungan tersebut dapat dilihat apada Tabel 20 berikut. Tabel 20 Keuntungan produk industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung Nama Jenis Industri dan Produk Industri Penggergajian 1 Papan Bahan Baku Palet No
Ukuran Pasar (cm) 10x2 15x2
2
Balok
3
Kaso
4 Papan Industri Kusen 5 Kusen Pintu
Industri Palet 6 Dudukan Batu Bata 7 Dudukan Keramik 8 Jasa Penggergajian Mebel 9 Lemari 1 pintu 10 Lemari 2 pintu 11 Lemari 3 Pintu 12 Meja makan (4 kursi) 13 Meja makan (6 kursi) 14 Meja makan (8 kursi) 15 Kursi sudut 16 (Liswar) 17 Springbed 18 Rak TV 19 Meja tulis 20 Tempat tidur minimalis 21 Tempat tidur ukir
Jenis Albasia Manii Albasia Manii
8x12 6x12 5x7 4x6 20x3 80x200
Keuntungan (Rp/m3) Cibinong Tanggeung 379.500 379.500 283.167 283.167 518.000 228.500 -
25.250 25.250 700.000 -14.400 618.000 677.500 497.250 932.333
Albasia Mahoni Jati
4.904.651 4.958.140 6.265.116
Reject Mahoni
33.333 219.565 250.000
100.000
20.964.835 18.605.605 22.515.716 66.709.856 59.043.189 70.043.189 9.700.000 5.546.376 7.663.295 7.570.072 621.722 5.757.475 7.028.208
61
Keuntungan industri kayu rakyat (Tabel 20), merupakan keuntungan kotor, karena dalam perhitungan keuntungan, tidak semua komponen biaya produksi disertakan. Keuntungan masing-masing produk untuk setiap industri dapat di jelaskan sebagai berikut : Pada industri penggergajian terdapat 4 jenis produk yang dihasilkan yaitu papan bahan baku palet, balok, kaso dan papan. Keuntungan produk tersebut diperoleh dengan cara mengurangi harga jual produk, dengan komponen biaya produksi. Komponen biaya produksi yang digunakan adalah harga beli bahan baku, upah pekerja, retribusi dan biaya angkut. Keuntungan produk tersebut dikelompokan
berdasarkan
lokasi
penelitian.
Khusus
untuk
Kecamatan
Tanggeung, produk yang paling banyak memberikan keuntungan adalah produk papan dengan ukuran pasar (20x3x400) cm yaitu sebesar Rp.932.333/m3 dan produk kedua yang memerikan keuntungan besar adalah balok dengan ukuran pasar (6x2x400) cm yaitu sebesar Rp.677.500/m3. Sedangkan untuk bahan baku palet sendiri, meskipun dominan diproduksi oleh seluruh industri penggergajian di Tanggeung, akan tetapi tidak memberikan keuntungan yang cukup besar, bahkan untuk bahan baku palet jenis kayu manii, ukuran pasar (15x2) cm, mengalami kerugian sebesar Rp.14.400/m3. Hal ini terjadi karena harga jual produk yang diterapkan di Tanggeung lebih kecil jika dibandingkan dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Rendahnya harga jual tersebut ditentukan oleh pasar. Berbeda halnya dengan produk industri penggergajian di Cibinong. Produk yang paling menguntungkan adalah balok dengan ukuran pasar (8x12x400) cm yaitu sebesar Rp.518.000/m3 dan kedua adalah produk bahan baku palet ukuran pasar (10x2x400) cm Rp.379.500/m3, untuk jenis albasia dan manii. Jika dibandingkan antara Cibinong dan Tanggeung, maka untuk di daerah Cibinong produk yang paling menguntungkan adalah bahan baku palet dan balok, sedangkan di Tanggeung produk yang paling menguntungkan adalah papan dan balok. Industri kusen, merupakan industri sekunder pembuat bahan baku kayu bangunan. Industri ini hanya terdapat di salah satu lokasi penelitian, yaitu Tanggeung. Adapun produk yang dihasilkan adalah kusen pintu tipe gendong (dengan jendela). Keuntungan industri yang diperoleh industri ini adalah
62
keuntungan dari hasil pengurangan antara harga jual produk dengan biaya produksi, berupa upah pekerja dan harga beli bahan baku. Ukuran pasar yang diproduksi adalah kusen ukuran standar Indonesia yaitu (80x200) cm. Keuntungan ditetukan berdasarkan jenis. Terdapat tiga jenis kusen yang dibuat yaitu jenis albasia, mahoni dan jati. Dari ketiga jenis tersebut yang memberikan keuntungan paling besar adalah kusen yang terbuat dari jati yaitu Rp.6.265.116/m3. Industri palet hanya terdapat disalah satu lokasi penelitian saja yaitu Tanggeung. Terdapat dua industri yang membuat palet akan tetapi kedua industri ini memiliki perbedaan dalam membuat palet. Perbedaan tersebut berdasarkan kepada bahan baku yang digunakan, peruntukan dan bentuk rangkaian palet. Bahan baku yang digunakan adalah papan bahan baku palet jenis mahoni dan papan bahan baku palet apkiran. Industri yang memanfaatkan bahan baku dari jenis mahoni diperuntukan untuk palet dudukan keramik, sedangkan industri yang menggunakan bahan baku palet reject, diperuntukan untuk dudukan batu bata dan keranjang sayur. Industri palet apkiran memperoleh keuntungan sebesar Rp.33,333/m3
sedangkan
industri
palet
mahoni
sebesar
Rp.219,565/m3.
Komponen biaya yang digunakan dalam perhitungan hanya upah pekerja dan harga beli bahan baku. Industri jasa penggergajian merupakan industri yang menyediakan jasa penyewaan gergaji. Secara definitif mereka melakukan kegiatan industri, hanya saja mereka tidak melakukan penjualan ataupun pembelian bahan baku, sehingga khusus untuk industri ini, keuntungan yang diperoleh adalah sebesar ongkos yang ditetapkan sebagai harga sewa yaitu Rp.100.000/m3 untuk jasa penggergajian daerah Cibinong dan Rp.250.000/m3 untuk daerah Tanggeung. Untuk industri mebel dalam perhitungan keuntungan tidak dikelompokan menurut lokasi penelitian, hal ini dikarenan harga mebel baik di Cibinong maupun Tanggeung memiliki perbedaan harga yang tidak terlalu jauh, bahkan untuk produk-produk tertentu nyaris sama. Produk utama mebel yang dibuat di lokasi penelitian adalah lemari 1 pintu, lemari 2 pintu, lemari 3 pintu, meja makan (4 kursi), meja makan (6 kursi), meja makan (8 kursi), kursi sudut, liswar, springbed, rak TV, meja tulis, tempat tidur minimalis dan tempat tidur ukir. Dengan bahan baku khusus untuk mahoni dan jati. Dari produk-produk utama tersebut tersebut,
63
produk yang memberikan keuntungan paling besar adalah meja makan 8 kursi, yaitu sebesar Rp.70.043.189/m3 sedangkan yang memberikan keuntungan terendah adalah meja tulis sebesar Rp.621.722/m3.
VI. KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu : 1. Karakteristik industri pengolahan kayu rakyat di lokasi penelitian adalah industri berskala kecil berupa industri penggergajian, mebel, kusen, palet dan jasa penggergajian; usaha berbentuk perorangan; bermodal kecil bersumber dari milik pribadi; jumlah tenaga kerja 3-19 orang; sistem upah yang diterapkan adalah harian dan borongan, memiliki kontinuitas bahan baku yang cukup baik dengan proses produksi yang tidak kontinu. 2. Waktu produksi industri berdasarkan pada pesanan. Berdasarkan waktu produksi sortimen yang memiliki keuntungan tinggi untuk wilayah Cibinong adalah sortimen ukuran (8x12) cm dan (10x2) cm. Sortimen yang memiliki keuntungan tinggi untuk wilayah Tanggeung adalah sortimen ukuran (20x3) cm, (15x2) cm, (8x12)cm dan (6x12) cm.
6.2 Saran 1.
Perlu diadakan penyuluhan kewirausahaan khusus untuk para pengusaha industri kayu rakyat terkait dengan kelestarian hasil.
2.
Perlu diadakan pelatihan manajemen finansial perusahaan.
3.
Perlu dibuat undang-undang khusus mengenai industri kayu rakyat. undang-undang serta peraturan yang dibuat harus diketahui oleh seluruh pihak yang terkait dengan hutan rakyat.
4.
Pembentukan koperasi simpan pinjam yang beranggotakan seluruh industri kayu rakyat, yang dapat berfungsi sebagai pemberi informasi yang dan pembinaan baik dari segi manajemen permodalan maupun keterampilan.
L A M P I R AN
69
Lampiran 1 Nama dan alamat industri kayu rakyat yang berada di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung No
Nama Industri
Nama Pemilik
Alamat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Apih Sadili PD. Sawargi PT. Sumber Karya Abadi Tunggal Maju Ukim Sinar Mulya ® CV. Mahoni Jaya Abadi H. Faridnudin Tiga Berlian Saprudin Surya Mebeul PT. Cipta Karya Mandiri TB. Sukawangi Mumus
Apih sadili Usep Makbullah Upit S Ukim A. Ropandi Rohimat H. Faridnudin Danda Juanda Saprudin Ade Suryadi Dadang Ajat Mumus
Kp. Kadumekar Ds. Sukamekar Kec. Cibinong Kp. Cirenda Ds. Sukamekar Kec. Cibinong Kp. Cibatu Ds. Sukamekar Kec. Cibinong Kp. Pamoyanan Ds. Pamoyanan Kec. Cibinong Kp. Cinunjang Ds. Sukamekar Kec. Cibinong Kp. Pamandangan Ds. Cikangkareng Kec. Cibinong Kp. Parabon Ds. Bojongpetir Kec. Tanggeung Kp. Pasir Gede Ds. Kertajaya Kec. Tanggeung Jl. Raya Tanggeung Ds. Tanggeung Kec. Tanggeung Kp. Cipandak 1 Ds. Sirnajaya Kec. Tanggeung Jl. Ranggagading Ds. Margaluyu Kec. Tanggeung Kp. Sirnagalih Ds. Tanggeung Kec. Tanggeung Kp. Wangunjaya Ds. Margaluyu Kec. Tanggeung Kp. Dampit Ds. Bojongpetir Kec. Tanggeung
15 16 17 18
Karya Palet Ikbal Jaya Sumpena Hamid
Asep Pai Pardi Sumpena Hamid
Jl. Pagelaran Kp. Paradeg Kec. Pagelaran Kp. Hegarmanah Ds. Bojongpetir Kec. Tanggeung Kp. Cipandak 1 Ds. Sirnajaya Kec. Tanggeung Kp. Ranggagading Ds. Margaluyu Kec. Tanggeung
Sumber : Pegusaha industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung.
70
Lampiran 2 Modal dan sumber modal industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung Modal Awal No
Nama Industri
Sumber Modal Pinjaman
(Rp) Pribadi
1
Apih Sadili
50,000,000
x
2
PD. Sawargi
50,000,000
x
3
Sumber Karya Abadi
50,000,000
x
4
Tunggal Maju
15,000,000
x
5
Ukim
50,000,000
6
Sinar Mulya
25,000,000
x
7
Mahoni Jaya Abadi
200,000,000
x
8
H. Faridnudin
50,000,000
x
9
Tiga Berlian
50,000,000
x
10
Saprudin
5,000,000
x
11
Surya Mebeul
20,000,000
x
12
Cipta Karya Mandiri
200,000,000
13
TB. Sukawangi
50,000,000
x
14
Mumus
5,000,000
x
15
Karya Palet
20,000,000
x
16
Ikbal Jaya
50,000,000
x
17
Sumpena
25,000,000
x
18
Hamid
50,000,000
x 16
Jumlah
Bank
Nonbank
x x
x
1
2
Sumber : Pegusaha industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung.
Lampiran 3 Modal rata-rata untuk tiap industri di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung 1. Industri Penggergajian No
Nama Industri
Jenis industri
Modal (Rp)
1
Apih Sadili
Penggergajian
50,000,000
2
PD. Sawargi
Penggergajian
50,000,000
3
Sumber Karya Abadi
Penggergajian
50,000,000
4
Ukim
Penggergajian
50,000,000
5
Mahoni Jaya Abadi
Penggergajian
200,000,000
6
H. Faridnudin
Penggergajian
50,000,000
7
Tiga Berlian
Penggergajian
50,000,000
8
TB. Sukawangi
Penggergajian
50,000,000
9
Hamid
Penggergajian
50,000,000
Jumlah Total Rat-rata Sumber : Pegusaha industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung.
600,000,000 67,000,000
71 2. Industri mebel No
Nama Industri
Jenis industri
Modal (Rp)
1
Tunggal Maju
Mebeul
15,000,000
2
Saprudin
Mebeul
5,000,000
3
Surya Mebeul
Mebeul
20,000,000
4
Cipta Karya Mandiri
Mebeul
200,000,000
Jumlah Total
240,000,000
Rata-rata
60,000,000
Sumber : Pegusaha industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung.
3. Industri Kusen No 1 2 Total
Nama Industri
Jenis industri
Sumpena
Kusen
Mumus
Kusen
Modal (Rp) 25,000,000 5,000,000 30,000,000
Rata-rata
15,000,000
Sumber : Pegusaha industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung.
4. Jasa Penggergajian No 1
Nama Industri Sinar Mulya
2 Ikbal Jaya Total
Jenis industri
Modal (Rp)
Jasa Penggergajian
25,000,000
Jasa Penggergajian
25,000,000
Rata-rata Sumber : Pegusaha industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung.
50,000,000 25,000,000
72
Lampiran 4
Kondisi dan lokasi tempat usaha di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung
No 1
Nama Industri
Lokasi Dengan Rumah Menyatu
Terpisah
Apih Sadili
2
PD. Sawargi
3
PT. Sumber Karya Abadi
4
Tunggal Maju
5
Ukim
6
Sinar Mulya
7
CV. Mahoni Jaya Abadi
8
H. Faridnudin
Khusus X X
X X X X X X
9
Tiga Berlian
10
Saprudin
X
11
Surya Mebeul
X
12
PT. Cipta Karya Mandiri
X
13
TB. Sukawangi
X
X
14
Mumus
15
Karya Palet
X
X
16
Ikbal Jaya
X
17
Sumpena
18
Hamid Total Jumlah Industri
X 3
X 6
9
73
Lampiran 5 Tabel asal bahan baku kayu industri kayu rakyat yang digunakan di lokasi penelitian Asal Bahan Baku No
Nama Industri
1 Apih Sadili 2 PD. Sawargi 3 PT. Sumber Karya Abadi 4 Tunggal Maju 5 Ukim 6 Sinar Mulya ® 7 CV. Mahoni Jaya Abadi 8 H. Faridnudin 9 Tiga Berlian 10 Saprudin 11 Surya Mebeul 12 PT. Cipta Karya Mandiri 13 TB. Sukawangi 14 Mumus 15 Karya Palet 16 Ikbal Jaya 17 Sumpena 18 Hamid Total Jumlah Industri
DK DD x x x
LD x x x
x
x
x
x x
LKDK
LK
x x x x x x x x
x x x
x x
x x 6
Keterangan, DKDD
: Dalam kecamatan dalam desa
DKLD
: Dalam kecamatan luar desa
LKDK
: luar Kecamatan dalam kabupaten
LK
: Luar Kabupaten
10
x 7
4
74
Lampiran 6 Tabel harga beli bahan baku No
Kecamatan
Nama Industri
Bentuk
1
Cibinong
Apih Sadili PD. Sawargi PT. Sumber Karya Abadi Ukim Total Harga Rata-rata Harga Beli CV. Mahoni Jaya Abadi H. Faridnudin Tiga Berlian TB. Sukawangi Hamid Total Harga Rata-rata Harga Beli
Log Log
2
No 1 2 3
Tanggeung
Nama Jenis Albasia Afrika Mahoni
Harga Beli (Rp/m3) Albasia 300,000 300,000
Afrika 300,000 300,000
Log Log
300,000 300,000 1,200,000 300,000
400,000 225,000 1,225,000 306,250
Log Log Log Log Log
600,000 450,000 350,000 400,000 400,000 2,200,000 440,000
600,000 350,000 350,000 350,000 400,000 2,050,000 410,000
Nama Latin Paraserianthes falcataria Maeosopsis eminii Swetinia macrophylla
Mahoni -
800,000 600,000 600,000 600,000 600,000 3,200,000 640,000
Harga Beli (Rp/m3) Cibinong Tanggeung 300,000 440,000 306,250 410,000 640,000
75
Lampiran 7 Harga jual produk hasil olahan 1. Bahan Baku Palet Ukuran/Jenis (Rp/m3) Kecamatan
10x2 (cm)
Nama Industri
Al
Cibinong
AF
Al
10x5 (cm)
AF
Apih Sadili
875,000
875,000
PD. Sawargi PT. Sumber Karya Abadi
950,000
950,000
750,000
750,000
725,000
725,000
Ukim
875,000
875,000
800,000
800,000
3,450,000
3,450,000
2,325,000
2,325,000
862,500
862,500
775,000
775,000
Total Harga
Tanggeung
15x2 (cm) 800,000 -
-
600,000
600,000
Tiga Berlian
650,000
650,000
TB. Sukawangi
500,000
500,000
500,000
Hamid
550,000
500,000
550,000
2,300,000
2,250,000
1,050,000
500,000
575,000
562,500
525,000
500,000
Total Harga Rata-rata Harga Beli
-
AF
800,000
Rata-rata Harga Jual CV. Mahoni Jaya Abadi H. Faridnudin
-
AL
-
-
500,000
Keterangan AF : Afrika AL : Albasia
2. Perkakas Bangunan Kecamatan Cibinong
Nama Industri PD. Sawargi PT. Sumber Karya Abadi CV. Mahoni jaya
Jenis Produk Balok Kaso Reng Papan
H. Faridnudin
Kaso Balok
Tanggeung TB. Sukawangi Hamid
Papan Papan Kaso Balok
Ukuran Pasar (lxt) 8x12 5x7 3x4 20x3 20x2 4x6 8x12 6x12 20x3 20x3 4x6 6x12
Harga (Rp/m3) 850,000 600,000 300,000 2,500,000 1,750,000 1,250,000 1,350,000 1,350,000 1,450,000 1,000,000 1,200,000 1,200,000
76 3. Harga Jual Produk Palet No 1 2
Nama Industri
Harga jual Rp/buah
Kubikasi (m3)
15,000 35,000
0.015 0.023
Karya Palet CV. Mahoni Jaya Abadi
4. Harga Jual Produk mebel Jenis No
Nama Industri
1
Tunggal Maju
2
Saprudin
3
Surya Mebeul
Produk Lemari Liswar Springbed Kursi sudut meja makan lemari lemari Rak TV Lemari Lemari kursi makan
Ukuran/tipe Produk (pxlxt) cm 2 pintu
3 m (2 pintu) 2 m (1 pintu) sedang super (3 pintu) 2 pintu 4 kursi 8 kursi 6 kursi ganesa 6 kursi kerang
meja rias tempat tidur 4
PT. Cipta Karya Mandiri
Lemari meja tulis Rak TV kursi sudut
minimalis Ukir 2 pintu
Harga jual (Rp/set)
Kubikasi (m3)
1,200,000 900,000 1,500,000 1,600,000 1,500,00 2,500,000 1,500,000 250,000 3,000,000 1,200,000 4,300,000 9,000,000
0.0728 0.0897 0.1335 0.2 0.05 0.0728 0.04 0.0685 0.1092 0.0728 0.06 0.12
7,500,000 3,500,000 1,600,000 1,200,000 1,600,000 800,000 300,000 1,250,000 3,500,000
0.2592 0.192 0.025 0.112 0.1335 0.0728 0.0267 0.0685 0.2
77
Lampiran 8 Contoh perhitungan keuntungan industri penggergajian untuk produk bahan baku palet di Kecamatan Cibinong Apih Sadili No
Komponen
1
Harga Jual
2
Biaya Produksi a. Harga Beli Bahan Baku Log
Bahan Baku Jenis Albasia : (10x2) panjang 100 cm up Bahan Baku Jenis Albasia : (15x2) panjang 100 cm up Bahan Baku Jenis Afrika : (10x2) panjang 100 cm up Bahan Baku Jenis Afrika : (15x2) panjang 100 cm up
Harga (Rp/m3) 875,000 875,000 800,000 800,000
Albasia Afrika Operator Bandsaw Helper Bandsaw Kavling
300,000 300,000 9,500 8,000 7,500
c. Ongkos Angkut d. Retribusi SKSHH e. Retribusi Izin Tebang Kayu
Jaboetabek (1,500,000/rit x 1 rit/10 m3) Khusus Kayu Rakyat
150,000 3,000
Jumlah Biaya Total
Jenis Albasia Jenis Afrika Bahan Baku Jenis Albasia : (10x2) panjang 100 cm up Bahan Baku Jenis Albasia : (15x2) panjang 100 cm up Bahan Baku Jenis Afrika : (10x2) panjang 100 cm up Bahan Baku Jenis Afrika : (15x2) panjang 100 cm up
b. Upah Pekerja
3
Rincian
Keuntungan
Albasia Afrika
3,500 3,500 481,500 481,500 393,500 393,500 318,500 318,500
78
Lampiran 9 Contoh perhitungan keuntungan industri penggergajian untuk produk bahan baku palet di Kecamatan Tanggeung H. Faridnudin No 1 2
Komponen Harga Jual Biaya Produksi a. Harga Beli Bahan Baku Log
Harga (Rp/m3) 600,000 600,000
Albasia Afrika Operator Bandsaw ( 12,500 x 2 orang) Helper Bandsaw (12,500 x 2 orang) Kavling (5,000/m3 x 2 orang)
400,000 350,000 25,000 25,000 10,000
c. Ongkos Angkut d. Retribusi SKSHH e. Retribusi Izin Tebang Kayu
Jaboetabek (1,250,000/rit x 1 rit/10 m3) Khusus Kayu Rakyat Albasia Afrika
125,000 3,000 3,500 3,500
Jumlah Biaya Total
Jenis Albasia Jenis Afrika Bahan Baku Jenis Albasia : (10x2) panjang 100 cm up Bahan Baku Jenis Afrika : (10x2) panjang 100 cm up
591,500 541,500 8,500 58,500
b. Upah Pekerja
3
Rincian Bahan Baku Jenis Albasia : (10x2) panjang 100 cm up Bahan Baku Jenis Afrika : (10x2) panjang 100 cm up
Keuntungan
79
Lampiran 10 Contoh perhitungan keuntungan industri penggergajian untuk produk balok di Kecamatan Cibinong PD Sawargi No 1 2
3
Komponen Harga Jual Biaya Produksi a. Harga Beli Bahan Baku Log b. Upah Pekerja
c. Retribusi SKSHH d. Retribusi Izin Tebang Kayu Jumlah Biaya Total Keuntungan
Rincian Balok ukuran (8x12) panjang 100 cm Up Albasia Operator Bandsaw Helper Bandsaw Kavling Khusus Kayu Rakyat Albasia Balok ukuran (8x12) panjang 100 cm Up
Harga (Rp/m3) 850,000 300,000 9,500 8,000 7,500 3,000 3,500 331,500 518,500
80
Lampiran 11 Contoh perhitungan keuntungan industri penggergajian untuk produk balok di Kecamatan Tanggeung H. Faridnudin No 1 2
3
Komponen Harga Jual Biaya Produksi a. Harga Beli Bahan Baku Log b. Upah Pekerja
c. Retribusi SKSHH d. Retribusi Izin Tebang Kayu Jumlah Biaya Total Keuntungan
Rincian Balok ukuran (8x12) panjang 100 cm Up Balok ukuran (6x12) panjang 100 cm Up
Harga (Rp/m3) 1,350,000 1,350,000
Mahoni Operator Bandsaw (Rp.12,500 x 2 orang) Helper Bandsaw (Rp.12,500 x 2 orang) Kavling (Rp.5,000/m3 x 2 orang) Khusus Kayu Rakyat Mahoni
600,000 25,000 25,000 10,000 5,000 7,500 672,500 677,500 677,500
Balok ukuran (8x12) panjang 100 cm Up Balok ukuran (6x12) panjang 100 cm Up
81
Lampiran 12 Contoh perhitungan keuntungan industri penggergajian untuk produk kaso di Kecamatan Cibinong PT. Sumber Karya Abadi No 1 2
3
Komponen Harga Jual Biaya Produksi a. Harga Beli Bahan Baku Log b. Upah Pekerja
c. Retribusi SKSHH d. Retribusi Izin Tebang Kayu Jumlah Biaya Total Keuntungan
Rincian Kaso ukuran : (5x7) panjang 100 cm up Albasia Operator Bandsaw (Rp.12,500 x 2 orang) Helper Bandsaw (Rp.12,500 x 2 orang) Kavling Rp.7,500 x 2 orang Khusus Kayu Rakyat Albasia Jenis Albasia Kaso ukuran : (5x7) panjang 100 cm up
Harga (Rp/m3) 600,000 300,000 25,000 25,000 15,000 3,000 3,500 371,500 228,500
82
Lampiran 13 Contoh perhitungan keuntungan industri penggergajian untuk produk kaso di Kecamatan Tanggeung PD Sawargi No 1 2
3
Komponen Harga Jual Biaya Produksi a. Harga Beli Bahan Baku Log b. Upah Pekerja
c. Retribusi SKSHH d. Retribusi Izin Tebang Kayu Jumlah Biaya Total Keuntungan
Rincian Kaso ukuran : (4x6) panjang 100 cm up Mahoni Operator Bandsaw Helper Bandsaw Kavling Khusus Kayu Rakyat Mahoni Kaso ukuran : (4x6) panjang 100 cm up
Harga (Rp/m3) 1,225,000 600,000 9,500 8,000 7,500 5,000 7,500 637,500 587,500
83
Lampiran 14 Contoh perhitungan keuntungan industri penggergajian untuk produk papan di Kecamatan Tanggeung PD Sawargi No 1 2
3
Komponen Harga Jual Biaya Produksi a. Harga Beli Bahan Baku Log b. Upah Pekerja
c. Retribusi SKSHH d. Retribusi Izin Tebang Kayu Jumlah Biaya Total Keuntungan
Rincian Papan ukuran : (20x3) panjang 100 cm up Mahoni Operator Bandsaw Helper Bandsaw Kavling Khusus Kayu Rakyat Mahoni Papan ukuran : (20x3) panjang 100 cm up
Harga (Rp/m3) 1,000,000 600,000 9,500 8,000 7,500 5,000 7,500 637,500 362,500
84
Lampiran 15 Contoh perhitungan keuntungan untuk produk palet di Kecamatan Pagelaran Karya Palet No Komponen 1 2
3
Harga Jual Biaya Produksi Harga Beli Bahan Baku Upah pekerja Total Biaya Keuntungan
Harga (Rp/m3)
Rincian semua jenis
1000000
papan palet reject
500,000 3
Pembuat palet (1000/palet x 7 orang )/0.015m
466,667 966,667 33,333
85
Lampiran 16 Contoh perhitungan keuntungan untuk produk palet di Kecamatan Tanggeung. CV. Mahoni Jaya No 1 2
3
Komponen Harga Jual Biaya Produksi Harga Beli Bahan Baku Upah pekerja Total Biaya Keuntungan
Harga (Rp/m3) 1521739.13
Rincian Albasia papan mahoni
650,000 3
Pembuat palet (3500/palet x 10 orang )/0.023m
652,174 1,302,174 219,565
86
Lampiran 17 Contoh perhitungan keuntungan untuk produk mebel Tunggal Maju No 1
2
Komponen Harga Jual
Biaya produksi upah pekerja
Harga Beli Bahan Baku Biaya Total
3
Keuntungan
Rincian Lemari 2 pintu Liswar Springbed Kursi sudut meja makan Lemari 2 pintu Liswar Springbed Kursi sudut meja makan Jenis Mahoni Lemari 2 pintu Liswar Springbed Kursi sudut meja makan Lemari 2 pintu Liswar Springbed Kursi sudut meja makan
Harga ( Rp/m3) 16483516 10033445 11235955 8000000 30000000 3434066 2787068 1872659 1250000 5000000 1700000 5134066 4487068 3572659 2950000 6700000 11349451 5546377 7663296 5050000 23300000
87
Lampiran 18 Dokumentasi penelitian
(Dokumentasi situasi dan kondisi lokasi industri penggergajian)
Palet dudukan batu bata
Bahan baku palet
Bahan baku perkakas bangunan
(Produk hasil olaha industri kayu rakyat)
88
Bahan baku kayu log
Bahan baku kayu timpleng
(Bahan baku yang digunakan untuk kegiatan industri penggergajian)
Kegiatan penggergajian
Kegiatan penyerutan papan Kegiatan
Kegiatan Pengkavlingan
Pengangkutan hasil bahan baku palet
(Kegiatan di industri kayu rakyat)