BPS KABUPATEN ASAHAN No. 02/10/1208/Th. XIX, 24 Oktober 2016
KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015
Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Asahan tahun 2015 sebanyak 85.160 jiwa (12,09%), angka ini bertambah sebanyak 8.190 jiwa bila dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin tahun 2014 sebanyak 76.970 jiwa (10,98%).
Pada Tahun 2015 Garis Kemiskinan (GK) Kabupaten Asahan secara total sebesar Rp 262.464,per kapita per bulan, meningkat sebesar 3,23 % dibanding Garis Kemiskinan Tahun 2014.
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecendrungan menurun. P1 turun dari 1,75 pada tahun 2014 menjadi 1,60 ditahun 2015 dan P2 turun dari 0,42 pada tahun 2014 menjadi 0,36 ditahun 2015. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati garis kemiskinan dan tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk miskin semakin berkurang.
Berita Resmi Statistik Kabupaten Asahan No. 02/10/1208/Th. XIX, 24 Oktober 2016
1
1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Kabupaten Asahan Tahun 2014 – 2015 Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada bulan September 2015 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Kabupaten Asahan sebanyak 85.160 jiwa atau sebesar 12,09 persen terhadap jumlah total penduduk. Kondisi ini lebih buruk jika dibandingkan dengan kondisi September 2014 dimana jumlah penduduk miskin sebanyak 76.970 jiwa atau sebesar 10,98 persen. Dengan demikian, ada kenaikan jumlah penduduk miskin sebanyak 8.190 jiwa serta kenaikan persentase penduduk miskin sebesar 1,11 point. Perkembangan tingkat kemiskinan mulai tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Asahan Tahun 2010 - 2015 Jumlah (Ribu Jiwa) (2)
Persentase (%) (3)
2010
76,30
11,42
2011
73,39
10,85
2012
72,32
10,52
2013
80,54
11,60
2014
76,97
10,98
2015
85,16
12,09
Tahun (1)
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
Kenaikan jumlah dan persentase penduduk miskin tahun 2014 – 2015 diduga berkaitan dengan faktor – faktor berikut : a.
Inflasi selama tahun 2015 di Sumatera Utara sebesar 3,24 persen.
b. Tingkat Pengangguran Terbuka mengalami kenaikan yaitu 1,84 persen tahun 2014 menjadi 5,82 persen tahun 2015. c.
Belum membaiknya harga komoditas unggulan perkebunan di Kabupaten Asahan. Secara umum Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara tahun 2015 mengalami peningkatan
jumlah penduduk miskin dibandingkan tahun 2014. Penduduk miskin terbanyak tahun 2015 di Sumatera Utara berada di Kota Medan dan Kabupaten Langkat yaitu sebanyak 207,50 ribu jiwa dan 114,19 ribu jiwa, selanjutnya Kabupaten Deli Serdang sebanyak 95,65 ribu jiwa, Simalungun 92,89 ribu jiwa dan Asahan 85,16 ribu jiwa, sedangkan untuk kabupaten/kota lainnya masih berada dibawah 60 ribu jiwa. Persentase terbesar penduduk miskin Sumatera Utara tahun 2015 ditempati oleh tiga kabupaten/kota yang berada di Kepulauan Nias yaitu Kabupaten Nias Utara sebesar 32,62 persen, Kabupaten Nias Barat 29,96 persen dan Kota Gunung Sitoli sebesar 25,42 persen, sedangkan kabupaten/kota lainnya masih dibawah 20 persen. Hal ini dapat kita lihat dari tabel 2.
2
Berita Resmi Statistik Kabupaten Asahan No. 02/10/1208/Th. XIX, 24 Oktober 2016
Tabel 2. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014 – 2015 (000 jiwa) Tahun 2014
Tahun 2015
Kabupaten/Kota Jumlah
Persentase
Jumlah
Persentase
(2)
(3)
1. Kab. Nias
22,21
16,39
24,53
18,05
2. Kab. Mandailing Natal
39,68
9,28
47,79
11,13
3. Kab. Tapanuli Selatan
29,38
10,74
31,20
11,37
4. Kab. Tapanuli Tengah
49,86
14,47
52,20
15,00
5. Kab. Tapanuli Utara
32,23
11,06
33,37
11,41
6. Kab. Toba Samosir
16,51
9,23
18,31
10,21
7. Kab. Labuhan Batu
37,35
8,20
41,63
8,99
8. Kab. Asahan
76,97
10,98
85,16
12,09
9. Kab. Simalungun
86,26
10,20
92,89
10,96
10. Kab. Dairi
23,35
8,40
25,33
9,09
11. Kab. Karo
35,36
9,20
37,52
9,68
12. Kab. Deli Serdang
90,92
4,56
95,65
4,74
13. Kab. Langkat
100,63
9,99
114,19
11,30
14. Kab. Nias Selatan
54,46
17,81
58,97
19,05
15. Kab. Humbang Hasundutan
17,14
9,44
18,04
9,85
16. Kab. Pakpak Barat
4,72
10,55
5,12
11,26
17. Kab. Samosir
16,27
13,20
17,64
14,11
18. Kab. Serdang Bedagei
54,48
8,98
58,30
9,59
19. Kab. Batu Bara
44,72
11,25
50,37
12,61
20. Kab. Padang Lawas Utara
23,86
9,60
27,67
10,97
21. Kab. Padang Lawas
20,34
8,03
22,38
8,73
22. Kab. Labuhan Batu Selatan
35,65
11,54
36,37
11,65
23. Kab. Labuhan Batu Utara
37,30
10,71
39,59
11,31
24. Kab. Nias Utara
38,95
29,28
43,74
32,62
25. Kab. Nias Barat
23,76
28,10
25,41
29,96
71. Kota Sibolga
10,57
12,26
11,64
13,48
72. Kota Tanjung Balai
23,17
14,02
25,09
15,08
73. Kota Pematang Siantar
25,43
10,35
25,83
10,47
74. Kota Tebing Tinggi
17,20
11,08
18,80
12,03
75. Kota Medan
200,32
9,12
207,50
9,41
76. Kota Binjai
16,72
6,38
18,60
7,03
77. Kota Padang Sidempuan
17,65
8,52
18,36
8,77
78. Kota Gunung Sitoli
37,20
27,63
34,47
25,42
1,360.60
9,85
1,463,67
10,53
(1)
Sumatera Utara
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
Berita Resmi Statistik Kabupaten Asahan No. 02/10/1208/Th. XIX, 24 Oktober 2016
3
2. Garis Kemiskinan Garis Kemiskinan (GK) adalah suatu indikator yang dipergunakan sebagai suatu batas untuk menentukan miskin atau tidaknya seseorang. Penduduk miskin adalah mereka yang dikategorikan memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Pada tahun 2015 garis kemiskinan Kabupaten Asahan sebesar Rp 262.464,- per kapita per bulan, sedangkan tahun 2014 garis kemiskinan Kabupaten Asahan sebesar Rp 254.253,- per kapita per bulan. Apabila dibandingkan dengan tahun 2014, maka garis kemiskinan di Kabupaten Asahan naik sebesar 3,23 persen. Perkembangan garis kemiskinan sejak tahun 2010 – 2015 ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3. Garis Kemiskinan Kabupaten Asahan Tahun 2010 – 2015 Tahun (1)
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan) (2)
2010
224.417
2011
245.421
2012
247.603
2013
251.914
2014
254.253
2015
262.464
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
3. Indeks Kedalaman dan Indeks Keparahan Kemiskinan Selain berapa jumlah dan persentase penduduk miskin, ada dimensi lain yang perlu diperhatikan dalam hal kemiskinan yaitu tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk
miskin, kebijakan yang menyangkut kemiskinan juga harus bisa
mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan itu sendiri. Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1), merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. Indeks Keparahan Kemiskinan (Proverty Severity Index-P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Tabel 4 menunjukkan bahwa pada tahun 2015, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) cendrung mengalami penurunan. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 1,75 tahun 2014 menjadi 1,60 tahun 2015, demikian pula Indeks Keparahan turun dari 0,42 tahun 2014 menjadi 0,36 tahun 2015. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati garis kemiskinan dan tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk miskin semakin berkurang.
4
Berita Resmi Statistik Kabupaten Asahan No. 02/10/1208/Th. XIX, 24 Oktober 2016
Tabel 4. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten Asahan Tahun 2010 - 2015 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) (2)
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) (3)
2010
1,53
0,35
2011
1,52
0,33
2012
1,32
0,24
2013
1,84
0,46
2014
1,75
0,42
2015
1,60
0,36
Tahun (1)
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
4. Penjelasan Teknis dan Sumber Data a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. b. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. c. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kilokalori (kkal) per kapita per hari. Paket komoditas kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditas yang meliputi padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, serta minyak dan lemak, dll. d. Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditas kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditas di perkotaan dan 47 jenis komoditas di perdesaan. e. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan Tahun 2015 adalah data Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) September 2015. Kisaran, 24 Oktober 2015 BPS Kabupaten Asahan Kepala,
Dra. Minda Flora Ginting, MM NIP. 19690112 199401 2 001
Berita Resmi Statistik Kabupaten Asahan No. 02/10/1208/Th. XIX, 24 Oktober 2016
5
BPS KABUPATEN ASAHAN
Informasi lebih lanjut hubungi: 1. Kepala Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik (IPDS) 2. Kepala Seksi Statistik Sosial
Telepon: 0623-41731 Faks: 0623-347432 E-mail:
[email protected]
6
Berita Resmi Statistik Kabupaten Asahan No. 02/10/1208/Th. XIX, 24 Oktober 2016