Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia
Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK) Laporan Bulanan OKTOBER 2014
Edisi 10 | Oktober, 2014
Sambutan
P
embangunan kesejahteraan rakyat (kesra) merupakan salah satu prioritas pemerintah Republik Indonesia. Dalam menyelenggarakan pembangunan kesejahteraan rakyat tersebut, kita seringkali dihadapkan pada gangguan kesra berupa dampak bencana alam, perubahan iklim, dan kerusakan lingkungan hidup serta konflik sosial. Sehubungan dengan hal tersebut, Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Kemenko Kesra) berupaya untuk melaksanakan tindakan pencegahan guna meminimalisasi kerugian masyarakat. Dalam konteks pencegahan gangguan kesra berupa konflik sosial, diperlukan instrumen untuk menganalisis dan mengidentifikasi akar permasalahan dalam rangka mencari solusi sesuai amanat pilar koordinasi Kemenko Kesra, yaitu: “Penanggulangan, antisipasi, dan tanggap cepat gangguan kesejahteraan rakyat.” Untuk itu, Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK) merupakan jawaban yang dapat memberikan gambaran yang menyeluruh tentang konflik sosial sehingga pemerintah dan para pemangku kepentingan dapat mengambil langkah-langkah yang tepat. Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), yang telah diresmikan pada tanggal 7 Desember 2012, ditujukan untuk membangun kemampuan melakukan deteksi dini guna pencegahan konflik kekerasaan dan merespon dengan program dan kebijakan secara lebih efektif. Data SNPK terbuka untuk publik dengan harapan akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mediasi dan pencegahan kekerasan di negeri ini. Dalam rangka meningkatkan kualitas SNPK kami mengharapkan dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak. Akhir kata, SNPK diharapkan dapat bermanfaat bagi bangsa Indonesia dalam upaya penanganan dan pencegahan kekerasan sehingga pembangunan kesejahteraan masyarakat dapat berlangsung dan dicapai secara efisien, efektif dan produktif.
Jakarta, Mei 2013 Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia
DR. H.R. Agung Laksono
Edisi 10 | Oktober, 2014
Tentang SNPK
S
istem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK) digagas oleh Kedeputian I Bidang Koordinasi Lingkungan Hidup dan Kerawanan Sosial, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemenko PMK) untuk menyediakan data kekerasan yang terjadi di Indonesia seakurat dan semutakhir mungkin. SNPK terdiri dari dua kegiatan utama yaitu: (i) pengumpulan data rutin dan rinci tentang insiden kekerasan berupa informasi waktu, lokasi, bentuk, dan pemicu insiden serta dampaknya; (ii) penerbitan laporan dan data yang diperbaharui setiap bulan. Laporan Bulanan SNPK menyajikan data dan informasi faktual tentang insiden kekerasan yang menonjol setiap bulan. Laporan Bulanan SNPK didedikasikan sebagai bahan rujukan untuk pencegahan dan penyusunan kebijakan pengelolaan konflik.
SNPK mengumpulkan data kekerasan berdasarkan informasi yang tersedia secara publik, bersumber dari surat kabar lokal dilengkapi dengan berbagai sumber non-media seperti laporan pemerintah, kajian akademis, dan laporan lembaga swadaya masyarakat. SNPK mengumpulkan data insiden kekerasan sejak tahun 1998 dan disajikan melalui portal: www.snpk-indonesia.com. Data insiden kekerasan sejak Januari 2014 dan seterusnya berasal dari seluruh 34 provinsi di Indonesia. Portal SNPK menyajikan data kekerasan dalam empat kategori, yakni (i) konflik (lihat Kotak Definisi); (ii) Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT); (iii) kekerasan terkait kriminalitas, dan (iv) kekerasan dalam penegakan hukum. Kategori kekerasan selain konflik dipandang perlu untuk dipantau karena berpotensi menimbulkan konflik sosial. Setiap insiden kekerasan yang tercatat dalam database SNPK dilengkapi dengan kliping berita surat kabar yang digunakan sebagai sumber. Pengelolaan SNPK dipimpin oleh Kemenko PMK dengan dukungan Bank Dunia dan The Habibie Center melalui hibah dari Korea Economic Transitions and Peace-building Trust Fund. Dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan kualitas SNPK di masa mendatang, Kemenko Kesra mengembangkan kerjasama dengan berbagai pihak termasuk perguruan tinggi, lembaga kajian, dan masyarakat sipil.
D efinisi INSIDEN KEKERASAN adalah tindakan individu, antarindividu, kelompok atau antarkelompok yang menyebabkan atau dapat menyebabkan dampak fisik terhadap manusia (kematian, cedera) atau kerusakan harta benda. KONFLIK adalah peristiwa di mana insiden kekerasan terjadi karena adanya isu/ sengketa yang melatarbelakangi dan pihak tertentu yang menjadi sasaran. Konflik kekerasan mencakup insiden berskala kecil (melibatkan individu) dan berskala besar (melibatkan kelompok). Berdasarkan pemicunya, SNPK membagi konflik ke dalam tujuh jenis, yakni: 1. Konflik Sumber Daya : insiden kekerasan yang dipicu oleh sengketa sumber daya alam maupun sumber daya buatan (lahan, tambang, akses ke mata pencaharian, gaji, polusi, kerusakan lingkungan). 2. Konflik Tata Kelola Pemerintahan : insiden kekerasan dipicu oleh kebijakan atau program pemerintah (misalnya pelayanan publik, korupsi, subsidi, kenaikan harga, pemekaran). 3. Konflik Pemilihan dan Jabatan : insiden kekerasan yang dipicu oleh persaingan dalam pemilihan atau jabatan (termasuk pemilihan umum, pemilihan umum kepala daerah, pemilihan kepala desa, pemilihan jabatan di universitas, lembaga mahasiswa, partai politik, dan lainnya). 4. Konflik Separatisme : insiden kekerasan yang dipicu oleh upaya pemisahan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. 5. Konflik Identitas : insiden kekerasan yang dipicu oleh identitas kelompok (agama, etnis, suku, gender, geografis, dan yang melibatkan migran/pengungsi, identitas sekolah, dan antarsuporter olahraga). 6. Konflik Main Hakim Sendiri : insiden kekerasan yang dipicu balas dendam atau respon terhadap ketersinggungan, pencurian, hutang piutang, penghinaan, kecelakaan lalu lintas, perselingkuhan, termasuk kekerasan terhadap dukun santet dan lokasi maksiat. 7. Konflik Lainnya : insiden konflik yang pemicunya belum diketahui atau tidak dilaporkan dengan jelas oleh sumber berita. KRIMINALITAS adalah tindakan kekerasan yang terjadi tanpa dilatarbelakangi isu atau sengketa yang diperselisihkan sebelumnya. Motif tindakan kriminalitas dapat berupa uang (misalnya perampokan atau penculikan) atau kesenangan pribadi, atau kebencian. KDRT adalah tindakan kekerasan fisik yang dilakukan oleh anggota keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, di mana anggota keluarga tersebut tinggal dalam satu rumah. Kekerasan non-fisik tidak dipantau oleh SNPK. KEKERASAN DALAM PENEGAKAN HUKUM adalah tindakan kekerasan yang dilakukan oleh aparat keamanan resmi dalam upaya penegakan hukum, termasuk penggunaan kekerasan terhadap tersangka/pelaku kriminalitas baik yang dilakukan sesuai kewenangan maupun di luar wewenang aparat keamanan.
Edisi 10 | Oktober, 2014
Gambaran Umum Tren kekerasan di bulan Oktober 2014 seluruh jenis kekerasan Selama bulan Oktober 2014, data SNPK mencatat 2.180 insiden dari seluruh jenis kekerasan yang berdampak pada 252 tewas, 1.875 cedera dan 210 bangunan rusak. Jumlah tewas bulan ini [252 tewas] menurun dibandingkan bulan September [268 tewas] namun, masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata korban tewas per bulan dalam periode Januari – Oktober 2014 [249 tewas per bulan]. Jika dibandingan dengan jenis kekerasan lainnya dan konsisten dengan bulan-bulan sebelumnya, kriminalitas menempati urutan teratas dalam jumlah insiden [1.240 insiden] maupun dampak tewas [145 tewas] (lihat Tabel 1).
Tren konflik kekerasan di bulan Oktober 2014 Dalam kategori konflik kekerasan, data SNPK mencatat 605 insiden kekerasan selama bulan Oktober yang berujung pada 52 tewas, 761 cedera, dan 121 bangunan rusak. Korban tewas dalam kategori konflik kekerasan berasal dari konflik main hakim sendiri [31 tewas], konflik sumber daya [13 tewas], konflik identitas [4 tewas], konflik lainnya [3 tewas] dan konflik separatisme (1 tewas). Jumlah tewas di bulan Oktober sedikit meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Dilihat dari jenis kekerasan, konflik main hakim [383 insiden] merupakan yang tertinggi (lihat Tabel 1 dan Grafik 1).
Tabel 1. Insiden dan dampak kekerasan berdasarkan jenis kekerasan di 34 provinsi (Oktober 2014) Jumlah Kejadian Jenis Kekerasan
Jumlah Tewas
Jumlah Cedera
Jumlah Pemerkosaan
Jumlah Bangunan Rusak
Oktober 2014
September 2014
Januari Oktober 2014
Oktober 2014
September 2014
Januari Oktober 2014
Oktober 2014
September 2014
Januari Oktober 2014
Oktober 2014
September 2014
Januari Oktober 2014
Oktober 2014
September 2014
Januari Oktober 2014
Konflik
605
650
6.164
52
48
499
761
717
7.319
0
0
1
121
168
1.125
- Sumber Daya
67
58
703
13
9
117
66
51
993
0
0
0
8
12
260
- Tata Kelola Pemerintahan
40
47
366
0
0
0
78
18
317
0
0
0
14
25
156
- Pemilihan dan Jabatan
10
20
458
0
0
8
25
42
330
0
0
0
14
5
133
- Identitas
78
104
674
4
7
71
95
106
958
0
0
0
38
55
314
- Main Hakim Sendiri
383
389
3.608
31
29
251
470
466
4.367
0
0
1
45
68
235
- Separatisme
3
2
40
1
2
33
1
1
34
0
0
0
0
0
6
- Konflik Lainnya
24
30
315
3
1
19
26
33
320
0
0
0
2
3
21
Kekerasan dalam Penegakan Hukum Kriminalitas KDRT Total
175
160
1.514
18
22
162
201
191
1.772
0
0
0
0
0
2
1.240
1.392
13.824
145
160
1.458
814
903
8.311
175
219
2.993
89
53
595
160
178
1.794
37
38
371
99
104
1.113
27
25
322
0
1
17
2.180
2.380
23.296
252
268
2.490
1.875
1.915
18.515
202
244
3.316
210
222
1.739
Tren konflik kekerasan di periode Januari - Oktober 2014 Pada periode Januari – Oktober 2014 data SNPK mencatat 6.164 insiden konflik kekerasan yang mengakibatkan 499 tewas, 7.319 cedera dan 1.125 bangunan rusak. Di periode ini, puncak tertinggi jumlah insiden kekerasan terjadi di bulan April [674 insiden], sedangkan jumlah korban tewas terbanyak terdapat di bulan Agustus [74 tewas]. Akumulasi jumlah insiden dan tewas terbanyak selama periode ini berasal dari konflik main hakim sendiri [3.608 insiden dan 251 tewas], diikuti konflik sumber daya [703 insiden dan 117 tewas] dan konflik identitas [674 insiden dan 71 tewas]. Sebaran insiden dalam kategori konflik kekerasan berdasarkan kabupaten/kota di Indonesia pada periode Januari – Oktober 2014 dapat dilihat di peta (lihat Tabel 1, Grafik 1 dan Peta).
1
Edisi 10 | Oktober, 2014
Laporan Bulanan: Oktober 2014
Grafik 1. Jumlah insiden dan dampak Konflik Kekerasan (Januari - Oktober 2014)
v
Jumlah insiden dan dampak Konflik Kekerasan (Januari -‐ Oktober 2014)
800
450
700
600
500
500
5 7
4
54
50
44
51
38
60
63 95
400
1
51
67
98
153
62
3
22
59
48
31
29
86
53
8
1
91
34 33 66
110 6
8 22
39 18 18
60
2 104
3 78
20 47
10 40
58
67
300
200
381 327
200
327
359
362
408 352
320
48
50
389
383
48
52
44
48
45
46
44
150
100
74
0
350
250
64
300
100
400
50 37
39
31
Jan-‐14
Feb-‐14
Mar-‐14
24
36
Apr-‐14
May-‐14
29
36
29
30
24
Jun-‐14
Jul-‐14
Aug-‐14
Sep-‐14
Oct-‐14
Konflik Separaasme
Konflik Idenatas
Konflik Pemilihan dan Jabatan Konflik Tata Kelola Pemerintah Konflik Sumber Daya
Konflik Main Hakim Sendiri Konflik Lainnya
Tewas
0
Data SNPK mencatat pada bulan Oktober 2014 insiden-‐insiden konflik kekerasan yang mengemuka adalah: Data SNPK mencatat pada bulan Oktober 2014 insiden-insiden konflik kekerasan yang mengemuka adalah: Konflik Main Hakim Sendiri v Insiden aksi main hakim sendiri masih menempatkan urutan teratas dalam jumlah insiden dan dampak tewas dibandingkan dengan Konflik Main Hakim Sendiri jenis konflik kekerasan lain. Data SNPK mencatat 383 insiden aksi main hakim di bulan Oktober yang berakibat 31 tewas, 470 cedera v Insiden aksi main hakim sendiri masih menempati urutan teratas dalam jumlah insiden dan dampak tewas dibandingkan dan 45 bangunan rusak. Adapun, provinsi yang mencatat insiden main main hakim terbanyak adalah Sumatera Utara [67 insiden], dengan jenis [55 konflik kekerasan lain.Barat Data[30 SNPK mencatat 383 insiden hakim diyang bulan Oktober yangadalah berakibat Jawa Timur insiden], dan Jawa insiden]. Sedangkan pemicu aksi main main hakim sendiri paling dominan kasus 31 tewas, 470 [cedera dan 145 bangunan rusak. Adapun, provinsi yang mencatat insiden main hakim sendiri terbanyak adalah pencurian 276 insiden, 9 tewas dan 326 cedera]. vSumatera Beberapa insiden yang mengemuka adalah aksi main hakim sendiri yang berujung bentrokan massa yang menelan korban tewas. Di Utara [67 insiden], Jawa Timur [55 insiden], dan Jawa Barat [30 insiden]. Sedangkan pemicu main hakim sendiri yang Sulawesi Utara, dipicu ketersinggungan, sejumlah mahasiswa asal Papua terlibat bentrok dengan warga hingga seorang mahasiswa paling dominan adalah kasus pencurian [276 insiden, 19 tewas dan 326 cedera]. tewas dan sejumlah rumah dan kendaran bermotor rusak. Di Papua kecelakan yang menelan korban tewas berujung pada bentrok v Beberapa insiden yang mengemuka main hakim sendiri yang berujung bentrokan massa korban antarwarga di Kabupaten Jayawijaya. adalah Seorang aksi warga tewas akibat tusukan senjata tajam, lima rumah, dan yang kantor menelan desa serta 10 tewas. Di Sulawesi Utara, dipicu ketersinggungan, sejumlah mahasiswa asal Papua terlibat bentrok dengan warga hingga sepeda motor dirusak. Di Balikpapan, Kalimantan Timur, pengeroyokan memicu serangan balas dendam hingga terjadi bentrokan seorang mahasiswa sejumlah rumah dan bermotor rusak. Di Papua kecelakaan yang menelan korban pemuda. Satu orang tewas tewas mdan engenaskan dengan luka di skendaran ekujur tubuhnya. tewas berujung pada bentrok antarwarga di Kabupaten Jayawijaya. Seorang warga tewas akibat tusukan senjata tajam, lima Konflik Sumber Daya desa serta 10 sepeda motor dirusak. Di Balikpapan, Kalimantan Timur, pengeroyokan memicu serangan rumah, dan kantor vbalas Data SNPK mencatat sebanyak 67 insiden kekerasan yang berdampak pada 13 tewas, 66 diantaranya cedera dan 8 bangunan rusak dendam hingga terjadi bentrokan pemuda. Satu orang tewas mengenaskan dengan luka di sekujur tubuhnya. yang disebabkan oleh konflik sumber daya di bulan Oktober. Jika dibandingkan bulan sebelumnya, jumlah insiden dan tewas meningkat. Korban tewas berasal dari insiden di NTT dan Sulawesi Selatan (masing-‐masing 3 tewas), diikuti Jambi [2 tewas] serta Konflik Sumber Daya masing-‐masing 1 tewas di Bali, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Papua dan Sumatera Selatan. Sebagian besar korban tewas akibat sengketa v Data SNPKlahan. mencatat sebanyak 67 insiden kekerasan yang berdampak pada 13 tewas, 66 diantaranya cedera dan 8 bangunan vrusak Insiden konflik sumber daya dalam bulan ini diwarnai berbagai isu atau kasus yang beragam. Diantaranya, di Jambi terjadi bentrok yang disebabkan oleh konflik sumber daya di bulan Oktober. Jika dibandingkan bulan sebelumnya, jumlah insiden dan antara warga dengan kelompok tani dipicu saling klaim lahan kelapa sawit. Bentrokan ini mengakibatkan seorang tewas dan 11 tewas meningkat. Korban tewas berasal dari insiden di NTT dan Sulawesi Selatan masing-masing [3 tewas], diikuti Jambi warga diamankan polisi. Di Aceh terjadi unjuk rasa warga menuntut ganti rugi lahan ke perusahaan tambang PT Arun LNG di Kota [2 tewas] serta masing-masing 1 tewas di Bali, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Papua dan Sumatera Selatan. Sebagian besar Lhokseumawe. Warga eks Blang Lancang dan Rencong menuntut hak pemukiman baru sebagai pengganti lahan mereka yang
korban tewas akibat sengketa lahan.
v Insiden konflik sumber daya dalam bulan ini diwarnai berbagai isu atau kasus yang beragam. Diantaranya, di Jambi terjadi bentrok antara warga dengan kelompok tani dipicu saling klaim lahan kelapa sawit. Bentrokan ini mengakibatkan seorang 11 warga diamankan polisi. Di Aceh terjadi unjuk rasa warga menuntut ganti rugi lahan ke perusahaan tambang tewas dan PT Arun LNG di Kota Lhokseumawe. Warga eks Blang Lancang dan Rencong menuntut hak pemukiman baru sebagai pengganti lahan mereka yang tergusur saat PT Arun LNG dibangun sekitar 43 tahun silam. Bentrokan antarwarga juga terjadi di NTT terkait sengketa lahan/tanah ulayat antara Desa Lewonara dengan Lewobunga di Kecamatan Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur. Bentrokan antardesa ini terjadi berturut-turut yang mengakibatkan satu rumah dan areal perkebunan dirusak.
2
Edisi 10 | Oktober, 2014
Konflik Identitas v Data SNPK mencatat 78 insiden kekerasan yang menyebabkan 4 tewas, 95 cedera dan 38 bangunan rusak terkait konflik identitas pada bulan ini. Jumlah insiden dan tewas bulan ini menurun dibandingkan dua bulan sebelumnya. Korban tewas pada bulan ini berasal dari insiden antarpendukung klub olahraga [3 tewas] dan permasalahan antargeng pelajar [1 tewas]. v Insiden kekerasan yang mengemuka adalah bentrokan antarsuporter dan antarkampung. Tiga orang tewas dalam bentrokan antarsuporter. Di Lampung, seorang pendukung tim futsal tewas akibat keributan mengenai taruhan setelah pertandingan futsal antardesa. Di Yogyakarta, bentrokan terjadi antara belasan suporter PSS Sleman dengan PSCS Cilacap, menewaskan seorang suporter PSCS Cilacap dan melukai sembilan lainnya. Polisi menangkap sepuluh pelaku untuk diproses secara hukum. Sedangkan di Solo, Jawa Tengah suporter menyerbu ke lapangan dan menyerang pemain Martapura FC yang menolak melanjutkan pertandingan setelah terdengar dentuman keras di stadion. Bentrokan berlanjut ke luar stadion antara suporter dengan polisi. Satu penonton tewas, dua polisi cedera dan puluhan penonton cedera, serta sejumlah motor dan mobil polisi dirusak dan dibakar. Konflik Separatisme v Di Papua gangguan keamanan dan ketertiban dari kelompok sipil bersenjata masih berulang. Setidaknya pada bulan ini tercatat 3 insiden kekerasan yang mengakibatkan 1 tewas dan 1 cedera yang terjadi di Kabupaten Jayawijaya dan Kepulauan Yapen. v Di Kabupaten Jayawijaya tercatat dua insiden yakni penemuan jasad anggota polisi dari Polsek Makki yang diduga kuat dianiaya oleh kelompok sipil bersenjata pimpinan Puron Wenda. Jasadnya ditemukan di sungai Baliem setelah selama 18 hari dinyatakan hilang. Masih di kabupaten yang sama, tim gabungan TNI-Polri berhasil meringkus dua pentolan kelompok sipil bersenjata yakni Rambo Wenda dan Derius Wonda alias Rambo Tolikara dalam sebuah operasi pengerebekan di sebuah hotel. Rambo Wenda yang berusaha melawan akhirnya ditembak di bagian betis. Sedangkan di Kabupaten Kepulauan Yapen, tim gabungan TNI-Polri juga melakukan operasi penyergapan ke markas kelompok sipil bersenjata pimpinan Maikel Merani di Pegunungan Kiriyow. Sempat terjadi kontak senjata selama 20 menit sebelum kelompok sipil bersenjata melarikan diri ke dalam hutan. Tidak ada korban jiwa dalam insiden ini. Tim gabungan TNI-Polri berhasil menguasai markas mereka dan menyita sejumlah barang bukti. Konflik Tata Kelola Pemerintahan v Insiden konflik tata kelola pemerintahan yang tercatat sepanjang bulan ini sebanyak 40 insiden kekerasan yang berujung pada 78 cedera dan 14 bangunan rusak. Tidak ada korban tewas di bulan ini, namun jumlah cedera yang tercatat di bulan ini adalah yang tertinggi sepanjang periode Januari – Oktober 2014. v Insiden konflik tata kelola pemerintahan yang mengemuka adalah penegakan hukum yang dilakukan oleh polisi syariah di Kota Banda Aceh, Aceh yang mendapatkan perlawanan warga. Polisi syariah yang hendak membubarkan acara musik dalam pesta pernikahan karena sudah larut malam dikeroyok puluhan warga hingga babak belur. Korban berhasil diselamatkan setelah ada bantuan datang. Sedangkan di Papua anggota Brimob terlibat bentrok dengan anggota geng motor ketika hendak menangkap anggota geng motor yang menabrak tukang ojek. Warga yang mengetahui upaya penangkapan membantu anggota geng motor. Anggota Brimob yang mendapatkan bantuan tambahan personel berhasil menyelamatkan diri setelah mengeluarkan tembakan peringatan. Dua orang anggota Brimob cedera. Konflik Pemilihan dan Jabatan v Data SNPK mencatat 10 insiden konflik pemilihan dan jabatan yang berdampak pada 25 cedera dan 14 bangunan rusak. Tidak ada korban tewas dalam bulan ini. Dibandingkan bulan sebelumnya, jumlah insiden bulan ini menurun signifikan. v Di bulan ini insiden konflik kekerasan diwarnai seputar penolakan sekelompok orang terhadap pejabat di berbagai tingkat. Di DKI Jakarta massa Front Pembela Islam mengelar demo menolak pengukuhan Plt. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama sebagai gubernur. Aksi massa ini berujung ricuh dan sedikitnya 20 orang mengalami cedera. Di Kepulauan Riau, penolakan atas ketua DPRD terpilih datang dari organisasi Jaringan Indonesia yang menuntut dan menginginkan ketua DPRD Kepri dipimpin dari suku Melayu yang merupakan warga asli Kepulauan Riau. Aksi demo berujung bentrok dengan aparat kepolisian yang mengakibatkan dua orang peserta demo cedera. Konflik Lainnya Dalam kategori konflik lainnya - konflik kekerasan di mana pemicu atau motif belum/tidak diketahui – yang terjadi di bulan ini tercatat 24 insiden kekerasan yang berakibat pada 3 tewas, 26 cedera dan 2 bangunan rusak. Korban tewas berasal dari insiden pengeroyokan dan penganiayaan yang terjadi di Sumatera Selatan, DKI Jakarta dan Sulawesi Selatan.
3
Edisi 10 | Oktober, 2014
Konflik Sumber Daya Konflik Sumber Daya periode Januari Oktober 2014 Sepanjang periode ini data SNPK mencatat 703 insiden kekerasan yang berakibat pada 117 tewas, 993 cedera dan 260 bangunan rusak terkait konflik sumber daya. Di periode ini, rata-rata per bulan terjadi 70 insiden dan 11 tewas. Masih di periode yang sama, jumlah insiden tertinggi terdapat di bulan Februari [95 insiden], sedangkan jumlah tewas terbanyak terdapat di bulan Maret [21 tewas]. Provinsi yang mengalami insiden kekerasan tertinggi pada periode ini diantaranya adalah Sumatera Utara [100 insiden], diikuti Papua [52 insiden] dan Jawa Timur [46 insiden]. Insiden kekerasan konflik sumber daya selama periode ini lebih didominasi permasalahan atau sengketa lahan [370 insiden, 74 tewas, 682 cedera dan 194 bangunan rusak]. Konflik Sumber Daya bulan Oktober 2014 Data SNPK mencatat 67 insiden konflik sumber daya yang mengakibatkan 13 tewas, 66 cedera dan 8 bangunan rusak selama bulan Oktober 2014. Jumlah insiden maupun tewas bulan ini meningkat jika dibandingkan pada sebulan sebelumnya. Korban tewas bulan ini berasal dari insiden kekerasan yang terjadi di NTT dan Sulawesi Selatan [3 tewas], Jambi [2 tewas] serta masingmasing [1 tewas] di Bali, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Papua dan Sumatera Selatan. Pada bulan ini, korban tewas sebanyak 11 orang tewas berasal dari insiden kekerasan yang dilatarbelakangi permasalahan atau sengketa lahan (lihat Grafik dan Tabel Konflik Sumber Daya). Insiden-insiden yang mengemuka di bulan Oktober 2014 Konflik antara warga dengan warga serta warga dengan perusahaan sawit terjadi di Jambi. Pada tanggal 12/10/2014 terjadi bentrokan antara anggota Kelompok Tani (KT) Unit 21 Bukit Jaya dengan puluhan warga Desa Bukit Jaya, Kecamatan Bahar Selatan, Kabupaten Muaro Jambi. Bentrokan dipicu hak kepemilikan lahan kelapa sawit. Puluhan warga memasang
4
Jumlah insiden dan dampak Konflik Sumber Daya (Oktober 2014) Pemicu
Insiden
Tewas
Masalah Lahan
39
11
Masalah Sumber Daya Alam
6
1
Sumber Daya Buatan
5
1
Akses
11
0
Lingkungan
2
0
Gaji/upah/perburuhan
4
0
Sumber Daya Lainnya
0
0
67
13
Total pamflet yang mengklaim kepemilikan atas lahan sehingga memicu cekcok yang berakhir dengan bentrokan dengan menggunakan senjata tajam dan senjata api rakitan. Satu anggota kelompok tani tewas dan polisi menangkap 11 warga yang diduga terlibat. Masih di Jambi, sebelumnya terjadi bentrokan pada tanggal 6/10/2014 antara warga Rantau Pandan, Kabupaten Bungo dengan pegawai PT Sawit Harum Makmur (PT SHM). Insiden berawal ketika seorang warga merusak lahan, membakar sekitar 200 tandan kelapa sawit, dan beberapa jembatan kayu di perkebunan karena berlarut-larutnya penyelesaian sengketa. Sebelumnya, PT SHM bekerjasama dengan warga mengelola lahan, namun warga belum menerima kompensasi yang dijanjikan. Di bulan Oktober, SNPK juga mencatat beberapa insiden konflik pertambangan. Di Banten, tepatnya di Kali Mati Pontang, Desa Kaserangan, Kecamatan Pontang, Kabupaten Serang ratusan warga bersenjata bambu dan golok merusak peralatan tambang pasir ilegal pada tanggal 29/10/2014. Warga memprotes penambangan yang mencemari sungai yang biasanya digunakan untuk keperluan sehari-hari. Di Provinsi Bangka Belitung, tepatnya di Desa Kemingking, Kecamatan Sungai Selan, Kabupaten Bangka Tengah pada tanggal 9/10/2014 puluhan warga Dusun Malik merusak peralatan milik Panitia
Tambang karena dilarang ikut menambang timah. Warga membakar dua pos, mesin dan peralatan tambang, hingga pakaian karyawan. Keributan dapat dihentikan setelah tokoh agama dan masyarakat dilibatkan dalam perundingan. Sementara di Papua, terjadi pemblokiran jalan akses ke lokasi pertambangan PT Freeport di Ridge Samp Mile 74, Kecamatan Tembagapura, Kabupaten Mimika pada tanggal 8/10/2014. Warga yang berasal dari tujuh suku setempat menuntut agar mereka ditampung sebagai pekerja. Aksi berakhir setelah Bupati Mimika datang dan berdialog. Unjuk rasa warga menuntut ganti rugi lahan ke perusahaan tambang PT Arun LNG di Kota Lhokseumawe, Aceh terjadi tiga kali di bulan Oktober. Ketiga unjuk rasa tersebut berakhir dengan bentrokan. Pada tanggal 21/10/2014 di Jalan Balaikota No. 1, Kota Lhokseumawe, sekitar ratusan warga eks Blang Lancang dan Rencong serta mahasiswa berdemo di kantor Wali Kota Lhokseumawe. Mereka menuntut hak pemukiman baru sebagai pengganti lahan mereka yang tergusur saat PT Arun LNG dibangun sekitar 43 tahun silam. Demonstrasi berujung ricuh karena niat warga memasuki kantor walikota dihalangi polisi. Terjadi insiden pemukulan dan polisi terpaksa melepaskan tembakan ke udara untuk menenangkan massa.
Kwamki dibunuh terkait sengketa tanah ulayat di Jayanti. Sementara itu di NTT, bentrokan warga terkait sengketa lahan ulayat terjadi berturut-‐turut, antara Desa Lewonara dan Lewobunga, Kecamatan Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur. Pada tanggal 22/10/2014, warga Lewonara memanen hasil kebun di lahan sengketa sehingga memicu perang mulut yang berujung pembakaran rumah. Keesokan harinya, kedua kelompok menggelar perang di lapangan terbuka dengan menggunakan busur, senapan angin, dan senjata api rakitan. Tak ada korban luka dalam insiden ini, namun satu rumah dibakar dan areal perkebunan dirusak. SNPK juga mencatat dua insiden sengketa tanah yang memicu bentrokan massa. Di NTT, terjadi bentrokan antara warga Kampung Weeredapa dan Kampung Bondo, keduanya di Desa Tena Teke, Kecamatan Wewena Selatan, Kabupaten Sumba Barat Daya. Pada tanggal 6/10/2014, warga Weeredapa menyerang sebuah rumah di Kampung Bondo dan mengeroyok tiga penghuni korban hingga tewas. Sementara di Kota Pematang Siantar, Sumatera Utara, anggota kelompok tani yang bersengketa dengan PT Perkebunan Negara (PTPN) II diserang oleh sekelompok massa pada tanggal 28/10/2014. Massa mengklaim bahwa lahan yang sedang digarap kelompok tani sebagai milik mereka. Mereka menyerang dengan menggunakan parang dan membakar satu rumah warga hingga setengah hangus. Akibat insiden ini, dua orang petani cedera. pelaku Konflik juga menjarah ang, dan -pOktober ompa air m ilik seorang warga. Insiden danPara dampak Sumbertelevisi, Daya u(Januari 2014)
Edisi 10 | Oktober, 2014
Sejumlah pendemo dan polisi terluka ringan. Demonstrasi dilanjutkan pada tanggal 22 dan 27 Oktober di kompleks perumahan milik PT Arun LNG di Desa Batuphat, Kecamatan Muara Satu, Kota Lhokseumawe. Unjuk rasa susulan ini juga berujung ricuh. Bahkan dalam unjuk rasa yang terakhir, polisi terpaksa menggunakan water canon dan gas air mata untuk membubarkan massa. Konflik tanah ulayat terjadi di Papua dan NTT. Di Kabupaten Mimika, Papua, ditemukan mayat akibat tusukan senjata tajam pada tanggal 18/10/2014. Polisi menduga insiden ini adalah kriminal murni, namun media setempat menduga korban yang merupakan warga Desa Kwamki dibunuh terkait sengketa tanah ulayat di Jayanti. Sementara itu di NTT, bentrokan warga terkait sengketa lahan ulayat terjadi berturut-turut, antara Desa Lewonara dan Lewobunga, Kecamatan Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur. Pada tanggal 22/10/2014, warga Lewonara memanen hasil kebun di lahan sengketa sehingga memicu perang mulut yang berujung pembakaran rumah. Keesokan harinya, kedua kelompok menggelar perang di lapangan terbuka dengan menggunakan busur, senapan angin, dan senjata api rakitan. Tak ada korban luka dalam insiden ini, namun satu rumah dibakar dan areal perkebunan dirusak.
Insiden dan dampak Konflik Sumber Daya (Januari -‐ Oktober 2014) 200
150
95
100
91
86
66
63
67
64
60
58
53 50 21
15
10
12
Apr-‐14
Mei-‐14
5 0
Jan-‐14
Feb-‐14
Mar-‐14
Insiden
9
10
Jun-‐14
Jul-‐14
13
13
9
Aug-‐14
Sep-‐14
Okt-‐14
Tewas
SNPK juga mencatat dua insiden Massa mengklaim bahwa lahan yang sengketa tanah yang memicu bentrokan sedang digarap kelompok tani sebagai massa. Di NTT, terjadi bentrokan antara milik mereka. Mereka menyerang warga Kampung Weeredapa dan dengan menggunakan parang dan Kampung Bondo, keduanya di Desa membakar satu rumah warga hingga Tena Teke, Kecamatan Wewena Selatan, setengah hangus. Akibat insiden ini, dua Kabupaten Sumba Barat Daya. Pada orang petani cedera. Para pelaku juga tanggal 6/10/2014, warga Weeredapa menjarah televisi, uang, dan pompa air menyerang sebuah rumah di Kampung milik seorang warga. Bondo dan mengeroyok tiga penghuni korban hingga tewas. Sementara di Kota Pematang Siantar, Sumatera Utara, anggota kelompok tani yang bersengketa dengan PT Perkebunan Negara (PTPN) II Laporan Bulanan: Oktober 2014 diserang oleh sekelompok massa pada tanggal 28/10/2014.
Jumlah insiden dan tewas Konflik Sumber Daya berdasarkan provinsi (Januari -‐ Oktober 2014)
100
Jumlah insiden dan tewas Konflik Sumber Daya (Januari - Oktober 2014)
52 46
30
28 21 11 3
13 2
43
30 21
19
16
14
12 4 2 1 3
3
4
1
4
5 1
19
2
2
2 1
3
Insiden
Jumlah insiden dan dampak Konflik Sumber Daya (Oktober 2014)
16
14
3
Tewas
30
22
20 16
28
27
22
7
6
5 1
1
1
19
14
1
11
8 9
7 2
2
1
3
6
5
Edisi 10 | Oktober, 2014
Konflik Tata Kelola Pemerintahan Konflik Tata Kelola Pemerintahan periode Januari - Oktober 2014 Data SNPK mencatat 366 insiden kekerasan yang berakibat pada 317 cedera dan 156 bangunan rusak terkait konflik tata kelola pemerintahan sepanjang periode Januari – Oktober 2014. Rata-rata jumlah insiden per bulan yang terjadi sebanyak 36 insiden. Di periode ini tidak tercatat korban tewas, namun jumlah cedera tertinggi terjadi di Oktober [78 cedera] yang sebelumnya jumlah cedera tertinggi terjadi di bulan Mei [59 cedera]. Sedangkan jumlah insiden tertinggi terjadi di bulan Februari [60 insiden]. Dalam periode ini, insiden kekerasan terbanyak dipicu permasalahan program pemerintah terkait pengaduan dan komplain pelaksanaan dan kebutuhan yang tidak terpenuhi [134 insiden, 109 cedera dan 54 bangunan rusak]. Konflik Tata Kelola Pemerintahan bulan Oktober 2014 Insiden konflik tata kelola pemerintahan selama bulan ini tercatat sebanyak 40 insiden kekerasan yang berujung pada 78 cedera dan 14 bangunan rusak. Tidak ada korban tewas di bulan ini, namun jumlah cedera yang tercatat di bulan ini paling tertinggi sepanjang periode Januari - Oktober 2014. Adapun, insiden kekerasan yang mendominasi selama bulan ini dipicu permasalahan program pemerintah yakni sebanyak 19 insiden kekerasan yang berdampak pada 54 cedera dan 7 bangunan rusak (lihat Grafik dan Tabel Konflik Tata Kelola Pemerintahan) Insiden-insiden yang mengemuka di bulan Oktober 2014 Penerbitan yang dilakukan oleh polisi syariah (Wilayatul Hisbah atau WH) di Desa Keudah, Kecamatan Kutaraja, Kota Banda Aceh, Aceh mendapatkan perlawanan warga. Pada tanggal 18/10/ 2014 sekitar 40 warga mengeroyok dua anggota WH hingga babak belur karena tidak terima tindakan petugas membubarkan acara musik dalam pesta pernikahan. Petugas meminta acara
6
Jumlah insiden dan dampak Konflik Tata Kelola Pemerintahan (Oktober 2014)
Pemicu
Insiden
Cedera
Masalah Tender
2
1
Korupsi
5
2
Pelayanan Publik
7
12
Harga Komoditas/Subsidi
0
0
Program Pemerintah
19
54
Pemekaran Wilayah
1
1
Penegakan Hukum
6
8
Tata Kelola Pemerintahan Lainnya
0
0
40
78
Total musik dihentikan karena sudah larut malam. Warga yang emosi sempat merusak kaca mobil patroli WH dengan batu. Tak berapa lama Tim Amar Makruf Nahi Mungkar (Tim TAMAR) datang dan mengevakuasi petugas WH ke Polsek Kuta Raja. Tim TAMAR merupakan sebuah wadah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat Kota Banda Aceh dalam menegakkan Syariat Islam. Di Papua terjadi bentrokan antara warga dengan anggota Brimob di Jalan Taman Ria, Kecamatan Manokwari Selatan, Kabupaten Manokwari, pada tanggal 18/10/2014. Insiden kekerasan ini berawal ketika seorang anggota Brimob hendak menangkap anggota geng motor yang telah menabrak tukang ojek karena kebut-kebutan di jalan. Saat akan ditangkap, anggota geng motor melakukan perlawanan terhadap anggota Brimob hingga terjadi perkelahian. Tidak beberapa lama, datang warga yang membantu anggota geng dan mengeroyok anggota Brimob. Anggota Brimob lalu menghubungi dan meminta bantuan anggota Brimob lainnya. Ketika bantuan datang, para pelaku sudah menghilang. Sesaat anggota Brimob akan meninggalkan lokasi, sejumlah warga kembali muncul dan menyerang dengan senjata tajam dan lemparan batu. Anggota Brimob yang terdesak harus mengeluarkan tembakan
peringatan untuk membubarkan warga. Dua orang anggota Brimob cedera dalam bentrokan ini. Protes diwarnai kekerasan terhadap buruknya pelayanan Perusahan Listrik Negara (PLN) terjadi di Jambi, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara. Penyebabnya yakni sering terjadi pemadaman listrik bergilir di wilayah tersebut. Di Jambi, sekelompok massa merusak Kantor Sub Ranting PLN Pelabuhan Dagang, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, pada tanggal 13/10/2014. Mereka merasa PLN tidak memberlakukan pemadaman bergilir secara tidak adil di wilayah Kecamatan Merlung dan KecamatanTungkal Ulu. Sedangkan di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara sejumlah warga merusak trafo PLN sebagai protes seringnya PLN melakukan pemadaman listrik bergilir. Trafo berkapasitas 200 KTA tersebut korsleting dan terbakar akibat lemparan benda keras pada tanggal 25/10/2014. Dua unit mobil pemadam kebakaran dikerahkan untuk mencegah api membesar. Akibat aksi tersebut, aliran listrik sekitar lokasi kejadian padam dalam waktu panjang. Protes pelanggan terhadap seringnya pemadaman bergilir juga terjadi di Desa Sidangoli, Kecamatan Jailolo Selatan, Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara pada tanggal 4/10/2014. Warga yang kecewa dengan kinerja PLN
Edisi 10 | Oktober, 2014
Sidangoli melempari kaca jendela kantor PLN dengan batu hingga pecah.
Mereka menuntut agar Bupati Touna mundur karena dianggap tidak memperjuangkan nasib CPNS yang sudah mengabdi bertahun-tahun, namun tidak meluluskan dalam tes CPNS. Pengunjuk rasa terlibat saling dorong dengan aparat kepolisian dan membakar ban bekas, namun situasi dapat dikendalikan.
bambu, kayu, badik, dan parang. Bahkan, terlihat seorang satpam menakut-nakuti mahasiswa dengan pistol. Sekitar 15 mahasiswa terluka akibat pukulan dan melaporkan insiden kekerasan ini ke polisi.
Dua insiden terkait proses penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) tercatat di Sulawesi Tengah. Pada tanggal 27/10/2014, puluhan Satpol Pamong Praja yang kecewa dengan hasil verifikasi tenaga honorer menyambangi kantor BKD Touna, Kecamatan Ampana Di kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin, Kabupaten Gowa, Kota, Kabupaten Tojo Una-Una. Mereka merusak kaca dan sejumlah fasilitas Sulawesi Selatan, mahasiswa menolak kantor. Selain itu, para pelaku juga kebijakan rektor membatasi aktivitas membakar ruangan kepala BKD. kemahasiswaan dengan menggelar aksi Beruntung petugas pemadam datang unjuk rasa pada tanggal 23/10/2014. Aksi Laporan Bulanan: Oktober 2014 dan cepat memadamkan api. Keesokan unjuk rasa yang semula damai kemudian harinya, di depan kantor bupati terjadi berujung bentrok dengan petugas demonstrasi pegawai honorer kategori keamanan kampus/satpam. Sejumlah Di kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, mahasiswa menolak kebijakan rektor membatasi II yang kemahasiswaan sedang mengikuti seleksi CPNS. aksi satpam terlihat dilengkapi denganAksi unjuk rasa yang semula damai kemudian aktivitas dengan menggelar unjuk rasa pada tanggal 23/10/2014.
berujung bentrok dengan petugas keamanan kampus/satpam. Sejumlah satpam terlihat dilengkapi dengan bambu, kayu, badik, dan parang. Bahkan, terlihat seorang satpam menakut-‐nakuti mahasiswa dengan pistol. Sekitar 15 mahasiswa terluka akibat pukulan dan melaporkan insiden kekerasan ini ke polisi. Insiden dan dampak Konflik Tata Kelola Pemerintahan (Januari - Oktober 2014) Insiden dan dampak Konflik Tata Kelola Pemerintahan (Januari -‐ Oktober 2014)
200
150
100 78 60
50
59 47
42
38 31
40 48
33
39
18
30
7
21 0
13 Jan-‐14
22
29
Feb-‐14
Mar-‐14
10 Apr-‐14
Mei-‐14 Insiden
Jun-‐14
Jul-‐14
Cedera
Jumlah insiden dan dampak Konflik Tata Kelola Pemerintah (Oktober 2014) Pemicu Insiden Cedera Masalah Tender 2 1 Korupsi 5 2 Pelayanan Publik 7 12 Harga Komoditas/ Subsidi 0 0 Program Pemerintah 19 54 Pemekaran Wilayah 1 1 Penegakan Hukum 6 8 Tata Kelola Pemerintahan Lainnya 0 0
Aug-‐14
18 Sep-‐14
Okt-‐14
7
Edisi 10 | Oktober, 2014
Konflik Pemilihan dan Jabatan Konflik Pemilihan dan Jabatan periode Januari – Oktober 2014 Tercatat 458 insiden konflik pemilihan dan jabatan yang mengakibatkan 8 tewas, 330 cedera dan 133 bangunan rusak sepanjang periode Januari – Oktober 2014. Bulan April 2014 merupakan puncak tertinggi konflik pemilihan dan jabatan yang tercatat sebanyak 153 insiden yang berdampak pada 3 tewas, 103 cedera dan 40 bangunan rusak, yang sebagian besar terkait pemilihan legislatif. Masih di periode yang sama, provinsi Aceh menempatkan urutan tertinggi dalam insiden kekerasan yakni [88 insiden, 4 tewas, 32 cedera dan 30 bangunan rusak], kemudian diikuti Papua [30 insiden, 2 tewas, 26 cedera dan 14 bangunan rusak] dan Jawa Timur [26 insiden, 15 cedera dan 3 bangunan rusak]. Konflik Pemilihan dan Jabatan bulan Oktober 2014 Di bulan Oktober 2014, konflik pemilihan dan jabatan tercatat 10 insiden kekerasan yang berdampak pada 25 cedera dan 14 bangunan rusak. Tidak ada korban tewas dalam bulan ini. Dibandingkan pada sebulan sebelumnya, jumlah insiden bulan ini mengalami penurunan yang signifikan (lihat Grafik dan Tabel Konflik Pemilihan dan Jabatan). Insiden-insiden yang mengemuka di bulan Oktober 2014 Isu pemilihan dan jabatan diwarnai insiden kekerasan seputar penolakan sekelompok masyarakat terhadap pejabat di berbagai tingkat. Di DKI Jakarta, rencana pengukuhan Plt. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama sebagai gubernur diprotes oleh massa ormas Front Pembela Islam (FPI). Pada tanggal 3/10/2014, di depan Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, terjadi demonstrasi yang berasal dari 150 anggota FPI. Aksi massa yang awalnya berjalan tertib berubah menjadi saling pukul antara massa dengan aparat kepolisian. Massa FPI juga melemparkan batu ke arah polisi dan kotoran hewan ke halaman Balai Kota.
8
Jumlah insiden dan dampak Konflik Pemilihan dan Jabatan (Oktober 2014)
Pemicu
Insiden
Cedera
Pemilihan dan Jabatan Tingkat Nasional
0
0
Pemilihan dan Jabatan Tingkat Provinsi
2
22
Pemilihan dan Jabatan Tingkat Kab./Kota
3
1
Pemilihan dan Jabatan Tingkat Kecamatan
0
0
Pemilihan dan Jabatan Tingkat Desa/ Kelurahan
2
0
Terkait Jabatan/Pengaruh/Kekuasaan di dalam Partai Politik
1
0
Jabatan Pemerintah Lain
0
0
Pemilihan dan Jabatan Lainnya
2
2
10
25
Total Sebagian massa FPI yang membawa senjata tajam merusak tujuh mobil dan sembilan sepeda motor. Pendemo juga membakar sebuah halte bus di depan Stasiun Kereta Api Gambir. Aksi anarkis baru berhenti setelah aparat kepolisian menembakkan gas air mata dan menangkap sejumlah orang. Akibat bentrokan tersebut, 20 orang terluka dari pengunjuk rasa maupun polisi. Di Kepulauan Riau, terjadi demonstrasi menolak ketua DPRD terpilih di kantor DPRD Kepri, Kota Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Massa yang berasal dari organisasi Jaringan Indonesia pada tanggal 28/10/2014 beramairamai mendatangkan kantor DPRD Kepri menuntut penolakan terhadap Jumaga Nadaek sebagai Ketua DPRD Kepri. Massa menginginkan ketua DPRD dipimpin dari suku Melayu sebagai warga asli Kepulauan Riau. Para demonstran kemudian terlibat bentrokan dengan aparat kepolisian. Ketua Jaringan Indonesia yang memimpin jalannya aksi kemudian ditarik oleh sejumlah polisi dan dipukuli hingga terluka. Selain itu, seorang mahasiswa juga ikut dipukul dan dianiaya. Di tingkat desa, pemilihan raja negeri Saleman, Kecamatan Seram Utara Barat,
Kabupaten Maluku Tengah, Maluku juga diwarnai bentrok antara pendukung raja terpilih Ali Irsyad Makatita dengan kelompok yang kontra pada tanggal 26/10/2014. Bentrokan terjadi menjelang pelantikan, setelah massa yang menolak pelantikan menghadang tamu-tamu yang akan hadir, hingga terjadi saling lempar batu dan benda keras lainnya. Tidak ada korban jiwa, namun 12 rumah rusak. Polisi dan TNI dikerahkan untuk mengamankan pelantikan. Ini adalah insiden kedua, setelah sehari sebelumnya pendukung raja negeri terpilih merusak baleho dan menebangi pohon-pohon di kebun milik warga dari kubu yang berlawanan. Konflik yang terkait jabatan dalam partai politik terjadi di tubuh Partai Golongan Karya (Golkar) Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Pada tanggal 12/10/2014, di halaman kantor Dewan Perwakilan Daerah II Golkar Kota Makassar terjadi demonstrasi puluhan kader pendukung sekretaris jenderal DPD II Golkar Makassar yang baru-baru ini dipecat dari jabatannya. Sekjen dipecat oleh Ketua DPD I Golkar Sulsel dan dirotasi menjadi salah satu ketua DPD. Pendukung mantan sekjen mengekspresikan kemarahan dengan memecahkan kaca jendela sekretariat dan melempari kaca jendela
Pemilihan dan Jabatan Tingkat Nasional Pemilihan dan Jabatan Tingkat Provinsi Pemilihan dan Jabatan Tingkat Kabupaten/Kota Pemilihan dan Jabatan Tingkat Kecamatan Pemilihan dan Jabatan Tingkat Desa/Kelurahan Terkait Jabatan/Pengaruh/Kekuasaan di dalam Partai Politik Jabatan Pemerintah Lain Pemilihan dan Jabatan Lainnya
dengan bangku. Polisi masih menyelidiki oknum atau kader yang terlibat dalam kejadian ini. Di kampus IAIN Ambon, Maluku terjadi bentrokan antarmahasiswa yang dipicu oleh kisruh pemilihan Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK). Insiden berawal ketika sejumlah mahasiswa berdemonstrasi menuntut Rektor IAIN Ambon untuk mengganti Dekan FITK. Tuntutan ini disampaikan karena dekan mempolisikan seorang mahasiswa yang kedapatan merusak fasilitas kampus dalam demonstrasi sebelumnya. Dalam demontrasi kali ini, seorang mahasiswa dipukul oleh orang tak dikenal. Pelaku yang melarikan diri bergabung dengan massa dari kelompok mahasiswa lain, sehingga kedua kubu terlibat saling serang meski akhirnya dapat diredam.
Total
0 2 3 0 2
0 22 1 0 0
1
0
0 2 10
0 2 25
Edisi 10 | Oktober, 2014
Insiden dan dampak Konflik Pemilihan dan Jabatan (Januari - Oktober 2014) Insiden dan dampak Konflik Pemilihan dan Jabatan (Januari -‐ Oktober 2014) 200
153 150
98 100
51 44
50
34 22
0
0
1
3
3
Jan-‐14
Feb-‐14
Mar-‐14
Apr-‐14
20
18
10
8 0
0
1
Mei-‐14
Jun-‐14
Jul-‐14
Insiden
0
0 Aug-‐14
0
Sep-‐14
Okt-‐14
Tewas
Laporan Bulanan: Oktober 2014
Jumlah insiden dan tewas Konflik Pemilihan dan Jabatan berdasarkan provinsi (Januari - Oktober 2014)
Jumlah insiden dan tewas Konflik Pemilihan dan Jabatan berdasarkan provinsi (Januari -‐ Oktober 2014)
22 10 5
30
26
25
17
15 10
24
7
13
9 3
1
88
3
14
6 1
Insiden
15
11 2
1
Tewas
24
23
21 11
9 3
6
5
1
4
1
9
Edisi 10 | Oktober, 2014
Edisi 10 | Oktober, 2014
Peta Insiden Konflik Kekerasan Kabupaten/Kota (Januari - Oktober 2014) Medan (366 insiden) Deli Serdang (201 insiden)
Ternate (60 insiden)
Samarinda (101 insiden)
Manado (157 insiden)
Pekanbaru (52 insiden)
Kota Sorong (58 insiden)
Batam (117 insiden)
Kota Jayapura (83 insiden)
Padang (65 insiden)
Palembang (150 insiden)
Karawang (67 insiden)
Surabaya (127 insiden)
Bengkulu (57 insiden)
Makassar (158 insiden)
Mimika (100 insiden)
Depok (59 insiden)
Jakarta Barat (71 insiden)
Kota Semarang (55 insiden)
PROVINSI DKI JAKARTA
Kab. Pasuruan (59 insiden) Kota Kupang (54 insiden)
Jumlah Insiden Konflik Kekerasan
0–5 6 – 25 26 – 50 Jakarta Selatan (71 insiden)
10
Jakarta Pusat (110 insiden)
> 50
11
Edisi 10 | Oktober, 2014
Konflik Identitas Konflik Identitas periode Januari – Oktober 2014 Data SNPK mencatat 674 insiden kekerasan yang mengakibatkan 71 tewas, 958 cedera dan 314 bangunan rusak terkait konflik identitas selama periode Januari Oktober 2014. Di periode ini, rata-rata per bulan terjadi 67 insiden dan 7 tewas. Konflik identitas mengalami puncak tertinggi pada bulan Agustus [110 insiden dan 17 tewas]. Provinsi yang mengalami insiden kekerasan terbanyak dalam periode ini adalah Sulawesi Selatan [88 insiden], Jawa Barat [68 insiden] serta Sulawesi Utara [57 insiden]. Sedangkan provinsi yang mengalami korban tewas terbanyak diantaranya Papua [12 tewas] diikuti Jawa Barat [11 tewas] dan Sulawesi Selatan [6 tewas]. Adapun, tindak kekerasan yang dominan dalam konflik identitas dipicu permasalahan antarkampung sebanyak 212 insiden yang berdampak pada 20 tewas, 367 cedera dan 245 bangunan rusak. Konflik Identitas bulan Oktober 2014 Selama bulan Oktober 2014 tercatat 78 insiden kekerasan yang menyebabkan 4 tewas, 95 cedera dan 38 bangunan rusak terkait konflik identitas. Jika dibandingkan pada dua bulan sebelumnya, jumlah insiden maupun tewas bulan ini mengalami penurunan yang signifikan. Namun, jumlah insiden bulan ini masih diatas rata-rata per bulan pada periode Januari – Oktober 2014. Korban tewas pada bulan ini berasal dari permasalahan antar pendukung olahraga [3 tewas] dan permasalahan antargeng pelajar [1 tewas]. Sedangkan insiden kekerasan tertinggi di bulan ini terdapat di Sulawesi Selatan [20 insiden] dan [7 insiden] masing-masing di Jawa Barat dan Sulawesi Tengah (lihat Grafik dan Tabel Konflik Identitas).
12
futsal. Tiga insiden antar pendukung klub sepakbola terjadi di Sleman, Yogyakarta, Surakarta, Jawa Tengah, dan Lampung. Tiga orang tewas dalam ketiga insiden tersebut. Di Lampung, seorang pendukung tim futsal tewas akibat keributan mengenai taruhan. Korban ditikam dalam bentrokan antara suporter tim futsal Desa Gading Rejo melawan Desa Pampangan di Lapangan Sukorejo Kabupaten Pringsewu pada 28/10/2014. Pendukung tim futsal Pampangan yang kalah menolak membayar uang taruhan yang disepakati. Seorang di antaranya bahkan memukul pendukung lawan yang menagih uang taruhan. Bentrokan akhirnya menewaskan seorang supporter Gading Rejo yang masih berstatus pelajar SMK. Di Yogyakarta, bentrokan terjadi antara belasan suporter PSS Sleman dengan PSCS Cilacap pada 9/10/2014 di Jalan Raya Yogya - Solo Km 10, tepatnya di depan SPBU Maguwoharjo Kabupaten Sleman. Sepuluh suporter asal Sleman menyerang bus yang ditumpangi oleh suporter PSCS Cilacap. Penyerangan yang brutal tersebut menewaskan seorang suporter PSCS Cilacap dan melukai sembilan lainnya. Rombongan suporter PSCS Cilacap diserang ketika
dalam perjalanan pulang. Bus yang mereka tumpangi dihentikan paksa, kemudian pelaku menganiaya mereka yang di dalam bus. Beberapa melempari bus dengan batu. Satu orang diseret keluar, dianiaya dengan kayu, dan akhirnya tewas akibat tusukan senjata tajam. Polisi bertindak cepat menangkap sepuluh pelaku untuk diproses secara hukum. Insiden lainnya adalah bentrokan antara suporter Persis Solo dengan pemain Martapura FC di Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah pada tanggal 22/10/2014. Insiden bermula ketika para pemain Martapura FC menolak melanjutkan pertandingan di menit-menit akhir setelah terdengar dentuman keras di stadion. Hal ini memancing suporter memasuki lapangan untuk menyerang pemain dan wasit. Polisi berhasil mengusir massa ke luar stadion dengan tembakan gas air mata, namun kerusuhan berlanjut di luar stadion hingga malam. Beberapa kendaraan dan fasilitas stadion rusak. Pemain dan officials Martapura FC dievakuasi ke Yogyakarya. Satu penonton tewas, dua polisi cedera dan puluhan orang cedera, serta sejumlah motor dan mobil polisi dirusak dan dibakar.
Jumlah insiden dan dampak Konflik Identitas (Oktober 2014) Pemicu
Insiden
Tewas
Antaretnis/suku
0
0
Antaragama
2
0
Intraagama
0
0
Antarkampung/desa
21
0
Antarpendukung Olahraga
13
3
Antarsekolah/kampus
26
0
Konflik antara migran/pengungsi dengan lokal
0
0
Insiden-insiden yang mengemuka di bulan Oktober 2014
Konflik antara migran/pengungsi dengan etnis tertentu
0
0
Pada bulan Oktober, insiden kekerasan yang dipicu konflik identitas yang menonjol ialah bentrokan antarkampung dan antarsuporter klub sepakbola/
Gender
0
0
Konflik Identitas Lainnya
16
1
Total
78
4
Edisi 10 | Oktober, 2014
Sejumlah insiden bentrokan antardesa di bulan Oktober terjadi di berbagai lokasi di Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tengah. Di Sulawesi Utara, terjadi bentrokan antara warga Lorong Lumba-lumba dengan Kampung Sanger di Kelurahan Sindulang Dua, Kecamatan Tuminting, Manado, pada tanggal 3/10/2014 dini hari. Kedua kelompok menggunakan panah wayer, batu, botol, dan kembang api. Polisi dibantu TNI terpaksa menembakkan gas air mata untuk menghentikan bentrokan. Tak lama, sekelompok warga muncul kembali dan melempari petugas dengan batu dan panah. Seorang polisi terkena panah, namun tidak terluka parah karena mengenakan rompi. Kali ini polisi memuntahkan tembakan peluru karet sehingga seorang luka. Bentrokan antar kedua kubu sudah sangat sering terjadi yang dilandasi saling balas dendam. Di Sulawesi Tengah, dua bentrokan antarkampung berturut-turut terjadi di perbatasan Desa Nunu dan Tavanjuka, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu pada tanggal 21 dan 22 Oktober 2014. Kejadian ini dipicu perselisihan lama yang berlarut-larut terkait isu antarkampung. Tidak diketahui apakah ada korban jiwa dan cidera atau tidak
namun polisi berjaga-jaga di perbatasan kedua desa untuk mengantisipasi keributan susulan. Insiden serupa masih terjadi di Sulawesi Tengah. Warga Desa Towale dan Desa Salubomba, keduanya di Kecamatan Banawa Tengah, Kabupaten Donggala, bentrok pada tanggal 21/10/2014. Insiden ini bermula dari keributan perihal jual beli kayu, di mana seorang warga Salubomba dianiaya oleh empat warga Desa Towale. Tak lama, massa berkumpul di sejumlah lokasi dan bentrokan tak terhindarkan. Akibatnya, dua rumah dibakar. Informasi lain menyebutkan bahwa bentrokan merupakan imbas perkelahian yang terjadi pada sebuah pesta hajatan beberapa waktu sebelumnya.
bentrokan ini dipicu dendam lama yang berkembang menjadi konflik antara kelompok. Insiden lainnya terjadi di Kelurahan Rappojawa, Kecamatan Tallo, Makassar, pada tanggal 2/10/2014. Bentrokan antara warga yang berbeda gang ini menyebabkan tiga rumah rusak terbakar akibat lembaran molotov. Polisi mengeluarkan tembakan peluru karet ke arah massa hingga melukai empat orang. Ini merupakan bentrokan susulan yang dipicu vonis pengadilan terhadap tersangka bentrokan terdahulu. Kedua kubu tidak puas dengan putusan pengadilan yang dianggap menguntungkan salah satu pihak. SNPK mencatat satu insiden terkait terorisme di Sulawesi Tengah. Pada tanggal 7/10/2014 terjadi baku tembak antara aparat Brimob Polda Sulteng dengan belasan kelompok sipil bersenjata yang diduga pimpinan Santoso di Desa Dewua, Kecamatan Poso Pesisir Selatan, Kabupaten Poso. Sebelum baku tembak, terdengat ledakan bom di Desa Dewua. Aparat Brimob yang menyisir lokasi dihadang kelompok sipil bersenjata M-16 dan AK-47. Tidak ada korban jiwa, namun mobil Baracuda Brimob mengalami rusak terkena tembakan.
Di Sulawesi Selatan, insiden serupa terjadi dua kali. Di Kecamatan BoneBone, Kabupaten Luwu Utara, terjadi bentrokan antara warga Kampung Karangan dengan Kopi-kopi pada tanggal 11/10/2014. Warga desa bertetangga itu saling serang menggunakan bom molotov, airsoft gun, senjata tajam dan papporo (senjata rakitan yang berpeluru paku atau pecahan kaca). Akibatnya 18 rumah terbakar dan 18 orang ditangkap Laporan Bulanan: Oktober 2014 polisi. Menurut Kapolres Luwu Utara, Insiden dan dampak Konflik Identitas (Januari - Oktober 2014)
Insiden dan dampak Konflik IdenUtas (Januari -‐ Oktober 2014) 200
150
110
104
100 78 67 54
62
59
51
50
39
50
9 0
Jan-‐14
9
Feb-‐14
4 Mar-‐14
1
3
Apr-‐14
Mei-‐14 Insiden
7
Jun-‐14
10
Jul-‐14
17 7
Aug-‐14
4
Sep-‐14
Okt-‐14
Tewas
Jumlah insiden dan tewas Konflik IdenUtas berdasarkan provinsi (Oktober 2014)
20
13
59
54
51
50
39
Edisi 10 | Oktober, 2014
50
9 0
9
Jan-‐14
4
Feb-‐14
Mar-‐14
1
3
Apr-‐14
Mei-‐14
Jun-‐14
Insiden
17
10
7
7
Jul-‐14
Aug-‐14
4
Sep-‐14
Okt-‐14
Tewas
Jumlah insiden dan tewas Konflik Identitas berdasarkan provinsi (Oktober 2014) 20
Jumlah insiden dan tewas Konflik IdenUtas berdasarkan provinsi (Oktober 2014)
7
7
4
4 3 2
1
1
3
3 2
2 1
2
4 3
4 3
2 1 1
Insiden
1
1
Tewas
14
Edisi 10 | Oktober, 2014
Konflik Main Hakim Sendiri Konflik Main Hakim Sendiri periode Januari – Oktober 2014 Sebanyak 3.608 insiden kekerasan yang berdampak pada 251 tewas, 4.367 cedera dan 235 bangunan rusak terkait konflik main hakim sendiri sepanjang periode Januari – Oktober 2014. Ratarata terjadi sebanyak 360 insiden dan 25 tewas per bulan di periode ini. Dalam periode ini, bulan Agustus merupakan puncak tertinggi baik dalam jumlah insiden maupun tewas yakni sebanyak 408 insiden dan 34 tewas. Periode ini juga mencatat provinsi yang mengalami jumlah insiden terbanyak, diantaranya Sumatera Utara [622 insiden], diikuti Jawa Timur [481 insiden] dan Jawa Barat [273 insiden]. Sedangkan korban tewas terbanyak, diantaranya terjadi di Jawa Barat [55 tewas] serta [27 tewas] masingmasing di Jawa Timur dan Sumatera Selatan. Konflik Main Hakim Sendiri bulan Oktober 2014 Pada bulan Oktober 2014 tercatat 383 insiden kekerasan yang menyebabkan 31 tewas, 470 cedera dan 45 bangunan rusak. Tercatat beberapa provinsi mengalami jumlah insiden terbanyak diantaranya yakni Sumatera Utara [67 insiden], Jawa Timur [55 insiden] dan Jawa Barat [30 insiden]. Selain itu, insiden kekerasan yang dominan dalam aksi main hakim sendiri dipicu kasus pencurian sebanyak 276 insiden kekerasan yang berdampak pada 19 tewas dan 326 cedera. Jika dibandingkan rata-rata per bulan di periode Januari – Oktober 2014, jumlah insiden dan tewas mengalami peningkatan (lihat Grafik dan Tabel Konflik Main Hakim Sendiri). Insiden-insiden yang mengemuka di bulan Oktober 2014 Dalam aksi main hakim sendiri yang dipicu berbagai permasalahan, tak jarang berujung pada bentrokan. Setidaknya dalam bulan ini tercatat insiden aksi main hakim sendiri yang berujung bentrok yakni sebanyak 13 insiden kekerasan yang berakibat pada tiga tewas, 25 cedera dan 41 bangunan rusak.
Jumlah insiden dan dampak Konflik Main Hakim Sendiri (Oktober 2014)
Pemicu
Insiden
Tewas
Masalah Harga Diri/Penghinaan
58
6
Kasus Kecelakaan
6
1
Masalah Utang-Piutang
1
0
Kasus Pencurian
276
19
Perselingkuhan
10
1
Pembalasan Atas Pengerusakan
0
0
Pembalasan Atas Penganiayaan
31
4
Melawan Maksiat
1
0
Melawan Santet
0
0
Main Hakim Sendiri Lainnya
0
0
383
31
Total Sebanyak tiga orang tewas berasal dari tiga insiden terpisah. Di Sulawesi Utara pada tanggal 19/10/2014 sejumlah mahasiswa asal Papua menggelar pesta miras merayakan kelulusan salah seorang rekan mereka. Pesta miras yang diadakan menjelang dini hari itu berubah menjadi bentrokan ketika para mahasiswa yang dipengaruhi minuman keras berjalan-jalan dan berteriak-teriak di Desa Tataaran Dua, yang oleh sejumlah warga tindakan mahasiswa itu ditegur, tetapi teguran tersebut justru membuat mahasiswa tersinggung hingga terjadi perkelahian dengan warga, karena kalah jumlah beberapa mahasiswa pulang dan melaporkan kejadian itu pada rekanrekannya. Sekitar 50-an mahasiswa asal Papua kembali mendatangi Desa Tataaran Dua dengan berbekal panah khas papua, parang, batu dan merusak rumah warga begitu juga dengan sejumlah kendaraan yang berada di lokasi menjadi sasaran pengerusakan, sejumlah barangbarang jualan di kios dikumpulkan lalu dibakar, warga setempat marah dan memberikan perlawanan hingga terjadi bentrok, warga berhasil memukul mundur mahasiswa. Dalam kejadian ini sedikitnya 30 rumah warga rusak akibat dilempari dan dibakar dan belasan mobil rusak. Satu mahasiswa tewas dibacok dan empat lainnya cedera.
Sedangkan di Kampung Pikey, Kecamatan Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, terjadi bentrokan antarwarga Wamena pada tanggal 13/10/2014. Bentrokan ini bermula dari adanya kasus kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan tewasnya seorang warga. Pihak kepolisian setempat berusaha menengahi dan mendamaikan, namun malah mendapatkan serangan panah dari warga yang marah. Bentrokan antarwarga berhenti setelah sejumlah aparat kepolisian menambahkan jumlah personelnya. Akibat bentrok tersebut seorang warga tewas terkena tusukan senjata tajam, lima rumah dan kantor kampung serta 10 unit sepeda motor dirusak. Adapun, satu korban tewas lainnya terjadi di Desa Manggar, Kecamatan Balikpapan Timur, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Pada tanggal 30/10/2014 sekitar puluhan orang mengendarai sepeda motor dengan dilengkapi senjata tajam mendatangi desa setempat. Sesampainya di lokasi kedatangan sekelompok orang tersebut sudah ditunggu warga hingga terjadi bentrokan. Diduga penyebabnya karena pada sore harinya salah satu pemuda dikeroyok di lokasi yang sama hingga mendapat perawatan intensif di rumah sakit. Akibat bentrokan itu satu orang tewas mengenaskan dengan luka di sekujur tubuhnya.
15
Edisi 10 | Oktober, 2014
Laporan Bulanan: Oktober 2014 Laporan Bulanan: Oktober 2014 Insiden dan dampak Konflik Main Hakim Sendiri (Januari - Oktober 2014)
(Januari -‐ Oktober 2014) Insiden dan dampak Konflik Main Hakim Sendiri
500
Insiden dan dampak Konflik Main Hakim Sendiri (Januari -‐ Oktober 2014)
500 450
408 389
381
400 450
362
359
381
350 400
327
327
359
300 350
327
327
21
19
14
21 Jan-‐14
Feb-‐14 19
Feb-‐14
389
320
362
383
408
352
383
352 320
250 300 200 250 150 200 100 150 50 100 0 50
25
28
26
24
Mar-‐14 14
25 Apr-‐14
28 Mei-‐14
26 Jun-‐14
24 Jul-‐14
Mar-‐14
Apr-‐14
Insiden
0
Jan-‐14
34
29
34 Aug-‐14
29 Sep-‐14
31
31 Okt-‐14
Tewas
Mei-‐14
Jun-‐14
Jul-‐14
Aug-‐14
Sep-‐14
Jumlah insiden dan tewas Konflik Main HInsiden akim Sendiri berdasarkan provinsi (Oktober 2014) Tewas
Okt-‐14 67
Jumlah insiden dan tewas Konflik Main Hakim Sendiri berdasarkan provinsi (Oktober 2014)
Jumlah insiden dan tewas Konflik Main Hakim Sendiri berdasarkan provinsi (Oktober 2014)
67
55
55
30 25 22
30 15
14 11 5
7
5
4
11 5
12
11 22
11
1
14 1
1 1
3
7
5
4 1
1 1
1
3
5
12 1
10
15 4 1
2
3 12 1
4
3
9 4 1
2
Insiden
11
10
9
5 1
25
12
10
3
4 1
3
7
5
2
1 10
5 1
4
4
2
2
7 2
4
4
6
5
4
4
5 2
11
2
4
6 2
2
4
Tewas
16
Insiden
Tewas
Edisi 10 | Oktober, 2014
Konflik Separatisme Konflik Separatisme periode Januari – Oktober 2014 Insiden konflik separatisme selama periode Januari – Oktober 2014 sebanyak 40 insiden yang berdampak pada 33 tewas, 34 cedera dan 6 bangunan rusak yang terjadi di Papua dan Papua Barat. Dalam periode ini, jumlah insiden dan tewas terbanyak terdapat di Kabupaten Puncak Jaya [14 insiden dan 10 tewas] dan Lanny Jaya [9 insiden dan 12 tewas]. Sedangkan puncak tertinggi insiden konflik separatisme terjadi di Agustus [8 insiden dan 8 tewas]. Konflik Separatisme bulan Oktober 2014 Selama bulan Oktober 2014 insiden konflik separatisme sebanyak 3 insiden kekerasan yang mengakibatkan 1 tewas dan 1 cedera yang terjadi di Papua. Pada
sungai Baliem. Pelaku pengeroyokan diduga berjumlah lima orang dan berasal anggota dari kelompok sipil bersenjata pimpinan Puron Wenda. Korban diperkirakan disergap dan dikeroyok ketika hendak mengantarkan undangan ke Bolakme di dekat kantor Klasis di Desa Munak, Kecamatan Bolakme.
bulan ini insiden konflik separatisme hanya mengalami sedikit peningkatan dibandingkan pada sebulan sebelumnya. Jika dibandingkan pada bulan-bulan sebelumnya, nampak konflik separatisme mengalami pasang surut. Dengan kata lain konflik ini akan terus berlangsung bila kekuatan kelompok sipil bersenjata belum sepenuhnya dilucuti (lihat Grafik dan Peta Konflik Separatisme).
Selanjutnya, pada tanggal 26/10/2014, aparat keamanan gabungan TNI-Polri menangkap dua pentolan kelompok sipil bersenjata yang biasa mengganggu ketertiban dan keamanan di Lanny Jaya dan Puncak Jaya. Mereka adalah Rambo Wenda (27) dan Derius Wonda alias Rambo Tolikara (34). Dua orang yang sama-sama dipanggil “Rambo” ini ditangkap bersama lima anak buahnya saat sedang berada di Hotel Boulevard Jalan Patimura, Wamena, Kabupaten Jayawijaya. Penangkapan itu sempat
Insiden-insiden yang mengemuka di bulan Oktober 2014 Dari tiga insiden separatisme di bulan Oktober, dua di antaranya terjadi di Kabupaten Jayawijaya. Pada tanggal 18/10/2014, ditemukan mayat seorang anggota polisi yang diduga korban pengeroyokan dengan senjata tajam. Korban dinyatakan hilang selama 18 hari sebelum jasadnya ditemukan di
Laporan Bulanan: Oktober 2014
Insiden dan dampak Konflik Separatisme (Januari - Oktober 2014)
Insiden dan dampak Konflik SeparaUsme (Januari -‐ Oktober 2014)
10
9 8 8 7 7
8
7
6
6 6
5 5
4
4
4
3
3
3 2 2 1
1
1
1
1
Feb-‐14
Mar-‐14
2
2
1
0
Jan-‐14
Apr-‐14
1
Mei-‐14
Jun-‐14
Insiden
Tewas
Jul-‐14
Aug-‐14
Sep-‐14
Okt-‐14
17
Edisi 10 | Oktober, 2014
diwarnai tembak-menembak. Rambo Wenda yang berusaha melawan akhirnya ditembak di bagian betis. Selain itu, di lokasi penangkapan diamankan barang bukti berupa 2 megasen peluru 7,62 mm sebanyak 29 butir, sebilah pisau, cap/stempel 6 buah dan uang cash Rp. 220.000. Dalam kesempatan terpisah, menyikapi operasi penangkapan tersebut, Kapolda Papua Irjen Pol Yotje Mende menerangkan bahwa Rambo Wenda adalah keponakan dari Puron Wenda yang merupakan pimpinan kelompok sipil bersenjata di Lanny Jaya. Puron Wenda masuk dalam daftar pencarian orang (DPO). Ditambahkan juga oleh Juru bicara Polda Papua Kombes Pol Sulistyo Pudjo Hartono kelompok ini diduga kuat terlibat dalam sejumlah perampasan senjata dan penembakan anggota TNI
dan Polisi yang bertugas di Lanny Jaya, Puncak dan Puncak Jaya. Dari berbagai sumber media diketahui bahwa Rambo Wenda mulai dikenal saat berhasil menyerang Pos Polisi Tingginambut, Puncak Jaya, Januari 2009. Dia menyita beberapa pucuk senjata jenis SS1 milik polisi. Atas keberhasilannya itu, Rambo kemudian diberikan wilayah kekuasaan di Kali Semen Mulia, ibu kota Puncak Jaya. Tahun 2011 setelah pemekaran Lanny Jaya, kelompok sipil bersenjata menata organisasinya dengan membentuk Komando Daerah Operasi (Kodap) Pilia. Didapuk Puron Wenda sebagai Panglima Komando Organisasi Papua Merdeka (OPM) wilayah Pilia, Lanny Jaya, Papua, yang kemudian Rambo Wenda bergabung dengan Puron Wenda.
Satu insiden lainnya terjadi pada 11/10/2014 di Desa Kiriyow, Kecamatan Pantura Yapen, Kabupaten Kepulauan Yapen. Aparat gabungan TNI dan Polri melakukan operasi gabungan menggerebek markas kelompok sipil bersenjata pimpinan Maikel Merani di pegunungan Kiriyow. Para anggota kelompok sipil bersenjata melarikan diri setelah terlibat baku tembak selama 20 menit. Tidak ada korban jiwa dalam insiden ini. Namun, aparat keamanan berhasil menyita amunisi mouser 20 butir, lima pucuk senjata api rakitan, satu buah motor Vixon, baju seragam loreng, dan markas mereka berhasil dikuasai.
Peta Konflik Separatisme berdasarkan insiden dan tewas di Kabupaten/Kota di Papua dan Papua Barat (Januari - Oktober 2014)
Kepulauan Yapen 4 insiden Puncak Jaya 2 tewas 14 insiden 10 tewas
Jayapura 6 insiden 4 tewas Kab. Jayapura 2 insiden
Kota Sorong 1 insiden 1 tewas
PROVINSI PAPUA BARAT Mimika 1 insiden 2 tewas
Tidak ada data - 0 1–2 3–4 5–6 7+
18
Puncak 1 insiden 1 tewas
PROVINSI PAPUA
Lanny Jaya 9 insiden 12 tewas
Jayawijaya 2 insiden 1 tewas
Edisi 10 | Oktober, 2014 Laporan Bulanan: Oktober 2014
Kekerasan Dalam Penegakan Hukum
Kekerasan Dalam Penegakan Hukum
Kekerasan Dalam Penegakan Hukum periode Januari – Oktober 2014
Kekerasan Dalam Penegakan Hukum periode Januari – Oktober 2014 Data SNPK menghimpun insiden kekerasan dalam penegakan hukum di periode Januari – Oktober 2014 sebanyak 1.514 insiden yang berdampak pada 162 tewas, 1.772 cedera dan 2 bangunan rusak. Rata-‐rata terjadi sebanyak 151 insiden dan 16 tewas per bulan di periode ini. Jumlah insiden kekerasan tertinggi dialami oleh provinsi Sumatera Selatan [211 insiden] diikuti Jawa Timur [176 insiden] dan Sumatera Utara [163 insiden]. Selain itu, puncak tertinggi korban tewas terjadi di bulan Juni [29 tewas]. Kekerasan Dalam Penegakan Hukum bulan Oktober 2014 Selama bulan Oktober 2014 tercatat 170 insiden terkait kekerasan dalam penegakan hukum yang berdampak pada 18 tewas dan 201 cedera. Provinsi yang mengalami jumlah insiden terbanyak yakni Sumatera Selatan [19 insiden], Sumatera Utara [17 insiden] dan Jawa Timur [16 insiden]. Jumlah insiden bulan ini merupakan puncak tertinggi dibandingan pada bulan-‐bulan sebelumnya dan jumlah tewas diatas rata-‐rata tewas per bdampak ulan pada periode Januari – Dalam Oktober 2Penegakan 014 (lihat Grafik Hukum Kekerasan (Januari Dalam Penegakan Hukum). Insiden dan Kekerasan - Oktober 2014) Insiden dan dampak Kekerasan Dalam Penegakan Hukum (Januari -‐ Oktober 2014)
200
Data SNPK menghimpun insiden kekerasan dalam penegakan hukum di periode Januari – Oktober 2014 sebanyak 1.514 insiden yang berdampak pada 162 tewas, 1.772 cedera dan 2 bangunan rusak. Rata-rata terjadi sebanyak 151 insiden dan 16 tewas per bulan di periode ini. Jumlah insiden kekerasan tertinggi dialami oleh provinsi Sumatera Selatan [211 insiden] diikuti Jawa Timur [176 insiden] dan Sumatera Utara [163 insiden]. Selain itu, puncak tertinggi korban tewas terjadi di bulan Juni [29 tewas].
180
167 152
165
160
148
140 120
119
100 92
80 60 29
40 16
20
19
16
Jan-‐14
22
18 8
Feb-‐14
Mar-‐14
Apr-‐14
Mei-‐14
Jun-‐14
Jul-‐14
18
11
5
Insiden
Selama bulan Oktober 2014 tercatat 175 insiden terkait kekerasan dalam penegakan hukum yang berdampak pada 18 tewas dan 201 cedera. Provinsi yang mengalami jumlah insiden terbanyak yakni Sumatera Selatan [19 insiden], Sumatera Utara [17 insiden] dan Jawa Timur [16 insiden]. Jumlah insiden bulan ini merupakan puncak tertinggi dibandingan pada bulan-bulan sebelumnya dan jumlah tewas diatas rata-rata tewas per bulan pada periode Januari – Oktober 2014 (lihat Grafik Kekerasan Dalam Penegakan Hukum).
175
172
164
160
0
Kekerasan Dalam Penegakan Hukum bulan Oktober 2014
Aug-‐14
Sep-‐14
Okt-‐14
Tewas
Laporan Bulanan: Oktober 2014
Jumlah insiden dan tewas Kekerasan Dalam Penegakan Hukum berdasarkan provinsi (Oktober 2014) Jumlah insiden dan tewas Kekerasan Dalam Penegakan Hukum berdasarkan provinsi (Oktober 2014)
19 17
16 15 13 12 10 9 8 6 5 4 3
4
2 1
4
4
3
3 2
2
4 3
2
2
1
1
Insiden
4
3
2 1
1
1
1
1 1
2 1
Tewas
19
Edisi 10 | Oktober, 2014 Laporan Bulanan: Oktober 2014
Kriminalitas
Kriminalitas
Kekerasan Kriminalitas periode Januari – Oktober 2014 Aksi kriminalitas dalam periode ini tercatat 13.824 insiden yang mengakibatkan 1.458 tewas, 8.311cedera dan 595 bangunan rusak. Rata-‐rata jumlah insiden yang terjadi per bulan sebanyak 1.382 insiden dan jumlah tewas rata-‐rata per bulan sebanyak 145 tewas. Provinsi yang mengalami jumlah insiden tertinggi terdapat di Sumatera Utara [1.486 insiden] diikuti Jawa Timur [1.208 insiden] dan Sumatera Selatan [1.114 insiden]. Sedangkan provinsi dengan korban tewas terbanyak selama periode ini adalah Sumatera Selatan [169 tewas] serta masing-‐masing [135 tewas] di Jawa Barat dan Jawa Timur. Kekerasan Kriminalitas bulan Oktober 2014 Data SNPK mencatat insiden kekerasan aksi kriminalitas selama bulan ini sebanyak 1.240 insiden yang menyebabkan 145 tewas, 814 cedera dan 89 bangunan rusak. Jumlah insiden terbanyak dalam periode ini dialami oleh provinsi Sumatera Utara [130 insiden], Jawa Timur [127 insiden] dan Sumatera Selatan [97 insiden]. Sedangkan korban tewas terbanyak dialami Jawa Timur [18 tewas] diikuti Sumatera Selatan [16 tewas] dan Jawa Barat [14 tewas]. Selain itu, baik dalam jumlah insiden dan tewas bulan ini mengalami penurunan Insiden Aksi Kriminalitas yang berarti dibandingkan pada bdan ulan sdampak ebelumnya (lihat Grafik Kriminalitas). (Januari - Oktober 2014)
Kekerasan Kriminalitas periode Januari – Oktober 2014 Aksi kriminalitas dalam periode ini tercatat 13.824 insiden yang mengakibatkan 1.458 tewas, 8.311 cedera dan 595 bangunan rusak. Rata-rata jumlah insiden yang terjadi per bulan sebanyak 1.382 insiden dan jumlah tewas rata-rata per bulan sebanyak 145 tewas. Provinsi yang mengalami jumlah insiden tertinggi terdapat di Sumatera Utara [1.486 insiden] diikuti Jawa Timur [1.208 insiden] dan Sumatera Selatan [1.114 insiden]. Sedangkan provinsi dengan korban tewas terbanyak selama periode ini adalah Sumatera Selatan [169 tewas] serta masingmasing [135 tewas] di Jawa Barat dan Jawa Timur.
Insiden dan dampak Aksi Kriminalitas (Januari -‐ Oktober 2014)
2000 1800
1642
1600
1451
1407
1423
1399
1351
1400
1392
1308
1240
1211
1200 1000 800 600 400 137
120
Jan-‐14
Feb-‐14
200
Kekerasan Kriminalitas bulan Oktober 2014
0
Data SNPK mencatat insiden kekerasan aksi kriminalitas selama bulan ini sebanyak 1.240 insiden yang menyebabkan 145 tewas, 814 cedera dan 89 bangunan rusak. Jumlah insiden terbanyak dalam periode ini dialami oleh provinsi Sumatera Utara [130 insiden], Jawa Timur [127 insiden] dan Sumatera Selatan [97 insiden]. Sedangkan korban tewas terbanyak dialami Jawa Timur [18 tewas] diikuti Sumatera Selatan [16 tewas] dan Jawa Barat [14 tewas]. Selain itu, jumlah insiden dan tewas bulan ini mengalami penurunan yang berarti dibandingkan pada bulan sebelumnya (lihat Grafik Kriminalitas).
158
147
161
139
146
145
160
145
Mar-‐14
Apr-‐14
Mei-‐14
Jun-‐14
Jul-‐14
Aug-‐14
Sep-‐14
Okt-‐14
Insiden
Tewas
Laporan Bulanan: Oktober 2014
Jumlah insiden dan tewas Aksi Kriminalitas berdasarkan provinsi (Oktober 2014)
Jumlah insiden dan tewas Aksi Kriminalitas berdasarkan provinsi (Oktober 2014) 130
127
97 91 85
57
53
55 43
31 19
1
28
23
20
17 4
7 1
10 3
18
14 2
3
3
5
34
4
22
1
1
5
4
Insiden
39
33
18
16 9
34
33
21
7 1
24
24 18
3
11 11
7 1
5
1
1
16 10 2
9
12
1
Tewas
20
Edisi 10 | Oktober, 2014 Laporan Bulanan: Oktober 2014
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)
Kekerasan Dalam Rumah Tangga periode Januari - Oktober 2014
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)
Kekerasan Dalam Rumah Tangga periode Januari -‐ Oktober 2014 Dalam periode Januari -‐ Oktober 2014, insiden kekerasan terkait KDRT tercatat 1.794 insiden yang berdampak pada 371 tewas, 1.113 cedera dan 17 bangunan rusak. Rata-‐rata per bulan jumlah insiden dan tewas dalam periode ini adalah sebanyak 179 insiden dan 37 tewas. Adapun, puncak insiden kekerasan tertinggi terjadi pada bulan Mei [212 insiden] dan jumlah tewas tertinggi terdapat di bulan Maret [43 tewas]. Tercatat tiga provinsi yang mengalami insiden kekerasan tertinggi yaitu Sumatera Utara [180 insiden], Jawa Timur [165 insiden], dan Sulawesi Utara [137 insiden]. Kekerasan Dalam Rumah Tangga bulan Oktober 2014 Insiden KDRT di bulan Oktober 2014 tercatat sebanyak 160 insiden yang berdampak pada 37 tewas dan 99 cedera. Insiden kekerasan yang tertinggi terjadi di Bengkulu [16 insiden] diikuti Sumatera Selatan [15 insiden] dan 13 insiden masing-‐masing di Sumatera Utara dan Sulawesi Utara. Korban tewas bulan ini tidak penurunan tidak jauh dibandingkan Insiden danmengalami dampak KDRT dan (Januari - berbeda Oktober 2014) pada bulan September [38 tewas] (lihat Grafik KDRT). Insiden dan dampak KDRT (Januari -‐ Oktober 2014)
Dalam periode Januari - Oktober 2014, insiden kekerasan terkait KDRT tercatat 1.794 insiden yang berdampak pada 371 tewas, 1.113 cedera dan 17 bangunan rusak. Rata-rata per bulan jumlah insiden dan tewas dalam periode ini adalah sebanyak 179 insiden dan 37 tewas. Adapun, puncak insiden kekerasan tertinggi terjadi pada bulan Mei [212 insiden] dan jumlah tewas tertinggi terdapat di bulan Maret [43 tewas]. Tercatat tiga provinsi yang mengalami insiden kekerasan tertinggi yaitu Sumatera Utara [180 insiden], Jawa Timur [165 insiden], dan Sulawesi Utara [137 insiden].
250 212 197
200
195
194 171
166
178 164
160
157
150
100
50
Kekerasan Dalam Rumah Tangga bulan Oktober 2014 Insiden KDRT di bulan Oktober 2014 tercatat sebanyak 160 insiden yang berdampak pada 37 tewas dan 99 cedera. Insiden kekerasan yang tertinggi terjadi di Bengkulu [16 insiden] diikuti Sumatera Selatan [15 insiden] dan 13 insiden masingmasing di Sumatera Utara dan Sulawesi Utara. Korban tewas bulan ini tidak mengalami penurunan dan tidak jauh berbeda dibandingkan pada bulan September [38 tewas] (lihat Grafik KDRT).
0
37
Jan-‐14
43 32
Feb-‐14
Mar-‐14
36
36
Apr-‐14
Mei-‐14 Insiden
41
Jun-‐14 Tewas
40
Jul-‐14
31
Aug-‐14
38
37
Sep-‐14
Okt-‐14
21
Edisi 10 | Oktober, 2014
22
Penanggung Jawab Kedeputian I Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Jl. Merdeka Barat No. 3 Tel (021) 345 9444 Fax (021) 345 3289 Email :
[email protected] www.menkokesra.go.id www.snpk-indonesia.com