KEMENRISTEKDIKTI DORONG DRN JABARKAN HILIRISASI DALAM DOKUMEN TERTULIS
14 NOV 2016
Arah dan prioritas utama Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) dalam mendorong dan meningkatkan daya saing bangsa adalah dengan menyediakan tenaga terampil dan hilirisasi. Dalam konteks penguatan riset dan inovasi, terminologi hilirisasi masih menjadi sesuatu yang perlu dibedah para pakar. Sudah setahun lebih term hilirisasi ini bergulir, namun belum dirumuskan menjadi dokumen tertulis yang dapat dijadikan sebagai rujukan para birokrat dan stakeholder Ristekdikti dalam mengimplementasikan kebijakan. Padahal hilirisasi menjadi salah satu kunci penting dalam mendorong daya saing. Untuk itu, Dewan Riset Nasional (DRN) diharapkan dapat berperan dalam menjabarkan term hilirisasi dalam dokumen tertulis. Read more at
HASIL RISET BELUM DIPAKAI INDUSTRI, INI KATA MENRISTEKDIKTI Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir sepakat dengan temuan DRN. Menurut Nasir, hal ini akibat dari ketidaksinkronan penelitian dan pasar.
09 Agu 2016, 20:36 WIB
"Riset itu harusnya market atau demand driven. Artinya, harus sesuai dengan kondisi pasar masyarakat. Karena itu, riset yang dilakukan banyak terhenti," kata Nasir ditemui Tekno Liputan6.com di Surakarta. Bukan hanya itu, riset berulang-ulang menurut Nasir juga tidak bisa menghasilkan inovasi. Oleh karena itu, Kemenristekdikti membuat kebijakan baru. Setiap riset yang bisa menjadi industri akan didukung mulai dari pendanaan hingga pendampingannya.
TEKNOLOGI
Menristek Akui Hasil Riset RI Cuma Penuhpenuhi Perpustakaan
Sementara itu, terkait agenda workshop DRN dan para pelaku bisnis dalam upaya pengembangan riset bagi industri, Nasir mengungkapkan sangat mengapresiasi kegiatan tersebut. “Saya dengan Dewan Riset Nasional sangat mengapresiasi kegiatan ini. Tujuannya adalah ingin melakukan hilirisasi dan komersialiasasi hasil riset kepada dunia usaha ataupun masyarakat. Yang sangat penting adalah bagaimana hasil-hasil riset ini dimanfaatkan industri, bagaimana bisa dimanfaatkan masyarakat, ini (workshop) adalah suatu media yang sangat penting sekali,” tutur Nasir. Nasir pun mengungkapkan bahwa perlunya riset didayagunakan, kendati biaya yang dikeluarkan untuk riset tidaklah kecil. “Karena apa? Biaya riset yang terlalu besar. Kalau kita tidak bisa memanfaatkan untuk masyarakat, ini sangat-sangat disayangkan,” ungkapnya.
2017
FGD RAPAT BP
JANUARI 17
KOMTEK KOMTEK
TOR
• KUNJU NGAN LA PANGA
N
KOMTEK
PETA INDUS TRI • UU INOVA SI • DATA BASE
PENGUATAN KONSORSIUM 1. THE INDUSTRIAL LIASON PROGRAM PERUSAHAAN MEMILIKI AKSES PADA RISET UNIVERSITAS DENGAN MEMBERSHIP FEE
2. CONSULTING ACTIVITIES MEMBERIKAN KESEMPATAN KEPADA PENELITI UNIVERSITAS UNTUK BEKERJA SEBAGAI KONSULTAN DI INDUSTRI UNTUK WAKTU TERTENTU-SATU HARI PER MINGGU
3. INDUSTRY-FUNDED RESEARCH PROJECTS PROYEK RISET KONSORSIUM ANTARA UNIVERSITAS DAN SEJUMLAH PERUSAHAAN
4. STRATEGIC PARTNERSHIP LONG-TERM AND LARGE SCALE PARTNERSHIP ANTARA UNIVERSITAS DAN SEJUMLAH PERUSAHAAN
5. VISITING COMMITTEES PERWAKILAN INDUSTRI SEBAGAI DEWAN PENASEHAT DI UNIVERSITAS
UNDANG-UNDANG INOVASI NASKAH AKADEMIK DRAFT 0
JANUARI, 2017
DEWAN RISET NASIONAL (DRN)
RUSIA TIDAK BISA MENGALAHKAN AMERIKA,MEREKA NEGARA YANG LEBIH KECIL. MEREKA NEGARA YANG LEBIH LEMAH EKONOMI, MEREKA TIDAK MEMPRODUKSI APAPUN YANG BISA DIBELI, KECUALI MINYAK DAN GAS BUMI, SERTA PERSENJATAAN.
MEREKA TIDAK BER INOVASI !!
KOMPAS, 18 DESEMBER 2016
Innovation Act
25/01/2017
Dewan Riset Nasional
17
PENDAPATAN NASIONAL (US $)
MENGAPA TERJADI KESENJANGAN EKONOMI ???
60.000 50.000
PENDI DIKAN
40.000
KEMAMPUAN MENCIP TAKAN PELUANG
30.000
JEJA RING
20.000 INDO NESIA
10.000
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5
PERTUMBUHAN EKONOMI (%)
4.0
4.5
5.5
NEGARA2 YANG AKSELERASI PENAMBAHAN ASET TINGGI AKAN MENINGGALKAN KELOMPOK NEGARA PENAMBAHAN ASETNYA SANGAT LAMBAT.
SEMAKIN TINGGI PENDIDIKAN SESEORANG SEMAKIN BESAR PELUANGNYA UNTUK MENDAPATKAN PEKERJAAN YANG MEMBERI PENGHASILAN LEBIH TINGGI.
RISET DAYA SAING
PENDAPATAN NASIONAL (US $)
INOVASI
60.000 50.000 PENDI DIKAN
40.000 30.000
KEMAMPUAN MENCIP TAKAN PELUANG
JEJA RING
20.000 INDO NESIA
10.000
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5
PERTUMBUHAN EKONOMI (%)
4.0
4.5
5.5
KEMAMPUAN MENCIPTAKAN PELUANG, MENGIDENTIFIKASI PELUANG DAN MENTRANSFORMASIKAN PELUANGPELUANG TERSEBUT MENJADI ASET ATAU KEKAYAAN.
KONSORSIUM
1.
GUNAKAN PENDEKATAN2 INOVASI
1.
PENGUATAN KONSORSIUM
2.
SKENARIO PEMASARAN
3.
KOMITMEN PEMANFAATAN
4.
KOMITMEN PENDANAAN
2005 : Perpres 16/2005, 7 Februari 2005 tentang DRN
2002 : UU 18/2002 Sisnas P3 Iptek (Pasal 19 ayat 2)
LPIN ?
1999 : bertanggung-jawab kepada Presiden (Keppres No 94 / 1999, 10 Agustus 1999); 1984 : Dewan Riset Nasional (Keppres No 1/1984,7 Januari 1984)
1981 : Dibentuk dengan nama TIM PEPUNAS DEWAN RISET NASIONAL
LEMBAGA PENDANAAN INOVASI NASIONAL (LPIN) ?????
PILIHAN-PILIHAN STRATEGI DRN KARENA TIDAK TERCANTUM DI DALAM REVISI UU 18/2017 1. BERSIKAP PASIF DAN MENUNGGU DRN BUBAR 2. MERESPON POSITIF DENGAN CARA MENYAMPAIKAN PEMIKIRAN 3. MEMBERI MASUKAN TERHADAP DRAFT REVISI SEBELUM PEMBAHASAN MELALUI MENTERI DAN JAJARAN
4. MEMBERI MASUKAN KEPADA MENTERI DAN PARLEMEN PADA WAKTU SIDANG PEMBAHASAN
APAPUN CARA YANG KITA PILIH HARUS MENGGUNAKAN : NASKAH AKADEMIK
PERTAMA, MENDAMPINGI PROSES PEMBAHASAN REVISI UU 18/2002 YANG SEDANG DILAKSANAKAN PEMERINTAH DENGAN MAKSUD MENJADI SALAH SATU BAB DALAM UU YANG DIREVISI KEDUA,
SANGAT
DIMUNGKINKAN,
NASKAH
AKADEMIK INI MENJADI BAHAN PENYUSUNAN UU INOVASI SECARA KHUSUS DAN TERPISAH DARI REVISI UU 18/2002. KETIGA,
MEMERANKAN
DEWAN
RISET
NASIONAL
MENJADI LEBIH LUAS, BUKAN HANYA UNIT PENASEHAT,
NAMUN MENJADI PENGAWAL DAN PENGAWAS PROSES INOVASI SEHINGGA LEBIH BERPERAN SEBAGAI LEMBAGA PENDANAAN INOVASI NASIONAL ( INDONESIA NATIONAL INNOVATION FUND- INIF).
FOKUS
TUGAS
DRN
BERDASARKAN
2015-2018
KEPMENRISTEKDIKTI
521/2015 MELIPUTI PENYUSUNAN AGENDA
RISET
NASIONAL
PERTIMBANGAN JAKSTRANAS
UNTUK IPTEK,
NASIONAL DAN IPTEK
(ARN),
MEMBERI PELAKSANAAN
SISTEM
KEBIJAKAN
LAINNYA,
PERKEMBANGAN IPTEK DAN
KEMITRAAN PRODUK TERKAIT.
INOVASI
STRATEGIS PEMANTUAN HUBUNGAN
…...PERKEMBANGAN PRODUK-PRODUK YANG LAKU DI PASAR GLOBAL DAN TINGGI LAJU PERTUMBUHANNYA, SANGATLAH MENARIK BAHWA PRODUKPRODUK ITU DITOPANG OLEH INPUT SAINS DAN TEKNOLOGI YANG TINGGI. PRODUK-PRODUK INFORMASI KOMUNIKASI DAN TEKNOLOGI, INDUSTRI MESIN, PERALATAN LISTRIK, PROCESSING DATA TUMBUH PESAT DITARIK
OLEH
PERMINTAAN PASAR YANG KUAT. SEHINGGA SAINS DAN TEKNOLOGI YANG BERKAITAN DENGAN PRODUK-PRODUK INI MAJU DAN MEMICU INOVASI-INOVASI BARU YANG MENINGKATKAN DAYA SAING PRODUK YANG MEMPERBESAR VOLUME PEMASARANNYA.
BERGESERNYA PUSAT GRAVITASI PERTUMBUHAN EKONOMI KE ASIA DALAM DUA DEKADE TERAKHIR INI. ZHONGGUANCUN DI TIONGKOK, BANGALORE DI INDIA, DAEDEOK INNAPOLIS DI KOREA SELATAN, HSINCHU SCIENCE PARK DI TAIWAN, BIOPOLIS DI SINGAPURA, ADALAH PUSATPUSAT KEUNGGULAN SAINS DAN TEKNOLOGI YANG TERSEBAR DI TIMUR YANG LAYAK
DISEJAJARKAN DENGAN HUB-HUB SERUPA DI AS DAN EROPA
KAJIAN PERBANDINGAN “BENCHMARKING” INSTITUSI SEJENIS DENGAN EUROPEAN RESEARCH COUNCIL;
CANADIAN RESEARCH
COUNCIL; NATIONAL SCIENCE FOUNDATION (NSF) USA DAN NSCF CHINA, MEMASTIKAN PERLUNYA PENGUATAN, PENINGKATAN PERAN DAN FUNGSI DEWAN RISET NASIONAL INDONESIA UNTUK MEMBANTU PEMERINTAH DAN MEMASTIKAN BAHWA INOVASI BUKAN SEKEDAR PROSES ADMINISTRASI, TOPIK DISKUSI PENDIDIKAN TINGGI SEMATA.
DAN
HASIL ANALISIS UNTUK MENENTUKAN ALTERNATIF SOLUSI YANG TERBAIK MENUNJUKKAN BAHWA UNTUK MENDAPATKAN SOLUSI TERBAIK MAKA PEMBENTUKAN LEMBAGA PENDANAAN IPTEK DAN INOVASI NASIONAL (NSTIF) MERUPAKAN PRIORITAS PERTAMA DIIKUTI PEMBENTUKAN UNIT KHUSUS (PROJECT MANAGEMENT IMPLEMENTATION UNIT / PMIU) DI BAWAH KEMRISTEK DAN PRIORITAS TERKAHIR ADALAH REVITALISASI/REFORMASI LEMBAGA IPTEK NON LITBANG DI LUAR KEMRISTEK UNTUK MENJALANKAN TUPOKSI TAMBAHAN SEBAGAI PENGELOLA DANA RIPTEK YANG PROFESIONAL DAN INDEPENDEN.
MENDORONG PELAKSANAAN INISIATIF 1-747 7 Langkah Perbaikan Ekosistem Inovasi
1% dari GDP per tahun
Untuk menunjang program inovasi melalui skema 747 diperlukan dana R&D hingga 1% dari GDP per tahun Peningkatan tersebut dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan daya dukung pemerintah, BUMN dan partisipasi swasta
INPUT
4 Wahana Percepatan Pertumbuhan Ekonomi
1.
Sistem Insentif dan Regulasi yang mendukung inovasi dan budaya penggunaan produk dalam negeri
2.
Peningkatan Kualitas dan Fleksibilitas perpindahan sumber daya manusia
3.
Pembangunan Pusatpusat Inovasi untuk mendukung IKM
1. Industri kebutuhan dasar (pangan, obatobatan, energi dan air bersih) 2. Industri kreatif (berbasis budaya dan ICT)
4.
Pembangunan Klaster Inovasi Daerah
5.
Sistem Remunerasi Peneliti
6.
Revitalisasi infrastruktur R&D
7.
Sistem dan Manajemen Pendanaan Riset yang mendukung inovasi
3. Industri berbasis daya dukung daerah (S & T Park & Industrial Park) 4. Industri strategis (pertahanan, transportasi)
PROSES
7 Sasaran Visi Indonesia 2025 1. Meningkatkan jumlah HaKI dari penelitian dan industri yang langsung berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi 2. Meningkatkan infrastruktur S&T berstandar internasional 3. Mencapai swasembada pangan, obat-obatan, energi dan air bersih yang berkesinambungan 4. Meningkatkan ekspor produk industri kreatif menjadi dua kali lipat 5. Meningkatkan jumlah produkproduk unggulan dan nilai tambah industri dari berbagai daerah 6. Mencapai swasembada produk dan sistem industri pertahanan, transportasi dan ICT 7. Mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan, kemakmuran yang merata, dan memperkokoh NKRI
OUTPUT
Amerika Serikat Fokus
Pendanaan
Riset Dasar
TeknologiIndustri Riset Terapan
China Aktivitas Manufaktur
Technical Services
Fokus
Pengembangan Produk & Proses
Pendanaan
Riset Dasar
TeknologiIndustri Riset Terapan
Aktivitas Manufaktur
Technical Services
Pengembangan Produk & Proses
Akademi Sains, Lembaga, dan Lab. Nasional, dan Perguruan Tinggi
Pemerintah
Perguruan Tinggi
Pemerintah
Lembaga Nasional dan Lab. Nasional
Kementerian dan Lembaga-lembaga Provinsi
Industri BUMN dan BUMD
Industri Industri
Industri
Joint Venture dan
UKM
CONTOH KONSORSIUM DI INDONESIA MODEL KONSORSIUM INOVASI : FORUM KEMITRAAN KAKAO BERKELANJUTAN (COCOA SUSTAINABILITY PARTNERSHIP). ANGGOTA : LEMBAGA R&D MILIK PEMERINTAH,
UNIVERSITAS,SEKTOR SWASTA,
LEMBAGA R&D INTERNASIONAL, LSM, KELOMPOK INDUSTRI DAN KELOMPOK TANI. TUGAS: KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN, TRANSFER KEAHLIAN BISNIS PERTANIAN, IDENTIFIKASI
TEKNOLOGI DAN
ISU-ISU KEBERLANJUTAN, PEMBERDAYAAN
PETANI, DUKUNGAN PENCIPTAAN PASAR YANG SEHAT, BIMBINGAN PROSES SERTIFIKASI PROGRAM: GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN REVITALISASI
KAKAO NASIONAL
(GERNAS) LEWAT (1) PENDATAAN,(2) PENGADAAN BIBIT, (3) PENYEDIAAN TEKNOLOGI YANG TEPAT,(4) PELATIHAN PENDAMPING LAPANGAN, (5) SISTEM
USAHATANI BERKELANJUTAN,
(6)KEBIJAKAN PEMERINTAH, (7) PROGRAM KREDIT PETANI, (8) PEMANTAUAN DAN EVALUASI, (9) ACTION PLAN
1. PEMBERDAYAAN ORGANISASI DEWAN RISET NASIONAL BUKAN HANYA SEBAGAI LEMBAGA PENASEHAT 2. KEBUTUHAN DIBENTUKNYA LEMBAGA PENDANAAN INOVASI NASIONAL 3. PERLUNYA UNDANG-UNDANG INOVASI UNTUK MENDESAIN EKONOMI BERBASIS INOVASI DI INDONESIA. 4. KOMBINASI KEPENTINGAN 3 FAKTOR TERSEBUT DI ATAS DALAM SUATU ORGANISASI
PENDANAAN INOVASI, SEPERTI DILAKUKAN DIBERBAGAI NEGARA YANG MENGANDALKAN PEMBANGUNAN BERBASIS ILMU PENGETAHUAN ( KNOWLEDGE BASED ECONOMY) 5. NASKAH AKADEMIK INI DAPAT DIMANFAATKAN OLEH PARA PIHAK DI EKSEKUTIF, MAUPUN LANDASAN BAGI LEGISLATIF UNTUK DIJADIKAN INISIATIF PENYUSUNAN UU TENTANG INOVASI.
