KEMANDIRIAN PADA ANAK TENGAH DARI LATAR BELAKANG BUDAYA YANG BERBEDA
NASKAH PUBLIKASI HALAMAN SAMPUL DEPAN
Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Disusun Oleh :
PUPUT ARDIYANTI F100110092
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
i
KEMANDIRIAN PADA ANAK TENGAH DARI LATAR BELAKANG BUDAYA YANG BERBEDA
NASKAH PUBLIKASI HALAMAN JUDUL
Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh : PUPUT ARDIYANTI F. 100 110 092
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
ii
KEMANDIRIAN PADA ANAK TENGAH DARI LATAR BELAKANG BUDAYA YANG BERBEDA Puput Ardiyanti Taufik
[email protected] Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memahamikemandirian pada anak tengah dari latar belakang budaya yang berbeda. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif fenomenologis. Informan penelitian menempati posisi sebagai anak nomor dua dari tiga bersaudara atau lebih, berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, berusia 18-21 tahun. Data diperoleh dengan wawancara .Data kemudian diolah dengan menggunakan analisis tema. Berdasarkan hasil analisis terhadap 5 orang informan didapatkan hasil bahwa anak tengah memang cenderung lebih mandiri dibandingkan dengan kakak dan adiknya. Namun kemandirian yang dimiliki informan tidak mencakup semua aspek, misalnya informan bisa mandiri dalam aspek nilai mengerti mengenai yang benar dan salah, namun belum dapat mandiri secara perilaku, dalam mengambil keputusan selalu meminta pendapat orangtua terlebih dahulu dan mengikuti keputusan yang dibuat oleh orangtua. Setiap informan tentunya juga memiliki tingkat kemandirian yang berbeda pada setiap aspek. Informan yang berasal dari luar Pulau Jawa dan tinggal jauh dari orangtua mereka bisa mengatasi dengan baik perasaanya, belajar untuk lebih mandiri dan tidak mudah bergantung kepada orangtua. Hal tersebut tentu tidak lepas dari pengaruh budaya dan pola asuh orangtua.
Kata Kunci : kemandirian, urutan kelahiran, budaya
vi
keyakinan
PENDAHULUAN
bergabung
yang berbeda-beda meskipun terlahir
tersebut
karakter tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pola asuh orangtua, lingkungan, dan urutan kelahiran (birth order). Posisi anak
mempunyai
saudara-saudara
pengaruh
mendasar
ini
memiliki
dikarenakan sikap,
terhadap anak tunggal, anak sulung,
urutan
kelahiran
faktor
yang
bahwa
dapat
menjadi
mempengaruhi
kepribadian
seseorang,
misalnya
dalam hal
kemandirian.
Erikson
(Desmita,
2011)
menyatakan
diri
dari
orangtua
dirinya
melalui
identitas
ego,
proses yaitu
mencari
merupakan
perkembangan kearah individualitas
anak tengah, atau anak bungsu. memberikan
dimungkinkan
teori
dengan maksud untuk menemukan
dan
memberikan peran yang spesifik
Orangtua
Berdasarkan
melepaskan
orangtua
perlakuan
menentukan
kemandirian adalah usaha untuk
terhadap perkembangan selanjutnya. Hal
untuk
kepribadian.
dari orangtua yang sama. Perbedaan
urutan
keturunan,
lingkungan dan kreativitas individu
Setiap anak memiliki karakter
dalam
bahwa
yang mantap dan berdiri sendiri.
sikap,
perlakuan dan peran tersebut sesuai
Sementara itu kajian tentang
dengan tempat dan urutannya dalam
anak
keluarga ini mempunyai pengaruh
menariknya. Beberapa ahli yang
terhadap pembentukan sikap anak
intens
baik pada dirinya sendiri maupun
psikologi anak tengah diantaranya:
pada orang lain, dan menjadi salah
Gunarsa dan Yulia (2008), Leman
satu faktor yang mempengaruhinya
(Murphy, 2012), Hurlock (2012).
dalam mengembangkan pola perilaku
Beberapa
tertentu
bahwa anak dengan urutan kelahiran
sepanjang
rentang
kehidupannya (Desmita, 2008). Adler mengembangkan kelahiran
yang
kedua
(Alwisol,
2010)
teori
urutan
didasarkan
tengah
juga
tidak
mendiskusikan
pendapat
dari
kalah
tentang
menunjukkan
setidaknya
tiga
bersaudara atau empat bersaudara menunjukkan karakter yang paling berbeda dengan saudaranya yang
pada
1
lain. Anak tengah adalah anak yang
diperkuat oleh temuan data awal
memiliki kedudukan yang diapit oleh
sebagai berikut:
seorang atau beberapa orang kakak
Dari hasil wawancara awal
dan seorang atau beberapa orang
yang telah dilakukan, pada informan
adik. Karena keadaan fisik kakaknya
pertama DD yang berasal dari Jawa
biasanya lebih besar maka dapat
Timur merasa memilki tanggung
menimbulkan tekanan bila kakaknya
jawab sebagai anak laki-laki tertua
bertindak otoriter. Adiknya yang kecil
karena ayahnya sudah meninggal dan
dengan kelucuannya dapat
menjadi
merebut perhatian orangtua sehingga seringkali
menimbukan
Kedudukan menghadapi
anak
rasa
selain
orangtuanya
yang
lebih
besar
sendiri dibanding saudara yang lain meskipun kakak sudah berkeluarga. Selain
serta
itu,
juga
tidak
suka
merepotkan orang lain, saat ada
mempunyai lebih banyak kebebasan
masalah tidak pernah menceritakan
(Gunarsa dan Yulia, 2008). Leman
lebih
banyak hal, lebih bisa mengurus diri
menghadapi kakaknya yang lebih dan
diharapkan
dewasa dan lebih mandiri dalam
memegang kekuasaan ia juga harus
kuat
yang
kepulangannya oleh ibu,
iri.
tengah
anak
kepada orang lain, lebih senang 2012)
memendam sendiri dan tidak terlalu
mendiskripsikan anak tengah sebagai
memikirkan. Jika masalah tersebut
orang yang dikenal sangat fleksibel
bisa dihindari maka akan lebih
dalam gaya hidupnya. Mereka dapat
memilih untuk menghindar, tetapi
benar-benar tenang dan pemalu, atau
jika masih bisa dihadapi, ia akan
ramah dan bersosialisasi. Mereka
menghadapi
juga
sebisanya. Hal tersebut menunjukkan
bisa
(Murphy,
sabar
atau
santai,
masalah
pemberontak atau tidak kompetitif,
bahwa
dan
kemandirian yang tinggi dalam aspek
agresif
atau
menghindari
konflik.Anak-anak tengah biasanya dilihat
sebagai
negosiator.
mediator
Pendapat
informan
DD
tersebut
memiliki
emosi dan perilaku.
atau
Informan SN yang berasal
tersebut
dari
2
Kalimantan
Barat
Subjek
memiliki sikap lebih mandiri, tegas,
bahkan kepada orangtua, lebih suka
berani mengambil sikap karena tidak
menyimpan
menyukai sesuatu yang tidak pasti,
menyelesaikan sendiri masalah yang
memiliki keinginan yang kuat dan
dihadapinya.
berusaha bagaimanapun caranya agar
menunjukkan bahwa informan DW
dapat
memiliki kemandirian yang tinggi
mewujudkan
keinginannya
tersebut, lebih memilih diam apabila sedang
marah
atau
terkadang
menunjukkan
tersebut
urutan
kelahiran,
kemandirian juga dipengaruhi oleh pola asuh, Karena pola asuh di setiap
selalu menceritakan hal-hal yang
wawancara
Hal
Selain
Sangat dekat dengan sosok ibu dan
Berdasarkan
dan
dalam aspek perilaku dan emosi.
melampiaskan pada suatu benda.
dilakukannya.
sendiri
budaya
hasil
berbeda,
maka
bentuk
kemandirian berbagai budaya juga
bahwa
berbeda. Akan tetapi faktanya hasil
informan SN memiliki kemandirian
survei awal dari berbagai budaya
yang tinggi terutama pada aspek
yang sudah dilakukan menunjukkan
perilaku.
bahwa budaya di Kalimantan Barat,
Informan DW berasal dari
Jawa Tengah, dan Jawa Timur
Jawa Tengah, dari 3 bersaudara
semuanya
informan merupakan yang paling
menunjukkan bahwa peran budaya
mandiri dan hal tersebut juga diakui
yang satu dengan yang lain tidak
oleh orangtuanya. Karena informan
memiliki perbedaan. Berdasarkan hal
berani mengambil keputusan sendiri
tersebut, peneliti ingin memahami
tanpa meminta pendapat kepada
lebih
orangtua, berbeda dengan saudara-
kemandirian anak tengah.
saudaranya yang selalu meminta ijin
jauh
mandiri
peran
yang
budaya
berarti
pada
TINJAUAN PUSTAKA
atau pendapat terlebih dahulu kepada
1. Kemandirian
orangtua. Informan juga merupakan
Pengertian dari kemandirian
orang yang tidak suka menceritakan masalah atau hal-hal pribadi yang
ini
dirasakannya
dispesifikkan. Istilah “autonomy”
kepada
orang
lain
3
seringkali
sulit
untuk
dalam kajian mengenai remaja
b. Aspek behavioral autonomy,
sering disejajarkan secara silih
yaitu
berganti
membuat
dengan
“independence”.
kata
Independence,
sendiri
“secara umum menunjuk pada kemampuan
suatu dan
untuk
keputusan menjalankan
keputusan tersebut.
untuk
c. Aspek value autonomy, yaitu
‘menjalankan’ atau ‘melakukan
memiliki seperangkat prinsip-
sendiri’ aktivitas hidup terlepas
prinsip tentang mana yang
dari pengaruh kontrol orang lain”.
benar dan mana yang salah,
Sedangkan
autonomy,
mengenai mana yang penting
mempunyai komponen emotional
dan mana yang tidak penting.
dan
individu
kemampuan
istilah
cognitive
seperti
sama
komponen
baiknya
2. Anak Tengah
behavioral.
Menjadi orang yang mandiri yaitu
Anak tengah adalah anak
dapat mengatur diri sendiri yang
yang memiliki kedudukan yang
menjadi
tugas
diapit oleh seorang atau beberapa
perkembangan pada masa remaja
orang kakak dan seorang atau
(Steinberg, 2002).
beberapa orang adik.
salah
satu
Menurut Steinberg (2002),
Menurut Adler (Feist dan
kemandirian merupakan bagian
Feist, 2012), anak kedua memulai
dari pencapaian otonomi diri pada remaja. kemandirian
Untuk pada
hidup dalam situasi yang lebih
mencapai
baik untuk membentuk kerja sama
remaja
dan minat sosial. Sampai tahap
melibatkan tiga aspek yaitu:
tertentu, kepribadian anak kedua dibentuk oleh persepsi mereka
a. Aspek emotional autonomy, yaitu aspek kemandirian yang
akan
berkaitan dengan perubahan
terhadapnya.
hubungan individu, terutama
sikap
Leman
dengan orangtua.
anak
(Murphy,
mendiskripsikan
anak
sulung
2012) tengah
sebagai orang yang dikenal sangat
4
fleksibel dalam gaya hidupnya.
adiknya. Namun kemandirian yang
Mereka dapat benar-benar tenang
dimiliki informan tidak mencakup
dan pemalu, atau ramah dan
semua aspek, misalnya informan bisa
bersosialisasi. Mereka juga bisa
mandiri dalam aspek nilai mengerti
sabar atau santai, pemberontak
mengenai yang benar dan salah,
atau tidak kompetitif, dan agresif
namun belum dapat mandiri secara
atau menghindari konflik. Anak-
perilaku,
anak
keputusan selalu meminta pendapat
tengah
biasanya
dilihat
sebagai mediator atau negosiator.
orangtua
terlebih
mengambil
dahulu
dan
mengikuti keputusan yang dibuat
METODE PENELITIAN
oleh
Penelitian ini menggunakan pendekatan
dalam
kualitatif.
orangtua.
tentunya
juga
Dalam
kemandirian
Setiap
informan
memiliki
tingkat
yang berbeda
pada
penelitian
ini,
informan
dipilih
setiap aspek. Informan yang berasal
sebanyak
5
orang
dengan
dari luar
menggunakan
teknik
Pulau Jawa dan tinggal
purposive
jauh dari orangtua mereka bisa
sampling, yaitu berdasarkan kriteria-
mengatasi dengan baik perasaanya,
kriteria yang telah ditentukan oleh
belajar untuk lebih mandiri dan tidak
peneliti
mudah bergantung kepada orangtua.
yaitu:
menempati
(1)
posisi
Informan
sebagai
anak
Hal tersebut tentu tidak lepas dari
nomor dua dari tiga bersaudara atau
pengaruh budaya dan pola asuh
lebih. (2) Berasal dari latar belakang
orangtua. Informan yang berasal dari
budaya yang berbeda. (3) Berusia
Kalimantan Barat dan Kalimantan
18-21 tahun .
Tengah lebih diberikan kebebasan oleh
HASIL DAN PEMBAHASAN
sekolah Berdasarkan
dan
dalam jurusan,
memilih sedangkan
analisis
Informan yang berasal dari Jawa
informan
Tengah dan Jawa Timur kurang
didapatkan hasil bahwa anak tengah
mendapat kebebasan dari orangtua
memang cenderung lebih mandiri
untuk
dibandingkan dengan kakak dan
jurusan yang diambil, begitu juga
terhadap
5
hasil
orangtua
orang
5
menentukan
sekolah
dan
dengan informan yang berasal dari
aktivitas.
Pada
Palembang Sumatera Selatan.
kemandirian
nilai
menunjukkan
SIMPULAN
aspek
bahwa
anak
tengah cukup mandiri untuk
Berdasarkan hasil analisis dan
mengerti yang benar dan salah
pembahasan penelitian maka dapat
yang
disimpulkan kemandirian pada anak
mentaati aturan-aturan yang
tengah dari latar belakang budaya
dibuat oleh orangtua, namun
yang berbeda adalah sebagai berikut:
kurang dalam mengerti yang
1. Dalam penelitian ini ketiga aspek
kemandirian
diwujudkan
penting
terlihat
dan
dengan
tidak
penting
dengan menunjukkan tindakan
pada kemandirian anak tengah.
untuk
Meliputi aspek emosi, perilaku,
masalah yang sedang dihadapi.
dan nilai. Aspek-aspek tersebut
2. Berdasarkan hasil penelitian
memiliki
intensitas
yang
tidak
dapat
menyelesaikan
disimpulkan
bahwa
bervariasi pada setiap individu.
informan kurang memahami
Dari ketiga aspek tersebut yang
nilai-nilai atau sifat-sifat dari
paling menonjol adalah aspek
budaya
tempat
emosi, dimana pada aspek ini
namun
menyatakan
menunjukkan pada
anak
tinggalnya, bahwa
sikap
mandiri
sifat-sifat dan perilaku yang
tengah
dengan
dilakukan
sehari-hari
juga
mampu mengatasi perasaaan
tidak
dan situasi ketika harus tinggal
budaya
berpisah dengan keluarga. Pada
tinggalnya san juga pola asuh
aspek
dari orangtua.
kemandirian
menunjukkan
perilaku
bahwa
karena
di
dari daerah
pengaruh tempat
anak SARAN
tengah belum bisa mandiri sepenuhnya
lepas
masih
Berdasarkan data-data yang
banyak bergantung pada orang
diperoleh
lain baik dalam mengambil
banyak temuan dan kekurangan.
keputusan maupun melakukan
6
di
lapangan,
terdapat
Untuk itu, penulis memberikan saran
diharapkan untuk bisa lebih
kepada:
mandiri
1. Kepada orangtua yang yang
keputusan
berasal dari Jawa untuk lebih
untuk
memilih
dan
mengambil tidak
terus
bergantung kepada orang lain.
memberi kesempatan kepada anak
dalam
3. Untuk
dan
peneliti
disarankan
selanjutnya
untuk
dapat
mengambil keputusan sendiri
menggali
agar anak dapat berlatih untuk
mengenai kemandirian pada
lebih mandiri. Kepada orangtua
anak tengah dari latar belakang
yang berasal dari Kalimantan
budaya yang berbeda, misalnya
diharapkan
dengan
untuk
dapat
mempertahankan
pola
DAFTAR PUSTAKA
kesempatan
kepada anak untuk memilih mengambil
sendiri,
agar
Alwisol.
anak
Desmita. (2008). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
dari Jawa untuk lebih bisa
Desmita. (2011). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
mengambil
keputusan dan tidak selalu bergantung kepada orang lain. Kepada informan yang berasal
Feist, J &Feist, G.J. (2012). Teori Kepribadian Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika.
dari Kalimantan, diharapkan untuk
dapat
meningkatkan Gunarsa, S. D. & Gunarsa, Y. S. D. (2008).Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia.
kemandirian khususnya dalam meyelesaikan suatu masalah. Dan
untuk
berasal
Psikologi
Kepribadian. Malang: UMM Press.
dapat
2. Kepada informan yang berasal
dalm
(2010).
keputusan
berlatih untuk lebih mandiri.
mandiri
jumlah
karakter anak tengah.
Palembang diharapkan untuk
dan
menambah
lagi
informan dan lebih mendalami
pengasuhannya. Orangtua dari
memberikan
lebih dalam
informan
dari
yang
Palembang
7
Murphy, L.J. (2012). The Impact of Birth Order on Romantic Relationship. Adler Graduate School. Steinberg, L. (2002). Adolescence. Sixth edition. New York: McGraw-Hill.
8