Kemampuan Mengidentifikasikan Tokoh dan Penokohan oleh Siswa Kelas IX SMP Negeri 24 Kota Jambi
Oleh: Lisna Aryani
Abstrak Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kemampuan siswa mengidentifikasi tokoh dan penokohan dalam cerpen pada buku teks bahasa Indonesia kelas IX SMP Negeri 24 Kota Jambi. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi. Analisis data yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di SMP N 24 Kota Jambi dengan jumlah sampel 25 siswa. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata tingkat kemampuan siswa tergolong sangat mampu. Soal dengan tingkat kemampuan paling tinggi adalah soal untuk tokoh utama dalam cerpen yang mencapai tingkat persentase 100%. Sedangkan yang paling rendah adalah soal untuk karakter/watak tokoh siswa dalam cerpen yang memang jarang dimunculkan oleh pengarang dengan tingkat persentase 16%. I.
PENDAHULUAN Karya sastra merupakan salah satu kebutuhan masyarakat karena memiliki nilai
yang dapat di ambil ketika membaca sebuah karya sastra dan dapat menjadi sebuah hiburan bagi pembaca, salah satunya adalah cerpen. “Sastra Indonesia adalah salah satu bentuk sastra yang baru. Relatif belum berusia lama dan tidak dikenal dalam tradisi sastra Nusantara sebelumnya. Ia bertumbuh bersamaan dengan bertumbuh dan berkembang kesadaran yang baru dalam kehidupan bangsa, yakni kesadaran kebangsaan dalam menciptakan sebuah karya” (Esten 1990:53). Karya sastra khususnya prosa pada dasarnya terdiri dari tiga jenis, yaitu : (1) novel, (2) novelette, dan (3) cerpen.ketiga jenis karya sastra tersebut masing-masing memiliki perbedaan-perbedaan tertentu, perbedaan yang menonjol tampak pada luas
cakupannya. Dalam novel jelas sekali antara unsur yang satu dengan unsure yang lain selalu kompleks, sedangkan dalam novelet maupun cerpen unsure-unsurnya kurang kompleks, walau demikian ketiga jenis karya sastra prosa tersebut masing-masing mampu memcerminkan nilai-nilai kehidupan manusia. Tokoh dan penokohan, tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita secara fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Istilah tokoh mengacu pada orangnya, pelaku cerita, dan penokohan merupakan penggambaran watak tokoh dalam sebuah cerita penokohan dikembangkan melalui 2 cara, yaitu secara langsung (analitik) dan tidak langsung (dramatic). Penggambaran watak tokoh secara langsung (analitik) bearti watak tokoh tertulis secara jelas di dalam sebuah 1
cerita, sedangkan dramatic (tidak langsung) berarti watak dari masing-masing tokoh tidak tertulis secara langsung didalam sebuah cerita. Untuk mengetahui watak tokoh yang digambarkan secara dramatic bisa dilihat melalui gerak-gerik (tingkah laku) tokoh, cara berpakaian dan berdandan tokoh, tempat dimana tokoh itu berada, cara berbicara tokoh, dan lain-lain. Cerpen yang terdapat dalam Buku teks Bahasa Indonesia terbitan pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional terdapat delapan cerita pendek yang terdapat pada kelas IX dengan judul: Nasi Goreng, Sate Nangka, Misteri Dua Karcis Pertunjukan Musik, Pencuri Prangko Oscar, Hand Phone Ayah, Piao Hati, Pak tua Pemungut Sampah, Mely dan Peri Pelangi. Dalam penelitian ini, peneliti mengambi empat judul cerpen yaitu: (1) Nasi Goreng “karya Duryatin Amal, (2) Misteri Dua Karcis Pertunjukan Musik “karya Kemala P, (3) Sate Nangka “karya Yusniar, (4) Piano Hati
Rena “karya Sri Izzati, Alasan mengambil empat judul tersebut karena sudah dipelajari pada semester 1.
II.
KAJIAN TEORI Menurut Sumardjo (1991 :184 ) “bahwa cerita pendek adalah fiksi pendek hanya
memiliki satu arti suku kritis dan satu efek untuk pembacanaya.
Untuk ukuran
Indonesia cerpen terdiri dari 4 sampai dengan 15 halaman folio ketik”. Selanjutnya Darma (1999 : 6) menambahkan bahwa “ cerita pendek adalah karya sastra yang tidak panjang cukup dibaca sekali duduk,bertitik berat pada satu masalah dan memberi kesan tunggal. Menurut Rosidi (Endraswara, 2005 : 9 ) “cerpen adalah cerita yang pendek dan merupakan suatu kebetulan ide.Dalam kesingkatan dan kepadatannya itu, sebuah cerita pendek adalah lengkap,bulat,dan singkat, semua bagian dari sebuah cerpen meski terkait terikat pada suatu kesatuan jiwa : pendek, padat, dan lengkap. Jadi, sebuah cerita senantiasa memusatkan diri pada sutu tokoh dalam satu situasi pada suatu ketika. Meskipun peryaratan
inti tidak terpenuhi, cerita pendek tetap
memperlihatkan kepaduan sebagai patokan”. Cerita pendek yang efektif terdiri dari tokoh atau sekelompok tokoh yang ditampilkan pada satu latar atau latar belangkang dan yang lewat lakukan lahir atau batin terlibat dalam satu situasi. Dalam penelitian ini, memfokuskan pada unsur intrinsik yaitu tokoh dan penokohan. III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Dikatakan penelitian deskriptif karena penelitian ini bertujuan mendeskripsikan secara objek, apa adanya sesuai dengan fakta yang ada. Hal ini sesuai dengan pendapat Narbuko (2013: 30)
yang menyatakan bahwa “penelitian deskripsi adalah penelitian yang berusaha menuturkan pemecahan yang ada sekarang berdasarkan data-data”. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Dikatakan kuantitatif karena mendeskripsikan data yang melalui perhitungan, penjumlahan dan pemerolehan hasil yang berupa persentase sesuai dengan kriteria yang ditentukan. sampel yang di ambil dalam penelitian ini berjumlah 25 orang. Pengambilan sampel tersebut berdasarkan hasil perkalian dari rumus Arikunto. Hasil dari rumus tersebut adalah 25 orang, kemudian peneliti membagikan jumlah 25 tersebut dengan 4 kelas. IV. PEMBAHASAN Kemampuan siswa mengidentifikasi tokoh dan penokohan dalam cerpen pada buku teks bahasa Indonesia kelas IX SMP Negeri 24 Kota Jambi tergolong sangat mampu. Hal ini dapat dilihat dari tabel 4 bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 80. Kemampuan siswa mengidentifikasi tokoh dan penokohan cerpen dapat dilihat dari persentase tiap soal. Persentase menggambarkan jumlah jawaban benar untuk tiap soal. Untuk soal nomor 1 sampai 11 merupakan soal dalam cerpen Nasi Goreng. Dari hasil penelitian ini, terbukti bahwa tujuan penelitian ini dapat dicapai. Kecapaian memberikan gambaran bahwa berdasarkan wawancara observasi awal dengan guru bahasa Indonesia bahwa kemampuan mengidentifikasi tokoh dan penokohan dalam cerpen masih. Ternyata, setelah melakukan penelitian terbukti bahwa hasilnya tidak sesuai dengan observasi yang hasilnya kemampuan siswa kelas IX dalam mengidentifikasi tergolong sangat mampu. Meskipun tergolong sangat mampu peran seorang guru sangat penting dalam pembelajaran selanjutnya.
Bila dihubungkan dengan penelitian terdahulu tentang “Apresiasi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 30 Muaro Jambi Terhadap Watak Tokoh Novel Harry Potter dan Kamar Rahasia Karya J.K Rowlling Tahun Pelajaran 2012/2013” hasil penelitiannya baik. Jika dibandingkan dengan penelitian sekarang, yang berjudul “Kemampuan Siswa Mengidentifikasi Tokoh dan Penokohan Cerpen pada Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas IX SMP Negeri 24 Kota Jambi Tahun Pelajaran 2013/2014” dengan peneltian terdahulu bahwa tidak sama. Karena hasil penelitian sekarang siswa sangat mampu dalam mengidentifikasi tokoh dan penokohan dalam cerpen. Bila dihubungkan dengan proses pembelajaran, maka pembelajaran cerpen perlu ditingkatkan dengan menambahkan jumlah jam pelajaran, untuk meningkatkan kreatifitas dibidang prosa khususnya cerpen, puisi, dan drama.
V. KESIMPULAN Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa “Kemampuan Siswa Mengidentifikasi Tokoh dan Penokohan Cerpen pada Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas IX SMP Negeri 24 Kota Jambi Tahun Pelajaran 2013/2014” tergolong sangat mampu, dengan nilai rata-rata 80 yang tuntas 80%.
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi. 2003. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Aminuddin, 2011. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Djiwandono, M.S. 2008. Tes Bahasa dalam Pengajaran. Bandung: ITB. Endraswara. 2005. Metode Dan Teori: Pengajaran Sastra.Yogyakarta: Buana Pustaka. Esten. 1984. Kritik Sastra Indonesia. Padang: Angkasa. . 1990. Sastra Indonesia dan Tradisi Sub Kultur. Bandung: Angkasa. Husnul. 2010. Mengenal dan Mengidentifikasi Drama. Jakata: PT Wadah Ilmu. Kokasih. 2012. Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Jakarta: Yrama Widya. Moenir, 2005. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Nurgiyantoro, B. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Edis Pertama. Yogyakarta: BPFE.
Nurgiyantoro, B. 1988. Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Edis Pertama. Yogyakarta: BPFE.