KELAYAKAN PAKET TEKNOLOGI USAHATANI TANAMAN PANGAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) OESAO KABUPATEN KUPANG NUSA TENGGARA TIMUR Nelson H. Kario, B. Murdolelono, Yusuf Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTT ABSTRAK Pertanian wilayah Nusa Tenggara Timur didominasi usahatani lahan kering iklim kering. Hal ini sebagai dampak pendeknya periode musim hujan (3 – 4 bulan) dibanding musim kemarau (8 – 9 bulan) setiap tahun. Kondisi tersebut menyebabkan pendeknya musim tanam. Mengantisipasi keterbatasan tersebut maka Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) telah membentuk 16 kawasan pengembangan Daerah Aliran Sungai (DAS) dalam upaya pemenuhan kecukupan pangan masyarakat lokal melalui pendekatan rekayasa teknologi spesifik lokasi terutama untuk petani berskala lokal. Salah satu kawasan yang dikembangkan di Kabupaten Kupang adalah DAS Oesao. Keberadaan DAS ini bersifat strategis karena disamping sebagai kawasan penyanggah memenuhi kebutuhan bahan pangan untuk Ibukota Provinsi juga beberapa Kabupaten lainnya seperti Timor Tengah Selatan (TTS). Untuk itu telah dilakukan penelitian sistem usahatani spesifik lokasi dalam hal ini komoditas tanaman pangan yaitu jagun dan kacang tanah dalam upaya mendukung kecukupan dan ketersediaan bahan pangan melalui rekayasa teknologi spesifik lokasi. Tujuan Penelitian : 1. Mengetahui Komposisi faktor Share dan Kompensasi Pengelolaan, 2. Mengetahui Titik Impas Harga dan Produksi tanaman Pangan yang dikembangkan, 3. Mengetahui besarnya Pengembalian masingmasing Faktor Produksi yang digunakan, 4. Mengkaji tingkat Kompetitif antar pola Usahatani yang dikembangkan, 5. Menganalisis dampak perubahan harga jual dan biaya Produksi terhadap produktivitas usaha, 6. Menganalisis Peluang ketenagakerjaan dalam mendukung pengembangan usaha. Penelitian dilaksanakan selama enam Bulan dari Oktober 2001 - Maret 2002 dengan melibatkan petani sebanyak 20 kooperator. Pola yang dikembangkan terbagi atas tiga model yaitu A, B dan C sedangkan petani sebagai pembanding. Jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer dan sekunder. Untuk data primer yaitu : sarana produksi seperti : benih (Kg/Ha), Pupuk (Kg/Ha), Pestisida (Ltr/Ha), Harga jual (Kg/Ha), Penerimaan dan Keuntungan (Rp/Ha). Sedangkan data sekunder yaitu : Upah Minimum Regional (UMR) dari Dinas Tenaga Kerja Provinsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pola Introduksi lebih menguntungkan dibanding lainnya. sedangkan diantara sesama introduksi, Pola A memperlihatkan produktivitas usahatani terbaik karena memiliki proporsi biaya usahatani yang lebih rendah dibanding keuntungan pada semua pola yang dikembangkan. Dari aspek produktivitas pola Introduksi Jagung B terbaik (1.020 Kg/Ha) sedangkan untuk kacang tanah Introduksi A (8.234,13 Kg/Ha). Pengembalian antar sarana produksi yaitu benih (A = 10 kali), ; Pupuk (C = 10 kali) ; Pestisida (A = 8,77 kali) dan tenaga kerja ( C = 10 kali). Agar pola Introduksi A mampu berkompetisi dengan pola lainnya maka besarnya produktivitas minimal yang harus dicapai terhadap masing-masing yaitu 1.798,5 Kg/Ha (terhadap B) ; 2.054,5 Kg/Ha (Introduksi C) dan 1.226,3 Kg/Ha (petani). Untuk harga yaitu Rp. 1,117,4 /Kg (Introduksi B) ; Rp. 1.283,26 /Kg dan Rp. 765,81 /Kg. Dampak perubahan harga jual lebih berpengaruh dibanding biaya produksi. Untuk Ketenagakerjaan secara umum tidak efisien karena usahatani yang dikembangkan hanya mampu memberikan imbalan upah tenaga kerjaan yang lebih rendah dibanding diluar sektor pertanian. Untuk itu melihat hasil analisis ini maka perlu solusi untuk meminimalisir perpindahan tenaga kerja dari usahatani keberbagai jenis usaha yang mampu memberikan upah tenaga kerja yang lebih besar. Kata Kunci : DAS, Teknologi, Jagung, Kacang Tanah, Pengembangan PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peran yang sangat strategis dalam perekonomian Nusa Tenggara Timur (NTT). Hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Pendapatan Domestik
Regional Bruto (PDRB) daerah yang mencapai 50 % yang melibatkan 70 sampai 80 % penduduk (Subandi et al. 1997). Untuk itu mutlak diperlukan upaya untuk memacu peningkatan pendapatan asli daerah. . Salah satu sub sektor yang sangat diharapkan untuk mampu mendukung peranan tersebut adalah tanaman pangan. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang cukup pesat dewasa ini secara mutlak berdampak terhadap permintaan bahan pangan. Kondisi ini sangat penting mengingat penduduk diwilayah ini memilki tingkat ketergantungan yang sangat tinggi terhadap pangan seperti jagung. Untuk itu sejalan dengaan kemajuan tersebut maka perlu solusi/tindak lanjut bagi pengambil kebijakan dalam hal ini Pemerintah Daerah (Pemda) untuk merancang suatu konsep/model pengembangan untuk mendukung kecukupan bahan pangan. Model pembangunan yang diharapkan adalah suatu rancang bangun berbasis kemampuan sumberdaya spesifik wilayah karena disinyalir hingga saat ini telah banyak sekali konsep-konsep pembangunan yang telah dirancang bahkan dikembangkan tetapi hasilnya belum optimal. Hal ini disebabkan karena konseptor sering mengabaikan kemampuan sumberdaya pendukung berbasis local spesifik. Menurut Kaunang (1995) salah satu konsep yang diharapkan mampu memaksimalkan kemampuan sumberdaya yang dimaksud adalah melalui pengembangan berbasis Kawasan . Rancangan konsep ini direalisasikan kedalan suatu model pengembangan yang selanjutnya dikelola secara terencana, terpadu dan bertahap. . Salah satu kawasan yang dikembangkan di Kabupaten Kupang adalah Oesao. Luas kawasan ini mencapai 63.000 ha yang tersebar pada 5 kecamatan yaitu : Fatuleu, Kupang Timur, Kupang Tengah, Sulamu, dan Amarasi dengan proporsi luasan antar wilayah kecamatan tersebut masing-masing adalah 19, 44 % ; 44,44 % ; 5,55 % ; 13,89 % dan 16,67 %. Jenis usahatani yang dominan diusahakan di wilayah ini adalah usahatani lahan kering dan peternakan mencapai 24 % dan 31 % dari keseluruhan luas lahan yang ada. Oleh sebab itu berdasarkan nilai tersebut maka pemanfaatan lahan yang ada lebih didominasi oleh usaha peternakan. Secara garis besar yang nampak dari potensi kawasan ini adalah tingginya mobilitas penduduk yang ditandai dengan sangat lancarnya arus transportasi yang ada di wilayah ini. Mencermati kondisi tersebut maka dapat dikatakan bahwa kawasan ini apabila dikembangkan secara maksimal maka akan mampu memberikan dampak yang sangat nyata dan realistis terhadap penduduk dalam hal ini peningkatan pendapatan petani serta sub sektor terkait. Penelitian ini dilakukan untuk : • Mengetahui komposisi faktor Share dan Kompensasi Pengelolaan, • Mengetahui Titik Impas Harga dan Produksi tanaman pangan yang dikembangkan • Mengetahui besarnya Pengembalian masing-masing Faktor Produksi yang digunakan • Mengkaji tingkat kompetitif antar pola usahatani yang dikembangkan • Menganalisis dampak perubahan harga jual dan biaya Produksi terhadap produktivitas usaha • Menganalisis Peluang ketenagakerjaan dalam mendukung pengembangan usaha. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di lahan petani (On Farm Research) di dusun Kirisin desa Kuanheum kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang pada musim tanam 2000/2001 yang melibatkan sebanyak 22 koperator pada lahan seluas 12 Ha. Teknologi yang diintroduksi terdiri atas tiga pola yaitu : - Teknologi A = Jagung//Kacang tanah, tanpa olah tanah, herbisida, tanah berbatu - Teknologi B = Jagung//Kacang tanah, tanpa olah tanah, herbisida, tanah tidak berbatu - Teknologi C = Jagung//Kacang tanah, traktor, tanah tidak berbatu - Teknologi petani = Jagung monokultur, tanpa olah tanah, tanah berbatu/tidak berbatu. Selanjutnya teknologi yang diperbaiki seperti pada tabel 1 berikut ini : Tabel 1. Komponen teknologi yang diperbaiki pada komponen usahatani tanaman pangan di DAS Oesao Kabupaten Kupang Komponen Pola
a. Pola tanam b. Teknologi Budidaya
Petani a. Monkultur jagung (100 %) b. Jagung lokal, jarak tanam 1 x 1 m, 4 biji/lobang tanam, tanpa pupuk
Diperbaiki a. Jagung 80-90 % ; kacang tanah 10 – 20 % b. Jagung = Varietas Bisma/Lagaligo, jarak tanam = 1m x 40 cm, 2 biji/lobang tanam, pupuk urea = 100 Kg/Ha c. Kacang tanah = Varietas = lokal Kupang putih, jarak tanam = 40 x 20 cm.
Jenis data yang dikumpulkan yaitu primer dan sekunder. Untuk data primer yaitu jumlah biaya benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja (upah dan HOK), penerimaan dan keuntungan sedangkan data sekunder yaitu upah minimum Regional (UMR) yang disetarakan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sebesar Rp. 250.000 /bulan yang efektif selama 25 hari kerja. Analisis data yang digunakan yaitu faktor share dan kompensasi pengelolaan, Titik impas produksi dan harga, tingkat pengembalian sarana produksi dan kompetitif (Djamhuri, 1997 ; Oka dan Kariyasa, 1997). Selanjutnya untuk membandingkan tenaga kerja yang dihasilkan dibanding upah tenaga kerja sektor lain maka alat analisis yang digunakan mengacu pada perhitungan “Koefisien Keunggulan Kompetitif tenaga Kerja” yang dikembangkan Kariyasa dan Oka, (1993). IRTKsp PT - BS TKK = ----------------- dan IRTKsp = --------------------- x 50 % IRTKsi Jumlah HOK Ket : TKK
= tingkat keunggulan kompetitif imbalan tenaga kerja di sektor pertanian terhadap sektor industri IRTKsp = imbalan riil tenaga kerja di sektor pertanian IRTKsi = imbalan riil tenaga kerja di sektor industri PT = Penerimaan total BS = biaya total selain biaya tenaga kerja HOK = hari orang kerja dalam usahatani *) = diasumsikan frekwensi efektif pemakaian tenaga kerja pada sektor pertanian hanya 50 % dari sektor industri. Nilai ini merupakan bobot untuk mendapatkan nilai riil
Hasil analisis diatas selanjutnya ditindak lanjuti dengan sensitivitas (kepekaan) untuk melihat dampak perubahan produksi dan harga jual terhadap produktivitas tenaga kerja. Untuk mendapatkan hasil tersebut dapat didekati dengan analisis kepekaan koefisien TKK. HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi faktor Share dan Kompensasi Pengelolaan Jagung dan kacang tanah adalah dua jenis komoditas tanaman pangan yang banyak dikembangkan oleh petani di DAS sekitar kawasan pengembangan Oesao. Namun usaha yang dilakukan memiliki peranan yang berbeda. Peran jagung biasanya digunakan sebagai sumber pangan keluarga sedangkan kacang tanah sebagai sumber pendapatan tunai keluarga. Waktu tanam jagung biasanya dilakukan bersama kacang tanah dimusim hujan namun dalam perkembangannya dengan adanya pembangunan sumur Bor atau P2AT penanaman jagung sudah banyak dilakukan di musim kemarau dengan maksimal dua kali panen. Namun sistempenanaman jagung pada musim kemarau di wilayah DAS ini umumnya lebih diarahkan untuk panen muda. Cara ini dilakukan petani untuk memperoleh tambahan pendapatan tunai. Hasil penelitian yang dilakukan di daerah pengembangan ini (Tabel 1) menunjukkan bahkan terdapat perbedaan antara teknologi introduksi dibanding petani. Hal ini terlihat dari jenis sarana produksi yang digunakan dimana untuk petani hanya sebatas benih dan tenaga kerja sedangkan pada introduksi disamping kedua jenis sarana produksi tersebut juga puipuk dan pestisida.
Untuk komposisi faktor share terlihat bahwa model Introduksi A mampu memberikan penampilan usaha yang terbaik karena memiliki jumlah keuntungan terbesar (Rp.1.067.500) sedangkan faktor share hanya mencapai 49,29 %. Besarnya share biaya tersebut cenderung lebih kecil dibandingkan dengan B (57,32 %) ; C 56,30 %) dan petani (68,53 %). Untuk itu dari penampilan hasil share diatas dapat dipastikan bahwa Introduksi A memberikan kompensasi pengelolaan yang terbaik terhadap petani karena biaya yang dibutuhkan untuk mengelola usahatani lebih ringan dibanding model lainnya. Hal ini sangat penting bagi petani karena biaya bagi petani merupakan kendala utama apalagi yang sifatnya tunai seperti pupuk dan pestisida. Manfaat dari faktor share adalah untuk mengevaluasi perbandingan komposisi besarnya penggunaan masing-masing sarana produksi dan komponen produksi lainnya sedangkan kompensasi pengelulaan menggambarkan besarnya imbalan managemen petani sebagai dampak dari penggunaan model pengellaan usaha yang dilakukan (Djamhuri, et al., 1997). Tabel 2. Komposisi faktor Share dan Kompensasi Pengelolaan usahatani per hektar Jagung dan Kacang tanah di DAS Oesao Kabupaten Kupang Komponen A Produksi a. Jagung 1, 601 b. Kc Tanah 126 Penerimaan 2.105. 000 a. Jagung 1.601. 000 b. Kc Tanah 504. 000 Biaya 1.037. 500 a. Benih 232. 500 b. Jagung 52. 500 c. Kc Tanah 180.000 d. Pupuk 130.000 e. Pestisida 137.500 f. Tenaga 537.500 kerja Keuntungan 1.067.500 Sumber : Data Primer Keterangan : Harga jual
Share (%)
Teknologi Introduksi B Share (%)
C
Share (%)
Petani
Share (%)
100 49,3 11,1 6,2 6,5 25,5
1.514 62 1.762.000 1.514.000 248.000 1.010.000 232.500 52.500 180.000 130.000 110.000 537.500
100 57,3 13,2 7,4 6,2 30,5
2.063 97 2.451.000 2.063.000 388.000 1.380.000 232.500 52.500 180.000 130.000 1,017.500
100 56,3 9,5 5,3 41,5
600 600.000 600.000 411.200 70.000 70.000 341.000
100 68,5 11,7 -
50,7
752.000
42,7
1.017.500
43,7
188.800
31,5
- Jagung - Kacang Tanah
56,9
= Rp. 1.000/Kg = Rp. 4.0000/Kg
Titik Impas Harga dan Produksi Konsep titik impas (break event point) dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana pembiayaan yang dikeluarkan mampu ditutupi. Hasil analisis (Tabel 2) memperlihatkan bahwa titik impas produksi jagung dicapai masing-masing pada produktivitas minimal 1.037,5 Kg/Ha Teknologi A) ; 1.010,00 Kg/Ha (Teknologi B) ; 1.380,00 Kg/Ha (Teknologi C) dan 411,20 Kg/Ha (petani), sedangkan untuk kacang tanah masing-masing paling rendah sebesar 259,38 Kg/Ha (A) ; 252,50 Kg/Ha (B) dan 345,00 Kg/Ha (C). Selanjutnya untuk Titik impas harga jagung pada teknologi A masing-masing adalah : Rp. 648,03 /Kg (Pola A) ; Rp. 667,11 /Kg (Pola B) ; Rp. 668,93 /Kg (Pola C) dana Rp. 685,33 /Kg (pola petani. Untuk kacang tanah adalah Rp. 8.234,13 /Kg (Pola A) ; Rp. 16.290,32 /Kg (Pola B) dan Rp. 14.226,80 / Kg (Pola C). Tabel 3. Titik Impas Harga dan Produksi usahatani Jagung dan Kacang Tanah di DAS Oesao Kabupaten Kupang Komponen Pola tanam A B C Petani
Jagung a. Produksi b.Harga Kacang Tanah a. Produksi b.Harga
Aktual Impas Aktual Impas
1.601,0 1.037,5 1.000,0 648,0
1.514,0 1.010,0 1.000,0 667,1
2.063,0 1.380,0 1.000,0 668,9
600,0 411,2 1.000,0 685,3
Aktual Impas Aktual Impas
126,0 259,4 4.000,0 8.234,1
62,0 252,5 4.000,0 16.290,3
97,0 345,0 4.000,0 14.226,8
4.000,0 -
Sumber : Data Primer Pengembalian Faktor Produksi Jenis sarana produksi yang digunakan dalam mengembangkan usahatani kedua jenis komoditas ini bervariasi antar pola. Hal ini terlihat dimana pada pola A dan B diaplikasi secara lengkap sedangkan yang lain tidak sama sekali seperti pestisida (C dan petani) serta pupuk C. Besarnya nilai pengembalian antar berbagai sarana produksi yang digunakan sangat penting untuk diperhatikan karena berkaitan dengan pemilikan modal petani khususnya yang membutuhkan modal tunai (cash). Hasil analisis (Tabel 3) menunjukkan bahwa besarnya nilai pengembalian antar jenis sarana produksi beragam. Namun apabila dipilah berdasarkan jenis maka yang terbaik untuk benih dan pestisida yaitu : C dengan besar pengembalian masing-masing sebesar 1.000 dan 877 sedangkan untuk pupuk dan tenaga kerja yaitu pola C sebesar 1.000 dan 1.003. Tabel 4. Pengembalian Faktor Produksi usahatani Jagung dan Kacang tanah di DAS Oesao Kabupaten Kupang Nilai Pengembalian A 1.000 922 877 198
Teknologi Introduksi B 757 679 784 140
Petani C 105 1.000 1.003
Benih 0,55 Pupuk Pestisida Tenaga Kerja Sumber : Data Primer Tingkat kompetitif Kegunaan dari alat analisis ini adalah untuk mengetahui sejauhmana kemampuan suatu teknologi mampu bersaing dengan teknologi lainnya. Biasanya yang dijadikan pembanding adalah teknologi introduksi dibandingkan dengan suatu teknologi yang memiliki produktivitas usahatani yang lebih rendah atau produk lokal (existing farmyng system). Hasil analisis (Tabel 4) menunjukkan bahwa jagung teknologi A agar mampu bersaing dengan teknologi lainnya minimal harus memiliki produktivitas masing-masing sebesar 1.789,50 Kg/Ha (B) ; 2.054,50 Kg/Ha (C) dan 1.226,30 Kg/Ha (petani). Selanjutnya untuk kacang tanah agar teknologi A mampu bersaing dengan teknologi lainnya minimal harus memiliki produktivitas masing-masing sebesar 447,38 Kg/Ha (B) dan 5.136,30 Kg/Ha (C). Untuk Titik impas harga terlihat bahwa agar harga jagung pada teknologi A mampu bersaing dengan harga jagung pada teknologi lainnya masing-masing minimal harus memiliki harga terendah sebesar Rp. 111,74 /Kg (B) ; Rp. 1.283,26 /Kg (C) dan Rp. 765,96 /Kg (petani). Selanjutnya untuk harga minimal kacang tanah teknologi A mampu bersaing dengan teknologi lainnya masing-masing harus memiliki harga minimal sebesar Rp. 14.202,38 /Kg (B) dan Rp. 16.305,56 /Kg (C). Tabel 5. Tingkat Kompetitif usahatani Jagung dan Kacang Tanah di DAS Oesao Kabupaten Kupang
Produksi (Kg) Harga Jagung Kacang Jagung Tanah 1.601 126 1.000 1.514 62 1.000 2.063 97 1.000 600 1.000 Produksi Minimal (Kg/Ha) 2
Teknologi A B C Petani 1 1.a.Teknologi jagung terhadap : - Jagung B - Jagung C - Jagung Petani 1.b. Kacang tanah terhadap : - Kc tanah Intro B - Kc Tanah Intro C 2.a. Teknologi jagung terhadap : - Jagung A - Jagung C - Jagung Petani 2.b.Kacang tanah terhadap : - Kc tanah Intro A - Kc Tanah Intro C
(Rp) Biaya Produksi Kacang (Rp) Tanah 4.000 1.037.500 4.000 110.000 4.000 1.380.000 4.000 411.200 Harga minimal (Rp/Kg) 3
A 1.789,50 2.054,50 1.226,30
111,74 1.283,26 765,96
447,38 5.136,30
14.202,38 16.305,56
2.077,50 2.027,00 1.187,80
1.372,19 1.338,84 791,81
519,38 506,75
33.508,06 32.693,55
A
B
B
Keun tungan (Rp) 1.067.500 752.000 1.017.000 188.800
Lanjutan Tabel 5 ….. 1 3.a. Teknologi jagung C terhadap : - Jagung A - Jagung B - Jagung Petani 3.b.Kacang tanah C terhadap : - Kc tanah Intro A - Kc tanah Intro B Sumber : Data Primer.
2
3
2.447,50 2132 1.568,80
1.186,38 1.033,45 760,45
611,88 533,00
25.231,95 21.979,38
Sensitivitas (Kepekaan) Dalam melaksanakan aktivitas usahatani membutuhkan pengeluaran yang sifatnya tunai dalam rentang rentang waktu tertentu. Namun dalam perkembangannya kaitannya dengan biaya yang dimaksud mengalami perubahan. Untuk itu salah satu solusi adalah dapat didekati dengan melakukan analisis lanjutan. Analisis tersebut adalah sensitivitas (kepekaan). Kegunan analisis ini adalah mengetahui sejauhmana dampak perubahan suatu variabel dampaknya terhadap variabel yang lain. Untuk itu variabel yang dijadikan indikator dalam penelitian ini adalah dampak perubahan (naik/turun) harga jual dan biaya sarana produksi. Tabel 6.
Hasil analisis sensitivitas usahatani Jagung dan Kacang Tanah di DAS Oesao Kabupaten Kupang.
Uraian
a.
b.
c.
1 Skenario I Penerimaan Biaya Keuntungan TIP - Jagung - Kc Tanah TIH - Jagung - Kc Tanah Skenario II Penerimaan Biaya Keuntungan TIP - Jagung - Kc Tanah TIP - Jagung - Kc Tanah Skenario III Penerimaan Biaya Keuntungan TIP - Jagung - Kc Tanah TIH - Jagung Kc Tanah -
1 d.
Skenario IV Penerimaan Biaya
A 2
Teknologi Introduksi B 3
Petani C 4
5
2.105.000 1.141.250 963.750 1.141,25 285,31 712,84 9.057,54
1762.000 1111.000 651.000 1.111,00 277,75 733,82 1.7919,31
2451.000 1518.000 933.000 1,518 379,5 735,82 1.5649,49
600.000 452.320 147.680 452,3 113,08 753,87 -
2.315.500 1.037.500 1.278.000 943,18 235,80 648,03 8.234,13
1938.200 1010.000 928.200 918,18 229,55 667,11 1.6290,32
2696.100 1.380.000 1.316.100 1.254,55 313,64 668,93 14.226,80
660.000 411.200 248.800 373,82 93,46 685,33 -
1894.500 1037.500 857.000 1.152,78 288,19 648,03 8.234,13
1585.800 1010.000 575.800 1.122,22 280,56 667,11 16.290,32
2205.900 1380.000 825.900 1.533,33 283,33 6.687,93 14.226,80
540.000 411.200 128.800
2 1894.500 1037.500
3 1585.800 1010.000
4 2205.900 1380.000
456,89 114,22 685,33 -
5 540.000 411.200
Keuntungan 857.000 575.800 825.900 TIH - Jagung 103,75 10,10 1.380 - Kc Tanah 259,38 252,50 345 TIH - Jagung 720,04 741,23 743,25 - Kc Tanah 9.114,62 18.100,36 15.717,54 Sumber : Data Primer Ket : Skenario I = Naiknya harga jual Skenario I = Turunnya harga jual sebesar 10 % Skenario III = Naiknya biaya sarana produksi sebesar 10 % Skenario IV = Turunnya biaya sarana produksi sebesar 10 %
128.800 411,2 102,8 761,48 -
Ketenagakerjaan Aspek yang dianalisis pada komponen ketenagakerjaan ini adalah membandingkan antara besarnya upah aktual alokasi tenaga kerja yang saat berlangsungnya kegiatan penelitian berlangsung dibandingkan dengan upah aktual tenaga kerja di sektor lain. Perbandingan ini dimaksudkan untuk memperoleh besarnya nilai pengembalian dari setiap penggunaan tenaga kerja (HOK) yang setara dengan penerimaan yang diperoleh setelah selesainya penelitian. Beberapa tingkat uipah yang dapat dijadikan pembanding antara lain : industri, jasa, dll. Namun yang dijadikan pembanding dalam penelitian ini adalah tingkat upah sektor industri yang nilainya disesuaikan dengan standardisasi kemampuan daerah. Yang dijadikan indikator pengukuran di sektor industri adalah Upah Minumum Regional (UMR). Tabel 7. Keunggulan Kompetitif Tenaga Kerja pada Usahatani Jagung dan Kacang Tanah per hektar di DAS Oesao Kabupaten Kupang Komponen
Satuan
Teknologi A
Produksi - Jagung - Kacang tanah Penerimaan - Jagung - Kacang tanah - Tenaga kerja - Biaya Tng Kerja - Total Biaya Keuntungan Harga Jual - Jagung - Kacang Tanah Sumber : Data Primer
Kg Kg Rp Rp HOK Rp Rp Rp Rp/Kg Rp/Kg
B
C
Petani
1.602 126 2105.000 1.601.000 504.000 107,5 537.500 1.037.500 1.067.500
1.514 62 1.762.000 1.514.000 248.000 107,5 537.500 1.010.000 752.000
2.063 97 2.451.000 2.063.000 388.000 203,5 1.017.500 1.380.000 1.017.000
600 600.000 600.000 68,24 341.200 411.200 188.800
1.000 4.000
1.000 4.000
1.000 4.000
1.000 -
KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pola Introduksi lebih menguntungkan dibanding lainnya. sedangkan diantara sesama introduksi, Pola A memperlihatkan produktivitas usahatani terbaik karena memiliki proporsi biaya usahatani yang lebih rendah dibanding keuntungan pada semua pola yang dikembangkan. Dari aspek produktivitas pola Introduksi Jagung B terbaik
(1.020 Kg/Ha) sedangkan untuk kacang tanah Introduksi A (8.234,13 Kg/Ha). Pengembalian antar sarana produksi yaitu benih (A = 10 kali), ; Pupuk (C = 10 kali) ; Pestisida (A = 8,77 kali) dan tenaga kerja ( C = 10 kali). Agar pola Introduksi A mampu berkompetisi dengan pola lainnya maka besarnya produktivitas minimal yang harus dicapai terhadap masing-masing yaitu 1.798,5 Kg/Ha (terhadap B) ; 2.054,5 Kg/Ha (Introduksi C) dan 1.226,3 Kg/Ha (petani). Untuk harga yaitu Rp. 1,117,4 /Kg (Introduksi B) ; Rp. 1.283,26 /Kg dan Rp. 765,81 /Kg. Dampak perubahan harga jual lebih berpengaruh dibanding biaya produksi. Untuk Ketenagakerjaan secara umum tidak efisien karena usahatani yang dikembangkan hanya mampu memberikan imbalan upah tenaga kerjaan yang lebih rendah dibanding diluar sektor pertanian. Untuk itu melihat hasil analisis ini maka perlu solusi untuk meminimalisir perpindahan tenaga kerja dari usahatani keberbagai jenis usaha yang mampu memberikan upah tenaga kerja yang lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA Djamhuri, M. Helena da Silva dan Abdulah Bamualim. 1997. Dinamika pertanian di bagian Selatan Timor Timur. Laporan Hasil Penelitian. BPTP Naibonat. NTT Kariyasa, K., M. Oka Adnyana,. 1997. Analisis keunggulan komparatif dan kompetitif tenaga kerja di sektor Pertanian terhadap sektor lainnya. Jurnal Badan Litbang Pertanian. Kaunang, J. 1995. Kebijakan Pengembangan Wilayah di NTT. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional ”Optimasi Pembangunan Pertanian Menunjang Pengembangan Kawasan secara terpadu” Mbay, 18 – 20 Juni 1995. Murdolelono B., Andreas Ila, Jacob Nulik. 2001. Perakitan Teknologi Usahatani Lahan Kering di Kawasan Oesao. Laporan Hasil Penelitian. Peoyek Pembinaan Kelembagaan Litbang Pertanian/ARMP II NTT.
K