PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI SISTEM TANAMAN-TERNAK TERHADAP KELAYAKAN USAHATANI DI DAS SERANG HULU KABUPATEN BOYOLALI Joko Triastono, Yusuf, D.A. Budianto dan H.H. Marawali Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTT ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan produktivitas, pendapatan dan kelayakan usahatani tanaman pangan antara teknologi konservasi sistem tanaman-ternak dengan teknologi konservasi non-ternak. Penelitian ini menggunakan data cross-section dengan jumlah sampel sebanyak 197 yang terdiri atas 86 petani dengan teknologi konservasi sistem tanaman-ternak dan 111 petani dengan teknologi konservasi non-ternak. Metode analisis data yang digunakan adalah uji t dan analisis kelayakan usahatani dengan Revenue/Cost ratio (R/C ratio) dan Return on investment (ROI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknologi konservasi sistem tanaman-ternak dapat meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kelayakan usahatani tanaman pangan dibanding teknologi konservasi non-ternak. Kata kunci : Tanaman pangan, produktivitas, pendapatan dan kelayakan usahatani. PENDAHULUAN Latar Belakang Kawasan DAS hulu dengan topografi yang berlereng mempunyai potensi erosi yang tinggi, sehingga aktivitas usahatani tanaman pangan yang tidak memperhatikan prinsip-prinsip konservasi lahan akan mempercepat laju erosi. Lahan yang tererosi secara terus-menerus dapat menyebabkan lahan menjadi kritis. Pada lahan yang kritis, produktivitas lahan menurun dan konsekuensinya pendapatan petani menurun (Pakpahan dan Syafa’at, 1991; Setiani dan Wahyudi, 1997). Berdasarkan prinsip konservasi lahan, lahan yang berkemiringan lebih dari 15 % tidak dibenarkan untuk usahatani tanaman pangan (tanaman semusim). Akan tetapi, karena tidak punya pilihan lain maka petani menggunakan lahan tersebut untuk usahatani tanaman pangan (Soelaeman, 1999; Mahfudz, 2001). Hakim dalam Mahfudz (2001) berpendapat bahwa usahatani tanaman pangan pada lahan tersebut dapat dianjurkan, tetapi perlu diikuti dengan upaya konservasi lahan. Namum kenyataannya partisipasi petani di DAS hulu dalam melaksanakan kegiatan konservasi lahan masih rendah disebabkan oleh kemampuan petani untuk membiayai upaya konservasi juga masih rendah. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan petani dalam upaya konservasi lahan adalah rata-rata pendapatan petani umumnya rendah sebagai akibat dari sempitnya luas lahan garapan (Pakpahan dan Syafa’at, 1991). Salah satu upaya untuk menanggulangi lahan kritis adalah dengan sistem usahatani konservasi, dimana salah satu bentuknya melalui teknologi konservasi sistem tanaman-ternak. Dalam penelitian ini komponen tanaman pangan adalah tanaman pangan yang dominan diusahakan petani di lokasi penelitian, yaitu jagung, kacang tanah, kedelai dan padi gogo. Sedangkan komponen ternak adalah ternak ruminansia dan hijauan pakan (rumput dan leguminosa) yang ditanam sebagai tanaman penguat teras. Teknologi tersebut selain dapat menekan laju erosi tanah, juga dapat meningkatkan produktivitas lahan dan pendapatan usahatani. Keterkaitan antara komponen ternak dengan konservasi lahan dijalin melalui hijauan pakan dan pupuk kandang. Dengan adanya ternak ruminansia di dalam teknologi konservasi sistem tanaman-ternak dapat memacu petani untuk menanam hijauan pakan yang berfungsi sebagai tanaman penguat teras yang dapat mencegah terjadinya erosi (Prawiradiputra et al., 2000). Sedangkan pupuk kandang yang dihasilkan ternak ruminansia berperan positif sebagai penyedia unsur hara dan dapat memperbaiki sifat fisik tanah (Syarief, 1986; Arsyad, 1989; Prawiradiputra et al., 2000). Selain itu, hasil pangkasan tanaman penguat teras yang berupa
leguminosa dapat digunakan sebagai pupuk hijau yang berfungsi untuk memperbaiki/ mempertahankan bahan organik dalam tanah (Effendi et al., dalam Mahfudz, 2001). Di Indonesia terdapat 36 DAS kritis dan 22 diantaranya merupakan DAS prioritas untuk ditangani, salah satunya adalah DAS Jratunseluna yang terletak di Propinsi Jawa Tengah (Djauhari dan Syam, 1996). Wilayah DAS Jratunseluna meliputi 9 kabupaten yang dialiri oleh lima sungai utama yang masing-masing membentuk kawasan DAS, yaitu DAS Jragung, DAS Tuntang, DAS Serang, DAS Lusi dan DAS Juana (BPS Propinsi Jawa Tengah, 2001). DAS Serang merupakan salah satu DAS dalam kawasan DAS Jratunseluna yang wilayahnya mengikuti aliran Sungai Serang. Berdasarkan latar belakang, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui perbedaan produktivitas dan pendapatan usahatani tanaman pangan antara petani dengan teknologi konservasi sistem tanaman-ternak dan petani dengan teknologi konservasi non-ternak. 2. Mengetahui perbedaan kelayakan usahatani tanaman pangan antara petani dengan teknologi konservasi sistem tanaman-ternak dan petani dengan teknologi konservasi nonternak. METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Lokasi penelitian terletak di wilayah DAS Serang hulu yang berada di Kabupaten Boyolali. Pemilihan DAS Serang hulu sebagai lokasi penelitian dengan alasan bahwa wilayah ini termasuk salah satu wilayah DAS Jratunseluna yang merupakan DAS prioritas untuk ditanggulangi. Selain itu, di DAS Serang hulu pernah dilaksanakan berbagai proyek atau kegiatan yang berkaitan dengan upaya konservasi lahan melalui teknologi konservasi sistem tanamanternak. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei – Juni 2004 dan data usahatani yang diteliti adalah musim tanam (MT) tahun 2003/04, yang terdiri atas dua kali musim tanam, yaitu MT I dan MT II. Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode pengambilan contoh kelompok sederhana (simple cluster sampling), yaitu merupakan metode dimana populasi yang akan diteliti dibagi dalam kelompok-kelompok, dan kelompok-kelompok tersebut menjadi satuansatuan contoh (sampel) yang akan diambil (Teken, 1965). Pada penelitian ini metode simple cluster sampling yang akan digunakan adalah dua tingkat (simple two-stage cluster sampling), dengan prosedur sebagai berikut : a. Desa lokasi penelitian dibagi dalam kelompok-kelompok tingkat pertama (satuan contoh primer). Terdapat tiga desa sebagai satuan contoh primer (SCP). Dari tiga SCP tersebut akan ditentukan secara acak dua SCP. Pada tahap ini terpilih dua desa, yaitu Desa Gondanglegi, Kecamatan Klego dan Desa Gunungsari, Kecamatan Wonosegoro. b. Desa yang terpilih sebagai SCP kemudian dibagi berdasarkan dusun sebagai kelompokkelompok tingkat kedua sebagai satuan contoh sekunder (SCS). Dari dusun-dusun yang ada akan ditentukan secara acak satu dusun setiap desa sebagai SCS, sehingga terdapat dua SCS. Pada tahap ini terpilih dua dusun, yaitu Dusun Goligo, Desa Gondanglegi dan Dusun Jlobog, Desa Gunungsari. c. Seluruh petani dalam SCS yang terpilih akan diteliti. Dalam hal ini individu yang akan diteliti adalah semua petani yang mengusahakan tanaman pangan di lahan kering, baik dengan teknologi konservasi sistem tanaman-ternak (petani yang memiliki ternak ruminansia) maupun dengan teknologi konservasi non-ternak (petani yang tidak memiliki ternak ruminansia). Untuk Dusun Goligo jumlah sampel sebanyak 72 petani, yang terdiri atas 33 petani dengan teknologi konservasi sistem tanaman-ternak dan 39 petani dengan teknologi konservasi non-ternak. Sedangkan untuk Dusun Jlobog jumlah sampel sebanyak 125 petani, yang terdiri atas 53 petani dengan teknologi konservasi sistem tanaman-ternak dan 72 petani
dengan teknologi konservasi non-ternak. Dengan demikian terdapat 197 sampel yang terdiri atas 88 petani dengan teknologi konservasi sistem tanaman-ternak dan 111 petani dengan teknologi konservasi non-ternak. Metode Analisis Data Analisis Data untuk Tujuan I Untuk menganalisis tujuan I, yaitu mengetahui perbedaan produktivitas dan pendapatan usahatani tanaman pangan antara petani dengan teknologi konservasi sistem tanaman-ternak dan petani dengan teknologi konservasi non-ternak digunakan uji t. Adapun rumus uji t adalah (Steel dan Torrie, 1991):
t hitung =
Yt – Ynt S ( 1 + 1 ) 2
Nt t hitung =
Nnt
FIt – FInt S2 ( 1 + 1 ) Nt
Nnt
keterangan: Yt Ynt FIt FInt Nt Nnt S2
: Rata-rata produktivitas tanaman pangan pada petani dengan teknologi konservasi sistem tanaman-ternak (kg/ha) : Rata-rata produktivitas tanaman pangan pada petani dengan teknologi konservasi non-ternak (kg/ha) : Rata-rata pendapatan usahatani tanaman pangan pada petani dengan teknologi konservasi sistem tanaman-ternak (Rp/ha) : Rata-rata pendapatan usahatani tanaman pangan pada petani petani dengan teknologi konservasi non-ternak (Rp/ha) : Jumlah sampel petani dengan teknologi konservasi sistem tanaman-ternak : Jumlah sampel petani petani dengan teknologi konservasi non-ternak : Variance gabungan yang dihitung dengan rumus persamaan (Nt –1)St2 + (Nnt –1)Snt2 S = 2
(Nt + Nnt - 2) St 2 : variance dari sampel petani dengan teknologi konservasi sistem tanaman-ternak Snt 2 : variance dari sampel petani dengan teknologi konservasi non-ternak Dalam penelitian ini pendapatan usahatani tanaman pangan diperhitungkan dengan mengurangkan total biaya variabel yang nyata dikeluarkan petani dari penerimaan. Biaya variabel terdiri atas biaya pembelian benih, pupuk kimia, pupuk kandang, pestisida dan upah tenaga kerja luar keluarga. Biaya tetap dalam penelitian ini tidak diperhitungkan karena sulit menghitungnya. Kesulitan ini disebabkan oleh penggunaan ganda dan frekuensi penggunaan yang tidak tetap. Dengan demikian persamaan pendapatan usahatani dapat dirumuskan sebagai berikut : n
FI = P.Y –
∑
i= 1
keterangan :
ri X i
FI P Y ri Xi
= Pendapatan usahatani tanaman pangan = Harga produk yang diterima petani = Produksi = Harga input ke-i = Input ke-i
Analisis Data untuk Tujuan II Untuk menganalisis tujuan II digunakan analisis ekonomi dengan R/C ratio dan efisiensi penggunaan modal (Return on Investment/ROI), dengan rumus (Prayitno dan Heni, 2006): a. R/C ratio = Total penerimaan/Total biaya b. ROI = (Pendapatan usahatani/Modal usahatani) x 100% HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Tanaman Pangan Jenis tanaman pangan yang diusahakan petani di lokasi penelitian adalah jagung, kacang tanah, kedelai dan padi gogo. Distribusi petani berdasarkan jenis tanaman pangan yang diusahakan dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Distribusi petani menurut jenis tanaman pangan yang diusahakan pada MT tahun 2003/04 Teknologi konservasi sistem Teknologi konservasi Musim tanam/ tanaman-ternak non-ternak Jenis tanaman Jumlah Persentase Jumlah Persentase MT I a. Jagung b. Kedelai c. Kacang tanah d. Padi Gogo MT II a. Jagung b. Kedelai c. Kacang tanah d. Padi Gogo
57 5 18 6
66,28 5,81 20,93 6,98
77 5 18 11
69,37 4,50 16,22 9,91
32 5 46 3
37,21 5,81 54,49 3,49
34 14 59 4
30,63 12,61 53,15 3,60
Sumber : Analisis data primer
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa tanaman jagung dan kacang tanah merupakan tanaman yang dominan diusahakan petani. Tanaman jagung lebih dominan diusahakan pada MT I sedangkan tanaman kacang tanah lebih dominan diusahakan pada MT II. Dalam penelitian ini yang dianalisis adalah jenis tanaman yang dominan diusahakan petani di lokasi penelitian, yaitu tanaman jagung dan kacang tanah. Produktivitas adalah perbandingan antara output dengan input atau jumlah output per unit input. Produktivitas dapat digunakan sebagai ukuran keragaan relatif dari perbedaan antar industri, perusahaan atau perekonomian (Jamison and Lau, 1982; Samuelson and Nordhaus, 2001). Dalam proses produksi pertanian, lahan merupakan salah satu input yang penting sehingga produktivitas lahan sering digunakan sebagai ukuran keragaan suatu usahatani. Produktivitas lahan adalah jumlah output per unit luas lahan. Produktivitas tanaman pangan pada teknologi konservasi sistem tanaman-ternak dan teknologi konservasi non-ternak dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Perbandingan rata-rata produktivitas setiap jenis tanaman pangan antara teknologi konservasi system tanaman-ternak dengan teknologi konservasi non-ternak pada MT tahun 2003/04.
Musim tanam/ Jenis tanaman 1. MT I a. Jagung b. Kacang tanah 2. MT II a. Jagung b. Kacang tanah
Produktivitas tanaman pangan pada teknologi konservasi (kg/ha) Sistem tanamanternak
Non-ternak
1.638,64 1.048,56
918,13 558,89
720,51* 489,67*
5,80 4,04
1.610,33 1.032,24
759,57 631,99
850,76* 400,25*
4,01 4,96
Perbedaan
t-hitung
Sumber : Analisis data primer. Keterangan : * = signifikan pada α = 5%
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa rata-rata produktivitas tanaman jagung dan kacang tanah pada teknologi konservasi sistem tanaman-ternak berbeda nyata dengan teknologi konservasi non-ternak baik pada MT I maupun MT II pada tingkat kesalahan 5%, sehingga produktivitas tanaman jagung dan kacang tanah pada teknologi konservasi sistem tanamanternak ternak lebih tinggi dibanding teknologi konservasi non-ternak. Perbedaan produktivitas tanaman jagung antara teknologi konservasi sistem tanaman-ternak dengan teknologi konservasi non-ternak sebanyak 720,51 kg/ha dan 850,76 kg/ha masing-masing untuk MT I dan MT II. Sedangkan perbedaan produktivitas tanaman kacang tanah antara teknologi konservasi sistem tanaman-ternak dengan teknologi konservasi non-ternak sebanyak 489,67 kg/ha dan 400,25 kg/ha masing-masing untuk MT I dan MT II. Produktivitas tanaman jagung dan kacang tanah lebih tinggi pada teknologi konservasi sistem tanaman-ternak disebabkan karena kondisi lahan lebih subur dan cara budidaya tanaman pangan yang lebih intensif dibanding teknologi konservasi non-ternak. Cara budidaya tanaman pangan lebih intensif terlihat dari penggunaan input (pupuk kimia, pupuk kandang dan tenaga kerja) pada teknologi konservasi sistem tanaman-ternak lebih tinggi dibanding teknologi konservasi non-ternak. Penggunaan input, terutama penggunaan pupuk kimia dan pupuk kandang pada petani ternak lebih tinggi dibanding petani non-ternak, hal ini disebabkan karena kemampuan penyediaan modal untuk usahatani tanaman pangan pada petani ternak lebih tinggi. Penggunaan pupuk kandang pada petani ternak lebih tinggi dibanding petani non-ternak karena pupuk kandang dihasilkan sendiri oleh ternak ruminansia yang diusahakan petani tersebut, sedangkan pada petani non-ternak pupuk kandang diperoleh dengan membeli atau meminta kepada saudara/tetangga (tabel 3). Sedangkan kondisi tanah lebih subur terlihat dari kegiatan konservasi lahan pada teknologi konservasi sistem tanaman-ternak lebih tinggi dibanding teknologi konservasi non-ternak. Kegiatan konservasi lahan yang diukur dengan Indek Kegiatan Konservasi (IKK) pada teknologi konservasi sistem tanaman-ternak lebih tinggi dibanding teknologi konservasi non-ternak, yaitu masing-masing sebesar 87,91% dan 79,28% (Triastono, 2005). Tabel 3.
Perbandingan rata-rata penggunaan input usahatani tanaman jagung dan kacang tanah antara teknologi konservasi sistem tanaman-ternak dan teknologi konservasi non-ternak pada MT tahun 2003/04 Jagung Musim tanam/ Jenis input
Teknologi konservasi sistem tanamanternak
Teknologi konservasi non-ternak
Kacang tanah Teknologi konservasi sistem tanamanternak
Teknologi konservasi non-ternak
MT I a. Benih (kg/ha) b. Pupuk Urea (kg/ha) c. Pupuk SP-36 (kg/ha) d. Pupuk KCl (kg/ha) e. Pupuk kandang (kg/ha) f. Tenaga kerja (HKO/ha) g. Pestisida (ml/ha) MT II a. Benih (kg/ha) b. Pupuk Urea (kg/ha) c. Pupuk SP-36 (kg/ha) d. Pupuk KCl (kg/ha) e. Pupuk kandang (kg/ha) f. Tenaga kerja (HKO/ha) g. Pestisida (ml/ha) Sumber : Analisis data primer
17,80 175,33 91,83 9,56 2.430,22 141,37 77,53
19,52 128,53 83,45 8,63 808,66 141,61 62,14
41,59 158,21 83,21 5,37 1.789,39 157,17 124,07
46,68 86,90 51,96 14,17 1.330,79 140,35 159,44
21,05 127,46 65,49 10,98 1.986,50 132,23 79,05
16,33 81,99 62,03 3,58 463,75 117,66 24,65
49,08 76,49 46,91 14,26 1.317,69 142,94 56,36
45,57 45,51 35,46 5,78 403,96 127,59 94,46
Pendapatan Usahatani Tanaman Pangan Pendapatan usahatani merupakan salah satu kriteria untuk mengukur penampilan dari suatu usahatani (Soekartawi et al., 1986). Pendapatan usahatani tanaman pangan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya produksi. Dalam penelitian ini biaya produksi adalah biaya input variabel yang benar-benar dikeluarkan petani untuk usahatani tanaman pangan tersebut. Dengan demikian pendapatan ditentukan oleh besarnya produksi, harga produk, jumlah input dan harga input yang digunakan. Pendapatan usahatani tanaman pangan pada teknologi konservasi sistem tanaman-ternak dan teknologi konservasi non-ternak dapat dilihat pada tabel 4. Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa rata-rata pendapatan usahatani tanaman jagung dan kacang tanah pada teknologi konservasi sistem tanaman-ternak berbeda nyata dengan teknologi konservasi non-ternak baik pada MT I maupun MT II pada tingkat kesalahan 5%, sehingga pendapatan usahatani tanaman jagung dan kacang tanah pada teknologi konservasi sistem tanaman-ternak ternak lebih tinggi dibanding teknologi konservasi non-ternak.
Tabel 4. Perbandingan rata-rata pendapatan usahatani setiap jenis tanaman pangan antara teknologi konservasi sistem tanaman-ternak dengan teknologi konservasi non-ternak pada MT tahun 2003/04 Pendapatan usahatani pada Musim tanam/ teknologi konservasi (Rp/ha) Jenis tanaman t-hitung Sistem tanamanternak Non-ternak Perbedaan 1. MT I a. Jagung 806.066 265.419 540.647* 5,53 b. Kacang tanah 1.476.225 618.305 857.920* 4,51 2. MT II a. Jagung 945.585 331.793 613.792* 3,94 b. Kacang tanah 1.609.948 809.775 800.172* 6,01 Sumber : Analisis data primer Keterangan * = signifikan pada α = 5%
Perbedaan pendapatan usahatani tanaman jagung antara teknologi konservasi sistem tanaman-ternak dengan teknologi konservasi non-ternak sebanyak Rp 540.647/ha dan Rp 613.792 /ha masing-masing untuk MT I dan MT II. Sedangkan perbedaan pendapatan usahatani tanaman kacang tanah antara teknologi konservasi sistem tanaman-ternak dengan teknologi konservasi non-ternak sebanyak Rp 857.950/ha dan Rp 800.172/ha masing-masing untuk MT I dan MT II.Perbedaan pendapatan tersebut disebabkan karena penerimaan pada teknologi konservasi sistem tanaman-ternak lebih tinggi dibanding teknologi konservasi non-ternak, walaupun dengan biaya produksi yang lebih tinggi (tabel 5). Penerimaan usahatani tanaman jagung dan kacang tanah pada teknologi konservasi sistem tanaman ternak lebih tinggi dibanding teknologi konservasi non-ternak disebabkan karena produktivitas tanaman jagung dan kacang tanah pada teknologi konservasi sistem tanaman ternak lebih tinggi dibanding teknologi konservasi non-ternak. Sedangkan biaya produksi pada teknologi konservasi sistem tanaman ternak lebih tinggi dibanding teknologi konservasi non-ternak disebabkan karena budidaya tanaman jagung dan kacang tanah yang dilakukan teknologi konservasi sistem tanaman ternak lebih intensif dibanding teknologi konservasi non-ternak (tabel 3). Tabel 5. Perbandingan rata-rata penerimaan dan biaya produksi usahatani setiap jenis tanaman pangan (Rp/ha) antara teknologi konservasi sistem tanaman-ternak dengan teknologi konservasi non-ternak pada MT tahun 2003/04 Teknologi konservasi sistem Teknologi konservasi Jenis tanaman tanaman-ternak non-ternak MT I MT II MT I MT II 1. Jagung a. Penerimaan 1.513.141 1.550.306 773.578 682.241 b. Biaya produksi 707.075 604.721 508.159 350.448 2. Kacang tanah a. Penerimaan 2.138.776 2.127.431 1.087.222 1.304.722 b. Biaya produksi 662.551 517.483 468.917 494.946 Sumber : Analisis data primer Kelayakan Usahatani Tanaman Pangan Untuk mengetahui kelayakan usahatani tanaman pangan dilakukan analisis dengan menggunakan R/C ratio dan ROI. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai R/C ratio dan ROI pada teknologi konservasi sistem tanaman-ternak lebih baik dibanding dengan teknologi konservasi non-ternak, baik untuk tanaman jagung maupun kacang tanah pada MT I dan MT II. Dengan demikian kelayakan usahatani tanaman jagung dan kacang tanah pada teknologi konservasi sistem tanaman-ternak lebih baik dibanding dengan teknologi konservasi non-ternak (tabel 6).
Tabel 6. Perbandingan kelayakan usahatani setiap jenis tanaman pangan antara teknologi konservasi sistem tanaman-ternak dengan teknologi konservasi non-ternak pada MT tahun 2003/04 R/C ratio ROI Musim tanam/ Jenis tanaman 1. MT I a. Jagung b. Kacang tanah 2. MT II a. Jagung b. Kacang tanah
Teknologi konservasi sistem tanaman-ternak
Teknologi konservasi non-ternak
Teknologi konservasi sistem tanaman-ternak
Teknologi konservasi non-ternak
2,14 3,23
1,52 2,32
1,14 2,23
0,52 1,32
2,56 4,11
1,95 2,64
1,56 3,11
0,95 1,64
Sumber : Analisis data primer
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Teknologi konservasi sistem tanaman-ternak dapat meningkatkan produktivitas tanaman pangan dibanding teknologi konservasi non-ternak. Hal ini terlihat dari produktivitas tanaman jagung dan kacang tanah pada teknologi konservasi sistem tanaman-ternak meningkat masing-masing sebesar 720,51 kg/ha (78,48%) dan 489,67 kg/ha (87,61%) pada MT I, dan meningkat masing-masing sebesar 850,76 kg/ha (112,01%) dan 400, 25 kg/ha (63,33%) pada MT II. 2. Teknologi konservasi sistem tanaman-ternak dapat meningkatkan pendapatan usahatani tanaman pangan dibanding teknologi konservasi non-ternak. Hal ini terlihat dari pendapatan usahatani tanaman jagung dan kacang tanah pada teknologi konservasi sistem tanamanternak meningkat masing-masing sebesar Rp 540.647/ha (203,70%) dan Rp 857.920/ha (138,75%) pada MT I, dan meningkat masing-masing sebesar Rp 613.792/ha (184,99%) dan Rp 800.172/ha (98,81%) pada MT II. 3. Usahatani tanaman pangan pada teknologi konservasi sistem tanaman-ternak mempunyai kelayakan yang lebih baik dibanding teknologi konservasi non-ternak, baik dilihat dari R/C ratio maupun ROI. Saran Sistem usahatani konservasi melalui teknologi konservasi sistem tanaman-ternak dapat dikembangkan lebih luas pada kawasan DAS yang mempunyai kondisi hampir sama dengan DAS Serang hulu karena selain dapat meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kelayakan usahatani tanaman pangan juga dapat meningkatkan upaya konservasi lahan. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, S., 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor BPS Propinsi Jawa Tengah, 2001. Jawa Tengah Dalam Angka 2000. Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Tengah. Semarang. Debertin, D. L., 1986. Agricultural Production Economics. Second Edition. Mc.Graw Hill Inc. New York. Djauhari, A., dan A. Syam, 1996. Pengelolaan Lahan Kering di Daerah Aliran Sungai Brantas Bagian Hulu. Forum Penelitian Agroekonomi. 14 (1) : 24 – 40. Jamison, D. T., and L. J. Lau, 1982. Farmer Education and Farm Efficiency. A World Bank Research Publication. The Johns Hopkins University Press. Baltimore.
Mahfudz, 2001. Peningkatan Produktivitas Lahan Kritis : Untuk Pemenuhan Pangan Melalui Usahatani Konservasi. Makalah. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Pakpahan, A., dan N. Syafa’at, 1991. Hubungan Konservasi Tanah dan Air dengan Komoditas yang Diusahakan, Struktur Pendapatan serta Karakteristik Rumah Tangga (Kasus DAS Cimanuk dan Citanduy). Jurnal Agro Ekonomi. 1 (1) : 1 – 15. Prawiradiputra, B.R., M. Subagdja, O. Sopandi dan S. Sutono, 2000. Interaksi antara Peternakan dan Konservasi Tanah pada Sistem Pertanian Lahan Kering. Prosiding Lokakarya Nasional Pembahasan Hasil Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai : Alternatif Teknologi Konservasi Tanah. Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghijauan dan Reboisasi Pusat bekerjasama dengan Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. Prayitno al KS dan Heni, 2006. Produktivitas Beberapa Varietas Ubikayu di Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta. Agros Vol.8 No.1 Januari 2006 : 25 - 32. Samuelson, P. A., and W. D. Nordhaus, 2001. Microeconomics. Seventeenth Edition. McGrawHill Irwin. Boston. Sarief, S., 1986. Konservas Tanah dan Air. Pustaka Buana. Bandung. Setiani, C., dan S. Wahyudi, 1997. Pemberdayaan Wanita Tani di Lahan Kering : Suatu Gagasan. Prosiding Lokakarya Pemberdayaan Sumberdaya Wanita melalui Pengembangan Agribisnis di Perdesaan. Perhimpunan Agronomi Indonesia bekerjasama dengan Kantor Menteri Negara UPW dan Badan Agribisnis – Deptan. Jakarta. Soekartawi, A. Saharjo, J.L. Dillon dan J.B. Hardaker, 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembanagan Petani Kecil. UI-Press. Jakarta. Soelaeman, Y., 1999. Integrasi Ternak Ruminansia dalam Sistem Usahatani Konservasi di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Buletin Peternakan. Edisi Tambahan, Desember 1999. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 282 – 289. Steel, R. G. D., dan J. H. Torrie, 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika : Suatu Pendekatan Biometrik. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Teken, I. B., 1965. Penelitian di Bidang Ilmu Ekonomi Pertanian dan Beberapa Metoda Pengambilan Contoh. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Triastono, J., 2005. Upaya Konservasi Tanah, Produktivitas dan Efisiensi Ekonomi Usahatani Tanaman Pangan di DAS Serang Bagian Hulu. Draft Disertasi S-3. Program Pascasarjana. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. (unpublished).