PENGEMBANGAN DIVERSIFIKASI USAHATANI SISTEM SURJAN (Kasus di Desa Tonjong Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang Provinsi Banten) Aris Supriyo Wibowo1, Aliudin1, Setiawan Sariyoga1 1
Staf Pengajar Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa e-mail :
[email protected]
ABSTRAK Diversifikasi Usahatani merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produktifitas usahatani dan dapat dilakukan dengan cara horizontal, vertikal. Melalui diversifikasi usahatani maka petani telah melakukan usaha untuk meminimalkan resiko, dengan cara membagi risiko tunggal dengan alternative usahataninya. Salah satu usaha diversifikasi usahatani adalah diversifikasi sistem surjan. Sistem Surjan pada dasarnya merupakan suatu usahatani campuran dari berbagai komoditi yang ditanam dalam satu hamparan luas dengan membagi plot tanaman yang berbeda-beda dan dalam waktu tanam yang sama. Petani telah melakukan diversifikasi usahatani, namun demikian pemanfaatan sumberdayanya belum maksimal. Melalui pengembangan diversifikasi usahatani ini tanaman padi dikombinasikan dengan ternak ikan ikan lele dalam hamparan sawah yang sama, yang dikenal dengan mina padi. Pengembangan lainnya dengan melakukan kegiatan pascapanen berupa olahan fresh handling sayuran dan fresh cut. Keduanya dilakukan untuk meningkatkan pendapatan petani. Melalui percobaan yang dilakukan bersama masyarakat Desa Tonjong diperoleh hasil bahwa pengembangan diversifikasi melalui usaha mina padi maupun penanganan pascapanen dapat meningkatkan pendapatan petani. Kata kunci : Usahatani Sisten Surjan, Mina padi, fresh handling, sayuran. ABSTRACT Diversified farming is one way to increase farm productivity and can be done by means of horizontal, vertical. Then the farmers through farm diversification has made efforts to minimize the risk, by dividing a single risk with alternative farming. One farm diversification business is diversified surjan system. Surjan system is basically a mixture of different farm commodities that were planted in a vast expanse to divide plots of different crops and planting in the same time. Farmers have diversified farming, however, not maximum use of its resources. This farm diversification through the development of rice plants combined with fish of catfish in the same rice fields, known as the rice mina. Another development with activities such as post-harvest handling of fresh processed vegetables and fresh cut. Both were made to increase farmers' income. Through experiments conducted with villagers in Tonjong result that the diversified development through the efforts mina rice and postharvest handling can increase the income of farmers. Keywords: farming systems of Surjan, Mina rice, fresh handling, vegetables.
dengan mengukur indeks tumpang sari
1. PENDAHULUAN Sistem
surjan
dalam
usahatani
(simultaneous
cropping)
dan
indeks
merupakan salah satu pola usahatani
tumpang
gilir
(sequential
campuran
dan
Kelima
indeks
tersebut
satu
Multiple Cropping Index (MCI), (2)
palawija
antara
tanaman
atau
sayuran
padi
dalam
cropping). adalah
dengan
Diversity
Index
(DI),
membentuk hamparan kecil yang berbeda
Diversity
Index
(HDI),
antara tanaman padi dan tanaman palawija
Utilization Index (LUI), (5) Simultaneous
dan sayurannya.
Cropping Index (SCI).
hamparan
luas
yang
sama,
(3)
(1)
(4)
Penelitian Saliem dan
Jika hamparan lahan usahatani sistem
Harvest Land
Supriyati
surjan ini dilihat dari atas akan tampak
(2006) tentang diversifikasi usahatani dan
seperti bergaris dengan warna yang
tingkat pendapatan petani di lahan sawah
berbeda, hal ini menyerupai gambar kain
menyimpulkan: (1) tingkat diversifikasi
surjan khas jawa tengah. Sehingga system
usahatani di lahan sawah bervariasi
ini dinamakan sistem surjan. Bagian
menurut lokasi dan tipe irigasi; (2)
bawah
pemilihan jenis komoditas dan pola tanam
yang
ditanami
padi
disebut
tabukan, dan bagian atas disebut guludan.
oleh petani dipengaruhi oleh faktor teknis,
Diversifikasi tanaman atau pertanian
ekonomi, sosial dan budaya setempat; (3)
campuran merupakan langkah pertama
secara umum diversifikasi dilakukan pada
yang dapat dianggap masuk akal untuk
musim kering I dan II; (4) tingkat
beralih
pendapatan
dari
pertanian
subsisten
ke
usahatani
petani
yang
pertanian
yang
sifatnya
spesialisasi
melakukan diversifikasi lebih tinggi dari
produksi.
Dalam
tahapan
ini
pada
panen
petani
non
diversifikasi.
pokok tidak lagi mendominasi output
Penelitiannya
pertanian, karena hasil bumi baru yang
pendapatan bukan satu-satunya faktor
diperoleh
di
penentu dalam pengambilan keputusan.
buah-buahan,
Komoditas hortikultura dapat memberikan
digunakan
perdagangkan,
seperti
untuk
pendapatan
sayuran, ternak dan sebagainya. Tingkat diversifikasi usahatani dapat diukur
dengan
indeks
diversifikasi,
sehubungan dengan hal tersebut Strout (1975) dalam Rachman .et.al. (2006)
menjelaskan
yang
lebih
bahwa
tinggi
dibandingkan dengan komoditas palawija, walaupun
hortikultura
membutuhkan
modal dan risiko yang lebih tinggi pula. Nazemi (2007) dalam penelitiannya
indeks
tentang penerapan sistem surjan untuk
diversifikasi dalam konteks usahatani
mendukung diversifikasi dan peningkatan
merumuskan
lima
buah
pendapatan
di
menunjukan
lahan
pasang
bahwa
surut,
baru (tambahan ternak lele ke dalam
peningkatan
sistem surjan) dan produk olahannya
produktivitas lahan rawa dan diversifikasi komoditas,
yang
akhirnya
(fresh dan manufacturing handling).
akan
meningkatkan pendapatan petani. Melalui
2. METODOLOGI PENELITIAN
penerapan sistem surjan maka akan
Lokasi penelitian ditetapkan secara
meningkatkan daya guna lahan pasang
sengaja yaitu di Desa Tonjong Kecamatan
surut, dan dapat dikembangkan komoditas
Kramatwatu Kabupaten Serang. Alasan
non padi pada lahan kering di areal pasang
pemilihan
surut.
merupakan
Walaupun
sistem
surjan
lokasi sentra
karena
lokasi
ini
usahatani
surjan.
menggunakan
metode
memerlukan biaya investasi yang lebih
Penelitian
tinggi,
eksperimen dan observasi lapang, sampel
namun
akan
memberikan
pendapatan yang lebih tinggi.
ini
ditentukan secara sengaja. Jumlah anggota
Diversifikasi Usahatani Sistem Surjan
sampel 53 orang petani. Alat analisis yang
yang dilakukan oleh petani di Desa
digunakan analisis keuntungan Debertin,
Tonjong Kecamatan Kramatwatu lahan
(1986) menyatakan bahwa Keuntungan
terletak di hilir irigasi Ciujung, sehingga
merupakan selisih antara penerimaan dan
daerah ini berpotensi kekurangan air pada
biaya. Formulanya :
saat
musim
kemarau,
tetapi
karena
Keuntungan (π) = TR –TC
daerahnya rendah, maka pada saat musim
dengan ketentuan :
hujan lahan akan tergenang air. Untuk
TR = Py. Y
mengatasi hal ini petani menerapkan
TC = Px. X dengan ketentuan :
system surjan agar pada musim hujan
TR = Penerimaan total
masih dapat menanam sayuran atau
Py = harga produk
palawija dan tidak tergenang air, tetapi
Px = harga Input
pada musim kemarau juga masih dapat
Y= Jumlah Output
menanam palawija dan sayuran, dengan
X= Jumlah inpiut yang digunakan
memanfaatkan bagian tabukan sebagai penampung air untuk bahan penyiraman. Tujuan dari kegiatan ini mengetahui
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian
pendapatan total usaha sistem surjan
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan
mulai dari usahatani maupun dari produk
Kramatwatu Kabupaten Serang Propinsi
olahannya. Untuk mengetahui respon
Banten, yang memfokuskan pada desa-
masyarakat terhadap tambahan inovasi
desa yang terdapat diversifikasi tanaman
Desa Pejaten yang terletak di sebelah
padi dan sayuran dengan sistem surjan.
selatan
Desa
sampel
ketinggian antara 5 sampai 6 meter di atas
penelitian adalah Desa Tonjong dan Desa
permukaan laut. Luas wilayah desa adalah
Pejaten. Oleh karena itu gambaran keadaan
335 ha yang terbagi dalam 13 dusun, jarak
umum
meliputi
antar dusun yang saling berdampingan
gambaran Kecamatan Kramatwatu secara
hanya dibatasi oleh jalan dusun. Dusun
umum maupun gambaran Desa Tonjong
tersebut adalah (1) Dusun Giripada, (2)
dan Desa Pejaten.
Dusun Kemertan, (3) Dusun Krikil, (4)
yang
terpilih
daerah
sebagai
penelitian
Desa
Tonjong
mempunyai
Dusun Media Raya,(5) Dusun Pejaten, (6) Dusun
3.1.1. Keadaan Geografis
Kebagusan,
(7)
Dusun
Kecamatan Kramatwatu merupakan
Pengarengan, (8) Dusun Pinang sari, (9)
salah satu kecamatan di Kabupaten Serang,
Dusun Metropolis, (10) Dusun Kejayan,
yang
(11) Dusun Pejaten Mas, (12) Dusun Jaya
berada
di
bagian
utara
dan
merupakan daerah dataran rendah dengan
Sampurna, (13) Dusun Pabuaran.
ketinggian berkisar antara 0 meter sampai
3.1.2. Tata Guna Lahan
dengan 7 meter di atas permukaan laut.
Kecamatan Kramatwatu merupakan
Posisi geografis terletak antara 106o05’
daerah dataran rendah, lahan yang terdapat
BT sampai 106o08’ BT dan 5o09’ sampai
di daerah ini digunakan untuk lahan
5o59’LS, dengan luas wilayah 48,59 km2,
pertanian, baik lahan basah atau sawah
dan terbagi menjadi 14 desa.
maupun lahan kering dan lahan non
Desa Tonjong merupakan desa yang letaknya
di
bagian
utara
Kecamatan
pertanian. Pembagian tata guna lahan di Kecamatan
Kramatwatu
didominasi
Kramatwatu, dengan ketinggian antara 0
penggunaan untuk lahan pertanian yang
sampai 5 meter di atas permukaan laut.
mencapai luas 71 persen dari luas wilayah,
Luas wilayah desa 554 ha, yang terdiri dari
lahan pertanian tersebut terdiri dari lahan
5 dusun, yaitu Dusun Kasuban, Dusun
sawah 47 persen dan lahan pertanian bukan
Lamongan,
Dusun
sawah 24 persen. Sisanya digunakan
Sindangjaya, dan Dusun Tonjong. Secara
sebagai pekarangan, perumahan maupun
administrarif Desa Tonjong dibatasi oleh
fasilitas umum lainnya.
Dusun
Kepuh,
laut jawa di bagian utara, sebelah barat
Lahan
sawah
terdiri
dari
sawah
adalah Desa Teluk Teratai, sebelah selatan
dengan irigasi teknis, lahan sawah ini
Desa Pejaten, dan sebelah timur Desa
terletak di bagian utara wilayah kecamatan,
Pamengkang.
sawah dengan irigasi non teknis dan sawah
tadah hujan terletak di bagian selatan yang
sawah dengan irigasi teknis merupakan
tidak mendapatkan aliran irigasi dan
penggunaan tanah paling besar, yaitu
tempatnya relatif lebih tinggi. Lahan
mencapai 63,6 persen dari luas wilayah
pertanian bukan sawah berupa tegalan dan
desa, penggunaan lainnya sebagai lahan
sebagian
peternakan,
hutan
negara.
Pembagian
perikanan.
tataguna lahan di Kecamatan Kramatwatu
pertanian
selengkapnya seperti dalam Tabel 1.
penggunaan lainnya.
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa
dan
Desa Pejaten yang mempunyai luas
Kecamatan Kramatwatu digunakan sebagai
sebagian besar digunakan untuk lahan
lahan sawah, dari 2.283 ha sawah yang ada
pertanian,
di daerah ini, 1.817 ha merupakan sawah
pemukiman, fasilitas umum, dan sebagai
beririgasi teknis. Hal ini ditunjang oleh
hutan
adanya
yang
penggunaan lahan antara ke dua desa
melewati daerah persawahan di Kecamatan
tersebut di atas yang disebabkan karena
Kramatwatu.
perbedaan topografinya. Desa Tonjong
Tabel 1. Tata Guna Lahan di Kecamatan
yang berbatasan dengan pantai memiliki
Kramatwatu.
lahan perikanan dan peternakan, tetapi
1 2 3 4 5 6 7 8 9
irigasi
Penggunaan Tanah Sawah irigasi teknis Sawah irigasi non teknis Sawah tadah hujan Ladang, huma dan tegalan Perkebunan rakyat Tambak Pekarangan dan bangunan Hutan negara Peruntukan lainnya Jumlah
wilayah
pemukiman
wilayah 335 ha, tata guna tanahnya
saluran
besar
non
di
No
sebagian
berupa
Lahan
Ciujung
sisanya
lindung.
digunakan
Terdapat
untuk
perbedaan
tidak memiliki lahan sebagai ladang dan Luas (ha)
%
1.817
37,4
106
2,2
terdapat ladang dan hutan. Tataguna lahan
360
7,4
ke dua desa tersebut secara rinci disajikan
695
14,3
dalam Tabel 2.
132 340
2,7 7
923 389
19 8
97
2
4.859
100
hutan. Demikian sebaliknya Desa Pejaten
Sumber : BPS 2009. Tata guna lahan di Desa Tonjong sebagian besar digunakan sebagai lahan pertanian, sebagian lainnya untuk lahan non pertanian. Lahan pertanian berupa
tidak memiliki lahan perikanan tetapi
Tabel 2. Tata Guna Lahan Desa Tonjong dan Desa Pejaten. No
Penggunaan tanah
1 2 3 4 5 6 7
Sawah irigasi teknis Ladang Peternakan Perikanan Pemukimam, perkantoran Fasilitas umum, Hutan lindung Jumlah
Desa Luas (ha) 337,5 13,7 128,7 69,8 4,3 554
Tonjong % 63,6 2,3 21,6 11,8 0,7 100
Desa Luas (ha) 246 12,36 11,42 4,22 61 335
Pejaten % 73,4 3,6 3,4 1,3 18,3 100
Pola usahatani sistem surjan ini sudah dimulai sejak lama, bahkan petani yang
Karakteristik Responden
sekarang mengarap lahannya tidak tahu 3.2. Pola Usahatani Divesifikasi Sistem
sejak kapan bedengan itu dibuat. Menurut
Surjan di Kecamatan Kramatwatu
petani, orang tua mereka sudah melakukan
Pola usahatani diversifikasi sistem surjan
yang
Kramatwatu
terdapat adalah
di pola
Kecamatan
pola usahatani sistem tesebut. Jenis
tanaman
yang
diusahakan
usahatani
bervariasi dan bahkan ada perkembangan
campuran antara tanaman padi dengan
antar waktu. Dahulu kurang lebih 20 tahun
tanaman sayuran yang ditanam di lahan
yang
sawah. Disebut sistem surjan karena pada
sayuran, pada lahan bedengan ditanami
lahan usahataninya dibuat barisan-barisan
tanaman
antara tanaman padi sawah yang tergenang
singkong dan tanaman labu. Tanaman
air dan lahan sayuran yang ditanam di
umbi-umbian dan labu dahulu ditanam
guludan atau bedengan yang tingginya
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
antara 70 cm sampai 100 cm dengan lebar
pangan keluarga sebagai bahan pangan
2 sampai 3 meter, dan panjang bedengan
alternatif selain beras, terutama pada saat
20 sampai dengan 50 meter serta jarak
musim paceklik.
antar bedengan kurang lebih 5 meter.
lalu
sebelum
petani
umbi-umbian,
menanam
seperti
talas,
Tanaman ini dipilih karena lebih tahan
Panjang bedengan biasanya dibuat
terhadap kekeringan, dan tanaman ini tidak
sepanjang petak sawah yang dimiliki,
memerlukan waktu panen yang bersamaan,
dengan arah bentangan bedengan tidak
sehingga hasil panen dapat disimpan di
sama
lahan dalam keadaan masih hidup dan
antar
petak
sawah,
ada
yang
membentang arah utara - selatan, dan ada
tidak
mudah
rusak.
Berbeda
dengan
juga yang membentang arah barat - timur.
tanaman padi yang harus segera dipanen setelah buahnya tua, dan tanaman padi
tidak dapat dibiarkan di sawah dalam
lebih tinggi dan tidak terendam air,
waktu lama. Hasil tanaman padi harus
sehingga antara tanaman padi dan tanaman
disimpan dirumah, sehingga dapat rusak
sayuran tidak saling mengganggu.
dalam penyimpanan.
3.3. Pendapatan Petani
Jenis tanaman yang ditanam di lahan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
bedengan sekarang sudah berubah, bukan
menunjukkan melalui sistem surjan yang
lagi tanaman untuk memenuhi kebutuhan
dimodifikasi dengan ternak ikan lele
pangan keluarga, melainkan tanaman yang
jumbo mampu memberikan tambahan
ditanam dengan tujuan untuk dijual. Jenis
keuntungan. Berdasarkan hasil analisis
tanaman sayuran yang ditanam bervariasi
introduksi ternak lele terhadap usahatani
baik tanaman sayuran daun seperti sawi,
sistem
bayam, kangkung dan tanaman sayuran
keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan
buah seperti tomat, terong, cabe, timun,
dengan sistem pertanian non surjan.
serta tanaman umbi seperti bawang merah.
surjan
Besarnya
mampu
memberikan
keuntungan
pertanian
Tanaman tanaman umbi lainnya seperti
dengan sistem surjan dengan introduksi
talas dan singkong serta tanaman labu
ternak lele jumlahnya
masih ditanam walaupun dalam jumlah
11.225.000. Keuntungan dengan sistem
yang relatif kecil.
non
Tanaman padi dan tanaman sayuran ditanam
dalam
lele
hanya
Rp.8.275.000. Keuntungan yang tinggi dengan introduksi ternak lele tersebut
secara
sebagai respon dari tambahan biaya tetap
berdampingan. Hal ini sangat mungkin
sebesar Rp. 700.000 dan biaya variabel
dilakukan karena bedengan yang letaknya
sebesar Rp. 3.550.000.
No 1
2
dan
waktu
ternak
Rp.
yang
bersamaan,
rentang
introduksi
mencapai
ditanam
Uraian Sistem Surjan tanpa ternak Lele (dalam 1 ha) Biaya Tetap Biaya Variabel Output yang dihasilkan Kangkung Bayam Padi Jumlah Biaya Penerimaan Keuntungan Sistem Surjan dengan ternak lele Biaya Tetap Biaya Variabel Output yang dihasilkan
jumlah
satuan
12550000 20450000
Rp Rp
2550 1760 3000 33000000 41275000 8275000
kg kg kg
13250000
Rp
24000000
Rp
Harga
4500 5000 7000
11475000 8800000 21000000
3 4 5
Kangkung Bayam Padi Lele Jumlah Biaya Penerimaan Keuntungan Selisih Biaya tetap Selisih Biaya Variabel Selisih Keuntungan sistem surjan dan sistem non surjan
2550 1760 3000 4500 37250000 48475000 11225000 700000 3550000 2950000
kg kg kg kg Rp Rp Rp Rp
4500 5000 7000 1600
11475000 8800000 21000000 7200000
Kemampuan introduksi ternak lele terhadap tambahan keuntungan yang diperoleh petani adalah Rp. 2.950.000. 3.4.
Respon
Masyarakat
terhadap
sistem surjan sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari perubahan sikap terhadap
Introduksi Ternak Lele Hasil panen tanaman sayuran atau
usahatani sistem surjan dengan introduksi
palawija biasanya dijual kepada pedagang
ternak, lele, dan kemampuan petani dalam
pengumpul
di
mengelola sistem usahatani.
melakukan
penanganan
tingkat
desa, pasca
tanpa panen.
Setelah
dilakukan
Focus
Groups
Sedangkan bagian lembah yang tergenang
Discussion, sebanyak 12 orang petani
air hanya ditanami padi. Melalui kegiatan
sangat memahami dan mengerti tentang
ini
diversifikasi
penerapan sistem surjan, 30 orang cukup
mengkombinasikan
memahami introduksi system surjan dan
dapat
usahatani
dikembangkan dengan
tanaman padi dengan ikan lele. Lele yang ditebar untuk dipanen muda sebelum
melakukan
10 orang belum memamhami system surjan.
penyemprotan
Kendala yang dihadapi dalam selama
tanaman, kurang lebih berumur 20 hari.
observasi kekurangan air akibat kemarau.
Jadi ikan lele yang ditebar disawah hanya
Kendala lainnya adanya budidaya lele,
pembesar sementara untuk dipanen muda
karena yang sebelumnya tidak diduga
dan diolah sebagai ikan lele crispy (baby
adalah munculnya hama berupa lingsang
fish). Sedangkan sayuran yang dipanen
dan
dikembangkan untuk dijual dalam bentuk
kemungkinan muncul dan menyerang ikan
kemasan dan sayuran siap masak ( fresh
lele karena sumber makanan alami yang
cut) serta olahan dalam bentuk kripik
lainnya sangat berkurang akibat adanya
bayam, kripik sawi dan kripik kangkung.
kemarau panjang. Akibat adanya hama
Hasil yang diperoleh di lahan dengan eksperimen di lahan demplot menunjukkan hasil cukup baik. Respon dan perubahan perilaku petani dalam
mengintroduksi
biawak.
Kedua
hama
tersebut
tersebut maka pada usaha budidaya ikan lele kurang maksimal. Hal
ini
menjadi
kekhawatiran
tersendiri dan menjadi bahan pertimbangan
bagi
petani
untuk
melaksanakan
pengembangan diversifikasi dengan pola mina padi ini.
disimpulkan : 1. Sistem surjan dengan introduksi ternak lele mampu memberikan tambahan
Diversifikasi vertikal dalam bentuk
keuntungan.
penanganan pasca panen untuk sayuran
2. Respons petani terhadap usaha tani
mendapat respon yang baik dan terbukti
sistem surjan cukup baik sebanyak 12
ada kelompok kader wanita tani yang
orang petani sangat memahami dan
masih melanjutkan usahanya walaupun
mengerti tentang penerapan sistem
masih dalam skala kecil. Hal ini dilakukan
surjan, 30 orang cukup memahami
oleh kader karena mereka belum memiliki
introduksi sistem surjan dan 10 orang
keberanian yang besar untuk mengambil
belum memahami sistem surjan.
risiko, baik risiko tidak terjual maupun risiko rusak ataupun risiko harga. Sebagai gambaran, bahwa di lokasi kawasan wisata Masjid Banten lama para pedagang
oleh-oleh
menjual
berbagai
makanan yang berasal dari luar daerah Banten, seperti dodol dari garut, selai pisang dari daerah Cilacap dan Majenang, kerupuk kemplang dari lampung, hanya buah sawo yang beasal dari Banten. Sampai saat ini pemasaran untuk kripik bayam, kripik sawi dan kripik kangkung telah dilakukan baik oleh mitra maupun langsung oleh kelompok kader wanita kelompok tani kepada pedagang di pasar wisata lingkungan Masjid Agung Banten Lama. Hal tersebut menunjukkan bahwa modifikasi produk baik fresh handling maupun
manufacturing
menunjukkan
respons yang positif dari petani.
4. KESIMPULAN Berdasarkan
hasil
analisis
dapat
DAFTAR PUSTAKA Debertin, David L. 1984. Agricultural Production Economics. Macmillan Publishing Company New York, Coller Mac Millan Publishers London, University of Kentucky. USA. Nazemi, Y Dakhyar., Rina, I. Ar-Riza dan S.Saragih. 2007. Penerapan Sistem Surjan Untuk Mendukung Diversifikasi Dan Peningkatan Pendapatan Di Lahan Pasang Surut. (Kasus Desa Lagan Ulu Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur Jambi). Melalui
[02/12/2015] Rachman, Handewi P.S.,Tri B. Purwantini, dan Yuni Marisa, 2006. Prospek Diversifikasi Usaha Rumah Tangga Dalam Mendukung Ketahanan Pangan Dan Penanggulangan Kemiskinan. Forum Penelitian Agro Ekonomi vol 24 no 1 Juli 2006. Melalui [02/12/2015] Saliem, Handewi P. dan Supriyati (2006). Diversifikasi Usahatani Dan Tingkat
Pendapatan Petani Di Lahan Sawah. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor. Melalui<
http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pd ffiles/Mono27‐4.pdf> [10/12/2015]