Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
KELAYAKAN EKONOMI PEMANFAATAN SUSU SAPI SEGAR DAN SUSU PENGGANTI PADA PEMELIHARAAN ANAK KAMBING PERANAKAN ETAWAH PRA-SAPIH (The Economics Feasibility of the use of Fresh Cow Milk and Milk Replacer on Pre-Weaning of Etawah Grade Kids) IGM Budiarsana, Supriyati, Praharani L Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002
ABSTRACT Thirty eight Peranakan Etawah (PE) kids of 1 day aged divided into two groups, i.e. 18 kids for group (SS) and 20 kids for group (SP), artificially raised. The (SS) were fed raw cow milk meanwhile (SP) were fed formulated milk. Parameter measured were birth weight, milk consumption, growth rate pre-weaning, weaning weight and benefit cost ratio. The results revealed that the pre-eaning weight gain, pre-weaning growth rate, weaning weight of kids fed raw milk (SS) was significantly higher (P<0.05) than that of kids fed milk replacer. The cost of milk replacer (SP) given to kids groups was significantly (P<0.05) less than the cost of raw milk. The BC ratio anlysis (pre–weaning weights/cost) revealed that the use of either SS or SP were beneficial and economically feasible. Key Words: PE Kids Rearing, Raw Milk, Formulated Milk ABSTRAK Tiga puluh delapan ekor anak kambing Peranakan Etawah (PE) umur 1 hari dipelihara dengan sistim pemeliharaan buatan, untuk diketahui pengaruh penggunaan susu pengganti terhadap pertumbuhan dan kelayakan ekonomi. Anak kambing dibagi menjadi 2 kelompokyakni: SS dan SP. Dimana kelompok SS diberi susu sapi segar dankelompok SP diberi pakan susu pengganti yang terformulasi. Parameter yang diukur yaitu bobot lahir, konsumsi anak, pertumbuhan anak pra-sapih dan bobotsapih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan anakpra-sapih, bobot sapi anak yang diberi pakan SS lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan dengan anak kambing yang mendapat SP. Biaya produksi untuk susu pengganti lebih rendah (P<0,05) dibandingkan dengan susu sapi segar. AnalisisB/C rasio (nilai bobot sapih/total nilai biaya susu) menunjukkan bahwa penggunaan susu sapi segar atau susu pengganti bermanfaat dan secara ekonomi menguntungkan. Kata Kunci: Kelayakan Ekonomi, Anak Kambing PE, Susu Segar, Susu Pengganti
PENDAHULUAN Informasi tentang pertumbuhan dan biaya pemeliharaan anak dalam upaya untuk menjaga kesinambungan usaha peternakan kambing perah sangat ditentukan oleh keberhasilan dalam pemeliharaan anak sebagai ternak pengganti (replacement stock). Hasil penelitian pada sapi perah menunjukkan bahwa penggunaan susu pengganti dalam bentuk bubuk memiliki kelebihan diantaranya konsistensi persediaan susu harian, flexibel dan mudah disimpan, secara ekonomis lebih menguntungkan dan performan pertumbuhan
268
anak relatif baik (Davis dan Drackley 1998; Compinins et al. 2002; Langhout 2003). Penggunaan susu pengganti untuk memenuhi kebutuhan anak kambing memberi peluang bagi perusahaan kambing perah untuk melakukan penjualan susu hasil produksinya. Hasil penjualan susu ini merupakan salah satu pendapatan usaha peternakan kambing perah dan merupakan faktor yang sangat menentukan dalam perspektif perkembangannya. Hasil pengamatan di lapang menunjukkan bahwa permintaan susu kambing masih sangat tinggi dan belum seluruhnya dapat terpenuhi. Kondisi ini sangat baik bagi upaya pemasaran.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
Susu kambing selain untuk konsumsi, juga dapat dijadikan sebagai bahan olahan produk industri seperti sabun mandi maupun produk kecantikan lainnya. Jenis susu yang dapat dijadikan sebagai susu pengganti yaitu: susu sapi segar, susu bubuk dan susu terformulasi komersial (diproduksi untuk ternak muda). Susu sapi segar sangat baik sebagai susu pengganti untuk anak kambing prasapih. Disamping harga susu sapi segar relatif murah, komposisi kimia susu ini tidak terlalu berbeda dengan susu kambing segar. Permasalahan di lapang adalah keberadaan peternakan sapi perah tidak merata di berbagai wilayah Indonesia, sehinggasecara tidak langsung berarti ketersediaan susu sapi segar di lapang juga tidak merata. Sementara itu, susu bubuk relatif mudah diaplikasikan, mudah didapat dipasaran, mudah diangkut, tahan lama dan kualitasnya mendekati kualitas susu sapi segar, akan tetapi harganya relatif mahal. Mempertimbangkan kekurangan dan kelebihan kedua jenis susu tersebut diatas, maka penting dilakukan penelitian tentang susu pengganti yang formulasinya di buat dari bahan-bahan lokal setempat. Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang penggunaan susu pengganti dan pengaruhnya terhadap kinerja anak kambing pra-sapih. MATERI DAN METODE Penelitian ini mengamati pengaruh penggunaan susu pengganti untuk konsumsi dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan nilai ekonomi (feasibilitas) pada anak kambing pra-sapih. 38 ekor anak kambing Peranakan Etawah (PE) umur 1 hari dipelihara dengan sistem pemeliharaan buatan (pemberian susu dengan menggunakan dot), dibagi secara acak menjadi 2 kelompok yaitu kelompok (SS) sebanyak 18 ekor dan kelompok (SP) sebanyak 20 ekor. Kelompok (SS) diberi susu sapi segar dan kelompok (SP) diberikan pakan susu pengganti yang terformulasi. Susunan susu pengganti formulasi seperti pada Tabel 1. Selama 3 hari pertama ternak kambing mendapat susu, untuk selanjutnya anak kambing diberikan susu pengganti. Ternak ditempatkan pada kandang kelompok, masing-
masing kandang berisi 5 ekor anak kambing. Setiap anak kambing diberi susu sehari 2 kali, yaitu pagi (jam 08.00) dan siang (jam 15.00), masing-masing sebanyak 300 ml pada minggu pertama perlakuan. Selanjutnya pemberian susu ditingkatkan setiap minggunya sebanyak 100-1200 ml/hari pada minggu keenam. Setelah minggu keenam, konsumsi susu konstan sampai 12 minggu perlakuan. Tabel 1. Susunan bahan susu pengganti terformulasi Bahan
(SP)
Nilai (g)
Tepung susu skim
50
Tepung kedelai kukus
30
Tepung maizena
10
Tepung tapioka
10
Dikalsiumfosfat
2
Garam
1
Mineral dan vitamin premiks
0,1
Asam amino-metionin
0,05
Asam amino-lisin
0,05
Aplikasi dan pencampuran susu pengganti terformulasi Sebanyak 100 g susu pengganti terformulasi ditambahkan air hangat menjadi 1 liter, kemudian ditambahkann 10 ml probiotik (Bacillus spp. dengan CFU 109/ml) dan 10 g gula pasir, dikocok dan kemudian disaring sebelum diberikan pada ternak. Parameter yang diamati adalah: 1. Bobot lahir (bobot anak setelah beberapa jam lahir dan setelah kondisi badan anak kering) 2. Kematian anak prasapih 3. Pertambahan bobot hidup harian (PBHH) prasapih yang dihitung dengan rumus: Bobot sapih-bobot lahir 90 hari (umur sapih) 4. Nilai ekonomi dengan mengukur biaya pakan (susu pengganti) yang dihabiskan untuk memelihara anak kambing prasapih, dan rasio nilai bobot badan anak dengan rumus: Nilai bobot badan anak Total biaya pemeliharaan anak
269
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
Menurut El-Jack dan Ahmed, (2012): 1. Jika nilai rasio lebih dari 1 maka secara ekonomi menguntungkan 2. Nilai bobot badan anak didasarkan harga ternak yang berlaku untuk bibit yaitu (Rp.50.000/kg bobot sapih) Data yang diperoleh dianalisis dengan Ttest menggunakan Program SPSS versi 13.0. HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi kimia susu sapi segar dan susu pengganti Hasil analisis proksimat susu yang digunakan dalam penelitian susu sapi segar (SS) dan susu pengganti terformulasi (SP) pada penelitian ini seperti ditampilkan pada Tabel 2. Kandungan protein kasar (PK) susu pengganti terformulasi pada percobaan ini sebesar 22,20%. Nilai ini berkisar diantara produk susu komersial maupun susu terformulasi seperti yang pernah dilaporkan oleh Lee et al. (2008) yaitu sebesar 21-25%. Kandungan energi kasar susu pengganti (3869 kkal/kg) lebih rendah dari pada susu pengganti komersial 4703 kkal/kg. Kadar serat kasar (SK) susu pengganti terformulasi merupakan kontribusi bahan penyusun yang berasal dari tepung kedelai. Jumlah kandungan SK ini lebih besar dari pada serat kasaryang dilaporkan oleh Lee et al. (2008) sebesar 0,51-1,1%. Walaupun kandungan SK sebesar 1,31%, namun dalam pemberiannya sebagian dari serat atau bahan yang tak larut dalam air panas akan terpisah saat penyaringan. Kandungan SK direkomendasikan serendah mungkin karena rumen anak kambing prasapih, belum sempurna (Khan et al. 2007b). Kandungan abu, Ca dan P lebih rendah daripada susu pengganti komersial maupun yang dilaporkan oleh Lee et al. (2008). Konsumsi susu dan nutrien Kebutuhan nutrien pada ternak pra-ruminan bervariasi tergantung pada masa pertumbuhannya. Hal ini disebabkan perubahan anatomi dan fisiolosi yang terjadi pada usus. Ternak pra-ruminan pada awalnya
270
tergantung pada susu ataupun pakan yang berbentuk cairan yang dikonsumsinya, selanjutnya bertahap akan beradaptasi dengan pakan padat. Konsumsi susu sapi maupun susu pengganti dibatasi pada percobaan ini. Selama minggu pertama periode pra-sapih sebesar 600 ml dan secara bertahap meningkat menjadi 1200 ml sampai minggu ke enam pengamatan. Selanjutnya konstan sebanyak 1200 ml sampai minggu ke 12. Rataan jumlah konsumsi harian susu selama 12 minggu untuk kedua perlakuan sama yaitu 1040 ml Tabel 3. Besarnya laju konsumsi susu sampai ternak berumur 6 minggu setara dengan 17,67 dan 18,63% bobot hidup, masing-masing untuk anak kambing yang mendapatkan perlakuan SS dan SP. Setelah minggu ke enam konsumsi susu sebesar 1200 ml, yang setara dengan 15,56 dan 16,64% bobot hidup, masing-masing untuk anak kambing perlakuan SS dan SP. Laju konsumsi susu yang berkisar antara 1020% BH, sejalan dengan yang dilaporkan oleh Lee et al. (2008), Khan et al. (2007a) dan Jaster et al. (1990). Konsumsi susu pengganti pada percobaan ini lebih besar dari produksi susu kambing PE selama laktasi seperti yang dilaporkan oleh Supriyati et al. (2008) dan Sutama et al. (2008) yaitu sebesar 0,5-0,7 liter. Kinerja anak kambing pra-sapih Bobot lahir dan bobot sapih serta pertambahan bobot hidup harian selama 12 minggu pengamatan pada setiap perlakuan ternak dapat dilihat pada Tabel 4. Bobot hidup anak kambing lepas sapih dan ratan pertambahan bobot hidup harian (PBHH) ternak perlakuan (SS) dan (SP) berbeda nyata (P<0,05). Pada Gambar 2 terlihat bahwa laju pertumbuhan kambing percobaan pada perlakuan A (susu sapi) lebih cepat dengan y = 1,851 + 1,323x; R2 = 0,999 dibandingkan dengan perlakuan B (susu pengganti) dengan y = 1,810 + 1,224x; R2 = 0,999. Pemberian susu pengganti terformulasi yang mengakibatkan lebih rendahnya pertumbuhan ternak lepas sapih dibandingkan dengan ternak yang mendapatkan susu sapi segar dilaporkan pula oleh Khan et al. (2007a).
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
Chaniago dan Hastono (2001) melaporkan bahwa PBHH anak kambing PE yang disusui induknya dan yang mendapatkan susu
pengganti komersial masing-masing sebesar 91,82 dan 63,62 g. Hal ini menunjukkan bahwa susu induk maupun susu sapi segar lebih baik
Tabel 2. Komposisi proksimat susu sapi segar dan pengganti Komposisi kimia
Susu penggantiterformulasi (SP)
Susu sapi segar (SS)
Bahan kering (%)
93,50
10,76
Protein kasar (%)
22,20
2,78
Lemak kasar (%) Laktosa (%) Padatan bukan lemak (%)
4,62
3,17
25,45*
4,28
-
7,60
Serat kasar (%)
1,31
-
Energi kasar (kkal/kg)
3869
688
Abu (%)
4,22
0,70
Ca (%)
0,60
0,18
P (%)
0,46
0,23
*
Perhitungan: 50% kadar laktosa dari susu skim
Tabel 3. Konsumsi susu dan nutrien harian selama percobaan Variabel Jumlah susu (ml/h) Laju konsumsi susu (% BH) – umur 6 minggu 6-12 minggu Bahan kering (g/h) Energitermetobolisme (kkal/kg) Protein kasar (g/h) Lemak (g/h) Laktosa (g/h) Abu (g/h) Ca (g/h) P (g/h)
Perlakuan SS (Susu sapi)
SP (Susu pengganti)
1040 17,67 15,56 111,98 659 28,93 32,99 47,93 7,29 1,87 2,39
1040 18,63 16,64 97,31 379 23,10 4,81 24,77 4,39 0,62 0,48
Tabel 4.Kinerja anak kambing pra–sapih selama 12 minggu pengamatan Variabel Jumlah ternak (n) Bobot lahir (kg) Bobot sapih(kg) Rataan PBHH – 12 mg (g/h) Kematian (%)
Perlakuan SS (Susu sapi) 18 3,09 ± 0,38 11,17 ± 1,11a 96,03 ± 11,83a 0
SP (Susu pengganti) 20 3,35 ± 0,59 10,36 ± 0,90b 83,62 ± 16,34b 10
Huruf superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)
271
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
Gambar 1. Perkembangan bobot hidup anak pra sapih dengan perlakuan pemberian susu sapi (SS) dan susu pengganti (SP)
dari susu pengganti. Namun Mathius et al. (1999) melaporkan bahwa PBHH anak domba yang disusui induknya lebih rendah daripada ternak yang mendapatkan susu sintetis protein polard dan susu sintetis protein polard glirisidia sebesar 141, 188 dan 171 g. Perbedaan PBHH adanya perbedaan komposisi nutrien susu murni dan susu pengganti. Sutama et al. (2008) melaporkan bahwa PBHH pada ternak prasapih kambing PE yang mendapatkan susu sapi sebesar 74,3 dan 61,9 g/h masing-masing untuk ternak yang lahir tunggal dan kembar. Perbedaan jenis dan level nutrien pada susu pengganti mempengaruhi pertumbuhan anak pra–sapih (Martohadikusumo dan Gurnadi, 1978; Wina et al. 1996). Martohadikusumo dan Gurnadi (1978) melaporkan bahwa PBHH ternak sapi perah yang mendapatkan susu pengganti terformulasi yang disusun dari 70% dan 50% susu skim, ternyata PBHH sebesar 0,58 dan 0,47 kg/hari. Wina et al. (1996) melaporkan bahwa perbedaan level susu pengganti komersial (SPK), (SPL) dan kombinasinya yang berbeda (40% SPK + 60% SPL) pada anak sapi, peningkatan BH masingmasing sebesar 898; 73,8; dan 496 g. SPL disusun dari bungkil kedelai, dedak, minyak sawit, konsentrat protein polard, tepung terigu, corn gluten meal (CGM), mineral, vitamin dan asam amino.
272
Lebih rendahnya PBHH ternak yang mendapatkan susu pengganti dibandingkan dengan ternak yang mendapatkan susu murni dimungkinkan karena susu pengganti disusun dari kedelai. Seperti dilaporkan oleh Nitsan et al. (1972) bahwa penggunaan bungkil kedelai sebagai sumber protein pada susu pengganti menyebabkan penurunan pertumbuhan ternak dikarenakan lebih rendahnya kecernaan protein dan juga mengurangi absorpsi dari lemak dan mineral. Protein yang berasal dari kedelai ataupun bungkil kedelai yang merupakan protein non susu pada susu pengganti, daya cernanya hanya 22-60%. Hal ini dikarenakan kebutuhan waktu adaptasi yang cukup lama untuk nutrien sampai ke abomasum. Level protein dan energi pada susu pengganti pada penelitian sudah mencukupi kebutuhan ternak prasapih. Pemberian protein tinggi energi rendah (PK 25%, EM 3,6 Mkal/kg) dan protein rendah energi tinggi (PK 21%, EM 4,2 Mkal/kg) tidak berpengaruh pada PBHH dan efisiensi pakan (Lee et al. 2008). Namun bila PK tinggi akan menyebabkan fungsi hati dan ginjal terganggu, demikian pula bila lemak tinggi akan menurunkan konsumsi susu. Selain itu, lebih rendahnya PBHH pada ternak yang mendapatkan susu pengganti dibandingkan dengan susu murni kemungkinan juga disebabkan lebih rendahnya konsumsi mineral, Ca dan P Tabel 3.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
Kematian anak pra-sapih
Analisis ekonomi
Selama percobaan diamati terdapat2 ekor ternak mati (10%) pada anak kambing Kelompok SP, 1 ekor pada anak kambing umur 1 minggu dan 1 ekor lagi umur ternak sebelum 6 minggu. Sedangkan pada ternak kelompok SS tidak ada kematian (Tabel 3). Kematian ternak sebanyak 2 ekor (10%) pada kelompok SP disebabkan oleh diare. Penyakit diare sering ditemukan pada ternak yang baru lahir, hal ini kemungkinan disebabkan antara lain oleh timbulnya stress karena sistem kekebalan ternak yang masih rendah (Quigley et al. 1997). Kematian pra-sapih pada ternak yang mendapatkan susu pengganti lebih rendah daripada yang dilaporkan oleh peneliti terdahulu, 10-50% Chaniago dan Hastono 2001). Tingkat kematian anak pra-sapih kambing PE yang diberi susu pengganti komersial dilaporkan sebesar 13,8% (Chaniago dan Hastono 2001). Namun ternak yang mendapatkan susu sapi, tingkat kematiannya 0%, hasil ini sama dengan yang dilaporkan oleh Sutama et al. (2008) dan Khan et al. (2007b). Tingkat kematian ternak yang rendah dimungkinkan adanya pengaruh penambahan probiotik Bacillus spp yang dicampurkan pada susu sebelum diminumkan pada ternak. Sutama et al. (2008) melaporkan bahwa tidak terjadi kematian pada anak kambing pra-sapih yang mendapatkan probiotik pada susu sapi yang dikonsumsi. Penambahan probiotik pada susu pengganti maupun susu segar untuk mengurangi/mencegah kematian yang disebabkan oleh diare dilaporkan pula oleh Timmerman et al. (2005).
Analisis ekonomi pemanfaatan susu sapi segar dan susu pengganti terformulasi seperti ditunjukkan pada Tabel 5. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai bobot badan anak kambing yang menggunakan susu pengganti terformulasi pada kelompok (SP) secara nyata lebih murah dibandingkan dengan kelompok ternak yang mendapat susu sapi segar (SS). Hal ini dipengaruhi oleh harga bahan yang menjadi komponen formula susu pengganti relatif rendah. Dari analisis nilai bobot badan terlihat bahwa kelompok (SP) lebih baik. Nilai bobot badan pada kelompok (SP) tersebut merupakan nilai bobot badan ternak dari jumlah ternak yang berhail melewati masa sapih yaitu hanya sebanyak 18 ekor (tidak 20 ekor). Hal ini akibat 2 ekor anak kambing mati sebelum masa sapih. Secara umum kinerja anak kambing pada kelompok (SS) lebih baik dibandingkan dengan kelompok (SP) yaitu dengan pertumbuhan harian sebesar 96 vs 83 g/ekor/hari Tabel 4. Tingginya tingkat pertumbuhan pada kelompok (SS), menghasilkan total nilai bobot badan anak pada kelompok ini lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok (SP). Namun demikian hasil perhitungan benefit body weight ratio berbanding terbalik yaitu nilai B/C Ratio pada kelompok (SP) lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok (SS) yaitu 4,2 vs 1,5. Hasil perhitungan BC ratio ini mengindikasikan bahwa penggunaan susu pengganti terformulasi sebagai pengganti susu induk kambing lebih menguntungkan dibandingkan dengan penggunaan susu sapi segar.
Tabel 5. Total biaya susu, nilai bobot badan ternak dan rasio nilai bobot badan anak kambing lepas sapih Variabel
Perlakuan SS (Susu sapi)
SP (Susu pengganti)
Total biaya susupengganti (Rp)
6.480.000
2.218.500
Total nilai bobot badan anak (Rp)
10.053.000
9.324.000
1,55
4,20
Benefit body weight ratio (B/C ratio)
273
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
Tingginya nilai BC rasio pada kelompok (SP) sangat dipengaruhi oleh harga susu pengganti terformulasi yang lebih murah.
Jaster EH, Mccoy GC, Tomkins T. 1990. Feeding acidified or sweet milk replacer to dairy calves. J Dairy Sci.73:3563-3566.
KESIMPULAN
Khan MA, Lee HJ, Lee WS, Kim HS, Ki KS, Kang SJ, Hur TY, Khan MS, Choi YJ. 2007a. Preand post weaning performance of Holstein female calves fed milk through step-down and conventional method. J Dairy Sci. 90:876-885.
Pertambahan bobot hidup harian masingmasing untuk anak kambing yang mendapatkan susu sapi (SS) vs susu pengganti (SP) berbeda nyata yaitu sebesar 96,03 vs 83,62 g/hari, dengan tingkat kematian 0 vs 10%. Analisis kelayakan menunjukkan bahwa kedua jenis susu layak dan secara ekonomi menguntungkan. Namun dari hasil analisis rasio nilai bobot badan anak menunjukkan bahwa nilai bobot badan anak kambing lepas sapih pada kelompok ternak SP (susu pengganti) lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok susu sapi yang mengindikasikan bahwa penggunaan susu pengganti terformulasi lebih menguntungkan. DAFTAR PUSTAKA Chaniago TD, Hastono. 2001. Pre-weaning growth of Etawah Crossed kid fed with replacement milk. Dalam: Haryanto B, Setiadi B, Sinurat AP, Mathius IW, Situmorang P, Nurhayati, Ashari, Abubakar, Murdiati TB, Hastono S, Hardjoutomo S, Adjid RMA, Priadi A. penyunting. Teknologi Peternakan dan Veteriner dalam Pengembangan System Agribisnis Peternakan Berdaya Saing. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 17-18 September 2001. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. hlm. 241-246. Compinis W, Sirinupongsanan W, Verasilpa T, Meulen U, Worachai L, Khanthapanit C, Jaturasitha S. 2002. Effect of soybean protein in milk replacers on veal calf performance. Department of Animal Science, Faculty of Agriculture, Chiang Mai University, Thailand.
Khan MA, Lee HJ, Lee WS, Kim HS, Ki KS, Kang SJ, Hur TY, Khan MS, Choi YJ. 2007b. Structural growth, rumen development, metabolic and immune response of Holstein male calves fed milk through step-down and conventional methods. J Dairy Sci. 90:33763387. Langhout J. 2003. The effect on farm system aspects of two dairy farms in the Netherlands. MSc thesis, Biological Farming Systems (WUR)/Department of Livestock production (LBI), Wageningen University/Louis Bolk Institute. Lee HJ, Khan MA, Lee WS, Kim HS, Ki KS, Kang SJ, Hur TY, Khan MS, Choi YJ. 2008. Growth, blood metabolites, and health of Holstein calves fed milk replacer containing different amounts of energy and protein. Asian-Aust J Anim Sci. 21(2):198-203. Martohadikusumo S, Gurnadi E. 1978. Performans anak sapi jantan keturunan Holstein Friesian yang dibesarkan dengan susu pengganti (milk replacer). Prosiding Semimar Ruminansia. Dirjen Peternakan dan Fapet IPB. Bogor 2425 Juli 1978. hlm 63-65. Mathius IW, Wina E, Tangenjaya B. 1999. Susu pengganti sintetis: Pengaruhnya terhadap penampilan domba anak dan induk. Dalam: Haryanto B, Mardiati TB, Djajanegara A, Supar, Sutama IK, Setiadi B, Darminto, Beriajaya, Abubakar, penyunting. Rekayasa Teknologi Peternakan dan Veteriner Mempercepat Pembangunan Peternakan Memasuki Abad 21. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor, 1-2 Desember 1998. hlm. 471-477.
Davis CL, Drackley JK. 1998. The Development, Nutrition,andManagementofthe YoungCalf. Ames (Iowa): Iowa State University Press.
Nitsan Z, Volcani R, Hasdai A, GordinS. 1972. Soybean protein substitute for milk protein in milk replacers for suckling calves. J Dairy Sci. 55(6):811-821.
El-jack RA, Ahmed KEE. 2012. The effects of using milk replacer on body growth and its economic feasibility in feeding dairy calves. Agricultural Science Research Journal Vol. 2(4):183-188 April 2012. http://www.res journals.com/ARJ.
Quigley JD, Brewry JJ, Murray LM, Iveye SJ. 1997. Body weight gain, feed efficiency, and fecal scores of dairy calves in response to galactosyl-lactose or antibiotics in milk replacers. J Dairy Sci. 80:1751-1754.
274
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
Supriyati, Puastuti W, Sutama IK, Budiarsana IGM, Mathius IW,Lubis D. 2008. The effect of giving Ca-mackarel oil in productivity, milk production and quality of PE goat. Proceeding of The International Seminar on Production Increases In Meat and Dairy Goats By Incremental Improvements In Technology And Infrastructure For Small-Scale Farmers In Asia.August 04-08, 2008, Bogor (Indonesia). pp. 21-24. Sutama IK, Kostaman T, Budiarsana IGM, Priyanto D. 2008. Pre-weaning growth performance of Peranakan Etawah (PE) goats on different rearing management systems. Proceeding of The International Seminar on Production
Increases In Meat and Dairy Goats By Incremental Improvements In Technology And Infrastructure For Small-Scale Farmers In Asia August 4-8, 2008, Bogor (Indonesia). p. 68-74. Timmerman HM, Mulder L, EvertsH. 2005.Health and growth of veal calves fed milk replacers with or without probiotics. J Dairy Sci. 88:2154-2165. Wina E, Mathius IW, Tangenjaya B. 1996. Kinerja pertumbuhan sapi jantan FH anak yang diberi susu pengganti terdiri dari bahan lokal untuk produksi veal. JITV. 2:77-83.
275