KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN MELALUI PROGRAM REPLIKA SKIM MODAL KERJA (Studi Kasus Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya di Lido, Bogor)
RINI ANDRIYANI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam Tesis yang berjudul :
”Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Kelompok Pembudidaya Ikan Melalui Program Replika Skim Modal Kerja (Studi Kasus Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya di Lido, Bogor)” merupakan gagasan atau hasil penelitian saya sendiri, dengan bimbingan dari Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Maret 2008
Rini Andriyani F052054025
ii
ABSTRACT
RINI ANDRIYANI. The Feasibility and Strategy Development of the Aquaculture Group through the Replica of the Working Capital Scheme. (A case study at Mekar Jaya Aquaculture Group at Lido, Bogor). Supervised by H. Musa Hubeis as Committee Chairman, and H. Aris Munandar as member. The working capital scheme is a program which provides integrated capital to enhance management capacity through assistance and training to lift the potential of aquaculture of household and small medium scale industries, to increase product quality and quantity and farmers’ welfare. The objectives of this study are 1) to identify the implementation of Mekar Jaya aquaculture as the working capital receivers, 2) to identify the realization of the working capital scheme, 3) to analyze the feasibility especially the benefit of Mekar Jaya aquaculture, and 4) to arrange the right strategy of the business development applied to aquaculture, both individual and group. The descriptive method was used to analyze and interpret the group profile, market prospective, and group finance related to fish woof. The qualitative analysis was used to describe the management, technical and production aspects as well as marketing. The quantitative analysis was used to study the feasibility of investment. As a receiver of the working capital scheme, Mekar Jaya aquaculture has implemented it well. The analysis of the feasibility of investment showed that the breakeven point of Mekar Jaya group was 423 kg of fish per month, or Rp3.172.500, while the actual sale was 1.352 kg or Rp10.140.000. This shows that the group has passed the breakeven point, and gained profit. The internal factor of 2.783, and the external matrix of 2.432 put the group performance in the Hold and Maintain position (quadrant V). Based on the SWOT matrix, some alternative strategies can be implemented by integrating internal and external environment, which are 1) managerial skills, 2) marketing, 3) partnership, and 4) finance.
iii
RINGKASAN Rini Andriyani. Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Kelompok Pembudidaya Ikan melalui Program Replika Skim Modal Kerja (Studi Kasus Kelompok Pembudidaya Ikan Mekar Jaya di Lido, Bogor). Di bawah bimbingan H. Musa Hubeis sebagai Ketua dan H. Aris Munandar sebagai anggota. Skim Modal Kerja (SMK) merupakan program penyediaan kredit modal yang terintegrasi dengan peningkatan kapasitas manajemen melalui pendampingan dan pelatihan untuk mengangkat potensi pembudidaya ikan skala rumah tangga dan usaha kecil menengah (UKM) berbasis pada kelompok agar dalam meningkatkan produksi, baik mutu maupun kuantitas. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi pelaksanaan usaha Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya (KTIMJ) sebagai penerima program SMK dari Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP); (2) mengidentifikasi pelaksanaan program SMK terhadap keberhasilan KTIMJ; (3) menganalisis kelayakan usaha, terutama keuntungan usaha KTIMJ (4) menyusun strategi pengembangan usaha yang tepat untuk diterapkan bagi pembudidaya ikan, baik dalam bentuk perorangan maupun kelompok. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam bagian ini adalah metode survei lapangan, wawancara dengan ketua dan anggota kelompok, Dinas Kelautan dan Perikanan, serta DKP dengan metode purposive sampling untuk mengumpulkan data primer. Pengumpulan data sekunder melalui penelusuran pustaka, dokumen dan laporan instansi terkait. Analisis yang digunakan untuk menganalisis dan mengintepretasikan adalah metode deskriptif tentang profil kelompok, prospek pasar dan keuangan kelompok. Analisis kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan aspek manajemen, aspek teknis dan produksi, serta aspek pemasaran. Analisis kuantitatif digunakan untuk mempelajari kelayakan usaha dengan menggunakan metode analisis kelayakan investasi. KTIMJ sebagai penerima SMK telah menerima modal SMK dari DKP dan telah melaksanakannya dengan baik sehingga mengakibatkan kelompok mempunyai kemajuan dalam mengelola kelompok menjadi lebih baik. Penggunaan modal usaha masih belum mencapai sasaran usaha dengan tepat akibat kurangnya pengawasan yang diberikan dari pihak KTIMJ pada pengelolaan modal pinjaman dan pelaksanaan produksinya, sehingga kelompok pembudidaya ikan kurang berhati-hati dalam menggunakan pinjaman dana yang diberikan.
iv
Hasil analisis kelayakan investasi menunjukkan bahwa titik impas KTIMJ adalah 423 kg ikan per bulan atau Rp. 3.172.500, sedangkan penjualan aktual yang telah dicapai kelompok adalah 1.352 atau Rp. 10.140.000. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok telah melewati batas penjualan impas dan penjualan telah memberikan laba pada KTIMJ. Nilai faktor internal 2,783 dan nilai matriks eksternal 2,432 memposisikan kinerja kelompok ini pada kuadran V menunjukkan strategi pada posisi Hold and Maintain, artinya KTIMJ menggunakan strategi untuk mempertahankan dan memelihara teknis pelaksanaan usaha yang saat ini sudah dilakukannya. Berdasarkan matriks SWOT dapat disusun beberapa alternatif strategi bagi kelompok dengan menggabungkan lingkungan internal dan lingkungan eksternal usaha kelompok. Langkah-langkah tersebut diimplementasi pada aspek (1) manajerial skill, (2) pemasaran, (3) kemitraan, (4) dan keuangan.
v
KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN MELALUI PROGRAM REPLIKA SKIM MODAL KERJA (Studi Kasus Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya di Lido, Bogor)
RINI ANDRIYANI
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 vi
Judul Tesis
: Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Kelompok Pembudidaya Ikan Melalui Program Replika Skim Modal Kerja (Study Kasus Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya di Lido, Bogor)
Nama Mahasiswa
: Rini Andriyani
Nomor Pokok
: F052054025
Program Studi
: Industri Kecil Menengah
Disetujui, Komisi Pembimbing
Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, DipL.Ing, DEA Ketua
Dr.Ir. Aris Munandar, MS Anggota
Mengetahui,
Plh. Ketua Program Studi Industri Kecil dan Menengah
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr.Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA
Prof.Dr.Ir. H. Khairil A. Notodiputro, MS
Tanggal Ujian : 19 Maret 2008
Tanggal Lulus :
vii
PRAKATA
Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga laporan akhir yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah (PS MPI), Sekolah Pascasarjana (SPs), Institut Pertanian Bogor (IPB) dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa laporan akhir ini tidak akan tersusun tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing,DEA selaku ketua Komisi Pembimbing atas pengarahan, bimbingan dan dorongan dalam penyusunan dan penyelesaian laporan akhir. 2. Dr. Ir. H. Aris Munandar, MS selaku anggota Komisi Pembimbing yang telah mengorbankan waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan dan memberikan perhatiannya dalam penyusunan laporan akhir ini. 3. Seluruh staf administrasi dan dosen pengajar PS MPI IPB yang telah membantu dan membuka cakrawala serta wawasan untuk menggali informasi lebih mendalam dalam proses penyampaian materi studi. 4. Suami dan anak tercinta atas dukungannya selama kuliah sampai penyusunan laporan akhir ini selesai. 5. Ayahanda dan Ibunda dan seluruh keluarga tercinta yang selalu memberikan do’a restu, dukungan dan semangat. 6. Seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan akhir ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan satu persatu Penulis berharap bahwa laporan akhir ini dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi semua pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu, saran dan kritik membangun akan diterima bagi perbaikan dan penyempurnaan di masa mendatang. Bogor, Maret 2008 Penulis
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 8 Desember 1967 sebagai anak ketiga dari lima bersaudara dari ayah Boerlian Lihan dan ibu Aminah. Pendidikan Sarjana ditempuh di Jurusan Ilmu Administrasi Niaga Universitas Krisnadwipayana Jakarta, lulus pada tahun 1991. Pada tahun 2006 diterima di Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Berbekal ijasah S1, penulis diterima bekerja di instansi pemerintah yaitu di Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan. Pada tahun 2001 penulis diberi amanah sebagai Kasubag Kerjasama Program dan pada saat ini penulis dipercaya sebagai Kasubag Keuangan yang telah dijabat sejak tahun 2005. Menikah pada September 1997 dengan Isqak Edi Pramono yang sama-sama bekerja sebagai PNS di DKP.
ix
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL..........................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................
vii
I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……………………………………............. B. Perumusan Masalah............................................................................ C. Tujuan …………………….......………………………………........
1 5 6
II. LANDASAN TEORI A. Usaha Kecil................………………………………………..... ...... B. Kelompok.........................................………………………….......... C. Lembaga Pembiayaan Skala Mikro……………………................... D. Deskripsi Umum UKM Perikanan..................................................... E. Deskripsi Usaha Budidaya Ikan Nila.........………………………....
7 13 15 17 18
III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu.............………………………………….............. B. Pengumpulan Data.......………………………………....................... C. Pengolahan dan Analisis Data............................................................
21 21 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum……..………………………………...……............ B. Hal Yang Dikaji….......………………………………....................... C. Perumusan Strategis Menggunakan Analisis SWOT......................... D. Implementasi Strategis....................................................................... E. Program SMK dengan Model Bisnis Penuh.......................................
31 52 79 82 87
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ................................................................................................ 2. Saran...........................................................................................................
92 92 96
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... LAMPIRAN..................................................................................................
97 99
x
DAFTAR TABEL
Halaman 1.
Produksi perikanan budidaya pada tahun 2000-2006...................................
2
2.
Jenis-jenis usaha budidaya ikan dan kebutuhan modal.................................
4
3.
Matriks IFE/EFE...........................................................................................
25
4.
Matriks SWOT..............................................................................................
28
5.
Penghasilan kelompok usaha tani ikan Mekar Jaya......................................
34
6.
Sebaran presentase anggota berdasarkan jenis kelamin................................
42
7.
Sebaran prosentase anggota berdasarkan tingkat pendidikan.......................
42
8.
Indikator dampak SMK terhadap keberhasilan KTIMJ................................
49
9.
Perhitungan uji kelayakan usaha KTIMJ......................................................
66
10.
Cashflow anggota kelompok KTIMJ : A. Fatah……...................................
68
11.
Cashflow anggota kelompok KTIMJ : Rosadi ....……...............................
69
12.
Hasil uji kelayakan usaha..................................….....…..............................
70
13.
Faktor-faktor strategik internal..........................……...................................
75
14.
Faktor-faktor strategik eksternal ..................................................................
76
15.
Perumusan strategi usaha KTIMJ.dengan Matriks SWOT...........................
80
16.
Analisa usaha budidaya ikan nila dalam keramba jaring apung...................
90
xi
DAFTAR GAMBAR Halaman 1.
Matriks IE................................................................................................
29
2.
Tambak Pembudidayaaan ikan KTIMJ...................................................
35
3.
Tempat pembenihan ikan........................................................................
45
4.
Keramba jaring apung KTIMJ................................................................
45
5.
Susunan pengurus KTIMJ.......................................................................
48
6.
Matriks IE strategi KTIMJ......................................................................
82
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1.
Laporan Keuangan KTIMJ……………………………………………….
99
2.
Neraca Keuangan KTI Ngesti Ajuning Tani……………………………..
101
3.
Laba usaha KTIMJ dari retribusi…………………………………………
102
4.
Data penjualan pakan KTIMJ.....................................................................
103
5.
Data hasil retribusi KTIMJ.........................................................................
104
6.
Kuesioner....................................................................................................
105
xiii
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim dengan panjang garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Dengan panjang garis pantai sekitar 18.000 km dan jumlah pulau lebih dari 17.508 buah, Indonesia memiliki sumber daya kelautan dan perikanan yang sangat berlimpah, baik dari jumlah maupun spesies.
Sumber daya tersebut merupakan aset nasional yang
diharapkan mampu mensejahterakan masyarakat di sekitar wilayah pesisir. Pada perkembangannya, sampai saat ini potensi tersebut belum mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat pesisir, pembudidaya dan pengolah ikan. Pendekatan pembangunan sebaiknya beriorientasi pada pendekatan pembangunan berkelanjutan, holistik dan berbasis pada masyarakat (Dahuri, 2002). Tanpa filosofi berkelanjutan, maka pembangunan tidak akan memakmurkan kehidupan. Pengembangan investasi di sektor budidaya, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan diharapkan akan dapat memacu pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan, serta pengembangan wilayah pedesaan. Berkembangnya investasi di suatu wilayah sangat tergantung dari potensi dan kemampuan sumber dayanya seperti fasilitas infrastruktur, pendanaan, teknologi, sumber daya manusia (SDM) dan sistem tata niaga komoditas agribisnis/agroindustri di wilayah tersebut. Selain itu, penciptaan iklim usaha yang kondusif bagi pengembangan investasi di bidang budidaya, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan sangat diharapkan bagi pengembangan sektor perikanan berkelanjutan. Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan usaha pada umumnya adalah permodalan, baik untuk investasi maupun modal kerja. Pihak perbankan saat ini masih penuh keraguan untuk membiayai usaha semacam ini, dikarenakan belum adanya catatan (track record) dari setiap usaha pembudidayaan yang dikembangkan oleh masyarakat, seperti catatan pengalaman membudidayakan ikan dan catatan keuangan, baik untuk penjualan, tabungan ataupun pembuatan rencana usaha.
2
Tantangan utama yang dihadapi dalam rangka pengembangan usaha mikro dan kecil adalah modal atau investasi, ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), serta sistem pengelolaan yang berkelanjutan. Indonesia yang masih relatif ketinggalan dalam penguasaan Iptek mutakhir dan juga kekurangan modal pembiayaan pembangunan, jelas belum memiliki keunggulan komparatif pada sektor ekonomi berbasis pada Iptek dan padat modal. Sehubungan
dengan
itu,
pembangunan
ekonomi
Indonesia
harus
dititikberatkan pada pembangunan sektor-sektor ekonomi yang berbasis pada sumber daya alam (SDA), padat tenaga kerja dan berorientasi pada pasar domestik. Pada saat ini perkembangan industri perikanan darat menunjukkan hasil yang menggembirakan (Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa prosepek usaha budidaya ikan dapat berkembang dengan baik. Ikan nila yang banyak dibudidayakan di daerah Bogor mempunyai perkembangan produksi yang baik dengan kenaikan setiap tahun 39,98% dan mempunyai prospek untuk dikembangkan lebih jauh.
Tabel 1: Produksi perikanan budidaya (Ton)
No
Komoditas
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Udang Rumput Laut Nila Kerapu Bandeng Patin Lele Gurame Mas Lainnya
Jumlah Sumber : DKP 2006a.
Perkembangan Produksi (ton) Perikanana Budidaya Menurut Komoditas, 2004 - 2006 Kenaikan 2004 2005 2006 / th (%) 238.843 281.049 327.260 19,67 410.570 910.636 1.079.850 55,34 97.829 151.363 227.000 39,98 6.552 6.338 8.430 7,00 241.438 254.067 269.530 4,94 23.962 32.575 50.000 50,15 51.027 69.386 94.160 26,94 23.758 25.442 35.70 22,40 186.868 216.924 285.250 10,66 167.974 215.894 248.750 24,08 1.468.610
2.163.674
2.625.800
24,08
3
Keberhasilan usaha budidaya ikan nila dipengaruhi oleh efisiensi dan produktivitas lahan. Sedangkan produktivitas lahan sangat erat kaitannya dengan
konstruksi
kolam
pemeliharaan
yang
berpengaruh
terhadap
ketersediaan ait. Kendala utama dalam pengembangan budidaya ikan nila di Indonesia adalah ketersediaan benih di tingkat pembenihan. Permasalahannya terletak pada mutu benih yang dihasilkan, ketepatan waktu dan ketepatan ukuran serta pasokan benih yang berkesinambungan. Salah satu penyebabnya adalah bahwa pasokan benih selama ini masih dihasilkan dari petani pembenih yang pengelolaan benihnya masih secara tradisional dan tidak terpola dengan baik (DKP, 2004b) Kegiatan pembudidayaan dan pengolahan ikan skala kecil dan rumah tangga sudah dilakukan dengan baik oleh masyarakat Indonesia di beberapa daerah. Data menunjukkan bahwa kegiatan ini berpotensi menjadi sumber mata pencaharian yang dapat diandalkan apabila dikelola secara profesional. Untuk mengembangkan ke arah usaha yang lebih profesional, selalu dihadapkan pada kendala internal maupun eksternal. Beberapa kendala yang sering dihadapi oleh pembudidaya, pengolah dan pemasar ikan adalah lemahnya modal, akses terhadap pasar, kurangnya pendidikan dan pelatihan serta pengetahuan yang terbatas. Dampak dari kelemahan ini adalah pembudidaya, pengolah dan pemasar ikan skala kecil dan rumah tangga terkesan belum merupakan suatu bisnis yang menguntungkan (DKP, 2006 b). Untuk memperkuat dan mengembangkan skala usaha mikro dan kecil usaha perikanan, secara garis besar terdapat 3 (tiga) kebijakan dan strategi pokok yang dapat dilaksanakan, yaitu (1) menciptakan sistem usaha yang kondusif (condusive business climate) dan sekaligus menyediakan lingkungan yang mampu (enabling environment) mendorong pengembangan usaha mikro secara sistematis, mandiri dan berkelanjutan, (2) menciptakan sistem penjaminan (guaranteé system) secara finansial terhadap operasionalisasi kegiatan usaha mikro dan (3) menyediakan bantuan teknis dan pendampingan (technical assistance and facilitation) secara manajerial guna meningkatkan status usaha mikro agar layak sekaligus bankable dalam jangka panjang (DKP, 2006 b).
4
Sejak tahun 2004, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) telah melaksanakan program replika Skim Modal Kerja (SMK) melalui ujicoba pada 9 Kelompok Pembudidaya Ikan hias, konsumsi dan tanaman hias air tawar di 6 kabupaten, yaitu Belitung, Bogor, Wonosobo, Semarang, Sleman dan Gunung Kidul (DKP, 2004 a). Program
penyediaan
kredit
modal
yang
terintegrasi
dengan
peningkatan kapasitas manajemen pembudidaya ikan diperlukan untuk mengangkat potensi pembudidaya ikan skala rumah tangga dan usaha kecil menengah berbasis pada kelompok agar kelompok dapat meningkatkan produksi,
baik mutu maupun kuantitas. Selain memberikan pinjaman
permodalan, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan pembudidaya ikan dengan pendampingan dan pelatihan (DKP, 2004 a). Modal yang dibutuhkan oleh pembudidaya ikan sangat tergantung dari jenis usaha budidaya dan sistem pembudidayaan ikan. Dilihat dari Tabel 2, maka dibutuhkan modal yang cukup banyak untuk dapat mengembangkan usaha budidaya ikan nila, yaitu budidaya yang selama ini dijalankan oleh kelompok tani ikan Mekar Jaya. Tabel 2 Jenis-jenis usaha budidaya ikan air tawar dan kebutuhan modalnya untuk periode 1 tahun
No
1.
2. 3
4.
Jenis Usaha
Usaha Budidaya Ikan Mas Sistem Kolam Air Deras Usaha Budidaya Ikan Nila Usaha Budidaya Ikan Mas dalam Keramba Jaring Apung Usaha Budidaya Ikan Nila dalam Keramba Jaring Apung
Sumber : DKP , 2006c.
Skala
Kebutuhan Modal
Produksi
(Rp.1.000)
(Kg/satuan
Investasi
Modal Kerja
waktu)
(1 tahun)
(1tahun)
Propinsi
10.800 Kg
3.600,00
76.200,00 Jawa Barat
20.000 Kg
23.950,00
85.760,00 NTT
50.400 Kg
13.300,20
114.682,50 Jawa Barat
6.400 Kg
7.906,00
114.375,00 Jawa Barat
5
Sebelum terpilih sebagai kelompok yang diberikan kredit SMK oleh DKP, setiap kelompok diharuskan mengajukan dan mengisi formulir pengajuan pinjaman dan ringkasan proposal rencana usaha. Setelah disetujui, maka kelompok terlebih dahulu membuka rekening atas nama kelompok untuk menerima dana SMK dari DKP. Salah satu kelompok yang memperoleh program SMK adalah Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya (KTIMJ) yang berlokasi di Lido, Bogor. Program implementasi SMK merupakan langkah strategis untuk membina, memberdayakan, membangun dan mengembangkan potensi lokal dalam masyarakat untuk turut serta dalam memberikan kontribusi produksi perikanan nasional secara makro. Pendekatan kelompok dalam pelaksanaan program ini adalah untuk meningkatkan pengawasan pada level yang paling bawah. Penguatan permodalan dalam program SMK ini dilakukan dengan basis kelompok. Pengelompokan atau pengorganisasian pembudidaya ikan diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi pembudidaya. Meskipun program ini telah direncanakan dan dilaksanakan di beberapa Kabupaten dengan matang dan disertai dengan pembinaan dari pusat dan daerah, akan tetapi dalam prakteknya upaya untuk mengangkat derajat pembudidaya/pengolah ikan skala kecil dan rumah tangga sering dihadapi dengan kendala yang mengakibatkan program ini tidak dapat terlaksana dengan baik. Kendala yang dihadapi KTIMJ dalam melaksanakan program SMK, diantaranya adalah berada pada faktor teknis seperti ekosistem lokasi budidaya, bahan baku produksi, potensi pemasaran, potensi ikan yang akan dibudidayakan dan potensi pembudidaya ikan lainnya. Kendala lain adalah faktor non teknis seperti disiplin anggota untuk melakukan pencatatan usaha masih belum optimal dan sulit mengumpulkan anggota kelompok untuk diadakan pembinaan. B. Perumusan Masalah 1. Bagaimana upaya KTIMJ selama ini dalam melaksanakan usahanya dengan program SMK dari DKP ? 2. Apakah program SMK berdampak terhadap keberhasilan KTIMJ?
6
3. Apakah
usaha KTIMJ telah memiliki kelayakan usaha seperti yang
dipersyaratkan pada umumnya ? 4. Bentuk strategi pengembangan usaha apakah yang akan dilaksanakan oleh pembudidaya ikan, baik dalam bentuk perorangan maupun kelompok ?
C. Tujuan 1. Mengidentifikasi pelaksanaan usaha KTIMJ sebagai penerima program SMK dari DKP 2. Mengidentifikasi pelaksanaan program SMK terhadap keberhasilan KTIMJ 3. Menganalisis kelayakan usaha, terutama keuntungan usaha KTIMJ 4. Menyusun strategi pengembangan usaha yang tepat untuk diterapkan bagi pembudidaya ikan, baik dalam bentuk perorangan maupun kelompok.
7
II. LANDASAN TEORI
A. Usaha Kecil Dalam perekonomian Indonesia, sektor usaha kecil memegang peranan yang sangat penting, terutama bila dikaitkan dengan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh usaha kecil. Selain memiliki arti strategis bagi pembangunan, usaha kecil juga merupakan upaya untuk memeratakan hasilhasil pembangunan. Di sektor-sektor penting dalam perekonomian Indonesia, usaha kecil mendominasi kegiatan usaha, misalnya di sektor pertanian lebih dari 99% kegiatan usaha dilakukan oleh pengusaha kecil. Di sektor perdagangan lebih dari 98% , di sektor transportasi lebih dari 99%. Usaha kecil (UK) merupakan sebutan yang diringkas dari Usaha Skala Kecil (USK) sebagai terjemahan dari istilah Small Scale Enterprise (SSE) yang mempunyai banyak pengertian, baik dalam makna konsep teoritis maupun sebagai konsep strategis kebijakan pembangunan.
Industri kecil di
Indonesia merupakan bagian penting dari sistem perekonomian nasional, karena berperan untuk mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi melalui misi penyediaan lapangan usaha dan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan ikut berperan dalam meningkatkan perolehan devisa, serta memperkokoh struktur industri nasional (Hubeis, 1997). Menurut surat edaran Bank Indonesia No 26/I/UKK tanggal 29 Mei 1993 perihal Kredit Usaha Kecil (KUK), UK adalah usaha yang memiliki total aset maksimum Rp. 600 juta (enam ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan rumah yang ditempati. Berdasarkan UU No. 9/1995 tentang UK, yang dimaksud dengan UK adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dalam memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan. UK yang dimaksud di sini adalah meliputi juga usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional. Adapun UK informal adalah berbagai usaha yang belum terdaftar, belum tercatat dan belum berbadan hukum, antara lain petani penggarap, industri rumah tangga, pedagang asongan, pedagang keliling, dan pedagang kaki lima. Sedangkan UK tradisional adalah usaha yang
8
menggunakan alat produksi sederhana yang telah digunakan secara turun temurun, dan atau berkaitan dengan seni dan budaya (Anoraga, 2005). 1. Karakterisitik UK Secara umum sektor UK memiliki ciri-ciri berikut : a. Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak mengikuti kaidah administrasi pembukuan standar. Kadangkala pembukuan tidak up to date, sehingga sulit untuk menilai kinerja usahanya b. Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat tinggi c. Modal terbatas d. Pengalaman manajerial dalam mengelola perusahaan masih sangat terbatas e. Skala ekonomi yang terlalu kecil, sehingga sulit mengharapkan untuk mampu menekan biaya mencapai titik efisiensi jangka panjang. f. Kemampuan pemasaran dan negosiasi, serta diversifikasi pasar sangat terbatas. g. Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal rendah, mengingat
keterbatasan
dalam
sistem
administrasinya.
Untuk
mendapatkan dana di pasar modal, sebuah perusahaan harus mengikuti sistem administrasi standar dan harus transparan Karakterisik yang dimiliki oleh UK menyiratkan adanya kelemahankelemahan yang sifatnya potensial terhadap timbulnya masalah. Hal ini menyebabkan berbagai masalah internal, terutama yang berkaitan dengan pendanaan atau modal usaha.
2. Permasalahan yang Dihadapi Usaha Kecil Selama ini telah banyak usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk membantu perkembangan UK melalui berbagai macam program pengembangan atau pembinaan UK. Namun demikian, perkembangan UK hingga saat ini berjalan sangat lamban. Sebagai contoh industri manufaktur, tingkat produktivitas industri kecil dan industri rumah tangga
9
terhadap pembentukan total nilai tambah di sektor tersebut atau Produk Domestik Bruto (PDB) masih relatif rendah dibandingkan dengan industri menengah dan besar. Permasalahan yang dihadapi UK disebabkan hal berikut : a. Managerial skill Kekurangmampuan
pengusaha
kecil
untuk
menentukan
pola
manajemen yang sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangan usahanya. b. Pemasaran Permasalahan UK pada bidang pemasaran terfokus pada tiga hal yaitu permasalahan persaingan pasar dan produk, akses terhadap informasi pasar dan kelembagaan pendukung usaha kecil. Permasalahan tersebut dapat diatasi apabila terjadi keseimbangan antara upaya perbaikan internal maupun eksternal. c. Kemitraan Kemitraan mengacu pada pengertian bekerjasama antar pengusaha dengan tingkatan yang berbeda, yaitu antara pengusaha kecil dengan pengusaha besar. Istilah kemitraan sendiri mengandung arti bahwa meskipun tingkatannya berbeda, hubungan yang terjadi merupakan hubungan yang setara (sebagai mitra) bukan bentuk hubungan yang merupakan manifestasi hubungan patron-klien. d. SDM Permasalahan UK yang menyangkut SDM terkait dengan struktur organisasi dan pembagian kerja, masalah tenaga kerja dan kemampuan manajerial pengusaha. e. Keuangan Pengusaha kecil umumnya belum mampu melakukan pemisahan manajemen keuangan perusahaan dan rumah tangga. Kondisi ini mengakibatkan
pengusaha
kecil
sulit
melakukan
perhitungan-
perhitungan hasil kegiatan usaha secara akurat dan akhirnya akan menghambat proses pembentukan modal usaha untuk menunjang pengembangan usaha.
10
Dalam memperoleh progam SMK, kelompok pembudidaya ikan mendapat pembinaan dan pelatihan dari DKP. Pelatihan yang dilaksanakan berorientasi
untuk
pengembangan
kelompok,
yaitu
meningkatkan
kemampuan manajerial anggota kelompok yang meliputi kewirausahaan bagi pemula, marinepreneurship dan kecerdasan wirausaha, strategi bisnis dan pemasaran, jaringan dan kemitraan bisnis, studi kelayakan usaha, manajemen kelompok dan pelaporan keuangan.
3. Upaya Pengembangan UK UU no. 9/1995 tentang UK pasal 14 merumuskan bahwa ”pemerintah, dunia usaha dan masyarakat melakukan pembinaan dan pengembangan UK dalam bidang : produksi dan pengolahan; pemasaran; sumberdaya manusia (SDM); dan teknologi” Syaukat (2002) mengatakan bahwa pengembangan usaha kecil, menengah dan koperasi (UKMK) tergantung pada beberapa faktor, antara lain : a. Kemampuan UKMK dijadikan kekuatan utama pengembangan ekonomi berbasis lokal yang mengandalkan endogenous resources di Kota/Kabupaten. b. Kemampuan UKMK dalam peningkatan produktivitas, efisiensi dan daya saing. c. Menghasilkan produk yang bermutu dan berorientasi pasar (domestik maupun ekspor). d. Berbasis bahan baku domestik. e. Substitusi impor.
Syaukat (2002) mengatakan bahwa langkah-langkah operasional pengembangan UKMK adalah : a. Tahap pertama : 1) Penumbuhan iklim usaha kondusif. 2) Kebijakan persaingan sehat dan pengurangan distorsi pasar.
11
3) Kebijakan ekonomi yang memberikan peluang bagi UKMK untuk mengurangi beban biaya yang tidak berhubungan dengan proses produksi. 4) Kebijakan
penumbuhan
kemitraan
dengan
prinsip
saling
memerlukan, memperkuat dan saling menguntungkan. b. Tahap kedua : 1) Dukungan penguatan. 2) Peningkatan mutu SDM UKMK. 3) Peningkatan penguasaan teknologi. 4) Peningkatan penguasaan informasi. 5) Peningkatan penguasaan modal. 6) Peningkatan penguasaan pasar. 7) Perbaikan organisasi dan manajemen. 8) Pencadangan tempat usaha. 9) Pencadangan bidang-bidang usaha.
Menurut Haryadi (1998), ada lima aspek yang berkaitan erat dengan perkembangan UK, yaitu aspek pemasaran, produksi, ketenagakerjaan, kewirausahaan dan akses kepada pelayanan. Dalam hal ini pemasaran, tujuan dan orientasi pasar penting bagi perkembangan suatu usaha. Tujuan dan orientasi pasar akan menentukan pilihan-pilihan strategi adaptasi yang akan diambil dalam mengatasi kendala-kendala yang akan dihadapi, khususnya yang berkaitan dengan struktur pasar bahan baku produk. Pengembangan UK menurut Haryadi (1998) adalah : 1. Menciptakan iklim yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya UK. 2. Mewujudkan UK menjadi usaha yang efisien, sehat dan memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi, sehingga mampu menjadi kekuatan ekonomi rakyat dan dapat memberikan sumbangan yang besar bagi pembangunan ekonomi nasional. 3. Mendorong UK agar dapat berperan maksimal dalam penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatan. Menciptakan bentuk-bentuk
12
kerjasama yang dapat memperkuat kedudukan UK dalam kompetisi di tingkat nasional maupun internasional. Hal ini menunjukkan bahwa peran pemerintah sangat penting untuk meniciptakan iklim kondusif bagi perkembangan UK, sehingga perkembangan UK pada akhirnya akan meningkatkan perekonomian nasional. 4. Manajemen dalam usaha kecil Manajemen merupakan seni yang dapat dipergunakan atau diterapkan dalam penyelenggaraan kegiatan apapun, karena dalam setiap kegiatan akan terdapat unsur perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan (Hubeis, 2007). Atas dasar hal tersebut, maka praktek-praktek manajemen dapat dilakukan di berbagai bidang ataupun fungsi yang ada dalam suatu usaha. Fungsi manajemen dalam industri kecil sama dengan ilustrasi pada umumnya, yang dijabarkan sebagai berikut: a. Perencanaan (Planning) adalah perhitungan dan penentuan tentang apa yang akan dijelaskan di dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu dari suatu organisasi atau perusahaan, dimana, bilamana, oleh siapa dan bagaimana tata cara yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. b. Pengorganisasian (Organizing) adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk memikirkan, memperhitungkan dan menyediakan segala sesuatunya, untuk membuka suatu kemungkinan, agar rencana yang telah ditentukan sebelumnya dapat dilaksanakan dengan baik c. Pelaksanaan (Actuating) adalah fungsi manajemen yang merupakan penggabungan dari beberapa fungsi manajemen lain. Dalam praktek, fungsi
actuating
dilaksanakan
dalam
bentuk
lima
subfungsi
manajemen yaitu komunikasi, kepemimpinan, pengarahan atau penjelasan, memotivasi dan penyediaan sarana dan kemudahan. d. Pengawasan
(Controlling)
adalah
keseluruhan
kegiatan
yang
membandingkan atau mengukur apa yang sedang atau sudah dilaksanakan dengan kriteria, standar atau rencana-rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
13
Sarana atau alat manajemen untuk mencapai tujuan adalah lima M, yaitu (a) man, (b) money, (c) material, (d) methods dan (e) market.
5. Kegagalan dan Keberhasilan UK Menurut Griffin dan Ebert (2006) berdasarkan survei terhadap UK di Amerika, 63% dari bisnis baru tidak akan merayakan ulang tahun keenamnya. Dalam hal ini, ada 4 faktor umum yang mempengaruhi kegagalan UK, yaitu : a. Manajerial yang tidak kompeten b. Kurang memberi perhatian c. Sistem kontrol yang lemah d. Kurangnya modal Sedangkan yang mempengaruhi keberhasilan UK meliputi 4 faktor dasar yaitu : a. Kerja keras, motivasi dan dedikasi b. Permintaan pasar akan produk atau jasa yang disediakan c. Kompetensi manajerial d. Keberuntungan. Kenyataan yang terjadi seperti di atas sungguh merupakan hal kontras, dimana mencapai keberhasilan memerlukan suatu usaha yang selain secara ilmiah dapat dipelajari dan dilaksanakan, ternyata juga memerlukan suatu dasar lain, yaitu keberuntungan, yang tidak setiap orang dapat memperolehnya.
B. Kelompok Suatu kelompok didefinisikan sebagai suatu kumpulan dari dua orang atau lebih individu, yang saling berinteraksi satu sama lain, sama-sama bergabung untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Sofyandi dan Barni, 2007). Schein (1979) mengatakan bahwa kelompok yang mempunyai ikatan psikologis adalah sejumlah orang yang saling berhubungan, saling memperhatikan dan menerima kenyataan sebagai suatu kelompok. Senada dengan defiinisi di atas, menurut Duncan, suatu kelompok terdiri dari dua
14
orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama, interaksi tersebut bersifat relatif tetap dan mempunyai struktur tertentu. 1. Kemandirian Kelompok Kemandirian kelompok akan terbentuk secara baik bila kegiatan pertemuan rutin kelompok dilakukan dengan tingkat kehadiran yang tinggi dari anggota dan setiap permasalahan serta pencapaian tujuan efisiensi aspek usaha yang dikembangkan dilakukan dalam suatu pengelolaan organisasi kelompok. Kemandirian kelompok juga ditunjukkan dengan adanya AD/RT kelompok yang akan selalu disepakati untuk tujuan kebersamaan.
Kelompok
Pembudidaya
ikan
Mekar
Jaya
telah
menunjukkan kemandirian kelompok yang sangat bagus, dengan melakukan pertemuan rutin kelompok.
2. Profil Kelompok Profil kelompok merupakan suatu pendekatan yang baik untuk menilai eksistensi kelompok secara nyata. Kondisi umum dan khusus dari kelompok, aktifitas budidaya, fasilitas sarana dan prasarana, produksi yang dihasilkan dan aspek pemasaran, serta pengelolaan keuangan kelompok akan tergambarkan secara jelas. Profil kelompok dalam bentuk sederhana adalah sama dengan berdirinya koperasi, yaitu adanya AD/RT kelompok dan pengembangan dari AD/RT kelompok dapat memberikan informasi detail dari setiap kegiatan usaha kelompok. Profil kelompok akan menjadi kekuatan kelompok dalam mengakses pasar dan permodalan dari lembaga keuangan formal.
3. Catatan Dalam Pembukuan Kelompok Catatan dalam pembukuan keuangan kelompok merupakan catatan pengelolaan keuangan yang terkait dengan aliran keuangan kelompok, baik modal, harta, piutang dan catatan pemberian dan pengembalian dana SMK yang dipinjamkan kepada anggota, serta catatan dalam rekening kelompok di Bank. Catatan pembukuan keuangan kelompok akan menjadi sangat penting dalam mendukung data pengelolaan keuangan kelompok
15
secara benar, sehingga akan menjadi penentu dalam upaya memperoleh akses ke perbankan formal.
C. Lembaga Pembiayaan Skala Mikro Lembaga Pembiayaan memiliki arti yang sangat strategis dalam upaya untuk pengembangan usaha yang akan atau sedang dilakukan, terutama dalam penyediaan modal investasi dan modal kerja, mulai dari sektor hulu sampai hilir. Lembaga pembiayaan yang ada saat ini secara umum masih belum menyentuh pada kegiatan usaha masyarakat dengan nilai investasi rendah. Penyaluran kredit kepada UK dianggap sebagai usaha berisiko tinggi, karena UK tidak memiliki aset yang cukup dapat diandalkan sebagai agunan guna memperoleh pembiayaan usahanya. Bila aksesibilitas pembiayaan tidak diberikan bagi para pelaku UK yang tidak memiliki aset, kesenjangan akan terus berlangsung dan tujuan esensial untuk mengentaskan kemiskinan dan mendorong perkembangan ekonomi lokal tidak akan memiliki solusi yang baik. Upaya-upaya yang dilakukan untuk memberikan layanan pembiayaan bagi masyarakat dengan skala UK adalah terbentuknya lembaga keuangan mikro yang menggunakan pendekatan Grameen Bank.
1. Grameen Bank Pendekatan Grameen Bank yang dilakukan oleh Muhammad Yunus,
seorang
profesor
Ekonomi
dari
Universitas
Chittagong,
Bangladesh adalah dengan melaksanakan program kredit kepada masyarakat miskin akibat dari rasa kepeduliannya yang tinggi terhadap orang-orang miskin. Landasan pemikiran Yunus untuk memilih kredit sebagai pilihan aksi adalah membebaskan orang dari kesengsaraan akibat kemiskinan yang parah. Salah satu masalah besar yang dihadapi kaum miskin adalah modal. Sistem perbankan dan lembaga keuangan formal yang ada telah menetapkan syarat yang tidak memungkinkan masyarakat bawah untuk memperoleh modal dari lembaga keuangan tersebut (DKP, 2004 c).
16
Pendekatan kredit bagi masyarakat miskin yang dilakukan oleh Yunus merupakan salah satu upaya dalam pengentasan kemiskinan. Pemikiran dan kepedulian ini selanjutnya dituangkan dalam program riset aksi di desa Jobra, Bangladesh antara tahun 1976 – 1979. Pada tahun 1979 dilakukan replikasi di desa Tangail dengan dukungan Bank Sentral Bangladesh. Sukses replikasi ini diikuti dengan program perluasan ke daerah-daerah lain di Bangladesh. Saat ini Grameen Bank telah menjadi lembaga keuangan pedesaan terbesar di Bangladesh. Selain pinjaman umum, program pinjaman yang ditawarkan telah berkembang menjadi beberapa jenis pinjaman seperti pinjaman musiman, pinjaman untuk perusahaan umum, pinjaman untuk perumahan dasar, pinjaman kesehatan, dan pinjaman pendidikan. Kisah sukses Grameen Bank telah menjadi lembaga keuangan pedesaan terbesar di Bangladesh.
2. Mikro Mitra Mina Mikro Mitra Mina merupakan lembaga keuangan mikro yang melayani aktifitas simpan pinjam berskala kecil menggunakan pendekatan Grameen Bank bagi kelompok miskin di wilayah pesisir, guna membiayai kegiatan ekonomi pokok maupun tambahan dan mengembangkan budidaya menabung, dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan dan mengembangkan kemandirian usaha. Skim ini mengintegrasikan simpanan atau tabungan (wajb dan sukarela) sebagai suatu komponen yang tidak terpisahkan dengan aktifitas pinjam. Komponen tabungan dirasakan semakin penting dalam pengelolaan keuangan dan usaha, serta dalam rangka pembentukan dan pemupukan modal guna meningkatkan kemandirian usaha. Sebagai sebuah alternatif, skim ini diharapkan dapat menghilangkan ketergantungan masyarakat pesisir terhadap para pelepas uang (informal money lenders) yang banyak beroperasi di wilayah pesisir (DKP, 2004 c).
17
3. Skim Modal Kerja Skim modal kerja DKP adalah program penyediaan kredit modal yang terintegrasi dengan peningkatan kapasitas manajemen pembudidaya ikan untuk mengangkat potensi pembudidaya ikan skala rumah tangga dan UKM berbasis pada kelompok, agar kelompok dapat meningkatkan produksi,
baik mutu maupun kuantitas. Selain memberikan pinjaman
permodalan, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan pembudidaya ikan dengan pendampingan dan pelatihan (DKP, 2004 a).
D. Deskripsi Umum UKM Perikanan UKM disebut sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia dan UKM identik dengan membangun Indonesia karena ada sekitar 80 juta orang Indonesia yang bekerja di sektor ini. Dengan kata lain, membangun UKM sama dengan membangun sumber penghidupan yang saat ini dinikmati oleh 80 juta lebih orang Indonesia. Untuk UK, selama tahun 2000-2003 sebesar 86% bergerak di bidang pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Sementara hanya 9% pengusaha menengah yang bergerak di lapangan usaha ini. Sisanya, pengusaha besar yang kehidupannya tergantung jatuh bangunnya sektor usaha kecil dan menengah, sehingga UK menjadi sasaran pembangunan nasional (Anoraga, 2005). Kemampuan UKM dalam menyerap tenaga kerja dan mengurangi kemiskinan telah terbukti di berbagai negara. Oleh karena itu, komitmen yang sungguh-sungguh dari pemerintah Indonesia untuk mengembangkan UKM harus ditindaklanjuti dengan implementasi dari civitas akademika dan dunia bisnis.
Bermacam
kebijakan
sedang
dilakukan
pemerintah
untuk
memberdayakan kembali potensi ekonomi di tingkat petani dan UKM di segala bidang. Cadangan dana disediakan dengan harapan petani dan UKM kembali bergairah untuk meningkatkan produksi di bidang usahanya masingmasing. Di bidang perikanan darat, komoditas budidaya ikan nila dan udang galah merupakan komoditas yang paling menjanjikan untuk tujuan di atas
18
dengan berbagai alasan, antara lain harganya paling tinggi diantara komoditas ikan konsumsi air tawar, pasar domestik yang masih jauh dari kejenuhan, lahan/kolam petani ikan untuk usaha budidaya yang banyak terlantar dan satu hal lagi yang harus digaris bawahi, Indonesia mempunyai kekayaan keanekaragaman hayati yang bernilai untuk strain udang galah, mulai dari peraian di Sumatera, Jawa, Kalimantan sampai Sulawesi. Persoalannya adalah petani dan UKM perikanan masih mempunyai kendala di bidang teknis budidaya dan manajemen usaha yang perlu mendapat perhatian lembaga penelitian dan pengembangan (litbang) dan dinas terkait. Komunikasi lintas sektoral dirasakan sangat perlu untuk menjembatani permasalahan yang ada di petani dan UKM dengan menyajikan hasil penelitian yang mampu menyelesaikan masalah tersebut. Selanjutnya, bila kesuksesan di tingkat produksi tercapai, asosiasi petani udang galah tingkat nasional sangat dibutuhkan untuk menggalang jaringan kerja para petani, sehingga kelanggengan usaha yang menguntungkan dapat tercapai (DKP, 2006a).
E. Deskripsi Usaha Budidaya Ikan Nila Merebaknya kasus pembalakan liar kayu - kayu di hutan menyisakan bencana alam dan pengangguran akibat berkurangnya kesempatan kerja. Begitu pula dengan industri pertambangan yang telah habis sumbernya maka akan menambah pula angka pengangguran. Dari pembicaraan dengan berbagai pihak di wilayah yang mempunyai potensi perairan umum cukup besar seperti Kalimantan dan Sumatera, budidaya perikanan diharapkan dapat menjadi katup penyelamat. Budidaya ikan relatif cepat menghasilkan, teknologinya mudah dikuasai dan pasar dalam negeri masih terbuka luas. Namun demikian untuk mewujudkan gagasan tersebut perlu dukungan yang simultan dari berbagai pihak, sehingga manfaatnya dapat cepat dirasakan Dalam laporan terbarunya The State of World Aquaculture 2006, (FAO, 2006) menyatakan bahwa 45,5 juta ton (43%) ikan yang dikonsumsi berasal dari budidaya. Angka tersebut telah menunjukkan lompatan yang luar biasa dibandingkan dengan kondisi tahun 1980 yang hanya 9%. Produksi dunia ikan hasil budidaya dan ikan hasil tangkapan di laut serta perairan
19
umum adalah sekitar 95 juta ton per tahun, dimana 60 % dikonsumsi manusia (FAO, 2006). Meskipun saat ini sumbangan ikan hasil tangkapan masih relatif tinggi, tetapi hasil penangkapan telah berada pada level yang jenuh dan diperkirakan akan begitu seterusnya. Untuk memenuhi kebutuhan ikan sebagaimana tingkat konsumsi seperti saat ini di tahun 2030, diperlukan sekitar 40 juta ton dari hasil budidaya. Seperti dikatakan di atas, permintaan terhadap ikan akan terus naik sejalan dengan meningkatnya kesadaran terhadap kesehatan. Meskipun saat ini sumbangan ikan hasil tangkapan masih relatif tinggi, tetapi hasil penangkapan telah berada pada level yang jenuh dan diperkirakan akan begitu seterusnya. Walaupun dalam faktanya perikanan tangkap masih memberikan kontribusi yang cukup tinggi pada sektor perikanan, namun di sisi lain FAO pada tahun 2002 menyatakan bahwa produksi perikanan tangkap dunia cenderung mengalami penurunan akibat eksploitasi dan menurunnya sumber daya ikan di laut. Untuk memenuhi kebutuhan ikan tingkat konsumsi seperti saat ini di tahun 2030, diperlukan sekitar 40 juta ton dari hasil budidaya. Akuakultur mempunyai kecenderungan peningkatan yang cukup signifikan dan salah satu pilihan untuk memenuhi kebutuhan ikan di masa mendatang adalah melalui budidaya. Hanya saja bagaimana dapat mewujudkan hal itu dengan baik (Warta Budidaya, 2005). Budidaya ikan dapat mengisi kesenjangan permintaan dengan pasokan. Tetapi di sisi lain juga terdapat beberapa kekuatan yang mungkin dapat membelokkan produksi ke arah yang sebaliknya sehingga tidak memungkinkan industri budidaya tumbuh secara besar-besaran untuk memenuhi besarnya permintaan di masa mendatang. Salah satu kendalanya adalah kurangnya investasi modal di kalangan pembudidaya dan terbatasnya lahan, serta ketersediaan air bersih yang digunakan dalam usaha budidaya. Meningkatnya biaya energi, dampak lingkungan dan sederet pertanyaan lain yang terkait dengan keamanan produk memerlukan perhatian seksama. Tanpa dukungan penuh dari pemerintah untuk pengembangan industri budidaya,
20
maka rasanya akan sulit untuk dapat memenuhi secara kontinu permintaan ikan pada 25 tahun mendatang (Deptan, 1999). Perikanan Budidaya merupakan bagian dari sektor kelautan dan perikanan mempunyai arti penting dalam memberikan kontribusinya. Akuakultur juga mampu menciptakan peluang usaha dan penyerapan tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat bahwa akuakultur dapat dilakukan di setiap lapisan masyarakat mulai dari pedesaan sampai dengan perkotaan; mempunyai karakteristik usaha yang cepat menghasilkan (quick yielding) dengan margin keuntungan yang cukup besar, mempunyai cakupan usaha yang luas, sehingga dapat memacu pembangunan industri hulu maupun hilir (seperti pabrik pakan, hatchery (pembenihan), industri jaring, industri pengolahan, cold storage, pabrik es, dan sebagainya); dapat mengatasi kemiskinan penduduk; tersedianya teknologi terapan dan merupakan sumber protein yang dapat memacu peningkatan gizi masyarakat guna pemenuhan protein hewani dalam rangka ketahanan pangan nasional (DKP, 2006a). Untuk pengembangan akuakultur ke depan, dapat dilakukan melalui program peningkatan produksi ikan untuk ekspor dan kebutuhan domestik, dengan
kegiatan
pokok
intesifikasi,
ekstensifikasi,
diversifikasi dan
rehabilitasi. Sedangkan pemanfaatan potensi akuakultur bagi pengembangan ekonomi
nasional,
kebijakan
yang
akan
ditempuh
adalah
melalui
pengembangan kawasan budidaya dan komoditas unggulan. Dengan tujuan untuk mendorong penerapan manajemen hamparan dalam mencapai skala ekonomi, mencegah penyebaran penyakit dan memperoleh efisiensi dalam penggunaan air, melalui azas kebersamaan ekonomi antar pembudidaya. Komoditas Nila merupakan jenis yang mudah dibudidayakan, baik di kolam, karamba, keramba jaring apung, maupun sawah, selain mampu memenuhi kebutuhan lokal. Nila merupakan komoditas ekspor yang semakin hari semakin meningkat permintaannya. Akan tetapi budidaya komoditas ini menghadapi kendala dalam pengadaan induknya. Untuk itu, pemerintah telah berupaya dengan mengembangkan Program intensifikasi budidaya (INBUD) Nila dan BUPEDES, desiminasi teknologi, dan pengembangan Nila, sertifikasi benih dan pengembangan Balai Benih Ikan Sentral/Lokal (DKP, 2006a).
21
III.
METODE KAJIAN
A. Lokasi dan waktu 1. Lokasi kajian Lokasi kajian ini dilaksanakan di Kelompok petani ikan di Desa Wates Jaya Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor sebagai penerima Progam Skim Modal Kerja.
2. Waktu Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan selama kurang lebih tiga bulan, yaitu bulan Agustus hingga Oktober 2007.
B. Pengumpulan data 1. Pengumpulan data primer dilakukan melalui survei lapangan, wawancara dengan ketua dan anggota kelompok, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bogor dan bagian pemasar ikan. Kuesioner untuk wawancara dapat dilihat pada Lampiran 6. Penyebaran kuesioner dilakukan kepada setiap anggota yang berjumlah 20 orang, namun terdapat 9 anggota yang tidak aktif, sehingga jumlah contoh yang diteliti berjumlah 11 responden, yang dianggap sebagai pakar praktisi. 2. Pengumpulan data sekunder melalui penelusuran pustaka, dokumen dan laporan instansi terkait.
C. Pengolahan dan Analisis data Metode yang digunakan dalam mengolah dan menganalisis data adalah : 1. Metode deskriptif, yaitu pengumpulan data mengenai informasi profil kelompok, prospek pasar dan keuangan yang berkaitan dengan pakan ikan, pembenihan dan pendederan ikan nila. Data lain yang dibutuhkan adalah permintaan pasar dan kelompok usaha pesaing di bidang pembudidayaan ikan nila. Analisis data yang digunakan dalam kajian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif, meliputi tahap transfer data, editing data, pengolahan data dan interpretasi data secara deskriptif.
22
Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui aspek manajemen, aspek teknis dan produksi, serta aspek pemasaran. Aspek analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui aspek kelayakan usaha dengan menggunakan metode analisis kelayakan investasi, disamping analisa tekno-ekonomi seperti nilai investasi, anggaran yang direncanakan, arus kas, nilai penjualan, rugi/laba dan Return on Investment (ROI), serta Analisis kegiatan usaha dengan berbagai kriteria (Giatman, 2006) yaitu : a. Laba usaha. Yang diperhitungkan adalah keuntungan kotor yang diperoleh untuk kegiatan budidaya selama 1 periode tanam, yaitu selisih antara pendapatan dengan total biaya (biaya tidak tetap dan biaya tetap). Sedangkan keuntungan bersih adalah keuntungan setelah dikurangi bunga pinjaman 15% efektif Laba = Pendapatan – total biaya
b. Kelayakan usaha (B/C) Ratio Kelayakan
usaha
yang
ditentukan
oleh
perbandingan
antara
pendapatan dengan total biaya (biaya tetap dan biaya tidak tetap). Bila nilai B/C ratio< 1, maka usaha tidak layak untuk dilanjutkan.
Kelayakan usaha =
Pendapatan Total biaya
c. Titik impas usaha (BEP) Titik impas usaha (Break Event Point atau BEP) terbagi 2 jenis analisis, yaitu (1) titik impas produksi yang merupakan perbandingan antara total biaya dengan harga satuan produk sebagai perhitungan titik impas usaha dicapai pada jumlah produksi ekor ikan tertentu dan (2) Titik impas harga produksi yang merupakan perbandingan antara total biaya dengan total produksi, sebagai perhitungan titik impas usaha yang dapat dicapai pada harga produk tertentu per kg ikan.
23
BEP Produksi =
Total biaya Harga satuan produk
BEP harga Produksi =
Total biaya Total produksi
d. Pengembalian modal Modal yang dikeluarkan sebagai modal biaya untuk usaha akan kembali dalam waktu berapa kali periode panen yang merupakan perbandingan antara total biaya (biaya tetap dan tidak tetap) dengan laba bersih. Pengembalian Modal =
Total biaya Laba bersih
e. Efisiensi Modal Keuntungan yang diperoleh dalam usaha dapat mencapai presentase tertentu dari total biaya yang dikeluarkan merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total biaya (biaya tetap dan tidak tetap) dikalikan 100%. Efisiensi modal = Laba bersih
X 100 %
Total biaya
f. Daya laba (ROI) Perhitungan jangka waktu pengembalian investasi yang dapat dikembalikan berdasarkan laba yang diperoleh. Daya laba =
Laba bersih Total investasi
x 100 %
24
2. Metode analisis.
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan analisis kuantitatif
kelayakan usaha, Matriks External
Factor Evaluation (EFE), Internal Factor Evaluation (IFE) dan Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threats (SWOT).
1) Analisis Titik Impas dan Profit Margin Satuan yang digunakan dalam perhitungan impas (Break Event point) dinyatakan dalam satuan rupiah penjualan, dengan menggunakan rumus : Biaya Tetap BEP = Harga Satuan – Biaya Variabel Analisis imbangan penerimaan dan biaya dinamakan R/C rasio, yang secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut : Total Penerimaan R/C ratio = Total pengeluaran Keterangan: R = Revenue (penerimaan) C = Cost (Biaya) Total biaya yang diperhitungkan dalam perhitungkan R/C rasio, meliputi biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan (nilai input keluarga yang dipakai dalam usaha). Rasio R/C menunjukkan besarnya penerimaan untuk setiap rupiah biaya yang dilakukan dalam usaha kelompok petani ikan, semakin tinggi nilai R/C, maka semakin menguntungkan usaha tersebut. 2) Matriks EFE dan IFE Matriks EFE membantu pengambil keputusan untuk meringkas dan mengevaluasi informasi lingkungan eksternal, yaitu ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, teknologi,
25
dan sebagainya. Sedangkan matriks IFE digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama yang dihadapi perusahaan (David, 1995). David (1995) menyebutkan 5 langkah yang diperlukan untuk menyusun matrik EFE dan IFE (Tabel 2), yaitu : (1) Daftar faktor-faktor eksternal dan internal, termasuk peluang, ancaman, kelemahan, dan kekuatan, yang berpengaruh terhadap Kelompok Petani Ikan Mekar Jaya. (2) Berikan pembobotan untuk setiap faktor yang menunjukkan kepentingan relatif setiap faktor. Pembobotan berkisar antara 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting). (3) Tentukan rating setiap faktor untuk menunjukkan keefektifan strategi perusahaan dalam merespon faktor-faktor tersebut. Rating tersebut adalah 1 (lemah), 2 (rataan), 3 (di atas rataan) dan 4 (superior). (4) Setiap rating digandakan dengan masing-masing bobot untuk setiap pembagi. (5) Skor yang diperoleh dijumlahkan, sehingga diperoleh total skor organisasi. (6) Total skor berkisar antara 1,0 – 4,0 dengan rataan 2,5. Total skor 4,0 menunjukkan organisasi merespon peluang maupun ancaman yang dihadapinya dengan sangat baik. Sedangkan total skor 1,0 menunjukkan organisasi tidak dapat memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada. Tabel 3. Matriks IFE/EFE a. Matriks IFE Faktor Internal Kekuatan 1. 2. Kelemahan 1. 2. Sumber : David, 1995.
Bobot (a)
Rating (b)
Total Skor (axb)
26
b. Matriks EFE Faktor Eksternal
Bobot (a)
Rating (b)
Total Skor (axb)
Peluang 1. 2. Ancaman 1. 2. Sumber : David, 1995.
3) Matriks Internal dan Eksternal (IE) Matriks IFE dan EFE digunakan untuk mengumpulkan infromasi yang akan digunakan pada tahap pemaduan. Matriks IE didasarkan pada dua dimensi, yaitu total skor IFE pada sumbu total skor IFE dibagi tiga kategori, yaitu 1,0 – 1,99 menunjukkan posisi eksternal lemah, 2,0 – 2,99 menunjukkan kondisi eksternal rataan dan 3,0 – 4,0 menunjukkan kondisi eksternal yang kuat. Matriks IE dapat dilihat pada Gambar 1. Matriks IE dibagi menjadi tiga daerah utama yang mempunyai implikasi strategi berbeda. Tiga daerah utama tersebut adalah : (1) Daerah 1 meliputi sel I, II atau IV termasuk dalam daerah grow and build. Strategi yang sesuai dengan daerah ini adalah strategi intensif, misalnya penetrasi pasar, pengembangan pasar, atau pengembangan produk dan strategi integratif, misalnya integrasi horizontal dan integrasi vertikal. (2) Daerah II meliputi sel III, V atau VII. Strategi yang paling sesuai adalah strategi-strategi hold and maintain. Yang termasuk dalam strategi ini adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. (3) Daerah III, meliputi sel VI, VIII atau IX adalah daerah harvest dan divest.
27
Evaluasi faktor internal
Kuat 4,0
Rataan 3,0
Lemah 2,0
1,0
Tinggi
Evaluasi faktor eksternal
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
3,0
Sedang
2,0
Rendah
1,0 Gambar 1. Matriks IE (Kotler, 1997)
4) Matriks SWOT Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategik perusahaan adalah matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan untuk disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategi (Tabel 4).
28
Tabel 4. Matriks SWOT Strength (S)
Weakness (W)
Faktor Internal Menentukan 5-10 faktor Menentukan 5-10 faktor Kekuatan internal Kelemahan internal Faktor Eksternal Opportunities (O) Menentukan 5 -10 faktor peluang eksternal
Strategi (S-O) Menciptakan strategi menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Threats (T)
Strategi (S-T)
Menententukan 5-10 faktor ancaman eksternal
Menciptakan strategi menggunakan kekuatan dan menghindari ancaman
Strategi (W-O) Menciptakan strategi meminimalkan kemahan untuk memanfaatkan peluang Strategi (W-T) Menciptakan strategi meminimalkan kelemahan untuk mengatasi ancaman
Sumber : Rangkuti, 2004.
(1) Strategi SO, dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. (2) Strategi ST, dibuat berdasarkan kekuatan perusahaan untuk mengatasi ancaman. (3) Strategi WO, diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. (4) Strategi WT, dibuat berdasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada, serta menghindari ancaman.
Setelah memperoleh gambaran yang jelas mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan, maka selanjutnya dapat dipilih alternatif strategi yang akan diterapkan perusahaan dalam mengembangkan usahanya. Dengan pilihan strategi yang tepat, perusahaan diharapkan dapat memanfaatkan kekuatan dan peluangnya untuk mengurangi kelemahan dan menghadapi ancaman
29
yang ada. Melalui matrik SWOT didapatkan alternatif strategi untuk menentukan critical decision, agar perusahaan dapat menerapkan strategi yang tepat.
D. Aspek Kajian Menurut Kadariah, et al (1999), secara umum aspek yang dikaji dalam studi kelayakan usaha meliputi aspek seperti teknis produksi, keuangan dan pemasaran. 1. Aspek teknis meliputi gambaran komoditi, persyaratan teknis produksi, proses pengolahan dan pengemasannya. a. Fasilitas Produksi dan Peralatan Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui berbagai peralatan yang digunakan untuk menunjang kelancaran aktivitas produksi seperti jarring, perahu, dan lain-lain. b. Cara Pengadaan dan Mutu Bahan Untuk mengetahui ketersediaan bahan baku dan penolong yang dibutuhkan, yaitu benih dan pakan ikan. Hal ini penting mengingat dasar filosofis pemilihan bahan untuk membuat produk makanan adalah Garbage In Garbage Out (GIGO), dimana jika bahan dasarnya buruk, maka produk yang dihasilkan juga buruk. c. Tenaga Kerja Hal ini untuk mengetahui jumlah dan jenis tenaga kerja yang dibutuhkan, tingkat pendidikan yang diperlukan dan bagaimana cara memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang dimaksud. 2. Aspek Pemasaran meliputi kondisi permintaan, penawaran, harga, persaingan dan peluang pasar, serta proyeksi permintaan pasar. a. Permintaan Hal ini memberikan gambaran tentang permintaan ikan untuk memenuhi kebutuhan pasar. b. Penawaran Hal ini memberikan gambaran tentang penghasil ikan dan faktor keseimbangan antara permintaan dan penawaran.
30
c. Harga Hal ini memberikan gambaran tentang mekanisme penetapan harga jual ikan, menunjukkan hubungan antara harga jual dengan permintaan dan penawaran oleh pihak pembeli, serta faktor yang mempengaruhi harga jual ikan konsumsi. d. Persaingan dan Peluang Pasar Hal ini memberikan gambaran tentang pasar yang dituju. e. Pemasaran Produk Hal ini memberikan gambaran tentang sistem pemasaran.
3. Aspek Keuangan untuk mengetahui kelayakan usaha dari segi keuangan, yaitu : a. Komponen dan struktur biaya. Komponen biaya mencakup pengadaan sarana dan prasarana, biaya operasi dan biaya lain-lain.
Biaya pengadaan prasarana adalah
meliputi biaya investasi, yaitu biaya perijinan, bangunan dan pembelian peralatan untuk proses produksi. Biaya operasi meliputi biaya pembelian apel segar, biaya bahan pembantu, biaya pengemasan, upah pekerja, pembelian bahan pembantu produksi, biaya peralatan, kendaraan dan biaya overhead. b. Pendapatan Pendapatan adalah total hasil penjualan ikan dan retribusi reporasi ikan. c. Kebutuhan Modal dan Kredit Dalam menunjang pengembangan kelompok petani ikan diperlukan modal kerja dan modal. d. BEP atau titik impas adalah suatu keadaan dimana besarnya pendapatan sama dengan besarnya biaya/pengeluaran yang dilakukan oleh kelompok
31
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Umum
1. Sejarah dan Perkembangan Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya (KTIMJ) adalah salah satu kelompok tani ikan yang berada di Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor. Kelompok ini berusaha di bidang pembenihan, pendederan dan pembesaran ikan nila. Selain usaha ikan nila, ada juga ikan bawal, mas dan gurame yang dibudidayakan kelompok ini, tetapi jumlahnya sangat terbatas dibandingkan dengan ikan nila. KTIMJ lebih memilih membudidayakan ikan nila karena merupakan ikan konsumsi yang sangat populer dan pemasarannya mudah baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Danau Lido adalah danau buatan yang dibuat pada jaman penjajahan Belanda. Awalnya danau ini berasal dari dibuatnya bendungan untuk pembuatan jalan yang menghubungkan antara Bogor dan
Sukabumi.
Dengan
pembuatan
bendungan
tersebut,
maka
terbentuklah danau yang pada waktu itu disebut situ Citah. Pada tahun 1960-an danau tersebut dipergunakan oleh masyarakat sekitar untuk membudidayakan ikan dengan menggunakan jaring apung dan juga dijadikan tempat rekreasi. Kemudian nama danau tersebut diganti menjadi danau Lido sampai sekarang. Pada tahun 1977-1983 danau dikelola oleh Dinas Pengairan Kabupaten Bogor. Pada tahun 1983 hak pengelolaan danau Lido diserahkan kepada PT PAP yang bergerak di bidang agrowisata. Tahun 1997 terjadi krisis moneter yang mengakibatkan danau Lido tersebut tidak terawat dengan baik oleh PT PAP. Oleh karena itu, untuk mengorganisisr pembudidaya ikan jaring apung dan atas himbauan Dinas Perikanan Bogor, maka dibentuklah kelompok Tani Ikan. Setelah terbentuknya
kepengurusan
kelompok,
maka
pada
tahun
1998
mengajukan izin kepada Dinas Pengairan melalui Dinas Perikanan untuk
32
pengelolaan danau Lido yang bertujuan untuk usaha perikanan dan pelesatarian sumberdaya alam. Pada tanggal 1 Oktober 1999, atas izin Dinas Pengairan dan Dinas Perikanan diadakan pengukuhan kelompok tani ikan yang disaksikan oleh Dinas Perikanan Kabupaten Bogor. Pada waktu itu anggota kelompok berjumlah 20 orang, setelah terserang wabah virus yang mengakibatkan kematian ikan secara massal, maka anggota yang tetap bertahan sampai saat ini berjumlah 16 orang. Pada tahun 2001 kelompok mendapat penghargaan dari Provinsi Jawa Barat sebagia juara 3 Lomba Budidaya ikan Tingkat Provinsi. Tahun 2002 DKP melakukan survei untuk memilih kelompok petani ikan yang dinilai baik untuk memperoleh bantuan Skim Modal Kerja (SMK). Berdasarkan rekomendasi DKP dalam pelaksanaan program SMK, maka pada tanggal 10 Oktober 2004 kelompok ini resmi membuat Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang merumuskan dan menetapkan hak, kewajiban, aturan dan sanksi-sanksi setiap anggota kelompok.
2. Profil Usaha Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya Pembudidayaan yang dilakukan oleh kelompok Mekar Jaya adalah budidaya ikan nila. Pemeliharaan ikan nila pada umumnya tidak tergantung pada musim, sehingga dapat diupayakan untuk disesuaikan dengan kebutuhan pasar dan dapat menggunakan lahan marjinal (lahan miskin atau lahan tidak subur) yang tidak dimanfaatkan untuk keperluan usaha pertanian lainnya. Sistem untuk memelihara ikan nila yang dilakukan oleh kelompok Mekar Jaya adalah dengan sistem keramba jaring apung di danau/situ Lido. Pemeliharaan ikan di keramba merupakan salah satu jenis usaha dengan memanfaatkan perairan umum sebagai sumber airnya. Keramba yang dimiliki kelompok Mekar Jaya dibuat dari bambu, dengan bentuk berupa bujur sangkar dan empat persegi panjang. Keramba jenis ini diletakkan sedemikian rupa, sehingga berada 20 cm di bawah permukaan air, karena itu diperlukan pemberat dan jangkar untuk mempertahankan posisi keramba. Secara alami, ikan
33
nila di dalam keramba mendapatkan makanan dari aliran danau/situ tempat keramba di pasang, tetapi makanan tersebut belum mencukupi, sehingga harus tetap diberi pakan tambahan. Pakan tambahan yang digunakan berupa pelet dengan kadar protein 25% – 35%. Takaran pakan yang diberikan 2% - 3% dari berat total ikan per hari. Dana Skim Modal Kerja Rp. 80.000.000 (delapan puluh juta rupiah) yang diberikan oleh DKP pada tahun 2004 digunakan untuk modal kerja kelompok. Setiap anggota diberikan modal usaha sesuai dengan kemampuannya berusaha dan wajib membayar pinjaman dari modal kerja tersebut, demi kelancaran perguliran dana pinjaman dana SMK pada tahap berikutnya. Dalam perkembangannya, KTIMJ menjalankan usaha kelompok dengan membudidayakan ikan, penyediaan pakan kelompok atau penjualan pakan ikan dan reporasi ikan. Reporasi ikan adalah menampung ikan yang berasal dari luar danau Lido, ditampung di suatu keramba di Lido selama 2 – 3 hari dengan tujuan untuk membuat ikan tersebut hidup di keramba Lido dan membuang bau lumpur ikan agar tidak berbau karena ikan yang hidup di danau Lido terkenal baik dan tidak berbau. Dalam pelaksanaan operasionalnya usaha kelompok tersebut tidak hanya melayani penjualan pakan ikan untuk anggota kelompok saja, kelompok usaha ini juga melayani penjualan pakan untuk masyarakat diluar keanggotaan Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya. Pada awalnya kelompok membudidayakan ikan mas, karena panennya yang singkat selama 40 hari namun karena satu dan lain hal, budidaya yang ditekuni beralih pada budidaya ikan nila. Peranan kelompok di Mekar Jaya sifatnya hanya membina, dimana perorangan yang bekerja dengan modal sendiri. Kelompok berupaya mencari penguatan modal, membantu mencari pakan bagi anggota yang mengalami kesulitan dan keterlambatan panen. Peranan kelompok adalah sebagai koperasi bagi anggotanya, dengan penghasilan diperoleh dari retribusi para anggota, contohnya dengan memperoleh
34
penghasilan dari pembelian pakan yaitu sebesar Rp. 50 untuk 1 kg pakan ikan. Panen anggota selama 40 hari sekali dengan rataan panen 1 ton/orang. Usaha lain adalah reporasi ikan mas dari pengumpul ikan yang berlokasi di Cirata dan Saguling, dengan penghasilan sebesar Rp 100/Kg ikan yang direporasi. Setiap bulannya kelompok dapat mereporasi ikan sebanyak 3 – 4 ton/bulan.
Penghasilan kelompok
sebelum SMK dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Penghasilan kelompok usaha tani ikan Mekar Jaya No
Kegiatan
Rincian
Jumlah
1
Penjualan Pakan Pemakaian pakan ikan setiap anggota/2 bulan dengan rataan 1.020 kg
Rp.50/Kg x 1.020 Kg= Rp. 51.000/2 bulan
2
Reporasi Ikan
Rp. 100/Kg ikan x 3 – 4 ton/bulan=
3.
Retribusi Penjualan ikan
Jumlah penjualan ikan setiap anggota/2 bulan dengan rataan penjualan 823,5 Kg
Rp. 100 x 3500 kg = Rp. 350.000/bulan = 700.000/2 bulan Rp. 50 x 823,5 Kg = Rp. 41.175/2 bulan
Jumlah/2 bulan Jumlah/tahun
Rp . 792.175 Rp. 792.175 x 6 = Rp. 4.753.050
Kondisi awal Luas danau Lido 22 Hektar, saat ini menyusut menjadi + 18 Hektar. Untuk memperkuat usahanya, Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya menyewa sebuah gudang yang dapat menampung pakan sebesar 5 ton. Pembayaran sewa gudang sesuai dengan kesepakatan pemilik gudang, yaitu dibayarkan satu tahun setelah penggunaan gudang tersebut. Pembudidayaan ikan yang dilakukan KTIMJ adalah dengan menggunakan keramba jaring apung (Gambar 2) dimana tambak dibangun dengan kedalaman danau 12 m. Kedalaman keramba jaring
35
apung dari permukaan air 3 m ke bawah dan 1,5 m. ke atas. Pada setiap kolam ada pemberat/bandulan di empat sisi keramba dan ada sistem jangkar supaya tidak goyah. Ukuran keramba untuk setiap orang berbeda-beda. Lahan di Lido yang diijinkan untuk digarap di bidang perikanan oleh Pemda seluas 3 Ha dan yang digunakan untuk keramba/budidaya perikanan seluas 7.000 m2 (sisa dari 3 hektar untuk lalu lintas rakit).
Gambar 2. Tambak pembudidayaan ikan KTIMJ
Jumlah keramba jaring apung yang ada di Lido berjumlah 143 buah. Beberapa permasalahan yang muncul pada budidaya keramba, yaitu : 1. Musim apiring/pergantian cuaca, terutama musim hujan dimana air yang berada di bawah/mengendap naik ke atas yang mengakibatkan amoniak naik, maka terjadi kematian ikan. 2. Pembongkaran tanah RS Badan Narkotika Nasional (BNN), dimana limbah bangunan masuk ke danau yang mengakibatkan air tidak bening dan 80% ikan mati. Upaya yang sudah dilakukan oleh Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya adalah :
36
a. Melakukan upaya penyelamatan dengan menggunakan mesin air, caranya dengan menyemprotkan ke setiap kolam untuk membantu memberikan oksigen di keramba b. Melakukan penguatan modal untuk mengganti ikan yang 80% mati. Penghasilan lain yang dapat diperoleh oleh KTIMJ adalah dengan berjualan pakan ikan. Pakan yang dijual oleh kelompok ini adalah pakan ternak dengan merk dagang Laju (LJ) dan diproduksi oleh PT. Sinta Prima Feedmill dengan analisis proksimat kadar air maksimal 12%, Protein Kasar 23% sampai dengan 26%, lemak kasar maksimal 7% dan abu maksimal 12%. Usaha lain yang dikembangkan oleh Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya adalah pemungutan retribusi hasil panen anggota sebesar Rp 50/kg.
3. Pencairan Dana SMK dan Penggunaannya Pencairan dana Skim Modal Kerja (SMK) dilakukan pada tanggal 8 Desember 2004 di Sekretariat Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya Lido, Bogor. Prosedur pencairan dana SMK, yaitu dengan cara mengisi formulir pengajuan pinjaman dan melampirkan proposal rencana kegiatan yang berisi tentang diskripsi kegiatan, kebutuhan modal dan penggunaannya. Besarnya pinjaman kepada kelompok sebesar Rp. 80.000.000 dan anggota kelompok menerima pinjaman maksimal Rp. 5.000.000 dengan bunga 15% per tahun. Pembayaran cicilan dan bunga dilakukan setiap satu kali siklus (2 bulan) produksi ikan, dengan rincian cicilan setiap 2 bulan sebesar Rp. 833.400 dan bunga Rp. 125.000. Total pembayaran cicilan bunga pinjaman per siklus Rp. 958.400, akan tetapi jika ada anggota kelompok yang akan mengangsur pengembalian pinjaman dan bunganya baik per-hari atau per-minggu akan tetap diterima dan dilayani oleh pengurus kelompok dengan baik. Saat ini perguliran dana SMK telah memasuki tahap ke 3 dengan tingkat kemacetan pengembalian pinjaman rendah. Dalam usahanya kelompok ini pernah mengalami kendala berupa kematian ikan yang
37
disebabkan oleh limbah proyek pembangunan RSBNN yang masuk ke danau pada bulan November 2005. Keadaan ini mengakibatkan kelompok mengalami kerugian yang besar, akan tetapi karena prospek usahanya yang baik, kelompok mendapat tambahan modal lagi. Dalam hal permodalan, selain memperoleh bantuan dana SMK, kelompok ini telah memperoleh penguatan permodalan dari Telkom senilai Rp. 100.000.000 dan hibah dari Presiden RI Rp. 50.000.000. PT Telkom pernah menyalurkan unit pembiayaan usaha bagi pengusaha tani ikan di daerah Lido itu. Sistem pembiayaan dibuat dengan berdasarkan surat perjanjian yang dibuat oleh kedua belah pihak dan menggunakan sistem mitra usaha. Perjanjian tersebut menentukan bahwa kedua belah pihak akan berbagi keuntungan (sharing profit). Hasil evaluasi sampai dengan 5 Desember 2007 adalah terjadi kenaikan jumlah anggota kelompok yang memanfaatkan dana SMK yaitu dari 16 orang menjadi 20 orang anggota. Sekitar 12 orang sudah melunasi hutangnya dengan total pinjaman yang sudah dikembalikan Rp. 78.300.000, sedangkan 8 orang belum melunasi pinjamannya sebesar Rp. 52.200.000. Sehingga total aset SMK dari DKP dalam 3 tahap telah mencapai Rp. 130.000.000.
4. Kondisi Eksternal Mikro a.
Masyarakat Pengaruh masyarakat terhadap keberadaan Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya dapat menentukan perkembangan KTIMJ itu sendiri. Jika masyarakat mendukung usaha kelompok, maka usaha pembudidayaan ikan akan semakin berkembang dan masyarakat sekitar akan semakin sejahtera akibat dampak keberhasilan kelompok. Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya harus mampu menampilkan
kinerja
yang
baik
dan
kepercayaan
dalam
masyarakat, sehingga masyarakat dan konsumen pada khususnya dapat percaya dan yakin dalam melakukan membeli pakan dan ikan
38
dari kelompok. Pada saat ini Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya dinilai telah mampu memberikan kepercayaan yang baik terhadap masyarakat dan konsumen yang bernaung sebagai anggota di dalam kelompok usaha tersebut. Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya berorientasi pada kesejahteraan anggota tanpa mengesampingkan kemampuan anggota dalam mengembalikan modal usaha secara bertahap, tetapi juga memberikan keuntungan atau nilai lebih bagi para anggota melalui sistem bagi hasil yang menguntungkan kedua belah pihak. Dengan dukungan dari masyarakat, maka usaha KTIMJ akan semakin berkembang dan masyarakat akan memperoleh dampak positif dengan keberhasilan kelompok.
b.
Kelompok Usaha Pesaing Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya ini bukanlah satusatunya kelompok usaha budidaya ikan Nila di daerah Kabupaten Bogor. Berdasarkan jawaban para responden melalui kuesioner yang disebarkan, para anggota merasa tidak ada pesaing dalam usahanya. Namun bagi anggota yang telah mempunyai modal besar dan berorientasi ekspor menyebutkan bahwa pesaing adalah para pembudidaya ikan di Jatiluhur dan Cianjur. Walaupun para anggota KTIMJ menyebutkan pembudidaya ikan di Jatiluhur dan Cianjur sebagai pesaingnya, akan tetapi dalam prakteknya ada beberapa pembudidaya dari Jatiluhur dan Cianjur yang mereporasi ikannya di Lido. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa usaha budidaya di Jatiluhur dan Cianjur maju pesat dengan menghasilkan ikan berukuran 1-2 ekor/Kg. Kualitas air yang baik untuk pembudidayaan ikan niladi Keramba Jaring Apung meliputi : suhu 30-31,5oC, O2 5,0-8,4 ppm, pH 7,5-9,0, CO2 0-1,97 ppm, NH3 0,302-1,076 ppm dan H2S 0,154-0,306 ppm.
39
Kelompok pesaing tetap mempunyai pengaruh bagi kelompok, terutama untuk memacu KTIMJ agar usaha yang dimiliki mempunyai keunggulan dari kelompok pesaing. Oleh karena itu, apabila KTIMJ tidak mempunyai strategi usaha yang baik, maka kelompok pesaing yang selama ini mutu ikannya masih dianggap dibawah kelompok akan melebihi usaha KTIMJ.
c.
Kondisi dan Dukungan Alam Pembudidayaan ikan nila yang dilakukan KTIMJ berada di danau Lido, yang menurut pembudidaya baik dari KTIMJ maupun dari usaha pesaing mempunyai kelebihan dari kimiawi air sehingga banyak pengusaha sejenis yang berusaha mereporasi ikan yang dihasilkan di danau ini. Kondisi ini sangat menguntungkan KTIMJ baik dari kmutu ikan yang dihasilkan maupun dari retribusi yang diterima dari kelompok pesaing yang mereporasi ikannya di danau Lido.
5. Kondisi Eksternal Makro a. Lingkungan Sosial Ekonomi Aspek-aspek
globalisasi
secara
tidak
langsung
mempengaruhi laju pertumbuhan dan perkembangan Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya.
Informasi, komunikasi, budaya,
ekonomi, perdagangan, perkembangan teknologi dan kondisi persaingan usaha yang bebas akan menimbulkan persaingan yang ketat antar bidang usaha. Tingkat persaingan yang semakin meningkat dan permasalahan yang semakin sulit di masa mendatang menuntut tersedianya sumber daya dan dana yang cukup memadai. Pertumbuhan ekonomi terus meningkat, maka besar kemungkinan kebutuhan usaha KTIMJ akan terus meningkat pula. KTIMJ harus melakukan upaya untuk menyikapi kondisi yang mungkin muncul tersebut, misalnya dengan melakukan promosi
40
lebih gencar kepada masyarakat untuk menarik konsumen, tidak hanya dalam pertemuan lokakarya tetapi harus mencari jalan lain yang dinilai lebih efektif untuk mempromosikan Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya ini, terutama dalam hal pembiayaan usaha. Jika terjadi peningkatan jumlah anggota, maka pendapatan Kelompok Usaha Tani ini akan meningkat, pendapatan yang diperoleh tersebut kemudian akan digunakan untuk menyediakan pinjaman bagi pengusaha-pengusaha ikan lain yang membutuhkan dana.
b. Teknologi Perkembangan teknologi juga ikut mempengaruhi usaha masing-masing anggota KTIMJ. Saat ini teknologi yang digunakan oleh para pengusaha ikan hanyalah alat-alat nelayan yang sederhana, seperti jaring apung, tambang, rakit dan drum. Jika teknologi semakin berkembang dan peralatan untuk budidaya ikan semakin berkembang, bukan tidak mungkin anggota akan melakukan perubahan dalam sistem produksi budidaya ikannya. Misalnya penggantian alat produksi dari yang masih sederhana oleh peralatan yang lebih canggih dengan pertimbangan kondisi lingkungan. Peralatan sederhana digunakan, karena tidak membahayakan lingkungan, peralatan yang canggih biasanya akan merusak lingkungan budidaya ikan itu sendiri, tetapi jika memang angggotaanggota kelompok budidaya ikan tersebut memperoleh peralatan yang lebih baik dari peralatan yang sudah ada, maka akan membutuhkan tambahan dana dari modal pinjaman. Semakin tinggi modal yang dipinjam, semakin tinggi pula pendapatan yang akan diperoleh oleh Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya.
41
c. Pemerintahan Kebijakan-kebijakan dari pemerintah akan mempengaruhi kelangsungan usaha yang dibangun oleh KTIMJ. Sebagai salah satu usaha kecil budidaya ikan nila, Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya dituntut harus mampu meningkatkan laba usaha dan harus
memberikan
khususnya anggota.
kesejahteraan
bagi
para
peminjamnya
Kebijakan pemerintah biasanya berkaitan
dengan peraturan-peraturan yang akan melibatkan sumber daya yang dihasilkan, dalam hal ini ikan nila, jika terjadi pengiriman sejumlah besar ikan ke luar negeri.
Pengiriman untuk ekspor
biasanya harus melalui beberapa peraturan pemerintah yang meliputi kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan perolehan devisa Negara.
Kebijakan bagi pengusaha-pengusaha budidaya
ikan juga meliputi ketepatan waktu pengiriman dan jumlah ikan yang diekspor. DKP sebagai institusi pemerintah yang berupaya untuk membina kelompok usaha pembudidaya ikan dan pengolah ikan, selain memberikan bantuan modal SMK, juga melakukan pembinaan berupa pelatihan SMK. Tujuan pelatihan adalah agar kelompok penerima SMK (1) mampu mengenal dan mengembangkan kemampuan pribadi untuk kemudian mengembangkan sikap, pola pikir dan perilaku seorang/potensi wirausaha mandiri, (2) mampu mengidentifikasi dan mengkaji peluang usaha yang cocok bagi dirinya, (3) memahami dan menguasai kiat keterampilan berbisnis dan manajemen sebagai bekal penyelenggaraan usahanya, (4) sebagai wahana penanaman disiplin kepada anggota dan menumbuhkan kebersamaan anggota, dan (5) mampu menyusun rencana pengembangan usaha. Pelatihan yang diikuti oleh seluruh kelompok penerima SMK terdiri dari beberapa pelajaran diantaranya penjelasan SMK, kewirausahaan bagi pemula, marinepreneuship dan kecerdasan wirausaha, strategi bisnis dan pemasaran, membangun kemitraan
42
bisnis, jaringan dan kemitraan bisnis, studi kelayakan usaha, latihan
pembuatan
proposal
usaha,
manajemen
kelompok,
pelaporan kegiatan dan latihan pembuatan laporan. Pemberian materi-materi tersebut dilakukan dengan harapan tujuan dari pelatihan SMK ini tercapai.
6. Kondisi Internal a.
Aspek SDM SDM dalam konteks pelaksanaan operasional Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya meliputi usaha pengurus kelompok usaha tersebut dalam meningkatkan kemampuan anggotanya dengan cara melakukan pembinaan usaha melalui pelatihanpelatihan yang diberikan oleh Pemerintah yaitu DKP dan dinas perikanan Kab. Bogor serta
peminjaman modal terhadap
anggotanya. Melalui peminjaman modal tersebut setiap anggota dapat mengembangkan usahanya dan juga memberikan sebagian keuntungan untuk kepengurusan kelompok tani tersebut. Jumlah tenaga kerja dalam Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya 5 – 20 orang, baik berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 6 – 7. Semuanya dinilai harus produktif dalam mengembangkan usaha kelompok tani tersebut.
Tabel 6. Sebaran persentase anggota berdasarkan jenis kelamin Peubah
Frekuensi
Persentase (%)
Laki – laki
19
95
Perempuan
1
5
20
100
Total
43
Tabel 7. Sebaran persentase pendidikan
b.
anggota
berdasarkan
tingkat
Peubah
Frekuensi
Persentase (%)
SD
8
40
SLTP
10
50
SLTA
2
107
Akademi
0
0
Total
20
100
Aspek Teknis dan Produksi Sebagian anggota KTIMJ memproduksi benih ikan sehingga tidak perlu membeli dari tempat lain. Masing-masing anggota mampu menyediakan benih baik dengan memproduksi sendiri maupun dengan membeli. Ada 3 ukuran benih yang dibeli oleh anggota, yaitu benih ukuran kecil yang dinamakan belok, benih ukuran sedang dinamakan sangkal silet dan benih ukuran besar yang dinamakan sangkal godeg. Semua benih yang dibeli diantar oleh penjual benih ke kelompok TIMJ. Peralatan produksi yang digunakan masih sangat sederhana, para pengusaha tani ikan itu menggunakan sistem tebar pilih benih dengan jaring apung, tambang, rakit dan drum (Gambar 3 dan 4).
Gambar 3. Tempat pembenihan ikan
44
Gambar 4. Keramba jaring apung KTIMJ
Aspek
teknis
lainnya
yang
dapat
mempengaruhi
perkembangan usaha Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya secara umum adalah : 1. Perubahan cuaca. Perubahan cuaca pada kondisi danau membuat perolehan ikan-ikan menjadi terhambat, terutama musim hujan dimana air yang berada di bawah/mengendap naik ke atas yang mengakibatkan amoniak naik, sehingga terjadi kematian ikan. Panen dapat dilakukan, jika cuaca memungkinkan untuk para nelayan membudidayakan ikan dengan baik, tetapi jika cuaca tidak memungkinkan, maka kemungkinan terburuk akan terjadi, yaitu tidak ada panen sama sekali. Tanpa adanya panen akan berakibat kepada penghasilan pengusaha tani ikan dan berpengaruh terhadap penghasilan Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya dan anggota itu sendiri. 2. Jumlah permintaan. Besarnya jumlah permintaan ikan ataupun pakan ikan mempengaruhi jumlah pendapatan. Jika permintaan bertambah,
maka
pendapatan
KTIMJ
akan
meningkat,
demikian sebaliknya, jika permintaan berkurang, maka pendapatan KTIMJ tentu akan berkurang juga.
45
3. Jumlah atau besarnya modal usaha. Jumlah modal usaha yang dipinjam
secara
tidak
langsung
pendapatan yang diperoleh KTIMJ.
mempengaruhi
jumlah
Dengan jumlah modal
pinjaman yang besar, maka jumlah pendapatan yang diperoleh dari pinjaman modal akan lebih besar. 4. Persentase penjualan. Jumlah penjualan produk pakan ikan ataupun ikan yang dihasilkan akan menentukan jumlah pendapatan kelompok usaha tani ikan KTIMJ.
Jumlah
penjualan yang banyak atau besar akan berpengaruh pada meningkatnya jumlah pendapatan kelompok usaha tani ikan KTIMJ dengan pembagian keuntungan bersama pengusaha peminjam modal. 5. Hubungan baik antara pengusaha dan kelompok binaannya. Terjalinnya
hubungan
baik
antara
pengusaha
yang
meminjamkan modal usaha kepada kelompok tani ikan dengan kelompok binaannya akan mempengaruhi perkembangan KTIMJ.
Jika hubungan tidak terjalin dengan baik, maka
perkembangan usaha akan terhambat, karena pihak-pihak yang bersangkutan tidak saling mendukung.
Untuk
itu sedapat
mungkin diupayakan agar tidak terjadi tumpang tindih tugas dan tanggungjawab dalam pelaksanaan operasionalnya. Lima faktor-faktor tersebut sangat menentukan kesuksesan Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya. Faktor-faktor tersebut saling berkesinambungan, karena itu jika salah satu dari kelima faktor tersebut tidak terpenuhi maka perkembangan Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya akan terhambat dan produktivitas usaha akan terhambat.
Faktor-faktor tersebut kemudian akan
dibahas kembali secara rinci pada analisis peluang-ancaman dan kekuatan-kelemahan.
46
c.
Aspek Organisasi dan Manajemen Kelompok Petani Ikan Mekar Jaya mempunyai AD/ART untuk mengorganisisr pembudidaya ikan di danau Lido dan meningkatkan
perekonomian,
serta
kesejahteraan
anggota
kelompok khususnya dan masyarakat danau Lido pada umumnya. Susunan pengurus sudah berganti sebanyak 2 kali dalam pemilihan pengurus yang dihadiri oleh seluruh anggota kelompok. Rinciannya dapat dijabarkan pada Gambar 5. Berdasarkan susunan kepengurusan Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa kelompok usaha ini hanya memiliki sedikit anggota dalam kepengurusannya. Masing-masing anggota memiliki tanggungjawab yang harus dilakukan demi kelanjutan dan perkembangan usahanya. Penetapan struktur organisasi berkaitan dengan proses produksi atau proses pelaksanaan pekerjaan dalam kelompok usaha tersebut. Disamping menetapkan formasi tenaga kerja, dengan pertimbangan faktor-faktor yang berpengaruh dalam rangka penyusunan jabatan, jenis pekerjaan, sifat pekerjaan dan kebijakan yang harus dikeluarkan dalam pelaksanaan pekerjaan itu sendiri.
47
PELINDUNG: 1. CAMAT 2. KADES
KETUA SUJANA
PEMBINA: 1. KCD 2. PPL
WAKIL NURJAMAN SEKERTARIS: SUEB KURTUBI
BENDAHARA: DEDEN SEKSISEKSI
PAKAN: SITI ROFIAH
KEBERSIHAN: ABDUL FATAH KUSNADI
HUMAS: SAMSUDIN JONI
PRODUKSI& PEMASARAN: IBRAHIM
KEAMANAN: ENDANG NANDANG
ANGGOTA
Gambar 5. Susunan pengurus KTIMJ
Selain itu, penyusunan kepengurusan kelompok tani ikan tersebut juga berpengaruh pada penyesuaian imbalan yang akan diterima oleh pengurus dan kebijakan peminjaman modal usaha bagi pengurus.
d.
Aspek Pemasaran Pemasaran merupakan ujung tombak sebuah usaha dalam menarik konsumen. Dalam hubungannya dengan kelompok usaha
48
tani ini, konsumen adalah para pengecer ikan dan pengusaha ikan restoran yang membeli ikan anggota KTIMJ ataupun melakukan transaksi pembelian pakan ikan untuk memajukan usahanya sendiri dengan membagi keuntungan bersama Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya, sehingga secara tidak langsung anggota tersebut ikut mengembangkan kelompok usaha tani ikan tersebut. Selama ini proses promosi yang dilakukan oleh Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya adalah melakukan temu lokakarya dengan pihak pengusahabudi daya ikan di beberapa tempat dan memberikan penyuluhan beserta semacam pembinaan terhadap masyarakat. Lokakarya tersebut juga mempromosikan jenis ikan yang dihasilkan kelompok usaha tani ikan KTIMJ merupakan jenis ikan bermutu tinggi dan dapat dijual dengan harga bersaing. Pemasaran produk ikan juga dilakukan oleh KTIMJ dengan membentuk suatu divisi pemasaran sendiri, sehingga setiap anggota kelompok dapat menjual ikannya melalui divisi pemasaran ini dengan sistem cash and carry. Permintaan divisi pemasaran terhadap ikan yang dipanen sangat banyak sehingga sering kali anggota tidak dapat memenuhi permintaan, karena panen yang terbatas.
e.
Aspek Keuangan Aspek
keuangan
akan
membahas
mengenai
data
perkembangan manajemen keuangan Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya selama dua tahun terakhir. Dalam pembuatan laporan keuangan, hal yang harus diperhatikan terlebih dahulu adalah aliran proses pendapatan yang sesuai dengan prinsip pembukuan. Hal ini dimulai dari data mentah yang dicatat dalam buku jurnal, dimana buku ini mencatat semua kegiatan pemasukan dan pengeluaran keuangan KTIMJ setiap harinya. Untuk itu setiap sebulan sekali dibuat rekapitulasi pemasukan dan pengeluaran
keuangan,
sehingga pada akhir tahun dapat dibuat suatu laporan keuangan
49
berupa neraca, laporan rugi laba dan aliran kas. Laporan keuangan Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya yang diperoleh seperti disajikan pada Lampiran 1. Laporan keuangan yang dibuat oleh KTIMJ masih sangat sederhana dan belum membuat laporan rugi laba seperti yang seharusnya.
7. Evaluasi Program SMK Berdasarkan hasil kuesioner (Tabel 8) yang dilakukan terhadap KTIMJ, diketahui bahwa : a. KTIMJ mempunyai sekretariat untuk melakukan pertemuan anggota, namun kondisinya belum memadai. Kendati demikian kegiatan kesekretariatan telah berfungsi. b. Pengelola/pengurus kelompok telah berfungsi, namun belum teratur c. Kegiatan administrasi sudah dilakukan. d. Kelompok TIMJ sudah mempunyai AD/ART,lengkap dan sudah disahkan dalam rapat anggota. e. Penentuan rencana kerja kelompok sudah dibicarakan dan tertulis per pekerjaan. f. Pertemuan kelompok telah dilaksanakan rutin setiap bulan dan bila ada masalah dalam pembudidayaan maupun administrasi kelompok, pertemuan bisa lebih dari satu kali dalam sebulan. g. Data perkembangan kelompok sudah ada, namun masih sederhana. h. KTIMJ mempunyai simpanan pokok dan simpanan wajib. i. Kegiatan monitoring dan evaluasi anggota kelompok telah dilakukan oleh pengurus secara rutin, namun tidak tercatat. j. Kelompok sudah mempunyai laporan kegiatan, tetapi belum lengkap dan masih berubah-ubah. Berdasarkan hasil kuesioner yang dilakukan terhadap anggota, maka diperoleh data bahwa terjadi peningkatan pendapatan anggota 60% setelah SMK, 0,3% mempunyai peningkatan terdapat peralatan berupa perahu motor tempel dan peningkatan modal.
50
Tabel 8. Indikator dampak SMK terhadap keberhasilan KTIMJ Capaian No
A
Aspek Monitoring
Indikator evaluasi dampak dan manfaat SMK
Dinamika i. dan organisasi ii. Kelompok iii. iv. v. vi.
B
C
vii. viii. ix. Sistem dan (1) manajemen Pengelolaan (2) keuangan (3)
Teknis Budidaya
(4) (5) (6) (7) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Keberadaan sekretariat kelompok Frekuensi kegiatan pertemuan rutin kelompok Kehadiran dalam pertemuan kelompok Keputusan-keputusan dalam pertemuan kelompok Kerjasama antar anggota dalam kelompok Peranan pendamping manajemen Peranan pendamping lokal Kemandirian kelompok Pembuatan profil kelompok Catatan pembukuan keuangan anggota Catatan pembukuan keuangan kelompok Penyelenggaraan usaha simpan pinjam Tabungan anggota Prosedur peminjaman Prosedur pengembalian Pembayaran pinjaman Pemberian pakan Jumlah padat tebar Jumlah induk (pembenihan) Jumlah produksi (pembenihan) Jumlah produksi (Pendederan) Jumlah produksi (pembesaran) Sarana kolam/bak/akuarium Nilai jual hasil panen pembenihan
Sudah
Belum
dilaksa-
dilaksa-
nakan
nakan
√ √ 80%
20%
√ √ √ V √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
51
Lanjutan Tabel 8 Capaian No
D
E
Aspek Monitoring
Keuntungan usaha budidaya
Pemasaran Hasil Produksi
Indikator evaluasi dampak dan manfaat SMK
(9) Nilai jual hasil panen pendederan (10) Nilai jual hasil panen pembesaran (1) Keuntungan usaha pembenihan (2) Keuntungan usaha pendederan (3) Keuntungan usaha pembesaran (1) Tingkat pemasaran (2) Outlet pemasaran hasil panen (depo) (3) Catatan potensi pasar
Sudah
Belum
dilaksa-
dilaksa-
nakan
nakan
√ √ √ √ √ √ √ √
8. Perkembangan Kegiatan Program SMK pada Kelompok Lain (Kelompok Ngesti Ajuning Tani) Sebagai
bahan
pertimbangan
dan
perbandingan,
maka
identifikasi program SMK KTIMJ perlu juga dibandingkan dengan kelompok lain. Berdasarkan data sekunder yang diterima melalui laporan akhir replikasi dan pembinaan skim modal kerja DKP tahun 2007, maka disampaikan lapran kegiatan kelompok SMK yang sama-sama berusaha di bidang pembudidayaan ikan nila yaitu kelompok tani ikan Ngesti Ajuning Tani di Semarang. Kelompok Tani Ikan Ngesti Ajuning Tani beralamat di Kelurahan Gondoriyo, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang. Dana Skim Modal Kerja diterima anggota pada tanggal 3 November 2003 dan sampai saat ini sudah menginjak tahun ke IV. Pada pelaksanaannya perguliran dana SMK untuk tahun 2007 ini jangka waktu pengembalian diperpanjang sampai dengan 24 bulan (2 tahun) walaupun untuk tahun sebelumnya jangka waktu pengembaliannya 12 bulan dan banyak anggota yang melunasi sebelum jatuh tempo. Sebagai
52
pertimbangannya karena ada sebagian anggota yang belum bisa melunasi setelah jatuh tempo dikarenakan berbagai macam alasan seperti gagal panen. Akan tetapi bagi kelompok juga tidak dirugikan akibat sistem bunga tetap. Sampai dengan bulan Februari 2007, jumlah peminjam 28 orang sedang jumlah pinjaman mencapai Rp. 110.000.000,-. Susunan pengurus kelompok tani ikan Ngesti Ajuning Tani, selama menjalankan aktivitasnya telah melakukan perubahan sebanyak 2 (dua) kali. Aktivitas pelaksanaan peminjaman kredit sampai saat ini tidak mengalami hambatan hanya beberapa anggota kelompok yang pembayarannya agak tersendat. Umumnya anggota kelompok meminjam kredit dengan nilai rataan Rp. 2.000.000 – Rp. 3.000.000, dengan tempo pengembalian 6 sampai dengan 8 bulan dengan 15% per tahun. Sampai saat ini kegiatan kelompok tani ini dirasa masih kurang efektif dan kurang optimal karena lingkup kegiatannya hanya menangani masalah kredit saja tanpa melakukan pengembangan produk dan peningkatan mutu produk. Bidang usaha anggota kelompok tani ikan Ngesti Ajuning Tani sebagain besar adalah pendeder dan pembenih ikan lele dan nila, namun ada juga yang menggeluti bidang usaha ikan hias. Para anggota kelompok melakukan usahanya dengan memanfaarkan lahan pekarangan rumahnya untuk dibangun kolam-kolam pembenihan dan pembesaran. Potensi pemasaran perikanan khususnya benih ikan lele dan nila cukup baik, mengingat banyak permintaan benih dan ikan konsumsi dari berbagai daerah yang belum dapat terpenuhi. Sarana dan prasarana
pemasaran kurang memadai, sehingga kelompok ini
menghadapi kendala dalam melakukan koordinasi dengan para anggota kelompok dan memasarkan hasil produksinya. Saat ini aktivitas kegiatan yang digunakan sebagai sekretariat dan sarana koordinasi menggunakan tempat atau bagian rumah yang disediakan oleh ketua kelompok, sedangkan pertemuan dilaksanakan setiap bulan di rumah para anggota kelompok dengan cara bergilir. Dalam memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana yang ada, dengan mengajukan beberapa alternatif yaitu membangun sarana dan prasarana
53
di atas tanah wakaf atau membeli/menyewa lokasi kolam ikan dan perlengkapannya untuk memproduksi benih dan ikan. Laporan Keuangan KTI Ngesti Ajuning Tani dapat dilihat pada Lampiran 2.
4.2. Hal Yang Dikaji
Analisis dilakukan terhadap seluruh aspek yang berpengaruh dalam pelaksanaan operasional Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya. Aspekaspek tersebut meliputi peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal makro dan mikro, serta kekuatan dan kelemahan lingkungan internal yang meliputi SDM, teknis dan produksi, pemasaran, organisasi dan manajemen, serta aspek terpenting dalam suatu kelangsungan usaha yang menentukan kelayakannya, yaitu aspek keuangan. 1.Analisis lingkungan eksternal a. Peluang dan Ancaman Lingkungan Eksternal Peluang dan ancaman lingkungan eksternal diperoleh dari sebaran kuesioner yang diberikan kepada 11 orang responden dari kelompok tani ikan Mekar Jaya dan 5 orang dari responden yang dianggap ahli yang berhubungan dengan program SMK. Faktor-faktor yang tertera pada kuesioner menggambarkan faktor-faktor yang menjadi kunci kesuksesan atau kegagalan suatu usaha.
b. Peluang dari Lingkungan Mikro Peluang dari lingkungan mikro diperoleh dari beberapa faktor yang menjadi penentu keberhasilan usaha Kelompok Usaha KTIMJ ini. Faktor-faktor yang dinyatakan sebagai peluang usaha adalah sebagai berikut : 1)
Konsumen potensial Konsumen potensial bagi KTIMJ adalah konsumen yang membeli produk KTIMJ yaitu para pembudidaya ikan baik
54
anggota kelompok maupun dari luar kelompok untuk pembelian pakan ikan, pembelian ikan kosumsi untuk masyarakat, restaurant, pengusaha ikan dan pasar tradisional. Konsumen potensial lain adalah kelompok pembudidaya ikan di luar KTIMJ yang melakukan reporasi ikan di danau Lido. Keberadaan konsumen potensial akan menguntungkan Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya, karena dengan hasil yang optimal, retribusi yang diperoleh dari panen ikan para anggota menjadi lebih optimal pula. Jika konsumen masuk dalam keanggotaan KTIMJ maka konsumen tersebut akan memperoleh bagian dari hasil pendapatan retribusi panen itu juga. 2)
Kemudahan sistem pembayaran kredit Sistem pembayaran kredit atau angsuran dilakukan dengan dua cara,
yaitu dibayarkan sesuai dengan jumlah modal yang
dipinjam (tunai) dan dibayarkan secara bertahap dengan jumlah angsuran berdasarkan ketentuan yang telah disepakati bersama (kredit).
Sistem pengembalian pinjaman yang fleksibel
tersebut merupakan peluang bagi Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya untuk mensejahterakan anggota itu sendiri. Konsumen dapat memilih pola pengembalian pinjaman sesuai dengan kemampuan masing-masing dan Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya juga tidak dirugikan. 3)
Target pasar Pengusaha budidaya ikan yang menjadi anggota Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya dan meminjam modal untuk pembiayaan usahanya memiliki target pasar yang berbeda-beda untuk menjual hasil panennya. Sebagian besar memiliki target pasar sebatas pasar perdagangan lokal atau pasar dalam negeri, sedangkan sebagian kecil justru memiliki optimisme tinggi dengan menargetkan pasar luar (ekspor) negeri sebagai target pasarnya.
Terjadinya perbedaan target pasar tersebut
55
dikarenakan oleh kemampuan masing-masing pengusaha budidaya ikan tersebut.
Namun optimisme para pengusaha
ikan itu justru dapat dijadikan peluang bagi Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya untuk meningkatkan usaha dan jumlah modal yang dapat dipinjamkan, sehingga retribusi yang diperoleh dari hasil panen peminjam juga akan meningkat. 4)
Prospek Usaha Usaha yang dilakukan oleh Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya memberikan prospek usaha yang menjanjikan bagi kelompok tersebut. Banyak tawaran bagi kelompok untuk dapat menyediakan ikan nila dan bawal dalam jumlah banyak, namun anggota belum mampu untuk memenuhi permintaan konsumen yang berasal dari Papua dan Surabaya tersebut. Jenis usaha lain yang dapat memberikan keuntungan bagi kelompok adalah pembiayaan kredit bagi anggota kelompok. Jika usaha pembiayaan modal yang dikhususkan untuk petani ikan ini dikelola dengan tepat, maka hasil yang optimal akan dapat dinikmati oleh kedua belah pihak, baik penyedia dana maupun peminjam dana usaha.
5)
Dukungan potensi alam Dukungan potensi alam yang dimaksud di sini adalah tempat dimana petani ikan membudidayakan ikannya yaitu di sekitar danau Lido, Bogor, baik dari danaunya, air dan komposisi asam dan basa danau ini menguntungkan bagi pembudidaya ikan untuk membudidayakan ikan. Dibandingkan dengan kelompok lain penerima progam SMK, dukungan alam ini sangat membantu kelompok dalam mengembangkan usahanya, karena kelompok tidak perlu mencari lahan untuk membudidayakan ikan. Dukungan alam ini juga membuat kelompok mempunyai penghasilan lain selain dari pembudidayaan ikan dan penjualan pakan ikan, yaitu reporasi ikan dan potensi pariwisata di sekitar Lido.
56
c. Ancaman dari Lingkungan Mikro 1)
Tingkat persaingan usaha Persaingan usaha dalam penelitian ini adalah persaingan antara kelompok pembudidaya KTIMJ dengan pembudidaya atau kelompok pembudidaya lain, serta peminjam modal dan penyedia modal. Persaingan yang dihadapi lebih pada produk yang dihasilkan oleh kelompok, yaitu ikan nila sebagai ikan konsumsi, pakan ikan dan benih ikan serta kemampuan kelompo dalam mengembangkan usahanya.
2)
Cuaca Cuaca adalah ancaman yang tidak dapat dicegah, kecuali mungkin dengan cara menyiapkan upaya sebagai antisipasi terhadap kemungkinan buruk yang mungkin terjadi selama proses pengembangan budidaya ikan, mulai dari pembenihan sampai dengan tiba saatnya panen hasil pembesaran ikan. Cuaca
yang
buruk
memberikan
dampak
negatif
bagi
pembudidaya ikan yang dapat mengancam kelangsungan usaha. Salah satu cara untuk mengantisipasi ancaman cuaca, terutama pada saat musim hujan adalah dengan membeli pompa untuk membuang lumpur yang naik pada saat hujan. 3)
Penyakit ikan Penyakit ikan adalah ancaman yang kemunculannya tidak dapat dicegah. datangnya,
Penyakit ikan tidak dapat diramalkan kapan sehingga
sering
pengusaha
budidaya
ikan
mengalami banyak kerugian karenanya. Langkah yang dapat dilakukan
oleh
pengusaha
ikan
adalah
mengantisipasi
terjadinya sebaran penyakit ikan dengan cara melakukan pengawasan ketat terhadap perkembangbiakan ikan mulai dari pembenihan sampai dengan waktunya panen. Selain itu selalu lakukan pemeriksaan terhadap air di lingkungan sekitar tambak yang digunakan sebagai lokasi pembiakan ikan.
57
4)
Harga beli alat dan resiko usaha Harga beli alat berpengaruh kepada harga ikan yang dihasilkan oleh pengusaha budidaya ikan.
Rataan pengusaha membeli
alat, yaitu pompa air dengan harga Rp 1.300.000 untuk masa pemakaian selama 5 tahun.
Jumlah penyusutan nilai alat
budidaya ikan tersebut adalah 20% setiap tahunnya. Jumlah alat yang digunakan 3 – 4 alat untuk seluruh anggota kelompok.
Nilai penyusutan 20% merugikan pengusaha,
karena penggunaan alat hanya bertahan untuk waktu 5 tahun. Harga alat yang digunakan juga terbilang mahal untuk suatu proses produksi ikan. Resiko usaha yang harus dihadapi oleh KTIMJ merupakan salah satu ancaman bagi kelompok untuk mengembangkan usahanya. 5)
Konsumen yang telat membayar cicilan Pola pengembalian yang tersendat-sendat akan merugikan Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya dalam menjalankan programnya. Jika modal tidak kembali dengan cepat, maka Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya akan mengalami kekurangan dana yang siap untuk dipinjamkan kepada anggota lain yang lebih memerlukan. Hal tersebut akan mengakibatkan menurunnya produktivitas anggota yang berupaya untuk mengembangkan usahanya.
6)
Masyarakat Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya bagi masyarakat sekitar
dipandang
sangat
membantu
terutama
dalam
pengelolaan manajemen kelompok yang sangat membantu anggota. Dengan adanya KTIMJ banyak anggota masyarakat yang mempunyai penghasilan dan mempermudah anggota masyarakat sekitar yang bukan anggota kelompok untuk dapat memenuhi kebutuhan pembudidayaan ikan seperti mudahnya memperoleh pakan dan benih ikan. Akan tetapi apabila dalam mengembangkan usahanya
KTIMJ tidak memperhatikan
58
lingkungan yang ada di masyarakat, maka hal ini akan menjadi ancaman bagi kelompok dalam mengembangkan usahanya. 7)
Saluran distribusi Saluran distribusi yang dilalui oleh pengusaha budidaya ikan KTIMJ adalah melalui pengambilan hasil panen oleh divisi pemasaran.
Artinya semua hasil panen anggota KTIMJ
langsung dapat dibeli oleh divisi pemasaran dengan sistem cash and carry. Dengan cara seperti ini justru menguntungkan pengusaha ikan karena setelah hasil panennya dibeli oleh divisi pemasaran, maka pembudidaya ikan atau anggota kelompok dapat langsung memproduksi kembali ikan dengan menebar benih baru karena anggota KTIMJ tidak perlu menampung ikan hasil panen atau tidak perlu kuatir ikan yang dipanen akan tidak laku di pasaran. Semua risiko pemasaran diserahkan kepada divisi pemasaran.
Dalam beberapa hal, sistem ini sangat
menguntungkan pembudidaya, akan tetapi ada kalanya juga pembudidaya dapat dirugikan terutama bila harga ikan mencapai harga tinggi maka pembudidaya tidak dapat memperoleh keuntungan yang berlipat ganda karena pengusaha tidak berhak untuk ikut menikmati keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan yang mungkin saja dilakukan oleh divisi pemasaran.
Padahal harga ikan-ikan yang dihasilkan dapat
melambung sangat mahal jika sudah mencapai pasar rakyat dimana pembelinya merupakan pelaku transaksi yang terakhir (end user).
d. Peluang dari Lingkungan Makro Peluang dari lingkungan makro biasanya berkaitan dengan kebijakan-kebijakan yang ditentukan pemerintah yang dapat dijadikan peluang oleh Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya untuk mengembangkan usahanya. Faktor-faktor peluang dari lingkungan makro, antara lain :
59
1)
Dukungan pemerintah Dukungan pemerintah yang tepat dan menguntungkan usaha pembiayaan kredit yang dilakukan oleh Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya akan meningkatkan kinerja lembaga tersebut. Dukungan kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah sangat menguntungkan bagi KTIMJ karena dengan dukungan pemerintah pusat, maka KTIMJ mendapat pembinaan dan dengan
dukungan
pemerintah
daerah
KTIMJ
dapat
melaksanakan usahanya di lokasi yang sangat strategis dalam membudidayakan ikan. 2)
Kemajuan teknologi Semakin majunya teknologi membuat Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya dapat mengembangkan usahanya.
Alat-alat
perikanan yang digunakan merupakan alat yang sederhana. Alat termahal yang digunakan adalah tempat penyimpanan ikan hasil pembiakan yang akan dijual atau cold storage untuk ikan tidak segar dan pompa air untuk menangani meluapnya air danau karena banjir atau hujan deras.
Karena itu dapat
dikatakan bahwa kemajuan teknologi mempengaruhi jalannya usaha yang dilakukan oleh Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya dan dapat dijadikan peluang untuk tetap bertahan dan mengembangkan usahanya pada jalur usaha pembudidayaan ikan dan pembiayaan modal kredit usaha. 3)
Pertumbuhan ekonomi yang meningkat Pertumbuhan
ekonomi
yang
meningkat
di
Indonesia
mempengaruhi perkembangan usaha setiap produsen termasuk mempengaruhi pertumbuhan kebutuhan akan bahan makanan. Ikan masih menjadi pilihan yang terbaik dibandingkan dengan daging
lain,
jika
mempertimbangkan
aspek
kesehatan.
Mengkonsumsi ikan akan memberikan banyak keuntungan bagi kesehatan tubuh dan otak dibandingkan dengan daging-daging lainnya.
Karena itu ikan masih terasa sangat dibutuhkan
60
keberadaannya. Hal tersebut menguntungkan bagi pihak produsen ikan. 4)
Hubungan baik Terjalinnya hubungan baik antara KTIMJ dengan pengusaha budidaya ikan lain akan mempengaruhi kemajuan dan perkembangan usaha yang dirintis oleh KTIMJ. Jika KTIMJ mampu memberikan pelayanan yang memuaskan dalam menyediakan ikan, pakan dan benih ikan kepada pihak lain dengan mutu baik, maka keuntungan bagi
KTIMJ akan
meningkat. Hubungan lain yang perlu dijaga adalah dengan lembaga pembiayaan, termasuk prosedur peminjaman maupun pengembalian modal yang sederhana. Dengan tertibnya pengembalian kredit,
maka peminjam modal akan merasa
puas. Maka hubungan antara kedua belah pihak akan terjalin dengan baik.
e. Ancaman dari Lingkungan Makro 1)
Kebijakan Pemerintah Kebijakan pemerintah meliputi peraturan-peraturan yang menyangkut dengan usaha skala rumah tangga dan usaha kecil, termasuk besarnya bunga pinjaman dan rentang waktu pengembalian pinjaman, program Skim modal kerja dan sebagainya. Perekonomian negara tidak selalu dalam kondisi stabil.
Perubahan bisa saja terjadi pada setiap kebijakan
pemerintah yang akan menjadi ancaman serius bagi pengusaha budi daya ikan maupun lembaga pendanaan kredit. Kondisi seperti itu akan mempengaruhi fluktuasi harga produksi dan modal yang dibutuhkan oleh pengusaha budidaya ikan. Namun ketidakpastian justru akan merugikan pola pengembalian modal pinjaman.
61
2)
Kondisi politik nasional Kondisi politik nasional sedikit mempengaruhi perkembangan lembaga pendanaan modal kredit bagi pengusaha budidaya ikan. Seringkali kondisi politik yang tidak stabil menyebabkan para peminjam modal menahan diri untuk tidak meminjam modal tunai ataupun kredit untuk menghindari meningkatnya bunga pinjaman yang diambil oleh penyedia modal. Maka dari itu, kondisi politik yang tidak stabil akan menjadi ancaman yang harus dihadapi dan diantisipasi oleh Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya.
3)
Kenaikan biaya produksi Kenaikan biaya produksi seperti pakan dan bibit dapat terjadi akibat kenaikan bahan-bahan baku, kenaikan tariff listrik dan BBM yang dapat menjadi ancaman bagi Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya. Jika pendapatan lebih rendah daripada biaya produksi maka kemampuan pengusaha budi daya ikan dalam mengembalikan modal kredit usaha yang dipinjam akan berkurang, hal ini yang dihindari oleh Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya.
4)
Mutu pelayanan yang diberikan oleh KTIMJ Mutu pelayanan yang masih manual menjadi ancaman bagi Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya untuk berkembang. Pelayanan dari mutu ikan dan pemasaran merupakan salah satu syarat bagi kemajuan KTIMJ, karena dengan mutu ikan yang baik dan pemasaran yang tinggi maka perminttan ikan akan semakin bertambah. Pelayanan lain yang perlu diberikan adalah dengan mencari lembaga pendanaan lainnya bagi anggota kelompok agar usaha kelompok dapat lebih berkembang dan dapat menawarkan pelayanan yang menarik hati konsumen untuk mengajukan pinjaman modal.
62
2. Analisis lingkungan internal a. Kekuatan dan Kelemahan Lingkungan Internal 1) Aspek SDM Kekuatan dalam aspek SDM pada Kelompok Usaha Tani Ikan ada pada pekerja yang berpengalaman dalam mengerjakan proses produksi mulai dari pembenihan ikan sampai tiba saatnya panen. Jumlah tenaga kerja yang bertugas di tambak-tambak ikan tersebut hanya 1 – 2 orang saja.
Jumlah yang sedikit akan
meminimasi biaya untuk upah pekerja. Kelemahannya berada pada jumlah pekerja yang hanya sedikit itu.
Dengan jumlah pekerja yang hanya sedikit, maka
pengawasan menjadi lebih sedikit, sehingga kemungkinan panen berhasil dan gagal memiliki persentase yang sama, maka Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya harus mencari langkah untuk mengantisipasi kelemahan tersebut. 2) Aspek Teknis dan Produksi Kekuatan pada aspek teknis dan produksi adalah mutu produk ikan yang dihasilkan dan penggunaan alat-alat yang sederhana sehingga tidak membutuhkan biaya yang mahal. Pengendalian mutu dilakukan kedua belah pihak, pengusaha ikan dan Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya. Pengendalian mutu ini sangat membantu diperolehnya hasil panen ikan yang optimal dan memuaskan bagi kedua belah pihak. Kelemahan teknis dan proses produksi pada usaha pendanaan Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya adalah pada pengawasan penggunaan modal yang dipinjam.
Terkadang modal yang
dipinjam tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan oleh peminjam modal. Hal tersebut menyulitkan Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya dalam melakukan pengawasan, karena tidak sesuai dengan pencatatan pinjaman. Kelemahan ini sebaiknya diminimasi agar tidak terjadi penggunaan uang pinjaman yang salah.
63
3) Aspek Organisasi dan Manajemen Kekuatan pada aspek organisasi dan manajemen Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya adalah kesederhanaan dalam prosedur dan sedikitnya jumlah pekerja yang bertugas di dalamnya. Pada struktur organisasi dapat dilihat bahwa jumlah pengurus yang bertugas di dalam manajemen Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya adalah anggota dari KTIMJ itu sendiri. Inilah kekuatan yang dimiliki Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya, dengan status keanggotaan yang dimiliki, maka kelompok ini berasal dari anggota dan untuk anggota juga.
Kelompok
Usaha Tani Ikan Mekar Jaya tidak melupakan kesejahteraan anggotanya dan juga peminjam modal usaha di luar anggota perkumpulan. Kelemahan yang dimiliki perkumpulan KTIMJ dalam hal manajemen adalah kurangnya kemampuan manajerial dari anggota maupun pengurus kelompok. Dalam organisasi ini semua keputusan berada di tangan para pengurusnya, untuk itu diperlukan pengawasan dari pihak pemerintah dalam membantu membuat keputusan-keputusan kritis.
Pola pengembalian
pinjaman akan terhambat, jika ada peminjam modal yang mengatasnamakan keanggotaannya untuk mencari keringanan pembayaran cicilan kredit. Hal-hal seperti itu akan menghambat perkembangan perkumpulan itu sendiri. 4) Aspek Pemasaran Kekuatan pada aspek pemasaran adalah pemasaran terhadap pembeli lokal yang datang mencari pasokan ikan-ikan segar untuk dijual kembali. Pemasaran lokal disebar di daerah Bogor dan Jakarta. Artinya pemasaran hanya dipusatkan di Bogor dan Jakarta saja, sehingga tidak perlu bersaing dengan pengusaha ikan dari daerah diluar Bogor dan Jakarta. Kelemahan yang ada pada sistem pemasaran lokal ini adalah kurangnya promosi yang dilakukan oleh pengusaha ikan untuk
64
mengembangkan penjualan lokal menjadi penjualan berskala internasional.
Karena itu seringkali langkah pengusaha ikan
tersebut berhenti sampai pihak pembeli ikan-ikan hasil biakannya.
Hal tersebut secara tidak langsung memberikan
pendapatan yang sedikit bagi pengusaha dan hal inilah yang berpengaruh kurang baik untuk Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya selaku penyedia modal kredit usaha untuk memperoleh pendapatan yang menguntungkan. 5) Aspek Keuangan Uji kelayakan usaha diukur berdasarkan laporan keuangan yang diperoleh oleh perusahaan, dalam hal ini Kelompk Usaha Tani Ikan Mekar Jaya. Laporan keuangan dibuat berdasarkan aliran uang yang masuk dan keluar dalam kegiatan operasional kelompok usaha tersebut. a) Laba Usaha Laba usaha yang diperoleh oleh Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya adalah sebesar Rp 34.000.000,- pada tahun 2006. Jumlah yang cukup banyak untuk kelompok usaha kecil seperti KTIMJ. Rataan laba usaha yang diperoleh oleh pengusaha yang meminjam modal kepada Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya adalah Rp 3.737.250 setiap periode dua bulan (setiap periode panen 2 bulan),
maka dalam
setahun laba yang dapat diperoleh oleh pengusaha adalah Rp 22.423.500,00. Jumlah modal yang dipinjam oleh pengusaha ikan dinilai masih lebih besar dari biaya produksi, sebaiknya pengusaha sebagai peminjam modal memikirkan hal tersebut karena dengan pinjaman modal yang terlalu besar maka pola pengembalian kreditnya akan lama pula. Sebaiknya modal usaha yang dipinjam tidak jauh melebihi kebutuhan usaha agar peminjam modal dapat mengembalikan kreditnya dengan mudah. Pendapatan yang diperoleh juga rataannya
65
memenuhi kriteria, pendapatan lebih besar dari biaya produksi, dengan pendapatan yang lebih besar dari biaya produksi itu sebaiknya pengusaha ikan dapat memanfaatkan dana yang berlebih untuk mengembalikan modal usaha yang dipinjam secara berkala dengan jangka waktu lebih cepat. Namun rataan pendapatan yang diperoleh memang lebih rendah jika dibandingkan dengan jumlah modal yang dipinjam, karena itu pengusaha ikan sebagai peminjam modal usaha harus cermat dalam mengelola dana yang dipinjamkan oleh Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya agar tidak terjadi kesulitan dalam pembayaran kredit. Berdasarkan perolehan retribusi sebesar Rp 50,- untuk setiap kali panen, maka Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya memperoleh rataan laba usaha sebesar Rp 405.681,82 setiap tahun. Setelah melakukan analisis terhadap rataan laba usaha KTIMJ, maka diperoleh nilai dari perhitungan analisis kelayakan usaha dan dapat dilihat pada Tabel 17. Laporan keuangan KTIMJ pada Lampiran 1 menjadi dasar dalam analisis usaha yang selanjutnya meliputi B/C Ratio, Titik Impas, Pengembalian Modal, Efisiensi Modal dan ROI.
b) Kelayakan Usaha (B/C) Ratio Pada Tabel 12 dapat dilihat nilai rasio kelayakan usaha yang dimiliki oleh Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya sebagai penyedia dana, dengan nilai rasio 2,789 artinya Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya sudah memenuhi syarat kelayakan untuk meneruskan usahanya, karena hasilnya tidak negatif. Kelayakan usaha yang ditentukan oleh perbandingan antara pendapatan dengan total biaya (biaya tetap dan biaya variabel).
66
Kelayakan usaha =
Pendapatan total biaya
= Rp. 53.000.000 Rp. 19.000.000 = 2,789
c) Titik Impas Nilai titik impas yang dimiliki Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya nilai titik impas yang diperoleh adalah 422,3. Hal tersebut menunjukkan bahwa KTIMJ akan dapat memenuhi
syarat
mempertahankan
kelayakan
biaya
usaha
operasional
yang
jika
dapat
minim
dan
maksimal pengeluaran untuk biaya tersebut adalah
Rp
3.167.250,- untuk setiap periode usaha, yaitu dua bulan. Kisaran harga produk yang dapat memenuhi syarat untuk pengusaha mampu meneruskan usahanya adalah Rp 7.200 Rp 7.500. BEP Produksi
=
Total biaya Harga satuan produk
=
Rp. 19.000.000 Rp. 7.500
=
2.534/tahun = 422,3 per periode panen atau 2 bulan
Titik impas untuk biaya produksi yang dimiliki oleh KTIMJ berada pada titik 50,67 yang berarti kisaran biaya produksi setiap harinya sebaiknya berada pada angka tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa kisaran jumlah rataan retribusi yang ditarik oleh KTIMJ sudah sesuai dan dapat memberikan
67
keuntungan yang lumayan untuk dikelola sebagai dana pinjaman
untuk
pengusaha-pengusaha
ikan
yang
membutuhkannya.
BEP harga Produksi
=
Total biaya Total produksi
= Rp. 19.000.000 ( 1.352 Kg.X 2 ) = Rp. 7.026,63/Kg
d) Pengembalian Modal Pengembalian modal Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya justru memiliki nilai pengembalian kecil, yaitu 0,56. Artinya modal usaha yang dipinjam sebaiknya dapat dikembalikan kepada KTIMJ dalam jangka waktu 2 - 3 tahun agar usaha yang dirintis oleh kedua belah pihak untuk memenuhi syarat kelayakan usaha Nilai tersebut wajar, karena titik pengembalian modal bagi Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya adalah pengembalian modal yang telah dipinjam oleh pengusaha ikan, namun nilai yang kecil tersebut sebaiknya ditingkatkan, agar modal usaha harus cepat kembali agar pengelolaan dana tidak tersendat. Pengembalian Modal =
Total biaya Laba bersih
=
Rp. 19.000.000 Rp. 34.000.000
=
0,56
68
RESPONDEN
Tabel 9. Perhitungan uji kelayakan usaha Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar
Rataan
MODAL (RP)
HARGA SATUAN PRODUK (unit) (a)
VOLUME PENJUALAN (RP)
PENJUALAN (RP)
TOTAL BIAYA PRODUKSI (RP)
PENDAPATAN (RP)
LABA (RP)
(b)
(c= a+b)
(d)
(e)
(f= e-d)
TOTAL INVESTASI (RP)
1
40,000,000
7.500
425
3.187.500
3.162.500
3.187.500
25.000
55.000.000
2
11.000.000
7.500
3.500
26.250.000
21.370.000
26.250.000
4.880.000
19.000.000
3
9,600,000
7.500
3.200
24.000.000
6.400.000
24.000.000
17.600.000
10.600.000
4
11.000.000
7.500
3.500
26.250.000
21.370.000
26.250.000
4.880.000
19.000.000
5
9,600,000
7.500
7.500.000
2.317.000
7.500.000
5.183.000
1.200.000
6
50,000,000
7.500
850
6.375.000
1.000
6.375.000
(2.720.000)
50.000.000
7
30,000,000
7.500
425
3.187.500
3.162.500
3.187.500
25.000
40.000.000
8
30,000,000
7.500
425
3.187.500
3.162.500
3.187.500
25.000
40.000.000
9
15,000,000
7.500
1.250
9.375.000
7.175.000
9.375.000
2.200.000
10.000.000
10
9,000,000
7.500
100
720.000
7.780.000
720.000
(7.060.000)
10.000.000
11
5,000,000
7.500
200
1.440.000
1.285.000
1.440.000
155,000
6.900.000
18,018,182
7.473
1.352
12.145.833
8.754.938
12.145.833
3.737.250
29.350.000
8.113.64
72.875.000
52.529.625
72.875.000
22.423.500
Rataan hasil dalam setahun
NPV = {(Bt-Ct)/(1+i)t} IRR = DR’ + {(NPV’/NPV’ – NPV’’)(DR’’ – DR’)}
NPV IRR
1.206358607 2
68
69
e) Efisiensi Modal Bagi pihak pengusaha, jumlah modal yang dipinjam Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya sendiri memiliki efisiensi modal 179% (melampaui batas 100%).
Hal tersebut menunjukkan
Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya menyediakan dana yang terlalu besar, tetapi kurang memberikan pengawasan pada pengelolaannya. Pengelolaan dana pinjaman yang tepat memang membutuhkan banyak pengawasan dari pihak penyedia dana.
Efisiensi modal
= Laba bersih
X 100%
Total biaya
= Rp. 34.000.000 X 100% 19.000.000
= 179%
f) ROI ROI Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya sebesar 10%, nilai yang sangat kecil juga jika dibandingkan dengan jumlah investasi yang dimiliki atau dana yang disiapkan untuk dipinjam, tetapi mungkin tidak terlalu jauh perbandingannya dengan jumlah investasi yang digunakan oleh Kelompok Usaha Tani Ikan tersebut untuk mengelola usahanya.
Namun masih jauh dari
syarat kelayakan suatu usaha. ROI
=
Laba bersih
x 100%
Total investasi
= Rp. 34.000.000 Rp. 340.000.000 = 10%
X 100%
70
Berdasarkan aliran uang yang masuk dan keluar dalam kegiatan operasional kelompok usaha tersebut, maka dapat dibuat proyeksi cash flow anggota KTIMJ. Dari proyeksi cash flow arus kas secara tunai berupa pemasukan dan pengeluaran uang anggota di atas, maka terlihat bahwa
usaha pembudidayaan ikan nila
ini sangat
menguntungkan bagi anggota kelompok dan mempunyai prospek yang cerah. Tabel 10. Proyeksi cashflow anggota pembudidaya dengan penghasilan tinggi CASHFLOW ANGGOTA KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN MEKAR JAYA DENGAN PROGRAM SMK Nama Anggota: A. Fatah No
Uraian
A 1 2 3
Inflow Penjualan ikan 3000 kg @ Rp 7500 Pinjaman Lain-lain Total Inflow (A)
B 1
Outflow Biaya Operasional Tetap - Biaya pinjaman modal 1,25% x Rp. 5.000.000 - Investasi Total Biaya operasional tetap (B1)
2
Produksi
Biaya Operasional Variabel A. Benih B. Pakan C. Tenaga Kerja D. Pemasaran E. Lain-lain Total Biaya Operasional Variabel (B2) Total Outflow (B1+B2) Laba ( C= A-B1-B2) Kelayakan Usaha (B/C Ratio) BEP Produksi BEP Biaya Produksi (Rp) Pengembalian Modal (ROE) Efesiensi Modal Daya laba (ROI)
0 0,54 3.230 23.254 1,85 54%
2
4
6
8
10
12
24.000.000 5.000.000 0 29.000.000
22.500.000 0 0 22.500.000
22.500.000 0 0 22.500.000
22.125.000 0 0 22.125.000
22.500.000 0 0 22.500.000
22.500.000 0 0 22.500.000
104.167
104.167
104.167
104.167
104.167
104.167
9.600.000 9.704.167
104.167
104.167
104.167
104.167
104.167
2.750.000 10.000.000 800.000 0 0
2.750.000 10.000.000 800.000 0 0
2.750.000 10.000.000 800.000 0 0
2.750.000 10.000.000 800.000 0 0
2.750.000 10.000.000 800.000 0 0
2.750.000 10.000.000 800.000 0 0
13.550.000 23.254.167
13.550.000 13.654.167
13.550.000 13.654.167
13.550.000 13.654.167
13.550.000 13.654.167
13.550.000 13.654.167
5.745.833
8.845.833
8.845.833
8.470.833
8.845.833
8.845.833
517%
Tabel 11. Proyeksi cashflow anggota pembudidaya dengan penghasilan rendah
71
CASHFLOW ANGGOTA KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN MEKAR JAYA DENGAN PROGRAM SMK Nama Anggota : Rosadi No
Uraian
Produksi 2
4
6
8
10
12
3.375.000 5.000.000 0 8.375.000
3.187.500 0 0 3.187.500
3.375.000 0 0 3.375.000
3.375.000 0 0 3.375.000
3.187.500 0 0 3.187.500
3.375.000 0 0 3.375.000
A 1 2 3
Inflow Penjualan ikan rataan 450kg @ Rp 7500 Pinjaman Lain-lain Total Inflow (A)
B 1
Outflow Biaya Operasional Tetap - Biaya pinjaman modal 1,25% x Rp. 5.000.000 - Investasi Total Biaya operasional tetap (B1)
104.167
104.167
104.167
104.167
104.167
104.167
6.900.000 7.004.167
104.167
104.167
104.167
104.167
104.167
Biaya Operasional Variabel A. Benih B. Pakan C. Tenaga Kerja D. Pemasaran E. Lain-lain Total Biaya Operasional Variabel (B2) Total Outflow (B1+B2)
450.000 510.000 300.000 0 0 1.260.000 8.264.167
450.000 510.000 300.000 0 0 1.260.000 1.364.167
450.000 510.000 300.000 0 0 1.260.000 1.364.167
450.000 510.000 300.000 0 0 1.260.000 1.364.167
450.000 510.000 300.000 0 0 1.260.000 1.364.167
450.000 510.000 300.000 0 0 1.260.000 1.364.167
110.833
1.823.333
2.010.833
2.010.833
1.823.333
2.010.833
2
Laba ( C= A-B1-B2) Kelayakan Usaha (B/C Ratio) BEP Produksi BEP Biaya Produksi (Rp) Pengembalian Modal (ROE) Efesiensi Modal
0 0,65 1.148 8.264 1,54 65%
Daya laba (ROI)
142%
Dari proyeksi cashflow arus kas secara tunai berupa pemasukan dan pengeluaran uang anggota di atas, maka terlihat bahwa usaha pembudidayaan ikan nila ini sangat menguntungkan bagi anggota kelompok dan mempunyai prospek yang cerah. Perhitungan cashflow berdasarkan asumsi bahwa responden yang diambil adalah responden yang mempunyai penghasilan tertinggi dan terendah dengan nama A. Fatah dan Rosadi, produksi ikan dilakukan per dua bulan dengan jumlah penghasilan adalah rataan penghasilan yang diterima anggota per periode panen, yaitu 2 bulan dengan perhitungan penyusutan dilakukan dengan metode
72
garis lurus, dan dianggap total aset yang masuk dalam biaya investasi di bulan ke 12 akan bernilai nol, serta biaya angsuran pinjaman modal dimasukan dalam biaya operasional tetap. Besarnya nilai bunga pinjaman adalah 15% per tahun atau 02,5% per dua bulan.
Tabel 12. Hasil uji kelayakan usaha HASIL UJI KELAYAKAN USAHA KTIMJ Keterangan LABA 34,000,000 1 tahun KELAYAKAN USAHA 2,789 Positif Penjualan aktual 1.352 BEP 422,3 (Rp. 10.140.000) BEP HARGA PRODUKSI
Rp. 7.026,63/Kg
PENGEMBALIAN MODAL
0,56 Menyediakan modal 179% terlalu besar, pengawasan kurang
EFISIENSI MODAL DAYA LABA (ROI)
10%
3. Indentifikasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal kelompok berupa kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses), serta kondisi eksternal kelompok yang meliputi peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang berpengaruh terhadap pelaksanaan program SMK dan pengembangan usaha KTIMJ serta analisa respon pemerintah atau DKP sebagai pembina terhadap harapan dan kinerja KTIMJ, maka selanjutnya diidentifikasi
faktor-faktor
kekuatan,
kelemahan,
peluang
dan
ancamannya. Hasil analisis tersebut akan digunakan untuk menetapkan posisi kelompok dengan menggunakan Matriks Internal eksternal (IE) yang akan dipetakan posisi kelompok, selanjutnya hasil analisis tersebut digunakan untuk merumuskan alternatif strategi bisnisnya kedalam analisis Matriks SWOT. Berikut ini akan dianalisis tentang kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman pada KTIMJ.
73
a. Kekuatan 1) Memiliki pekerja yang berpengalaman dalam mengerjakan proses produksi mulai dari pembenihan ikan sampai tiba saatnya panen. Pengalaman yang diperoleh anggota dan pekerja di KTIMJ berasal dari prakrek langsung di lapangan dan pelatihan yang sering diikuti selama beberapa tahun terakhir yang mengakibatkan kemampuan pekerja dalam membudidayakan ikan meningkat sangat baik. 2) Mutu ikan yang baik yang dihasilkan KTIMJ sudah dikenal oleh pembeli. Pengendalian mutu dilakukan kedua belah pihak yaitu pembudidaya ikan dan Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya. Pengendalian mutu ini sangat membantu diperolehnya hasil panen ikan yang optimal dan memuaskan bagi kedua belah. 3) Peralatan produksi yang digunakan pembdidaya ikan dan proses produksi menggunakan alat-alat yang sederhana, sehingga tidak membutuhkan biaya yang mahal. Peralatan yang digunakan adalah jaring/jala, lampu, keramba, rakit. 4) Minimasi jumlah pengurus, yang bertugas di dalam manajemen Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya hanya beberapa orang dan ada beberapa anggota yang ikut mengajukan pinjaman modal di kelompok tersebut.
Inilah kekuatan yang dimiliki Kelompok
Usaha Tani Ikan Mekar Jaya, dengan status keanggotaan yang dimiliki peminjam, sehingga retribusi yang diperoleh dan hasil keuntungan dapat dinikmati juga oleh peminjam modal berstatus anggota. 5) Pola pemasaran terpusat, dimana kekuatan adalah anggota menjual hasil budidaya ikan kepada bagian pemasaran yang sudah ditunjuk, sehingga tidak ada biaya penjualan ke pasar dan tidak ada hasil budidaya yang disimpan di keramba karena menuggu pembeli. Pemasaran lokal disebar di daerah Bogor dan Jakarta.
b. Kelemahan
74
1) Pengawasan produksi dan penggunaan modal kurang, karena anggota bertanggungjawab penuh dalam membudidayakan ikan, sehingga apabila seorang anggota malas untuk mebudidayakan ikan, maka anggota itu sendiri yang akan menanggung. Hal ini disebabkan karena secara psikologis anggota KTIMJ adalah keluarga besar kelompok, sehingga aspek kekeluargaan masih kental. 2) Pencatatan keuangan masih sederhana, hanya mencatat penerimaan dan pengeluaran dan belum menerapkan sistem akuntansi, sehingga tidak dapat dilakukan penilaian kinerja keuangan perusahaan yang tepat. 3) Kurangnya promosi. 4) Kurangnya
kemampuan
manajerial
kurangnya
kemampuan
manajerial dari anggota maupun pengurus kelompok.
c. Peluang 1) Target Pasar. Optimisme untuk meraih pasar ekspor dapat dijadikan peluang bagi Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya untuk meningkatkan usaha. 2) Konsumen potensial. Keberadaan konsumen potensial yaitu masyarakat, restaurant, pengusaha ikan dan pasar tradisional di Jakarta dan Bogor akan menguntungkan Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya, karena dengan hasil yang optimal, retribusi yang diperoleh dari panen ikan para anggota menjadi lebih optimal pula. 3) Kemudahan sistem pembayaran atau pengembalian pinjaman yang fleksibel merupakan peluang bagi Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya untuk mensejahterakan anggota itu sendiri. 4) Prospek pengembangan usaha yang dilakukan oleh KTIMJ menjadikan peluang bagi kelompok tersebut untuk lebih maju. 5) Dukungan potensi alam sangat menguntungkan KTIMJ karena danau yang dikelola di Lido sangat baik untuk membudidayakan
75
ikan yang sangat menguntungkan anggota. Dukungan potensi ala mini merupakan peluang bagi anggota dan KTIMJ. 6) Dukungan pemerintah akan meningkatkan kinerja kelompok karena KTIMJ mendapat pembinaan dan dengan dukungan pemerintah daerah KTIMJ dapat melaksanakan usahanya di lokasi yang sangat strategis dalam membudidayakan ikan. 7) Kemajuan teknologi yang semakin maju dapat dijadikan peluang untuk tetap bertahan dan mengembangkan usahanya pada jalur usaha pembudidayaan ikan dan pembiayaan modal kredit usaha. 8) Pertumbuhan
ekonomi
yang
meningkat
di
Indonesia
mempengaruhi perkembangan usaha setiap produsen . 9) Hubungan baik dengan pengusaha ikan akan mempengaruhi kemajuan dan perkembangan usaha yang dirintis oleh KTIMJ.
d. Ancaman 1) Tingkat persaingan usaha antara kelompok pembudidaya KTIMJ dengan pembudidaya atau kelompok pembudidaya lain, serta peminjam modal dan penyedia modal. 2) Cuaca adalah ancaman yang tidak dapat dicegah, karena cuaca yang buruk memberikan dampak negatif bagi pembudidaya ikan yang dapat mengancam kelangsungan usaha. 3) Penyakit ikan adalah ancaman yang kemunculannya tidak dapat dicegah. Penyakit ikan tidak dapat diramalkan kapan datangnya, sehingga sering pengusaha budidaya ikan mengalami banyak kerugian karenanya. 4) Konsumen yang telat membayar cicilan akan merugikan Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya dalam menjalankan programnya. 5) Kebijakan Pemerintah peraturan-peraturan yang menyangkut dengan usaha skala rumah tangga dan usaha kecil, termasuk besarnya bunga pinjaman dan rentang waktu pengembalian pinjaman, program Skim modal kerja dan sebagainya.
76
6) Kondisi politik nasional sedikit mempengaruhi perkembangan lembaga pendanaan modal kredit bagi pengusaha budidaya ikan. 7) Kenaikan biaya produksi seperti harga pakan dan bibit merupakan ancaman bagi KTIMJ dalam mengembangkan usahanya.
4. Perumusan matriks EFE dan IFE a. Hasil Analisa Matrik Evaluasi faktor Internal Faktor-faktor strategik internal juga harus diuraikan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya dalam melaksanakan kegiatan operasional sehari-harinya. Faktor-faktor strategik internal meliputi faktor-faktor
yang dapat
dijadikan
kekuatan
KTIMJ
untuk
berkembang di dalam usaha pembiayaan modal usaha. Cara lain yang dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan suatu usaha adalah mencermati kelemahan-kelemahan dalam pengelolaan usaha, baik dari aspek non keuangan maupun dari aspek keuangan. Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya harus mengupayakan langkah yang tepat untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dalam perusahaan kecil yang dikelolanya itu agar KTIMJ dapat berkembang dengan lebih baik lagi.
Faktor-faktor kekuatan dan
kelemahan dalam Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya dapat dilihat pada Tabel 13.
77
Tabel 13. Faktor-faktor Strategik Internal Faktor-Faktor Strategik Internal
Bobot (a)
Rating (b)
Nilai (a x b)
0,130
4
0,519
Mutu produk baik
0,150
4
0,600
Peralatan produksi sederhana
0,126
3
0,379
0,140
3
0,419
0,105
3
0,316
Kekuatan SDM Pekerja yang berpengalaman Teknis dan Produksi
Pemasaran Pola pemasaran terpusat Organisasi dan Manajemen Minimasi jumlah pengurus
2,254 Kelemahan Organisasi dan Manajemen Pencatatan keuangan masih sederhana
0,090
2
0,180
Kurangnya kemampuan manajerial anggota
0,078
1
0,078
0,095
2
0,189
0,085
1
0,085
Pemasaran Kurangnya promosi SDM Pengawasan produksi dan penggunaan modal
0,528 Total
2,783
b. Hasil Analisis Matrik Evaluasi faktor Eksternal Faktor-faktor strategis eksternal meliputi faktor-faktor penting dalam usaha dari kedua belah pihak yang dapat dijadikan peluang agar usaha yang sudah ada tetap berada pada jalur strategi yang tepat. Peluang yang dapat dijadikan kekuatan oleh Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya berasal dari lingkungan mikro dan makro.
Hasil
identifikasi peluang dan ancaman dimasukkan sebagai faktor-faktor strategis eksternal, kemudian diberi bobot dan rating, maka dapat diperoleh hasil identifikasi seperti pada Tabel 14.
78
Skor dari pembobotan faktor-faktor strategis eksternal yang dihasilkan itu kemudian akan digunakan dalam matriks InternalEksternal atau Matriks IE untuk mengetahui strategi yang sedang diterapkan oleh Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya saat ini.
Tabel 14. Faktor-faktor strategik eksternal Bobot (a)
Rating (b)
Nilai (a x b)
Target Pasar
0,076
4
0,304
Kemudahan sistem pembayaran kredit
0,062
3
0,185
Dukungan potensi alam
0,072
3
0,2 17
Prospek pengembangan usaha
0,069
2
0,138
Konsumen potensial
0,062
3
0,123
Dukungan pemerintah
0,076
3
0,228
Kemajuan teknologi
0,072
3
0,217
Hubungan baik dengan pengusaha ikan
0,076
2
0,152
Faktor Strategik Eksternal Peluang Lingkungan Mikro
Lingkungan Makro :
1,261 Ancaman Lingkungan Mikro : Tingkat persaingan usaha
0,079
3
0,237
Penyakit ikan
0,068
3
0,205
Konsumen yang telat membayar cicilan
0,079
3
0,237
Cuaca
0,065
2
0,129
Kenaikan biaya produksi
0,076
3
0,227
Perubahan perekonomian nasional
0,072
2
0,144
Lingkungan Makro :
1,180 Total
2,432
79
5. Analisis matriks IE
Matriks IE disusun untuk mengetahui strategi apa yang sebaiknya digunakan. Untuk menentukan strategi tersebut, didapatkan matrik EFE dan IFE, dengan nilai rataan IFE 2,783 dan nilai EFE 2,432.
Total Skor EFE Yang Diberi Bobot
Matriks IE Kuat
Rata-rata
Lemah
4 Tinggi
Grow and Build
Grow and Build
Grow and Build
Hold and Maintain
Hold and Maintain
3 Sedang
Harvest
2.783, 2.432 and Divest
2 Harvest and Divest
Hold and Maintain
Rendah
Harvest and Divest
1 1
2
3
Total Nilai IFE Yang Diberi Bobot Gambar 6. Matriks IE strategi kelompok usaha Tani Ikan Mekar Jaya
Matriks IE menunjukkan strategi yang saat ini diterapkan dalam Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya.
IE yang diperoleh dari
penguraian dan pembobotan faktor-faktor strategik eksternal dan internal sebelumnya, Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya berada pada posisi Hold and Maintain. Artinya Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya menggunakan strategi untuk mempertahankan dan memelihara teknis pelaksanaan usaha yang saat ini sudah dilakukannya. Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya merasa strategi yang digunakan saat ini adalah strategi terbaik yang dimiliki. Untuk melihat apakah strategi tersebut sudah tepat atau belum, maka dilakukan pemasukan faktor-faktor
4
80
eksternal dan internal yang berupa peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan ke dalam perumusan strategi SWOT. Rumusan alternatif strateginya adalah melakukan, pengembangan produk, pengembangan pasar, strategi manajemen dan strategi tempat. 1) Strategi Produk (Meningkatkan mutu produk dan mengembangkan produk baru) Strategi ini mengarahkan sumber daya untuk meningkatkan kualitas ikan (ukuran, kesehatan ikan) dan kuantitas untuk mencapai pangsa pasar yang lebih lebar dan mengembangkan produk dengan strategi pengolahan ikan. Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan, antara lain : i
Mencari pakan ikan yang bermutu.
ii Mengembangkan usaha dengan melakukan pengolahan ikan untuk ikan yang tidak bermutu baik.
2) Strategi Pengembangan pasar (membangun sarana dan prasarana pemasaran) Strategi pengembangan pasar yang dimaksud adalah dengan penguasaaan pasar dalam kota dan meningkatkan informasi pasar. Selain itu dapat dilakukan dengan membuat sarana pemasaran yang lengkap dalam bentuk Depo Pasar Ikan untuk memudahkan transaksi hasil pembudidayaan ikan. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan, antara lain : i
Membangun sarana dan prasarana pemasaran dalam bentuk depo pasar ikan dan pemasaran benih ikan air tawar di tanah wakaf
ii Mengusulkan kepada Departemen Kelautan dan Perikanan untuk dapat memfasilitasi berdirinya depo pasar ikan air tawar. 3) Strategi manajemen (manajemen kelompok) Strategi
manajemen
yaitu
meningkatkan
manajemen
kelompok dalam bidang administrasi, organisasi, keuangan dan teknis produksi serta mengembangkan badan hukum koperasi bagi
81
para anggotanya agar modal yang dihimpun menjadi lebih besar serta aktivitas kegiatannya menjadi lebih luas. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan, antara lain : i
Mengikuti pelaihan-pelatihan yang diadakan oleh pemerintah (DKP baik di pusat maupun dinas perikanan setempat)
ii Melakukan studi banding dengan kelompok lain yang lebih berhasil mengembangkan usaha atau koperasi.
4) Strategi tempat (penambahan lahan untuk pembudidayaan) Strategi tempat yang dimaksud adalah dengan memperluas area pembudidayaan untuk menghasilkan jumlah produksi maksimal akibat dari permintaan pasar yang tinggi. Areal yang dipilih sebaiknya juga areal danau yang berada di sekitar Kecamatan Cigombong, Bogot
4.3. Perumusan Strategi Menggunakan Analisis SWOT Berdasarkan analisis matriks IFE dan EFE sebelumnya, maka dapat disusun analisis SWOT untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dalam merumuskan strategis kelompok. Formulasi strategi menggunakan analisis SWOT bertujuan untuk mencari usulan strategi terbaik untuk Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya agar kelompok usaha tersebut dapat berkembang dengan panduan strategi yang tepat. Perumusan strategi kelompok tani ikan Mekar Jaya dengan matriks SWOT disusun pada Tabel 15
Tabel 15 Perumusan strategi usaha KTIMJ dengan Matriks SWOT
82
STRENGTHS (S) Faktor Internal 1. Pekerja yang berpengalaman 2. 3. 4. 5. 6.
Mutu produk baik Peralatan produksi sederhana Pola pemasaran yang terpusat Minimasi jumlah pengurus Kesederhanaan prosedur kerja
Faktor Eksternal OPPORTUNITIES (O) 1 Target Pasar 2 Kemudahan sistem pembayaran kredit 3 Dukungan potensi alam 4 Prospek Pengembangan usaha 5 Konsumen potensial 6 Kebijakan pemerintah 7 Kemajuan teknologi 8 Hubungan baik dengan pengusaha ikan
WEAKNESSES (W) 1. Pencatatan keuangan masih sederhana 2. Kurangnya promosi 3. Kurangnya kemampuan manajerial anggota 4. Kurangnya pengawasan produksi dan penggunaan modal
Strategi S - O
Strategi W - O
a. Meningkatkan pangsa pasar dengan mutu produk ikan (O1–S2) b. meningkatkan mutu produk dengan dukungan teknologi dan potensi alam (S2–O3, O7) c. Mengembangkan prospek usaha melalui pola pemasaran yang terpusat dan kemudahan sist pembayaran (S4–O4,O2 ) d. Mempertahankan konsumen potensial dengan mutu produk yang baik (S2 –O5) e. Mempertahankan
a. Memperluas promosi untuk meningkatkan target pasar (O1–W5) b. Menetapkan target pasar yang lebih tepat untuk meningkatkan efisiensi modal usaha (O3-W7) c. Menerapkan sistem akuntansi secara bertahap dalam keuangan kelompok (W1-O7) d. Memperbaiki mutu dan sistem manajemen kelompok (W3 – O6)
konsumen potensial dengan memberikan mutu produk yang baik THREATS (T) 1 Tingkat persaingan usaha 2 Penyakit ikan 3 Konsumen yang telat membayar cicilan 4 Cuaca 5 Kenaikan biaya produksi 6 Perubahan perekonomian nasional
Strategi S - T
Strategi W - T
a. Meningkatkan pengembangan produk melalui diversifikasi produk pengolahan ikan (S2 -T5) b. Memaksimalisasi penggunaan alat produksi yang sangat sederhana untuk mengantisipasi kenaikan biaya produksi (S3 – T5) c. Memperluas saluran pemasaran utnuk mengantisipasi persaingan usaha (S4 – T1)
a. meminimasi atau memberikan sanksi terhadap pengusaha yang telat membayar cicilan agar pola pengembalian modal tetap stabil b. Memperluas sebaran daerah pemasaran dengan cara meningkatkan promosi dari KTIMJ c. Meminimasi gagal panen karena cuaca dan penyakit ikan dengan memberikan pengawasan terhadap proses produksi ikan dan penggunaan modal d. Meningkatkan kualitas
SDM untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat
83
Berdasarkan Tabel 18, terdapat 4 (empat) jenis alternatif strategi yang dapat dilakukan, yaitu : 1. Strategi S – O a. Mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar dengan kualitas produk ikan. b. Meningkatkan mutu produk dengan dukungan potensi alam. c. Mengembangkan prospek usaha melalui pola pemasaran yang terpusat. d. Mempertahankan konsumen potensial dengan mutu produk yang baik. e. Mempertahankan konsumen potensial dengan memberikan mutu produk yang baik. 2. Strategi S – T a. Memperluas promosi usaha untuk meningkatkan target pasar dengan membuat depo pasar ikan air tawar. b. Menetapkan target pasar yang lebih tepat untuk meningkatkan efisiensi modal usaha.
c. Menerapkan sistem akuntansi secara bertahap dalam keuangan kelompok tani ikan Mekar Jaya.
d. Memperbaiki mutu dan sistem manajemen kelompok. 3. Strategi W – O a. Meningkatkan pengembangan produk melalui diversifikasi produk pengolahan ikan. b. Memaksimalisasi penggunaan alat produksi yang sangat sederhana untuk mengantisipasi kenaikan biaya produksi.
c. Memperluas saluran pemasaran utnuk mengantisipasi persaingan usaha. b. Menetapkan target pasar yang lebih tepat untuk meningkatkan efisiensi modal usaha. 4. Strategi W – T a. Meminimasi atau memberikan sangsi terhadap pengusaha yang terlambat membayar cicilan, agar pola pengembalian modal tetap stabil. b. Memperluas sebaran daerah pemasaran dengan cara meningkatkan promosi dari KTIMJ.
84
c. Meminimasi gagal panen akibat cuaca dan penyakit ikan dengan memberikan
pengawasan
terhadap
proses
produksi
ikan dan
penggunaan modal. d. Meningkatkan kualitas SDM untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat Merujuk pada beberapa alternatif strategi terbaik yang diperoleh dari analisis SWOT, maka dapat dibuat satu perumusan strategi pilihan yang dapat digunakan oleh Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya, dengan tujuan mengembangkan usaha dan menentukan kelayakan usaha yang telah dirintis sejak tahun 2000 tersebut. Pilihan strategi terbaik adalah kombinasi antara meminimasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang yang ada. Meningkatkan jumlah pengajuan pinjaman modal untuk meningkatkan laba usaha adalah cara yang dapat dilakukan oleh Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya, yaitu semakin banyak pengusaha yang mengajukan pinjaman, maka semakin besar kemungkinan perusahaan akan memperoleh laba usaha melalui retribusi panen yang telah ditentukan. Menetapkan target pasar yang lebih tepat untuk meningkatkan efisiensi modal usaha juga harus dilakukan karena target pasar terbatas hanya akan menutup kemampuan Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya untuk berkembang. Pelaksanaan strategi tersebut membutuhkan dukungan promosi yang tepat dari Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya. Strategi terakhir adalah meningkatkan jumlah konsumen yang potensial untuk meningkatkan laba perusahaan (Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya) dan ROI yang dihasilkan oleh Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya.
4.4. Implementasi Strategis Strategi yang telah dirumuskan pada analisis SWOT tersebut perlu diimplementasikan pada kebijakan keompok. Langkah-langkah tersebut diimplementasi pada aspek manajerial skill dengan melaksanakan fungsi manajemen, yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan usaha dan
85
pengawasan, serta kegiatan manajerial yang menyangkut SDM, material, metode, mesin, keuangan dan pasar.
Uraian implementasi strategi yang
dimaksud adalah : 1) Manajerial skill Manajemen digunakan dalam segala bentuk kegiatan dan berhubungan
dengan
usaha
dan
tujuan
tertentu
dengan
jalan
menggunakan sumber-sumber daya yang tersedia dalam kelompok, termasuk merencanakan usaha kelompok baik jangka pendek maupun jangka menengah. Alternatif strategi yang dapat dilakukan kelompok adalah merencanakan dengan baik kerangka kerja setiap anggota dan kelompok, penetapan jadwal dan waktu pembenihan, pendederan dan pembesaran budidaya ikan setiap anggota, penetapan jadwal dan waktu retribusi kelompok, termasuk persiapan usaha, pencatatan usaha dan kontrol terhadap rencana usaha itu sendiri. Selain merencanakan, perlu ditingkatkan organisasi dari kelompok tani ikan mekar jaya dengan mengembangkan
badan hukum koperasi
bagi para anggotanya, agar modal yang dihimpun menjadi lebih besar, serta aktivitas kegiatannya menjadi lebih luas. Untuk itu perlu dibuat anggaran dasar dan anggaran rumah tangga berupa peraturan yang jelas dan sesuai dengan ketentuan. Demikian pula dalam pelaksanaannya kelompok harus melaksanakan usahanya sesuai dengan rencana yang telah ditentukan dan perlu adanya ketrampilan mengintegrasikan informasi yang ada untuk mengembangkan usaha. Kegiatan penting lain adalah monitoring dan evaluasi anggota kelompok secara sistematis terhadap kemampuan usaha budidaya, permodaan usaha, manajemen usaha, dan partisipasi di kelompok itu sendiri. Selain memperhatikan fungsi manajemen, kegiatan manajemen perlu diperhatikan untuk mengembangkan usaha kelompok, yaitu bagaiman dengan SDM yang tersedia, apakah perlu menambah anggota baru atau mengganti anggota yang tidak produktif. Kelompok juga harus lebih sering meningkatkan pengetahuan dengan mengikuti pelatihanpelatihan pembudidayaan ikan, bukan saja pembudidayaan ikan nila,
86
tetapi juga pengetahuan tentang pembudidayaan ikan air tawar lain sebagai suatu diversifikasi produk dari usaha KTIMJ. Hal lain yang perlu menjadi perhatian kelompok adalah metode pembudidayaan ikan yang selama ini dilaksanakan apakah sudah menghasilkan ikan yang bermutu tinggi baik dari rasa dan ukuran ikan itu sendiri atau perlu mencari metode pembudayaan yang lebih efektif lagi. Kelompok juga harus memperhatikan peralatan yang digunakan dengan memperhatikan teknologi yang dapat membuat pembudidayaan ikan menjadi lebih efisien dari segi waktu, ukuran dan rasanya. Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah bahan baku yang dipakai dalam proses pembudidayaan ikan yang terdiri dari benih dan pakan ikan, yang sesuai dengan budidaya ikan nila dan dapat meningkatkan mutu ikan nila karena hal tersebut dapat meningkatkan nilai produk ikan yang bermutu tinggi. Kelompok juga harus memperhatikan modal yang dibutuhkan dalam pembudidayaan ikan, termasuk mencari penyertaan modal dengan skim yang ringan bunganya dan dapat dijangkau oleh setiap anggota kelompok. Dari sisi pasar, kelompok perlu mempertahankan dan mengembangkan target pasar yang lebih tinggi lagi sebagai landasan untuk meningkatkan produksi dan usaha pembudidayaan yang selama ini telah dirintis dengan baik.
2) Pemasaran Pemasaran merupakan suatu konsep dasar dari proses kegiatan usaha yang dilakukan oleh kelompok untuk memperoleh produk yang dibutuhkan dan diinginkan dengan cara menciptakan, menawarkan, serta mengubah nilai dari suatu produk.
Pemasaran yang dilakukan oleh
kelompok adalah dengan sistem pemasaran terpusat dimana hasil usaha setiap anggota dijual pada bagian pemasaran yang mana bagian pemasaran ini berdiri sendiri di luar usaha kelompok. Keuntungan bagi anggota kelompok adalah setiap anggota yang sudah panen dapat langsung menjual hasil panennya kepada bagian pemasaran dengan harga cash sehingga setiap anggota langsung dapat melaksanakan proses
87
pembudidayaan berikutnya tanpa harus menunggu hasil panennya laku di pasaran dan tidak perlu ada biaya distibusi ikan. Yang menjadi kendala bagi anggota kelompok adalah anggota tidak dapat menjual harga ikan dari harga yang sudah disepakati oleh kedua belah pihak dan anggota tidak dapat memasarkan hasil panennya kepada pihak lain sehingga tidak terpacu motivasi untuk memperluas jaringan pemasaran. Alternatif strategi yang dapat dilakukan adalah dengan pengembangan pasar, yaitu penguasaaan pasar dalam kota dan meningkatkan informasi pasar. Selain itu dapat dilakukan dengan membuat sarana pemasaran yang lengkap dalam bentuk Depo Pasar Ikan untuk memudahkan transaksi hasil pembudidayaan ikan.
Kelompok
juga dapat memperluas jaringan pemasaran yang efektif diantara para kelompok pembudidaya ikan untuk menjada kontunitas supplai bibit ikan dan pemasaran ikan di lingkungan propinsi Jawa Barat. Kelompok perlu juga menambah sektor usaha hilir pemasaran yaitu dengan memperluas rumah makan terapung di sekitas danau Lido yang selama ini telah dijalankan oleh salah seorang anggota kelompok, menjadi usaha kelompok dalam bentuk usaha koperasi yang berbadan hukum.
3) Kemitraan Kemitraan
perlu
dilaksanakan
oleh
KTIMJ,
agar
dapat
meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha, meningkatkan mutu sumber daya dan meningkatkan kemampuan usaha kelompok yang mandiri. Kemitraan mengacu pada pengertian bekerjasama antar pengusaha dengan tingkatan yang berbeda, yaitu antara pengusaha kecil dengan pengusaha besar. Kemitraan yang telah dibangun oleh kelompok saat ini masih berupa pinjaman modal dengan pengusaha besar seperti PT Telkom dan Bank BRI. Ke depan, kelompok juga perlu membina kemitraan dengan pengusaha besar misalnya dalam hal pemasok atau supplai ikan kepada pengusaha importir agar usaha yang dijalankan semakin berkembang. Kemitraan juga dapat dilakukan oleh kelompok
88
dengan BUMN yang melakukan pengembangan kemitraan bina lingkungan, terutama dengan lingkungan danau tempat dimana pembudidayan ikan nila dilaksanakan. KTIMJ juga perlu memikirkan untuk memulai kemitraan bisnis dengan petani pembenih di luar anggota KTIMJ karena benih yang dihasilkan dari anggota masih sangat minim dan pembenihan yang dilakukan masih dengan teknolgi yang sederhana. Untuk membina kemitraan, KTIMJ juga harus melihat kemampuan diri (self analysis) dan memperhatikan strategi kemitraan yang sesuai dengan misi dan tujuan kedua belah pihak yang bermitra, yaitu melakukan negosiasi dalam menentukan rencana dan harapan yang diinginkan dalam kemitraan, serta menandatangani kontrak secara legal yang dapat menjamin realisaasi kemitraan.
4) Keuangan Keterbatasan modal membuat pembudidaya tidak mampu menjaga kualitas benih agar hanya dijual pada ukuran dan kualitas dengan harga terbaik pasar. Modal kelompok yang terkumpul dari uang simpanan dan iuran anggota, serta retribusi anggota masih sangat minim untuk mengembangkan usaha. Akan tetapi modal dan investasi yang ada dalam kelompok dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya, apabila kelompok sudah melakukan pencatatan manajemen keuangan yang akuntabel. Kelompok pada umumnya belum mampu melakukan pemisahan manajemen keuangan usaha kelompok dan rumah tangga. Kondisi ini mengakibatkan kelompok sulit melakukan perhitungan-perhitungan hasil kegiatan usaha secara akurat dan akhirnya akan menghambat proses pembentukan modal usaha untuk menunjang pengembangan usaha. Alternatif
strategi yang dapat dilakukan adalah kelompok membuat
perhitungan manajemen keuangan dengan membentuk seksi keuangan sendiri
yang
bertanggungjawab
mengumpulkan memperhitungkan
pendapatan dan
dalam
yang
mengelola,
aspek
dihasilkan serta
keuangan oleh
menentukan
untuk
kelompok, alternatif
89
penggunaan yang terbaik. Dengan manajemen keuangan yang baik kelompok dapat merekam perjalanan keuangan usaha secara menyeluruh dan sebagai alat kontrol dalam menjalankan usahanya serta dapat mempertimbangkan untuk mendapatkan pinjaman kembali.
4.5. Program SMK dengan Model Bisnis Penuh Berdasarkan hasil kajian dan pembahasan, KTIMJ sebagai penerima SMK telah menerima modal SMK dan melaksanakannya dengan baik sehingga mengakibatkan kelompok mempunyai kemajuan dalam mengelola usahanya menjadi lebih baik. Namun penggunaan modal usaha masih belum mencapai sasaran usaha dengan tepat karena kurangnya pengawasan yang diberikan dari pihak KIMJ pada pengelolaan modal pinjaman dan pelaksanaan produksinya, sehingga kelompok pembudidaya ikan kurang berhati-hati dalam menggunakan pinjaman dana yang diberikan. Demikian juga dengan pengembangan usaha kelompok masih belum optimal karena kelemahan-kelemahan yang ada pada kelompok seperti yang dianalisis di atas. Untuk mengembangkan usaha Kelompok di masa mendatang diperlukan adanya komitmen dari pihak pengurus untuk mengubah kondisi saat ini dengan melihat adanya kekuatan dan peluang bagi kelompok untuk mengembangkan usahanya lebih besar dari kondisi saat ini. Dengan data yang dihasilkan dari analisa kualitatif dan kuantitatif, maka program SMK yang dilaksanakan oleh DKP telah memberikan hasil yang baik untuk pembudidaya ikan skala kecil dan rumah tangga. Namun untuk dapat mengembangkan program ini dengan lebih baik, maka perlu dipetimbangkan unuk mengembangkan program SMK dengan sistem bisnis penuh, yaitu program yang dilaksanakan bukan hanya penyertaan modal dan pembinaan terhadap usaha kecil, akan tetapi dibuat suatu model usaha kecil yang berorientasi bisnis sepenuhnya dari hulu hingga hilir, mulai dari jenis usaha yang akan dilaksanakan, produk yang dihasilkan, luas lahan yang diperlukan, volumen produksi, biaya penjualan, biaya produksi sampai dengan pemasaran dan evaluasi usaha.
90
Dari usaha dan kinerja KTIMJ yang selama ini sudah dilakukan, dapat dibuat model usaha bisnis pernuh sebagai berikut : a.
Analisa Usaha Usaha yang dilakukan oleh kelompok penerima SMK disesuaikan dengan kondisi kelompok itu sendiri. KTIMJ telah melaksanakan usaha pembudidayaan ikan nila sejak lama karena menganggap pembudidayaan ikan nila mudah dan menghasilkan keuntungan. Yang perlu diperhatikan dalam usaha pembudidayaan ikan nila adalah teknis pembudidayaan untuk menghasilkan ikan yang bermutu baik, perlu diperhatikan hal berikut : 1) Pengelolaan induk 2) Pakan ikan 3) Hibridisasi 4) Pendederan I 5) Pendederan II dan III 6) Pembesaran
b. Analisis tempat usaha Teknologi budidaya ikan dalam keramba jaring apung (KJA) merupakan salah satu teknologi budidaya ikan yang sesuai untuk optimalisasi pemanfaatan sumberdaya perairan khususnya perairan danau dan waduk di Indonesia, yang luasnya 2,1 juta hektar. Bila 1% saja dari luasnya perairan tersebut digunakan untuk budidaya KJA, maka akan dapat menghasilkan 800 ton ikan/hari. Lahan di Lido yang diijinkan untuk digarap di bidang perikanan oleh Pemda seluas 3 ha dan yang digunakan untuk budidaya perikanan seluas 7.000 m2 serta jumlah keramba 134 buah, KTIMJ dapat menghasilkan 1.352 kg/musim panen. Jumlah ini masih dapat ditingkatkan apabila menggunakan teknologi yang tepat, baik dari benih, pakan dan tempat pembudidayaan ikan nila yaitu keramba jaring apung. Pengembangan teknologi KJA yang pesat dan kurang terkendali telah menimbulkan berbagai permasalahan yang menggangu kelestarian
91
sumber daya perairan dan usaha perikanan itu sendiri. Permasalahan yang timbul terutama yang disebabkan oleh keinginan petani cepat panen, maka pakan ikan diberikan dengan sistem pompa (pakan diberikan setiap saat), sehingga tidak efisien (banyak yang terbuang) dan berakibat negatif yaitu biaya produksi terlalu tinggi dan lingkungan perairan tercemar dengan adanya pakan yang terbuang. Salah satu cara mengurangi akibat terbuangnya pakan adalah dengan penerapan paket teknologi jaring ganda (tingkat). Teknologi KJA ganda yaitu pemeliharaan ikan dalam KJA dengan dua tingkat (dua lapis). Tingkat 1 (jaring lapis dalam) untuk pemeliharaan ikan utama, sedangkan tingkat 2 (jaring lapis luar) umumnya dipelihara ikan yang mampu mendapatkan sisa pakan dari jaring lapis dalam, ataupun yang dapat memakan lumut/organisme yang menempel di jaring. Jaring lapis luar umumnya lebih besar (0,5-1,0 m) dan lebih dalam (1,0-2,0) dari jaring lapis dalam. Keramba dapat terbuat dari bahan jaring,
kayu reng,
bambu, kawat, tali nylon, ban besar dan baut kecil, paku dan drum besi (200 liter). Ukuran keramba 2x2x2 meter Volume air 4 m3 , 1 unit 12 petak. Untuk pakan, perlu diperhatikan Kandungan Protein 28 – 30%, Lemak kasar 5 – 7%, Air 10 – 12%, Abu 6 – 8% . Frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari (pagi, siang dan sore) dengan kumlah pakan 3% dari berat populasi ikan
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah mutu ari di Keramba jaring apung, dimana mutu yang baik meliputi : suhu 30-31,50C, O2 5,08,4 ppm, pH 7,5-9,0, CO2 0-1,97 ppm , NH3 0,302-1,076 ppm dan H2S 0,154 - 0,306 ppm. Mmmmm nbbhh hhggf gghgg ghgg g
c. Sistem pemasaran Strategi pemasaran yang dirancang sesuai dengan keinginan pembudidaya ikan di KTIMJ, yaitu berorientasi ke pasar ekspor.
Pemasaran yang
dilakukan oleh kelompok adalah dengan sistem pemasaran terpusat, dimana hasil usaha setiap anggota dijual pada bagian pemasaran yang mana bagian pemasaran ini berdiri sendiri di luar usaha kelompok. Alternatif
strategi
yang
dapat
dilakukan
adalah
dengan
pengembangan pasar, yaitu dengan penguasaaan pasar dalam kota dan meningkatkan informasi pasar. Selain itu dapat dilakukan dengan membuat sarana pemasaran yang lengkap dalam bentuk Depo Pasar Ikan
92
untuk memudahkan transaksi hasil pembudidayaan ikan. Kelompok juga dapat memperluas jaringan pemasaran yang efektif diantara para kelompok pembudidaya ikan untuk menjada kontunitas supplai bibit ikan dan pemasaran ikan di lingkungan propinsi Jawa Barat.
d. Perhitungan tingkat keuntungan Perhitungan keuangan sederhana (Tabel 16) seperti laporan hasil penjualan, biaya produksi, arus kas, laporan rugi laba dilaksanakan dengan cara yang ringkas dan dapat dibantu dengan komputer. Tabel 16.
Analisa usaha budidaya ikan Nila dalam keramba jaring apung
No A B
C
D E F G
Uraian Investasi Biaya Tetap - Penyusutan - Jaring dan perlengkapan usaha perikanan lainya - Bunga investasi Total Biaya tetap (B) Biaya Tidak Tetap - Benih ikan nila - Pakan - Tenaga kerja - pemasaran - lain-lain Total Biaya Tidak Tetap (C) Total biaya untuk 1 tahun 6 kali panen (D= B+C) Penjualan (E= 900x7500x4) Penjualan 1 tahun (F= E/6) Keuntungan (penjulan- total biaya) (G= F-A)
Harga Satuan
Satuan
Jumlah (Rp) 19.880.000
0,3
3.600.000
1.080.000
4 petak 15%
3.000.000 12.000.000
3.000.000 1.800.000 5.880.000
400 Kg 2.400 kg 3 orang 0 0
8.000 4.000 400.000 0 0
3.200.000 9.600.000 1.200.000 0 0 14.000.000
6 900 kg/petak
19.880.000 119.280.000 7.500 27.000.000 162.000.000 7.120.000
e. Sistem Administrasi dan Pembukuan Pencatatan semua kegiatan usaha sangat diperlukan bagi kelancaran dan pengelolaan usaha kelompok sebagai suatu tugas administrasi. Pencatatan tersebut
meliputi
pencatatan data
transaksi, keuangan,
produksi,
persediaan, perkantoran dan hal-hal lain yang mempengaruhi kelancaran usaha kelompok.
93
f. Aspek Lingkungan Hidup Dalam menjalankan usaha pembudidayaan ikan, kendala teknis yang sering dihadapi adalah faktor lingkungan hidup, misalnya dari sisi udara, air dan kualitas lingkungan hidup tempat pembudidayaan itu sendiri. Rencana pengelolaan lingkungan perlu dirumuskan sedemikian rupa, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pembudidaya ikan untuk menjaga lingkungan dengan waduk/danau dengan baik.
94
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan a. Kelompok Pembudidaya Ikan Mekar Jaya sebagai penerima SMK telah menerima modal SMK dari DKP dan telah melaksanakannya dengan baik, sehingga mengakibatkan kelompok mempunyai kemajuan dalam mengelola kelompok menjadi lebih baik. Penggunaan modal usaha masih belum mencapai sasaran usaha dengan tepat, karena kurangnya pengawasan yang diberikan dari pihak Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya pada pengelolaan modal pinjaman dan pelaksanaan produksinya, sehingga kelompok pembudidaya ikan kurang berhati-hati dalam menggunakan pinjaman dana yang diberikan. b. Untuk mengembangkan usaha Kelompok di masa mendatang diperlukan adanya komitmen dari pihak pengurus untuk mengubah kondisi saat ini, dengan melihat adanya peluang bagi kelompok untuk mengembangkan usahanya lebih besar dari kondisi saat ini. Kelompok diharapkan dapat mengimplementasikan alternatif-alternatif strategi dengan membenahi pengelolaan usaha dan mengembangkan kepengurusan organisasi yang sudah ada saat ini agar dapat dilakukan proses pembaharuan kinerja untuk memberikan hasil usaha yang optimal. c. Titik impas perusahaan adalah 423 Kg ikan per periode panen atau Rp.3.172., sedangkan penjualan aktual yang telah dicapai KTIMJ adalah 1.352 kg ikan atau Rp. 10.140.000. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok telah melewati batas penjualan impas dan penjualan telah memberikan laba pada kelompok. d. Berdasarkan matriks SWOT dapat disusun beberapa alternatif strategi bagi kelompok dengan menggabungkan lingkungan internal dan lingkungan eksternal usaha kelompok. Langkah-langkah tersebut diimplementasi pada aspek manajerial skill dengan melaksanakan fungsi manajemen yaitu, perencanaan, organisasi, pelaksanaan usaha dan pengawasan, serta kegiatan manajerial yang menyangkut SDM, material, metode, mesin, keuangan dan pasar.
95
2.
Saran a. Pelaksanaan atau penerapan usulan strategi yang baru akan sangat membantu bila diimplementasikan secepat mungkin untuk meningkatkan kinerja kelompok sehingga Kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya. Dengan demikian dana SMK yang disediakan oleh DKP dapat dikelola dengan tepat. b. Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai pelaksana program SMK dapat mengembangkan program ini dengan sistem bisnis penuh, yaitu program yang dilaksanakan bukan hanya dengan penyertaan modal dan pembinaan terhadap usaha kecil, akan tetapi dibuat suatu model usaha kecil yang berorientasi bisnis sepenuhnya dari hulu hingga hilir, mulai dari jenis usaha yang akan dilaksanakan, produk yang dihasilkan, luas lahan yang diperlukan, volumen produksi, biaya penjualan, biaya produksi sampai dengan pemasaran dan evaluasi usaha. c. Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bogor sekalu pembina usaha bidang kelautan dan perikanan perlu terus membimbing dan memberi pelatihan, baik teknis seperti pengetahuan pendederan, pakan ikan dan sebagainya maupun pelatihan manajerial kepada kelompok petani ikan Mekar Jaya pada khususnya dan Kelompok Petani ikan pada umumnya yang berada di daerah Lido, Bogor.
96
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, P. 2004 Manajemen Bisnis. Rineka Cipta, Jakarta. . 2005 Pengantar Bisnis : Pengelolaan Bisnis Dalam Era Globalisasi. Rineke Cipta, Jakarta. Dahuri, R. 2002. Membangun Kembali Perekonomian Indonesia Melalui Sektor Perikanan dan Kelautan. Lembaga Informasi dan Studi Pembangunan Indonesia (LISPI). Jakarta. David, F.R. 1995. Strategic Management. Prentice Hall International Inc, New Jersey. (Deptan). Departemen Pertanian, 1999. Petunjuk Teknis Budidaya Ikan dalam Keramba. Deptan, Jakarta. (DKP). Departemen Kelautan dan Perikanan, 2004a. Petunjuk Teknis Skim Modal Kerja (SMK) bagi Pembudidaya Ikan Skala Rumah Tangga. Ditjen PK2P TA. 2004 Jakarta. 2004b. Keteknikan Budidaya Air Payau. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jakarta. 2004c. Laporan Kemajuan Pengembangan Replikasi dan Pembinaan Skim Modal Kerja Bagi Pembudidaya Ikan Skala Rumah Tangga. Jakarta. 2006a Budididaya, Media Informasi Perikanan Budidaya Edisi XII tahun 2006. Ditjen Perikanan Budidaya, Jakarta. 2006b. Meningkatkan Nilai Tambah Perikanan. Satuan Kerja Ditjen P2HP, Jakarta. 2006c. Skim-Skim Kredit Perbankan Untuk Pembangunan Sektor Kelautan dan Perikann, Ditjen P2HP, Jakarta. 2007 Loporan Akhir Replikasi dan Pembinaan Skim Modal Kerja (SMK) bagi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Ikan, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan T.A. 2007, Jakarta. Giatman, M. 2006 Ekonomi Teknik. PT. Raja Grafinso Persada, Jakarta. Griffin, R.W. and R.J. Ebert. 2006. Business. (eighth Edition). Pearson Education, Inc, Columbia. Haryadi, 1998. Prinsip Manajemen Kontemporer Untuk Mengarungi Lingkungan Bisnis. Global Aditya Media, Yogyakarta. (FAO). Food and Agriculture Organization, 2006. The State of World Aquaculture 2006, FAO. Hubeis, M. 1997. Menuju Industri Kecil Profesional di Era Globalisasi Melalui Pemberdayaan Manajemen Industri. Percetakan IPB, Bogor.
97
2007. Dasar-Dasar Manajemen Industri. Inti Prima, Jakarta Kadariah, L. Karlina dan C. Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran. Prenhallindo, Jakarta. Rangkuti, F. 2004 Analisa SWOT; Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta. Schein E. 1979. Organizational Psychology. Prentice Hall Inc. New Delhi. Sofyandi, H dan I Garniwa . 2007 Perilaku Organisasi, Graha ilmu Jakarta. Syaukat, Y. 2002. Pengembangan Ekonomi Berbasis Lokal. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian IPB dan Program Pascasarjana IPB, Bogor. Warta Budidaya. 2005. Ditjen Perikanan Budidaya Jakarta
98
LAMPIRAN
99
Lampiran 1. Laporan keuangan kelompok Usaha Tani Ikan Mekar Jaya A. HARTA LANCAR
NILAI (RP)
1. Kas
2,500,000.00
2. Bank
1,000,000.00
3. Piutang Dagang
2,000,000.00
4. Piutang Anggota 5. Persediaan Barang Jumlah A
250,000,000.00 70,000,000.00 325,500,000.00
B. HARTA TETAP 1. Sekertariat
5,000,000.00
2. Gudang
1,300,000.00
3. Inventaris
8,200,000.00
Jumlah B TOTAL (A+B)
14,500,000.00 340,000,000.00
C. PEMASUKAN 1. Retribusi
13,000,000.00
2. Penjualan Pakan
30,000,000.00
3. Bunga Pinjaman
10,000,000.00
Jumlah (C)
53,000,000.00
D. HUTANG LANCAR 1. Pinjaman SMK
80,000,000.00
2. Pinjaman BRI
20,000,000.00
3. Pinjaman Telkom 4. Hibah dari Presiden RI Jumlah (D)
100,000,000.00 50,000,000.00 250,000,000.00
100
Lanjutan Lampiran 1. E. MODAL 1. Simpanan Pokok
4,000,000.00
2. Simpanan Wajib
2,000,000.00
3. Simpanan Sukarela
50,000,000.00
Jumlah (E)
56,000,000.00
TOTAL (C+D+E)
340,000,000.00
F. PENGELUARAN 1. Administrasi
1,500,000.00
2. Perijinan
5,000,000.00
3. Sumbangan
10,000,000.00
4. Transportasi
2,500,000.00
Jumlah F
19,000,000.00
LABA (C – F)
34,000,000.00
101
Lampiran 2.
Neraca keuangan KTI Ngesti Ajuning Tani
Neraca Keuangan KTI " Ngesti Ajuning Tani" Per 31 Agustus 2007 HARTA (AKIVA) HUTANG (PASSIVA) A. HARTA LANCAR
NILAI RP
C. HUTANG LANCAR
NILAI RP
1. Kas 2. Bank 3. Piutang anggota
920,850 4,262,600 93,571,150
Pinjaman SMK
80,000,000
Jumlah A
98,754,600
Jumlah C
80,000,000
B. HARTA TETAP 1. Blung 2 buah 2. Induk F1 3. Papan nama 4. Tabung gas 5. Meja Kursi 6. Rak akuarium
78,000 140,000 181,000 1,000,000 183,000 1,250,000
D. MODAL 1. Dinas Perikanan 2. Simpanan Anggota - pokok - Wajib - Sukarela - Jasa
380,000 711,000 0 20,465,600
Jumlah B
2,832,000
Jumlah D
21,586,600
TOTAL HARTA
Sumber: DKP, 2007
101,586,600
TOTAL HUTANG MODAL
30,000
101,586,600
102
Lampiran 3: Laba usaha KTIMJ dari retribusi PENGUSAHA KE - N
Rataan
HARGA
VOLUME
RETRIBUSI
SATUAN
PENJUALAN
PENDAPATAN
PRODUK (unit)
(RP)
KTIMJ (Rp)
1
7,500
425
21,250
2
7,500
3,500
175,000
3
7,500
3,200
160,000
4
7,500
3,500
175,000
5
7,500
1,000
50,000
6
7,500
850
42,500
7
7,500
425
21,250
8
7,500
425
21,250
9
7,500
1,250
62,500
10
7,200
100
5,000
11
7,500
200
10,000
7,473
1,352
67,614
8,113.64
405,681.82
Rataan hasil dalam setahun
103
Lampiran 4. Data penjualan pakan ktimj (pada periode 2 bulan usaha)
No
Jumlah
Jumlah
Pakan
Pakan
Masuk
Keluar
(Bal)
(Bal) 40
Anggota SMK
0
1
0
2
0
3
0
4
0
1 Nurjaman
5
0
5 Endang
6
0
7
50
Luar Anggota
Ratna
10 K,S,J
50.000
3 Ahmad Sanusi
15.000
25 Sueb
125.000 5.000 25.000
17 Sujana 0
Laba (Rp)
85.000 Ratna
8 9 10
0 0 0
5 4 1
Rudi Alex Sapto
25.000 20.000 5.000
11
0
1
Ibrahim
5.000
12
0
1
Tamu
5.000
Total
90
73
365.000
104
Lampiran 5. Data hasil retribusi ktimj bulan Desember 2005 Nama Anggota
Jenis Ikan
Sueb
Nila
Sueb Abdul Fatah
Sapto
Endang
Total
Jumlah Retribusi
(kg)
(Rp) 1.236
61.800
Bawal
280
14.000
Nila
587
29.350
Bawal
171
8.550
80
4.000
456
22.800
2.600
130.000
Bawal
338
16.900
Nila
274
13.700
6.022
301.100
Nila Bawal
Sujana
Jumlah Panen
Nila