KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMODITAS PERKEBUNAN STRATEGIS
Disampaikan pada Rapat Kerja Akselerasi Industrialisasi dalam Rangka Mendukung Percepatan dan Pembangunan Ekonomi, Hotel Grand Sahid, 1 Pebruari 2012
UU NO.18/2004 TENTANG PERKEBUNAN
KAWASAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN WILAYAH PEMBANGUNAN PERKEBUNAN SEBAGAI PUSAT PERTUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS PERKEBUNAN YANG BERKELANJUTAN
II. PROGRAM PEMBANGUNAN PERKEBUNAN
Hasil restrukturisasi program pembangunan perkebunan tahun 2010 – 2014 adalah: “PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN PERKEBUNAN BERKELANJUTAN” Tujuan : meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan melalui rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh penyediaan benih bermutu, penanganan pascapanen dan pembinaan usaha dan perlindungan perkebunan. Fokus : Dari 127 komoditas binaan perkebunan program pembangunan perkebunan tahun 2010-2014 fokus pada 15 komoditas strategis unggulan nasional yaitu Karet, Kelapa Sawit, Kelapa, Kakao, Kopi, Lada, Jambu Mete, Teh, Cengkeh, Jarak Pagar, Kemiri Sunan, Tebu, Kapas, Tembakau dan Nilam. Fasilitasi dan Pembinaan : oleh PEMDA terhadap komoditas spesifik dan potensial di wilayahnya masing-masing serta 15 komoditas utama.
SWASEMBADA
GULA NASIONAL PENGEMBANGAN KOMODITAS EKSPOR KHUSUSNYA KAKAO, KARET DAN KELAPA SAWIT DALAM RANGKA MENDUKUNG IMPLEMENTASI MP3E1
IV. SWASEMBADA GULA NASIONAL
STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA GULA LANGKAH OPERASIONAL
STRATEGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
• • • • •
Penataan varietas varietas Penyediaan bibit unggul Percepatan bongkar/rawat ratoon Penggunaan pupuk organik Bantuan pengairan
PERLUASAN AREAL
• • • •
Penyediaan bibit (Kuljar/Berjenjang) Perluasan areal tanam Bantuan traktor Koordinasi Dengan Instansi Terkait Lahan
• • • •
Rehab/peningkatan kapasitas giling PG dan mutu produk Optimalisasi/efisiensi hari giling Pemanfaatan idle capacity PG Pembangunan PG Baru
• • • • •
Penguatan kelemb Risbang (P3GI) Penguatan kelembagaan usaha petani dan SDM Fasilitasi KKP-E/ Guliran PUMK Pembiayaan untuk revitalisasi Rekruitmen tenaga pendamping
•
Pengaturan tata niaga (penetapan BPP/HPP, Stabilisasi harga ) Tax/Perpajakan Infrastruktur
REVITALISASI DAN PEMBANGUNAN INDUSTRI GULA BERBASIS TEBU
KELEMBAGAAN DAN PEMBIAYAAN
KEBIJAKAN PEMERINTAH
• •
SASARAN 2014
•Produksi gula 5,7 juta Ton
•Pemenuhan Konsumsi Gula Nasional (GKP+GKR) •Produksi Bio Etanol •Pengembangan Produk turunan tebu
INTEGRASI KEGIATAN MENDUKUNG KAWASAN PENGEMBANGAN TEBU Dari Kementerian/Lembaga Terkait JENIS KEGIATAN
DUKUNGAN YG DIPERLUKAN
KEMENTERIAN
LOKASI
1.Revitalisasi
Perbaikan pabrik gula Peningkatan rendemen
Kementerian BUMN
PTPN II, VII, IX, X, XI, XIV dan RNI
2. Tarif
Kebijakan impor Kebijakan tariff
Kementerian Perdagangan
Nasional
3. Peningkatan mutu produk
SNI Bantuan alat/PG
Kementerian Perindustrian
Nasional
4. Kelembagaan (KPTR)
Pembinaan KPTRI
Kementerian Koperasi
Sumut, Sumsel, Lampung, Jabar, D.I.Y, Jateng, Jatim. Sulsel dan Gorontalo
5. Koordinasi
Kabijakan Koordinasi
Kementerian Ekonomi
Nasional
6. Perluasan areal tanam Seluas 300.000 – 350.000 ha
lahan HPK Lahan register Perizinan
Kementerian Kehutanan Kementerian BUMN Pemda
Papua, Maluku, NAD, Sumsel,Jambi, Riau, NTB, NTT,
V. PENGEMBANGAN KAWASAN BERBASIS KAKAO
Kakao merupakan komoditi unggulan perkebunan dan berperan penting sebagai sumber devisa negara, sumber pendapatan petani, penciptaan lapangan kerja, mendorong agribisnis dan agroindustri serta pengembangan wilayah. Pada tahun 2010, luas tanaman kakao di Indonesia mencapai 1.651.539 ha dengan produksi sebesar 844.626 ton yang diusahakan oleh perkebunan rakyat (94,19%) dan melibatkan petani secara langsung sebanyak 1.567.273 KK. Ekspor kakao Indonesia pada tahun 2010 mencapai 553 ribu ton dengan nilai sekitar US$ 1,64 milyar, menempatkan Indonesia sebagai penghasil devisa terbesar ketiga subsektor perkebunan setelah kelapa sawit dan karet. Dengan produksi sebesar 844.626 ton tersebut, menempatkan Indonesia sebagai negara produsen kakao terbesar kedua dunia setelah Pantai Gading, diikuti Ghana pada urutan ketiga.
Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Perkebunan Kakao Tahun
Luas Areal (ha)
Produksi (ton)
Produktivitas (ton / ha)
2005
1.167.046
748.828
921
2006
1.320.820
769.386
842
2007
1.379.279
740.006
796
2008
1.425.216
803.594
889
2009
1.587.136
809.583
822
2010
1.650.621
837.918
825
Sumber : Statistik Perkebunan Indonesia, Ditjen Perkebunan
EKSPOR TAHUN / Year
IMPOR
Volume (Ton) Nilai (000 US$) Volume (Ton)
Nilai (000 US$)
2005
463.632
664.338
52.353
82.326
2006
609.035
852.778
47.939
74.185
2007
503.522
924.157
43.528
82.786
2008
515.523
1.268.914
53.331
113.381
2009
535.236
1.413.535
46.356
119.321
Penyebaran KAKAO Nasional
FOKUS PENGEMBANGAN KLASTER AGRIBISNIS KAKAO
PERBAIKAN TANAMAN MELAUI: PEREMAJAAN, REHABILITASI, INTENSIFIKASI dan PERLUASAN TANAMAN
KELEMBAGAAN • GAPOKTAN • KOPERASI
• BIBIT TANAMAN UNGGUL BERMUTU • SUMBER ENTRES UNGGUL • PUPUK DAN PESTISIDA
UNIT PENGOLAHAN BIJI FERMENTASI KAKAO • Bangunan Unit Pengolah Kapasitas 1 ton/50 ha/4 hr
• PEMBERDAYAAN PETANI • PENINGKATAN MANAJEMEN ADMINISTRASI
INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO 1) Output : * Cocoa Powder * Cocoa Pasta * Cocoa Cake 2) Output : Industri kecil pengolahan coklat (consume product) 13
VI. PENGEMBANGAN KAWASAN BERBASIS KARET
Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Perkebunan Karet Nasional Tahun
Luas Areal (ha)
Produksi (ton)
Produktivitas (ton / ha)
2005
3.279.391
2.270.891
0,862
2006
3.346.427
2.637.231
0,967
2007
3.413.717
2.755.172
0,993
2008
3.424.217
2.751.286
0,994
2009
3.435.270
2.440.347
0,901
2010*
3.445.121
2.591.935
0,935
Sumber : Statistik Perkebunan Indonesia, Ditjen Perkebunan
EKSPOR
TAHUN / Year
Volume (Ton)
IMPOR
Nilai (000 US$)
Volume (Ton)
Nilai (000 US$)
2000
1,379,612
888,623
32,548
18,120
2001
1,453,382
786,197
9,298
6,557
2002
1,495,987
1,037,562
9,911
7,334
2003
1,662,210
1,494,811
17,840
15,555
2004
1,874,261
2,180,029
7,648
6,876
2005
2,024,593
2,582,875
6,687
6,441
2006
2,286,897
4,321,525
6,905
12,926
2007
2,407,972
4,868,700
9,915
13,327
2008
2,283,158
6,023,323
12,570
24,204
2009
1,991,533
3,241,534
12,729
18,918
PERMASALAHAN • SAAT INI SEKITAR 400 RIBU HEKTAR TANAMAN KARET KONDISINYA SUDAH TUA/RUSAK DAN TIDAK MENGGUNAKAN KLON UNGGUL (TERMASUK DALAM TM). SEHINGGA HARUS SEGERA DIREMAJAKAN. • TINGKAT PRODUKTIVITAS TANAMAN RENDAH, YAITU HANYA 935 KG/HA/TH TAHUN 2010 KARENA SEBAGIAN BESAR TANAMAN BERASAL DARI BENIH SAPUAN, BUKAN KLON UNGGUL. • TINGKAT PENGGUNAAN BENIH UNGGUL BARU MENCAPAI 40%, SEMENTARA THAILAND 95% MENGGUNAKAN KLON UNGGUL. • LOKASI PERKEBUNAN RAKYAT TERPENCAR DALAM SKALA LUASAN YANG RELATIF KECIL-KECIL DENGAN AKSES YANG TERBATAS, SEHINGGA BIAYA ANGKUT TINGGI DAN KURANG EFISIEN.
FOKUS KEGIATAN UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN BERBASI KARET
• Peremajaan dan Intensifikasi karet rakyat. • Penyediaan benih unggul bermutu, •Pengawalan kegiatan •Pemberdayaan petani melalui peningkatan petani/pekebun karet • Perbaikan mutu BOKAR penerapan SNI wajib. • Perbaikan jalan produksi dan Jalan Koleksi • Peningkatan Industri Hilir berbasis Karet
kemampuan
VII. PENGEMBANGAN KAWASAN BERBASIS KELAPA SAWIT
PERKEMBANGAN AREAL KELAPA SAWIT 9000 8000 7000 6000
PR PBN PBS NASIONAL
5000 4000 3000 2000 1000 0 1980 1990 2000 2007 2008 2009 2010
Tahun 1980 1990 2000 2007 2008 2009 2010)* Ptb %/th
PR 6 291 1.167 2.752 2.882 3.061 3.078
Luas Areal (000 ha) PBN PBS 200 89 372 463 588 2.403 606 3.408 603 3.879 631 4.181 637 4321
23.1
3.9
Sumber : Statistik Perkebunan Indonesia, Ditjen Perkebunan
14.0
Nasional 295 1.127 4.158 6.767 7.364 7.873 8.036
11.7 20
PRODUKSI KELAPA SAWIT 20000 18000 16000 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0
PR PBN PBS NASIONAL
1980
2000
Tahun 1980 1990 2000 2007 2008 2009 2010)* Ptb %/th
PR 1 377 1.906 6.358 6.923 7.518 7.668 34.7
2008
2010
Produksi (000 Ton CPO) PBN PBS 499 221 1.247 789 1.461 3.634 2.117 9.190 1.938 8.679 2.005 9.801 2.056 10.036 4.8 13.6
Nasional 721 2.413 7.001 17.665 17.540 19.324 19.760 11.7
Sumber : Statistik Perkebunan Indonesia, Ditjen Perkebunan 21
CPO
M.Sawit lainnya *)
Jumlah
Tahun
Volume 000 ton
Nilai Juta US$
Volume 000 ton
Nilai Juta US$
Volume 000 ton
Nilai Juta US$
1980
503
255
-
-
503
255
1990
816
204
-
-
816
204
2000
1.818
476
2.292
611
4.110
1.087
2005
4.565
1.593
5.811
2.164
10.376
3.757
2006
4.840
1.791
7.261
3.027
12.101
4.818
2007
5.701
3.739
6.174
4.130
11.875
7.869
2008
7.904
6.557
6.387
5.845
14.291
12.402
2009
8.799
5.006
6.730
4.138
15.529
9.144
2010
9.445
7.650
6.848
5.819
16.293
13.469
Ptb %/th
10,3
12,0
11,6
25,3
12,3
14,1
Sumber: BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) dan KEMENTRIAN PERDAGANGAN *) RBD-OLEIN, RBD-STEARIN, DAN PRODUK TURUNAN LAINNYA ; 22
PERMASALAHAN 1. Produktivitas rendah, khususnya PR (a) tidak menerapkan GAP, (b) benih asalan/tidak bersertifikat; (c). PR sudah memasuki umur peremajaan 2. Infrastruktur terbatas (jalan kebun, jalan produksi, pelabuhan), sehingga mmemrlukan waktu lebih dari 24 jam TBS sampai ke PKS 3. Biaya investasi cukup besar, sedangkan perbankan belum cukup mendukung; 4. Industri hilir belum berkembang (ekspor Indonesia 64,53% CPO, Malaysia 31,47% CPO) nilai tambah rendah 5. Isue Pembangunan berkelanjutan alih fungsi lahan, CO2 emision, pemanasan global, berkurangnya satwa langka, terpinggirkannya masyarakat lokal dll.
FOKUS KEGIATAN UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN BERBASIS SAWIT
Peremajaan tanaman tua Penggantian Bibit palsu Integrasi Sapi-sawit Penerapan GAP Pemberdayaan Petani Perbaikan infrastruktur (jalan kebun, akses, pelabuhan) Pengembangan Industri hilir berbasis kelapa sawit Sosialisasi ISPO Penelitian dan Pengembangan Promosi