Katekese Sakramen Tobat Dalam KATEKISMUS GEREJA KATOLIK (KGK), Sakramen Tobat dan Sakramen Pengurapan Orang Sakit dikelompokkan dalam sebutan Sakramen Penyembuhan. Sakramen ini berdayaguna untuk menyembuhkan kita dari “sakit rohani”, Sakit batin akibat sikap, tingkah laku, tutur kata dan perbuatan kita yang tidak baik yang merugikan diri sendiri, sesama dan alam sekitar. Dalam bahasa keagaamaan dikatakan sebagai akibat dari dosa-dosa yang kita buat. Sakramen ini juga menguatkan kita dalam menghadapi penderitaan, memampukan kita untuk menyadari kelemahan, kerapuhan kita dihadapan Allah serta memohon belaskasih dan kerahiman dari Allah. Tulisan singkat ini adalah sebuah katekese yang kiranya bisa membantu kita untuk tidak saja mengerti/memahami maknanya tetapi juga tergerak hati untuk datang bertemu Tuhan dalam penerimaan sakramen tobat. 1. Sakramen Pengakuan Dosa Sakramen pengakuan dosa (disebut juga penebusan dosa atau rekonsiliasi) adalah perayaan cinta, penuh belas kasih Allah, yang memberikan kita pengampunan dosa-dosa melalui Yesus Kristus yang wafat dan bangkit dan melalui pelayanan Gereja, kita didamaikan dengan Allah dan dengan sesama. Sakramen ini dilembagakan oleh Yesus Kristus pada saat Ia menampakkan diri-Nya kepada para murid-Nya setelah kebangkitan-Nya. Yesus berkata: “Terimalah Roh Kudus. Jika kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.” (Yoh 20: 22 – 23). 2. Mengapa Saya Harus Mengaku Dosa?
Karena setiap orang Kristen, setelah pembaptisan, melakukan dosa. Ini adalah kebenaran yang tak terbantahkan. Siapa yang berani mengatakan bahwa dia tidak berdosa. Semua kita adalah orang berdosa. Jika kita mengatakan tidak berdosa maka kita adalah pembohong (lih. 1 Yoh 1: 8). Pengakuan dosa adalah jalan untuk memulihkan hubungan kita dengan Allah, karena walau kita tidak setia, Ia tetap setia (2 Tim 2: 13). “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan
mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” (1 Yoh 1: 9); juga mendamaikan kita dengan Gereja, dosa melemahkan atau memutuskan persekutuan persaudaraan. Sakramen pengakuan memperbaharui dan mengikatnya kembali. Dengan mengaku dosa kita merasakan ketenangan batin; kelegahan dan kegembiraan. Jika kita mempunyai kesalahan dan menyimpan kesalahan itu, kita merasa tidak tentram, tidak aman, dikejar-kejar oleh perasaan bersalah. 3. Apa itu Dosa? Istilah dosa: Malum (Latin: Si Jahat yang diperbuat oleh manusia: malum culpae); Hamartanein (Yunani) – Hatta (Ibrani): artinya, meleset/ tidak kena sasaran/salah bidik. Yang harus menjadi bidikan manusia adalah Allah, namun manusia salah bidik, berbalik dari Allah, satu penghinaan terhadap Allah (Mz 51: 6). a). Menurut Katekismus Gereja Katolik: Dosa adalah suatu pelanggaran terhadap akal budi, kebenaran dan hati nurani yang baik; Kesalahan terhadap kasih yang benar terhadap Allah dan sesama atas dasar suatu ketergantungan yang tidak normal kepada barangbarang tertentu. Ia melukai kodrat manusia dan solidaritas manusiawi; Kata, perbuatan atau keinginan yang bertentangan dengan hukuman abadi. Pengkhianatan atas suatu relasi personal. Ketidakpercayaan kepada Allah. Memberontak terhadap kasih Allah dan membalikkan hati kita dari Dia. (KGK no. 1849) b). Menurut Kitab Suci: Dalam kitab Suci, ide mengenai dosa dimengerti sebagai: keinginan manusia untuk menjadi Allah (Kej 3) dan menolak status anak (Luk 15: 11 – 32) @ Keinginan manusia untuk menjadi Allah: Relasi manusia dalam Perjanjian Lama adalah: relasi saling percaya-relasi keluarga (Allah sebagai suami dan Israel sebagai Isteri). Allah menciptakan manusia menurut citra-Nya sendiri dan memberikan kebebasan kepada manusia. Ia mengadakan perjanjian dengan manusia, namun sayang manusia salah menggunakan kebebasan dan ingkar janji.
Dosa di taman eden adalah contoh manusia memberontak melawan perjanjian. Manusia tidak mau lagi hidup di bawah perintah Allah. Manusia mengambil posisi Allah, mau memiliki segala-galanya. Manusia serakah, rakus. Manusia lupa bahwa pemilik segala-galanya adalah Allah. Akibat melawan perjanjian itu: mata manusia terbuka dan mereka telanjang. Telanjang adalah simbolisasi dari kehilangan martabat asli, kehilangan kebahagiaan bersama Allah. @ Menolak status Anak: Teks Lukas 15: 11 – 32 bercerita tentang perumpamaan anak yang hilang. Si bungsu mendasarkan hidupnya tidak pada cinta tetapi pada hak dan kekayaan. Ia mau hidup dari miliknya, tidak mau terikat pada saudara dan Bapanya. Ia mau menjadi tuan atas dirinya dengan cara memutuskan relasi. Dalam PB dosa dimengerti sebagai putus hubungan manusia dengan Allah. Manusia mau bertindak sendiri atas hidupnya. St. Thomas Aquinas mengatakan: tahta dosa adalah hati manusia. Menurutnya, dari hatilah keluar suatu perbuatan. Aktivitas luar menyatakan secara rill orientasi interiornya. Perbuatan bisa menyatakan atau mengungkapkan sesuatu, tetapi bisa juga menyelubungi sesuatu. Yesus mengatakan: dosa terletak dalam hati manusia, “karena dari hati timbulah pikiran jahat, pembunuhan, perzinaan, percabulan, pencuriaan, sumpah palsu dan hujat (Mat 15: 19). 4. Jenis-jenis Dosa: dosa asal, dosa pribadi dan dosa sosial @ Dosa asal: Suatu “keadaan dosa” yang meliputi umat manusia seluruhnya, yang berasal dari manusia pertama Adam dan Hawa. Setiap orang yang lahir di dunia ini terkena oleh situasi kedosaan itu. Dosa dalam artian khusus, yakni bukan berdasarkan kesalahannya sendiri. @ Dosa Pribadi: Keengganan manusia untuk bertumbuh menuju kematangan yang penuh; manusia tidak hidup secara autentik, ia melenceng dalam pertumbuhannya dan gagal untuk menjadi apa ia seharusnya. Ia menolak untuk menjadi diri
sesungguhnya. Melakukan perbuatan pribadi dengan tahu dan mau dan merugikan diri sendiri dan orang lain. Dosa pribadi dapat berdimensi sosial/ berdampak sosial. @ Dosa Sosial: Menyangkut kejahatan struktural – dosa yang sudah dilembagakan. Dosa yang dilakukan secara bersama-sama dalam suatu komunitas tertentu dan mengakibatkan penderitaan secara bersama-sama. Kendati menekankan struktur dosa, namun kejahatan itu berakar dari dosa-dosa pribadi perorangan. (misalnya: korupsi, rasisme, militerisme, kolusi, nepotisme, pemiskinan ekonomi, dll) 5. Bobot Dosa: dosa berat dan dosa ringan @ Dosa berat: Dosa yang menyangkut perkara berat, (membunuh, berzinah, abortus/ pengguguran kandungan, dll), yakni penolakan langsung dan sepenuhnya terhadap kehendak Allah. Kejahatan dilakukan dengan kesadaran dan persetujuan yang penuh dan sudah dipertimbangkan. Bahkan, ada disebut “dosa maut” atau dosa mortalis, yakni: dosa yang amat serius – yang mendatangkan maut, misalnya (menghujat Allah) sehingga membuat orang kehilangan rahmat. Orang yang memiliki dosa maut harus bertobat agar ia jangan sampai masuk neraka (Konsili Trente) @ Dosa ringan: Pelanggaran hukum Allah dalam hal-hal yang ringan, dilakukan tanpa pengetahuan penuh, tanpa kesadaran penuh dan tanpa persetujuan penuh. Misalnya; kurang sopan, kurang sabar, dll. Dosa ringan juga terjadi kalau kebebasan orang sangat terbatas (misalnya dosa orang yang memukul sesamanya dalam keadaan mabuk lebih ringan daripada dosa orang yang melakukannya dalam keadaan sadar penuh (tahu dan mau). Beberapa tambahan istilah seputar sakramen tobat: Peniten: pendosa Penitensi: silih/ denda atas dosa-dosa: doakan Bapa kami/ Salam
Maria/ Doa Tobat/ Perhentian Jalan Salib, dll Absolusi: pengampunan atas segala dosa-dosa yang sudah kita lakukan. Indulgensi: (kemurahan hati): pemberian keringanan/ pembebasan dari hukuman sementara atas dosa-dosa yang kita lakukan. Pemberian indulgensi ini dilakukan di luar konteks sakramen tobat (beda dengan penitensi: dalam konteks penerimaan sakramen pengampunan dosa). Doa peniten dan doa Gereja dapat meringankan bahkan menghapuskan seluruh hukuman sementara yang harus dijalani peniten. Ada indulgensi sebagian (partial indulgence) dan indulgensi penuh (plenary indulgence). Indulgensi sebagian: menghapus sebagian dari hukuman sementara; sedangkan indulgensi penuh, menghapus seluruh hukuman sementara, yang dapat dilakukan dengan: (1) menerima sakramen tobat, (2) menerima komuni. (3) mendoakan intensi Sri Paus. (4) tidak lekat pada dosa apa pun. Indulgensi juga diberikan kepada orang-orang beriman yang telah meninggal dunia dan masih berada di api penyucian. 6. Penutup Hanya dalam Gereja Katolik yang memiliki sakramen tobat. Seseorang yang berdosa dinantikan kedatangannya dengan tangan terbuka untuk didamaikan dengan Allah dan manusia. Orang berdosa adalah mereka yang telah pergi jauh dari Tuhan, sesama dan dirinya dan kemudian kembali bertemu dengan Tuhan, sesama dan dirinya. Gereja Katolik telah menyiapkan Sakramen Tobat sebagai sarana keselamatan kepada umat. Kembali kepada kita: apakah ada kemauan dalam diri kita untuk menggunakan kesempatan berahmat ini? Apakah ada rasa bersalah, menyadari diri kita sebagai orang berdosa? Apakah setelah menyadari kesalahan itu, ada kemauan untuk datang bertemu dengan Tuhan dalam penerimaan sakramen Tobat? Apakah kita mau bertobat? Dan pertobatan yang sejati harus disertai dengan niat untuk memperbaiki dan memulai hidup baru, hidup yang sesuai dengan Injil dan ajaran-ajaran iman Katolik.
Wilfridus Nong Yodi
Tobat Menjadi Keharusan