SAKRA AMEN PE ENGAKU UAN DO OSA DAN N RELIG GIUSITA AS (StudiKaasusJemaaatGerejaKaatedral Jakaarta Pusat) Skripsi DiajukannuntukMemeenuhiPersyarratanMempeerolehGelar SarjanaT Theologi Islaam (S.Th.I)
Oleh: ItaS SitiNurhallimah 111100321000012
JURU USAN PERBANDIN NGAN AG GAMA TAS USHU ULUDDIN N FAKULT UNIVERSITAS S ISLAM NEGRI N SY YARIF HIIDAYATU ULLAH JAKART TA 2015
SAKRAMEN PENGAKUAN DOSA DAN RELIGIUSITAS (Studi Kasus Jemaat Gereja Katedral Jakarta Pusat)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh
Ita Siti Nurhalimah
NIM: 1110032100012
Diperiksa dan disetujui,
JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2015 M /1436 H
LEMBARPENGESAHAN Skripsi berjudul Sakramen Pengakuan Dosa dan Religiusitas: Studi Kasus Jemaat Gereja Katedral Jakarta Pusat telah diajukan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 06 Januari 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah-satu syarat memperoleh gelar Sarjana Theologi (S.Th.!) pada Program Stud; Perbandingan Agama. Jakarta, 06 Januari 2015
Panitia Ujian Munaqasah
Ketua Merangkap Anggota
Sekretaris Merangakap Anggota
c:Ik~
Pr . Dr. Masri Mansoer, MA NIP. 19621006 199003 1 002
Dra. Halimah SM, M.Ag
NIP. ]9590413 1996032001
Anggota Penguji II
Penguji I
~~ .. J
Y
Ismatu Ropi, MA., Ph.D NIP. 19691] 15 ]99503 1 002
edia Zainul Bahri MA NIP. 19751019200312 1 003
Dosen Pembimbing
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI Dengan ini saya: Nama
: Ita Siti Nurhalimah
NIM
: I I ] 0032 1000 I2
Fak/Jur
: UshuluddiniPerbandingan Agama
Judul Skripsi
: "Sakramen Pengakuan Dosa dan Religiusitas (Studi Kasus Jemaat Gereja Katedral Jakarta Pusat) "
Dosen Pembimbing
: Drs. M. Nuh Hasan, MA
Menyatakan Bahwa: I. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu Persyaratan memperoleh gelar Strata I (S I) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang beriaku di UIN SyarifHidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bukan hasil karya saya atau hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
MOTTO
Manusia yang paling baik adalah manusia yang bermanfaat untuk sesamanya. Terus Berusaha untuk menjadi manusia yang lebih baik. Berusaha bermanfaat untuk keluarga Berusaha bermanfaat untuk Lingkungan Sekitar Berusaha Bermanfaat untuk Agama Berusaha Bermanfaat untuk Negara Tercinta
(Nurhalimah Salim Ataraxia)
ABSTRAK Indonesia yang terkenal dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika memiliki pulau dari Sabang sampai Merauke, dengan berbagai ragam etnis dan suku yang memiliki kepercayaan yang berbeda-beda. Dalam segi agama rakyat Indonesia bebas memeluk agama yang mana saja yang menurutnya benar. Akan tetapi agama yang diakui secara yuridis oleh pemerintah hanya ada 6 agama yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu. Semua agama tersebut mengajarkan kebenaran dan cinta kasih. Semua agama mengenal istilah dosa dan cara membersihkan dosa tersebut. Dalam agama Kristen lebih tepatnya Katolik cara untuk menyucikan dosa disebut sakramen pengakuan dosa. Setiap prilaku seseorang dalam hal agama biasa disebut religiusitas seseorang, religiusitas merupakan bentuk ketaatan penganut agama terhadap agama yang dianutnya yang dibuktikan dengan hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan bumi. Yang menjadi masalah disini adalah bagaimana keterkaitan antara sakramen pengakuan dosa terhadap religiusitas. Penelitian ini merupakan jawaban atas kegelisahan penulis ketika berkunjung ke Gereja dan melihat kamar-kamar yang terletak dibagian pinggir gereja, ternyata itu adalah kamar pengakuan dosa. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui bagaimana keterkaitan sakramen pengakuan dosa terhadap tingkat religiusitas para jemaat gereja. Dengan menggunakan metode penelitian Kualitatif, analisis dilakukan langsung terjun ke lapangan dengan melakukan wawancara terhadap pendeta dan penyebaran questioner ke Jemaat gereja. Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah jemaat gereja katedral Jakarta pusat. Kemudian data-data tersebut ditelaah dan dideskripsikan supaya bisa diketahui keterkaitan dari sakramen pengakuan dosa tersebut terhadap tingkat religiusitas jemaat gereja katedral Jakarta tersebut. Tingkat religiusitas jemaat Gereja katedral Jakarta pusat tersebut ternyata meningkat pasca melakukan sakramen pengakuan dosa. Sakramen pengakuan dosa juga memiliki keterkaitan dengan religiusitas, karena ada perubahan sikap dan pemahan yang signifikan pasca melaksanakan sakramen pengakuan dosa tersebut. Ini berdasar kan tujuh dimensi religiusitas yang dikemukakan oleh Kendler dengan jawaban setuju untuk pernyataan Favorable dan tidak setuju untuk pernyataan unfavorable.
i
KATA PENGANTAR Tiada kata yang pantas penulis ucapkan melainkan memanjatkan Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat dan Hidayahnya sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas akhir ini. Shalawat dan Salam semoga selamanya tercurah limpahkan kepada baginda tercinta, Nabi akhir zaman, yang membawa umatnya dari zaman Jahiliyah menuju alam yang terang berderang ini yakni Nabi Muhamad SAW. Penulis menyadari bahwa Skripsi ini adalah hanya karya kecil yang tidak ada harganya bila dibandingkan dengan karya-karya besar dari para Penulis yang hebat. Penulis merasa berhutang banyak kepada pihak-pihak yang telah direpotkan oleh penulis, baik memberikan dukungan secara moril dan materinya, motivasi, bingbingan dan arahan untuk menyelesaikan skripsi ini. Karya ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua tersayang Mamah Ooh dan Bapak Salim, mohon maaf anak sulungmu ini belum bisa membahagiakan kalian, Terimakasih atas segala perhatian, doa dan pengorbanan selama ini yang tidak bisa penulis ungkapkan karena terlalu banyak pengorbanan yang tidak ada batasnya. Terimakasih kepada ade tercinta Nining Ratnasari yang selama ini selalu setia menemani hidupini, selalu menemani saat melaksanakan penelitian, jangan sia-siakan waktu, isilah waktu dengan hal yang bermanfaat dan jangan sampai menyesal dikemudian hari. Terimakasih kepada Kedua Nenek yaitu Ema Aop dan Ema Enok
iii
atas doa-doanya. Terimakasih kepada Keluarga besar dari Mamah dan Bapak atas segalanya selama ini. Tak lupa Penulis haturkan Terimakasih yang tak terhingga kepada pihakpihak yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini antara lain: 1. Drs. M. Nuh Hasan, MA., selaku dosen pembimbing yang tidak pernah jemu memberikan bingbinganya sehingga Penulis bisa menyelesaikan tulisan ini. 2. Prof. Dr. H. Zainun Kamaludin Fakih, MA. Dan Prof. Dr. Masri Mansoer, MA selaku Dekan Fakultas Ushuluddin. 3. Keluarga Besar Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta segenap dosen terutama Ibu Hj Siti Nadroh dan Bapak Ismatu Ropi, karyawan dan seluruh staf yang telah memberikan ilmu dan memberikan fasilitas kepada penulis dalam melaksanakan study ini terutama om Toto Tohari yang selalu setia menemani dan membantu dari mulai proses masuk sampai selesai, semoga semua kebaikan dibalas oleh Allah SWT. 4. Keluarga Besar Pondok Pesantren RAUDATUL MUTA’ALIMIN CILENDEK Kota Tasikmalaya yang tidak pernah penulis temukan di tempat lain, guru-guru yang luar biasa, tidak bisa diungkapkan dengan seribu ungkapan namun penulis bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga besar ini. 5. Keluarga besar paroki Gereja katedral Jakarta terutama Mas Hendrik, Romo Cesar Yanto dan para jemaat atas bantuanya selama ini.
iv
6. Sahabat-sahabat tersayang Sonia, Miftahulma’wah dan Ema yang selalu memberikan bantuan moril dan materinya, terimakasih banyak atas semuanya selama ini. 7. Teman-teman seperjuangan Perbandingan Agama angkatan 2010 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Sahabat Elita dan Rita terimakasih atas kebersamaan selama ini. Dan yang memiliki cerita indah diakhir perjuangan penulisan ini bersama Fatma Utami Jauharah dan Rizky Yazid. 8. Keluargabesar IMM cabang Ciputat dan keluarga besar Himalaya Jakarta. 9. Keluarga besar kaukus muda ponpes Raudatul mutaalimin cilendek Kota Tasikmalaya. 10. Seseorang yang selalu menemani penulis hamper 7 tahun semoga kita diberikan kesempatan untuk terus hidup bersama menjalankan Syariat Allah SWT dan mengikuti sunnah Nabi SAW. 11. Sahabat-sahabat terkasih Ina nurjanah, Epin kurniasih, Nina nurmilah, Ai nurfatwa, Dini Fitriani, Miftah Farid dan Wandi Riswandi yang telah berjuang bersama untuk terus melaksanakan Tholabulilmi, ayo semuanya semangat tinggal beberapa langkah lagi. 12. Kelompok KKN TOA terimakasih untuk kebersamaan walau hanya 1 bulan tetapi sangat berkesan. Alhamdulillah
dengan
segala
keterbatasan
dan
kekurangan
penulis
bisa
menyelesaikan pendidikan jenjang S1 ini dan penulis haturkan Terimakasih yang
v
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang sudah memberikan bantuan dan dukunganya selamaini.
vi
DAFTAR ISI ABSTRAK………………………………………………………………………. i KATA PENGANTAR……………………………………………………………iii DAFTAR ISI……………………………………………………………………..VI
BAB 1
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……………………………………….1 B. Rumusan Masalah……………………………………………...4 C. Tujuan Penelitian………………………………………………4 D. Manfaat Penelitian……………………………………………. 5 E. Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori…………………………5 F. Metodologi Penelitian………………………………………… 7 G. Sistematika Penulisan…………………………………………..8
BAB II
PEMBAHASAN RELIGIUSITAS
SAKRAMEN
PENGAKUAN
DOSA
DAN
A. Konsep Dosa……………………………………………………9 B. Konsep Dosa Waris……………………………………………13 C. Konsep Sakramen Pengakuan Dosa………………………….. 18 D. Konsep Penebusan Dosa………………………………………20 E. Tata Cara Pengakuan Dosa…………………………………….22 F. Konsep Religiusitas…………………………………………….25
vi
BAB III
GEREJA KATEDRAL JAKARTA DAN JEMAATNYA A. Sejarah Gereja ……………….………………………………28 B. Struktur Organisasi Paroki Gereja………………..………….39 D. Jemaat Gereja………………..……………………………… 41
BAB IV
KETERKAITAN SAKRAMEN PENGAKUAN DOSA TERHADAP RELIGIUSITAS A. Temuan-Temuan dalam Penelitian dan Analisa Penulis……..42
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan……………………………………………………58 B. Saran-saran………………………….........................................59
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….60 LAMPIRAN………………………………………………………………………63
vii
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Indonesia yang terkenal dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika memiliki pulau dari Sabang sampai Merauke, dengan berbagai ragam etnis dan suku yang memiliki kepercayaan yang berbeda-beda. Dilihat dari sejarahnya agama maka agama memiliki dua jenis yang dapat dikategorikan menjadi duajenis yaitu: 1) agama lokal seperti agama Parmalim di Sumatra Utara, agama Kaharingan pada masyarakat Dayak, agama Alattodolo di Tana Toraja dan yang lainya; 2) agama yang datang dari luar Nusantara seperti Hindu dan Buddha dari India; Khonghucu dan Tao dari Tiongkok; Kristen dan Katolik dari Eropa; dan Islam dari Timur Tengah. Semua agama yang datang dari Nusantara itu mempunyai sejarah panjang untuk bisa diakui dan diterima oleh warga Indonesia. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) Tahun 2005 pemeluk agama Islam 87,20%, Kristen 6,20%, Katolik 3,32%, Hindu 2,20% dan Buddha1,07%.1 Dari data di atas terbukti bahwa agama yang dianut di Indonesia bukan hanya agama Islam saja melainkan agama-agama yang lain termasuk agama Kristen. Kristen berasal dari kata Kristus, yang artinya gelar kehormatan keagamaan untuk Yesus dari Nazareth, Kristus dari bahasa Yunani yang berarti“diurapi”.
1
Puslitbang Kehidupan Beragama, Kompilasi Kebijakan dan Peraturan PerundangUndangan Kerukunan Umat Beragama (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2012), h. 2.
2
Dalam tradisi gereja ada istilah sakramen, namun ada perbedaan antara tradisi Gereja Katolik dan Protestan. Dalam Gereja Katolik ada tujuh sakramen yaitu: sakramen baptis suci, peneguhan iman, pengakuan dosa, Ekaristi, pengurapan minyak akhir, imamat kudusdan pernikahan, sedangkan dalam Protestan ada dua sakramen yaitu sakramen baptis suci dan sakramen ekaristi.2 Istilah Katolik berasal dari bahasa Yunani “Katholikos” yang maksudnya adalah ajaran terbesar di seluruh dunia atau dapat diterima diseluruh dunia, yang pertama memakai istilah Katolik adalah “Ignatius dari Antiokia”. Lebih lanjut dari kata Katolik dianggap sebagai nama ajaran gereja yang dipandang besar sebagai lawan dari ajaran yang muncul di zaman permulaannya. Agama Katolik ini tumbuh pada awal abad keempat Masehi dimana gereja mendapat pengakuan resmi dari Kaisar Romawi Konstantin Agung.3 Yesus Kristus adalah pendiri dari agama Kristen, tepatnya Katolik. Nama “Yesus” berasal dari bahasa Yunani “lesous” yang berasal dari bahasa
Ibrani
“yehosyua” dalam bahasa Indonesia dipakai kata Yosua yang artinya Yahweh adalah penyelamat. Dia adalah orang yang dijanjikan sebagai Messiah yang diuraikan dalam Perjanjian Lama dengan perantaraan para Nabi. Yesus Kristus berasal dari Nazaret yang dilahirkan sekitar tahun 7-5 SM atau tahun ke-4 M. Pada usia 27 tahun Ia mulai mengajarkan ajarannya di Galelia dan kemudian ajarannya menyebar di kalangan
2
Anastigitra, “Perbedaan Katolik dan Protestan,” artikel diakses pada 7 September 2014 dari http://anastigitra.blogspot.com/2011/11/apa-sih-sebenarnya-yang-membedakan.html 3 Desi Miharlina, “Konsep Dosa Dalam Pandangan Agama Katolik dan Pandangan Islam,”(Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, IAIN Wali Songo Semarang, 2010), h.2.
3
orang-orang Palestina. Yesus dipercaya pengikutnya sebagai pembawa kabar gembira, yaitu dengan penebusan dosa. Dalam setiap agama mengenal istilah dosa, karena setiap manusia yang lahir kedunia ini tidak luput dari kesalahan dan dosa, konsep ini dalam sebuah hadits yang artinya ”manusia itu adalah tempatnya salah dan lupa.”Dalam konteks ini setiap agama memberikan cara atau jalan untuk memperbaiki atau menghapus dosa-dosa tersebut. Itulah konsep dasar yang berkembang dalam beberapa agama. Dalam Islam dikenal dengan adanya taubat dan dalam Katolik dikenal dengan istilah sakramen pengakuan dosa. Karena Katolik memandang penting tentang sakramen pengakuan dosa sehingga jelas dalam Perjanjian Baru terdapat bahasan tentang hal ini. Pada awal pelayananya Yohanes pembaptis mengkhotbahkan suatu baptisan pertobatan untuk penghapuasan dosa. Sebagaimana disebutkan dalam Alkitab Injil markus pasal 1 ayat 4. Demikianlah Yohanes pembaptis tampil di padang gurun dan menyerukan: “Bertobatlah dan biarlah dibaptis dan Allah akan mengampunimu.”
Dalam Katolik dikenal adanya dosa waris dan dosa perbuatan. Dosa waris merupakan hukuman dari Allah untuk Adam dan Hawa karena telah melanggar perjanjian dengaNya. Dosa waris menurut keyakinan orang Katolik ditebus oleh Yesus Kristus, sedangkan dosa perbuatan ditebus oleh manusia itu sendiri dengan cara melakukan sakramen pengakuan dosa. Panggilan untuk bertobat dan janji pengampunan menonjol dalam pengajaran Yesus. Menurut Paulus “jadi ketahulailah
4
hai saudara-saudara, oleh karena Dia maka diberitakan kepadamu pengampunan dosa.4 Dalam agama sikap atau perilaku seseorang bisa tergambar dari keseharian penganut agama tersebut. Sehingga sikap tersebut biasa disebut tingkat religiusitas seseorang.
Yang
dimaksud
religiusitas
adalah
prilaku
seseorang
yang
menggambarkan ketaatan terhadap agama yang dianutnya. Karena penulis melihat adanya keunikan dalam tradisi Gereja Katolik yang berkaitan dengan hal sakramen maka penulis tertarik untuk membahas dan menelitinya secara lebih lanjut. Penelitian ini berjudul Sakramen Pengakuan Dosa dan Religiusitas, dengan Studi Kasus Jemaat Gereja Katedral Jakarta Pusat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas penulis tertarik untuk meneliti tentang dosa dalam agama Katolik, pengakuan dosa dan religiusitas. Dalam penelitian ini penulis membuat rumusan masalah agar penelitian yang dilakukan lebih terarah. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana kaitan sakramen pengakuan dosa terhadap religiusitas jemaat Gereja Katedral Jakarta? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
4
Linwood Urban, Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2001), h.
128-129.
5
a. Untuk mengetahui kaitan sakramen pengakuan dosa terhadap religiusitas para jemaat Gereja Katedral Jakarta Pusat. b. Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) Theologi Islam dan ilmu Ushuluddin di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Menjadi bahan rujukan baik secara akademis atau non akademis tentang dosa dalam agama Katolik untuk kalangan mahasiswa yang membutuhkan atau kalangan lainya. E. Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori Untuk melengkapi penelitian ini, penulis melakukan penelitian awal dari karya-karya sebelumnya yang berkaitan dengan pokok bahasan dan beberapa diantaranya adalah skripsi tentang “Konsep Dosa dalam Pandangan Agama Katolik dan Pandangan Islam” yang disusun oleh Desi Miharlina IAIN Semarang. Dalam tulisan ini dijelaskan konsep dosa dan penebusana, persamaan dan perbedaan, akibat melakukan dosa menurut pandangan Katolik dan Islam. Penelitian tersebut sifatnya perbandingan dua agama yaitu Katolik dan Islam, Harun Hadiwijono, dalam bukunya yang berjudul Iman Kristen, buku ini menjelaskan tentang pengertian dosa menurut Kristen Katolik yang ada dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Bagaimana dalam Alkitab ini menceritakan manusia jatuh ke dalam dosa yaitu dengan perantara penggodaan Iblis dan mendapat hukuman dari Allah karena perbuatannyayang telah melanggar larangan-Nya.Sedangkan dalam penelitian ini lebih fokus pada sakramen pengakuan dosa dan religiusitas.
6
Selain tinjauan pustaka penulis juga mencantumkan landasan teori dalam penelitian ini, supaya penulisannya tidak kabur dan lebih terarah, dengan memfokuskan pada tema sakramen pengakuan dosa dan religiusitas. Sakramen adalah tanda dan sarana kehadiran Allah. Sedangkan dalam sumber lain sakramen merupakan perayaan iman yang menggunakan tanda atau lambang konkrit yang menunjukan pada suatu kenyataan rohani. Dosa adalah kejahatan, kesalahan, kekeliruan atau kekhilafan. Menurut pandangan agama Kristen dosa adalah setiap pikiran, kata-kata atau tindakan yang dengan sadar tidak taat terhadap kehendak Allah dan dalam arti tertentu menolak kebaikan dan cinta Ilahi.Injil Yohanes memandang dosa sebagai ketidakpercayaan terhadap kristus, kecenderungan memilih kegelapan dari pada cahaya dunia. Religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia yang tidak hanya pada kegiatan yang kasat mata tetapi lebih dalam lagi, mencakup aspek perasaan, motivasi dan aspek batiniah manusia. Dengan demikian religiusitas memiliki makna yang terkait keyakinan, penghayatan, pengalaman, pengetahuan dan peribadatan seorang penganut agama terhadap agamanya yang diaplikasikan dalam kehidupannya sehari-hari sebagai pengakuan akan adanya kekuatan tertinggi yang menaungi kehidupan manusia. Dari uraian diatas jelas bahwa sakramen pengakuan dosa dan religiusitas berarti ingin mengetahui pengertian dosa, cara penebusan dosa dan keterkaitan antara sakramen pengakuan dosa terhasap religiusitas.
7
F. Metodologi Penelitian F.1. Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data library research, wawancara mendalam kepada Pastor dan penyebaran Quesioner kepada 20 Jemaat Gereja Katedral Jakarta. F.2. Pengolahan Data Setelah data-data terkumpul, langkah yang diambil peneliti adalah mengolah data-data yang sudah ada. Proses pengolahan data akan menggambarkan data-data yang ada. Dari data tersebut berupa pemikiran maupun peristiwa, maka peneliti bisa menguraikan data-data yang ada supaya bisa dipahami dengan jelas. F.3. Analisa Data Analisis pembahasan penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode deskriftif-analisis. Penulis menganalisa dari sumber data terkumpul, setelah pengumpulan dan pengolahan data terhadap data-data yang didapat, maka sangat penting untuk menganalisa data. Dengan melakukan analisa data peneliti dapat kritis terhadap data-data yang didapat. G. Sistematika Penulisan Secara garis besar penulisan pembahasan skripsi ini terdiri dari lima pembahasandengan uraian sebagai berikut: Bab 1 merupakan pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan landasan teori, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. Bab II merupakan
8
pembahasan tentang konsep sakramen pengakuan dosa dan religiusitas.Terdiri dari konsep dosa, konsep sakramen pengakuan dosa, tata cara pengakuan dosa
dan
konsep religiusitas. Bab III merupakan pembahasan tentang Gereja Katedral Jakarta dan Jemaatnya, terdiri dari sejarah gereja, letak, struktur organisasi Paroki Gereja dan jemaat gereja. Bab IV merupakan temuan-temuan dalam penelitian dan analisis penulis tentang kaitan sakramen pengakuan dosa terhadap religiusitas pada jemaat gereja katedral Jakarta Pusat. Bab V merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
9
BAB II SAKRAMEN PENGAKUAN DOSA DAN RELIGIUSITAS
A. Pengertian Dosa Dosa adalah perbuatan yang melanggar hukum Allah. Perbuatan dosa tampak dalam melawan hukum Allah, yaitu hukum yang tertulis di dalam hukum Taurat. Orang yang melanggar hukum Allah disebut orang berdosa. Seluruh tabiat orang berdosa menjadi jahat, rusak dan binasa.Akal, kasih dan kehendak dikuasai dan dikendalikan oleh dosa sehingga senantiasa perbuatanya melawan hukum Allah.5 Dalam kamus besar bahasa Indonesia yang dimaksud dosa adalah perbuatan yang melanggar hukum Tuhan atau agama.6Sedangkan dalam pandangan agama Katolik dosa adalah setiap pikiran, kata-kata atau tindakan yang dengan sadar tidak taat terhadap kehendak Allah dan dalam arti tertentu menolak kebaikan dan cinta Ilahi.7 Dalam Perjanjian Lama ditemukan beberapa kata yang berhubungan dengan dosa, diantaranya adalah Hatta berasal dari bahasa Ibrani yang berarti jatuh dan mengurangi standar dari Tuhan yang suci. Allah telah menetapkan suatu standar bagi manusia. Pada saat manusia diusir dari Eden, dengan itu pula manusia turun dari standar yang ditetapkan oleh Allah, itulah yang disebut dengan hatta. Dosa merupakan fakta pelanggaran manusia terhadap Allah yang menyebabkan mereka 5
Wellem F.D, Injil dan Marapu (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), h. 307. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 212. 7 Becker Dieter, Pedoman Dogmatika; Suatu Konpendium Singkat (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), h. 102. 6
10
terusir dari Eden. Adapun standar yang diberikan Allah untuk manusia sebelum mereka diusir dari Eden merupakan standar hidup yang penuh dengan berkat materi. Hatta standar hidup mereka yang penuh dengan berkat berlimpah berubah menjadi penderitaan dan kutukan dalam kehidupan. Kata yang kedua yang berhubungan dengan dosa adalah Avon berasal dari bahasa Ibrani juga adalah berarti sesuatu "guilty" (kesalahan) atau suatu hal yang mengakibatkan kita merasa patut dihukum. Istilah ini merupakan penjelasan dari suatu perasaan di dalam diri yang menganggap bahwa dirinya cacat, atau menganggap bahwa dirinya tidak benar, sehingga selalu diselimuti perasaan bersalah di dalam diri tersebut. Hal ini berkaitan dengan fungsi dari hati nurani yang dimiliki oleh manusia yang berfungsi untuk selalu mengoreksi perbuatan dirinya. Tentunya avon hanya dimiliki oleh manusia sebagai gambaraan penciptaan-Nya. Dengan adanya avon di dalam diri manusia, sebagai sarana bagi manusia untuk selalu mengintrospeksi segala perbuatan yang telah diperbuatnya. Ketiga adalah Pesha berarti semacam pelanggaran, pelanggaran berarti ada suatu batas yang sudah ditetapkan, tetapi tetap melewatinya atau sudah ada suatu standar namun bukan saja tidak bisa mencapai tetapi juga tetap mau melawan atau melanggar. Maka pengertian ini bersangkut paut dengan suatu pengetahuan yang jelas, ditambah dengan kemauan yang tidak mau taat. Mengetahui apa itu baik, tetapi
11
sengaja melawan. Mengetahui batas sudah di situ, tetapi sengaja mau melewatinya. Tahu batas dan tahu tidak baik, tapi sengaja melewati, itu disebut "pesha".8 Beberapa sarjana Katolik berpendapat mengenai maksud dari dosa, diantaranya adalah Paulus. Menurut Paulus dosa dikenal dengan ketidak patuhan dan keinginan yang tidak benar. Dosa bagi Paulus adalah sesuatu yang harus dipertanggung jawabkan oleh diri sendiri karena kesalahan yang dilakukan oleh dirinya. Paulus menyebut orang berdosa sebagai musuh dan pembenci Allah. Manusia sebagai orang yang berdosa tidak hanya melanggar hukum Allah tetapi ingin merebut tahta Allah dan melampaui batas antara Allah dengan ciptaanya. Dosa juga dipahami sebagai malapetaka yang berarti bukan manusia yang menjadi subyek tetapi dosa yang berdiam diri dalam diri manusia. Karakter dosa yang transsubyektif berpandangan bahwa dosa manusia diakibatkan oleh dosa Adam. Menurut Pelagius manusia sejak lahir bersih dari dosa seperti halnya Adam sebelum kejatuhanya, karena ia masih memiliki kehendak yang bebas maka ia dapat memilih yang baik dan yang jahat sehingga ia masih mampu berbuat baik. Sarjana yang lain adalah Thomas Aquinas mengemukakan bahwa dosa dibedakan menjadi lima bagian diantaranya adalah Peccatum Veriale (dosa yang dapat diampuni), Peccatum Mortale (dosa berat yang tidak bisa diampuni), Peccatum in Deum, In Seipsum et in Proximum (dosa terhadap Allah, diri sendiri dan sesama), Peccatum originale (dosa asali), Peccatum Actuale (dosa perbuatan).9
8
Dieter, Pedoman Dogmatika, h. 101. Dieter, Pedoman Dogmatika, h. 103-104.
9
12
Sedangkan Karl Barth sebagai sarjana Kristen modern memandang dosa hanya bisa dikenal dalam pernyataan Allah melalui Kristus, bukan sebelum atau diluarnya, maka dalam kajian Kristologi kajian tentang dosa adalah salah satu bahasannya. Hanya dalam diri Kristus kita diberi cermin untuk mengenal diri kita sebagai orang-orang berdosa. Karl Barth menggelari Kristus dengan nama-nama berikut: Allah yang benar yaitu Allah yang merendahkan diri dan yang memberi kedamaian, manusia yang benar yaitu manusia yang telah dinaikan Allah dan yang memberi kedamaian dan Penjamin dan saksi perdamaian kita. Karl Barth menyimpulkan adanya tiga bentuk dosa manusia yakni keangkuhan, kemalasan dan kebodohan. Menurutnya Keangkuhan adalah bentuk kongkret dari ketidaktaatan dan ketidakpercayaan manusia. Sedangkan Karl Barth memahami Kemalasan berarti Allah sendiri tidak hanya menunjukan jalan kepada manusia, tetapi tidak menerobosnya, sehingga sebenarnya manusia tidak boleh melepaskan diri demi keinginanya sendiri, tidak boleh mencari jalan-jalan yang kabur dan penuh kecerobohan, kesedihan dan keputusan dengan menentang anugerah yang telah menghadap, menuntun dan mengatur jalanya. Lebih lanjut Karl Barth memahami Kebohongan merupakan penghancuran diri sendiri karena manusia yang berada dibawah kekuasaan dosa dan membohongi Allah serta diri sendiri mengalami kehancuran personalitas. Dosa tidak dapat
13
mengatakan “ya” melaikan hanya kata “tidak”. Dosa tidak dapat membangun melainkan menghancurkan dan mengakibatkan penderitaan atau maut.10 Secara sedehana dapat disimpulkan bahwa dosa perbuatan manusia muncul akibat dari adanya dosa waris, yang menjadi hukuman untuk Adam dan Hawa karena melanggar hukum Allah. B. Dosa Waris Dalam beberapa literatur dosa waris adalah dosa yang harus ditanggung setiap anak manusia akibat kesalahan Adam dan Hawa sebagai bapak manusia semasa di surga. B.1. Asal Usul Dosa Manusia mendapat tugas menjaga Taman Eden (Kejadian 2:15), tetapi tugas tersebut tidak dijalankannya, karena musuh tidak diusirnya, malah menyerahkan dirinya kepada kekuasaan musuh itu. Iblis datang kepada manusia untuk menggoda, sebagai alat untuk menggoda manusia dipakainya binatang ular yang menyampaikan perkataannya. Ular adalah binatang yang paling cerdik dari segala binatang yang dijadikan Allah, ular itu mula-mula pergi kepada perempuan itu, lalu berkata: tentunya Allah berfirman, “Segala pohon dalam taman ini janganlah kamu makan buahnya, bukan?” ular itu tidak pergi kepada laki-laki tetapi kepada perempuan ini disengaja oleh iblis. Lalu sahut perempuan itu kepada ular : ”Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada ditengah-tengah, Allah 10
Dieter, Pedoman Dogmatika, h.105-107.
14
berfirman:”Jangan kamu makan atau raba buah itu, nanti kamu mati”, tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: “Sekali-kali kamu tidah akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka dan kamu akan menjadi, seperti Allah tentu tentang yang baik dan yang jahat”. Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya lagi pula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian, lalu ia mengambil dari buahnya dan memakannya dan diberikan kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia dan suaminya pun memakannya.11 Kemudian Allah menghukum Adam, Hawa dan Iblis dengan cara mengusirnya dari Taman Firdaus. Sedangkan menurut F.l Bakker hukuman bagi mereka dikutip dari Firman Allah dalam Perjanjian Lama, dalam Kejadian 3 ayat 1 sampai 3 adalah sebagai berikut: “Kepada perempuan yang berbunyi: “Bahwa aku akan menambahi segala kesusahanmu pada masa engkau mengandung, maka dengan kesusahan pun engkau akan beranak dan engkau akan tekluk pada lakimu dan iapun akan memerintahkan dikau”.Kepada laki-laki yang berbunyi: “Bahwa sebab engkau telah mendengar akan kata istrimu, serta memakan buah pohon, yang telah ku pesan kepadamu jangan engkau makan dia, maka terkutuklah bumi ini karena engkau akan memakan hasilnya seumur hidupmu”.Kepada ular yang berbunyi: “Karena engkau telah berbuat demikian, terkutuklah engkau diantara segala ternak dan diantara segala binatang hutan, dengan perutmulah engkau akan menjalar, dan debu tanahlah akan kau makan seumur hidupmu. B.2. Kesalahan Warisan Kesalahan warisan ini berawal dari Adam dijadikan oleh Tuhan sebagai kepala manusia. Sebagai kepala umat manusia ia menerima perjanjian dengan Tuhan 11
F.I Bakker, Sejarah Kerajaan Allah Perjanjian Lama (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2004),
h. 24-28.
15
dan sebagai kepala umat manusia juga ia melanggar perjanjian itu. Perjanjian perdamaian tentu hanya dilakukan dengan dua pemimpin bangsa, akan tetapi kedua bangsa segenapnya itu dianggap menetapkan sendiri perjanjian itu. Maka dari itu kalau salah satu pemimpin bangsa itu tidak setia pada perjanjian perdamaian itu maka otomatis bangsanya pun dianggap tidak setia. Allah dan Adam adalah pihak yang mengadakan perjanjian perdamaian itu tetapi Adam tidak setia terhadap perjanjianya maka seluruh umat manusia jatuh kedalam dosa. Paulus berkata”karena seorang dosa masuk kedalam dunia, maka karena itulah kalian semua berbuat dosa.Allah menghitung kesalahan kita, jadi dengan langsung inilah yang dinamakan kesalahan warisan”.12 B.3. Kerusakan Warisan Kerusakan warisan dikarenakan Adam yang dijadikan benih yang akan mengeluarkan pohon yang besar. Sudah sendirinya keadaan benih menentukan keadaan pohon kelak. Kalau benihnya baik tentu akan menghasilkan pohon yang baik. Adam berbuat dosa dijatuhi hukuman, hukuman ini juga berisi kerusakan jiwa dan tubuh. Orang-orang yang menjadi turunanya juga dilahirkan dengan kerusakan jiwa dan tubuh. Tidak hanya sakit keadaan manusia sekarang dan tidak sama sekali sehat melainkan mati. Tidak dapat berbuat baik dan cenderung terus berbuat jahat. Sudah jelas bahwa segala hidup tidak dapat timbul dari manusia sendiri, hanya Allah yang dapat memberikan, manusia sendiri sudah mati, manusia sudah rusak, berarti sudah kehilangan kemuliaan yang telah diberikan Allah (Rm 3:23). 12
Soedarmo, Ichtisar Dogmatika (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), h. 156.
16
Kerusakan warisan menjalar dengan kelahiran orang. Tidak langsung dilanjutkan oleh Allah tetapi ada alatnya yaitu kelahiran. Dosa warisan dapat menimbulkan pikiran, adakah Allah itu adil kalau demikian? maka jawabanya jelas Allah itu maha adil, Adam dijadikan sebagai kepala umat manusia maka segala tindakan dan akibatnya terhitung sebagai tindakan kita semua yang dikepalai Adam.13
B.4. Hukuman Dosa Dalam kitab suci dijelaskan bahwa Allah menghukum dosa. Dalam kejadian 2 dan 3, Roma 5:12. hal ini jelas bahwa Allah itu Maha Kasih tetapi Maha Suci tidak dapat membiarkan dosa. Allah bersifat kebenaran maka tidak dapat mengabaikan Firman-Nya sendiri. “Sebab pada hari engkau memakanya pastilah engkau mati”14
Dari penjelasan diatas berati hukuman adalah upah bagi perbuatan yang tidak baik. Keadilan Allah yang harus menjatuhkan hukuman. Memurnikan yang akan bergaul dengan Allah, kesuciaan Allah yang memerlukan hal ini. Kemudian Allah menjelaskan hukuman untuk orang berdosa yang tertulis jelas dalam Kel 2 ayat 1-7. Hukuman tersebut adalah maut dan hidup manusia menjadi rusak. Yang dimaksud maut disini ialah perceraian antara apa yang
13
Soedarmo, Ichtisar Dogmatika, h. 157. Alkitab, Kejadian 2:17.
14
17
dihubungkan oleh Allah. Maka perceraian tersebut dapat dibedakan menjadi tiga bagian di antaranya sebagai berikut: Pertama Perceraian antara jiwa dengan tubuh. Allah menjadikan manusia sebagai kesatuan antara jiwa dan tubuh. akan tetapi karena dosa kesatuan ini terpecah. Tubuh akan kembali pada debu, jiwa akan kembali ke kerajaan jiwa. inilah yang dinamakan maut badani. Maut badani tidak langsung datang kepada manusia setelah jatuh kedalam dosa. ini sudah menunjukan anugrah Allah. Allah masih hendak menyelamatkan manusia, memberi kemungkinan untuk bertobat, dengan demikian tidak segenap makhluk akan lenyap tetapi inti makhluk akan diselamatkan.15 Kedua Maut adalah perceraian Allah dengan manusia, tidak ada hubungan yang harmonis lagi.Allah melemparkan manusia karena Allah maha suci sedangkan manusia adalah berdosa.inilah yang disebut maut rohani. Maut rohani adalah hukuman terhadap dosa, tiap-tiap manusia merasakan hukuman ini, ia merasakan perceraian maka merasakan keinginan untuk kembali lagi, tetapi merasa takut karena yang dicari akan melemparkan manusia lagi, yang dicari ini yaitu Allah dan perasaan mencari dan takut ini ada pada semua diri manusia. Ketiga Maut adalah perceraian yang kekal antara Allah dan manusia, jika manusia terus menerus menolak Allah, kemungkinan yang diberikan Allah untuk bertobat itu berakhir, kemudian manusia akan ditolak oleh Allah dan dijatuhi hukuman yang kekal. inilah yang disebut maut yang kekal.16
15
Soedarmo, Ichtisar Dogmatika, h. 158.
18
Sedangkan hukuman untuk dosa yang selanjutnya adalah Hidup manusia menjadi rusak. Ini berawal dari dosa mengubah hidup manusia. dulu manusia itu berada pada zona enak dan kepuasaan, manusia ditempatkan di Taman Eden tetapi setelah dosa datang manusia harus bekerja susah payah. dalam fakta yang lain, dalam perkawinan cinta perempuan menjadi keinginan nafsu, melahirkan akan menjadi penuh penderitaan, kasih seorang laki-laki kepada perempuan menjadi lebih keras disebut memerintahkan. singkatnya adalah hidup yang sempurna menjadi hidup yang penuh kesukaran dan kesusahan. 17 Menurut Penulis Dosa adalah segala sesuatu baik ucapan atau perbuatan yang melanggar Hukum Tuhan, baik disengaja atau tidak.Akibat dari dosa harus ditanggung oleh dirinya sendiri. C. Sakramen Pengakuan Dosa Sakramen dalam tradisi Kristen adalah tanda dan sarana kehadiran Allah. Sedangkan dalam sumber lain sakramen
merupakan perayaan Iman yang
menggunakan tanda atau lambang konkrit yang menunjukan pada suatu kenyataan rohani. Dalam hal sakramen ada perbedaan antara tradisi Gereja Katolik dan Protestan. Dalam Gereja katolik ada tujuh sakramen yaitu: sakramen baptis suci, peneguhan Iman, pengakuan dosa, ekaristi (Perjamuan Kudus), pengurapan minyak Akhir, Imamat Kudus (Pengangkatan Pejabat Gerejawi) dan Pernikahan.Sedangkan dalam tradisi Gereja Protestan hanya ada dua sakramen yaitu sakramen baptis suci 17
Soedarmo, Ichtisar Dogmatika, h. 159-160.
19
dan sakramen ekaristi.Tujuh sakramen gereja tidak hanya menunjuk pada suatu kenyataan (rahmat atau keselamatan), melainkan menghantarkannya kepada orang yang beriman.18 Sedangkan yang dimaksud sakramen pengakuan dosa adalah suatu tradisi Gereja Katolik dimana Yesus telah memberikan kuasa kepada murid- muridnya untuk melakukan pengampunan dosa, sebagai pelantara manusia dan Allah.Sakramen sangat perlu dilakukan karena menjadi mediator untuk menghubungkan manusia dengan Allah. inilah urutan pemberian kuasa dari Yesus kepada murid-muridnya. Skema 1
Yesus
Petrus
Paus
Uskup
18
Adolf Heuken S, Ensiklopedia Gereja IV (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 1995), h.
143.
20
Pastor 19
D. Penebusan Dosa Penebusan dosa dianggap penting dalam teologi Perjanjian Baru. Doktrin penebusan dosa juga dianggap sangat penting bagi para penganutnya. penebusan dosa adalah istilah teologi yang menunjukkan doktrin atau ajaran-ajaran tentang perlunya suatu cara untuk suatu bentuk pemuasan atau pemilihan dosa yang membawa perdamaian antara Tuhan dan manusia. Menurut teori ini hubungan antara Tuhan dan manusia (Adam) adalah baik dan menyenangkan sebelum Adam membuat pelanggaran memakan buah larangan di surga itu, yang menyebabkan ia berdosa dan harus mati. Dalam Perjanjian Baru penebusan dibedakan menjadi tiga penjelasan diantaranya sebagai berikut: Pertama keadaan yang membutuhkan penebusan, hal ini dipahami dari perhambaan yang pada zaman Perjanjian Baru dikenal secara luas, budak-budak dapat dibebaskan dari belenggu dengan cara pembayaran harga tukar yang setara.20wawasan Perjanjian Baru mengenai perhambaan dalam arti rohani, yaitu di bawah kuasa dosa. Kedua tindakan penebusan, Perjanjian Baru dengan tegas menghubungkan harga penebusan itu kepada kematian Kristus.KetigaPercaya kepada orang yang ditebus, kini menjadi milik Allah dan keadaan ini membawa serta kewajiban-kewajiban moral yang baru dalam Perjanjian Baru.wawasan “Dibebaskan 19
Wawancara Pribadi dengan Romo Yustinus Cesar Yanto, Jakarta, 10 November 2014. Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2 : Misi, Kristen, Roh Kudus, Kehidupan Kristen(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995), h. 103-104. 20
21
untuk Allah” semua ini dihubungkan dengan gagasan kembarnya yakni “Dibebaskan dari dosa”21 Dari sejarah dosa ini Allah akan membangkitkan, seorang penyelamat yang akan mengubahnya menjadi sejarah keselamatan, dengan cara yang mirip dalam memunculkan manusia, Allah kini membawa evolusi manusia lewat perencanaan baru Roh Kudus, Allah mempersiapkan penjelamaan Putra-Nya dalam umat manusia yang jatuh. manusia baru ini akan menjadi penyelamat dunia dengan pertama-tama menjadi penyelamat manusia, rekapitulasi ini akan mengangkat dan menyelamatkan dunia.22 Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dengan jelas mengatakan bahwa semua orang adalah orang berdosa. Kita berdosa terhadap Allah Yang Kudus dan Yang Maha, penebusan harus dilakukan supaya kita dapat memiliki persekutuan dengan Allah. karena dosa telah merusak sampai kepada tindakan kita yang paling baik, maka kita tidak dapat memberikan persembahan korban yang memadai atau memenuhi syarat, sebab persembahan korban kita pun sudah tercemar dan membutukan korban persembahan yang lain untuk menutupi cacatnya23. Kata kunci dalam Alkitab yang berkaitan dengan penebusan dosa adalah “untuk kita/ atas nama kita”. Tuhan Yesus tidak mati untuk diri-Nya sendiri, Dia mengambil tempat kita dengan menggenapi peran-Nya sebagai Anak Domba.Allah yang menghapuskan dosa dunia. 64 Penebusan dosa melalui penyaliban Yesus 21
Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2, h. 105. Kosmos Tanda Keagungan Allah (Yogyakarta: Kanisius, 2002), h. 134-135. 23 Sproul, Kebenaran-Kebenaran Dasar Iman Kristen (Malang: Literatur Saat, 2000), h. 231. 22
22
bertalian erat dengan doktrin yang mengatakan bahwa Yesus itu „manusia sebenarbenar manusia‟ dan sekaligus „Tuhan yang sebenar-benar Tuhan‟ seperti dirumuskan dalam konseli Nicea yang menetapkan Ketuhanan Tritunggal.24 Setiap orang katolik diharuskan mengakui dosa 1 kali dalam 1 tahun. Namun dalam fakta dan kebiasaanya orang-orang katolik mengakui dosanya 2 kali dalam 1 tahun yaitu ketika hari Pascah dan Natal.
E. Tata Cara Sakramen Pengampunan Dosa Dalam istilah lain sakramen pengampunan dosa dikenal dengan sakramen rekonsilasi. Setiap dosa merupakan pembangkangan terhadap Allah dan memutuskan persahabatan kita dengan dia. Maka tujuan akhir dari perayaan tobat adalah Rekonsiliasi yakni agar kita kembali mengasihi Allah, kita kembali berdamai dengan Bapak yang lebih dulu mengasihi kita, berdamai dengan Kristus yang telah menyerahkan diri bagi kita dan berdamai dengan roh kudus yang bersemayam dalam diri kita. A.1. Tata cara Rekonsiliasi Gereja menawarkan tiga cara untuk mendamaikan pentobat dengan Allah. Yaitu sebagai berikut: Pertama Tata cara rekonsilisasi Jemaat dengan pengakuan dan Absolusi Perorangan. Yang dimaksud rekonsilisasi jemaat dengan pengakuan dan absolusi perorangan yakni pola pengakuan perorangan yang didahului dengan ibadat tobat 24
M. Hashem, Misteri Darah dan Penebusan Dosa, Dimata Agama Purba, Yahudi, Kristen dan Islam (Bandung: Mizan Media Utama, 2000), h.251.
23
bersama.Dalam hal ini gereja menganjurkan kalau sejumlah petobat berkumpul untuk melaksanakan Rekonsiliasi tepat sekali kalau disiapkan untuk sakramen Rekonsiliasi dengan perayaan sabda.25 Perayaan ini menunjukan lebih jelas bahwa jemaat dari rekonsiliasi. Kaum beriman bersama sama mendengarkan sabda, yang memaklumkan kerahiman Allah dan mengundang mereka untuk bertobat. Bersama sama membandingkan hidupnya dengan sabda Allah dan saling membantu lewat doa bersama. Setelah para petobat mengaku dosa dan menerima ampun masing-masing kemudian mereka memuji Allah karena pengampunan yang sudah di terima. Kedua Tata Cara Rekonsiliasi Perorangan. Pengakuan dosa dengan absolusi perorangan merupakan satu-satunya cara yang lazim bagi kaum beriman untuk berdamai dengan Allah dan gereja. Hanya ketidak mampuan fisik dan moral dapat membebaskan mereka dari cara pengakuan tersebut. Rekonsiliasi perorangan dilaksanakan dalam ibadat singkat sebagai berikut: Tanda Salib Setelah masuk ke tempat pengakuan, petobat langsung berlutut atau duduk lalu membuat tanda salib. Salam dari imam Liturgi Tobat Bapa berkatilah saya supaya dapat mengaku dosa dengan baik. Pengakuan saya yang terakhir sejak ............yang lalu. 25
Komisi Liturgi KWI, Puji Syukur (Jakarta: Obor Anggota IKAPI, 2010), h. 115.
24
Dosa-dosa saya ialah................................................... Itulah dosa-dosa saya dan mungkin masih ada dosa- dosa yang lain yang saya lupakan, saya menyesal atas dosa-dosa saya dan dengan rendah hati mohon ampun dan penitesi yang berguna bagi saya. ( imam memberikan nasehat dan penitensi lalu dilanjut doa tobat dan solusi ) DOA TOBAT Allah yang maha Rahim aku menyesal atas semua dosaku sebab patut aku engkau hukum terutama karena telah menghina engkau yang maha baik dan maha murah bagiku. Aku benci akan semua dosaku dan aku berjanji dengan pertolongan rahmatmu dan hendak memperbaiki hidupku dan tidak akan berbuat dosa lagi. Allah kasihilah orang berdosa ini. Amin Sesudah mendengarkan Nasihat Imamdan diberi tahu mengenai laku tobat yang harus dilakukan petobat adalah membaca doa tobat. Sesudah diberi absolusi, petobat membuat tanda salib, mengucapkan terimakasih kepada bapak pengakuan lalu mengundurkan diri untuk bersyukur atas pengampunan. Ketiga Tata cara Rekonsiliasi Jemaat dengan Pengakuan dan Absolusi umum. Ibadat tobat ini tanpak pengakuan perorangan, mengaku dosa secara umum lalu mendapat pengampunan.Dalam kondisi terdesak imam dapat bahkan perlu memberikan absolusi umum kepada sejumlah petobat tanpa harus didahului pengakuan perorangan, misalnya dalam kasus bahaya mati.26
26
Komisi Liturgi KWI, Puji Syukur, h. 116.
25
F. Religiusitas dalam studi Agama Religiusitas adalah prilaku seseorang yang mencerminkan ketaatanya kepada agama yang dianutnya, yang dibuktikan dengan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan bumi. Salah satu Psikolog terkenal yang bernama Kendler mengemukakan bahwa religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia yang tidak hanya pada kegiatan yang kasat mata tetapi lebih dalam lagi, mencakup aspek perasaan, motivasi dan aspek batiniah manusia.dengan demikian religiusitas memiliki makna yang terkait keyakinan, penghayatan, pengalaman, pengetahuan dan peribadatan seorang penganut agama terhadap agamanya yang diaplikasikan dalam kehidupannya sehari-hari sebagai pengakuan akan adanya kekuatan tertinggi yang menaungi kehidupan manusia.27 Lebih lanjut menurut Kendler religiusitas terdiri dari beberapa aspek yaitu sebagai berikut: 1. Religius Umum (General Religiosity) Merefleksikan tentang perhatian dan keterlibatan individu dengan hal-hal yang berkaitan dengan spiritual, seperti menghayati (sensing) keberadaan mereka selama di alam semesta serta keterlibatan aktif dengan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari maupun ketika sedang bertemu masalah. 2. Religius Sosial (Sosial Religiosity)
27
Kenneth S Kendler, dkk.,“Dimensions of Religiosity and Their Relationship to Lifetime Psychiatric and Substance Use Disorders.”(Am J Psychiatry 160:3, 2003), h.498.
26
Pada dimensi ini merefleksikan tingkat interaksi seseorang dengan individu religius lainnya.hal ini juga menggambarkan frekuensi kehadiran di tempat beribadah sehingga dimensi ini disebut social religiosity.Social religiosity dianggap sama dengan apa yang kita istilahkan dengan religious social support. 3. Keterlibatan Tuhan (Involve God) Merefleksikan sebuah kepercayaan terhadap keterlibatan Tuhan yang secara aktif dan positif dalam urusan manusia sehari-hari. 4. Sikap memaafkan (Forgiveness) Kendler dkk menggambarkan forgiveneess sebagai sikap perhatian, cinta kasih, dan memaafkan kepada sesama, sehingga dimensi ini tidak memunculkan istilah Tuhan karena ingin mengukur sikap memaafkan terhadap sesama individu. 5. Tuhan sebagai Penetap Takdir (God as judge). Dimensi ini menggambarkan tentang kepercayaan bahwa Tuhan akan memberi ganjaran dari apa yang telah kita lakukan, seperti saat kita melakukan hal baik maka Tuhan akan memberikan pahala, sebaliknya saat kita melakukan kesalahan Tuhan akan memberikan hukuman. 6. Rasa Tidak Dendam (Unvengefulness) menggambarkan perilaku yang tidak mendendam yaitu mencerminkan suatu perilaku yang tidak menaruh rasa dendam. 7. Bersyukur (Thankfulness)
27
Bagaimana
individu
menggambarkan
rasa
syukur
(thankfulness),
merefleksikan perasaan berterima kasih yang berlawanan dengan marah terhadap kehidupan dan Tuhan.28
28
Kendler, “Dimensions of Religiosity and Their Relationship to Lifetime Psychiatric and Substance Use Disorders,” h.499.
28
BAB III JEMAAT GEREJA KATEDRAL JAKARTA PUSAT
Jakarta adalah ibu kota negara Indonesia yang multikurtural, Jakarta memiliki luas wilayah 661,52 km2 (lautan 6.977,5 km2), dengan penduduk 10.187.595 jiwa (2011). Jakarta termasuk kota Metropolitan, wilayah metropolitan Jakarta (Jabotabek) yang berpenduduk sekitar 28 juta jiwa. Merupakan metropolitan terbesar di Asia Tenggara atau urutan kedua di dunia. Gereja Katedral terletak di Jl. Gereja Katedral no 7B Jakarta Pusat 1070, sebelah barat bersebrangan dengan masjid Istiqlal, sebelah utara Jl. Pos, sebelah Timur Gedung Prima Graha Persada, Jl Gedung kesehatan dan sebelah selatan bersebrangan dengan lapangan Banteng. A. Sejarah Gereja Katedral A.1. Sejarah Gereja di Indonesia Dengan adanya perubahan politik di Belanda khususnya tahta Raja Lodewijk seorang Katolik, membawa pengaruh yang cukup positif dimana kebebasan umat beragama mulai diakui oleh pemerintah. Pada tanggal 8 Mei 1807 pimpinan gereja Katolik di Roma mendapat persetujuan Raja Louis Napoleon untuk mendirikan Prefektur Apostolik Hindia Belanda.29
29
Prefektur Apostolik adalah suatu wilayah Gereja Katolik yang bernaung langsung di bawah pimpinan Gereja Katolik di Roma, yang dipimpin bukan oleh seorang Uskup, melainkan oleh seorang Imam biasa yang ditunjuk oleh Paus, yang disebut Prefek Apostolik, Lihat: Sejuta Pesona Gereja Katedral Jakarta (Jakarta: Paroki St Maria diangkat ke Surga Katedral, 2005), h. 17.
29
Pada tanggal 4 April 1808, dua orang Imam dari Negeri Belanda tiba di Jakarta, yaitu Pastor Yacobus Nelissen, Pr dan Pastor Lambertus Prinsen, Pr. yang diangkat menjadi Prefek Apostolik pertama adalah Pastor J. Nelissen, Pr. Setelah sekitar dua abad perayaan ekaristi dilarang di Hindia Belanda, pada tanggal 10 April 1808, untuk pertama kalinya diselenggarakan misa secara terbuka di Batavia di rumah Dokter F.C.H Assmuss, kepala Dinas Kesehatan waktu itu. dokter Assmuss bersama dengan beberapa kawan berhasil mengumpulkan sejumlah orang dan sebagian besar adalah tentara. upacara Misa berlangsung sederhana dengan tempat yang kurang memadai. Kedua Pastor tersebut untuk sementara tinggal di rumah dokter Assmuss. Pada bulan Mei, kedua Pastor itu sempat pindah ke rumah bambu yang dipinjamkan pemerintah untuk digunakan sebagai pusat sementara kegiatan-kegiatan katolik. letaknya di asrama tentara di pojok barat daya Buffelsveld atau Lapangan Banteng (sekarang kira-kira di antara jalan Perwira dan Jalan Pejambon, di atas tanah yang saat ini ditempati oleh Departemen Agama). Pada tanggal 15 Mei 1808, perayaan Misa Kudus pertama dirayakan di gereja darurat (kira-kira tempat parkir Masjid Istiqlal). pada waktu itu juga telah dibentuk Badan Pengurus Gereja dan Dana Papa, yang terdiri atas Prefek Apostolik J. Nelissen sebagai ketua, dengan anggotaanggota Chevreux Le Grevisse, Fils, Bauer dan Liesart.30 Selama tahun 1808, mereka membaptis 14 orang, yaitu seorang dewasa keturunan Eropa Timur, delapan anak hasil hubungan gelap, di antaranya ada empat 30
Gereja Katedral, Sejuta Pesona, h. 17-19.
30
yang ibunya masih berstatus budak, dan hanya lima anak dari pasangan orang-orang tua yang sah status perkawinannya.
A.2. Penyerahan Kapel Protestan Pada Umat Katolik Karena dirasa perlu adanya sebuah rumah ibadah yang dapat digunakan untuk mengumpulkan umat, pada 2 Februari 1810, Pastor J. Nelissen, Pr mendapat sumbangan sebuah kapel dari Gubernur Jenderal Meester Herman Daendels, yaitu sebuah kapel sederhana yang terletak di pinggir jalan Kenanga, di daerah Senen, menuju Istana Weltevreden (sekarang RSPAD Gatot Subroto). Kapel ini dibangun oleh Cornelis Chasteleijn (+ 1714) dan sebelumnya dipakai oleh jemaat Protestan yang berbahasa Melayu dan pada hari biasa dipakai sebagai sekolah.Kapel ini merupakan milik Gubernur yang dihadiahkan berikut semua isinya, termasuk 26 kursi dan sebuah organ yang sudah tidak dapat digunakan.karena kondisi bangunan yang kurang layak, Pastor Nelissen segera mengerahkan sejumlah orang untuk merenovasi. Semua pekerjaan ini dipercayakan kepada pengusaha Tjung Sun dibawah pengawasan Jongkind, arsitek, atas nama Dewan Gereja. Kapel inilah yang menjadi Gereja Katolik I di Batavia.dalam bulan yang sama, Gereja Katolik pertama di Batavia ini diberkati dan sebagai pelindungnya dipilih Santo Ludovikus. gedung itu memang tidak bagus namun dirasa cukup kuat karena terbuat dari batu dan dapat
31
menampung 200 umat. di dekat gedung gereja itu dibangun sebuah Pastoran sederhana yang terbuat dari bambu. 31 Pada tanggal 10 Mei 1812 Sir Thomas Stamford Raffles, gubernur Pulau Jawa, beserta istrinya menjadi ibu/bapak permandian dari Olivia Marianne Stamford Raffles Villeneuve, putri dari Ludorici Francisci Josephi Villeneuve dan Jeanna Emilie Gerische Conjugum. Pada tanggal 6 Desember 1817, jenazah Prefektur Apostolik pertama, Mgr Jacobus Nellisen, yang meninggal karena sakit TBC disemayamkan di kuburan Tanah Abang. digantikan Pastor Prinsen, Pr yang sejak tahun 1808 bertugas di Semarang. meskipun Pastor Prinsen, Pr telah menjadi Prefek Apostolik Jakarta yang ke dua, beliau lebih sering berada di Semarang.
.
Pada tanggal 27 Juli 1826, terjadi kebakaran di segitiga Senen.Pastoran turut lebur menjadi abu bersama dengan 180 rumah lainnya, sementara itu gedung gereja selamat namun gedungnya sudah rapuh juga dan tidak dapat digunakan lagi. Pada waktu itu yang menjabat sebagai Komisaris Jenderal adalah Leonardus Petrus Josephus Burggraaf Du Bus de Ghisignies, seorang ningrat yang juga beragama Katolik, berasal dari daerah Vlaanderen di Belgia.ia memiliki wewenang penuh di Batavia, serta lebih tinggi kekuasaannya dari seorang Gubernur Jenderal. selama jabatan Du Bus De Ghisignies, 1825-1830, Gereja Katolik Indonesia bisa bernapas lega. ia beragama Katolik dan sangat memperhatikan kebutuhan umat. ia
31
Adolf Heuken SJ, Gereja-gereja Tua Jakarta (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 2003), h. 153-154.
32
juga sangat berjasa dalam menciptakan kebebasan kehidupan beragama di Batavia waktu itu. Salah satu jasanya adalah Regeringsreglement yang dibuatnya, pada pasal 97 diletakkan: "Pelaksanaan semua agama mendapat perlindungan pemerintah". Ia juga mendesak Pastor Prinsen untuk segera menetap di Jakarta.32 Melihat kebutuhan umat yang mendesak akan adanya gereja untuk tempat ibadah, Ghisignies mengusahakan tempat untuk mendirikan Gereja baru. ia memberi kesempatan kepada Dewan Gereja Katedral untuk membeli persil bekas istana Gubernur Jenderal di pojok barat/utara Lapangan Banteng (dulu Waterlooplein) yang waktu itu dipakai sebagai kantor oleh Departemen Pertahanan. pada waktu itu, di atas tanah tersebut berdiri bangunan bekas kediaman panglima tentara Jenderal de Kock. umat Katolik saat itu diberi kesempatan untuk membeli rumah besar tersebut dengan harga 20.000 gulden. pengurus gereja mendapat pengurangan harga 10.000 gulden dan pinjaman dari pemerintah sebesar 8.000 gulden yang harus dilunasi selama 1 tahun tanpa bunga. Pada tahun 1826 Ghisignies memerintahkan Ir. Tromp untuk menyelesaikan "Gedung Putih" yang dimulai oleh Daendels (1809) dan kini dipakai Departemen Keuangan di Lapangan Banteng.Ir. Tromp diminta juga membangun kediaman resmi untuk komandan Angkatan Bersenjata (1830) dan sekarang dikenal sebagai Gedung Pancasila di Jl. Pejambon. Order ketiga pada Ir. Tromp adalah merancang Gereja Katolik pertama di Batavia. tempatnya adalah yang sekarang dipakai Gereja Katedral.
32
Heuken Sj, Gereja-Gereja Tua di Jakarta, h. 155.
33
Atas desakan Komisaris Jenderal Du Bus De Ghisignies, Ir. Tromp merancang gereja baru berbentuk salib sepanjang 33 x 17 meter.ruang altar dibuat setengah lingkaran, sedang dalam ruang utama yang panjang dipasang 6 tiang. gaya bangunan ini bercorak barok gotik klasisisme, jendela bercorak neogotik, tampak muka bergaya barok, pilaster dan dua gedung kanan kiri bercorak klasisistis. menara tampak agak pendek dan dihiasi dengan kubah kecil di atasnya. maka gaya bangungan itu disebut eklektisistis. ditambah lagi dua gedung untuk pastoran yang mengapit gereja di kanan kiri serta deretan kamar-kamar dibelakangnya. rupanyarancangan Ir. Tromp ini membutuhkan dana yang cukup besar dan melampaui kemampuan finansial gereja waktu itu. maka rancangan ini tidak pernah terlaksana.33 Oleh karena itu, gedung yang diperoleh umat Katolik tersebut, atas usul Ir. Tromp dirombak sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk gereja.bangunan ini sebenarnya adalah gedung dengan sebuah ruangan luas di antara dua baris pilar. dikedua sisi panjangnya dilengkapi dengan gang. di tengah atap dibangun sebuah menara kecil enam persegi. di sebelah timur sebagian dari rumah asli tetap dipertahankan untuk kediaman pastor dan di sebelah barat untuk koster. altar agungnya merupakan hadiah dari Komisaris Jenderal du Bus Ghisignies. Gereja yang panjangnya 35 meter dan lebarnya 17 meter ini pada tanggal 6 November 1829 diberkati oleh Monseigneur Prinsen dan diberi nama Santa Maria Diangkat ke Surga.
33
Gereja Katedral, Sejuta Pesona, h. 21.
34
Gereja itu cukup membantu para imam dalam menjalankan misi pelayanannya di Batavia.umat yang mengikuti misa semakin banyak.untuk pertama kalinya, pada tanggal 8 Mei 1834, empat orang pribumi suku Jawa dibaptis di gereja ini. Seiring dengan berjalannya waktu, gereja tersebut mengalami banyak kerusakan.perbaikan yang dilakukan hanya bersifat tambal sulam saja.kemudian pada tahun 1859 diadakan renovasi yang cukup besar. menurut pengamatan seorang ahli bangunan, menara yang ada di tengah atap merupakan penyebab terjadinya kerusakan dan kebocoran. menara tersebut terlalu berat bagi struktur atap gereja, sehingga menekan tembok dan menimbulkan kebocoran dimana-mana. oleh karena itu diusulkan untuk membongkar menara kecil tersebut dan menggantinya dengan sebuah menara baru yang terletak di atas pintu masuk, di sebelah barat. akhirnya pada tanggal 31 Mei 1880 gereja ini mulai difungsikan lagi setelah selesai direnovasi. Hampir sepuluh tahun kemudian, 9 April 1890, ditemukan bagian-bagian gereja yang mulai rusak, Setumpuk kapur dan pasir berserakan dekat sebuah pilar.keadaan ini cukup mencemaskan para imam, terutama Pater Kortenhorst yang pagi itu sempat menginjak setumpuk kapur dan pasir tersebut. pada hari yang sama sekitar pukul 09.00 pagi, Pastor Kortenhorst dan Pastor Luypen memeriksa situasi gereja. salah satu pilar nampak mengkhawatirkan. pada pukul 10.30 keadaan pilar tampak lebih buruk dan semakin memprihatinkan. banyak kapur mulai terlepas lagi. tidak lama kemudian, ketika para pastor memasuki sakristi, bangunan gereja ambruk disertai suara gemuruh yang mengerikan. Seluruh pekarangan ditutupi debu sehingga
35
orang tidak dapat melihat lebih dari lima langkah. Jam saat itu menunjukkan pukul 10.45 pagi. Hari itu tepat 3 hari sesudah perayaan Paskah. Ketika debu sudah mulai turun, kehancuran gereja mulai nampak jelas.Atapnya menganga.Sebelum peristiwa ini, masih ada 68 bangku terbuat dari kayu jati dan kini tinggal 10, sisanya rusak berat.Selain itu, yang masih berdiri utuh adalah altar, pelataran imam dan ruang sakristi serta menara. Kondisi gereja saat itu sangat parah dan tidak memungkinkan untuk penyelenggaraan misa.Untuk sementara waktu misa diselenggarakan di dalam garasi kereta kuda yang disesuaikan fungsinya untuk gereja darurat. Para imam dan umat mulai mengupayakan dibangunnya gereja yang baru.Tanggal 1 November 1890 ditandatangani sebuah kontrak antara Monseigneur Claessens dan pengusaha Leykam tentang pembelian tiga juta batu bata. Ukurannya harus sesuai dengan contoh yang dilampirkan dan harganya ditetapkan 2,2 dan 2,5 sen sebuah. Mulai tanggal 1 Desember 1890, setiap bulannya harus diserahkan 70.000 buah batu bata dari perusahaan pembakaran.Jumlah batu bata yang retak dan pecah tidak boleh melebihi 10%.dari kondisi ini jelaslah bahwa pembangunan gereja dilakukan secara lebih professional. Orang yang ditunjuk dan dipercaya untuk menjadi perencana dan arsitek pembangunan gereja ini adalah Pastor Antonius Dijkmans, SJ seorang ahli bangunan yang pernah mengikuti kursus arsitektur gerejani di Violet-le-Duc di Paris, Perancis serta Cuypers di Belanda.Pastor Antonius Dijkmans SJ yang sudah tiba di Jakarta dua
36
tahun sebelum gereja runtuh, sebelumnya sudah membangun dua gereja di Belanda.ia juga merancang dan membangun kapel Susteran Jl. Pos 2, pada tahun 1891. Pada pertengahan tahun 1891 mulai dilakukan peletakan batu pertama untuk memulai pembangunan gereja tersebut.setelah kurang lebih setahun berjalan pembangunan terpaksa dihentikan karena kurangnya biaya. Selain itu, pada tahun 1894 Pastor Antonius Dijkmans, SJ harus pulang ke Belanda karena sakit dan akhirnya meninggal dunia pada tahun 1922.pekerjaan pembangunan macet dan misa tetap dilaksanakan di garasi Pastoran. Uskup baru, Mgr E.S. Luypen SJ (1898-1923) mengumpulkan dana di Belanda dan Insinyur M.J. Hulswit memulai pembangunan lagi. Batu "pertama" diletakkan dan diberkati pada tanggal 16 Januari 1899, sebagai tanda dimulainya lagi pembangunan gereja ini.pada bulan November balok-balok atap di pasang. Untuk mendukung dana pembangunan gereja, umat tidak tinggal diam saja. Badan Pengurus Gereja bersama umat dua kali mengadakan undian (loterai), satu kali sebelum pelatakan fondamen, kemudian sebelum pembangunan atas dimulai.karena subsidi dari pemerintah tetap ditolak, maka menutup kekurangan itu dikeluarkan obligasi sebesar Fl 50.000,- dan pengumpulan derma di kalangan umat Katolik maupun diluarnya ditingkatkan. Selain arsitek baru, ada juga seorang kontraktor bernama van Schaik. Sedangkan Ir. van Es mewakili Badan Pengurus Gereja sebagai bouwheer.Konstruksi besi kedua menara digambar dan dikerjakan oleh Ir. van Es sendiri.11 tahun sesudah keputusan Badan Pengurus Gereja, 10 tahun sesudah peletakan batu pertama, gereja
37
selesai.perlu diingat bahwa selama 7 tahun pembangunan gereja terhenti karena kehabisan dana, sehingga pembangunan sebenarnya hanya berlangsung 3 tahun. A.3. Sejarah Nama Gereja Katedral "De Kerk van Onze Lieve Vrowe ten Hemelopneming Gereja Santa Maria Diangkat Ke Surga" diresmikan dan diberkati oleh Mgr. Edmundus Sybradus Luypen, SJ, seorang Vikaris Apostolik Jakarta pada tanggal 21 April 1901. dalam upacara peresmian tersebut banyak dihadiri para pejabat dan umat. Mgr Luypen berdoa sejenak di hadapan patung Maria yang terdapat di antara dua pintu utama, lalu tepat pada pukul 08.00 pagi, Mgr. Luypen mulai mengelilingi seluruh gereja dan memerciki dengan air suci sambil diiringi paduan suara Santa Sesilia, yang pada tanggal 22 November 1865 didirikan oleh C.G.F. can Arcken. Prosesi terdiri dari pembawa salib, putra altar, para imam dan akhirnya sang Vikaris Apostolik. di muka altar semua berlutut dan menyanyikan Litani Orang Kudus. Misa Pontifikal dengan liturginya yang kuno nan luhur diselenggarakan oleh Bapa Uskup, didampingi lima imam. Paduan Suara Santa Sesilia dengan pimpinan bapak Toebosch dan dengan iringan organ menyanyikan Misa karangan Benoit.Mulai sejak itu gereja utama di Jakarta itu layak disebut Katedral, karena didalamnya terdapat cathedra, yakni Tahta Uskup.34 A.4. Gereja Katedral Jakarta Pada Masa Sekarang Berbagai peristiwa mewarnai lebih dari 100 tahun berdirinya Gereja Katedral ini. pada tahun 1924 untuk pertama kalinya seorang Uskup ditahbiskan dalam Gereja 34
“Sejarah Gereja Katedral,” artikel diakses pada 11 Juli 2014 dari www.katedraljakarta.or.id
38
Katedral, yaitu Mgr A. Van Velsen SJ dan tahun berikutnya sidang pertama Majelis Wali-wali Gereja Indonesia diadakan dalam Pastoran Katedral. Kardinal Agaginian, seorang Armenia, mengunjungi Jakarta pada tahun 1959 dan diterima dengan meriah oleh Gereja dan pimpinan Negara RI. Pembicaraannya dengan para waligereja dan pembesar ordo yang berkarya di seluruh Indonesia penting bagi masa depan. hasilnya diumumkan pada tahun 1961 Gereja di Indonesia bukan daerah misi lagi, melainkan Gereja Bagian yang berdiri sendiri. Vikaris Apostolik Jakarta, Mgr. Adrianus Djajasepoetra, yang ditahbiskan di Katedral Jakarta oleh Duta Besar Vatikan pada tanggal 23 April 1953, sepuluh tahun tahun kemudian diangkat menjadi Uskup Agung. pada saat itu 1962, Keuskupan Agung Jakarta mencakup 14 Paroki dengan jumlah umat 32.599 orang. Propinsi Gereja ini Jakarta mencakup juga keuskupan lain yaitu Keuskupan Bogor dan Keuskupan Bandung. Pada tahun 1963/1965.para Uskup Indonesia ikut serta dalam konsili Vatikan II, yang membawa banyak perubahan dalam pastoral dan liturgi Gereja.waktu para Uskup masih berada di Roma, di Jakarta pecah G30S PKI, sehingga Katedral perlu dijaga oleh para Pemuda Katolik dan tentara. Peristiwa lainnya yang menggembirakan bagi umat Jakarta adalah kunjungan Paus Paulus VI (1970) dan Paus Yohanes Paulus II (1989) ke Indonesia yang disambut oleh Mgr Leo Soekoto. ibadat dirayakan dengan meriah oleh Paus Paulus VI bersama banyak Uskup di Katedral. pada waktu kunjungan Paus Yohanes Paulus II di Keuskupan Agung Jakarta sedang berlangsung Sinode Pertama.
39
Seiring dengan masa 100 tahun ini, pada tahun 1988 dilakukan pemugaran untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan dan membersihkan lumut serta pengecatan ulang. disamping itu juga dibangun gedung Pastoran dan gedung pertemuan yang baru dibagian belakang gereja. Pada 13 Agustus 1988, purnakarya pemugaran gereja Katedral diresmikan oleh Bapak Soepardjo Roestam yang pada saat itu beliau menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat R.I, hadir mewakili Presiden Soeharto. Acara dimeriahkan dengan konser orgel oleh bapak Hub Wolfs, organis dari basilica Santo Servatius di kota Maastricht dan oleh Pastor Alfons Kurris Pr, dosen di konservatorium pada kota yang sama. Mgr Leo Soekoto memberkati orgel pipa yang baru dan megah itu, sebuah orgel yang mempunyai 15 register dan diperlengkapi dengan 1000 buah pipa.berselang-seling kedua organis yang professional itu memperdengarkan karya-karya klasik, yang oleh komponiskomponis seperti Vivaldi, Bach dan Cesar Frank diciptakan khusus untuk instrumen rajawi itu. Pada tahun 2002 juga sempat dilakukan pembersihan dan pengecatan ulang pada dinding luar gedung gereja Katedral karena lumut banyak tumbuh merambat di dinding. ketika gedung ini pertama kali dibangun dulu, para pejabat genie (pasukan zeni) waktu itu menilai gedung gereja yang menghabiskan biaya 628.000 gulden rancangan P.A Dijkmans tersebut sebagai "gedung yang terlampau kuat" mengingat struktur gedung dan material yang digunakan sungguh-sungguh pilihan yang terbaik. maka dari sekarang sampai 100 tahun sesudahnya gereja Katolik utama di Jakarta tetap berdiri tegak.
40
B. Struktur Organisasi Sebelum membahas stuktur organisasi penulis terlebih dahulu membahas pengertian Gereja secara umum. Gereja berasal dari bahasa Portugis (igreja) dan dalam bahasa latin (ecclesia) sedangkan bahasa yunaninya (ekklesia). kata inilah yang sering kita jumpai dalam Perjanjian Baru, Ekklesia diterjemahkan dengan Jemaat. di dunia Yunanai kata Ekklesia berasal dari kata kerja “Kaleo” yang berarti mereka yang dipanggil keluar dari bangsa-bangsa, keluar dari kegelapan menuju yang terang. 35 Struktur Organisasi di Gereja Katedral antara lain: PENGURUS DP/ PGDP GEREJA KATEDRAL JAKARTA 2013-2016 Ketua Umum/ Pastor Kepala
:Pastor St. Bratakartana, SJ
Ketua I/ Pastor Rekan
:Pastor Y. Sigit Prasadja, SJ
Ketua II/ Pastor Rekan
:Pastor A. Toto Yulianto, SJ
Pastor Rekan
:Pastor Y. Maryana, SJ
Pastor Rekan
:Pastor RD Y Kesaryanto
Wakil Ketua
:Bapak Azis Chandra, SH
Sekreataris I
:Ibu Maria Celestina Paramita
Bendahara I
:Bapak Paulus Lie Liandra Riady
Bendahara II
:Ibu Kristina Susilawati
35
360
Van nitric dan Boland,Dogmatika masa kini (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2011) , h. 359-
41
Anggota
:Bapak Budiawan Suwandi :Ibu Lorentia Lily Pudjawati :Bapak Tay Thomas Gunawan :Bapak Hans Alvianto Hon :Bapak Husen Widjaja :Bapak Louis Suryawan Kurnia
C. Jemaat Gereja Katedral Para Jemaat yang menjadi objek penelitian Penulis dari mulai anak-anak, Remaja, Dewasa dan orang tua.dengan profesi yang berbeda-beda.dari mulai pelajar, wiraswasta, karyawan biasa dan Ibu Rumah Tangga.Jumlah Jemaat Gereja Katedral yang terdaftar dalam KK saat ini berjumlah 5.225 jiwa, 2.323 laki-laki dan 2.902 perempuan. Karena bahasan tentang Jemaat dianggap hal privasi maka tidak banyak yang bisa dipaparkan, Jemaat yang pasca melaksanakan sakramen pengakuan dosa tidak ada data tertulis karena itu termasuk rahasia pengakuan.
42
BAB IV KETERKAITAN SAKRAMEN PENGAKUAN DOSA TERHADAP RELIGIUSITAS A. Temuan-temuan Dalam Penelitian dan Hasil Analisa Penulis Dengan Berpedoman Pada skala yang mengadaptasi dari skala religiusitas Kendler, et al. Dalam skala ini terdapat tujuh sub skala yang bertujuan untuk mengukur dimensi General religiosity, Social support; Forgiveness, God as judge,Thankfulness, Unvengefulnessdan Involve god. Maka temuan dalam Penelitian ini Penulis sesuaikan dengan Tujuh dimensi religiusitas Kendler dari Quesioner yang disebar ke Jemaat Gereja Katedral yang sudah melaksanakan sakramen pengakuan dosa dikumpulkan menjadi 61 pernyataan. 21General Religiusity, 7 Social Support, 7 Forgiveness, 6 God as Judge, 4 Thankfulness, 10Unvengefulness dan 6 Involve God. Berikut ini adalah analisa data ketujuh dimensi keterkaitan sakramen pengakuan dosa terhadap religiusitas Jemaat Gereja Katedral Jakarta Pusat yang diperoleh melalui penyebaran Quesioner ke 20 responden yang sudah melakukan sakramen pengakuan dosa. 1. General Religiusity Bagian ini menggambarkan tentang hal-hal yang berkaitan dengan Spiritual, seperti keterlibatan aktif dengan Tuhan.Berikut adalah pernyataan yang termasuk General Religiusity. 1
.
General 1 religiosi
Indikator
Favo
Menggambarkan 1. Saya berusaha hubungan Indivdu menjalani hidup
Unfavo
Jumlah
42.Saya mempertanyakan
8
43
ty
dengan Tuhan
seperti yang Tuhan perintahkan 2. Saya memohon kepada Tuhan untuk membantu saya membuat keputusankeputusan penting 4.Tanpa Tuhan, hidup saya tanpa tujuan 11.Saya merasakan kehadiran Tuhan 14. Saya berusaha mengakui kesalahan dan meminta ampun pada Tuhan atas apa yang telah saya lakukan 16.Saya merasakan cinta Tuhan baik secara langsung maupun melalui perantara orang lain 17.Saya mengandalkan Tuhan dalam segala hal Keterlibatan aktif 5. Setiap hari dengan Tuhan saya dalam sehari-hari menyempatkan untuk berdoa kepada Tuhan
kehadiran Tuhan
43. Setiap hari saya hanya mengandalkan diri sendiri dalam segala hal
5
44
Keterlibatan aktif dengan Tuhan dalam masa krisis / menghadapi kesulitan
Perhatian dan keterlibatan
6. Keyakinan kepada Tuhan membentuk bagaimana saya berpikir dan bertindak setiap hari 10. Saya merasa puas dengan kehidupan religiusitas saya 13. Setiap hari saya melihat buti-bukti kekuasaan Tuhan 7. Keyakinan pada Tuhan membantu saya melalui kesulitan 8. Dalam menjalani masa sulit, saya berusaha menemukan pembelajaran dari Tuhan 9. Saat menghadapi situasi sulit, agama membantu saya memahami situasi tersebut 3. Saya menemukan
44.
5
Tuhan meninggalkan saya dalam masa-masa sulit yang saya hadapi 45. Saat bertemu masalah saya merasa mampu menyelesaikanny a sendiri tanpa meminta pertolongan Tuhan
-
3
45
individu dengan hal-hal yang berkaitan dengan spiritual maupun keagamaan
kekuatan dalam agama yang saya yakini 12. Saya berusaha untuk menjadi seseorang yang taat beragama 15. Saya percaya bahwa agama dapat memberikan arahan hidup
Dari pernyataan-pernyataan diatas inilah jawaban dan hasil analisa penulis. N Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
NO 1
Sangat Setuju
5
25%
2
Setuju
15
75%
3
Tidak Setuju
1 2 -
3 4 Sangat Tidak Setuju
-
5
20
4 Jumlah
100%
5 Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 21 point pernyataan tentang General Religiusity. ke 20 Jemaat Gereja Katedral menjawab setuju untuk pernyataan Favorable dalam hal perhatian dan keterlibatan Individu dengan hal spiritual seperti berusaha menjalani hidup seperti yang Tuhan perintahkan, memohon bantuan Tuhan dalam memutuskan sesuatu dan yang lainya. Sedangkan untuk pernyataan
46
Unvaforable menjawab tidak setuju.Ini menunjukan bahwa jemaat Gereja Katedral setelah melakukan sakramen pengakuan dosa tingkat religiusitasnya meningkat.Ini menunjukan adanya keterkaitan antara sakramen pengakuan dosa dan religiusitas.
2. Social Support Bagian ini menggambarkan tentang membina hubungan antara sesama penganut dan non penganut. Inilah pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan Social Support 2 . Social support
Membina hubungan dengan individu sesame manusia maupun sesama penganut agama Kehadiran di tempat beribadah
18. Saya menjalin hubungan baik dengan setiap orang 19. Kebanyakan teman saya adalah orang yang religius 20. Bertukar pikiran tentang agama merupakan hal yang penting bagi saya 21. Beribadah dan berdoa bersama merupakan hal yang menyenangkan bagi saya 22. Saya mengikuti berbagai kegiatan keagamaan di tempat ibadah
4
46.Menurut saya, menjalin hubungan baik dengan orang lain bukan lah hal
4
yang penting
47. Saya tidak suka mengikuti berbagai kegiatan di tempat ibadah
3
3
Dari pernyataan-pernyataan diatas inilah jawaban dari ke 20 responden dan hasil analisa penulis.
47
NO Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
1
Sangat Setuju
4
20%
2
Setuju
16
80%
3
Tidak Setuju
-
-
4
Sangat Tidak Setuju
-
-
Jumlah
20
100%
Dari Tabel di atas jelas menunjukan bahwa Jemaat Gereja Katedral yang sudah melaksanakan sakramen pengakuan dosa memiliki hubungan yang baik dengan sesama penganut atau non penganut lainya.Ini terbukti dari jawaban para responden yang menjawab setuju dan sangat setuju untuk pernyataan favorable dan tidak setuju untuk pernyataan unfavorabledengan pernyataan yang diajukan Penulis.Para Jemaat juga merasakan Kenyamanan ketika melaksanakan ibadah bersamadan memiliki jiwa solidaritas yang sangat tinggi. 3. Forgiveness Bagian ini menggambarkan sikap memaafkan sesama penganut.Dibuktikan dengan sikap perhatian dan cinta kasih. Inilah pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan Forgivenees 3.
Forgiveness
Memaafkan
27. Saya
orang lain dan
mencoba untuk
diri sendiri
memaafkan orang lain
-
3
48
28. Meskipun sulit, saya akan berusaha untuk memaafkan orang lain yang telah menyakiti perasaan saya 29. Saya memaafkan diri sendiri Merasakan
30. Saya
56. Saya tidak akan 4
kepedulian,
mencoba hidup
memperdulikan
rasa kasih
dengan selalu
orang-orang yang
sayang dan
mencintai orang
telah menyakiti
saling
lain sebagaimana
saya
memaafkan
saya mencintai
pada dunia
diri sendiri 31. Saya yakin bahwa saya harus peduli terhadap orang lain seburuk apapun perlakuan mereka terhadap saya 50. Saya merasakan
49
kepedulian yang mendalam terhadap dunia dan isinya
Dari pernyataan-pernyataan diatas inilah jawaban-jawaban 20 responden dan hasil analisa penulis.
NO
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
1
Sangat Setuju
4
20%
2
Setuju
16
80%
3
Tidak Setuju
-
-
4
Sangat Tidak Setuju
-
-
Jumlah
20
100%
Dari Tabel di atas menunjukan Bahwa Jemat Gereja Katedral Jakarta yang sudah melaksanakan sakramen pengakuan dosa memiliki sifat saling memaafkan, berusaha untuk memaafkan diri sendiri, memaafkan kesalahan orang lain dan mereka memiliki kepedulian terhadap alam semesta ini.Pandangan tersebut berdasarkan pernyataan yang diajukan penulis kepada responden dengan jawaban setuju untuk pernyataan favorable dan tidak setuju untuk unfavorable. 4. God as Judge Bagian ini menunjukan Bahwa Tuhan sebagai Penetap Takdir, ditunjukan dengan kepercayaan bahwa Tuhan akan memberikan ganjaran dari apa yang kita perbuat
50
God as
Mempercayai
32. Saya percaya bahwa
judge
tuhan sebagai
Tuhan lah sang penetap
penetap takdir
takdir
-
2
2
33. Saya percaya segala yang terjadi adalah ketetapan dari Tuhan Mempercayai
34. Saya percaya Tuhan
hukum dan nilai-
mempunyai/memberi
nilai dari Tuhan
banyak peraturan yang
4
dapat membantu kelangsungan hidup hambanya 35. Saya percaya bahwa kitab suci adalah kalimat dari Tuhan 36. Saya percaya Tuhan akan memberikan balasan yang adil 51. Saya merasa situasi yang penuh tekanan merupakan cara Tuhan untuk menghukum saya atas dosa-dosa dan kelalaian saya
Inilah pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan God as Judge NO
Alternatif Jawaban
Frekuensi
4
Persentase
51
1
Sangat Setuju
5
25%
2
Setuju
15
75%
3
Tidak Setuju
-
-
4
Sangat Tidak Setuju
-
-
Jumlah
20
100%
Dari Tabel Diatas jelas bahwa Jemaat Gereja Katedral Jakarta yang sudah melaksakan sakramen pengakuan dosa memiliki Kepercayaan yang sangat tinggi kepada Tuhan Sebagai Penetap Takdir, mempercayai Kitab Suci adalah Firman Tuhan dan PercayaTuhan itu Maha Adil.Ini semua terbukti dari pernyataanpernyataan yang diajukan oleh penulis kepada Responden dengan jawaban setuju dan sangat setuju untuk pernyataan favorable dan jawaban tidak setuju untuk pernyataan unfavorable. 5. Thankfulness Bagian ini menggambarkan rasa syukur setiap individu kepada Tuhan.Inilah pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan Thankfulness. Thankfulness
Merasakan
39. Saya merasa
bersyukur
diberkati Tuhan setiap hari 41. Saya bersyukur terhadap apapun yang terjadi
-
2 2
52
dalam hidup ini Menggambarkan
40. Saya
2
55. Saya marah
perasaan berterima berterima kasih
pada tuhan karena
kasih
atas apa yang
membiarkan hal
saya terima
buruk terjadi pada
dalam hidup ini
diri saya
2
Dari pernyataan-pernyataan diatas inilah jawaban dari ke 20 responden dan hasil analisa penulis Alternatif Jawaban N
Frekuensi
Persentase
NO 1
Sangat Setuju
6
30%
2
Setuju
14
70%
3
Tidak Setuju
-
-
4Sangat Tidak Setuju
-
-
20
100%
1 2 3 4 Jumlah
Dari Tabel di atas menunjukan bahwa Jemaat Gereja Katedral Jakarta Pusat yang sudah melaksanakan sakramen pengakuan dosa memiliki rasa bersukur yang tinggi, selalu bersyukur atas apa yang diberikan Tuhan dalam hidupnya. Seperti merasa diberkati, bersyukur atas apa yang diberikan Tuhan dan tidak marah ketika ada hal buruk menimpa dirinya. Ini semua dibuktikan dengan pernyataan-pernyataan
53
yang diajukan penulis kepada responden dengan Jawaban Setuju dan sangat setuju untuk pernyataan favorable dan jawaban tidak setuju untuk pernyataan unfavorable. 6. Unvengefulness Bagian ini menggambarkan prilaku tidak dendam.Inilah pernyataanpernyataan yang berkaitan dengan Unvengefulness. 6 Unvengefulness .
Membebaskan
37. Saya
52. Ketika
diri dari rasa
membebaskan
seseorang
dendam
diri dari rasa
meyakini
dendam.
perasaan saya,
38. Saya tidak
saya akan
akan menaruh
membalasnya
rasa dendam
dengan cara
maupun
apapun
membalas
53. Orang lain
kepada orang
memberitahu
yang telah
bahwa saya
menyakiti saya
tidak cukup
57. Saya yakin
bersyukur
walaupun saya
dalam menjalani
melakukan
hidup ini
banyak
54. Saya tidak
kesalahan Tuhan
melihat banyak
tidak akan
hal yang bisa
berhenti
saya syukuri
mencintai saya.
dalam
61. saya tidak
kehidupan ini
1 0
54
akan membalas
58. Saya adalah
perlakuan buruk
orang yang
yang orang lain
pendendam
lakukan terhadap 59. Satu-satunya saya
orang yang harus saya syukuri atas apa yang saya terima dalam hidup ini adalah diri saya sendiri 60. Saya yakin jika saya melakukan banyak kesalahan Tuhan akan berhenti mencintai saya
Inilah jawaban dari ke 20 responden dan analisa penulis tentang pernyataan yang bersangkutan dengan unvengefulness. NO
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
1
Sangat Setuju
7
35%
2
Setuju
13
65%
3
Tidak Setuju
-
-
55
4
Sangat Tidak Setuju Jumlah
-
-
20
100%
Dari Tabel diatas menunjukan bahwa Jemaat Gereja Katedral Jakarta yang sudah melaksanakan sakramen pengakuan dosa tidak memiliki sifat pendendam, mereka selalu berusaha untuk membebaskan diri dari dendam, berusaha tidak membalas perlakuan buruk orang lain kepada dirinya, dan yakin walaupun dirinya sudah melakukan salah Tuhan tetap mencintai dirinya.Ini terbukti dari pernyataan yang diajukan oleh penulis kepada responden dengan jawaban Setuju dan sangat setuju untuk pernyataan favorable dan tidak setuju untuk pernyataan unfavorable.
7. Involve God Bagian ini menggambarkan Keterlibatan Tuhan.Inilah pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan Involve God.
.
Involve 7
Mempercayai
23. Saya percaya
48. Saya
God
Tuhan
pada Tuhan.
meragukan
24. Saya percaya
kehadiran Tuhan
3
Tuhan akan mengabulkan doadoa yang dipanjatkan oleh hamba-Nya Meyakini Tuhan
25. Saya meyakini
49. Yang saya
Tuhan mencintai
tahu Tuhan
3
56
saya apa adanya
hanya mencintai
26. Saya yakin
orang-orang
setiap perbuatan
tertentu saja
manusia diawasi oleh Tuhan
Dari pernyataan-pernyataan diatas inilah jawaban ke 20 responden dan hasil analisa penulis. NO
Alternatif
Frekuensi
Persentase
Jawaban 1
Sangat Setuju
9
45%
2
Setuju
11
55%
3
Tidak Setuju
-
-
4Sangat Tidak Setuju
-
-
20
100%
4 Jumlah
Tabel di atas menunjukan bahwa Jemaat Gereja Katedral Jakarta Pusat yang sudah melaksanakan sakramen pengakuan dosa memiliki Keyakinan dan kepercayaan yang tinggi kepada Tuhan. Seperti percaya kepada Tuhan, percaya bahwa Tuhan akan mengabulkan doa-doanya, meyakini Tuhan mencintai dirinya dan Yakin bahwa setiap perbuatan diawasi oleh Tuhan.Ini terbukti dari pernyataan yang diajukan oleh Penulis
57
kepada responden dengan jawaban setuju dan sangat setuju untuk pernyataan favorable dan tidak setuju untuk pernyataan unfavorable.
58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari analisa diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa jemaat Gereja Katedral Jakarta setelah melaksanakan Sakramen Pengakuan Dosa Tingkat Religiusitas Para Jemaat Meningkat dan antara sakramen pengakuan dosa dan religiusitas memiliki keterkaitan yang sangat kuat.Ini terbukti dari jawaban para responden dengan jawaban setuju dan sangat setuju atas pernyataan yang diajukan Peneliti. Selain itu setelah melaksanakan sakramen pengakuan dosa para jemaat terus berusaha untuk hidup lebih baik dan tidak mengulangi kesalahan yang sama. Bisa menyimpulkan tingkat religiusitas para jemaat gereja Katedral meningkat dan mengatakan adanya keterkaitan sakramen pengakuan dosa dan religiusitas karena dari ketujuh dimensi religiusitas rata-rata menjawab setujudan sangat setuju.General religiosity yang menjawab sangat setuju 25% dan menjawab setuju 75%, Social Religiusity yang menjawab sangat setuju 20% dan menjawab setuju 80%, Forgiveness yang menjawab sangat setuju 20% dan menjawab setuju 80%, God as Judge yang menjawab sangat setuju 25% dan menjawab setuju 75%,Thankfulness yang menjawab sangat setuju 30% dan menjawab setuju 70%, Unvengefulness yang menjawab sangat setuju 35% dan menjawab setuju 65%, Involve God yang menjawab sangat setuju 45% dan menjawab setuju 65%. Semua pernyataan favorable dijawab dengan setuju dan sangat setuju sedangkan pernyataan Unfavorable dijawab dengan
59
tidak setuju.Itulah alasan bahwa jemaat Gereja Katedral Jakarta pasca melaksanakan sakramen pengakuan dosa tingkat religiusitasnya meningkat. B. Saran-saran Dari Semua penjelasan di atas,hemat Penulis ada beberapa saran yang Pantas dijadikan saran Konstruktif adalah sebagai berikut:PertamaKepada Pengurus Gereja Katedral Mohon dilengkapi koleksi Buku di Perpustakaan dan Websitenya diusahakan selalu update dengan data-data terbaru.KeduaKepada Jemaat Gereja Katedral Jakarta Pusat agar tetap konsisten membina Hubungan Baik dengan sesama atau bukan sesame penganut.
60
DAFTAR PUSTAKA Buku AlKitab. Jakarta: Lembaga AlKitab Indonesia. Bakker, F.L. Sejarah Kerajaan Allah Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Balai Pustaka, 1988. Dieter, Becker. Pedoman Dogmatika: Suatu Konpendium Singkat. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012. Endarmako, Eko. Tesaurus Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Utama, 2006. Heuken Sj, Adolf. Ensiklopedia Gereja IV. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 1995. ---------------------. Gereja-Gereja Tua Jakarta. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 2003. Kementrian Agama RI, Kompilasi Kebijakan dan Peraturan Perundang-Undangan Kerukunan Umat Beraagama. Jakarta, 2012. Komisi Liturgi KWI, Puji Syukur. Jakarta: Obor Anggota IKAPI, 2010. Nitric, Van dan Boland. Dogmatika Masa Kini. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011. Soedarmo. Ichtisar Dogmatika. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011. Sosipater, Karel. Etika Perjanjian Baru. Jakarta: Suara Harapan Bangsa, 2010. Teks Misa Mingguan Gereja Katedral Jakarta, 2014. Urban, Linwood. Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen. Jakarta: Gunung Mulia, 2009. Wellem, F.D. Injil dan Marapu. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004.
61
Jurnal Kendler, Kenneth S. dkk. “Dimensions of Religiosity and Their Relationship to Lifetime Psychiatric and Substance Use Disorders, Am J Psychiatry.” 160:3, March, 2003. “National Institute on Aging Working Group: Multidimensional Measurement of Religiousness, Spirituality for Use in Health Research.” Fetzer Institute in Collaboration with National Institute on Aging. Kalamazoo, MI: Fetzer Institute, 2003. Skripsi Miharlina, Desi. “Konsep Dosa Dalam Pandangan Agama Katolik dan Pandangan Islam.” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Institut Agama Islam Negeri Semarang, 2010. Syariati, Ali. “Simbolisme Gereja.” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. Internet www.katedraljakarta.or.id.
LAMPIRAN 1 1. Bagaimana Pandangan bapak Tentang Dosa Secara Umum? Dosa adalah terputusnya Hubungan Allah dengan manusia. Manusia yang memutuskan hubungan karena berbuat dosa. 2. Bagaimana Pandangan tentang Sakramen Pengampunan Dosa? Sakramen Pengakuan Dosa/sakramen tobat adalah suatu tradisi gereja katolik dimana Yesus telah mmberikan kuasa kepada muridmuridnya untuk melakukan pengampunan dosa, sebagai pelantara manusia dan Allah. Inilah urutan Yesus sampai kepada Pastor. Yesus
Petrus
Paus
Uskup
Pastor Sakramen sangat perlu dilakukan karena sebagai mediator untuk menghubungkan manusia dengan Allah 3. Bagaimana Proses Sakramen Pengampunan Dosa? Dalamhal Proses SakramenPengakuanDosaGerejaMenawarkan 3 Cara:
Sakramen Rekonsilasi Setiap dosa merupakan pembangkangan terhadap Allah dan memutuskan persahabatan kita dengan dia. Maka tujuan akhir dari perayaan tobat adalah Rekonsiliasi yakni agar kita kembali mengasihi Allah, kita kembali berdamai dengan Bapak yang lebih dulu mengasihi kita, berdamai dengan kristus yang telah menyerahkan diri bagi kita dan berdamai dengan roh kudus yang bersemayam dalam diri kita. Tata cara Rekonsiliasi Gereja menawarkan tiga cara untuk mendamaikan pentobat dengan Allah. Yaitu: 1. Tata cara rekonsilisasi Jemaat dengan pengakuan dan Absolusi Perorangan Yang dimaksud Rekonsilisasi jemaat dengan pengakuan dan absolusi perorangan yakni pola pengakuan perorangan yang didahului dengan ibadat tobat bersama. Dalam hal ini gereja menganjurkan kalau sejumlah petobat berkumpul untuk melaksanakan Rekonsiliasi tepat sekali kalau disiapkan untuk sakramen Rekonsiliasi dengan perayaan sabda. Perayaan ini menunjukan lebih jelas bahwa jemaat ( eklesial ) dari rekonsiliasi. Kaum beriman bersama sama mendengarkan sabda, yang memaklumkan kerahiman Allah dan mengundang mereka untuk bertobat. Bersama sama membandingkan hidupnya dengan sabda Allah dan saling membantu lewat doa bersama. Setelah para petobat mengaku dosa dan
menerima ampun masing-masing kemudian mereka memuji Allah karena pengampunan yang sudah di terima . 2. Tata Cara Rekonsiliasi Perorangan Pengakuan dosa dengan absolusi perorangan merupakan satusatunya cara yang lazim bagi kaum beriman untuk berdamai dengan Allah dan gereja.Hanya ketidak mampuan Fisik dan moral dapat membebaskan mereka dari cara pengakuan tersebut. Rekonsiliasi perorangan dilaksanakan dalam ibadat singkat sebagai berikut: Tanda Salib Setelah masuk ke tempat pengakuan, petobat langsung berlutut atau duduk lalu membuat tanda salib. Salam dari imam Liturgi Tobat Bapa berkatilah saya supaya dapat mengaku dosa dengan baik. Pengakuan saya yang terakhir sejak ............yang lalu. Dosa-dosa saya ialah................................................... Itulah dosa-dosa saya dan mungkin masih ada dosa- dosa yang lain yang saya lupakan, saya menyesal atas dosa-dosa saya dan dengan rendah hati mohon ampun dan penitesi yang berguna bagi saya. ( imam memberikan nasehat dan penitensi lalu dilanjut doa tobat dan solusi ) DOA TOBAT
Allah yang maha Rahim aku menyesal atas semua dosaku sebab patut aku engkau hukum terutama karena telah menghina engkau yang maha baik dan maha murah bagiku. Aku benci akan semua dosaku dan aku berjanji dengan pertolongan rahmatmu dan hendak memperbaiki hidupku dan tidak akan berbuat dosa lagi. Allah kasihilah orang berdosa ini. Amin Sesudah mendengarkan Nasihat Imam dan diberi tahu mengenai laku tobatyang harus dilakukan petobat adalah membaca doa tobat Sesudah
diberi
absolusi,
petobat
membuat
tanda
salib,
mengucapkan terimakasih kepada bapak pengakuan lalu mengundurkan diri untuk bersyukur atas pengampunan. 3. Tata cara Rekonsiliasi Jemaat dengan Pengakuan dan Absolusi umum Ibadat tobat ini tanpak pengakuan perorangan, mengaku dosa secara umum lalu mendapat pengampunan. Dalam kondisi terdesak imam dapat bahkan perlu memberikan absolusiumum kepada sejumlah petobat tanpa harus didahului pengakuan perorangan, misalnya dalam kasus bahaya mati .
LAMPIRAN 2 PENGANTAR Selamat Pagi/ Siang/ Sore Salam kenal... Saya Ita Siti Nurhalimah mahasiswi Perbandingan Agama semester akhir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya meminta bantuan saudara sekalian untuk menjadi responden dalam penelitian skripsi saya. Saya mengharapkan kesediaan saudara untuk mengisi serangkaian pernyataan berikut ini secara jujur dan apa adanya. Dalam skala ini tidak ada jawaban benar atau salah. Adapun informasi atau data yang anda berikan akan sangat bermanfaat bagi penelitian ini dan akan terjamin kerahasiaannya, serta hanya digunakan untuk kepentingan pengumpulan data. Atas kerja sama dan bantuannya, saya ucapkan terimakasih, serta mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan. Wassalamu’alaikum, Wr. Wb. Peneliti,
Ita Siti Nurhalimah ______________________________________________________________________________ DATA DIRI RESPODEN Nama/Inisial : ........................................................................... Jenis Kelamin : ○ Laki-laki ○Perempuan Usia : ........... tahun Pekerjaan : ........................................................................... Pendidikan : ........................................................................... Agama : ………………………………………………. Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam mengisi kuesioner ini. Nama & Tanda tangan
PETUNJUK PENGERJAAN SKALA I Terdapat beberapa pernyataan yang sesuai atau tidak sesuai dengan Anda. Misalnya Anda adalah orang yang suka memanfaatkan waktu dengan orang lain. Pilihlah nomor yang menyatakan tingkat Sangat Tidak Sesuai (STS)sampai Sangat Sesuai (SS) pada tiap-tiap pernyataan dengan menggunakan tanda silang (√).Pastikan pada setiap pernyataan hanya ada satu pilihan jawaban.
Keterangan Pilihan Jawaban: STS
: Sangat Tidak Sesuai
TS
: Tidak Sesuai
S
: Sesuai
SS
: Sangat Sesuai
CONTOH PENGERJAAN SKALA I No. Pertanyaan Saya merasa ada orang yang peduli dengan saya
STS
SKALA I No. Pernyataan STS 1. Saya berusaha menjalani hidup seperti yang Tuhan perintahkan 2. Saya memohon kepada Tuhan untuk membantu saya membuat keputusan-keputusan penting 3. Saya menemukan kekuatan dalam agama yang saya yakini 4. Tanpa Tuhan, hidup saya tanpa tujuan 5. Setiap hari saya menyempatkan untuk berdoa kepada Tuhan 6. Keyakinan kepada Tuhan membentuk bagaimana saya berpikir dan bertindak setiap hari 7. Keyakinan pada Tuhan membantu saya melalui kesulitan 8. Dalam menjalani masa sulit, saya berusaha menemukan pembelajaran dari Tuhan 9. Saat menghadapi situasi sulit, agama membantu saya memahami situasi tersebut 10. Saya merasa puas dengan kehidupan religiusitas saya 11. Saya merasakan kehadiran Tuhan 12. Saya berusaha untuk menjadi seseorang yang taat beragama
TS
TS
S √
S
SS
SS
13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43.
Setiap hari saya melihat buti-bukti kekuasaan Tuhan Saya berusaha mengakui kesalahan dan meminta ampun pada Tuhan atas apa yang telah saya lakukan Saya percaya bahwa agama dapat memberikan arahan hidup Saya merasakan cinta Tuhan baik secara langsung maupun melalui perantara orang lain Saya mengandalkan Tuhan dalam segala hal Saya menjalin hubungan baik dengan setiap orang Kebanyakan teman saya adalah orang yang religius Bertukar pikiran tentang agama merupakan hal yang penting bagi saya Beribadah dan berdoa bersama merupakan hal yang menyenangkan bagi saya Saya mengikuti berbagai kegiatan keagamaan di tempat ibadah Saya percaya pada Tuhan Saya yakin bahwa Tuhan selalu memberikan jawaban atas doa-doa yang dipanjatkan oleh hamba-Nya Saya tahu bahwa Tuhan mencintai saya apa adanya Saya yakin setiap perbuatan manusia diawasi oleh Tuhan Saya mencoba untuk memaafkan orang lain Meskipun sulit, saya akan berusaha untuk memaafkan orang lain yang telah menyakiti perasaan saya Saya memaafkan diri sendiri Saya mencoba hidup dengan selalu mencintai orang lain sebagaiman saya mencintai diri sendiri Saya yakin bahwa saya harus peduli terhadap orang lain seburuk apapun perlakuan mereka terhadap saya Saya percaya bahwa Tuhan lah sang penetap takdir Saya percaya segala yang terjadi adalah ketetapan dari Tuhan Saya percaya Tuhan mempunyai/memberi banyak peraturan yang dapat membantu kelangsungan hidup hambanya Saya percaya bahwa kitab suci adalah kalimat dari Tuhan Saya percaya Tuhan akan memberikan balasan yang adil Saya membebaskan diri dari rasa dendam Saya tidak akan menaruh rasa dendam kepada orang yang telah menyakiti saya Saya merasa diberkati Tuhan setiap hari Saya berterima kasih atas apa yang saya terima dalam hidup ini Saya bersyukur terhadap apapun yang terjadi dalam hidup ini Saya mempertanyakan kehadiran Tuhan Setiap hari saya hanya mengandalkan diri sendiri dalam
44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51.
52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61.
segala hal Tuhan meninggalkan saya dalam masa-masa sulit yang saya hadapi Saat bertemu masalah saya merasa mampu menyelesaikannya sendiri tanpa meminta pertolongan Tuhan Menurut saya, menjalin hubungan baik dengan orang lain bukan lah hal yang penting Saya tidak suka mengikuti berbagai kegiatan di tempat ibadah Saya meragukan kehadiran Tuhan Yang saya tahu Tuhan hanya mencintai orang-orang tertentu saja Saya merasakan kepedulian yang mendalam terhadap dunia dan isinya Saya merasa situasi yang penuh tekanan merupakan cara Tuhan untuk menghukum saya atas dosa-dosa dan kelalaian saya Ketika seseorang menyakiti perasaan saya, saya akan membalasnya dengan cara apapun Orang lain memberitahu bahwa saya tidak cukup bersyukur dalam menjalani hidup ini Saya tidak melihat banyak hal yang bisa saya syukuri dalam kehidupan ini Saya marah pada tuhan karena membiarkan hal buruk terjadi pada diri saya Saya tidak akan memperdulikan orang-orang yang telah menyakiti saya Saya yakin walaupun saya melakukan banyak kesalahan Tuhan tidak akan berhenti mencintai saya Saya adalah orang yang pendendam Satu-satunya orang yang harus saya syukuri atas apa yang saya terima dalam hidup ini adalah diri saya sendiri Saya yakin jika saya melakukan banyak kesalahan Tuhan akan berhenti mencintai saya Saya tidak akan membalas perlakuan buruk yang orang lain lakukan terhadap saya
LAMPIRAN 3 No.
Dimensi
Indikator
Favo
Unfavo
Jumlah
1.
General religiosity / coping
Menggambarkan hubungan Indivdu dengan Tuhan
1. Saya berusaha menjalani hidup seperti yang Tuhan perintahkan
42. Saya mempertanyakan kehadiran Tuhan
8
43. Setiap hari saya hanya mengandalkan diri sendiri dalam segala hal
5
2. Saya memohon kepada Tuhan untuk membantu saya membuat keputusankeputusan penting 4. Tanpa Tuhan, hidup saya tanpa tujuan 11. Saya merasakan kehadiran Tuhan 14. Saya berusaha mengakui kesalahan dan meminta ampun pada Tuhan atas apa yang telah saya lakukan 16. Saya merasakan cinta Tuhan baik secara langsung maupun melalui perantara orang lain 17. Saya mengandalkan Tuhan dalam segala hal Keterlibatan aktif dengan Tuhan dalam sehari-hari
5. Setiap hari saya menyempatkan untuk berdoa kepada Tuhan 6. Keyakinan kepada Tuhan membentuk bagaimana saya berpikir dan bertindak
setiap hari 10. Saya merasa puas dengan kehidupan religiusitas saya 13. Setiap hari saya melihat buti-bukti kekuasaan Tuhan Keterlibatan aktif dengan Tuhan dalam masa krisis / menghadapi kesulitan
7. Keyakinan pada Tuhan membantu saya melalui kesulitan 8. Dalam menjalani masa sulit, saya berusaha menemukan pembelajaran dari Tuhan 9. Saat menghadapi situasi sulit, agama membantu saya memahami situasi tersebut
Perhatian dan keterlibatan individu dengan hal-hal yang berkaitan dengan spiritual maupun keagamaan
3. Saya menemukan kekuatan dalam agama yang saya yakini
44. Tuhan meninggalkan saya dalam masa-masa sulit yang saya hadapi
5
45. Saat bertemu masalah saya merasa mampu menyelesaikannya sendiri tanpa meminta pertolongan Tuhan
-
3
46. Menurut saya, menjalin hubungan baik dengan orang lain bukan lah hal yang penting
4
12. Saya berusaha untuk menjadi seseorang yang taat beragama 15. Saya percaya bahwa agama dapat memberikan arahan hidup
2.
Social support
Membina hubungan dengan individu sesame manusia maupun sesama penganut agama
18. Saya menjalin hubungan baik dengan setiap orang 19. Kebanyakan teman saya adalah
orang yang religius 20. Bertukar pikiran tentang agama merupakan hal yang penting bagi saya Kehadiran di tempat beribadah
21. Beribadah dan berdoa bersama merupakan hal yang menyenangkan bagi saya
47. Saya tidak suka mengikuti berbagai kegiatan di tempat ibadah
3
-
3
56. Saya tidak akan memperdulikan orang-orang yang telah menyakiti saya
4
22. Saya mengikuti berbagai kegiatan keagamaan di tempat ibadah 3.
Forgiveness
Memaafkan orang lain dan diri sendiri
27. Saya mencoba untuk memaafkan orang lain 28. Meskipun sulit, saya akan berusaha untuk memaafkan orang lain yang telah menyakiti perasaan saya 29. Saya memaafkan diri sendiri
Merasakan kepedulian, rasa kasih sayang dan saling memaafkan pada dunia
30. Saya mencoba hidup dengan selalu mencintai orang lain sebagaimana saya mencintai diri sendiri 31. Saya yakin bahwa saya harus peduli terhadap orang lain seburuk apapun perlakuan mereka terhadap saya 50. Saya merasakan kepedulian yang
mendalam terhadap dunia dan isinya 4.
God as judge
Mempercayai tuhan sebagai penetap takdir
32. Saya percaya bahwa Tuhan lah sang penetap takdir
-
2
-
4
-
2
33. Saya percaya segala yang terjadi adalah ketetapan dari Tuhan Mempercayai hukum dan nilainilai dari Tuhan
34. Saya percaya Tuhan mempunyai/memberi banyak peraturan yang dapat membantu kelangsungan hidup hambanya 35. Saya percaya bahwa kitab suci adalah kalimat dari Tuhan 36. Saya percaya Tuhan akan memberikan balasan yang adil 51. Saya merasa situasi yang penuh tekanan merupakan cara Tuhan untuk menghukum saya atas dosa-dosa dan kelalaian saya
5.
Thankfulness
Merasakan bersyukur
39. Saya merasa diberkati Tuhan setiap hari 41. Saya bersyukur terhadap apapun yang terjadi dalam hidup ini
6.
Unvengefulness
Menggambarkan perasaan berterima kasih
40. Saya berterima kasih atas apa yang saya terima dalam hidup ini
55. Saya marah pada 2 tuhan karena membiarkan hal buruk terjadi pada diri saya
Membebaskan diri dari rasa dendam
37. Saya membebaskan diri dari rasa dendam.
52. Ketika seseorang meyakini perasaan saya, saya akan membalasnya dengan cara apapun
38. Saya tidak akan menaruh rasa dendam maupun membalas kepada orang yang telah menyakiti saya 57. Saya yakin walaupun saya melakukan banyak kesalahan Tuhan tidak akan berhenti mencintai saya. 61. saya tidak akan membalas perlakuan buruk yang orang lain lakukan terhadap saya
10
53. Orang lain memberitahu bahwa saya tidak cukup bersyukur dalam menjalani hidup ini 54. Saya tidak melihat banyak hal yang bisa saya syukuri dalam kehidupan ini 58. Saya adalah orang yang pendendam 59. Satu-satunya orang yang harus saya syukuri atas apa yang saya terima dalam hidup ini adalah diri saya sendiri 60. Saya yakin jika saya melakukan banyak kesalahan Tuhan akan berhenti mencintai saya
7.
Involve God
Mempercayai Tuhan
23. Saya percaya pada Tuhan. 24. Saya percaya
48. Saya meragukan kehadiran Tuhan
3
Tuhan akan mengabulkan doa-doa yang dipanjatkan oleh hamba-Nya Meyakini Tuhan
25. Saya meyakini Tuhan mencintai saya apa adanya
49. Yang saya tahu Tuhan hanya mencintai orangorang tertentu saja
3
16
61
26. Saya yakin setiap perbuatan manusia diawasi oleh Tuhan Jumlah
45