Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial pada skenario 3 yang berjudul “Reward and Punishment” Di dalam laporan ini, kami membahas mengenai apa saja bagian dari otak yang berhubungan dengan reward dan punishment serta bagaimana reward dan punishment dapat mempegaruhi pola perilaku, sifat dan motivasi seseorang. Demikian laporan ini kami susun dengan harapan semoga dapat bermanfaat bagi mahasiswa kedokteran untuk memotivasi diri. Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu untuk menyelesaikan laporan ini.Masukan dan kritikan sangat kami harapkan untuk menyempurnakan laporan-laporan selanjutnya.
Mataram, November 2012
(Kelompok Tutorial VI)
Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8
Page 1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................1 Daftar Isi…………………………………………………………………………....2 I.
Pendahuluan 1.1 Skenario 3 Blok 8………………………………………………………...3 1.2 Mind Map………………………………………………………………...4 1.3 Learning Objective……………………………………………………….5
II.
Pembahasan………………………………………………………………….6
Kesimpulan…………………………………………………………………………23 Daftar Pusaka………………………………………………………………………24
Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8
Page 2
BAB I PENDAHULUAN Skenario 3 Blok VIII
“Reward and Punishment” Segala sesuatu yang dilakukan seseorang hampir selalu berkaitan dengan reward dan punishment. Reward dan punishment berperan penting dalam pembentukan perilaku anak. Begitu juga dengan motivasi belajar mereka. Coba perhatikan beberapa video tentang pemberian reward dan punishment di sekolah berikut ini. Menurut anda bagaimanakah pengaruh reward dan punishment terhadap pembentukan perilaku dan juga motivasi belajar anak.
Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8
Page 3
Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8
Page 4
Learning Objective :
1. Hubungan reward dan punishment dengan memori 2. Mekanisme reward dan punishment dapat saling menginhibisi 3. Hubungan pusat punishment ke zona periventrikular untuk menyebabklan marah 4. Jenis-jenis memori 5. Perubahan dari short term memori sampai menjadi long term memori 6. Neocortex
Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8
Page 5
BAB II PEMBAHASAN II.1 Anatomi Reward dan Punishment Pusat Ganjaran ( Reward ) Pusat-pusat ganjaran utama terletak disepanjang rangkaian berkas bagian medial otak depan, khususnya pada nuclei lateral dan nuclei ventromedial hipotalamus. Pusat ganjaran yang kurang peka terdapat pada septum, amigdala, beberapa area tertentu dalam thalamus dan ganglia basalis, dan meluas ke bawah ke bagian tegmentum basal dari mesensefalon (Guyton, 2008).
Terdapat 4 jalur besar dopaminergik di otak, yaitu: 1. jalur mesolimbik― berkas dari serat dopaminergik dihubungkan dengan sirkuit reward. Jalur ini berawal dari ventral tegmental area dan menginervasi beberapa struktur sistem limbic, termasuk nucleus accumbens. Jalur mesolimbik penting dalam pembentukan memori dan motivasi seseorang. 2. Jalur mesokortikal juga berawal dari ventral tegmental area, tetapi diproyeksikan menuju kortex frontal dan struktur disekitarnya. Beberapa bukti mengindikasikan
Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8
Page 6
bahwa malfungsi dari jalur ini diperkirakan sebagai penyebab timbulnya gejala schizophrenia, seperti halusinasi dan gengguan berfikir. 3. Jalur nigrostriatal memproyeksikan akson dari substansia nigra menuju striatum (nucleus kaudatus dan putamen), yang juga berperan dalam mengontrol gerakan motorik. Degenerasi neuron pada jalur ini dihubungkan dengan keadaan bergetar dan kekakuan otot yang merupakan symptom dari penyakit Parkinson. 4. Jalur tuberoinfundibular, yang menghubungkan hipotalamus dengan kelenjar pituitary, dimana ia mempengaruhi sekresi hormone seperti prolaktin.
Pusat Hukuman ( Punishment) Area yang paling poten bagi rasa terhukum adalah di area kelabu sentral di sekeliling akuaduktus Sylvius dalam mesensefalon dan yang menyebar ke atas ke zona periventrikular hipotalamus dan thalamus. Area ras terhukum yang tidak begitu kuat ditemukan di beberapa lokasi amigdala dan hipokampus. Rasa terhukum dan rasa takut dapat terjadi mendahului rasa senang dan rasa ganjaran (Guyton, 2008). Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8
Page 7
Perangsangan pada area ini menyebabkan hewan tersebut menunjukkan gejalagejala tidak senang, takut, panik, rasa sakit, rasa terhukum, dan bahkan penyakit.
Jaras reward dan punishment berawal dari impuls yang diterima oleh organ indera yang selajutnya akan dilanjutkan ke korteks serebri yang sesuai kecuali untuk indera penghidu yang tidak melewati korteks serebri. Dari korteks serebri, impuls dibawa ke area asosiasi korteks serebri yang lalu akan dibawa ke area Wernick dan selanjutnya dibawa ke area prefrontal. Impuls dari area prefrontal selanjutnya dibawa ke korteks entorhinal yang berperan dalam memori. Dari korteks entorhinal impuls dibawa ke dua tujuan yaitu amigdala dan gyrus dentatus yang berada pada lobus temporalis. Impuls yang berasal dari gyrus dentatus dilanjutkan ke hipokampus lalu ke area ventral tegmental yang lalu dibawa ke nucleus accumbens dan septum dengan bantuan dopamine. Jalur yang dilewati impuls dari hipokampus hingga mencapai nucleus accumbens dan septum merupakan jalur untuk Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8
Page 8
ganjaran atau reward. Dari hipokampus dilanjutkan ke subiculum lalu ke corpus mamillary dan dibawa ke medulla oblongata dan thalamus yang merupakan pusat hukuman atau punishment.
II.2 Peran Reward Dan Punishment Terhadap Perilaku Pusat ganjaran Utamanya yang ternyata terletak di sepanjang rangkaian berkas bagian medial otak depan, khususnya pada nuklei lateral dan nuclei ventromedial hipotalamus. Anehnya nuclei lateral ini juga terlibat dalam area ganjaran, malahan, merupakan yang paling poten dari seluruhnya, karena bila era ini diberi rangsangan yang lebih kuat timbul rasa marah. Namun, keadaan ini memang berlaku untuk sebagian besar area, yang bila diberi rangsangan lebih lemah dapat menimbulkan rasa ganjaran dan bila diberi rangsangan lebih kuat akan timbul rasa hukuman. Pusat ganjaran yang kurang peka, yang mungkin merupakan pusat kedua dalam hipotalamus, dapat dijumpai pada septum, amygdale, beberapa area tertentu dalam thalamus dan ganglia basalis, dan meluas ke bawah ke bagian tegmentum basal dari mesensefalon. Pusat hukuman Ditemukan area yang paling poten bagi rasa terhukum dan kecendrungan untuk menghindar, yaitu terdapat pada area kelabu sentral disekeliling aquaduktus sylvius dalam mesensefalon dan menyebar ke atas ke zona periventrikular hipotalamus dan thalamus. Area rasa terhukum yang tak begitu kuat ditemukan di beberapa lokasi amygdale dan hippocampus. Sangatlah menarik terutama bahwa perangsangan pada pusat rasa tethukum ini seringkali dapat menghambat pusat-pusat ganjaran dan pusat rasa senang secara sempurna, yang menunjukkan bahwa rasa terhukum dan rasa takut dapat terjadi mendahului rasa senang dari rasa ganjaran.
Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8
Page 9
Perangsangan pada area ini menyebabkan hewan tersebut menunjukkan gejala-gejala tidak senang, takut, panic, rasa sakit, rasa terhukum, dan bahkan penyakit. Rasa marah— hubungannya dengan pusat rasa terhukum Pola marah (rage pattern) merupakan suatu pola emosi yang melibatkan pusat rasa terhukum pada hipotalamus dan struktur limbic lain, pola ini juga mempunyai cirri-ciri tersendiri yang dapat diibaratkan sebagai berikut. Perangsangan yang kuat pada pusat rasa terhukum di otak, khusunya pada zona periventrikular hipotalamus dan hipotalamus lateral, menyebabkan hewan: (1) membangun sikap mempertahankan diri, (2) mengeluarkan cakarnya (3) mengangkat ekor, (4) mendesis, (5) meludah, (6) menggeram, dan
(7)
mendirikan bulu-bulu tubuh, membuka matanya lebar-lebar, dan melebarkan pupil. Selanjutnya, gangguan yang paling ringan saja sudah dapat menyebabkan hewan itu ingin menyerang dengan luas. Perilaku ini hamper selalu timbul pada hewan yang dihukum dengan begitu kejamnya, dan merupakan pola perilaku yang disebut rasa marah. Untungnya, pada hewan normal, phenomena rasa marah ini terutama dicegah oleh adanya sinya inhibisi dari nuclei ventromedial hipotalamus. Selain itu, bagian hippocampus dan kortex limbic anterior terutama pada gyrus cinguli anterior dan gyrus subcalosum membantu menekan phenomena rasa marah ini. o Makna Rasa Ganjaran dan Rasa Terhukum pada Prilaku Hampir segala sesuatu yang kita lakukan berkaitan dengan rasa ganjaran dan rasa terhukum. Bila melakukan tindakan yang ternya mendapat ganjaran, kita akan meneruskan tindakan tersebut, namun bila ternyata menyebabkan kita terhukum, kita akan menghentikan tindakan tersebut. Oleh karena itu, tak perlu lagi pusat rasa ganjaran dan pusat rasa terhukum merupaka suatu hal terpenting pada seluruh alat pengatur aktivitas tubuh, hasrat, rasa enggan, dan motivasi kita. Penelitian terhadap hewan telah menujukkan bahwa semua pengalaman sensorik yang menimbulkan rasa ganjaran dan rasa terhukum hamper tidak dapat diingat sama sekali. Rekaman listrik dari otak memperlihatkan bahwa stimulus sensorik yang baru saja dirasakan hampi selalu merangsang beragam area pada korteks serebri. Namun, bila pengalaman sensorik tidak menimbulkan rasa ganjaran atau rasa terhukum, pengulangan stimulus yang terus-menerus cenderung memadamkan seluruh Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8
Page 10
resepon kortikal serebri. Yaitu, hewan tersebut menjadi terhabituasi terhadap stimulus sensorik spesifik tersebut, dan selanjutnya mengabaikannya. Bila stimulus ternyata menimbulkan rasa ganjaran atau rasa terhukum bukan sikap acuh tak acuh, dengan rangsangan berulang-ulang, respon kortikal serebri justru menjadi semakin kuat, dan respon itu dikatakan mengalami penguatan. Jadi, pada hewan itu lalu timbul jejak ingatan yang kuat terhadap sensasi ganjaran atau sensasi terhukum, namun, sebaliknya, membentuk rasa terbiasa terhadap berbagai stimulus sensorik. Jelaslah bahwa pusat-pusat rasa ganjaran dan rasa terhukum di system limbic sangat berperan untuk menyaring informasi-informasi yang kita pelajari, biasanya menyingkirakan lebih dari 99 persen dan memilih kurang dari 1 persen untuk disimpan. II.3 Perilaku a. Pengertian Pengertian
perilaku
dapat
dibatasi
sebagai
keadaan
jiwa
untuk
berpendapat, berfikir, bersikap, dan lain sebagainya yang merupakan refleksi dari berbagai macam aspek, baik fisik maupun non fisik. Perilaku juga diartikan sebagai suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi 2, yakni dalam bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkrit), dan dalam bentuk aktif (dengan tindakan konkrit). Sedangkan dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh makhluk hidup (Soekidjo Notoatmodjo, 1987:1). Menurut Ensiklopedi Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya, hal ini berarti bahwa perilaku baru akan terwujud bila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang disebut rangsangan, dengan demikian maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan perilaku tertentu pula. Robert Y. Kwick (1972) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dipelajari.
b. Tipe Perilaku
Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8
Page 11
Pada dasarnya bentuk perilaku dapat diamati, melalui sikap dan tindakan, namun demikian tidak berarti bahwa bentuk perilaku itu hanya dapat dilihat dari sikap dan tindakannya saja, perilaku dapat pula bersifat potensial, yakni dalam bentuk pengetahuan, motivasi dan persepsi. Bloom (1956), membedakannya menjadi 3 macam bentuk perilaku, yakni Coqnitive, Affective dan Psikomotor. Ahli lain menyebut Pengetahuan, Sikap dan Tindakan, Sedangkan Ki Hajar Dewantara, menyebutnya Cipta, Rasa, Karsa atau Peri akal, Peri rasa, Peri tindakan.
c. Faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan perilaku Proses pembentukan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri, faktor-faktor tersebut antara lain : 1. Persepsi. Persepsi adalah sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan sebagainya. 2. Motivasi. Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak untuk mencapai sutau tujuan tertentu, hasil dari pada dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam bentuk perilaku 3. Emosi. Perilaku juga dapat timbul karena emosi, Aspek psikologis yang mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani, sedangkan keadaan jasmani merupakan hasil keturunan (bawaan), Manusia dalam mencapai kedewasaan semua aspek yang berhubungan dengan keturunan dan emosi akan berkembang sesuai dengan hukum perkembangan, oleh karena itu perilaku yang timbul karena emosi merupakan perilaku bawaan. 4. Belajar. Belajar diartikan sebagai suatu pembentukan perilaku dihasilkan dari praktek-praktek dalam lingkungan kehidupan. Barelson (1964) mengatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan perilaku yang dihasilkan dari perilaku terdahulu.
Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8
Page 12
II.4 Kaitan Antara Motivasi dengan Hukuman dan Ganjaran Hampir segala sesuatu yang yang kita lakukan berkaitan dengan rasa ganjaran dan rasa terhukum. Bila melakukan tindakan yang ternyata mendapat ganjaran, kita akan meneruskan tindakan tersebut, namun bila ternyata menyebabkan kita terhukum, kita akan mengehentikan tindakan tersebut.oleh karena itu pusat rasa ganjaran dan pusat rasa terhukum merupakan salah satu hal penting merupakan salah satu hal terpenting pada seluruh alat pengatur tubuh, hasrat, rassa enggan dan motivasi kita. Motivasi merupakan hal yang penting untuk mendapatkan tujuan dimana melibatkan penentuan tujuan yang menjadi dasar nilai prediksi (hukuman dan ganjaran), mengawali perilaku yang dibutuhkan untuk mendapatkan tujuan, dan mempertahankan tindakan yang dilakukan agar tujuan tercapai. Beberapa peneliti mengajukan eksistensi dari dua sistem motivasional yaitu sistem motivasi pendekatan (motivasi yang berorientasi pada hasil yang diinginkan) dan sistem motivasi penghindaran (motivasi yang berorientasi pada hasil yang dibenci). Motivasi pendekatan dan penghindaran dianggap sebagai sistem yang sensitive pada stimulus positif maupun negative(Elliot & Thrash, 2002). Berdasarkan teori sistem ini dianggap memberi pengaruh pada pemrosesan emosional dari stimulus ganjaran atau hukuman. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa korteks prefrontal dorsolateral dan area di sekelilingnya terlibat dalam integrasi motivasi dan pemrosesan fungsi eksekutif (e.g., Lee & Wang, 2009; Spielberg, Miller, etal., 2011). Sebagai contoh, peneliti telah menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivasi area tersebut saat terjadi peningkatan kebutuhan memori kerja dan level ganjaran. Korteks area prefrontal dorsolatreral aktif hanya pada saat manipulasi ganjaran digunakan sedangkan pada daerah bilateral korteks prefrontal dorsolateral aktif saat terdapat manipulasi baik ganjaran maupun hukuman. Penelitian lainnya mengidentifikasi bahwa region korteks anterior cingulata memiliki hubungan yang kuat dengan korteks prefrontal dorsolateral yang diaktifkan oleh manipulasi ganjaran yang menunjukkan bahwa region ini menyediakan informasi motivasional berdasarkan pengaruhnya ke korteks prefrontal dorsolateral.
Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8
Page 13
II.5 Pembentukan Memori Secara fisiologis, ingatan tersimpan dalam otak dengan mengubah sensitivitas dasar penjalaran sinaptik diantara neuron-neuron sebagai akibat aktivitas neural sebelumnya. Jaras yang baru atau yang terfasilitasi disebut jejak ingatan (memory traces). Jaras-jaras ini penting, karena bila menetap/ada, akan diaktifkan secara selektif oleh benak pikiran untuk menimbulkan kembali ingatan yang ada. Ingatan adalah penyimpanan pengetahuan yang didapat untuk dapat diingat kembali kemudian Ingatan positif dan negative Walaupun kita sering berpendapat bahwa ingatan adalah hasil dari pengumpulan kembali pikiran-pikiran atau pengalaman-pengalaman sebelumnya yang bersifat positif, tetapi tetap ada kemungkinan yang sama besar untuk ingatan negative. Otak memiliki kapasitas untuk belajar mengenali informasi yang tidak memberi akibat sebagai hasil dari inhibisi jaras sinaptik, ssehingga menimbulkan efek yang disebut habituasi. Pada indera hal tersebut merupan tipe ingatan negative. Sebaliknya untuk jenis-jenis informasi masuk dan menyebabkan akibat yang penting, seperti rasa nyeri atau rasa senang, otak memiliki kemampuan otomatis yang berbeda dalam hal penguatan dan penyimpanan jejak ingatan. Ingatan positif adalah hasil dari fasilitasi jaras-jaras sinaptik, dan prosesnya disebut sensitisasi ingatan. Daerah khusus pada region limbic basal otak mampu menentukan apakah suatu informasi bersifat penting atau tidak penting, dan membuat keputusan secara tidak sadar apakah informasi ini akan disimpan sebagai jejak ingatan yang di sensitisasi atau justru ditekannya. Klasifikasi ingatan: Berdasarkan jenis informasi yang disimpannya : a. Ingatan deklaratif
Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8
Page 14
Pada dasarnya berarti ingatan terhadap beragam detil mengenai suatu pikiran terintegrasi, seperti ingatan suatu pengalaman penting yang meliputi (1)ingatan akan keadaan sekeliling, (2)ingatan akan hubuhngan waktu, (3)ingatan akan penyebab pengalaman tersebut, (4)ingatan akan makna pengalaman tersebut, dan (5)ingatan akan kesimpulan seseorang yang tertinggal pada pikiran seseorang. b. Ingatan keterampilan
Seringkali dihubungkan dengan aktivitas motorik tubuh seseorang seperti keterampilan yang terbentuk untuk memukul bola tenis, termasuk ingatan otomatis pada: (1)pandangan ke bola, (2)menghitung hubungan dan kecepatan bola ke raket, dan (3) mengambil kesimpulan secara cepat pergerakan tubuh, lengan, dan raket yang dibutuhkan untuk memukul bola se3perti yang diinginkan. Berdasarkan lama waktu penyimpanan
a. Ingatan jangka pendek Yaitu ingatan yang berlansung beberapa detik atau paling lama beberapa menit kecuali jika ingatan tersebtu menjadi ingatan jangka panjang. Kemungkinan penjelasan mengenai ingatan jangka pendek ini adalah fasilitasi (inhibisi presinaptik). Hal ini terjadi pada sinaps-sinaps yang terletak pada fibril-fibril saraf terminal segera sebelum fibril-fibril tersebut bersinaps dengan neuron berikutnya. Bahan-bahan kimiawi neurotransmitter yang disekresikan pada terminal seperti itu seringkali menyebabkan fasilitasi atau inhibisi yang berlansung
selama
beberapa
detik
samapi
menit.lintasan
seperti
ini
menimbulkan ingatan jangka pendek. Berbagai eksperimen cerdik pada sifut laut, Aplysia telah membuktikan bahwa ingatan jangka pendek memiliki 2 bentuk: -
Habituasi (pembiasaan): penurunan responsivitas terhadap presentasi berulang suatu stimulus indiferen-yaitu ransangan yang tidak menghasilkan penghargaan.
Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8
Page 15
Mekanisme: Pada habituasi penutupan saluran Ca2+ mengurangi masuknya Ca2+ kedalam terminal prasinaps yang menyebabkan penurunan pelepasan neurotransmitter. Akibatnya, potensial pascasinaps berkurang dibandingkan dengan normal sehingga terjadi penurunan atau hilangnya respon perilaku yang dikontrol oleh neuron efferent pascasinaps. karena itu ingatan untuk habituasi pada aplysia disimpan dalam bentuk modifikasi saluran Ca2+ spesifik. Tanpa latihan lebih lanjut, penurunan responsivitas ini bertahan beberapa jam. -
Sensitisasi (pemekaan): peningkatan responsivitas terhadap ransangan ringan setelah ransangan kuat. Mekanisme: Sensitisasi pada aplysia juga melibatkan modifikasi saluran, tetapi dengan mekanisme dan saluran yang berbeda. Berbeda dari apa yang terjadi pada habituasi, masuknya Ca2+ kedalam terminal presinaps meningkat pada sensitisasi. Sensitisasi tidak memiliki efek secara lansung pada saluran Ca2+ prasinaps, namun secara tidak lansung meningkatkan pemasukan Ca2+ melalui fasilitasi prasinaps (cara untuk meningkatkan efektivitas sinaps)
b. Ingatan jangka menengah Yaitu ingatan yang berlansung beberapa hari sampai beberapa minggu tetapi kemudian menghilang. Ingatan ini kadang-kadang akan hilang, kecuali jika jejak ingatan memperoleh aktivasi secukupnya sehingga menjadi lebih permanen klasifikasi jangka panjang. Percobaan pada hewan primitive telah menunjukkan bahwa ingatan jenis jangka menengah ini dapat merupakan hasil dari perubahan fisik atau kimiawi yang bersifat
sementara,
atau
keduanya,
baik
pada
terminal
sinaps
presinaptik/postsinaptik, perubahan ini menetap selama bermenit-menit sampai beberapa minggu. Mekanisme: Pada tingkat molekuler, walaupun penyebabnya tidak seluruhnya diketahui, efek habituasi pada terminal sensorik terjadi akibat penutupan secara progresif kanal-kanal kalsium melalui membrane terminal. Meskipun demikian, Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8
Page 16
penutupan kanal kalsium tersebut tidak sepenuhnya dimengerti, ion kalsium dapat berdifusi kedalam terminal terhabituasi ini lebiih sedikit daripada jumlah normal, dan akan semakin sedikit transmitter sensoris terminal yang dilepaskan karena pemasukan ion kalsium merupakan stimulus utama bagi pelepasan transmitter. Jadi, dengan cara yang sangat tidak lansung efek asosiasi terminal fasilitator yang teransang pada saat bersamaan dengan teransangnya terminal sensorik menyebabkan peningkatan sensitivitas peransangan yang lama pada terminal sensorik, dan hal itu menimbulkan jejak ingatan.
c. Ingatan jangka panjang
Yaitu ingatan yang sekali disimpan, dapat diingat kembali selama bertahuntahun kemudian atau bahkan seumur hidup. Sementara ingatan jangka pendek berkaitan dengan penguatan transien sinaps sinaps yang sudah ada, ingatan jangka panjang memerlukan pengaktifan gengen spesifik yang mengontrol sintesis protein yang dibutuhkan untuk perubahan structural atau funsional jangka panjang disinaps-sinaps spesifik. Suatu protein regulatorik positif, CREB adalah tombol molekuler yang mengaktifkan (menyalakan) gen-gen yang penting dalam penyimpanan ingatan jangka panjang.
Perubahan
struktur
fisik
yang
terjadi
di
sinaps-sinaps
selama
terbentuknya ingatan jangka panjang: 1. Peningkatan tempat-tempat pelepasan vesikel untuk menyekresikan bahanbahan transmitter. 2. Peningkatan jumlah vesikel-vesikel transmitter yang dilepaskan. 3. Peningkatan jumlah terminal presinaptik. 4. Perubahan pada struktur spina dendritik yang membolehkan terjadinya transmisi sinyal yang lebih kuat.. Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8
Page 17
Jadi, dalam beberapa hal yang berbeda, kemampuan structural dari sinapssinaps untuk menjalarkan sinyal tampaknya menjadi meningkat selama adanya jejak ingatan jangka panjang yang sebenarnya. II.6 Hubungan Rasa Ganjaran atau Rasa Terhukum pada Proses Belajar dan Ingatan Penelitian terhadap hewan telah menunjukkan bahwa semua pengalaman sensorik yang menimbulkan rasa ganjaran atau rasa terhukum hampir tidak dapat diingat sama sekali. Rekaman listrik dari otak memeperlihatkan bahwa stimulis sensorik yang baru saja dirasakan hampir selalu merangsang beragam area pada korteks serebri. Namun, bila pengalaman sensorik tidak menimbulkan rasa ganjaran atau rasa terhukum, pengulangan stimulus yang terus-menerus cenderung memadamkan seluruh respons kortikal serebri. Yaitu hewan tersebut menjadi terhabituasi terhadap stimulus sensorik spesifik tersebut, dan selanjutnya mengabaikannya. Bila stimulus ternyata menimbulkan rasa ganjaran atau rasa terhukum bukan sikap acuh tak acuh, dengan rangsangan berulan-ulang, respon kortikal serebri justru semakin kuat, dan respon itu dikatakan mengalami penguatan. Jadi, pada hewan itu lalu timbul jejak ingatan yang kuat terhadap sensasi ganjaran atau sensasi terhukum, namun sebaliknya membentuk rasa terbiasa terhadap berbagai stimulus sensorik. Jelaslah bahwa pusat-pusat rasa ganjaran dan terhukum di sistem limbik sangat berperan untuk menyaring informasi-informasi yang kita pelajari, biasanya menyingkirkan lebih dari 99% dan memilih kurang dari 1% untuk disimpan.
II.7 Neurotransmitter Pada Sistem Saraf Pusat
Neurotransmiter Lokasi/Fungsi
Implikasinya pada
penyakit
Jiwa Kolinergik:
Sistem
Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8
saraf
otonom
simpatis
dan Meningkatkan Page 18
Asetil kolin
parasimpatis, terminal saraf presinapsis derajat depresi
Monoamin
parasimpatik, terminal postsinapsis
Norepinefrin
Sistem saraf pusat : korteks serebral derajat
Menurunkan
hipokampus, struktur limbik, basal ganglia Dopamin
alzeimer,
korea
Fungsi : tidur, bangun persepsi nyeri , hutington, penyakit pergerakan memori
Serotonin
parkinson.
Histamin
Sistem syaraf otonom terminal saraf post Menurunkan
Asam amino
sinapsis simpatis
GABA (gamma
Sistem saraf pusat: talamus, sistem limbik,
Amino
penyakit
derajat depresi
butyric hipokampus, serebelum, korteks serebri
derajat
acid
Fungsi pernafasan, pikiran, persepsi, daya
Glisin
penggerak, fungsi kardiovaskuler, tidur dan
Glutamat aspartat Neuropeptida
dan
bangun Frontal
korteks,
sistem
limbik,
basal
ganglia, talamus, hipofisis posterior, medula
Substansi P Somatostatin
keadaan kecemasan,
Menurunkan derajat
penyakit
parkinson
Endorfin dan Fungsi:
mania,
skizofrenia.
spinalis
enkefalin
Meningkatkan
pergerakan
dan
dan
koordinasi, depresi emosional, penilaian, pelepasan prolaktin Meningkatkan Hipotalamus, talamus, sistem limbik, derajat mania dan korteks serebral, serebelum, medula spinalis
skizofrenia
Fungsi : tidur, bangun, libido, nafsu makan, Menurunkan perasaan, agresi persepsi nyeri, koordinasi derajat depresi dan penilaian
Meningkatkan
Hipotalamus Hipotalamus,
derajat hipocampus,
korteks, kecemasan
serebelum, basal ganglia, medula spinalis, Menurunkan retina derajat depresi
Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8
Page 19
Fungsi kemunduran aktivitas tubuh
Menurunkan
Medula spinalis, batang otak
derajat
korea
huntington, Fungsi: menghambat motor neuron berulang Sel-sel
piramid/kerucut
gangguan
dari
korteks, ansietas, serebelum dan sistem sensori aferen primer, skizofrenia,
dan
hipocampus, talamus, hipotalamus, medula berbagai spinalis epilepsi
jenis
Fungsi: menilai informasi sensori, mengatur Derajat berbagai motor dan reflek spinal
toksik/keracunan
Hipotalamus , talamus, struktur limbik dan “glycine batang otak, enkedalin juga ditemukan pada encephalopaty” traktus gastrointestinal
Menurunkan tingkat
derajat
yang berhubungan Fungsi modulasi (mengatur) nyeri dan dengan gerakan mengurangi peristaltik (enkefalin) motor spastik Hipotalamus struktur limbik otak tengah, Modulasi batang otak, talamus, basal ganglia, dan aktivitas dopamin medula spinalis, juga ditemukan pada oleh traktus gastrointestinal dan kelenjar saliva peptida
opiod dapat
menumpukkan
Fungsi: pengaturan nyeri Korteks serebral, hipokampus, talamus, basal ganglia, batang otak, medula spinalis
berbagai
ikatan
terhadap
gejala
skizofrenia Fungsi: norepinefrin,
menghambat merangsang
pelepasan pelepasan
serotonin, dopamin dan asetil kolin
Menurunkan derajat
korea
hutington
Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8
Page 20
Menurunkan derajat
penyakit
alzeimer Meningkatkan derajat
korea
hutington
Fungsi Dopamin sebagai neururotransmiter kerja cepat disekresikan oleh neuronneuron yang berasal dari substansia nigra, neuron-neuron ini terutama berakhir pada regio striata ganglia basalis. Pengaruh dopamin biasanya sebagai inhibisi.(Guyton). Dopamin bersifat inhibisi pada beberapa area tapi juga eksitasi pada beberapa area. Sistem norepinefrin yang bersifat eksitasi menyebar ke setiap area otak, sementara serotonin dan dopamin terutama ke regio ganglia basalis dan sistem serotonin ke struktur garis tengah (midline).(Guyton) Serotonin disekresikan oleh nukleus yang berasal dari rafe medial batang otak dan berproyeksi disebahagian besar daerah otak, khususnya yang menuju radiks dorsalis medula spinalis dan menuju hipotalamus. Serotonin bekerja sebagai bahan penghambat jaras rasa sakit dalam medula spinalis, dan kerjanya di daerah sistem syaraf yang lebih tinggi diduga untuk membantu pengaturan kehendak seseorang, bahkan mungkin juga menyebabkan tidur Serotonin berasal dari dekarboksilasi triptofan, merupakan vasokontriksi kuat dan perangsang kontraksi otak polos. Produksi serotonin sangat meningkat pada karsinoid ganas penyakit yang ditandai sel-sel tumor penghasil serotonin yang tersebar luas didalam jaringan argentafin rongga abdomen Sistem respons fisiologik pada stress akut dan kronik, terdapat respon fight and flight dimana berperan hormon epinefrin, norepinefrin dan dopamin, respon terhadap ancaman meliputi penyesuaian perpaduan banyak proses kompleks dalam organ-organ vital seperti otak, sistem kardiovaskular, otot, hati dan terlihat sedikit pada organ kulit, gastrointestinal dan jaringan limfoid. Sistem norepinefrn dan sistem serotonin normalnya menimbulkan dorongan bagi sistem limbik untuk meningkatkan perasaan seseorang terhadap rasa nyaman, menciptakan rasa bahagia, rasa puas, nafsu makan yang baik, Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8
Page 21
dorongan seksual yang sesuai, dan keseimbangan psikomotor, tapi bila terlalu banyak akan menyebabkan serangan mania. Yang mendukung konsep ini adalah kenyataan bahwa pusat-pusat reward dan punishment di otak pada hipotalamus dan daerah sekitarnya menerima sejumlah besar ujung-ujung saraf dari sistem norepinefrin dan serotonin Pada pasien penyakit jiwa seperti skizofrenia terdapat berbagai keadaan yang diyakini disebabkan oleh salah satu atau lebih dari tiga kemungkinan berikut: (1) terjadi hambatan terhadap sinyal-sinyal saraf di berbagai area pada lobus prefrontalis atau disfungsi pada pengolahan sinyal-sinyal; (2) perangsangan yang berlebihan terhadap sekelompok neuron yang mensekresi dopamin dipusat-pusat perilaku otak, termasuk di lobus frontalis, dan atau; (3) abnormalitas fungsi dari bagian-bagian penting pada pusat-pusat sistem pengatur tingkah laku limbik di sekeliling hipokampus otak Dopamin telah diduga kemungkinan penyebab skizofrenia secara tidak langsung karena banyak pasien parkison yang mengalami gejala skizofrenia ketika diobati dengan obat yang disebut L-DOPA. Obat ini melepaskan dopamin dalam otak, yang sangat bermanfaat dalam mengobati parkinson, tetapi dalam waktu bersaman obat ini menekan berbagai bagian lobus prefrontalis dan area yang berkaitan dengan lainnya. Telah diduga bahwa pada skizofrenia terjadi kelebihan dopamin yang disekresikan oleh sekelompok neuron yang mensekresikan dopamin yang badan selnya terletak tegmentum ventral dari mesensefalon, disebelah medial dan anterior dari sistem limbik, khususnya hipokampus, amigdala, nukleus kaudatus anterior dan sebagian lobus frefrontalis ini semua pusat-pusat pengatur tingkah laku yang sangat kuat. Suatu alasan yang sangat kuat. Suatu alasan yang lebih meyakinkan untuk mempercayai skizofrenia mungkin disebabkan produksi dopamin yang berlebihan ialah bahwa obat-obat yang bersifat efektif mengobati skizofrenia seperti klorpromazin, haloperidol, dan tiotiksen semuanya menurunkan sekresi dopamin pada ujung-ujung syaraf dopaminergik atau menurunkan efek dopamin pada neuron yang selanjutnya.
Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8
Page 22
KESIMPULAN
Adanya input sensorik yang diperoleh dari lingkungan akan memberikan isi emosi yang dapat merangsang salah satu sirkuit yang ada di otak, apakah reward sirkuit atau punishment sirkuit.Minat adalah suatu dorongan keinginan terhadap sesuatu hal yang dirasa menarik dan mengeksitasi reward sirkuit. Eksitasi salah satu sirkuit ini akan memberikan input berupa suatu perilaku. Perilaku ini dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Jadi minat ini terbentuk bisa secara alami, yaitu memang sudah ada di dalam diri ataupun minat yang didapat yaitu berupa pengaruh lingkungan yang sampai akhirnya menimbulkan ketertarikan terhadap suatu hal.
Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8
Page 23
DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi. Ed. 11. Jakarta: EGC. Maramis, Willy F, dkk. (2009). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press Saladin, K.S., 2006. Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function 4th ed., New York: McGraw Hill Science/Engineering/Math. Seeley, S.T. 2004,. Anatomy and Physiology. Sixth Edition. McGraw-Hill: NewYork. Sherwood, L. 2011. Fisiologi manusia : Dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC. Spielberg M. Jeffrey, et al. (2012). Trait motivation moderates neural activation associated with goal pursuit. Philadelphia: Psychonomic Society, Inc.
Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8
Page 24