KATA PENGANTAR
Laporan
Kinerja
Pembiayaan
(LaKIP)
Perumahan
Direktorat
merupakan
Jenderal perwujudan
pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan pada Tahun Anggaran 2015. Laporan
Kinerja
ini
merupakan
tahun
pertama
pelaksanaan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pembiayaan
Perumahan
Tahun
2015-2019,
yang
secara berjenjang diturunkan dari Nawacita Presiden dan
Wakil
Presiden
RI
2014-2019,
Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019
dan
Rencana
Strategis
Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 2015-2019. Penyusunan
Laporan Kenerja
Direktorat Jenderal
Pembiayaan Perumahan Tahun 2015 mengacu pada Peraturan Presiden No. 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri
Pendayagunaan
Aparatur
Negara
dan
Reformasi Birokrasi No. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 17 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Akuntabilitas
Kinerja
Instansi
Pemerintah,
serta
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 13 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis KementerianPekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
i
Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan sebagai salah satu Satminkal di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2015
tentang
Perumahan
KementerianPekerjaan Rakyat,
menyelenggarakan
Umum
mempunyai
perumusan
dan
dan tugas
pelaksanaan
kebijakan di bidang pembiayaan perumahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selama tahun 2015, Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan
telah
melaksanakan
program
Pengembangan Pembiayaan Perumahan dan kegiatan sebagaimana
tertuang
dalam
Matriks
Rencana
Strategis Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Tahun 2015-2019 yang diturunkan ke dalam Perjanjian Kinerja
(PK)
Direktorat
Jenderal
Pembiayaan
Perumahan Tahun 2015. Perjanjian Kinerja tersebut terdiri dari 2 (dua) Sasaran Program dengan 2 (dua) Indikator Kinerja Program (IKP). Penyedia tempat tinggal yang layak huni bagi sebagian besar
masyarakat
Indonesia
masih
menghadapi
tantangan berat terutama dengan masih besarnya backlog (kekurangan ketersediaan rumah layak huni) yang mencapai 7,6 juta unit rumah (tahun 2014) berdasarkan konsep penghunian sebesar 13,5 juta unit rumah (tahun 2014) berdasarkan konsep kepemilikan. Di sisi lain, saat ini masih terdapat 3,4 juta unit rumah tidak layak huni (tahun 2014) dan adanya kebutuhan rumah akibat pertumbuhan penduduk dan urbanisasi sekitar 800 s.d 900 ribu unit rumah per tahunnya. Walaupun demikian, dengan termotivasi oleh Visi dan Misi yang telah diterjemahkan dalam Perjanjian Kinerja Tahun
2015,
Direktorat
Jenderal
Pembiayaan
Perumahan senantiasa berupaya untuk mengatasi Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
ii
tantangan tersebut sehingga tugas yang diamanatkan dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Hasil capaian kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan tahun 2015 secara umum telah memenuhi target. Dari kedua Indikator Kinerja Program (IKP) dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2015, capaian IKP 1: Tingkat aksesibilitas terhadap bantuan pendanaan dan pembiayaan
perumahan
untuk
rumah
tangga
masyarakat berpenghasilan rendah, telah tercapai 131,67% dan capaian IKP 2: Persentase penurunan kekurangan tempat tinggal (backlog) melalui bantuan pendanaan dan pembiayaan perumahan, telah tercapai 131,67%.
Capaian
tersebut merupakan kontribusi
dengan telah tersalurkannya KPR Sejahtera Tapak untuk sebanyak 76.489 Rumah Tangga Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Akhir kata, semoga penyusunan Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Tahun 2015 yang memberikan informasi kinerja secara terukur ini
dapat
memenuhi
harapan
sebagai
pertanggungjawaban kami kepada masyarakat dan seluruh
pihak
yang
berkepentingan
pembiayaan perumahan, serta menjadi peningkatan
kinerja
internal
Pembiayaan
Perumahan
Direktorat
pada
tahun
di
bidang
pendorong Jenderal anggaran
berikutnya
Jakarta,
Desember 2015
Direktur Jenderal Pembiayaan Perumahan
Maurin Sitorus
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
iii
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ................................................................................................ v DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi IKHTISAR EKSEKUTIF ...................................................................................... vii BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 9 1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 9 1.2 Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi ..................... 12 1.3 Permasalahan Utama ............................................................................... 21 1.4 Sistematika Penyajian Laporan ................................................................ 25 BAB II PERENCANAAN KINERJA ..................................................................... 28 2.1 Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Tahun 2015-2019 .................................................................................. 28 2.1.1 Visi dan Misi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat ................................................................ 39 2.1.2 Visi dan Misi Pembiayaan Perumahan ......................................... 41 2.1.3 Tujuan dan Sasaran Strategis ...................................................... 42 2.1.4 Arah Kebijakan dan Strategi ......................................................... 44 2.1.5 Kerangka Regulasi ....................................................................... 49 2.1.6 Program dan Kegiatan .................................................................. 51 2.1.7 Kerangka Kelembagaan ............................................................... 53 2.2 Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Tahun 2015... ........................................................................................ 54 BAB III KAPASITAS ORGANISASI .................................................................... 57 3.1 Sumber Daya Manusia ............................................................................. 57 3.2 Sarana dan Prasarana .............................................................................. 61 3.3 Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) ............................................. 62 BAB IV AKUNTABILITAS KINERJA ................................................................... 65 4.1 Capaian Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan ................. 65 4.2 Capaian Kinerja Lainnya ........................................................................... 82 4.3 Realisasi Anggaran ................................................................................... 85 BAB V PENUTUP............................................................................................... 89 5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 89 5.2 Rekomendasi ........................................................................................... 90 LAMPIRAN ......................................................................................................... 91
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
iv
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Kegiatan Prioritas Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Tahun 2015 .............................................................................................................. 52 Tabel II.2 Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Tahun 2015 .............................................................................................................. 56 Tabel III.1 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Tahun 2015 Menurut Jabatan ............................................................... 58 Tabel III.2 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Tahun 2015 Menurut Golongan ............................................................ 58 Tabel III.3 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Tahun 2015 Menurut Jenjang Pendidikan ............................................ 58 Tabel III.4 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Tahun 2015 Menurut Jenis Kelamin ..................................................... 59 Tabel III.5 Jumlah Pegawai Non PNS Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Tahun 2015 .............................................................................................................. 59 Tabel III.6 Pagu Anggaran Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Tahun 2015 .............................................................................................................. 63 Tabel IV.1 Capaian Kinerja Program Pengembangan Pembiayaan Perumahan Tahun 2015 Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan....................................... 66 Tabel IV.2 Penyaluran Dana KPR-FLPP Tahun 2015 per bulan .............................. 69 Tabel IV.3 Pengukuran Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan 2015 71 Tabel IV.4 Perbandingan Capaian Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Tahun 2015 dan Tahun 2014 (Tahun Sebelumnya) ............................. 73 Tabel IV.5 Penyaluran Dana KPR-FLPP Berdasarkan Bank Pelaksana Tahun 2015 .............................................................................................................. 74 Tabel IV.6 Penyaluran Dana KPR-FLPP Berdasarkan Provinsi Tahun 2015 ........... 81 Tabel IV.7 Pagu dan Realisasi Anggaran Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Tahun 2015........................................................................................... 86
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Kerangka Kelembagaan Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan ……………………………………………………………………………………………….54 Gambar IV.1 Capaian Target Penyaluran Dana KPR-FLPP Tahun 2015 (dalam unit) .............................................................................................................. 72
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
vi
IKHTISAR EKSEKUTIF
Dalam Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Tahun 20152019, telah dijabarkan Visi jangka menengah, yaitu “Mewujudkan sistem pembiayaan perumahan jangka panjang yang berkelanjutan, efisien, dan akuntabel”. Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, maka misi yang akan dilaksanakan dalam bidang pembiayaan perumahan adalah: (1) mengembangkan skema-skema bantuan pembiayaan perumahan, sebagai upaya meningkatkan keterjangkauan MBR untuk menempati hunian yang layak; (2) meningkatkan jumlah lembaga keuangan yang mendapat fasilitas bantuan pembiayaan perumahan, sebagai upaya memperluas akses MBR untuk mendapatkan KPR; (3) Mendorong pemanfaatan sumber-sumber pembiayaan, khususnya pembiayaan jangka panjang, sebagai upaya menciptakan sistem pembiayaan yang berkelanjutan; (4) mendorong dan meningkatkan investasi pembangunan perumahan dan kawasan permukiman; dan (5) meningkatkan peran pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya dalam pembiayaan perumahan. Untuk mencapai apa yang telah tertuang dalam pernyataan visi, misi, tujuan, strategi kebijakan Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan, ditetapkan Program Pengembangan Pendanaan dan Sistem Pembiayaan Perumahan sebagai program teknis yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan sebagai Unit Organisasi Eselon I.Sedangkan Sasaran Program (Outcome) dari Program Pengembangan Pendanaan dan Sistem Pembiayaan Perumahan adalah “Meningkatnya rumah tangga berpenghasilan rendah yang
menghuni dan
atau memiliki rumah layak huni yang mendapat bantuan fasilitas pendanaan dan pembiayaan perumahan”. Pada tahun 2015, target penyaluran KPR-FLPP yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja adalah sebesar 58.090 unit rumah, secara keseluruhan target tersebut telah dapat direalisasikan, bahkan pencapaian kinerjanya melebihi dari target
dengan capaian kinerja mencapai 131,67%. Capaian tersebut terdiri dari
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
vii
capaian: 1) Indikator Kinerja Program (IKP) 1: “Tingkat aksesibilitas terhadap bantuan pendanaan dan pembiayaan perumahan untuk rumah tangga masyarakat berpenghasilan rendah” dari target 0,98% dapat terealisasi sebesar 1,30% atau dengan capaian sebesar 131,67%; dan capaian IKP 2: “Persentase penurunan kekurangan tempat tinggal (backlog) melalui bantuan pendanaan dan pembiayaan perumahan” dari target 2,64% dapat terealisasi sebesar 3,48% atau dengan capaian sebesar 131,67%. Total anggaran yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan adalah sebesar Rp. 5.665,18 Miliar dengan realisasi sebesarRp. 5.208,80 Miliar atau tercapai sebesar 91,94%. Realisasi ini terdiri dari realisasi penyaluran KPR-FLPP pada BA. 999 yang telah mencapai 100% dan realisasi BA. 033 yang tercapai 18,24%. Secara umum, Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan telah mencapai sebagian besar sasaran yang telah ditetapkan dalam Renstra Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Tahun 2015-2019 dan Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Tahun 2015. Walaupun realisasi keuangan masih di bawah target yang telah ditetapkan. Untuk itu, Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan akan terus berupaya dan berkinerja lebih giat dengan menyempurnakan kebijakan yang telah ada, mengoptimalkan pencapaian Sasaran Program, dan berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan di bidang pembiayaan perumahan sehingga capaian kinerja dapat terus meningkat di masa yang akan datang.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar
Rumah selain berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian
Belakang
dan
sarana
pembinaan
keluarga
yang
mendukung
perikehidupan dan penghidupan juga mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan keluarga, persemaian budaya dan penyiapan generasi muda. Oleh karena itu, pengembangan perumahan dengan lingkungannya yang layak dan sehat merupakan wadah untuk pengembangan sumber daya bangsa Indonesia di masa depan. Pasal 28H ayat (1) perubahan kedua Undang-UndangDasar (UUD)
Negara
Republik
Indonesia
Tahun
1945,
mengamanatkan bahwa, ”Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir
dan
batin,
bertempat
lingkungan
hidup
yang
baik
tinggal, dan
dan sehat
mendapatkan serta
berhak
memperoleh pelayanan kesehatan”. Amanat UUD Tahun 1945 tersebut mendudukkan tempat tinggal atau rumah merupakan hak setiap orang. Demikian pula amanat dari Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pasal 40 yang menyatakan bahwa, ”Setiap orang berhak untuk bertempat tinggal serta berkehidupan yang layak”. Amanat Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan komitmen global, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005 - 2025 menetapkan bahwa sasaran pokok pembangunan perumahan dan kawasan permukiman jangka panjang adalah terpenuhinya rumah yang layak huni dan terjangkau yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
9
lingkungan yang memadai, yang harus didukung oleh sistem pembiayaan jangka panjang yang berkelanjutan, efisien, dan akuntabel. Dalam
rangka
mewujudkan
sasaran
pokok
tersebut,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah melaksanakan berbagai program pembangunan perumahan dan kawasan permukiman sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 - 2019 yang
dijabarkan
dalam
Rencana
Strategis
(Renstra)
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 20152019. Di sisi lain, permasalahan penting yang sedang berkembang pada saat ini adalah pada masalah akuntabilitas sektor publik yang sudah merupakan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang
dan
semakin
kritis
terhadap
pola
penyelenggaraan pemerintahan. Permasalahan ini membawa konsekuensi terhadap strategi-strategi yang harus dijalankan atau dilaksanakan oleh pemerintah. Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja (ABK) pada instansi Pemerintah sudah dicanangkan sejak pemberlakuan UndangUndang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan diterapkan secara bertahap mulai tahun 2015. Dalam penyusunan ABK, setiap instansi Pemerintah terlebih dahulu harus menyusun Rencana Strategis atau strategic planning. Dari sisi evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan yang bersumber dari APBN, Presiden RI telah mengeluarkan Peraturan Presiden No. 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah sebagai pengganti dari Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) yang menyebutkan bahwa Entitas Akuntabilitas Kinerja Satuan Kerja, Unit Organisasi dan
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
10
Kementerian Negara/Lembaga menyusun dan menyajikan Laporan Kinerja atas prestasi kerja yang dicapai berdasarkan Penggunaan Anggaran yang telah dialokasikan. Upaya perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) telah dituangkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan, antara lain: Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN, Peraturan Presiden No. 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Inpres No. 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. Tujuan dari ditetapkannya berbagai peraturan peundangan tersebut adalah bahwa setiap instansi Pemerintah diwajibkan untuk mengimplementesikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Sistem AKIP), dengan tujuan untuk mendorong
terciptanya
akuntabilitas
kinerja
instansi
pemerintah sebagai salah satu persyaratan terciptanya pemerintahan yang baik dan terpercaya. Dengan demikian, penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LaKIP) merupakan kewajiban suatu instansi pemerintah sebagai bentuk tanggungjawab publik karena di dalamnya memuat antara lain rencana strategis, perjanjian kinerja, capaian kinerja dan akuntabilitas keuangan setiap tahunnya. Semua informasi tersebut dapat diakses publik sehingga masyarakat umum dapat mengetahui dan menilai kinerja yang telah dilakukan oleh suatu instansi pemerintah. Untuk
itu,
Direktorat
Jenderal Pembiayaan
Perumahan
sebagai salah satu Satminkal dan Entitas Akuntabilitas Kinerja di
Kementerian
PUPR
mengupayakan
pengembangan
penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan legitimate, sehingga pembangunan perumahan di Indonesia
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
11
dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab, serta terbebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) melalui media pertanggungjawaban yang sistematis dan melembaga. Laporan Kinerja (LaKip) Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Tahun 2015 adalah upaya Direktorat Jenderal Pembiayaan
Perumahan
dalam
penyampaian
informasi
capaian pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan yang akuntabel sepanjang tahun 2015. LaKip ini merupakan laporan kinerja pertama yang disusun oleh Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan dan mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Dalam Laporan Kinerja ini disusun dan dikoordinasikan dengan
Sekretariat
Jenderal
Kementerian
PUPR
dan
Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR sebagai koordinator penyusunan Laporan Kinerja di internal Kementerian PUPR, serta Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi sebagai koordinator penyusunan Laporan Kinerja di lingkungan instansi pemerintah. 1.2 Kedudukan,
Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Pekerjaan
Umum
dan
Tugas Pokok,
Perumahan Rakyat Nomor 15 Tahun 2015 tentang Organisasi
Fungsi dan
dan
Struktur
Perumahan Rakyat, maka kedudukan, tugas, dan fungsi
Organisasi
Direktorat Jenderal Pembiayaan adalah sebagai berikut:
Tata
Kerja
Kementerian
Pekerjaan
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
Umum
dan
12
1.2.1. Kedudukan Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan berada di bawah
dan
bertanggung
jawab
kepada
Menteri.
Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan dipimpin oleh Direktur Jenderal. 1.2.2. Tugas Pokok Direktorat
Jenderal
Pembiayaan
Perumahan
mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan perumahan
kebijakan sesuai
di
dengan
bidang
pembiayaan
ketentuan
peraturan
perundangundangan. 1.2.3. Fungsi Dalam melaksanakan tugas tersebut di atas, Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan menyelenggarakan fungsi: a. perumusan
kebijakan
di
bidang
pembiayaan
perumahan; b. pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan sistem pembiayaan perumahan; c. pelaksanaan
kebijakan
di
bidang
fasilitasi
kemudahan dan bantuan pembiayaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah; d. pengendalian pelaksanaan bantuan pembiayaan perumahan
bagi
masyarakat
berpenghasilan
rendah; e. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pembiayaan perumahan; f.
pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pembiayaan perumahan;
g. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pembiayaan perumahan;
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
13
h. pelaksanaan
administrasi
direktorat
jenderal
pembiayaan perumahan; dan i.
pelaksanaan
fungsi
lain
yang
diberikan
oleh
Menteri. 1.2.4. Struktur Organisasi Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya, Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan dibantu oleh: 1) Sekretariat Direktorat Jenderal; Tugas : Melaksanakan
pemberian
dukungan
pengelolaan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Fungsi : pelaksanaan
urusan
kepegawaian,
organisasi, dan tata laksana; pelaksanaan administrasi anggaran serta evaluasi dan pelaporan anggaran pelaksanaan
urusan
keuangandan
penatausahaan barang milik negara pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat Jenderal; dan koordinasi
dan
penyusunan
perundang-undangan, hukum,
pemberian
peraturan
fasilitasi pertimbangan
advokasi hukum
serta penyelenggaraan komunikasi publik Direktorat Jenderal. Sekretariat Direktorat Jenderal terdiri atas: a. Bagian Anggaran dan Evaluasi; b. Bagian Kepegawaian, Organisasi, dan Tata Laksana;
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
14
c. Bagian Keuangan dan Umum; dan d. Bagian Hukum dan Komunikasi Publik. 2) Direktorat Perencanaan Pembiayaan Perumahan; Tugas : Melaksanakan
koordinasi
dan
penyusunan standar dan keterpaduan perencanaan, strategi pembiayaan dan analisis pasar perumahan, kemitraan, pengelolaan data dan informasi, serta pemantauan dan pelaporan di bidang pembiayaan perumahan Fungsi : pelaksanaan koordinasi dan penyusunan standar dan
keterpaduan
perencanaan
direktorat
jenderal pembiayaan perumahan; pelaksanaan standar,
koordinasi
prosedur
dan
penyusunan kriteria
di
norma, bidang
pembiayaan perumahan; penyiapan strategi pembiayaan dan analisis pasar perumahan; penyiapan dan pengelolaan data dan informasi di bidang pembiayaan perumahan; koordinasi dan pembinaan perencanaan program dan administrasi kerja sama dan kemitraan; pelaksanaan
pemantauan,
evaluasi
dan
penyusunan laporan pelaksanaan program di bidang pembiayaan perumahan; dan pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat. Direktorat Perencanaan Permbiayaan Perumahan terdiri atas: a. Subdirektorat Standar dan Keterpaduan Perencanaan;
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
15
b. Subdirektorat Strategi Pembiayaan dan Analisa Pasar Perumahan; c. Subdirektorat Kemitraan; d. Subdirektorat Data dan Informasi; e. Subdirektorat Pemantauan dan Pelaporan; dan f. Subbagian Tata Usaha. 3) Direktorat Pola Pembiayaan Perumahan; Tugas : Melaksanakan
penyiapan
perumusan
kebijakan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan pola pembiayaan perumahan Fungsi : penyusunan rencana dan laporan di bidang pengembangan pola pembiayaan perumahan; penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria
di
bidang
pengembangan
pola
pembiayaan dan investasi perumahan; penyiapan
perumusan
kebijakan
dan
pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan pola pembiayaan rumah umum, rumah swadaya dan mikro perumahan; penyiapan
perumusan
kebijakan
dan
pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan pola investasi rumah tapak dan rumah susun; pelaksanaan kemudahan perumahan
kebijakan dan
di
bidang
bantuan
bagi masyarakat
fasilitasi
pembiayaan berpenghasilan
rendah; dan pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
16
Direktorat Pola Permbiayaan Perumahan terdiri atas: a. Subdirektorat Perencanaan dan Pelaporan; b. Subdirektorat Pola Pembiayaan Rumah Umum; c. Subdirektorat Pola Pembiayaan Rumah Swadaya dan Mikro Perumahan; d. Subdirektorat Pola Investasi Perumahan; dan e. Subbagian Tata Usaha. 4) Direktorat Pendayagunaan Sumber Pembiayaan Perumahan; Tugas : Melaksanakan penyiapan pendayagunaan sumber pembiayaan perumahan. Fungsi : penyusunan rencana dan laporan di bidang pendayagunaan
sumber
pembiayaan
perumahan; penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria
di
bidang
pendayagunaan
sumber
pembiayaan perumahan; penyiapan
penyusunan
rumusan
dan
pelaksanaan fasilitasi kebijakan pendayagunaan sumber pembiayaan primer; penyiapan
penyusunan
rumusan
dan
pelaksanaan fasilitasi kebijakan pendayagunaan sumber pembiayaan sekunder; penyiapan
penyusunan
rumusan
dan
pelaksanaan fasilitasi kebijakan pendayagunaan sumber tabungan perumahan; penyiapan
penyusunan
rumusan
dan
pelaksanaan fasilitasi kebijakan pendayagunaan
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
17
sumber pembiayaan lainnya; dan pelaksanaan
tata
Pendayagunaan
usaha Sumber
Direktorat Pembiayaan
Perumahan. Direktorat Pendayagunaan Sumber Pembiayaan Perumahan terdiri atas: a. Subdirektorat Perencanaan dan Pelaporan; b. Subdirektorat Sumber Pembiayaan Primer; c. Subdirektorat Sumber Pembiayaan Sekunder; d. Subdirektorat Sumber Tabungan Perumahan dan Pembiayaan Lainnya; dan e. Subbagian Tata Usaha. 5) Direktorat Bina Sistem Pembiayaan Perumahan Tugas : Melaksanakan
penyiapan
pemberian
bimbingan teknis dan supervisi di bidang pembiayaan perumahan. Fungsi : penyusunan rencana dan laporan di bidang bina sistem pembiayaan perumahan; penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang bina sistem pembiayaan perumahan; penyiapan pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi
pelembagaan
sistem
pembiayaan
perumahan di wilayah I meliputi Sumatera, Provinsi Banten, DKI, dan Jawa Barat; penyiapan pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi
pelembagaan
sistem
pembiayaan
perumahan di wilayah II meliputi Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara
Barat,
Nusa
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
Tenggara
Timur,
18
Kalimantan
Barat,
Kalimantan
Selatan,
Kalimanatan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara; dan penyiapan pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi
pelembagaan
sistem
pembiayaan
perumahan di wilayah meliputi III Sulawesi, Maluku dan Papua. Direktorat Bina Sistem Permbiayaan Perumahan terdiri atas: a. Subdirektorat Perencanaan dan Pelaporan; b. Subdirektorat Sistem Pembiayaan Wilayah I; c. Subdirektorat Sistem Pembiayaan Wilayah II; d. Subdirektorat Sistem Pembiayaan Wilayah III; dan e. Subbagian Tata Usaha. 6) Direktorat
Evaluasi
Bantuan
Pembiayaan
Perumahan Tugas : melaksanakan penyiapan pengendalian pelaksanaan kemudahan dan bantuan pembiayaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah Fungsi : penyiapan koordinasi rencana dan penyusunan laporan kinerja direktorat di bidang evaluasi bantuan pembiayaan perumahan; penyiapan pelaksanaan pemantauan, analisis, evaluasi, kemudahan
dan dan
pelaporan
pelaksanaan
bantuan
pembiayaan
perumahan di wilayah I meliputi Sumatera; penyiapan pelaksanaan pemantauan, analisis, evaluasi,
dan
pelaporan
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
pelaksanaan
19
kemudahan
dan
bantuan
pembiayaan
perumahan di wilayah II meliputi Jawa dan Bali; penyiapan pelaksanaan pemantauan, analisis, evaluasi,
dan
kemudahan
pelaporan
pelaksanaan
bantuan
pembiayaan
dan
perumahan di wilayah III meliputi Kalimantan dan Sulawesi; penyiapan pelaksanaan pemantauan, analisis, evaluasi,
dan
kemudahan perumahan
pelaporan
pelaksanaan
bantuan
pembiayaan
dan di
wilayah
IV
meliputi
Nusa
Tenggara, Maluku, dan Papua; pelaksanaan tata usaha Direktorat Evaluasi Bantuan Pembiayaan Perumahan Direktorat
Evaluasi
Bantuan
Permbiayaan
Perumahan terdiri atas: a. Subdirektorat Evaluasi Wilayah I; b. Subdirektorat Evaluasi Wilayah II; c. Subdirektorat Evaluasi Wilayah III; d. Subdirektorat Evaluasi Wilayah IV; dan e. Subbagian Tata Usaha.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
20
1.3 Permasalahan Beberapa isu strategis yang perlu mendapatkan penanganan Utama
secara komprehensif untuk memenuhi kebutuhan rumah yang layak huni dan terjangkau bagi MBR: 1. Peningkatan daya beli atau kemampuan masyarakat untuk
membeli
rumah
kurang
sebanding
dengan
peningkatan harga jual rumah Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar US dan harga minyak
Tahun
2015
yang
cenderung
turun
mengakibatkan terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional sehingga memberikan dampak pada seluruh lapisan masyarakat, khususnya MBR. Dampak yang sangat terasa adalah pada lapisan masyarakat
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
21
yang rentan, yaitu masyarakat pekerja di mana resiko pemutusan hubungan kerja sangat mungkin terjadi pada mereka.
Resiko
ini
memberikan
dampak
pada
kemampuan atau daya beli (purchasing power) untuk sektor perumahan. Di samping berdampak langsung kepada masyarakat, juga berpengaruh pada sektor perbankan, institusi keuangan, serta sektor konstruksi perumahan mengingat kondisi finansial dari masing-masing sektor tersebut saling terkait satu sama lain. Salah satu komponen dasar harga
rumah
harganya,
yaitu
tanah
akibatnya
juga
harga
jual
turut
melambung
rumah
semakin
meningkat. Hal tersebut memberikan dampak pada seluruh lapisan masyarakat, khususnya MBR untuk memiliki rumah. 2. Penggalangan, Pemupukan dan Pemanfaatan dana yang belum optimal Dana-dana
di
kemungkinannya
luar
APBN
untuk
masih
digalang,
sangat
terbuka
dipupuk
dan
dimanfaatkan sebagai sumber pembiayaan perumahan, baik yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang. Dana-dana tersebut bersumber dari dana masyarakat, dana tabungan perumahan, dana asuransi, dana pensiun dan dana-dana lainnya. Saat ini, dana masyarakat umumnya disimpan dalam instrumen keuangan jangka pendek seperti deposito, giro, tabungan, dan instrumen surat berharga lainnya. Sejatinya, dana-dana tersebut dapat dimanfaatkan untuk pembiayaan dengan masa tenor panjang seperti untuk pembiayaan perumahan.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
22
3. Pengelolaan dana secara berkesinambungan Dana-dana
yang
dimanfaatkan
perumahan
dan
kawasan
untuk
pembiayaan
permukiman
sangatlah
terbatas. Saat ini, dana yang digunakan untuk bantuan pembiayaan perumahan bagi MBR, sebagian besar berasal dari dana APBN yang semakin lama semakin terbatas ketersediaannya. Oleh karena itu, ke depan pengelolaan dana yang ada harus dilakukan secara berkesinambungan. Hal ini perlu didukung dengan berbagai
aturan
yang
memberikan
peluang
untuk
mengelola dana-dana secara lebih fleksibel, tidak hanya yang bersumber dari dana APBN, tetapi juga dari danadana non APBN. 4. Sinergi
antara
para
pemangku
kepentingan
(stakeholders) bidang pembiayaan perumahan yang belum optimal Sistem pembiayaan perumahan mestinya didukung oleh seluruh stakeholders pembiayaan perumahan. Namun sampai saat ini hal itu masih belum sepenuhnya terjadi. Sehingga
masih
sering
dijumpai
hal-hal
yang
menghambat sistem pembiayaan perumahan seperti: belum optimalnya pemanfaatan sumber-sumber dana jangka
panjang,
mendukung sekunder
perangkat
peraturan
operasionalisasi perumahan,
pasar
pasar
yang
belum
pembiayaan
pembiayaan
primer
perumahan yang belum efisien, dan belum sepenuhnya penerapan pembangunan perumahan yang berbasis kawasan permukiman. Secara garis besar permasalahan umum yang terjadi dalam pembiayaan
perumahan
dapat
dikelompokan
sebagai
berikut:
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
23
1. Masih terbatasnya bantuan pembiayaan perumahan bagi MBR untuk memiliki Rumah Sejahtera, termasuk masih terbatasnya
skema/pola
bantuan
pembiayaan
perumahan (availability) bagi masyarakat berpenghasilan rendah; 2. Masih
rendahnya
daya
beli
atau
kemampuan
(affordability) MBR pada sektor perumahan, baik untuk membeli rumah yang disediakan oleh pengembang maupun untuk meningkatkan kualitas rumah yang sudah tidak layak huni; 3. Masih terbatasnya akses MBR ke lembaga keuangan untuk
mendapatkan
KPR
(accessibility)
terutama
keluarga di sektor informal; dan 4. Masih
terjadinya
mismatch
dalam
pembiayaan
perumahan akibat sedikitnya ketersediaan dana murah jangka
panjang
dalam
pembiayaan
perumahan
(sustainability) Dalam pelaksanaan kinerja tahun 2015, dalam mewujudkan visi dan misi organisasi tidak selamanya tanpa kendala dan permasalahan. Begitu pula yang dialami oleh Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan dalam mewujudkan visi dan misi sebagaimana yang tertuang dalam Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Tahun 2015–2019. Kemampuan menganalisa permasalahan yang ada akan membantu dalam menyusun rencana, strategi dan kebijakan publik yang akan dilakukan. Permasalahan dan kendala utama yang dihadapi pada tahun 2015 ini adalah perubahan
nomenklatur
organisasi
menjadi
satu
dari unit
penggabungan organisasi
dua
unit
yakni
dari
Kementerian Perumahan Rakyat dan Kementerian Pekerjaan Umum
menjadi
Kementerian
Pekerjaan
Umum
dan
Perumahan Rakyat (PUPR). Sehingga hal ini menyebabkan Kementerian PUPR perlu melakukan penataan organisasi
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
24
dan tata kerja di lingkungan internal, sehinggaberdampak pada waktu efektif pelaksanaan kegiatan tahun 2015 berkurang 1.4 Sistematika
Pada
dasarnya
Laporan
Kinerja
ini
menggambarkan
Penyajian
pencapaian
Laporan
Perumahan pada tahun 2015. Capaian Kinerja 2015 tersebut
kinerja
Direktorat
Jenderal
Pembiayaan
diperbandingkan dengan Perjanjian Kinerja 2015 sebagai tolok
ukur
keberhasilan
tahunan
Direktorat
Jenderal
Pembiayaan Perumahan. Analisis atas capaian kinerja ini akan memungkinkan teridentifikasinya sejumlah celah kinerja guna perbaikan kinerja di masa mendatang. Dengan pola pikir seperti itu, sistematika penyajian Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan tahun 2015 disusun sebagai berikut: Pada
dasarnya
Laporan
pencapaian
kinerja
Perumahan
selama
Kinerja
Direktorat tahun
ini
menggambarkan
Jenderal
2015.
Pembiayaan
Capaian
Kinerja
(performance results) tahun 2015 tersebut diperbandingkan dengan Perjanjian Kinerja (performance agreement) tahun 2015 sebagai tolok ukur keberhasilan tahunan Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan. Analisis atas capaian kinerja ini akan memungkinkan teridentifikasinya sejumlah celah kinerja (performance gap) guna perbaikan kinerja di masa mendatang. Dengan pola pikir seperti itu, sistematika penyajian Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan tahun 2015 disusun sebagai berikut: Bab I
Pendahuluan Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan
penekanan
kepada
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
aspek
strategis
25
organisasi serta permasalahan utama (strategic issued) yang sedang dihadapi organisasi; Bab II
Perencanaan Kinerja Pada bab ini disajikan secara ringkas dokumen perencanaan
yang
menjadi
dasar
pelaksanaan
program, kegiatan, dan anggaran Direktorat Jenderal Pembiayaan
Perumahan
Tahun
2015
meliputi
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan
2015-2019
dan
Perjanjian
Kinerja
Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Tahun 2015; Bab III
Kapasitas Organisasi Pada bab ini disajikan secara ringkas Kapasitas Organisasi tentang Sumber Daya Manusia (SDM), Sarana
dan
Pelaksanaan Direktorat
Prasarana, Anggaran
Jenderal
serta
Daftar
Isian
(DIPA)
Tahun
2015
Pembiayaan
Perumahan,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Bab IV Akuntabilitas Kinerja A. Capaian Kinerja Organisasi Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja organisasi
untuk
setiap
pernyataan
kinerja
sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi. Untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis tersebut dilakukan
analisis
capaian
kinerja
sebagai
berikut: 1. Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini;
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
26
2. Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan ataupeningkatan/penurunan
kinerja
serta
alternatif solusi yang telah dilakukan; 3. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya; 4. Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja. B. Realisasi Anggaran Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran yang digunakan dan yang telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja. Bab V Penutup Bab ini menguraikan tentang permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam pelasanaan kegiatan pada tahun 2015 serta langkah-langkah yang akan dilakukan kedepan.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
27
BAB II PERENCANAAN KINERJA
2.1 Rencana
Kondisi Umum
Strategis Direktorat
Perumahan merupakan kebutuhan dasar manusia setelah
Jenderal
pangan dan sandang. Rumah merupakan hak dasar setiap
Pembiayaan
Warga Negara Indonesia. Pada tingkatan dasar rumah
Perumahan
merupakan tempat berlindung dari berbagai macam gangguan,
Tahun2015-
baik cuaca, binatang, maupun manusia lain. Selain berfungsi
2019
sebagai tempat berlindung rumah menjadi sarana penting dalam membangun moral dan persemaian budaya yang selanjutnya menentukan kualitas generasi bangsa di masa yang akan datang. Tantangan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan hak dasar itu sangatlah besar dan kompleks khususnya dalam rangka pemenuhan perumahan. Kebutuhan rumah setiap tahunnya mencapai tidak kurang dari 800 ribu unit rumah, jumlah ini tidak termasuk rumah tangga yang belum memiliki rumah yang di perkirakan saat ini mencapai 7,6 juta unit rumah dan 3,4 juta unit rumah tidak layak huni, disamping itu masih ada
sekitar
14,5
juta
unit
rumah
yang
membutuhkan
peningkatan kualitas karena tidak memenuhi syarat untuk layak huni. Selain itu di tambah dengan pertumbuhan penduduk dan urbanisasi yang terus meningkat, menyebabkan semakin pentingnya kebutuhan rumah dalam rangka pemenuhan sarana kehidupan bagi masyarakat.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
28
Permasalahan lain adalah belum optimalnya pemanfaatan sumber-sumber perumahan
dana
melalui
jangka
panjang
intermediary
bagi
pembiayaan
lembaga
pembiayaan
sekunder perumahan. Hal ini disebabkan karena belum optimalnya dukungan perangkat-perangkat peraturan untuk operasionalisasi lembaga pembiayaan sekunder perumahan tersebut. Kondisi ini secara langsung menjadi faktor penyebab utama
belum
optimalnya
pasar
pembiayaan
sekunder
perumahan. Selain di pasar pembiayaan sekunder, kondisi di pasar pembiayaan primer perumahan pun demikian. Sampai saat ini kondisi pasar pembiayaan primer perumahan di Indonesia masih belum efisien baik dari sisi penawaran maupun permintaan. Dari sisi penawaran diantaranya adalah masih tingginya biaya pengurusan perijinan dan sertifikasi tanah, belum tuntasnya permasalahan pengalihan hak tanggungan secara global dari kreditur lama ke kreditur baru, serta eksekusi hak tanggungan atas Kredit Pemilikan Rumah (KPR) macet atau gagal bayar yang membutuhkan waktu yang lama. Sedangkan dari sisi permintaan, diantaranya adalah belum adanya standarisasi dokumen KPR dan standarisasi desain KPR.Dengan kondisi itulah biaya pembangunan rumah yang dibangun oleh pengembang maupun perorangan dinilai masih cukup tinggi. Permasalahan lainnya adalah belum diterapkannya secara konsisten konsep pembangunan perumahan yang berbasis kawasan.
Pembangunan
perumahan
untuk
MBR
masih
dilaksanakan secara tidak berpola dan cenderung terpencar (sprawl) oleh para pengembang. Hal ini, dikarenakan lahanlahan permukiman yang tersedia umumnya berada di pinggiran kota dan terpencar.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
29
Potensi dan Permasalahan Potensi atau Peluang Pembiayaan Perumahan dalam rangka meningkatkan daya beli dan aksesibilitas MBR, antara lain: a) Sumber-Sumber Pembiayaan yang dapat digalang dan dimanfaatkan melalui pelembagaan yang terintegrasi, antara lain:
Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) FLPP merupakan mekanisme bantuan pembiayaan perumahan melalui penyediaan dana murah jangka panjang yang berasal dari APBN yang dipadukan dengan dana bank penerbit KPR dengan menggunakan metode blended financing. Dengan blended financing diharapkan tingkat suku bunga KPR dapat diturunkan, khususnya untuk KPR yang diperuntukkan bagi MBR. Dengan kebijakan ini diharapkan tingkat suku bunga KPR dapat ditekan dan dipertahankan sebesar 1 (satu) digit sepanjang masa tenor pinjaman. Ke depan diupayakan agar sumber pembiayaan FLPP tidak hanya sebatas dari dana APBN namun juga melibatkan dana-dana jangka panjang lainnya seperti dana Taperum-PNS atau lainnya.
Tabungan Perumahan Tabungan pembiayaan
Perumahan
merupakan
perumahan
dimana
pelembagaan masyarakat
melakukan kontribusi dengan membayar iuran sebelum mendapatkan KPR. Untuk mewujudkan itu, Pemerintah pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudoyono menyiapkan
bersama-sama RUU
dengan
Tabungan
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
DPR
sudah
Perumahan
Rakyat
30
(Tapera). Namun sampai saat ini, RUU Tapera tersebut masih belum terselesaikan. Tabungan Perumahan pada dasarnya dapat dibagi menjadi
3
yaitu,
Tabungan
Wajib
Perumahan
(compulsory saving), Perjanjian Tabungan Uang Muka dan Cicilan (contractual saving), dan tabungan sukarela perumahan (voluntary saving for housing). Tabungan perumahan merupakan salah satu konsep mobilisasi dana masyarakat melalui cara menabung pada Lembaga Jasa Keuangan (LJK). Khusus untuk contractual saving Pemerintah dapat saja memberikan insentif atas nilai uang yang ditabung oleh masyarakat. Dengan contractual saving, masyarakat mengumpulkan sejumlah uang yang akan digunakan sebagai uang muka untuk memanfaatkan fasilitas kredit dari LJK (dalam hal ini Bank) dengan keuntungan-keuntungan tertentu, seperti suku bunga pinjaman yang lebih rendah, masa pinjaman yang bisa lebih lama, dan lain sebagainya. Bank sebagai pengelola contractual saving menerima tabungan
dari
masyarakat.
Tabungan
tersebut
dikenakan bunga tertentu dan ditambah dengan dana pendamping dari Pemerintah. Hal ini dilakukan untuk memberikan insentif pada masyarakat untuk menabung uang muka pada Bank sebelum mendapatkan fasilitas pinjaman perumahan (KPR) dari Bank tersebut. Apabila skema tersebut dinilai kurang efektif dan efisien, Pemerintah dapat menempuh alternatif lain yaitu melalui integrasi tabungan perumahan kedalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Apabila langkah ini yang dilakukan maka Pemerintah harus merevisi 2 Undang-Undang, yaitu Undang-Undang
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
31
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan Undang-Undang
Badan
Penyelenggara
Jaminan
Sosial. Dana Jangka Panjang Dana-dana jangka panjang yang ada saat ini seperti Dana Haji, Dana Asuransi, Dana Pensiun, Dana BPJS, Dana Taperum-PNS, dan Dana TWP TNI/POLRI dapat didayagunakan
untuk
membantu
pembiayaan
perumahan. Penempatan dana-dana jangka panjang tersebut pada dasarnya dapat ditempatkan melalui pembelian obligasi yang diterbitkan oleh Bank BTN, KIK-EBA yang diterbitkan PT. SMF atau deposito pada Bank BTN. Dengan menempatkan dana-dana jangka panjang pada instrumen keuangan yang diterbitkan oleh lembagalembaga yang mempunyai fokus dalam pembiayaan perumahan maka mismatch pembiayaan perumahan diharapkan dapat diatasi. Namun hal tersebut masih belum terwujud, diperlukan upaya-upaya terobosan agar dana-dana tersebut dapat didayagunakan untuk pembiayaan perumahan, antara lain melalui revisi peraturan penempatan
perundang-undangan dana-dana
tersebut
yang atau
mengatur melalui
penerbitan instruksi presiden. b) Bank BTN sebagai bank untuk pembiayaan perumahan BTN pertama kali menyalurkan KPR bersubsidi pada tahun 1976, tepatnya pada tanggal 10 Desember 1976.Pada waktu itu, Bank BTN menerbitkan KPR untuk 17 unit rumah dengan total nilai kredit sebesar Rp. 37 juta. Bank BTN ditunjuk sebagai Bank untuk membiayai pembangunan perumahan berdasarkan SK Menkeu No. B.49/MK/1/1974.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
32
Mengingat Bank BTN mempunyai pengalaman yang sangat panjang dalam pembiayaan perumahan (KPR Program), maka untuk mendukung pembiayaan perumahan bagi MBR Pemerintah dapat mendorong Bank BTN menjadi bank yang fokus dalam pembiayaan perumahan. Sebagai bank fokus dalam pembiayaan perumahan Bank BTN dapat memiliki portfolio pembiayaan perumahan hingga 85%. Sementara
bank
umum
terkendala
regulasi
karena
portofolio mereka maksimal hanya 20% di KPR. Dengan langkah ini diharapkan pembiayaan bagi penyediaan rumah bagi MBR dapat dipenuhi. Bank BTN sendiri sebenarnya sudah menyiapkan diri ke arah sana dengan meluncurkan BTN Housing Finance Center (HFC). Melalui HFC, Bank BTN berusaha menjadi integrator
pemangku
kepentingan
perumahan.
Dari
sisi demand misalnya, Bank BTN mempunyai berbagai produk
KPR.
Sedangkan
dari
sisi supply,
selain
menyediakan Kredit Konstruksi juga menyediakan fasilitas pinjaman seperti kredit lahan. Dengan HFC, Bank BTN akan merambah riset dan advisory di bidang perumahan. BTN HFC dalam implementasinya nanti akan memiliki 3 fungsi utama
yaitu
Learning
Center,
Research
Center dan Advisory Center. Learning Center akan menjadi pusat edukasi perbankan dan pembiayaan perumahan Indonesia dengan berbagai bentuk program pelatihan seperti seminar, workshop dan short course yang bersertifikasi serta online subscription sebagai portal ilmu pengetahuan. Research Center merupakan pusat informasi dan inovasi perbankan dan pembiayaan perumahan Indonesia dengan berbagai program riset terkait pasar, pelaku usaha, serta tren industri perumahan. Dari kegiatan riset yang sudah
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
33
dilakukan dan teruji kebenarannya akan dimasukkan dalam BTN Housing Index yang menjadi pusat data terkait dengan
bisnis
property.
BTN Housing
Index akan
memperkuat posisi Bank BTN sebagai bank yang fokus dalam
pembiayaan
perumahan.
Disamping
itu
BTN Housing Index akan menjadi sumber informasi bagi para pelaku bisnis dan masyarakat dalam pengambilan keputusan untuk membeli atau menjual unit properti di Indonesia. Sementara Advisory Center merupakan pusat konsultasi properti dan pembiayaan perumahan yang membantu melakukan analisa perumusan kebijakan dan regulasi bagi pemerintah serta mengadakan jasa konsultasi dengan pelaku industri. c) Lembaga Keuangan Bank/ Lembaga Keuangan Bukan Bank (Koperasi/ Multifinance) Dalam upaya membuka lebih banyak lagi akses MBR ke lembaga pembiayaan, maka Pemerintah dapat memperluas kerjasama dengan Lembaga Keuangan Bank (LKB) baik Bank Umum Nasional, BPD maupun BPR, atau dengan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) seperti koperasi dan microfinance. d) PT. SMF Keberadaaan PT. SMF sebagai lembaga pembiayaan sekunder perumahan perlu ditingkatkan perannya, baik melalui penambahan dana Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk meningkatkan likuiditas maupun melalui revisi Perpres No. 1 Tahun 2008, khususnya revisi mengenai batas waktu pemberian fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan bagi LKB dan LKNB. Berdasarkan Perpres tersebut batas waktu pemberian fasilitas likuiditas adalah
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
34
tahun 2018. Namun mengingat sampai saat ini peran PT. SMF sebagai lembaga intermediary dana jangka panjang masih belum optimal, maka untuk mendukung pembiayaan
perumahan
pemberian
fasilitas
likuiditas
tersebut masih sangat diperlukan. e) Penerapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU) pembiayaan perumahan Untuk menyalurkan bantuan FLPP Pemerintah telah membentuk BLU – Pusat Pembiayaan Perumahan (BLUPPP).
Tujuannya
adalah
untuk
mewujudkan
sistem
pembiayaan perumahan nasional yang berkelanjutan dalam mendukung pemenuhan kebutuhan akan tempat tinggal bagi MBR. Sampai dengan akhir tahun 2015 BLU-PPP sudah mengelola dana sebesar Rp 15,524 Trilliun. Adapun unit rumah yang sudah terfasilitasi KPR-FLPP sebanyak 346.282 unit. Ke depan pelembagaan BLU-PPP harus didorong untuk dapat diterapkan di tingkatan Provinsi atau Kabupaten/ Kota, khususnya yang memiliki kapasitas fiskal yang besar. Penerapan BLU di daerah (BLUD) dapat menjadi instrumen dalam
mengelola
anggaran
yang
fleksibel
demi
kepentingan masyarakat luas. BLU/BLUD dapat mengelola APBN/APBD melewati tahun fiskal
berjalan,
perencanaannya.
sehingga Selain
itu,
lebih
fleksibel
BLU/BLUD
juga
dalam dapat
menerima pendapatan operasional dari layanan yang diberikan, dan dapat dimanfaatkan kembali tanpa perlu disetor ke kas Negara/Daerah terlebih dahulu. f)
Pemanfaatan sumber dana di luar APBN/APBD Dana-dana yang ada di Perusahaan-Perusahaan Milik Negara
dan
Perusahaan-Perusahaan
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
Swasta
pada
35
dasarnya
dapat
dimanfaatkan
baik
melalui
Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) maupun program Corporate Social Responsibility (CSR). Program Kemitraan merupakan program perguliran dana sedangkan Bina Lingkungan merupakan program dana hibah. Saat ini, pemanfaatan dana yang ada di Perusahaan-Perusahaan, baik BUMN maupun khususnya
untuk
Swasta,
pembiayaan
masih
belum
maupun
optimal
pendanaan
perumahan. g) Perumahan menjadi urusan wajib Pemerintahan Provinsi dan Pemerintahan Kota/Kabupaten. Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No. 23 Tahun
2014
tentang
Pemerintah
Daerah
(Pemda),
perumahan merupakan salah satu bidang yang menjadi urusan wajib Pemerintahan Provinsi dan Pemerintahan Kota/ Kabupaten. Dalam rangka menyelenggarakan urusan wajib tersebut Pemda tentunya harus berperan aktif membantu pemenuhan perumahan bagi masyarakatnya baik dari sisi supply maupun demand. Peran aktif Pemda dari sisi supply antara lain dapat berupa: Pemberian kemudahan dalam perizinan; Penyediaan PSU; Perintisan (penyediaan) Land Banking; dan Penetapan zonasi untuk rumah sejahtera. Sedangkan dari sisi demand, Pemda dapat menyediakan anggaran (APBD) untuk bantuan sebagian pembiayaan perumahan bagi MBR sebagai pendamping bantuan pembiayaan yang diberikan oleh Pemerintah. Dalam upaya membantu
agar
pemberian
bantuan
tersebut
dapat
dilaksanakan secara lebih akuntabel dan lebih tepat sasaran maka Pemerintah akan mengembangkan berbagai
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
36
instrumen yang dapat dijadikan landasan oleh Pemda dalam
menentukan masyarakat mana
yang menjadi
prioritas untuk mendapatkan bantuan. Instrumen tersebut salah satunya “housing queue”. Housing queue adalah suatu alat ukur untuk menentukan kebijakan pemberian bantuan pembiayaan perumahan bagi masyarakat dengan memperhatikan berbagai hal, yaitu antara lain tempat lahir, pendidikan, pekerjaan, besar keluarga dan pendapatan. Selain
instrumen
di
atas,
Pemerintah
juga
akan
menyiapkan instrumen lain untuk membantu Pemda seperti Indeks Keterjangkauan (IK) dan analisis kelayakan finansial untuk investasi pembangunan berbasis kawasan. IK adalah suatu indeks yang dapat memberikan gambaran kepada
Pemda
tentang
kemampuan
secara
umum
masyarakat di wilayahnya untuk memenuhi kebutuhan rumah. Nilai IK akan berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain. Dari pengembangan yang sudah dilakukan, jenis IK yang paling mudah digunakan oleh Pemda adalah IK yang menggunakan konsep defisit anggaran. Di beberapa negara, IK digunakan untuk mengukur kemampuan
masyarakat
di
suatu
wilayah
untuk
mendapatkan pinjaman pembelian rumah sesuai harga yang ada di pasaran. Pemeringkatan IK menunjukkan seberapa terjangkaunya harga rumah. Semakin rendah nilai IK, semakin terjangkau harga rumah bagi masyarakat di wilayah tersebut.
Sampai saat ini IK dalam kepemilikan
rumah di Indonesia belum diterapkan, baik dalam lingkup Kabupaten/Kota maupun Provinsi. Jika pun sudah, nilai IK yang tersedia belum mencerminkan kebutuhan yang sesuai dengan kondisi yang terjadi. IK dapat digunakan sebagai
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
37
instrumen dalam merumuskan kebijakan jenis dan skim bantuan pembiayaan bagi MBR. Sedangkan “analisis kelayakan finansial untuk investasi pembangunan berbasis kawasan” adalah bagian dari penilaian
untuk
mengetahui
kelayakan
proyek
yang
diusulkan oleh investor dalam jangka waktu tertentu ditinjau dari aspek ekonomi, terutama yang berkaitan dengan finansial atau keuangan. Analisis kelayakan finansial suatu proyek investasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan dalam menghasilkan keuntungan, pengembalian pinjaman, likuiditas dan stabilitas. Ketimpangan penyediaan perumahan di Indonesia terjadi baik
pada
sisi supply maupun
demand.
Tingginya
permintaan tidak berbanding lurus dengan ketersediaan rumah. Faktor penyebabnya juga beragam. Mulai dari keterbatasan lahan, kebijakan yang masih kurang efektif, kemampuan pelaku usaha, serta mahalnya pasokan bahan baku menjadi aspek yang menghambat penyediaan rumah. Dari sisi permintaan, faktor pembiayaan yang terbatas menjadi kendala utama. Walaupun banyak bank di Indonesia menawarkan produk KPR, tetapi umumnya berbiaya tinggi karena tidak didukung oleh dana jangka panjang. Mengingat adanya Peraturan Bank Indonesia (PBI) untuk menerapkan prinsip kehati-hatian, seluruh LKB sangat selektif dalam memilih calon debitur. Sejauh ini, Lembaga Keuangan Bank (LKB) sangat kurang dalam memfasilitasi masyarakat
yang
penghasilan
tetap.
kesulitan dalam
tidak
mempunyai
Akibatnya
pekerjaan
mereka
dan
mendapatkan
membiayai pembangunan/
perbaikan
rumah walaupun dilakukan secara swadaya. Sementara
itu,
peran
Pemda
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
dalam
pembiayaan
38
perumahan masih belum optimal. Pemda sampai saat ini masih fokus pada “pendanaan” infrastuktur perumahan. Kedepan kita mengharapkan agar Pemda terlibat secara aktif
dalam
penerbitan pelembagaan
pembiayaan
perumahan,
obligasi
perumahan
BLUD
pembiayaan
baik
maupun
melalui melalui
perumahan.
Dana
kelolaan BLUD sifatnya bergulir dan apabila dikelola secara good
governance
akan
sangat
membantu
dalam
pembiayaan perumahan bagi masyarakat. Sampai saat ini baru 1 (satu) Kota yang sudah menerapkan BLUD pembiayaan perumahan yaitu kota Solo. Ke depan Pemerintah
harus
mendorong
kota-kota
besar
dan
metropolitan lainnya untuk menerapkan BLUD pembiayaan perumahan.
2.1.1 Visi dan Misi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Untuk mewujudkan pembangunan visi pembangunan nasional tahun 2015-2019 menjadi Indonesiayang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong royong melalui pembangunan nasional yang lebih cepat, kuat, inklusif serta berkelanjutan, maka Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat menjabarkan visi pembangunan nasional tersebut ke dalam Visi dan Misi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, yaitu sebagai berikut: Visi “Terwujudnya Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang Handal dalam Mendukung Indonesia
yang
Berdaulat,
Mandiri,
dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
39
Misi Misi
yang
akan
dilaksanakan
dalam
rangka
mewujudkan visi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, adalah: 1.
Mempercepat pembangunan infrastruktur sumber daya air termasuk sumber daya maritim untuk mendukung ketahanan air, kedaulatan pangan, dan
kedaulatan
energi,
guna
menggerakkan
sektor-sektor strategis ekonomi domestik dalam rangka kemandirian ekonomi; 2. Mempercepat pembangunan infrastruktur jalan untuk mendukung konektivitas guna meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan pelayanan sistem logistik nasional bagi penguatan daya saing bangsa di lingkup global yang berfokus pada keterpaduan konektivitas daratan dan maritim; 3. Mempercepat permukiman
pembangunan dan
perumahan
infrastruktur rakyat
untuk
mendukung layanan infrastruktur dasar yang layak dalam rangka mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia sejalan dengan prinsip “’infrastruktur untuk semua’”; 4. Mempercepat
pembangunan
infrastruktur
pekerjaan umum dan perumahan rakyatsecara terpadu dari pinggiran didukung industri konstruksi yang
berkualitas
untuk
keseimbangan
pembangunan antar daerah, terutama di kawasan tertinggal, kawasan perbatasan, dan kawasan perdesaan, dalam kerangka NKRI; 5. Meningkatkan tata kelola sumber daya organisasi
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
40
bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat yang meliputi sumber daya manusia, pengendalian dan pengawasan, kesekertariatan serta penelitian dan pengembangan untuk mendukung fungsi manajemen meliputi perencanaan yang terpadu, pengorganisasian yang efisien, pelaksanaan yang tepat, dan pengawasan yang ketat. 2.1.2 Visi dan Misi Pembiayaan Perumahan Dalam rangka mendukung terwujudnya visi dan misi Kementerian
Pekerjaan
Umum
dan
Perumahan
Rakyat, Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan menetapkan perumahan.
visi
dan
Visi
dan
misi
bidang
Misi
pembiayaan
penyelenggaraan
pembiayaan perumahan didasarkan pada kondisi yang ideal, dengan memperhatikan kondisi yang ada, potensi kapasitas yang dapat ditumbuhkembangkan, serta sistem nilai yang melandasi tujuan pembangunan yang berkelanjutan. Visi “Mewujudkan
Sistem
Pembiayaan
Perumahan
Jangka Panjang yang Berkelanjutan, Efisien, dan Akuntabel”. Misi Misi
yang
akan
dilaksanakan
dalam
rangka
mewujudkan visi bidang pembiayaan perumahan, adalah: 1.
Mengembangkan pembiayaan meningkatkan
skema-skema
perumahan,
sebagai
keterjangkauan
MBR
bantuan upaya untuk
menempati hunian yang layak;
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
41
2. Meningkatkan jumlah lembaga keuangan yang mendapat
fasilitas
bantuan
pembiayaan
perumahan, sebagai upaya memperluas akses MBR untuk mendapatkan KPR; 3. Mendorong pembiayaan, panjang,
pemanfaatan khususnya
sebagai
upaya
sumber–sumber
pembiayaan
jangka
menciptakan
sistem
pembiayaan yang berkelanjutan; 4. Mendorong pembangunan
dan
meningkatkan
perumahan
investasi
dan
kawasan
permukiman; 5. Meningkatkan
peran
pemerintah
daerah
dan
pemangku kepentingan lainnya dalam pembiayaan perumahan.
2.1.3 Tujuan dan Sasaran Strategis Tujuan Tujuan pembangunan perumahan 2015–2019 bidang pembiayaan perumahan adalahmeningkatkan daya beli dan aksesibilitas Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) ke lembaga pembiayaan perumahan yang didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka
panjang yang berkelanjutan,
efisien
dan
akuntabel. Sasaran Strategis Sasaran adalah penjabaran dari misi dan merupakan hasil
akhir
yang
diinginkan
Direktorat
Jenderal
Pembiayaan Perumahan dalam jangka waktu tertentu. Sasaran strategis tersebut adalah sebagai berikut: 1. Terlaksananya penyusunan dan diseminasi norma,
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
42
peraturan dan kriteria (NPK) di bidang pembiayaan perumahan,
termasuk
rumusan
atas
peraturan
perundang-undangan
turunan mengenai
perumahan dan kawasan permukiman; 2. Meningkatnya MBR,
jumlah
yang
masyarakat,
dapat
khususnya
mengakses
lembaga
pembiayaan perumahan melalui pilihan-pilihan model (skema) pembiayaan yang semakin sesuai, terjangkau, cepat dan berkelanjutan; 3. Terlaksananya
dukungan
pengembangan
dan
fasilitasi
operasionalisasi
pembiayaan
primer
pembiayaan
sekunder
perumahan
untuk pasar
dan
perumahan,
pasar
termasuk
penambahan dana PMN pada PT. SMF, dan mendorong penerbitan regulasi yang mendukung pemanfaatan
dana
jangka
panjang
untuk
pembiayaan perumahan; 4. Tersedianya Tabungan
infrastruktur Perumahan
pembiayaan
operasionalisasi
Rakyat
perumahan,
(Tapera)
atau
bagi
setidaknya
mengintegrasikan tabungan perumahan rakyat kedalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN); 5. Meningkatnya peran/partisipasi dan kapasitas LKB khususnya peran Bank BTN yang lebih besar, LKBB,
dan
stakeholders
dalam
pembiayaan
perumahan rakyat dengan tetap memperhatikan aspek good governance; 6. Berkembangnya pola-pola bantuan pembiayaan perumahan yang semakin efisien dan efektif; 7. Meningkatnya penempatan dana jangka panjang (Dana Haji, Dana Asuransi, Dana Pensiun, Dana
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
43
BPJS, Dana Taperum PNS, dan Dana Tabungan Wajib
Perumahan
instrumen
(TWP)
keuangan
TNI/POLRI) yang
dalam
mendukung
pembiayaan pembangunan perumahan; 8. Terlaksananya
bantuan
fasilitas
likuiditas
pembiayaan perumahan bagi pembiayaan rumah sejahtera tapak sebanyak 720.000 unit; 9. Terlaksananya
bantuan
fasilitas
likuiditas
pembiayaan perumahan bagi pembiayaan satuan rumah susun sederhana milik sebanyak 176.500 unit; 10. Terlaksananya pembiayaan
bantuan
fasilitas
perumahan
bagi
likuiditas pembiayaan
KPR/KPA Sarusun Sewa Beli sebanyak 3.500 unit; 11. Terlaksananya
bantuan
fasilitas
likuiditas
pembiayaan perumahan bagi Kredit Konstruksi sebanyak 6.000 unit; 12. Terlaksananya pembiayaan
bantuan
perumahan
fasilitas bagi
KPR
likuiditas Swadaya
sebanyak 450.000 unit; 13. Terlaksananya bantuan uang muka sebanyak 476.000 unit. 2.1.4 Arah Kebijakan dan Strategi Arah Kebijakan Arah kebijakan pembiayaan perumahan tahun 20152019, adalah sebagai berikut: 1.
Pengembangan regulasi dan kebijakan untuk menciptakan iklim yang kondusif, serta koordinasi pelaksanaan kebijakan di tingkat Pusat dan Daerah;
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
44
2. Terkait dengan KPR Rumah Umum Peningkatan
penerbitan
KPR-FLPP
Rumah
Umum baik untuk rumah tapak maupun rumah susun;
Pengembangan skema pembiayaan perumahan yang lebih terjangkau, efisien dan akuntabel;
3. Terkait
dengan
pembangunan
bantuan
rumah
pembiayaan
yang
dilakukan
bagi secara
swadaya (KPR-FLPP Rumah Swadaya):
Penyiapan
infrastruktur
pembiayaan,
khususnya
dan bagi
skema
MBR
yang
bekerja pada sektor Informal;
Penyiapan sistem delivery KPR-FLPP Rumah Swadaya;
Merintis kerjasama dengan Lembaga Jasa Keuangan
untuk
penerbitan
KPR-FLPP
Rumah Swadaya; 4. Peningkatan peran Bank BTN yang lebih besar dalam menunjang pembiayaan perumahan rakyat; 5. Peningkatan peran lembaga pembiayaan sekunder baik melalui peningkatan nilai sekuritisasi aset, penerbitan
obligasi
dan
pemberian
pinjaman
(refinancing); 6. Penyiapan insfrastruktur operasionalisasi Tapera seperti pembentukan lembaga pengelola dan peraturan perundang-undangan atau mendorong integrasi tabungan perumahan rakyat kedalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN);
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
45
7. Penempatan dana jangka panjang (Dana Haji, Dana Asuransi, Dana Pensiun, Dana BPJS, Dana Taperum-PNS, dan dan TWP TNI/POLRI) pada instrument
keuangan
yang
mendukung
pembiayaan perumahan; 8. Mendorong peran serta Pemda dalam pembiayaan perumahan,
khususnya
melalui
perintisan
penerbitan obligasi daerah, perintisan penerapan pembiayaan swadaya mikro perumahan. dan penerapan BLUD pembiayaan perumahan melalui: sosialisasi, fasilitasi, advokasi dan penyiapan kelembagaan. Strategi Strategi kebijakan pembangunan perumahan 2015– 2019 bidang pembiayaan, adalah sebagai berikut: 1.
KPR-FLPP Rumah Umum
Memperluas kerjasama dengan Lembaga Jasa Keuangan
dan
instansi
terkait
untuk
meningkatkan penerbitan KPR Rumah Umum;
Memperluas skema pembiayaan (sisi demand dan supply);
Mengembangkan skema bantuan uang muka untuk kelompok MBR tertentu;
Mendorong
pembentukan
lembaga
Multifinance khusus KPR program;
Menyusun
segmentasi
kebijakan
bantuan
pembiayaan perumahan bagi MBR;
Meningkatkan Sosialisasi kepada Pemda dan Badan Usaha (Pengembang);
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
46
2.
KPR-FLPP Rumah Swadaya
Mengembangkan skema bantuan pembiayaan perumahan untuk MBR sektor informal;
Mengembangkan
kelembagaan
yang
mendukung bantuan pembiayaan perumahan untuk MBR sektor informal;
Mengembangkan skema penjaminan KPRFLPP Rumah Swadaya;
Memfasilitasi linkage program antara LKB dan LKBB;
Memfasilitasi
pemberdayaan
lembaga
keuangan;
Melakukan
ujicoba
skim
KPR
Rumah
Swadaya;
Mendorong
pembentukan
lembaga
Multifinance khusus KPR program;
Menyusun
segmentasi
kebijakan
bantuan
pembiayaan perumahan bagi MBR;
Melakukan sosialisasi kepada Pemda dan Lembaga Jasa Keuangan;
3.
Peningkatan peran Bank BTN yang lebih besar
Memfasilitasi penerbitan peraturan yang dapat mendorong Bank BTN menjadi Bank yang fokus dalam pembiayaan perumahan;
Mendorong penempatan dana Taperum PNS, dana TWP TNI/POLRI di Bank BTN;
Mendorong penempatan dana Haji, Dana Pensiun, Dana Asuransi, dan Dana BPJS di Bank BTN;
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
47
4.
Peningkatan peran lembaga sekunder
Melakukan kerjasama dengan PT. SMF dalam rangka peningkatan kapasitas stakeholders pembiayaan perumahan;
Mendorong revisi PerPres. No. 1 tahun 2008 juncto 19/2005;
5. Penyiapan insfrastruktur operasionalisasi Tapera atau integrasi tabungan perumahan rakyat ke dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional
Mendorong/memfasilitasi pembentukan Badan Pengelola
Tapera
atau
mendorong
amandemen Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan Undang-Undang BPJS;
Mendorong/memfasilitasi penerbitan peraturan turunan
Undang-Undang
Tapera
atau
peraturan hasil amandemen Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan UndangUndang BPJS;
Mengembangkan pemanfaatan dana Tapera untuk memfasilitasi MBR sektor informal, penyediaan uang muka, dan penyediaan lahan;
Menciptakan
link
antara
Tapera
dengan
industrialisasi perumahan; 6. Penempatan dana jangka panjang (Dana Haji, Dana Asuransi, Dana Pensiun, Dana BPJS, Dana Taperum-PNS, dan Dana TWP TNI/POLRI) pada instrumen
keuangan
yang
mendukung
pembiayaan perumahan
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
48
Memfasilitasi penerbitan peraturan yang dapat mendorong penempatan dana Haji, Dana Pensiun, Dana Asuransi, dan Dana BPJS dalam instrumen keuangan yang mendukung pembiayaan perumahan;
Mendorong penempatan dana Taperum-PNS, dan Dana TWP TNI/POLRI di Bank BTN.
7. Mendorong peran serta Pemda dalam pembiayaan perumahan
(Obligasi
Daerah
dan
BLUD
pembiayaan perumahan):
Menjalin kerjasama dengan beberapa Kota Metropolitan dan Kota Besar dalam rangka penyiapan penerbitan obligasi daerah dan penerapan BLUD pembiayaan perumahan;
Memfasilitasi Pemda dalam identifikasi proyek perumahan yang feasible dibiayai melalui obligasi daerah.
Memfasilitasi
penyiapan
penerapan
BLUD
pembiayaan perumahan khususnya di kota/ kabupaten yang mempunyai kapasitas fiskal yang memadai.
Memfasilitasi menerapkan
beberapa sistem
kota
pembiayaan
untuk swadaya
mikro perumahan.
2.1.5 Kerangka Regulasi Regulasi-regulasi yang akan disiapkan oleh Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan dalam Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Tahun 2015-2019 adalah: 1. Rancangan Undang-Undang; Rancangan Undang-Undang (RUU) yang akan
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
49
disiapkan adalah RUU Tapera yang merupakan amanat pasal 124 Undang-Undang No. 1 Tahun 2011
tentang
Perumahan
dan
Kawasan
Permukiman. 2. Rancangan Peraturan Presiden; Rancangan Perpres terkait dengan pembentukan dan pengelolaan Badan Pengelola (BP) Tapera 3. Rancangan Peraturan Pemerintah; Rancangan Peraturan Pemerintah yang akan disiapkan merupakan pendelegasian kewenangan pengaturan
yang
diamanatkan
dari
Undang-
UndangTapera dan Undang-Undang No. 1 Tahun 2011
tentang
Perumahan
dan
Kawasan
Permukiman 4. Rancangan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Rancangan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang akan disiapkan untuk mendukung
pelaksanaan
penyaluran
bantuan
pembiayaan perumahan dan NPK sebagai acuan bagi Pemda dalam melaksanakan amanat Pasal 118 ayat 2, pasal 122 ayat 1, pasal 123 ayat 2 dan 3 Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 yaitu: 1. Permen PU-PR tentang skim dan mekanisme KPR-FLPP untuk rumah tapak dan susun; 2. Permen PU-PR tentang skim dan mekanisme KPR-FLPP sewa beli; 3. Permen PU-PR tentang skim dan mekanisme KPR-FLPP untuk rumah swadaya; 4. Permen PU-PR tentang skim dan mekanisme bantuan uang muka,
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
50
5. Permen PU-PR tentang skim dan mekanisme Kredit Konstruksi, 6. NPK yang mengatur pemberdayaan sistem pembiayaan 7. NPK yang mengatur pemberdayaan LKB dan LKNB dalam pengerahan dan pemupukan dana 8. NPK
yang
mengatur
pembentukan
badan
hukum pembiayaan perumahan dan kawasan permukiman 9. NPK
yang
mengatur
tentang
pemberian
kemudahan dan atau bantuan pembiayaan pembangunan dan perolehan rumah umum dan rumah swadaya bagi MBR 2.1.6 Program dan Kegiatan Untuk
menjalankan
kebijakan-kebijakan
bidang
pembiayaan perumahan tersebut di atas, Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan mempunyai 1 (satu) program,
yaitu
Program
Pengembangan
Pembiayaan Perumahan, dengan kegiatan sebagai berikut: 1. Dukungan
Manajemen
Penyelenggaraan
Pembiayaan Perumahan, yang dilaksanakan oleh Sekretariat
Direktorat
Jenderal
Pembiayaan
Perumahan; 2. Penyusunan Kebijakan, Program dan Anggaran, Kerjasama, Data Informasi serta Evaluasi Kinerja Pembiayaan Perumahan, yang dilaksanakan oleh Direktorat Perencanaan Pembiayaan Perumahan; 3. Pengembangan Pola yang
Pembiayaan Perumahan,
dilaksanakan
oleh
Direktorat
Pola
Pembiayaan Perumahan;
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
51
4. Pendayagunaan Sumber Pembiayaan Perumahan, yang dilaksanakan oleh Direktorat Pendayagunaan Sumber Pembiayaan Perumahan; 5. Pembinaan Sistem Pembiayaan Perumahan, yang dilaksanakan
oleh
Direktorat
Bina
Sistem
Pembiayaan Perumahan; 6. Pengendalian
Kemudahan
dan
Bantuan
Pembiayaan Perumahan, yang dilaksanakan oleh Direktorat
Evaluasi
Bantuan
Pembiayaan
Perumahan; dan 7. Dukungan
Penyaluran
Perumahan, Layanan
yang
Umum
Bantuan
dilaksanakan –
Pusat
Pembiayaan oleh
Badan
Pengelolaan
Dana
Pembiayaan Perumahan (BLU-P2DPP). Kegiatan Prioritas Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan tahun 2015, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel II.1 Kegiatan Prioritas Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Tahun 2015
No. 1.
Kegiatan Prioritas
Unit Kerja
Penyusunan NSPK dibidang Pembiayaan Perumahan;
Setditjen
Dit. Perencanaan
Dit. Pola Pembiayaan
Dit. Pendayagunaan Sumber Pembiayaan
2.
Pengembangan kerjasama baik
dengan
LKB/
bantuan
LKBB
untuk
penyaluran
Dit. Perencanaan
perumahan maupun dengan lembaga donor (luar negeri);
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
52
No. 3.
Kegiatan Prioritas Pengembangan
Skema
Unit Kerja Bantuan
Dit. Pola Pembiayaan
Investasi
Dit. Pola Pembiayaan
Pembiayaan Perumahan: a.
KPR FLPP Swadaya;
b.
Kredit Konstruksi;
c.
KPR FLPP Sarusun
d.
Pemutahiran
4.
Pengembangan
Skema
Pembiayaan Perumahan; 5.
Fasilitasi penyiapan RUU TAPERA atau
Dit. Pendayagunaan Sumber
RPP Turunan UU TAPERA (apabila UU
Pembiayaan
TAPERA selesai Tahun 2015); 6.
7.
Memfasilitasi
pemanfaatan
CSR
untuk
Dit. Pendayagunaan Sumber
Pendanaan/ Pembiayaan Perumahan;
Pembiayaan
Pendayagunaan/ mobilisasi sumber-sumber
Dit. Pendayagunaan Sumber
dana bagi Pembiayaan Perumahan (LKB/
Pembiayaan
LKBB); 8.
Pembinaan (Diseminasi dan Bimtek) terkait Pembiayaan Stakeholders
Perumahan di
daerah
Dit. Bina Sistem Pembiayaan
kepada (Pemerintah
Provinsi, Kabupaten, Kota, dan LKB/LKBB) khususnya merintis BLUD dan Pembiayaan Mikro Perumahan; 9.
Sosialisasi dalam bentuk pameran, iklan Dit. Bina Sistem Pembiayaan BLU-P2DPP
media cetak dan elektronik 10.
Monitoring Penyaluran KPR FLPP untuk Dit. Evaluasi Bantuan meningkatkan ketepatan sasaran penerima
Pembiayaan BLU-P2DPP
bantuan;
2.1.7 Kerangka Kelembagaan Kerangka Pembiayaan
kelembagaan Perumahan
Direktorat secara
lengkap
Jenderal dalam
melaksanakan program dan kegiatan tersebut, dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
53
Gambar II.1 Kerangka Kelembagaan Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan
2.2 Perjanjian
Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Kinerja
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Instruksi
Direktorat
Presiden
Jenderal
Pemberantasan
Pembiayaan
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Perumahan
Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Tahun 2015
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan
No.
5
Kinerja
Tahun
2014
Korupsi,
serta
Instansi
tentang
Percepatan
Peraturan
Pemerintah
Menteri
mewajibkan
pentingnya komitmen setiap pimpinan dalam mencapai
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
54
kinerja yang telah ditetapkan dan diperjanjikan. Perjanjian kinerja pada dasarnya adalah pernyataan komitmen yang mempresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam rentang waktu 1 (satu) tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelola. Tujuan
khusus
Perjanjian
Kinerja
adalah
untuk
meningkatkan akuntabilitas, transparansi, kinerja aparatur sebagai wujud nyata komitmen antara penerima amanah dengan
pemberi
amanah
sebagai
dasar
penilaian
keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Disamping itu, untuk menciptakan tolak ukur kinerja sebagai dasar pemberian penghargaan (reward) dan sanksi (punishment). Perjanjian Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Tahun 2015 telag disusun secara berjenjang sesuai dengan kedudukan, tugas dan fungsi yang ada. PK ini disusun mengacu pada Renstra Direktorat Jenderal Pembiayaan
Perumahan
Tahun
2015-2019,
Renja
Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Tahun 2015 dan DIPA Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Tahun
2015.
PK
Direktorat
Jenderal
Pembiayaan
Perumahan Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
55
Tabel II.2 Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Tahun 2015 No
Sasaran Program
Indikator Kinerja
Target Berdasarkan Perjanjian Kinerja 2015
Program Pengembangan Pembiayaan Perumahan 1. Meningkatnya rumah tangga masyarakat berpenghasilan
Tingkat aksesibilitas terhadap
0,98%
bantuan pendanaan dan
rendah yang menghuni rumah pembiayaan perumahan untuk layak melalui bantuan fasilitas rumah tangga masyarakat pendanaan dan pembiayaan
berpenghasilan rendah
perumahan 2. Menurunnya kekurangan
Persentase penurunan
tempat tinggal (backlog)
kekurangan tempat tinggal
melalui bantuan pendanaan
(backlog) melalui bantuan
pembiayaan perumahan
pendanaan dan pembiayaan
2,64%
perumahan
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
56
BAB III KAPASITAS ORGANISASI
3.1 Sumber Daya Dalam Manusia
upaya
pembangunan
suatu
organisasi
yang
berkesinambungan, Sumber Daya Manusia mempunyai peran yang sangat vital dalam proses pencapaian tujuan. Untuk
kepentingan
tersebut
diperlukan
Sumber
Daya
Manusia (SDM) berkualitas yang memiliki kemauan dan kemampuan untuk senantiasa meningkatkan kualitasnya secara terus menerus dan berkelanjutan. Dalam kerangka organisasi terdapat hubungan antara kinerja perorangan
(Individual
Performance)
dengan
kinerja
organisasi (Organizations Performance). Suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan harus melalui kegiatan-kegiatan yang digerakkan oleh sekelompok orang yang aktif berperan sebagai pelaku, dengan kata lain tercapainya tujuan organisasi hanya dimungkinkan karena adanya upaya yang dilakukan oleh orang dalam atau aparatur organisasi tersebut. Sumber daya manusia Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagaimana yang tertuang dalam Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan 2015-2019, saat ini dengan rincian sebagai berikut:
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
57
Tabel III.1 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Pembiayaan PerumahanTahun 2015 Menurut Jabatan No
Menurut Jabatan
Jumlah
1
Eselon I
1
2
Eselon II
6
3
Eselon III
25
4
Eselon IV
59
5
Jabatan Fungsional Umum
69
TOTAL
160
Tabel III.2 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Pembiayaan PerumahanTahun 2015 Menurut Golongan No
Menurut Golongan
Jumlah
1
Golongan I
4
2
Golongan II
8
3
Golongan III
102
4
Golongan IV
46
TOTAL
160
Tabel III.3 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Pembiayaan PerumahanTahun 2015 Menurut Jenjang Pendidikan No
Menurut Jenjang Pendidikan
Jumlah
1
S3
3
2
S2
64
3
S1
70
4
D3
3
5
SMA
16
6
SMP
-
7
SD
4 TOTAL
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
160
58
Tabel III.4 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Pembiayaan PerumahanTahun 2015 Menurut Jenis Kelamin No
Menurut Jenis Kelamin
Jumlah
1
Laki-Laki
100
2
Perempuan
60 TOTAL
160
Tabel III.5 Jumlah Pegawai Non PNS Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Tahun 2015 No
Pegawai Non PNS
Jumlah
1
Operasional
60
2
Satpam
11
3
Pengemudi
10
4
Pramubakti
16 TOTAL
97
Dalam suatu organisasi Sumber Daya Manusia merupakan unsur terpenting dalam mendukung tercapainya kinerja suatu organisasi. Berdasarkan Analisis Beban Kerja, secara ideal jumlah Pegawai Negeri Sipil yang dibutuhkan oleh Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan adalah 319 orang. Saat ini jumlah pegawai Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan sebanyak 160 orang, sehingga dalam pencapaian kinerja Direktorat Jendera Pembiayaan Perumahan secara optimal diperlukan peningkatan jumlah pegawai yang signifikan di lingkungan Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan. Secara teknis, sumber daya manusia merupakan penunjang keberhasilan dalam mencapai tujuan apabila mencukupi dari sisi jumlah, kualitas, dan profesional di bidangnya, apalagi
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
59
sumber daya manusia yang dimiliki mempunyai motivasi tinggi, kreatif dan mampu mengembangkan inovasi, maka pencapaian kinerja akan semakin baik. Sebagai upaya perbaikan untuk pengembangan sumber daya manusia,
perlu
dilakukan
penyusunan
roadmap
pengembangan sumber daya manusia dengan terencana dan terstruktur. Upaya-upaya
yang
dilakukan
untuk
meningkatkan
kemampuan sumber daya manusia antara lain melalui: 1. Pelaksanaan
capacity
building
Direktorat
Jenderal
Pembiayaan Perumahan. 2. Pelatihan Analisis Beban Kerja sebagai dasar untuk perhitungan jumlah kebutuhan pegawai dalam rangka penyusunan formasi dan bezeeting. 3. Pelatihan Emotional and Spiritual Quotient (ESQ). 4. Pelatihan disiplin Pegawai Negeri Sipil. 5. Pengembangan Dalam Pelayanan Prima. 6. Pendidikan dan Pelatihan Tata Naskah Dinas dan Kearsipan. 7. Pendidikan
dan
Pelatihan
Kompetensi
Bidang
Pembiayaan Perumahan 8. Pendidikan dan Pelatihan Teknis Bidang Pembiayaan Perumahan 9. Pendidikan
dan
Pelatihan
Penyusunan
Perancang
Peraturan PerUndang-Undangan 10. Pendidikan dan Pelatihan Advokasi Hukum 11. Pendidikan dan Pelatihan Kehumasan dan Keprotokolan 12. Pendidikan dan Pelatihan Pustakawan 13. Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan 14. Pendidikan dan Pelatihan Design Grafis dan Multimedia 15. Pendidikan dan Pelatihan Publikasi dan Jurnalistik 16. Pengembangan
Sumber
Daya
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
Manusia
Direktorat
60
Perencanaan Pembiayaan Perumahan dengan mengikut sertakan dalam pertemuan atau seminar/workshop. Dengan ditingkatkannya kemampuan sumber daya manusia melalui pengembangan kompetensi pegawai, diharapkan akan memberikan motivasi dan semangat kerja untuk meningkatkan
pencapaian
kinerja
Direktorat
Jenderal
Pembiayaan Perumahan. 3.2 Sarana dan Prasarana
Fasilitas kerja yang merupakan sarana dan prasarana menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan kinerja pegawai. Faktor yang diperhitungkan untuk meningkatkan gairah kerja pegawai adalah fasilitas kerja yang memadai dan dapat membantu pegawai dalam mengerjakan tugasnya. Hal ini cukup beralasan sebab fasilitas
kerja
merupakan
faktor
yang
mempengaruhi
manajemen sarana dan prasarana suatu organisasi dalam mendukung proses berjalannya suatu organisasi. Sistem penyelenggaraan pemerintah secara menyeluruh telah mengalami perubahan baik di pusat maupun di daerah dengan berbasis kinerja, tingkat capaian yang berdasarkan pada kinerja serta pelayanan yang prima, untuk mencapai keberhasilan diharapkan
kinerja mampu
yang
baik
menjalankan
pegawai tugas
dan
pemerintah fungsinya
sebagaimana yang telah ditetapkan. Sejalan
dengan
perkembangan
teknologi
membuka
konsekuensi dengan tuntutan perubahan untuk mengikuti perkembangan teknologi, sarana dan prasarana jika tidak disiapkan untuk menghadapi perkembangan dan kemajuan teknologi
akan
mengalami
ketertinggalan
atau
keterbelakangan di segala bidang. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu proses manajemen sarana dan prasarana agar
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
61
lebih menjamin bahwa unit kerja ini sudah tersedia sarana dan prasarana yang cukup sesuai dengan kebutuhan untuk mendukung berbagai kegiatan, tugas dan fungsi yang sesuai, cepat, tepat dan bermanfaat. Sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 7 tahun 2006 tentang Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja pasal 3 yang menjelaskan tentang penataan sarana dan prasarana kerja, antara lain: kelancaran proses pekerjaan; kelancaran hubungan kerja intern dan ekstern antar pejabat/pegawai; memudahkan komunikasi; kelancaran tugas pengawasan dan pengamanan; dan memudahkan pengamanan arsip dan dokumentasi. Untuk menyikapi hal tersebut diatas, Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya perlu dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai. Pada tahun 2015 ini, Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan sedang melakukan penataan ruang kerja guna mendukung sarana dan prasarana untuk proses kelancaran pekerjaan di lingkungan Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan sebagaimana yang tertuang dalam Permendagri tersebut di atas. 3.3 3.3 Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan mendapatkan alokasi anggaran dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Murni (APBN) Bagian Anggaran (BA) 033 yang digunakan untuk membiayai kegiatan yang tercantum dalam Rencana Strategis 20152019 yang menjadi tanggung jawab Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan untuk melaksanakan Program Pengembangan Pembiayaan Perumahan.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
62
Pagu anggaran Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan pada tahun 2015 adalah sebesar Rp. 5.667.817.329.000,(lima triliun enam ratus enam puluh tujuh miliar delapan ratus tujuh belas juta tiga ratus dua puluh sembilan ribu rupiah) yang terdiri dari BA. 033 Satuan Kerja Pembiayaan Perumahan sebesar Rp. 558.877.866.000,- (lima ratus lima puluh delapan miliar delapan ratus tujuh puluh tujuh juta delapan ratus enam puluh enam ribu rupiah) dan BA. 999 Satuan
Kerja
Badan
Layanan
Umum
(BLU)
sebesar
5.106.300.000.000,- (lima triliun seratus enam miliar tiga ratus juta rupiah). Rincian pagu anggaran tahun 2015 Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan adalah sebagai berikut:
Tabel III.6 Pagu Anggaran Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Tahun 2015 NO
KODE
PAGU AWAL
PAGU REVISI
(Rp. Ribu)
(Rp. Ribu)
Program Pengembangan Pembiayaan Perumahan I.
SATUAN KERJA PEMBIAYAAN PERUMAHAN - BA. 033
360.003.969
360. 003.969
1
Sekretariat Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan
80.487.219
80.284.853
Dukungan Manajemen Penyelenggaraan Pembiayaan
80.487.219
80.284.853
Direktorat Perencanaan Pembiayaan Perumahan
11.057.450
10.826.484
Penyusunan Kebijakan, Program dan Anggaran, Kerjasama,
11.057.450
10.826.484
Direktorat Pola Pembiayaan Perumahan
228.904.650
230.034.003
Pengembangan Pola Pembiayaan Perumahan
228.904.650
230.034.003
a. Bantuan Uang Muka (BUM)
220.000.000
220.000.000
8.904.650
10.034.003
Direktorat Pendayagunaan Sumber Pembiayaan Perumahan
11.800.000
11.473.172
Pendayagunaan Sumber Pembiayaan Perumahan
11.800.000
11.473.172
Direktorat Bina Sistem Pembiayaan Perumahan
11.504.650
11.285.587
Pembinaan Sistem Pembiayaan Perumahan
11.504.650
11.285.587
Direktorat Evaluasi Bantuan Pembiayaan Perumahan
16.250.000
16.099.870
Pengendalian Kemudahan dan Bantuan Pembiayaan
16.250.000
16.099.870
Perumahan 2
Data Informasi serta Evaluasi Kinerja Pembiayaan Perumahan 3
b. Pengembangan Kebijakan 4 5 6
Perumahan
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
63
NO
KODE
II. SATUAN KERJA BLU PUSAT PEMBIAYAAN PERUMAHAN -
PAGU AWAL
PAGU REVISI
(Rp. Ribu)
(Rp. Ribu)
200.817.329
200.817.329
Badan Layanan Umum (BLU) Pusat Pembiayaan Perumahan
198.873.897
198.873.897
Dukungan Penyaluran Bantuan Pembiayaan Perumahan
198.873.897
198.873.897
a. Output Cadangan
129.940.229
118.791.866
b. Fasilitasi/Subsidi Selisih Angsuran Perumahan
57.510.000
57.510.000
c. Dukungan Operasional Kebijakan BLU Pusat Pembiayaan
11.423.668
22.572.031
5.106.300.000
5.106.300.000
5.106.300.000
5.106.300.000
5.665.177.866
5.665.177.866
BA.033
Perumahan III. BADAN LAYANAN UMUM (BLU) PUSAT PEMBIAYAAN PERUMAHAN - BA.999 Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) TOTAL BA. 033 + BA.999
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
64
BAB IV AKUNTABILITAS KINERJA
4.1 Capaian
Pengukuran
capaian
kinerja
Direktorat
Perencanaan
Kinerja
Pembiayaan Perumahan tahun 2015 dilakukan dengan
Direktorat
membandingkan antara target dan realisasi Indikator Kinerja
Jenderal
Program
Pembiayaan
Perencanaan Pembiayaan Perumahan Tahun 2015.
(IKP)
pada
Perjanjian
Kinerja
Direktorat
Perumahan Dalam Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan
2015-2019, Direktorat Jenderal Pembiayaan
Perumahan mempunyai 1 (satu) Program, yaitu “Program Pengembangan
Pembiayaan
Perumahan".
Dengan
Sasaran Program sebagai berikut: 1)
Meningkatnya
rumah
tangga
masyarakat
berpenghasilan rendah yang menghuni rumah layak melalui bantuan fasilitas pendanaan dan pembiayaan perumahan, dengan Indikator Kinerja Program (IKP), yaitu: Tingkat aksesibilitas terhadap bantuan pendanaan dan pembiayaan perumahan untuk rumah tangga masyarakat, dengan target sebesar 0,98%; dan 2)
Menurunnya
kekurangan
tempat
tinggal
(backlog)
melalui bantuan pendanaan pembiayaan perumahan, dengan
Indikator
Persentase
Kinerja
penurunan
Program
kekurangan
(IKP), tempat
yaitu: tinggal
(backlog) melalui bantuan pendanaan dan pembiayaan perumahan, dengan target sebesar 2,64%
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
65
Kedua Sasaran Program tersebut telah dituangkan dalam Perjanjian Kinerja (PK) Tahun2015 antara Direktur Jenderal Pembiayaan Perumahan dengan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Tingkat capaian kinerja Direktorat Jenderal
Pembiayaan
Perumahan
tahun
2015
adalah
sebagai berikut:
Tabel IV.1 Capaian Kinerja Program Pengembangan Pembiayaan Perumahan Tahun 2015 Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan No
Sasaran
Indikator
Target
Target
Capaian
%
Program
Kinerja Program
2015-2019
2015
2015
Capaian
22,88%
0,98%
1,30%
131,67%
61,36%
2,64%
3,48%
131,67%
Program Pengembangan Pembiayaan Perumahan 1.
Meningkatnya rumah
Tingkat
tangga masyarakat
aksesibilitas
berpenghasilan
terhadap bantuan
rendah yang
pendanaan dan
menghuni rumah
pembiayaan
layak melalui bantuan
perumahan untuk
fasilitas pendanaan
rumah tangga
dan pembiayaan
masyarakat
perumahan
berpenghasilan rendah
2.
Menurunnya
Persentase
kekurangan tempat
penurunan
tinggal (backlog)
kekurangan
melalui bantuan
tempat tinggal
pendanaan
(backlog) melalui
pembiayaan
bantuan
perumahan
pendanaan dan pembiayaan perumahan
Jumlah Anggaran: Rp 5.665.177.866.000,-
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
66
Ditinjau dari capaian kinerja Sasaran Program tahun 2015, Direktorat
Jenderal
Pembiayaan
Perumahan
telah
melaksanakan tugas utama yang menjadi tanggung jawab organisasi. Berikut ini akan diuraikan capaian kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan berdasarkan Sasaran Program dan Indikator Kinerja Program yang telah ditetapkan.
Sasaran Program 1: Meningkatnya rumah tangga masyarakat berpenghasilan rendah yang menghuni rumah layak melalui bantuan fasilitas pendanaan dan pembiayaan perumahan. Sasaran Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan rumah tangga berpenghasilan rendah untuk menghuni rumah yang layak melalui bantuan fasilitas pendanaan pembiayaan perumahan. Indikator Kinerja Program (IKP) untuk mencapai Sasaran Program ini adalah Tingkat aksesibilitas terhadap bantuan pendanaan dan pembiayaan perumahan untuk rumah tangga masyarakat.
INDIKATOR KINERJA Tingkat aksesibilitas terhadap bantuan pendanaan dan pembiayaan perumahan untuk rumah tangga masyarakat berpenghasilan rendah TARGET
REALISASI
%
0,98%
1,30%
131,67
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
67
Dalam rangka meningkatkan rumah tangga berpenghasilan rendah untuk menghuni rumah, berbagai upaya telah dilaksanakan
oleh
Pemerintah
melalui
Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Salah satunya adalah
dengan
melalui
bantuan
fasilitas
pendanaan
pembiayaan perumahan yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan. Dalam Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Tahun 2015, target Sasaran Program ini adalah sebesar 0,98%. Target tersebut diperoleh dari besarnya target bantuan pembiayaan perumahan tahun 2015 berupa penyaluran Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) sebanyak 58.090 unit dibandingkan dengan sasaran Sub Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman dalam RPJMN 2015-2019, yaitu sebesar 5.900.000 unit untuk 5,9 juta rumah tangga. Sasaran
Sub
Bidang
Perumahan
dan
Kawasan
Permukiman dalam RPJMN 2015-2019 sebanyak 5,9 juta rumah tangga tersebut, terdiri dari: 1. Terfasilitasinya penyediaan hunian layak dan terjangkau untuk 2,2 juta rumah tangga dari anggaran Pemerintah dalam menurunkan akumulasi kekurangan tempat tinggal khususnya masyarakat berpenghasilan rendah menjadi 5 juta rumah tangga di tahun 2019; 2. Mendorong keswadayaan masyarakat dan dunia usaha dalam penyediaan tempat tinggal yang layak untuk 2,2 juta rumah tangga untuk mendukung penurunan angka kekurangan rumah; dan 3. Peningkatan kualitas rumah tidak layak huni untuk 1,5 juta rumah tangga, termasuk dalam rangka penanganan kawasan permukiman kumuh.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
68
Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) adalah mekanisme
bantuan
pembiayaan
Masyarakat
Berpenghasilan
perumahan
Rendah
(MBR)
untuk melalui
penyediaan dana murah jangka panjang yang berasal dari APBN yang dipadukan dengan dana bank penerbit KPR dengan menggunakan metode blanded financing sebagai pokok kredit. Untuk tahun 2015, proporsi pembiayaannya adalah 90% dari dana APBN melalui BA. 999 dan 10% dana dari Bank Pelaksana. FLPP merupakan terobosan dalam pembiayaan perumahan yang telah dikembangkan oleh Pemerintah sejak tahun 2010 berupa Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan suku bunga rendah dan besarnya tetap selama masa angsuran KPR. Saat ini, pengelolaan FLPP dilaksanakan oleh Badan Layanan Umum Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (BLU-P2DPP) melalui lembaga perbankan. Tabel IV.2 Penyaluran Dana KPR-FLPP Tahun 2015 per bulan No
Bulan
Target (Unit)
Realisasi (Unit)
% Capaian
1
Januari
1.879
1.424
75,78
2
Februari
2.084
73
3,50
3
Maret
2.882
2.754
95,56
4
April
2.340
16
0,68
5
Mei
3.781
28.740
760,12
6
Juni
5.317
5.670
106,64
7
Juli
2.923
15.773
539,62
8
Agustus
2.474
12.953
523,57
9
September
7.322
4.208
57,47
10
Oktober
4.986
1.538
30,85
11
November
5.524
267
4,83
12
Desember
16.578
3.073
18,54
58.090
76.489
131,67
TOTAL
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
69
Dana Rp.
FLPP
tahun
5.106.330.000.000,00
2015 untuk
adalah membiayai
sebesar sebanyak
58.090 unit rumah. Dengan jumlah tersebut diharapkan dapat
meningkatkan
aksesibilitas
terhadap
bantuan
pendanaan dan pembiayaan perumahan bagi 58.090 rumah tangga MBR. Dalam pelaksanaannya selama tahun 2015 telah terealisasi sebanyak 76.489 unit KPR-FLPP (Tabel IV.2). Adapun kelebihan dari target realisasi penyaluran bantuan KPR-FLPP sebanyak 18.399 unit dibayarkan dengan menggunakan pengembalian dana bergulir KPRFLPP Tahun 2010. Realisasi ini apabila dibandingkan dengan sasaran Sub Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman dalam RPJMN 2015-2019, yaitu sebesar 5.900.000 unit untuk 5,9 juta rumah tangga adalah sebesar 1,30%.
Sehingga,
capaian
kinerja
realisasi
ini
telah
melampaui target yang ditetapkan pada tahun 2015 (0,98%) atau telah tercapai sebesar 131,67% untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel IV.3.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
70
Tabel IV.3 Pengukuran Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Tahun 2015
NO
SASARAN PROGRAM
INDIKATOR KINERJA
TARGET 2015-2019
TARGET TARGET PERJANJIAN REALISASI RENSTRA KINERJA 2015 2015 2015
% REALISASI TERHADAP PERJANJIAN KINERJA
Program Pengembangan Pembiayaan Perumahan 1. Meningkatnya rumah tangga masyarakat berpenghasilan rendah yang menghuni rumah layak melalui bantuan fasilitas pendanaan dan pembiayaan perumahan
Tingkat aksesibilitas terhadap bantuan pendanaan dan pembiayaan perumahan untuk rumah tangga masyarakat
2. Menurunnya kekurangan tempat tinggal (backlog) melalui bantuan pendanaan pembiayaan perumahan
Persentase penurunan kekurangan tempat tinggal 61,36% (backlog) melalui bantuan (2.200.000 pendanaan dan Rumah pembiayaan perumahan Tangga)
22,88%
2,20%
0,98%
1,30%
(5.900.000 Rumah Tangga)
(130.000 Rumah Tangga)
(58.090 Rumah Tangga)
(76.489 Rumah Tangga)
5,91%
2,64%
3,48%
(130.000 Rumah Tangga)
(58.090 Rumah Tangga)
(76.489 Rumah Tangga)
131,67%
131,67%
Keterangan: Untuk realisasi Tahun 2015 melebihi dari target Perjanjian Kinerja Direktur Jenderal Pembiayaan Perumahan Tahun 2015 namun kurang dari target pada Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Tahun 2015-2019. Kelebihan target menggunakan pengembalian dana bergulir Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) Tahun 2010.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
71
Gambar IV.1 Capaian Target Penyaluran Dana KPR-FLPP Tahun 2015 (dalam unit)
Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu tahun 2014, capaian kinerja FLPP telah meningkat. Capaian kinerja FLPP tahun 2014 adalah sebanyak 61.232 unit dengan
anggaran
sebesar
Rp.
3.642.940.618.074,00.
Realisasi 2014 tersebut dapat meningkatkan aksesibilitas terhadap bantuan pendanaan dan pembiayaan perumahan bagi 61.232 rumah tangga MBR atau dengan tingkat aksesibilitas sebesar 1,04% untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel IV.4.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
72
Tabel IV.4 Perbandingan Capaian Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Tahun 2015 dan Tahun 2014 (Tahun Sebelumnya) 2014 NO
SASARAN PROGRAM
INDIKATOR KINERJA
2015
TARGET % BERDASARKAN TARGET REALISASI REALISASI PERJANJIAN KERJA
% REALISASI TERHADAP REALISASI PERJANJIAN KINERJA
Program Pengembangan Pembiayaan Perumahan 1.
2.
Meningkatnya rumah tangga masyarakat berpenghasilan rendah yang menghuni rumah layak melalui bantuan fasilitas pendanaan dan pembiayaan perumahan Menurunnya kekurangan tempat tinggal (backlog) melalui bantuan pendanaan pembiayaan perumahan
Tingkat aksesibilitas terhadap bantuan pendanaan dan pembiayaan perumahan untuk rumah tangga masyarakat Persentase penurunan kekurangan tempat tinggal (backlog) melalui bantuan pendanaan dan pembiayaan perumahan
0,98% 57.592 Unit
76.062 Unit
131,61%
(58.090 Rumah Tangga)
2,64% 57.592 Unit
76.062 Unit
131,61%
(58.090 Rumah Tangga)
1,30% (76.489 Rumah Tangga)
131,67%
3,48% (76.489 Rumah Tangga)
131,67%
Keterangan: Sasaran kinerja tahun 2014 adalah Terwujudnya rumah dan lingkungan yang layak huni, dengan Indikator Kinerja “Jumlah rumah yang mendapat fasilitas bantuan pembiayaan perumahan melalui KPR Sejahtera”, dengan target 57.792 unit dan realisasi sebesar 76.062 unit, atau tercapai sebesar 131,61%.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
73
Sedangkan sebaran capaian penyaluran FLPP oleh Bank Pelaksana sebesar 76.489 unit dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel IV.5 Penyaluran Dana KPR-FLPP Berdasarkan Bank Pelaksana Tahun 2015 No I 1 2 3 4 5 6 7 8 II 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
2015
Bank
Unit
BANK UMUM BTN BTN SYARIAH BRI SYARIAH MANDIRI BNI BRI MANDIRI SYARIAH ARTHA GRAHA BANK PEMBANGUNAN DAERAH BPD RIAUKEPRI BPD KALTIM BPD PAPUA BPD SUMUT BPD KALSEL BPD JATENG BPD JATIM BPD KALTENG BPD SUMUT Syariah BPD DIY BPD NTB BPD SUMSELBABEL BPD SUMBAR (NAGARI) BPD SULTRA BPD NTT TOTAL
FLPP
%
75.707 66.563 6.220 1.449 26 1.098 160 191
5.976.192.700.770 5.298.872.517.740 454.707.375.250 118.994.460.780 2.144.517.000 73.902.210.000 11.855.962.500 15.715.657.500
98,98 87,02 8,13 1,89 0,03 1,44 0,21 0,00 0,25
782
79.050.592.438
1,02
48 415 56 22 54 55 23 2 2 19 13 67 6 76.489
3.931.695.000 53.637.600.000 3.384.200.000 1.122.000.000 3.925.785.938 4.598.092.500 2.071.875.000 129.750.000 151.344.000 1.528.050.000 1.102.500.000 2.908.350.000 559.350.000 6.055.243.293.208
0,06 0,00 0,54 0,07 0,03 0,07 0,07 0,03 0,00 0,00 0,00 0,02 0,02 0,09 0,01 100,00
Bank Tabungan Negara (BTN) memiliki kontribusi terbesar
dalam
penerbitan
KPR-FLPP
sebesar
87,02%, disusul oleh Bank Tabungan Negara (BTN) Syariah sebesar 8,13%, dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah sebesar 1,89%.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
74
Selain itu, dalam rangka mendorong tercapainya tingkat aksesibilitas terhadap bantuan pendanaan dan pembiayaan
perumahan
untuk
rumah
tangga
masyarakat dengan target sebesar 0,98% tersebut, Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan terus berupaya dalam menciptakan iklim yang kondusif dalam pembangunan perumahan. Hal tersebut dapat dilihat dari capaian kinerja regulasi dan kerjasama bidang pembiayaan perumahan, yaitu sebagai berikut:
a) Regulasi Yang Telah Terbit (Deregulasi) No 1.
Regulasi Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun
Pemrakarsa
Keterangan
Mennakertrans Regulasi ini memuat aturan
2015 tentang perubahan atas PP No.
mengenai peningkatan
99 Tahun 2013 tentang Pengelolaan
investasi berupa tanah,
Aset Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
bangunan, atau tanah dengan bangunan seluruhnya dari paling tinggi 5% menjadi paling tinggi 30%.
2.
Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun
Menkeu
Regulasi untuk memberikan
2015 tentang Perubahan Keempat atas
fasilitas pembebasan PPN
PP Nomor 12 Tahun 2001 tentang
10% untuk Rusunami
Impor dan atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang Bersifat Strategis yang dibebaskan dari PPN 3.
Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun Menteri BUMN Perubahan dari PP Nomor 15 2015 tentang Perusahaan Umum
tahun 2004 tentang
(Perum) Pembangunan Perumahan
Perusahaan Umum (Perum)
Nasional
Pembangunan Perumahan Nasional
4.
Peraturan Presiden Republik Indonesia
Menkeu
Peraturan Presiden mengenai
No. 82 Tahun 2015 tentang Jaminan
Jaminan Pemerintah untuk
Pemerintah Pusat atas Pembiayaan
Direct Lending bagi BUMN
Infrastruktur melalui Pinjaman
yang mendapatkan
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
75
No
5.
Regulasi
Pemrakarsa
Keterangan
Langsung dari Lembaga Keuangan
Penugasan dari Pemerintah
Nasional kepada BUMN.
(PSO)
Permen. PUPR Nomor 20/PRT/M/2015
Menteri PUPR Penyesuaian suku bunga
tentang Perubahan Atas Permen PUPR
untuk keterjangkauan MBR
Nomor 20/PRT/M/2014 tentang FLPP
memiliki rumah
Dalam Rangka Perolehan Rumah Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera Bagi MBR 6.
Peraturan OJK No. 11/POJK.03/2015
Ketua
Peraturan OJK untuk
tentang Ketentuan Kehati-hatian Dalam
OJK/Deputi
mengubah SE BI No.
Rangka Stimulus Perekonomian
Komisioner
13/6/DPNP tanggal 18
Nasional Bagi Bank Umum
Pengawas
Februari 2011 mengenai
Perbankan I
Pedoman Perhitungan ATMR untuk KPR Program Pemerintah (KPR Subsidi)
7.
Keputusan Menteri PUPR Nomor
Menteri PUPR Penyesuaian dengan PMK
425/KPTS/M/2015 tentang Batasan
Nomor : 113/PMK.03/2014
Harga Jual Rumah Yang Dapat Diperoleh Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera
b) Penerbitan Regulasi Baru No 1.
Regulasi Peraturan Menteri PUPR No.
Pemrakarsa
Keterangan
Menteri PUPR Regulasi untuk meningkatkan
42/PRT/M/2015 tentang Bantuan Uang
daya beli MBR untuk memiliki
Muka Bagi Masyarakat Berpenghasilan
rumah
Rendah untuk Meningkatkan Aksesbilitas Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Bersubsidi 2.
Peraturan Menteri PUPR No. 38 Tahun
Menteri PUPR Regulasi untuk menciptakan
2015 tentang Bantuan Prasarana,
lingkungan perumahan umum
Sarana, dan Utilitas Rumah untuk
yang layak huni
Perumahan Umum
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
76
c) Regulasi Dalam Proses No
Regulasi
1. Peraturan Presiden
Pemrakarsa Menkeu
Progress
Keterangan
Draft berada di
Regulasi ini memuat
No. 1 Tahun 2008 jo
Kemenkum
mengenai pembiayaan
No. 19 Tahun 2005
HAM
sekunder perumahan dengan
tentang Perubahan
usulan agar pemberian
atas Peraturan
fasilitas pinjaman tidak
Presiden Nomor 19
dibatasi.
Tahun 2005 tentang Pembiayaan Sekunder Perumahan 2. Keputusan Presiden
Menteri
Draft sudah di
Regulasi ini memuat
Republik Indonesia No. PUPR
Kemenko
mengenai peningkatan iuran
14 Tahun 1993 tentang
Perekonomian
yang semula berdasarkan
Tabungan Perumahan
golongan menjadi 2,5 persen
Pegawai Negeri Sipil
dari pendapatan untuk semua golongan guna meningkatkan kemampuan pelayanan dan daya beli bagi PNS dalam memiliki rumah.
3. Inpres tentang
Mendagri
Setneg RI
Inpres ini merupakan
Pembayaran Pajak
penyempurnaan dari rencana
BPHTB dan Retribusi
Mendagri untuk menyusun
Rumah Umum bagi
Inpres terkait dengan
PNS
keringanan IMB bagi MBR sebesar 95 %. Inpres ini difokuskan untuk percepatan penyediaan Rumah Umum bagi PNS yang masuk kategori MBR.
4. RPP PKP
Menteri
Biro Hukum
Regulasi terkait amanat dari
PUPR
PUPR (proses
UU No. 1 Tahun 2011
harmonisasi) 5. RPP Rumah Susun
Menteri
Biro Hukum
Regulasi terkait amanat dari
PUPR
PUPR (proses
UU No. 20 Tahun 2011
harmonisasi)
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
77
No
Regulasi
Pemrakarsa
6. Inpres
Progress
Keterangan
Menteri
Biro Hukum
Instruksi ini memuat
PUPR
PUPR
mengenai penyederhanaan
Perizinan
(penyusunan
perizinan yang dimuat di
Pembangunan
surat pengantar
dalam peraturan perundang-
Perumahan
dari Sekjen ke
undangan yang diprakarsai
Setneg)
oleh Mendagri, Men-
Penyederhanaan
ATR/Kepala BPN, MenPUPR, Men-LH, Menhub dan Kepala BKPM.
d) Memorandum of Understanding (MoU) Nomor MoU No
Lembaga Bank
Tgl MoU
Pihak 1
Pihak 2
Pihak 3
Status
Ruang Lingkup
I. BANK UMUM 1 PT. Bank Tabungan
6-Jan-
Negara (Persero)
15
01/PKS/M/ 001/MOU/DIR/2 2015
015
Tbk 2 Bank Mayora
Selesai
FLPP, Konvensional & Syariah
22-Jan- 02/PKS/M/ 006/PKS/KPRS 15
2015
-
Selesai
FLPP, Konvensional
MYR/CL/I/2015 3 PT. Bank BRISyariah 4 PT. Bank Mandiri
2-Feb-
03/PKS/M/
MOU.B.003-
FLPP,
15
2015
BRIS/02-2015
Syariah
10-Mar- 06/PKS/M/ DIR.MOU/02/20
Selesai
FLPP,
(Persero) Tbk
15
2015
15
Konvensional
5 PT. Bank Negara
6-Mar-
07/PKS/M/
DIR/12
FLPP,
15
2015
Indonesia (Persero)
Selesai
Selesai
Konvensional
Tbk 6 PT. Bank Artha Graha International,
8-May14
01/DP/PK BHK-BAGI/DIVS/2014
Tbk 7 PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
Prodev&EB/001
Selesai
FLPP, Konvensional
/V/2014 15-May- 09.2/PKS/ 15
M/2015
233-
FLPP,
DIR/KRK/04/20
Konvensional
Selesai
15
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
78
Nomor MoU No
Lembaga Bank
Tgl MoU
Pihak 1
Pihak 2
Pihak 3
Status
Ruang Lingkup
II. BANK PEMBANGUNAN DAERAH (BPD) 1 PT. BPD Riau Kepri 11-Mar- 05/PKS/M/ 13A/MoU/2015 15 2 PT. BPD Kalimantan Tengah 3 PT. BPD Papua
19-Mar- 08/PKS/M/ 15
Babel 5 PT. BPD Jawa Timur
2015
30-Mar- 09/PKS/M/ 15
4 PT. BPD Sumsel
2015
20-Apr15
2015
15
Konvensional FLPP,
0027/III-15
Konvensional
18.A/PKS-
Konvensional
Selesai
FLPP,
Selesai
BPD/III/2015
M/2015
P/2015
Selesai
DPT.11/PKS-
09.1/PKS/ 032/DIR/P/2015
27-May- 01/PKS/D
Selesai
FLPP,
Konvensional 053/051/SP/DI
Konvensional &
R/KRD.AGR.R
Syariah
Selesai
TL 6 PT. BPD Nusa Tenggara Barat 7 PT. BPD Jawa
1-Jun15
02/PKS/D PJ/01.17/70.27/ P/2015
8-Jul-15 03/PKS/D
Barat & Banten
P/2015
Selesai
FLPP,
0047/2015
Konvensional
055/PKS/DIR-
FLPP,
Selesai
KPR/2015
Konvensional
Naskah dibawa BJB u di cap 10 Sep 2015
8 PT. BPD Nusa
18- Agt-
04/PKS/D
48/MOU-
FLPP,
Tenggara Timur
2015
P/2015
BNTT/VIII/2015
Konvensional
9 PT. BPD Sumatera
21-Agt-
05/PKS/D
041/Dir/DRt-
FLPP,
2015
P/2015
KPr/SPj/2015
Konvensional &
Utara
Selesai
Selesai
Syariah 10 PT. BPD Sumatera Barat
28-Agt-
06/PKS/D
PKS/075/DIR/0
FLPP,
2015
P/2015
8-2015
Konvensional &
Selesai
Syariah 11 Bank Kalsel
12 PT. BPD Sulawesi Tenggara
13 PT. BPD Daerah Istimewa
7-Okt-
07/PKS/D
4/MOU/KRD/B
FLPP,
Selesai
2015
P/2015
KS/2015
Konvensional &
belum dikirim
Syariah
ke Kalsel
16-Okt-
09/PKS/D
58/PKS/DIR/X/
FLPP,
Selesai
2015
P/2015
2015
Konvensional &
belum dikirim
Syariah
ke Sultra
FLPP,
Selesai
Konvensional
belum dikirim
&Syariah
ke DIY
16-Okt-
10/PKS/D
2015
P/2015
0177/OM/0004
Yogyakarta
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
79
Nomor MoU No
Lembaga Bank
Tgl MoU
Pihak 1
Pihak 2
Pihak 3
Status
Ruang Lingkup
Yogyakarta 14 PT. BPD Jateng
20-Oct15
15 PT. Bank Tabungan 23-NovNegara (Persero)
2015
11/PKS/D 8230/HT.01.04/ P/2015
2015
12/PKS/D 86/MOU/DIR/20 P/2015
FLPP,
Selesai
Konvensional &
belum dikirim
Syariah
ke Jateng
Selisih Angsuran
Selesai
Selisih Angsuran
Proses
15
Tbk 16 PT. Bank Artha Graha International,
pengecekan
Tbk
dokumen pernyataan minat
17 PT Sarana Multigriya Finansial
17-Dec15
14/PKS/D 046/MOU/SMFP/2015
KPUPR-
002/MoU-
Pendidikan dan
PH/XII/2015
pelatihan
(Persero) dan
ASBANDA/XII/2
kepada SDM di
Asosiasi Bank
015
lingkungan BPD
Selesai
Pembangunan Daerah
Sasaran Program 2: Menurunnya kekurangan tempat tinggal (backlog) melalui bantuan pendanaan pembiayaan perumahan Sasaran Program ini bertujuan untuk mengetahui posisi penurunan kekurangan tempat tinggal (backlog) sebagai kontribusi dari bantuan pendanaan pembiayaan perumahan. Indikator tercapainya
Kinerja
Program
Sasaran
untuk
Program
ini
mengidentifikasikan adalah
Persentase
penurunan kekurangan tempat tinggal (backlog) melalui bantuan pendanaan dan pembiayaan perumahan, dengan target sebesar 2,64%.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
80
Target tersebut diperoleh dari besarnya target bantuan pembiayaan perumahan tahun 2015 berupa penyaluran Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) sebanyak 58.090 unit dibandingkan dengan sasaran penurunan backlog dalam RPJMN 2015-2019, yaitu sebesar 2,2 juta rumah tangga. Dengan realisasi capaian kinerja penyaluran KPR-FLPP selama tahun 2015 untuk sebanyak 76.489 rumah tangga, apabila dibandingkan dengan sasaran penurunan backlog dalam RPJMN 2015-2019, yaitu sebesar 2,2 juta rumah tangga adalah sebesar 3,48%. Sehingga, capaian Indikator Kinerja Program ini adalah sebesar 131,67%, karena telah melampaui target yang ditetapkan pada tahun 2015 sebesar 2,64%.
INDIKATOR KINERJA Persentase penurunan kekurangan tempat tinggal (backlog) melalui bantuan pendanaan dan pembiayaan perumahan TARGET
REALISASI
%
2,64%
3,48%
131,67
Capaian kinerja penurunan backlog tahun 2015 per provinsi digambarkan pada tabel berikut ini: Tabel IV.6 Penyaluran Dana KPR-FLPP Berdasarkan Provinsi Tahun 2015 NO
PROPINSI
1 Jawa Barat
2015 UNIT
PROSENTASE FLPP
UNIT
FLPP
28.409
2.362.268.342.440
37,14%
39,01%
2 Banten
7.691
613.433.426.250
10,06%
10,13%
3 Kalimantan Selatan
5.085
420.766.737.500
6,65%
6,95%
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
81
NO
PROPINSI
2015 UNIT
PROSENTASE FLPP
UNIT
FLPP
4 Jawa Tengah
4.033
289.484.645.938
5,27%
4,78%
5 Riau
3.954
278.419.333.500
5,17%
4,60%
6 Sumatera Selatan
3.879
280.979.996.800
5,07%
4,64%
7 Jawa Timur
3.647
257.272.127.330
4,77%
4,25%
8 Sumatera Utara
2.935
210.771.450.000
3,84%
3,48%
9 Kalimantan Barat
2.420
189.618.947.500
3,16%
3,13%
10 Sulawesi Selatan
2.223
171.930.392.800
2,91%
2,84%
11 Kalimantan Tengah
1.614
131.251.407.000
2,11%
2,17%
12 Kep. Riau
1.529
115.961.864.500
2,00%
1,92%
13 Jambi
1.351
100.052.089.650
1,77%
1,65%
14 Bengkulu
1.095
85.591.601.750
1,43%
1,41%
15 Sulawesi Utara
951
75.065.449.900
1,24%
1,24%
16 Sumatera Barat
938
69.424.770.000
1,23%
1,15%
17 Sulawesi Tengah
641
46.559.096.250
0,84%
0,77%
18 Papua
622
77.098.100.000
0,81%
1,27%
19 Bangka Belitung
593
47.509.047.000
0,78%
0,78%
20 Sulawesi Tenggara
582
45.039.287.100
0,76%
0,74%
21 Lampung
546
38.164.725.000
0,71%
0,63%
22 Gorontalo
302
21.008.110.000
0,39%
0,35%
23 Papua Barat
289
34.649.850.000
0,38%
0,57%
24 NAD
278
22.891.525.000
0,36%
0,38%
25 Sulawesi Barat
263
18.857.505.000
0,34%
0,31%
26 Kalimantan Timur
235
19.228.965.000
0,31%
0,32%
27 Nusa Tenggara Timur
135
11.183.075.000
0,18%
0,18%
28 Nusa Tenggara Barat
94
9.389.229.000
0,12%
0,16%
29 Yogyakarta
73
5.019.351.000
0,10%
0,08%
30 Bali
45
3.420.450.000
0,06%
0,06%
31 Maluku Utara
26
1.977.645.000
0,03%
0,03%
32 DKI Jakarta
6
603.750.000
0,01%
0,01%
33 Kalimantan Utara
5
351.000.000
0,01%
0,01%
76.489
6.055.243.293.208
100%
100%
TOTAL
4.2 Capaian
Dalam rangka mengejar target pembangunan sejuta rumah
Kinerja
hingga akhir tahun 2015, Kementerian Pekerjaan Umum dan
Lainnya
Perumahan Rakyat melalui Direktorat Jenderal Pembiayaan
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
82
Perumahan
menggulirkan
kebijakan
subsidi
bantuan
pembiayaan perumahan, yaitu melalui skema Bantuan Uang Muka (BUM) dan Subsidi Selisih Angsuran (SSA).
a. Bantuan Uang Muka (BUM) Hingga saat ini, MBR masih mengalami kendala memperoleh rumah melalui KPR karena kesulitan untuk menyediakan uang muka yang dipersyaratkan bank dan dana-dana lain yang dibutuhkan untuk proses
KPR.
Di
lain
sisi,
jika
permasalahan
perumahan tidak segera ditanggulangi, maka backlog perumahan akan semakin tinggi karena gap antara kemampuan MBR dengan harga rumah akan semakin tinggi sehingga tidak akan mampu menempati tempat tinggal yang layak. Oleh karena itu, Pemerintah memandang perlunya diberikan bantuanbagi MBR untuk mendapatkan akses terhadap KPR Bersubsidi dalam bentuk pemberian bantuan uang muka KPR Bersubsidi. Sumber dana Bantuan Uang Muka (BUM) berasal dari kompensasi penurunan subsidi BBM yang dilakukan Pemerintah pada tahun 2015.
Bantuan uang muka bertujuan untuk meningkatkan akses
MBR
sebagai
terhadap
bagian
merumahkan
dari
pembiayaan upaya
masyarakat
perumahan,
pemerintah
melalui
untuk
pembiayaan
pemilikan rumah bersubsidi. Bantuan uang muka diberikan sebagai stimulus kepada MBR yang masih mengalami kesulitan untuk memenuhi persyaratan uang
muka
pembelian
rumah
sejahtera
tapak
sehingga dapat menjadi lebih bankable mendapatkan pembiayaan perumahan dari bank mitra pemerintah.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
83
BUM diberikan kepada MBR yang memiliki Surat Penegasan Persetujuan Penyediaan Kredit (SP3K) KPR Bersubsidi dan memiliki keterbatasan dalam melunasi uang muka yang dibuktikan dengan surat pengakuan kekurangan bayar uang muka KPR bersubsidi dari MBR kepada pengembang.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat
No.
42/PRT/M/2015
tentang
Bantuan Uang Muka Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah
Untuk
Meningkatkan
Kredit/Pembiayaan
Pemilikan
Aksesesibilitas
Rumah
Bersubsidi,
Pemerintah akan menyalurkan BUM sebesar Rp. 220 Miliar bagi 55 Ribu MBR masing-masing sebesar Rp. 4 Juta tanpa pemotongan dalam bentuk apapun.
Pada tahun 2015, realisasi Bantuan Uang Muka tersalurkan sebanyak Rp. 800 juta untuk 200 unit rumah. Rendahnya realisasi karena keterbatasan waktu untuk penyelesaian Perjanjian Kredit (PK) dengan calon nasabah dan karena adanya kebijakan kepastian kenaikan harga rumah besubsidi tahun 2016.
b. Subsidi Selisih Anggaran (SSA) Dalam rangka mempercepat penyelesaian backlog perumahan,
Pemerintah
memberikan
kemudahan
perolehan rumah dalam bentuk subsidi perolehan rumah, dalam hal ini Subsidi Selisih Anggaran.
Subsidi
Selisih
meningkatkan
Anggaran
keterjangkauan
bertujuan MBR
untuk terhadap
pembiayaan pemilikan rumah berupa pengurangan
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
84
bunga/marjin pemilikan
angsuran
rumah
dengan angsuran
antara
kredit/pembiayaan
berbunga/bermarjin kredit/pembiayaan
komersial yang harus
dibayar MBR. Dengan demikian, MBR akan menerima manfaat berupa kredit/pembiayaan berbunga rendah dan tetap sepanjang masa pinjaman.
Subsidi Selisih Angsuran (SSA) dengan produknya KPR
Selisih
Angsuran,
sumber
dananya
akan
memanfaatkan dana operasional Badan Layanan Umum (BLU) - Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan sebesar Rp. 57,51 Miliar. Sebagai payung hukumnya adalah Peraturan Presiden RI No. 112 Tahun 2015 tentang Penggunaan Pendapatan Badan Layanan Umum Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan
Kementerian
Pekerjaan
Umum
dan
Perumahan Rakyat untuk Mendukung Pendanaan Program Pembangunan Sejuta Rumah Untuk Rakyat. Dana ini diharapkan bisa membiayai sebanyak 42.600 unit rumah untuk MBR.
Realisasi Subsidi Selisih Angsuran (SSA) pada tahun 2015 adalah sebesar Rp. 6,4 Milyar untuk 13.187 unit rumah. Penyebab rendahnya realisasi tersebut sama dengan sebagaimana yang terjadi pada BUM. 4.3 Realisasi Anggaran
Pagu anggaran Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan tahun 2015, adalah sebesar Rp. 5.665.177.866.000,-. Total realisasi
anggaran
Direktorat
Jenderal
Pembiayaan
Perumahan adalah sebesar Rp. 5.208.802.327.071,- atau tercapai sebesar 91,94% dari target. Rincian pagu dan realisasi anggaran adalah sebagai berikut:
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
85
Tabel IV.7 Pagu dan Realisasi Anggaran Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Tahun 2015 PAGU NO
KODE
Program Pengembangan Pembiayaan Perumahan I. SATUAN KERJA PEMBIAYAAN PERUMAHAN - BA. 033 1 Sekretariat Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Dukungan Manajemen Penyelenggaraan Pembiayaan Perumahan 2 Direktorat Perencanaan Pembiayaan Perumahan Penyusunan Kebijakan, Program dan Anggaran, Kerjasama, Data Informasi serta Evaluasi Kinerja Pembiayaan Perumahan 3 Direktorat Pola Pembiayaan Perumahan Pengembangan Pola Pembiayaan Perumahan a. Bantuan Uang Muka (BUM) b. Pengembangan Kebijakan 4 Direktorat Pendayagunaan Sumber Pembiayaan Perumahan Pendayagunaan Sumber Pembiayaan Perumahan 5 Direktorat Bina Sistem Pembiayaan Perumahan Pembinaan Sistem Pembiayaan Perumahan 6 Direktorat Evaluasi Bantuan Pembiayaan Perumahan Pengendalian Kemudahan dan Bantuan Pembiayaan Perumahan II. SATUAN KERJA BLU PUSAT PEMBIAYAAN PERUMAHAN - BA.033 Badan Layanan Umum (BLU) Pusat Pembiayaan Perumahan Dukungan Penyaluran Bantuan Pembiayaan Perumahan a. Output Cadangan b. Fasilitasi/Subsidi Selisih Angsuran Perumahan c. Dukungan Operasional Kebijakan BLU Pusat Pembiayaan Perumahan III. BADAN LAYANAN UMUM (BLU) PUSAT PEMBIAYAAN PERUMAHAN - BA.999 Fasilitas Likuiditas Pembiayaan
AWAL (Rp.Ribu)
REVISI (Rp.Ribu)
REALISASI KEUANGAN (Rp.Ribu)
%
360.003.969
360.003.969
83.357.554
23,15
80.487.219
80.284.853
39.849.347
49,63
80.487.219
80.284.853
39.849.347
49,63
11.057.450
10.826.484
9.456.118
87,34
11.057.450
10.826.484
9.456.118
87,34
228.904.650 228.904.650
230.034.003 230.034.003
7.597.829 7.597.829
3,3 3,3
220.000.000 8.904.650 11.800.000
220.000.000 10.034.003 11.473.172
800.000 6.797.829 8.937.782
0,36 67,75 77,9
11.800.000
11.473.172
8.937.782
77,9
11.504.650
11.285.587
8.177.278
72,46
11.504.650
11.285.587
8.177.278
72,46
16.250.000
16.099.870
9.339.197
58,01
16.250.000
16.099.870
9.339.197
58,01
198.873.897
198.873.897
19.144.773
9,63
198.873.897
198.873.897
19.144.773
9,63
198.873.897
198.873.897
19.144.773
9,63
129.940.229 57.510.000
118.791.866 57.510.000
6.404.434
11,14
11.423.668
22.572.031
12.740.338
56,44
5.106.300.000
5.106.300.000
5.106.300.000
100
5.106.300.000
5.106.300.000
5.106.300.000
100
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
86
PAGU NO
KODE
AWAL (Rp.Ribu)
Perumahan (FLPP) TOTAL BA. 033 + BA. 999
REVISI (Rp.Ribu)
5.665.177.866
REALISASI KEUANGAN (Rp.Ribu)
5.665.177.866
%
5.208.802.327
91,94
Realisasi anggaran total yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan (BA. 033 dan BA. 999) tercapai 91,94%. Realisasi ini terdiri dari realisasi penyaluran KPR-FLPP pada BA. 999 yang telah mencapai 100% dan realisasi BA. 033 yang tercapai 18,34%. Permasalahan utama rendahnya realisasi penyerapan anggaran tahun 2015 pada BA. 033, adalah sebagai berikut: 1) Realisasi dana bantuan uang muka (BUM) dari alokasi sebesar Rp. 220 Miliar untuk 55.000 unit rumah hanya dapat tersalurkan sebanyak Rp. 800 juta untuk 200 unit rumah. Penyebab rendahnya realisasi tersebut karena: Bank
BTN
yang
semula
menyanggupi
untuk
merealisasikan BUM sekitar Rp. 120 Miliar untuk 30.000 unit rumah hanya mampu merealisasikan sebanyak Rp. 800 juta untuk 200 unit rumah karena keterbatasan waktu untuk penyelesaian Perjanjian Kredit (PK) dengan calon nasabah, Adanya kepastian kenaikan harga rumah bersubsidi tahun 2016 sekitar 5,5% sesuai Kepmen PUPR No. 425/KPTS/M/2015 tentang Batasan Harga Jual Rumah yang Dapat Diperoleh Melalui Kredit/ Pembiayaan Pemilikan
Rumah
Sederhana
dan
PMK
No.113/PMK.03/2014 tentang Batasan Harga Jual Rumah Sederhana Tapak Bebas PPN, maka para pengembang menunda merealisasikan pembangunan rumah tahun 2015 menjadi tahun 2016.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
87
2) Realisasi Subsidi Selisih Angsuran (SSA) dari alokasi sebesar Rp. 57,51 Milyar untuk 42.600 unit rumah hanya dapat tersalurkan sebesar Rp. 6,4 Milyar untuk 13.187 unit rumah. Penyebab hal tersebut sama dengan sebagaimana yang terjadi pada BUM. 3) Tidak dapat dimanfaatkannya
alokasi dana
output
cadangan Satker BLU-PPP sebesar Rp. 118,8 Milyar. Pemanfaatan
output
cadangan
perlu
mendapat
persetujuan Dewan Pengawas BLU-PPP, sedangkan anggaran yang mendapat persetujuan adalah sebanyak Rp. 80,1 Milyar dari total anggaran sebanyak Rp. 198,9 Milyar. 4) Pembayaran gaji dan tunjangan pejabat dan staf di lingkungan Ditjen. Pembiayaan Perumahan dari Satker Pembiayaan Perumahan baru dilakukan mulai bulan September 2015, sebelumnya dibayarkan dari Satker Penyediaan Perumahan.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
88
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Laporan Kinerja (LaKip) Tahun 2015 Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan, Kementerian PUPR merupakan laporan pertanggungjawaban atas kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Tahun 2015 – 2019 dan Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Tahun 2015. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Tahun 2015 berisi akuntabilitas kinerja yang merupakan capaian Indikator Kinerja Kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahun 2015. Penyusunan Laporan Kinerja ini telah mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Dalam analisis capaian Indikator Kinerja Kegiatan dilakukan analisis pencapaian tahun 2015. Selain itu juga dilakukan analisis keberhasilan capaian kinerja, permasalahan atau kendala yang dihadapi, dan langkah kebijakan penanganan serta rekomendasi yang sebaiknya dilakukan dalam peningkatan kinerja di tahun mendatang. Dari analisis akuntabilitas kinerja dapat disimpulkan bahwa tugas-tugas yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Tahun 2015 telah dilaksanakan dengan baik. Hal ini tampak pada pencapaian Indikator Kinerja Program pada tahun 2015 yang telah tercapai melampaui target
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
89
yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja tahun 2015, namun kurang dari target pada Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Tahun 20152019. Hal tersebut dikarenakan menyesuaikan dengan ketersediaan anggaran dalam DIPA Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Tahun 2015. Sedangkan untuk kelebihan target menggunakan pengembalian dana bergulir Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) Tahun 2010. Keberhasilan pencapaian sebagian besar target tidak terlepas dari hambatanhambatan yang dihadapi. Tantangan
utama yang dihadapi dalam pencapaian
kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan adalah adanya ketentuan dari Kementerian Keuangan bagi Kementerian/Lembaga yang berubah nomenklatur atau digabung hanya dapat menyerap MAK 002 sampai terbitnya DIPA revisi tanggal 30 Oktober 2015, serta jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan yang belum mencukupi. 5.2 Rekomendasi Dalam mengatasi berbagai tantangan tersebut dan untuk meningkatkan kinerja pada tahun yang akan datang diperlukan peningkatan kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia (SDM) pada Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan. Dengan disusunnya Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Tahun 2015 ini diharapkan dapat memberikan gambaran kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan sepanjang tahun 2015 kepada pihak-pihak terkait, serta sebagai masukan dalam penyusunan Laporan Kinerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
90
LAMPIRAN
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
91
LAMPIRAN I PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PEMBIAYAAN PERUMAHAN TAHUN 2015
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
L-1
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
L-2
LAMPIRAN II CAPAIAN KINERJA RENSTRA DIREKTORAT JENDERAL PEMBIAYAAN PERUMAHAN TAHUN 2015 – 2019 2015 NO
SASARAN PROGRAM
INDIKATOR KINERJA
TARGET TARGET RENSTRA PERJANJIAN REALISASI KINERJA
TARGET 2016
TARGET 2017
TARGET 2018
TARGET 2019
TOTAL TARGET 2015-2019
Program Pengembangan Pembiayaan Perumahan 1.
2.
Meningkatnya rumah tangga masyarakat berpenghasilan rendah yang menghuni rumah layak melalui bantuan fasilitas pendanaan dan pembiayaan perumahan Menurunnya kekurangan tempat tinggal (backlog) melalui bantuan pendanaan pembiayaan perumahan
Tingkat aksesibilitas terhadap bantuan pendanaan dan pembiayaan perumahan untuk rumah tangga masyarakat Persentase penurunan kekurangan tempat tinggal (backlog) melalui bantuan pendanaan dan pembiayaan perumahan
2,20%
0,98%
1,30%
3,81%
6,36%
7,63%
2,88%
22,88%
5,91%
2,64%
3,48% 10,23%
17,05%
20,45%
7,73%
61,36%
Keterangan: Target dalam Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Tahun 2015 lebih rendah daripada target Renstra Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan 2015-2019 dikarenakan menyesuaikan dengan ketersediaan anggaran dalam DIPA Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Tahun 2015.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
L-3
LAMPIRAN III FOTO HASIL PELAKSANAAN PENYALURAN KPR-FLPP
Perumnas martubung III Jalan. Kepiting DD No. 301 Medan Labuhan
KBM Upaya Karya Blok EE No. 01, Jl. Kail, Sei, Mati, Medan Labuhan
Komplek Sehat Sejahtera Blok B No. 20 Sei Raya Lainnya, Sei Raya, Kota Pontianak
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
L-4
FOTO HASIL PELAKSANAAN PENYALURAN KPR-FLPP
Jl. Lintas Timur Perumahan Griya Pesona Blok- No.134 Selindung Baru, Pangkal Balam, Kota Kendari
Perum Perumnas Padang Baru Blok No.182 Pangkalan Baru Lainnya, Pangkalan Baru, Kota Kendari
Pinang Merah Regency D No. 12, Kota Baru, Jambi
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan |2015
L-5