KATA PENGANTAR DIREKTUR BINA PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL, ALTERNATIF DAN KOMPLEMENTER Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas tersusunnya kurikulum dan modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional bagi fasilitator kesehatan sebagai acuan penyelenggara pelatihan dan sumber informasi bagi petugas kesehatan yang mengelola kesehatan tradisional di puskesmas. Kurikulum dan modul ini ditujukan untuk peningkatan kemampuan petugas kesehatan dalam pembinaan masyarakat dalam memberdayakan masyarakat untuk memanfaatkan TOGA dan akupresur secara mandiri. Petugas kesehatan diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menyelenggarakan upaya kesehatan tradisional secara komprehensif yang mencakup upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif terutama dalam memberdayakan masyarakat untuk melakukan asuhan mandiri dengan menggunakan ramuan melalui pemanfaatan TOGA dan keterampilan akupresur. Kurikulum dan modul ini memuat tentang batasan kemampuan yang akan dicapai oleh petugas kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dalam asuhan mandiri kesehatan tradisional yang meliputi tatalaksana gangguan kesehatan ringan dengan akupresur, tatalaksana gangguan kesehatan ringan dengan pemanfaatan TOGA, pemberdayaan masyarakat dan kemitraan untuk asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA, teknik fasilitasi asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi, kami sampaikan kepada kontributor dan seluruh anggota tim penyusun, dari lintas program dan lintas sektor tingkat pusat serta semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyusunan pedoman ini. Jakarta, Maret 2015 Direktur Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer
dr. HR. Dedi Kuswenda. M.Kes Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
i
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK Pembangunan kesehatan merupakan bagian tak terpisahkan dan penting dari pembangunan nasional. Oleh karena itu holistik, multi tingkatan dan upaya kesehatan terpadu yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Peningkatan kesadaran, motivasi dan kemampuan secara berkelanjutan untuk hidup sehat akan mempercepat pencapaian status kesehatan yang optimal. Oleh karena itu, prinsip pelayanan kesehatan primer di dalam pemberdayaan masyarakat oleh penyedia layanan kesehatan dan kader, harus secara kolektif meningkatkan kapasitas masyarakat untuk kesehatan. Hal ini disadari dengan menerapkan berbagai upaya kesehatan melalui partisipasi aktif masyarakat. Salah satu upaya tersebut adalah penerapan dan pemanfaatan tanaman obat dan akupresur secara mandiri di kalangan masyarakat. Masyarakat ditingkatkan kemampuannya dalam mencari solusi untuk masalah kesehatan secara mandiri sebagai upaya pertolongan pertama dalam keluarga atau mencegah penyakit dan memelihara kesehatan. Untuk itu, pemerintah bertanggung jawab memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat melalui peningkatan kemampuan petugas kesehatan dalam membina dan mengembangkan pelayanan kesehatan tradisional dengan menggunakan ketrampilan akupresur dan menggunakan ramuan melalui pemanfaatan TOGA. Diharapkan petugas kesehatan dan masyarakat dapat bekerjasama secara harmonis dan intensif agar dapat tercapai masyarakat sehat yang mandiri sekaligus melestarikan warisan budaya bangsa. irektur Jenderal, Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Ana Direktur Anak Kementerian Kesehatan, Republik Indonesia
Dr Anung Sugihantono Kes Dr. Sugihantono, M M.Kes Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
iii
DAFTAR ISI Kanta Pengantar Sambutan Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA Daftar Isi
i iii v
Materi Dasar 1 KEBIJAKAN PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL
1
Materi Dasar 2 ASUHAN MANDIRI
15
Materi Inti 1 TATALAKSANA AKUPRESUR MANDIRI
25
Materi Inti 2 TATALAKSANA GANGGUAN KESEHATAN RINGAN DENGAN PEMANFAATAN TOGA
53
Materi Inti 3 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN KEMITRAAN UNTUK ASUHAN MANDIRI AKUPRESUR DAN PEMANFAATAN TOGA
101
Materi Inti 4 TEKNIK FASILITASI
135
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
v
MATERI DASAR 1 KEBIJAKAN PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL
MATERI DASAR 1 KEBIJAKAN PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL I.
DESKRIPSI SINGKAT Indonesia memiliki kekayaan alam berupa tumbuh-tumbuhan yang berjumlah kira-kira 30.000 spesies tanaman, merupakan nomor tiga terbesar di dunia setelah Negara Brasil dan Zaire, diantaranya 7.000 spesies berkhasiat obat, 940 jenis telah teridentifikasi, 283 jenis terdaftar. Potensi kekayaan alam serta tanaman obat telah dimanfaatkan sejak dahulu kala hingga kini oleh para leluhur dan Pengobat Tradisional (Battra) untuk mengatasi gangguan kesehatan, meskipun sejak seabad yang lalu, kedokteran konvensional dengan obat-obat modern atau bahan kimia berkembang pesat di tanah air. Perkembangan obat tradisional di Indonesia mengalami pasang surut sesuai dengan perubahan zaman. Jamu sudah digunakan sejak abad ke- 7 sebagaimana tertulis pada relief Candi Borobudur yang menggambarkan jenis tanaman obat yang biasa digunakan masyarakat kala itu. Selain itu pada Lontar Usada di Bali (78 SM) dan naskah pengetahuan “Serat Centhini” di Jawa Tengah dan Jawa Timur (1814) tertulis juga tentang sistem pengobatan tradisional warisan turun temurun, bahwa salah satu obat tradisional Indonesia adalah jamu. Pemerintah telah melakukan beberapa kebijakan terkait pelayanan kesehatan tradisional, antara lain penetapan Kebijakan Obat Tradisional (Kotranas) oleh Menteri Kesehatan RI pada tahun 2007, diikuti pencanangan Jamu sebagai Brand Indonesia oleh Presiden RI pada tahun 2008. Dengan terbitnya Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan yang didalamnya mengatur tentang pelayanan kesehatan tradisional, alternatif dan komplementer, dalam pencapaian programnya pada Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kesehatan 2010-2014 telah ditargetkan secara bertahap 50% Kabupaten/Kota pada tahun 2014 melaksanakan pelayanan kesehatan tradisional dengan minimal dikembangkan di 2 puskesmas pada tiap kabupaten/kota.
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
1
Saat ini pelayanan kesehatan tradisional semakin diminati masyarakat dan menjadi salah satu pilihan dalam menyelesaikan masalah kesehatannya. Berbagai jenis dan cara pengobatan tradisional telah berkembang dengan pesat, baik yang berasal dari Indonesia maupun luar negeri meskipun belum mempunyai cukup bukti ilmiah. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, persentase penduduk Indonesia yang pernah mengkonsumsi jamu/ obat tradisional pada semua kelompok umur laki-laki dan perempuan, baik di pedesaan maupun perkotaan adalah sebanyak 59,12%. Persentase penggunaan tanaman obat secara berturut-turut adalah 50,36% Jahe (Zingiber officinale), 48,77% Kencur (Kaempferia galanga), 39,65% Temulawak (Curcuma xanthorriza), 13,93% Meniran (Phyllanthus niruri) dan 11,17% Pace (Morinda citrifolia). Kebijakan Kementerian Kesehatan dalam mengembangkan pelayanan kesehatan tradisional adalah dengan mengintegrasikan ke pelayanan konvensional yang selama ini digunakan oleh Indonesia. Dalam implementasinya perlu berbagai upaya secara eksternal dan internal. Dukungan secara ekternal dalam pelayanan kesehatan tradisional diperlukan terutama dalam penelitian manfaat tanaman obat oleh lembaga penelitian dan penyediaan bahan baku yang dibina oleh Kementerian Pertanian untuk menghasilkan obat herbal yang terstandar atau fito farmaka. Pengembangan internal di pelayanan kesehatan bukanlah terpisah dari pelayanan konvensional dan manajemen Puskesmas atau Rumah Sakit. Selain itu juga pengembangan pelayanan kesehatan tradisional yang dilakukan oleh penyehat tradisional (Hattra) dibina oleh Dinas Kesehatan dan jajarannya untuk dapat memberikan pelayanan tradisional yang aman, bermanfaat dan dapat dipertanggungjawabkan. II.
TUJUAN PEMBELAJARAN A. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah selesai mengikuti materi ini peserta mampu memahami kebijakan pelayanan kesehatan tradisional. B.
2
Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mengikuti materi ini peserta mampu menjelaskan Kebijakan Kementerian Kesehatan dalam Pelayanan Kesehatan Tradisional.
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
III.
POKOK BAHASAN Dalam modul ini memuat pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai berikut: Pokok Bahasan 1. Kebijakan Kementerian Kesehatan tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional. Sub pokok bahasan: a. Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Pasal 48, Pasal 59 ayat 1, Pasal 60 ayat 1, Pasal 61 ayat 1, Pasal 60 ayat 2. b. Undang-undang no 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan c. PP no103 tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional d. Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kesehatan RI Tahun 2015-2019
IV.
METODE Metode yang digunakan dalam penyampaian materi dasar 1 ini adalah : • Ceramah • Tanya jawab
V.
MEDIA DAN ALAT BANTU Media dan alat bantu yang digunakan dalam penyampaian materi dasar 1 : a. Bahan tayangan (Slide power point) b. Modul pembelajaran c. Laptop d. LCD Projector e. White board f. Spidol dan ATK
VI.
LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini. Langkah 1 Pengkondisian (15 menit) 1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Fasilitator memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
3
2.
lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan dan waktu yang disediakan untuk menyampaikan materi ini. Sampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan disampaikan dengan menggunakan bahan tayang.
Langkah 2 Penyampaian Materi 1. Fasilitator menyampaikan paparan materi Kebijakan Pelayanan Kesehatan Tradisional . 2. Selanjutnya fasilitator mempersilahkan peserta untuk bertanya dan menanggapi apa yang sudah disampaikan. 3. Penyampaian materi diakhiri dengan tanya jawab dan kesimpulan. VII. URAIAN MATERI Pokok Bahasan 1: Kebijakan Kementerian Kesehatan Tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional. 1.1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Dalam Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 48 ditetapkan bahwa upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan. Penyelenggaraan upaya kesehatan yang dimaksud dilaksanakan melalui kegiatan: a. Pelayanan Kesehatan; b. Pelayanan Kesehatan Tradisional; c. Peningkatan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit; d. Penyembuhan Penyakit dan Pemulihan Kesehatan; e. Kesehatan Reproduksi; f. Keluarga Berencana; g. Kesehatan Sekolah; h. Kesehatan Olahraga; i. Pelayanan Kesehatan pada Bencana; j. Pelayanan Darah; k. Kesehatan Gigi dan Mulut; l. Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Gangguan Pendengaran;
4
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
m. n. o. p. q.
Kesehatan Matra; Pengamanan dan Penggunaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan; Pengamanan Makanan dan Minuman; Pengamanan Zat Adiktif; dan/Atau Bedah Mayat.
Pada pasal 48 tersebut dikatakan bahwa pelayanan kesehatan tradisional merupakan upaya kesehatan yang nomor dua diantara 17 upaya pelayanan kesehatan.
Dalam UU no 36 tahun 2009 tentang kesehatan pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat Pada Bagian ketiga pasal 59-61 Undang-Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 mengatur tentang pelayanan kesehatan tradisional. Pada pasal 59 ayat (1) berdasarkan cara pengobatannya, pelayanan kesehatan tradisional terbagi menjadi: pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan keterampilan dan pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan ramuan. Selanjutnya pasal 59 ayat (2) mengatur Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
5
pelayanan kesehatan tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibina dan diawasi oleh Pemerintah agar dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya serta tidak bertentangan dengan norma agama. Dan Pasal 59 ayat (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan jenis pelayanan kesehatan tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. Dalam melakukan pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan alat dan teknologi diatur dalam Pasal 60 ayat (1) bahwa Setiap orang yang melakukan pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan alat dan teknologi harus mendapat izin dari lembaga kesehatan yang berwenang. Dan ayat (2) bahwa penggunaan alat dan teknologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya serta tidak bertentangan dengan norma agama dan kebudayaan masyarakat. Dalam mengembangkan pelayanan kesehatan tradisional pemerintah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengembangkan, meningkatkan dan menggunakan pelayanan kesehatan tradisional yang dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya. Dan dalam rangka pengawasannya diatur oleh pemerintah dengan didasarkan pada keamanan, kepentingan, dan perlindungan masyarakat. Hal-hal tersebut diatur pada Pasal 61 UndangUndang nomor 36 tahun 2009. 1.2. Undang-Undangm No 36 Tahun 2014 Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/ atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan memiliki peranan penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar masyarakat mampu untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat sehingga akan terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia
6
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
yang produktif secara sosial dan ekonomi serta sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dalam pasal 11 menyebutkan bahwa tenaga kesehatan masuk dalam elompok tenaga kesehatan, tentunya tenaga kesehatan yang memiliki pendidikan terstruktur minimal D3. 1.3. Peraturan Presiden No 103 tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional 1.3.1 Klasifikasi Jenis pelayanan kesehatan Tradisional Pada Pasai 7 (1) Jenis pelayanan kesehatan tradisional meliputi: a. Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris; Merupakan penerapan pelayanan kesehatan tradisional yang manfaat dan keamanannya terbukti secara empiris. Pelayanan Kesehatan Empiris dilakukan oleh Penyehat Tradisional (Hattra) dan hanya boleh menerima klien sesuai dengan keilmuan yang dimilikinya, jika Hattra yang bersangkutan berhalangan, praktik tidak dapat digantikan oleh penyehat tradisional lainnya. Apabila penyehat tradisional yang tidak mampu memberikan pelayanan karena tidak sesuai dengan keilmuan dan keahlian yang dimilikinya wajib mengirim kliennya ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris diberikan oleh penyehat tradisional dalam rangka upaya promotif dan preventif. Penyehat tradisional wajib melaporkan secara berkala kepada dinas kesehatan kabupaten/kota melalui pusat kesehatan masyarakat setempat. Laporan, laporan memuat a. jumlah dan jenis kelamin klien; b. jenis penyakit; c. metode; dan d. cara pelayanan. b. Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer. Merupakan pelayanan kesehatan tradisional dengan menggunakan ilmu biokultural dan ilmu Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
7
biomedis yang manfaat dan keamanannya terbukti secara ilmiah. Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer diberikan oleh tenaga kesehatan tradisional dalam rangka upaya promotif, preventit kuratif, dan rehabilitatif, dan dilaksanakan di fasilitas kesehatan maupun di fasilitas kesehatan tradisional. Pemberian Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer harus sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional jika yang bersangkutan berhalangan praktik dapat digantikan dengan tenaga kesehatan tradisional lain yang memiliki kompetensi dan kewenangan yang sama dan memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer yang memenuhi kriteria tertentu dapat diintegrasikan pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Kriteria meliputi: a. mengikuti kaidah-kaidah ilmiah; b. tidak membahayakan kesehatan pasien/klien; c. tetap memperhatikan kepentingan terbaik pasien/klien; d. memiliki potensi promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, f. meningkatkan kualitas hidup pasien/klien secara fisik, mental, dan sosial; e. dilakukan oleh tenaga kesehatan tradisional. c. Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi. Merupakan pelayanan kesehatan yang mengombinasikan pelayanan kesehatan konvensional dengan Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer. Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi dilakukan secara bersama oleh tenaga kesehatan dan tenaga kesehatan tradisional untuk pengobatan/perawatan pasien/klien dan diselenggarakan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. 2.3.2 Registrasi dan Perizinan a. Penyehat Tradisional Setiap penyehat tradisional yang memberikan
8
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
b.
Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris wajib memiliki STPT. STPT dikeluarkan oleh pemerintah daerah kabupaten/ kota tanpa dipungut biaya. Untuk memperoleh STPT penyehat tradisional mengajukan permohonan kepada pemerintah , daerah kabupaten/kota. STPT hanya diberikan kepada penyehat tradisional yang tidak melakukan intervensi tubuh yang bersifat invasif. Setiap penyehat tradisional hanya dapat memiliki 1 (satu) STPT dan hanya berlaku untuk 1 (satu) tempat praktik STPT untuk jangka waktu 2 (dua) tahun dan dapat diperbaharui kembali selama memenuhi persyaratan. Pembaharuan STPT harus melampirkan STPT yang telah habis masa berlakunya. Dalam pemberian pelayanan kesehatan tradisional, tenaga kesehatan tradisional wajib menaati kode etik dan ketentuan disiplin profesional. Tenaga Kesehatan Tradisional Setiap tenaga kesehatan tradisional harus memiliki kompetensi yang dibuktikan dengan sertifikat kompetensi. Untuk memperoleh sertifikat kompetensi setiap tenaga kesehatan tradisional harus mengikuti uji kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Setiap tenaga kesehatan tradisional yang menjalankan praktik wajib memiliki STRTKT dan SIPTKT. STRTKT diberikan oleh konsil setelah memenuhi persyaratan. Persyaratan meliputi: a. memiliki ijazah pendidikan di bidang kesehatan tradisional; b. memiliki sertifikat kompetensi; c. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental; d. mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji profesi STRTKT berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat di registrasi ulang setelah memenuhi persyaratan. Persyaratan untuk registrasi ulang meliputi:
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
9
a. b. c.
memiliki STRTKT lama; memiliki sertifikat kompetensi; memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental; dan d. membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi. SIPTKT diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota atas rekomendasi pejabat kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota tempat tenaga kesehatan tradisional melakukan praktik. Untuk mendapatkan SIPTKT tenaga kesehatan tradisional harus memiliki: a. STRTKT yang masih berlaku; dan b. surat pernyataan memiliki tempat praktik atau surat keterangan dari pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tradisional. SIPTKT masih berlaku sepanjang: a. STRTKT masih berlaku; dan b. tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIPTKT. Tenaga kesehatan tradisional hanya dapat memiliki paling banyak 2 (dua) SIPTKT. SIPTKT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masing- masing hanya berlaku untuk 1 (satu) tempat. Bagi tenaga kesehatan tradisional dengan pendidikan di bawah sarjana, diploma empat, atau sarjana terapan bidang kesehatan tradisional komplementer, hanya dapat memiliki 1 (satu) SIPTKT. 2.3.3. Obat dan Alat a. Penyehat tradisional Penyehat Tradisional hanya dapat menggunakan alat dan teknologi yang aman bagi kesehatan dan sesuai dengan metode/keilmuannya. Penyehat tradisional dilarang menggunakan alat kedokteran dan penunjang diagnostik kedokteran. Penggunaan alat dan teknologi harus memiliki izin dari Menteri. b. Tenaga kesehatan tradisional Tenaga kesehatan tradiional dilarang menggunakan alat kedokteran dan penunjang diagnostik kedokteran.
dikecualikan bagi tenaga kesehatan tradisional yang menggunakan alat kedokteran dan penunjang diagnostik kedokteran sesuai dengan metode, kompetensi, dan kewenangan. Penyehat tradisional dan tenaga kesehatan tradisiondl hanya dapat memberikan klien/pasien berupa: a. Obat Tradisional yang diproduksi oleh industri/ usaha Obat Tradisional yang sudah berizin serta memiliki nomor izin edar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan; dan/atau b. Obat Tradisional racikan sendiri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penyehat tradisional dan tenaga kesehatan tradisional dapat memberikan surat permintaan obat Tradisional secara tertulis untuk klien/pasien. 1.4. Renstra Kementerian Kesehatan Dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2012 sebanyak 30% (100) Kabupaten/Kota, minimal 2 Puskesmas tiap Kabupaten/Kota ditargetkan untuk menyelenggarakan Program Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer. Jumlah Rumah Sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional yang aman dan bermanfaat sebagai pelayanan altrnatif dan komplementer sebanyak 46 Rumah Sakit. Dari Indikator RENSTRA diharapkan pada tahun 2014 tercapai 50% Kabupaten/Kota dan 70 Rumah Sakit sudah menyelenggarakan Program Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer. Persentase kab/kota yang memiliki minimal salah satu dari kondisi di bawah ini : 1. Terdapat Puskesmas yang membina Kelompok Asuhan Mandiri Kestradkom di wilayah kerjanya 2. Terdapat Puskesmas yang memiliki tenaga kesehatan terlatih pelayanan kesehatan tradisional komplementer 3. Rumah Sakit milik pemerintah daerah kab/kota yang memiliki tenaga kesehatan terlatih pelayanan kesehatan tradisional komplementer Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
11
4.
Melaksanakan Registrasi Pengobat Tradisional
Persentase kab/kota yang memiliki minimal salah satu dari kondisi di bawah ini: 1. Terdapat Puskesmas yang membina Kelompok Asuhan Mandiri Kestradkom di wilayah kerjanya 2. Terdapat Puskesmas yang memiliki tenaga kesehatan terlatih pelayanan kesehatan tradisional komplementer 3. Rumah Sakit milik pemerintah daerah kab/kota yang memiliki tenaga kesehatan terlatih pelayanan kesehatan tradisional komplementer 4. Melaksanakan Registrasi Pengobat Tradisional
VIII. REFERENSI: 1. 2.
3.
12
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Peraturan Dirjen Bina Gizi dan KIA Nomor HK 01.01/B1.4/4054/ 2011 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelayanan Kesehatan Tradisional Ramuan. Kepmenkesnomor 1076/Menkes/SK/VII/2003
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
MATERI DASAR 2 ASUHAN MANDIRI
MATERI DASAR 2 ASUHAN MANDIRI I.
DESKRIPSI SINGKAT Indonesia merupakan negara kaya dengan keanekaragaman hayati (A Mega Biodiversity Country) dan budaya. Warisan leluhur yang menjadi tradisi masyarakat Indonesia untuk memelihara kesehatan mengalami fluktuasi walaupun diyakini memberikan manfaat. Sebagaimana ditunjukkan dalam Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 yaitu persentase penduduk Indonesia yang pernah mengonsumsi jamu pada semua kelompok umur laki-laki dan perempuan, baik di pedesaan maupun perkotaan adalah sebanyak 59,12% dimana 95 % menyatakan bermanfaat untuk kesehatan. Demikian halnya hasil Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa 30,4% rumah tangga di Indonesia memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional. keterampilan tanpa alat sebesar 77,8% dan ramuan sebesar 49,0%. Alasan utama responden adalah untuk menjaga kesehatan dan kebugaran. Dengan demikian, pijat dan ramuan dimanfaatkan untuk memenuhi upaya kesehatan preventif (pencegahan penyakit), promotif (peningkatan derajat kesehatan), kuratif (penyembuhan penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Pijat secara turun temurun dimanfaatkan untuk meredakan ketegangan, kelelahan, penat, otot yang kaku, dan pegal. Pijat yang benar bermanfaat dalam mengatasi gangguan kesehatan ringan dapat tercapai. Pijat yang menggunakan titik tertentu di permukaan tubuh dikenal sebagai akupresur dan dapat dilakukan secara mandiri. Akupresur mandiri merupakan teknik memijat sendiri pada untuk mengatasi gangguan kesehatan ringan dan meningkatkan kebugaran. Penggunaan teknik akupresur disesuaikan dengan keluhan agar tindakan akupresur dapat mencapai hasil yang maksimal. Cara pemijatan yang baik dan benar juga dapat membantu meningkatkan hasil pemijatan. Akupresur yang tidak benar dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Pada keadaan-keadaan tertentu, tidak diperbolehkan dilakukan akupresur walaupun mandiri.
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
15
Tanaman obat yang diperoleh dari TOGA (Taman Obat Keluarga ) digunakan sebagai bahan ramuan yang berkhasiat dalam upaya menjaga, meningkatkan dan menanggulangi kesehatan. Selain itu, TOGA sebagai taman obat keluarga berfungsi untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga antara lain sebagai sarana untuk (1) memperbaiki status gizi keluarga, (2) menambah penghasilan keluarga, (3) meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman, (4) melestarikan tanaman obat dan budaya bangsa. Tanaman obat yang tersebar di seluruh tanah air sebanyak lebih kurang 30.000 jenis tanaman, sekitar 9.600 spesies berkhasiat obat dan kurang lebih 300 spesies digunakan sebagai bahan pengobatan tradisional oleh industri obat tradisional maupun untuk kepentingan sendiri dalam keluarga. Tanaman obat di Indonesia merupakan aset dan sumberdaya yang harus dipelihara dan dikelola untuk dapat menjadi dan bermanfaat bagi masyarakat untuk pemeliharaan kesehatan. TOGA merupakan taman berestetika yang berfungsi sebagai upaya pelestarian tanaman obat dari proses pelangkaan dapat dimanfaatkan sebagai penyedia obat khususnya untuk dimanfaatkan untuk asuhan mandiri.
II.
16
TUJUAN PEMBELAJARAN A.
Tujuan Umum: Peserta mampu melakukan pembinaan/pembimbingan tentang Asuhan Mandiri (Selfcare) Kesehatan tradisional Ramuan dan Ketrampilan, kepada Target Sasaran Masyarakat
B.
Tujuan Pembelajaran Khusus Peserta Mampu Menjelaskan: 1. Asuhan Mandiri (selfcare) Kesehatan tradisional Ramuan dan Kesehatan tradisional Ketrampilan/Akupresure 2. Manfaat tanaman obat secara empiris dan Akupresure untuk Asuhan Mandiri bagi kesehatan 3. Teori Dasar Akupressure, Meridian, dan Lokasi Titik-2 Akupressure
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
III.
POKOK BAHASAN Pokok Bahasan 1: Pengantar Asuhan Mandiri (Selfcare) Kesehatan Tradisional Ramuan dan Ketrampilan Sub Pokok Bahasan: 1. Pengertian Asuhan Mandiri/selfcare (Kesehatan, dan Kesehatan Tradisional Ramuan & Ketrampilan/Akupressur); 2. Manfaat Asuhan Mandiri/selfcare (Kesehatan dan Kesehatan Tradisional Ramuan & Ketram-pilan/Akupressur); 3. Ruang Lingkup Asuhan Mandiri/selfcare (Kesehatan dan Kesehatan Tradisional Ramuan & Ketrampilan); 4. Persyaratan Asuhan Mandiri Kestrad Ramuan & Ketrampilan Akupressur; 5. Peran sbg pembina/pembimbing Masyarakat/Pok-Masy, dlm menerapkan Asuhan Mandiri/Selfcare Kestrad Ramuan & Ketrampilan.
IV.
METODE A. Ceramah Tanya Jawab (CTJ) B. Curah Pendapat C. Demonstrasi
V.
MEDIA DAN ALAT BANTU A. Komputer B. USB / flashdisk C. LCD Projektor D. Audio Visual E. White Board F. Spidol G. Flip Chart
VI.
LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
17
Langkah A. Pengkondisian Pengkondisian 1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas, mulai dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan. 2. Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang. 3. Fasilitator memandu peserta untuk menanggapi sehingga terjadi interaksi yang dinamis. Langkah B. Tanya Jawab Membahas pokok bahasan Pengelolaan dan Pengembangan TOGA 1. Fasilitator mulai dengan menggali pendapat/pemahaman peserta tentang TOGA. Misalkan dengan menanyakan kepada peserta “Apa pengertian dan manfaat TOGA” dan “langkah yang dilakukan oleh petugas Puskesmas dalam mengembangkan TOGA”. Beri kesempatan peserta saling menanggapi apa yang dikemukakan peserta lainnya sehingga kelas menjadi dinamis. 2. Fasilitator menyampaikan penjelasan konsep dan pengertian TOGA. 3. Peserta diberikan kesempatan untuk tanya jawab dan klarifikasi. Langkah C. Pemaparan Materi 1. Fasilitator menyampaikan paparan materi sesuai urutan pokok bahasan dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang. 2. Peserta diberi kesempatan untuk melakukan tanya jawab. VII. URAIAN MATERI A. Pengantar Asuhan mandiri (selfcare) 1. Konsep sehat sakit Konsep sehat dan sakit menurut WHO, yaitu suatu konsep yang akan menjadi pegangan akan suatu pengertian dari kata sehat dan sakit. Karena WHO adalah suatu organisasi yang mengurusi dan menangani suatu gejala seperti itu. Yaitu kesehatan menurut hukumnya.
18
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
a.
2.
Pengertian Sehat menurut WHO yaitu, a state of complete physical mental and social well being and not merely the absence of illness or indemnity. Adapun artinya adalah sesuatu keadaan yang sejahtera menyeluruh baik Jiwa, Raga (fisik dan mental) dan social lainnya serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan saja. b. Pengertian konsep sakit menurut WHO yakni adalah suatu kondisi dimana kesehatan tubuh lemah. Lengkapnya Sakit adalah keadaan yang disebabkan oleh bermacam-macam keadaan, bisa suatu kelainan, kejadi yang dapat menimbulkan gangguan terhadap susunan jaringan tubuh manusia, dari fungsi jaringan itu sendiri maupun fungsi keseluruhan dari anggota tubuhnya Pengertian Asuhan Mandiri/selfcare Upaya memelihara & meningkatkan kesehatan serta mencegah & mengatasi gangguan kesehatan ringan (Common diseases) secara mandiri, dari dan untuk individu & anggota keluarga, di tingkat Rumah Tangga. PENTING: Makna MANDIRI dalam Selfcare adalah masyarakat perlu menggerakkan target sasaran (individu/ keluarga) untuk: Tahu, Mau, dan Mampu “me-ngasuh/care” dalam menjaga kesehatan dirinya sendiri dan Keluarganya .
3.
Dalam melakukan asuhan mandiri kesehatan tradisional berarti seseorang diajak untuk hidup sehat meliputi: a. Biasa mencuci tangan dengan air bersih dan sabun b. Makan buah dan sayur setiap hari c. Melakukan aktifitas fisik setiap hari d. Menggunakan air dan wadah yang bersih saat membuat ramuan Selfcare Kesehatan Tradisional a. Selfcare Ramuan (Toga) Selfcare (perawatan sendiri di rumah) dengan pemanfaatan toga Adalah Salah satu upaya yang dilakukan oleh tiap individu untuk mengatasi masalah kesehatan ringan yang dikeluhkan serta meningkatkan kesehatan dan
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
19
b.
B.
20
atau kebugaran bagi diri sendiri atau keluarganya, dengan memanfaatkan TOGA. Ramuan yang digunakan TOGA yang digunakan harus memenuhi kriteria : • Aman dan bermanfaat untuk kesehatan. • Praktis, mudah dilakukan, murah. • Ketersediaan cara, bahan, peralatan mudah terjangkau. • Merupakan bagian/sesuai dengan tradisi budaya Masyarakat. Selfcare Ketrampilan (akupresur) Selfcare (perawatan sendiri di rumah) dengan Akupresur Adalah Salah satu upaya yang dilakukan oleh tiap individu/masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan ringan yang dikeluhkan serta meningkatkan kesehatan dan atau kebugaran bagi diri sendiri atau keluarganya, dengan memanfaatkan akupresur terpilih Akupresur yang dapat digunakan untuk adalah akupresur terpilih yang harus memenuhi kriteria : • Aman dan bermanfaat untuk kesehatan. • Praktis dan mudah dilakukan sendiri.
Manfaat, Ruang lingkup dan persyaratan Asuhan Mandiri/ selfcare (Kesehatan dan Kesehatan Tradisional ) 1. Manfaat asuhan mandiri/Selfcare kesehatan tradisional a. Menjaga dan meningkatkan status kesehatan diri sendiri dan keluarga, mengurangi risiko penyakit serta membantu pemulihan kesehatan atau kebugaran. b. Menghemat biaya dan waktu, karena tidak perlu pergi ke fasyankes atau toko obat 2. Ruang Lingkup Asuhan Mandiri/selfcare (Kesehatan dan Kesehatan Tradisional Ramuan & Ketrampilan) a. Upaya promotif, memelihara & meningkatkan status kesehatan individu & masyarakat b. Upaya preventif, mencegah penyakit & gangguan kesehatan dan menghindarkan diri dari terkena penyakit. Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
c.
d.
Upaya kuratif, mengatasi/mengobati gangguan kesehatan ringan spt common cold dll, untuk pertolongan pertama dlm lingkungan Keluarga, T.U di Dacil yg jauh & sulit akses ke Fasyankes. Upaya rehabilitasi, pemulihan & perawatan kesehatan pasca tindakan medis, persalinan atau sesudah alami sakit yang lama (kronis). Upaya
yg
dilakukan
oleh
Individu/Keluarga
secara
mandiri,
dibina/dibimbing oleh Puskesmas & Dinkes Kab/Kota, untuk Kestrad Ketrampilan Akupressur, dan Kestrad Ramuan dgn pemanfaatan TOGA, yg dibantu mitra kesehatan LS/Dinas Pertanian dan didukung Peran Serta aktif Pokmas/Masyarakat
3.
Persyaratan Asuhan Mandiri Kestrad Ramuan & Ketrampilan Akupressur Metoda /jenis Kestrad yang dapat diterapkan untuk Asuhan Mandiri/Self care Ramuan & Akupressure di tingkat Rumah Tangga, syaratnya harus: a. Aman dan bermanfaat untuk kesehatan, apabila dilakukan sesuai batasan yang ditetapkan. b. Praktis, mudah dilakukan, dan murah. c. Ketersediaan bahan, peralatan dan cara yang mudah (Teknologi Tepat Guna). d. Merupakan bagian dari/sesuai dengan tradisi budaya masyarakat.
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
21
MATERI INTI 1 TATALAKSANA AKUPRESUR MANDIRI
MATERI INTI 1 TATALAKSANA AKUPRESUR MANDIRI I.
DESKRIPSI SINGKAT Akupresur mandiri merupakan teknik memijat sendiri pada titik tertentu di permukaan tubuh untuk mengatasi gangguan kesehatan ringan dan meningkatkan kebugaran. Pemijatan adalah bagian terpenting dalam melakukan tindakan akupresur. Dengan melakukan pemijatan yang benar, maka tujuan dalam mengatasi gangguan kesehatan ringan dapat tercapai. Penggunaan teknik akupresur disesuaikan dengan keluhan agar tindakan akupresur dapat mencapai hasil yang maksimal. Cara pemijatan yang baik dan benar juga dapat membantu meningkatkan hasil pemijatan, Akupresur dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan sehingga pada saat pelaksanaan akupresur, diperlukan perhatian khusus terhadap keadaan-keadaan yang tidak boleh dilakukan akupresur. Tatalaksana gangguan kesehatan ringan dengan akupresur mandiri dalam modul ini membahas tentang pemanfaatan akupresur untuk asuhan mandiri, teknik akupresur untuk asuhan mandiri, tatalaksana gangguan kesehatan untuk asuhan mandiri akupresur.
II.
TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mengikuti sesi ini, peserta mampu menjelaskan: A. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu melakukan tatalaksana gangguan kesehatan ringan dengan akupresur mandiri. B.
Tujuan Pembelajaran Khusus 1. Menjelaskan pemanfaatan akupresur untuk asuhan mandiri. 2. Menjelaskan teknik akupresur untuk asuhan mandiri. 3. Menjelaskan tatalakasana gangguan kesehatan untuk asuhan mandiri akupresur.
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
25
III.
26
POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN A. Pemanfaatan Akupresur untuk Asuhan mandiri 1. Sejarah perkembangan akupresur 2. Pengertian akupresur untuk asuhan mandiri 3. Manfaat akupresur B.
Teknik Akupresur untuk Asuhan mandiri (2 JPL Teori 4 JPL Praktek) 1. Teknik pemijatan dalam akupresur a. Pengertian b. Titik akupresur c. Teknik rangsangan dan pemijatan 2. Hal-hal yang perlu diperhatikan a. Kondisi pasien b. Kontra indikasi c. Efek samping pemijatan akupresur 3. Cara mengoptimalkan manfaat akupresur a. Pelemasan otot b. Lokasi pelemasan otot
C.
Tatalakasana gangguan kesehatan untuk asuhan mandiri akupresur (2 JPL Teori 8 JPL Praktik) 1. Peningkatan kesehatan Peningkatan kebugaran 2. Pencegahan gangguan kesehatan Peningkatan daya tahan tubuh 3. Mengatasi gangguan kesehatan ringan a. Sakit kepala/pusing b. Batuk pilek c. Sakit pinggang d. Mual muntah dan nyeri ulu hati e. Kram otot tungkai bawah/ kaki f. Susah tidur dan stress g. Sesak nafas/mengi h. Gatal pada biduran
D.
METODE Ceramah Tanya jawab Demontrasi Simulasi Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
E.
MEDIA Bahan tayang Panthom / patung akupunktur Poster titik akupunktur Alat bantu pijat (kayu, minyak) Panduan demonstrasi Panduan Simulasi
F.
Waktu Waktu pembelajaran Teori 5 JPL, Praktik 13 JPL Jumlah = 18 JPL x 45 menit
G.
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN A. Langkah 1: Pengantar (15 menit) a. Fasilitator mengucapkan salam dan memperkenalkan diri, b. Fasilitator menjelaskan kepada peserta tentang judul, tujuan umum serta tujuan khusus pokok bahasan pemanfaatan akupresur untuk asuhan mandiri. c. Fasilitator menggali pendapat peserta tentang pijat d. Berdasarkan pendapat peserta fasilitator menjelaskan perbedaan pijat di masyarakat dengan akupresur B. Langkah 2: Pemanfaatan Akupresur untuk Asuhan Mandiri ( 30 menit) Fasilitator menjelaskan Pemanfaatan Akupresur untuk Asuhan mandiri meliputi: a. Sejarah perkembangan akupresur b. Pengertian akupresur untuk asuhan mandiri c. Manfaat akupresur C. Langkah 3: Teknik Akupresur untuk asuhan mandiri (270 menit) (2 JPL Teori, 4 JPL Praktik) a. Fasilitator menjelaskan pengertian tentang titik akupresur (lokasi dan indikasi titik) dan teknik rangsangan serta pemijatan. b. Fasilitator mendemonstrasikan titik akupresur pada peserta dan teknik perangsangan pada tindakan akupresur. c. Peserta diminta untuk mengikuti untuk menunjukkan lokasi titik akupresur dan metode rangsangan pada akupresur.
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
27
d.
D.
28
Fasilitator menjelaskan tentang hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan akupresur, antara lain kondisi pasien, kontra indikasi, dan efek samping pemijatan akupresur. e. Fasilitator membuka kesempatan tanya jawab terkait hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan akupresur. f. Fasilitator menjelaskan cara mengoptimalkan manfaat akupresur antara lain cara pelemasan otot dan lokasi pelemasan otot. g. Fasilitator mendemonstrasikan cara mengoptimalkan manfaat akupresur antara lain cara pelemasan otot dan lokasi pelemasan otot. h. Peserta diminta untuk mengikuti untuk cara mengoptimalkan manfaat akupresur antara lain cara pelemasan otot dan lokasi pelemasan otot. Langkah 4: Tatalaksana gangguan kesehatan untuk asuhan mandiri akupresur ( 450 Menit) (2 JPL Teori 8 JPL Praktik) a. Fasilitator menjelaskan tentang tatalaksana 9 keluhan kesehatan ringan dengan menggunakan akupresur. b. Fasilitator membagi peserta menjadi 3 kelompok. c. Peserta diminta untuk mendiskusikan 3 kasus keluhan kesehatan ringan dengan menggunakan akupresur. d. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan anggota kelompok lainnya diminta memperhatikan dan memberikan masukan-masukan. e. Peserta dibagi berpasangan, 1 orang sebagai klien yang lain sebagai pelaksana akupresur. Peserta yang bertindak sebagai klien bergantian melakukan akupresur sesuai keluhannya. f. Sebelum mengakhiri kegiatan, fasilitator memberikan kesempatan peserta menanyakan hal yang belum jelas. g. Fasilitator melakukan evaluasi secara acak pada peserta. h. Fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan memberikan apresiasi pada peserta.
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
No 1.
2.
3
Fasilitator Pembukaan a. Mengucapkan salam b. Mencairkan suasana dengan pertanyaan tentang pijat c. Memberitahukan pokok bahasan d. Memberitahukan tujuan Inti a. Menjelaskan Pemanfaatan Akupresur untuk Asuhan mandiri 1) Sejarah perkembangan akupresur 2) Pengertian akupresur untuk asuhan mandiri 3) Manfaat akupresur b. Teknik Akupresur untuk Asuhan mandiri 1) Teknik pemijatan dalam akupresur a) Pengertian b) Teknik rangsangan dan pemijatan 2) Hal-hal yang perlu diperhatikan a) Kondisi pasien b) Kontra indikasi c) Efek samping pemijatan akupresur 3) Cara mengoptimalkan manfaat akupresur a) Pelemasan otot b) Lokasi pelemasan otot c. Tatalakasana gangguan kesehatan untuk asuhan mandiri akupresur 1) Peningkatan daya tahan tubuh 2) Sakit kepala/pusing 3) Batuk pilek 4) Sakit pinggang 5) Mual muntah dan nyeri ulu hati 6) Kram otot tungkai bawah/kaki 7) Susah tidur dan stress 8) Sesak nafas/mengi 9) Gatal pada biduran Penutupan a. Tanya jawab mengenai penguasaan materi b. Merangkum hasil pembahasan c. Menutup kegiatan
Peserta a. Menjawab salam b. Menjawab pertanyaan mengenai pengalaman pijat c. Mencatat pokok bahasan d. Menyepakati tujuan a. Memperhatikan uraian materi b. Menjawab dan menanyakan inti materi yang belum dimengerti c. Simulasi d. Membentuk kelompok diskusi e. Mengerjakan tugas kelompok f. Memaparkan hasil diskusi kelompok
a. Menjawab pertanyaan evaluasi b. Membuat rangkuman
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
29
IV.
URAIAN MATERI A. Pemanfaatan Akupresur untuk Asuhan mandiri a. Sejarah perkembangan akupresur Pijat telah dikenal oleh bangsa Indonesia sejak jaman dahulu kala. Demikian juga oleh bangsa-bangsa yang lain, karena pijat merupakan cara pengobatan alami, yang secara naluri dilakukan oleh manusia jika merasa badannya tidak enak. Pijat dengan pendekatan ilmu akupunktur disebut akupresur dan istilah ini digunakan sampai sekarang. Perkembangan Akupresur di Indonesia di mulai pada tahun 1963, di mana presiden Soekarno menunjuk Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo sebagai pilot project pengembangan pengobatan di bidang Akupunktur. Kemudian terbentuk program pendidikan dokter spesialis akupunktur medik, yang dalam kurikulum pendidikannya memasukkan akupresur sebagai salah satu mata pelajaran pendidikan. Saat ini akupresur dikembangkan melalui integrasi ke dalam sistem pelayanan kesehatan di Puskesmas. b.
30
Pengertian akupresur untuk asuhan mandiri Akupresur berasal dari kata accus dan pressure, yang berarti jarum dan menekan. Istilah ini dipakai untuk cara penyembuhan yang menggunakan teknik penekanan dengan jari pada titiktitik akupunktur sebagai pengganti penusukan jarum pada sistem penyembuhan akupunktur. Tujuan penekanan pada titik-titik akupresur adalah melancarkan aliran energi vital pada seluruh bagian tubuh. Manusia memerlukan energi untuk dapat menjalankan fungsinya. Fungsi organ-organ tubuh akan terganggu jika tidak mendapatkan aliran energi yang cukup. Gangguan fungsi tubuh akan mengganggu keseimbangan sistem tubuh. Akupresur mandiri dilakukan oleh masyarakat di lingkungan keluarga sendiri untuk meningkatkan kebugaran maupun mengatasi gangguan kesehatan ringan. Titik-titik akupresur merupakan pusat-pusat dimana energi vital terkumpul. Penekanan pada titik-titik ini bermaksud untuk mempengaruhinya agar aliran energi yang kemungkinan terhambat dapat dilancarkan kembali. Kelancaran aliran
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
energi mempengaruhi aliran darah, transportasi cairancairan tubuh, system syaraf, sistem hormonal, sistem getah bening dan lain-lain. c.
B.
Manfaat akupresur Tindakan akupresur dapat memberikan manfaat bagi tubuh, antara lain: a. Meningkatkan kebugaran b. Melancarkan peredaran darah c. Mengurangi rasa nyeri d. Mengurangi stres atau menenangkan pikiran
Teknik Akupresur untuk Asuhan mandiri 1. Teknik pemijatan dalam akupresur a. Pengertian Akupresur ialah melakukan penekanan pada permukaan tubuh pada titik akupunktur dengan menggunakan jari, atau bagian tubuh yang lain, atau alat bantu dengan tujuan untuk perawatan kesehatan. Pemijatan telah dilakukan oleh banyak orang dari semenjak zaman dahulu. Pemijatan biasa dilakukan oleh diri sendiri atau orang lain. b. Teknik rangsangan dan pemijatan Perangsangan pada titik akupresur mempengaruhi efek pemijatan. Teknik perangsangan dalam akupresur dibagi 2, yaitu : 1) Penguatan : a) Dilakukan pada pasien yang sifat penyakitnya masuk dalam kelompok yin. b) Pemijatan pada setiap titik yang dipilih maksimal 30 kali putaran atau tekanan. c) Arah putaran searah dengan jarum jam. d) Tekanan pijatan tidak boleh kuat. e) Titik yang dipilih maksimal 10 titik akupresur. f) Pemijatan dilakukan searah meredian. 2) Pelemahan: a) Dilakukan pada pasien yang sifat penyakitnya masuk dalam kelompok yang b) Pemijatan pada setiap titik yang dipilih, antara 40 – 60 kali putaran atau tekanan
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
31
c)
Arah putaran, berlawanan dengan arah jarum jam d) Tekanan pijatan mulai dari sedang dan kuat e) Jumlah titik yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan f) Pemijatan dilakukan berlawanan arah meridian Teknik pemijatan sangat bervariasi sesuai dengan teknik akupresur. Contoh teknik pemijatan yang dilakukan oleh akupresuris, sebagai berikut : a. Menekan menggunakan ibu jari atau menutuk dengan jari telunjuk lalu diputarputar (mengucak) pada titik akupresur, misalnya pemijatan pada daerah kepala, tangan, kaki, dada dan perut. b. Menekan menggunakan pangkal atau sisi telapak tangan atau siku untuk permukaan tubuh yang luas atau bagian tubuh yang ototnya tebal, misalnya pemijatan pada daerah punggung, paha dan bokong c. Mendorong atau menggosok sepanjang jalur meridian menggunakan ibu jari atau pangkal telapak tangan, misalnya pemijatan pada ekstremitas atas, ekstremitas bawah dan punggung. d. Menjepit mengenai dua meridian atau titik sekaligus, misalnya pemijatan pada LU 5 dan LI 11 e. Meremas jalur meridian, misalnya pemijatan di tangan atau kaki f. Mencubit otot, cubitan kecil maupun besar. g. Menggetarkan yaitu menekan titik akupresur menggunakan jari atau telapak tangan sambil digetarkan. h. Menyeka yaitu memijat menggunakan dua ibu jari dengan arah berlawanan. i. Mengetuk dan menepuk yaitu memukulmukul permukaan tubuh mengunakan ujung-ujung jari.
32
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
j.
Mengusap dengan menggunakan telapak tangan pada permukaan tubuh. k. Menyisir yaitu melakukan gerakan seperti menggaruk untuk daerah kepala. Teknik pemijatan pada anak sama dengan teknik pemijatan pada orang dewasa, namun jumlah pemijatannya setengah dari jumlah pemijatan pada orang dewasa dan tekanannya disesuaikan dengan kondisi anak. 2.
Hal-hal yang perlu diperhatikan a. Kondisi pasien Akupresur tidak boleh dilakukan terhadap penderita yang :
1)
Dalam keadaan terlalu lapar.
2) 3) 4)
b.
Dalam keadaan terlalu kenyang. Dalam keadaan terlalu emosional. Dalam keadaan hamil, ada beberapa titik akupresur yang tidak boleh dipijat terutama titik pada Meridian yin kaki, Meridian CV di bawah pusar dan LI 4. Kehati-hatian diperlukan terutama jangan sampai terjadi keguguran akibat pemijatan pada titik-titik tertentu. Mual muntah akibat kehamilan dapat diatasi dengan baik menggunakan teknik akupresur 5) Dalam kondisi tubuh sangat lemah hanya diperlukan pijat untuk menguatkan. Kontra indikasi Akupresur hanya merupakan pendukung untuk mengatasi gangguan kesehatan, sehingga penanganan penyakit tetap berada dibawah tanggungjawab dokter. Kondisi yang tidak bisa ditangani dengan akupresur adalah : 1) Kegawatdaruratan medik 2) Kasus yang perlu pembedahan 3) Keganasan 4) Penyakit akibat hubungan seksual 5) Penyakit Infeksi
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
33
6)
c.
34
Penggunaan obat pengencer darah (antikoagulansia) 7) Diketahui ada kelainan pembekuan darah 8) Daerah luka bakar, borok dan luka parut yang baru (kurang dari satu bulan) Dalam kasus keganasan dilarang melakukan akupresur di lokasi tumor, kelenjar getah bening yang membesar, serta daerah-daerah yang terjadi borok akibat tumor. Akupresur bermanfaat untuk memperbaiki gejala-gejala akibat pengobatan tumor atau nyeri yang diakibatkan tumor itu sendiri. Mual muntah akibat pengobatan konvensional dapat dikurangi dengan tindakan akupresur Efek samping pemijatan akupresur Hal-hal yang mungkin bisa terjadi akibat pemijatan ialah: 1) Shock Gejalanya: keluar keringat dingin, pucat, lemas, mual, pusing. Penyebabnya: Pasien dalam keadaan lapar, terlalu lemah/ lelah, atau takut. Cara mengatasinya: hentikan pemijatan, tidurkan pasien, beri minum air hangat atau teh manis hangat, tenangkan pasien, istirahatkan. 2) Kejang otot Gejalanya: kram, otot menjadi kaku dan tegang Penyebabnya: pemijatan terlalu kuat atau pasien dalam keadaan tegang Cara mengatasinya: hentikan pemijatan pada daerah tersebut, pijat kembali daerah lain secara pelan pada titik-titik meridian di sekitarnya, jangan pada tempat yang kejang. 3) Bengkak / memar Gejalanya: terjadi pembengkakan pada tempat bekas yang dipijat, mungkin muncul warna kebiruan Penyebabnya: pemijatan terlalu kuat atau kulit pasien sensitif Cara mengatasinya: hentikan pemijatan pada daerah tersebut, beri minyak khusus untuk memar atau kompres dingin
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
3.
C.
Cara mengoptimalkan manfaat akupresur a. Pelemasan otot Untuk mengoptimalkan manfaat akupresur, sebaiknya dilakukan terlebih dahulu tindakan pelemasan otototot pada daerah yang akan dilakukan akupresur b. Lokasi pelemasan otot Pelemasan otot-otot dilakukan pada daerah otot besar seperti: 1) Tengkuk 2) Bahu 3) Lengan 4) Tangan 5) Pinggang 6) Paha 7) Kaki Pelemasan otot dilakukan dengan cara meremas otot besar menggunakan telapak dan kelima jari tangan, masing-masing dilakukan sebanyak lima kali.
Tatalakasana gangguan kesehatan untuk asuhan mandiri akupresur 1. Peningkatan kesehatan Untuk meningkatkan kebugaran LI4, ST36, CV12
dilakukan pemijatan pada lokasi yang terletak di punggung tangan pada tonjolan tertinggi ketika ibu jari dan telunjuk dirapatkan
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
35
Untuk meningkatkan kebugaran daya tahan tubuh dapat dilakukan pemijatan pada lokasi yang letaknya 4 jari di bawah lutut di tepi luar tulang kering
untuk meningkatkan kebugaran dilakukan pemijatan pada lokasi yang terletak di garis tengah tubuh depan di pertengahan ujung bawah tulang dada dengan pusar. 2.
36
Pencegahan gangguan kesehatan Pencegahan gangguan kesehatan ini dapat bersifat spesifik atau umum. Pada modul ini yang akan dibahas mengenai pencegahan gangguan secara umum melalui peningkatan sistem kekebalan tubuh a. Peningkatan daya tahan tubuh LI4, ST36, CV12, SP6, GB39, BL23, KI1 Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dapat dilakukan pemijatan pada lokasi yang letaknya 4 jari di bawah lutut di tepi luar tulang kering
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
Dan lokasi yang letaknya 4 jari di atas mata kaki bagian dalam
Pijatan lokasi tersebut dilakukan dengan posisi kaki disilangkan ke atas paha.
dilakukan pemijatan pada lokasi yang terletak di punggung tangan pada tonjolan tertinggi ketika ibu jari dan telunjuk dirapatkan Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
37
3.
Mengatasi gangguan kesehatan ringan a. Sakit kepala/ pusing Untuk sakit kepala/ pusing secara umum dapat dilakukan pemijatan pada lokasi yang terletak di punggung tangan pada tonjolan tertinggi ketika ibu jari dan telunjuk dirapatkan
Dan lokasi yang terletak di punggung kaki pada cekungan antara pertemuan tulang telapak kaki ibu jari dan jari ke-2.
Untuk sakit kepala daerah depan, dapat dilakukan pemijatan pada lokasi yang terletak di lekukan tulang pelipis, sejajar dengan sudut mata luar.
38
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
Untuk sakit kepala daerah puncak kepala, dapat dilakukan pemijatan pada lokasi yang terletak di puncak kepala.
Untuk sakit kepala daerah tengkuk, dapat dilakukan pemijatan pada lokasi yang terletak di belakang kepala.
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
39
Dan lokasi yang terletak di puncak bahu, pertengahan antara tengkuk dan pangkal lengan.
b.
Batuk pilek Untuk sakit batuk pilek secara umum dapat dilakukan pemijatan pada lokasi yang terletak di garis tubuh depan, antara ke-2 pangkal alis.
Lokasi yang terletak pada perpotongan garis antara puncak hidung dengan sudut cuping hidung.
40
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
Lokasi yang terletak di punggung tangan pada tonjolan tertinggi ketika ibu jari dan telunjuk dirapatkan.
Lokasi yang terletak pada empat jari di bawah lutut di tepi luar tulang kering.
Lokasi yang terletak pada pertengahan antara tulang tempurung lutut dengan mata kaki, 2 jari ke bagian luar dari tulang kering.
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
41
Lokasi yang terletak di punggung kaki pada cekungan antara pertemuan tulang telapak kaki ibu jari dan jari ke-2.
c.
Sakit pinggang Untuk sakit pinggang dapat dilakukan pemijatan pada lokasi yang terletak di pinggang sejajar dengan pusar, selebar 2 (dua) jari tangan ke samping kiri dan kanan dari garis tengah tubuh.
Dan lokasi yang terletak di pertengahan lipat lutut
42
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
d.
Mual muntah dan nyeri ulu hati Untuk mual muntah dapat dilakukan pemijatan pada lokasi yang terletak pada tiga jari di atas pertengahan pergelangan tangan bagian dalam.
Untuk nyeri ulu hati dapat dilakukan pemijatan pada lokasi yang terletak di garis tengah tubuh depan di pertengahan ujung bawah tulang dada dengan pusar.
Dan lokasi yang terletak pada empat jari di bawah lutut di tepi luar tulang kering.
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
43
e.
Kram otot tungkai bawah/ kaki Untuk kram otot tungkai bawah/ kaki dapat dilakukan pemijatan pada bagian paha yang terletak sejajar ujung jari tengah pada posisi tubuh berdiri dan lengan menggantung di sisi paha.
Lokasi yang terletak di bawah tonjolan tulang sisi bawah luar lutut.
Lokasi yang terletak di lekukan bagian bawah otot betis
44
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
f.
Susah tidur dan stress Untuk susah tidur dapat dilakukan pemijatan pada lokasi yang terletak pada lekukan garis pergelangan tangan bagian dalam, segaris dengan jari kelingking
Dan lokasi yang terletak pada tiga jari di atas pertengahan pergelangan tangan bagian dalam.
Untuk stres dapat dilakukan pemijatan pada lokasi yang terletak di punggung tangan pada tonjolan tertinggi ketika ibu jari dan telunjuk dirapatkan.
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
45
Dan lokasi yang terletak di punggung kaki pada cekungan antara pertemuan tulang telapak kaki ibu jari dan jari ke-2.
g.
Sesak nafas/mengi Untuk sesak nafas dapat dilakukan pemijatan pada lokasi yang terletak di bawah tengkuk, setengah jari ke arah luar.
Lokasi yang terletak di garis tengah tubuh bagian depan setinggi sela iga ke-4 (sejajar dengan puting susu).
46
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
Lokasi yang terletak pada pertengahan antara tulang tempurung lutut dengan mata kaki bagian luar, dua jari dari tulang kering.
h.
Gatal pada biduran Untuk gatal-gatal karena biduran dapat dilakukan pemijatan pada lokasi yang terletak di punggung tangan pada tonjolan tertinggi ketika ibu jari dan telunjuk dirapatkan.
Lokasi yang terletak antara lipat siku sebelah luar dan tonjolan tulang siku
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
47
Lokasi yang terletak tiga jari di atas dan sisi dalam tempurung lutut
Lokasi yang terletak pada empat jari di atas mata kaki bagian dalam.
V.
48
Referensi A.
Kurikulum dan modul orientasi akupresur
B.
Buku saku tetap sehat berhaji dengan akupresur mandiri.
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
Panduan demonstrasi Fasilitator menyiapkan alat demonstrasi seperti: • Kertas A4 • Alat tulis • Patung akupunktur • Poster titik akupunktur • Alat bantu akupresur (alat bantu pijat, minyak) 1.
Peserta duduk dengan layout u shape atau melingkar
2.
Fasilitator menunjukkan titik-titik akupunktur /akupresur menggunakan poster, phantom atau badan sendiri.
3.
Peserta disuruh menunjukkan titik akupunktur/akupresur yang sudah dijelaskan oleh fasilitator.
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
49
Panduan Simulasi 1.
Peserta dibagi menjadi 3 kelompok, tiap kelompok mendapatkan 3 kasus. Tiap kelompok memperagakan kasus masing-masing. Tiap kelompok ada yang berperan sebagai klien dan pelaksana akupresur.
2.
Kasus yang dibagikan: a. Peningkatan daya tahan tubuh b. Sakit kepala/pusing c. Batuk pilek d. Sakit pinggang e. Mual muntah dan nyeri ulu hati f. Kram otot tungkai bawah/kaki g. Susah tidur dan stress h. Sesak nafas/mengi i. Gatal pada biduran
3.
Peserta diminta mempraktikan kasus yang menjadi tanggungjawab kelompoknya.
50
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
MATERI INTI 2 TATALAKSANA GANGGUAN KESEHATAN RINGAN DENGAN PEMANFAATAN TOGA
MATERI INTI 2 TATALAKSANA GANGGUAN KESEHATAN RINGAN DENGAN PEMANFAATAN TOGA I.
PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kaya dengan keanekaragaman hayati (A Mega Biodiversity Country) dimana terdapat lebih kurang 30.000 jenis tanaman yang tersebar di seluruh tanah air, sekitar 9.600 spesies berkhasiat obat dan kurang lebih 300 spesies digunakan sebagai bahan pengobatan tradisional oleh industri obat tradisional. Oleh karena itu keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia merupakan aset dan sumberdaya yang harus dipelihara dan dikelola untuk dapat menjadi warisan leluhur dan bermanfaat bagi masyarakat untuk pemeliharaan kesehatan. TOGA adalah singkatan dari Taman Obat Keluarga berfungsi sebagai penyedia obat sekaligus berupa taman berestetika yang memenuhi kriteria keindahan pekarangan. TOGA dapat memenuhi upaya kesehatan preventif (pencegahan penyakit), promotif (peningkatan derajat kesehatan), kuratif (penyembuhan penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Selain itu TOGA juga berfungsi untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga antara lain sebagai sarana untuk (1) memperbaiki status gizi keluarga, (2) menambah penghasilan keluarga, (3) meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman, (4) melestarikan tanaman obat dan budaya bangsa. Disamping itu, kaberadaan TOGA juga berfungsi sebagai upaya pelestarian tanaman obat dari proses pelangkaan. Keberadaan TOGA pernah dikembangkan diberbagai daerah mulai dari pedesaan sampai di perkotaan dengan pembudidayaan berbagai jenis tanaman obat yang tumbuh sesuai spesifikasi daerah masing-masing. Namun demikian keberadaan TOGA di daerah masih mempunyai permasalahan dan hambatan, diantaranya pengelolaan dan pemanfaatan TOGA belum berjalan secara optimal. Oleh karena itu revitalisasi TOGA perlu dilakukan, agar TOGA dapat berkembang secara optimal dan dimanfaatkan seluas-luasnya oleh masyarakat sebagai bahan ramuan yang berkhasiat dalam upaya menjaga, meningkatkan dan menanggulangi kesehatan. Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
53
II.
TUJUAN PEMBELAJARAN A. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti materi ini peserta mampu melakukan melakukan tatalaksana gangguan kesehatan ringan dengan pemanfaatan TOGA B.
III.
POKOK BAHASAN A. Pokok Bahasan 1. Pengenalan TOGA 1.1 Konsep TOGA a. Pengertian TOGA b. Fungsi TOGA c. Manfaat TOGA d. Sejarah Singkat Perkembangan TOGA e. Sasaran dan lokasi TOGA 1.2 Pengenalan Tanaman Obat Pada TOGA a. Jenis-jenis tanaman obat b. Pertelaan tanaman obat c. Kandungan dari tanaman obat 1.3 Budidaya dan pengolahan pascapanen primer tanaman obat a. Lingkungan tempat tumbuh b. Teknik budidaya dan Pascapanen (pengolahan primer) Tanaman Obat. B.
54
Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mengikuti materi ini peserta mampu menjelaskan: 1. Pengenalan TOGA untuk asuhan mandiri 2. Pemanfaatan dan teknik membuat ramuan untuk asuhan mandiri 3. Tatalaksana gangguan kesehatan untuk asuhan mandiri TOGA
Pokok Bahasan 2. Pemanfaatan dan teknik membuat ramuan untuk asuhan mandiri 2.1 Teknik Meramu a. Penyiapan Bahan Baku (Simplisia) b. Hygiene Sanitasi c. Pengolahan dan Pengemasan d. Peralatan e. Pencatatan Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
B.
Pokok Bahasan 3. Tatalaksana gangguan kesehatan ringan dg pemanfaatan TOGA utk asuhan mandiri. 3.1. Tanaman Obat untuk Tatalaksana Gangguan Kesehatan Ringan pada Kelompok Usia Subur. a. Nyeri Haid b. Mual c. Demam pada Ibu Nifas d. ASI sedikit dan tidak lancar 3.2. Tanaman Obat untuk Tatalaksana Gangguan Kesehatan Ringan pada Kelompok Usia Balita (1-5 tahun). a. Kurang/tidak nafsu makan b. Batuk pilek c. Sesak nafas karena asma pada anak d. Perut kembung e. Cacingan 3.3. Tanaman Obat untuk Tatalaksana Gangguan Kesehatan Ringan pada Kelompok Usia Sekolah dan Remaja (6-18 tahun). a. Kurang darah (anemia) b. Lelah c. Sakit Gigi d. Pingsan (ramuan) 3.4 Tanaman Obat untuk Tatalaksana Gangguan Kesehatan Ringan pada Kelompok Usia Kerja. a. Sakit Kepala sebelah (Migren) b. Nyeri otot/pegel linu c. Kurang stamina 3.5. Tanaman Obat untuk Tatalaksana Gangguan Kesehatan Ringan pada Kelompok Usia Lansia (lebih dari 60 tahun). a. Sembelit (konstipasi) b. Nyeri Nyeri Sendi c. Susah tidur (Insomnia) d. Maagh e. Pemulihan setelah sakit f. Daya tahan tubuh menurun
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
55
IV.
METODE A. Ceramah Tanya Jawab (CTJ) B. Curah Pendapat C. Demonstrasi D. Praktek
V.
MEDIA DAN ALAT BANTU A. Komputer B. USB / flashdisk C. LCD Projektor D. Audio Visual E. Tanaman Obat F. Bahan Simplisia G. White Board H. Spidol I. Flip Chart J. Panduan Demonstrasi
VI.
LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini. Langkah A. Pengkondisian Pengkondisian 1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas, mulai dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan. 2. Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang. 3. Fasilitator memandu peserta untuk menanggapi sehingga terjadi interaksi yang dinamis. Langkah B. Tanya Jawab Membahas pokok bahasan Pengembangan TOGA
56
Pengelolaan
dan
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
1.
2. 3.
Fasilitator mulai dengan menggali pendapat/ pemahaman peserta tentang TOGA. Misalkan dengan menanyakan kepada peserta “Apa pengertian dan manfaat TOGA” dan “langkah yang dilakukan oleh petugas Puskesmas dalam mengembangkan TOGA”. Beri kesempatan peserta saling menanggapi apa yang dikemukakan peserta lainnya sehingga kelas menjadi dinamis. Fasilitator menyampaikan penjelasan konsep dan pengertian TOGA. Peserta diberikan kesempatan untuk tanya jawab dan klarifikasi.
Langkah C. Pemaparan Materi 1. Fasilitator menyampaikan paparan materi sesuai urutan pokok bahasan dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang. 2. Peserta diberi kesempatan untuk melakukan tanya jawab. Langkah D. Demonstrasi Sesuai Format terlampir Langkah E. PKL Sesuai Format VII. URAIAN MATERI Pokok Bahasan 1. Pengenalan TOGA untuk asuhan mandiri 1.1 Konsep TOGA 1. Pengertian TOGA TOGA yaitu sebidang tanah baik di halaman, pekarangan, atau di kebun yang dimanfaatkan untuk menumbuhkan tanaman yang berkhasiat obat dalam upaya memenuhi kebutuhan obat keluarga. TOGA dimaksudkan agar masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan dengan cara yang murah, mudah, aman dan nyaman. TOGA selain menjaga kesehatan masyarakat, juga diharapkan dengan TOGA keindahan lingkungan rumah tangga dapat tercipta, termasuk mengurangi pengeluaran kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Karena kebutuhan obat, sayur-sayuran Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
57
dan bumbu masak telah tersedia di dalam TOGA. Oleh karena itu TOGA diharapkan dapat menunjang kesehatan, kesejahteraan, keindahan lingkungan, pelestarian tanaman dan budaya, mengurangi kebutuhan rumah tangga seharihari, dan dapat juga sebagai sumber penyedia bahan baku obat tradisional. 2.
58
Sejarah Reorganisasi Departemen Kesehatan pada tahun 1975 melahirkan terbentuknya Direktorat Pengawasan Obat Tradisional dibawah Direktorat Jenderal Farmasi, yang mempunyai tugas dan fungsi menggali, mengembangkan, meningkatkan dan memanfaatkan obat tradisional yang diproduksi dan diedarkan. Berdasarkan hasil survei pada tahun 1976-1978 yang dilaksanakan bersamaan dengan sosialisasi peraturan di bidang obat tradisional di daerah-daerah, diketahui bahwa pada umumnya masyarakat tidak mengenal dan mulai melupakan tanaman obat. Tanaman obat seperti kunyit, sereh, lengkuas hanya digunakan sebagai bumbu dapur. Keadaan ini memotivasi Direktorat Pengawasan Obat Tradisional untuk mengenalkan kembali tanaman obat dan khasiatnya dengan harapan dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Sekaligus melanjutkan gagasan ibu Supardjo Rustam ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah saat itu yang mengembangkan “Apotik Hidup”, yang merupakan kegiatan pemanfaatan pekarangan dengan menanam tanaman yang bermanfaat bagi kesehatan. Dalam perkembangannya “Apotik Hidup“ tidak sesuai dengan kebijakan kefarmasian , maka disepakati diganti dengan “Taman Obat Keluarga” yang dikenal dengan “TOGA”. Direktorat ini juga telah menerbitkan buku petunjuk untuk penyuluhan dengan judul “TOGA “ dan Pemanfaatan Tanaman Obat “ edisi I sampai dengan III. Program ini juga dilaksanakan oleh Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat - Direktorat Jenderal Bina Kesahatan Masyarakat yang merupakan direktorat baru sejak tahun 1985. Berdasarkan SK Menkes 558 tahun 1984 melalui Subdit Bina Upaya Kesehatan Tradisional yang
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
bertugas mengembangkan kebijakan upaya kesehatan tradisional di Indonesia antara lain budidaya TOGA dan pemanfaatannya, dan juga melakukan pembinaan kepada pengobat tradisional (Battra). Penyebarluasan TOGA dilakukan melalui penyuluhan, penataran dan pelatihan kader hingga diadakan lomba TOGA tingkat nasional. Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat pada tahun 1991 telah menerbitkan buku “ Pemanfaatan Tanaman Obat Untuk Kesehatan Keluarga” edisi pertama yang merupakan pedoman bagi kader. Buku ini terus diterbitkan sampai edisi ke enam pada tahun 2010 oleh Subdit yang sama tetapi dibawah Direktorat Bina Upaya Kesehatan Komunitas dan tentunya telah mengalami revisi dan diterjemahkan dalam Bahasa Inggris dengan dukungan “WHO SEARO”. Pada edisi ke enam tersebut beberapa bahan baku (simplisia) tanaman obat keluarga sudah melalui tahap telaah data pra klinik. 3.
Fungsi TOGA 1) Sebagai sarana mendekatkan tanaman obat kepada masyarakat untuk upaya kesehatan mandiri. 2) Sebagai pendayagunaan tanaman obat yang dapat diarahkan untuk upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif). 3) Melestarikan budaya pengobatan tradisional sebagai warisan leluhur dengan memanfaatkan tanaman yang berkhasiat.
4.
Manfaat TOGA 1) TOGA mempunyai manfaat sebagai upaya kesehatan preventif (pencegahan penyakit), promotif (peningkatan derajat kesehatan), kuratif (penyembuhan penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). 2) TOGA mempunyai manfaat sebagai mendukung menciptakan kesehatan dan kesejahteraan keluarga antara lain sebagai sarana untuk (1) memperbaiki
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
59
status gizi keluarga, (2) menambah penghasilan keluarga, (3) meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman, (4) melestarikan tanaman obat dan budaya bangsa. 5.
B.
Pengenalan Tanaman Obat yang ada dalam TOGA a. Jenis-jenis tanaman obat Jenis tanaman obat yang banyak ditanam di dalam TOGA secara umum sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Penamaan jenis tanaman obat dengan menyertakan nama ilmiah (latin) selain nama nasional dan nama lokal dimaksudkan agar antara tanaman obat yang satu dengan lainnya tidak tertukar. Nama contoh jenis tanaman obat yang dapat ditanam di dalam TOGA dapat dilihat di Tabel Lampiran 1. b.
60
Sasaran dan Lokasi TOGA 1) Sasaran : Perorangan, keluarga, dan kelompok masyarakat, contohnya: lingkungan sekolah, pramuka, karang taruna, asosiasi pengobat tradisional, TP-PKK, desa siaga. 2) Lokasi Taman Obat: Sesuai namanya TOGA dapat dimulai dari halaman rumah, kebun, ladang, selain itu dapat dilakukan di halaman sarana umum seperti: sekolah, Puskesmas/ rumah sakit, gedung balai desa/kantor kelurahan, gedung pertemuan dan lahan lain yang dapat dimanfaatkan. Untuk daerah perkotaan, dimana sulit untuk memiliki rumah dengan halaman atau pekarangan yang memadai, TOGA dapat dibuat dengan menggunakan pot, poli bag, ember dan bahan lain yang cocok untuk pot.
Pertelaan tanaman obat Pertelaan tanaman obat adalah menerangkan atau menyebutkan ciri-ciri morfologi bagian tanaman seperti batang, daun, bunga, buah dan biji dari setiap jenis tanaman obat. Hal ini penting untuk diketahui, karena
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
dengan menyebutkan ciri-ciri tersebut sehingga antara bagian tanaman yang satu terhadap bagian tanaman dari jenis tanaman obat lainnya tidak tertukar. Contoh Berdasarkan penampang batang yaitu bulat dan pipih. Berdasarkan bentuk daun, dibedakan berbentuk bulat, berbangun perisai, lonjong, jorong, dan lanset .Bentuk pangkal daun yang berlekuk (berbentuk jantung, ginjal) dan tidak berlekuk (bulat telur, segi tiga, belah ketupat). Berdasarkan tulang daun, menyirip, menjari, melengkung, dan lurus/sejajar. Berdasarkan letak bunga dibedakan menjadi bunga terminal bila letaknya di ujung cabang atau ujung batang; dan bunga aksiler apabila bunga terletak di ketiak daun. Bentuk dasar bunga yang biasa dijumpai adalah bentuk rata, kerucut, cawan, dan mangkuk. Buah dibedakan buah semu dan buah asli, berbuah buni dan batu. Biji mempunyai bentuk yang bermacam-macam, misalnya menyudut, ginjal, bulat, memanjang, bulat telur dan lain-lain. Tanaman obat berumah satu dan berumah dua. Tanaman obat mempunyai biji monokotil dan dikotil, tanaman obat berakar serabut dan tunggang. Tanaman obat penghasil umbi, rimpang, akar (radix), daun, kulit batang, bunga, buah dan biji. c.
C.
Kandungan dari tanaman obat Kandungan bahan kimia berkhasiat obat diharapkan dapat sebagai pedoman pemanfaatan dalam pelayanan kesehatan masyarakat (Tabel Lampiran). Kandungan bahan kimia di dalam tanaman obat adalah banyak macamnya.
Budidaya dan Pascapanen 1. Lingkungan tempat tumbuh Lingkungan tumbuh tanaman mempengaruhi terhadap bahan baku yang dihasilkan baik dilihat dari kuantitas dan kualitas. Setiap jenis tanaman mempunyai tingkat toleransi yang berbeda terhadap kondisi lingkungan tumbuhnya. Faktor lingkungan tumbuh yang optimal pada setiap jenis
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
61
tanaman akan mempunyai dampak yang optimal terhadap tingkat produktivitas, terutama kandungan bahan aktif dari tanaman tersebut dan mutu yang dihasilkan. Tanaman obat yang akan ditanam dalam TOGA harus disesuaikan dengan lingkungan tumbuhnya (Tabel). Faktor lingkungan tumbuh yang banyak berpengaruh dan saling berkaitan terhadap produktivitas dan mutu tanaman obat antara lain adalah ketinggian tempat, curah hujan, tingkat naungan (intensitas cahaya), dan jenis/tingkat kesuburan tanah. 1) Ketinggian Tempat Penyebaran tanaman obat di Indonesia dimulai dari daerah pantai dengan kondisi tanah kering berpasir, berbatu, tanah regosol berpasir hingga ketinggian 4.000 m dpl (Tabel Lampiran). Banyak ditemukan jenisjenis tanaman obat pada setiap lingkungan tumbuh tersebut. Ketinggian tempat berkaitan erat dengan suhu udara & suhu tanah, dan aktivitas fotosintesis. Setiap jenis tanaman mempunyai toleransi yang berbeda terhadap kondisi tersebut. Kita tidak dapat memaksakan suatu jenis tanaman ditanam pada bukan lingkungan tumbuhnya, kita cukup memilih tanaman obat yang dikehendaki untuk membentuk TOGA pada lokasi budidaya yang sesuai lingkungan tumbuhnya. Sebagai contoh tanaman obat kayu angin, adas, purwoceng hanya dapat tumbuh di ketinggian tempat di atas 1.000 m dpl, jangan paksakan untuk ditumbuhkan di bawah ketinggian tempat 500 m dpl. Ketinggian tempat berkaitan erat dengan suhu udara, tanaman jahe tumbuh optimum pada suhu 25-300C, suhu di atas 350C daun akan hangus dan mengering. Sehingga jahe tumbuh baik di ketinggian 300-900 m dpl, sedangkan kencur dan lidah buaya tumbuh baik di dataran rendah. Tanaman merupakan mesin biologis, kemampuan produksinya diatur dan disesuaikan dengan struktur sel, jaringan dan organnya yang telah terbentuk sesuai dengan lingkungan tumbuhnya, termasuk kesesuaian terhadap suhu lingkungan yang dipengaruhi oleh ketinggian tempat.
62
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
2)
Curah Hujan Jumlah curah hujan menggambarkan keberadaan air sebagai penopang kehidupan tanaman. Tanaman tidak dapat tumbuh tanpa air, terlihat bahwa jaringan tanaman sebagian besar adalah air, lebih kurang 95% kandungan airnya. Sehingga tanaman yang kekurangan air dapat menghambat pertumbuhan dan menurunkan produktivitas tanaman. Tanaman obat sebagian besar tumbuh liar, di semaksemak, di padang rumput, di pematang sebagai gulma, adaptasinya terhadap kekurangan air kadangkadang lebih besar. Tanaman obat jahe, kencur, kumis- kucing, tempuyung, katuk, hampir sumuanya di tanam pada lahan tegalan, tadah hujan. Tanaman obat jahe dan temu-temuan lainnya memerlukan bulan basah 7-9 bulan, namun masih dapat tumbuh baik di iklim yang mempunyai bulan basah diatas 9 bulan menurut Oldeman (1975). Tumbuhan herba seperti kumis kucing, tapak dara, tempuyung tumbuh baik pada tipe iklim dengan bulan basah 7 – 9 hingga bulan basah hanya 5 - 6 bulan. Untuk tanaman cabe jamu dan kemukus termasuk tanaman yang dapat tumbuh di daerah kering pada tipe iklim dengan bulan basah 4 – 6 bulan. Berdasarkan hasil penelitian, pada tanaman umbi, dalam kondisi kekurangan air justru kandungan zat aktif berkhasiat obatnya meningkat, walaupun terjadi penurunan produktivitas herbanya, contohnya pada tanaman pegagan dan pada tanaman tempuyung (Rahardjo et al., 2000). Untuk itu disarankan upaya peningkatan mutu kandungan zat berkhasiat pada tanaman obat penghasil herba, penanamannya diarahkan ke daerah tipe iklim kering dengan bulan basah 5 – 6 bulan, bahkan sampai ke daerah sangat kering dengan bulan basah 3 – 4 bulan. Atau dapat juga TO di kembangkan pada tipe iklim basah dengan bulan basah antara 7 – 9 bulan, akan tetapi waktu panennya di lakukan pada musim kemarau, atau pada saat tanaman menjelang berbunga.
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
63
3)
4)
64
Tingkat Naungan Semua tanaman obat memerlukan sinar matahari untuk aktivitas fotosintesisnya, walaupun setiap jenis tanaman mempunyai toleransi yang berbeda. Berlaku hampir untuk semua tanaman, apabila jumlah sinar yang diterima berkurang sampai pada tingkat tertentu maka produktivitas dan mutunya menurun. Banyak jenis-jenis Tanaman Obat yang dapat tumbuh di bawah tegakan kayu atau tanaman keras, biasanya TO ini termasuk tanaman jenis perdu, herba dan sebagai gulma. Budidaya tanaman obat juga sering dilakukan dengan cara tumpang sari. Contohnya TO tempuyung ditanam bersamaan dengan tanaman lain yang lebih tinggi, hingga tingkat naungannya mencapi 50%. Sehingga untuk tanaman tertentu masih layak ditanam di bawah tegakan hingga ternaungi 50% atau ditumpangsarikan dengan tanaman lain yang lebih tinggi. Tanaman jahe gajah masih toleran mendapat naungan sampai 25%, sedang untuk jahe emprit dan merah mampu ternaungi hingga 40% (Januwati dan Yusron, 2002). Sedangkan tanaman pegagan masih mampu ternaungi hingga 55% dan mutunya akan menurun setelah mendapat naungan 75%. Pembentukan TOGA dapat memadukan antara satu jenis tanamn yang berbatang tinggi dengan tanaman obat lainnya yang berbatang pendek atau menjalar. Sehingga terbentuklah TOGA yang serasi dan berestetika. Jenis dan Tingkat Kesuburan Tanah Jenis dan tingkat kesuburan tanah merupakan salah satu faktor penentu terhadap tingkat produktivitas dan mutu tanaman obat. Tanaman obat penghasil rimpang dari famili Zingiberaceae (jahe, kencur, temu putih, dan temu-temuan lainnya) dan penghasil umbi dari famili Umbiliferae (purwoceng) memerlukan tanah yang gembur disamping subur. Budidaya tanaman obat pada famili ini memerlukan bahan organik relatif tinggi. Untuk pembentukan rimpang dan umbi diperlukan tanah yang gembur, fraksi pasirnya cenderung lebih
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
tinggi atau seimbang dibandingkan fraksi liatnya. Kebutuhan bahan organik yang relatif tinggi selain untuk menjaga kelembaban, suhu, aerasi tanah, juga diperlukan untuk meningkatkan kesuburan tanah. Perkembangan rimpang dan umbi perlu kelembaban dan suhu yang stabil dan aerasi tanah yang baik. Selain penghasil rimpang dan umbi, terdapat tanaman obat penghasil daun (jambu biji dan daun ungu), herba (batang, ranting & daun) contohnya kumis kucing, tempuyung, sambiloto, TO menghasilkan kulit kayu (kina), biji (adas), buah (mengkudu). Kebutuhan adaptasi TO jenis tersebut terhadap media tumbuh (jenis tanah) relatif lebih luas, dari kondisi tanah yang gembur hingga tanah yang relatif agak berlempung, dapat tumbuh pada jenis tanah yang kandungan liatnya relatif lebih tinggi dibandingkan kandungan pasirnya. Untuk memenuhi kebutuhan hara yang seimbang dan optimal, perlu upaya pemupukan. Pada akhirakhir ini muncul pertanian organik untuk memperoleh produk yang higienis dan menghindari pencemaran lingkungan. Budidaya tanaman obat pada umumnya tidak perlu menggunakan pupuk an-organik dan penggunaan pestisida sintetik. Tanah sebagai media tumbuh, penyedia hara tanaman, kadang-kadang di lain pihak juga penyedia zat-zat yang tidak diinginkan. Beberapa daerahdaerah tertentu kandungan logam beratnya cukup tinggi, sebagai contoh pada lokasi penambangan timah dan emas. Tanaman obat yang ditanam pada lokasi tersebut kandungan logam beratnya akan tinggi, sehingga sebagai bahan baku obat tidak boleh dipergunakan. Lokasi penanaman tanaman obat yang mempunyai potensi tercemar logam berat juga terjadi pada area yang dekat dengan jalan raya yang padat kendaraan. Sisa pembakaran dari kendaraan dapat mencemari tanaman obat sekitarnya, terutama yang terkandung di dalam daun. Sehingga hindarilah budidaya tanaman obat pada lokasi tersebut. Lingkungan tumbuh tercantum pada Tabel Lampiran. Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
65
5)
2.
66
Penataan TOGA Dalam pengembangan TOGA perlu diperhatikan penataan dari berbagai tanaman yang akan ditanam, sehingga terlihat serasi, indah dan bernilai estetika sebagai Taman. Penataan dalam penanaman tanaman obat dapat didasarkan pada : 1) Fisik tanaman (tanaman yang tumbuh tinggi, sedang dan rendah); 2) Warna daun (hijau, ungu, kuning, merah); 3) Bentuk daun (besar, kecil, bulat dan panjang); 4) Khasiatnya (sebagai obat batuk, obat pilek, obat diare dan sebagainya); 5) Kegunaan lainnya (sebagai bumbu masak, sayuran dan lalapan); Penataan TOGA dapat dipadukan dengan tanaman buah-buahan, sayuran, tanaman hias bahkan tanaman perkebunan yang mempunyai fungsi sebagai obat.
Teknik Budidaya dan Pascapanen (Pengolahan Primer) Tanaman Obat Teknik budidaya meliputi beberapa urutan kegiatan ; 1) Penyiapan Lahan/tempat untuk menanam Penyiapan lahan/tempat untuk budidaya adalah rangkaian kegiatan mulai dari membersihkan lahan/tempat budidaya dari bebatuan, gulma dan sisa-sisa tanaman lain dengan sampai lahan siap tanam. Sebelum lahan disiapkan, perlu ditetapkan lokasi dimana kita akan melakukan budidaya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan lokasi yang cocok untuk budidaya tanaman obat yang sesuai dengan karakteristik komoditi dimana nantinya akan mempengaruhi teknik dan cara budidaya tanaman obat untuk menghasilkan produksi dan mutu yang optimal. Luas lahan yang digunakan untuk budidaya tanaman obat mempengaruhi cara bertanam/budidaya. Pada lahan yang cukup luas, budidaya dapat dilakukan langsung di lahan/tanah tanpa menggunakan pot.
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
Sedangkan pada lahan yang terbatas/sempit seperti di perkotaan, budidaya menggunakan pot menjadi pilihan masyarakat. Pot yang dapat dipergunakan antara lain pot plastik, kaleng bekas, pot terbuat dari tanah liat, polibag, pot terbuat dari bambu dan karung plastik. Ukuran besar kecilnya pot dipilih berdasarkan jenis dan tinggi rendahnya tanaman yang akan ditanam. Berikut adalah kegiatan penyiapan lahan/tempat untuk budidaya tanaman obat : 1. Menyiapkan media tanam di pot (untuk budidaya di dalam pot). Media tanam dibuat dari tanah yang gembur yang dicampur dengan kompos atau pupuk kandang (kotoran sapi atau kotoran kambing). Perbandingan tanah dan kompos (pupuk kandang) adalah 1 : 1 atau 2 : 1 atau 3 : 1, media diaduk hingga merata. Pada dasar pot dapat dimasukkan batu kerikil sehingga pada saat hujan (kelebihan air) dapat dicegah karena kelebihan air dapat menghambat pertumbuhan akar. 2. Menyediakan media tanam di lahan/tanah pekarangan atau halaman. 3. Lahan dibersih dari bebatuan, gulma dan sisasisa tanaman lain; • Lahan digemburkan (diolah) dengan menggunakan cangkul atau garpu dengan tujuan untuk memudahkan akar tanaman tumbuh dan berkembang, dan dapat menyimpan udara serta air tanah secara maksimal. • Membuat saluran pembuangan air di sekitar lahan sehingga tanaman tidak tergenang air diwaktu musim hujan. • Membuat lubang tanam dengan ukuran lubang tanam disesuaikan dengan jenis tanaman. • Untuk tanaman tahunan seperti kelapa, kedaung, pepaya, kayu putih, delima, jambu biji, mahkota dewa, jati belanda, Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
67
2)
68
belimbing ukuran lubang tanam 30 cm x 30 cm x 30 cm atau 40 cm x 40 cm x 40 cm. • Untuk tanaman semusim/perdu seperti sambiloto, kumis kucing, daun dewa, tomat, jahe, kencur, kunyit ukuran lobang tanam 20 cm x 20 cm, x 20 cm. • Jarak antar lubang tanam disesuaikan dengan jenis tanaman, tidak terlalu rapat atau jarang. • Lubang dibiarkan terbuka selama ± 7 hari dan dibiarkan kena sinar matahari untuk membuang racun di dalam tanah dan mengaktifkan mikroba tanah sebagai sumber makanan tanaman. • Tanah bekas galian dicampur dengan kompos/pupuk kandang dengan perbandingan tanah 3 : 1 atau 2 : 1, disesuaikan dengan kesuburan lahan. Media tanam siap untuk digunakan. Penyiapan Benih Penyiapan benih adalah proses dimana tanaman induk disiapkan untuk mendapatkan benih yang baik dan siap tanam. Selanjutnya dilakukan pembibitan/ persemaian benih untuk menumbuhkan bahan tanaman berupa biji, setek, rimpang, cangkokan, serpihan anakan, dan umbi sebelum dipindahkan ke dalam pot atau lahan tempat tanaman ditanam (di lapang). Benih tanaman dapat diperbanyak dengan cara vegetatif maupun generatif, yaitu : a) Biji, seperti saga. b) Stek seperti kumis kucing, cabe jawa, sambung nyawa, keji beling, sirih, beluntas. c) Rimpang, seperti jahe, temu-temuan, kencur, kunyit, lengkuas. d) Cangkok, seperti delima, mengkudu. e) Anakan, seperti daun dewa, bidara upas. Benih yang berasal dari biji, harus dibuat persemaian lebih dahulu, bisa menggunakan pot plastik maupun polybag, ukuran disesuaikan. Benih yang berkulit
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
3)
keras, misalnya biji saga sebelum disemai, direndam air selama satu malam atau dirusak kulit bijinya terlebih dahulu agar dapat cepat tumbuh. Membuat persemaian dengan polybag atau pot : a) Polybag diisi dengan campuran tanah gembur dengan kompos atau pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1 atau 2 : 1. b) Disiram sampai basah. c) Biji dibenamkan sedalam 1-3 cm, ditutup dengan tanah kompos tipis-tipis atau bahan stek sedalam ± 5 cm, jaga jangan sampai bergoyang. d) Letakkan di tempat yang teduh dan lembab, tidak terkena sinar matahari langsung. e) Disiram pagi dan sore atau sesuai kebutuhan untuk menjaga media tanam tetap lembab/basah. f) Benih dapat dipindahkan ke lahan setelah 1- 2 bulan dipersemaian atau tumbuhnya daun 3-4 lembar Penanaman Penanaman adalah proses meletakkan benih ke dalam lubang tanam atau alur yang sudah disiapkan sesuai jarak tanam. Tujuannya adalah agar benih dapat tumbuh dengan baik dan seragam. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat penanaman tanaman obat di lahan luas/hamparan adalah : a) Benih yang telah siap tanam, dapat langsung di tanam di lahan yang telah disiapkan, sebelumnya maka media tanam disiram air terlebih dahulu. b) Melakukan penanaman pada awal musim penghujan; c) Waktu penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari sehingga dapat terhindar dari sengatan terik sinar matahari dan juga mengurangi pengupan pada tanaman yang baru saja ditanam; d) Sebelum penanaman dilakukan, media tanam dilembabkan terlebih dahulu dengan cara disiram air; e) Untuk penanaman di dalam pot, benih yang
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
69
4)
5)
70
sudah tumbuh di persemaian dapat ditanam langsung di dalam pot yang sudah berisi media tanam; f) Untuk penanaman di lahan/tanah pekarangan atau halaman dilakukan dengan cara mengeluarkan bibit dari polibag ke dalam lobang tanam yang telah disiapkan dengan jarak tanam yang sudah ditentukan; g) Untuk penanaman dengan menggunakan rimpang, maka benih harus dalam posisi rebah dan tunas menghadap ke atas; h) Memadatkan tanah di sekitar benih agar tanaman kokoh. Pemupukan Pemupukan adalah pemberian unsur hara berupa pupuk organik dan anorganik ke tanaman dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara yang diperlukan sehingga tanaman dapat tumbuh optimal dan berproduksi maksimal. Pemupukan dapat dilakukan 1 bulan setelah ditanam, dan dapat diulang setiap 2 bulan sekali. Waktu pelaksanaan pemupukan, dikondisikan media tanam dalam keadaan lembab, atau segera disiram setelah perlakuan pemupukan. Pupuk yang diberikan adalah pupuk organik (pupuk kandang dari kotoran sapi, kerbau, kambing) atau kompos yang bermutu baik dengan ciri tidak berbau menyengat, remah, tidak membawa gulma dan hama maupun penyakit. Pemberian pupuk organik pada setiap tanaman atau pot dengan dosis sekitar 0,5-1 kg. Pemeliharaan Pemeliharaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang mencakup kegiatan penyulaman, penyiangan, penyiraman/pengairan, penggemburan, pembumbunan, dan pengairan dengan tujuan agar tanaman dapat tumbuh, berproduksi dan memiliki khasiat secara maksimal. Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi:
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
a)
b)
c) d)
e)
f)
Penyulaman pada umur satu bulan setelah tanam dengan menggunakan benih/bibit yang telah disiapkan dengan umur yang sama; Penyiangan merupakan kegiatan membuang gulma (rumput) yang tidak ada manfaatnya, karena dapat menjadi saingan dalam penggunaan pupuk, air dan sinar matahari. Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi gulma. Usahakan pada umur 3-6 bulan tanaman bebas dari gulma, setelah berumur 6 bulan dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Penyiangan dilakukan dengan mekanis/ manual, tidak boleh menggunakan herbisida. Untuk tanaman yang berumur 4 bulan, penyiangan dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak akar tanaman dan mencegah masuknya penyakit; Penyiraman dilakukan disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan iklimnya; Penggemburan tanah merupakan kegiatan menggemburkan tanah agar akar tanaman dapat tumbuh lebih baik. Pembumbunan dilakukan setiap bulan, mulai umur 2 bulan dan bisa dilakukan bersamaan dengan penyiangan; Pengairan/penyiraman merupakan penyiraman air biasanya dilakukan pada musim kemarau, sesuai kebutuhan atau apabila tanaman terlihat daunnya mulai layu. Saluran pembuangan air (parit) disekitar lahan diperbarui secara berkala agar air hujan mudah mengalirnya ke saluran pembuangan. Penyiraman dilakukan sore hari atau sesuai kebutuhan apabila terlihat tanaman layu. Saluran pembuangan air disekitar lahan diperbaharui secara berkala agar air hujan tidak menggenang atau mengalir dengan lancer ke saluran pembuangan. Perlu diperhatikan pola saluran pembuangan pada media tanam. Apabila menggunaka media tanam dalam pot,
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
71
6)
7)
72
perlu dilakukan penggantian media tanam setiap 6 (enam) bulan sekali agar kesuburan tanah tetap terjaga. Pengelolaan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Pengelolaan OPT adalah tindakan pengendalian yang dilakukan untuk mencegah kerugian pada budidaya tanaman yang diakibatkan oleh OPT dengan cara memadukan satu atau lebih teknik pengendalian yang dipadukan dalam satu kesatuan. Tujuannya adalah untuk mengurangi risiko kehilangan hasil dan meningkatkan mutu serta menjaga kelestarian lingkungan. a) Pemberantas serangan hama dan penyakit dilakukan dengan cara penyemprotan menggunakan pestisida hayati berupa larutan daun tembakau atau mimba, dan secara mekanik dengan mencabut bagian atau seluruh tanaman yang terkena penyakit kemudian membakar serta memungut dan membunuhnya hama yang menyerangnya. b) Pencegahan serangan hama dan penyakit dapat juga dilakukan dengan membersihkan rumput/ gulma serta membuang tanaman yang kering/ mati terserang penyakit agar tidak menular ke tanaman lain yang sehat. Panen Pemanenan adalah kegiatan pengambilan hasil dengan cara membongkar atau mencabut dengan menggunakan tangan, garpu dan atau cangkul. Tanaman obat harus dipanen pada saat yang tepat, agar kadar zat berkhasiat dalam tanaman cukup tinggi, sehingga obat yang dihasilkan lebih bermanfaat. Pada umumnya zat berkhasiat kadarnya optimal apabila tanaman dipanen menjelang atau awal tanaman berbunga, tidak dipanen pada waktu hujan, dan sebaiknya dipanen di waktu sore hari atau pada saat yang tepat. Cara panen yang terbaik adalah:
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
a)
8)
Panen buah, diambil buah yang sudah mencapai masak, ditandai dengan perubahan warna dari hijau menjadi kekuningan, kecoklatan, atau kemerahan. b) Panen daun, diambil daun yang sudah tumbuh sempurna, maksimal ukurannya, tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua, biasanya daun urutan ke 2 – 3 dan seterusnya dari daun pucuk. Daun diambil dari batang/cabang yang menerima sinar matahari langsung. c) Panen pucuk, diambil daun yang terletak pada ujung cabang/ranting dan warnanya lebih muda dibandingkan dari warna daun tua. d) Panen rimpang, diambil dari tanaman yang sudah mengering batang dan daunnya karena umurnya sudah cukup, biasanya dilakukan pada musim kering/kemarau. e) Panen kulit batang, diambil pada saat tanaman cukup umur dan dilakukan pada awal/ permulaan musim kemarau. f) Panen biji, diambil dari buah yang tua atau kering atau juga buah yang pecah. Pasca panen; Pascapanen adalah tindakan yang dilakukan setelah panen, mulai dari seleksi, pencucian, penirisan, perajangan, pengeringan, pengemasan/ penyimpanan dan pelabelan. Tujuannya adalah untuk menghasilkan produk, berkualitas dengan mempertahanan kandungan bahan aktif yang memenuhi standar mutu secara konsisten. Kegiatan pascapanen mencakup pengolahan bahan hasil panen menjadi bahan baku obat atau pengolahan pascapanen primer. Selain diproses langsung menjadi jamu atau keperluan lain, hasil panen dapat diolah menjadi simplisia, sehingga dapat disimpan lebih lama. Tahapan pengolahan pasca panen primer menjadi simplisia meliputi : a) Menyeleksi hasil panen dari campuran benda lain dan jenis tanaman lain dan rumput.
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
73
b) c) d) e)
f)
g)
Mencuci menggunakan air bersih, membuang kotoran dan bagian yang rusak (busuk). Mentiriskan agar air bekas cucian hilang. Merajang/mengiris rimpang dan buah, tebal irisan antara 2 – 5 mm. Mengeringkan daun, pucuk, kulit batang dan biji di bawah sinar matahari, sampai cukup kering. Untuk menghasilkan bahan baku (simplisia) yang berkualitas tinggi, pada waktu pengeringan bahan yang dikeringkan ditutupi menggunakan kain hitam, agar tidak terkena sinar matahari secara langsung. Setelah diiris bahan tersebut dikeringkan di bawah sinar matahari, sampai kering. Tanda bahwa sudah cukup kering adalah apabila bahan yang dikeringkan menunjukkan mudah dipatahkan. Untuk menghasilkan bahan baku (simplisia) yang berkualitas tinggi, pada waktu pengeringan bahan yang dikeringkan menggunakan tutup kain hitam. Pengemasan/penyimpanan simplisia yang sudah kering dapat disimpan di dalam botol yang berwarna gelap, dalam jumlah besar bisa menggunakan kantong plastik kedap udara atau box plastik agar simplisia tidak lembab dan diberi label.
POKOK BAHASAN 2 Pemanfaatan dan teknik membuat ramuan untuk asuhan mandiri A. Teknik Meramu Hal yang perlu diperhatikan sebelum membuat ramuan obat trdisional: 1. Penyiapan Bahan Baku (Simplisia) : Yang dimaksud bahan ramuan adalah bahan yang digunakan dalam bentuk simplisia segar atau kering. Sebelum membuat ramuan harus dipastikan bahwa tidak menggunakan tanaman yang salah, dapat memberikan efek yang tidak diinginkan atau keracunan. Memilih bahan
74
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
ramuan dari akar, rimpang, umbi, kulit batang, batang kayu, daun, bunga, buah atau seluruh tanaman (herba) harus perhatikan, yang dipilih adalah : a. Berwarna cerah. b. Yang telah tua/masak sempurna dan dalam keadaan segar, Buah tidak keriput. Kulit batang tidak retak. c. Pilih yang masih utuh dan tidak rusak oleh serangan ulat atau hama dan penyakit tanaman lainnya. d. Tidak terserang hama dan yang tidak bercendawan atau berjamur atau akar yang berlumut. e. Tidak memilih buah, daun bunga, kulit umbi yang telah berubah warna atau layu. 2.
Ukuran dan Takaran : Ukuran dan takaran, menggunakan alat ukur dan takaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat, seperti : Ukuran dan takaran yang digunakan adalah yang biasa dikenal olehmasyarakat, seperti : Gelas Cangkir Sendok Genggam Jari Tangan Ibu Jari Helai
→ → → → → → →
Pelepah
→
Sebesar Telur
→ →
Secukupnya
→
Sejimpit
→
Seujung kuku
→
Gelas belimbing, 1 gelas = 200 cc Cangkir teh, 1 cangkir = 100 cc Sendok makan, 1 sendok = 15 cc 1 genggam tangan penderita 1 Jari = ukuran panjang 1 telunjuk penderita. Sebesar ibu jari jempol penderita Lembar, satuan ukuran daun yang lebar seperti daun pepaya, dadap serep 1 pelepah tanaman lidah buaya yang panjangnya = 10 cm Biasa disebut sebesar telur itik atau ayam kampung atau sebesar telur burung merpati Identik 150 – 200 gram tapi bila tidak ada keterangan, maka yang dimaksud sebesar telur ayam Ukuran secukupnya digunakan pada penggunaan bahan yang nilainya sedikit seperti garam, gula,air dan lain-lain digunakan biasanya untuk bahan herba yang penggunaanya dalam jumlah sedikit karena fungsinya yang keras seperti sambiloto biasanya digunakan pada bahan yang penggunaanya sedikit seperti kapur sirih (enjet)
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
75
3.
Peralatan yang digunakan Peralatan adalah alat/perkakas yang digunakan untuk membuat ramuan. Jenis peralatan antara lain : a. Periuk (kuali) dari tanah liat atau panci dari bahan gelas/kaca atau stainless steel. b. Pisau atau spatula/pengaduk yang terbuat dari bahan kayu. c. Saringan dari bahan plastik atau nilon. Jangan menggunakan peralatan dari bahan alumunium atau timah, tembaga karena dapat bereaksi dengan bahan kimia tertentu dari bahan tanaman yang dapat meracuni (menjadi toksik) dan mengurangi khasiat tanaman obat tersebut.
4.
76
HIgiene Sanitasi Cara meramu adalah sebuah pekerjaan yang menggunakan tangan dan alat ketika mencampurkan bahan-bahan yang berasal dari tanaman obat. Sehingga diperlukan hygiene sanitasi terhadap bahan ramuan dan peralatan yang digunakan serta peramunya. Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum membuat ramuan : a. Bahan Ramuan Cuci bersih seluruh bahan ramuan dengan air bersih dan mengalir Tiriskan bahan ramuan dengan wadah yang bersih Rajang bahan ramuan sesuai kebutuhan b. Peralatan Peralatan yang digunakan harus bersih dan kering Gunakan peralatan sesuai dengan fungsinya Cuci bersih dan keringkan peralatan setelah digunakan Simpan di dalam lemari perkakas c. Peramu Kondisi fisik peramu harus dalam keadaan sehat
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
-
Cuci tangan dengan cara yang benar sebelum meramu Gunakan masker, tutup kepala dan celemek Selalu cuci tangan setiap penggantian tahapan proses pembuatan ramuan
5.
Pengolahan dan penyiapan a. Beberapa teknik membuat ramuan untuk dikonsumsi : 1) Rebusan/Godogan Adalah proses penyarian dengan cara merebus bahan ramuan dengan air sampai mendidih menggunakan api kecil. 2) Seduhan Adalah proses mencampur bahan ramuan dengan air panas 3) Perasan Adalah proses penyarian dengan teknik perasan b. Beberapa teknik membuat ramuan untuk pemakaian luar : 1) Tapal 2) Balur 3) Oles 4) Mandi c. Beberapa teknik membuat ramuan untuk penguapan : 1) a). Ratus 2) b). Sauna
6.
Hal-hal yang harus diperhatikan : → Jika merebus sebaiknya menggunakan api kecil. → Alat-alat yang digunakan harus bersih. → Biasanya dalam merebus simplisia herba, air disisakan menjadi setengahnya, misalnya air 2 gelas disisakan menjadi 1 gelas. → Jika herba berupa teh atau simplisia yang harus diseduh, maka menggunakan air dengan suhu 80 derajat. → Masukan bahan ramuan yang mengandung minyak atsiri setelah mau diangkat dan ditutup, untuk ramuan yang bentuk kayu masukan diawal agar zat obat dapat keluar dengan maksimal
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
77
Catatan Penting ! 1. Pilih jenis tanaman yang tepat sesuai resep 2. Pada saat akan meramu bahan, harus dicermati komposisi bahan. 3. Takaran harus sesuai petunjuk, jangan ditambah atau dikurangi. 4. Pada saat merebus harap diperhatikan apinya, jangan terlalu besar. Perhatikan pula alat rebusan, sebaiknya berbahan tanah liat. 5. Rebus ramuan dengan api kecil. 6. Rujukan ke dokter diperlukan jika pasien tidak ada kemajuan setelah mengkonsumsi ramuan dalam waktu yangtelah ditentukan. Jangan lupa dosis pemberian harus dipenuhi sesuai anjuran. 7.
78
Penggunaan bentuk-bentuk ramuan a. Penyajian untuk dikonsumsi 1) Rebusan, disajikan dengan menyaring hasil rebusan kemudian cairan sari diminum hangathangat 2) Seduhan, disajikan dengan mengendapkan bahan ramuan yang sudah direndam air panas atau menyaringnya kemudian cairan sari diminum hangat-hangat 3) Perasan, disajikan dengan meminum cairan sari dari bahan ramuan yang diperas b. Penyajian untuk penggunaan luar 1) Tapal, disajikan dengan menempelkan bahan ramuan yang ditumbuk kebagian tubuh yang sakit 2) Balur, disajikan dengan menggosokkan atau membalurkan bahan ramuan yang ditumbuk kebagian tubuh yang sakit 3) Oles, disajikan dengan mengoleskan bahan ramuan dalam bentuk cair kebagian tubuh yang sakit 4) Mandi, dilakukan dengan menyiramkan atau merendam tubuh dengan cairan rebusan bahan ramuan
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
c.
Penyajian untuk penggunaan penguapan 1) Ratus, disajikan dengan membakar bahan ramuan kemudian uapnya diarahkan kebagian tubuh tertentu 2) Sauna, disajikan dengan merebus bahan ramuan kemudian uapnya diarahkan ke seluruh tubuh dalam ruangan tertutup
Pokok Bahasan 3 Tatalaksana gangguan kesehatan ringan dg pemanfaatan TOGA utk asuhan mandiri. A. Kelompok Usia Subur a. Ramuan untuk Nyeri Haid ● Bahan : - Empu kunyit : 3 jari - Asam kawak (asam yang telah dimasak) : 2 Sendok teh - Gula merah : 2 sendok makan - Air : 3 gelas ● Cara pembuatan Kunyit setelah dikupas, diiris tipis-tipis, rebus hingga air menyusut menjadi setengahnya, tambahkan asam kawak, gula merah kemudian diaduk-aduk. Diamkan sampai hangat-hangat kuku. ● Cara pemak aian Minum ramuan kunyit asam diatas 7 hari sebelum haid sampai 3 hari selama haid. Ramuan ini juga dapat ditambahkan kayu manis 1 jari sebagai penyedap/ pengharum, asam dan gula merah dapat ditambahkan sesuai selera. b. Ramuan untuk Mual ● Bahan - Jahe : 2 ibu jari - Gula Merah : secukupnya - Air : 1 ½ gelas ● Cara pembuatan Jahe setelah dikupas, digeprek, rebus hingga air menyusut menjadi setengahnya, tambahkan gula merah kemudian diaduk-aduk. Diamkan sampai hangat-hangat kuku. Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
79
● Cara pemakaian
c.
d.
80
Minum ramuan jahe sampai rasa mual hilang. Demam pada Ibu Nifas Perawatan ibu setelah melahirkan untuk mencegah demam nifas Ramuan 1. untuk Pencegahan Demam Nifas ● Bahan : - Daun pepaya muda segar : 1 helai - Garam : sedikit/secukupnya - Gula jawa/aren : 2 sendok makan - Air : 2 gelas ● Cara pembuatan : Daun pepaya dipotong-potong, kemudian direbus dengan air dan ditambahkan sedikit garam serta gula aren dan dididihkan sampai menjadi 1 gelas. ● Cara pemakaian : Ramuan diminum segera setelah melahirkan, keesokan harinya dibuat ramuan baru dan minum sekali lagi. (Ramuan diminum 2 hari berturut-turut) Ramuan 2. Untuk Pencegahan Demam Nifas ● Bahan : - Daun Iler (miana) segar : 7 lembar - Daun Jung Rabap : 1 sendok makan - Air : 1 sendok makan ● Cara pembuatan : Daun Jung Rabap dibakar sampai menjadi abu kemudian dihaluskan dengan daun Iler serta ditambahkan sedikit air. ● Cara pemakaian : Dilumurkan/dioleskan pada bagian perut secara merata ASI sedikit dan Tidak Lancar Ramuan 1. Untuk Melancarkan ASI ● Bahan: Daun katuk segar 2-3 genggam ● Cara pembuatan: Daun katuk segar dibuat sayur ● Cara pemakaian: Sayur daun katuk dimakan 3 kali setiap hari, setiap kalinya 1 mangkok.
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
Ramuan 2. Untuk Melancarkan ASI ● Bahan: - Temulawak : sebesar telur bebek, diiris - Meniran : ½ genggam - Pegagan : ¼ genggam - Air : 3 gelas ● Cara pembuatan : Direbus hingga air menyusut menjadi setengahnya. ● Cara Pemakaian: Minum 1 gelas pagi dan 1 gelas diminum menjelang tidur malam B.
Tanaman Obat untuk Tatalaksana Gangguan Kesehatan Ringan pada Kelompok Usia Balita (1-5 tahun). a. Kurang/Tidak Nafsu Makan Ramuan untuk Meningkatkan Nafsu Makan ● Bahan : - Temu hitam : 1/2 - 1 jari tangan - Garam sedikit : secukupnya - Gula aren/gula jawa : secukupnya - Air matang/hangat : 1 cangkir ● Cara pembuatan : Temu hitam diparut, kemudian diaduk diremas-remas dengan air hangat kemudian disaring dan diendapkan beberapa saat. Cairan beningnya diambil, ditambahkan garam, gula dan diaduk. ● Cara pemakaian (Dewasa) : Ramuan diminum 1 x sehari Diulang tiap hari selama 3 hari ● Cara Pemakaian (Anak-anak) : Anak umur 1 - 2 th 1 x sehari 1 sendok makan Anak umur 3 - 5 th 1 x sehari 2 sendok makan Anak umur 6 - 8 th 1 x sehari 1/4 gelas Anak umur 9 - 11 th 1 x sehari 1/2 gelas b. Batuk pilek Common Cold (Batuk Pilek) Batuk merupakan gejala dari penyakit saluran pernapasan, seperti influenza, penyakit kerongkongan, asma, amandel
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
81
dan TBC dimana terjadi akibat adanya penyumbatan saluran napas bagian bawah oleh penumpukan lendir akibat penyakit tersebut. Ramuan untuk mengencerkan dahak : Ramuan 1 : ● Bahan : - Kencur : 3 ruas jari - Air : 3/4 cangkir ● Cara pembuatan : Kencur dikupas diparut (parutannya dialasi daun pisang). Tambahkan air 3/4 cangkir, lalu diperas dan disaring dengan menggunakan kain bersih/saringan teh. ● Cara pemakaian : Diminum 4-5 x sehari 1 sendok makan, untuk anak-anak (lebih dari 12 tahun) dan orang dewasa. Ramuan 2 ● Bahan : - Daun waru muda atau : 11 helai. - Daun saga (pilih salah satu) : 2 genggam. - Gula batu sebesar telur : 1 biji. - Air : 2 gelas. ● Cara pembuatan : Daun waru atau daun saga dicuci bersih, dipotongpotong kasar, kemudian ditambahkan gula dan air. Kemudian ramuan tersebut dididihkan hingga menjadi 1 gelas ramuan. ● Cara pemakaian : Diminum ramuan tersebut 2 x sehari, pagi hari sebelum makan dan malam hari sebelum tidur. Ramuan batuk karena masuk angin : Ramuan I ● Bahan : - Air Jeruk nipis : 1 sendok makan - Air matang : 4 sendok makan - Kecap atau madu : secukupnya ● Cara pembuatan : Jeruk diperas, airnya ditambah dengan kecap atau madu sama banyak selanjutnya semua bahan diaduk sampai rata.
82
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
● Cara pemakaian :
Dewasa : 4 x sehari 1 sendok makan. Anak-anak : 4 x sehari 1 sendok teh. Batuk pada anak-anak : Ramuan 1. Untuk Batuk pada Anak ● Bahan : - Bawang merah : 1 buah. - Pulosari : 1 ibu jari. - Adas : 5 butir (1/4 sendok teh). - Gula batu atau madu : secukupnya. - Air : secukupnya. ● Cara pembuatan : Bawang merah dikupas, kemudian bersama bahan lainnya (kecuali gula batu) dicuci hingga bersih, lalu ditumbuk hingga seperti bubur, selanjutnya dibungkus dalam daun pisang dan dikukus selama 15 menit. Campuran diperas dengan memakai kain bersih ke dalam gelas dan ditambahkan gula serta diaduk sampai larut. ● Cara pemakaian : Diminum ramuan tersebut 2 x sehari, pagi hari sebelum makan dan malam hari sebelum tidur. Perhatian Adas, jahe, kencur untuk bayi (terutama belum makan makanan padat) sebaiknya tidak diberikan. Ramuan 2. Untuk Batuk pada Anak ● Bahan : - Bunga belimbing wuluh segar : 1 genggam. - Bawang Merah : 1 buah. - Biji Buah Pala : 1/4 kelereng. - Gula Batu : 1 sendok makan. - Air : 1/2 gelas. ● Cara pembuatan : Bawang merah diiris menjadi 4 bagian, biji buah pala ditumbuk sehingga menjadi seperti batu kerikil. Kemudian semua bahan dicampur kedalam mangkok kecil dan ditutup, lalu dikukus selama 1 jam. Selanjutnya dilakukan penyaringan. Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
83
● Cara pemakaian :
Hasil saringan diminum pada pagi hari dan malam hari sebelum tidur. c.
Sesak nafas karena asma pada anak Ramuan: ● Bahan - Jahe : 2 ibu jari - Bawang Merah : 1 siung - Gula Merah : secukupnya - Air : 1 ½ gelas ● Cara pembuatan Jahe setelah dikupas digeprek, bawang merah dikupas dan diiris, rebus hingga air menyusut menjadi setengahnya, tambahkan gula merah kemudian diadukaduk. Diamkan sampai hangat-hangat kuku. ● Cara pemakaian Ramuan diminum sedikit demi sedikit, sampai sesak hilang.
d.
Perut kembung (dispepsia) Sakit maag adalah nyeri pada ulu hati disertai mual sebelum dan sesudah makan. Ramuan ini bermanfaat untuk mengurangi ganguan perut kembung. Ramuan : ● Bahan : - Kunyit (yang tua) : 2 ruas jari. - Air matang : 1/2 cangkir. ● Cara Pembuatan : Kunyit dikupas dan dibersihkan. Kemudian diparut dan ditambah air matang. Setelah itu peras dengan kain bersih. Diamkan, hanya beningnya yang diambil. ● Cara Pemakaian : Dewasa 2 x sehari 1/2 cangkir, pagi hari sebelum makan dan malam hari sebelum tidur. Sebaiknya ramuan tersebut ditambah dengan madu 1 sendok makan. Sakit Perut Pada Anak/Bayi : Ramuan ● Bahan : - Kunyit - Kulit batang pulasari
84
: 1 jari. : 1 jari.
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
- Seluruh tanaman patikan cina segar : 1 genggam. - Air : 2 cangkir. ● Cara pembuatan : Kunyit diiris-iris, tambahkan pulasari, dicampur dengan patikan cina yang telah ditumbuk sebelumnya. Kemudian tambahkan air, didihkan sampai diperoleh 1 cangkir, saring dengan kain bersih. ● Cara pemakaian : - Anak 1 tahun : 3 kali sehari : 1 sendok makan. - Anak 2 tahun : 3 kali sehari : 4 sendok makan - Anak lebih dari 2 tahun: 3 kali sehari : 1/2 cangkir Sakit perut kembung pada anak/bayi. Ramuan ● Bahan : Daun mengkudu (pace) atau daun jarak pagar beberapa lembar. ● Cara pembuatan : Daun dilayukan di atas nyala api, beri minyak kelapa, remas-remas. Boleh juga sebelum daun dipanasi diolesi dulu dengan minyak kelapa. ● Cara pemakaian : Daun yang sudah diremas-remas, ditempelkan kepada perut bayi, dibungkus lagi dengan gurita/sehelai kain. e.
Cacingan (Toga empiris, akupresurtidakbisa = kasusbanyak) Ramuan: ● Bahan : - Biji petai cina : 1 sendok makan - Biji pinang : 1 biji - Air : 1 gelas ● Cara pembuatan : Biji pinang diiris, kemudian rebus dengan air bersama biji petai cina, hingga air tinggal setengahnya . ● Cara pemakaian : Diminum sehari 1 kali selama 3 hari.
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
85
86
C.
Tanaman Obat untuk Tatalaksana Gangguan Kesehatan Ringan pada Kelompok Usia Sekolah dan Remaja (6-18 tahun). a. Miningkatkan sel darah merah Ramuan: ● Bahan : Bayam merah : 1 ikat ● Cara pembuatan : Bayam merah dimasak sebagai sayur bening. ● Cara pemakaian : Dikonsumsi selama 7 hari b. Sakit Gigi Ramuan: ● Bahan : Cengkeh : 2 butir ● Cara pembuatan : Cengkeh dihaluskan ● Cara pemakaian : Cengkeh ditapal pada gigi yang sakit. c. Pingsan (ramuan) Ramuan: ● Bahan : Minyak kayu putih : secukupnya ● Cara pemakaian : Dioleskan pada hidung dan pelipis
D.
Tanaman Obat untuk Tatalaksana Gangguan Kesehatan Ringan pada Kelompok Usia Kerja. a. Sakit Kepala sebelah (Migren) Ramuan: ● Bahan : - Bawang putih : 1 siung - Pegagan : 1 jumput - Air : 1 ½ gelas ● Cara pembuatan : Pegagan dan bawang putih yang sudah digeprek direbus dengan air selama 10-15 menit. ● Cara pemakaian : Diminum selagi hangat, 3 kali 1 gelas sehari.
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
b.
Nyeri Otot/pegel linu Pegal linu merupakan gangguan yang umum terjadi, terutama pada orang tua atau setelah beraktivitas cukup berat. Rasa pegal linu sering menyerang daerah leher, pundak dan lengan. Pegal linu timbul ketika otot meregang. Pegal linu dapat disebabkan oleh aktivitas yang dilakukan secara tidak benar, seperti duduk dengan posisi yang tidak ergonomis dalam waktu yang lama, mengangkat beban terlalu berat, atau kurang berolah raga. Ketegangan emosi dan stress juga dapat memacu timbulnya pegal linu. Ramuan I : ● Bahan : - Daun Landep segar : 1/2 genggam. - Kapur sirih : 1/2 sendok teh. - Air matang : 2 sendok makan. ● Cara pembuatan : Daun Landep dari jenis yang berbunga kuning ditumbuk halus bersama-sama dengan kapur sirih. Kemudian campurkan air, aduk sampai menyerupai pasta encer. ● Cara pemakaian : Campuran dilumurkan pada bagian yang sakit 2 x sehari. Bagi yang kulitnya peka sebaiknya hati-hati, kalau merasa panas atau gatal sebaiknya segera bersihkan. Ramuan II ● Bahan : - Daun gandarusa segar : 25 lembar. - Kapur sirih : 1/2 sendok teh rata. - Air : 2 sendok makan. ● Cara pembuatan : Daun Gandarusa, ditumbuk halus bersama dengan kapur sirih dan sedikit air. Kalau sakitnya keras, dapat ditambah sedikit lada. Sebanyak 3 biji. ● Cara pemakaian : Campuran dilumurkan pada bagian badan yang sakit. 2 x sehari. Atau tempelkan pada tempat yang sakit lalu dibalut.
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
87
Ramuan III ● Bahan : - Jahe : 1 jempol. - Sereh : 2 batang. - Air : 2 gelas. - Gula merah : 1 sendok makan. - Garam : seujung sendok. ● Cara pembuatan : Jahe dibakar dan memarkan, rebus jahe dengan sereh. Setelah menyusut tambah sedikit gula merah dan garam, aduk-aduk dan dinginkan. ● Cara pemakaian: Minum hangat-hangat pagi dan sore. E.
Tanaman Obat untuk Tatalaksana Gangguan Kesehatan Ringan pada Kelompok Usia Lansia (lebih dari 60 tahun). a. Melancarkan buang air besar (konstipasi) Penyebab Sulit Buang Air Besar (Sembelit) karena pola makan yang buruk, kurang mengandung serat, minum kurang, kurang tidur, kebiasaan BAB tidak teratur dan sering disertai rasa cemas atau khawatir. Ramuan sembelit ini tidak diperbolehkan untuk ibu hamil dan menyusui. Ramuan I ● Bahan : - Daun lidah buaya ukuran sedang : ½ pelepah - Madu : 1 sendok makan - Air : ½ gelas ● Cara Pembuatan : Daun lidah buaya dicuci dan dikupas. Isinya dipotong kecil-kecil, seduh dengan ½ gelas air. Berikan 1 sendok makan madu. Ramuan dapat juga diblender ● Cara pemakaian : Ramuan diminum 1 kali sehari, sampai BAB normal Ramuan II ● Bahan : - Daun Handeleum (daun Wungu) : 7 lembar - Air
88
: 2 gelas
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
● Cara Pembuatan :
b.
c.
Daun handeuleum direbus dengan 2 gelas air sampai airnya tinggal setengah. ● Cara Pemakaian : Minum sekaligus pada pagi hari. Nyeri Sendi Ramuan I ● Bahan : - Jahe : 1 jari - Sereh : 2 batang - Kencur : 1 ruas jari - Air : 1 ½ gelas - Gula merah : secukupnya ● Cara pembuatan : 1. Diminum Jahe dibakar dan memarkan, kencur diiris, sereh digeprek, semua bahan direbus dengan air selama 10-15 menit. 2. Diboreh Jahe, sereh, kencur ditumbuk. ● Cara pemakaian: 1. Diminum Minum hangat-hangat pagi dan sore selama 7 hari. 2. Diboreh Diborehkan pada bagian lutut sendi yang sakit Susah tidur (Insomnia) Ramuan I ● Bahan: - buah pala : 1 buah - Madu : 1 sendok makan ● Cara pembuatan : Buah pala dicuci dan ditumbuk halus-halus. Seduh dengan air panas ¾ cangkir dan madu 1 sendok makan. ● Cara pemakaian (Dewasa) : Suam-suam kuku diminum 1-2 kali sehari. Ramuan II ● Bahan: - Buah adas : ¾ sendok teh - Madu : 1 sendok makan
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
89
● Cara pembuatan :
c.
d.
90
Buah adas dicuci dan ditumbuk halus-halus. Seduh dengan air panas ¾ cangkir dan madu 1 sendok makan. ● Cara pemakaian (Dewasa) : Suam-suam kuku diminum 1-2 kali sehari Maag Ramuan ● Bahan: - Temulawak : 1 ibu jari - Kunyit : 1 ibu jari - Kencur : 1 ibu jari - Gula merah : secukupnya - Air : 1 ½ gelas ● Cara pembuatan : Temulawak, kunyit, kencur dicuci dan diiris. Rebus seluruh bahan selama 10-15 menit. ● Cara pemakaian : Minum 1 gelas sehari selama 14 hari Pemulihan setelah sakit Pemulihan stamina sehabis sakit dapat digunakan ramuan untuk meningkatkan Kebugaran Jasmani. Kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan. Kebugaran jasmani meliputi daya tahan jantung-paru, daya tahan otot, kekuatan otot, fleksibilitas, dan komposisi tubuh. Ramuan : ● Bahan: - Jahe : 1- 2 jari - Sereh : 1 jari - Cengkeh : 4 biji - Pala : ½ biji - Daun jeruk purut : 1 lembar - Kemukus : 5 biji - Kayu manis : secukupnya - Gula aren : secukupnya - Air : 5 gelas
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
● Cara pembuatan
e.
Jahe, sereh, kayu manis, gula aren dipotong kecil-kecil (bila perlu jahenya dibakar terlebih dahulu). Semua bahan dicampur kemudian direbus sampai mendidih selama 10-15 menit. ● Cara pemakaian Ramuan diminum hangat-hangat 1 gelas 2 kali sehari Meningkatkan Daya tahan tubuh Ramuan : ● Bahan: - Jahe : 1 ibu jari - Pegagan : 1 jumput - Temulawak : 1 ibu jari - Gula Merah : secukupnya - Air : 1 ½ gelas ● Cara pembuatan Jahe dicuci dan digeprek, temulawak dicuci dan diiris, pegagan dicuci, gula merah dipotong kecil-kecil. Semua bahan dicampur kemudian direbus sampai mendidih selama 10-15 menit. ● Cara pemakaian Ramuan diminum hangat-hangat 2 hari sekali 1 gelas
VIII. LEMBAR KERJA A. Panduan Demonstrasi Pengenalan TOGA 1. Pengenalan Jenis Tanaman Obat a. Tersedia Materi (hidup) tanaman obat dari berbagai jenis yang dilengkapi dengan label/penamaan. b. Tersedia bagian tanaman (terpisah dari tanaman hidup) yang digunakan untuk obat dan menjadi ciri pembeda dengan tanaman yang hampir serupa (mirip). c. Tersedia bagian-bagian tanaman (akar, batang, daun, bunga, buah) yang terpisah dari tanaman hidup, dalam bentuk segar (simplisia basah) dan kering, serta serbuk,atau ekstrak. d. Fasilitator menunjukkan perbedaan tanaman obat yang hampir serupa bentuk dan atau kegunaannya, baik secara keseluruhan (seluruh tanaman) atau Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
91
e.
f.
2.
B.
92
berdasarkan bagian-bagian tertentu saja (terpisah dari tanaman utuh). Fasilitator memberikan contoh cara pertelaan tanaman dengan melihat, meraba, dan merasakan (Organoleptik), bersama-sama dengan peserta. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk membedakan jenis-jenis tanaman obat yang didemonstrasikan berdasarkan manfaatnya dalam selfcare ramuan.
Budidaya dan Pascapanen Tanaman Obat a. Menyediakan contoh tanaman yang akan digunakan untuk demonstrasi teknik budidaya (perbanyakan benih dan penanaman). Contoh: tanaman yang diperbanyak dengan biji (saga, kepel, pinang); setek batang (kumis kucing, cabe jawa, handeuleum/wungu), anakan (lidah buaya, kapol) b. Menyediakan peralatan yang mendasar untuk budidaya Contoh: gunting setek, polibag, media tanam, pot, pupuk, cangkul, sprayer sederhana untuk menyiram tanaman,dll c. Menyediakan alat pasca panen primer sederhana Contoh: Pisau untuk merajang, tampah untuk menjemur, dll
Panduan Demonstrasi Pembuatan Sediaan Herbal 1. Instan Temulawak Langkah-langkah yang dilakukan : a. Menyiapkan bahan dan peralatan yang digunakan Bahan : - Temulawak 250 gr ( 1 rimpang besar ) - Gula pasir 1 kg - Air Matang 100 cc Peralatan : - Pisau 1 buah - Parutan 1 buah - Baskom kecil 2 buah
akan
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
b.
c.
- Saringan 1 buah - Wajan 1 buah - Pengaduk stainless steel/sodet Cara kerja - Cuci bersih temulawak dengan air mengalir sambil disikat supaya tanah yang melekat hilang, tiriskan - Kupas temulawak, jika masih kotor cuci kembali - Parut temulawak - Hasil parutan campur dengan 100 cc air matang, remas-remas, kemudian diperas/disaring - Siapkan gula pasir 1 kg dibagi 2 bagian @ 500 gr - Masak sari temulawak sambil diaduk-aduk, setelah mendidih masukkan 500 gr, aduk kembali sampai membentuk gulali dan mulai mongering - Masukkan sisa gula pasir sebanyak 500 gr lagi, aduk rata, matikan api - Aduk terus sambil ditekan-tekan saat wajan masih panas, sampai kering membentuk butiran kristal - Ayak butiran kristal untuk hasil yang lebih bagus - Instan temulawak siap disajikan Cara penyajian 1) Panas - Masukkan 1 sdm instan temulawak ke dalam cangkir/gelas - Seduh dengan air panas 200 cc, aduk sampai larut, hangat-hangat diminum 2) Dingin - Masukkan 1 sdm instan temulawak ke dalam cangkir/gelas - Seduh dengan air matang 100 cc, aduk rata, tambahkan es batu atau seduh dengan air dingin instan temulawak
2.
Instan Kunyit Langkah-langkah yang dilakukan : a. Menyiapkan bahan dan peralatan digunakan Bahan : - Kunyit 250 gr ( 3 rimpang besar )
yang
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
akan
93
b.
c.
94
- Gula pasir 1 kg - Air Matang 100 cc Peralatan : - Pisau 1 buah - Parutan 1 buah - Baskom kecil 2 buah - Saringan 1 buah - Wajan 1 buah - Pengaduk stainless steel/sodet Cara kerja - Cuci bersih kunyit dengan air mengalir sambil disikat supaya tanah yang melekat hilang, tiriskan - Kupas kunyit, jika masih kotor cuci kembali - Parut kunyit - Hasil parutan campur dengan 100 cc air matang, remas-remas, kemudian diperas/disaring - Siapkan gula pasir 1 kg dibagi 2 bagian @ 500 gr - Masak sari kunyit sambil diaduk-aduk, setelah mendidih masukkan 500 gr, aduk kembali sampai membentuk gulali dan mulai mongering - Masukkan sisa gula pasir sebanyak 500 gr lagi, aduk rata, matikan api - Aduk terus sambil ditekan-tekan saat wajan masih panas, sampai kering membentuk butiran kristal - Ayak butiran kristal untuk hasil yang lebih bagus - Instan kunyit siap disajikan Cara penyajian 1) Panas - Masukkan 1 sdm instan kunyit ke dalam cangkir/gelas - Seduh dengan air panas 200 cc, aduk sampai larut, hangat-hangat diminum 2) Dingin - Masukkan 1 sdm instan kunyit ke dalam cangkir/gelas - Seduh dengan air matang 100 cc, aduk sampai larut, tambahkan es batu atau seduh instan kunyit dengan air dingin, aduk sampai larut
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
3.
Kunyit Asem Langkah-langkah yang dilakukan : a. Menyiapkan bahan dan peralatan Bahan : - Empu Kunyit 3 rimpang - Asam Jawa 50 gr - Gula Jawa 3 buah - Garam secukupnya - Air matang 1 liter Peralatan : - Pisau 1 buah - Parutan 1 buah - Baskom kecil 2 buah - Saringan 1 buah - Mangkok kecil 1 buah - Kendil 1 buah - Pengaduk kayu 1 buah b. Cara kerja - Cuci bersih kunyit dengan air mengalir sambil disikat supaya tanah yang melekat hilang, tiriskan - Kupas kunyit, jika masih kotor cuci kembali - Parut kunyit - Hasil parutan campur dengan 100 cc air matang, remas-remas, kemudian diperas/disaring, sisihkan - Pisahkan daging buah asam dari bijinya - Aduk daging buah asam dengan sedikit air, saring,sisihkan - Sisir gula merah, sisihkan - Campur sari asam, sari kunyit, garam, gula merah dan sisa air - Rebus sampai mendidih dan gula larut - Angkat , saring dan siap disajikan c. Cara penyajian 1) Panas Tuangkan kunyit asam kedalam gelas sesuai selera selagi panas, hangat-hangat diminum 2) Dingin Tuangkan kunyit asam kedalam gelas sesuai selera setelah dingin kemudian tambahkan es batu
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
95
96
4.
Kopi Stamina Langkah-langkah yang dilakukan : b. Menyiapkan bahan dan peralatan yang akan digunakan Bahan : - Kopi bubuk 5 sdm - Jahe 2 ibu jari - Lengkuas 1 ibu jari - Lada Hitam 3 butir - Cabe Jawa 1 butir - Kayu Manis 1 jari telunjuk - Gula Aren secukupnya - Air 800 cc Peralatan : - Pisau 1 buah - Sendok makan 1 buah - Parutan 1 buah - Baskom kecil 2 buah - Saringan 1 buah - Cobek dan ulegan 1 buah - Mangkok kecil 1 buah - Kendil 1 buah - Pengaduk kayu 1 buah c. Cara kerja - Cuci bersih semua bahan - Jahe, lengkuas diparut, tambahkan 100 cc air, peras, saring, Sisihkan - Cabe jawa, Lada Hitam ditumbuk kasar, sisihkan - Rebus seluruh bahan (kecuali gula aren ) dengan 500 cc air sampai mendidih, angkat saring - Rebus lagi ramuan yang sudah disaring tadi dengan 200 cc air, masukkan gula aren, rebus sampai gula aren larut, saring, siap disajikan d. Cara penyajian : Tuangkan kopi stamina kedalam gelas/ cangkir,minum selagi hangat
5.
Sirup Temulawak Langkah-langkah yang dilakukan :
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
a.
b.
c.
Menyiapkan bahan dan peralatan yang akan digunakan Bahan : - Temulawak 50 gr - Gula pasir 1 kg - Garam secukupnya - Air bersih 600 cc Peralatan : - Pisau 1 buah - Parutan 1 buah - Baskom kecil 2 buah - Saringan 1 buah - Mangkok sedang 1 buah - Kendil 1 buah - Pengaduk kayu 1 buah Cara kerja - Cuci bersih temulawak dengan air mengalir sambil disikat supaya tanah yang melekat hilang, tiriskan - Kupas temulawak, jika masih kotor cuci kembali - Parut temulawak, tambahkan 100 cc air, aduk rata dan peras agar keluar sari temulawak , tampung dalam mangkok. - Siapkan 500 cc air matang dalam kendil, masukkan air perasan temulawak, garam sedikit, rebus sampai mendidih kemudian masukkan gula pasir, aduk rata. - Aduk sampai gula sudah larut dan mengental, angkat dan dinginkan, jika sudah dingin simpan dalam botol steril . Cara Penyajian 1) Panas Tuangkan 2 sdm sirup temulawak kedalam gelas/ cangkir, tambahkan air panas, aduk sampai larut 2) Dingin Tuangkan 3 sdm sirup temulawak kedalam gelas/ cangkir, tambahkan air matang dingin aduk sampai larut atau bias ditambahkan es batu
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
97
REFERENSI Kemenkes 2011 Pedoman Pengelolaan & Pemanfataan TOGA Januwati, N.M. dan M. Yusron. 2002. Mengenal jahe dan perkembangan teknologi budidaya. Makalah disampaikan pada Seminar Sehari “Peluang Ekspor Jahe Asal Indonesia Melalui Sistem Agribisnis Bagi Hasil Yang Aman”Jakarta 20 Juli 2002, 23 h. Mejaya, M. J. 2000. Respon of sorghom genotype for tolerance to drought. Agravita, Jour. On Agri. Sci. 21(2):1-4. Oldeman, L.R. 1975. An agro-climatic map of Java. Contributions, Central Research Institute for Agriculture, No.7, 22p. Rahardjo, M dan E. R. Pribadi. 2010. JURNAL PENELITIAN TANAMAN INDUSTRI (INDUSTRIAL CROPS RESEARCH JOURNAL), 14(4):125-162-170, Badan Penelian dan Pengembangan Pertanian, PUSLITBANGBUN Rahardjo, M da n I. Darwati. 2000b. Pengaruh cekaman air terhadap produksi dan mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L.). Jurnal Peneltian Tanaman Industri, 6(3):73-79. Rahardjo, M., Rosita SMD dan Sudiarto. 2000a. Produktivitas dan kadar flavonoid simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L.) yang diperoleh pada berbagai tingkat kondisi stres air. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, 6 (2):13-15. Rahardjo, M., Rosita SMD, R. Fatahan dan Sudiarto. 1999. Jurnal Peneltian Tanaman Industri,56(3):92-97. Simarmata, T. 2002. Rancang bangun teknologi budidaya tanaman jahe untuk memenuhi pasar ekspor. Makalah disampaikan pada Seminar Sehari “Peluang Ekspor Jahe Asal Indonesia Melalui Sistem Agribisnis Bagi Hasil Yang Aman”Jakarta 20 Juli 2002, 19 h.
98
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
MATERI INTI 3 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN KEMITRAAN UNTUK ASUHAN MANDIRI AKUPRESUR DAN PEMANFAATAN TOGA
MATERI INTI 3 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN KEMITRAAN UNTUK ASUHAN MANDIRI AKUPRESUR DAN PEMANFAATAN TOGA I.
DESKRIPSI SINGKAT Pemberdayaan masyarakat adalah upaya membantu atau proses memfasilitasi masyarakat dengan pemberian informasi secara terusmenerus dan berkesinambungan sehingga memiliki pengetahuan (aspek knowledge), mampu untuk mencegah dan mempunyai kemauan (aspek attitude), dan mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice) sehingga masyarakat berperan aktif dalam menyelesaikan masalah kesehatannya. Pemerintah mendorong peningkatan peran aktif masyarakat dalam pelayanan kesehataan tradisional dengan bertanggung jawab memberdayakan masyarakat dalam asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA. Untuk itu perlu dijalin kemitraan dengan pemangku kepentingan yang berlandaskan prinsip dasar, yaitu kesamaan kepentingan, kejelasan tujuan, kesetaraan kedudukan dan keterbukaan/transparansi. Wadah pemberdayaan dan kemitraan dapat menggunakan forum-forum yang sudah ada di masyarakat seperti Forum yang ada di desa, di kecamatan maupun yang ada di kabupaten/kota. Wadah ini dapat dioptimalkan agar terlaksana koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergisme antar mitra sehingga dapat mengembangkan asuhan mandiri kesehatan tradisional akupresur dan pemanfaatan TOGA. Oleh karena itu peserta pelatihan asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA perlu mendapatkan kemampuan melakukan pemberdayaan masyarakat dan kemitraan, sehingga mampu mendorong dan memfasilitasi masyarakat untuk berperan aktif meningkatkan kesehatannya.
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
101
II.
TUJUAN PEMBELAJARAN A. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah selesai mengikuti materi ini peserta mampu melakukan pemberdayaan masyarakat dan kemitraan untuk asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA. B.
III.
102
Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah selesai mengikuti materi ini peserta mampu: 1. Menjelaskan konsep dasar pemberdayaan masyarakat dan kemitraan di bidang kesehatan 2. Melakukan langkah-langkah kegiatan pemberdayaan masyarakat dan kemitraan dalam penyelenggaraan asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA. 3. Menggalang kemitraan dalam asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA
POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN A. Pokok Bahasan 1: Konsep Dasar Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan 1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat 2. Prinsip Dasar Pemberdayaan Masyarakat 3. Unsur-Unsur Pemberdayaan Masyarakat B.
Pokok Bahasan 2: Langkah-Langkah Pemberdayaan Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Tradisional Asuhan Mandiri Akupresur dan Pemanfaatan TOGA di Puskesmas 1. Analisis Situasi melalui survey mawas diri ( SMD) 2. Pertemuan Forum 3. Musyawarah Desa/Kelurahan 4. Perencanaan Partisipatif 5. Pelaksanaan Kegiatan 6. Pembinaan Kelestarian (kader, kelompok, aturan lomba TOGA)Pengelolaan dan Pengembangan TOGA
C.
Pokok Bahasan 3: Menggalang Kemitraan dalam Pelayanan Kesehatan Tradisional Akupresur dan Pemanfaatan TOGA 1. Pengertian, tujuan, dan prinsip kemitraan 2. Identifikasi mitra 3. Perencanaan bersama Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
IV.
METODE Ceramah Tanya Jawab (CTJ), Curah pendapat, Diskusi kelompok, Simulasi, Bermain peran
V.
MEDIA LCD dan kelengkapannya, laptop, White board, kertas meta plan, kertas flipchart, spidol (ATK), lembar diskusi, skenario bermain peran, slide presentation
VI.
WAKTU 360 menit (8 Jam Pelajaran x 45 menit)
VII. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN A.
Langkah 1: Pengantar (10 menit) Fasilitator memperkenalkan diri, kemudian menjelaskan kepada peserta tentang judul, tujuan umum serta tujuan khusus pokok bahasan pemberdayaan masyarakat dan kemitraan di dalam penyelenggaraan asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA dengan menggunakan PPT 3.1
B.
Langkah 2: Konsep Dasar Pemberdayaan Masyarakat dalam asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA (40 menit) • Fasilitator meminta kepada peserta untuk melakukan curah pendapat dengan menuliskan pada flipchart tentang pengertian pemberdayaan masyarakat secara umum kemudian dikaitkan dengan pemberdayaan dalam asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA • Fasilitator merangkum hasil curah pendapat tersebut dan menyampaikan penegasan singkat tentang pengertian pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan dalam penyelenggaraan dalam asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA dengan menggunakan PPT 3.1 • Fasilitator meminta kepada peserta untuk melakukan curah pendapat dengan menuliskan pada flipchart tentang unsur-unsur dalam melakukan pemberdayaan masyarakat secara umum kemudian dikaitkan dengan pemberdayaan masyarakat dalam asuhan mandiri akupresur dan
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
103
•
•
104
pemanfaatan TOGA. Fasilitator merangkum hasil curah pendapat tersebut dan menyampaikan penegasan singkat tentang unsurunsur dalam melakukan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan dalam asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA dengan menggunakan PPT 3.1 Fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan memberikan apresiasi pada peserta.
C.
Langkah 3: Langkah-Langkah Pemberdayaan Masyarakat dalam asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA (85 menit) • Fasilitator membagi peserta menjadi 4 kelompok, dengan meminta peserta untuk berhitung 1 sampai 4, kemudian tiap nomor yang sama yaitu nomor 1 bergabung dengan nomor 1, nomor 2 bergabung dengan nomor 2, demikian selanjutnya sampai terbentuk menjadi 4 kelompok. • Dengan menggunakan lembar kasus yang disediakan, peserta diminta melakukan diskusi dan ditulis pada kertas flipchart, dan melakukan identifikasi masalah, merumuskan masalah dan membuat urutan-urutan prioritas masalah. • Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan anggota kelompok lainnya diminta memperhatikan dan memberikan masukan-masukan • Sebelum mengakhiri kegiatan, fasilitator memberikan penegasan terhadap indentifikasi masalah, cara merumuskan masalah dan teknik prioritas masalah dengan menggunakan PPT 3.2. • Fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan memberikan apresiasi pada peserta.
D.
Langkah 4: Simulasi Langkah-Langkah Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan dan Pengembangan Asuhan Mandiri Akupresure dan Pemanfaatan TOGA (120 menit) • Masih dalam kelompok yang sama, fasilitator melakukan undian untuk menentukan tugas kelompok dalam mensimulasikan kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam Asuhan Mandiri Akupresure dan Pemanfaatan TOGA, yaitu: 1) Pertemuan Forum, 2) Musyawarah Masyrakat Desa/Kelurahan, (MMD) 3) Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
•
•
•
• E.
Perencanaan Partisipatif, 4) Pembinaan untuk kelestarian TOGA, (sesuai dengan panduan). Masing-masing kelompok di berikan waktu 30 menit untuk berdiskusi persiapan simulasi terutama terhadap pemahaman peran-peran yang akan di mainkan oleh kelompok. Setelah selesai mensimulasikan, kelompok diminta merasakan apa saja yang menjadi penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan di masyarakat. Sebelum mengakhiri kegiatan, fasilitator merangkum dan memberikan penegasan terhadap materi yang disimulasikan. Fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan memberikan apresiasi pada peserta.
Langkah 5: Kemitraan untuk asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan Toga (90 menit) • Fasilitator meminta kepada peserta untuk melakukan curah pendapat dengan menuliskan pada flipchart tentang pengertian dan prinsip kemitraan kemudian dikaitkan dengan pemberdayaan dalam pelayanan kesehatan tradisional asuhan mandiri. • Fasilitator merangkum hasil curah pendapat tersebut dan menyampaikan penegasan singkat tentang pengertian pengertian dan prinsip kemitraan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional asuhan mandiri denganmenggunakan PPT 3.3. • Fasilitator meminta kepada peserta untuk melakukan curah pendapat dengan menuliskan pada flipchart mitra-mitra potensial dalam pelayanan kesehatan tradisional asuhan mandiri • Berdasarkan daftar mitra potensial yang telah dituliskan pada flipchart, fasilitator membagikan papan nama (dapat berupa metaplan yang diberi tali raffia dan dikalungkan atau diberi double tape untuk ditempelkan) dan menuliskan mitra-mitra potensial tersebut. • Setelah menuliskan mitra potensial pada papan nama, fasilitator meminta seluruh peserta membentuk lingkaran dengan mengalungkan papan nama mitra tersebut sambil
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
105
•
•
•
F.
106
bernyanyi lagu-lagu gembira,sehingga suasana kondusif untuk menggalang kemitraan. Fasilitator memberi instruksi pada peserta (sebagai fasilitator) untuk melemparkan gulungan (bola) tali raffia kepada peserta lain sambil menyebutkan dukungan apa yang diharapkan dari mitra tersebut, dengan salah satu ujung tali tetap dipegang. Peserta yang mendapat lemparan bola tali raffia melakukan hal yang sama kepada peserta lain. (Perlu diingat posisi lemparan harus diatas lemparan sebelumnya). Fasilitator mencatat dukungan oleh masingmasing mitra pada kertas flipchart. Setelah semua peserta mendapat kesempatan dan terbentuk jaring, fasilitator meminta peserta untuk mundur selangkah dan menanyakan apa perasaan mereka, lalu fasilitator meminta peserta untuk maju dua langkah dan kembali menanyakan perasaan mereka apakah kemitraan seperti ini yang mereka harapkan. (perlu gambar) Fasilitator mengakhiri penyampaian materi kemitraan dengan penegasan pentingnya menggalang kemitraan untuk asuhan mandiri akupresur dan pemanfatan Toga.
Langkah 6: Penutup (15 menit) • Fasilitator meminta peserta untuk menanyakan halhal yang kurang jelas, dan memberikan jawaban atas pertanyaan peserta. • Fasilitator mengevaluasi penyerapan peserta terhadap MI 3 dengan mengajukan 3 pertanyaan terkait pokok bahasan secara bergantian dan minta peserta adu cepat untuk menjawab pertanyaan tersebut. • Fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan memberikan apresiasi pada peserta dan ucapan terimakasih atas peran aktif peserta mengikuti MI3 sampai selesai.
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
VIII. URAIAN MATERI A. POKOK BAHASAN 1: KONSEP DASAR PEMBERDAYAAN DIBIDANG KESEHATAN
MASYARAKAT
1.1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat Istilah “pemberdayaan masyarakat” sebagai terjemahan dari kata “empowerment” mulai ramai digunakan dalam bahasa sehari-hari di Indonesia bersama-sama dengan istilah “pengentasan kemiskinan” (poverty alleviation) sejak digulirkannya Program Inpres Desa Tertinggal (IDT). Sejak itu, istilah pemberdayaan dan pengentasan kemiskinan merupakan “saudara kembar” yang selalu menjadi topik dan kata kunci dari upaya pembangunan. Sejalan dengan itu, pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya peningkatan kemampuan masyarakat (miskin, marjinal, terpinggirkan) untuk menyampaikan pendapat dan atau kebutuhannya, pilihan-pilihannya, berpartisipasi, bernegosiasi, mempengaruhi dan mengelola kelembagaan masyarakatnya secara bertanggung-gugat (accountable) demi perbaikan kehidupannya. Dalam pengertian tersebut, pemberdayaan mengandung arti perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan setiap individu dan masyarakat baik dalam arti : 1. Perbaikan ekonomi, terutama kecukupan pangan 2. Perbaikan kesejahteraan sosial (pendidikan dan kesehatan) 3. Kemerdekaan dari segala bentuk penindasan 4. Terjaminnya hak asasi manusia yang bebas dari rasa takut dan kekhawatiran, dan lain-lain Dalam promosi kesehatan, pemberdayaan (empowerment) merupakan proses di mana masyarakat “diposisikan” mempunyai peran yang besar dalam pengambilan keputusan dan menetapan kegiatan/tindakan yang mempengaruhi kesehatan mereka. (Health Promotion Glossary, WHO, 1998). Pemberdayaan didefinisikan pula sebagai : a) To give power or authority (memberikan kekuasaan, mengalihkan kekuatan, atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain); b) To give ability to or enable (upaya Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
107
untuk memberikan kemampuan atau keberdayaan). Pemberdayaan (empowerment) adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice). Pemberdayaan adalah sebuah proses agar setiap orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya. Pemberdayaan masyarakat memiliki keterkaitan erat dengan sustainable development dimana pemberdayaan masyarakat merupakan suatu prasyarat utama yang akan membawa masyarakat menuju keberlanjutan secara ekonomi, sosial dan ekologi yang dinamis. Proses dan Keterkaitan Pemberdayaan Masyarakat dan Sustainable Development
108
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
Proses pemberdayaan masyarakat terkait erat dengan faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut saling berkontribusi dan mempengaruhi secara sinergis dan dinamis. Proses pemberdayaan masyarakat didampingi oleh tim pelatih (bersifat multi disiplin) yang merupakan salah satu faktor eksternal dalam proses pemberdayaan masyarakat. Peran Fasilitator pada awal proses sangat aktif tetapi akan berkurang secara bertahap selama proses berjalan sampai masyarakat sudah mampu melanjutkan kegiatannya secara mandiri. Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat dapat menjadi upaya meningkatkan kesehatan masyarakat melalui suatu proses pemberian informasi secara terusmenerus dan berkesinambungan membantu sasaran, agar berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu memelihara kesehatannya dengan asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan Taman Obat Keluarga (TOGA). 1.2. Prinsip Dasar Pemberdayaan Masyarakat Prinsip dasar pemberdayaan masyarakat dalam asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan Taman Obat Keluarga (TOGA) yang perlu dipahami yaitu : pengorganisasian masyarakat (community organization) dan pengembangan masyarakat (community development). Keduanya berorientasi pada proses pemberdayaan masyarakat menuju tercapainya kemandirian melalui keterlibatan dan peran serta aktif dari keseluruhan anggota masyarakat. Lima prinsip dasar pemberdayaan masyarakat tersebut yaitu : 1. Menumbuh kembangkan kemampuan, peran serta masyarakat dan semangat gotong royong dalam pelayanan kesehatan tradisional (pemanfaatan akupresur dan TOGA). 2. Melibatkan partisipasi masyarakat baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan. Berbasis masyarakat (community based), memberikan kesempatan mengemukakan pendapat, memilih Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
109
3.
4.
5.
dan menetapkan keputusan bagi dirinya (voice and choice), keterbukaan (openness), kemitraan (partnership), kemandirian (self reliance). Menggalang kemitraan dengan berbagai pihak untuk memaksimalkan sumber daya, khususnya dalam dana, baik yang berasal dari pemerintah, swasta maupun sumber lainnya. Petugas harus lebih memfungsikan diri sebagai katalis yang menghubungkan antara kepentingan pemerintah dan kepentingan masyarakat dalam upaya pemeliharaan kesehatannya. Untuk mempertahankan ekstensinya, pemberdayaan masyarakat memerlukan break even dalam setiap kegiatan yang dikelola. Tidak sebagai organisasi bisnis/profit.
1.3. Unsur-Unsur Pemberdayaan Masyarakat a) Penggerak Pemberdayaan : Pemerintah Kecamatan, Puskesmas, Desa dan Kelurahan, masyarakat, dan PKK, Paramuka, swasta, Ormas dan lintas sektor lainya menjadi inisiator, motivator, dan fasilitator yang mempunyai kompetensi memadai dan dapat membangun komitmen dengan dukungan para pemimpin, baik formal maupun non formal. b) Sasaran pemberdayaan : Perorangan (tokoh masyarakat, tokoh agama, politisi, figur masyarakat, dan sebagainya), kelompok (organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, kelompok masyarakat), dan masyarakat luas serta pemerintah yang berperan dalam pelayanan kesehatan tradisional. c) Kegiatan hidup sehat dengan memanfaatkan asuhan mandiri akupresur dan TOGA sebagai upaya pemeliharaan kesehatan secara mandiri meningkatkan kesehatan masyarakat, membentuk kebisaan dan pola hidup, tumbuh dan berkembang, serta melembaga dan membudaya dalam kehidupan bermasyarakat.
110
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
B.
POKOK BAHASAN 2: LANGKAH-LANGKAH PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN ASUHAN MANDIRI AKUPRESUR DAN PEMANFAATAN TOGA Dalam melakukan upaya pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, khususnya di wilayah kerja Puskesmas, tidak terlepas dari kegiatan pemberdayaan yang sudah ada di Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Hanya saja lebih menekankan terhadap aspek pemanfaatan terhadap akupresur dan tanaman obat dalam TOGA yang ada di wilayah sekitarnya agar dapat dimanfaatkan dalam menanggulangi maupun mencegah masalah kesehatan masyarakat. Ada beberapa langkah kegiatan: 1) Analisis situasi, 2) Pertemuan forum, 3) Musyawarah desa, 4) Perencanaan partisipatif, 5) Pelaksanaan kegiatan, 6) Pembinaan kelestarian kader kesehatan yang memanfaatkan asuhan mandiri kesehatan tradisional. 2.1 Analisis situasi dalam bentuk SMD (Survei Mawas Diri) terfokus pada potensi pengembangan dan pemanfaatan asuhan mandiri akupresur dan TOGA Sebelum melaksanakan kegiatan pemberdayaan asuhan mandiri kesehatan tradisional, Kepala Puskesmas melakukan persiapan petugas untuk diperlukan adanya persamaan persepsi tentang langkah-langkah kegiatan pemberdayaan dan pengenalan situasi dan masalah yang berkaitan dengan pemanfaatan asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA. Kegiatan ini merupakan upaya agar provider/stakeholder terutama di tingkat kecamatan seperti : Camat, Aparatur Kecamatan, Penyuluh Pertanian, Penyelenggara Pendidikan, Kelompok Profesi, PKK, Pramuka, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan lintas sektor lainya, dapat mengenal sosial budaya dan situasi permasalahan, dan sumberdaya yang ada di masyarakat. Hasil pengamatan ini mempunyai beberapa manfaat, yaitu : • Pengaruh psikologis yakni provider/stakeholder mulai menjalin keakraban dengan masyarakat melalui pengenalan situasi setempat dan permasalahan dalam pemanfaatan asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA yang dihadapi masyarakat.
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
111
Informasi yang diperoleh merupakan data awal yang nantinya dapat digunakan sebagai pembanding dalam menilai keberhasilan kegiatan, serta sebagai titik tolak pembahasan dengan masyarakat, berdasarkan kenyataan yang ada. • Terjadinya proses belajar. Petugas menyadari pentingnya pengenalan situasi dan masalah terkait asuhan mandiri kesehatan tradisional yang nantinya digunakan sebagai bahan merencanakan kegiatan. Petugas mengenal dan mempunyai wawasan yang konkrit tentang masalah yang ada di masyarakat. Petugas mempunyai keterampilan dalam mengumpulkan, mengolah dan menganalisa data secara sederhana. Adapun data – data yang dikumpulkan meliputi : • Data Umum, yaitu data tentang keadaan daerah; luas pekarangan, penduduk, pemuka masyarakat setempat, saluran komunikasi dan geografi. • Data Khusus, yaitu data yang terkait dengan kepentingan pelayanan kesehatan tradisional, misalnya: Jumlah rumah tangga yang memiliki TOGA, jumlah jenis tanaman obat di TOGA, jumlah keluarga yang memanfaatkan asuhan mandiri akupresur dan TOGA untuk kesehatan, jumlah kader yang membina TOGA, dan bentuk dukungan dalam pengelolaannya. Data tentang pemanfaatan akupresur. • Data perilaku, meliputi pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat tentang pemanfaatan akupresur dan TOGA, pengetahuan, dukungan para tokoh masyarakat, kepedulian LSM, PKK, Pramuka, dan swasta/dunia usaha, dukungan pemerintah kecamatan dan Desa/Kelurahan. Data tersebut dikumpulkan kemudian diolah dan disajikan pada pertemuan masing-masing kelompok kerja disetiap jenjang administrasi, sehingga setiap sektor mempunyai wawasan yang luas tentang pemanfaatan asuhan mandiri dalam memanfaatkan akupresur dan pemanfaatan TOGA. Dengan data yang ada maka dapat disusun program kerja pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang lebih konkrit dan operasional.
112
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
2.2 Pertemuan forum Dalam pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif, telah dibentuk forum di tingkat Kecamatan dan Desa/ Kelurahan, untuk itu kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan asuhan mandiri akupresur dan TOGA juga dapat memanfaatkan forum yang sudah ada. Pertemuan forum di laksanakan secara berjenjang, dari tingkat Kecamatan ke tingkat Desa/Kelurahan diharapkan adanya pemahaman dari masing-masing tingkatan administrasi, sehingga terjalin pembinaan secara berkelanjutan. Pertemuan forum diperlukan sebagai bentuk pendekatan terhadap para pelaksana dari sektor–sektor dari tingkat Kecamatan, Desa dan Kelurahan agar sektor–sektor tersebut memahami dan memberikan dukungannya untuk merumuskan kebijakan dan pola pelaksanaan upaya pemberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan TOGA di masyarakat. Untuk itu pertemuan forum Kecamatan dan Desa/Kelurahan dilaksanakan dengan melakukan pembahasan terhadap penyelenggaraan asuhan mandiri akupresur dan TOGA hasil analisis situasi. Hal-hal yang perlu di bahas dalam pertemuan forum adalah: • Hasil analisis situasi • Dimasukannya kegiatan asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA dalam rencana kerja forum di tingkat Kecamatan dan Desa/Kelurahan • Dukungan forum, dan rencana tindak lanjut Peran petugas puskesmas adalah memfasilitasi, dalam penyelenggaraan pengembangan serta melakukan pembinaan pelayanan kesehatan tradisional di masyarakat. 2.3 Musyawarah Masyarakat Desa/Kelurahan (MMD) Musyawarah Masyarakat Desa/Kelurahan membahas masalah-masalah hasil analisis situasi yang dilakukan oleh forum Desa/Kelurahan, petugas puskesmas sebagai fasilitasi. Bila perlu musyawarah Desa/Kelurahan dalam pelayanan kesehatan tradisional dapat dilaksanakan secara berjenjang dengan terlebih dahulu dilaksanakan pada tingkat RW/Dusun. Musyawarah Masyarakat Desa/ Kelurahan bertujuan : Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
113
1)
Mensosialisasikan tentang adanya masalah-masalah penyelenggaraan asuhan mandiri akupresur dan pengembangan TOGA. 2) Mencapai kesepakatan tentang urutan prioritas masalah dalam penyelenggaraan asuhan mandiri akupresur dan pengembangan TOGA. 3) Mencapai kesepakatan tentang pembentukan TOGA di setiap rumah tangga 4) Mencapai kesepakatan tentang pemanfaatan TOGA dalam pemeliharaan kesehatan. 5) Menetapkan kader sebagai pengelola TOGA 6) Menetapkan dukungan dana dan sumber daya dalam pembuatan TOGA 7) Menggalang semangat gotong royong dalam penyelenggaraan dan pengembangan TOGA untuk selfcare. Penyelengggaraan Musyawarah Masyarakat Desa/ Kelurahan di hadiri oleh Kepala Desa/Lurah, perangkat Desa/Kelurahan, LPM, PKK, Dasa Wisma, kader, karang taruna, kelompok pengajian, arisan, bidan desa/puskesmas, lintas sektor terkait, penyuluh pertanian, pengelola sekolah, dan tokoh masyarakat seluruh komponen masyarakat dan masyarakat lainnya. Makin banyak masyarakat terlibat semakin baik hasil yang didapat. 2.4 Perencanaan partisipatif Setelah di peroleh kesepakatan dari warga Desa/Kelurahan, kader pemberdayaan masyarakat (KPM) dan LPM mengadakan pertemuan, guna menyusun rencana kerja dalam penyelenggaraan dan pengembangan pelayanan kesehatan tradisional. Rencana penyelenggaraan dan pengembangan kesehatan tradisional mencakup: • Pembuatan TOGA • Orientasi asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA • Pengangkatan kader pengelola TOGA • Menetapkan sarana dan prasarana yang di butuhkan dalam penyelenggaraan dan pengembangan pelayanan kesehatan tardisional
114
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
•
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dan membutuhkan dana operasional penyelenggaraan, berikut jadwal • Menentukan sumber pendanaan kegiatan dari: masyarakat, dunia usaha dan swasta, kemudian dibuat dalam dokumen tersendiri, sedangkan kegiatan yang memerlukan dukungan dana dan ADD dan APBD, dimasukan dalam dokumen Musrenbang Desa atau kelurahan untuk ditetapkan dalam RJPM desa atau kelurahan. Komponen yang ada dalam program kerja dalam mengatasi masalah meliputi jenis kegiatan yang akan dikerjakan dalam mengatasi permasalahan yang ada, yaitu: a. Tujuan yang diharapkan. b. Sasaran kegiatan, dapat berupa orang, rumah tangga, wilayah, dan lain-lain. c. Siapa yang terlibat dalam kegiatan tersebut, dan apa peran serta tanggung jawabnya. d. Waktu atau jadwal pelaksanaan kegiatan. e. Sumber dana atau jumlah dana yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan. f. Pencatatan dan pelaporan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan Pelaporan UKBM TOGA di Puskesmas. 2.5 Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan kegiatan pemecahan masalah kesehatan oleh masyarakat, merupakan rangkaian penerapan kegiatan sebagai penjabaran dari rencana yang telah disusun dan disepakati untuk dipergunakan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan di Desa/Kelurahan. Rangkaian kegiatan didampingi oleh kader kesehatan dan fasilitator, dengan jangka waktu pendek, sedang dan lama. Namun minimal 1 tahun berjalan harus diadakan penilaian. Jenis kegiatan bervariasi mulai dari yang sangat sederhana sampai yang rumit, semua tergantung pada kesepakatan yang ditetapkan dalam musyawarah masyarakat desa dan perencanaan partisipatif. Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat perlu dipersiapkan: • Kesiapan dari kader pelaksana Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
115
• • •
Mobilisasi masyarakat yang akan terlibat dalam kegiatan Peralatan dan sarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan Memilih waktu yang tepat bagi masyarakat
2.6 Pembinaan Kelestarian Pengelolaan dan Pengembangan TOGA Langkah terakhir serangkaian kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan TOGA untuk selfcare di masyarakat adalah adalah pembinaan dan kelestarian. Setiap pelaksanaan program harus dibina agar dapat berjalan dengan baik dan berkesinambungan. Pembinaan juga bermaksud untuk memantapkan dan membina pengetahuan, sikap, keterampilan, motivasi dan kemandirian para tenaga pengelolaan dan pengembangan TOGA untuk selfcare dalam mewujudkan desa yang sehat. Dalam melakukan pembinaan perlu dilakukan analisis tingkat perkembangan kemandirian UKBM TOGA untuk selfcare, yaitu melalui tingkat perkembangan UKBM TOGA sesuai klasifikasi TOGA. Indikator keberhasilan Desa TOGA mengacu pada Klasifikasi TOGA sebagai berikut: INDIKATOR
PRATAMA
MADYA
PURNAMA
Jumlah KK ada TOGA
< 30 %
30 – 60 %
>60 %
Jenis Tanaman Obat per Desa
< 50 jenis
50 - 100 jenis
> 100 jenis
Jumlah KK memanfaatkan TOGA
< 10 %
10 - 50 %
>50 %
Jumlah Kader penggerak TOGA per Desa
<5
5-10
>10
Keterangan: ● Jenis tanaman obat adalah macam-macam tanaman obat yang memiliki khasiat obat dan kandungan kimia berbeda.
116
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
● ● ●
●
Contoh jenis tanaman: temu hitam, temu putih, temu mangga, temulawak, jahe, kunyit, kencur. Terdapat 4 variabel yang harus dipenuhi pada setiap tingkat pengembangan TOGA. Jumlah KK yang mempunyai TOGA dapat diketahui bahwa setiap keluarga di halaman atau sekitar pekarangannya menanam tanaman obat minimal 5 jenis tanaman obat. Jumlah Kader penggerak TOGA per Desa dapat diketahui dari Pengelola Program Yankestradkom.
Analisis Perkembangan Stratifikasi UKBM TOGA untuk Puskesmas. Nama Desa
Pratama Frek %
Stratifikasi TOGA Madya Purnama Frek % Frek %
A B C D
Dengan mengetahui jumlah (%) tingkatan UKBM TOGA dilakukan analisis kasus dari 4 indikator perkembangan yaitu TOGA mana yang paling berpengaruh sehingga tingkatan TOGA terendah dapat ditingkatkan dalam usaha mewujudkan TOGA Purnama. Setelah diketahui penyebabnya, baru dapat dibuat rencana intervensi dan pembinaan oleh Petugas Puskesmas/Penanggung Jawab Program Yankestrad Puskesmas. Pembinaan dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain : a. Supervisi Banyak hasil penilaian mengungkapkan bahwa supervisi petugas sangat menentukan tingkat keberhasilan program. Oleh karena itu, supervisi secara berkala perlu dilakukan. Bila memungkinkan, pada saat melakukan supervisi, petugas sebaiknya melakukan sistem pemantauan dan penilaian yang utuh. Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
117
b.
c.
d.
118
Forum komunikasi Forum komunikasi antara petugas lintas program dan sektor di tingkat kecamatan merupakan wahana pemantauan yang baik. Pada forum ini dapat dibahas rencana supervisi terpadu, hasil supervisi dari petugas yang turun ke lapangan, sekaligus dapat membahas upaya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ditemui di lapangan. Di lapangan atau desa, forum komunikasi ini juga perlu dibentuk sebagai wadah berkumpulnya pelaksana pembangunan desa dengan tokoh masyarakat baik formal maupun non formal. Dalam forum ini pelaksana pembangunan desa dapat menyampaikan rencana kegiatan yang telah disusun, hambatan-hambatan serta keberhasilan yang telah dicapai. Forum ini sekaligus sebagai wadah untuk pemecahan masalah, menyempurnakan rencana yang disusun dan lain-lain sehingga dapat berfungsi untuk pemantauan dan penilaian oleh masyarakat sendiri. Menunjukkan film-film tentang pemberdayaan masyarakat di bidang pelayanan kesehatan tradisional Film tersebut bisa diangkat dari dokumentasi kegiatan masyarakat desa yang telah melakukan upaya pemberdayaan masyarakat di bidang pelayanan kesehatan tradisional di wilayahnya. Dengan menunjukkan film tersebut diharapkan dapat meningkatkan memotivasi dan semangat pelaksana pembangunan desa dan masyarakat dalam melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat di bidang pelayanan kesehatan tradisional di waktu mendatang. Kunjungan tamu dari luar Kegiatan ini dapat merangsang masyarakat untuk membenahi desanya karena akan kedatangan tamu, namun harus dijaga jangan sampai terlalu sering, bisa membosankan dan mengganggu kegiatan masyarakat.
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
e.
f. g.
Wisata karya ke tempat lain yang lebih maju Kegiatan ini dapat memperluas wawasan, dan memotivasi masyarakat untuk lebih maju. Perlombaan-perlombaan TOGA tingkat Puskesmas, Kelurahan/Kecamatan Penerbitan majalah dinding buatan sendiri yang memuat antara lain: Kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat di bidang pelayanan kesehatan tradisional yang telah dilakukan di puskesmas, desa bersangkutan, termasuk pembangunan desa, pimpinan/tokoh masyarakat dalam mewujudkan penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional dan pengembangan TOGA. Indikator keberhasilan pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan tradisional: • Di Tingkat Kecamatan: 1) Terkoordinasinya dan terintegrasinya pelaksanaan pelayanan kesehatan tradisional dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat lainnya. 2) Terkoordinasinya penerapan kebijakan pelayanan kesehatan tradisional dengan pengembangan desa dan kelurahan siaga. 3) Terintegrasinya pelayanan kesehatan tradisional dalam program kerja forum kecamatan. 4) Adanya pembinaan pelayanan kesehatan tradisional di tingkat desa dan kelurahan secara berjenjang. • Di Tingkat Desa dan Kelurahan: 1) Adanya kader pengelola TOGA 2) Kemudahan akses masyarakat untuk mendapatkan informasi terkait pemanfaatan TOGA. 3) Adanya pendanaan untuk pengembangan dan pengelolaan TOGA. 4) Peraturan di desa atau kelurahan tentang pengelolaan dan pemanfaatan TOGA. 5) Adanya pembinaan TOGA di rumah tangga
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
119
C.
120
POKOK BAHASAN 3: MENGGALANG KEMITRAAN DALAM ASUHAN MANDIRI AKUPRESUR DAN PEMANFAATAN TOGA 3.1 Pengertian, tujuan, dan prinsip kemitraan a. Pengertian Kemitraan adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih yang diikat dalam aturan hukum berbentuk perjanjian, nota kesepahaman (memorandum of understanding) yang dilandasi prinsip dasar kesamaan kepentingan, kejelasan tujuan, kesetaraan kedudukan dan transparansi. Sebagaimana disebutkan di atas, kemitraan harus digalang baik dengan individu-individu, keluarga, pejabat-pejabat atau instansi-instansi pemerintah yang terkait dengan urusan kesehatan (lintas sektor), kelompok profesi, pemuka atau tokoh masyarakat, swasta, media massa, dan lain-lain. Kemitraan dalam Pelayanan Kesehatan tradisional adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih dalam pengembangan pelayanan kesehatan tradisional yang diikat dalam aturan hukum berbentuk perjanjian, nota kesepahaman (memorandum of understanding) yang dilandasi prinsip dasar kesamaan kepentingan, kejelasan tujuan, kesetaraan kedudukan dan transparansi. b. Tujuan Percepatan pencapaian sasaran asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi setingginya. c. Prinsip Dasar Kemitraan a) Kesamaan kepentingan Ikatan yang kuat antara satu pihak dengan pihak lainnya adalah berupa kesamaan kepentingan (common interest) yaitu suatu visi atau misi yang dapat menyatukan seperti atau setidaktidaknya merangkai visi atau misi dari masingmasing pihak. Perumusan visi dan misi bersama merupakan sesuatu yang sangat penting karena Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
b)
c)
d)
dengan inilah masing-masing pihak menjadi terikat untuk bersatu dan bahu-membahu. Kesamaan kepentingan juga akan menciptakan rasa memiliki dan komitmen yang kuat terkait kesehatan tradisisional asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA. Kejelasan tujuan Tujuan bersama harus dirumuskan dengan jelas dan terukur sehingga semua pihak yang bekerjasama dapat memantau kemajuan dari upaya-upaya kerjasama dalam kesehatan tradisisional asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA. Tujuan bersama dapat dinyatakan dalam tujuan umum dan kemudian dirinci dalam tujuan khusus. Dengan kejelasan tujuan dapat diciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dan kejelasan peran/fungsi masing-masing pihak dalam bermitra. Kesetaraan kedudukan Azas demokrasi harus benar-benar dipegang dalam menyelenggarakan kemitraan. Pengambilan keputusan dilakukan secara demokratis, musyawarah dan mufakat tanpa ada satu pihak pun yang memaksakan kehendak. Masing-masing pihak saling menghargai dan menghormati. Kesetaraan kedudukan akan memperkuat rasa kebersamaan, sehingga tercipta perasaan sama-sama bertanggung jawab dan sama-sama menanggung risiko serta menghadapi tantangan yang muncul dalam kesehatan tradisisional asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA. Transparansi Tidak ada hal-hal yang disembunyikan dalam kerjasama apabila dikehendaki berlangsungnya kemitraan yang lestari. Informasi tentang apapun (termasuk tentang hambatan, kelemahan atau kegagalan) harus dibagi (shared) di antara pihak-pihak yang bekerjasama agar dapat
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
121
diambil keputusan bersama secara cepat. Hal ini berarti perlu dikembang sistem pencatatan dan pelaporan yang terkoordinasi serta forum pemantauan dan evaluasi bersama dalam kesehatan tradisional asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA. 3.2 Identifikasi dan Peran Mitra a. Identifikasi Mitra dalam kesehatan tradisional asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA. Identifikasi mitra ini bertujuan untuk mengenali dan menetapkan pihak-pihak yang sesuai diajak bermitra dalam rangka melaksanakan gagasan kemitraan. Mitra potensial yang dipilih adalah: a) Peduli terhadap masalah kesehatan tradisional asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA yang dihadapi dan pemecahan masalah tersebut melalui gagasan bermitra. b) Bersedia mengembangkan komunikasi dua arah. c) Memiliki pemikiran dan cara kerja yang sistimatis. d) Secara internal memiliki pembagian kerja dan koordinasi yang baik. e) Memiliki kesediaan yang tulus untuk membantu kegiatan asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA melalui kemitraan. f) Siap memberikan saran-saran yang yang konstruktif dan dukungan bagi terlaksananya gagasan kemitraan. g) Fleksibel, informal dan mudah dihubungi. h) Bersedia dan dapat menyediakan waktu, tenaga dan sumber daya lain untuk kepentingan kemitraan dalam kesehatan tradisional asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA. i) Mengetahui cara-cara bermitra, lebih baik lagi jika memiliki pengalaman bermitra dalam kesehatan tradisional asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA.
122
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
j)
Bersedia dan dapat memberikan kontribusi untuk gagasan atau “proyek kemitraaan” sesuai dengan kesepakatan. k) Memiliki atau bersedia membangun kedekatan (setidaknya secara sosial psikologis) dan kesiapan akses. l) Dalam tim yang kompak, satu konsep dan satu bahasa. m) Kontribusinya berkelanjutan dan taat kepada kesepakatan yang telah dirumuskan bersama dalam kemitraan kesehatan tradisional asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA. Mitra potensial ditingkat Puskesmas tersebut adalah: Camat, Dinas Pertanian, Guru/Kepala Sekolah, Dinas Pendidikan, Tim Penggerak PKK, KepalaDesa/Lurah, Kader, Tokoh Masyarakat/Forum Peduli Kesehatan Kecamatan (apabila telah terbentuk), Organisasi Profesi, Organisasi Kemasyarakatan/LSM/Asosiasi (Aspetri , AP3I), Swasta/Dunia Usaha,, Media Massa, dll b.
Peran Mitra Setelah dirumuskan tujuan kemitraan maka ditetapkan peran mitra yang sesuai kewenangan,tupoksi masingmasing mitra, antara lain sebagai berikut : • Pengagas kemitraan (dari program/sektor kesehatan): berperan sebagai: inisiator, pemasok input teknis seperti pengembangan NSPK, pedoman, penyedia sarana prasarana. • Camat,Kepala Desa/Lurah berperan sebagai pembuat kebijakan, dinamisator/ penggerakkemitraan. • Dinas Pertanian, Guru/Kepala Sekolah, Dinas Pendidikan, sebagai fasilitator • Kelompok/Organisasi Profesi: berperan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, standar serta kode etik profesi terkait dengan pelayanan kesehatan tradisional. • Tim Penggerak PKK, Kader, Tokoh Masyarakat/ Forum Peduli Kesehatan Kecamatan (apabila
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
123
•
•
•
telah terbentuk), Organisasi Kemasyarakatan/ LSM sebagai penggerak masyarakat, memberikan penyuluhan,pemberdayaanmasyarakat Asosiasi (Aspetri , AP3I) berperan sebagai Pembina anggotanya,Memberikan sanksi kepada anggota bila melakukan pelanggaran, Menjaga citra profesi dan mutu pelayanan, Meningkatkan pengetahuan/ketrampilan/ kompetensi anggotanya, Mediator antara anggota Asosiasi, Menggali dan mengkaji pengobatan tradisional asli Indonesia Swasta/Dunia Usaha, penyedia sumber daya Peran pelayanan kesehatan swasta dibutuhkan untuk pengembangan integrasi pelayanan kesehatan tradisional di fasilitas kesehatan. pelayanan kesehatan swasta Media Massa berperan dalam penyebarluasan informasi tentang pelayanan kesehatan tradisional asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA.
3.3. Perencanaan (kemitraan) bersama Setelah kesepakatan dicapai dan dinyatakan secara tertulis (MoU), kesepakatan ini digunakan sebagai titik awal untuk menyusun rencana kerjasama. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam merumuskan rencana kerjasama dalam pelayanan kesehatan tradisional asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA adalah: a. Kejelasan tujuan Tujuan bersama dapat dinyatakan dalam tujuan umum dan kemudian dirinci dalam tujuan khusus. Dengan kejelasan tujuan dapat diciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dan kejelasan peran/ fungsi masing-masing pihak dalam bermitra. b. Kejelasan dan sinkronisasi kegiatan Setelah tujuan-tujuan khusus dirumuskan yang berasal dari rumusan peran para mitra maka langkah selanjutnya adalah menetapkan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan khusus tersebut. Penetapan
124
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
b.
c.
kegiatan dilakukan oleh para mitra agar kegiatankegiatan ini merupakan bagian dariprograminternal masing-masing mitra tersebut. Sinkronisasi kegiatankegiatan yang ditetapkan ini dengan program dan kegiatan internal masing-masing mitra sangat penting agar tidak terlepas dari system internal. Kejelasan alokasi sumber daya Kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan akan dapat terlaksana dengan baik apabila sumber daya (tenaga, dana, sarana dan prasarana) untukkegiatan-kegiatan tersebut dialokasikan secara memadai. Kejelasan waktu pelaksanaan Penetapan jadwal kegiatan sebaiknya dibahas bersama . Selain keempat hal tersebut diatas juga perlu ditetapkan dalam merumuskan rencana adalah forum dan mekanisme kerjasama. • Forum kerjasama akan berfungsi dengan baik, apabila unsur organisasi, system informasi dan media komunikasi dapat dipenuhi. • Mekanisme kerjasama Mekanisme kerjasama yang terpenting adalah mekanisme dalam pemantauan dan penilaian terhadap pelaksanaan kegiatan-kegiatan, baik yang dilaksanakan oleh masing-masing mitra maupun yang dilaksanakan secara bersama.
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
125
REFERENSI •
Departemen Kesehatan RI, ARRIF Pedoman Manajemen Peran Serta Masyarakat
•
Puskesmas, Jakarta, 1999
•
Soekidjo Notoatmodjo, et.al., Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi, Rineka Cipta, Jakarta,2005
•
Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif, Tahun 2010
•
Kementerian Kesehatan RI, Second Decentralized Health Services Project, Modul Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat Bagi Petugas Puskesmas, Jakarta, 2010
•
Totok Mardikanto, Konsep-konsep Pemberdayaan Masyarakat, Surakarta,2010
•
Surat Mendagri No 140/1508/SJ, Tanggal 27 April 2011. Hal : Pedoman Pelaksanaan Pembentukan Kelompok Kerja Operasional dan Forum Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
•
Kementerian Kesehatan RI, Pelatihan Bagi Pelatih Self Care Ramuan dan Pemanfaatan Toga,Jakarta, 2012
•
Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Menggalang Kemitraan di Bidang Kesehatan, Jakarta, 2012
126
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
LEMBAR KASUS
PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL DI PUSKESMAS SEVIA KECAMATAN MAKUTA DEWA KOTA BROTOWALI
Kota Brotowali
Kel.Daun Dewa
Kec.Makuta Dewa
Kel.Daun Sendok
Puskesmas Stevia Kel.Daun Ungu
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
127
Puskesmas Stevia • Merupakan Puskesmas Rawat Jalan yang terletak di Kecamatan Makuta Dewa Kota Brotowali. Terdiri dari 3 Kelurahan yaitu, Kelurahan Daun Dewa, Kelurahan Daun Ungu dan Kelurahan Daun Sendok. •
Luas wilayah kerja Puskesmas 1.198 Km² , Jumlah Penduduk + 25 763. Masyarakat kecamatan Makuta Dewa lebih banyak yang bekerja di perdagangan, layananjasa, pabrik garmen dan di perusahaan jamu tradisional yang terletak di tetangga Kabupaten namun dekat wilayah kecamatan Makuta Dewa.
•
Jumlah tenaga di Puskesmas Sevia, 32 orang meliputi : Kepala Puskesmas, Dokter Umum : 2 Orang, Dokter Gigi : 2 Orang, Perawat Umum : 5 Orang, Perawat Gigi : 3 Orang, Bidan : 5 Orang, Asisten Apoteker : 2 Orang, Sanitarian: 1 Orang, Nutrisionis : 1 Orang, Laborat : 1 Orang, Staf Umum : 4 Orang, Tenaga Honorer Daerah : 1 Orang, Tenaga Kontrak : 4 Orang
•
Visi Puskesmas Sevia adalah “ Tercapainya masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan di Kecamatan Tapakdewa menuju MDG’s 2015”
•
Misi: 1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama baik preventif, promotif, kuratif & rehabilitatif bagi seluruh lapisan masyarakat. dgn berorientasi pada kepuasan konsumen 2. Memberdayakan & mendorong kemandirian masyarakat dalam pembangunan kesehatan 3. Menjalin kemitraan dengan semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan
•
Upaya kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas Sevia dalam mencapai visi dan mengemban misinya antara lain adalah : Promosi kesehatan, Kesehatan lingkungan, KIA/KB, Gizi, Pencegahan dan pengendalian penyakit, UKS, Pelayanan kesehatan tradisional
•
Data yang tersedia di Puskesmas Sevia terkait dengan kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
128
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
DATA Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Perempuan Jumlah Wanita Usia Subur (WUS) Jumlah Ibu Hamil Jumlah Bumil dengan Anemi Jumlah Bumil dengan KEK Prediksi Bumil Risti ( Komplikasi) Bumil Risti Yang ditangani K1 K2 Jumlah Ibu Bersalin Persalinan Ditolong Nakes Bulin Risti ditangani Prediksi Neonatal Risti ( Komplikasi) NeoNatal Risti ditangani Jmulah Ibu Nifas Ibu Nifas yang mendapat pelayanan Faskes Bufas Risti ditangani KN 1 KN Lengkap Jumlah Kematian Ibu Maternal ( Hamil, Bersalin , Nifas ) Jumlah Bayi Lahir Hidup Jumlah Bayi Lahir Mati Jumlah Kematian Bayi
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
DATA Jumlah Pemberian ASI Ekslusif Jumlah Gizi Kurang Jumlah Gizi Buruk Jumlah Gizi Kurang Ditangani Jumlah Gizi Buruk Ditangani Imunisasi BCG Imunisasi DPT I + Hb 1 Imunisasi DPT 3 + Hb 3 Imunisasi Polio 4 Imunisasi Campak Pemberian Vit A Jumlah D/S Jumlah Posyandu
BAYI (<1 th) 280 28,9 % 0 0 87,8 % 83,9 % 80,6 % 82,0 % 76,3 % 98,7 % 82, 9 % 42
JUMLAH 25.763 12.780 5.486 525 20 18 82 136 525 492 371 371 82 79 79 370 370 82 369 368 1 365 6 4 BALITA (1-4 Th) 1.432 9 9 -99,7 % 42
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
129
•
Kegiatan yankestard di Puskesmas Sevia meliputi: 1. Membuat kebun percontohan TOGA di Puskesmas maupun di Pustu 2. Mengadakan sosialisasi yankestard pada staf Puskesmas, Kader Kesehatan dan Toma 3. Membuat Media untuk ditempel didinding Puskesmas /ruang tunggu pasien,membuat spanduk “Ajakan pada masyarakat unyuk memanfaatkan pekarangan rumah dengan TOGA” (dipasang di ruang tunggu bagian luar/di tempat yang mudah di baca pengunjung),membuat lembar balikTOGA 4. Pendataan TOGA 5. Mengadakan kegiatan kelas pengenalanTOGA 6. Membuat buku panduan sederhana tentang pemanfaatan TOGA dan cara penggunaannya 7. Melakukan pelayanan kesehatan tradisional dengan menggunakanobat-obatan herbal sesuai OAI Di kecamatan Makuta Dewa juga terdapat sarana pengobatan tradisional pijat/urut,warung-warung jamu, Tukang pijat/urut yang memasang iklan(noHP) di pohon-pohon. Kebiasaan masyarakat dalam pencarian pengobatan/menangani masalah kesehatan seperti pusing, diare, gatal-gatal, susah tidur adalah dengan membeli obat bebas di toko atau warung-warung obat dan kedukun urut apabila keseleo atau capai, bila tidak sembuh baru ke Puskesmas. Dalam memelihara ataumeningkatkan kesehatannya sebagian ada yang berlangganan minum jamu gendong atau membuat ramuan sendiri di rumah masing-masing.
130
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
Lembar Kerja
Pedoman Diskusi Kelompok Rumusan Masalah dan Membuat Urutan Prioritas Masalah 1.
Peserta dibagi menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok memilih ketua, sekretaris dan penyaji
2.
Masing-masing kelompok diskusi identifikasi masalah, merumuskan masalah dan membuat urutan prioritas masalah dengan menggunakan lembar kasus PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL DI PUSKESMAS SEVIA KECAMATAN MAKUTA DEWA KOTA BROTOWALI.
3.
Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan anggota kelompok lainnya diminta memperhatikan dan memberikan masukanmasukan.
4.
Waktu diskusi dan presentasi 70 menit.
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
131
MATERI INTI 4 TEKNIK FASILITASI
MATERI INTI 4 TEKNIK FASILITASI I.
DESKRIPSI SINGKAT Fasilitasi adalah ilmu dan seni untuk membuat suatu proses menjadi lebih mudah, lebih sederhana untuk mendampingi atau peningkatan orang lain. Fasilitasi Asuhan Mandiri Akupresur dan Pemanfaatan TOGA merupakan proses untuk membantu/menguatkan masyarakat agar mampu merawat dirinya sendiri sesuai kebutuhan masing-masing dengan memanfaatkan teknik akupresur sederhana dan TOGA. Oleh karena itu Petugas Penanggung Jawab Pelayanan Kesehatan Tradisional Puskesmas perlu mendapatkan keterampilan fasilitasi sehingga dapat berperan sebagai Fasilitator Asuhan Mandiri Akupresur dan Pemanfaatan TOGA diwilayah kerjanya dengan baik.
II.
TUJUAN PEMBELAJARAN A. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti materi ini peserta mampu melakukan Teknik fasilitasi dalam asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA B.
III.
Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mengikuti materi ini peserta mampu: 1. Menjelaskan peran dan fungsi fasilitator 2. Menjelaskan proses fasilitasi di masyarakat 3. Melakukan teknik fasilitasi
POKOK BAHASAN A. Pokok Bahasan 1.Peran, fungsi dan kemampuan fasilitator 1.1. Peran fasilitator 1.2. Fungsi dan kemampuan fasilitator B.
Pokok Bahasan 2. Proses fasilitasi di masyarakat 1.1 Proses Fasilitasi di Masyarakat 1.2 Fasilitasi dalam pertemuan di masyarakat
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
135
C.
Pokok Bahasan 3. Teknik fasilitasi 3.1 Komunikasi efektif 3.2 Presentasi Interaktif 3.3 Metode pembelajaran
IV.
METODE A. Ceramah Tanya Jawab (CTJ) B. Curah Pendapat C. Demonstrasi D. Simulasi E. Bermain Peran
V.
MEDIA DAN ALAT BANTU A. Komputer B. USB / flashdisk C. LCD Projektor D. Audio Visual E. Tanaman Obat F. Bahan Simplisia G. White Board H. Spidol I. Kertas Metaplan J. Flip Chart K. Panduan Praktik Kelas
VI.
WAKTU 180 menit (4 Jam Pelajaran x 45 menit)
VII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN A. Langkah 1: Pengantar (5 menit) • Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas, mulai dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan. Selanjutnya fasilitator menjelaskan kepada peserta tentang judul, tujuan umum serta tujuan khusus pokok bahasan dengan menggunakan PPT 4.1.
136
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
B.
Langkah 2: Peran, fungsi dan kemampuan fasilitator (45 menit) • Fasilitator mengajukan petanyaan kepada peserta tentang peran, fungsi dan kemampuan fasilitator dalam asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA. • Masing-masing peserta yang diminta menuliskan pada kertas metaplan dan menempelkan pada tempat yang tersedia. • Setelah semua kertas menempel, fasilitator meminta salah seorang peserta untuk membacakan semua jawaban. • Fasilitator mengulas dan menayangkan slide dengan menggunakan PPT 4.2.
C.
Langkah 3: Proses fasilitasi di masyarakat (105 menit) • Fasilitator membagi peserta menjadi 4 kelompok dengan meminta peserta untuk berhitung 1 sampai 4, kemudian tiap nomor yang sama yaitu nomor 1 bergabung dengan nomor 1, nomor 2 bergabung dengan nomor 2, demikian selanjutnya sampai terbentuk menjadi 4 kelompok. • Peserta diminta praktik kelas fasilitasi masyarakat dengan menggunakan berbagai metode, dan terlebih dahulu diskusi kelompok menyusun skenario. - Kelompok 1: Ceramah Tanya Jawab/CTJ - Kelompok 2: Curah pendapat - Kelompok 3: Demonstrasi - Kelompok 4: Simulasi dan bermain peran (role play) • Setiap kelompok secara bergantian pratik kelas berdasarkan skenario yg telah disusun. Setiap kelompok praktik, wakil kelompok lain mengevaluasi. Setelah setiap kelompok praktik, seorang wakil kelompok lainnya menanggapi. • Setelah semua kelompok selesai praktik fasilitator menyampaikan rangkuman pentingnya pemilihan metode yang tepat dalam proses fasilitasi asuhan mandiri akupresur dan pemanfatan TOGA dengan menggunakan PPT 4.3.
D.
Langkah 4: Penutup (15 menit) • Fasilitator meminta peserta untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas, dan memberikan jawaban atas pertanyaan peserta.
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
137
• Fasilitator mengevaluasi penyerapan peserta terhadap MI 4 dengan mengajukan pertanyaan terkait pokok bahasan secara bergantian dan minta peserta adu cepat untuk menjawab pertanyaan tersebut. • Fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan memberikan apresiasi pada peserta dan ucapan terimakasih atas peran aktif peserta mengikuti MI4 sampai selesai. VIII. URAIAN MATERI A.
Pokok Bahasan 1 :Peran Fasilitator, Fungsi dan Kemampuan Fasilitator 1.1 Peran Fasilitator a. Katalisator (catalist) Fasilitator hendaknya dapat menjadi media yang subur bagi tumbuh kembang individu yang sedang dibimbingnya untuk mencapai harapan (pengetahuan/ kemampuan) untuk melaksanakan tupoksinya. Hal ini dapat dimungkinkan jika fasilitator yang bersangkutan menguasai isi materi yang difasilitasinya yaitu akupresur dan pemanfaatan TOGA dengan menggunakan model-model fasilitasi yang sesuai, sehingga akan menimbulkan sikap positif bagi pihak yang difasilitasinya. b.
138
Pemberi bantuan dalam proses (process helper) Fasilitator hendaknya dapat membantu saat pihak yang difasilitasi mengalami kesulitan dalam proses penyelesaian tugas. Perbantuan diberikan terutama pada individu yang mengalami kesulitan dalam proses mempelajari dan memahami keterampilan atau pengetahuan baru dalam mempraktikan akupresur dan pemanfaatan TOGA. Fasilitator harus mampu menyampaikan materi yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi dan bahasa yang mudah dicerna oleh masyarakat serta mudah diterapkan tahap demi tahap.
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
c.
Penghubung dengan sumber daya (resource linker) Fasilitator yang baik hendaknya dapat membantu pihak yang dibimbing untuk dihubungkan dengan sumbersumber yang tepat manakali yang bersangkutan mengalami kesulitan/keterbatasan sumber daya saat melaksanakan tupoksinya. Bentuk dari peran ini diantaranya fasilitator harus mampu berkomunikasi secara efektif dalam advokasi. Advokasi yang dilakukan dalam rangka menghubungkan provider dengan pihak pemangku kepentingan (stakeholder) seperti kepada Dinas Kesehatan , Dinas Pertanian dan lain-lain untuk memperoleh dukungan sumber daya yang dibutuhkan. Fasilitator juga diharapkan dapat membantu masyarakat mengakses potensi– potensi yang dapat mendukung pengembangan akupresur dan pemanfaatan TOGA. Fasilitator harus mampu menterjemahkan masalah yang timbul dalam masyarakat ketika memanfaatkan akupresur dan TOGA untuk merujuk ke tingkat rujukan yang lebih tinggi.
d.
Pemandu masyarakat untuk menemukan solusi/ Pemberi solusi (solution giver) Fasilitator jika diperlukan harus memberikan solusi, manakala pihak yang dibimbingnya menemukan kendala dalam penerapan akupresur dan pemanfaatan TOGA. Walaupun demikian solusi yang disodorkan hendaknya berupa alternatif-alternatif yang dihasilkan berdasarkan kesepakatan bersama.
e.
Pendamping dalam proses Pemantauan dan evaluator Fasilitator harus melakukan pendampingan kepada masyarakat dalam proses monitoring dan evaluasi yang dilakukan secara berkala dan berkesinambungan untuk mengetahui perkembangan maupun keberhasilan dalam asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA.
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
139
1.2 Fungsi dan Kemampuan Fasilitator dalam menjalankan peran tersebut diatas mempunyai fungsi sebagai a. Pemimpin, pembina dan pengembangan masyarakat Sebagai pemimpin fasilitator sebaiknya mampu membimbing, memberi motivasi, menggerakkan masyarakat dan pihak lain yang diperlukan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepemimpinan antara lain: dengan menambah pengetahuan melalui pelatihan-pelatihan, belajar sendiri dengan banyak membaca buku, banyak menimba atau mempelajari pengalaman dari luar (studi banding,seminar- seminar), harus tanggap, dapat menjabarkan ide-ide, konsep dan kebijakan, melatih diri dengan berpikir kreatif, berpikir orisinil dan selalu berwawasan masa depan – visioner – serta tahan dan berjiwa besar menerima kritikan dari luar. Kemampuan untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik fasilitator hendaknya mempunyai kemampuan a) Mengenal isu-isu lokal Seorang fasilitator perlu memahami benar serta menghayati isu-isu yang berkaitan dengan kearifan lokal untuk melestarikan budaya masyarakat untuk memelihara kesehatannya yang telah terbukti secara empiris. b) Kemampuan identifikasi Kemampuan mengidentifikasi potensi, masalah, hambatan dan kebiasaan masyarakat dalam memelihara kesehatannya merupakan bekal bagi fasilitator dalam melakukan fasilitasi asuhan mandiri kesehatan tradisional di masyarakat. Kemampuan ini diperlukan untuk pendekatan kepada masyarakat agar asuhan mandiri kesehatan tradisional dapat berjalan optimal. c) Kemampuan analitis Melalui proses analitis maka seorang fasilitator akan dapat mengantisipasi masalah,
140
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
d)
e)
f)
g)
menemukan berbagai alternatif penyelesaian serta mampu menjawab tantangan dan kebiasaan dalam berperilaku hidup sehat yang ada di masyarakat. Adaptasi partisipatif Menyesuaikan diri dengan kondisi, harapan dan karakteristik masyarakat dalam asuhan mandiri kesehatan tradisional merupakan bekal yang sangat positif dalam fasilitasi. Hal tersebut diharapkan dapat memberi manfaat berupa keterlibatan dan rasa memiliki dari masyarakat terhadap asuhan mandiri kesehatan tradisional serta dapat mendorong keberhasilan pelaksanaan program. Di sisi lain keberadaan masyarakat sebagai orang dewasa menuntut fasilitator untuk dapat melibatkan pemikiran dan aksi mereka agar dapat memberi kontribusi terhadap pelaksanaan program. Berpandangan positif ke depan Selalu berpandangan secara positif dalam banyak hal sehingga fasilitator bisa mengarahkan masyarakat untuk mengambil keputusan yang benar ketika harus memilih cara pengobatan yang berkembang di masyarakat. Kemampuan hubungan antar manusia (“human relationship”) Seorang fasilitator harus memiliki kapasitas untuk membina hubungan yang harmonis dengan masyarakat. Berkaitan dengan bagaimana memperlakukan dan berinteraksi dengan mereka serta menempatkan mereka dengan prinsip kesetaraan. Mampu mampu menyediakan pengetahuan dan informasi-informasi yang berkaitan dengan akupresur dan pemanfaatan TOGA. Fasilitator harus mampu menjawab pertanyaan, memberikan penjelasan, saran atau nasehat yang benar dan mudah dipahami dan diterapkan.
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
141
142
b.
Melakukan advokasi Dalam fungsi melakukan advokasi fasilitator harus mempunyai pemahaman yang baik dalam unsur advokasi sehingga dapat mampu melakukan advokasi efektif, seperti berikut : a) Penetapan tujuan advokasi, b) Pemanfaatan data dan riset untuk advokasi c) Identifikasi sasaran advokasi d) Pengembangan dan penyampaian advokasi e) Membangun koalisi f) Membuat presentasi yang persuasive g) Penggalangan dana/dukungan h) Evaluasi advokasi
c.
Menggalang Komunikasi Dalam fungsi menggalang komunikasi kemampuan komunikasi yang dibutuhkan adalah: a) Kemampuan menyampaikan pesan atau informasi Fasih dan jelas dalam menyampaikan pesan, informasi, ide atau gagasan (intevensi informasi) kepada masyarakat merupakan syarat mutlak seorang fasilitator dalam menjalankan proses fasilitasi. Dengan kemampuan itulah fasilitator akan dapat menjelaskan dan memberikan kontribusi kepada anggota dan kelompok masyarakat. b) Menjadi pendengar yang aktif Jika seorang fasilitator mampu menjadi pendengar yang aktif maka sangat memungkinkan akan tahu apa yang terjadi dan peka terhadap perasaan dan emosi dibalik ungkapan kata yang disampaikan oleh masyarakat. Dengan mengetahui apa yang terjadi dan peka terhadap perasaan dan emosi dibalik ungkapan kata yang disampaikan oleh masyarakat menjadi dasar untuk mengambil sikap dan tindakan apa yang seharusnya dilakukan. Untuk menjadi pendengar yang baik dan aktif diperlukan suatu
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
c)
d. B.
pengendalian terhadap emosi atau perasaan diri serta bisa menghargai setiap pendapat dan gagasan yang disampaikan masyarakat. Bertanya efektif dan terarah Dengan bertanya secara efektif akan memudahkan seorang fasilitator untuk belajar dan mengerti apa yang terjadi serta sekaligus dapat memberi pemahaman untuk dapat memilih dan menemukan alternatif tindakan. Bertanya efektif dan terarah dapat dilakukan jika fasilitator telah menguasai dan memahami program yang disampaikan.
Melakukan pemantauan dan evaluasi
Pokok Bahasan 2: Fasilitasi di Masyarakat 2.1 Proses Fasilitasi di Masyarakat Terdapat beberapa langkah atau tahapan dalam memfasilitasi masyarakat melakukan suatu program, yaitu: a. Tahap Identifikasi Merupakan proses awal dari fasilitasi yaitu mencoba menemu kenali masyarakat termasuk kondisi dan potensi serta lingkungannya. Bagi Fasilitator yang biasanya berasal dari luar lokasi penerima program, tahap ini sangat penting dan membantu dalam kelancaran menjalankan tugas-tugasnya. Identifikasi wilayah dapat dilakukan melalui kunjungan ke desadesa untuk mengamati (observasi) dan wawancara dengan masyarakat guna mengetahui kondisi, potensi serta kebiasaan yang berkembang di masyarakat tersebut. Dalam tahapan ini sekaligus untuk memperkenalkan diri kepada masyarakat mengenai keberadaan seorang fasilitator. b. Penyebarluasan dan Pendampingan Setelah melakukan tahap identifikasi dan keberadaan fasilitator diterima oleh masyarakat, maka langkah berikutnya adalah melakukan penyebarluasan dan pendampingan terhadap tahapan pelaksanaan program yang dibawa, yaitu membantu masyarakat
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
143
untuk : 1) Menyadari keberadaan diri mereka sendiri Untuk mengajak masyarakat melaksanakan suatu kegiatan yang dapat menunjang kualitas hidupnya, perlu adanya penyadaran kepada masyarakat mengenai keberadaan diri mereka sendiri. Seringkali masyarakat hanya dapat merasakan tetapi tidak dapat mengungkapkan keberadaan mereka sendiri. Dalam masyarakat, di samping permasalahan-permasalahan yang sering dirasakan sebenarnya ada juga daya dan potensi yang dimiliki untuk mengatasinya. Seorang fasilitator harus bisa memandu masyarakat untuk menemukan keberadaan mereka sendiri. Langkah-langkah yang diperlukan sebagai berikut: a) Ajaklah masyarakat untuk mengungkapkan dan menyatakan kembali apa yang telah dialaminya, b) Mintalah kepada mereka untuk memberikan tanggapan dan kesan terhadap pengalaman yang telah diungkapkan tersebut, c) Ajak masyarakat untuk mengkaji atau mengolah semua pengalaman yang diungkapkan tersebut, kemudian menghubungkannya dengan pengalaman lain yang mungkin bisa mengandung atau memiliki kondisi serupa, d) Pandu masyarakat untuk menemukan pada dirinya ada daya dan potensi yang bisa dikembangkan, e) Bantu masyarakat untuk merumuskan, merinci serta memperjelas kondisi dan potensi, sesuai pengalaman yang ada. Selanjutnya ajak masyarakat untuk mengembangkan atau merumuskan hal-hal yang dapat memberi manfaat di masa datang.
144
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
2.2 Fasilitasi dalam pertemuan masyarakat Salah satu bentuk aktifitas masyarakat dalam kegiatan asuhan mandiri kesehatan tradisional adalah mengikuti pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan oleh puskesmas dan difasilitasi oleh petugas kesehatan yang sudah terlatih asuhan mandiri kesehatan tradisional. a) Fungsi dan peran seorang fasilitator dalam suatu pertemuan masyarakat adalah: 1) Menyampaikan tujuan dan memandu jalannya pertemuan. 2) Memotivasi peserta untuk mengemukakan pendapat. 3) Memandu peserta dalam mengambil suatu keputusan. b) Faktor-faktor fasilitasi yang perlu diperhatikan dalam suatu pertemuan: 1) Penguasaan materi yang akan disampaikan 2) Penguasaan terhadap kareteristik dan tipe peserta yang hadir. 3) Teknik komunikasi: • Gunakan bahasa yang sederhana (kalau bisa bahasa setempat) sehingga mudah dimengerti. • Jangan terlalu cepat ketika berbicara. • Perlu pengaturan suara, sesuikan dengan kondisi tempat atau ruangan yang penting bisa didengarkan semua peserta. • Gunakan contoh-contoh yang sering terjadi dalam keseharian sebagai analogi menjelaskan suatu konsep. • Berikan kesempatan peserta untuk bertanya. • Bersikap netral tidak boleh hanya memihak satu orang atau kelompok tertentu saja. • Jangan memaksakan ide atau gagasannya sendiri atau mempengaruhi peserta untuk mengikuti ide-idenya. • Tidak diperkenankan membuat keputusan sendiri. Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
145
C.
POKOK BAHASAN : 3 Teknik Fasilitasi 3.1 Komunikasi Efektif Komunikasi adalah penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain melalui saluran tertentu. Definisi komunikasi menurut Jhonson (1981) perilaku verbal dan non verbal yang dilihat orang lain. Jadi komunikasi ditentukan oleh kata-kata (verbal) sebesar 7(tujuh) %, suara (menyuaraka) sebesar 38%, bahasa tubuh (body language) sebesar 55%. Komunikasi mempunyai fungsi: • Sebagai alat organisasi untuk menampung saran dari bawah untuk meningkatkan organisasi. • Sebagai alat untuk memahami perilaku anggota organisasi. • Sebagai alat untuk menyampaikan pesan dari pimpinan kepada anggota organisasi. Prinsip komunikasi: - komunikasi harus jelas (clear). - Komunikasi harus benar (correct). - Komunikasi harus nyata (concrete). Syarat komunikasi efektif: a. Pesan yang dikirim oleh pengirim harus jelas dan singkat. b. Penerima pesan dapat menerima pesan seperti yang dikehendaki oleh pengirim pesan. c. Penerima pesan dapat menginterpretasikan isi pesan sesuai dengan yang dikehendaki oleh pengirim pesan. d. Pengirim pesan harus berulang kali mengirim pesan dan menggunakan lebih dari satu saluran. Komunikasi efektif merupakan kemampuan dasar yang harus dipunyai dalam melakukan fasilitasi. 3.2 Presentasi Interaktif: Pengertian presentasi interaktif terdiri dari 2 (dua) kata: • presentasi : penyajian/ pemaparan • Interaktif : saling mempengaruhi timbal – balik [mutually]. Jadi presentasi interaktif merupakan Penyajian timbal balik/ bergantian antara penyaji dan peseta saling merespon.
146
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
Peserta dapat merespon ditengah paparan penyaji, dan penyaji dapat mengembangkan respon peserta sepanjang masih dalam koridor pokok bahasan. Tujuan : • Memunculkan perhatian dan minat peserta terhadap materi yang disajikan. • Mengurangi kejenuhan / kebosanan. • Menggali lebih banyak pendapat, sehingga pokok bahasan menjadi lebih komprehensif. Langkah awal menghantar sessi: • Mereview tujuan bahasan. • Mengajukan pertanyaan yang terkait dengan pokok bahasan. • Menghubungkan pokok bahasan dengan : 1) Materi/ topik kajian sebelumnya. 2) Pengalaman nyata penyaji. 3) Pengalaman kerja pembelajar. 4) Berbagi pengalaman. • Menggunakan Alat bantu yang sesuai/ tepat. • Libatkan peserta dlm topik sesegera mungkin. • Bangun kepercayaan peserta : “menjelaskan manfaat materi”. • Pastikan peserta menyadari bahwa Anda memegang kendali. • Terbukalah mengenai diri Anda [jika diperlukan]. • Pastikan peserta mengetahui bahwa Anda sebagai presentan senang berada di sini. Merebut atensi /memberikan motivasi pada saat presentasi: 1) Berikan pujian tulus kepada pembelajar secara kreatif. 2) Mengajukan pertanyaan “retorikal”. 3) Menceritakan pengalaman pribadi yang “traumatis”. atau“dramatis” yang berkaitan dengan bahasan. 4) Memberikan definisi yang tidak “ghalib”. 5) Mengutip pendapat orang bijak. 6) Memberikan pertanyaan misterius. 7) Menceritakan lelucon yang ada kaitannya dengan bahasan. Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
147
8) 9)
Menangkap minat seluruh peserta. Menyiapkan informasi agar peseta dapat mengikutinya. 10) Membuat peserta menyadari harapan pelatih. tentang pentingnya pencapaian tujuan pembelajaran. 11) Membantu peserta untuk mewujudkan suasana pembelajaran yang positif dan kondusif. 3.3 Metode Pembelajaran Proses fasilitasi juga merupakan proses pembelajaran. Ada berbagai macam metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam melakukan fasilitasi, proses pembelajaran yang sering digunakan antara lain: • Kuliah (Ceramah Tanya Jawab/CTJ). • Demonstrasi. • Studi Kasus. • Simulasi. • Roleplay. • Diskusi Kelompok. KULIAH/CTJ/LECTURE: Cara pembelajaran dengan sasaran utama terjadinya perubahan domain pengetahuan yang lebih banyak mengandalkan pada kekuatan pelatih dalam menggunakan bahasa verbal dan bahasa tubuh, sedangkan peserta hanya pasif menerimanya dengan mengandalkan indera penglihatan dan pendengaran. KEGUNAAN : □ Menyajikan pengetahuan dan pandangan. □ Lebih banyak menyentuh domain Kognitif. □ Sebagai pelengkap pada metoda pesertaan lain, yang berfungsi sebagai penjelasan awal dan rangkuman akhir. DEMONSTRASI: Cara pembelajaran dengan sasaran utama terjadinya perubahan pada domain psikomotor atau afektif dengan cara memperagakan suatu proses kegiatan [opersionalisasi] kepada peserta secara senyatanya dengan menggunakan alat/ benda sesungguhnya dalam situasi yang sesungguhnya atau tiruan.
148
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
KEGUNAAN : Jika dilanjutkan dengan praktikum akan dapat menstimulir domain psikomotor dan afektif secara mendalam, tetapi jika tidak dilanjutkan, hanya akan menstimulir sebatas domain pengetahuan yang mendalam sedangkan domain afektif relatif dangkal. SIMULASI: Cara pesertaan dengan sasaran utama terjadinya perubahan pada domain psikomotor dan afektif dengan melibat-aktifkan aspek “emosi” pada diri peserta melalui perangsangan hampir semua indera penerima. Pengalaman belajar yang didapat dengan cara melakukan kegiatan “tiruan” dengan menggunakan alat/ benda sesungguhnya/ tiruan dalam situasi dan lingkungan yang tidak sesungguhnya [ tiruan ]. KEGUNAAN : □ Melatih keterampilan dan membentuk sikap positif pada diri peserta dengan situasi dan kondisi tiruan agar terbebas dari bahaya dan kerugian jika peserta gagal dlm melakukan kegiatan. □ Sebagai prasyarat sebelum melakukan peragaan dan praktikum. ROLE PLAY: Cara pesertaan dengan sasaran utama terjadinya perubahan pada domain afektif dengan mengandalkan aspek “emosi” pada diri peserta melalui perangsangan hampir semua indera penerima. Pengalaman belajar yang didapat dengan cara melakukan kegiatan “memerankan/ menjadi” figur/ sosok orang lain dalam situasi dan lingkungan tiruan. KEGUNAAN : □ Melatih peserta untuk dapat merasakan/ menghayati berbagai masalah yang mungkin dihadapi oleh peran yang dimainkannya. □ Melatih kesadaran dan kepekaan sosial yang sangat dibutuhkan dlm dunia kerja nyata, sehingga dpt memunculkan sikap positif yang tentang fenomena sosial yang memang ada disekitarnya.
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
149
DISKUSI KELOMPOK: Cara pembelajaran dengan sasaran utama terjadinya perubahan pada domain kognitif atau afektif dengan mengandalkan partisipasi para anggotanya. Pengalaman belajar yang didapat melalui tukar pikiran/ pengalaman diantara peserta untuk kemudian disatukan dengan proses “take and give” KEGUNAAN : • Latihan mengemukakan pendapat yang bertanggung jawab. • Latihan untuk mau menerima dan memberi. • Mengembangkan ide – ide baru. • Membantu peserta dalam memahami diri sendiri & orang lain. STUDI KASUS: Cara pembelajaran dengan sasaran utama terjadinya perubahan pada domain kognitif atau afektif atau keterampilan berpikir dengan mengandalkan daya nalar para pembelajar. Pengalaman belajar yang di dapat oleh para pembelajar adalah “mengalami” karena duhadapkan pada situasi dengan berbagai pilihan. KEGUNAAN : □ Membantu mengembangkan kemampuan analisis, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan □ Menunjukkan kepada peserta akan adanya peranan/ pengaruh nilai – nilai dan persepsi terhadap pengambilan keputusan kelompok
150
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
REFERENSI •
Kementerian Kesehatan RI, Second Decentralized Health Services Project, Modul Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat Bagi Petugas Puskesmas, Jakarta, 2010
•
Totok Mardikanto, Konsep-konsep Pemberdayaan Masyarakat, Surakarta,2010
•
Kementerian Kesehatan RI, Modul Pelatihan Bagi Pelatih Selfcare Ramuan dan Pemanfaatan TOGA, Jakarta, 2012
•
Kementerian Kesehatan RI, Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan,Jakarta, 2013
•
Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Advokasi Kesehatan Bagi Petugas Kesehatan Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota, Jakarta, 2013
•
Kementerian Kesehatan RI, Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pelaksanaandan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan
151
LEMBAR KERJA
Pedoman Praktik Metode Fasilitasi 1.
Peserta dibagi menjadi 4 kelompok. Masing-masing kelompok diminta diskusi menyiapkan skenario praktik metode fasilitasi dengan menggunakan lembar kasus PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL DI PUSKESMAS SEVIA KECAMATAN MAKUTA DEWA KOTA BROTOWALI.
2.
Kelompok 1 diskusi menyusun skenario praktik ”Kepala Puskesmas Sevia melakukan ceramah tanya jawab kepada Tokoh Masyarakat di Kecamatan Makuta Dewa” Kelompok 2 diskusi menyusun skenario praktik ”Curah pendapat pada saat mini lokakarya tentang pengembangan yankestrad asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA” Kelompok 3 diskusi menyusun skenario praktik ”Demonstrasi asuhan mandiri akupresur dan pemanfaatan TOGA dari Petugas Penanggung Jawab Yankestrad Puskesmas Sevia ke masyarakat di salah satu kelurahan” Kelompok 4 diskusi menyusun skenario praktik ”Simulasi dan bermain peran (role play) pada saat Petugas Puskesmas Sevia membina kader kesehatan”
3.
Masing-masing kelompok secara bergantian praktik kelas berdasarkan skenario yg telah disusun. Setiap kelompok praktik, wakil kelompok lain mengevaluasi.
4.
Setelah semua kelompok selesai praktik fasilitator menyampaikan rangkuman pentingnya pemilihan metode yang tepat dalam proses fasilitasi asuhan mandiri akupresur dan pemanfatan TOGA.
5.
Waktu yang diperlukan 105 menit.
152
Modul Pelatihan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Bagi Fasilitator Kesehatan