KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmatNya maka program Monitoring Virus Influenza secara online atau yang lebih dikenal sebagai Influenza Virus Monitoring Online (IVM online) dapat terealisasi. Program IVM online terlaksana berkat kerjasama pemerintah Indonesia dengan Food Agricultural Organization. Program ini dapat dijalankan oleh seluruh Unit Pelaksana Teknis lingkup Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dan akan dikembangkan dengan lebih baik lagi, sehingga dimasa yang akan datang dapat melibatkan pihak swasta maupun perguruan tinggi. Diharapkan dengan berjalannya program IVM online maka akan dapat diketahui peta penyebaran virus avian influenza di Indonesia sehingga pada akhirnya akan dapat ditentukan kebijakan untuk menanggulangi dan mencegah penyakit avian influenza. Terimakasih juga diucapkan kepada seluruh pihak yang telah memberikan kontribusi, pemikiran, maupun peran aktif dalam pembangunan program IVM online. Kiranya program yang telah disusun dengan sangat baik ini dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam pengendalian dan penanggulangan avian influenza dan influenza lainnya yang bersifat epidemik dan zoonotik di Indonesia. Ir. Syukur Iwantoro Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
DIREKTUR KESEHATAN HEWAN IVM online merupakan suatu terobosan baru dalam melakukan monitoring penyakit hewan. Keberadaan virus influenza terutama virus AI di Indonesia telah banyak menimbulkan kekuatiran akan terjadinya zoonosis pada manusia. Untuk itu, IVM online menjadi salah satu sistem dalam mengelola dan memonitoring virus influenza secara terintegrasi. Program IVM online dijalankan dalam jaringan sehingga memungkinkan untuk mendapatkan data dimana saja, secara cepat, dan terkini. IVM online sangat bermanfaat dalam peningkatan kapasitas kemampuan laboratorium untuk mendukung kesehatan hewan. Diharapkan dengan adanya program ini dapat mendukung terbentuknya jejaring laboratorium veteriner di seluruh Indonesia. Untuk masa yang akan datang, diharapkan laboratorium swasta dan perguruan tinggi juga dapat bergabung dan berpartisipasi dalam IVM online. Dr. Pudjiatmoko Direktur Kesehatan Hewan
FAO REPRESENTATIVE INDONESIA Peluncuran platform Influenza Virus Monitoring (IVM) IVM Online menjadi tonggak bersejarah bagi kolaborasi yang terus berlanjut antara Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (DJ PKH), Kementerian Pertanian dan FAO Indonesia. Kemitraan ini telah berkembang sejak 2006 melalui serangkaian proyek-proyek teknis untuk mendukung pengendalian highly pathogenic avian influenza (HPAI). Dalam upaya mengendalikan HPAI dan menurunkan ancaman terhadap kesehatan manusia, dan juga kerugian ekonomi terhadap ekonomi nasional dan sektor perunggasan, Indonesia telah menerapkan vaksinasi sebagai alat utama dalam pengendalian penyakit. Pada saat ini, virus tengah mengalami antigenic drift secara bertahap, yang menyebabkan perlunya penggantian seed strains untuk produksi vaksin dan modifikasi-modifikasi terkait dengan reagen diagnostik. Dalam rangka meningkatkan sistem monitoring evolusi virus, Pemerintah Indonesia, dengan bantuan dari FAO/OFFLU dan laboratorium referensi di kawasan ini seperti Australian Animal Health Laboratory, telah mengembangkan sebuah jaringan IVM yang inovatif yang dapat mengkarakterisasi isolat-isolat H5N1 secara antigenik dan genetik. Manfaat dari pendekatan jaringan IVM terhadap surveilans HPAI telah didemonstrasikan dengan pendeteksian clade virus H5N1 (“2.3.2.1”) yang baru masuk ke Indonesia pada 2012. Virus clade baru ini, yang menyebabkan kematian tinggi di itik domestik, telah diisolasi oleh BBVet Wates, dan kemudian disekuensing oleh laboratorium partner IVM. Karakterisasi antigenik dan genetik dari clade virus yang baru ini kemudian menghasilkan vaksin clade 2.3.2.1. (“Afluvet”) yang sukses diproduksi oleh Pusvetma dengan tepat waktu, berdasarkan pada isolat virus Sukoharjo. Contoh dari jaringan IVM Indonesia, dan pengembangan platform IVM Online relevan dengan negara-negara di kawasan Asia yang ingin membentuk jaringan laboratorium untuk surveilans avian influenza dan patogen lainnya. FAO mengharapkan kemitraan yang terus berlanjut dengan DJ PKH dalam pencegahan dan pengendalian penyakit menular yang baru muncul yang berpengaruh terhadap kesehatan veteriner dan kesehatan masyarakat. Dr. Mustafa Imir FAO Representative Indonesia 20 Mei 2014
UPAYA MELAWAN VIRUS INFLUENZA DI INDONESIA
Produksi perunggasan menempati satu persen dari produk domestik bruto Indonesia yang menyediakan kebutuhan protein hewani untuk 232 juta penduduk Indonesia. Struktur usaha perunggasan yang kompleks, mulai dari usaha peternakan unggas intensif, peternakan broiler dan layer semi-intensif sampai unggas pekarangan skala kecil menyediakan daging dan telur melalui pasar tradisional di seluruh wilayah Indonesia. Masuknya virus influenza patogen (HPAI) H5N1 tahun 2003 telah menganggu produktifitas usaha perunggasan. Vaksinasi kemudian dilakukan sebagai salah satu dari 8 strategi upaya melawan virus influenza pada unggas. Sejak tahun 2009, pemerintah Indonesia dibantu oleh jaringan ahli influenza OIE/FAO (OFFLU) dan FAO ECTAD Indonesia berusaha meningkatkan kapasitas delapan (8) laboratorium diagnostic kesehatan hewan, PUSVETMA, BBLITVET dan BBPMSOH untuk mendeteksi dan memonitor keberadaan virus avian influenza yang bersirkulasi diseluruh Indonesia. Jaringan laboratorium kemudian dibuat untuk mengidentifikasi varian virus yang potensial; menetapkan kandidat strain virus tantang dan memonitor efikasi vaksin AI yang digunakan. Metoda diagnosa dilakukan terkendali (harmonize) dengan reagen biologik yang standar untuk hasil yang berkualitas. Hasil karaterisasi AI H5N1 clade 2.1.3 dari jaringan laboratorium ini berhasil: A. Menetapkan 4 strains vaksin: 1. A/Chicken/West Java/PWT-WIJ/2006; 2. A/Chicken/Pekalongan/BBVW-208/2007; 3. A/Chicken/Garut/BBVW-223/2007; 4. A/Chicken/West Java (Nagrak) 30/2007 dan 2 seed strain tantang: 1. A/Chicken/West Java-Subang/29/2007 dan 2. A/Chicken/West Java/Smi-Pat/2006 melalui surat keputusan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan tentang penggunaan vaksin local yang sesuai dengan virus yang secara epidemiologis. B. Mendeteksi virus HPAI H5N1 clade baru 2.3.2.1 pertengahan Agustus 2012 yang menyerang itik dan saat ini telah meluas kebeberapa pulau diluar Jawa (lihat gambar 1). Dengan adanya dua jenis clade HPAI H5N1 ini membuat situasi penyakit HPAI di Indonesia menjadi semakin komplek dan membutuhkan sebuah sistim komunikasi yang cepat. Sehubungan dengan hal tersebut, sistim komunikasi berbasis web kemudian dikembangkan untuk mempercepat pelaporan hasil monitoring virus HPAI H5N1 kepada pengambil kebijakan ditingkat Nasional. Metoda komunikasi antar laboratorium dilaksanakan dengan Influenza Virus Monitoring (IVM) Online yang pengembangannya telah dirintis sejak tahun 2011 dan diluncurkan tanggal 20 Mei 2014.
Gambar 1
IVM Online adalah: Sebuah sistim jaringan laboratorium kesehatan hewan di Indonesia yang berbasis web yang menampung data karakter antigenik dan genetik virus HPAI yang bersirkulasi di Indonesia. Penetapan IVM Online bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi varian virus potensial; 2. Mengidentifikasi dan menetapkan strain virus tantang dan 3. Memonitor Efikasi vaksin yang digunakan. Fitur-fitur utama IVM Online Didalam software IVM Online, terdapat berbagai fitur yang berguna untuk memetakan situasi virus HPAI di Indonesia. Fitur-fitur utamanya adalah: 1. Antigenik Modul yang terdiri dari: a. Daftar run;
b. Run set up;
c. Run data entry;
d. Quality control summary report;
e. Mapping antigen (menampilkan map antigen dari sebuah run);
f. Perbandingan antigenik dan genetik.
2. Genetik Modul yang terdiri dari: a. Daftar sequence;
c. Sequence viewer.
3. Isolat modul
b. Sequence uploader;
4. Reporting Modul a. Kesimpulan hasil;
b. Laporan hasil yang salah untuk menjamin kualitas data.
Anggota IVM ONLINE Anggota IVM ONLINE adalah 8 laboratorium diagnostik (BBVET & BVET), Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPMSOH), PUSVETMA dan BBLITVET. BBVet Wates ditetapkan sebagai focal point pengendali kegiatan IVM Online.
BVet LAMPUNG BVet BANJARBARU
BVet BUKITTINGGI BBVet MAROS
BVet SUBANG
BVet MEDAN
BBVet WATES
BBVet DENPASAR
TAHAPAN KEGIATAN 1. Anggota IVM ONLINE, secara rutin menerima dan memproses semua sampel AI dari lapangan. Hanya sampel yang telah diuji melalui tahap isolasi virus akan masuk dalam tahap selanjutnya. 2. Virus HPAI H5 hasil isolasi dari cairan allantois di identifikasi dengan menggunakan hyperimmune sera seperti NDV dan H5. 3. Virus HPAI H5 yang positif kemudian di PRESKRIN menggunakan KIT PRESKRIN yang terdiri dari 3 antigen, 4 prime sera dan antisera hyperimmune H5. Data titer HI beserta data epidemiologi setiap isolat tersebut kemudian di input / upload ke IVM ONLINE. PROSES PRESCREEN Referen antigen dan antisera dalam setiap KIT Preskrin yang digunakan selalu mewakili virus yang beredar. Kit preskrin secara tetap berubah sesuai perkembangan virus AI yang bersirkulasi dilapangan. Gambar dibawah ini adalah contoh Kit Preskrin 1 yang digunakan tahun 2010. Agar sesuai dengan situasi perkembangan virus AI tahun 2014, Kit Preskrin yang digunakan adalah Kit Preskrin 5 dimana strain Smi-Hamdi tidak digunakan lagi, dan diganti dengan strain virus yang secara antigenik lebih relevan dengan situasi terkini seperti A/chicken/West Java/Tangerang 6/2008, A/Chicken/West JavaSbg/29/2007 dan A /VN 2.3.2.1 strain, yang secara genetik sama dengan isolat Indonesia clade 2.3.2.1.
4. Data preskrin ini kemudian dianalisa oleh FOCAL POINT (BBVET WATES) dengan menggunakan modul analisa di IVM ONLINE untuk menetapkan isolat terpilih. Isolat terpilih diminta kepada seluruh anggota untuk dikirimkan ke BBVET WATES dan selanjutnya di propagasi, di uji preskrin dan di karakterisasi antigenik dengan KIT FULL PANEL yang terdiri dari 7-8 antigen dan antisera (prime & hyperimmune). Titer HI hasil karakterisasi antigenik full panel di upload ke IVM dan kembali dianalisa.
5. Strain varian yang terindentifikasi, kemudian di sequence oleh sequencing partner (BPPV BUKITTINGGI, PUSVETMA, BBLITVET, BBPMSOH). Hasil sequence gene HA dalam bentuk fasta file di input ke IVM ONLINE.
6. Bioinformatika hasil sequencing dan karakterisasi antigenik dianalisa dan dipetakan oleh FOCAL POINT yang kemudian dilaporkan ke Tim Managemen.
7. Apabila Tim Managemen menemukan adanya perubahan ANTIGENIC SHIFT dari varian strain maka Tim Management ini kemudian melakukan review menyeluruh pada data yang ada termasuk data epidemiologi dan phylogenic tree dari varian strain tersebut, maka Tim Manajemen segera memberi rekomendasi kepada Direktur Kesehatan Hewan tentang perubahan seed strain tantang.
8. Semua alur kegiatan diatas dapat dipantau oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan secara online.
HASIL 1. IVM ONLINE merupakan sistim pemilihan seed strain tantang dan vaksin secara obyektif. 2. Karakterisasi antigenik dan genetik yang cepat menghasilkan keputusan pembuatan vaksin AI clade baru (afluvet) yang sesuai dengan jenis HPAI yang beredar. 3. Terbentuknya metoda pre-screening dan full scrrening menggunakan protokol HI dengan standar reagen panel untuk karakterisasi antigenik. 4. Terbentuknya basis data berbasis web (IVM ONLINE) yang berisi modul bioinformatika untuk karakterisasi antigenik, genetik dan visualisasinya. 5. Terbarukannya metoda diagnostik molekular (PCR) untuk tipe A, H5N1 clade 2.1.3 dan 2.3.2.
DAMPAK 1. Meningkatnya kemampuan laboratorium kesehatan hewan di Indonesia dalam mengkarakterisasi antigenik dan genetik virus influenza. 2. Meningkatnya pengetahuan tentang situasi virus AI yang beredar dengan kebijakan vaksinasi. 3. IVM ONLINE dapat memberikan rekomendasi ditetapkannya kandidat strain untuk challenge maupun vaksin.
JAMINAN MUTU DAN KEBERLANJUTAN IVM ONLINE a. Kegiatan IVM ONLINE dilaksanakan oleh petugas / staf yang kompeten. b. Kompetensi staf/petugas IVM ONLINE diperoleh melalui Compentecy Based Training. c. Training ditetapkan dan dilakukan baik secara internal oleh focal point maupun secara external. d. Untuk menjamin mutu kegiatan (QUALITY ASSURANCE) dan mutu uji (QUALITY CONTROL), pelaksanaan kegiatan IVM ONLINE mengikuti panduan teknis (TECHNICAL GUIDELINE) dan prosedur operasional standard (STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE –SOP). e. Pertemuan anggota IVM ONLINE dilakukan tiap tahun untuk menjamin keberlanjutan sistim IVM ONLINE.
RENCANA KE DEPAN • Meningkatkan modul bioinformatika dalam sistim IVM ONLINE untuk mendeteksi virus HPAI yang lain seperti H7N9, H7N7, dst yang dikaitkan dengan data epidemiologi. • Memformulasikan mekanisma IVM ONLINE yang terkait dengan ISIKHNAS. • Memperluas keanggotaan IVM ONLINE untuk mendapatkan input laboratorium dari universitas dan sektor swasta. • Memperkuat jaringan laboratorium regional dan global untuk menghadapi munculnya berbagai patogen yang bersifat zoonotik. • Membentuk Tim Monitoring Virus Influenza (IVM) yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan untuk memastikan keberlanjutan IVM Online.
PUBLIKASI A SUSTAINABLE APPROACH TO INFLUENZA VIRUS MONITORING FOR ANIMAL HEALTH IN INDONESIA 1. All DICs routinely receive and process samples for avian influenza. Only samples for virus isolation will be entered into the process
HISTORY The first outbreak of HPAI H5N1 in Indonesia was reported in Legok, Banten, in 2003. Vaccination using homologous and heterologous strains was implemented with no specific guidelines. In 2007-2008, in collaboration with the Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) and the OIE/FAO Network of Expertise on Animal Influenza (OFFLU), a national animal health influenza virus monitoring system was set up to monitor circulating viruses and identify potential virus variants, to monitor efficacy of vaccines in use and to identify potential candidates for challenge/vaccine strains.
2a. Routine typing of HA-positive fluids by: H5, H7, H9, NDV 2b. Identify H5 positive allantoic fluid
3. For H5 positive isolates DICs use pre-screening standard sera panel for cartography and submit raw HI data to DIC Wates for analysis
OUTPUTS Increased capacity of Indonesian laboratories to diagnose and characterize avian influenza viruses.
4. Select potential antigenic variants from prescreen data analysis for further testing and request to forward to DIC Wates
Network established to monitor circulating influenza viruses, and share biological specimens and data, including data analysis. The Animal Health Influenza Virus Monitoring Disease Investigation Centres INDONESIA (IVM) Network established.
5. DIC Wates to conduct further antigenic analysis to select the candidates for sequencing
Approximately 40 technical officers are engaged long term under the network and attend regular network meetings and receive refresher training and reagents.
Regional 1 (Medan)
KALIMANTAN Regional 2 (Bukittinggi) SULAWESI
SUMATERA Regional 5 (Banjarbaru) Regional 3 (Lampung)
PAPUA
Regional 7 (Maros) JAVA
Regional 4 (Wates) Regional 6 (Denpasar)
Sharing of over 300 virus isolates with international reference laboratories for advanced characterization, and approval in principal granted for release of sequence data to public domain. IMPACT Improved knowledge of circulating H5N1 viruses to directly inform vaccine policy through the characterization and analysis of circulating virus in village-based poultry and sector 3. Pioneered application of antigenic cartography, a technique to characterize human influenza viruses since 2002, using avian sera. SUSTAINABILITY Establishment of harmonized HI protocol and standardized antigen/antisera panels across all eight Disease Investigation Centres (DIC) plus the three national sequencing laboratories.
6. DIC Wates to submit material for HA gene sequencing to sequencing partners
7. Review of data analysis to ensure challenge strains are adequate to assess vaccine protection
8. Expert group to analyze data and update challenge strains when needed
All DICs DIC Wates DIC Wates + other partners &/or DGLS DGLs
Development of a data platform (Alat Preskrin) to facilitate the rapid sharing, analysis, and reporting of results. SMI HAMD 2.1.1 - older
TASIKSOL variant
KONAWE 2.1.3 common
FUTURE Institutionalize the IVM network laboratories and support additional partner laboratories (e.g. poultry industry and university laboratories). Develop mechanism to apply data from the field to decision making instruments at the central government level.
POSTER
LEMBAR KERJA