Buletin Konsumsi Pangan
KATA PENGANTAR
Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi pertanian, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2014 menerbitkan Buletin Konsumsi Pangan yang terbit setiap triwulan. Buletin konsumsi pangan ini merupakan terbitan tahun kelima, berisi informasi gambaran umum konsumsi pangan di Indonesia, konsumsi rumah tangga dan ketersediaan konsumsi per kapita serta ketersediaan di negara-negara dunia terutama untuk komoditas yang banyak di konsumsi masyarakat. Pada edisi volume 5 nomor 3 tahun 2014 ini disajikan perkembangan konsumsi Jagung, Kacang Hijau, Bawang Putih, Pisang dan Telur sampai dengan data tahun 2013 serta prediksi tahun 2014 sampai 2016 untuk Susenas, sedangkan NBM Prediksi tahun 2013 sampai 2016. Data yang disajikan dalam buletin ini diolah oleh Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Kementerian Pertanian bersumber dari publikasi hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) BPS, Neraca Bahan Makanan (NBM) – Badan Ketahanan Pangan, website FAO (Food Agriculture Organization) dan website USDA
(United States Departement of Agriculture). Besar harapan kami bahwa buletin ini dapat bermanfaat bagi para pengguna baik di lingkup Kementerian Pertanian maupun para pengguna lainnya. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna penyempurnaan di masa mendatang.
Jakarta, Oktober 2014 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian,
Ir. M. Tassim Billah, MSc
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Buletin Konsumsi Pangan
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Buletin Konsumsi Pangan
BAB I. PENJELASAN UMUM
P
angan
merupakan
salah
satu
salah satu target Kementerian Pertanian
kebutuhan dasar manusia, karena
tahun 2010 - 2014 adalah peningkatan
itu pemenuhan atas pangan yang
diversifikasi
pangan,
terutama
untuk
cukup, bergizi dan aman menjadi hak asasi
mengurangi konsumsi beras dan terigu.
setiap rakyat Indonesia untuk mewujudkan
Selama tahun 2010-2014, konsumsi beras
sumberdaya
berkualitas
ditargetkan turun 1,5% per tahun yang
pembangunan
diimbangi dengan peningkatan konsumsi
untuk
manusia
yang
melaksanakan
nasional.
umbi-umbian,
Kebutuhan
pangan
merupakan
buahan
dan
pangan
hewani,
sayuran.
Selain
tercapainya
pola
itu
buahjuga
penjumlahan dari kebutuhan pangan untuk
diupayakan
konsumsi langsung, kebutuhan industri dan
pangan beragam, bergizi, seimbang dan
permintaan lainnya.
Konsumsi langsung
aman yang tercermin oleh meningkatnya
adalah jumlah pangan yang dikonsumsi
skor Pola Pangan Harapan (PPH) dari 86,4
langsung oleh masyarakat.
pada tahun 2010 menjadi 93,3 pada tahun
Seiring dengan peningkatan jumlah
2014
penduduk dan kesejahteraan masyarakat, maka
kebutuhan
terhadap
jenis
(Renstra
Kementerian
konsumsi
Pertanian,
2010).
dan
kualitas produk makanan juga semakin meningkat dan beragam.
Oleh karena itu
Tabel 1.1. Sasaran Skor Pola Pangan Harapan (PPH) MAKANAN
2010
2011
54,9
53,9
Umbi-umbian
5,0
Pangan Hewani
TAHUN 2012
2013
2014
52,9
51,9
51,0
5,2
5,4
5,6
5,8
9,6
10,1
10,6
11,1
11,5
10,1
10,1
10,1
10,0
10,0
Buah/Biji Berminyak
2,8
2,9
2,9
2,9
3,0
Kacangan-kacangan
4,3
4,4
4,6
4,7
4,9
Gula
4,9
4,9
5,0
5,0
5,0
Sayur dan Buah
5,2
5,4
5,5
5,7
5,8
Lain-lain
2,9
2,9
2,9
2,9
3,0
86,4
88,1
89,8
91,5
93,3
Padi-padian
Minyak dan Lemak
SKOR PPH
Sumber : Renstra Kementerian Pertanian, 2010
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
1
Buletin Konsumsi Pangan
1.1.
Sumber Data
Neraca
Data yang digunakan dalam buletin ini adalah publikasi dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional, BPS (Data Susenas yang digunakan terbitan bulan Maret), Neraca Bahan Makanan (NBM-BKP), website FAO
(Food
Agriculture
Organization)
dan
website USDA (United States Departement
of Agriculture). Sejak tahun 2011, BPS melaksanakan Susenas setiap triwulan, namun dalam publikasi buletin ini digunakan data hasil Susenas
Bulan
gunakan
Maret,
kuesioner
dengan
modul
meng-
memberikan
dalam Susenas
makanan.
pengeluaran
yang
Data
pangan untuk konsumsi penduduk suatu negara/wilayah tertentu.
bukan
Penggunaan (utilization) Pg = Pk + Bt + Id + Tc + K dimana : Pg = total penggunaan Pk = pakan Bt = bibit Id = industri Tc = tercecer K = ketersediaan bahan makanan.
(2)
Untuk komponen pakan, bibit dan
makanan
tercecer
(yang dikumpulkan nilai rupiahnya, kecuali listrik,
gas,
air
dan
BBM
minggu.
Selanjutnya
dalam
penyajian publikasi ini untuk menjadi per kapita per tahun dikalikan dengan 365/7.
2
persentase
besaran terhadap
Tabel 1.2.
Data konsumsi rumah tangga yang per
digunakan
penyedian dalam negeri, seperti pada
kuantitasnya).
kapita
dapat
konversi
dengan
bersumber dari Susenas (BPS) disajikan per
Cara perhitungan NBM adalah
2.
makanan (215 komoditas yang dikumpulkan konsumsi
waktu
Penyediaan (supply) : Ps = P- ΔSt + I – E dimana : Ps = total penyediaan dalam negeri P = produksi ΔSt = stok akhir – stok awal I = Impor E = ekspor
menjadi 2 kelompok, yaitu (1) pengeluaran
pengeluaran
kurun
1.
dibagi
kuantitas dan nilai rupiahnya) dan
dalam
sebagai berikut :
konsumsi/
dikumpulkan
situasi
untuk industri, serta informasi ketersediaan
makanan dan sebulan untuk konsumsi bukan
tentang
untuk kebutuhan pakan, bibit, penggunaan
wawancara dengan kepala rumah tangga seminggu yang lalu pengeluaran untuk
informasi
ekspor dan stok serta penggunaan pangan
melalui
dengan cara mengingat kembali (recall)
(NBM)
berasal dari produksi dalam negeri, impor-
konsumsi/
dilakukan
Makanan
pengadaan/penyediaan pangan, baik yang
pengeluaran rumah tangga. Pengumpulan data
Bahan
3.
Ketersediaan diperoleh dengan
pangan
per
kapita,
dari
ketersediaan
dibagi
jumlah
penduduk.
Jumlah
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Buletin Konsumsi Pangan penduduk tahun 2010 sebesar 237.641
proyeksi Bappenas, seperti tersaji pada
ribu jiwa (Sensus Penduduk 2010,
Tabel 1.3.
BPS). Selanjutnya jumlah penduduk tahun 2011 sampai tahun 2016 hasil Tabel 1.2. Besaran konversi komponen penggunaan (persentase terhadap penyediaan dalam negeri) Komoditas
Komponen
Jagung Kacang Hijau Bawang Putih Pisang Telur Ayam Ras
Angka Konversi (%)
Pakan
6,00
Tercecer
5,00
Pakan
2,00
Tercecer
5,00
Bibit
0,24
Tercecer
7,13
Tercecer
4,70
Tercecer
2,05
Bibit
Telur Ayam Buras
25,00
Tercecer
3,86
Bibit
Telur itik
13,50
Tercecer
3,92
Sumber : Neraca Bahan Makanan, BKP Kementan
Tabel 1.3. Proyeksi Jumlah Penduduk, 2011 – 2016
Tahun
Jumlah Penduduk (000 jiwa)
Tahun
Jumlah Penduduk (000 jiwa)
2011
241.991
2014
252.165
2012
245.425
2015
255.462
2013
248.818
2016
258.705
Sumber : Proyeksi Bappenas dan BPS
1.2.
Ruang Lingkup Publikasi Pada edisi volume 5 no. 3 tahun
2014 disajikan informasi perkembangan pola
konsumsi
masyarakat
Indonesia,
konsumsi rumah tangga per kapita per tahun, ketersediaan konsumsi per kapita per tahun dan prediksi 3 tahun ke depan
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
tahun 2014, 2015 dan 2016 serta konsumsi di negara-negara di dunia untuk komoditas yang di bahas.
Komoditas yang dianalisis
antara lain jagung, kacang hijau, bawang putih, pisang dan telur.
Model terpilih
dalam melakukan prediksi data konsumsi per kapita disajikan pada Tabel 1.4 dan 1.5.
3
Buletin Konsumsi Pangan
Tabel 1.4. Model terpilih dalam prediksi konsumsi per kapita per minggu beberapa komoditas pangan berdasarkan data Susenas Jagung Pipilan
Uraian
Trend Trend Kuadratik Kuadratik 12,3200 14,2474 0,0060 0,0002 0,0001 0,0000
Model terpilih MAPE MAD MSD Keterangan :
Tabel 1.5.
Ekspor
Model MAPE MAD
Pakan Tercecer Bibit
Diolah untuk Makanan
Trend Liniar
Trend Kuadratik
18,6702 0,00129 0,0000
Jagung
Pisang Ambon
Telur Ayam Telur ayam Telur itik Ras Buras
Trend Eksponenti al 10,4546 6,2790
Kacang Hijau Bawang Putih
0,0187 0,0006
DES
Trend Liniar Trend Liniar
8,448 0,007 0,000
0,0020 0,0000 MAD MSD MA
10,1569 0,0076 0,0001
14,3621 0,0166 0,0004
: Mean Absolute Deviation : Mean Square Deviation : Moving Avarage
Trend Eksponential
Trend Linear
Trend Linear
3,00 350,00 153204,00
9,18 24,89 1030,19
17,00 4369,00 2815780,00
9,00 338,00 159912,00
16,24 78,61 8626,51
7,23 12,311
MAD MSD
515 497.221 Ekssponential Smooting
23,63 1299,74
Persentase Model MAPE MAD MSD
Telur itik
DES
21,49
MSD Persentase
Telur Ayam Buras
Moving Average
78
MSD Model MAPE MAD
Telur Ayam Ras
SES
Model MAPE
Model
Pisang
Moving Average
DES
3,86% dr total penyediaan
3,92% dr total penyediaan
25,00% dr total penyediaan
13,50% dr total penyediaan
Perhitungan
Perhitungan
Perkiraan sama tahun sebelumnya
DES 106,69 1,402
66,30 50,90 16353,20
3,191
6,00% dr total 2,00% dr total penyediaan penyediaan 5,00% dr total 5,00% dr total 7,13% dr total 4,70% dr total penyediaan penyediaan penyediaan penyediaan S-qurve SES
7,17 6,51 77,82
282
7,48 12,28 217,66
9,18 24,89 1031,19
0,24% dr total penyediaan
Perhitungan
Perhitungan
2,05% dr total penyediaan
Persentase MAPE MAD MSD
Diolah untuk Bukan Makanan Model MAPE MAD MSD Bahan Makanan Model MAPE MAD MSD
4
Bawang Putih
DES
MAPE MAD Stok
Trend Liniar 15,9460 0,0004 0,0000
Kacang Hijau
Model terpilih prediksi penyediaan dan penggunaan beberapa komoditas pangan berdasarkan data Neraca Bahan Makanan
MSD Impor
Minyak Jagung
ARIMA : Autoregressive Integrated Moving Avarage SES : Single Exponential Smoothing DES : Double Exponential Smoothing MAPE : Mean Absolute Percentage Error
Uraian Keluaran
Tepung Jagung
DES
30,00 372,00 453382,00 Perhitungan
Perhitungan
Perhitungan
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Buletin Konsumsi Pangan BAB II. POLA KONSUMSI MASYARAKAT INDONESIA 2.1. Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia Sesuai
hukum
ekonomi
mulai tahun 2007 menunjukkan pergeseran, dimana makanan
makanan
2013 persentase untuk makanan menjadi 50,66% dan non makanan sebesar 49,34%,
Susenas,
seperti
pengeluaran penduduk Indonesia untuk
per
2002 - 2013 menunjukkan pergeseran, persentase
pada
Gambar
2.1.
bulan
tahun
2013
untuk
bahan
makanan sebesar Rp. 356.435,- dan non
pengeluaran
makanan sebesar Rp. 347.126,-.
untuk makanan lebih besar dibandingkan pengeluaran untuk non makanan,
tersaji
Besarnya rata-rata pengeluaran per kapita
makanan dan non makanan selama tahun awalnya
pengeluaran
sebesar 41,53% sedangkan pada tahun
gambarkan kesejahteraan masyarakat.
pada
total
2002 sebesar 58,47% dan non makanan
Hal ini dapat digunakan dalam mengdata
terhadap
Persentase untuk makanan pada tahun
menurun
dengan semakin meningkatnya pendapatan.
Berdasarkan
non
penduduk Indonesia per kapita per tahun.
bila selera tidak berbeda maka persentase untuk
pengeluaran
makanan seimbang dengan pengeluaran
yang
dinyatakan oleh Ernst Engel (1857), yaitu pengeluaran
persentase
namun
(%) 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 2002
2003
2004
2005
2006
Makanan
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Non Makanan
Gambar 2.1. Perkembangan persentase pengeluaran penduduk Indonesia untuk makanan dan non makanan, tahun 2002 – 2013 Persentase pengeluaran penduduk Indonesia terbesar
untuk makanan tahun 2013 adalah
pengeluaran
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
untuk
makanan dan minuman jadi yaitu sebesar 25,88%,
disusul
16,26%,
tembakau
padi-padian dan
sirih
sebesar sebesar
5
Buletin Konsumsi Pangan 12,32%, sayur-sayuran sebesar 8,74%,
6,04%,
sementara
kelompok
makanan
ikan sebesar 7,96%, telur dan susu sebesar
lainnya kurang dari 5% (Gambar 2.2).
Tahun 2007
Tahun 2013
Gambar 2.2. Persentase pengeluaran kelompok pangan terhadap total pengeluaran pangan Tahun 2007 dan 2013
Perkembangan pengeluran nominal
menunjukkan
terjadinnya
penurunan
bahan makanan per kapita per bulan tahun
kuantitas konsumsi pada kelompok bahan
2008 sampai tahun 2013 mengalami rata-
makanan tersebut.
Indikasi penurunan
rata
12,99%,
kuantitas
konsumsi
juga
meningkat
kelompok
bahan
pertumbuhan
meskipun
secara
riil
sebesar hanya
terjadi
makanan
pada lainnya
sebesar 4,78%. Pengeluaran per kapita per
mengingat peningkatan pengeluaran riil
bulan untuk kelompok padi-padian, umbi-
yang
umbian
secara
peningkatan
nominal mengalami peningkatan namun
(Tabel 2.1).
dan
bumbu-bumbuan
secara riil mengalami penurunan.
6
lebih
lambat pengeluaran
dibandingkan nominal
Hal ini
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Buletin Konsumsi Pangan Tabel 2.1. Perkembangan pengeluaran nominal dan riil kelompok bahan makanan per kapita
per bulan, 2008 – 2013
No.
Kelompok Barang
1 Padi-padian 2 Umbi-Umbian
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Pengeluaran
Pengeluaran
Pengeluaran
Pengeluaran
Pengeluaran
Pengeluaran
Nominal
IHK
Riil
36.970
110
33.621
Nominal
IHK
Riil
38.122
114
33.405
Nominal
IHK
44.004
134
Riil 32.824
Nominal
IHK
Riil
Nominal
IHK
44.427
154
28.881
57.908
171
Riil 33.898
Nominal
IHK
57.956
178
Rata-rata Pertumbuhan 20082013 (%) Riil
Nominal
32.488
Riil
9,99
(0,24)
2.040
110
1.855
2.180
114
1.910
2.422
134
1.807
3.008
154
1.955
2.785
171
1.630
3.151
178
1.766
9,58
(0,50)
15.315
123
12.441
18.454
132
13.994
21.467
133
16.184
25.369
143
17.690
26.600
152
17.474
28.356
167
17.015
13,29
6,72
7.104
125
5.694
8.114
129
6.286
10.370
137
7.585
10.972
142
7.716
13.075
152
8.599
13.252
172
7.720
13,67
6,80
5 Telur dan susu
12.048
124
9.699
14.056
124
11.314
15.834
127
12.481
17.106
133
12.830
19.024
140
13.571
21.540
149
14.420
12,36
8,36
6 Sayur-sayuran
15.539
120
12.949
16.813
129
13.069
18.995
144
13.170
25.563
157
16.332
23.949
166
14.445
31.158
194
16.090
15,91
5,11
7 Kacang-kacangan
5.978
153
3.896
6.759
155
4.361
7.387
159
4.647
7.500
170
4.404
8.443
183
4.606
9.444
204
4.620
9,66
3,63
8 Buah-buahan
8.779
115
7.651
8.821
126
7.015
12.335
137
9.005
12.759
149
8.558
15.443
159
9.712
16.379
190
8.623
14,17
3,47
9 Minyak dan lemak
8.336
131
6.344
8.416
122
6.884
9.486
122
7.759
11.342
138
8.215
12.344
141
8.766
11.545
140
8.257
7,12
5,60
10 Bahan minuman
8.221
108
7.598
8.691
126
6.895
11.195
130
8.629
10.681
133
8.015
10.934
141
7.760
13.385
147
9.110
10,94
4,60
11 Bumbu-bumbuan
4.312
117
3.691
4.643
125
3.707
5.390
164
3.280
6.268
165
3.796
6.440
151
4.274
6.783
224
3.031
9,62
(2,37)
12 Konsumsi lainnya
3 Ikan 4 Daging
5.356
107
5.000
5.720
112
5.093
6.368
116
5.483
6.381
123
5.176
6.962
132
5.284
7.302
138
5.294
6,46
1,24
13 Makanan & minuman jadi 44.193
118
37.518
54.326
124
43.674
63.286
130
48.693
81.536
136
59.861
80.532
142
56.697
92.254
151
61.063
16,32
10,65
14 Tembakau dan sirih
19.636
113
17.408
22.604
121
18.618
25.982
127
20.523
30.647
137
22.378
39.038
150
26.090
43.930
161
27.221
17,58
9,43
Jumlah Makanan
193.827
121
160.706
217.719
125
173.994
254.521
137
185.890
293.556
149
197.521
323.478
157
205.618
356.435
176
202.370
12,99
4,78
Sumber: BPS, diolah Pusdatin
2.2. Perkembangan Konsumsi Kalori & Protein Masyarakat Indonesia Berdasarkan
data
Susenas,
konsumsi kalori dan protein penduduk Indonesia
memperlihatkan
adanya
perubahan dari tahun 2007 dan 2013. Pada Tabel 2.2 menunjukan adanya penurunan konsumsi kalori dan protein per hari pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2007. Pada tahun 2007 rata-rata konsumsi kalori
penduduk Indonesia sebesar 2.014,91 kkal, sedangkan
pada
tahun
2013
menjadi
1.842,75 kkal atau turun sebesar 172,16 kkal. Penurunan kalori tertinggi terjadi pada kelompok padi-padian sebesar 76,58 kkal, bahan minuman sebesar 25,59 kkal, kacang-kacangan sebesar 21,49 kkal dan umbi-umbian sebesar 21,40. Sementara konsumsi kalori makanan dan minuman jadi
meningkat
sebesar
45,86
kkal.
Tabel. 2.2. Rata-rata Konsumsi Kalori (kkal) dan Protein (gram) per kapita sehari menurut kelompok makanan, Maret 2007 dan Maret 2013 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Kelompok Barang
Padi-padian Umbi-Umbian Ikan Daging Telur dan susu Sayur-sayuran Kacang-kacangan Buah-buahan Minyak dan lemak Bahan minuman Bumbu-bumbuan Konsumsi lainnya Makanan dan minuman jadi Jumlah Sumber: Susenas, BPS
2007 953,16 52,49 46,71 41,89 56,96 46,39 73,02 49,08 246,34 113,94 17,96 70,93 246,04 2.014,91
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Kalori (kkal) 2013 Perubahan 876,58 -76,58 31,09 -21,40 44,09 -2,62 39,96 -1,93 53,50 -3,46 34,96 -11,43 51,53 -21,49 35,65 -13,43 227,99 -18,35 88,35 -25,59 14,32 -3,64 52,83 -18,10 291,90 45,86 1.842,75 -172,16
2007 22,43 0,40 7,77 2,62 3,23 3,02 6,51 0,57 0,46 1,13 0,76 1,43 7,33 57,66
Protein (gram) 2013 Perubahan 20,57 -1,86 0,27 -0,13 7,34 -0,43 2,47 -0,15 3,08 -0,15 2,27 -0,75 4,93 -1,58 0,40 -0,17 0,25 -0,21 1,04 -0,09 0,62 -0,14 1,09 -0,34 8,75 1,42 53,08 -4,58
7
Buletin Konsumsi Pangan Pada konsumsi
tahun
protein
2013
rata-rata
gram, diikuti penurunan konsumsi protein
penduduk
Indonesia
pada kelompok sayur-sayuran 0,75 gram,
sebesar 53,08 gram/hari atau turun 4,58
serta
gram/hari dari tahun 2007 yang sebesar
dibawah 0,45 gram, sedangkan konsumsi
57,66 gram/hari (Tabel 2.2). Penurunan
protein
konsumsi protein tertinggi per hari terjadi
mengalami peningkatn sebesar 1,42 gram.
pada kelompok padi-padian sebesar 1,86
Secara rinci dapat dilihat pada Gambar 2.3
gram dan kacang-kacangan sebesar 1,58
dan Gambar 2.4.
Tahun 2007
kelompok
lainnya
makanan
dan
masing-masing minuman
jadi
Tahun 2013
47,31%
2,61% 2,32%
12,21%
2,08% 2,83% 2,30%
3,52%
0,89%
3,62% 5,65%
12,23%
2,44%
Padi-padian
Umbi-Umbian
Ikan
Daging
Telur dan susu
Sayur-sayuran
Kacang-kacangan
Buah-buahan
Minyak dan lemak
Bahan minuman
Bumbu-bumbuan
Konsumsi lainnya
Makanan dan minuman jadi
Gambar 2.3. Persentase konsumsi kalori penduduk Indonesia Tahun 2007 dan 2013 Tahun 2007
Tahun 2013
38,90%
0,69% 13,48%
12,71%
4,54%
2,48%
5,60% 1,32% 1,96%
5,24% 0,80%
11,29%
0,99%
Padi-padian
Umbi-Umbian
Ikan
Daging
Telur dan susu
Sayur-sayuran
Kacang-kacangan
Buah-buahan
Minyak dan lemak
Bahan minuman
Bumbu-bumbuan
Konsumsi lainnya
Makanan dan minuman jadi
Gambar 2.4. Persentase konsumsi protein penduduk Indonesia Tahun 2007 dan 2013
8
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Buletin Konsumsi Pangan BAB III. JAGUNG
J
agung - sweet corn (Zea mays L.)
pocelan, tepung jagung pada kelompok
merupakan salah satu tanaman
padi-padian
pangan dunia yang terpenting,
kelompok
dan
minyak
minyak
dan
jagung lemak.
pada Dalam
selain gandum dan padi. Sebagai sumber
bahasan berikut akan dibedakan konsumsi
karbohidrat utama di Amerika Tengah dan
wujud
Selatan, jagung juga menjadi alternatif
jagung yang merupakan kompilasi dari
sumber
wujud jagung pocelan, tepung jagung dan
pangan
di
Amerika
Serikat.
jagung
basah/muda
minyak
(misalnya di Madura dan Nusa Tenggara)
ekuvalen
juga menggunakan jagung sebagai pangan
menurut NBM untuk komoditas ini juga
pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat,
dibedakan atas jagung basah/muda dan
jagung juga ditanam sebagai pakan ternak
jagung total.
maupun
tongkolnya),
bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi. Kandungan gizi Jagung per 100 gram bahan adalah: Kalori : 355 Kalori, 9,2
gr,
Lemak
:
3,9
gr,
Karbohidrat : 73,7 gr, Kalsium : 10 mg, Fosfor : 256 mg, Ferrum : 2,4 mg, Vitamin A : 510 SI, Vitamin B1 : 0,38 mg, Air : 12 gr (Sumber Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan Republik Indonesia). Data
konsumsi
jagung
menurut
SUSENAS, BPS dibedakan atas konsumsi jagung
basah/jagung
Data
dikonversi
ketersediaan
3.1. Perkembangan dan Prediksi Konsumsi Jagung Basah/Muda dalam Rumah Tangga di Indonesia
(dari tepung bulir dan tepung tongkolnya).
:
jagung.
telah
diambil
minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari
Protein
yang
total
Penduduk beberapa daerah di Indonesia
(hijauan
jagung
dan
muda,
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
jagung
Berdasarkan
keragaan
data
hasil
SUSENAS, BPS, konsumsi jagung basah selama periode tahun 2002 – 2013 sangat berfluktuatif namun cenderung mengalami peningkatan
dengan
rata-rata
sebesar
10,43% per tahun. Peningkatan konsumsi jagung basah cukup signifikan terjadi pada tahun 2007 dibanding tahun sebelumnya yakni dari 0,7821 kg/kapita pada tahun 2006 meningkat menjadi 2,3986 kg/kapita pada
tahun
206,67%.
2007 Setelah
atau
naik
periode
sebesar tersebut,
konsumsi jagung basah cukup berfluktuasi namun
cenderung
menurun
menjadi 0,5736 kg/kapita
pada
hingga tahun
2013.
9
Buletin Konsumsi Pangan Tabel 3.1. Perkembangan konsumsi jagung basah dalam rumah tangga di Indonesia, 2002 – 2013 serta prediksi 2014 – 2016 Konsumsi
Tahun
Pertumbuhan (%)
(kg/kapita/minggu)
(kg/kapita/tahun)
2002
0,023
1,1993
2003
0,020
1,0429
-13,04
2004
0,026
1,3557
30,00
2005
0,033
1,7207
26,92
2006
0,015
0,7821
-54,55
2007
0,046
2,3986
206,67
2008
0,035
1,8250
-23,91
2009
0,012
0,6257
-65,71
2010
0,018
0,9386
50,00
2011
0,012
0,6257
-33,33
2012
0,011
0,5736
-8,33
2013
0,011
0,5736
0,00
Rata-rata
0,022
1,138
10,43
2014 *)
0,011
0,5866
2,27
2015 *)
0,011
0,5866
0,00
2016 *)
0,011
0,5866
0,00
Sumber : SUSENAS, BPS Keterangan: *) Angka Prediksi Pusdatin
Sejalan jagung
dengan
basah
sebelumnya,
pada
maka
pola tahun
pada
konsumsi
dibandingkan tahun 2013.
–
tahun
berikutnya yakni 2015 s.d. 2016 besarnya
2014
konsumsi jagung basah diprediksikan tidak
tahun
konsumsi jagung basah diprediksikan akan
terjadi
terjadi peningkatan dibandingkan tahun
sebelumnya. Keragaan konsumsi jagung
sebelumnya. Berdasarkan hasil prediksi,
basah tahun 2002 – 2013 serta prediksinya
konsumsi
hingga tahun 2016 tersaji secara lengkap
jagung
diperkirakan
basah
menjadi
tahun
sebesar
2014 0,5866
pada
perubahan
Pada tahun
Tabel
3.1
dibandingkan
dan
Gambar
tahun
3.1.
kg/kapita/thn atau naik sebesar 2,27%
10
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Buletin Konsumsi Pangan
(kg/kapita/th) 2,50
2,00
1,50
1,00
0,50
0,00 2016
2015
2014
2013
2012
2011
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
Gambar 3.1. Perkembangan konsumsi jagung basah dalam rumah tangga di Indonesia, 2002 – 2013 serta prediksi 2014 – 2016 Apabila
ditinjau
dari
besaran
mengalami penurunan yang cukup besar
pengeluaran untuk konsumsi jagung basah
yakni
bagi penduduk Indonesia tahun 2008 –
menunjukkan
2013
konsumsi
secara
nominal
menunjukkan
mencapai
14,11%.
bahwa
per
secara
kapita
Hal
kuantitas,
jagung
menglami
ini
basah
penurunan sebesar 3,96%, yakni dari Rp.
cenderung
penurunan.
10.532,86/kapita pada tahun 2008 menjadi
Perkembangan
Rp. 3.076,43/kapita pada tahun 2013.
konsumsi jagung basah secara nominal dan
Namun demikian setelah dikoreksi dengan
rill dalam rumah tangga di Indonesia tahun
faktor inflasi, pengeluaran untuk konsumsi
2008 – 2013 secara rinci tersaji pada Tabel
jagung basah secara riil sejatinya hanya
3.2 dan Gambar 3.2.
pengeluaran
untuk
Tabel 3.2. Perkembangan pengeluaran untuk konsumsi jagung basah secara nominal dan rill dalam rumah tangga di Indonesia, 2008 – 2013 Uraian Nominal IHK *) Riil
Pengeluaran (rupiah/kapita/tahun) 2008
Rata-rata pertumbuhan (%)
2009
2010
2011
2012
2013
10.532,86
2.085,71
3.597,86
2.920,00
2.659,29
3.076,43
-3,96
109,96
114,12
134,06
153,83
170,83
178,39
10,30
9.578,93
1.827,70
2.683,87
1.898,25
1.556,65
1.724,51
-14,11
Sumber : BPS, diolah Pusdatin Keterangan : *) IHK Kelompok padi-padian
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
11
Buletin Konsumsi Pangan
(Rupiah/kapita) 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000
0 2008
2009
2010
2011
Pengeluaran Nominal
2012
2013
Pengeluaran Riil
Gambar 3.2. Perkembangan pengeluaran untuk konsumsi jagung basah secara nominal dan rill dalam rumah tangga di Indonesia, 2008 – 2013
3.2.
Perkembangan serta Prediksi Penyediaan dan Penggunaan Jagung Basah di Indonesia
penggunaan jagung basah untuk makanan
Dalam
yang
penduduk pada tahun yang bersangkutan.
jagung
Angka penggunaan jagung basah yang
basah adalah dalam wujud jagung muda.
lainnya adalah untuk diolah pada industri
Berdasarkan
bukan makanan.
dimaksud
Bahan
perhitungan
dengan
penyediaan
hasil
perhitungan
Makanan
penyediaan
NBM,
(NBM),
jagung
basah
Neraca
dihitung dari angka ketersediaan per kapita tersebut
komponen terdiri
dikalikan
Data
dengan
ketersediaan
jumlah
per
kapita
dari
jagung basah pada tahun 2010 – 2013,
produksi ditambah impor dan dikurangi
serta proyeksi tahun 2014 - 2016 dengan
ekspor, sementara data perubahan stok
menggunakan
tidak tersedia.
per kapita yang berasal dari data konsumsi
Komponen penggunaan
perhitungan
jagung basah/muda adalah untuk diolah
SUSENAS
dalam
Ketersediaan per kapita jagung basah
industri
bukan
makanan
serta
penggunaan untuk bahan makanan. Perhitungan diawali
dari
NBM
jagung
perhitungan
selama
tersaji
ketersediaan
periode
pada tahun
Tabel 2010
–
3.3. 2013
basah
mengalami penurunan dengan rata-rata
angka
11,54%
per
tahun,
yakni
dari
1,03
ketersediaan per kapita yang diperoleh dari
kg/kapita pada tahun 2010 turun menjadi
angka konsumsi per kapita hasil SUSENAS
0,66
ditambah
Ketersediaan per kapita jagung basah
12
15%.
Kemudian,
angka
kg/kapita
pada
tahun
2013.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Buletin Konsumsi Pangan diprediksikan
akan
peningkatan
hingga
sedikit pada
mengalami tahun
merupakan
2016
penjumlahan
dari
angka
penggunaan untuk bahan makanan dan
menjadi sebesar 0,67 kg/kapita.
yang
Penggunaan jagung basah selain
diolah
makanan,
untuk bahan makanan adalah guna diolah
untuk
karena
industry
bukan
penggunaan
untuk
keperluan lainnya tidak ada.
pada industri bukan bahan makanan. Pada
Kuantitas ekspor dan impor jagung
tahun 2010, penggunaan jagung basah
basah dari tahun 2010 – 2013 dalam
untuk
besaran yang tidak terlalu signifikan yakni
diolah
dalam
industri
bukan
makanan sebesar 279 ribu ton, kemudian
hanya
terus mengalami peningkatan hingga pada
diproyeksikan hingga tahun 2016 juga
tahun 2013 menjadi sebesar 1,76 juta ton.
dalam
Pada tahun 2014 – 2016, penggunaan
kenyataan
jagung basah untuk keperluan industri
penyediaan jagung basah dari 2010 – 2013
bukan
akan
dan proyeksi tahun 2014 – 2016 hanya
mengalami peningkatan dengan rata-rata
ditentukan oleh angka penggunaan untuk
sebesar 5,61%, hingga menjadi 2,07 juta
bahan makanan dan untuk industry bukan
ton pada tahun 2016. Oleh karenanya,
makanan (Tabel 3.3).
makanan
angka
diprediksikan
penggunaan
jagung
sebesar kisaran
1
ribu
1
ribu
tersebut,
ton, ton.
maka
dan
Dengan besarnya
basah
Tabel 3.3. Penyediaan dan Penggunaan Jagung Basah Tahun 2010-2013 serta Prediksi Tahun 2014 - 2016 No. A.
Uraian Penyediaan (000 ton)
Tahun 2010
2011
2012
2013*)
2014**)
1.922
2015**)
2.027
2016**)
528
1.748
1.920
2.133
2.245
- Masukan
-
-
-
-
-
-
-
- Keluaran
528
1.747
1.920
1.922
2.027
2.133
2.245
2. Impor
0
1
1
1
1
1
1
3. Ekspor
0
1
0
1
1
1
1
-
-
1. Produksi
4. Perubahan Stok B.
528
1.748
1.920
1.922
2.027
2.133
2.245
1. Pakan
Penggunaan (000 ton)
-
-
-
-
-
-
-
2. Bibit
-
-
-
-
-
-
-
279
1.581
1.758
-
-
-
-
1.758
1.857
1.961
2.071
3. Diolah untuk : - Makanan - Bukan makanan 4. Tercecer 5. Bahan Makanan C.
Ketersediaan per kapita
-
-
-
-
-
-
-
249
167
164
170
172
175
1,03
0,69
162 0,66
0,66
0,67
0,67
0,67
(kg/kapita/tahun) Sumber : Neraca Bahan Makanan (NBM) Kementerian Pertanian, diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Prediksi Pusdatin
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
13
Buletin Konsumsi Pangan Penggunaan jagung basah menurut
kapita jagung basah. Pada tahun 2010
data Neraca Bahan Makanan (NBM) adalah
ketersediaan jagung basah mencapai 1,03
diolah dalam industri bukan makanan dan
kg/kapita yang kemudian menurun hingga
sisanya merupakan bahan yang tersedia
menjadi 0,66 kg/kapita pada tahun 2013.
untuk dikonsumsi menjadi bahan makanan.
Ketersediaan jagung basah pada periode
Pada tahun 2010, penggunaan jagung
2014 diprediksikan mengalami peningkatan
basah untuk diolah dalam industri bukan
sebesar
makanan sebesar 279 ribu ton, sehingga
sebelumnya hingga menjadi sebesar 0,67
ketersediaan
sebagai
kg/kapita. Pada tahun –tahun berikutnya,
bahan makanan sebesar 249 ribu ton.
ketersediaan per kapita jagung basah
Kemudian, pada tahun 2011 – 2013 terjadi
diprediksikan tidak mengalami perubahan
peningkatan penggunaan jagung basah
(Tabel 3.3).
yang
digunakan
2,27%
dibandingkan
tahun
yang diolah untuk industri bukan makanan, sehingga penggunaan jagung basah untuk bahan
makanan
sedikit
mengalami
3.3.
Perkembangan dan Prediksi Konsumsi Jagung Total dalam Rumah Tangga di Indonesia
penurunan. Pada tahun 2014 – 2016, penggunaan jagung basah untuk keperluan
Selain konsumsi dalam wujud jagung
industri bukan makanan diprediksikan akan
basah, data SUSENAS juga mencakup
mengalami peningkatan dengan rata-rata
konsumsi jagung dalam wujud jagung
sebesar
pocelan,
5,61%.
Sementara
itu,
tepung
jagung
dan
minyak
penggunaan jagung basah untuk bahan
jagung. Tepung jagung dan minyak jagung
makanan diprediksikan berfluktuasi namun
merupakan wujud olahan yang berasal dari
cenderung mengalami peningkatan dengan
jagung pocelan. Oleh karenanya, dalam
rata-rata
sebesar
2,08%
per
tahun.
bahasan berikut akan dikompilasi konsumsi
Dengan
membagi
angka
penggunaan
wujud tersebut ke dalam konsumsi jagung
jagung basah yang siap digunakan sebagai
total dengan besaran konversi seperti
bahan makanan dengan jumlah penduduk
tersaji pada Tabel 3.4.
maka diperoleh angka ketersediaan per
14
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Buletin Konsumsi Pangan Tabel 3.4. Besaran konversi wujud olahan jagung ke dalam wujud jagung pipilan
Rincian jenis pangan
No
Pengelompokan dalam SUSENAS
Konversi ke bentuk asal
1
Jagung pipilan
Padi-padian
1
2
Tepung Jagung
Padi-padian
2,53
3
Minyak Jagung
Padi-padian
1
Sumber : Studi PSKPG - IPB
Dengan
menggunakan
besaran
adalah jagung pocelan, disusul kemudian
konversi yang tercantum pada Tabel 3.4
minyak jagung dan tepung jagung. Oleh
tersebut, maka total konsumsi jagung dari
karenanya pertumbuhan konsumsi total
tahun 2002 – 2013, serta prediksi tahun
jagung
2014 - 2016 disajikan pada Tabel 3.5.
dipengaruhi oleh pertumbuhan konsumsi
Secara umum, dari
jagung pocelan.
ketiga wujud jagung
dari
tahun
ke
tahun
sangat
tersebut, konsumsi per kapita terbesar Tabel 3.5. Perkembangan konsumsi total jagung dalam rumah tangga di Indonesia, 2002 – 2013 serta prediksi 2014 – 2016 Konsumsi
Tahun
Pertumbuhan (%)
(kg/kapita/minggu)
(kg/kapita/tahun)
2002
0,05753
2,9998
2003
0,04753
2,4784
-17,38
2004
0,05170
2,6956
8,77
2005
0,04839
2,5234
-6,39
2006
0,05403
2,8173
11,65
2007
0,06420
3,3474
18,82
2008
0,04836
2,5218
-24,66
2009
0,03953
2,0612
-18,26
2010
0,03381
1,7630
-14,47
2011
0,02617
1,3646
-22,60
2012
0,03217
1,6774
22,93
2013
0,02817
1,4689
-12,43
Rata-rata
0,0443
2,3099
-4,91
2014*)
0,02978
1,5528
5,72
2015*)
0,02871
1,4972
-3,58
2016*)
0,02776
1,4477
-3,30
Sumber
: SUSENAS, BPS
Keterangan: Konsumsi jagung total merupakan jumlah konsumsi per kapita jagung pipilan, tepung jagung dan minyak jagung yang telah dihitung setara jagung pipilan *) hasil prediksi Pusdatin
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
15
Buletin Konsumsi Pangan Selama periode tahun 2002 – 2013, konsumsi
per
kapita
total
jagung
2013. Berdasarkan hasil analisis, konsumsi
di
total jagung di Indonesia pada tahun 2014
Indonesia berfluktuasi namun cenderung
diprediksikan
akan
sedikit
mengalami penurunan dengan rata-rata
dibandingkan tahun 2013 yakni menjadi
sebesar 4,91%. Penurunan konsumsi total
sebesar 1,55 kg/kapita atau naik 5,72%.
jagung terbesar terjadi pada tahun 2008
Namun
dibandingkan dengan tahun sebelumnya
diprediksikan
yakni sebesar 24,66% atau dari 3,35
penurunan hingga menjadi 1,45 kg/kapita.
kg/kapita pada tahun 2007 menjadi 2,52
Perkembangan konsumsi total jagung di
kg/kapita pada tahun 2008. Pada periode
Indonesia
berikutnya hingga tahun 2013, konsumsi
prediksi tahun 2014 – 2016 secara lengkap
total jagung terus mengalami penurunan
tersaji pada Tabel 3.5.
demikian,
pada
akan
tahun
meningkat
tahun
kembali
2002
–
2016
mengalami
2013,
serta
hingga menjadi 1,47 kg/kapita pada tahun
(kg/kapita/th) 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00
2016
2015
2014
2013
2012
2011
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
Gambar 3.3. Perkembangan konsumsi total jagung dalam rumah tangga di Indonesia 2002 – 2013, serta prediksi 2014 - 2016 Apabila
besaran
Namun demikian setelah dikoreksi dengan
pengeluaran untuk konsumsi jagung bagi
faktor inflasi, pengeluaran untuk konsumsi
penduduk Indonesia tahun 2008 – 2013
jagung secara riil sejatinya mengalami
secara nominal menunjukkan peningkatan
penurunan sebesar yakni 8,38%. Hal ini
sebesar 1,1%, yakni dari Rp. 6.152,86 per
menunjukkan
kapita pada tahun 2010 menjadi Rp.
konsumsi
6.257,14 per kapita pada tahun 2013.
penurunan.
16
ditinjau
dari
bahwa
per
kapita
secara
kuantitas,
jagung
Perkembangan
terjadi
pengeluaran
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Buletin Konsumsi Pangan untuk konsumsi jagung secara nominal dan
2008 – 2013 secara rinci tersaji pada Tabel
rill dalam rumah tangga di Indonesia tahun
3.6 dan Gambar 3.4.
Tabel 3.6. Perkembangan pengeluaran nominal dan rill rumah tangga untuk konsumsi total jagung di Indonesia, 2008 – 2013 Pengeluaran (rupiah/kapita/tahun)
Uraian Nominal IHK *) Riil
2008
2009
2010
2011
2012
6.152,86 109,96 5.595,61
5.214,29 114,12 4.569,26
5.266,43 134,06 3.928,56
5.318,57 153,83 3.457,53
6.570,00 170,83 3.845,83
Rata-rata pertumbuhan 2013 (%) 6.257,14 1,10 178,39 10,30 3.507,48 -8,38
Sumber : BPS, diolah Pusdatin Keterangan : *) IHK Kelompok padi-padian (Rupiah/kapita) 7.000 6.500 6.000 5.500 5.000 4.500 4.000 3.500 3.000 2.500 2008
2009
2010
Pengeluaran Nominal
2011
2012
2013
Pengeluaran Riil
Gambar 3.4. Perkembangan pengeluaran nominal dan rill dalam rumah tangga untuk konsumsi total jagung, 2008 – 2013 3.2. Perkembangan serta Prediksi Penyediaan, Penggunaan dan ketersediaan Jagung di Indonesia Data ketersediaan jaguang menurut Neraca Bahan Makanan adalah merujuk pada
keluaran
dengan
wujud
pipilan
kering.
Komponen
jagung
terdiri
dari
jagung
penyediaan
produksi
jagung
ditambah dari impor, kemudian dikurangi
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
ekspor dan perubahan stok pada tahun yang
bersangkutan.
Ketersediaan
data
produksi jagung saat ini adalah hingga tahun 2014 (ARAM I), kemudian dilakukan prediksi untuk tahun 2015 s.d 2016. Sedangkan, data ekspor dan impor tersedia hingga tahun 2014 (kumulatif hingga bulan Juni). Prediksi data ekspor impor tahun 2014 menggunakan angka realisasi hingga bulan Juni 2014 ditambah dengan prediksi
17
Buletin Konsumsi Pangan Juli – Desember 2014. Prediksi data ekspor
tersebut, maka penyediaan jagung pipilan
dan
di Indonesia dari tahun 2010 hingga 2014
impor
menggunakan
metode
pemulusan. Ketersediaan data stok untuk
hanya
komoditas jagung tidak ada, sehingga,
0,8% per tahun, yakni dari 20,07 juta ton
total
hanya
pada tahun 2010 dan meningkat menjadi
memperhatikan indikator produksi, ekspor,
sebesar 20,73 juta ton pada tahun 2014.
serta impor.
Seiring dengan peningkatan produksi serta
ketersediaan
jagung
Pada Pada tahun 2010, produksi
mengalami
peningkatan
sebesar
impor jagung, maka penyediaan jagung
jagung pipilan kering sebesar 18,33 juta
pipilan
ton yang kemudian terjadi fluktuasi namun
peningkatan pada tahun 2015 menjadi
cenderung mengalami peningkatan dengan
20,92 juta ton. Demikian pula, pada tahun
rata-rata sebesar 0,46% per tahun hingga
2016 kembali naik menjadi 21,05 juta ton.
menjadi 18,55 juta ton pada tahun 2014
diprediksikan
Komponen
akan
mengalami
penggunaan
jagung
(ARAM I). Pada tahun 2015 hingga 2016,
pipilan adalah untuk pakan, bibit, tercecer,
produksi jagung pipilan kering diprediksi-
diserap pada industri bukan makanan,
kan
serta
sedikit
dibandingkan
mengalami tahun
peningkatan
sebelumnya
dipergunakan
sebagai
bahan
yakni
makanan. Menurut metode penghitungan
mencapai sebesar 18,74 juta ton. Jagung
NBM, penggunaan jagung pipilan sebagai
pipilan yang masuk ke Indonesia melalui
pakan diasumsikan sebesar 6%, serta yang
impor dari tahun 2010 – 2013 terus
tercecer sebesar 5% dari total penyediaan
mengalami kenaikan yang cukup signifikan,
dalam
yakni dari 1,78 juta ton pada tahun 2010
asumsi
kemudian naik menjadi 2,4 juta ton pada
kebutuhan jagung pipilan untuk pakan
tahun 2013. Pada tahun 2014, impor
pada tahun 2010 - 2013 hingga prediksi
jagung pipilan diprediksikan akan sedikit
tahun 2014 – 2016 akan terus mengalami
menurun yakni menjadi 2,22 juta ton
peningkatan dengan rata-rata 0,82% per
namun kemudian naik hingga menjadi 2,36
tahun yakni dari 1,2 juta ton pada tahun
juta ton pada tahun 2016. Sementara,
2010 menjadi sebesar 1,26 juta ton pada
ekspor jagung pipilan kering dari tahun
tahun 2016. Demikian pula, jagung pipilan
2010 – 2013 pada kuantitas yang tidak
yang
terlalu signifikan yakni hanya berkisar
peningkatan dari tahun ke tahun dengan
antara 17 ribu ton hingga 65 ribu ton. Pada
rata-rata pertumbuhan sebesar 0,82% atau
tahun 2014 hingga 2016, ekspor jagung
dari 1 juta ton pada tahun 2010 dan
diprediksikan akan berkisar
diprediksikan menjadi sebesar 1,05 juta
39 ribu ton
hingga 41 ribu ton. Dengan keragaan data
18
ton
negeri.
Dengan
perhitungan
tercecer
pada
juga
tahun
menggunakan
tersebut,
terus
2016.
maka
mengalami
Sementara,
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Buletin Konsumsi Pangan penggunaan jagung pipilan sebagai bibit
setelah digunakan untuk keperluan pakan,
relatif berfluktuasi dari tahun ke tahun,
bibit, tercecer, dan untuk industri bukan
namun cenderung mengalami penurunan
makanan merupakan penyediaan yang siap
dengan rata-rata sebesar 2,55%, yakni dari
digunakan
90 ribu ton pada tahun 2010 menjadi 76
Jumlah jagung pipilan yang siap digunakan
ribu ton pada tahun 2016. Jagung pipilan
sebagai bahan makanan pada tahun 2010
juga
mencapai 13,34 juta ton dan kemudian
diserap
untuk
keperluan
industri
sebagai
makanan.
bukan makanan yang mencapai 4,43 juta
terus
ton
kemudian
menjadi 15,38 juta ton pada tahun 2013.
menurun menjadi 3,17 juta ton pada tahun
Pada tahun-tahun berikutnya, penggunaan
2013, namun setelah itu diprediksikan akan
jagung
terjadi
hingga
diprediksikan mengalami sedikit meningkat
menjadi sebesar 3,29 juta ton pada tahun
hingga menjadi 15,37 juta ton pada tahun
2016.
2016.
pada
tahun
tendensi Sisa
2010
dan
peningkatan
penyediaan
jagung
pipilan
mengalami
bahan
pipilan
peningkatan
untuk
bahan
hingga
makanan
Tabel 3.7. Penyediaan, penggunaan dan ketersediaan jagung tahun 2010 - 2013 serta prediksi tahun 2014 – 2016 No. A.
Uraian Penyediaan (000 ton)
Tahun 2010
2011
2012*)
2013*)
2014**)
2015**)
2016**)
20.066
20.918
21.093
20.892
20.726
20.917
21.054
18.328
17.643
19.387
18.512
18.549
-
-
1.781
3.305
1.771
2.399
2.218
18.739 2.218
18.739 2.355
42
30
65
17
41
40
39
-
-
-
-
-
-
-
20.066
20.918
21.093
20.892
20.726
20.917
21.054
1.204
1.255
1.266
1.254
1.244
1.255
1.263
90
91
87
76
76
79
76
4.432
3.670
3.167
3.167
3.293
3.293
3.293
1. Produksi - Masukan - Keluaran 2. Impor 3. Ekspor 4. Perubahan Stok B.
Penggunaan (000 ton) 1. Pakan 2. Bibit 3. Diolah untuk : - Makanan - Bukan makanan 4. Tercecer 5. Bahan Makanan
C.
Ketersediaan per kapita
1.003
1.046
1.055
1.045
1.036
1.046
1.053
13.337
14.855
15.518
15.375
15.078
15.244
15.369
55,23
61,39
63,23
61,79
59,79
59,67
59,41
(kg/kapita/tahun) Sumber : Neraca Bahan Makanan (NBM) Kementerian Pertanian, diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Prediksi Pusdatin Keluaran tahun 2014 merupakan ARAM I - BPS
Ketersediaan per kapita merupakan
ketersediaan jagung per kapita tahun 2010
rasio dari jumlah jagung yang tersedia dan
– 2013 dan prediksi tahun 2014 - 2016
siap dikonsumsi sebagai bahan makanan
tersaji pada Gambar 2.5.
dengan jumlah penduduk. Perkembangan
jagung per kapita berdasarkan NBM 2010
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Ketersediaan
19
Buletin Konsumsi Pangan adalah
sebesar
meningkat
55,23
pada
kg/kapita,
tahun
2013
dan
hingga
tersebut.
Pada
diprediksikan
tahun-tahun
akan
sedikit
penurunan
meningkat
menjadi sebesar 59,41 kg/kapita (Tabel
3,96%
selama
rata-rata
kurun
waktu
sebesar 3 tahun
pada
mengalami
menjadi sebesar 61,79 kg/kapita atau dengan
hingga
berikutnya
tahun
2016
3.7).
Gambar 3.5. Perkembangan ketersediaan jagung per kapita per tahun di Indonesia 2010 – 2013, serta prediksi tahun 2014- 2016 3.3. Perbandingan Konsumsi (Susenas) dan Ketersediaan per kapita (NBM) Jagung Basah dan Jagung Pipilan di Indonesia Hasil SUSENAS menghasilkan angka konsumsi
per
kapita,
sementara
hasil
perhitungan pada Neraca Bahan Makanan (NBM) menghasilkan angka penyediaan per kapita.
Perhitungan
perbedaan
kedua
angka tersebut untuk komoditas jagung basah pada tahun 2010 – 2016 disajikan pada Tabel 3.8. Angka konsumsi total jagung basah berdasarkan hasil Susenas dari tahun 2010 hingga 2016 berfluktuasi namun
20
cenderung
menurun
sebesar
6,57%, yakni dari 0,94 kg/kapita pada tahun 2010 menjadi 0,59 kg/kapita pada tahun 2016.
Angka ketersediaan per
kapita jagung basah pada tahun 2010 – 2016 juga berfluktuasi dan cenderung turun yakni dari 1,03 kg/kapita pada tahun 2010 menjadi 0,67 kg/kapita pada tahun 2016. Pada periode tahun 2010 – 2016, besaran konsumsi per kapita jagung basah rata-rata
diatas
90%
dari
angka
ketersediaannya. Sisa dari ketersediaan jagung
basah
yang
tidak
dikonsumsi
tersebut adalah akan terserap ke industri pengolahan makanan pada perhitungan NBM.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Buletin Konsumsi Pangan Tabel 3.8. Perbandingan konsumsi per kapita rumah tangga (Susenas) dengan Ketersediaan per kapita (NBM) jagung basah di Indonesia, 2010 – 2016 No
Tahun (kg/kapita/tahun)
Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
1
Konsumsi Rumah Tangga, Susenas
0,94
0,63
0,57
0,57
0,59
0,59
0,59
2
Ketersediaan, NBM
1,03
0,69
0,66
0,66
0,67
0,67
0,67
3
Selisih
0,09
0,06
0,09
0,09
0,09
0,09
0,09
Sumber: Susenas, BPS dan Ketersediaan, NBM - BKP
Perhitungan
angka
naik yakni dari 55,23 kg/kapita pada tahun
konsumsi dan ketersediaan jagung pipilan
2010 menjadi 59,41 kg/kapita pada tahun
pada tahun 2010 – 2016 disajikan pada
2016. Pada periode tahun 2010 – 2016,
Tabel 2.9. Angka konsumsi total jagung
besaran konsumsi per kapita jagung pipilan
pipilan berdasarkan hasil Susenas dari
rata-rata hanya berkisar 2-3% dari angka
tahun
ketersediaannya. Sisa dari ketersediaan
2010
namun
perbedaan
hingga
cenderung
2016
berfluktuasi
menurun
sebesar
jagung
pipilan
yang
tidak
dikonsumsi
2,21%, yakni dari 1,76 kg/kapita pada
tersebut kemungkinan terserap ke industri
tahun 2010 menjadi 1,45 kg/kapita pada
pengolahan jagung untuk pakan ternak
tahun 2016.
yang pada perhitungan NBM masih belum
Angka ketersediaan per
kapita jagung pipilan pada tahun 2010 –
tercakup seluruhnya.
2016 juga berflutuasi namun cenderung Tabel 3.9. Perbandingan konsumsi per kapita rumah tangga (Susenas) dengan Ketersediaan per kapita (NBM) jagung total di Indonesia, 2010 – 2016 No
Tahun (kg/kapita/tahun)
Uraian
2010
1
Konsumsi Rumah Tangga, Susenas *)
2 3
2011
2012
2013
2014
2015
2016
1,76
1,36
1,68
1,47
1,55
1,50
1,45
Ketersediaan, NBM
55,23
61,39
63,23
61,79
59,79
59,67
59,41
Selisih
53,47
60,03
61,55
60,32
58,24
58,18
57,96
Sumber: Susenas, BPS
Ketersediaan (NBM)
Keterangan: *) Merupakan total konsumsi per kapita jagung (jagung pipilan, tepung jagung dan minyak jagung)
3.4. Penyediaan Total Domestik Jagung di beberapa negara di Dunia
Amerika Serikat merupakan negara dengan total penyediaan jagung terbesar di dunia yakni pada periode tahun 2009 - 2013
Menurut
data
jagung terbesar
di
USDA, dunia
penyediaan tersebar
di
negara-negara di Amerika, Asia dan Afrika.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
mencapai 281,22 juta ton per tahun atau 32,16%
dari
total
penyediaan
jagung
dunia. Disusul kemudian oleh China yang
21
Buletin Konsumsi Pangan menepati urutan kedua dengan rata-rata
berikutnya adalah Brazilia, Meksiko, India,
penyediaan sebesar 189 juta ton atau
Jepang,
21,62% dari total penyediaan di dunia. Uni
dengan total penyediaan masing-masing di
Eropa menempati urutan ketiga dalam
bawah
penyediaan jagung di dunia yang mencapai
dengan penyediaan jagung terbesar di
68,46 juta ton atau 7,83% dari total
dunia disajikan pada Tabel 3.10 dan
penyediaan jagung dunia. Negara-negara
Gambar 3.6.
Indonesia, 6%.
Mesir
Kontribusi
dan
Kanada
negara-negara
Tabel 3.10. Negara dengan penyediaan jagung terbesar di dunia, 2009 – 2013 No
Ketersediaan (000 Ton)
Negara
2009
2010
2011
2012
2013
Rata-rata 2009 2013
Share (%)
Share kumulatif (%)
1
Amerika Serikat
281.615
285.096
279.074
263.613
296.686
281.217
32,16
2
China
165.000
180.000
188.000
200.000
212.000
189.000
21,62
53,78
3
Uni Eropa
61.300
64.900
69.500
69.600
77.000
68.460
7,83
61,61
4
Brasilia
47.000
49.500
50.500
52.500
55.000
50.900
5,82
67,43
5
Meksiko
30.200
29.500
29.000
27.000
31.500
29.440
3,37
70,80
6
India
15.100
18.100
17.200
17.500
19.500
17.480
2,00
72,80
7
Jepang
16.300
15.700
14.900
14.500
15.500
15.380
1,76
74,56
8
Indonesia
11.461
12.506
13.337
14.855
15.518
13.536
1,55
76,11
9
Mesir
12.000
12.500
11.700
11.700
12.700
12.120
1,39
77,49
10 Kanada 11 Negara Lainnya Dunia
11.868
11.761
11.636
11.605
12.200
11.814
1,35
78,84
170.190
176.616
185.765
190.565
201.711
184.969
21,16
100,00
822.034
856.179
870.612
873.438
949.315
874.316
100,00
Sumber: USDA, diolah Pusdatin
Amerika Serikat; 32,16 China; 21,62
Negara Lainnya; 21,16
Kanada; 1,35
Uni Eropa; 7,83
Mesir; 1,39 India; 2,00 Indonesia; 1,55 Meksiko; 3,37 Jepang; 1,76
Brasilia; 5,82
Amerika Serikat
China
Uni Eropa
Brasilia
Meksiko
India
Jepang
Indonesia
Mesir
Kanada
Negara Lainnya
Gambar 3.6. Negara dengan penyediaan jagung terbesar di dunia, share terhadap rata-rata 2009 - 2013
22
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Buletin Konsumsi Pangan BAB IV. KACANG HIJAU
K
acang
hijau
merupakan
semacam bubur. Tepung pati biji kacang
tanaman jenis polong-polongan
hijau disebut di pasaran sebagai tepung
(Fabaceae)
yang
hunkue, digunakan dalam pembuatan kue-
kandungan
gizi
mempunyai yang
cukup
kue
dan
cenderung
membentuk
gel.
tinggi seperti protein, vitamin , serat,
Tepung ini juga dapat diolah menjadi mi
fosfor, kalsium dan lemak tak jenuh yang
yang dikenal sebagai soun. Kacang hijau
tentunya sangat baik dikonsumsi untuk
juga
kesehatan tubuh. Kacang hijau tentunya
berfungsi
sudah tidak asing lagi bagi kita dan dapat
membantu pertumbuhan sel tubuh, oleh
ditemukan dengan mudah dengan harga
karena itu anak-anak dan wanita yang baru
yang terjangkau, selain itu kacang hijau
saja
bisa dibuat bermacam-macam makanan
mengkonsumsinya (www.id.wikipedia.org).
olahan seperti kue, onde-onde, bubur
Kacang hijau memiliki kandungan
kacang hijau, es kacang hijau, sereal untuk
protein yang cukup tinggi sebesar 22% dan
anak, puding dan masih banyak lainnya.
merupakan sumber mineral penting, antara
Untuk mendapatkan manfaat yang
lain
mengandung
multi
mengganti
bersalin
kalsium
protein
yang
mati
dan
sel
dianjurkan
dan
fosfor.
untuk
Sedangkan
baik dari kacang hijau sebaiknya kacang
kandungan lemaknya merupakan asam
hijau tidak dimasak terlalu matang karena
lemak tak jenuh. Kandungan kalsium dan
akan
di
fosfor pada kacang hijau bermanfaat untuk
dalamnya, dan air rebusan kacang hijau
memperkuat tulang. Kacang hijau juga
juga bermanfaat untuk kesehatan kulit dan
mengandung rendah lemak yang sangat
sangat
baik bagi mereka yang ingin menghindari
mengurangi
kandungan
membantu
gizi
untuk
proses
penyembuhan luka. Bagian
konsumsi lemak tinggi. Kadar lemak yang
paling
bernilai
ekonomi
rendah dalam kacang hijau menyebabkan
adalah bijinya. Biji kacang hijau direbus
bahan
makanan
atau
minuman
yang
hingga lunak dan dimakan sebagai bubur
terbuat dari kacang hijau tidak mudah
atau dimakan langsung. Biji matang yang
berbau.
digerus dan dijadikan sebagai isi onde-
Lemak kacang hijau tersusun atas
onde, bakpau, atau gandas turi. Kacang
73% asam lemak tak jenuh dan 27% asam
hijau bila direbus cukup lama akan pecah
lemak jenuh. Umumnya kacang-kacangan
dan pati yang terkandung dalam bijinya
memang mengandung lemak tak jenuh
akan
tinggi. Asupan lemak tak jenuh tinggi
keluar
dan
mengental,
menjadi
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
23
Buletin Konsumsi Pangan penting untuk menjaga kesehatan jantung.
paru, jerawat, mengatasi flek hitam di
Kacang hijau mengandung vitamin B1 yang
wajah.
berguna
untuk
pertumbuhan.
Manfaat kacang hijau yang mengandung asamfolat ini juga dapat menghindarkan
4.1. Perkembangan dan Prediksi Konsumsi Kacang Hijau dalam Rumah Tangga di Indonesia
dari terjadinya bayi kelainan jantung, bibir kacang hijau dalam rumah tangga
sumbing, dan berbagai kecacatan lainnya. Selain
itu
Asam
folat
juga
dapat
selama periode tahun 2002 - 2016 relatif
meningkatkan kecerdasan bayi. Kacang
berfluktuasi
hijau sangat baik bagi kesehatan Jantung.
penurunan dari tahun ke tahun. Selama
Kandungan
dalam
periode tahun 2002 – 2013, konsumsi
kacang hijau aman untuk di konsumsi dan
kacang hijau mengalami penurunan yang
bermanfaat
terbesar terjadi pada tahun 2011
lemak bagi
tidak
jenuh
kesehatan
jantung.
dan
cenderung
mengalami
yang
Karena lemaknya merupakan lemak tak
mencapai 40% dibandingkan tahun 2010
jenuh, bagi Anda yang memiliki masalah
atau
dengan berat badan tidak perlu khawatir
kg/kapita/tahun,
untuk mengonsumsi kacang hijau.
tertinggi terjadi pada tahun 2002 sebesar
Kandungan
gizi
yang
terdapat
0,574
menjadi
sebesar
0,156
sedangkan
kg/kapita/tahun.
konsumsi Penurunan
dalam kacang hijau, antara lain : kalori,
konsumsi kacang hijau diprediksikan masih
protein, lemak, vitamin A, B1, mineral
akan terjadi pada tahun 2016 sehingga
berupa fosfor, zat besi, dan mg. Selain
menjadi sebesar 0,126 kg/kapita/tahun
kandungan
hijau
atau turun 15,66% dibandingkan tahun
penyakit
2015. Tahun 2015 besarnya konsumsi
ternyata beri-beri,
gizi/vitamin,
bisa
menyembuhkan
radang
pencernaan,
kacang
ginjal,
tekanan
melancarkan
darah
tinggi,
kacang
hijau
sekitar
0,003
kg/kapita/
minggu atau 0,149 kg/kapita/tahun atau
mengatasi keracunan alkohol, pestisida,
turun
13,54%
dari
tahun
2014.
timah hitam, mengatasi gatal karena biang
Perkembangan konsumsi kacang hijau dari
keringat, muntaber, menguatkan fungsi
tahun 2002 – 2013 serta prediksinya tahun
limpa dan lambung, impotensi, TBC paru-
2014 – 2016 disajikan pada Tabel 4.1 dan Gambar 4.1.
24
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Buletin Konsumsi Pangan Tabel 4.1. Perkembangan konsumsi kacang hijau dalam rumah tangga di Indonesia, 2002 – 2013 serta prediksi tahun 2014-2016 Seminggu (Kg/Kap/Mgg) 0,011 0,008 0,009 0,009 0,007 0,009 0,007 0,005 0,005 0,003 0,003 0,003 0,007 0,0033 0,0029 0,0024
Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rata 2014 *) 2015 *) 2016 *)
Setahun (Kg/Kap/Tahun) 0,574 0,417 0,469 0,469 0,365 0,469 0,365 0,261 0,261 0,156 0,156 0,156 0,343 0,173 0,149 0,126
Pertumbuhan (%) -27,27 12,50 0,00 -22,22 28,57 -22,22 -28,57 0,00 -40,00 0,00 0,00 -9,020 10,32 -13,54 -15,66
Sumber : Susenas, BPS diolah Pusdatin Keterangan: *) Angka Prediksi Pusdatin
(Kg/Kap/Tahun) 0,600
0,500
0,400
0,300
0,200
2016*
2015*
2014*
2013
2012
2011
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
0,100
Gambar 4.1. Perkembangan konsumsi kacang hijau dalam rumah tangga di Indonesia, 2002 – 2013 serta prediksi 2014 - 2016 Apabila
ditinjau
dari
besarnya
2013
secara
nominal
menunjukkan
pengeluaran untuk konsumsi kacang hijau
penurunan 4,64%, yakni dari Rp. 2,815.71
bagi penduduk Indonesia tahun 2008 –
ribu/kapita pada tahun 2008 menjadi Rp.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
25
Buletin Konsumsi Pangan
2,137.86 ribu/kapita pada tahun 2013.
dibandingkan
Demikian juga setelah dikoreksi dengan
konsumsi kacang hijau. Perkembangan
faktor inflasi, pengeluaran untuk konsumsi
pengeluaran untuk konsumsi kacang hijau
kacang
nominal dan riil dalam rumah tangga di
hijau
penurunan
secara
sebesar
riil
mengalami
9,84%.
Hal
ini
menunjukkan bahwa laju pertumbuhan
dengan
nominal
untuk
Indonedia tahun 2008 – 2013 secara rinci tersaji pada Tabel 4.2 dan Gambar 2.2
pengeluaran riil menurun lebih cepat
Tabel 4.2. Perkembangan pengeluaran nominal dan riil rumah tangga untuk konsumsi kacang hijau, 2008 - 2013 No. 1 2 3
Rata-rata Pertumbuhan (%) 2013 2.137,86 -4,64 204,42 5,97 1.045,84 -9,84
Pengeluaran (Rupiah/kapita)
Uraian
2008 2.815,71 153,45 1.834,99
Nominal IHK Riil
2009 2.294,29 154,97 1.480,45
2010 2.711,43 158,95 1.705,89
2011 2.502,86 170,29 1.469,75
2012 2.294,29 183,29 1.251,70
Sumber: BPS, diolah Pusdatin Keterangan: Indeks Harga Konsumen (IHK) yang digunakan IHK Kelompok kacang-kacangan
3.500,00 3.500,00
2.500,00
2.500,00 2.000,00
(Rupiah/kapita)
(Rupiah/kapita)
3.000,00 3.000,00
2.000,00 1.500,00 1.500,00 1.000,00 1.000,00 500,00 2008
2009
2010
2011
2012
2013
500,00 2008
Pengeluaran Nominal
2009
2010
Pengeluaran Nominal
Pengeluaran Riil
2011
2012
2013
Pengeluaran Riil
Gambar 4.2. Perkembangan pengeluaran nominal dan riil rumah tangga untuk konsumsi kacang hijau, 2008 - 2013
26
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Buletin Konsumsi Pangan 4.2. Perkembangan serta Prediksi Penyediaan, Penggunaan dan Ketersediaan Kacang Hijau di Indonesia Berdasarkan
hasil
perhitungan
Neraca Bahan Makanan (NBM), komponen penyediaan terdiri dari produksi, sementara komponen
penggunaan
adalah
untuk
pakan, bibit, tercecer dan tersedia sebagai bahan
makanan,
besaran
yang
siap
tersedia sebagai bahan makanan inilah jika dibagi dengan jumlah penduduk menjadi ketersediaan per kapita dalam satu tahun. Secara rinci penyediaan dan penggunaan kacang hijau tahun 2010 sampai dengan 2016
dapat
dilihat
pada
Tabel
4.3.
Berdasarkan NBM tahun 2010 penyediaan kacang hijau adalah sebesar 292 ribu ton yang berasal dari produksi kacang hijau, penyediaan ini naik sekitar 16,78% di bandingkan tahun 2011 sebesar 341 ribu ton. Naiknya penyediaan kacang hijau di tahun
2011
produksi.
terutama
Berdasarkan
karena NBM,
naiknya besarnya
penyediaan kacang hijau ini di tahun 2011 ini sebagian besar merupakan penyediaan untuk bahan makanan yaitu sebesar 308 ribu ton, tercecer sekitar 4,92% dari penyediaan atau sebesar 17 ribu ton dan bibit sebesar 9 ribu ton serta pakan 7 ribu ton
dari
penyediaan.
Sebaliknya
diprediksikan pada tahun 2014 besarnya penyediaan
kacang
hijau
mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu menjadi 211 ribu ton atau naik sebesar
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
2,93%,
dimana
dari
jumlah
tersebut
digunakan untuk bahan makanan sebesar 190 ribu ton, tercecer 11 ribu ton, bibit 6 ribu ton dan pakan 4 ribu ton (Tabel 4.3.) Penyediaan kacang hijau diprediksi akan mengalami sedikit kenaikan pada periode 2014 – 2016, terutama karena naiknya produksi dalam negeri. Tahun 2014 besarnya penyediaan adalah 211 ribu ton, sementara tahun 2015 dan 2016 diperkirakan sebesar 223 ribu. Sebagian besar penyediaan kacang hijau adalah digunakan
untuk
persentasenya
bahan
lebih
dari
makanan, 80%
dari
penyediaan, besarnya penggunaan kacang hijau untuk bahan makanan ini diprediksi akan terus meningkat seiiring dengan meningkatnya konsumsi kacang hijau di masyarakat. Ketersediaan
kacang
hijau
per
kapita menurut NBM pada periode tahun 2010 – 2013 masing-masing sebesar 1,09 kg/kapita/tahun, 1,05
1,27
kg/kapita/tahun,
kg/kapita/tahun
dan
0,77
kg/kapita/tahun. Sementara pada periode 2014 – 2016 angka ketersediaan diprediksi cenderung stabil dibandingkan tahun 2013, dimana
pada
periode
ini
ketersediaan
kacang hijau masing-masing sebesar 0,75 kg/kapita/tahun, 0,78
0,79
kg/kapita/tahun
kg/kapita/tahun.
Perkembangan
ketersediaan
kacang
hijau
per
kapita
periode 2010 - 2016 dapat dilihat pada Gambar 4.3.
27
Buletin Konsumsi Pangan Tabel 4.3. Penyediaan, penggunaan dan ketersediaan kacang hijau tahun 2010-2013 serta prediksi tahun 2014 - 2016 No.
Tahun
Uraian
2010 2011 2012 A. Penyediaan (000 Ton) 292 341 284 1. Produksi - Masukan - Keluaran 292 341 284 2. Impor 3. Ekspor 4. Perubahan Stok B. Penggunaan (000 Ton) 292 341 284 1. Pakan (ton) 6 7 6 2. Bibit (ton) 8 9 7 3. Diolah untuk : - makanan - bukan makanan 4. Tercecer 15 17 14 5. Bahan Makanan 263 308 257 Ketersediaan per kapita 1,09 1,27 1,05 C. (Kg/Kapita/Tahun) Sumber : Neraca Bahan Makanan, BKP Kementan Keterangan: *) Angka Sementara **) Angka Prediksi Pusdatin
Berdasarkan komponen
keragaan
penyediaan
kacang
2013*)
2014**)
2015**)
2016**)
205
211
223
223
-
-
-
-
205 -
211 -
223 -
223 -
205 4 5
211 4 6
223 4 6
223 4 6
-
-
-
-
10 185 0,77
11 190 0,75
11 201 0,79
11 201 0,78
data
dan tahun 2016 stabil atau naik 2,84% per
hijau
tahun.
tersebut maka penyediaan dalam negeri
Pada periode tahun 2010 – 2013,
komoditas kacang hijau pada tahun 2010
dari
hingga 2013 berfluktuasi namun cenderung
domestik tersebut sekitar 7,65% digunakan
menurunan sebesar 9,25%. Pada tahun
untuk untuk pakan, 20,73% untuk bibit
2010, penyediaan dalam negeri kacang
serta 4,85% merupakan kacang hijau yang
hijau mencapai 292 ribu ton dan naik
tercecer, sehingga sekitar 79,27% siap
menjadi sebesar 341 ribu ton pada tahun
dikonsumsi
2011, kemudian menurun menjadi 284 ribu
Berdasarkan konversi angka penggunaan
ton pada tahun 2012, dan 205 ribu ton
untuk bibit dan tercecer tersebut di atas,
pada
maka pada tahun 2010, total kacang hijau
tahun
2013
yang
dominan
disebabkan menurunnya produksi kacang
yang
hijau
dalam
penyediaan
sebagai
tersedia
kacang
bahan
untuk
bahan
hijau
makanan.
makanan
Pada
tahun
mencapai 263 ribu ton, namun sedikit
dalam
negeri
mengalami peningkatan menjadi 308 ribu
kacang hijau diprediksikan akan mengalami
ton pada tahun 2011, kemudian mengalami
peningkatan menjadi sebesar 211 ribu ton
penurunan pada tahun 2012 menjadi 257
pada tahun 2014, 223 ribu ton tahun 2015
ribu ton, dan terus menurun hingga tahun
berikutnya,
negeri.
jumlah
penyediaan
2013
28
menjadi
sebesar
185
ribu
ton.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Buletin Konsumsi Pangan Dengan
menggunakan
angka
konversi
kacang
hijau
sebesar
1,09
kg/kapita,
yang sama untuk penggunaan bibit dan
kemudian sedikit mengalami peningkatan
tercecer,
pada tahun 2011 hingga menjadi 1,27
maka
pada
tahun
2014,
penggunaan kacang hijau untuk bahan
kg/kapita,
makanan diprediksikan akan menjadi 190
peningkatan pada tahun 2012 sebesar 1,05
ribu ton atau naik 2,59% dibandingkan
kg/kapita
tahun
mengalami penurunan menjadi sebesar
sebelumnya.
Pada
tahun
2015,
kemudian namun
pada
mengalami tahun
2013
penggunaan kacang hijau untuk bahan
0,77 kg/kapita.
makanan diprediksikan kembali naik 5,76%
2016, penyedian kacang hijau per kapita
atau menjadi 201 ribu ton, kemudian pada
diprediksikan cukup stabil dibandingkan
tahun 2016 stabil (Tabel 4.3). Angka
tahun sebelumnya yakni masing-masing
penyediaan
makanan
menjadi sebesar 0,75 kg/kapita, pada
kemudian dibagi dengan jumlah penduduk
tahun 2014, 0,79 kg/kapita pada tahun
maka bisa diketahui total ketersediaan per
2015,
kapita. Pada tahun 2010, total ketersediaan
2016.
untuk
bahan
Pada tahun 2014 hingga
dan 0,78 kg/kapita pada tahun
( Kg/kapita/thn)
1,40 1,20 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 2010
2011
2012
2013
2014**
2015**
2016**
Gambar 4.3. Perkembangan ketersediaan kacang hijau per kapita tahun 2010 –2013 serta prediksi tahun 2014 - 2016
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
29
Buletin Konsumsi Pangan 4.3.
Perbandingan Konsumsi (Susenas) dan Ketersediaan per kapita (NBM) Kacang Hijau di Indonesia
kg/kapita pada tahun 2010 menjadi 0,13 kg/kapita pada tahun 2016. Begitu juga angka ketersediaan per kapita kacang hijau pada
Pada konsumsi
periode
per
kapita
2010
–
hijau dari tahun 2010 hingga 2016 terlihat cukup besar, perbedaan tersebut diduga
yang lebih kecil bila dibandingkan dengan
terserap
ketersediaan dari Necara Bahan Makanan
dari
dan
lainnya. Perbandingan konsumsi per kapita rumah
Susenas dari tahun 2010 hingga 2016 yakni
makanan
untuk anak, puding dan masih banyak
konsumsi kacang hijau berdasarkan hasil menurun,
industri
bubur kacang hijau, es kacang hijau, sereal
kebutuhan
konsumsi masyarakat di Indonesia. Angka
cenderung
pada
minuman seperti industri kue, onde-onde,
(NBM), ini berarti ketersediaan kacang memenuhi
cenderung
Selisih atau beda dari ketersediaan kacang
Nasional (SUSENAS) menunjukkan angka
dapat
– 2016
2010 menjadi 0,78 kg/kapita tahun 2016.
di
berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi
hijau
2010
menurun dari 1,09 kg/kapita pada tahun
2016,
kacang hijau
tahun
tangga
ketersediaan
0,26
(SUSENAS)
(NBM)
komoditas
dengan kacang
hijau dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Perbandingan konsumsi kacang hijau per kapita rumah tangga (Susenas) dengan ketersediaan (NBM), tahun 2010 – 2016 Variabel
Tahun (kg/kapita/tahun) 2010
2011
2012
2013*)
2014 **) 2015 **) 2016 **)
Konsumsi Rumah Tangga, Susenas
0,26
0,16
0,16
0,16
0,17
0,15
0,13
Ketersediaan, NBM
1,09
1,27
1,05
0,77
0,75
0,79
0,78
Selisih
0,83
1,11
0,89
0,61
0,58
0,64
0,65
Sumber: Susenas, BPS dan Neraca Bahan Makanan, BKP Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Prediksi Pusdatin
30
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Buletin Konsumsi Pangan
BAB V. BAWANG PUTIH
B
awang putih (allium sativum)
senyawa
termasuk genus afflum atau di
mengatasi penyakit degeneraif serta bisa
Indonesia lazim disebut bawang
mengaktifkan pertumbuhan sel baru. Masih
putih. Bawang putih termasuk
banyak kandungan lain yang dimiliki oleh
klasifikasi tumbuhan terna berumbi lapis
Bawang Putih ini, seperti karbohidrat,
atau siung yang bersusun. Bawang putih
protein, beberapa jenis vitamin, kalsium,
tumbuh secara berumpun dan berdiri tegak
zat besi, magnesium, dan masih banyak
sampai setinggi 30 -75 cm, mempunyai
lagi.
batang semu yang terbentuk dari pelepah-
bawang-putih.html
tersebut
berkhasiat
untuk
http://www.sitkes.com/khasiat-
pelepah daun. Helaian daunnya mirip pita, berbentuk pipih dan memanjang. Akar bawang putih terdiri dari serabut-serabut
5.1. Perkembangan serta Prediksi Konsumsi Bawang Putih dalam Rumah Tangga di Indonesia
kecil yang bejumlah banyak, setiap umbi Perkembangan
bawang putih terdiri dari sejumlah anak bawang
(siung)
yang
setiap
siungnya
konsumsi
bawang
putih di tingkat rumah tangga di Indonesia
putih.
selama tahun 2002 - 2013 berfluktuasi
Bawang putih yang semula merupakan
namun rata-rata mengalami peningkatan
tumbuhan daerah dataran tinggi, sekarang
sebesar 2,56% per tahun. Peningkatan
di Indonesia, jenis tertentu dibudidayakan
terbesar untuk bawang putih terjadi di
terbungkus
di
kulit tipis
dataran
berwarna
rendah.
Bawang
putih
tahun 2007 dimana konsumsi dalam rumah
berkembang baik pada ketinggian tanah
tangga naik sebesar 39,23% dibandingkan
berkisar 200-250 meter di atas permukaan
tahun sebelumnya. Penurunan konsumsi
laut
bawang
(http://www.iptek.net.id/ind/
dalam
rumah
tangga
terbesar terjadi di tahun 2013 yaitu turun
pd_tanobat). Bawang Putih menyimpan banyak kandungan
putih
yang
sangat
bermanfaat,
24,76% dibandingkan tahun 2012. Selama periode
2002-2013,
konsumsi
bawang
seperti halnya zat alisin dimana kandungan
putih terbesar terjadi pada tahun 2012
ini
yang mencapai 0,307 ons/kapita/minggu
sangat
bermanfaat
untuk
meng-
hancurkan pembekuan darah dalam arteri,
atau
mengurangi tekanan darah dan juga bisa
sedangkan konsumsi terendah terjadi pada
mengurangi gejala diabetes. Bawang putih
tahun 2002 sebesar 1,074 kg/kapita/tahun.
juga
memiliki
senyawa
alil,
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
dimana
sebesar
1,601
kg/kapita/tahun,
Pada tahun 2013, konsumsi bawang putih
31
Buletin Konsumsi Pangan yaitu
sebesar
atau
1,205
0,231 ons/kapita/minggu kg/kapita/tahun.
Prediksi
dibandingakn tahun 2013. Tahun 2015 dan 2016 diprediksi masing-masing sebesar
konsumsi bawang putih untuk tahun 2014
1,450
hingga
kg/kapita/tahun. Perkembangan konsumsi
2016
peningkatan.
akan
terus
Konsumsi
mengalami
dan
1,442
putih
bawang putih dari tahun 2002-2013 serta
tahun 2014 sebesar 1,452 kg/kapita/tahun
prediksinya tahun 2014 – 2016 disajikan
atau
pada Tabel 5.1 dan Gambar 5.1.
meningkat
bawang
kg/kapita/tahun
sebesar
20,54%
Tabel 5.1. Perkembangan konsumsi bawang putih dalam rumah tangga di Indonesia, Tahun 2002 – 2013, serta prediksi tahun 2014 -2016
Sumber: Susenas, BPS diolah Pusdatin Keterangan: *) Angka Prediksi Pusdatin
32
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Buletin Konsumsi Pangan
(Kg/Kapita/tahun) 1,80 1,60 1,40 1,20 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20
0,00 2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013 2014*) 2015*) 2016*)
Gambar 5.1. Perkembangan konsumsi bawang putih dalam rumah tangga di Indonesia, 2002 – 2013 serta prediksi 2014 – 2016 Apabila
besarnya
3.128,57 per kapita. Setelah dikoreksi
pengeluaran untuk konsumsi bawang putih
dengan faktor inflasi, pengeluaran untuk
bagi penduduk Indonesia tahun 2008 –
konsumsi bawang putih secara riil juga
2013
menunjukkan
mengalami peningkatan sebesar 16,78%.
peningkatan sebesar 39,94%, yakni dari
Laju pengeluaran nominal bawang putih
Rp. 1.898 per kapita pada tahun 2008
meningkat
menjadi Rp. 4.948 per kapita pada tahun
pengeluaran secara riil, hal ini dikarenakan
2013. Pada tahun 2011, secara nominal
rata-rata inflasi bawang putih cukup tinggi
pengeluaran
mencapai 15,73%.
secara
dilihat
nominal
konsumsi
dari
bawang
putih
lebih
besar
dibandingkan
meningkat cukup tinggi yaitu sebesar Rp. Tabel 5.2. Perkembangan pengeluaran nominal dan riil rumah tangga untuk konsumsi bawang putih, 2008 - 2013 No. 1 2 3
Nominal IHK Riil
Rata-rata Pertumbuhan
Pengeluaran (Rupiah/kapita/tahun)
Uraian 2008 1.898,00 116,84 1.624,50
2009 1.048,07 125,24 836,88
2010 1.887,57 164,31 1.148,80
2011 3.128,57 165,13 1.894,59
2012 2.153,50 150,69 1.429,12
2013 4.948,36 223,77 2.211,38
(%) 39,94 15,73 16,78
Sumber : BPS, diolah Pusdatin Keterangan: IHK (indeks Harga Konsumen) yang digunakan IHK Kelompok bumbu-bumbuan
(Rp/kapita/tahun)
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
33
Buletin Konsumsi Pangan
(Rp/kapita/tahun) 6.000 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 0 2008
2009
2010
2011
Pengeluaran Nominal
2012
2013
Pengeluaran Riil
Gambar 5.2. Perkembangan pengeluaran nominal dan riil dalam rumah tangga untuk konsumsi bawang putih di Indonesia, 2008 – 2013 5.2.
Perkembangan serta Prediksi Penyediaan, Penggunaan dan Ketersediaan per Kapita Bawang putih di Indonesia Penyediaan bawang putih Indonesia
berasal
dari
ditambah
produksi
impor,
dalam
sementara
negeri
komponen
penggunaan adalah untuk bibit, tercecer dan sebagai bahan makanan. Penyediaan bawang
putih
seluruhnya sedikit
di
dipasok
sekali
Indonesia dari
produksi
impor dalam
hampir hanya negeri.
Ketersediaan data produksi dan impor bawang
putih
hingga
2013
adalah
merupakan Angka Tetap. Produksi bawang putih periode tahun 2010
–
2013
sedikit
mengalami
peningkatan. Produksi bawang putih pada tahun 2010 yaitu sebesar 9 ribu ton dan mengalami peningkatan menjadi 13 ribu ton pada tahun 2013. Sementara impor
34
bawang putih dilakukan Indonesia selama periode tahun 2010 – 2013 cukup besar yakni berkisar antara 259 – 448 ribu ton atau 97,03% dari total penyediaan. Oleh karena
itu,
penyediaan
dalam
negeri
bawang putih menjadi sebesar 268 ribu ton pada tahun 2010 dan meningkat menjadi sebesar 455 ribu ton pada tahun 2013. Pada tahun berikutnya, yakni tahun 2014 hingga tahun 2016, produksi bawang putih diprediksi stabil masing-masing sebesar 12 ribu
ton
atau
mengalami
penurunan
dibandingkan tahun 2013. Impor pada tahun 2014 diprediksi mengalami sedikit peningkatan dibandingkan dengan realisasi impor tahun 2013, yakni sebesar 459 ribu ton, sehingga total penyediaan bawang putih pada tahun 2014 menjadi sebesar 471 ribu ton. Tahun 2015 Impor diprediksi mengalami
peningkatan
dibandingkan
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Buletin Konsumsi Pangan tahun 2014, yakni sebesar 484 ribu ton,
masing menjadi sebesar 35 ribu ton dan 37
sehingga total penyediaan bawang putih
ribu ton. Bawang putih yang digunakan
pada tahun 2015 menjadi sebesar 498 ribu
untuk bahan makanan mencapai 248 ribu
ton atau meningkat sebesar 5,31%. Begitu
ton pada tahun 2010 dan mengalami
juga pada tahun 2016 Impor diprediksi
peningkatan hingga menjadi 422 ribu ton
mengalami
dibandingkan
pada tahun 2013. Prediksi tahun 2014
tahun 2015, yakni sebesar 508 ribu ton,
hingga tahun 2016 memperlihatkan adanya
sehingga total penyediaan bawang putih
peningkatan dalam penggunaan bawang
pada tahun 2016 menjadi sebesar 520 ribu
putih sebagai bahan makanan masing-
ton atau meningkat sebesar 4,84%.
masing sebesar 436 ribu ton pada tahun
peningkatan
Penggunaan
di
2014, 459 ribu ton pada tahun 2015 dan
digunakan
482 ribu ton tahun 2016. Secara rinci
sebagai bahan makanan atau langsung
penyediaan dan penggunaan bawang putih
dikonsumsi
tahun 2010 – 2016 dapat dilihat pada
Indonesia
bawang
terutama sebagai
adalah
putih
bahan
makanan
dengan persentase kurang lebih
92,63%
dari total penyediaan dalam negeri dan untuk
bibit
dan
tercecer
Tabel 5.3. Ketersediaan
per
kapita
adalah
mempunyai
jumlah suatu produk atau komoditas yang
persentase masing-masing sebesar 0,24%
digunakan sebagai bahan makanan dibagi
dan 7,13%, sementara untuk penggunaan
dengan jumlah penduduk. Pada tahun
bawang putih olahan baik untuk makanan
2010 ketersediaan bawang putih per kapita
maupun bukan makanan datanya belum
sebesar 1,04 kg/kapita/tahun dan terus
tersedia. Dari perhitungan tersebut, maka
meningkat
bawang putih yang tercecer pada tahun
kg/kapita/tahun pada tahun 2013. Pada
2010 hingga tahun
2013 mengalami
tahun 2014 ketersediaan bawang putih
peningkatan dari 19 ribu ton pada tahun
diprediksi meningkat menjadi sebesar 1,73
2010 menjadi 32 ribu ton pada tahun 2013.
kg/kapita/tahun begitu juga tahun 2015
seiring dengan pola peningkatan impor
dan 2016 ketersediaan bawang putih per
bawang putih. Pada tahun 2014 bawang
kapita diprediksi meningkat masing-masing
putih yang tercecer diprediksi mengalami
menjadi sebesar 1,80 kg/kapita/tahun dan
sedkit peningkatan mejadi sebesar 34 ribu
1,86 kg/kapita/tahun (Gambar 5.3)
menjadi
sebesar
1,70
ton, untuk tahun 2015 dan 2016 masing-
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
35
Buletin Konsumsi Pangan
Tabel 5.3. Penyediaan, penggunaan dan ketersediaan bawang putih tahun 2010 – 2013 serta prediksi tahun 2014 – 2016 No. A.
Uraian
Penyediaan (000 ton) 1. Produksi - Masukan - Keluaran
Tahun 2010 268
2011 310
12 9
15 10
2012 459
2013*) 2014**) 2015**) 2016**) 455 471 496 520
18 11
2. Impor 259 300 448 3. Ekspor 0 0 0 4. Perubahan Stok 0 0 0 B. Penggunaan (000 ton) 268 310 459 1. Pakan 2. Bibit 1 1 1 Diolah untuk : 3. - makanan - bukan makanan 4. Tercecer 19 22 33 248 288 5. Bahan Makanan 426 Ketersediaan C. 1,04 1,19 1,73 kapita/tahun (kg) Sumber : Neraca Bahan Makanan, BKP Kementan Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Prediksi Pusdatin
16 13
16 12
16 12
16 12
443 0 0 455 -
459 0 0 471 -
484 0 0 496 -
508 0 0 520 -
1
1
1
1
-
-
-
-
32 422
34 436
35 459
37 482
1,70
1,73
1,80
1,86
(kg/kap/tahun)
2,00 1,80 1,60 1,40 1,20 1,00
0,80 0,60 0,40 0,20 0,00
2010
2011
2012
2013*
2014**
2015**
2016**
Gambar 5.3. Perkembangan ketersediaan bawang putih per kapita, tahun 2010 –2013 serta prediksi tahun 2014 – 2016
36
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Buletin Konsumsi Pangan 5.3.
Perbandingan Konsumsi (Susenas) dan Ketersediaan Per Kapita (NBM) Komoditas Bawang putih
sebesar 1,19 kg/kapita/tahun. Pada tahun 2012 hingga 2016 konsumsi bawang putih dalam rumah tangga berfluktuasi namun cenderung
Pada periode 2010 – 2011, konsumsi per kapita bawang putih berdasarkan hasil Susenas, BPS menunjukkan angka yang lebih
besar
jika
ketersediaan
dibandingkan
(NBM),
ini
angka berarti
ketersediaan bawang putih tidak dapat memenuhi
kebutuhan
konsumsi
masyarakat di Indonesia. Angka konsumsi bawang
putih
dalam
rumah
tangga
berdasarkan hasil Susenas pada tahun 2010
sebesar
sedangkan
1,36
ketersediaan
kg/kapita/tahun sebesar
1,04
pada
tahun
2011
sebesar
1,35
kg/kapita/tahun sedangkan ketersediaan Tabel 5.4.
sebesar
1,60
kg/kapita/tahun pada tahun 2012 menjadi 1,44
kg/kapita
pada
tahun
2016.
Sementara angka ketersediaan per kapita bawang putih pada tahun 2012 – 2016 berfluktuasi namun cenderung meningkat dari 1,73 kg/kapita pada tahun 2012 menjadi 1,86 kg/kapita pada tahun 2016. Selisih atau beda dari ketersediaan bawang putih dari tahun 2012 hingga 2016 terlihat cukup sedikit, perbedaan tersebut diduga terserap pada sektor industri makanan dan restoran.
kg/kapita/tahun, begitu juga tahun 2011 Angka konsumsi bawang putih (Susenas)
menurun
Perbandingan konsumsi per kapita rumah
tangga
(SUSENAS)
dengan
ketersediaan (NBM) komoditas bawang putih dapat di lihat pada Tabel 5.4.
Perbandingan konsumsi bawang putih perkapita dalam rumah tangga (SUSENAS) dengan ketersediaan (NBM), 2010- 2016 Variabel
Tahun (kg/kapita/tahun) 2010
2011
2012
2013
2014*
2015*
2016*
Konsumsi Rumah Tangga, Susenas
1,36
1,35
1,60
1,20
1,45
1,45
1,44
Ketersediaan, NBM
1,04
1,19
1,73
1,70
1,73
1,80
1,86
Selisih -0,32 -0,16 0,13 Sumber: Susenas, BPS dan Ketersediaan NBM, BKP-Kementan Keterangan: *) Angka Prediksi Pusdatin
0,49
0,28
0,35
0,42
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
37
Buletin Konsumsi Pangan BAB VI. PISANG
P
isang adalah jenis tumbuhan yang
diabetes, menyeimbangkan jumlah cairan,
banyak ditemukan di Indonesia
mengobati sakit maag, mengatasi anemia,
dan merupakan buah tropis yang
menyehatkan tulang dan masih banyak
menjadi
favorit
banyak
orang.
Selain
lagi.
rasanya manis, pisang juga kaya vitamin
Walaupun
konsumsi
Indonesia
diolah menjadi berbagai hidangan lezat.
tahunnya tetapi pisang masih menjadi
Pisang merupakan tanaman buah berupa
buah
herba yang berasal dari kawasan Asia
dibandingkan buah lainnya dengan rata-
Tenggara. Pisang adalah nama umum yang
rata konsumsi total pisang pada tahun
diberikan pada tumbuhan terna raksasa
2013
berdaun
suku
Bagian yang dapat dimakan dari pisang
pisang
menurut kajian NBM adalah sebesar 70%.
berwarna kuning ketika
Sementara kandungan zat gizi pisang per
(http://id.wikipedia.org/wiki/
100 gram adalah kalori 92 kkal, protein 1
memanjang
Musacea.
Hampir
memiliki
kulit
matang
semua
dari
buah
pisang).
yang
paling
mencapai
menurun
di
dan mineral, bisa dimakan langsung atau
besar
cenderung
pisang
banyak
5,63
tiap
dikonsumsi
kg/kapita/tahun.
gram dan lemak 0,3 gram. Varian buah
Pisang adalah buah yang sangat
pisang beranekaragam antara lain pisang
bergizi yang merupakan sumber vitamin,
raja, pisang ambon, pisang susu, pisang
mineral
mas
dan
juga
karbohidrat.
dan
lain
sebagainya.
Selain
Mengkonsumsi buah pisang secara rutin
dikonsumsi dalam wujud segar, pisang
memiliki banyak manfaat untuk kesehatan
juga banyak digunakan sebagai bahan
tubuh.
baku industri pertanian dengan berbagai
Manfaat
buah
pisang
antara
pertama sebagai sumber energi, karena
hasil produk olahan pisang.
kandungan karbohidrat yang terkandung
pisang di Indonesia yang bersumber dari
dalam pisang dapat menjadi sumber enegi
Direktorat Jenderal Hortikultura tahun 2013
untuk tubuh. Kedua, kaya kandungan
sebesar
vitamin dan serat sehingga tetap dapat
pisang di Indonesia terdapat di Sumatera,
menjaga
Jawa dan Bali.
kesehatan
jantung.
Ketiga
Produksi
6,28 juta ton. Pusat produksi
menurunkan berat badan, karena buah pisang memiliki kandungan kalori yang relatif kecil. Keempat, dapat meningkatkan kesehatan
38
otak.
Kelima,
Mengatasi
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Buletin Konsumsi Pangan 6.1.
Perkembangan dan Prediksi Konsumsi Pisang dalam Rumah Tangga di Indonesia
konsumsinya sebesar 1,251 kg/kapita dan
Perkembangan konsumsi pisang di
konsumsi
pisang raja hanya sebesar 0,834 kg/kapita pada
tahun
2013.
total
Pada
pisang
tahun
2014
diprediksikan
tingkat rumah tangga di Indonesia selama
mengalami peningkatan sebesar 10,99%.
periode
Peningkatan
2002-2013
berfluktuasi
namun
konsumsi
pisang
ambon,
rata-rata mengalami penurunan sebesar
pisang raja dan pisang lainnya diprediksi
1,80% per tahun. Penurunan terbesar
masing-masing sebesar 15,74%, 28,87%
untuk total pisang terjadi di tahun 2012
dan
dimana konsumsi dalam rumah tangga
sebelumnya
turun sebesar 34,32% dibandingkan tahun
kg/kapita/tahun,
sebelumnya.
dengan
dan 3,727 kg/kapita/tahun. Pada tahun
penurunan konsumsi yang paling tinggi
2015 dan 2016 konsumsi total pisang
adalah pisang raja yaitu 46,67% atau
diprediksi mengalami penurunan sebesar
konsumsi pisang dalam rumah tangga
2,86%
hanya 0,834 kg/kapita/tahun. Sementara
ambon pada tahun 2015 diprediksikan
peningkatan
menurun
Jenis
pisang
konsumsi
pisang
terbesar
5,11%
dan
dibandingkan
dengan
konsumsi
1,075
5,70%. menjadi
tahun 1,448
kg/kapita/tahun
Konsumsi 1,393
pisang
kg/kapita
terjadi pada tahun 2011 sebesar 29,01%
kemudian diprediksikan menurun kembali
dan
pada tahun 2016 menjadi sebesar 1,339
jenis
tertinggi
pisang yaitu
dengan
pisang
peningkatan
ambon
sebesar
44,83% atau konsumsi sebesar 2,190 kg/kapita/tahun. Konsumsi
kg/kapita. Perkembangan
konsumsi
pisang
ambon, pisang raja dan pisang lainnya dari total
terendah
tahun 2002-2013 serta prediksinya tahun
terjadi pada tahun 2013 sebesar 5,631
2014 – 2016 disajikan pada Tabel 6.1 dan
kg/kapita/tahun.
Gambar 6.1.
Untuk
pisang pisang
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
ambon,
39
Buletin Konsumsi Pangan Tabel 6.1. Perkembangan konsumsi pisang dalam rumah tangga di Indonesia tahun 20022013 serta prediksi tahun 2014 - 2016 Pisang Ambon Pisang Raja (kg/kapita/ Pertumb. (kg/kapita/ Pertumb. tahun) (%) tahun) (%) 2002 2,399 1,356 2003 2,242 -6,52 1,147 -15,38 2004 2,138 -4,65 1,199 4,55 2005 2,190 2,44 1,304 8,70 2006 2,086 -4,76 1,199 -8,00 2007 1,512 -27,50 1,304 8,70 2008 1,721 13,79 1,460 12,00 2009 1,721 0,00 1,251 -14,29 2010 1,512 -12,12 1,147 -8,33 2011 2,190 44,83 1,564 36,36 2012 1,825 -16,67 0,834 -46,67 2013 1,251 -31,43 0,834 0,00 rata-rata 1,899 -3,87 1,217 -2,03 2014*) 1,448 15,74 1,075 28,87 2015*) 1,393 -3,85 1,049 -2,46 2016*) 1,339 -7,56 1,022 -4,91 Sumber : SUSENAS, BPS Keterangan: *) Angka Prediksi Pusdatin Tahun
Pisang lainnya (kg/kapita/ Pertumb. tahun) (%) 4,067 4,589 12,82 4,276 -6,82 4,380 2,44 4,276 -2,38 5,006 17,07 5,214 4,17 4,954 -5,00 4,171 -15,79 5,058 21,25 3,129 -38,14 3,546 13,33 4,389 0,27 3,727 5,11 3,630 -2,60 3,533 -5,20
Total (kg/kapita/ Pertumb. tahun) (%) 7,821 7,978 2,00 7,613 -4,58 7,874 3,42 7,561 -3,97 7,821 3,45 8,395 7,33 7,926 -5,59 6,831 -13,82 8,812 29,01 5,788 -34,32 5,631 -2,70 7,504 -1,80 6,250 10,99 6,071 -2,86 5,894 -5,70
Gambar 6.1. Perkembangan konsumsi pisang dalam rumah tangga di Indonesia, 2002 – 2016 Apabila
besarnya
Rp. 33.319,- per kapita pada tahun 2013.
pengeluaran untuk konsumsi pisang bagi
Pada tahun 2011, secara riil pengeluaran
penduduk Indonesia tahun 2008 – 2013
konsumsi pisang meningkat cukup tinggi
secara nominal menunjukkan peningkatan
yaitu sebesar Rp. 25.146,- per kapita.
sebesar 10,80%, yakni dari Rp. 22.578,-
Setelah dikoreksi dengan faktor inflasi,
per kapita pada tahun 2008 menjadi
pengeluaran untuk konsumsi pisang secara
40
dilihat
dari
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Buletin Konsumsi Pangan riil sejatinya hanya mengalami peningkatan
Perkembangan
sebesar 0,06%. Hal ini menunjukan bahwa
konsumsi pisang secara nominal dan riil
secara kuantitas, konsumsi per kapita
dalam rumah tangga di Indonesia tahun
pisang
2008 – 2013 secara rinci tersaji pada
tidak
berubah
secara
sigifikan
namun harga pisang yang semakin tinggi.
pengeluaran
untuk
Tabel 6.2.
Tabel 6.2. Perkembangan pengeluaran nominal dan riil rumah tangga untuk konsumsi pisang, 2008 - 2013 Pengeluaran (Rupiah/kapita/tahun) Pertumbuhan No. Uraian (%) 2008 2009 2010 2011 2012 2013 1 Nominal 22.577,86 24.037,86 24.402,86 37.490,71 28.887,14 33.319,29 10,80 2 IHK 114,75 125,74 136,98 149,09 159,01 189,94 10,69 3 Riil 19.675,20 19.116,73 17.815,56 25.146,36 18.167,44 17.542,24 0,06 Sumber : BPS, diolah Pusdatin Keterangan: IHK (indeks Harga Konsumen) yang digunakan IHK Kelompok buah-buahan
40.000,00
40.000,00
35.000,00
35.000,00
30.000,00
30.000,00
25.000,00
25.000,00 20.000,00
20.000,00 15.000,00
2008
15.000,00
2008
2009
2009
2010
2010 Nominal 2011 Pengeluaran
2011
2012
2013
2012 Pengeluaran 2013 Riil
Pengeluaranpengeluaran Nominal Pengeluarandan Riil riil dalam rumah tangga untuk Gambar 6.2. Perkembangan nominal konsumsi pisang di Indonesia, 2008 – 2013
6.2.
Perkembangan serta Prediksi Penyediaan dan Penggunaan Pisang di Indonesia
Produksi pisang Indonesia periode tahun 2010 – 2013 cenderung mengalami peningkatan. Produksi pisang pada tahun
Penyediaan total pisang Indonesia berasal
negeri
mengalami peningkatani menjadi 6,28 juta
dikurangi
ton pada tahun 2013 sementara tidak ada
ekspor. Untuk komponen impor pisang
penambahan pasokan dari impor pada
sangat rendah.
tahun
ditambah
dari
produksi
impor
dalam
2010 yaitu sebesar 5,76 juta ton dan terus
kemudian
tersebut.
penyediaan
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
pada
Ini tahun
menyebabkan 2013
juga
41
Buletin Konsumsi Pangan meningkat
walaupun
masih
ada
diprediksikan
mengalami
peningkatan
pengurangan dari ekspor sebesar 6 ribu
menjadi 6,88 juta ton pada tahun 2016
ton sehingga lebih besar dibandingkan
dengan
penyediaan tahun sebelumnya. Pada tahun
meningkat menjadi 7 ribu ton pada tahun
berikutnya, yakni tahun 2014 hingga tahun
2016.
2016, produksi pisang diprediksi akan terus
sangat kecil di bawah seribu ton.
mengalami
peningkatan
diikuti
ekspor
pisang
diprediksikan
Sementara untuk impor pisang
dengan
Pada perhitungan NBM, penggunaan
peningkatan penyediaan pisang. Produksi
pisang
pisang tahun 2014 diprediksi mencapai
digunakan sebagai bahan makanan atau
6,52 juta ton dengan pengurangan ekspor
langsung
sebesar 6 ribu ton sehingga penyediaan
makanan dengan persentase sebesar 95,3%
menjadi sebesar 6,51 juta ton. Pada tahun-
dari total penyediaan dalam negeri dan yang
tahun selanjutnya penyediaan pisang juga
tercecer 4,7%.
Tabel 6.3. No.
di
Indonesia
terutama
dikonsumsi
sebagai
adalah bahan
Penyediaan dan penggunaan pisang tahun 2010 - 2013 serta prediksi tahun 2014 – 2016 Uraian
2010 5.758
2011 6.133
2012 6.190
A. Penyediaan (000 ton) 1. Produksi - Masukan 6.133 6.189 - Keluaran 5.755 2. Impor 3 2 2 3. Ekspor 2 1 4. Perubahan Stok B. Penggunaan (000 ton) 6.133 6.189 5758 1. Pakan 2. Bibit 3. Diolah untuk : - makanan - bukan makanan 4. Tercecer 288 291 271 5. Bahan Makanan 5.844 5.899 5.487 C. Ketersediaan (kg/kap/tahun)22,72 24,15 24,03 Sumber : NBM, BKP Kementan diolah Pusdatin Keterangan: *) Angka sementara **) Angka Prediksi Pusdatin
Pada
2016*) 6.877
6.279 0 6
6.520 0 6
6.702 0 6
6.884 0 7
6.274 -
6.514 -
6.696 -
6.877 -
295 5.979 24,03
306 6.208 24,62
315 6.381 24,98
323 6.554 25,33
penggunaan pisang yang tercecer pada
pisang untuk bahan makanan mencapai
tahun 2010 sebesar 271 ribu ton dan
5,49
mengalami
meningkat hingga 295 ribu ton pada tahun
peningkatan hingga tahun 2013 menjadi
2013. Pada tahun berikutnya pisang yang
sebesar 5,98 juta ton. Begitu juga dari
tercecer
perhitungan
meningkat sebesar 306 ribu ton pada
42
ton
2010,
2015*) 6.696
penggunaan
juta
tahun
Tahun 2013 2014*) 6.274 6.514
dan
konversi
terus
di
atas
untuk
diprediksikan
juga
terus
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Buletin Konsumsi Pangan tahun 2014 hingga tahun 2016 menjadi
ketersediaan per kapita pisang pada tahun
323
2010 hingga 2013 cenderung mengalami
ribu
ton.
Prediksi
pisang
yang
digunakan untuk bahan makanan mencapai
peningkatan.
6,21 juta ton pada tahun 2014 dan terus
ketersediaan pisang per kapita sebesar
mengalami peningkatan hingga menjadi
22,72 kg/kapita/tahun dan terus meningkat
6,55 juta ton pada tahun 2016. Secara rinci
pada tahun 2013 menjadi sebesar 24,03
penyediaan dan penggunaan pisang tahun
kg/kapita/tahun.
2010 – 2016 dapat dilihat pada Tabel 6.3.
diprediksikan meningkat pada tahun-tahun
Ketersediaan
per
kapita
adalah
berikutnya
Pada
tahun
Ketersediaan
hingga
2016
2010
pisang
ketersediaan
jumlah suatu produk atau komoditas yang
pisang per kapita menjadi sebesar 25,33
digunakan sebagai bahan makanan dibagi
kg/kapita/tahun (Gambar 6.3).
dengan jumlah penduduk. Perkembangan
28,00 24,00
24,15
22,72
24,03
24,03
24,62
24,98
25,33
(kg/kapita/thn)
20,00 16,00 12,00 8,00 4,00 0,00
Gambar 6.3. Ketersediaan konsumsi pisang perkapita pertahun di Indonesia, tahun 2010–2013 dan prediksi 2014-2016
6.3. Perbandingan Konsumsi Perkapita (Susenas) dengan Ketersediaan Perkapita (NBM) Komoditas Pisang
ketersediaan
pisang
kebutuhan
konsumsi
Indonesia.
Angka
dapat
memenuhi
masyarakat konsumsi
di
pisang
berdasarkan hasil Susenas dari tahun 2010 Pada periode 2010 – 2016, konsumsi
hingga 2016 berfluktuasi namun cenderung
kapita
hasil
menurun, yakni dari 6,83 kg/kapita pada
susenas, BPS menunjukkan angka yang
tahun 2010 menjadi 5,89 kg/kapita pada
lebih
angka
tahun 2016. Sementara angka ketersediaan
berarti
per kapita pisang pada tahun 2010 – 2016
per
kecil
ketersediaan
pisang jika
berdasarkan dibandingkan
(NBM),
ini
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
43
Buletin Konsumsi Pangan terus meningkat dari 22,72 kg/kapita pada
Susenas cukup rendah, rumah tangga pada
tahun 2010 menjadi
25,33 kg/kapita.
Susenas tidak mencakup rumah tangga
Selisih atau beda dari ketersediaan pisang
khusus seperti orang yang tinggal di
dari tahun 2010 hingga 2016 terlihat cukup
asrama,
tinggi, perbedaan tersebut diduga terserap
pemasyarakatan
pada
dan
Perbandingan konsumsi per kapita rumah
minuman. Hasil produk olahan pisang
tangga (SUSENAS) dengan ketersediaan
antara lain selai, jus, keripik, buah kaleng
(NBM) komoditas pisang dapat di lihat
dan
pada Tabel 6.4.
sektor
lain-lain.
industri
Selain
makanan
itu
kenapa
data
panti
asuhan, dan
lembaga sejenisnya.
Tabel 6.4. Perbandingan konsumsi perkapita rumah tangga (SUSENAS) dengan ketersediaan per kapita (NBM) pisang, 2010 – 2016
Variabel Konsumsi Rumah Tangga, Susenas Ketersediaan, NBM Selisih
2010 6,83 22,72 15,89
2011 8,81 24,15 15,34
Tahun (kg/kapita/tahun) 2012 2013 2014*) 2015*) 2016*) 5,79 5,63 6,25 6,07 5,89 24,03 24,03 24,62 24,98 25,33 18,24 18,40 18,37 18,91 19,44
Sumber : Susenas (BPS) dan NBM (BKP) Keterangan: *) Angka Prediksi Pusdatin
6.4. Penyediaan Pisang di beberapa negara di Dunia
penyediaan pisang di India pada periode tahun 2007 - 2011 mencapai 21,52 juta
Berdasarkan data dari FAO, rata – rata penyediaan pisang dunia selama lima tahun (2007 – 2011) sebesar 77,10 juta ton. Pada periode ini total penyediaan pisang dunia terlihat meningkat dari tahun ke tahun. Kumulatif penyediaan pisang ke10 negara ini mencapai 71,38% dari total penyediaan dunia. India merupakan negara terbesar dalam penyediaan pisang pada periode tersebut. Lima negara dengan total penyediaan terbesar di dunia secara rinci dapat dilihat pada Tabel 6.5. Lima negara tersebut adalah India, Cina, Indonesia, Brazil
44
dan
Philipina.
Rata-rata
total
ton per tahun atau 27,91% dari total penyedian pisang dunia. Negara
berikutnya
adalah
Cina
dengan penyediaan mencapai 7,88 juta ton dengan
kontribusi
penyediaan
dunia
terhadap sebesar
total 10,22%.
Indonesia menempati urutan ke-3 dengan rata-rata total penyediaan diperoleh
dari
data NBM sebesar 5,94 juta ton atau berkontribusi
sebesar
7,71%.
Selama
periode 2007 – 2011 penyediaan pisang di Indonesia cenderung meningkat kecuali pada tahun 2010 mengalami penurunan. Rata-rata total penyediaan negara Brazil
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Buletin Konsumsi Pangan dan Philipina masing-masing berkontribusi
Persentase
sebesar 7,57% dan 5,65% terhadap total
pisang di 10 negara terbesar di dunia
penyediaan
dapat dilihat pada Gambar 6.4.
dunia.
Sementara
negara
kontribusi
total
penyediaan
lainnya menyumbang kurang dari 5%. Tabel 6.5. Negara dengan penyediaan pisang terbesar di dunia, 2007 – 2011 No
Tahun (Ton)
Negara
2007
1 India
2008
2009
2010
Share Kumulatif (%) (%)
Rata2
2011
19.041.740 20.943.200 21.121.330 23.763.190 22.723.160 21.518.524
27,91
27,91
2 China
7.154.843
6.790.143
7.653.413
8.478.593
9.303.973
7.876.193
10,22
38,13
3 Indonesia*)
5.452.000
6.002.615
6.373.533
5.758.000
6.132.595
5.943.749
7,71
45,84
4 Brazil
5.847.884
5.817.542
5.622.097
5.784.374
6.120.002
5.838.380
7,57
53,41
5 Philiphina
3.245.347
3.888.714
4.565.340
4.780.872
5.285.292
4.353.113
5,65
59,05
6 Amerika
3.340.276
3.249.567
2.864.277
3.399.383
3.393.783
3.249.457
4,21
63,27
7 Tanzania
2.003.584
1.892.338
1.954.064
2.050.992
2.200.258
2.020.247
2,62
65,89
8 Mexico
1.670.379
1.782.137
1.780.189
1.656.134
1.679.926
1.713.753
2,22
68,11
9 Viet Nam
1.208.926
1.237.763
1.265.908
1.309.206
1.331.540
1.270.669
1,65
69,76
1.008.683
1.433.886
1.433.898
1.345.650
1.018.740
10 Kenya
1.248.171
1,62
71,38
Negara lain
21.572.338 21.243.095 21.544.951 22.913.606 23.055.731 22.065.944
28,62
100,00
Total Dunia
71.546.000 74.281.000 76.179.000 81.240.000 82.245.000 77.098.200
Sumber : http://faostat.fao.org diolah Pusdatin Keterangan : *) Data NBM, BKP
29,48%
27,91%
1,62% 1,65% 10,22%
2,22% 2,62%
4,21% 5,65%
6,85%
7,57%
India
China
Indonesia*)
Brazil
Philiphina
Tanzania
Mexico
Viet Nam
Kenya
Lainnya
Amerika
Gambar 6.4. Negara dengan penyediaan pisang terbesar di dunia, share terhadap rata-rata 2007 - 2011
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
45
Buletin Konsumsi Pangan
6.5. Ketersediaan Pisang per Kapita per Tahun di Dunia
negara terbesar tersebut jauh lebih tinggi di
atas
kapita/tahun.
secara rinci pada Tabel 6.6. Berdasarkan
Negara dengan urutan ke-2 adalah
data dari FAO terlihat bahwa negaranegara
negara Afrika mendominasi ketersediaan
sebesar 83,54 kg/kapita/tahun.
dunia untuk komoditas pisang adalah Sao dan
Kiribati.
rata-rata
dengan rata-rata ketersediaan per kapita
peringkat ketersediaan per kapita terbesar
Vanuatu
dengan
kg/kapita/tahun dan urutan ke-3 Ekuador
tahun 2007 - 2011 lima negara dengan
Samoa,
Samoa
ketersediaan per kapita sebesar 84,74
pisang per kapita dunia. Pada periode
Principe,
terutama
Principe cukup tinggi mencapai 153,96 kg/
per kapita negara terbesar dunia tersaji
and
dunia,
ketersediaan pisang negara Sao Tome and
Perkembangan ketersediaan pisang
Tome
rata-rata
Negara
selanjutnya adalah vanuatu dan kiribati
Ekuador,
dengan rata-rata ketersediaan perkapita
Rata-rata
masing-masing sebesar 57,10 kg/kapita/
ketersediaan per kapita dunia sebesar
tahun dan 55,20 kg/kapita/tahun.
11,44 kg/kapita/tahun sedangkan kelima
Tabel 6.6. Ketersediaan pisang per kapita per tahun di beberapa negara di dunia, 2007 – 2011 No 1 2 3 4 5 … 20
Tahun (kg/kapita/tahun)
Negara Sao Tome and Principe Samoa Ecuador Vanuatu Kiribati … Indonesia *)
27 India 34 Thailand 84 Malaysia 104 Cina Rata-rata Dunia
2007
2008
2009
2010
2011
157,10 82,10 60,20 57,30 53,00
158,60 81,30 66,20 55,80 51,70
154,90 87,80 91,20 59,50 53,10
150,10 89,10 98,60 59,00 58,10
149,10 83,40 101,50 53,90 60,10
Rata -rata 153,96 84,74 83,54 57,10 55,20
23,03
25,03
26,25
22,72
24,15
24,24
16,40 20,60 7,60
17,80 16,30 8,20
17,80 14,10 8,20
19,70 17,00 9,60
18,60 13,60 8,60
18,06
5,20
4,90
5,50
6,10
6,70
5,68
10,90
11,20
11,30
11,90
11,90
11,44
16,32
8,44
Sumber : http://faostat.fao.org diolah Pusdatin Keterangan : *) Data NBM, BKP
Ketersedian pisang di Indonesia
ketersediaan per kapita sebesar 24,24
pada periode 2007 – 2011 terlihat masih
kg/kapita/tahun. Jika dilihat untuk negara
di
Indonesia
Asia, yaitu India, Thailand, Malaysia dan
menempati urutan ke-20 dengan rata-rata
Cina masing- masing menempati urutan
46
atas
rata-rata
dunia.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Buletin Konsumsi Pangan ke-27, 34, 84 dan 104. India dengan rata-
kapita/tahun. Perkembangan ketersediaan
rata
18,706
pisang per kapita negara-negara di dunia
16,32
tahun 2007 - 2011 tersaji secara lengkap
ketersediaan
kg/kapita/tahun
dan
perkapita Thailand
kg/kapita/tahun, sementara Malaysia dan
pada
Tabel
6.6
18,06
16,32
dan
Gambar
6.5.
Cina memiliki rata-rata kurang dari 10 kg/
160,00
153,96
140,00
kg/kapita/thn
120,00 100,00
84,74
83,54
80,00
57,10
55,20
60,00 40,00
20,00
24,24
8,44
5,68
0,00
Gambar 6.5. Perkembangan ketersediaan pisang per kapita beberapa negara di dunia, rata-rata 2007 – 2011
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
47
Buletin Konsumsi Pangan
BAB VII. TELUR
T
elur adalah salah satu sumber
mengandung asam amino esensial, mineral
protein hewani yang memiliki
yang dibutuhkan oleh tubuh seperti besi,
banyak
nutrisi
fosfor, sedikit kalsium dan B komplek, 50%
penting bagi tubuh kita. Telur biasanya
protein dan sebagian besar lemak terdapat
disajikan
pada kuning telur, sedangkan putih telur
pada
kandungan saat
sarapan
untuk
memenuhi kebutuhan protein, juga diolah
yang
menjadi berbagai macam masakan atau
seluruh bulatan telur mengandung 5 jenis
langsung dimakan mentah yang biasanya
protein dan sedikin telur mengandung 5
digunakan untuk meningkatkan stamina
jenis protein dan sedikit karbohidrat.
tubuh. Seluruh bagian pada telur baik itu kuning
telur,
putih
telur
maupun
cangkangnya bisa diambil manfaatnya. Telur
sebagai
mempunyai lain,
banyak
kandungan
jumlahnya
dari
ayam adalah meningkatkan perkembangan sel-sel
otak
protein
penyimpanan
keunggulan
antara
fungsi
paling
penglihatan,
amino
60%
Beberapa manfaat mengonsumsi telur
sumber
asam
mencapai
dan
yang
berperan
memori, menjaga telur
dalam
meningkatkan kerusakan
ayam
juga
indra mampu
lengkap dibandingkan bahan makanan lain
menurutkan berat badan dan telur ayam
seperti ikan, daging, ayam, tahu, tempe,
bermanfaat dalam mencegah pecahnya
dan lain sebagainya. Telur yang biasa
pembuluh darah.
dikonsumsi adalah telur yang berasal dari
dibahas konsumsi telur ayam ras, telur
unggas seperti ayam, bebek, angsa dan
ayam buras dan telur itik, dimana proporsi
beberapa jenis burung seperti burung unta
konsumsi telur ayam ras rumah tangga di
dan burung puyuh. Harga telur yang relatif
Indonesia mencapai 90,25%,
murah dan mengandung nilai gizi yang
proporsi konsumsi telur ayam buras dan
tinggi membuat permintaan akan konsumsi
telur itik masing-masing hanya 4,83% dan
telur menjadi meningkat. Produksi telur
4,93%.
Dalam tulisan ini akan
sementara
ayam ras di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 1,14 juta ton dan meningkat pada tahun 2013 menjadi sebesar 1,22 juta ton. Kandungan nutrisi telur ayam terdiri
7.1. Perkembangan dan Prediksi Konsumsi Telur Ayam Ras, Ayam Buras dan itik dalam Rumah Tangga di Indonesia
atas 13% protein, 12% lemak, vitamin dan mineral, nilai tertinggi telur terdapat pada bagian
48
kuningnya.
Kuning
telur
Perkembangan konsumsi telur ayam ras di tingkat rumah tangga di Indonesia
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Buletin Konsumsi Pangan selama tahun 2002-2013 pada umumnya
merupakan penurunan yang terbesar yaitu
mengalami
5,13%, dengan konsumsi telur ayam ras
fluktuasi
meningkat, dengan
namun
cenderung
peningkatan sebesar
rumah
tangga
menjadi
sebesar
5,788
3,01% per tahun atau rata-rata konsumsi
kg/kapita/tahun. Prediksi yang dilakukan
telur
untuk
ayam
ras
kg/kapita/tahun.
sebesar
2014,
2015
dan
2016
konsumsi
telur
bahwa
terjadi di tahun 2007 dimana konsumsi
ayam
perkapita
dalam rumah tangga untuk telur ayam ras
peningkatan, untuk tahun 214 naik sebesar
naik sebesar 20,62% dibandingkan tahun
1,37% dibandingkan tahun 2013. Konsumsi
sebelumnya
kg/kapita/
telur ayam ras tahun 2015 dan 2016
tahun. Penurunan konsumsi rumah tangga
diprediksi masing-masing menjadi sebesar
terjadi di tahun 2003, 2006, 2008, 2011
6,344
dan 2012, namun penurunan konsumsi ini
kg/kapita/tahun.
di
menjadi
bawah
6,101
6%.
terbesar
tahun
memperlihatkan
masih
Peningkatan
5,653
Tahun
ras
kg/kapita/tahun
mengalami
dan
6,451
2008
Tabel 7.1. Perkembangan konsumsi telur ayam ras, ayam buras dan itik dalam rumah tangga di Indonesia, 2002 – 2013 serta prediksi 2014 – 2016
Sumber : Susenas, BPS Keterangan: *) Angka Prediksi Pusdatin
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
49
Buletin Konsumsi Pangan
6,73 6,62 6,52
7,00 6,10 6,00 5,16
(kg/kapita/thn)
5,00
4,59 4,48 4,80
5,79 5,84
6,34 6,45 6,15 6,24
5,06
4,00 3,00
2,00 1,00 -
Gambar 7.1. Perkembangan konsumsi telur ayam ras dalam rumah tangga di Indonesia, 2002 – 2013 dan prediksi tahun 2014 - 2016
9,00 8,00
(butir/kapita/thn)
7,00 6,00
8,08
8,50 8,71 7,87
6,36 5,11
5,00 4,00
4,17
3,65 3,70 3,75 2,76 2,61 2,67
3,00
2,30
1,92
2,00 1,00 -
Gambar 7.2. Perkembangan konsumsi telur ayam buras dalam rumah tangga di Indonesia, 2002 – 2013 dan prediksi tahun 2014 – 2016
Berdasarkan data Susenas, konsumsi
tahun atau rata-rata konsumsi telur ayam
telur ayam buras dan telur itik dalam
buras
satuan butir menunjukkan perkembangan
butir/kapita/tahun.
konsumsi telur ayam buras pada periode
terjadi di tahun 2012 dimana konsumsi
2002-2013 mengalami penurunan, dengan
dalam rumah tangga untuk telur ayam
rata-rata penurunan sebesar 9,18% per
buras turun sebesar 26,39% dibandingkan
50
menjadi
sebesar Penurunan
5,44 terbesar
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Buletin Konsumsi Pangan tahun
sebelumnya
2,76
rata-rata penurunan sebesar 7,29% per
butir/kapita/ tahun. Prediksi yang dilakukan
tahun atau rata-rata konsumsi telur itik
untuk
tahun
menjadi
2014,
dan
2016
sebesar
konsumsi
telur
Penurunan terbesar terjadi di tahun 2012
ayam buras perkapita mengalami keanikan
dimana konsumsi dalam rumah tangga
pada
2,38%
untuk telur itik turun sebesar 22,22%
dibandingkan tahun 2013 menjadi 2,67
dibandingkan tahun sebelumnya menjadi
butir/kapita/ tahun. Konsumsi telur ayam
2,19 butir/kapita/ tahun. Prediksi yang
ras
dilakukan untuk tahun 2014, sebesar 1,86
memperlihatkan tahun
tahun
2015
bahwa 2014
2015
sebesar
dan
2016
diprediksi
3,09
butir/kapita/tahun.
menurun masing-masing menjadi sebesar
butir/kapita/tahun
atau
naik
sebesar
2,29 butir/kapita/tahun dan 1,92 butir/
1,76%. Prediksi tahun 2015 dan 2016
kapita/ tahun.
memperlihatkan bahwa konsumsi telur itik
Perkembangan konsumsi telur itik
perkapita mengalami penurunann dengan
tercatat bahwa konsumsi telur itik pada
diprediksi masing-masing menjadi sebesar
periode yang sama yaitu 2002-2013 pada
1,69
umumnya mengalami penurunan, dengan
butir/kapita/tahun.
5,00
(butir/kapita/thn)
4,00
butir/kapita/tahun
dan
1,52
4,48 3,81 3,91 3,49 2,97
3,00
3,02 3,13
2,87
2,82
2,61
2,50 2,19
1,86
2,00
1,69
1,52
1,00
-
Gambar 7.3. Perkembangan konsumsi telur itik dalam rumah tangga di Indonesia, 2002 – 2013 dan prediksi tahun 2014 – 2016 Pengeluaran untuk konsumsi telur ayam
ras
Indonesia
dan selama
buras lima
bagi
masing-masing menunjukkan peningkatan
penduduk
yang positif untuk pengeluaran konsumsi
terakhir
telur ayam ras, namun untuk pengeluaran
tahun
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
51
Buletin Konsumsi Pangan konsumsi telur ayam buras menunjukkan
rata faktor inflasi pada periode yang sama
hal yang sebaliknya yaitu negatif pada
sebesar 3,01%.
periode
yang
sama.
laju
Analog dengan pengeluaran untuk
pengeluaran
konsumsi telur ayam buras, hanya saja
penduduk Indonesia untuk konsumsi telur
rata-rata laju pertumbuhan pengeluaran
ayam ras pada periode 2008-2013 sebesar
konsumsi
6,99 %, yakni dari Rp. 69,819 ribu/kapita
menunjukkan kondisi yang menurun. Hal
pada tahun 2008 menjadi Rp. 95,682 ribu
ini seiring dengan besaran konsumsi telur
pada tahun 2013.
Rata-rata peningkatan
ayam buras bagi masyarakat Indonesia
pertumbuhan nominal tersebut dua kali
juga menunjukan adanya kecenderungan
lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata
menurun. Dari Tabel 6.2 terlhat bahwa
laju
penurunan
pertumbuhan
nominal
peningkatan
sebesar
Rata-rata
3,01%.
riil
yang
meningkat
Pengeluaran
untuk
telur
rata-rata
ayam
laju
buras
pertumbuhan
konsumsi
pengeluaran nominal untuk konsumsi telur
telur ayam ras pada tahun 2013 sebesar
ayam buras selama periode 2008-2013
Rp. 95.682,14 ribu/kapita setara dengan
sebesar
pengeluaran
seiring
sebesar
Rp.
64,054
ribu/kapita dengan faktor koreksi
1,49%. dengan
Penurunan tersebut rata-rata
penurunan
IHK
pangeluaran riilnya pada periode yang
sebesar 149,38% pada tahun dasar 2007.
sama yaitu sebesar 5,13%. Perlu kami
Hal ini menunjukkan bahwa penduduk
dijelaskan untuk indeks harga konsumen
Indonesia dalam mengkonsumsi telur ayam
telur
ras meningkat sebesar 6,99% dan rata-
datanya sehingga dalam tulisan ini tidak
itik
sejauh
ini
belum
tersedian
dapat kami bahas. Tabel 7.2. No.
Perkembangan pengeluaran untuk konsumsi telur ayam ras dan telur ayam buras dengan harga nominal dan riil dalam rumah tangga di Indonesia, 2008-2013
Telur Ayam Ras
1 2 3
Nominal IHK Riil
1 2 3
Telur Ayam Buras Nominal IHK Riil
52
2008 69.819,29 124,22 56.204,22
Pengeluaran (Rupiah/kapita/tahun) 2009 2010 2011 63.614,29 71.122,86 72.530,71 124,24 126,86 133,33 51.202,40 56.064,05 54.401,44
2012 87.912,86 140,18 62.714,27
2013 95.682,14 149,38 64.053,92
Pertumbuhan (%) 6,99 3,78 3,01
4.692,86 140,18 3.347,74
4.797,14 149,38 3.211,42
-1,49 3,78 -5,13
Pengeluaran (Rupiah/kapita/tahun) 5.579,29 124,22 4.491,30
4.432,14 124,24 3.567,38
5.110,00 126,86 4.028,06
5.996,43 133,33 4.497,60
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Buletin Konsumsi Pangan
100.000,00
80.000,00
60.000,00
40.000,00
20.000,00
-
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Pengeluaran Nominal (Ayam Ras)
Pengeluaran Riil (Ayam Ras)
Pengeluaran Nominal (Ayam Buras)
Pengeluaran Riil (Ayam Buras)
Gambar 7.4. Perkembangan pengeluaran untuk konsumsi telur ayam ras dan telur ayam buras dengan harga nominal dan riil dalam rumah tangga di Indonesia, 2008 - 2013 7.2.
Perkembangan serta Prediksi Penyediaan, Penggunaan dan Ketersediaan Telur Ayam Ras di Indonesia Komponen penyediaan telur ayam ras
hanya terdiri dari produksi ditambah impor, sementara untuk ekspor tidak ada nilainya. Sedangkan komponen penggunaan telur ayam ras hanya terdiri dari dari dua komponen yaitu bagian yang tercecer dan sebagai
bahan
makanan.
Secara
rinci
penyediaan telur ayam ras juga meningkat. Penyediaan telur ayam ras dari tahun 2009 – 2013 terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun hingga menjadi 1,225 juta ton pada tahun 2013. Pada tahun-tahun berikutnya, yakni tahun 2014, 2015 dan 2016, penyediaan telur ayam ras diprediksi akan
Tabel 7.3. Pada periode tersebut, rata-rata total penyediaan telur ayam ras berasal dari
produksi
dan
sisanya
merupakan
impor. Produksi telur ayam ras tahun 2009 yaitu sebesar 903 ribu ton dan terus mengalami peningkatan hingga tahun 2013 menjadi
1,224
juta
ton.
Peningkatan
produksi telur ayam ras ini menyebabkan
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
mengalami
peningkatan
masing-masing menjadi sebesar 1,155 juta ton, 1,198 juta ton dan 1,240 juta ton. Untuk impor telur ayam ras dari
penyediaan dan penggunaan telur ayam ras tahun 2009 – 2013 dapat dilihat pada
terus
tahun 2009 – 2013 relatif kecil hanya sebesar 1 ribu ton. Impor rata-rata telur ayam ras Indonesia pada periode tersebut hanya sebesar 0,1% dari total penyediaan telur ayam ras nasional. Hasil prediksi untuk
tahun
2014
sampai
2016
memperlihatkan bahwa impor telur ayam ras
tidak
sebelumnya.
berubah
dari
tahun-tahun
Sementara untuk ekspor
telur ayam ras tidak ada nilainya.
53
Buletin Konsumsi Pangan Komponen penggunaan telur ayam ras
di
Indonesia
terutama
produksinya. Pada tahun 2014 – 2016 telur
adalah
ayam ras yang tercecer diprediksikan akan
digunakan untuk bahan makanan dan
mengalami penurunan pada tahun 2014
tercecer. Telur ayam ras yang digunakan
dan mengalami konstan tahun berikutnya
untuk bahan makanan mencapai proporsi
yaitu sebesar 25 ribu ton.
rata-rata 97,95% dari total penggunaan
Ketersediaan
per
kapita
adalah
telur ayam ras nasional. Pada tahun 2010
jumlah suatu produk atau komoditas yang
penggunaan telur ayam ras untuk bahan
digunakan sebagai bahan makanan dibagi
makanan mencapai 927 ribu ton dan terus
dengan jumlah penduduk. Perkembangan
mengalami peningkatan hingga menjadi
ketersediaan telur ayam ras per kapita
1,200 juta ton pada tahun 2013. Prediksi
pada tahun 2010 hingga 2013 mengalami
tahun
rata-rata peningkatan sebesar 4,29% per
2014
hingga
memperlihatkan
adanya
tahun
2016
peningkatan
tahun.
kembali dalam penggunaan telur ayam ras
Pada tahun 2010 ketersediaan telur
sebagai bahan makanan, masing-masing
ayam
sebesar 1,13 juta ton, 1,17 juta ton dan
kg/kapita/tahun
1,22
metode
hingga tahun 2013 menjadi sebesar 4,35
penggunaan
kg/kapita/tahun. Pada tahun 2014, 2015
telur ayam ras yang tercecer sebesar
dan 2016 ketersediaan telur ayam ras per
2,05% dari total penyediaan dalam negeri.
kapita
Dari perhitungan tersebut, maka telur
meningkat masing-masing menjadi sebesar
ayam ras yang tercecer pada tahun 2010
4,49 kg/kapita/tahun, 4,59 kg/kapita/tahun
hingga
dan 4,70 kg/kapita/tahun (Tabel 7.3).
juta
perhitungan
ton. NBM,
tahun
Menurut jumlah
2013
mengalami
ras
per
kapita dan
diprediksikan
sebesar
terus
akan
3,84
meningkat
kembali
peningkatan dari 21 ribu ton pada tahun 2010 hingga 25 ribu ton pada tahun 2013 seiring
54
dengan
pola
peningkatan
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Buletin Konsumsi Pangan Tabel 7.3. Penyediaan, penggunaan dan ketersediaan telur ayam ras tahun 2010-2013 serta prediksi tahun 2014 – 2016 Tahun No.
Uraian
2010
A. Penyediaan (000 ton) 1. Produksi - Masukan - Keluaran *) 2. Impor 3. Ekspor 4. Perubahan Stok B. Penggunaan (000 ton) 1. Pakan 2. Bibit 3. Diolah untuk : - makanan - bukan makanan 4. Tercecer 5. Bahan Makanan C. Ketersediaan per kapita (Kg/kapita/tahun)
2011
2012
2013*)
2014**)
2015**)
2016**)
947
1.029
1.141
1.225
1.155
1.198
1.240
946 1 0 947 0
1.028 1 0 1.029 0
1.140 1 0 1.141 0
1.224 1 0 1.225 0
1.154 1 0 1.155 0
1.197 1 0 1.198 0
1.239 1 0 1.240 0
19 927 3,84
21 1.008 4,11
23 1.117 4,25
25 1.200 4,35
24 1.132 4,49
25 1.173 4,59
25 1.215 4,70
Sumber : NBM, Kementerian Pertanian diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka sementara **) Angka Prediksi Pusdatin
5,00 4,11
4,70
4,59
3,84
4,00
(kg/kapita/thn)
4,25
4,49
4,35
3,00
2,00
1,00
0,00
Gambar 7.5. Perkembangan ketersediaan telur ayam ras per kapita per tahun di Indonesia, tahun 2010 – 2016 Pada periode 2010 – 2013, konsumsi
Perbandingan
angka
antara
riil
per kapita telur ayam ras berdasarkan hasil
konsumsi telur ayam ras (Susenas) dengan
susenas, BPS menunjukkan angka yang
penyediaan konsumsi (NBM) dapat dilihat
lebih
untuk periode 2010 – 2016, yang berkisar
besar
ketersediaan
jika
dibandingkan
(NBM).
Hal
angka tersebut
dikarenakan bahwa kebutuhan telur di
antara
-2,89
kg/kapita/tahun
(2010)
hingga -1,76 kg/kapita/tahun (2016).
Indonesia masih impor.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
55
Buletin Konsumsi Pangan
Tabel 7.4. Perbandingan konsumsi telur ayam ras per kapita rumah tangga (SUSENAS) dengan ketersediaan (NBM), 2010 – 2016 Tahun (kg/kapita/tahun)
Variabel
2010
2011
2012
2013
2014*
2015*
2016*
Konsumsi Rumah Tangga, Susenas
6,73
6,62
6,52
6,15
6,24
6,34
6,45
Ketersediaan, NBM
3,84
4,11
4,25
4,35
4,49
4,59
4,70
-2,89
-2,51
-2,27
-1,80
-1,75
-1,75
-1,76
Selisih Keterangan :*) Data Prediksi Pusdatin
7.3. Perkembangan serta Prediksi Penyediaan, Penggunaan dan Ketersediaan Telur Ayam Buras di Indonesia Komponen penyediaan telur ayam buras
hanya
terdiri
dari
produksi,
sementara untuk impor dan ekspor tidak ada
nilainya.
Sedangkan
komponen
penggunaan telur ayam buras hanya terdiri dari tiga komponen yaitu sebagai bahan makanan, bibit dan bagian yang tercecer. Secara rinci penyediaan dan penggunaan telur ayam buras tahun 2010 – 2013 dapat dilihat pada Tabel 7.5. Pada periode tersebut, rata-rata total penyediaan telur Produksi telur ayam buras tahun 2010 yaitu sebesar 176 ribu ton dan terus mengalami peningkatan hingga tahun 2013 produksi
201
ribu
telur
menyebabkan
ton. ayam
penyediaan
Peningkatan buras telur
ini ayam
buras juga meningkat. Namun karena penyediaan hanya terdiri dari komponen produksi maka penyediaan telur ayam buaras sama dengan produksinya.
56
buras
di
Indonesia
terutama
adalah
digunakan untuk bibit, bahan makanan dan tercecer.
Telur
ayam
digunakan untuk bibit
buras
yang
mencapai proporsi
rata-rata 25% dari total penggunaan telur ayam buras nasional. Pada tahun 2010 penggunaan telur ayam buras untuk bibit mencapai
44
ribu
ton
dan
terus
mengalami peningkatan hingga menjadi 50 ribu ton pada tahun 2013. Prediksi tahun 2014 hingga tahun 2016 memperlihatkan adanya
peningkatan
kembali
dalam
penggunaan telur ayam buras sebagai bibit, masing-masing sebesar 52 ribu ton,
ayam buras berasal dari produksi.
menjadi
Komponen penggunaan telur ayam
53 ribu ton dan 54 ribu ton. Telur ayam buras
yang
makanan
digunakan
untuk
bahan
mencapai proporsi rata-rata
60% dari total penggunaan telur ayam buras
nasional.
Pada
tahun
2010
penggunaan telur ayam buras untuk bahan makanan mencapai 125 ribu ton dan terus mengalami peningkatan hingga menjadi 143 ribu ton pada tahun 2013. Prediksi tahun
2014
memperlihatkan
hingga adanya
tahun
2016
peningkatan
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Buletin Konsumsi Pangan kembali dalam penggunaan telur ayam
digunakan sebagai bahan makanan dibagi
buras sebagai bahan makanan, masing-
dengan jumlah penduduk. Perkembangan
masing sebesar 148 ribu ton, 152 ribu ton
ketersediaan telur ayam buras per kapita
dan 154 ribu ton.
pada tahun 2010 hingga 2013 mengalami
perhitungan
NBM,
Menurut metode jumlah
penggunaan
rata-rata peningkatan sebesar 3,35 % per
telur ayam buras yang tercecer sebesar
tahun.
3,86% dari total penyediaan dalam negeri.
Pada tahun 2010 ketersediaan telur
Dari perhitungan tersebut, maka telur
ayam buras per kapita sebesar 0,52 kg
ayam buras yang tercecer pada tahun 2010
/kapita/tahun dan terus meningkat hingga
hingga
tahun
tahun
2013
mengalami
2013
menjadi
0,57
tahun
2014
peningkatan dari 7 ribu ton pada tahun
kg/kapita/tahun.
2010 menjadi 8 ribu ton pada tahun 2013
ketersediaan telur ayam buras per kapita
seiring
diprediksikan
dengan
pola
peningkatan
Pada
sebesar
akan
menjadi
ayam buras yang tercecer diprediksikan
begitu juga tahun 2015 dan 2016 diprediksi
akan mengalami konstan tahun berikutnya
masing-masing
yaitu sebesar pada angka 8 ribu ton.
kg/kapita/tahun (Tabel 7.5).
per
kapita
0,59
meningkat
produksinya. Pada tahun 2014 – 2016 telur
Ketersediaan
sebesar
kembali
kg/kapita/tahun,
menjadi
sebesar
0,60
adalah
jumlah suatu produk atau komoditas yang Tabel 7.5. Penyediaan, penggunaan dan ketersediaan telur ayam buras tahun 2010-2013 serta prediksi tahun 2014 – 2016 No. A.
1. 2. 3. 4.
B. 1. 2. 3.
4. 5. C.
Uraian Penyediaan (000 ton) Produksi - Masukan - Keluaran *) Impor Ekspor Perubahan Stok Penggunaan (000 ton) Pakan Bibit Diolah untuk : - makanan - bukan makanan Tercecer Bahan Makanan Ketersediaan per kapita (Kg/kapita/tahun)
Tahun 2010
2013*)
2014**)
2015**)
2016**)
176
2011 188
197
201
208
213
217
176
188
197
201 201
208 208
213 213
217 217
176
2012
187
197
44
47
49
50
7 125 0,52
7 133 0,55
8 140 0,57
8 143 0,57
Sumber : Neraca Bahan Makanan (NBM) Keterangan : *) Tahun 2013 angka sementara
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
52
53
54
-
-
-
8 148 0,59
8 152 0,60
8 154 0,60
**) Angka prediksi Pusdatin
57
Buletin Konsumsi Pangan
0,75
0,52
0,57
0,57
0,55
0,59
0,60
0,60
(kg/kapita/thn)
0,50
0,25
0,00
Gambar 7.6 Perkembangan ketersediaan telur ayam buras per kapita pertahun di Indonesia, tahun 2010 – 2016*) Perbandingan konsumsi telur ayam buras
(Susenas)
dengan
kg telur ayam buras 18 butir), yang
penyediaan
berkisar
konsumsi (NBM) periode 2010 – 2016
(2010)
tampak
(2016).
mengalami
surplus
setelah
antara
0,31
kg/kapita/tahun
hingga
0,49
kg/kapita/tahun
disetarakan satuannya dalam kg (asumsi 1 Tabel 7.6. Perbandingan konsumsi perkapita rumah tangga (Susenas) dengan ketersediaan (NBM) komoditas telur ayam buras, 2010 – 2016 Variabel
2010
2011
Tahun (kg/kapita/tahun) 2012 2013 2014*
2015*
2016*
Konsumsi Rumah Tangga, Susenas **)
0,21
0,21
0,15
0,14
0,15
0,13
0,11
Ketersediaan, NBM
0,52
0,55
0,57
0,57
0,59
0,60
0,60
Selisih
0,31
0,34
0,42
0,43
0,44
0,47
0,49
Sumber : Susenas BPS, NBM BKP Kementan Keterangan : *) Angka prediksi Pusdatin, Kementan
**) Diasumsikan 1 kg telur ayam buras=18 butir
7.4. Perkembangan serta Prediksi Penyediaan, Penggunaan dan Ketersediaan Telur Itik di Indonesia Komponen
penyediaan
telur
Sedangkan komponen penggunaan telur itik hanya terdiri dari tiga komponen yaitu sebagai bahan makanan, bibit dan bagian itik
hanya terdiri dari produksi, sementara untuk impor dan ekspor tidak ada nilainya.
58
yang tercecer.
Secara rinci penyediaan
dan penggunaan telur itik tahun 2009 – 2013 dapat dilihat pada Tabel 7.7. Pada
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Buletin Konsumsi Pangan periode
tersebut,
rata-rata
total
adanya
peningkatan
penggunaan
Produksi telur itik tahun 2010 yaitu sebesar
makanan, masing-masing sebesar 224 ribu
245
ton, 234 ribu ton
ton
dan
terus
mengalami
itik
dalam
penyediaan telur itik berasal dari produksi. ribu
telur
kembali sebagai
bahan
dan 242 ribu ton.
peningkatan hingga tahun 2013 menjadi
Menurut metode perhitungan NBM, jumlah
272 ribu ton. Peningkatan produksi telur
penggunaan
itik ini menyebabkan penyediaan telur itik
sebesar 3,86% dari total penyediaan dalam
juga meningkat. Namun karena penyediaan
negeri. Dari perhitungan tersebut, telur itik
hanya terdiri dari komponen produksi maka
yang tercecer pada tahun 2010 hingga
penyediaan
tahun
telur
itik
sama
dengan
produksinya.
itik
yang
tercecer
2013 mengalami peningkatan dari
10 ribu ton pada tahun 2010 menjadi 11
Komponen penggunaan telur itik di Indonesia
telur
terutama
adalah
ribu ton pada tahun 2013 seiring dengan
digunakan
pola peningkatan produksinya. Pada tahun
untuk bibit, bahan makanan dan tercecer.
2014 – 2016 telur itik yang tercecer
Telur itik yang digunakan untuk bibit
diprediksikan akan menjadi sebesar 10 ribu
mencapai proporsi rata-rata 12,51% dari
ton pada tahun 2014 dan 11 ribu ton pada
total penggunaan telur itik nasional. Pada
tahun 2015 dan 2016.
tahun 2010 penggunaan telur itik untuk
Ketersediaan
per
kapita
adalah
bibit mencapai 33 ribu ton dan terus
jumlah suatu produk atau komoditas yang
mengalami peningkatan hingga menjadi 37
digunakan sebagai bahan makanan dibagi
ribu ton pada tahun 2013. Prediksi tahun
dengan jumlah penduduk. Perkembangan
2014 hingga tahun 2016 memperlihatkan
ketersediaan telur itik per kapita pada
adanya
tahun 2010 hingga 2013 mengalami rata-
peningkatan
penggunaan
telur
kembali
itik
dalam
sebagai
bibit,
rata
peningkatan
sebesar
1,42%
per
masing-masing sebesar 35 ribu ton, 36 ribu
tahun. Pada tahun 2010 ketersediaan telur
ton
itik
dan 38 ribu ton. Telur itik yang
digunakan
untuk
bahan
makanan
per
kapita
kg/kapita/tahun
dan
sebesar terus
0,84
meningkat
mencapai proporsi rata-rata 83,13% dari
hingga tahun 2013 menjadi sebesar 0,90
total penggunaan telur itik nasional. Pada
kg/kapita/tahun. Pada tahun 2014, 2015
tahun 2010 penggunaan telur itik untuk
dan 2016 ketersediaan telur itik per kapita
bahan makanan mencapai 202 ribu ton dan
diprediksikan
terus mengalami peningkatan menjadi 225
sebesar
ribu ton pada tahun 2013. Prediksi tahun
kg/kapita/tahun dan 0,94 kg/kapita/tahun
2014 hingga tahun 2016 memperlihatkan
(Tabel 7.7).
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
0,89
masing-masing kg/kapita/tahun,
menjadi 0,92
59
Buletin Konsumsi Pangan Tabel 7.7. Penyediaan, penggunaan dan ketersediaan telur itik tahun 2010-2013 serta prediksi tahun 2014 – 2016 No.
Tahun
Uraian
2010
A. Penyediaan (000 ton) 1. Produksi - Masukan - Keluaran *) 2. Impor 3. Ekspor 4. Perubahan Stok B. Penggunaan (000 ton) 1. Pakan 2. Bibit 3. Diolah untuk : - makanan - bukan makanan 4. Tercecer 5. Bahan Makanan C. Ketersediaan per kapita (Kg/kapita/tahun)
2011
2012
2013*)
2014**)
2015**)
2016**)
245
256
265
272
270
281
291
245 245
256 256
265 265
272 273
270 270
281 281
291 291
33
35
36
37
35
36
38
10 202 0,84
10 212 0,87
10 219 0,89
11 225 0,90
10 224 0,89
11 234 0,92
11 242 0,94
Sumber : NBM, Kementerian Pertanian diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka sementara **) Angka Prediksi Pusdatin
0,96
0,94
0,94
0,92
0,92
0,89
(kg/kapita/tahun)
0,90
0,89
0,87
0,88 0,86
0,90
0,84
0,84 0,82 0,80 0,78
0,76 0,74 0,72 0,70 2010
2011
2012
2013
2014*)
2015*)
2016*)
Gambar 7.7 Perkembangan ketersediaan telur itik per kapita pertahun di Indonesia, tahun 2010 – 2016 Perbandingan konsumsi telur itik
kg sama dengan 10 butir telur itik), yang
(Susenas) dengan penyediaan konsumsi
berkisar
(NBM) periode
(2010)
2010 – 2016
tampak
mengalami surplus ketersediaan setelah
antara
0,59
kg/kapita/tahun
hingga
0,78
kg/kapita/tahun
(2016).
disetarakan terhadap satuan kg (asumsi 1
60
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Buletin Konsumsi Pangan Tabel 7.8. Perbandingan konsumsi perkapita rumah tangga (SUSENAS) dengan ketersediaan (NBM) komoditas telur itik, 2010 – 2016 Tahun (kg/kapita/tahun) 2010 2011 2012 2013 2014* 2015* 2016* 0,25 0,28 0,22 0,18 0,19 0,17 0,15 0,84 0,87 0,89 0,90 0,89 0,92 0,94 0,59 0,59 0,67 0,72 0,70 0,75 0,78
Variabel Konsumsi Rumah Tangga, Susenas **) Ketersediaan, NBM Selisih
Sumber : Susenas, BPS dan NBM BKP Kementan Keterangan : *) Angkal prediksi Pusdatin, Kementan
**) Diasumsikan 1 kg telur itik = 10 butir
7.5. Penyediaan Telur di beberapa negara di Dunia Berdasakan data FAO, rata-rata total penyediaan telur dunia periode tahun 2007 – 2011 mencapai 56,33 juta ton. Pada periode ini total penyediaan telur dunia cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Dari Tabel 7.9 total
penyediaan telur terbesar di dunia terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 61,57 juta ton.
Cina
merupakan
negara
terbesar
dalam penyediaan telur sebagai bahan makanan
penduduknya
pada
periode
tersebut. Sepuluh negara dengan total penyediaan telur terbesar di dunia secara rinci dapat dilihat pada Tabel 7.7. Sepuluh negara tersebut adalah Cina, Amerika Serikat, India, Jepang, Rusia, Meksiko, Brazil, Indonesia, Jerman dan Perancis. Rata-rata total penyediaan telur di Cina pada periode tahun 2007 -2011 mencapai 24,92 juta ton per tahun atau 42% dari total penyedian telur dunia.
Tabel 7.9. Negara dengan penyediaan telur terbesar di dunia, 2007 – 2011 No.
Negara
2007
2008
Tahun (Ton) 2009
2010
2011
Rata-rata
Share %
Kumulatif %
1
Cina
23.253.687
24.808.831
25.158.761
25.544.070
25.839.373
24.920.944
42,00
42,00
2
Amerika Serikat
4.324.367
4.288.377
4.325.067
4.378.632
4.373.218
4.337.932
7,31
49,32
3 4 5
India Jepang Federasi Rusia
2.435.198 2.496.065 2.046.414
2.530.210 2.466.568 2.037.886
2.681.148 2.415.648 2.094.024
2.831.140 2.424.261 2.153.280
2.924.136 2.405.778 2.176.892
2.680.366 2.441.664 2.101.699
4,52 4,12 3,54
53,83 57,95 61,49
6 7 8 9 10
Meksiko Brazil Indonesia Jerman Prancis Negara Lainnya Dunia
1.974.733 1.419.906 946.653 997.340 997.340 15.433.844 56.325.547
2.008.504 1.458.665 1.029.075 1.010.877 1.010.877 15.712.872 58.362.742
2.029.187 1.543.112 1.140.946 1.015.555 1.015.555 16.129.177 59.548.180
2.044.708 1.632.809 1.224.718 1.031.589 1.031.589 16.546.141 60.842.937
2.109.839 1.723.996 1.029.075 1.056.736 1.056.736 16.871.409 61.567.188
2.033.394 1.555.698 1.074.093 1.022.419 1.022.419 16.138.689 59.329.319
3,43 2,62 1,81 1,72 1,72 27,20 100
64,92 67,54 69,35 71,07 72,80 100,00
Sumber : http://faostat.fao.org diolah Pusdatin
Amerika menempati urutan ke-2
total penyediaan dunia sebesar 7,31%.
dengan rata-rata total penyediaan sebesar
Delapan negara lainnya memiliki kontribusi
4,34 juta ton dengan kontribusi terhadap
terhadap total penyediaan dunia dibawah
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
61
Buletin Konsumsi Pangan 5% saja. Pada periode 2007-2011, rata-
Persentase
rata penyediaan telur di Indonesia hanya
telur ke-10 negara terbesar di dunia
sebesar 1,07 juta ton menempati urutan
termasuk Indonesia dapat dilihat pada
kedelapan dengan kontribusi terhadap total
Gambar 7.8.
penyediaan
dunia
sebesar
kontribusi
total
penyediaan
1,81%.
27,20%
42,00%
1,72% 1,72% 1,81% 2,62% 3,43% 3,54%
4,12%
4,52%
7,31%
Cina
Amerika Serikat
India
Jepang
Federasi Rusia
Meksiko
Brazil
Indonesia
Jerman
Prancis
Negara Lainnya
Gambar 7.8. Negara dengan penyediaan telur terbesar di dunia, share terhadap rata-rata 2007 - 2011 7.6. Ketersediaan Telur Per Kapita per Tahun di Dunia Menurut data FAO, pada periode
dengan rata-rata ketersediaan telur per kapita terbesar di dunia yakni mencapai 19,24 kg/kapita/tahun. Jika dilihat untuk
tahun 2007 - 2011 terdapat lima negara
negara-negara
dengan peringkat ketersediaan per kapita
bahwa Brunai Darussalam, Malaysia dan
terbesar dunia yaitu Paraguay, Jepang,
Thailand
Cina, Meksiko dan Denmark.
ketersediaan
Rata-rata
Asia
merupakan
Tenggara, negara
perkapita
terlihat dengan terbesar
ketersediaan per kapita dunia sebesar 8,80
dibandingkan negara-negara Asia Tenggara
kg/kapita/tahun, dimana kelima negara
lainnya seperti Indonesia dan Philipina
terbesar tersebut jauh lebih tinggi di atas
hanya sekitar 5-4 kg/kapita/tahun. Brunei
rata-rata
Darussalam memiliki peringkat ke-10 di
dunia.
Perkembangan
ketersediaan telur ayam ras per kapita di
dunia
dunia tahun 2007 -2011 dapat dilihat pada
sebesar 14,74 kg/kapita/tahun. Malaysia,
Tabel 7.10 di bawah ini.
dan Thailand menempati urutan ke-26 dan
Selama periode 2007-2011 terlihat negara
62
paraguay
merupakan
negara
dengan
rata-rata
ketersediaan
38 dengan rata-rata ketersediaan perkapita masing-masing sebesar 12,78 kg/kapita/
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Buletin Konsumsi Pangan tahun
dan
10,96
kg/kapita/tahun.
kapita/tahun. Perkembangan ketersediaan
menempati urutan
telur per kapita negara-negara di dunia
ke-107 dunia dengan rata-rata jauh di
tahun 2007-2011 tersaji secara lengkap
bawah rata-rata dunia yaitu hanya 4,62 kg/
pada Gambar 7.9.
Sementara Indonesia
Tabel 7.10. Ketersediaan telur per kapita per tahun di beberapa negara di dunia, 2007 – 2011 No
Negara
1
Paraguay 2 Jepang 3 Daratan Cina 4 Meksiko 5 Denmark : : 10 Brunei Darussalam 26 Malaysia 38 Thailand 107 Indonesia 115 Philipina Dunia
2007 19,00
Tahun (Kg/kapita/tahun) 2008 2009 2010 19,40 19,50 19,30
2011 19,00
Rata-rata 19,24
19,60 17,10 17,40 19,00 : 13,30 12,50 10,00 5,00 4,00
19,40 18,20 17,50 18,90 : 14,90 10,80 10,10 4,70 4,00
19,00 18,30 17,40 16,80 : 15,20 12,20 11,30 4,50 4,20
19,00 18,50 17,30 16,50 : 15,10 14,60 11,60 4,70 4,30
18,90 18,60 17,70 15,20 : 15,20 13,80 11,80 4,20 4,30
19,18 18,14 17,46 17,28 : 14,74 12,78 10,96 4,62 4,16
8,60
8,80
8,80
8,90
8,90
8,80
Sumber : http://faostat.fao.org diolah Pusdatin
20,00
(Kg/Kapita/Tahun)
18,00 16,00 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 -
Gambar 7.9. Perkembangan ketersediaan telur per kapita beberapa negara di dunia, rata-rata 2007 – 2011
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
63
Buletin Konsumsi Pangan
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. Survei Sosial Ekonomi Nasional, Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia tahun 1993 sampai dengan tahun 2013. Jakarta. Badan Pusat Statistik. Survei Sosial Ekonomi Nasional, Konsumsi Kalori dan Protein Penduduk Indonesia tahun 2007 sampai dengan tahun 2013. Jakarta. Badan Ketahanan Pangan. Kementerian Pertanian. Neraca Bahan Makanan Indonesia Tahun 1993 sampai dengan Tahun 2013. Jakarta Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Indonesia. Jakarta. http://apps.fas.usda.gov/psdonline/psdQuery.aspx. [terhubung berkala]. http://faostat.fao.org/site/609/default.aspx#ancor. [terhubung berkala]. http://www.iptek.net.id/ind/ pd_tanobat. [terhubung berkala]. http://www.sitkes.com/khasiat-bawang-putih.html. [terhubung berkala]. Kementerian Pertanian. 2010. Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2010 – 2014. Jakarta. Khasiat dan Kandungan Gizi Telur: http://www.updatekeren.com/2013/04/khasiat-dankandungan-gizi-telur.html [terhubung berkala]. Saliem,H P, M. Ariani, Y.Marisa dan T.B. Purwantini. 2002. Analisis Kerawanan Pangan Wilayah dalam Perspektif Desentralisasi Pembangunan. Laporan Hasil Penelitian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor. Telur ayam, Si bulat Kaya Manfaat. http://www.anneahira.com/telur.htm [terhubung berkala]. Wikipedia. 2014. berkala].
Kacang
Hijau.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kacang_Hijau.
[terhubung
Wikipedia. 2014. Bawang putih. http://id.wikipedia.org/wiki/Bawang Putih. [terhubung berkala]. Wikipedia. 2014. Pisang. http://id.wikipedia.org/wiki/Pisang. [terhubung berkala]. Wikipedia. 2014. Pisang. http://id.wikipedia.org/wiki/Produksi Pisang di Indonesia. [terhubung berkala].
64
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian