BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang
Sejak kecil masyarakat Indonesia selalu diajarkan mengenai empat sehat lima sempurna sebagai makanan yang paling sehat, yang sebenarnya hal tersebut sudah tidak berlaku lagi karena bukti ilmiah yang tidak cukup kuat dan tidak diperbaharui sesuai jaman. USDA (United States Department of Agriculture) pertama kali menciptakan food guide pyramid pada tahun 2011 mengubahnya menjadi MyPlate sebagai ikon yang lebih simpel dan mudah dimengerti. Kemudian ahli nutrisi di Harvard School of Public Health memperbaharui kekurangan-kekurangan yang terdapat pada MyPlate menjadi Healthy Eating Plate. Healthy Eating Plate menyediakan petunjuk yang detail dengan format yang simpel untuk membantu memilih makanan yang paling tepat. Di dalam Healthy Eating Plate, sayur dan buah merupakan gizi yang paling penting dengan porsi yang paling banyak yaitu setengah piring. Karbohidrat seperempat piring serta protein seperempat piring, lalu ditambah dengan minyak secukupnya, cairan seperti air mineral, jus, dan susu, serta olahraga. Pola makan ini sebisa mungkin diajarkan sejak dini agar tidak terjadi kekurangan gizi maupun obesitas. Sayur yang merupakan makanan yang paling penting dalam Healthy Eating Plate, juga mempunyai banyak sekali manfaat yang baik untuk tumbuh kembang anak. Gould
1
dan Taylor (2007) mengatakan bahwa sayur-sayuran menyediakan nutrisi yang menghasilkan kekebalan tubuh serta pembentukan dan perkembangan (hlm. 44). Namun fakta anak tidak menyukai sayuran sudah tidak dapat dipungkiri lagi. Pratitasari (n.d.) mengatakan beberapa penyebabnya yaitu, anak yang tidak dibiasakan makan sayuran sejak dini, penyajian makanan yang kurang menarik, cita rasa “tidak enak” untuk anak, sayur menjadi menu wajib sebagai lauk-pauk, serta sayur menjadi menu khusus untuk anak. Salah satu cara untuk mengatasi masalah anak susah mengkonsumsi sayuran yaitu dengan mengajak anak untuk ikut membantu memasak di dapur. Ketika anak terlibat dalam persiapan dan merencanakan makanan yang akan dimakan kemungkinan besar anak mau untuk mencoba sayuran yang baru (Bean, 2007, hlm. 32). Hal yang sama juga dikatakan oleh Massey (2007) bahwa dengan membuat mengkonsumsi sayuran menjadi menyenangkan untuk anak. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melibatkan anak dalam memilih resep yang anak inginkan, persiapan bahan-bahan serta memasak akan membantu anak untuk mencoba sesuatu yang baru. Untuk membantu anak mengkonsumsi sayuran dengan menyenangkan serta orangtua dapat menyediakan makanan dengan gizi yang tepat untuk anak, maka diperlukan media agar hal tersebut bisa dicapai. Penulis memilih untuk membuat sebuah buku panduan ilustrasi karena kecocokannya terhadap metode instruksi serta belajar anak. Buku panduan merupakan buku yang berisi instruksi yang praktis dan cara yang tertata secara baik agar pembaca dapat menyelesaikan aktifitas yang terdapat dibuku (Fawcett, 2011, hlm. 21). Hal ini kemudian digabungkan dengan ilustrasi yang tidak bisa lepas dari buku anak-anak, karena
2
anak masih mempunyai kemampuan membaca yang terbatas dan gampang terpesona dengan visual yang bagus. Ilustrasi juga menggambarkan hal-hal yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata (Muktiono, 2003, hlm. 81). Perancangan buku ilustrasi panduan memasak untuk anak ini diharapkan dapat membantu anak agar mengkonsumsi sayuran serta para orangtua bisa mencukupi nutrisi yang diperlukan untuk tumbuh kembang anak. 1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu sebagai berikut, bagaimana merancang buku ilustrasi panduan memasak mengajarkan mengkonsumsi sayuran yang ditujukan untuk anak-anak? 1.3.
Batasan Masalah
Ruang lingkup pembahasan masalah ini adalah: Target primer perancangan buku interaktif ini yaitu anak usia 5-7 tahun dan target sekunder yaitu para orangtua di daerah Jakarta. Pembahasan dalam buku ini hanya akan berfokuskan pada 15 buah resep bergizi untuk anak. 1.4.
Tujuan Tugas Akhir
Tujuan dari perancangan buku ini adalah merancang buku ilustrasi panduan memasak untuk mengajarkan mengkonsumsi sayuran yang sesuai dengan target pasar yaitu anak-anak.
3
1.5.
Manfaat Tugas Akhir
Manfaat dari perancangan buku ilustrasi interaktif ini yaitu: a. Secara akademis, menggunakan sisi seni dan desain untuk mengajarkan dan meningkatkan ketertarikan anak dalam mengkonsumsi sayur dengan cara yang menyenangkan. b. Segi masyarakat, perancangan ini bermanfaat untuk mengatasi masalah anak terhadap mengkonsumsi sayur, membuktikan bahwa sayuran enak untuk dimakan, dan agar anak bisa mendapatkan gizi yang tepat dalam tumbuh kembangnya. 1.6.
Metode Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam perancangan buku ilustrasi panduan memasak di Jakarta adalah dengan menggunakan metode kuesioner, studi pustaka, observasi, dan wawancara. 1. Wawancara Wawancara dilakukan kepada para ibu yang mempunyai anak berumur 5-7 tahun untuk memahami masalah mengenai ketidaksukaan anak terhadap sayur. Kemudian wawancara terhadap psikolog untuk mengetahui penanganan yang tepat dalam masalah tersebut. 2. Survei Survei dilakukan untuk mendapatkan data deskriptif mengenai data penelitian. Penulis menggunakan pendekatan deskriptif untuk mengetahui preferensi, perilaku, dan objek perhatian target. Survei dilakukan pada anak umur 5-7
4
tahun di daerah Jakarta dengan pertanyaan mengenai preferensi warna, gambar, dan tulisan. 3. Studi Pustaka Menurut Ruslijanto (1999) studi pustaka merupakan suatu karangan ilmiah yang berisi pendapat dari berbagai pakar tentang suatu masalah yang kemudian dapat ditelaah, dibandingkan, dan ditarik kesimpulannya (hlm. 78). Penulis memakai studi pustaka yang meliputi buku-buku psikologi perkembangan anak, buku mengenai gizi untuk anak, buku teori mengenai buku panduan memasak, buku prinsip desain, warna, ilustrasi yang sesuai untuk anak. 4. Studi Eksisting Studi eksisting dilakukan oleh penulis untuk membandingkan buku ilustrasi panduan memasak yang akan dirancang dengan buku yang sudah ada sebagai referensi penulis untuk merancang buku tersebut. 1.7.
Metode Perancangan
Metode Perancangan yang dilakukan yaitu pertama penulis melihat masalah yang ingin diangkat, penulis melakukan riset terhadap masalah tersebut. Setelah datadata terkumpul, penulis mulai melakukan brainstorming untuk mendapatkan ideide dan konsep. Lalu dilanjutkan dengan membuat sketsa serta dummy untuk melihat ukuran yang sesuai ketika dicetak, setelah selesai lanjut ke proses digital. Dalam proses digital ini, penulis melakukan layouting agar buku tampak menarik. Desain yang sudah ada akan diangkat ke proses cetak. Hal-hal tersebut dilakukan bersamaan dengan membuat laporan yang mendukung tersusunnya Tugas Akhir tersebut.
5
1.8.
Skematika Perancangan
Ketidaksukaan anak terhadap sayuran karena tidak dibiasakan sejak dini Target Pasar: Anak-anak (5-7 tahun), Jakarta Media: Cetak (buku panduan), ukuran 19 x 23 cm Bahasan: Mengkonsumsi sayur Pentingnya sayur Kandungan gizi yang terdapat didalam sayur Resep bergizi yang mengutamakan sayur
Bagaimana merancang desain buku ilustrasi interaktif untuk mengajarkan mengkonsumsi sayuran kepada anak-anak
Dapat membantu anak untuk lebih mengenal dan mau menyantap sayur-sayuran serta membantu para orangtua untuk mengajarkan anaknya tentang sayur-sayuran.
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, survei, studi pustaka dan existing studies
Analisa dilakukan melalui data primer + sekunder
Konsep desain yang digunakan yaitu gaya ilustrasi yang simpel, warna yang cerah, format tulisan dan gambar yang besar
Digitalisasi karya dimulai dari, sketsa, scan, tracing, coloring, layouting, dan memasukan teks
Produksi karya
6