BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Menurut perkiraan United States Bureau of Census 1993, populasi lanjut usia di Indonesia diproyeksikan pada tahun 1990 – 2023 akan naik 414 %, suatu angka tertinggi di seluruh dunia, dan diperkirakan pada tahun 2020 Indonesia akan menempati urutan keempat jumlah lanjut usia paling banyak sesudah Cina, India, dan Amerika Serikat (Budi-Darmojo et Martono, 2010). Kejadian tersebut akan berdampak pada semakin tingginya masalah yang akan dihadapi baik secara biologis, psikologis dan sosiokultural. Depresi merupakan problem kesehatan masyarakat yang cukup serius. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa depresi berada pada urutan ke empat penyakit di dunia. Sekitar 20% wanita dan 12% pria dalam suatu waktu kehidupannya pernah mengalami depresi (Amir, 2005). Depresi merupakan gangguan afektif yang ditandai dengan adanya mood yang sedih, hilang minat dan mudah putus asa. Individu yang terkena depresi pada umumya menunjukkan gejala psikis, gejala fisik dan sosial yang khas, seperti murung, sedih berkepanjangan, sensitif, mudah marah dan tersinggung, hilang semangat kerja, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya konsentrasi dan menurunnya daya tahan tubuh (Stuart et Laria, 1998). Depresi pada lansia adalah kondisi yang umum terjadi. Kondisi ini berhubungan dengan patofisiologi yang komplek dan belum jelas mekanisme yang berperan secara pasti. Prevalensi depresi mayor pada lanjut usia sekitar 2% dimana prevalensi sindrom depresi pada lanjut usia secara keseluruhan adalah
1
2
sekitar 13%. Hal ini sering berhubungan dengan kondisi sosial, kejadian hidup seperti kehilangan, masuk rumah sakit, menderita sakit atau merasa ditolak oleh teman dan keluarganya serta masalah fisik yang dialaminya. Depresi dapat juga terjadi akibat kondisi morbiditas, disabilitas, nyeri, kelelahan, efek obat dan malnutrisi. Kondisi depresi akan meningkatkan risiko mortalitas, disabilitas fisik dengan menurunnya motivasi beraktifitas sebagai bagian dari proses penuaan (Yanagita et al., 2006). Endothelin
adalah
suatu
protein
yang
termasuk
dalam
peptida
vasokonstriksi yang diproduksi oleh sel endotelial. Endothelin pada manusia terdiri dari 3 macam : endothelin-1 (ET-1), endothelin-2 (ET-2) dan endothelin-3 (ET-3). Endothelin pada manusia saat ini diketahui sebagai vasokonstriktor yang paling kuat dan telah diketahui memiliki efek vasokonstriksi 100 kali lebih kuat dibandingkan dengan noradrenalin. Endothelin berhubungkan dengan berbagai proses fisiologis dan patologis. Beberapa penyakit yang berhubungan dengan disregulasi endothelin yaitu hipertensi arterial, gagal jantung, aterosklerosis, penyakit ginjal bahkan juga dapat memicu terjadinya kanker (Barton dan Yanagisawa, 2008). Penelitian yang dilakukan selama 30 tahun terakhir telah secara konsisten menunjukkan bahwa depresi secara independen memberikan kontribusi prognosis yang lebih buruk pada pasien dengan Acute Coronary Sindrome (ACS). Peningkatan keparahan gejala depresi berhubungan peningkatan kadar ET-1, tiap poin peningkatan tingkat keparahan depresi secara independen meningkatkan 14% kadar ET-1 plasma (Burg et al., 2011). Hasil yang berbeda didapatkan pada penelitian yang dilakukan Lederbogen et al., (1999) dimana pada pasien dengan
3
depresi dibandingkan dengan kontrol sehat tanpa depresi kadar ET-1 plasma tidak berbeda (Lederbogen et al., 1999). Modalitas terapi depresi terdiri dari tiga hal yaitu intervensi psikososial, farmakoterapi dan terapi kombinasi (Baldwin et Mayers, 2003). Selain ketiga modalitas terapi tersebut, terdapat mind and body intervention yang juga direkomendasikan untuk dipakai sebagai terapi alternatif. Meditasi, yoga, dan latihan pernafasan sebagai terapi komplementer saat ini didapatkan peningkatan penggunaanya. Survei terbaru pada populasi juga melaporkan tentang penggunaan meditasi, relaksasi dan latihan pernafasan untuk mengatasi ansietas, depresi dan nyeri kronik (Koithan, 2009). Latihan pasrah diri (LPD) merupakan salah satu metode dalam mind and body intervention, yaitu suatu metode yang memadukan antara relaksasi dan dzikir dengan fokus latihan pada pernafasan dan kata yang terkandung di dalam dzikir (relaxation and repetitive prayer) untuk membangkitkan respons relaksasi yang diharapkan mampu memperbaiki gejala stres ataupun gejala depresi (Dharma, 2006). Latihan pasrah diri pada lanjut usia dengan simtom depresi diharapkan dapat menurunkan kadar ET-1 plasma. B. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian ini adalah apakah latihan pasrah diri dapat menurunkan kadar endothelin-1 plasma pada lanjut usia dengan simtom depresi?
4
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah mind and body intervention berupa latihan pasrah diri dapat menurunkan kadar ET-1 plasma pada lanjut usia dengan simtom depresi. D. Manfaat Penelitian 1.
Bagi pasien, penelitian ini dapat memberikan harapan pada lanjut usia yang mengalami simtom depresi diharapkan kadar ET-1 plasma membaik dengan dilakukanya LPD.
2.
Bagi peneliti dapat mengetahui apakah LPD dapat menurunkan kadar ET-1 pada lanjut usia dengan simtom depresi.
3.
Bagi institusi memberikan data tentang pengaruh LPD terhadap kadar ET-1 pada lanjut usia dengan simtom depresi sehingga dapat dijadikan acuan dan menambah wawasan untuk penelitian selanjutnya.
4.
Bagi masyarakat, penelitian ini dapat diaplikasikan dalam pengelolaan pada lanjut usia dengan simtom depresi untuk menurunkan kadar ET-1 sehingga dapat menekan biaya pengobatan farmakoterapi dan mengurangi efek samping dari obat-obatan. E. Keaslian Penelitian Penelitian pengaruh latihan pasrah diri terhadap kadar ET-1 plasma pada
lanjut usia dengan simtom depresi sejauh ini belum pernah dilakukan sebelumnya.
5
Tabel 1. Penelitian Complementary Alternative Medicine dan kadar ET-1 plasma No
1
2
Judul Penelitian Jenis Penelitian Depression Predicts Cross Elevated Endothelin- sectional 1 in Patients with Coronary Artery Disease
Endothelin-1 Plasma Concentrations in Depressed Patients and Healthy Controls
Cross sectional
Hasil Penelitian Peneliti, tahun 101 pasien penyakit jantung Burg et al., koroner (PJK) dinilai depresi 2011 dengan Beck Depression Inventory (BDI) dan diperiksa kadar ET-1 plasma. Kesimpulan penelitian: keparahan simtom depresi memprediksi peningkatan ET1 pada pasien PJK. Dimana, tiap poin peningkatan tingkat keparahan depresi secara independent meningkatkan 14% kadar ET-1 plasma. 22 pasien depresi dan 29 Lederbogen et kontrol sehat dilakukan al., 1999 pembuktian apakah pada pasien depresi kadar ET-1 plasma lebih tinggi. Kesimpulan penelitian: Kadar ET-1 pada pasien depresi tidak meningkat dibandingkan kontrol sehat, tetapi pada grup depresi semakin tinggi kadar kortisol semakin tinggi kadar kadar ET-1(r = 0,37, p <0,12)