KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DI KELURAHAN BANTARSARI KECAMATAN BUNGURSARI KOTA TASIKMALAYA Characteristics of Urban Slum Village Bantarsari Bungursari District of Tasikmalaya Dr. Siti Fadjarajani, Dra., M.T1(
[email protected]) Tin Tien Maharani2(
[email protected]) Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Kota Tasikmalaya ABSTRAK Penelitian ini mempunyai latar belakang bahwa permasalahan mengenai permukiman kumuh perkotaan, disebabkan oleh tingginya pertumbuhan penduduk di perkotaan serta keterbatasan lahan yang dimiliki masyarakat, yang tidak diimbangi dengan prasarana lingkungan yang memadai untuk pemenuhan kebutuhan dan mempermudah aktivitas masyarakat sehari-hari.Penelitian ini bertitik tolak dari permasalahan pokok, yaitu bagaimanakah karakteristik permukiman perkotaan kumuh di Kelurahan Bantarsari Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya, serta faktor–faktor apa saja yang mempengaruhi terbentuknya Kawasan Permukimaan Kumuh Perkotaan di Kelurahan Bantarsari Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya.Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik permukiman kumuh perkotaan di Kelurahan Bantarsari Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya diantaranya yaitu karakteristik hunian, yaitu kondisi rumah yang tidak sehat (pencahayaan, udara dan toilet tidak memadai), karakteristik penghuni yaitu masyarakat kawasan permukiman (sebagian besar berpenghasilan rendah dan bekerja sebagai buruh), serta karakteristik sarana dan prasarana yaitu prasarana lingkungan yang kurang memadai. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya kawasan pemukiman kumuh perkotaan di Kelurahan Bantarsari Kecamatan Bungursari adalah status kepemilikan lahan, lama tinggal, luas lahan, harga tanah yang tinggi, kepadatan bangunan, jenis bangunan dan bahan bangunan tidak memadai, serta belum adanya bantuan dari pemerintah. Kata Kunci : Karakteristik Permukiman Kumuh Perkotaan, Kelurahan Bantarsari
This research has the background that the problem of urban slums, caused by the high urban population growth and limited land owned by the community, which is not offset by the environmental infrastructure adequate to meet the needs and simplify people's daily activities. This study starts from the fundamental problems, namely how the characteristics of urban slum settlements in the Village Bantarsari Bungursari District of Tasikmalaya, and the factors that influence the formation of Region Urban Slum Village Bantarsari Bungursari District of Tasikmalaya.The results showed that the characteristics of slum urban areas in Sub Bantarsari District of Bungursari Tasikmalaya among which the characteristics of occupancy, ie the condition of unhealthy home (lighting, air and toilet inadequate), the characteristics of the inhabitants of that community residential areas (mostly low-income and working as workers), as well as the characteristics of the infrastructure is inadequate environmental infrastructure. The factors that influence the formation of regional urban slums in Sub Bantarsari District of Bungursari is the status of land ownership, length of stay, area of land, high land prices, building density, building type and building materials are inadequate, and there is no help from the government. Keywords: Characteristics of Urban Slum, Village Bantarsari A. Latar Belakang Masalah Pembangunan perkotaan yang semakin maju, menyebabkan naiknya harga tanah dan tempat tinggal di pusat kota. Harga tanah yang sangat tinggi menyebabkan mengecilnya peluang bagi masyarakat berpenghasilan rendah untuk memiliki tempat tinggal yang layak huni.. Sulitnya mendapatkan tempat tinggal dengan harga terjangkau secara otomatis mendorong kaum berpendapatan rendah membangun tempat tinggal darurat (tidak layak huni).Apabila keadaan seperti ini dibiarkan saja tanpa pemecahan yang adil, akan membawa dampak negatif jangka panjang, yaitu menjamurnya lingkungan permukiman liar dan kumuh di berbagai penjuru kota. Salah satu kawasan permukiman kumuh terdapat di Kota Tasikmalaya, tepatnya di Kelurahan Bantarsari Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya.sebagian besar bangunannya di permukiman kumuh berbentuk semi permanen yang kualitasnya rendah ,dan dibangun terlalu berdekatan jarak antar satu rumah degan rumah lainnya, serta tidak direncanakan secara baik. Akibatnya terbentuknya suatu kawasan
permukiman yang tidak teratur yang menjadi salah satu kendala dalam pemasangan
jaringan
sarana
dan
prasarana
permukiman.sehingga
ketersediaan prasrana lingkungan di permukiman kumuh Kelurahan Bantarsari sangat minim, sehingga aktivitas warga tidak terpenuhi secara baik. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Karakteristik Permukiman Kumuh Perkotaan di Kelurahan Bantarsari Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah karakteristik permukimaan kumuh perkotaan di Kelurahan Bantarsari Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya? 2. Faktor–faktor apa saja yang mempengaruhi terbentuknya kawasan permukimaan kumuh perkotaan di Kelurahan Bantarsari Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya? C. Kajian Teori 1. Permukiman Kumuh Permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni, karena memiliki kepadatan bangunan yang sangat tinggi, dengan kualitas yang tidak memenuhi syarat, dan di bangun secara tidak beraturan (Sadana, 2014:27).Selain itu kondisi sarana dan prasarana lingkungannya juga tidak memenuhi syarat.Pada permukiman kumuh, jumlah penghuninya sangat banyak, rumah-rumahnya sangat padat dan tidak beraturan, serta kondisi sosial ekonomi penduduknya sangat rendah.Akibatnya, bangunan tempat tinggal, sarana dan prasarana lingkungan yang tersedia cenderung tidak memenuhi persyaratan teknis kesehatan. Permukiman kumuh dapat diartikan menjadi dua bagian. Pertama adalah kawasan yang proses terbentuknya karena keterbatasan kota
dalam menampung perkembangan kota, sehingga timbul kompetisi dalam
menggunakan
lahan
berkepadatan
tinggi
(Kuswartojo,
2005:67).
perkotaan.
rnerupakan Kedua
Kawasan
embrio adalah
permukiman
permukiman kawasan
yang
kumuh lokasi
penyebarannya secara geografis terdesak perkembangan kota yang semula baik, lambat laun menjadi kumuh. Perkembangan kota yang kumuh disebabkan oleh mobilitas sosial dan kondisi perekonomian yang stagnan. 2. Karakteristik Permukiman Kumuh Terdapat tiga pengaruh karakteristik kawasan menjadi kumuh, (Khomarudinm, 1997:83) yaitu karakteristik hunian, karakteristik penghuni, karakteristik sarana dan prasarana.Karakteristik hunian yaitu kondisi rumah yang tidak sehat baik pencahayaan, udara dan toilet tidak diperbaiki dengan baik, hal ini sangat rentang terhadap kebakaran.Karakteristik
penghuni,
yaitu
masyarakat
kawasan
permukiman ini sebagian besar berpenghasilan rendah dan bekerja sebagai buruh.Karakteristik sarana dan prasarana, yaitu seperti kondisi sanitasi lingkungan dan jalan lingkungan di kawasan ini yang kondisinya juga minim. Karakteristik permukiman kumuh juga dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya (Khomarudinm, 1997:83-112), adalah : a. Lingkungan yg berpenghuni padat (melebihi 500 org per Ha) b. Kondisi sosial ekonomi masyarakat rendah. c. Jumlah rumah sangat padat dan ukurannya di bawah standart. d. Sarana dan prasarana tidak ada atau tidak memenuhi syarat teknis dan kesehatan. e. Hunian bersifat sementara dan dibangun diatas tanah bukan milik penghuni. 3. Faktor Terbentuknya Permukiman Kumuh Secara umum, terdapat delapan faktor yang dipandang sebagai penyebab terjadinya kekumuhan (Sadana, 2014:29) yaitu:
a. Status kepemilikan lahan b. Luas lahan. c. Harga tanah yang tinggi. d. Lama tinggal. e. Kepadatan penduduk tinggi. f. Jenis bangunan dan bahan bangunan. g. Ketersediaan sarana dan prasarana lingkungan. D. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut : 1. Karakteristik permukiman kumuh perkotaan di Kelurahan Bantarsari Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya, dapat diketahui melalui: a) karakteristik hunian, yaitu kondisi rumah yang tidak sehat (pencahayaan, udara, dan kondisi toilet tidak memadai), b) karakteristik penghuni, yaitu masyarakat kawasan permukiman (sebagian besar berpenghasilan rendah dan bekerja sebagai buruh), dan c) karakteristik sarana dan prasarana, yaitu sanitasi lingkungan (ketersediaan air bersih, saluran pembuangan air hujan, saluran pembuangan air limbah rumah tangga, tempat pembuangan sampah) dan jalan lingkungan. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya kawasan pemukiman kumuh perkotaan di Kelurahan Bantarsari Kecamatan Bungursari, adalah berdasarkan status kepemilikan lahan, lama tinggal, luas lahan, harga tanah yang tinggi, kepadatan bangunan, jenis bangunan dan bahan bangunan tidak memadai, serta belum adanya bantuan dari pemerintah. E. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini metode penulisan yang digunakan yaitu pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode dekriptif, penulis mencoba mengkaji lebih jela masalah yang brkaitan dengan penulisan yang sedang dilaksanakan.
Selain teknik penelitian di atas, penulis juga menggunakan teknik penelitian yang lain yaitu, teknik pengamatan/observasi, teknik kuisioner, teknik wawancara, studi dokumentasi, studi literatur. F. Populasi dan Sampel Populasi pada penulisan ini meliputi,
penduduk kawasan
permukiman kumuh di Kelurahan Bantarsari sebanyak 66 Kepala Keluarga (KK), Kepala Kelurahan Bantarsari, Koordinator UP BKM Kelurahan Bantarsari dan Kepala Dinas Cipta Karya. Adapun jumlah sampelnya sebagai berikut : 1. Sampel penduduk, diambil dengan total sampling. Jumlah populasi sebanyak 66 KK, sehingga sampel pendududk diambil sebanyak 66 KK. 2. Sampel individu, (Kepala Kelurahan Bantarsari, Koordinator UP BKM Kelurahan Bantarsari dan Kepala Dinas Cipta Karya) diambil dengan purposive sampling. Sehingga masing-masing sampel diambil 1 orang dari setiap populasi. G. Teknik Pengolahan dan Analisi Data Analisis
data
dilakukan
dengan
menggunakan
klasifikasi
presentase, apabila telah diperoleh maka penulis akan mengolah data tersebut sehingga dapat bermanfaat bagi pembuatan penulisan.Analisis presentase, digunakan dengan melihat angka jumlah responden dengan angka presentase dengan tujuan untuk mengetahui kecenderungan responden dan fenomena-fenomena di lapangan. H. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Bantarsari Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya.Dilaksanakan mulai bulan September 2015 hingga selesai. I. Pembahasan 1. Kawasan
Permukiman
Kumuh
Perkotaan
di
Bantarsari Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya
Kelurahan
Kelurahan Bantarsari merupakan wilayah penyangga Balai Kota, karena lokasinya dekat dengan Kantor Walikota ataupun dekat dengan pusat kota. Akan tetapi kawasan kumuh masih terdapat di wilayah ini.Kondisi faktual yang relatif kontas terlihat, bila kita melewati jalur jalan Bantarsari terdapat rumah- rumah besar yang mewah, akan tetapi di dalam gang-gang ataupun dibelakang rumah-rumah mewah tersebut, terdapat kawasan permukiman kumuh, yang belum tentu orang-orang tau akan keberadaan kawasan tersebut. Kondisi ketimpangan sosial terlihat jelas di daerah tersebut, hal itu merupakan suatu permasalahan dalam bidang ekonomi, tingkat kemampuan warga yang memiliki uang dan bisa membangun rumah yang layak dan kondisi warga yang tidak sanggup untuk memperbaiki rumah yang di tempatinya. Lokasi permukiman kumuh yang diteliti merupakan hasil dari penentuan permukiman kumuh berdasarkan kriteria kumuh dari Kelurahan Bantarsari bekerjasama dengan Unit Pengelolaan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM).Daerah permukiman kumuh yang diteliti terbagi ke dalam beberapa Rukun Warga yang berbeda dan tersebar di sembilan (9) RW di Kelurahan Bantarsari, yaitu sebanyak 66 rumah kumuh.Sebaran di 9 RW yang terdapat permukiman kumuh, untuk lebih jelasnya penulis dapat dilihat berdasarkan foto udara, pada Gambar 1.
Gambar 1 Lokasi Permukiman Kumuh di Kelurahan Bantarsari Konidisi
yang ada permukiman kumuh perkotaan di Kelurahan
Bantarsari, karena di kawasan permukiman kumuh jumlah penduduknya sangat tinggi, ehingga terlihat jelas kepadatn bangunan yang terdapat di kawasan permukiman kumuh. karena warga di permukiman kumuh sebagian besar miskin, tidak memiliki kemampuan untuk pemenuhan kebutuhan akan hunian yang layak. sehingga terlihat jelas kawasan permukiman kumuh yang dicirikan dengan bangunan rumah warga dengan kualitas yang sangat rendah.
Gambar 3 Kondisi rumah tidak permanen yang tidak layak huni
Gambar 4 Kondisi bahan bangunan yang hampir ambruk
Gambar 5 Kondisi Lingkungan Kawasan Permukiman Kumuh 2. Karakteristik Permukiman Kumuh Perkotaan di Kelurahan Bantarsari Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya Karakteristik
permukiman kumuh
perkotaan
di
Kelurahan
Bantarsari dapat dilihat pada 3 aspek yaitu : a. Karakteristik Hunian Kondisi
fisik
bangunan rumah warga di
kawasan
permukiman kumuh, ukurannya relative kecil dengan kondisi bangunannya tidak memadai.Sebagian besar di permukiman kumuh, Kelurahan Bantarsari setiap satu rumah di kawasan dihuni oleh beberapa Kepala Keluarga yang berbeda dengan jumlah yang relatif banyak, antara 3-4 KK.Sehingga antara jumlah penghuni dengan rumah yang dimiliki tidak seimbang, Hal tersebut mengakibatkan kondisi rumah yang udaranya pengap dan tidak sehat, dengan pencahayaan yang kurang baik. b. Karakteristik Penghuni Warga yang tinggal di kawasan permukiman kumuh Kelurahan Bantarsari sebagian besar bekerja sebagai buruh dan memiliki pendapatan
yang
rendah.
Sehingga
dalam
hal
pemenuhan kebutuhan akan hunian yang baik sulit untuk terpenuhi, karena untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari saja sudah sulit. c. Karakteristik Sarana Dan Prasarana Ketersediaan prasarana lingkungan di permukiman kumuh Kelurahan Bantarsari sangat minim, seperti saluran pembuangan limbah rumah tangga, saluran pembuangan tinja dan saluran air hujan serta pembuangan persampahan segala aktivitas rumah lainnya, mengakibatkan, saluran air hujan, dan pembuangan
limbah rumah tangga menyatu dengan pembuangan tinja, yang seharusnya limbah tinja memiliki saluran tersendiri septic tank. Warga,
memanfaatkan
kedalaman
air
tanah
untuk
membuat sumur gali yang digunakan sebagai sumber air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, akan tetapi permasalahannya adalah kebanyakan dari penduduk membuang limbah cair, kotoran tinja dan persampahan segala aktivitas warga ke parit dan menggenang menjadi genangan air kotor . Hal itu, mengakibatkan air kotor tersebut menyerap ke permukaan tanah dan mencemari air tanah, sementara warga dipermukiman kumuh Minimya
ketersediaan
tempat
pembuangan
sampah,
sehingga warga sering membuang sampah sembarangan.Serta kondisi jalan lingkungannya pun memiliki kualitas yang rendah sehingga dapat mnghambat aktivitas warga, baik pejalan kaki maupun yang menggunakan kendaraan.Dan kurang teredianya lampu penerang jalan untuk penerangan jalan dimalam hari.
3. Faktor
yang
Permukiman
mempengaruhi
Kumuh
Perkotaan
Terbentuknya di
Kelurahan
Kawasan Bantarsari
Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya Faktor-
faktor
yang
mempengaruhi
terbentuknya
kawasan
permukiman kumuh di Kelurahan Bantarsari diantaranya terdapat dalam beberapa faktor yang berbeda yaitu berdasarkan : a. Status kepemilikan lahan Penduduk yang tinggal permukiman kumuh Kelurahan Bantarsari, sebagian besar memiliki lahan pribadi, dan mendirikan rumahnya diatas lahan kepemilikan sendiri. b. Lama tinggal Penduduk yang ada di kawasan permukiman kumuh sebagian
besar
merupakan
penduduk
asli
kawasan
permukiman kumuh, sehingga mereka sudah tinggal di
kawasan tersebut dalam jangka waktu yang cukup lama. Pola hidup yang kurang sehat sudah terbentuk sejak lama, hal itu dikarenakan tingkat
pendidikan yang rendah sehingga
pengetahuan akan hidup sehat yang bersih tidak cukup dipahami oleh warga. c. Keterbatasan luas lahan Luas
lahan
yang
terbatas,
dapat
mempengaruhi
terbentuknya permukiman kumuh, karena luas lahan yang diimiliki sangat terbatas membuat warga membangun rumah dengan seadanya. d. Harga tanah yang tinggi Karena lokasi di permukiman kumuh cukup strategis membuat harga tanah tiap tahunnya berubah-ubah menjadi semakin tinggi.Tidak ada usaha warga untuk menjual tanah karena tidak mempunyai kemampuan untuk menjual hal itu dipengaruhi oleh tingkat pendidikan warga yang rendah pula, membuat warga mau tidak mau tetaap tinggal di kawasan permukiman kumuh. e. Kepadatan bangunan Di permukiman kumuh Kelurahan Bantarsari kepadatan bangunannya sangat tinggi karena jumlah penduduk yang tinggi, ssehingga warga membangun rumah seadanya dengan posii yang tak beraturan. f. Jenis bangunan dan bahan bangunan tidak memadai Jenis bangunan dan bahan bangunan yang terdapat di permukiman kumuh Kelurahan Bantarsari sebagian besar merupakan rumah semi permanen, dengan bahan bangunan yang
setengah
tembok
dan
setengahnya
lagi
berupa
bilik.dengan kualitas bangunan yang sudah tidak layak lagi. g. Belum adanya bantuan dari pemerintah
Setiap tahunnya, ada program yang diberikan untuk permasalahan yang ada di kawasan permukiman kumuh di Kelurahan merata,
Bantarsari, hanya saja bantuan tersebut belum
karena
bantuan
tersebut
bergilir
berdasarkan
prioritasnya. J. Analisis Geografi Analisis yang digunakan oleh penulis adalah Analisis Keruangan, analisa keruangan mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat penting atau seri sifat-sifat penting. 1. Analisa Lokasi Lokasi merupakan variabel yang dapat mengngkapkan berbagai hal tentang gejala yang dipelajari.Lokasi dalam ruang dapat dibedakan menjadi lokasi absolut dan lokasi relative (Sumaatmadja, 1988: 118). a. Lokasi absolut Lokasi absolut adalah lokasi yang berkenaan dengan posisinya menurut garis lintang dan garis bujur atau berdasarkan jaring-jaring derajat (Sumaatmadja, 1988:118). Adapun lokasi absolut Permukiman Kumuh di Kelurahan Bantarsari berada di Kelurahan Bantarsari dengan letak geografis 7º19’21.85”S dan 108º11’11.70”E. b. Lokasi relative Lokasi relative adalah lokasi yang ditinjau dari suatu posisi tempat terhadap kondisi- kondisi wilayah-wilayah yang ada di sekitarnya (Sumaatmadja, 1988:119). Lokasi permukiman kumuh perkotaan berdasarkan lokasi relative
terletak
Bungursari
Kota
di
Kelurahan
Tasikmalaya.
Bantarsari Dengan
Kecamatan
jarak
menuju
Kecamatan Bungursari 3 Km, jarak menuju Kantor Walikota 1,5 Km dan jarak ke Ibu Kota Provinsi 140 Km.
K. Simpulan
Setelah penulis mengadakan penganalisisaan, hasil penelitian terhdapa Karakteristik permukiman kumuh perkotaan di Kelurahan Bantarsari Kecamatan Bungursari, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, sebagai berikut. 1. Karakteristik permukiman kumuh perkotaan di Kelurahan Bantarsari Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya terbagi menjadi 3 bentuk yaitu, karakteristik hunian, karakteristik penghuni dan karakteristik sarana dan prasarana. a. Karakteristik hunian di kawasan permukiman kumuh perkotaan yang ada di Kelurahan Bantarsari, bahwa kondisi rumah warga di sekitar permukiman kumuh tidak sehat, baik dari segi pencahayaan dan udara. Hal itu disebabkan karena kondisi lingkungan yang kurang sehat dan tidak adanya ruang penghijaun, menyebabkan kondisi rumah yang pengap serta kondisi pencahayaan yang kurang baik. b. Karakteristik penghuni, sebagian dari warga bekerja sebagai buruh dengan pendapatan yang rendah, sehingga adanya keterbataan kemampuan warga dalam pemenuhan kebutuhan akan rumah, termasuk kebutuhan akan listrik yang tidak terpenuhi. c. Karakteristik sarana dan prasarana di permukiman kumuh Kelurahan Bantarsari salah satunya yaitu, kondisi ketersediaan prasarna lingkungan yang kurang memadai dan sangat minim. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya kawasan permukiman kumuh perkotaan di Kelurahan Bantarsari Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya. a. Status kepemilikan lahan sebagian besar adalah milik pribadi, namun semakin sempit kepemilikan lahannya dan semakin terpinggir oleh karena desakan pembangunan perkotaan. b. Lama tinggal. Sebagian besar warga merupakan penduduk asli kawasan permukiman kumuh, sehingga sudah menetap di
kawasan permukiman kumuh dengan jangka waktu yang cukup lama. c. Luas lahan. Lahan yang dimiliki oleh warga di kawasan permukiman kumuh, memiliki luas yang sempit sehingga banguan rumah yang dimilikinya pun sangat kecil, dan tidak ada pembagian ruang dalam rumah nya. d. Harga tanah yang tinggi. Karena daerah permukiman kumuh merupakan daerah yang strategis sehingga harga tanah di kawasan permukiman kumuh tiap tahunnya semakin tinggi, akan tetapi masyarakat di permukiman kumuh tidak memiliki kemampuan untuk menjual tanah yang dimilikinya karena faktor ekonomi yang rendah dan tidak memiliki akses untuk tinggal di tempat yang lain. e. Kepadatan bangunan yang tinggi. Hal terlihat di kawasan permukiman kumuh, karena jumlah penduduk yang ada di kawasan permukiman kumuh pun semakin tinggi, sementara mereka memilih tempat tinggal di kawasan ini, karena memiliki lokasi yang strategis. f. Jenis bangunan dan bahan bangunan tidak memadai. Jenis bangunan dan bahan bangunan yang dimiliki oleh penduduk di kawasan permukiman kumuh ini sebagian besar berupa semi permanen dengan kualitas bangunan yang sangat rendah. g. Belum adanya bantuan dari pemerintah. Bagi warga yang sekarang menetap di rumah kumuh, sementara ini belum meratanya bantuan yang diberikan dari pihak pemerintah. Bantuan yang diberikan khusus untuk penanganan permukiman kumuh diberikan dalam jangka waktu setahun sekali dan digilir berdasarkan prioritasnya masing- masing. L. Saran
1. Pemerintah
perlu
mengadakan
penyuluhan
tentang
kesehatan
lingkungan kepada masyarakat permukiman kumuh, agar masyarakat dapat hidup sehat dan terhindar dari pencemaran lingkungan. 2. Pemerintah perlu membuat kebijakan dengan memberikan bantuan dalam bentuk pembenahan rumah kumuh kepada masyarakat yang rumah nya sudak tidak layak huni. 3. Pemerintah memberikan kebjakan berupa bantuan dalam pembenahan ketersediaan sarana dan prasarana lingkungan yang baik, umumnya untuk kebutuhan warga dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti pembangunan MCK bersama, perbaikan jalan lingkungan, ketersediaan tempat pembuangan sampah dan ketersediaan saluran khusus bagi limbah rumah tangga agar tidak bercampur dengan saluran air hujan yang menyebabkan pencemaran lingkungan di kawasan permukiman kumuh. 4. Pemerintah membuat lokasi penghijauan, sehingga di permukiman kumuh udara yang kurang sehat dapat ternetralisir dengan baik. 5. Bagi masyarakat, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kepedulian akan pentingnya menata kawasan permukiman yang layak, bersih, dan sehat. 6. Bagi peneliti lanjut, dapat melakukan penelitian secara lebih mendalam tentang permukiman kumuh di perkotaan pada faktor-faktor lain tidak diteliti, atau menganalisis kondisi sosial masyarakat di kawasan permukiman kumuh perkotaan. M. DAFTAR PUSTAKA
Khomarudinm.(1997). Menelusuri Pembangunan Perumahan dan Permukiman. Jakarta : PT. Rakasindo Kuswartojo, Tjuk. (2005). Perumahan dan Permukiman di Indonesia.Bandung : ITB Sadana, Agus. (2014). Perencanaan Kawasan Permukiman.Yogyakarta: Graha Ilmu
Sugiyono, (2012).Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Sumaatmadja, Nursid, (1988). Studi Geografi. Bandung. : Alumni.