INTISARI HUBUNGAN PENDIDIKAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG OBAT KLORFENIRAMIN MALEAT (CTM) DI PUSKESMAS SUNGAI MESA BANJARMASIN Aulia Rahmawati1;Noor Aisyah 2; Diyah Juniartuti 3 Salah satu pelayanan kesehatan yang paling mudah dijangkau oleh masyarakat adalah puskesmas, yang mana terdapat berbagai macam obat yang ada di puskesmas, salah satunya yaitu obat CTM. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang obat CTM membuat masyarakat lebih mengenal obat CTM ini dari efek sampingnya dibandingkan indikasi utamanya, yaitu yang mana obat CTM ini lebih dikenal sebagai obat tidur dibandingkan sebagai obat anti alergi. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui persentase tingkat pengetahuan masyarakat serta untuk mengetahui hubungan pendidikan terhadap tingkat pengetahuan masyarakat tentang obat CTM di Puskesmas Sungai Mesa Banjarmasin. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik. Sampel diambil dengan metode saturation sampling (sampel jenuh), sehingga didapatkan sampel sebanyak 160 orang. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Sungai Mesa Banjarmasin dari tanggal 13 Mei – 9 Juni 2014. Instrumen yang digunakan untuk mengambil data adalah dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat tentang obat CTM berjumlah 5 orang responden (3,13%) memiliki tingkat pengetahuan baik, 45 orang responden (28,13%) memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan 110 orang responden (68,75%) memiliki tingkat pengetahuan kurang. Terdapat hubungan yang signifikan dengan arah positif antara pendidikan terhadap tingkat pengetahuan masyarakat tentang obat CTM.
Kata Kunci : Hubungan, Pendidikan, Tingkat Pengetahuan, Obat CTM.
ABSTRACT RELATIONSHIP OF EDUCATION ON THE LEVEL OF KNOWLEDGE ABOUT COMMUNITY MEDICINE CHLORPHENIRAMINE MALEATE (CTM) IN HEALTH RIVER MESA BANJARMASIN Aulia Rahmawati1;Noor Aisyah 2; Diyah Juniartuti 3 One of the most health care is easily accessible by public health center, where there are various kinds of medicines in health centers, one of which is drug CTM. The lack of public knowledge about the drug CTM, make people more familiar with the CTM drug of side effects compared to its main indication, which CTM is a drug which is more known as a sleeping pill than as anti-allergic drugs. This study aimed to determine the percentage level of knowledge society and to determine the relationship of education to the level of public knowledge about drugs CTM in health centers in Sungai Mesa Banjarmasin. This is a descriptive analytic study. Samples were taken by the method of sampling saturation (saturated sample), to obtain a sample of 160 people. This research was carried out in health centers river Banjarmasin Mesa from the date of May 13 to June 9, 2014. Instrument used to retrieve data is by using questionnaires. The results showed that the level of public knowledge about the drug CTM numbered 5 respondents (3.13%) had a good knowledge level, 45 respondents (28.13%) have a sufficient level of knowledge, and 110 respondents (68.75%) have lack of knowledge level. There is a significant correlation between the positive direction of education on the level of public knowledge about the drug CTM.
Keywords: Relationships, Education, Knowledge Level, Drug CTM
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memlihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Konsep kesatuan upaya kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif (Depkes, 2007). Puskesmas adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan yang paling mudah dijangkau oleh masyarakat. Sebagai suatu organisasi kesehatan yang fungsional, puskesmas memiliki fungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya serta membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat. Masyarakat yang berobat ke Puskesmas tentunya memiliki karakteristik dan latar belakang yang bereda-beda, hal ini tentunya sangat berpengaruh dengan tingkat pengetahuannya tentang penggunaan obat-obatan
yang diberikan.
Pengetahuan tersebut bisa meliputi indikasi obat, dosis serta efek samping obat tersebut. Pengetahuan pasien akan penggunaan obat sangat berpengaruh terhadap proses penyembuhan penyakit yang diderita pasien tersebut. Obat adalah suatu bahan - bahan yang dimaksud kan untuk dipergunakan dalam
menetapkan
diagnosa,
mencegah,
mengurangi,
menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau
rohaniah pada manusia atau hewan, untuk memperelok badan atau bagian badan manusia (Depkes, 2009). Klorfeniramin maleat atau yang lebih dikenal dengan CTM adalah salah satu obat yang sering digunakan di Puskesmas untuk mengobati penyakit yang diderita oleh pasien. CTM (klorfeniramin) merupakan salah satu antihistamin yang memiliki efek sedatif (menimbulkan rasa kantuk). CTM selain digunakan sebagai pengobatan alergi, juga sering digunakan sebagai pelengkap dalam pengobatan serangan influenza. Influenza disebabkan oleh virus yang akan sembuh dengan sendirinya jika kekebalan tubuh membaik. Kandungan CTM akan memberikan efek kantuk yang membuat penderita flu dapat beristirahat tenang sehingga diharapkan kekebalan tubuh semakin baik dan flu cepat sembuh. Namun faktanya dilapangan anggapan masyarakat sudah banyak yang menyalah artikan CTM sebagai obat tidur daripada obat alergi (antihistamin) sendiri. Penggunaan obat yang tanpa informasi yang jelas dikhawatirkan justru dapat membahayakan orang yang mengkonsumsinya daripada manfaat yang didapatkan. Dalam jangka panjang penggunaannya CTM dapat membahayakan penggunanya, karena efek penggunaan obat secara berlebihan justru akan menjadi racun bagi tubuh (Triasmara, 2013). Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Amalia di Puskesmas Terminal Banjarmasin, menunjukkan bahwa persentase tingkat pengetahuan pasien tentang penggunaan obat CTM yang mana dari 150 responden diketahui terdapat 64 responden (42,67%) yang berpengetahuan kurang, 57 responden (38,00%) yang berpengetahuan sedang dan hanya 29 responden (19,33%) yang berpengetahuan baik (Amalia, 2012).
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan obat CTM di Puskesmas Sungai Mesa Banjarmasin, dan apakah tingkat pengetahuan itu berhubungan dengan pendidikan masyarakat tersebut. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sungai Mesa Banjarmasin. Pemilihan lokasi penelitian di Puskesmas Sungai Mesa Banjarmasin dikarenakan obat CTM dipuskesmas ini merupakan obat dengan urutan ketiga yang banyak digunakan di Puskesmas Sungai Mesa pada tahun 2013 yaitu sebanyak 24,805.