Hubungan Sanitasi Sarana Air Bersih dengan Kejadian Hepatitis A (Analisis pada Kejadian Luar Biasa Hepatitis A di Wilayah Kerja Pukesmas Wanareja I Kabupaten Cilacap Propinsi Jawa Tengah Sutianah 1) Maywati 2) Mahasiswa bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi (
[email protected]) 1) Dosen Pembimbing bagian kesehatan lingkungan Fakultas Ilmu kesehatan Universitas Siliwangi (
[email protected]) 2) ABSTRAK Hepatitis A merupakan jenis hepatitis yang termasuk paling sering dijumpai di masyarakat. Secara klinis penyakit hepatitis virus yang akut mempunyai gejala dan tanda antara lain demam, menggigil, sakit kepala, hilang nafsu makan, mual, muntah, lemas, cepat lelah, nyeri begah pada perut, urin seperti air teh dan ikterik. Penularan hepatitis A melalui fekal-oral, erat kaitannya dengan hygiene dan sanitasi, makanan dan penggunaan air untuk keperluan sehari hari. Penyakit hepatitis A masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Pada Kejadian Luar Biasa (KLB) hepatitis A di wilayah kerja Puskesmas Wanareja I bulan Pebruari sampai dengan Mei 2013, hasil investigasi diperoleh pemeriksaan laboratorium dengan specimen lingkungan menunjukkan hasil positif virus hepatitis A pada sampel sisa makanan, bekas alat makan kasus dan air sumur gali yang digunakan. Kondisi ini menunjukan adanya penularan penyakit melalui media makanan/lingkungan dan hepatitis A mudah sekali ditularkan ke orang lain melalui media lingkungan yang digunakan sehari-hari. Penelitian. ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sanitasi sarana air bersih dengan kejadian hepatitis A pada daerah Kejadian Luar Biasa hepatitis A di wilayah kerja Puskesmas Wanareja I bulan Pebruari sampai dengan Mei 2013. Desain penelitian ini adalah studi analitik dengan pendekatan rancangan kasus kontrol dengan sampel 43 kasus dan 43 kontrol, menggunakan data sekunder hasil investigasi KLB hepatitis A di wilayah kerja Puskesmas Wanareja I bulan Pebruari sampai dengan Mei 2013 oleh BBTKLPP Yogyakarta dan tim investigasi Puskesmas Wanareja I. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara sanitasi sarana air bersih dengan kejadian hepatitis A pada daerah Kejadian Luar Biasa hepatitis A di wilayah kerja Puskesmas Wanareja I bulan Pebruari sampai dengan Mei 2013 (P value = 0.004), dengan kekuatan hubungan OR = 4,040 (Cl; 1,619-10,083). Disarankan kepada puskesmas setempat untuk meningkatkan penyuluhan kesehatan secara langsung maupun melalui media agar masyarakat menggunakan air dari sarana yang mempunyai resiko rendah dan menjaga sanitasi sarana air bersih sehingga dapat mencegah kejadian hepatitis A dimasa yang akan datang.
Kata Kunci : Hepatitis A, KLB, Sanitasi SAB Kepustakaan : 10 kepustakaan (2000 – 2013)
Correlation between Sanitary Water Supply with Incidence of Hepatitis A (Analysis on Hepatitis A Extraordinary Occurrence (KLB) in Puskesmas Wanareja I Cilacap, Central Java Province Sutianah 1) Maywati 2) Mahasiswa bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi (
[email protected]) 1) Dosen Pembimbing bagian kesehatan lingkungan Fakultas Ilmu kesehatan Universitas Siliwangi (
[email protected]) 2) ABSTRACT Hepatitis A is one of type of Hepatitis that mostly faced on this society. Clinically, it disease is an acute virus that have symptoms and signs included fever, chills, headache, loss of appetite, nausea, vomiting, weakness, rapid fatigue, abdominal pain fullness, urine such as tea water and jaundice.The transmission of hepatitis A through fecal-oral, it is related to hygiene and sanitation, food and use of water for daily needs. The disease of Hepatitis A being a problem to the society of Indonesia because it cause of unusual phenomenon or Kejadian Luar Biasa (KLB). Hepatitis A being an unusual phenomenon or Kejadian Luar Biasa (KLB) in the local health center in Wanareja February to May 2013, the results of the investigation obtained by the laboratory observation of specimens environmental that showed the positive results on samples of hepatitis A virus such as leftovers, kitchen tools and the uses of water from the water dug.These case shows that the presence of disease transmission through the media such as food or environment and hepatitis A is easily transmitted to others through the environment that it is used everyday. The aims of this research is to determine the relationship between sanitary water supply to the incidence of hepatitis A (the analytical in the area of hepatitis in Puskesmas I Wanareja February to May 2013). Design of the research in this study is the analytical study with the case-control design approach with the number of sample as many 43 cases and 43 controls, it using secondary data from the hepatitis A outbreak investigation the local health center in Wanareja February to May 2013 by BTKLPP Yogyakarta and investigation team Wanareja Health Center I.The results of the bivariate analysis shows that there is a relationship between sanitary water supply to the incidence of hepatitis A in the area of hepatitis in Puskesmas I Wanareja February to May 2013 (P value = 0.004), with the strength of the relationship OR = 4.040 (Cl ; 1.619 to 10.083).It is suggested to the local health centers to improve counselling of health education directly or through the media so the society can uses the water correctly, it means that a low risk of disease and to keep sanitation of clean water so as to prevent the incidence of hepatitis A in the future.
Keywords References
: Hepatitis A, Outbreaks, Sanitary Water Supply : 10 (2000-2013)
PENDAHULUAN Hepatitis A (HA) merupakan penyakit yang bersifat self limiting disease, sedangkan kematian dan hepatitis berat terjadi dengan proporsi yang sangat kecil. Penularan Hepatitis A melaui fekal-oral dan sering terjadi di daerah dengan kondisi sanitasi dan higiene perorangan (personal hygiene) yang buruk. Kondisi tertentu hepatitis A dapat menimbulkan outbreak dengan satu sumber penularan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi tinja penderita. (WHO, 2000) Hepatitis A disebut juga infectious hepatitis / epidemic hepatitis / epidemic jaundice. Hepatitis A disebabkan oleh hepatitis A virus merupakan virus RNA nonenveloped yang diklasifikasikan dalam genus hepatovirus dan family picornavirus. Di beberapa Negara berkembang, infeksi virus yang terjadi pada masa anak-anak biasanya bersifat asimptomatis atau gejala sakit ringan. Diagnosis HA ditegakkan dengan ditemukannya antibody IgM terhadap virus hepatitis A. Tetapi apabila pemeriksaan laboratorium tidak memungkinkan maka bukti-bukti epidemiologis sudah dapat mendukung diagnosis. Penularan penyakit melalui konsumsi makanan maupun minuman yang terkontaminasi tinja terinfeksi, penularan antar orang per orang dengan personal hygiene yang buruk, serta dimungkinkan penularan melalui tranfusi darah dan kontak seksual. (WHO, 2000; Chin et al, 2000) Hepatitis A disebut sebagai hepatitis paling ringan dan paling banyak terjadi di dunia. Setiap tahunnya setidaknya 1,4 juta kasus terjadi di seluruh dunia. Penyebarannya tergolong mudah karena berkaitan dengan tidak adekuatnya system sanitasi dan kebersihan diri (personal hygiene). Hal ini menyebabkan kejadian hepatitis A dapat muncul bersamaan dalam sebuah wilayah dan menjadi epidemik. Kejadian epidemik Hepatitis A yang pernah tercatat terjadi di Shanghai, Cina tahun 1988 dengan korban mencapai 300.000 orang. (WHO, 2008) Data tentang Distribusi Geografis Infeksi Virus Hepatitis A dari Centers for Disease Control and Prevalention (CDC) menunjukan prevalensi infeksi Hepatitis A seluruh negara di dunia Prevalensi rendah diperoleh Australia, Amerika Serikat, Kanada dan Inggris.
Rusia, Eropa dan Malaysia termasuk dalam negara dengan prevalensi
distribusi Hepatitis A sedang. Negara-negara di Amerika Tengah, Amerika Selatan, seluruh Afrika, Greenland, dan seluruh Asia termasuk Indonesia tergolong wilayah yang memiliki nilai prevalensi tinggi. (CDC dalam Mayo Clinic, 2008)
Data di Indonesia menurut hasil Riskesdas Biomedis tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi HBsAg positif 9,7% pada pria dan 9,3% pada wanita. Hal ini menandakan bahwa Indonesia termasuk negara dengan tingkat endemisitas tinggi yaitu lebih dari 8% (Depkes, 2012). Kejadian KLB Hepatitis A di awal tahun 2013 yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Wanareja tepatnya di desa Madura, menjadi salah satu bukti kebenaran angka-angka tersebut. Data
Dinas
Kesehatan
Kabuaten
Cilacap
yang
dicantumkan
dalam
Republika.co.id.cilacap, jum’at 01 Maret 2013,00:13 WIB, menyebutkan bahwa kasus penyakit Hepatitis A merebak di wilayah kabupaten Cilacap bagian barat, tepatnya di daerah desa Madura, wilayah kerja puskesmas Wanareja I,kecamatan Wanareja. Bahkan karena banyak warga yang terjangkit penyakit ini, Dinas Kesehatan Cilacap menetapkan KLB untuk wilayah ini (setelah dilakukan Investigasi KLB oleh Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Yogyakarta, Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap, Puskesmas Wanareja
I). Data dari Surveilance
Puskesmas Wanareja I, ada 100 orang yang terjangkit penyakit Hepatitis A, dari tanggal 01 Pebruari sampai dengan 15 Mei 2013. (Cahyono, S.Kep, 2013) Hasil Investigasi KLB menyebutkan kejadian Hepatitis A di wilayah kerja puskesmas wanareja I, memiliki pola propagated (person to person). Gambaran propagated adalah outbreak yang terjadi bila kasus penyakit menjadi sumber penularan bagi kasus berikutnya dan kasus berikutnya akan menjadi sumber infeksi bagi kasus berikutnya lagi dan demikian seterusnya, apabila tidak ada tindakan nyata dalam memutus mata rantai penularannya. (Murti.B, 2011) Hasil Investigasi KLB hepatitis A oleh BBTKLPP Yogyakarta dan Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap menyebutkan bahwa hasil pemeriksaan laboratorium (swab/usap dubur) dapat diketahui bahwa penyebab hepatitis di wilayah kerja Puskesmas Wanareja I adalah virus Hepatitis A. Pemeriksaan laboratorium dengan spesimen lingkungan menunjukkan hasil positif virus Hepatitis A pada sampel sisa makanan, bekas alat makan kasus dan air sumur gali yang digunakan. Kondisi ini menunjukkan adanya penularan penyakit melalui media makanan/lingkungan, dan hepatitis A mudah sekali ditularkan ke orang lain melalui media lingkungan yang biasa dipergunakan sehari-hari.
Survei awal dengan 10 penderita Hepatitis A, sumur gali sebagai sumber air bersih tidak aman karena tidak tertutup dengan baik, cincin dinding sumur tidak sampai dalam, warna air keruh, dan lantai sumur retak yang memungkinkan merembes ke air sumur. Hasil wawancara, keadaan seperti ini belum ada perubahan/perbaikan. Air sumur gali tidak digunakan sebagai sumber air minum kasus karena selama ini air minum kasus dan keluarga memanfaatkan air kemasan. Walaupun demikian air sumur gali dimanfaatkan untuk mencuci alat makan-minum, mandi, sikat gigi, serta mencuci bahan makanan tetap berisiko menjadi media penularan penyakit, khususnya yang ditularkan lewat air (water borne disease). Sehingga ditakutkan kejadian Hepatitis A akan kembali muncul dan menimbulkan outbreak/KLB lagi.
TUJUAN PENELITIAN Mengetahui hubungan sanitasi sarana air bersih dengan kejadian hepatitis A pada Kejadian Luar Biasa Hepatitis A di Wilayah Kerja Puskesmas Wanareja I Kecamatan Wanareja, Kabupaten Cilacap, Propinsi Jawa Tengah Tahun 2013.
METODE PENELITIAN Penelitian ini bila dilihat dari jenis penelitian, termasuk penelitian observasional dengan pendekatan kasus kontrol (Case control). Menurut analisisnya adalah termasuk penelitian analitik sedangkan menurut rancang bangun penelitian yang menghubungkan faktor resiko atau variabel bebas (sanitasi sarana air bersih) dengan kejadian Hepatitis A pada KLB Hepatitis A. Populasi dalam penelitian ini adalah semua individu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Wanareja I yang terdiri dari 2 (dua) kelompok yaitu semua individu yang menderita Hepatitis A dan semua individu yang tidak menderita Hepatitis A. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling berdasarkan kriteria, kasus adalah individu yang dinyatakan sebagai penderita Hepatitis A yang tercatat di register rawat jalan atau rawat inap di puskesmas, atau klinik-klinik swasta yang berada di lokasi KLB Hepatitis A di dusun Ciopat desa Madura wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Wanareja I kabupaten Cilacap Propinsi Jawa Tengah pada bulan Pebruari-Mei 2013. Jumlah sampel tersebut sebanyak 45 kasus, sedangkan kontrol adalah individu yang bukan penderita Hepatitis A berasal dari satu dusun Ciopat desa
Madura (daerah KLB Hepatitis A), dipilih secara acak sederhana. Penentuan kontrol dengan menggunakan metode acak sederhana (diundi) sebanyak 45 sampel. Jumlah sampel secara keseluruhan sebanyak 90 responden. Hasil pengumpulan data melalui wawancara dan observasi dengan responden menggunakan lembar observasi. Analisis data menggunakan uji Uji Chi-Square dengan tingkat kemaknaan 0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Distribusi Sanitasi Sarana Air Bersih yang Digunakan pada KLB Hepatitis A di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Wanareja I (periode Pebruari sampai Mei) Tahun 2013
No
Sanitasi Sarana Air Bersih
Resiko Tinggi Resiko 2 Rendah Jumlah 1
Kejadian Hepatitis A Kasus Kontrol
OR
Jumlah
%
Jumlah
%
32
74,42
18
41,86
11
25,58
25
58,14 4,040
43
100
43
95%CI
Nilai P
1,61910,083
0,004
100
Tabel 1. dapat lihat bahwa variabel sanitasi sarana air bersih menunjukkan proporsi sanitasi sarana air bersih resiko tinggi pada kelompok kasus sebesar 74,42% (32 orang), sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 41,86% (18 orang). Analisis data menggunakan uji statistik Chi-Square didapatkan hasil p < 0,05 (p = 0,004), sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, atau ada hubungan sanitasi sarana air bersih dengan kejadian Hepatitis A. Dan nilai OR sebesar 4,040 (95% CI 1,619-10,083), sehingga dapat diinterpretasikan bahwa sanitasi sarana air bersih dengan kategori resiko tinggi, memberikan resiko 4,040 kali untuk terjadinya Hepatitis A dibandingkan dengan sanitasi sarana air bersih resiko rendah. Hasil penelitian ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa kondisi sanitasi air bersih, dalam hal ini termasuk sanitasi sarana air bersihnya, merupakan salah satu media penularan Hepatitis A. Air bersih sangat penting bagi kehidupan manusia, kehidupan manusia akan sangat komplek antara lain untuk memasak, mandi mencuci dan sebagainya. Sebagian besar virus penyebab hepatitis A ditularkan melalui jalur
fecal-oral, mereka dapat ditularkan dengan memasukan kedalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja misalnya air minum, tangan/jari-jari, makanan disiapkan dalam panci yang telah dicuci dengan air yang terkontaminasi (Soekidjo,1996). Proses perembesan bahan pencemar ke dalam sumur gali, seperti pencemaran oleh tinja , antara lain ditentukan oleh struktur fisik bangunan sarana sumur gali. Syarat kesehatan pada sarana air bersih khususnya sumur menurut Departemen Kesehatan RI (1995) harus diberi beberapa komponen untuk mencegah terjadinya kontaminasi pada air sumur. Adapun fungsi dari beberapa komponen sumur gali menurut Depkes RI (1998), yaitu bahwa bibir sumur gali berfungsi sebagai pelindung keselamatan bagi pemakai dan untuk mencegah masuknya limpahan air/pencemaran ke dalam sumur, dinding sumur berfungsi mencegah merembesnya pencemar yang berasal dari permukaan tanah maupun dari samping juga sebagai penahan tanah supaya tidak terkikis atau longsor, lantai sumur berfungsi untuk mencegah merembesnya air buangan ke dalam sumur dan sebagai tempat untuk melakukan aktifitas di sumur, saluran pembuangan air limbah berfungsi untuk menyalurkan air limbah ke tempat pembuangan yang jauh dari sumur. Hasil ini sesuai dengan penelitian oleh Rachim (2000) pada KLB Hepatitis A di kecamatan Seputih Raman Kabupaten Metro yang menyatakan bahwa penggunaan air bersumber dari sarana yang tidak terlindung berhubungan bermakna (p= 0,000) dengan kejadian hepatitis A setelah dikontrol dengan variabel pendidikan, cuci tangan sebelum makan, makan lalap mentah dan makan es mambo dengan kekuatan hubungan OR = 4,945 (Cl; 2,727-8,967).
SIMPULAN 1. Kondisi sanitasi sarana air bersih di daerah KLB Hepatitis A wilayah kerja Puskesmas Wanareja I kabupaten Cilacap propinsi Jawa Tengah tahun 2013, pada kelompok kasus/penderita Hepatitis A sanitasi sarana air bersih dengan resiko tinggi sebesar 74,42% sedangkan pada kelompok kontrol/bukan penderita Hepatitis A sebesar 41,86%. 2. Ada hubungan antara sanitasi sarana air bersih dengan kejadian Hepatitis A pada KLB Hepatitis A di wilayah kerja Puskesmas Wanareja I kabupaten Cilacap propinsi Jawa Tengah tahun 2013 dengan nilai OR sebesar 4,040 (95% CI 1,619-10,083).
SARAN Melihat hasil penelitian tentang hubungan sanitasi sarana air bersih dengan kejadian Hepatitis A, maka peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut : 1. Bagi Puskesmas Wanareja I a. Pihak Puskesmas terutama untuk petugas program kesehatan lingkungan, berkoordinasi dengan surveillance dalam kegiatan Penyelidikan Epidemiologi KLB yaitu dalam pengambilan sampel air bersih dan IS SAB. PE dilakukan cepat dan lebih intensif di lokasi KLB Hepatitis A untuk menjaring kasus yang lebih banyak untuk mencegah terjadinya KLB Hepatitis A kembali. b. Petugas Puskesmas untuk lebih memperbanyak penyuluhan kepada masyarakat baik secara langsung maupun media (film, radio lokal, pamplet, leaflet) tentang penyakit menular terutama penyakit yang penularannya oleh air, dan dapat mengarah ke KLB seperti penyakit Hepatitis A. Dan untuk Sanitarian untuk lebih banyak penyuluhan tentang sanitasi air bersih yang memenuhi syarat kesehatan. 2. Bagi Masyarakat. Masyarakat mengurangi kondisi sanitasi sarana air bersih resiko tinggi dengan cara penyehatan sarana, yaitu : a. Membersihkan/memindahkan sumber pencemar lain yang ada < 10 m dari sumur gali, seperti kandang hewan, tempat sampah, kolam ikan dan genangan air. b. Sumur gali yang pakai timba, dibuatkan tempat untuk menggantungkan ember dan tali, supaya tidak dibiarkan di lantai. c. Sumur diberi penutup/atap agar kotoran yang terkontaminasi virus HA tidak masuk ke dalam sumur. d. Masyarakat yang akan membangun sarana air bersih (sumur gali), untuk berkonsultasi/bimbingan dengan Sanitarian Puskesmas, bagaimana sanitasi sarana air bersih yang memenuhi syarat kesehatan. 3. Penelitian selanjutnya supaya meneliti variabel-variabel lain yang merupakan faktor resiko terjadinya Hepatitis A.
DAFTAR PUSTAKA Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap, 2013.
Laporan Hasil Investigasi KLB Hepatitis A,
Fitriah Nurlatifah, Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Tentang Pencegahan Hepatitis A Terhadap Kejadian Hepatitis A di SMP Negeri 1 Ciamis, 2013 Hepatitis A Mengancam Kesehatan Masyarakat, Kesehatan Lingkungan Merupakan Faktor yang Dominan dalam Penularannya. http://webhakli.com/index.php?option=com_content7view=article&id=106, 2011. Kumpulan Makalah Pedoman SKD & Penanggulangan KLB (Pemprof Daerah Tingkat 1 Jabar, 1996.
Murti
B., 2011, Bab 6. Investigasi Outbreak, http://fk.uns.ac.id/static/materi/Investigasi_Outbreak_-Prof_Bhisma_Murti. pdf, diakses tanggal 27 November 2013, (hal 1-14).
Penyakit Hepatitis A. http://penyakithepatitisa,com. Diakses tanggal 27 Nopember 2013 Peraturan Menteri Kesehatan RI. No.416/MENKES/PER/IX/1990, Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air, Kemenkes RI, Jakarta, 2012. Rachim Abdur, Hubungan Penggunaan Sumber Air Sarana Tidak Terlindung dengan Kejadian Hepatitis A pada KLB Hepatitis A di Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Metro propinsi Lampung, Perpustakaan UI, 2000. WHO (World Health Organization) 2012, Preventation & Control of Viral Hepatitis Infection, Buletin WHO, 2012. WHO
(World Health Organization) 2000, Hepatitis A, Department of Communicable Disease Surveillance and Response, http://www.who.int/csr/disease/hepatitis/HepatitisA, diakses tanggal 27 Nopember 2013.