PENGARUH SENAM PERNAPASAN TERHADAP SENSIBILITAS SENSORIK KAKI DAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS RAWAT JALAN PUSKESMAS DI KECAMATAN UNGARAN KABUPATEN SEMARANG Dwi Ratna Sari*) Priyanto, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.KMB**) NS.Abdul Wakhid,S.Kep.,Sp.Kep.J**) *) Mahasiswa prodi keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Dosen Prodi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK Olahraga bermanfaat meningkatkan kepekaan insulin, memperbaiki aliran darah, merangsang pembentukan glikogen dan mencegah komplikasi. Olahraga yang disarankan untuk penderita diabetes adalah senam pernapasan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh senam pernapasan terhadap sensibilitas sensorik kaki dan kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus rawat jalan Puskesmas di Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang. Jenis penelitian ini adalah semu (Quasi Eksperiment), yaitu dengan menggunakan Non Equivalent Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah 100 orang penderita diabetes mellitus rawat jalan Puskesmas Ungaran, Leyangan, dan Lerep. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 12 orang. Data dianalisis menggunakan menggunakan uji analisis t test dependent dan t test independent Berdasarkan hasil penelitian menggunakan t test dependent didapatkan hasil ada perbedaan secara bermakna kadar glukosa darah sebelum dan sesudah dilakukan senam pernapasan pada pasien diabetes mellitus dengan p-value 0,000. hasil uji t test dependent juga didapatkan hasil ada perbedaan secara bermakna sensibilitas sensorik kaki sebelum dan sesudah dilakukan senam pernapasan pada pasien diabetes mellitus dengan nilai p-value 0,000. Berdasarkan uji t test independent didapatkan hasil ada pengaruh secara bermakna kadar glukosa darah sesudah dilakukan senam pernapasan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan nilai p-value 0,008 dan ada pengaruh secara bermakna sensibilitas sensorik kaki sesudah dilakukan senam pernapasan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada pasien diabetes mellitus rawat jalan dengan nilai p-value 0,028. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan memberi wawasan tentang pengaruh senam pernapasan untuk membantu meningkatkan sensibilitas sensorik Kata kunci : senam pernapasan, sensibilitas sensorik kaki dan kadar glukosa darah, diabetes mellitus Kepustakaan : 35 kepustakaan (2001 -2014)
ABSTRACT Regular exercise is beneficial in improving insulin sensitivity, improvieng blood flow, stimulating the formation of new Regular exercise is beneficial in improving insulin sensitivity, improving blood flow, stimulating the formation of new glycogen and preventing further complications. A sport recommended for diabetic patients is breathing exercises. The purpose of this study is to determine the effect of the respiratory gymnastics to sensory sensibility in legs and blood glucose levels in people with diabetes at Community Health Centers At Ungaran, district Semarang Regency. This type of research was Quasi Experiment, by using the Non Equivalent Control Group Design. The population in this study was 100 DM outpatients Ungaran, Leyangan, and Lerep Community Health Centers. The sampling technique used purposive sampling with samples of 12 people. Data were analyzed by t test dependent and t test independent. Based on the results of the research using t test dependent show a significant difference in blood glucose levels before and after doing breathing exercise in patients with diabetes mellitus with p-value 0,000. Test results of t test dependent also show a significant difference of sensibility sensory in legs before and after breathing exercise in patients with diabetes mellitus with p-value 0,000. Based on t test independent shows a significant influence to blood glucose levels after doing breathing exercise in the intervention group and the control group with p-value 0,008 and a significant influence at sensibility sensory in legs after doing breathing exercise in the intervention and control groups in diabetes mellitus outpatients with p-value 0,028. The results of this study are expected to be an input and to provide some insight on the effect of breathing exercises to help improve the sensory sensibility Keywords : respiratory gymnastics, sensory sensibility in legs, blood glucose levels, diabetes References : 35 literatures (2001-2014) PENDAHULUAN Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. (Smeltzer and Bare, 2013). Glukosa darah adalah glukosa yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari karbohidrat, protein, dan lemak dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot rangka. Gula didalam tubuh berfungsi sebagai sumber tenaga atau energi gerak, sumber energi spesifik bagi sel otak dan jaringan saraf. Dan gula juga berfungsi dalam pembentukan protein dan lemak (Endang, 2011). Faktorpenyebab peningkatan glukosa darah adalah makanan,, karbohidrat. Stres meningkatkan hormon stres kortisol. Menyebabkan peningkatan pemecahan protein tubuh, peningkatan trigliserida darah dan penurunan penggunaan glukosa
stres, dan insulin. Makanan manusia mengandung, lemak,protein dan karbohidrat. Stres meningkatkan hormon stres kortisol. Menyebabkan peningkatan pemecahan protein tubuh, peningkatan trigliserida darah dan penurunan penggunaan glukosa tubuh.Retensiinsulin menjadikan gangguan metabolisme sehingga kadar dalam darah meningkat. Tingginya kadar glukosa darah dapat meningkatkan kekentalan darah (viskositas). Kekentalan darah dapat menyebabkan suplai oksigen dan nutrisi ke saraf berkurang sehingga terjadi kerusakan pada saraf (Sudewo, 2009). Sensibilitas sensorik adalah kepekaan rangsangan pada saraf melalui berbagai reseptor sensorik. Saraf sensorik tepi akan menghantarkan beberapa impuls “aferen” untuk ditafsirkan oleh daerah sensorik dalam kortex serebri sebagai sentuhan, rasa sakit, gatal, suhu, rasa panas, dan dingin(Evelyn, 2009). kadar glukosa darah yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan pada saraf terutama pada saraf perifer. Adanya
panas, dan dingin(Evelyn, 2009). Faktor yang mempengaruhi sensibilitas sensorik meliputi menderita diabetes dalam waktu yang lama, kadar glukosa darah, dan penyakit penyerta. Lamanya penderita mengalami penyakit diabetes mellitus dan disertai dengan kadar glukosa darah yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan pada saraf terutama pada saraf perifer. Adanya penyakit penyerta seperti neuropati akan dapat memperparah kondisi saraf kaki(Suiraoka, 2012). Penglolaan diabetes mellitus terdiri dari empat pilar, yaitu edukasi, perencanaan makan, latihan jasmani, intervensi farmakologi. Diabetes Prevention Study (Tuomilehto, 2001) dalam penelitiannya terhadap populasi yang beresiko tinggi di Firlandia yang diobati melalui modifikasi diet dan olahraga membuktikan bahwa resiko diabetes mellitus pada populasi tersebut menurun sebesar 58%. Olahraga teratur bermanfaat dalam meningkatkan kepekaan insulin, memperbaiki aliran darah, merangsang pembentukan glikogen baru (Sudoyo, 2012; Arisman, 2010). Senam pernapasan dilakukan untuk senam penyembuhan dengan pola olah napas, olah gerak, dan olah batin. Senam pernapasan dapat memperkaya oksigen dalam sel-sel darah, merangsang sirkulasi darah, dan merangsang metabolisme dalam tubuh (Mistra, 2009). Proses pernapasan sehari-hari tergolong pasif, dengan frekuensi 12-18 kali setiap menit. Olahraga pernapasan, proses yang pasif diubah menjadi aktif, menjadikan otot-ototpernapasan tambahan bekerja dan meningkatkan volume tidalsekitar 400-500 ml. Terbiasa dengan latihan pernapasan, kemampuan otot pernapasan untuk menghirup udara bisa meningkat 2-3 kali. Senam pernapasan dapat memperkuat struktur otot kaki, memperlancar peredaran darah, mengaktifkan kembali saraf-saraf dan pembuluh darah keseluruh tubuh yang
membawa oksigen (Ahmad, 2013; Mistra, 2009). Kadar glukosa darah menurun seiring dengan oksidasi atau pengubahan glukosa menjadi bentuk simpanan bahan bakar oleh jaringan. Dioksidasi akan terjadi pembebasan energi melalui oksigen. Energi dari proses oksidasi ini menghasilkan panas adenosin trifosfat (ATP). Karbondioksida bergerak ke paru melalui aliran darah lalu dikeluarkan. Peningkatan oksigen dalam sirkulasi dalam darahsehingga nutrisi yaitu protein yang diinternalisasi dan kemudian diangkut oleh transpor retrogrand ke badan sel neuron. Tempat protein ini mendorong pembentukan protein-protein lain yang berkaitan dengan perkembangan, pertumbuhan, dan kelangsungan hidup neuron (Marks, 2000; Ganong, 2013) Proses perbaikan sensibilitas membutuhkan peningkatan perfusi jaringan pada ektremitas bawah (kaki). Aliran darah yang terganggu menyebabkan kaki tidak mendapatkan nutrisi yang cukup sehingga menyebabkan kerusakan sampai kematian jaringan. Senam olahraga pernapasan dapat mengontrol kadar glukosa darah sehingga memperbaiki sirkulasi darah, merangsang metabolisme tubuh dan pengaktifan pembuluh darah di seluruh tubuh. Terjadi peningkatan sirkulasi darah, kemampuan oksigenasi, perfusi jaringan menyebabkan darah mengalir lebih mudah untuk menghantarkan oksigen ke jaringan sehingga mempercepat perbaikan sensibilitas pada kaki (Smeitzer & Bare, 2013; Mistra, 2009). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit Ungaran. Berdasarkan hasil didapatkan 5 orang belum pernah melakukan latihan senam pernapasan dan 1 orang pernah melakukan latihan senam pernapasan. Dan 5 orang dengan kadar glukosa darah tinggi mengalami penurunan sensibilitas dan 1 orang dengan kadar glukosa darah tinggi sensibilitas normal. Berdasarkan hasil diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai pengaruh senam pernapasan terhadap sensibilitas sensorik kaki dan kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus rawat jalan puskesmas di Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang. METODE PENELITIAN Desain didalam penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen semu (Quasi Eksperiment), yaitu dengan menggunakan Non Equivalent Control Group Design. Populasi pada penelitian ini adalah 100 orang penderita diabetes mellitus rawat jalan Puskesmas Ungaran, Leyangan, dan Lerep pada tahun 2015. Teknik Samplingdalam penelitian ini adalah dengan metode purposive sampling. Besar sampel kelompok kontrol dan intervensi adalah 24 responden. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 14-22 Januari 2016 di Puskesmas Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang. Analisa univariat ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis dari masing-masing variabel yang diteliti yaitu sensibilitas sensorik kaki dan kadar glukosa darah sebelum dan sesudah dilakukan senam pernapasan pada kelompok intervensi dan kontrol. Uji statistik yang digunakan pada analisis bivariat adalah t test independentkarena data distribusi normal dan data berasal dari kelompok tidak berpasangan. HASIL PENELITIAN Tabel 4.1Deskripsi Sensibilitas Sensorik Kaki pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Sebelum Dilakukan Senam Pernapasan Sensibilitas sensorik kaki
Kelompok Intervensi f % 0 0 10 83,3
Kelompok Kontrol f % 0 0 10 83,3
Normal Defisit sedang Defisit berat 2 16,7 2 16,7 Total 12 100 12 100 Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa pada kelompok intervensi, sebelum
dilakukan senam pernapasan, responden mengalami sensibilitas sensorik kaki normal, yaitu sejumlah 0 orang (0%) dan pada kelompok kontrol 0 orang (0%). Sensibilitas defisit sedang pada kelompok intervensi, yaitu sejumlah 10 orang (83,3%) dan pada kelompok kontrol 10 orang (83,3), sensibilitas defisit berat pada kelompok intervensi, yaitu sejumlah 2 orang (16,7%) dan pada kelompok kontrol 2 (16,7%). Tabel 4.2DeskripsiSensibilitas Sensorik Kaki pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Sesudah Dilakukan Senam Pernapasan Sensibilitas sensorik kaki
Kelompok Intervensi f % 4 33,3 7 58,3
Kelompok Kontrol f % 0 0 9 75,0
Normal Defisit sedang Defisit berat 1 8,3 3 25,0 Total 12 100 12 100 Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa pada kelompok intervensi, sebelum dilakukan senam pernapasan, responden mengalami sensibilitas sensorik kaki normal, yaitu sejumlah 4 orang (33,3%) dan pada kelompok kontrol 0 orang (0%). Sensibilitas defisit sedang pada kelompok intervensi, yaitu sejumlah 7 orang (58,3%) dan pada kelompok kontrol 9 orang (75,0), sensibilitas defisit berat pada kelompok intervensi, yaitu sejumlah 1 orang (8,3%) dan pada kelompok kontrol 3 (25,0%). Tabel 4.3Deskripsi Kadar Glukosa Darah pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Sebelum Dilakukan Senam Pernapasan Kadar n Mean Min Max Glukosa Darah Intervensi 12 276,00 177 405 Kontrol 12 275,25 169 410
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa pada kelompok intervensi, sebelum dilakukan senam pernapasan, ratarata kadar glukosa darah responden sebesar 276,00 mg/dl dimana kadar glukosa darah paling rendah 177 mg/dl dan paling tinggi 405 mg/dl. Sedangkan pada kelompok kontrol, rata-rata kadar glukosa darah sebesar 275,25 mg/dl, dimana yang paling rendah sebesar 169 mg/dl dan paling tinggi 410 mg/dl.
ada perbedaan secara bermakna sensibilitas sensorik kaki sebelum dan sesudah dilakukan senam pernapasan pada pasien diabetes mellitus rawat jalan Puskesmas di Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang.
Tabel 4.4 Deskripsi Kadar Glukosa Darah pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Sesudah Dilakukan Senam Pernapasan
Sensibilitas pn Mean Δ t Sensorik value Sebelum 12 5,67 0,17 0,692 0,504 Sesudah 12 5,50 diketahui bahwa rata-rata nilai sensibilitas sensorik kaki responden kelompok kontrol sebelum perlakuan sebesar 5,67 kemudian sesudah perlakuan sedikit berubah menjadi 5,50.Berdasarkan ujit dependent, didapatkan p-value sebesar 0,504> (0,05), ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan secara bermakna sensibilitas sensorik kaki responden kelompok kontrol sebelum dan sesudah perlakuan pada pasien diabetes mellitus rawat jalan Puskesmas di Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang.
Kadar n Mean Min Max Glukosa Darah Intervensi 12 203,25 143 289 Kontrol 12 276,75 172 397 Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa pada kelompok intervensi, sesudah dilakukan senam pernapasan, ratarata kadar glukosa darah responden sebesar 203,25 mg/dl, dimana kadar glukosa darah paling rendah 143 mg/dl dan paling tinggi 289 mg/dl. Sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata kadar glukosa darah sebesar 276,75 mg/dl, dimana yang paling rendah sebesar 172 mg/dl dan paling tinggi 397 mg/dl. Tabel 4.5 Perbedaan Sensibilitas Sensorik Kaki Sebelum danSesudah Dilakukan Senam Pernapasan pada Kelompok Intervensi Sensibilitas n Mean Δ t p-value Sensorik Sebelum 12 5,75 -1,00 -8,124 0,00001 Sesudah 12 6,75 Berdasarkan tabel 4.5, dapat diketahui bahwa rata-rata nilai sensibilitas sensorik kaki responden sebelum dilakukan senam pernapasan sebesar 5,75 kemudian meningkat menjadi 6,75 sesudah dilakukan senam pernapasan. Berdasarkan ujit dependent, didapatkan p-value sebesar 0,00001< (0,05), ini menunjukkan bahwa
Tabel 4.6 Perbedaan Sensibilitas Sensorik Kaki Sebelum dan Sesudah Senam Pernapasan pada Kelompok Kontrol Berdasarkan tabel 4.6, dapat
Tabel 4.7Perbedaan Kadar Glukosa Darah Sebelum dan Sesudah Dilakukan Senam Pernapasan pada Kelompok Intervensi Kadar Glukosa n Mean Δ t p-value Darah Sebelum 12 276.00 72,75 7,102 0,00001 Sesudah 12 203.25 Berdasarkan tabel 4.7, dapat diketahui bahwa rata-rata kadar glukosa darah responden kelompok intervensi sebelum dilakukan senam pernapasan sebesar 276,00 mg/dl kemudian berkurang menjadi 203,25 sesudah dilakukan senam pernapasan.Berdasarkan ujit dependent, didapatkan p-value sebesar 0,00001< (0,05), ini menunjukkan bahwa ada perbedaan secara bermakna kadar glukosa
darah sebelum dan sesudah dilakukan senam pernapasan pada pasien diabetes mellitus rawat jalan Puskesmas di Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang. Tabel 4.8 Perbedaan Kadar Glukosa Darah Sebelum dan Sesudah Senam Pernapasan pada Kelompok Kontrol Kadar Glukosa n Mean Δ t p-value Darah Sebelum 12 275,25 -1,50 -0,155 0,879 Sesudah 12 276,75 Berdasarkan tabel 4.8, dapat diketahui bahwa rata-rata kadar glukosa darah responden kelompok kontrol sebelum perlakuan sebesar 275,25 mg/dl kemudian sesudah perlakuan sedikit berubah menjadi 276,75 mg/dl.Berdasarkan ujit dependent, didapatkan p-value sebesar 0,879> (0,05), ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan secara bermakna kadar glukosa darah responden kelompok kontrol sebelum dan sesudah perlakuan pada pasien diabetes mellitus rawat jalan Puskesmas di Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang. Tabel 4.9 Pengaruh Sensibilitas Sensorik Kaki Sesudah Dilakukan Senam Pernapasan antara Kelompok Intervensi dan Kontrol Sensibilitas n Mean t p-value Sensorik intervensi 12 6,75 2,353 0,028 Kontrol 12 5,50 Berdasarkan tabel 4.9, bahwa hasil ujit test independent didapatkan p-value sebesar 0,028> (0,05), ini menunjukkan bahwa ada pengaruhsecara bermakna sensibilitas sensorik kaki sesudah dilakukan senam pernapasan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada pasien diabetes mellitus rawat jalan Puskesmas di Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang.
Tabel 4.10 Pengaruh Kadar Glukosa Darah Sesudah Dilakukan Senam Pernapasan antara Kelompok Intervensi dan Kontrol Kadar Glukosa n Mean t p-value Darah intervensi 12 203,25 -2,937 0,008 Kontrol 12 276,75 Berdasarkan tabel 4.10, bahwa hasil ujit test independent didapatkan pvalue sebesar 0,008< (0,05), ini menunjukkan bahwa ada pengaruh secara bermakna kadar glukosa darah sesudah dilakukan senam pernapasan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada pasien diabetes mellitus rawat jalan Puskesmas di Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang. PEMBAHASAN Gambaran Sensibilitas Sensorik Kaki pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Sebelum Dilakukan Senam Pernapasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa sensibilitas sensorik pada penderita rawat jalan Puskesmas di Kecamatan Ungran sebelum diberikan intervensi mengalami sensibilitas defisit berat pada kelompok intervensi, yaitu sejumlah 2 orang (16,7%) dan pada kelompok kontrol 2 orang(16,7%). Sensibilitas sensorik adalah kepekaan rangsangan pada saraf melalui berbagai reseptor sensorik. Saraf sensorik tepi akan menghantarkan beberapa impuls “aferen” untuk ditafsirkan oleh daerah sensorik dalam kortex serebri sebagai sentuhan, rasa sakit, gatal, suhu, rasa panas, dan dinginyang dialirkan oleh berbagai neuron dan akhirnya mencapai sistem saraf pusat dalam otak (Evelyn, 2009). Kadar glukosa tinggi akan menjadikan viskositas, sehingga darah yang terlalu kental dapat menyebabkan suplai oksigen dan nutrisi ke saraf berkurang sehingga terjadi kerusakan pada saraf. Salah satu upaya yang dapat
membantu meningkatkan sirkulasi darah yaitu melakukan aktivitas atau latihan, salah satunya adalah senam pernapasan.(Sudewo, 2009; Ganong, 2013).Hal tersebut sejalan dengan pendapat Barnedh (2006) yang menyatakan bahwa aktivitas fisik mempunyai hubungan terhadap gangguan ekstremitas dimana aktivitas fisik yang rendah, beresiko untuk terjadinya gangguan gerak. Sensibilitas sensosrik sebagian besar responden dalam kategori sedang tersebut menurut asumsi peneliti dikarenakan jenis kelamin responden yang sebagian besar adalah perempuan. Menurut Arimuko (2012), mengatakan memang perbedaan tekstur kulit yang jelas antara pria dan wanita lebih sensitif wanita dan kulit kaki lebih tebal pria, berumur lebih dari 40 tahun(Andrews, Jhonson & Weinstock, 2005) menyatakan bertambahnya usia, sel menjadi semakin resisten terhadap insulin, menurunkan kemampuan lansia untuk memetabolisme glukosa. Selanjutnya, pengeluaran insulin dari sel beta pankreas menurun dan terhambat. Gambaran Sensibilitas Sensorik Kaki pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Sesudah Dilakukan Senam Pernapasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa sensibilitas sensorik pada penderita rawat jalan Puskesmas di Kecamatan Ungran sesudah dilakukan intervensi mengalami sensibilitas normal pada kelompok intervensi, yaitu4 orang (33,3%) dan pada kelompok kontrol 0 orang (0%). Menurut Mistra (2009), senam olahraga pernapasan dapat mengontrol kadar glukosa darah sehingga memperbaiki sirkulasi darah, merangsang metabolisme tubuh dan pengaktifan pembuluh darah di seluruh tubuh. Terjadi peningkatan sirkulasi darah, kemampuan oksigenasi, perfusi jaringan menyebabkan darah mengalir lebih mudah untuk menghantarkan oksigen ke jaringan
sehingga mempercepat perbaikan sensibilitas pada kaki. Aliran darah yang terganggu menjadikan kaki tidak mendapatkan nutrisi yang cukup sehingga menyebabkan kerusakan sampai kematian jaringan (Smeitzer & Bare, 2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi sensibilitas sensorik meliputi lamanya penderita mengalami penyakit diabetes mellitus dan disertai dengan kadar glukosa darah yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan pada saraf terutama pada saraf perifer, oragan tubuh, dan lain-lain. Adanya penyakit penyerta seperti neuropati akan dapat memperparah kondisi saraf kaki. Kerusakan saraf menyebabkan sensibilitas sensorik kaki seorang pasien diabetes terhadap rasa nyeri, panas, dan dingin menjadi berkurang (Suiraoka, 2012). Gambaran Kadar Glukosa Darah pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Sebelum Dilakukan Senam Pernapasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar glukosa darah pada penderita rawat jalan Puskesmas di Kecamatan Ungran sebelum dilakukan intervensi pada kelompok intervensi, yaiturata-rata kadar glukosa darah sebesar 276,00 mg/dl. Sedangkan pada kelompok kontrol ratarata kadar glukosa darah sebesar 275,25 mg/dl. Glukosa merupakan bentuk karbohidrat yang paling sederhana yang diabsorbsi kedalam cairan darah melalui sistem pencernaan. Konsentrasi glukosa darah sangat penting dipertahankan pada kadar yang cukup tinggi dan stabil sekitar 70-120 mg/dl untuk mempertahankan fungsi otak dan suplai jaringan secara optimal. (Ignatavicius & Walkman, 2006; Robbin, 2007). Pada keadaan normal glukosa darah di atur sedemikian oleh insulin, sehingga kadarnya selalu dalam batas normal sekitar 70-140 mg/dl. Pada keadaan Diabetes Mellitus (DM) tubuh relatif kekurangan insulin sehingga pengaturan kadar glukosa
darah menjadi terganggu. Tingginya kadar glukosa darah, glukoneogenesis di hati tidak dapatdihambat sehingga kadar glukosa darah dapat semakin meningkat (Waspadji, 2009). Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh faktor endogen yaitu humoral faktor seperti hormon insulin, glukagon, kortisol; system reseptor di otot dan sel hati. Faktor eksogen antara lain jenis dan jumlah makananyang dikonsumsi serta aktivitas fisik yang dilakukan (Subari, 2008). Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden yang tergolong dalam kategori tinggi dipengaruhi oleh faktor usia responden yaitu berumur lebih dari 45 tahun. Bertambahnya usia mengalami penurunan fungsi organ, seperti pada hasil penelitian Ikram (2009) yaitu dengan meningkatnya umur, intoleransi terhadap glukosa juga meningkat, fungsi pankreas dan sekresi insulin berkurang, resistensi insulin yang berkurang karena berkurangnya masa otot dan perubahan vaskuler maka seiring bertambahnya usia seseorang memungkinkan terjadinya penyakit diabetes. Gambaran Kadar Glukosa Darah pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Sesudah Dilakukan Senam Pernapasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar glukosa darah pada penderita rawat jalan Puskesmas di Kecamatan Ungran sesudah dilakukan intervensi pada kelompok intervensi, yaiturata-rata kadar glukosa darah sebesar 203,25 mg/dl. Sedangkan pada kelompok kontrolrata-rata kadar glukosa darah sebesar 276,75 mg/dl.Hal tersebut menunjukkan adanya penurunan kadar glukosa darah pada kelompok intervensi setelah melakukan senam pernapasan. Olahraga merupakan pengelolaan dalam mengendalikan kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus. (Hartono,2006). Senam pernapasan dapat memperkaya oksigen dalam sel - sel darah, merangsang sirkulasi darah, dan
merangsang metabolismedalam tubuh (Mistra, 2004).Penelitian yang dilakukan Bilo (2012) menunjukkan bahwa latihan pernapasan dalam meningkatkan saturasi oksigen.Peranan oksigen dan nutrien dalam metabolisme memproduksi energi utama untuk berlangsungnya kehidupan sangat bergantung pada fungsi paru yang menghantarkan oksigen sampai berdifusi lewat alveoli kapiler dan fungsi sirkulasisebagai transport oksigen ke jaringan. Kadar glukosa darah yang tinggi menyebabkan sirkulasi darah menjadi lambat dan afinitas oksigen terhadap hemoglobin meningkat sehingga perfusi jaringanmenurun. Senam pernapasan akan menyebabkan pembakaran glukosa darah mengakibatkan turunnya glukosa darah, afinitas oksigen hemoglobin dan viskositas darah. Terjadi peningkatan sirkulasi darah, saturasi oksigen, perfusi jaringan, terjadi penyembuhan sensibilitas kaki lebih cepat (Smeltzer & Bare, 2002). Perbedaan Kadar Glukosa Darah Sebelum dan Sesudah Dilakukan Senam Pernapasan pada Responden Kelompok Intervensi Berdasarkan ujit dependent, didapatkan p-value sebesar 0,00001< (0,05), ini menunjukkan bahwa ada perbedaan secara bermakna kadar glukosa darah sebelum dan sesudah dilakukan senam pernapasan pada pasien diabetes mellitus rawat jalan Puskesmas di Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang. Hal ini sesuai dengan pendapat Yunir (2009) bahwa bila seseorang melakukan kegiatan fisik dinamik yang melibatkan otot-otot utama maka akan terjadi peningkatan ambilan oksigen sebesar 15-20 kali lipat. Akibatnya terjadi dilatasi pada arteriol maupun kapiler sehingga darah yang mengalir kedaerah tersebut meningkat. Senam pernapasan dapat memperkaya oksigen dalam sel-sel darah, merangsang sirkulasi darah, dan
merangsang metabolisme dalam tubuh (Mistra, 2009).Senam pernapasanakan membuat sesorang merasa tenang sehingga kemudian menekan kerja sistem syaraf simpatis dan mengaktifkan kerja sistem syaraf parasimpatis (Saleh, 2010). Mekanisme relaksasi napas dalam menurunkan kadar glukosa darah pada pasien DM tipe II erat kaitanya dengan stres yang dialami pasien.Selama stres, hormon-hormon yang mengarah pada peningkatan kadar glukosa darah. (Smeltzer & Bare,2002; Price & Wilson, 2006). Pada kondisi rileks ini terjadi perubahan implus syaraf pada jalur aferen ke otak dimana aktivasi menjadi inhibisi. Perubahan implus syaraf ini menyebabkan perasaan tenang secara fisik maupun mental seperti berkurangnya denyut jantung, menurunnya kecepatan metabolisme tubuh dalam hal ini mencegah peningkatan kadar glukosa darah (Smeltzer & Bare, 2002). Perbedaan Kadar Glukosa Darah Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Responden Kelompok Kontrol Berdasarkan ujit dependent, didapatkan p-value sebesar 0,879> (0,05), ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan secara bermakna kadar glukosa darah responden kelompok kontrol sebelum dan sesudah perlakuan pada pasien diabetes mellitus rawat jalan Puskesmas di Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang. Airmerupakan komponen kritis dalam tubuh karena fungsi sel bergantung padalingkungan cair. Air menyusun 60% hingga 70% dari seluruh berat badan.Air sangat penting dalam tubuh sebagai penghancurmakanan (Potter & Perry, 2006). Hasil penelitian Zeuthen (2010) mengatakan bahwacairan bisa menyebabkan terjadinya peningkatan osmotik sehingga menyebabkanpengenceran glukosa di plasma. Penggunaan terapi air putih adalah yang dilakukan secara internal yaitu
denganmeminum air putih hangat sebanyak 1,5 liter setiap pagi segera setelah bangun tidur(Wike, 2007). Pelaksanaan terapi air putihselama 72minggu berturut-turut dan pengalamanbahwa dari beberapa penyakit yangdapat disembuhkan denganterapiairputihdapat menurunkan kadar glukosa darah (Albetzar, 2007). Menurut James (2010), bahwa dengan minum air putihmenyebabkan terjadinya pemecahangula. Hal ini juga diperkuat olehSudarmoko (2010) bahwamengkomsumsi air putih membantuproses pembuangan semua racun –racun di dalam tubuh, termasuk gulaberlebih (Sudarmoko, 2010). Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa pada kelompok kontrol yang dilakukan terapi dengan pemberian air putih tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kadar glukosa darah responden. Dikarenakanpemberian terapi air putih sebanyak 200 cc setia berlangsungnya terapi dan hanya dilakukan selama 3 hari.Berdasarkan waktu dan banyaknya terapi air putih yang dilakukan peneliti sehingga tidak efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah. Perbedaan Sensibilitas Sensorik Kaki Sebelum dan Sesudah Dilakukan Senam Pernapasan pada Responden Kelompok Intervensi Berdasarkan ujit dependent, didapatkan p-value sebesar 0,00001< (0,05), ini menunjukkan bahwa ada perbedaan secara bermakna sensibilitas sensorik kaki sebelum dan sesudah dilakukan senam pernapasan pada pasien diabetes mellitus rawat jalan Puskesmas di Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang Dengan olahraga pernapasan dalam, proses yang pasif akandiubah menjadi aktif, sehingga otot-otot pernapasan tambahan ikut bekerja dan meningkatkan volume tidal. Saat bernapas pasif volume tidal sekitar 400-500 mL, dan akan meningkat 2-3 kali.Harapannya
oksigen berdifusi lebih maksimal, saturasi oksigen meningkat, dan perfusi jaringan meningkat (Ahmad, 2013). Olahraga napas dalamdengan menggerakkan otot pada seluruh tubuh selama 3 hari dalam waktu 30 menit, yang memungkinkan terjadinya perubahan statusperfusi di eksterimitas bawah. Hal ini sesuai dengan pendapatYunir (2009) bahwa bila seseorang melakukan kegiatan fisik dinamik yang melibatkan otot-otot utama maka akan terjadipeningkatanambilan oksigen sebesar 15-20 kalilipat, karena peningkatan laju metabolik pada otot yang aktif. Akibatnya terjadi dilatasi pada arteriol maupun kapiler sehingga darah yang mengalir ke daerah tersebut meningkat. Keluaran jantung meningkat 20-30 L/menit untuk memenuhikebutuhan otot yang aktif. Kadar glukosa darah menurun seiring dengan oksidasi atau pengubahan glukosa menjadi bentuk simpanan bahan bakar oleh jaringan. Dioksidasi akan terjadi pembebasan energi melalui pemindahan atau transfer elektron ke oksigen. Energi dari proses oksidasi ini menghasilkan panas adenosin trifosfat (ATP). Karbondioksida bergerak ke paru melalui aliran darah lalu dikeluarkan. Peningkatan oksigen dalam sirkulasi dalam darah sehingga nutrisi yaitu protein yang diinternalisasi dan kemudian diangkut oleh transpor retrogrand ke badan sel neuron. (Marks, 2000; Ganong, 2013). Terjadi peningkatan sirkulasi darah, kemampuan oksigenasi, perfusi jaringan menyebabkan darah mengalir lebih mudah untuk menghantarkan oksigen ke jaringan sehingga mempercepat perbaikan sensibilitas pada kaki (Smeitzer & Bare, 2013; Mistra, 2009). Perbedaan Sensibilitas Sensorik Kaki Sebelum dan Sesudah Dilakukan Senam Pernapasan pada Responden Kelompok kontrol Berdasarkan ujit dependent, didapatkan p-value sebesar 0,504>
(0,05), ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan secara bermakna sensibilitas sensorik kaki responden kelompok kontrol sebelum dan sesudah perlakuan pada pasien diabetes mellitus rawat jalan Puskesmas di Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang. Pada pasien diabetes melitus tipe 2 berdasarkan jenis kelamin, usia, dan lama menderita diabetes. Dalam proses metabolisme, air mempunyai 2 fungsi utama yaitu: sebagai pembawa zat-zat nutrisi dan oksigen ke dalam sel-sel tubuh dan berfungsi untuk mengeluarkan produk samping hasil metabolisme (M.Anwari Irawan, 2007). Air putih membantu proses pembuangan semua racun-racun di dalam tubuh, termasuk gula berlebihan (Sudarmoko, 2010). Minum air putih menyebabkan pemecahan gula.Untuk membantu mengeluarkan zat-zat kimia seperti glukosa. Terapi air putih 1,5 liter (1500cc) ditambah dengan terapi oral dapatmenurunkan kadar glukosa darah sesaatpada penderita DM Tipe 2. Hasilpenelitian ini mendukung teori yangdisampaikan oleh Hamad (2007), mengkonsumsi air dalam jumlah yangbanyak dilakukan pada pagi hari setelahbangun tidur adalah baik. Karena padakondisi tersebut lambung dalamkeadaan kosong sehingga dindinglambung dapat menyerap air dengancepat, kemudian dialirkan ke dalamdarah, lalu dialirkan oleh darah keginjal dan dikeluarkan lewat urine (Hamad, 2007). Sensobilitas sensorik menunjukkan adanya sedikit perubahan pada kelompok kontrol. Menurutasumsi peneliti dikarenakan frekuensi dan jumlah pemberian air putih selama penelitin tidak sesuai dengan teori yang ada yaitu hanya 200 cc/terapi dan hanya dilakukan selama 3 hari. Hal tersebut menjadikan terapi ini tidak efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah responden sebagai salah satu
faktor yang menyebabkan normalnya sensibilitas sensorik kaki pada responden. Pengaruh Senam Pernapasan terhadap Kadar Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh terhadap kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus rawat jalan Puskesmas di Kecamatan Ungaran denganp-value0,008 < (0,05). Olahraga pernapasan, proses yang pasif diubah menjadi aktif, menjadikan otot-otot pernapasan tambahan bekerja dan Pernapasan pasif, meningkatkan volume tidal sekitar 400-500 ml. Senam pernapasan memperkuat struktur otot kaki, memperlancar peredaran darah, mengaktifkan kembali saraf-saraf dan pembuluh darah keseluruh tubuh yang membawa oksigen (Ahmad, 2013; Mistra, 2009). Kadar glukosa darah menurun seiring dengan oksidasi atau pengubahan glukosa menjadi bentuk simpanan bahan bakar oleh jaringan. Dioksidasi akan terjadi pembebasan energi melalui pemindahan atau transfer elektron ke oksigen. Energi dari proses oksidasi ini menghasilkan panas adenosin trifosfat (ATP). Olahraga dapat memperbaiki kepekaan insulin serta pengendalian glukosa darah. Teori ini didukung dengan penelitian Diabetes Prevention Study (Tuomilehto, 2001) dalam penelitiannya terhadap populasi yang beresiko tinggi di Firlandia yang diobati melalui modifikasi diet dan olahraga yaitu resiko diabetes mellitus pada populasi tersebut terpangkas sebesar 58%. (Marks, 2000; Arisman, 2010) Terapi untuk meningkatkan oksigen darah dengan memberikan kadar oksigen 100% diruangan dengan tekanan yang lebih besar dari normal. Titut (2008) melakukan penelitian sebanyak 13 pasien diabetes diterapi memakai oksigen 100% dan tekanan 2,4 atmosfir. Hasil penelitian pada penderita diabetes tanpa luka didapatkan penurunan kadar glukosa darah
secara signifikan. Penurunan kadar glukosa darah menyebabkan peningkatan konsentrasi oksigen pada seluruh jaringan tubuh (Ekaputra, 2013; Kompas, 2011). Pengaruh Senam Pernapasan terhadap Sensibilitas Sensorik Kaki pada Pasien Diabetes Mellitus Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh terhadap kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus rawat jalan Puskesmas di Kecamatan Ungaran denganp-value 0,273> (0,05). Olahraga pernapasandengan menggerakkan otot pada seluruh tubuh selama 3 hari,akan terjadi perubahan perfusi dieksterimitas bawah.Hal ini sesuai dengan pendapat Yunir (2009), bahwa bila seseorang melakukan kegiatan fisik dinamik yang melibatkan otot-otot utama maka akan terjadi peningkatan ambilan oksigen sebesar 15-20 kali lipat, karena peningkatan laju metabolik pada otot yang aktif. Akibatnya terjadi dilatasi pada arteriol maupun kapiler sehingga darah yang mengalir ke daerah tersebut meningkat. Relaksasi pada responden berpengaruh terhadap kadar glukosa darah responden yang menurun akibat efek relaksasi. Relaksasi dapat menurunkan kadar glukosadarah pada pasien diabetes dengan cara menekan kelebihan pengeluaran hormon-hormon yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah (Smeltzer,Bare, Hinkle, & Cheever, 2008). Sensibilitas sensorik disebabkan karena peningkatan glukoa darah yang lama sehinggamenyebabkan kelainan vaskuler dan metabolik. Peningkatan kadar sorbitol intraseluler,menyebabkan saraf membengkak dan terganggu fungsinya. Penurunan kadar insulinsejalan dengan perubahan kadar peptida neurotropik, perubahan metabolisme lemak, stresoksidatif,perubahan kadar bahan vasoaktif mempengaruhi fungsi danperbaikan saraf(Amstrong, 2007). Menurut Wibisono (2009),senam ini berpengaruh untuk memperbaiki
sirkulasi darah dan meningkatkan sensibilitas kaki. Senam ini sangat dianjurkan untuk penderita diabetes yang mengalami gangguan sirkulasi darah. Gerakan dalam senam pernapasan seperti yang disampaikan dalam 3rd National Diabetes Educators Training Camp tahun 2005 dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah di kaki. KESIMPULAN 1.
2.
Ada pengaruh secara bermakna kadar glukosa darah sesudah dilakukan senam pernapasan pada kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol pada pasien diabetes mellitus rawat jalan Puskesmas di Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang dengan nilai p-value 0,008< α (0,05). Ada pengaruh secara bermakna sensibilitas sensorik kaki sesudah dilakukan senam pernapasan pada kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol pada pasien diabetes mellitus rawat jalan Puskesmas di Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang dengan nilai p-value 0,028 < α (0,05).
SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengingat keterbatasan peneliti dalam penelitian ini, maka ada beberapa saran yang perlu disampaikan peneliti sebagai berikut : 1. Bagi penderita diabetes mellitus dan masyarakat
Hasil penelitiansenam pernapasan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan sensibilitas sensorik kaki dan menurunkan kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus. Senam pernapasan dilakukan 3 kali dalam satu minggu selama 30 menit 2. Bagi keperawatan
Dapat mengajarkan kepada tenaga keperawatan dalam memberikan intervensi kepada penderita untuk peningkatan sensibilitas sensorik kaki dan
penurunan kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus 3. Bagi institusi pendidikan
Bagi institusi pendidikan diharapkan pada keperawatan keluarga dalam keperawatan komunitas sebagai salah satu terapi komplementer (senam pernapasan) untuk mengatasi penyakit diabetes mellitus 4. Peneliti selanjutnya Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi inspirasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan memperhatikan keterbatasan dalam penelitian ini yaitu peneliti tidak dapat mengontrol pola makan yaitu Peneliti tidak dapat mengawasi secara intensif aktifitas fisik responden.Selama dilakukan senam pernapasan responden kurang dalam berkonsentrasi sehingga dapat menyempurnakan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA Ahmad Noviar. 2013. Keuntungan dan Risiko Senam Pernapasan. Femina Pesona. Diakes dari http://www.pesona.co.id/sehat/kese hatan/keuntungan.dan.risiko.senam. pernapasan/002/002/29. 13 Oktober 2013. Andrews, M., Johnson, P.H., & Weinstock, D. 2005.Handbook of geriatricnursing care. Pennsylvania: Springhouse Corporation. Arimuko. 2012. Melawan Dan Mencegah Diabetes. Yogyakarta: Araska Printika. Arisman. 2010. Obesitas, Diabetes Mellitus &Dislipidemia :konsep, teori, dan penanganan aplikatif. Jakarta : EGC Bilo, G. 2012. Effects of slow deep breathing at high altitude on oxygen saturation, pulmonary and systemic hemodynamics. Jurnal Biomedik (online).(http://www.plosone.org/articl e/info%3Adoi%2F10.1371%2Fjurnal.p one.004904 diakses tanggal 20 januari 2015).
Endang Lanywati. 2011. Diabetes Mellitus Penyakit Kencing Manis. Yogyakarta : Kanisius Evelyn C. Pearce. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia Marks, Dawn B. 2000.Biokimia Kedokteran Dasar : Sebuah Pendekatan klinis. Jakarta : EGC Mistra. 2009. 3 Jurus Melawan Diabetes Mellitus. Jakarta : Puspa Swara Ignatavicius.DD & Workman, M.L 2006.Medical surgical nursing : critical thinking for collaborate care. Fifth edition. St louis, missouri : elsevier sanders. Price, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta : EGC Smeltzer and Bare. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.Jakarta : EGC Subari, N.D. 2008. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Penderita
Sudoyo. 2012. Empat Pilar Pengelolaan Diabetes. SmallCrab.com : informasi kesehatan. Diakes dari http://www.smallcrab.com/diabetes /635-empat-pilar-pengelolaandiabetes. Sudewo, Bambang. 2009. Buku Pintar Hidup Sehat. Jakarta : Agro Media Pustaka Suiraoka. 2012. Penyakit Degeneratif : mengenal, mencegah dan mengurangi faktor resiko 9 penyakit degeneratif. Yogyakarta : Nusa Medika William F. Ganong, 2013. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 22.Jakarta : EGC Waspadji, Sarwono. 2009. Resistensi Insulin Sebagai Faktor Risiko Ateroskerosis. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Yunir, A. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3.Jakarta : EGC