PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN AEROBIK INTENSITAS RINGAN PADA SORE DENGAN PAGI HARI TERHADAP KADAR ADIPONEKTIN, TRIGLISERIDA, DAN GLUKOSA DARAH PADA TIKUS GALUR WISTAR MODEL OBESITAS Sri Mulyati Rahayu, A. Purba, Setiawan ABSTRAK Obesitas meningkatkan prevalensi terjadinya berbagai penyakit. Penanganan obesitas antaralain latihan aerobik intensitasringan. Latihan aerobik intensitas ringan sumber energi predominan berasal dari lemak. Penelitian menurut Kimura bahwa olahraga lebih baik dilakukan sore hari, karena sore hari terjadi peningkatan mikrosirkulasi pada otot skelet, sehingga suplai oksigen yang diperlukan dalam metabolisme lemak dapat berlangsung secara optimal.Selain itu Shiotani berpendapat adanya pengaruh irama sirkardian yang mempengaruhi tekanan darah, denyut jantung, kekentalan darah dan pengaturan suhu. Pada sore hari suhu meningkat 2-4 derajat dan maksimum suhu pada jam 14.00 – 16.00 sehingga otot lebih banyak mendapatkan suplai oksigen. Rancangan penelitian yang digunakan adalah eksperimental dengan menggunakan tikus jantan galur wistar sebanyak 5 ekor untuk masing- masingkelompok pagi dan sore. Tikus kelompok pagi setiap jam 08.00- 09.30 dan kelompok sore setiap jam 14.0015.30 melakukanlatihan aerobik dengan durasi 30 menit, frekwensi 5 x/minggu selama 4 minggu. Rancangan analisisyang digunakan adalah uji t-berpasangan dan untuk melihat perbedaan pengaruh latihan aerobik intensitasringan pagi dan sore dilanjutkan dengan uji ANACOVA statistik uji F. Hasil penelitian menunjukkan latihan aerobik intensitas ringan pada sore hari lebih meningkatkan kadar adiponektin sebesar 85,86% (77,78 ± 0,0014 vs 163,64 ± 0,0036 ) dibandingkan latihan aerobik intensitas ringan pada pagi hari. Demikian pula kadar trigliserida darah pada sore hari lebih menurun sebesar 9,01% (55,39±82,20 vs 64,40±96,60) dibandingkan latihan aerobik intensitas ringan pada pagi hari. Untuk hasil kadar glukosa darah menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara latihan aerobik intensitas ringan pada sore hari dalam menurunkan kadar glukosa darah dengan latihan aerobik intensitas ringan pada pagi hari, dengan besar penurunan 4,02% (18,30% ± 22,80 vs 22,32% ± 30,00). Penulis menyimpulkanada perbedaan pengaruh latihan aerobik intensitas ringan pada sore hari dengan pagi hari terhadap kadar adiponektindan trigliserida, tetapi tidak ada pengaruh terhadap glukosa darah pada tikus galur wistar obesitas. Kata kunci : Latihan aerobik intensitas ringan, kadar adiponektin darah, kadar trigliserida darah, dan kadar glukosa darah
ABSTRACT Obesity increased the prevalence of various diseases. Handling obesity with low intensity aerobic exercise. In the low intensity aerobic exercise predominant source of energy derived from fat. Based on research that exercise is better done in the afternoon, because in the afternoon there was an increase microcirculation in skeletal muscles, so that the oxygen supply needed for fat metabolism can take place optimally. In addition researchers suggested the effect sircardian rhythm that affects blood pressure, heart rate, blood viscosity and temperature setting. In the afternoon the temperature rises 2-4 degrees and the maximum temperature at 2:00 p.m. to 4:00 p.m. so that the muscles get more oxygen supply. Therefore, the authors conducted a study to determine the difference effect of low intensity aerobicexercise morning to afternoon with adiponectin level, triglyceride and blood glucose in Wistar rat model of obesity. The research design was used experimentally by using male Wistar rats were 5 mice for each group in the morningand afternoon. Rat groups every hour in the morning 8:00 a.m. to 9:30 a.m. and 14:00 to 15:30 every hour of the afternoongroup did aerobic exercise 30 minutes in duration, frequency, 5 x / week for 4 weeks. The design analysiswas used paired t-test and to see the significant influence of low intensity aerobic exercise in the morning and afternooncontinued with the test statistic F test was concluded. The results showed a low intensity aerobic exercise in the afternoon further increase adiponectin levels by 85.86% (77,78 ± 0,0014 vs 163,64 ± 0,003677.78 vs. 163.64) than low intensity aerobic exercise in the morning. Similarly, blood triglyceride levels decreased more in the afternoon by 9.01% (55,39±82,20 vs 64,40±96,60) compared with low intensity aerobic exercise in the morning. For results of blood glucose levels after a mild intensity exercise showed no difference between aerobic exercise in the afternoon light intensity decreases blood glucose level with a low intensity of aerobic exercise morning with prosentace decrease 4,02% (18,30% ± 22,80 vs 22,32% ± 30,00). The author concludes there is significant influence of low intensity aerobicexercise in the afternoon to early morning on serum adiponectin and triglycerides, but not for blood glucose in obese rats of wistar strain. Key words: low intensity aerobic exercise, blood adiponectin levels, blood triglyceride and blood glucose levels
306
Heny Mulyani, Sikap Akseptor MOP terhadap .... 307
PENDAHULUAN Obesitas (kegemukan) merupakan kondisi terjadi penimbunanlemak yang berlebihan dibandingkan kebutuhannormal tubuh. Prevalensi angka kejadianobesitas pada anak dan dewasa di negara berkembang semakin meningkat,demikian pula di Indonesia. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 prevalensiobesitas nasionalmencapai 19,1%. Pada umumnyaperempuan (23,8%) lebih banyak menderita obesitas dibandingkan dengan pria (13,9%). Penyebab obesitas adalah faktor lingkungan,gaya hidup, faktor kultural,permasalahan metabolisme (hormonal dan enzimpencernaan),dan ketidakseimbanganantara diet dan exercise(latihan) sebagaiakibat dari perubahangaya hidup dan modernisasi. Obesitas dapat meningkatkanprevalensiterjadinya berbagai penyakitkronik,termasuk arteri koronaria,hipertensi, hiperlipidemia,osteoartritis,batu empedu,diabetesmelitus, stroke, dan kanker. Penanganan obesitas dapat berupa diet, latihan (olah raga), perubahan prilaku atau gaya hidup, penggunaan obat-obatan baik obat kimia maupun herbal, motivasi, dan untuk beberapa kasus direkomendasikan untuk dilakukan pembedahandigestif terutama yang memiliki IMT (indeks massa tubuh) lebih dari. Saat ini banyak barang yang ditawarkan untuk menurunkan berat badan, dijual dalam bentuk produk, suplemen, dan program. Namun demikian tetap yang disarankan para ahli dan paling aman adalah latihan. Latihan ada yang bersifat aerobik dan anaerobik. Latihanaerobik adalah latihan yang memerlukan oksigen dan berperanuntuk meningkatkan kemampuan jantung dan paru serta berlangsung dalam durasi lebih dari 120 detik denganglukosa dan lemak sebagai sumber energi, sedangkanlatihan anaerobik biasanya dilakukan pada intensitastinggi dan ditempuh dalam waktu singkat, yaitu durasi kurang dari 120 detik dengan energi yang bersumber dari ATP-PC (Adenotriphospat-phosphocreatin)dan glukosa.Meskipun lemak memiliki berbagai senyawa kimia seperti trigliserida, fosfolipid dan kolesterol, namun hanya trigliserida yang merupakan sumber energi utama. Latihan dapat dilakukanpada pagi, siang, sore dan malam hari. Kebanyakanmasyarakat lebih memilih berolahraga di waktupagi hari untuk memompa semangat dan mereka percaya bahwa olah raga lebih baik dilakukan di pagi hari karena udara masih segar dan bebas polusi. Tetapi ada pulayang melakukan olahraga siang, sore bahkan malam, karena hanya memiliki waktu tersebut. Waktu olah raga yang baik sesuai irama sirkardian untuk kesehatan belum diketahuisecarapasti, demikian pula waktu olahraga untuk membakarlemak tubuh. Irama sirkardian adalah mesin pengatur irama biologis yang mengikuti waktu 24 jam. Mesin ini terdiri dari nukleus suprakiasmatikus (SCN) di otak yang merupakanpusat pacemaker dan mengatur semua proses fisiologis tubuh melalui syaraf otonom dan neuroendokrin. Berdasarkan penelitianbahwa olahraga lebih baik dilakukansore hari, karena otot mencapai puncak kinerja pada waktu ini dan orang sudah dalam kondisi fisiologis tubuh yang aman,
sehingga berisiko kecil menimbulkan cedera. Selain itu penelitiberpendapat adanya pengaruh irama sirkardian yang memengaruhit ekanan darah, denyut jantung, kekentalandarah dan pengaturansuhu. Pada sore hari suhu meningkat 2-4 derajat dan maksimum suhu pada jam 14.00 – 16.00 sehinggaotot lebih banyak mendapatkan suplai oksigen . Pada penelitian sebelumnya didapatkan bahwa latihanintensitassedang akut (30 menit) tidak berpengaruh terhadapkadar adiponektinsedangkan intensitassedang kronik (4-8 minggu)pada manusia kadar adiponektin mengalamipeningkatan. Latihan aerobik intensitas ringan memperbaiki sensistivitasterhadap insulin, sehingga berpengaruhterhadap kadar glukosa darah. Latihan aerobik intensitas ringan memerlukan lemak sebagaisumberenergi, sehingga dapat berpengaruh terhadapkadar trigliserida. Lemak di dalam tubuh akan disimpandi jaringan adiposa. Jaringan adiposa bukan hanya sebagai tempat penyimpanan lemak, tetapi juga merupakanorgan endokrin yang berperan penting dalam interaksi dengan signal endokrin, metabolik dan inflamasi untuk mengatur homeostasis energi. Adiposit menghasilkan dan mensekresibeberapa protein yang berperan sebagai hormon. Hormontersebut bertanggung jawab terhadap pengaturan asupandan pengeluaran energi antara lain adiponektin.Adiponektindapat menurunkanakumulasi trigliserida di otot skelet dengan meningkatkan oksidasi asam lemak melalui aktivasiacetyl coA oxidase, carnitine palmytoyl trans¬ferase-1 (CPT-1) dan AMP kinase. Adiponektinberperan penting dalam menghambat proses peradangan vaskular dan anti-aterosklerotik. Adiponektin memiliki peran yang sama dengan olah raga, yaitu berperan memperbaiki sensitivitas insulin. Berdasarkan alasan tersebut di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang “perbedaan pengaruh latihan aerobik intensitasringan pada sore dengan pagi hari terhadapkadar adiponektin, trigliserida, glukosa darah pada tikus galur wistar model obesitas” METODE PENELITIAN Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan eksperimental. Pada penelitian ini digunakan tikus jantan galur wistar dengan kriteria inklusi: kondisi tikusdalam keadaan sehat, berat badan 250-300 gram, umur 2,5-3 bulan,didapatkan dari tempat pembiakan yang sama, pakan yang sama, ada kenaikan berat badan setelah di adaptasikan dengan kondisi obesitas selama 2 minggu, yaitu 15% dari berat badan awal.63 Kriteria Ekslusi: kondisi tikus sakit, tikusmati. Adapun besar sampel untuk menguji dua beda rata-rata yaitu : dengan taraf kepercayaan 95% dan power test 90% (Zά= 1,65, Zβ= 1,65) didapatkan 5 tikus untuk masing-masing grup. Cara kerja dan teknik pengumpulan data adalah: Penyediaan sampel penelitian, yaitu tikus jantan wistar denganberat 250-300 gr dan berumur 2,5-3 bulan, Kebersihankandang dipelihara, Suhu kandang 220±240. Mengadaptasikantikus dengan kondisi siang dan malam, yaitu siang antara 08.00-20.00 dan malam antara 20.00-08.00, Waktu siang menggunakan lampu 10 watt, Memberikan
Bhakti Kencana Medika, Volume 3, No. 7, Januari 2013. Hal. 306-311
makanan tinggi kalori pada tikus dalam kandangselama 2 minggu untuk model obesitas dan minum bebas, Periode obesitas tikus diberikan makanan tinggi karbohidrat dan lemak, sehari 2 kali dengan jumlah kalori 4.5 kcal/g; 15% berasaldari protein, 33% lemak dan 52% adalah karbohidrat,Setelah 2 minggu, sebelum perlakukan tikus diperiksa kadar adiponektin, trigliserida dan glukosa darah (base line). Pengambilan darah base line untuk kelompok pagi hari adalah pukul 08.00 dan kelompok sore hari adalah pukul 14.00, Tikus kelompok pagi hari melakukan latihan aerobik intensitas ringan selama 30 menit, seminggu5 kali selama 4 minggu setiap jam 08.00-09.30, Tikus kelompok sore hari melakukanlatihan aerobik intensitasringan selama30 menit, seminggu 5 kali selama 4 minggu setiap pukul 14.00-15.30. Selama perlakuan tikus mendapatkan makanan standar sesuai berat badan yaitu 50 gram setiap 200 gram berat badan tikus, Setelah 4 minggu latihan aerobik intensitas ringan, kedua kelompok diambil darah kembali untuk pemeriksaan kadar adiponektin, trigliserida dan glukosa darahsesuai dengan waktu latihan masing-masing, yaitu pagi (08.00) dan sore (14.00) hari, Prosedur Membuat model tikus galur wistar obesitas: Memberikan diet tinggi kalori, yaitu15% berasal dari protein, 33% lemak dan 52% adalah karbohidrat. Jumlah energi yang diberikan 4.5 kcal/g.63 Rancangan Analisis: Uji normalitas dengan Shapiro wilk, Uji homogenitas antar kelompok dengan uji levene’s test F, Bila data berdistribusi normal akan dilakukan uji paired t-test untuk mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah perlakuan dan untuk mengetahui perbedaan antara kedua perlakuan dilakukan uji anacova (analisis kovarians). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil uji t-berpasangan kadar adiponektin darah sebelumdan sesudah latihan aerobik intensitas ringan pada pagi hari, ditemukan sesudah latihan lebih tinggi daripadasebelumlatihan (0,0018 ± 0,00084 ng/ml vs 0,0032 ± 0,00084 ng/ml ) (p<0,005). Demikian pula kadar adiponektindarah sebelum dan sesudah latihan aerobik intensitasringan sore hari, ditemukan sesudah latihan lebih tinggi daripada sebelum latihan (0,0022 ±0,00084 ng/ml vs 0,0058 ± 0,00130 ng/ml)( p<0,005). Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan latihan aerobikintensitas ringan pada pagi dan sore terhadap kadar adiponektin darah dilakukan analisis ANACOVA statistik uji F (p≤0,05). Hasilnya menunjukkan latihan aerobik intensitasringan sore hari lebih meningkatkan kadar adiponektinsebesar 85,86% (77,78 vs 163,64 ) dibandingkan latihan aerobik intensitas ringan pada pagi hari. Hasil uji t- berpasangan kadar trigliserida darah sebelumdan sesudah latihan aerobik intensitas ringan pada pagi hari, ditemukan sesudah latihan lebih rendah daripada sebelum latihan (148,4 ± 5,3 mg/dl vs 66,2 ±12,7 mg/dl) ( p≤0,05). Demikian pula kadar trigliserida darah sebelum dan sesudah latihan aerobik intensitas ringan sore hari, ditemukan sesudah latihan lebih rendah daripada sebelum latihan (150,0 ±12,7 mg/dl vs 53,4 ±3,8 mg/dl) (p≤0,05).
308
Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan latihan aerobikintensitas ringan pada pagi dan sore terhadap kadar trigliserida dilakukan analisis ANACOVA statistik uji F (p≤0,05). Hasilnya menunjukkan latihan aerobik intensitas ringan sore hari lebih lebih menurunkan kadar trigliserida sebesar 9,01% (55,39 vs 64,40) dibandingkan latihan aerobik intensitas ringan pada pagi hari. Hasil uji t- berpasangan kadar glukosa darah sebelum dan sesudah latihan aerobik intensitas ringan pada pagi hari menunjukkan sesudah latihan lebih rendah daripada sebelumlatihan (148,4 ±5,3 mg/dl vs 66,2 ±12,7 mg/dl) ( p≤0,05). Demikian pula kadar glukosa darah sebelum dan sesudah latihan aerobik intensitas ringan sore hari, ditemukansesudah latihan lebih rendah daripada sebelum latihan (150,0 ± 12,7 mg/dl vs 53,4 ± 3,8 mg/dl)( p≤0,05). Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan pengaruh latihanaerobik intensitas ringan pada dan sore terhadap kadarglukosa darah dilakukan analisis ANACOVA statistik uji F (p≤0,05). Hasilnya menunjukkan tidak terdapat perbedaanantara latihan aerobik intensitas ringan sore hari dalam menurunkan kadar glukosa darah dibandingkan latihan aerobik intensitas ringan pada pagi hari (18,30% vs 22,32%). Walaupun dengan analisis statistik tidak terdapat perbedaan, akan tetapi terdapat kecenderungan pengaruh latihan aerobik intensitas ringan sore lebih menurunkan kadar glukosa darah dibandingkan dengan latihan aerobik intensitas ringan pada pagi hari, yaitu sebesar 4,02%. Dari hasil penelitian di atas didapatkan kadar adiponektindarah setelah latihan aerobik intensitas ringan sore lebih meningkat daripada pagi hari. Peningkatan ini terjadikarena pada sore hari mikrosirkulasi terjadi secara optimalpada otot skelet dibandingkan pagi hari sesuai denganirama sirkardian tubuh secara fisiologis. Dengan peningkatan mikrosirkulasi,maka suplai oksigendan nutrisiuntuk proses latihan terpenuhi. Proses metabolisme terutamalemak untuk penyediaan energi saat latihan akan terjadi secaraoptimal apabila tersedia cukup oksigen. Latihan yang dilakukan selama ≥ 10 menit dikategorikan sebagai prolonged exercise dengan sumber energi predominanberasaldari lemak. Pada waktu sore hari mikrosirkulasiterjadi lebih optimal, sehingga suplai oksigen pada waktu melakukan aktifitas fisik pada sore hari lebih besardaripada pagi hari. Hal inilah yang menyebabkan metabolisme lemak lebih besar pada sore hari daripada pagi hari (55,39 vs 64,40). Pada olahraga intensitas ringan hingga sedang, serabut otot tipe I menggunakan sumber energi utama berasal dari lemak. Serabut otot tipe I memiliki kemampuan oksidasi lemak yang tinggi dan kemampuan glikogenolisis-glikolisis yang rendah, oleh karena sumber energi predominan berasaldari lemak. Pada saat simpanan glikogen berkurang pada otot, maka oksidasilemak berperan dalam mempertahankan penyediaanenergi dan mencegah terjadinya hipoglikemia. Proses oksidasi asam lemak juga dipengaruhi oleh kadar carnitine pada saat olahraga. Carnitine merupakan substrat untuk Carnitine Palmytoyl Trans¬ferase-1 (CPT1) dan dibutuhkanuntuk transpor asam lemak rantaipanjangke
Heny Mulyani, Sikap Akseptor MOP terhadap .... 309
dalam mitokondria. Pada latihan intensitasringantidak DAFTAR PUSTAKA terjadipeningkatan kadar piruvat,sehinggatidak terjadi peningkatanacetyl coA yang berakibatbanyaknyacarnitin Alhusseini N, Belacy NA, Kasem M, Allam MM. Effect of Exercise Training on Adiponectin Receptor bebas di dalam mitokondria. Carnitinbebas inilah yang Expressionand Insulin Resistance in Mice Fed a meningkatkan aktivitas CPT1 yang akhirnya meningkatkan High Fat Diet. American Journal of Biochemistry and transporasam lemak rantai panjang ke dalam mitokondria. Biotechnology 6 (2): 77-83, 2010[diunduh 8 Februari Exercise/latihan juga dapat meningkatkanjumlah 2010] ISSN 1553-3468 Science Publications mitokondriadalam otot skelet,sehingga pembakaran Alice SR, Dora MB, Barbara JN, Madhur S, Ronald LG, Grady lemak semakin meningkat. Dengan terjadinya peningkatan SM, et al. Plasma adi¬ponectin and leptin levels, body metabolismelemak sebagai energi pada saat olah compositions and glucose utilization in adult women raga intensitasringan, maka akan terjadi penurunan with wide ranges of age and obesity. Diabetes Care penumpukan lemak tubuh disertai penurunan berat 2003 [diunduh 4 februari2010]; 26:2383-8 badan. Kondisi ini akan meningkatkan pengeluaran Anthony E, Civitarese, Ukropcova B, Carling S, Hulver adiponektin.Pengeluaran adiponektin merangsangreseptor M, Ralph A. Role of adiponectin in human skeletal adiponektin,yaitu AdipoR1 diekspresikandiotot skeletal musclebioenergetics Cell Metab. 2006 July ; 4(1): 75– dan AdipoR2 diekspresikandi hati. Hal ini menyebabkan 87. doi:10.1016/j.cmet.2006. [diunduh 8 April 2010] peningkatankerjadari AMP kinase yang berpengaruh 05.002. terhadap peningkatanβ Oksidasi. Peningkatan β Oksidasi Arble, D., Bass , Laposky, D. Circadian Timing of Food memerlukansuplai oksigenyang cukup, sehingga latihan IntakeContributes to Weight Gain. Journal Obesity. sore akan lebih baik dikarenakan menerima suplai oksigen [abstrack ].2009.[diunduh 4 Februari 2010]. lebih optimal, denyut jantung meningkat dan kekentalan doi:10.1038/oby.2009.264 darah relatif menurun, maka metabolism lemak terjadi Asmadi. Tekhnis procedural dan aplikasi konsep kebutuhan lebih banyak pada saat olah raga sore hari. dasar. EGC.2007 Peningkatan pengeluaran adiponektin juga berpengaruh Atkinson, G., Edwards, B., Reilly T., Exercise as a synchroterhadap trigliserida. Pengaruh adiponektinpada niser of human circadian rhythms: an update and metabolismetrigliserida adalah dengan melibatkan discussion of the methodological problems.[online] perubahanintrinsik pada metabolisme lemak di otot skelet 2006 . [diunduh 25 Januari 2010] dan berpengaruh terhadap aktivitas lipoprotein lipasedi Barnea, M., Madar, Z., Froy, O. High-fat Diet Followed by otot skelet dan adiposit. Adiponektin dapat menurunkan Fasting Disrupts Circadian Expression of Adiponectin akumu¬lasi trigliserida di otot skelet denganmeningkatkan Signaling Pathway in Muscle and AdiposeTissue. oksidasi asam lemak melalui aktivasiacetyl coA oxidase, Journal obesity [online]. CPT-1 dan AMP kinase, sehingga dapat menurunkan kadartrigliserida darah. Penurunan kadar glukosa tersebut Bassols, Moreno, Navarrete. Light is associated with hypertriglyceridemiain obese subjects and increased kemungkinandipengaruhi oleh peningkatankadar cytokine secretion from cultured human adipocytes. adiponektin.Oleh karena adiponektin dapat menyebabkan Journal Obesity [online].2009 [diunduh 2 Januari peningkatan metabolisme glukosa yang dimediasi oleh 2010].tersedia dari: www.nature.com › Journal home AMP activated kinase (AMPK). Olah raga intensitas ringan › Current issue › Original Articles pada sore hari akan meningkatkan Glut4 yang menyebabkan Bina Kesehatan Masyarakat.Pedoman Umum Gizi ambilan glukosa ke dalam otot meningkat yang digunakan Seimbang. Jakarta:Bina Kesehatan Masyarakat; 2002. pula sebagai sumber energi. Hal inilah yang menyebabkan Biochemistry.27 th ed.hlm. 187-195. Singapore : McGrawterjadinya penurunan glukosadarah.Selain itu diduga Hill. 2006 ada kemungkinan faktor lain yang mempengaruhi Bompa T. Theori and methodology of training. USA : peningkatkanglukosa darah setelah latihan, yaitugrowth Kendall Hunt Publishing.1999. hormon, adrenalin dan kortikosteroid. Botham KM, Lipid Transport and Storage. Dalam Murray,R.K. Granner, D.K. & Rodwell, V.W. SIMPULAN (penyunting).Harper’s Illustration . Brooks G, Fahey T. Exercise physiology human bioenegetiks and 1. Kadar adiponektin lebih meningkat setelah melakukan its application. London: Macmilland publishing co. 1984. latihan aerobik intensitas ringan selama 4 minggu pada Chandran, D.C, Watts, G.F, Uchida, Y.,et all. Adiponectin sore hari daripada pagi hari pada tikus galur wistar and other adipocytokines as predictors of markers model obesitas of triglyseride rich lipoprotein metabo¬lism. Clinic 2. Kadar trigliserida darah lebih menurun setelah Chem. [online] 2005. [diunduh 5 Januari 2010] 51: melakukanlatihan aerobik intensitas ringan selama 4 578-853 minggu pada sore hari daripada pagi hari pada tikus Clark A. Methabolism and Nutrition. Phyladelphia: Elsevier galur wistar model obesitas. Mosby;2006 3. Tidak ada perbedaan yang bermakna terhadap kadar Daval, M., Foufelle, F.,Ferr´el, P. Functions of AMP-activated glukosadarah setelah melakukan latihan aerobik protein kinase in adipose tissue J Physiol 574.1 (2006) intensitasringan selama 4 minggu pada sore hari dengan pp 55–62 55 Topical . pagi hari pada tikus galur wistar model obesitas.
Bhakti Kencana Medika, Volume 3, No. 7, Januari 2013. Hal. 306-311
Dehghan M, Danesh, Merchant A. Childhood obesity, prevalence and prevention. Nutrition Journal[online]. 2005.[diunduh 2 Januari 2010]; :10.1186/1475-28914-24. Tersedia dari: http://creativecommons .org /licenses/by/2.0 Depkes. Obesitas dan kurang aktifitas fisik 30% menyumbang kanker. [online].2009 [diunduh 2 Januari2010]. Tersedia dari: http://www.depkes.go.id/index. php?option=news&task=viewarticl e&sid=3328 Dorland WA. Kamus kedokteran Dorland. Edisi ke-25. Jakarta: EGC ; 2002. Duez H, Staels B, An integrator of circadian rhythms and metabolism. J Appl Physiol 107: 1972-1980, 2009 [diunduh5 Januari 2010].Tersedia dari: doi:10.1152/ japplphysiol.00570.2009.8750-7587/09 Dyck DJ, Heigenhauser GJF, Bruce CR. The role of adipokines as regulators of skeletal muscle fatty acid metabolism and insulin sensitivity. Acta Physiol; 2006 [diunduh 27 Maret 2010]; 186:5-16 Edward L. Sport physiology the fuel of exercise. Toronto: Phyladelphia 2000. Fisher, Trujillo ME, Hanif, W. Serum high Molecular Weight Complex of Adi¬ponectin Correlates Better With Glucose Tolerance than Total Serum Adiponec¬tin in Indo-Asian Males. Diabetologia [abstrack] 2005[diunduh 8 Februari 2010] 48:1084–7 Foss M, Keteyian S. Fox’s Physiological Basis for Exercise And Sport. USA : Mc-Graw Hill Co. 2003. Foss, M.L.& Keteyian. Fox’s Physiological Basis For Execise and Sport.6 th edition. New York: McGraw-Hill; 1998 Gavrila,A, Peng CK, Jean l, Chan, Joseph, Mietus. Diurnal and Ultradian Dynamics of Serum Adiponectin in Healthy Men: Comparison with Leptin, Circulating Soluble Leptin Receptor, and Cortisol Patterns. J. Clin . Endocrinol. Metab. 2003[diunduh 5 Februari 2010] 88: 2838-2843, doi: 10.1210/jc.2002-021721 Gibney JM, Barrie M. Alih bahasa Hartono, A Public Health Nutrition. Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2005. Goldfine AB and Kahn CR. Adiponectin: linking the fat cell to insulin sensitivity. The Lancet 2003[diunduh 8 Februari 2010]; 362:1431 Greg L. The metabolism system for weight loss and fitness. .[online].2002 [diunduh 5 Januari 2010].Tersedia dari: www.howtobefit.com. Gregory J. Morton Hypothalamic leptin regulation of energy homeostasis and glucose metabolism J Physiol 583.2 (2007) pp 437–443 437 Department of Medicine, Harbourview Medical Center and University of Washington, Seattle, WA 98104, USA Gropper SS, Smith JL, Groff JL. Advanced nutrition and humanmetabolism. 5th ed. Wadsworth: Belmont. 2005. Haluzik M, Parizkova J, Haluzik MM. Adiponectin and its role in the obesity induced insulin resistance and related complications.Physiol Res 2004[diunduh 9 Februari 2010] ; 123-9 Jamurtas.,Theocharis,.Koukoulis,.The effects of acut exercise on serum adiponectin and resistin levels and their relationto insulin sensitivity in overweight males. Eur
310
J Appl Physiol.[ Abstract] 2006. [diunduh 2 Februari 2010] 122–126 DOI 10.1007/s00421-006-0169-x Kadowaki T and Yamauchi T. Adiponectin and adiponectin receptors. Endocr Rev [abstrack]2005; [diunduh 15 Januari 2010]26:439-51 Kiens B. Skeletal Muscle Lipid Metabolism in Exercise and Insulin Resisten.Physiol Rev. 86 : 205-243; 2006. Kim, E., Sung, Jee-aee , Park,K., Suh, S., Kang,S.,. Improved insulin sensitivity and adiponectin level after exercisetraining in obese Korean youth. Obesity. 2007[diunduh5 Juni 2010];15:3023–3030. Kimura T, Inamizu T, Sekikawa, K.Determinants of the daily rhythm of blood fluidity. Journal of CircadianRhythms [online].2009[diunduh 3 Januari 2010]. Tersedia dari: http://www.jcircadianrhythms. com/content/7/1/7 Kline C, Durstine J. Circadian Variation in Swim Performance. Journal of Applied Physiology [fulltex].2007. [diunduh 3 Januari 2010] Tersedia dari : (http://www.The-APS.org) Kriketos, Gan, S., Poynten.,Exercise Increases Adiponectin Levels and Insulin Sensitivity in Humans. Diabetes and Obesity Research Program.[abstrack]2005. [diunduh5 Februari 2010]. Volume 33. bagian 5 Kylie A. Simpson1 and Maria A. Fiatarone Singh1–3Effects of Exercise on Adiponectin: A Systematic Review. Obesity (2008) 16, 241–256. doi:10.1038/oby.2007.53 Manders R, Dikj V. Low-Intensity Exercise Reduces the Prevalence of Hyperglycemia in Type 2 Diabetes. Med. Sci. Sports Exerc.,[online] 2010. [diunduh 5 Februari 2010]Vol. 42, No. 2, pp. 219–225 Matsubara M, Maruoka S, Katayose S. Inverse relationship betweenplasma adiponectin and leptin concentrations in normal weight and obese women . Eur Endocrinology.[abstrack] 2002 [diunduh 6 Februari2010]; 147:173–80 Matsuzawa Y, Funahashi T, Nakamura T. Molecular mechanismof metabolic syndrome X: contribution of adipocytokines, adipocyte-derived bioactive substances.Ann N Y Acad Sci 1999;892:146-154. Mendoza J. Brain Clocks: From the Suprachiasmatic Nucleito a Cerebral Network. The Neuroscientist. 2009[diunduh5 Januari 2010]: Vol. 15, No. 5, 477488 ()DOI: 10.1177/1073858408327808 Mercer, J.G., ArcherZ.A. Induced obesity in the Sprague– Dawley rat :dietary manipulations and their effect of hypothalamic neuropeptide energy balance systemsDivision of Obesity and Metabolic Health, [online]2005.[diunduh 28 Januari 2010].Rowett Research Institute Aberdeen Centre for Energy Balanceand Obesity (ACERO), Aberdeen AB21 9SB Scotland, U.K. Michelle C, Venables, AE. Endurance Training and Obesity: Effect on Substrate Metabolism and Insulin SensitivityPosted: 04/03/2008; Medicine and Science in Sports and Exercise®. 2008[diunduh 8 Mei 2010];40(3):495-502. © 2008 American College of Sports Medicine Otway. O., Frost, G., Johnston, J. Circadian Rhythmicity in Murine Pre-Adipocyte and Adipocyte Cells
Heny Mulyani, Sikap Akseptor MOP terhadap .... 311
. Chronobiology International. [online].2009. [diunduh4 februari 2010]. Volume 26 DOI: 10.3109/07420520903412368 Peake P., Kriketos, A.D.,et all . The me¬tabolism of isoforms of human adiponectin: studies in human subjects andinexperimental animals. Eur J Endocrinol [online]2005.[diunduh 10 februari 2010];153:409–17 Philippe Froguel. Body clock linked to diabetes and high blood sugar Embedded Journal Technology. 2008. Tersedia dari www.PhysioOrg.com. Plum L, Bengt F, Belgardt C, Central insulin action in energy and glucose homeostasis Department of Mouse Geneticsand Metabolism, Institute for Genetics, and Center of Molecular Medicine,University of Cologne; Germany. Purba A. Kardiovascular dan faal olah raga fisisologi kedokteran.Bandung : Unpad.2007. Rabe,K., Lehrke, M., Parhofer,K., Broed., Adipokines and insulin resistance 2008[diunduh 8 Februari 2010] Tersedia dari: http://www.molmed.org Rattarasarn, C. Physiological and pathophysiological regulationof regional adi¬pose tissue in the developementof insulin resistance and type 2 diabetes. Acta Physiol[abstrack]. 2006.[diunduh 16 Februari 2010]186:87–10 Ronche Diagnostics. Gluko-Quant.2005. Tersedia dari : www.roche.com/about_roche/.../about-diagnostics. htm Ronche Diagnostics. Trigliserida GPO-PAP. 2005. tersedia dari : www.roche.com/about_roche/.../aboutdiagnostics.htm Satoko, A. Human Adiponectin ELISA kit for Total and Multimers. 2006 VOL.38;NO.6;PAGE.246-249 Japan : Daiichi Pure Chem. Co., Ltd. Shahib, MN. Biologi molekuar medik I. 2005. Shiotani H, Umegaki, Y.,Tanaka,Y. Effect Of Aerobik ExerciseOn The Circardian Rhytm Of Heart Rate And Blood Pressure. Biological Rhythms; Physiology; [fulltex ].2009. [diunduh 4 Januari 2010]. Volume 26.hal : 1636 - 1646 doi: 10.3109/07420520903553443. Siswono. Obesitas ajang reuni berbagai penyakit. 2007. [diunduh 5 Januari 2010]. Tersedia dari: http://www. republika.co.id Smith S. Expert disagree on ideal time of day to exercise. CNN.2004. Soya,H. Mukai, A. et all. Threshold Like Pattern of neuronalactivationin the hypothalamus during treadmill running : Establishment of minimum runningstress (MRS) rat models. Neuroscience research[online]2007.[diunduh 20 februari 2010] Tersedia dari :www.sciencedirect.com Tapan E. Penyakit degeneratif. Jakarta: Gramedia.2005. Tarigan, B. Optimalisasi pendidikan jasmni dan olah raga berlandaskan ilmu faal olah raga.FPOK UPI.2009. Trujillo ME, Scherer PE. Adipocyte secretory protein to biomarker of the metabolic syndrome. J Intern Med.
.[online] 2005.[diunduh 4 februari 2010].;257:16775.Tersedia dari: www.thefreelibrary.com/ Adipocyte+fatty+acidVendrell J, Broch M, Vilarrasa N, Molina A, Gómez JM , Gutiérrez C, Resis¬tin, adiponectin, ghrelin, leptin, and pro inflammatorycytokines: relationships in obesity. Obes Res. 2004[diunduh 4 februari2010]; 12:962-7 Wasim H, Al-Daghri, N.M, Chetty, R., et all. Relation¬ship of serum adiponectin and resistin to glucose intolerance and fat topogra¬phy in South Asians. Cardiovascular Diabetology.[online].2006 [diunduh 30 Januari 2010]; 5:10 Whithney E, Sharon. Understanding Nutrition.ed.8.England; International Thomson Publishing; 1999. Wilmore., Costill. Physiology Of Sport And Exercise.USA: Human kenetic; 2004. Xie1 L,O’Reilly C, Stephen, K, Chapes, Mora,S. Adiponectin and Leptin are Secreted Through Distinct Trafficking Pathways in Adipocytes. Biochim Biophys Acta. 2008 [diunduh 8 Februari 2010]. Yamauchi T, Komon J, Waki H. The fat derived hormone adipo nectin reverses insulin resistance associated with both lipoatrophy and obesity. Nat Med 2001; 7: 941–6