BAB II STUDI KEPUSTAKAAN
A. Teori dan Konsep Terkait I. Penyakit Diabetes Mellitus dan Pengelolaannya a. Pengertian Diabetes
Mellitus
adalah
sindroma
yang
disebabkan
oleh
ketidakseimbangan antara tuntunan dan suplai insulin, ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah, hiperglikemia dan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein (Suyono, 2001). b. Klasifikasi Diabetes Mellitus Menurut American Association (ADA) 1997, Diabetes Mellitus dibagi menjadi : 1. Diabetes Tipe I atau IDDM 2. Diabetes Tipe II atau NIDDM 3. Diabetes Tipe lain 4. Diabetes Gestasional c. Tanda dan Gejala Tanda umum dari Diabetes Mellitus adalah poliuri, polidipsi dan polifagi, rasa letih yang tidak jelas sebabnya, rasa gatal, peradangan kulit yang menahun. Pada penderita kronis timbul gejala lain seperti penurunan berat badan, kesemutan, luka sukar sembuh. ( Arif Mansjoer, 2000).
7
d. Patofisiologi Diabetes Tipe I Pada Diabetes Tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia post prandial (setelah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa keluar bersama urine (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan diekskresikan dalam urine, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik sebagai akibat kehilangan cairan yang berlebihan pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuri) dan rasa haus (polidipsi) (Price, 1994). Defisiensi insulin juga akan mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan nafsu makan (polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori gejala lain mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glukoneogenolisis dan glukoneogenesis, namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut terjadi hiperglikemia. Disamping terjadi peningkatan pemecahan lemak yang menyebabkan peningkatan
produksi keton akan terjadi gangguan keseimbangan asam basa menyebabkan ketoasidosis (Suyono, 2001).
Diabetes Tipe II Pada diabetes Tipe II tercipta dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin agar terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai penurunan reaksi intrasel sehingga insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa jaringan (Arif mansjoer, 2000). Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat normal atau sedikit meningkat. Namun demikian jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II (Price, 1994).
Diabetes Gestasional
Terjadi pada wanita hamil yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilan. Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormonhormon plasenta. Selama kehamilan perlu dilakukan pemantauan kadar glukosa darah. Setelah melahirkan kadar glukosa darah akan kembali normal (----------,2000, Diabetes: Assesing Your Risk, retrieved december 10, 2006, http://www. Familydoctor.org/ remedies/diabetes_Factor Risk. htm).
e. Etiologi Diabetes Mellitus dapat disebabkan oleh : Diabetes Tipe I 1. Faktor genetika 2. Faktor imunologik 3. Faktor lingkungan Diabetes Tipe II 1. Usia lebih dari 65 tahun 2. Obesitas 3. Riwayat keluarga 4. Kelompok etnis f. Evaluasi Diagnostik 1. Kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena) > 200 mg/dl 2. Kadar glukosa darah puasa (plasma vena) > 126 mg/dl, puasa berarti tidak ada masukan kalori sejak 10 jam terakhir 3. Kadar glukosa darah 2 jam sesudah makan (plasma vena) > 200 mg / dl
g. Komplikasi 1. Komplikasi akut Diabetes Mellitus a. Hipoglikemia Merupakan akibat pemberian preparat atau insulin oral yang berlebih. Glukosa darah bisa turun sampai 50-60 mg/dl. Juga bisa disebabkan oleh konsumsi makan yang terlalu sedikit, aktivitas fisik yang berat. Gejala hipoglikemia dikelompokkan menjadi gejala adrenergik dan gejala sistem saraf pusat, sedang stadiumnya dibagi menjadi 3.
(Suyono, 2001).
Hipoglikemia ringan, kadar glukosa darah menurun, susunan saraf pusat terangsang, pelimpahan adrenalin ke darah menyebabkan gejala perspirosi, tremor, takikardie, palpitasi, gelisah dan rasa lapar. Hipoglikemia sedang menyebabkan penurunan kadar gula sehingga sel otak tidak memperoleh cukup bahan bakar, gejala yang timbul, ketidakmampuan konsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusio, penurunan daya ingat, diplobia. Hipoglikemia berat, fungsi susunan saraf pusat mengalami gangguan yang sangat berat, gejalanya disorientasi kejang, kehilangan kesadaran (Suyono, 2001). b. Diabetes Keto Acidosis (DKA) Disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata. Keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Gangguan klinis
yang tampak adalah dehidrasi, kehilangan elektrolit dan acidosis. Kadar glukosa bervariasi berkisar antara 300-800 mg/dl. Hal ini dapat disebabkan oleh insulin tidak diberikan atau dosis dikurangi, sakit atau infeksi, manifestasi pertama diabetes yang tidak terdeteksi. c. Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketosis (HHNK) Merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolar dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran. Kelainan dasar biokimia pada sindrom ini adalah kekurangan insulin efektif. Keadaan
hiperglikemia
menyebabkan
menyebabkan
kehilangan
elektrolit
diuresis dan
osmotik cairan.
yang Untuk
mempertahankan keseimbangan osmotik cairan agar berpindah dari ruang interasel ke esktrasel. Dengan adanya glukosuria dan dehidrasi akan dijumpai keadaan hipernatremi dan peningkatan osmolaritas. Gejalanya : hipertensi, dehidrasi berat, takikardia, kejang dan hemiparase (Suyono,2001).
2. Komplikasi Jangka Panjang a. Makrovaskuler Perubahan pada pembuluh darah besar sering terjadi, kelainan makrovaskuler
meliputi
penyakit
arteri
cerebrovaskuler, penyakit vaskuler perifer. b. Mikrovaskuler
koroner,
penyakit
Penyakit mikrovaskuler diabetik ditandai dengan penebalan membran basalis pembuluh darah kapiler. Gejala ini meliputi retinopati dibetikum jika mengenai pembuluh darah mata, nefropati jika mengenai pembuluh darah ginjal. c. Neuropati Mengacu pada sekelompok penyakit yang menyerang semua tipe syaraf perifer, otonom dan spinal. Kelainan tersebut tampak beragam secara klinis dan beruntung pada alokasi sel saraf yang terkena. Dua tipe yang sering polineuropati sensorik, neuropati otonom (Suyono, 2001). h. Pengelolaaan Tujuan utama penatalaksanaan diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar gula darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler baik akut maupun kronik (Arif mansjoer, 2000). Tujuan ini dibagi menjadi dua : 1. Tujuan jangka pendek yaitu menghilangkan keluhan atau gejala diabetes dan mempertahankan rasa nyaman dan sehat 2. Tujuan jangka panjang yaitu mencegah penyakit baik makroangopati maupun mikroangiopati dengan tujuan akhir menurunkan morbiditas dan mortalitas
i. Prinsip Pengelolaan Diabetes Mellitus
1. Penyuluhan Kesehatan Edukasi Diabetes adalah pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan ketrampilan bagi pasien diabetes dan menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat optimal dan penyesuaian keadaan psikologi serta kualitas hidup yang lebih baik (Utama Hendra, 2005). Penyuluhan yang diberikan meliputi : a) Penyuluhan untuk pencegahan primer Ditujukan untuk kelompok risiko tinggi dan rancangan kebijakan kesehatan. Materi yang diberikan seperti faktor yang berpengaruh pada timbulnya diabetes dan usaha mengurangi faktor tersebut. b) Penyuluhan untuk pencegahan sekunder Ditujukan untuk kelompok pasien diabetes terutama yang baru, materi meliputi pengertian, penatalaksanaan, obat, diet dan olah raga. c) Penyuluhan untuk pencegahan tersier Ditujukan untuk kelompok pasien yang sudah menderita penyakit Diabetes menahun, materi meliputi cara dan tujuan pengobatan penyakit, rehabilitasi, kesabaran dan keteguhan. 2. Diet Tujuan penatalaksanaan diet adalah memberikan semua unsur makanan essensial (vitamin, mineral), mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai, memenuhi kebutuhan energi, mencegah fluktuasi
kadar glukosa darah setiap harinya dalam kondisi yang mendekati normal, menurunkan kadar lemak. (Utama Hendra, 2005). 3. Latihan fisik Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan Diabetes Mellitus karena Efeknya dapat menurunkan kadar gula darah dan mengurangi komplikasi kardiovaskuler (Vitahealth, 2004). Prinsip dalam penatalaksanaan latihan fisik adalah : Frekuensi : Jumlah olahraga perminggu, sebaiknya dilakukan secara teratur 3-5 kali. Intensitas : Ringan dan sedang yaitu 60-70% MHR (Maximum Heart Rate) = (220 – umur). Tipe / jenis : Olahraga
aerobik
untuk
meningkatkan
kemampuan
kardiorespirasi seperti jogging, jalan, bersepeda dan renang. Lama
: 30 –60 menit.
4. Pengobatan atau terapi Jika pasien telah menerapkan pengaturan makan dan kegiatan jasmani yang teratur, namun pengendalian kadar glukosa belum juga tercapai dipertimbangkan pemakaian obat berkhasiat hipoglikemi secara oral maupun injeksi (Arif mansjoer, 2001) Obat hipoglikemia oral diresepkan sebagai pelengkap bentuk therapi lain. Penggunaan obat hipoglikemia oral mungkin perlu dihentikan jika pasien mengalami hipoglikemia. Obat hipoglikemia oral
diberikan 30 menit sebelum makan termasuk obat hipoglikemia oral adalah sulfonilurea, biguanid, inhibitor glukosidase alfa. Pemberian insulin biasanya diberikan lewat penyuntikan dibawah kulit (subkutan) dan pada keadaan khusus diberikan secara intravena. Mekanisme kerjanya bersifat short acting, intermediet dan long acting.
5. Pemantauan Tujuan umum pengelolaan diabetes adalah menghilangkan gejala, meningkatkan kualitas hidup, mencegah komplikasi akut, dan kronik, mengurangi komplikasi yang sudah ada dan mengobati penyerta bila ada (Arif mansjoer, 2000). Pemantauan ini meliputi pemeriksaan kadar glukosa darah, pemeriksaan kadar glukosa urine dan pemeriksaan keton urine.
B. Pola Makan Pola makan adalah suatu bentuk kebiasaan konsumsi makanan yang dilakukan oleh
seseorang
dalam
kegiatan
makannya
sehari-hari.(-------,
2001,http://www.kompas.co.id/suplemen/cetak_detail, diperoleh 14 desember 2006). Kebiasaan makan menurut Lihmuadi (1989) adalah tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan akan makanan meliputi sikap, keturunan, kepercayaan, kebiasaan makan Dikalangan masyarakat digolongkan menjadi dua yaitu kebiasaan makan yang benar, kebiasaan makan yang salah (Almatsier, 2005).
Di Indonesia banyak sekali kebiasaan makan yang bisa memacu penyakit diabetes mellitus, salah satunya adalah kebiasaan makan yang mengandung banyak karbohidrat tetapi miskin serat yang berasal dari sayuran. Masih sering kita jumpai masyarakat Indonesia yang mempunyai persepsi salah terhadap mutu bahan makanan, yang dalam mengkonsumsi sehari-hari lebih mengutamakan nasi dengan lauk pauk, mereka menganggap bahwa dengan makan nasi, semua zat gizi yang diperlukan tubuh bisa terpenuhi (Almatsier, 2005). Pola kebiasaan makan diatas adalah contoh kebiasaan makan yang salah, apalagi jika dihubungkan dengan seseorang pada penderita diabetes mellitus, sebab dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung hidrat arang yang berlebihan berarti meningkatkan masukan gula dalam tubuh. Pengaturan pola makan disebut dengan “diet”. Diet pada penderita diabetes mellitus pada Intinya mengikuti rumus 3 J, jumlah yang dihabiskan, jadwal yang diikuti,
dan
jenis
makan
yang
dipatuhi.
(-------
2001,http://www.kompas.co.id/suplemen/cetak_detail diperoleh 14 desember 2006) a) Jumlah kalori yang dibutuhkan Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal. Komposisi energi adalah karbohidrat 60-70%, protein 10-15%, lemak 20-25%. Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress. Kegiatan
jasmani
untuk
mencapai
dan
mempertahankan
berat
ideal.(Anies,2006). Tabel 2.1 : Kebutuhan kalori orang yang Diabetes Mellitus Dewasa
Kalori / Kg BB ideal Kerja santai Sedang
Berat
badan
25 30 35
Gemuk Normal Kurus
30 35 45
35 40 40-50
Untuk penentuan status gizi dipakai Body Mass Indeks (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT).
BMI = IMT =
kg ( BB) (TB m) 2
IMT normal wanita = 18,5 – 22,9 kg/m2 IMT normal pria
= 20,0 – 24,9 kg/m2
Untuk kepentingan klinis praktis dan menghitung jumlah kalori penentuan status gizi menggunakan Broca yaitu : BB Idaman = (TB – 100) – 10% (TB – 150) Keterangan : BB
: Berat Badan (kg)
TB
: Tinggi Badan (cm)
Status gizinya : Berat badan kurang : < 90% BB idaman Berat badan normal : 90 – 110% BB idaman Berat badan lebih : 110 – 120% BB idaman Berat badan gemuk : > 120% BB idaman
Sebagai pedoman asupan kalori bagi penderita Diabetes Mellitus ke dalam berat badan ideal dikalikan 25 kkal, ditambah 20 persen dari hasil kali perkalian tersebut untuk beraktivitas.(Anies, 2006).
b) Jadwal makan Penderita harus makan tepat waktu sesuai dietnya. Diet Diabetes Mellitus diberikan dengan jadwal 3x makanan utama dan 3 x makanan antara atau snack dengan interval 3 jam. Contoh : Pukul 06.30 makan pagi (20% jumlah kalori) Pukul 09.30 snack atau buah (7,5% jumlah kalori) Pukul 12.30 makan siang (40% jumlah kalori) Pukul 15.30 snack atau buah (7,5% jumlah kalori) Pukul 18.30 makan malam (20% jumlah kalori) Pukul 21.30 snack atau buah (5% jumlah kalori) c) Jenis makan Daftar makanan penukar adalah suatu daftar nama bahan makanan dengan ukuran tertentu dan dikelompokkan berdasarkan kandungan kalori, protein, lemak dan karbohidrat.(Utama Hendra, 2005).
Secara umum makanan bagi penderita diabetes Melitus yang perlu diperhatikan adalah :
1. Komposisi kalori yang dianjurkan adalah karbohidrat 60-70 %, lemak 20-25%, dan protein 10-15%. 2. Hindari gula yang sudah diproses seperti yang terdapat dalam kue, biscuit, permen, es krim, soda, madu, coklat, puding. 3. Protein sebaiknya diperoleh dari ikan serta sayuran yang berbentuk biji-bijian dan polong. 4. Makanlah apel dan buah-buahan yang kaya protein. Hindari buah-buahan yang dikeringkan. 5. Sayuran segar dapat disajikan dalam bentuk jus. 6. Mengurangi lemak atau makanan tinggi lemak, karena lemak dapat meninggatkan kolesterol, dapat membuat kerja insulin tidak efisien, disamping mempertinggi risiko penyakit jantung koroner. 7. Hindari konsumsi makanan yang diproses seperti hotdog, bacon, balogna, mayones, chicken nugget, mie instan, kentang goreng. 8. Lengkapilah makanan dengan bahan makanan berserat kacang polong, bekatul beras atau gandum dan makan-makanan lain yang banyak mengandung serat, dapat mengurangi glukosa masuk kedalam aliran darah. 9. Lebih baik jika nasi putih diganti dengan nasi beras merah atau brown rice. 10. Makanlah makanan yang dapat membantu menstabilkan gula darah seperti spirulina, beri, ikan, Bawang putih, kacang kedelai, tofu, timun, havermut dan sebagainya. 11. Kurangi atau lebih baik hindari konsumsi alcohol, karena berdasarkan penelitian alkohol menyebabkan insulin resistence.
C. Kerangka Teori Berdasarkan tinjauan pustaka diatas maka kerangka teori penelitian ini adalah sebagai berikut :
Faktor Predisposisi
Pola makan Tinggi kalori
Diabetes Mellitus Tipe I 1. Genetik 2. Imunologik 3. Lingkungan DiabetesMellitus Tipe II 1. Usia ≥ 65 th 2. Obesitas 3. Genetik 4. Etnis
Kerusakan sel beta pankreas Gangguan fungsi pankreas
Hiperglikemia
Resistensi dan sekresi insulin
Keterangan : : Area yang diteliti
Gambar2.1. Kerangka teori hubungan pola makan dengan kejadian DM Sumber : Suyono. S, et.al.(2001).
DM
D. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian ini sebagai berikut :
Variabel Independent
Variabel Dependent
Benar Pola makan
Kejadian Diabetes Mellitus Salah
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
E. Hipotesa Berdasarkan landasan teori maka dapat disusun suatu hipotesa : Ada hubungan antara pola makan dengan kejadian Diabetes Mellitus Tipe II.