PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK MELALUI METODE THE MAGIC AND BLACK STAR (Studi Kasus: Siswa Kelas 1 SD Islam Al Azhar 12 Cikarang Tahun Ajaran 2015/2016)
Karya Tulis LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS Disusun dalam rangka Simposium Guru dan Tenaga Kependidikan Tingkat Nasional
Disusun : Dina Kusmayanti, S.Pd.
SD ISLAM AL AZHAR 12 CIKARANG JL. DR CIPTO MANGUNKUSUMO JABABEKA EDUCATION PARK CIKARANG UTARA BEKASI TAHUN PELAJARAN 2015-2016
i
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. , Dengan mengucap syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis ini. Karya Tulis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan Simposium Guru dan Tenaga Kependidikan Tingkat Nasional. Tersusunnya Karya Tulis ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak - pihak berikut ini. 1. Bapak Winarto selaku Kepala Sekolah SDI Al Azhar 12 Cikarang tempat penulis bertugas, yang telah memberikan motivasi dan kesempatan yang telah diberikan kepada Penulis 2. Bapak Dindin Salahudin, S.I selaku koordinator kelas 1 – 3 yang telah memberikan dorongan semangat untuk menulis karya tulis ini 3. Suami tercinta Taufik Firmansyah, S.P yang telah membantu Penulis baik secara moril maupun materil serta do’a dan semangat yang tak henti - hentinya 4. Ananda tersayang Alifa Kayyisa Nathania, buah hatiku tersayang yang selalu membuatku menjadi semangat 5. Keluarga tercinta, atas segala do’a dan kasih sayang yang tak terhingga 6. Sahabat – sahabat tercinta, guru SDI
Al Azhar 12 Cikarang yang selalu
memberi dukungan, kalian adalah guru-guru hebat 7. Seluruh karyawan SDI Al Azhar 12 Cikarang 8. Seluruh pihak yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan. Aamiin.
Bekasi , November 2015
iii
PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK MELALUI METODE MAGIC AND BLACK STAR (Studi Kasus: Kelas 1-C SD Islam Al Azhar 12 Cikarang Tahun Ajaran 2015/2016)
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi siswa dengan pemberian the magic and black star dengan metode reward dan punishment di kelas 1-C SD Islam Al Azhar 12 Cikarang. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas 1-C SD Islam Al Azhar 12 Cikarang, berjumlah 36 siswa, terdiri dari 18 siswa lakilaki dan 18 siswa perempuan. Objek penelitian adalah motivasi belajar. Metode the magic and black star mampu secara signifikan meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa di kelas 1-C SD Islam Al Azhar 12 Cikarang meningkat dengan rata-rata 33,34 % sampai 75,00 % per minggu. Setelah diberikan tindakan dengan pemberian metode the magic and black star.
Kata kunci : the magic and black star, motivasi belajar
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii ABSTRAK ............................................................................................................... iii DAFTAR ISI ...................................................................................... iv BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1 1.1 Latar belakang ......................................................................................... 1 1.2 Identifikasi masalah ................................................................................. 3 1.3 Pembatasan masalah ................................................................................ 3 1.4 Rumusan masalah .................................................................................... 3 BAB II KAJIAN TEORI ....................................................................................... 4 2.1 Motivasi belajar ........................................................................................ 4 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar .......................................................... 4 2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Motivasi ............................................ 5 2.1.3 Indikator Motivasi .......................................................................... 6 2.2 Metode Reward & Punishment.................................................................. 7 2.2.1 Pengertian Reward & Punishment.................................................. 7 2.2.2 Tujuan Reward dan Punishment .................................................... 8 2.2.3 Metode Magic and Black Star......................................................... 9 2.2.4 Hubungan antara pemberian reward & punishment terhadap motivasi belajar siswa....................................................... 9 2.3 Pembelajaran tematik................................................................................. 10 2.3.1 Pengertian Pembelajaran Tematik ................................................... 10 2.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tematik ....................... 11 2.3.3 Karakteristik Tematik...................................................................... 12 BAB III PEMBAHASAN DAN HASIL .............................................................. 14 3.1 Keaktifan Bertanya .................................................................................... 14 3.2 Mengerjakan Tugas Tepat Waktu.............................................................. 15 3.3 Duduk rapi ketika KBM ........................................................................... 16 3.4 Tidak mengobrol ketika KBM ................................................................... 17 v
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 19 4.1 Kesimpulan ............................................................................................... 19 4.2 Saran ......................................................................................................... 19 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 20 LAMPIRAN
vi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi, maka dari itu pemerintah mengatur hal ini baik dalam aturan undang-undang maupun kebijakankebijakan agar setiap individu berhak dan mendapatkan pendidikan. Melalui pendidikan, manusia diharapkan dapat meningkatkan dan mengembangkan seluruh potensi atau bakat alamiahnya sehingga nantinya menjadi manusia yang dapat berdaya guna dan berhasil guna (Achmad Dardiri dalam Siswoyo, 2007). Hal tersebut senada dengan pengertian pendidikan dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 yang menyebutkan bahwa, “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan bagi dirinya, masyarakat dan bangsa.” Berdasarkan pengertian tersebut, maka belajar dan pembelajaran mempunyai kaitan yang erat dalam pendidikan. Menurut Hamzah B. Uno (2003) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru, secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya. Pembelajaran harus mengarah pada upaya meningkatkan potensi siswa secara komprehensif serta upaya meningkatkan kegiatan guru dalam mengajar, maka pembelajaran harus dikembangkan sesuai dengan prinsip-prinsip yang benar. Prinsipprinsip belajar menurut Dimyati dan Mujiono (2013) berkaitan dengan (1) perhatian dan motivasi, (2) keaktifan, (3) keterlibatan langsung, (4) pengulangan, (5) tantangan, (6) balikan dan penguatan, serta (7) perbedaan individual. Pembelajaran di SD pada kurikulum 2013 baik kelas rendah maupun kelas tinggi menggunakan
pembelajaran
tematik.
Pembelajaran
tematik
adalah
pendekatan
pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai matapelajaran ke dalam berbagai macam tema (Permendikbud, 2013). Adapun ciri-ciri dalam pembelajaran tematik (Trianto, 2011) antara lain: (1) berpusat pada anak, (2) memberikan pengalaman langsung, (3) pemisahan antar mata pelajaran tidak nampak, (4) menyajikan konsep dari
beberapa mata pelajaran dalam satu PBM, (5) bersifat luwes, dan (6) hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dg minat dan kebutuhan anak. Dalam kegiatan belajar dan pembelajaran hendaknya diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar serta ciri-ciri dari pembelajaran yang digunakan. Apabila hal-hal tersebut tidak diperhatikan, maka yang timbul adalah permasalahan belajar. Berdasarkan hasil pengamatan awal, terdapat beberapa kesulitan belajar yang terjadi pada anak kelas 1 diantaranya adalah : 1. Sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan murid yang memiliki bakat akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus. 2. Memiliki sikap dan kebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi murid yang kegiatan atau perbuatan belajarnya sehari – hari bersifat semena- mena atau tidak selayaknya. 3. Kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan murid yang kurang bersemangat dalam belajar. Dari beberapa masalah yang muncul di SDAI AL AZHAR 12 Cikarang kelas 1 pada pembelajaran tematik, peneliti memfokuskan pada masalah kurangnya motivasi belajar siswa. Karena motivasi memiliki peranan penting dalam belajar dan pembelajaran. Pada dasarnya motivasi dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu yang sedang belajar. Menurut Hamzah B.Uno (2013), peranan penting motivasi dalam belajar dan pembelajaran antara lain (1) menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar, (2) memperjelas tujuan belajar yang akan dicapai, dan (3) menentukan ketekunan belajar. Dengan demikian, motivasi belajar yang baik dari siswa akan berdampak pada kegiatan belajar dan pembelajaran yang baik pula. Motivasi belajar yang tinggi, siswa dapat dengan aktif memperoleh materi pembelajaran yang disampaikan guru. Upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, peneliti menggunakan teknik reward. Dalam teknik reward ini, yang dapat dilakukan guru adalah memberikan stimulus/rangsangan kepada siswa agar siswa mempunyai keinginan untuk melakukan aktivitas belajar dengan lebih giat dan semangat. Pemberian stimulus/rangsangan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa melalui teknik reward, mengacu pada teori 2
belajar behavioristik Skinner, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon (Hamzah B. Uno, 2013). Dengan kata lain belajar adalah merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil dari interaksi antara stimulus dan respon. Ketika stimulus yang diberikan kepada siswa yang berupa reward ini berhasil, maka respon yang diharapkan akan menumbuhkan motivasi belajar siswa sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang meningkat. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti mengangkat judul “Peningkatan Motivasi Belajar dalam Pembelajaran Tematik melalui Metode Magic And Black Star (Studi Kasus: Siswa Kelas 1 SD Islam Al Azhar 12 Cikarang Tahun Ajaran 2015/2016)”. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, ditemukan beberapa masalah yang muncul dalam pembelajaran tematik kelas 1 di SDI Al Azhar Cikarang antara lain: 1. Kurangnya antusias belajar siswa yang disebabkan kurangnya perhatian siswa terhadap guru selama pembelajaran berlangsung. 2. Kurangnya motivasi belajar siswa selama pembelajaran berlangsung 1.3 Pembatasan masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, peneliti membatasi masalah yang diteliti yaitu kurangnya motivasi belajar pada siswa kelas 1 SDI Al Azhar Cikarang 1.4 Rumusan masalah Berdasarkan pembatasan masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, bagaimana meningkatkan motivasi belajar dalam pembelajaran tematik melalui metode Magic and Black Star pada siswa Kelas 1 SDI Al Azhar Cikarang?.
3
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.2 Pengertian Motivasi Belajar Dalam bukunya Ngalim Purwanto, Sartain mengatakan bahwa motivasi adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang (incentive). Tujuan adalah yang membatasi/menentukan tingkah laku organisme itu (Ngalim Purwanto, 2002). Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu. (Hamzah B Uno, 2013). Sedangkan menurut Muhibbin Syah (2008) motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah Dari beberapa pendapat mengenai motivasi, maka dapat ditegaskan motivasi adalah adanya dorongan dari dalam diri seseorang, rangsangan dari luar, ataupun dari keduanya untuk melakukan perubahan tindakan karena adanya tujuan tertentu yang ingin dicapai. Sehingga motivasi akan tumbuh dengan adanya tujuan yang hendak dicapai. Motivasi diterapkan dalam berbagai kegiatan, tidak terkecuali dalam belajar. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan saling mempengaruhi. Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon (Hamzah B. Uno, 2013). Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuan untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya respon utama, dengan sarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah laku baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya perubahan sementara oleh suatu hal (Nasution, 2004). Belajar adalah suatu proses yamg ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan dalam diri seseorang dapat ditunjukkan dalam berbagai 4
bentuk seperti berubahnya pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu (Sudjana, 1989). Berdasarkan pengertian diatas dapat dipahami bahwa belajar tidak terjadi begitu saja, melainkan butuh suatu proses yang melibatkan lingkungan dimana individu mendapatkan pengalaman yang pada tujuan akhirnya adalah untuk mencapai perubahan, dimana perubahan tersebut merupakan perubahan kearah positif dan berguna bagi individu tersebut, dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang belum bisa menjadi bisa. Dalam kegiatan belajar, motivasi belajar dapat disebut sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar
yang
menjamin kelangsungan dalam kegiatan belajar dan memberi arah sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek dapat tercapai dengan hasil sebaik-baiknya (Sardiman, 2008). Tanpa adanya motivasi belajar, keinginan siswa untuk bergerak (belajar) akan kurang, sehingga hasil yang dicapai dalam belajar kurang maksimal. Motivasi belajar merupakan unsur yang penting dalam proses pembelajaran. Ada atau tidaknya motivasi belajar dalam diri siswa akan menentukan apakah siswa akan terlibat serta aktif dalam proses pembelajaran atau bersifat pasif tidak peduli. Kedua kondisi ini tentu saja berakibat yang sangat berbeda dalam proses pembelajaran dan hasilnya. Agar pembelajaran berjalan secara efektif, maka perlu adanya motivasi yang kuat dalam siswa. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya sangat penting dalam penumbuh gairah, merasa senang dan semangat belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat akan memiliki banyak energi untuk melakukan kegiatan pembelajaran.
2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Dalam aktifitas belajar, seorang individu membutuhkan suatu dorongan atau motivasi sehingga sesuatu yang diinginkan dapat tercapai, dalam hal ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar antara lain: 1. Faktor individual: seperti; kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. 5
2. Faktor sosial: seperti; keluaga atau keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat dalam belajar, dan motivasi sosial ( Purwanto, 2002) Adanya berbagai faktor yang mempengaruhi belajar siswa di atas, peneliti dapat memahami bahwa adanya faktor tersebut dapat memberikan suatu kejelasan tentang proses belajar yang dipahami oleh siswa. Dengan demikian seorang guru harus benar-benar memahami dan memperhatikan adanya faktor tersebut pada siswa, sehingga didalam memberikan
dan
melaksanakan
proses
belajar
mengajar
harus
memperhatikan
faktor tersebut, baik dari psikologis, lingkungan dengan kata lain faktor intern dan ekstren.
2.1.3 Indikator Motivasi Arden N. Fransen (dalam Sardiman, 2008) ada beberapa hal yang mendorong seseorang untuk belajar, yakni (a) adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas, (b) adanya sifat kreatif pada orang yang belajar dan adanya keinginan untuk selalu maju, (c) adanya keinginan untuk mendaaptkan simpati dari orang tua, guru dan teman-temannya, (d) adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru baik dengan kooperasi dan kompetisi, (e) adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran, (f) adanya ganjaran atau hukuman sebai akhir dari belajar. Menurut sutikno (2009) terdapat beberapa strategi yang dapat dikembangkan oleh guru dalam upaya untuk menumbuhkan dan membangkitkan motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran yaitu sebagai berikut (a) menjelaskan tujuan belajar ke siswa, (b) hadiah, (c) saingan/kompetisi, (d) pujian, (e) hukuman, (f) membangkitkan doronagn kepada siswa untuk belajar, (g) memberikan angka, (h) menyelipkan humor atau cerita lucu dalam pembelajaran, (i) membantu kesulitan belajar siswa secara individu atau kelompok, (j) menggunakan metode yang bervariasi, (k) menggunakan media yang baikserat harus sesuai dengan tujaun pembelajaran. Disamping upaya untuk menumbuhkan motivasi sebagaimana diuraikan diatas, banyak bentuk dan cara yang dapat dimanfaatkan. Hal utama adalah bermacam motivasi tersebut dapat dipergunakan oleh guru agar berhasil dlam prose belajar mengajar serta dikembangkan dan diarahkan untuk dapat melahirkan hasil belajar yang bermakna bagi siswa. 6
Komponen dan indikator motivasi belajar yang akan diunkap oleh peneliti dlam penelitian ini adalah sebagai berikut: Variable
Komponen Variable
Indikator
Objek Penelitian
Mengikuti pelajaran Mengerjakan tugas Mengerjakan contoh soal tepat waktu Mengerjakan latihan Saat mengikuti pelajaran Sungguh-sungguh dalam belajar Duduk rapi ketika Mempunyai catatan lengkap KBM Menaruh perhatian besar pada Perhatian Tidak mengobrol ketika kegiatan belajar Tidak mudah terganggu ketika KBM belajar Mudah berkonsentrasi ketika belajar Bertanya ketika kurang jelas Aktif bertanya ketika Ketertarikan Menjawab pertanyaan KBM Memberi tanggapan Table 1. Objek Penelitian Indikator Motivasi Belajar Perasaan senang
Motivasi Belajar
2.2 Metode Reward & Punishment 2.2.1 Pengertian Reward & Punishment Dalam kamus bahasa Inggris, reward diartikan sebagai ganjaran atau penghargaan (Echols, 2003). Pengertian reward secara umum biasa diartikan sebagai hadiah yang diberikan atau didapatkan dengan mudah, misalnya kuis. Pengertian pemberian reward dalam pendidikan
atau
metode
pembelajaran
dimaksudkan
sebagai
sebuah
penghargaan yang didapatkan melalui usaha keras anak melalui belajar, baik melaui kelompok maupun individu yang menghasilkan prestasi belajar. Penghargaan atas prestasi anak biasa diberikan dalam bentuk materi dan nonmateri yang masing-masing sebagai bentuk motivasi positif. Suharsimi Arikunto menjelaskan bahwa penghargaan merupakan sesuatu yang diberikan kepada seseorang karena sudah mendapatkan prestasi dengan yang dikehendaki, yakni mengikuti peraturan sekolah yang sudah ditentukan (Arikunto, 2006). Penghargaan tidak selalu bisa dijadikan sebagai motivasi, karena penghargaan untuk suatu pekerjaan
7
tertentu, mungkin tidak akan menarik bagi orang yang tidak senang dengan pekerjaan tersebut (Sardiman, 2008). Dalam jaringan rekayasa paedagogis, reward dan punishment merupakan upaya membuat anak untuk mau dan dapat belajar atas dorongan sendiri dalam mengembangkan bakat, pribadi dan potensi secara optimal. Sehingga pemberian reward (penghargaan) dan punishment (hukuman) telah dijadikan sebagai strategi metode pendidikan dalam proses pembelajaran yang diharapkan anak didik berkembang sesuai dengan fitrahnya. Menurut Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, punishment atau hukuman merupakan suatu perbuatan, dimana kita secara sadar dan sengaja menjatuhkan nestapa kepada orang lain,baik dari segi kejasmanian maupun dari segi kerohanian karena orang lain itu mempunyai kelemahan bila dibandingkan dengan diri kita. Oleh karena itu, kita mempunyai tanggungjawab untuk membimbing dan melindunginya (Ahmadi, 2009). Secara harfiah, hukuman dapat diartikan sebagai pemberian sesuatu yang tidak menyenangkan, karena seseorang tidak melakukan apa yang diharapkan. Dalam proses pembelajaran, punishment harus menjadi reinforcement (penguatan) bagi anak agar tidak mengulangi kembali atas kesalahan yang telah diperbuatnya. 2.2.5
Tujuan Reward dan Punishment
Teknik reward (penghargaan) merupakan teknik yang dianggap berhasil menumbuhkembangkan minat anak. Pemberian penghargaan dapat membangkitkan minat anak untuk mempelajari atau mengerjakan sesuatu, di mana tujuan pemberian penghargaan adalah membangkitkan atau mengembangkan minat. Tujuan pemberian penghargaan dalam belajar adalah bahwa setelah seseorang menerima penghargaan karena telah melakukan kegiatan belajar dengan baik, ia akan terus melakukan kegiatan belajarnya secara mandiri diluar kelas atau sekolah (Hamalik, 2008). Dalam membangkitkan motivasi anak tidaklah mudah, pendidik (guru) perlu mengetahui secara mendalam tentang kondisi psikologis anak dan memiliki kreativitas untuk menghubungkan materi pelajaran dengan kebutuhan dan minat anak (Nasution, 2000). Adapun kriteria pemberian hukuman yang diberikan pendidik (guru) dengan tujuan sebagai berikut: Pertama, punishment dilakukan untuk menciptakan kedisiplinan anak didik agar anak didik belajar dengan baik; Kedua, untuk melindungi anak didik dari
8
perbuatanyang tidak wajar; Ketiga, untuk menakuti si pelanggar, agar meninggalkan perbuatannya yang melanggar itu. (Ahmadi, 2009). Dalam proses pembelajaran, hukuman
merupakan salah satu metode untuk
mencapai tujuan pendidikan sehingga pemberian hukuman harus sesuai dengan tujuan pembelajaran, yaitu: Pertama, hukuman diadakan karena pelanggaran, dan kesalahan yang diperbuat oleh anak didik. Kedua, hukuman diadakan dengan tujuan agar tidak terjadi pelanggaran yang telah dilakukan anak didik (Ahmadi, 2009). 2.2.6
Metode Magic and Black Star
Metode Magic and Black Star merupakan modifikasi dari teknik reward dan punishment yang lebih sederhana dan aplikatif diterapkan kepada siswa kelas 1 sekolah dasar. Pemberian the magic star ini memiliki kriteria yang diberikan kepada siswa antara lain : (1) Aktif bertanya ketika belajar, (2) Mengerjakan tugas tepat waktu, (3) Duduk rapi ketika Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), (4) Tidak mengobrol ketika KBM Banyaknya the magic star yang diberikan 1 atau lebih setiap hari. The magic star tersebut di akumulasikan setiap bulan. Dan setiap akhir bulan ditukar dengan benda yang diberikan guru sesuai dengan banyaknya the magic star. Sama halnya dengan the magic star, the black star pun memiliki kriteria antara lain: (1) Tidak tepat waktu dalam mengerjakan tugas, (2) Mengganggu teman, (3) Mengobrol ketika belajar, (4) Tidak tertib ketika KBM berlangsung 2.2.7
Hubungan antara pemberian reward & punishment terhadap motivasi belajar siswa
Dalam kegiatan belajar mengajar peranan motiviasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Motivasi ekstrinsik yang sering digunakan yaitu dengan pemberian reward dan punishment. Dengan pemberian reward kepada siswa yang berprestasi akan memacu motivasi mereka agar belajar lebih giat lagi. Bahkan bagi siswa yang kurang berprestasi akan termotivasi untuk belajar lebihgiat lagi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi. Adapun punishment diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan dalam pembelajaran. Punishment ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
9
Pemberian reward dan punishmnent hanya sebagai metode perantara dalam rangka menumbuhkan motivasi intrinsik pada diri siswa. Ketika motivasi intrinsik sudah muncul pada diri siwa, metode pemberian reward dan punishment ini bisa diakhiri. Pemberian reward dan punishment bisa mengasosiasikan perbuatan dan kelakuan seseorang dengan perasaaan bahagia, senang dan biasanya berulang-ulang.. selain motivasi, reward juga bertujuan agar seseorang menjadi giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau meningkatkan prestasi yang telah dicapainya. Sementara punishment diartikan sebagi hukuman atau sanksi. Punishment merupakan bentuk reinforcement yang negatif tetapi jika diberikan secara bijak bisa menjadi alat motivasi. Tujuan dari metode ini adalah menimbulkan rasa tidak senang pada seseorang. Jadi hukuman yang diberikan harus bersifat pedagogis, yaitu untuk memperbaiki dan mendidik kearah yang lebih baik. Jadi dapat dikatakan bahwa hubungan motivasi belajar dengan pemberian reward dan punishment sangat erat. Sebab pemberian reward dan punishment yang merupakan salah satu strategi motivasi ekstrinsik dapat membangkitkan motivasi intrinsik yang berasal dari diri siswa sehingga mampu menumbuhkan dan meningkatkan motivasi belajar untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tujuan pembelajaran. 2.3 Pembelajaran tematik 2.3.1 Pengertian Pembelajaran tematik Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa. Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan. Unit yang tematik adalah epitome dari seluruh bahasa pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk secara produktif menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu dengan penghayatan secara alamiah tentang dunia di sekitar mereka. Pembelajaran Tematik merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan pada siswa kelas rendah (yaitu: siswa kelas I, II dan III) di Sekolah Dasar. Konsep pembelajaran tematik telah tercantum di dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Di dalam KTSP tersebut dijelaskan bahwa pembelajaran tematik adalah 10
pendekatan yang harus digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Karena itu, bagi guru SD terutama guru kelas rendah (I, II dan III) yang peserta didiknya masih berperilaku dan berpikir secara konkret, kegiatan pembelajaran sebaiknya dirancang terpadu dengan menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajarannya. Dengan cara ini maka pembelajaran untuk siswa kelas I, II, dan III dapat menjadi lebih bermakna, lebih utuh dan sangat kontekstual dengan dunia anakanak. Artinya, dalam pembelajaran bahasa siswa tidak hanya berkutat pada konstrak teori bahasa, tetapi ditekankan pada sikap dan pemakaian bahasa yang kontekstual. Arti Penting Pembelajaran Tematik menurut Departemen Pendidikan Nasional November, 2006: a. Menekankan keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif sehingga siswa memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. b. Menekankan penerapan konsep belajar sambil melakukan (Learning by doing). Adapun ciri khas pembelajaran tematikadalahsebagaiberikut: a. Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; b. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; c. Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama; d. Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa; e. Mengembangkan
keterampilan
sosial
siswa,
seperti
kerjasama,
toleransi,
komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain. 2.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tematik Menurut Departemen Pendidikan Nasional keuntungan pembelajaran tematik ialah: a. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu, b. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama; c. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
11
d. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa; e. Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas; f. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain; g. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan dapat dipersiapkaan sekaligus. Selain kelebihan di atas pembelajaran tematik memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan pembelajaran tematik tersebut terjadi apabila dilakukan oleh guru tunggal. Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran tema sehingga dalam pembelajaran tematik akan merasa sulit untuk mengaitkan tema dengan mateti pokok setiap mata pelajaran. Di samping itu, jika skenario pembelajaran tidak menggunakan metode yang inovatif maka pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tidak akan tercapai karena akan menjadi sebuah narasi yang kering tanpa makna (Tarmizi, 2008) 2.3.4
Karakteristik Tematik
Pembelajaran tematik sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang masih melihat segala sesuatu sebagai sesuatu yang holistic, sehingga pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berfikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik. Atas dasar pemikirian di atas pembelajaran pada kelas awal sekolah dasar yakni kelas 1, 2 dan 3 lebih jelas jika dikelola dalam pembelajaran terpadu melalui pendekatan pembelajaran tematik. Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: 1.
Berpusat pada siswa Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan
pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahankemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. 12
2.
Memberikan pengalaman langsung Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa
(direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. 3.
Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu
jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa. 4.
Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran
dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsepkonsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. 5.
Bersifat fleksibel Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan
bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada. 6.
Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai
dengan minat dan kebutuhannya. 7.
Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan, Dalam proses pembelajaran tematik tidak menjemukkan /membosankan bahkan
dalam suasana bermain yang menyenangkan mereka dapat memperoleh pengetahuan baru yang sangat utuh dan bermakna.
13
BAB III PEMBAHASAN DAN HASIL 3.1 Keaktifan Bertanya Dalam proses belajar mengajar kegiatan bertanya oleh siswa merupakan hal penting. Dengan bertanya siswa menjadi paham, mengerti dan menguasai bahan pelajaran. Oleh karena itu, pembelajaran harus mampu melatih kepekaan rasa ingin tahu siswa terhadap segala sesuatu yang terjadi (Sanjaya, 2008). Dapat dikatakan bahwa siswa yang aktif bertanya dalam proses belajar mengajar merupakan siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam dalam proses belajar mengajar dibandingkan dengan siswa yang kurang aktif bertanya (Djamarah dan Zain, 2006). Berdasarkan hasil pengamatan menunjukan adanya peningkatan dari setiap minggu. Peningkatan indikator aktif bertanya ketika kegiatan belajar mengajar dapat dilihat pada grafik 1.
Aktif bertanya ketika KBM 60,00 50,00 40,00 30,00 Aktif bertanya ketika KBM
20,00 10,00 0,00 Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke -1 -2 -3 -4
Grafik 1. Aktif Bertanya ketika Kegiatan Belajar Mengajar Berdasarkan grafik.1 diperoleh data bahwa indikator aktif bertanya ketika belajar pada minggu ke -1 belum memenuhi keberhasilan. Hal ini ditunjukkan dari hasil observasi pada minggu ke-1 rerata persentasinya 13,89%. Dan meningkat pada minggu ke-4 dengan presentasinya 50,00%. Peningkatan ini disebabkan karena siswa termotivasi mendapatkan reward. . 14
3.2 Mengerjakan Tugas Tepat Waktu Siswa yang meimiliki semnagat belajar yang tinggi, biasanya selama mengrjakan tugas-tugas ia akan langsung bertanya langsung kepada guru atau temannya tentang tugas tersebut. Tanggung jawab untuk mengerjakan tugas- tugas belajarnya juga penting dalam kegiatan belajar mengajarnya sebab tanpa adanya tanggung jawab maka tujuan belajar tidak akan tercapai dengan optimal. Dalam proses belajar mengajar guru berfungsi sebagai pembimbing dan pengarah siswa untuk pengajar. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengembangakn tanggung jawab adalah dengan memberikan tugas-tugas kepada siswa. Tugas yang diberikan guru merupakan salah satu cara ubtuk menilai proses belajar siswa, munculnya tanggung jawab karena ada kemauan untuk mencapai tujuan belajar. Sesuai dengan pndapat Dimyati dan Mudjiono (1999) bahwa kemauan merupakan tindakan mencapai tujuan belajar. Siswa dikatakan memiliki tanggung jawab dalam menegrjakan tugas-tugas belajarnya bila mendapat tugas untuk mengerjakan soal-soal dari guru, siswa tersebut mengerjakan sendiri tugasnya tanpa mencontoh pekerjaan temannya. Dilihat dari aspek mengerjakan tugas tepat waktu para siswa lebih antusias dan fokus dalam mengerjakan tugas. Hal ini dapat dilihat dari grafik 2.
Mengerjakan tugas tepat waktu 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 Mengerjakan tugas tepat waktu
40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke -1 -2 -3 -4
Grafik 2. Mengerjakan Tugas Tepat Waktu
15
Pada minggu ke-1 terlihat presentase 27,78% yang dapat mengerjakan tugas tepat waktu. Setelah pemberian reward dan punishment, terjadi peningkatan yang signifikan pada mingggu ke 4 dengan presentasi 83,33%.
3.3 Duduk rapi ketika KBM Perhatian siswa terhadap materi pelajaran ketika didorong oleh rasa ingin tahu. Oleh sebab itu, diperlukan rasangan yang dapat menumbuhkan rasa ingin tahu sehingga perhatian siswa terhadap materi pelajaran menjadi stabil. Hal-hal yang dapat dilakukan guru agar dapat selalu menumbuhkan perhatian siswa adalah menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, melibatkan siswa dalam pembelajaran sehingga siswa aktif, banyak menggunakan contoh dikehidupan sehari-hari siswa dalam menjelaskan konsep. Kondisi awal siswa kelas 1, mereka belum bisa duduk rapi pada kegiatan pembelajaran. Melihat kondisi tersebut guru membuat indikator pencapaian siswa duduk rapi pada kegiatan pembelajaran supaya materi yang diajarkan tersampaikan dengan baik. Observasi pada minggu ke-1 adalah 41,67 %. Hasil presentase ini menunjukkan belum tercapainya keberhasilan indikator, oleh karena itu guru lebih memotivasi siswa agar duduk rapi ketika pembelajaran. Hasil pada minggu ke-4 diperoleh hasil yang amat signifikan yaitu 83,33 % pada grafik 3 di bawah ini.
Duduk rapi ketika KBM 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00
Duduk rapi ketika KBM
30,00 20,00 10,00 0,00 Minggu ke - Minggu ke - Minggu ke - Minggu ke 1 2 3 4
Grafik 3. Duduk Rapi Ketika KBM 16
3.4 Tidak mengobrol ketika KBM Kepatuhan seseorang dalam memngikuti tata tertib karena didorong atau disebabkan oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya (Arikunto, 1991). Karena dengan adanya motivasi belajar yang tinggi maka siswa akan lebih mentaati tata tertib yang ada di ssekolah termasuk tidak mengobrol ketika proses kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Tidak mengobrol ketika KBM 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 Tidak mengobrol ketika KBM
40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 Minggu ke - Minggu ke - Minggu ke - Minggu ke 1 2 3 4
Grafik 4. Tidak mengobrol ketika KBM Berdasarkan grafik 4 diatas menerangkan mengenai indikator pencapaian tidak mengobrol dikelas. Dapat dilihat di minggu ke-1 dengan presentase 50,00%, persentase ini hampir dari 50 % anak di kelas 1-C mengobrol. Agar kelas lebih terkondisikan dengan baik, maka guru memberikan reward kepada siswa yang bisa mnejaga ketertiban dan punishment untuk siswa yang mengobrol berupa black star. Di minggu ke -4 terdapat perubahan yang signifikan dengan presentase sebesar 83,33% siswa sudah tidak mengobrol lagi. Berdasarkan hasil penelitian, terjadi peningkatan motivasi siswa setelah diberikan reward untuk siswa yang memenuhi indikator dan punishment untuk siswa yang tidak memenuhi indikator pencapaian. Siswa yang aktif bertanya dikelas dari siswa meningkat menjadi 18 siswa. Siswa yang mengerjakan tugas tepat waktu di kelas dari 10 siswa meningkat menjadi 30 siswa. Siswa yang piket kelas dari 5 siswa meningkat menjadi 25 17
siswa. Siswa yang duduk rapi ketika KBM mendapatkan perintah dari guru dari 15 siswa meningkat menjadi 30 siswa. Siswa yang tidak mnegobrol ketika KBM di kelas dari 18 siswa meningkat menjadi 30 siswa. Pada minggu pertama rata-rata pencapaian indikator motivasi belajar adalah 33,34 %. Dari rata-rata tersebut belum sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditentukan oleh peneliti. Setelah dilakukan perbaikan, rata-rata motivasi belajar siswa pada minggu II, III dan ke IV mengalami peningkatan. Pada minggu kedua rata-rata motivasi belajar siswa 41,67 %, pada pertemuan ketiga rata-rata motivasi belajar 72,50 % dan pada minggu keempat rata-rata motivasi belajar adalah 75,00 % . Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, maka kedisiplinan siswa meningkat setelah diberikan reward dan punishment. Reward membuat siswa termotivasi untuk berperilaku disiplin sesuai dengan peraturan. Hal ini karena siswa menjadi senang setelah diberikan reward. Punishment diberikan pada siswa yang berbuat kesalahan atau pelanggaran untuk memberikan efek jera kepada siswa.
18
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa d i k e l a s 1 - C SD Islam Al Azhar 12 Cikarang dapat ditingkatkan melalui metode Magic and Black Star. Magic Star diberikan untuk siswa yang memenuhi indikator motivasi belajar dalam mengikuti pembelajaran. Black Star diberikan untuk siswa yang berperilaku tidak sesuai indikator motivasi belajar dalam mengikuti pembelajaran. Punishment yang diberikan berupa black star reward. Hasil observasi pada minggu pertama rata-rata pencapaian indikator motivasi belajar adalah 33,34% dari ratarata tersebut belum sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditentukan oleh peneliti. Setelah dilakukan perbaikan,rata-rata motivasi belajar siswa pada minggu II, III dan ke IV mengalami peningkatan. Pada minggu kedua rata-rata motivasi belajar siswa 41,67 %, pada pertemuan ketiga rata-rata motivasi belajar 72,50 % dan pada minggu keempat rata-rata motivasi belajar adalah 75,00 %. Jika dikonversikan rata-rata tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Rata-rata indikator motivasi belajar tersebut sudah sesuai dengan kriteria yang diharapkan oleh peneliti. 4.2 Saran Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, telah terjadi peningkatan motivasi belajar siswa dengan pemberian reward dan punishment. Saran dari peneliti bagi guru adalah sebagai berikut : 1. Pemberian reward yang berupa pujian tanda penghargaan (pemberianthe magic star) serta pemberian punishment yang berupa black star hendaknya diterapkan dalam pembelajaran di SD khususnya kelas 1 sebagai cara untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. 2. Diharapkan guru lebih kreatif, inovatif dengan menciptakan bentuk reward dan punishment yang baru dan yang lebih menarik, serta dapat dikembangkan continue dalam jangka waktu panjang untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
19
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Dimyanti dan Mujiono.2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. PT. Rineka Cipta Djamarah, Syaful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar mengajar. Jakarta: PT Rieneka Cipta Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hamzah B. Uno. 2003. Landasan Pembelajaran. Gorontalo: Nurul Janah. _____________. 2013. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Gorontalo: Bumi Aksara John M. Echols. 2003. Kamus Bahasa Inggris-Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Indonesia Kemendikbud. 2003. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara. .2013.
Peraturan
Menteri
Pendidikan
dan
Kebudayaan
Republik
Indonesia tentang No. 67 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SD/ MI. Jakarta: Kemendikbud Nasution. 2004. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Purwanto, Ngalim. 2002. Ilmu Pendidikan Teori dan Praktis. Bandung: Rosdakarya. Sanjaya, Wina. 2008. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Kencana. Sardiman. 2008. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara Siswoyo, Dwi. 2007. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Sutikno, M. Sobry. 2009. Belajar dan Pembelajaran “Upaya Kreatif dalam mewujudkan pembelajaran yang berhasil. Bandung: Prospect Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rosdakarya. Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara. http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/04/model-pembelajaran-tematik-kelebihan-dankelemahannya/. Diakses tanggal 20 Oktober 2015 20
Lampiran 1
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Motivasi Siswa pada setiap minggu No
Indikator
Minggu ke-1
Minggu ke-2
Minggu ke-3
Minggu ke-4
motivasi
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
belajar
Siswa
%
Siswa
%
Siswa
%
Siswa
%
Aktif 1
bertanya
5
13,89
8
22,22
15
41,67
18
50,00
10
27,78
14
38,89
25
69,44
30
83,33
15
41,67
18
50,00
25
69,44
30
83,33
18
50,00
20
55,56
25
69,44
30
83,33
ketika KBM Mengerjakan 2
tugas
tepat
waktu 3
Duduk
rapi
ketika KBM Tidak
4
mengobrol ketika KBM
Rata – rata motivasi belajar (%)
33,34
41,67
21
62,50
75,00
Lampiran 2 Papan reward siswa
22
Lampiran 3
The Magic And Black Star
23