PENGUATAN BUDAYA LITERASI DAN KARAKTER BERPIKIR KRITIS MELALUI M0DEL PEMBELAJARAN LITERASI INFORMASI BERBASIS PROYEK SEBAGAI ALTERNATIF PEMBELAJARAN FULL DAY SCHOOL
Artikel Ilmiah disusun untuk Mengikuti Simposium Guru 2016 Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Oleh: DRA. ENDAH SULISTYOWATI MSi NIP. 19640703 198803 2 010
SMP NEGERI 2 KARANGNONGKO DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KLATEN 2016
1
A. Pengantar Ada dua program pemerintah dibidang pendidikan yang menjadi perbincangan publik dan Program
menuai pro dan kontra yaitu
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dan program Full Day
School (FDS). Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan program unggulan pada saat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dipegang Anies Baswedan, gerakan ini banyak diberikan apresiasi dikalangan publik. Menurut publik Program GLS sangat bermanfaat karena memberikan dampak siswa dan guru menjadi gemar membaca dan menulis. Program yang menjadi polemik dan banyak menuai kontra baik dikalangan insan pendidikan dan masyarakat umum adalah program Full Day School (FDS) yang dicanangkan oleh Menteri Muhadjir sebagai pengganti Anies Baswensan pada pertengahan tahun 2016.Program FDS berupaya menjadikan sekolah sebagai rumah kedua bagi guru dan siswa dalam upaya penguatan karakter. Namun “dengan berbagai kecaman dan pertimbangan akhirnya program ini dibatalkan karena belum adanya kesiapan masyarakat dan
sekolah”
kata
menteri
Muhajir
dalam
jumpa
persnya
(http://forum.detik.com/full-day-school-dibatalkan-t1421772.html) Terlepas adanya pro dan kontra tulisan ini akan mencoba mencari titik temu antara kedua program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dan program Full Day School (FDS). Diharapkan dimasa yang akan datang kedua program dapat dilaksanakan secara serasi dan berdapingan
sehingga
dapat
mewujudkan
program
Nawacita
pemerintahan Presiden Joko Widodo. Pembentukan budaya Literasi merupakan tujuan utama pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dimulai pada tahun 2015. Gerakan dimaknai oleh setiap sekolah dengan kegiatan yang bervariasi. Kegiatan yang banyak dilakukan adalah pembiasaan 2
membaca 15 menit hal ini sesuai dengan Permendikbud No. 23 Tahun 2015.Gerakan
Literasi
sekolah
juga
bertujuan
untuk
menumbuhkembangkan kegiatan membaca menulis agar warga sekolah menjadi literat
(Kemendikbud, 2015).
Kemampuan literat
dapat diukur dari kemampuan seseorang untuk mengidentifikasikan, menentukan, menemukan, mengevaluasi, menciptakan secara efektif dan terorganisasi, menggunakan dan mengkomonikasikan informasi untuk mengatasi berbagai persoalan dalam kehidupannya sehari – hari, kemampuan ini sering disebut dengan literasi informasi (Kemendikbud, 2016). Untuk menumbuhkan kemampuan literasi informasi di sekolah
salah
satunya
adalah
dengan
memberikan
layanan
pendidikan dalam pembelajaran di kelas dan kegiatan pembelajaran di luar kelas yang menunjang pembelajaran dan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan yang mengacu pendidikan abad 21 menurut Trilling and Fadel (2009) terdiri atas learning and inovation skill (ketrampilan belajar dan berinovasi) dan Information media and technology skill (ketrampilan media dan teknologi). Ketrampilan belajar dan berinovasi yang dimiliki siswa diukur dari kemampuan siswa dalam berpikir kritis, berkomunikasi dan kolaborasi, kemampuan berinovasi serta kreatifitas. Ketrampilan media dan teknologi mengacu pada tiga indikator yaitu literasi informasi,literasi media dan literasi teknologi. Untuk mencapai ketrampilan siswa abad 21 tersebut diperlukan model pembelajaran yang dapat memadukan kedua ketrampilan dasar yaitu ketrampilan belajar dan berinovasi dengan ketrampilan media dan teknologi serta karakteristik siswa sebagai subyek belajar.Seiring berkembangnya teknologi media penggunaan media berupa alat komunikasi di era digital siswa abad 21 memiliki kecenderungan khusus seperti yang dikutip dari Maksimus (2011)
3
yaitu siswa secara mobile dapat mengakses informasi selama 24 jam, membuat konten berbasis multi media kemudian membaginya kepada orang lain, ikut berpartisipasi dalam media sosial online yang menjankau seluruh dunia,bekerja kolaborasi dengan yang lain selalu belajar sesuatu yang baru . Peningkatan budaya literasi informasi merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan ketrampilan siswa abad 21. Pelaksanaan program
literasi
di
sekolah
melalui
kegiatan
pembiasaan,
pengembangan dan pembelajaran di sekolah.Kegiatan pembiasaan melalui kegiatan membaca 15 menit sebelum pelajaran dimulai sudah banyak dilakukan di sekolah. Kegiatan pengembangan literasi melalui kegiatan membuat sinopsis, mendongeng buku yang dibaca atau melakukan bedah buku, hasil karya siswa selanjutnya dinilai sebagai tagihan non akademik.Kegiatan pembelajaran Literasi di sekolah dilaksanakan melalui berbagai strategi untuk memahami teks dalam semua mata pelajaran dan menggunakan lingkungan fisik, sosial, afektif dan akademik disertai bacaan cetak, visual, auditori, digital untuk memperkaya literasi di luar buku teks pelajaran (Kemedikbud, 2016). Pembelajaran literasi bertujuan mengembangkan kemampuan memahami teks dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis dan mampu berkomunikasi secara kreatif melalui kegiatan membaca buku teks, buku pelajaran ataupun buku bacaan ( Anderson& Krathwol, 2001). Pemilihan
strategi
pembelajaran
literasi
harus
mempertimbangkan karakteristik siswa saat ini yang masuk kategori siswa abad 21 yang merupakan digital native. Prensky (2012) menjelaskan digital native adalah mereka yang sejak lahir telah berada pada era digital dan mereka mahir dalam bahasa teknologi digital dan internet.Selain itu dalam siswa abad 21 dituntut memiliki tujuh ketrampilan utama yang harus dikuasai diantaranya 1)terampil berpikir dalam memecahkan masalah, 2) kolaborasi berbasis jaringan, 4
3)mampu mengubah arah dan bergerak dengan cepat, 4)memiliki inisiatif
dan
berjiwa
kewirausaahaan,5)bicara
dan
memiliki
kemampuan menulis secara efektif, 6) mengakses dan menganalisis informasi dan 7)bersikap selalu ingin tahu dan berimajinasi (Global Achievement Gap Toni wagner, 2012). Agar siswa dapat terampil memecahkan masalah dapat dilatih melalaui penguatan karakter berpikir kritis dalam pembelajarannya. Berpikir kritis merupakan ketrampilan seseorang untuk menganalisis
argumen,memberikan
interprestasi
argumen dan interprestasi yang logis
berdasarkan
(Fisher,2007).Ketrampilan
berpikir kritis dapat dilatih melalui proses pembelajaran sehingga siswa mampu mengumpulkan, memilah informasi dan menyimpulkan dengan benar untuk memecahkan masalah maupun mengambil keputusan. Menurut Lutfia (2010) ketrampilan berpikir kritis dapat dilatih dengan memberikan pertanyaan yang memerlukan penalaran tinggi (higher order thingking).Beberapa pertanyaan yang dapat digunakan
adalah
Adakah
Cara
lain?(What’s
another
way?),
Bagaimana jika? (What if?), Manakah yang salah? (What’s wrong?), dan Apakah yang akan dilakukan (What would you do?).Pertanyaan tersesbut dapat dilatih ke siswa melalui pembelajaran.Karakter berpikir kritis sangat diperlukan siswa agar dalam menjalani kehidupannya lebih bertanggung jawab terutama dalam pengambilan keputusan. Penguatan budaya literasi dan karakter berpikir kritis siswa di sekolah dilakukan melalui kegiatan selama pembelajaran maupun diluar pembelajaran dengan cara memperpanjang waktu di sekolah . Program ini lebih sering disebut dengan Full Day School (FDS). Untuk melaksanakan FDS sekolah perlu persiapan yang matang dimulai mendesign kegiatan pembelajaran, sarana prasarana dan mental dari seluruh stake holder sekolah. Pemilihan model pembelajaran yang tepat dan dapat dilaksakan semua guru dan siswa menjadi alternativ terlaksananya program itu dengan baik dan kondusif
5
B. Masalah Berdasarkan uraian tersebut maka diperlukan pemahaman para guru untuk menyesuaikan kegiatan pembelajaran di sekolah dengan karakateristik siswanya. Apabila tidak ditemukan titik temu antara keduanya maka akan timbul gap yang menyebabkan siswa malas, tidak tertarik dalam mengikuti pembelajaran dan pada akhirnya menjadi bosan berlama lama di sekolah . Model pembelajaran
abad 21 memungkin siswa unuk
mengakses informasi seluas-luasnya melalui pembelajaran literasi, mengajarkan ketrampilan abad 21 melalui konteks materi pelajaran dengan tema abad 21 melalui berbagai disiplin ilmu dan pemilihan metode
pembelajaran
yang
inovatif
dengan
mengitegrasikan
teknologi,penedekatan inquary berbasis masalah serta melatih ketrampilan berpikir tingkat tinggi (P21 Patnership for 21St Century Learning ).Oleh sebab itu seorang guru harus menemukan model pembelajaran yang menantang, intradisipliner, berbasis proyek dan terintegrasi. Permasalah di lapangan adalah guru di sekolah belum memahami model pembelajaran yang sesuai dengan penguatan budaya literasi di sekolah.Apalagi dalam panduan pelaksanaan gerakan Literasi sekolah yang dikeluarkan oleh Kemendikbud 2015 serta Grand design pelaksanaan gerakan literasi sekolah tahun 2016 belum menjelaskan secara eksplisit contoh model pembelajaran literasi.Disamping itu model pembelajaran yang dipilih guru juga harus sesuai karakter siswa abad 21 yang salah satunya adalah terampil berpikir kritis. Oleh sebab itu permasalahan dalam tulisan ini adalah bagaimanakah
penerapan
model
pembelajaran
literasi
dapat
menguatkan budaya literasi sekolah dan berpikir kritis pada siswa
6
abad 21 serta dapat dijadikan alternatif model pembelajaran Full Day School (FDS)? Tulisan ini dapat dijadikan rujukan pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) karena dalam buku petunjuk pelaksanaan kegiatan GLS di SMP dari Kemendikbud 2016 belum ada
contoh
kongkrit
pelaksanaan
pembelajaran
Literasi
di
sekolah.Disamping dapat digunakan pula sebagai rujukan model pembelajaran jika program Full Day School (FDS) akan dilaksanakan di Indonesia. C. Pembahasan Dan Solusi 1. Model Pembelajaran Literasi Informasi Berbasis Proyek Model pembelajaran literasi informasi berbasis proyek merupakan pembelajaran yang memadukan pembelajaran literasi informasi dengan penugasan proyek. Karakteristik model
terdiri
atas
dasar
teori
yang
digunakan
untuk
pengembangan model, tujuan ,asumsi yang mendasari model, sintaks
pembelajaran,peran
siswa
dan
guru
dalam
mengimplementasikan model pembelajaran. a. Dasar teori Model pembelajaran literasi informasi berbasis proyek mengacu
pada
pendekatan
kontruktifisme,
dimana
guru
menyajikan persoalan dan mendorong (encourage) siswa untuk mengidentifikasi, mengeksplorasi, berhipotesis, berkojektur, menggeneralisasi dan inkuiri dengan cara mereka sendiri untuk menyelesaikan persoalan
persoalan
menggunakan
yang
disajikan.Penyelesaian
penugasan
proyek
dengan
menggunakan ketrampilan media dan teknologi mengacu pada tiga indikator yaitu literasi informasi,literasi media dan literasi teknologi. b. Tujuan Model Pembelajaran Model pembelajaran literasi informasi berbasis proyek bertujuan untuk 1)meningkatkan kemampuan ketrampilan 7
belajar dan berinovasi yang dimiliki siswa diukur dari kemampuan siswa dalam berpikir kritis, berkomonikasi
dan
kolaborasi, kemampuan berinovasi serta kreatifitas, dan 2) meningkatkan
ketrampilan
literasi
informasi
melalui
penemuan dan pemahaman terhadap isu isu terkini di lingkungan yang diakses dengan menggunakan media dan teknologi informasi yang bersumber dari buku teks, media massa dan media elektronik maupun website. c. Asumsi yang Mendasari Model Pembelajaran Beberapa
asumsi
yang
mendasari
model
pembelajaran ini adalah 1)pembentukan nilai sebagai hasil proses pembelajaran yang diterapkan dalam pembentukan karakter berpikir kritis, kolaborasi, kemampuan berinovasi serta kreatifitas. 2)siswa belajar secara aktif merangkai pengalaman untuk membangun pemahamannya sendiri 3)siswa belajar melalui pengamatan dan penemuan selektif yang dibangun melalui kegiatan mencari informasi dengan membaca melalui buku teks, media massa, media eletronik dan website. dan 4)penugasan siswa dapat ditagih melalui penugasan proyek yang dilakukan diluar tatap muka Sintaks /Langkah-Langkah
Model
Pembelajaran.Sintak
dari
pembelajaran ini dijelaskan seperti pada tabel 1 . e. Peran Guru dan Siswa Dalam siswa sebagai
mengimplementasikan
model
ini,
peran
subyek belajar yang aktif merangkai
pengalaman, meniru model dan sebagai tutor bagi temannya yang lain. Sementara guru berperan sebagai model, memberi balikan, memotivasi, menciptakan kondisi agar belajar berlangsung secara optimal. Tabel 1 Sintak Model Pembelajaran Literasi Informasi berbasis Proyek
8
FASE / TAHAP Fase 1 Penyampaian masalah mengadopsi dengan isu yang terjadi yang di lingkungan masyarakat sesuai topik pembelajaran Fase 2 membuat pertanyaan investigasi /kuriositi sesuai topik yang akan dibahas
PERILAKU GURU
Fase 3 Pembuatan rencana ,penyusunan dan pelaksanaan proyek melalui kolaborasi antara guru dan siswa Fase 4 Monitoring kemajuan proyek oleh guru
Fase 5 Pengambilan keputusan melalui nexus.
Menjelaskan tujuan pembelajaran, cara kerja dan mengajak siswa untuk mencari isu isu /permaslahan yang trend terjadi di lingkungan masyarakat . Isu/ masalah dapat diperoleh dari informasi di media massa/ koran / televisi/website. Memotivasi siswa terlibat aktif dalam pemilihan isu/ masalah yang akan dijadikan sebagai topik dalam pembelajaran.Pada tahap ini siswa diajak kedalam suasana pembelajaran mind on. Mendorong siswa menemukan informasi permasalahan berupa pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengundang rasa penasaran dan keingintahuan siswa. Pertanyaan ini berkaitan dengan isu atau masalah yang telah dibicarakan . Untuk mampu menjawabnya, siswa memerlukan pengetahuan dari materi yang akan dipelajari. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan sumber informasi dari buku, jurnal penelitian, webiste secara kolaboratif guru dan siswa merencanakan aturan, jadwal kegiatan, pemilihan kegiatan yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan penting, dengan cara mengintegrasikan berbagai materi yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek Belajar ditingkatkan melalui 'hand on ' melalui kegiatan siswa sesuai proyek yang direncanakan Dalam tahap ini guru sebagai fasilitator. Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,jurnal model dan berbagi tugas dengan teman. membantu siswa dalam membuat model ,jurnal atau laporan maupun model secara kelompok atau individu Tahap ini guru bersama siswa memberikan rekomendasi terhadap isu /permasalahan yang akan dibahas ditambahkan isu / permasalahan lain yang berbeda.
PELAK SANAA N Di dalam kegiatan pembela jaran
Didala m kegiat an pemb elajar an
Diluar jam Pelajara n
Diluar jam Pelajara n
Dalam Proses pembela jaran di kelas
9
Fase 6 Penilaian proyeks dan evaluasi pengalaman.
Pada tahap ini siswa melakukan presentasi proyek yang dibuat dan berbagi pengalaman dengan guru dan kelompok lain guru membantu siswa berbagi pengalaman mereka melalui persentasi hasil kerja dan melakukan evaluasi guru meminta siswa menceritakan tentang apa pengalaman sebagai bentuk refleksi diri dalam buku my diary.
2. Impelemetasi Model Pembelajaran Berbasis Proyek Di Sekolah
Literasi
Dalam Proses pembela jaran di kelas
Informasi
Untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran literasi informasi berbasis proyek beberapa tahapan yang perlu di lakukan di sekolah adalah 1) persiapan sarana dan prasarana pendukung 2) sosialisasi model kepada guru memlalui workshop dan lesson study 3) pengaturan jadwal pelajaran 4) implementasi model di kelas 5) evaluasi dan monitoring pelaksanaan a. Persiapan Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana pendukung penting dilakukan sekolah sebelum pelaksanaan program dimulai Kegiatan pertama
dengan
pemberdayaan
perpustakaan
melalui
pengadaan buku pengayaan, koran, majalah sebagai sumber belajar
ditingkatkan.
Rencana
Anggaran
Pengadaannya Kegiatan
dimasukkan
Sekolah.
Pemilihan
dalam buku
melibatkan guru dan MGMP sekolah sebagai fasilitator. Pengaturan jam buka perpustakaan ditambah pada jam sepulang siswa sekolah. Sarana berikutnya adalah pembuatan area untuk aktifitas belajar dan membaca yang diberi nama “pojok baca”. Selain tempat duduk juga di sediakan rak/meja tempat meletakkan
buku/majalah/koran.Selanjutnya
menyiapkan
tempat memajang hasil karya siswa dan di usahakan setiap hasil karya siswa dapat di pajang. Untuk memenuhi itu maka
10
setiap kelas diberi tempat pajangan yang diberinama “ini karyaku Mana karya mu ? “. Pajangan dapat memanfaatkan papan tulis yang tidak terpakai atau memanfaatkan tembok sekolah yang kosong. Sarana
yang
tidak
kalah
pentingnya
adalah
pemberdayaan laboratorium komputer, perluasan jaringan wifi untuk akses informasi secara online. Untuk pemberdayaan laboratorium komputer diantaranya dengan menambah jumlah komputer sekolah dan jam buka laboratorium komputer sepulang sekolah.Untuk kegiatan ini perlu disiapkan guru pendamping untuk mengantisipasi kegiatan di laboratorium komputer agar berjalan baik. b. Sosialiasasi Model Pembelajaran Literasi Informasi berbasis Proyek kepada Dewan Guru melalui kegiatan Lesson Study Agar
pemahaman
guru
tentang
pelaksanaan
pembelajaran berjalan baik maka kegiatan awal adalah melakukan
sosialisasi
kepada
dewan
guru.
Sosialisasi
dilakukan dengan workshop yang diikuti oleh semua guru dan pelaksanaannya setelah jam pelajaran usai. Selanjutnya di masing –masing MGMP sekolah memilih guru model yang akan mencoba
melaksanakan
kegiatan
pembelajaran
literasi
informasi
sedangkan guru lain sebagai pengamat.Setelah
pelaksanaan model selesai, semua guru dalam satu mata pelajaran mendiskusikan pelaksanaan pembelajaran melalui lesson study.Lesson study adalah kegiatan sekelompok guru secara kolabooratif dan terus menerus dalam merencanakan, mengobeservasi
dan
melaporkan
hasil
refleksi
kegiatan
pembelajarannya (Rusman, 2010). Setelah semua guru merasa siap dan mampu untuk melaksanakan maka koordinator guru dari masing-masing
11
MGMP sekolah membuat jadwal pelaksaaanya di kelas dilengkapi program supervisi dan tindak lanjut . c. Pengaturan Jadwal Pelajaran Jadwal pelajaran perlu dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya tumbuk antara kegiatan intra dan ekstrakurikuler serta
penggunaan
perpustakaan
dan
laboratorium
komputer.Jadwal diatur dengan cara kegiatan ekstrakurikuler dimulai jam 15.00.Harapannya jika kegiatan pembelajaran usai jam
12.15
siswa
dapat
memiliki
waktu
cukup
untuk
melaksanakan pembelajaran literasi sampai dengan jam 15.00. d. Implementasi Model Pembelajaran Literasi Informasi berbasis Proyek di kelas Pelaksanaan di kelas didahului dengan pengenalan model kepada siswa. Pengenalan meliputi apa yang harus dilakukan siswa, prasarana yang harus di siapkan dan laporan proyek yang akan dibuat siswa. tahapan model siswa perlu dipahami oleh siswa agar dalam pelaksanaannya siswa tidak bingung. Sarana yang disiapkan siswa berupa buku,note book, laptop, HP (Hand Phone) yang digunakan untuk mengakses informasi dengan internet. Pada tahap ini juga dijelaskan oleh guru cara mengakses dan mengunduh informasi yang benar dari internet maupun buku. Penjelasan berbagai macam laporan proyek termasuk formatnya perlu dikenalkan sebelum model diterapkan. Laporan proyek dapat bebentuk laporan sederhana, poster , jurnal mapum film pendek . e. Evaluasi dan Monitoring Pelaksanaan Model Kepala sekolah dapat melibatkan ketua program literasi sekolah ataupun wakil kepala sekolah untuk melakukan kegiatan monitoring atau evaluasi. Hal –hal yang monitoring meliputi keterlaksanaan program, hambatan/kendala dan dampak terhadap pembetukan budaya literasi dan berpikir 12
kritis. Budaya literasi dapat di nilai dari minat membaca, menulis,
berbicara
tentang
isue
yang
berkembang
di
masyarakat dan pengambilan keputusan untuk pemecahan masalahnya. Diharapkan masyarakat sekolah menjadi lebih literat sehingga tidak mudah terhasut adanya informasi yang kurang akurat yang berkembang dimedia sosial maupun di masyarakat. 3. Hasil Impelementasi Model Pembelajaran Literasi Informasi berbasis Proyek di sekolah . Pelaksanaan model pembelajaran Literasi Informasi berbasis proyek dilaksanakan di SMP Negeri
1 Klaten pada
tahun pelajaran 2015/2016. Sebagai ujicoba awal dilakukan pada mata pelajaran IPA penelitian di pilih
pada kelas 8 dan kelas 7,untuk bahan kelas 8i. Hasil implementasi dilihat dari 2
capaian yaitu 1) Penguatan budaya literasi dan 2) peningkatan karakter berpikir kritis pada siswa . a. Penguatan Budaya Literasi informasi Di Sekolah. Budaya Literasi merupakan kebiasaan membaca, menulis
dan
melakukan
segala
sesuatu
berdasarkan
pemahaman bacaannya.Penguatan budaya literasi di sekolah dapat dinilai dari indikator terbentuknya warga sekolah yang literat.
Hal ini di lihat dari perubahan sikap siswa kelas 8i
dalam memanfaatkan perpustakaan, membaca koran/buku/ majalah pada waktu luang maupun usai pelajaran.Hasil observasi menunjukkan terdapat peningkatan jumlah siswa sebesar 66 % yang dinilai dari jumlah buku referensi dan fiksi yang dibaca dan durasi waktu mengakses informasi dari buku atau website. Data hasil observasi disajikan pada tabel 2. Hasil karya pembelajaran literasi dalam bentuk hasil karya semakin banyak yang dipajang,frekwensi penggantian hasil karya juga relatif pendek yaitu berdurasi paling lambat 1
13
minggu sudah berganti hasil karya. TABEL2 Peningkatan budaya Literasi melalui penerapan pembelajaran Literasi informasi berbasis Proyek Jumlah siswa % PRA Peningka SIKLUS SIKLUS 1SIKLUS 2 Indikator Pembentukan Budaya Literasi tan Jumlah buku referensi yang di baca lebih dari 2 dalam 1 minggu Jumlah buku Fiksi yang di baca dalam satu minggu lebih dari 2 Rt lama nya membaca buku dalam satu hari sebanyak 3 jam Rt Durasi mengakses informasi dari Internet dalam satu hari sebanayk 3 jam
0
12
20
63
3
18
25
69
7
19
30
72
10
20
30
63
66
RATA -RATA
Selain itu budaya literasi didukung dari kemudahan akses fasilitas baca dan perolehan informasi yang semakin mudah karena penambahan jam buka perpustakaan dan laboratorium
komputer.Adanya
akses
internet
gratis
mengunakan hifi juga menyebabkan para siswa dan guru menjadi lebih kerasan tinggal di sekolah untuk menyelesaikan tugas diluar jam pelajaran.Hasil ini dapat digunakan sebagai rujukan bahwa program full day school bisa dilaksanakan di sekolah Contoh kegiatan peningkatan budaya literasi dapat dilihat pada gambar 1.
Pajangan hasil karya Siswa siswa
Kegiatan Pembelajaran literasi teknologi
informasi
Pojok baca Berada di setiap areal sekolah Gambar 1 : Contoh Kegiatan Pembelajaran Literasi sumber Dokumen Pribadi 14
b. Penguatan Karakter Berpikir Kritis Siswa Penguatan ketrampilan berpikir kritis siswa diukur dari rekomendasi pengambilan keputusan pada laporan proyek dan Nilai ulangan harian yang menerapkan ketrampilan berpikir tingkat tinggi. Proyek dinilai mulai dari tahap perencanaan,pelaksanaan produks proyek. Penerapan model pembelajaran
Literasi
Informasi
berbasis
proyek
dapat
meningkatkan ketrampilan berpikir kritis siswa pada siklus 1 ke siklus 2. Besarnya peningkatan pada tahap perencanaan (4%), pelaksanaan (11%) dan nilai proyek (7%) seperti nampak pada gambar 2.
Gambar 2 Peningkatan Nilai Proyek
Penerapan Model pembelajaran Lietrasi Informasi berbasis proyek juga meningkatkan hasil belajar yang diukur dari pencapaian nilai ulangan siswa seperti disajikan pada gambar 3. Gambar 3 memperlihatkan peningkatan secara variatif pada tiap siklus,peningkatan nilai ulangan harian siswa yang berisi soal dengan menerapkan ketrampilan berpikir tingkat tinggi/ Higher Order Thinking (HOT) pada pra siklus, siklus 1 dan siklus 2.Peningkatan juga terjadi pada capaian nilai tertinggi,nilai terendah hasil ulangan serta prosentase
15
siswa yang lulus KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal ) yang ditentukan guru sebesar 78. 100 80 60 40 20 0
PRA SIKLUS SIKLUS 1 Ulangan harian
SIKLUS 2
Nilai tertinggi nilai terendah % lulus KKM
Gambar 3 : Peningkatan Hasil Ulangan Harian
Hasil ini sesuai dengan pendapat Khamdi (2001) bahwa pembelajaran proyek dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi pada siswa sehingga siswa mampu berpikir berkritis untuk memecahkan masalah. D. Kesimpulan dan Harapan Berdasarkan dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran literasi informasi berbasis proyek dapat meningkatkan penguatan budaya literasi di sekolah dan
kemampuan
berpikir
kritis
siswa.Penerapan
model
pembelajaran ini juga berdampak pada kerasannya guru dan siswa di sekolah dalam penyelesaian tugas. Kegiatan literasi informasi
menggunakan
akses
internet
gratis
maupun
memanfaatakan perpustakaan sepulang sekolah . Harapan penulis sekolah dalam melaksanakan Gerakan Literasi
Sekolah
(GLS)
melalui
pembelajaran
model
pembelajaran literasi informasi berbasis proyek menjadi alternatif rujukan pembelajaran literasi di sekolah. Model pembelajaran juga perlu didukung dengan perubahan sistem management sekolah terutama dalam pemenuhan sarana prasara, durasi pembelajaran di sekolah yang mengarah pada program fullday school. 16
DAFTAR PUSTAKA Anderson& Krathwol, 2001, Efecting Teaching Strategys,Thomson social technology Press, Ohio Fisher, Alec. 2007. Critical Thinking. USA: Cambridge University Press. Glaser, E. 1941. An Experience in the Development of Critical Thinking. Advanced School of Education at Teacher’s College, Columbia University. Khamdi W. 2001. Pembelajaran berbasis proyek: model potensial untuk peningkatan mutu pembelajaran. Jurnal Gentengkali, Malang 2007 Kemendikbud 2015, Buku saku gerakan literasi sekolah .Direktorat Penidikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta . Kemendikbud 2016, Grand Design Pelaksanaan gerakan literasi sekolah .Direktorat Penidikan Dasar dan Menengah Kementrian Prndidikan dan Kebudayaan, Jakarta Maksimus (2011), Maxymus the confessor,s literacy genre, The Oxford hand Book. Oxfrod university Press, United Kingdom Lutfia (2014) , Ketrampilan berpikir kritis dalam berbagai dimensi pembelajaran biologi, https://www.academia.edu/8055164/KETERAMPILAN_BE RPIKIR_KRITIS_CRITICAL_THINKING_SKILLS_DALAM _BERBAGAI_DIMENSI_PEMBELAJARAN_BIOLOGI_PR OGRAM_MAGISTER_PENDIDIKAN_BIOLOGI diakses pada tanggal 15 Nopember 2916 Presnky,2012 From digital native to digital kingdom diakses di http://marcprensky.com/from-digital-natives-to-digitalwisdom/ pada tanggal 17 Nopember 2016 Rusman (2010). Model-Model Pembelajaran.Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
17
Toni wagner 2013, Toni wagner seven survival skills diakses dari http://www.tonywagner.com/7-survival-skills pada tanggal 17 Nopember 2016 Toni wagner, 2012, Global Achievement Gap di akses dari http://www.tonywagner.com/69 pada tanggal 17 Nopember 2016 Trilling and Fadel (2009) 21st Century Skills: Learning for Life in Our Times, John Wiley & Sons, 978-0-47-055362-6.
18
19