KARYA TULIS ILMIAH
PEMBERIAN RELAKSASI BENSON TERHADAP TEKANAN DARAH PADA ASUHAN KEPERAWATAN NY. S DENGAN HIPERTENSI DI RSUD SUKOHARJO
DISUSUN OLEH
:
PRIHANA SEKTIAWAN NIM. P.12102
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
KARYA TULIS ILMIAH
PEMBERIAN RELAKSASI BENSON TERHADAP TEKANAN DARAH PADA ASUHAN KEPERAWATAN NY. S DENGAN HIPERTENSI DI RSUD SUKOHARJO Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH
:
PRIHANA SEKTIAWAN NIM. P.12102
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Pemberian Relaksasi Benson Terhadap Tekanan Darah Pada Asuhan Keperawatan Ny. S Dengan Hipertensi Di RSUD Sukoharjo” Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat : 1. Atiek Murharyati, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi D III Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta. 2. Meri Oktariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Sekretaris Program Studi D III Keperawatan dan dosen pembimbing akademik, atas segala arahan, dorongan, dan nasehat yang berguna selama proses pendidikan ilmu keperawatan. 3. Aria Nurahman Hendra Kusuma, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang telah bersedia meluangkan waktu di tengah kesibukannya, mengajar serta menyusun disertasi untuk membimbing jalannya studi kasus ini. Terima kasih juga atas arahan, bimbingan dan motivasi kepada peneliti selama proses penyusunan. 4. Anissa Cindy N. A, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku penguji satu Karya Tulis Ilmiah yang telah bersedia meluangkan waktu di tengah kesibukanya menajar serta menyusun disertai untuk membimbing jalanya studi kasus ini . Terima v
kasih juga atas arahan , masukan , bimbingan dan motivasi kepada peneliti selama proses penyusunan. 5. Siti Mardiyah, S.Kep.,Ns selaku penguji dua Karya Tulis Ilmiah yang telah bersedia meluangkan waktu di tengah kesibukanya menajar serta menyusun disertai untuk membimbing jalanya studi kasus ini . Terima kasih juga atas arahan , masukan , bimbingan dan motivasi kepada peneliti selama proses penyusunan. 6. Semua dosen Program Studi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat. 7. Kedua orang tuaku yang tercinta, yang selalu menjadi inspirasi, motivasi dan memberikan semangat lahir maupun batin untuk menyelesaikan pendidikan. 8. Teman-teman seperjuangan mahasiswa program studi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual. Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta, 27 Mei 2015 Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...............................................................................................
i
LEMBAR PERNYATAAN .....................................................................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................................
iii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................
iv
KATA PENGANTAR ..............................................................................................
v
DAFTAR ISI ............................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL.....................................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................
xi
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................
1
B. Tujuan Penulisan ...................................................................
4
C. Manfaat Penulisan .................................................................
5
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori .......................................................................
6
B. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis ...................................
15
C. Kerangka Teori ......................................................................
25
D. Kerangka Konsep ..................................................................
26
METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET
A. Subyek Aplikasi Riset ...........................................................
27
B. Tempat Dan Waktu ................................................................
27
C. Media dan Alat ......................................................................
27
D. Prosedur Tindakan Keperawatan ...........................................
27
E. Alat Ukur ...............................................................................
27
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien .......................................................................
30
B. Pengkajian ..............................................................................
30
C. Diagnosa Keperawatan ...........................................................
37
D. Perencanaan ...........................................................................
37
vii
BAB V
BAB VI
E. Implementasi ..........................................................................
38
F. Evaluasi Keperawatan ............................................................
40
PEMBAHASAN
A. Pengkajian ..............................................................................
43
B. Rumusan Masalah ..................................................................
45
C. Intervensi Keperawatan ..........................................................
47
D. Implementasi Keperawatan ....................................................
49
E. Evaluasi Keperawatan ............................................................
51
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................
52
B. Saran .......................................................................................
55
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah .......................................................................
ix
6
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori......................................................................................
25
Gambar 2.2 Kerangka Konsep ..................................................................................
26
Gambar 4.1 Genogram ..............................................................................................
30
x
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Riwayat Hidup 2. Jurnal KTI 3. Asuhan Keperawatan 4. Loog Book KTI 5. Surat Pernyataan 6. Usulan Judul Aplikasi Jurnal 7. Pendelegasian Pasien 8. Lembar Konsultasi KTI
xi
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Badan
penelitian
kesehatan
dunia
WHO
tahun
2012
menunjukan,diseluruh dunia 982 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025 (WHO, 2012). Jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia terus meningkat. Hipertensi tahun 2006 menempati urutan ke dua penyakit yang paling sering di derita oleh pasien rawat jalan Indonesia (4,67%) (Depkes, 2008). Prevelensi hipertensi di Indonesia berdasarkan riset kesehatan dasar (2007) juga menyebutkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar 30% dengan insiden komplikasi penyakit kardio vaskuler lebih banyak pada perempuan (52%) dibandingkan laki-laki (48%) (Depkes, 2008). Menurut Wahdah (2011:15) sebanyak 1 milyar orang di dunia atau 1 dari 4 orang dewasa menderita penyakit ini. Bahkan, diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 milyar menjelang tahun 2025. Di Indonesia belum ada data nasional namun, pada studi MONICA 2000 di daerahperkotaan Jakarta dan FKUI 2000-2003 di daerahLido pedesaan kecamatan Cijeruk memperlihatkan kasus hipertensi derajat II (berdasarkan JNC VII) masing 20,9% dan 16,9%.
1
2
Menurut Wahdah (2011) dari seluruh populasi pengidap hipertensi, pengidap hipertensi primer memiliki populasi 90% dan hipertensi sekunder 10%. Menurut Riskesdas prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi usia 18 tahun ke atas, dari jumlah itu 60% penderita hipertensi mengalami komplikasi stroke. Sedangkan sisanya mengalami penyakit jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Hipertensi sebagai penyebab kematian ke 3 setelah stroke dan tuberculosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Endang. 2014:3). Prevalensi kasus hipertensi primer di Provinsi Jawa Tengah mengalami peningkatan dari 1,87% pada tahun 2006 menjadi 2,02% pada tahun 2007, dan 3,30% pada tahun 2008. Prevalensi sebesar 3,30% artinya setiap 100 orang terdapat 3 orang penderita hipertensi primer. Terdapat 4 kabupaten atau kota dengan prevalensi sangat tinggi diatas 10% yaitu kab. Brebes sebesar 18,60%, kota tegal 15,41%, kab. Karanganyar 13,81%, dan kab. Sukoharjo 10,89% (Profil Kesehatan Prov. Jawa Tengah, 2008 : 34). Menurut Corwin (2000), menjelaskan bahwa hipertensi tergantung pada kecepatan denyut jantung, volume sekuncup dan total peripheral resistance (TPR). Maka peningkatan salah satu dari variabel yang tidak di kompensasi dapat menyebabkan hipertensi.Peningkatan kecepatan jantung denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan abnormal saraf atau hormon pada nodus SA. Peningkatan kecepatan denyut jantung yang berlangsung kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme.
3
Namun,
peningkatan
kecepatan
denyut
jantung
biasanya
dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup atau TPR, sehingga tidak menimbulkan hipertensi (Astawan, 2002).Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi apabila terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang berlebihan. Peningkatan pelepasan renin atau aldosteron maupun penurunan aliran darah ke ginjal dapat mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal.Peningkatan volume plasma akan menyebabkan peningkatan volume diastolik akhir sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah. Peningkatan preload
biasanya
berkaitan
dengan
peningkatan
tekanan
sistolik
(Amir,2002). Untuk menurunkan tekanan darah
pada pasien hipertensi
Dilakukan terapi benson. Terapi relaksasi benso terkandung unsurpenenang diri yang dapat menstabilkan tekanan darah. Selain itu, relaksasi benson juga merupakan usaha untuk menghilangkan stress sebagai salah satu fakor pemicu
utama
hipertensi.Relaksasi
benson
telah
digunakan
untuk
penanganan pasien berbagai usia. Dalam membantu penurunan tekanan darah, kecemasan, membantu rileks, mengurngi rasa nyeri, meningkatakan fungsi kognitif, meningkatkan perasaan bahagia, dan meningkatkan toleransi seseorang dalam tindakan invasif. (Suryani, 2011) Kekuatan
dari
relaksasi
benson
yang
merupakan
sumber
penyembuhan emosional yang sangat kuat menangkal kekuatan negatif dan
4
meningkaatkan kekuatan positif. Hasilpenelitiandari Purwanti, Suryani dan Supriyono
(2012).
DiwilayahkerjaPukesmasKarangayuSemarang,
jugamenunjukanadanyaperbedaantekanandarahsebelumdansesudahterapirela ksasibensonpadapasienhipertensi.Dilihatdarihasilujihasilanalisis ujipairedsample
T-testdidapatkanP-value
sebesar
0,0001<
0,05.
Rekomendasihasilpenelitianini adalahmengatasipertensitidakhanyadenganmenggunakanobatobatanmedistetapi
bias
jugamenggunakanteknikrelaksasibensonsecarateratursebagaipengobatanpen damping.Denganhasilpenelitiantersebutmakapenulistertarikuntukmengambil judulPemberianRelaksasiBensonTerhadapTekananDarahpadaPasienHiperte nsi .
B.
Tujuan Penulisan 1.
Tujuan Umum Tujuan umum adalah mengetahui pemberian relaksasi benson terhadap penurunan tekanan darah pada Asuhan Keperawatan Ny. S dengan Hipertensi di RSUD Sukoharjo.
2.
Tujuan Khusus a. Mampu melakukan pengkajian pada Ny. S dengan hipertensi. b. Mampu melakukan diagnosa keperawatan pada Ny. S dengan hipertensi.
5
c. Mampu melakukan intervensi keperawatan pada Ny. S dengan hipertensi. d. Mampu melakuakan implementasi keperawatan pada Ny. S dengan hipertensi. e. Mampu melakukan evaluasi. f. Mampu menganalisa pemberian relaksasi bensonterhadap tekanan darah pada Ny. S dengan hipertensi.
C.
ManfaatPenulisan 1. BagiRumahSakit Agar dapat menjadikan teknik relaksasi benson sebagai salah satu kebijakandalam pemberian pelayanan kesehatan untuk dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi dengan tetap memperhatikan penyakit-penyakit lain yang menyertai. 2. BagiPerawat Perawat diharapkan mampu memberikan pendidikan kesehatan dan latihan–latihan tentang terapi benson terhadap penderita hipertensi 3. BagiPasien Sebagai alternativterapitambahanterhadappenderitahipertensi. 4. BagiPenulis Menambah pengetahuan dan menerapkan relaksasi benson untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi
6
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Teori 1. Hipertensi a. Definisi Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya (Wahdah, 2011: 7). Klasifikasi tekanan darah pada dewasa Kategori Normal Normal tinggi Stadium 1 (hipertensi normal Stadium 2 (hipertensi sedang) Stadium 3 (hipertensi berat Stadium 4 (hipertensi malignan)
Tekanan darah sistolik Dibawah 130 mmhg 130-139 mmhg 140-159 mmhg
Tekanan darah diastolic Dibawah 85 mmhg 85-89 mmhg 90-99 mmhg
160-179 mmhg
100-109 mmhg
180-209 mmhg
110-119 mmhg
210 mmhg atau lebih 120 mmhg atau lebih Tabel 2.1 (Wahdah, 2011:22)
Sebetulnya batas antara tekanan darah normal dan tekanan darah tinggi tidaklah jelas, menurut WHO, di dalam guidelines
6
7
terakhir tahun 1999, batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah bila kurang dari 130/85 mmHg, sedangkan bila lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi dan di antara nilai tersebut dikategorikan sebagai normal-tinggi (batasan tersebut diperuntunkan bagi individu dewasa diatas 18 tahun). Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat badan, tingkat aktifitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHg (Wahdah, 2011:8). b. Penyebab Hipertensi Menurut Yekti dan Ari (2011:48) bahwa hipertensi disebabkan oleh beberapa faktor yang sangat mempengaruhi satu sama lain. Berikut ini faktor- faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi : 1. Toksin adalah zat yang di buat oleh organisme hidup (tanaman, hewan, bakteri tertentu) yang beracun bagi manusia 2. Faktor genetik adalah faktor keturunan yang di dapat sejak lahir. 3. Etnis adalah himpunan manusia karena kesamaan ras , agama, asal usul bangsa ataupun kombinasi dari katagori tersebut yang terikat pada sistem nilai budaya. 4. Alkohol adalah sekelompok senyawa yang mengandung satu atau lebih gugus fungsi hidroksil (-HO) pada suatu senyawa alkana. 5. kafein adalah senyawa alkaloid xantina berbentuk kristal dan berasa pahit yang bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan deuretik ringan.
8
6. Jenis kelamin 7. Umur 8. Stres 9. Kegemukan 10.
Nutrisi
11.
Merokok
12.
kurang olah raga
13.
kolesterol tinggi. Menurut
Dewi
(2013:21)
menyebutkan
bahwa
penyebab
hipertensi adalah 1) Secara genetik a) Gangguan fungsi barostat renal Sensitifitas terhadap konsumsi garam b) Abnormalitas transportasi natrium kalium c) Respon SSP (siatem saraf pusat) terhadap stimus psikososial d) Gangguan metabolism (glukosa, lipid, dan resistensi insulin) 2)
Faktor lingkungan a) Faktor psikososial : kebiasaan hidup, pekerjaan, stress mental, aktivitas fisik, status social ekonomi, keturunan, kegemukan, dan konsumsi minuman keras (beralkohol)
9
b) Faktor konsumsi garam Pengguna obat-obatan seperti golongan kortikosteroid (cortisone) dan beberapa obat
hormone, termasuk
beberapa obat antiradang (anti-inflamasi) secara terus menerus dapat meningkatkan tekanan darah seseorang c) Merokok juga merupakna faktor penyebab terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi dikarenakan tembakau yang berisi nikotin 3) Adaptasi struktural jantung serta pembuluh darah a) Pada jantung : terjadi hypertropi dan hyperplasia miosit b) Pada pembuluh darah : terjadi vaskuler hypertropi. c. Tanda dan Gejala Hipertensi Menurut Dewi (2011:32) tanda dan gejala hipertensi yaitu : 1) Penglihatan kabur karena kerusakan retina 2) Nyeri pada kepala 3) Mual dan muntah akibat meningkatnya tekanan intara kranial 4) Edema dependent 5) Adanya pembengkakan karena meningkatnya tekanan intra kapiler Menurut Adinil, (2004) gejala klinis yang dialami oleh para penderita hipertensi yaitu pusing, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak napas, rasa berat di tengkuk,
10
mudah lelah, mata berkunang-kunang, dan mimisan (jarang dilaporkan). (Crowin, 2000) menyebutkan bahwa sebagian gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa nyeri kepala saat terjaga, kadang disertai mual muntah. Pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula dijumpai perubahan retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus). d. Patofisiologi Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dpat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, di mana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arterioskalierosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokontriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di
11
dalam darah. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun. Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanankan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian ari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis). Perubahan fungsi ginjal, ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara : jika tekanan darah meningkat, ginjal akn menambah pengeluaran garam dan air, yang
akan
menyebabkan
berkurangnya
volume
darah
dan
mengembalikan tekanan darah normal. Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darahdengan menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron. Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah, karena itu berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya
12
tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cidera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah. Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom yang untuk sementara waktu akan meningkat tekanan darah selama respon fight-or-flight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar), meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung, dan juga mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola di daerah tertentu (misalnya otot rangka yang memerlukan pasokan darah lebih banyak), mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan meningkatkan volume darah dalam tubuh melepaskan
hormon
epinefrin
(adrenalin)
dan
norepinefrin
(noradrenalin), yang merangsangjantung dan pembuluh darah. Faktor stres merupakan satu faktor pencetus terjadinya peningkatan tekanan darah dengan proses pelepasan hormon epinefrin dan norepinefrin. ( Triyanto, 2014:12) e. Komplikasi Menurut Triyanto (2014:14) komplikasi yang terjadi pada hipertensi yaitu : 1) Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Strok dapat terjadi pada hipertensi
13
kronok apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang
diperdarahinya
berkurang.
Arteri-arteri
otak
yang
mengalami arterosklerosis dapat menjadi lemah, sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma. Gejala terkena strok adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti, orang bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakkan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak. 2) Infarkmiokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosisnya tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertrofi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan . 3) Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerolus. Dengan
14
rusaknya glomerolus, darah akan mengalir keunit-unit funsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotikkoloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik. 4) Ketidakmampuan
jantung dalam
memompa
darah
yang
kembalinya ke jantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru, kaki dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan didalam paru-paru menyebabkan sesak napas, timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema. Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi cepat). Tekanan yang tinggi pada bkelainan ini menyebabkan peningkatan tekanaan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium di seluruh saraf pusat. Neuron- neuron di sekitarnya kolap dan terjadi koma.
f. Penatalaksanaan Menurut Wahdah (2011:52) penatalaksanaan dalam hipertensi dibagi dalam 2 golongan : 1) Pengobatan non farmakologis a) Penurunan berat badan b) Olah raga
15
c) Mengurangi asupan garam d) Tidak merokok e) Hindari stres f) Pemberian terapi relaksasi benson ( Yanti, 2012). 2) Pengobatan farmakologis Ada beberapa golongan obat anti hipertensi, pada dasarnya menurunkan tekanan darah dengan cara mempengaruhi jantung atau pembuluh darah atau keduanya.
Pengobatan hipertensi
biasanya dikombinasikan dengan beberapa obat : a) Diuretic
tablet
Hydrochlorothiazide(HCT),
lasix
(Furosemide). Merupakan golongan obat hipertensi dengan proses pengeluaran cairan tubuh via urin. Tetapi karena potasium berkemungkinan terbuang dalam cairan urin, maka pengontrol konsumsi potasium harus dilakukan. b) Beta – blockers Atenolol (Tenorim), Capoten (captopril). Merupakan obat yang dipakai dalam upaya pengontrolan tekanan darah melalui proses memperlambat kerja jantung dan memperlebar (vasodilatasi) pembuluh darah. c). Calcium channel blockers Norvasc (amlopidine), Angiotensinconverting enzyme (ACE). Merupakan salah satu obat yang biasa dipakai dalam pengontrolan darah tinggi atau hipertensi melalui proses rileksasi pembuluh darah yang juga memperlebar pembuluh darah.
16
g. Pemeriksaan Penunjang Menurut Dewi (2011:33) pemeriksaan penunjang pada hipertensi yaitu 1) EKG (elektro kardio graf atau rekam jantung) 2) Pemeriksaan darah kimia (kretinin, BUN) 3) Radiografi dada 2. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis a.Pengkajian
Data biografi : nama, alamat, umur, tanggal MRS, diagnosa medis, penanggung jawab, catatan kedatangan (Saiful, 2012) b. Riwayat kesehatan a. Keluhan utama : biasanya pasien datang ke RS dengan keluhan kepala terasa pusing dan bagian kuduk terasa berat, tidak bisa tidur. b. Riwayat kesehatan sekarang : biasanya pada saat dilakukan pengkajian pasien masih mengeluh kepala terasa sakit dan berat, penglihatan berkunang-kunang, tidak bisa tidur. c. Riwayat kesehatan dahulu : biasanya penyakit hipertensi ini adalah penyakit yang menahun yang sudah lama dialami oleh pasien, dan biasanya pasien mengkonsumsi obat rutin seperti captopril. d. Riwayat kesehatan keluarga : biasanya penyakit hipertensi ini adalah penyakit keturunan.
17
3. Data dasar pengkajian a. Aktivitas/istirahat Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea b. Sirkulasi Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler Tanda : kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna kulit, suhu dingin c. Integritas ego Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, faktor stres multipel Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara d. Eliminasi Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu e. Makanan/cairan Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema
18
f. Neurosensori Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala, berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis Tanda : perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal optik g. Nyeri/ketidaknyamanan Gejala : angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri abdomen h. Pernapasan Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok Tanda : distress respirasi/penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas tambahan, sianosis i. Keamanan Gejala : gangguan koordinasi, cara jalan Tanda : episodeparestesia unilateral transein, hipotensi postural j. Pembelajaran/penyuluhan Gejala : faktor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantunng, DM, penyakit ginjal, faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon
19
4. Diagnosa keperawatan a. Resiko terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia miokard, hipertropi ventrikular b. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral c. Potensial perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi d. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan diri 5. Rencana Asuhan Keperawatan a. Resiko terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia miokard, hipertropi ventrikular Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokontriksi, tidak terjadi iskemia miokard Hasil yang diharapkan : Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil
20
Intervensi keperawatan : 1) Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tekhnik yang tepat 2) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer 3) Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas 4) Amati warna kullit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler 5) Catat edema umum 6) Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurangi aktivitas 7) Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur/kursi 8) Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan 9) Lakukan tindakan yang nyaman seperti pijatan punggung dan leher 10) Anjurkan tekhnik relakssi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan 11) Pantau respon terhadap obat untk mengontrol tekanan darah 12) Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikaasi 13) Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi b. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang.
21
Hasil yang diharapka : Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman Intervensi keperwatan : 1) Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan 2) Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan 3) Batasi aktivitas 4) Hindari merokok atau menggunakan penggunaan nikotin 5) Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan 6) Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi nyaman, tekhnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi c. Potensial perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan sirkulasi tubuh tidak terganggu Hasil yang diharapkan : Pasien mendemonstrasikan perfusi jarngan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.
22
Haluaran urin 30 ml/menit Tanda-tanda vital stabil Intervensi : 1) Pertahankan tirah baring, tinggikan kepala tempat tidur 2) Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua kedua lengan ; tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri jika tersedia 3) Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan 4) Amati adanya hipotensi mendadak 5) Ukur masukan dan pengeluaran 6) Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan 7) Ambulasi sesuai kemampuan, hindari kelelahan d. Kurangnya
pengetahuan
berhubungan
dengan
kurangnya
informasi tentang proses penyakit dan perawatan diri Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi Hasil yang diharapkan : Pasien
mengungkapkan
pengetahuan
dan
ketrampilan
penatalaksanaan perawatan dini Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai pesanan
23
Intervensi : 1) Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur 2) Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stres 3) Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek samping atau efek toksik 4) Jelaskan perlunnya menghindaripemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan dokter 5) Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter : sakit kepala, pusing, pingsan, mual dan muntah 6) Diskusiikan tentang mempertahankan berat badan stabil 7) Diskusikan
pentingnya
menghindari
kelelahan
dan
mengangkat berat 8) Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai pesanan 9) Jelaskan pentingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jummlah yang diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang mengandung kafein, teh serta alkohol 10) Jelaskan perlunnya menghindari konstipasi dan penahanan
24
2. Terapi Relaksasi Benson Relaksasi
benson
merupakan
intervensi
mandiri
keperawatan.Pada prinsipnya metode relaksasi dapat di sesuaikan dengan keyakinan masing-masing individu . kata yang di pilih berupa frase yang di yakini berguna, penting,dan cocok untuk masing-masing individu. Dengan menggunakan keyakinan itusecara teratur maka akan di dapatkan manfaat sepenuhnya dari keyakinan tersebut (Hastono, 2007). Relaksasi benson merupakan pengembangan metode respon relaksasi dengan melibatkan faktor keyakinan, pasien yang dapat menciptakan suatu lingkungan internal sehingga dapat membantu pasien mencapai kondisi kesehatan dan kesejahteraan lebih tinggi. (Benson & Proctor, 2000, dalam Purwanto 2006:36). Relaksasi benson merupakan teknik relaksasi yang digabungkan dengan keyakinan yang dianut oleh pasien. Kata atau kalimat tertentu yang dibaca berulang-ulang dengan melibatkan unsur keimanan dan keyakinan akan menimbulkan respon relaksasi yang lebih kuat di bandingkan dengan relaksasi tanpa melibatkan unsur keyakinan. Ungkapan yang di pakai dapat berupa nama tuhan atau kata-kata lain yang memiliki makna menenangkan bagi pasien.(Benson & Proctor, 2000).
25
a. Langkah –langkah terapi benson adalah : 1. Atur posisi nyaman 2. Pilih satu kata atau ungkapan singkat yang mencerminkan keyakinan, seperti nama allah, tenang, rileks dan sebagainya 3. Pejamkan mata hindari menutup mata dengan kuat 4. Bernafas lambat dan wajar sambil melepaskan otot ,mulai dari kaki ,betis, paha, perut, pinggang, kemudian disusul melepaskan leher dan pundakdengan memutar kepala dan mengangkat pundak perlahan-lahan. Ulurkan kedua lengan dan tangan , kemudian kendurkan dan biarkan terkulai diatas lutut dengan tangan terbuka, dalam posisi berdoa (jika posisi duduk). 5. Perhatikan nafas dan mulailah menggunakan kata fokus yang berakar pada keyakinan. Tarik nafas dari hidung , pusatkan kesadaran pada pengembangan perut,lalu keluarkan nafas melaui mulut secara perlahan sambil mengucapkan ungkapan yang telah dipilih. 6. Pertahankan sikap pasif 7. Lakukan selama 15 menit 2x sehari pagi.
26
B. Kerangka Teori
Umur
Jenis kelamin
Gaya hidup
Obesitas
Hipertensi
Kerusakan vaskuler pembuluh darah
Perubahan struktur
Penyumbatan pembuluh darah
Vasokontruksi
Gangguan sirkulasi
Otak
Resistensi pembuluh darah otak
Suplai O2 otak menurun
Sinkop Nyeri kepala
Gangguan pola tidur
Tindakan relaksasi benson Gambar 2.1 Kerangka Teori (Dew,i 2013)
Gangguan perfusi jaringan Serebral
27
D. KerangkaKonsep
Relaksasi Benson
Tekanandarahmenurun
Gambar 2.2 Kerangka Konsep (Dewi, 2013)
28
BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET
A. SubjekAplikasiRiset Pasien Ny, S dengan hipertensi di Ruang Cempaka 2 RSUD Sukoharjo B. TempatdanWaktu Tempat : Ruang Cempaka 2 RSUD Sukoharjo Waktu : Terapi Relaksasi benson dilakukan pada tanggal 12-14 maret 2015 jam 10.00 dan 21.00 WIB. Selama 15 menit 2x sehari pagi C. Media danAlat Alat ukur tensi jarum atau air raksa dan stetoskop D. ProsedurdanTindakan 1. Aturposisinyaman 2. Pilihsatu kata atauungakapansingkat yang mencerminkankeyakinan. 3. Pejamkan mata dan hindari menutup mata dengan kuat. 4. Bernafas lambat dan wajar 5. Perhatikan nafas dan mulailah menggunakan kata fokus yang berakar pada keyakinan 6. Pertahankan sikap pasif 7. Lakukan selama 15 menit 2xsehari E. AlatukurEvaluasi Alat ukur yang digunakan adalah sfigmomanometerair raksa atau tensi jarum dan stestoskop. Peneliti kemudian melakukan
28
29
pngukuran respon emosional (yang diindikasikan tekanan darah, nadi, suhu, respirasi) dengan segera setelah diberikan terapi untuk dilakukan pengolahan data dan analisa. Pengukuran respon emosional (yang diindikasikan tekanan darah, nadi, suhu, respirasi) oleh peneliti.
dilakukan sendiri
BAB IV LAPORAN KASUS
A. Identitas klien Pengkajian dilakukan pada tanggal 12 Maret 2015 jam 09.00 WIB. Pengkajian dilakukan dengan metode alloanamnesa dan autoanamnesa. Pengkajian identitas pasien didapatkan hasil, pasien bernama Ny.S, umur 49 tahun, jenis kelamin perempuan, alamat bendungan gunting wonosari kalten, pekerjaan ibu rumah tangga, tingkat pendidikan SD. Tanggal masuk rumah sakit pada tanggal 12 Maret 2015, dengan diagnosa hipertensi, identitas penanggung jawab Ny.S adalah Tn.k, umur 60 tahun, hubungan dengan klien adalah suami. B. Pengkajian Hasil pengkajian pada tanggal 12 Maret 2015 jam 09.00 pasien mengeluhkan pusing bagian kepala dan kepala bagian belakang terasa cekotcekot. Riwayat penyakit sekarang, pasien mengatakan sebelum datang kerumah sakit, pasien berobat ke pukesmas, pasien mengeluh pusing cekotcekot, pada kepala bagian belakang. Dari pukesmas pasien dirujuk ke RSUD Sukoharjo pada pukul 08.00 WIB. Pasien datang ke IGD di antar keluarganya. Kemudian di IGD di dapatkan pemeriksaan tekanan darah 170/110mmHg, nadi102x/menit, pernfasan 28x /menit, suhu37oC dan mendapat terapi ijeksi ranitidin5mg/12jam dan terpasang infus RL ditangan kiri. 30
31
Dan pada pukul 09.00 di bawa ke bangsal cempaka 2 RSUD Sukoharjo. Kemudian pada saat saya kaji di bangsal cempaka 2 pukul 09.10 di dapatkan hasil pemeriksaan tekanan darah 170/110mmHg, pernafasan 28x/menit, nadi 102x/menit, suhu 37oC , serta nyeri pada kepala bagian belakang terasa cekotcekot dengan (P) saat tidut atau duduk, (Q)cekot-cekot, (R) kepala bagian belakang,( S) 4, ( T) hilang timbul. Riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan ia pernah di rawat di rumah sakit karena operasi payudara selama 3 hari.Pasien juga mengatakan ia tidak memiliki alergi makanan, obat-obatan ataupun yang lainnya.Riwayat kesehatan keluarga, pasien mengatakan didalam keluarganya tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit menular. Riwayat kesehatan lingkungan, pasien mengatakan lingkungan rumahnya bersih, jauh dari polusi. Genogram :
Gambar 4.1 genogram Ny. S
32
Keterangan : : Meninggal : Laki-laki : Perempuan : Pasien : Garis perkawinan : Garis keturunan -------
: Tinggal satu rumah
Hasil pengkajian menurut pola Gordon, pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, pasien mengatakan kesehatan itu sangat penting dan jika pasien sakit ia juga sering berobat kepelayanan kesehatan seperti puskesmas, bidan, dan dokter praktek. Pada pengkajian pola nutrisi dan metabolik diperoleh hasil pasien mengatakan sebelum dan selama sakit asupan nutrisi tidak ada masalah yaitu makan dengan frekuensi 3x sehari 1 porsi habis dengan nasi atau bubur, sayur, lauk, air putih atau teh manis serta tidak ada keluhan setelah makan. Pola eliminasi, sebelum sakit pasien mengatakan buang air kecil 3-4 kali sehari dengan warna kencing kuning jernih dan berbau khas, sedangkan buang air besar pasien satu kali sehari dipagi hari dengan konsistensi lunak dan bau khas. Saat buang air besar dan buang air kecil tidak mengalami keluhan dan gangguan apapun. Sedangkan selama sakit pasien mengatakan tidak ada keluhan dan gangguan apapun.
33
Pada pengkajian pola aktivitas dan latihan diperoleh hasil sebelum sakit pasien mengatakan mampu melakukan aktivitas dan latihan seperti makan/minum, toileting, berpakaian, mobilitas di tempat tidur, berpindah, dan ambulasi pasien mampu melakukan secara mandiri. Selama di rumah sakit pasien mengatakan mampu melakukan aktivitas dan latihan secara mandiri kecuali pada saat berpakaian dibantu orang lain karena tangan kiri terpasang infus (skor 2). Pada pengkajian pola tidur diperoleh hasil sebelum sakit pasien mengatakan tidur ± 8 jam /hari dan terbiasa tidur siang ± 2 jam/hari serta tidak ada pengantar tidur, perasaan setelah tidur yaitu nyaman dan tidak ada keluhan. Selama di rumah sakit pasien mengatakan tidur ± 5 jam/hari dan sering terbangun karena tidak nyaman dengan keadaan lingkungan dan pusing diseluruh kepala yang kadang timbul. Perasaan setelah tidur yaitu masih merasa mengantuk. Pada pengkajian kognitif perseptual diperoleh hasil (P) pasien mengatakan kepala terasa pusing saat tidur atau duduk, (Q) pasien mengatakan pusing terasa cekot-cekot, (R) pasien mengatakan pusing kepala, (S) pasien mengatakan nyeri yang terasa cekot-cekot dengan skala 4, (T) pasien mengatakan pusin hilang timbul. Pola persepsi konsep diri, identitas diri pasien adalah seorang wanita dan ia anak ke 4 dari 4 bersaudara, peran diri pasien adalah seorang ibu rumah tangga dengan anak dari 2 orang cucu. Harga diri pasien mengatakan dirinya merasa dihargai oleh keluarga yang lain, tetangganya, yang ditandai dengan adanya komunikasi yang positif.
34
Ideal diri pasien mengatakan dirinya ingin menjadi orang yang berguna untuk orang lain. Gambaran diri pasien mengatakan ia tetap bersyukur walaupun sekarang sedang sakit. Pola hubungan peran, sebelum dan selama sakit pasien mengatakan bahwa hubungan dengan keluarga dan tetangganya harmonis dan tidak memiliki permasalahan. Pola seksualitas reproduksi, pasien mengatakan dia seorang wanita berusia 49 tahun sudah menikah, memiliki 3 orang anak dan jarang melakukan hubungan seksual. Pola mekanisme koping, pasien mengatakan ketika ada masalah dirinya selalu bercerita kepada keluarga dan mengambil keputusan dilakukan secara musyawarah. Pola nilai dan keyakinan, pasien mengatakan beragama islam, selalu menjalankan ibadah sholat 5 waktu. Selama sakit pasien selalu berdoa untuk kesembuhannya. Pemeriksaan fisik, keadaan umum pasien baik dengan kesadaran composmentis dan tanda-tanda vital tekanan darah 170 /110 mmHg, nadi102x/menit dengan irama cepat dan kuat, respirasi 28x/menit dengan irama teratur, suhu 37oC. Pada pemeriksaan fisik dari kepala sampai leher diperoleh hasil bentuk kepala mesochepal dengan kulit kepala berminyak dan rambut sedikit beruban. Pada mata diperoleh hasil mata simetris, kantung mata sedikit hitam, tidak terdapat odema pada palbebra, konjungtiva tidak enemis, sclera tidak ikterik, pupiil isocor, reflek terhadap cahaya positif dan tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
35
Pada hidung diperoleh hasil tidak ada sekret, tidak ada polip. Pada mulut diperoleh hasil mukosa bibir lembab, lidah bersih. Pada gigi diperoleh hasil tidak ada lubang gigi, rapi, dan sedikit kuning. Pada telinga diperoleh hasil bentuk simetris, terdapat sedikit serumen, tiadak ada benjolan, dan pendengaran jelas, tidak menggunakan alat bantu pendengaran. Pada leher diperoleh hasil tiadak ada pembesaran kelenjar tyroid. Pada pemeriksaan paru-paru diperoleh hasil saat inspeksi bentuk dad simetris, tidak ada luka. Pada saat palpasi vokal vremitus kanan dan kiri sama. Pada saat perkusi diperoleh hasil ketukan sonor. Pada saat auskultasi suara paru vasikuler. Pada pemeriksaan jantung diperoleh hasil saat inspeksi ictus cordis tidak tampak. Pada saat palpasi ictus cordis teraba. Pada saat perkusi batas jantung terkesan tidak melebar dan saat auskultasi suara jantung normal dengan terdengar lup dup. Pada saat pemeriksaan abdomen diperoleh hasil saat inspeksi tidak ada benjolan dan luka. Pada saat auskultasi peristaltik usus 26x/menit. Pada saat perkusi tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hati. Pada saat palpasi suara ketukan abdomen timpani. Pada pemeriksaan genitalia diperoleh hasil tidak terpasang DC. Pada pemeriksaan rektum diperoleh hasil tidak ada iritasi dan benjolan.Pada pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah diperoleh hasil yaitu ekstremitas atas kekuatan otot 4/5, terpasang infus RL di tangan kiri, tidak ada deformitas tulang, akral teraba hangat, ROM kanan kiri aktif, dan Capilary refile kurang dari 2 detik. Pada ekstremitas bawah diperoleh hasil kekuatan otot kanan dan
36
kiri 4/5, tidak ada deformitas tulang, akral teraba hangat, ROM kanan kiri aktif, dan capilary refile kurang dari 2 detik. Pada pemeriksaan penunjang pasien Ny.S tanggal 12 Maret 2015 diperoleh hasil dari pemeriksaan laboratorium yaitu leukosit 9,9103/µL, eritrosit 5,13 106/µL, hemoglobin 12,7 g/dL, hematokrit 37,5%, MCV 73,7fL, MCH 24,78 pg, MCHC 33,7 g/dL, trombosit261 103/µL, RDW-CV 13,6 %, PDW 8,1 fL, MPV 8,7 P-LCR
13,9 %, DIFF-count 0,23 %, NRBC 0,00 %,
neutrofil 50%, limfosit 31,0 %, monosit 3,50 %, eosinofil 2,70 %, basofil 0,40 %, IG 0,60 %, golongan darah B, gula darah sewaktu 141 mg/dL, ureum 22,1 mg/dL, creatinin 0,72 mg/dL, SGOTo,9 µ/L, SGPT µ/L, HbsAG non reaktif. Terapi tanggal 12 Maret 2015 pasien mendapatkan terapi dari dokter infus RL 20 tpm golongan larutan elektrolit yang memliki fungsi untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi, injeksi furosemide 20 mg/12jam golonngan diuretik yang memiliki fungsi mengurangi odema karena gangguan jantung, sirosis hati, gangguan ginjal, hipertensi ringan maupun sedang, ranitidin 50 mg/12jam golongan antasida yang memiliki fungsi untuk pengobatan tukak lambung, duodenum akut, refluk esofagus, antalgin 1000 mg/12jam golongan analgetik non narkotik yang memiliki fungsi meringankan nyeri. Tanggal 13 Maret 2015 pasien mendapat terapi infus RL 16 tpm, injeksi furosemide 20 mg/24jam, ranitidin 5 0mg/12 jam, antalgin 1000 mg/12jam, obat peroral amlodipine 10 mg/24 jam golongan antihipertensi yang berfungsi
37
sebagaai pengobatan hipertensi, captopril 25 mg 3x1 golongan hipertensi yang memiliki fungsi mengobati hipertensi ringan hingga sedang, clonidine 0,15 mg 2x1 golongan apertensintihi yang memiliki fungsi mengobati hipertensi ringan hingga sedang. Pada tanggal 14 Maret 2015 pasien mendapatkan terapi infus RL 16 tpm, injeksi furosemide 20 mg/24jam, ranitidin 50 mg/12jam, antalgin 1000 mg/12jam, obat peroral amlodipin 10 mg 1x1, captopril 25 mg 3x1, clonidin 0,15 mg 2x1. C. Diagnosa keperawatan Setelah dilakukan analisa hasil pengkajian diperoleh diagnosa keperawatan utama adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, ditandai dengan data subyektif (P) pasien mengatakan pusing (Q)nyeri terasa cekot-cekot, (R) nyeri pada kepala bagian belakang, (S) 4, (T) hilang timbul dan data obyektif, pasien terlihat meringis kesakitanmenahan nyeri. Diagnosa keperawatan yang kedua adalah resiko ketidak efektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan hipertensi, di tandai dengan adanya data obyektif yaitu tekanan darah 170/110mmHg, nadi 102x/menit ,pernafasan 28x/menit, suhu 37 oC, pasienmengeluhpusing. D. Perencanaan Rencana keperawatan yang akan di lakukan pada Ny. S pada diagnosa pertamanyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan nyeri pasien
38
berkurang dengan kriteria hasil,pasien terlihat rileks, pasien melaporkan nyerinya berkurang , skala nyeri berkurang 0-3. intervensi yang dialakukan kaji karakteristik nyeri P,Q,R,S,T (Provoking incident, Quality of pain, Region, Severity of pain,Time)rasional untuk mengetahui status nyeri, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam rasional untuk mengurangi nyeri, berikan posisi yang nyaman rasional mengurangi nyeri, kolaborasi pemberian obat analgesik rasional untuk mengurangi nyeri. Diagnosa yang kedua adalah resikoketidak efektifan perfusi jaringan serebralberhubungan dengan hipertensi adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam di harapkan hipertensi dapat teratasi dengan kriteria hasil TTV klien datam batas normal 120/80-130/90 mmHg, terciptan kondisi yang nyaman dan tenang. Intervensi atau rencana yang di lakukan : pantau tekanan darah rasional untuk mengetahui tekanan darah pasien,ajarkan teknik relaksasi benson rasional untuk menurunkan tekanan darah pasien, berikan posisi yang nyaman rasional agar pasien bisa istirahat denagan tenang, pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah, rasional untuk menurunkan tekanan darah, kolaborasi dalam pemberian obat rasional menurunkan tekanan darah. E. Implementasi Tindakan keperawatan pada diagnosa pertama yang dilakukan pada hari Kamis tanggal 12 maret 2015 pada jam 09.30. Mengkaji karateristik nyeri respon subjektif (P) pasien mengatakan kepalanya pusing saat tidur dan duduk (Q) cekot cekot (R) kepala bagian belakang, (S) 4, (T) hilang timbul.
39
09:45 diagnosa keduamemantau tanda tanda vital respon subyektif pasien mau di cek tekanan darahnya. 10.00 diagnosa kedua meberikan relaksasi benson10-15 menit respon subyektif pasien bersedia diberikan relaksasi benson. 11.00 diagnosa kedua memberikan posisi yang nyaman respon subyektif pasien mau di berikan posissi yang nyaman. 12.00 diagnosa pertama dan kedua memberikan obat oral captofil, subyektif pasien bersedia minum obat. 12.30 mengganti cairan infus subyektif pasien mengatakan bersedia diganti infusnya. Pada hari Jumat 13 Maret 2015 jam 07.30memberikan tidakan diagnosa yang pertama dan kedua berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat, antalgin 500mg,ranitidin 50mg. Respon subyektif pasien bersedia di beri obat 07.40 mengganti cairan infus respon subyektif pasien bersedia di ganti infusnya. 08.00 diagnosa pertama mengkaji karakteristik nyeri respon subyektif (P) pasien mengatakan kepalanya pusing saat tidur dan duduk (Q) cekot cekot (R) kepala bagian belakang, (S) 3,(T) hilang timbul. 09:00diagnosa pertama mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam respon subyektif pasien mau diajarkan teknik relaksasi nafas dalam. 10.00 diagnosa kedua mengajarkan teknik relaksasi benson respon subyektif pasien bisa melakukan sendiri , pasien kooperati. 11.00 diagnosa kedua memantau tanda tanda vital respon subyektif pasien mau di cek tekanan darahnya , obyektif tekana darah 130/90mmHg. Nadi 90x/menit pernafasan 26x/menit Suhu 36,7oC.12.00 diagnosa kedua memberikan posisis yang nyaman respon subyektif pasien bersedia di berikan posisi yang nyaman.
40
Hari Sabtu tanggal 14 Maret 2015 diagnosa pertama dan kedua berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat , antalgin 500mg,ranitidin 50mg. Respon subyektif pasien bersedia di beri obat. 08.00 diagnosa kedua mengkaji karakteristik nyeri respon subyektif (P) pasien mengatakan kepalanya pusing saat tidur dan duduk (Q) cekot cekot (R) kepala bagian belakang, (S) 1 (T) hilang timbul. Objektif pasien tampak lebih tenang. 10:00memantau tanda tanda vital respon subyektif pasien mau di cek tekanan darahnya , obyektif tekana darah 130/90mmHg. Nadi 90x/menit pernafasan 24x/menit. Suhu 36,7oC. F. Evaluasi Setelahdilakukantindakankeperawatan, hasilevaluasidilakukanpadahari Kamis 12 Maret 2015.jam 13.40 WIB denganmenggunakanmetode
SOAP
(Subyektif,
Obyektif,
Assessment,
Plainning), Diagnosa yang pertama, data subyektif (P) pasien mengatakan kepalanya pusing saat tidur dan duduk (Q) cekot cekot (R) kepala bagian belakang, (S) 4 (T) hilang timbul. Objektif pasien terlihat lemah, pasien terlihat meringis kesakitan menahan nyeri.Analisa masalah nyeri kepala belum teratasi . Planing lanjutkan intervensi, kaji karakteristik nyeri P,Q,R,S,T (Provoking incident, Quality of pain, Region, Severity of pain,Time), ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi pemberian obat analgesik dan antihipertensi.
41
Diagnosa yang keduadata subyektif pasien mau di cek tekanan darahnya. Obyektif tekana darah 150/90mmHg. Nadi 90x/menit pernafasan 26x/menit. Suhu 36,7oC. Analisa masalah tekanan darah belum teratasi, Planing lanjutkan intervensi, pantau tekanan darah, ajarkan teknik relaksasi benson, berikan posissi yang nyaman ,pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah. Hari Jumat, tanggal 13 Maret 2015 jam 13:40 WIB. Diagnosa yang pertama, data subyektif (P) pasien mengatakan kepalanya pusing saat tidur dan duduk (Q) cekot cekot (R) kepala bagian belakang, (S)3 (T) hilang timbul. Objektif pasien terlihat lemah. Analisa masalah nyeri kepala teratasi sebagian. Planing lanjutkan intervensi: kaji karakteristik nyeri P,Q,R,S,T (Provoking incident, Quality of pain, Region, Severity of pain,Time), ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi pemberian obat analgesik dan antihipertensi Diagnosa yang kedua, data subyektif pasien mau di cek tekanan darahnya, data obyektif tekana darah 130/90mmHg. Nadi 90x/menit pernafasan 24x/menit. Suhu 36,7oC. Analisa masalah tekanan darah teratasi sebagian. Planning
lanjutkan intervensi,
pantau tekanan darah, ajarkan
teknik relaksasi benson,berikan posisis yang nyaman, pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah. Hari Sabtu tanggal 14 Maret 2015 jam 13:40 WIB. Diagnosa yang pertama, data subyektif(P) pasien mengatakan kepalanya pusing saat tidur dan duduk (Q) cekot cekot (R) kepala bagian belakang, (S) 1 (T) hilang
42
timbul. data Objektif pasien terlihat lebih tenang dan rileks.Analisa masalah nyeri kepala teratasi . Planning hentikan intervensi , pasien pulang. Diagnosa kedua data subyektif pasien mau di cek tekanan darahnya, data obyektif tekana darah 130/90mmHg. Nadi 90x/menit pernafasan 24x/menit. Suhu 36,7oC. Analisa masalah tekanan darah teratasi. Planning hentikan intervensi pasien pulang.
43
BAB V PEMBAHASAN
A.
Pengkajian Pada bab ini penulis akan membahas tentang aplikasi jurnal pemberian terapi relaksasi benson untuk menurunkan tekanan darah pada asuhan keperawatan Ny.S dengan hipertensi di bangsal cempaka 2 RSUD Sukoharjo yang dilakukan pada tanggal 12 Maret sampai 14 Maret 2015. Penulis juga akan membahas tentang adanya kesesuaian maupun kesenjangan antara teori dengan asuhan keperawatan pada Ny.S dengan hipertensi. Langkah pertama dari proses keperawatan yaitu pengakajian, dimulai
perawat
dengan
menerapkan
pengetahuan.
Pengakajian
keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verikasi dan komunikasi data tentang klien. Fase proses keperawatan ini mencakup dua langkah pengumpulan data yaitu pengumpulan data primer (klien) dan sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan), dan analisis data sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan. (Potter dan Perry, 2005) Pengkajian yang dilakukan penulis meliputi pengakajian identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga dan 11 fungsi gordon serta pemeriksaan fisik head to toe. (Potter dan Perry, 2005).
43
44
Keluhan utama yang dirasakan klien saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan pusing di bagian kepala dan kepala bagian belakang terasa cekot-cekot. Dari hasi pengkajian tanggal 12 maret 2015 jam 09.00 didapatkan hasil TD : 170/110 mmHg, N : 102x/menit, R : 28x/menit, S : 37oC . Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukkan oleh angka sistolok (bagian atas) dan angka bawah (diastolik) pada pengukuran tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah. (Rudi & Sulis, 2013). Hipertensi primer adalah suatu kondisi dimana penyebab hipertensi sekunder tidak ditemukan. (Endang, 2014). Hipertensi maligna adalah hipertensi yang sangat parah, yang bila tidak diobati, akan menimbulkan kematian dalam waktu 3-6 bulan. (Endang, 2014). Manifestasi klinis dari hipertensi salah satunya adalah nyeri kepala yang
diakibatkan
pembuluh
darah
mengalami
vasodilatasi
yang
menimbulkan rasa nyeri pada kepala. (Saputro dkk, 2013). Data yang mendukung keluhan utama klien nyeri pada yaitu pola fungsi kognitif dan perceptual dengan melakukan pengkajian nyeri menggunakan P, Q, R, S , T (Provoking, Quality, Region, Scale, Time), P : pasien mengatakan kepala terasa pusing saat duduk daan hilang saat tidur, Q : pasien mengatakan pusing terasa cekot-cekot dan terkadang pandangan kabur, R : pasien mengatakan pusing diseluruh bagian kepala, S : pasien mengatakan nyeri yang terasa cekot-cekot dengan skala 4, T : pasien mengatakan pusin hilang timbul.
45
B.
Perumusan Masalah Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan. Respon aktual dan potensial klien didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan literature yang berkaitan, catatan medis klien. (Potter dan Perry, 2005) Dari
hasil
pengkajian
dan
pengelompokkan
data
penulis
menemukan beberapa masalah kesehatan dan memfokuskan pada fungsi kesehatan fungsional yang membutuhkan dukungan dan bantuan pemulihan sesuai dengan kebutuhan hirarki maslow. (Potter dan Perry, 2005). 1.
Nyeri akut Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri dapat menimbulkan kelelahan dan menuntut energi seseorang, dapat mengganggu hubungan personal dan mempengaruhi makna kehidupan (Potter & Perry, 2006). Diagnosa keperawatan: nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (iskemik, penurunan suplai oksigen ke otot jaringan miokard). Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial (Wilkinson, 2010). Penulis merumuskan diagnosa keperawatan telah disesuaikan dengan diagnosa NANDA, 2015-2019 (Wilkinson, 2010). Penulis mencantumkan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis dengan alasan mengacu pada pengkajian Data subyektif :
46
pasien mengatakan pusing diseluruh bagian kepala dan terasa cekotcekot di kepala bagian belakang P : pasien mengatakan pusing dirasakan saat duduk dan hilang saat tidur, Q : pasien mengatakan nyeri terasa cekot-cekot dan pandangan terkadang kabur, R : pasien mengatakan pusing diseluruh bagian kepala, S : pasien mengatakan skala nyeri ±4, T : pasien mengatakan nyeri yang terasa hilang timbul. Data obyektif : pasien tampak lemah dan tidak rileks, tanda-tanda vital : TD : 220/120 mmHg, N : 106x/menit, R : 24x/menit, S : 37,8oC. Batasan karakteristik nyeri akut berdasarkan NANDA 20152017 yaitu perubahan tanda-tanda vital, diaporesis, ekspresi wajah menunjukkan nyeri, secara verbal menunjukkan nyeri (Ed. Herman and Komitsuru, 2014). 2.
Resiko ketidak efektifan perfusi jaringan serebral Batas karakteristik perubahan tekanan darah, pusing, perubahan status mental, perubahan perilaku, perubahan respon motorik, perubahan reaksi pupil, kesulitan menelan, kelemahan ekstremitas dan ketidak normalan dalam berbicara. Status sirkulasi : aliran darah yang tidak obstruksi dan satu arah pada tekanan yang sesuai melalui pembuluh darah besar sirkulasi pulmo dan sistemik. Kognisi : kemampuan untuk menjalankan proses mental yang kompleks. Status neurologis : kemampuan sistem syaraf perifer dan sistem syaraf pusat untuk menerima dan merespon terhadap stimulus internal dan eksternal. Sytem neurologis : kesadaran, bangkitan , orientasi dan perhatian terhadap lingkungan. Perfusi
47
jaringan serebral adalah keadekuatan aliran darah melewati susunan pembuluh darah serebral untuk mempertahankan fungsi otak. Dari hasil pengkajian terhadap pasien di dapatkan data tekanan darah naik 170/110mmHg dan keluhan pusing. Pusing adalah keadaan di mana seseorang merasa seperti mau pingsan namun satu hal yang terpenting adalah tidak adanya sessasi berputar. Pusing kepala biasanya di sebabkan stres, kadar gula darah yang rendah , tekanan darah naik / turun, penurunan aliran darah ke otakatau yang di kenal sebagai insufisiensi vertebrobasiler dan pendarahan (Lindsay, 2004)
C.
Perencanaan Perencanaan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua tindakan keperawatan (Dermawan, 2012). Intervensi atau rencana yang akan dilakukan oleh penulis di sesuaikan dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat dilakukan dengan SMART (Speesifik, Measurable, Acceptance, Rasional, dan Timing) (Dermawan, 2012). Pembahasan dari intervensi yang meliputi tujuan, kriteria hasil dan tindakan pada diagnosa keperawatan yaitu : 1.
Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis. Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri dapat menimbulkan kelelahan dan
48
menuntut energi seseorang, dapat mengganggu hubungan personal dan mempengaruhi makna kehidupan (Potter & Perry, 2006). Pada kasus Ny. S penulis melakukan rencana tindakan selama 3x24 jam diharapkan nyeri dapat terkontrol dengan kriteria hasil skala nyeri berkurang menjadi 1, menyatakan nyeri berkurang, ekspresi wajah rileks, TTV normal ( TD : 130/90 mmHg, N : 60-100x/menit, R : 24x/menit, S : 36,5oC ). (Wilkinson, 2009-2011). Intervensi yang dilakukan adalah kaji karakteristik nyeri (P, Q, R, S, T) dan TTV, ajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik obat diuretik dan antihipertensi. 2.
Resiko ketidak efektifan perfusi jaringan serebral b.d hipertensi. tindakan keperawatan 3 x 24 jam di harapkan hipertensi dapat teratasi dengan kriteria hasil TTV klien datam batas normal 120/80-130/90 mmHg, terciptan kondisi yang nyaman dan tenang. Intervensi atau rencana yang di lakukan : pantau tekanan darah rasional untuk mengetahui tekanan darah pasien, ajarkan teknik relaksasi benson rasional untuk menurunkan tekanan darah pasien,
pantau respon
terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah ,rasional untuk menurunkan tekanan darah , berikan posisi yang nyaman ,kolaborasi dalam pemberian obat rasional menurunkan tekanan darah
49
D.
Implementasi Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang lebih baik yamg menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Dermawan, 2012). Pemberian terapi non farmakologi dengan terapi relaksasi benson pada pasien hipertensi mampu menurunkan respon emosional yang ditimbulkan pada pasien hipertensi seperti kenaikan tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu. Dari implementasi yang dilakukan pasien selama 3x24 jam terhadap Ny. S didapatkan hasil : 1.
Diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi. Tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu kaji karakteristik nyeri P,Q,R,S,T (Provoking incident, Quality of pain, Region, Severity of pain,Time)rasional untuk mengetahui status nyeri, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam rasional untuk mengurangi nyeri, kolaborasi pemberian obat analgesik rasional untuk mengurangi nyeri. Diagnosa keperawatan: nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (iskemik, penurunan suplai oksigen ke otot jaringan miokard). Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional
yang tidak
menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau gambaran dalam hal kerusakan sedemikian rupa (international for the study of pain), awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat di antisipasi
50
atau dapat di ramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan (Wilkinson, 2010). 2. Diagnosa kedua resiko ketidak efektifan perfusi jaringan serebral b.d hipertensi. Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis pada diagnosa ini lebih berfokus pada pemberian terapi relaksasi benson selama 15 menit yang diberikan pada pasien 2x dalam sehari. Relaksasi benson merupakan pengembangan metode respon relaksasi dengan melibatkan faktor keyakinan, pasien yang dapat menciptakan suatu lingkungan internal sehingga dapat membantu pasien mencapai kondisi kesehatan dan kesejahteraan lebih tinggi.(Benson & Proctor, 2000, dalam Purwanto 200:.36). Relaksasi benson merupakan teknik relaksasi yang di gabungkan dengan keyakinan yang dianut oleh pasien. Kata atau kalimat tertentu yang di baca berulang-ulang dengan melibatkan unsur keimanan dan keyakinan akan menimbulkan respon relaksasi yang lebih kuat di bandingkan dengan relaksasi tanpa melibatkan unsur keyakinan. Ungkapan yang di pakai dapat berupa nama tuhan atau kata-kata lain yang memiliki makna menenangkan bagi pasien. (Benson & Proctor, 2000). oleh penulis dimaksudkan untuk mengendalikan menurnkan tekanan darah tujuan merangsang otak untuk mengeluarkan hormon endhorpin yang membuat pembuluh darah menjadi rileks dan hormon endhorpin mempengaruhi tanda-tanda vital pada tubuh seperti tekanan
darah,
pernafasan,
nadi
dan
suhu
sehingga
dapat
51
mengendalikan respon emosional (yang diindikasikaan TD, nadi, pernafasan, suhu) pada pasien hipertensi sehingga tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu menjadi turun. Relaksasi benson di berikan selama 10-15 menit dalam satu hari 2x pada pasien hipertensi. Efeksamping pada relaksasi benson tiadak ada , karena terapi ini menekankan pada keyakinan dan buakan pada obat atau bahan kimia lainya
E.
Evaluasi Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon perilaku klien yang tampil (Dermawan, 2012). Evaluasi hari pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis data subyektif (P) pasien mengatakan kepalanya pusing saat tidur dan duduk (Q) cekot cekot (R) kepala bagian belakang, (S) 4 (T) hilang timbul. Objektif pasien terlihat lemah, pasien terlihat meringis kesakitan menahan nyeri. Analisa masalah nyeri kepala belum teratasi . Planing lanjutkan intervensi, kaji karakteristik nyeri P,Q,R,S,T (Provoking incident, Quality of pain, Region, Severity of pain,Time), ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi pemberian obat analgesik dan antihipertensi. Resiko ketidak efektifan perfusi jaringan serebral b.d hipertensi data subyektif pasien mau di cek tekanan darahnya. Obyektif tekana darah 150/90mmHg. Nadi 90x/menit pernafasan 26x/menit. Suhu 36,7oC. Analisa masalah tekanan darah belum teratasi, Planing lanjutkan intervensi, pantau
52
tekanan darah, ajarkan teknik relaksasi benson, berikan posissi yang nyaman ,pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah. Evaluasi hari kedua, nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, data subyektif (P) pasien mengatakan kepalanya pusing saat tidur dan duduk, (Q) cekot cekot, (R) kepala bagian belakang, (S) 3, (T) hilang timbul. Objektif pasien terlihat lemah. Analisa masalah nyeri kepala teratasi sebagian. Planing lanjutkan intervensi kaji karakteristik nyeri P,Q,R,S,T (Provoking incident, Quality of pain, Region, Severity of pain,Time), ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi pemberian obat analgesik dan antihipertensi Resiko ketidak efektifan perfusi jaringan serebral b.d hipertensi data subyektif pasien mau di cek tekanan darahnya, data obyektif tekana darah 130/90mmHg. Nadi 90x/menit pernafasan 24x/menit. Suhu 36,7oC. Analisa masalah tekanan darah teratasi sebagian. Planing
lanjutkan intervensi,
pantau tekanan darah, ajarkan teknik relaksasi benson, berikan posisis yang nyaman, pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah. Evaluasi hari ketiga, nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, data subyektif (P) pasien mengatakan kepalanya pusing saat tidur dan duduk (Q) cekot cekot (R) kepala bagian belakang, (S) 1 (T) hilang timbul. data Objektif pasien terlihat lebih tenang dan rileks. Analisa masalah nyeri kepala teratasi . Planing hentikan intervensi , pasien pulang.
53
Resiko ketidak efektifan perfusi jaringan serebral b.d hipertensi data subyektif pasien mau di cek tekanan darahnya, data obyektif tekana darah 130/90mmHg. Nadi 90x/menit pernafasan 24x/menit. Suhu 36,7oC. Analisa masalah tekanan darah teratasi. Planing hentikan intervensi, pasien pulang
54
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN Setelah penulis melakukan pengkajian, penentuan diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi tentang Asuhan Keperawatan Ny.S dengan Hipertensi di ruang Cempaka 2 RSUD Sukoharjo
metode
mengaplikasikan hasil pemberian relaksasi benson sebagai upaya penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi maka dapat ditarik kesimpulan 1.
Pengkajian Setelah penulis melakukan pengkajian pada Ny. S di peroleh data subyektif (P) pasien mengatakan pusing, (Q) nyeri terasa cekotcekot, (R) nyeri pada kepala bagian belakang, (S) 4, (T) hilang timbul dan data obyektif pasien terlihat meringis kesakitan menahan nyeri. Data yang kedua di tandai dengan adanya data obyektif yaitu tekanan darah 170/110mmHg, nadi 102x/menit, pernafasan 28x/menit suhu 37oC.
2.
Diagnosa Keperawatan Hasil perumusan diagnosa keperawatan pada Ny. S adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis dan resiko ketidak efektifan perfusi jaringan serebral hipertensi.
54
berhubungan dengan
55
3.
Rencana Keperawatan Rencana keperawatan yang akan dilakukan pada Ny. S diagnosa pertama adalah Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan nyeri pasien berkurang dengan kriteria hasil
pasien
terlihat rileks, pasien melaporkan nyerinya berkurang, skala nyeri berkurang 0-3. intervensi yang dialakukan kaji karakteristik nyeri P,Q,R,S,T (Provoking incident, Quality of pain, Region, Severity of pain, Time) rasional untuk mengetahui status nyeri, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam rasional untuk mengurangi nyeri, kolaborasi pemberian obat analgesik rasional untuk mengurangi nyeri. Diagnosa kedua adalah resiko ketidak efektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan hipertensi adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam di harapkan hipertensi dapat teratasi dengan kriteria hasil TTV klien datam batas normal 120/80-130/90 mmHg, terciptan kondisi yang nyaman dan tenang. Intervensi atau rencana yang di lakukan pantau tekanan darah rasional untuk mengetahui tekanan darah pasien, ajarkan teknik relaksasi benson rasional untuk menurunkan tekanan darah pasien,
pantau
respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah, rasional untuk menurunkan tekanan darah, kolaborasi dalam pemberian obat rasional menurunkan tekanan darah.
56
4.
Implementasi Implementasi yang penulis lakukan untuk mengatasi masalah keperawatan yang pertama adalahmengkaji karakteristik nyeri P,Q,R,S,T (Provoking incident, Quality of pain, Region, Severity of pain,Time), mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, berkolaborasi pemberian obat analgesik dan antihipertensi. Untuk masalah keperawatan yang ke dua adalah memantau tekanan darah, memberikan posisi yang nyaman, mengajarkan teknik relaksasi benson, kolaborasi pemberian obat .
5. Evaluasi Setelah penulis implementasi, penulis melakukan evaluasi selama 3x 24 jam di dapatkan hasil, masalah keperawatan pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis teratasi. Masalah keperawatan kedua ketidak resiko efektifan perfusi jaringan berhubungan dengan hipertensiteratasi. 6.
Analisa praktik relaksasi benson Pemberian tindakan keperawatan terapi relaksasi benson yang di berikan selam 3 hari mampu menurunkan tekanan darah pada Ny. S. Ny. S mampu melakukan terapi relaksasi benson secara mandiri.
57
B.
Saran 1.
Bagi Rumah Sakit Diharapkan rumah sakit khususnya RSUD Sukoharjo dapat memberikan pelayanan kesehatan dan mempertahankan kerjasama baik antar tim kesehatan maupun dengan pasien sehingga asuhan keperawatan yang diberikan dapat mendukung kesembuhan pasien.
2.
Bagi Pasien Diharapkan dapat membantu menurunkan tekanan darah dan memberikan pilihan dalam penanganan hipertensi dengan menerapkan teknik relaksasi benson dalam kehidupan sehari- hari.
3.
Bagi Perawat Diharapkan bisa lebih meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas dan professional sehingga dapat tercipta perawat yang terampil, inovatif, dan professional yang mampu memberikan asuahan keperawatan.
4.
Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan bisa memberikan tindakan pengelolaan selanjutnya pada pasien dengan hipertensi dalam pemberian terapi relaksasi benson terhadap penurunan tekanan darah .
58
DAFTAR PUSTAKA
Andinil. (2004). Buku Penyakit Dalam Tentang Gejala Hipertensi. Yogjakarta.
Aryana, K.O & Novitasar.D. (2013). Pengaruh Teknik Relaksasi Benson Terhadap Penurunan Tingkat Stress Lansia Di unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran. Ngundi waluyo Ungaran. Asih. (1996). Farmakolagi : Pendekatan Proses keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Astawan. (2002). Buku Penyakit Dalam Tentang Hipertensi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC Benson, H. & Corliss, J. (2004). Ways to Calm Your Mind, IBT Medica, Inc. The Newsweek/DailyBest Company LLC, New York. Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Buku Kedokteran EGC Corwin. (2000). Definisi dan klasifikasi Hipertensi .Jakarta :EGC Darmawan, dkk., (2014). Pengaruh Relaksasi Benson Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas Denpasar Timur Di Tahun 2014. Program Keperawatan : Universitas Udayana. DepKes. (2008). Catatan Perkembangan Penyakit Hipertensi. Jakarta : Depkes RI. Dewi, Ratna. (2011). Penyakit Pemicu Stroke. Yogyakarta : Nuha Medika. Hartono, L A. (2007). Stress dan stroke. Yogjakarta: Penerbit Kasinus NANDA. (2014). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. NANDA. (2011). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Potter & Peri. (2005). Buku Ajar Keperawatan Fundamental. Jakarta : EGC. Profil Kesehatan. Provensi Jawa Tengah (2008 : 34).
59
Saiful. (2012). Proses Keperawatan teori dan aplikasi. Jogja Solehati, T & Kosasih.C.T., (2015). Konsep & Aplikasi Relaksasi dalam Keperawatan maternifas. Bandung : PT Refika Aditama. Suryani, M & Supriyono, M. (2011). Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Terapi Relaksasi Benson Pada Pasien Hipertensi. SI Keperawatan : STIKES Telogorejo Semarang. Triyanto, Endang. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu : Graha Ilmu. WHO. (2012). Manajemen Masalah Keperawatan Hipertensi. Jakarta : EGC. Wahdah, Nurul. (2011). Menaklukan Hipertensi Dan Diabetes. CV.Mulya Solusindo. Wilkinson. J & Ahern. N.R. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 9. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Yekti Dan Ari. (2011). Definisi Penyebab Masalah Hiprtensi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.