KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA Ny. S DENGAN CA SERVIK DI RS Dr. MOEWARDI
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir Dalam Rangka Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan
Oleh : SRI HARTINI 2011.1445
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
i
ii
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah dengan judul :
KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA Ny. S DENGAN CA SERVIK DI RS Dr. MOEWARDI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa, tugas akhir ini karya saya sendiri (ASLI). Dan isi tugas akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan oleh orang lain atau kelompok lain untuk memperoleh gelar akademis disuatu Institusi Pendidikan, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan atau diterbitkan oleh orang lain atau kelompok lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, Juli 2014
SRI HARTINI NIM. 2011.1445
iv
MOTTO
“Kemarin adalah masa lalu dan masa lalu adalah sejarah yang dapat dijadikan contoh bagi kita. Hari ini adalah perjuangan untuk masa depan dan masa depanku adalah cita-citaku” (Khalil Gibran)
“Dengan ilmu orang menjadi mudah, dengan seni hidup menjadi indah dan dengan hidup menjadi terarah dan bermakna” (H.A.Mukri Ali)
“Jangan pernah katakan kata “susah” dalam hidup ini, karena semua akan menjadi mudah setelah kita lalui” (Kata Mutiara Diri)
v
PERSEMBAHAN
Karya Kecilku ini ku persembahkan kepada: 1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan, rezeki yang tak terduga, kelancaran dalam menempuh studi hingga selesai dengan lancar. 2. Bapak dan Ibuku yang telah memberikan semua kasih sayang, berjuang tanpa kenal lelah dan senantiasa memberikan dukungan, doa yang tiada berakhir dan selalu memberikan arahan dalam menjalani hidup ini. 3. Kakak tersayang dan keluargaku yang selalu memberikan motivasi, dorongan serta yang selalu mendoakan untuk keberhasilan saya. 4. Sahabat-sahabatku yang kusayang yang selalu membantu memberikan dukungan dan semangat, semoga kebersamaan ini akan selalu abadi. 5. Para dosen dan staf STIKES PKU Muhammadiyah. 6. Almamaterku STIKES PKU Muhammadiyah.
vi
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb. Alhamdulilah, dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, inayah, hidayahNya. Dialah yang sesungguhnya Maha Pemberi Petunjuk yang memberikan kekuatan, ketabahan, dan kemudahan dalam berfikir untuk menyelesaikan karya studi kasus ini. Sholawat dan salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, seluruh keluarga, para sahabat dan segenap pengikutnya. Sehingga penulis dapat menyusun Karya Studi Kasus ini dengan lancar. Penyusun Karya Studi Kasus ini mengambil judul “ Kajian Asuhan Keperawatan gangguan pola tidur dengan ca servik di RS Dr. Moewardi”. Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Studi Kasus ini mengalami banyak kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan, arahan, dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka kesulitan maupun hambatan tersebut dapat teratasi. Untuk itu dalam kerendahan hati, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada: 1. Weni Hastusi, S.Kep.,M.Kes, selaku Ketua STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan Studi Kasus. 2. Drg. R. Basoeki Soetardjo, MMR selaku Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta yang telah memberikan ijin melaksanakan studi kasus. 3. Sri Mintarsih, S.Kep.Ns.,M.Kes., selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan Karya Stusi Kasus ini.
vii
4. Sulastri,S.Kep.,Ns ., selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan Karya Studi Kasus ini. 5. Seluruh dosen, staf dan karyawan Stikes PKU Muhammadiyah Surakarta. 6. Kepala ruang Mawar 3 Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta, yang telah memberika ijin studi ilmiah guna penulisan Karya Studi Kasus. 7. Perawat Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta yang telah memberikan data keterangan dan bimbingan selama Studi Kasus. 8. Ayah, Ibu, dan Kakak tercinta terima kasih atas doa dan kasih sayang serta dukungan materiil dan spiritual sehingga penulis dapat menyelesaikan menyususn Karya Studi Kasus ini. Saya mempersembahkan wujud cinta, hormat dan bakti saya. 9. Sahabat – sahabatku yang bernama Gaaliih charming, Uyun nadliroh, Rahayu tri W, terima kasih telah menyemangati dan saling membantu dalam mengerjakan setiap tugas-tugas, baik dalam suka maupun duka. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan Studi Kasus ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Penulis mengharapkan semoga laporan Studi Kasus ini bermanfaat bagi tenaga kesehatan umumnya dan semua perawat khususnya. Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Surakarta, Juli 2014
Penulis
viii
ABSTRAK KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA Ny. S DENGAN CA SERVIK DI RS Dr. MOEWARDI Sri Hartini1, Sulastri2, Sri Mintarsih3 Latar Belakang : Kanker serviks merupakan keganasan yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Ca servik adalah keganasan yang terjadi pada serviks (leher rahim) yang merupakan bagian terendah dari rahim yang menonjol ke puncak liang senggama atau vagina. Epidemiologi menunjukkan bahwa kanker ini merupakan penyakit menular seksual. Bukti kuat pendukung kanker serviks disebabkan oleh infeksi Human Papiloma Virus (HPV), dengan risiko tertinggi Human Papiloma Virus (HPV) subtipe genital meningkatkan risiko beragam penularan. Tingginya angka kematian itu akibat terlambatnya penanganan, sekitar 70% datang dengan kondisi stadium lanjut. Ca servik dapat merusak struktur jaringan serviks dan dapat menginvasi ke organ lain yaitu ke rektum dan vagina. Pada rektum dapat menimbulkan fistula rektum dapat menginfiltrasi ke saraf yang mengakibatkan nyeri pada ca servik sehingga klien mengalami gangguan pola tidur Tujuan : mendeskripsikan asuhan keperawatan atau pengelolaan kasus gangguan pola tidur pada Ny.S dengan ca servik di RS Dr. Moewardi. Metode penelitian : penulis menggunakan metode deskriptif yang menggambarkan studi kasus. Studi kasus ialah laporan yang dilaksanakan dengan meneliti suatu permasalahan. subyek yang dituju pada saat pelaksanaan studi kasus. Subyek studi kasus ini yaitu gangguan pola tidur pada ca servik. Tehnik pengumpulan data yang digunakan pada studi kasus ini yaitu dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Hasil : Evaluasi tindakan yang telah muncul diagnosa Gangguan pola tidur berhubungan dengan Kurang privasi. setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan intervensi kaji kebiasaan tidur pasien, berikan tempat tidur yang nyaman, kolaborasi dengan dokter pemberian obat tidur sesuai indikasi, pasien mengatakan dapat tidur dengan nyenyak. Masalah teratasi dan intervensi dihentikan. Kesimpulan : keperawatan yang dilakukan pada klien sesuai dengan perencanaan tindakan asuhan keperawatan yang bertujuan sesuai dengan kriteria hasil. gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang privasi tidur mendapatkan hasil masalah teratasi.
Kata Kunci : Ca servik, maternitas, gangguan pola tidur. 1. Mahasiswa program D III keperawatan PKU Muhammadiyah Surakarta. 2. Dosen pembimbing D III keperawatan PKU Muhammadiyah Surakarta. 3. Dosen pembimbing D III keperawatan PKU Muhammadiyah Surakarta.
ix
ABSTRACT
NURSING CARE STUDY ON SLEEP DISORDERS PATTERN Mrs. S WITH CA CERVIX IN RS Dr. MOEWARDI Sri Hartini1, Sulastri2, Sri Mintarsih3 Background: Cervical cancer is the most common malignancy found in Indonesia. Ca cervix is a malignancy that occurs on the cervix (neck of the womb) which is the lowest part of the uterus that protrudes into a hole intercourse or vaginal apex. Epidemiology suggests that cancer is a sexually transmitted disease. Strong evidence supporting cervical cancer is caused by infection with Human Papilloma Virus (HPV), with the highest risk Human Papilloma Virus (HPV) increases the risk of a variety of subtypes genital transmission. The high death rate was due to the delay in treatment, approximately 70% comes with advanced stages of the condition. Ca cervix can damage the cervical tissue structure and can invade other organs, namely into the rectum and vagina. In the rectum can cause rectal fistula can infiltrate into nerve resulting in pain in the cervical ca so that clients experience a disruption of sleep patterns Objective: To describe nursing care or case management of sleep disorders in Ny.S with cervical ca in Hospital Dr. Moewardi. Methods of research: the writer used descriptive case study illustrates. A case study is conducted to examine the report of a problem. subjects addressed during the case studies. The subject of this case study that disruption of sleep patterns in cervical ca. Data collection techniques used in this case study is to use primary data and secondary data. Results: Evaluation of diagnosis of disorders that have emerged in sleep patterns associated with less privacy. after action review of nursing interventions the patient's sleep habits, give a comfortable bed, a collaboration with physician sleep medication as indicated, patients can sleep well said. The problem is resolved and the intervention is stopped. Conclusion: The nursing is done on the client in accordance with the action plan of nursing care in accordance with the intended outcomes. disturbances in sleep patterns associated with lack of privacy was to get the problem resolved.
Keywords: Ca cervix, maternity, disruption of sleep patterns. 1. The Student Nursing Diploma program PKU Muhammadiyah Surakarta. 2. Diploma Nursing Supervisor PKU Muhammadiyah Surakarta. 3. Diploma Nursing Supervisor PKU Muhammadiyah Surakarta.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ..............................
iv
MOTTO ..........................................................................................................
v
PERSEMBAHAN ..........................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................
vii
ABSTRAK ......................................................................................................
ix
ABSTRACT ....................................................................................................
x
DAFTAR ISI ...................................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xiii
DAFTAR TABEL .........................................................................................
xiv
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................
1
B. Tujuan ......................................................................................
3
C. Manfaat Penelitian ...................................................................
3
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Diagnosa Medis ..............................................
5
1.
Pengertian Ca Servik .........................................................
5
2.
Faktor Etiologi Ca Servik ..................................................
5
3.
Klasifikasi dari Ca Servik .................................................
7
4.
Patofisiologi Ca Servik......................................................
9
5.
Gejala Klinis Ca Servik .....................................................
11
6.
Penatalaksanaan Ca Servik................................................
11
7.
Asuhan Keperawatan dan Intervensi Ca Servik ................
11
B. Tinjauan Teori Kebutuhan Dasar ............................................
20
1.
Pengertian Gangguan Pola Tidur ......................................
20
2.
Faktor yang Mempengaruhi Tidur ....................................
21
xi
3.
Gangguan Tidur .................................................................
23
4.
Fisiologi Tidur ...................................................................
25
5.
Siklus Tidur .......................................................................
28
6.
Asuhan Keperawatan dan intervensi .................................
28
C. Pathway ....................................................................................
32
BAB III METODE STUDI KASUS A. Desain Studi Kasus ...................................................................
33
B. Tempat dan Waktu ..................................................................
33
C. Subyek Studi Kasus .................................................................
33
D. Instrumen .................................................................................
34
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................
36
BAB IV RESUM KASUS DAN PEMBAHASAN A. Resum Kasus ............................................................................
39
B. Pembahasan .............................................................................
51
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ..............................................................................
57
B. Saran ........................................................................................
58
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Pathway .......................................................................................
xiii
32
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Analisa data ...................................................................................
xiv
45
BAB I PENDAHULUAN
B. Latar Belakang. Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di daerah leher rahim (serviks). Kanker serviks merupakan keganasan yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Setiap satu jam perempuan Indonesia meninggal dunia karena kanker dalam tiga dasa warsa terakhir. Tingginya angka kematian itu akibat terlambatnya penanganan, sekitar 70% datang dengan kondisi stadium lanjut. Kanker serviks merupakan kanker tersering pada wanita dan merupakan penyebab kematian terbanyak nomor 3 di seluruh dunia penyebab kematian nomor 1 di negara berkembang. Laporan WHO menunjukan kasus kanker serviks semakin meningkat di seluruh dunia, dimana diperkirakan 10 juta kasus baru pertahun dan akan meningkat akan menjadi 15 juta kasus pada tahun 2020. Sampai saat ini, insiden kanker serviks dalam hal morbiditas dan mortalitas belum menunjukan hasil penurunan yang signifikan. Bukti kuat pendukung kanker serviks disebabkan oleh infeksi Human Papiloma Virus (HPV), dengan risiko tertinggi Human Papiloma Virus (HPV) subtipe genital meningkatkan risiko beragam penularan (Suhartono, 2007). Data setiap tahun sekitar 500.000 perempuan di Indonesia didiagnosis terinfeksi kanker serviks. Dari jumlah itu, sekitar 270.000 penderita meninggal dunia. Di Indonesia, kanker serviks telah menjadi pembunuh nomor satu dari keseluruhan kanker. Kanker serviks merupakan penyakit kanker paling umum
1
2
kedua yang biasa diderita perempuan berusia 20 – 25 tahun. Di Indonesia, kanker serviks merupakan kasus terbanyak dan hampir 70% - nya ditemukan dalam kondisi stadium lanjut (≥ stadium IIB). Hal ini karena masih rentannya pelaksanaan skrining, yaitu ≤ 5%. Padahal, pelaksanaan skrining yang ideal adalah 80%. Coba kita bandingkan dengan populasi penduduk indonesia tahun 2008 yang berjumlah 230 juta jiwa. Angka 5% adalah angka yang sangat kecil sekali. Padahal wanita yang beresiko terkena kanker serviks adalah 58 juta wanita pada usia 15 – 64 tahun dan 10 juta wanita pada usia 10 – 14 tahun. Oleh karena itu, tidak mengejutkan jika jumlah kasus baru kanker serviks mencapai 40 – 45 wanita perhari dan jumlah kematian yang disebabkan kanker serviks mencapai 20 – 25 wanita perhari (Samadi, 2011). Ca servik dapat merusak struktur jaringan serviks dan dapat menginvasi ke organ lain yaitu ke rektum dan vagina. Pada rektum dapat menimbulkan fistula rektum dapat menginfiltrasi ke saraf yang mengakibatkan nyeri pada ca servik sehingga klien mengalami gangguan pola tidur (Sylvia, 2006). Berdasarkan studi pendahuluan di Bangsal mawar 3 Rumah Sakit Dr. moewardi terdapat rata-rata 30 - 40 wanita dengan gangguan pola tidur karena ca servik pada setiap bulannya. Dari hasil wawancara dengan2pasiendidapatkan bahwa tidur pasien berkurang, tidur sekitar kurang lebih 2-3 jam. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “kajian Asuhan Keperawatan dengan Gangguan pola Tidur Pada Ny.Sdengan ca servik”.
3
C. Tujuan 1. Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan asuhan keperawatan atau pengelolaan kasus gangguan pola tidur pada Ny.S dengan ca servik di RS Dr. Moewardi. 2. Tujuan Khusus a.
Menggambarkan pengkajian data dasar gangguan pola tidur pada Ny.S dengan ca servik.
b.
Menyesuaikan
diagnosa keperawatan pada asuhan keperawatan
gangguan gangguan pola tidur pada Ny.S dengan ca servik. c.
Menegakkan intervensi pada asuhan keperawatan gangguan pola tidur pada Ny.S dengan ca servik.
d.
Menggambarkan melaksanakan implementasi pada asuhan keperawatan gangguan pola tidur pada Ny. S dengan ca servik.
e.
Menggambarkan evaluasi pada asuhan keperawatan gangguan pola tidur pada Ny.S dengan ca servik.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat pasien ca servik Menambah pengetahuan dan wawasan kepada klien tentang gangguan pola tidur dengan ca servik serta cara mengatasinya.
4
2. Manfaat institusi. Sebagai bahan masukan dan pengetahuan pada ilmu keperawatan maternitas yang berhubungan dengan pasien gangguan pola tidur dengan ca servik. 3. Manfaat Ilmiah Di harapkan hasil penulisan ini dapat menjadi sumber informasi dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan bahan acuan bagi penulis selanjutnya. 4. Manfaat bagi penulis Proses penulisan ini merupakan pengalaman ilmiah berharga yang dapat meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan dalam asuhan keperawatan maternitas dengan pasien gangguan pola tidur dengan ca servik.
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori Diagnosa Medis 1. Pengertian Ca Servik Kanker servik merupakan kanker pembunuh nomor satu pada wanita di dunia ketiga. Epidemiologi menunjukkan bahwa kanker ini merupakan penyakit menular seksual (Schust 2006). Kanker leher rahim atau yang dikenal dengan kanker servik yaitu keganasan yang terjadi pada serviks (leher rahim) yang merupakan bagian terendah dari rahim yang menonjol ke puncak liang senggama atau vagina (Depkes RI, 2006). Karsinoma serviks uteri (Ca serviks) adalah tumor ganas pada leher rahim, merupakan karsinoma ginekologi yang terbanyak diderita.Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya (Efendi, 2008). 2. Faktor etiologi ca servik Faktor etiologi yang perlu mendapatkan perhatian adalah infeksi Human pavilloma virus (HPV). HPV adalah DNA virus yang menimbulkan proliferasi pada permukaan epidermal dan mukosa. Infeksi virus papillloma sering terdapat pada wanita yang aktif secara seksual.
5
6
Faktor resiko yang berhubungan dengan (ca serviks adalah perilaku seksual berupa mitra seks multiple, paritas tinggi, nutrisi, rokok, aktivitas seksualpada usia muda). Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain: a. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual. Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda. b. Jumlah kehamilan dan partus. Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks. c. Jumlah perkawinan. Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini. d. Infeksi virus. Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma akuminata diduga sebagai faktor penyebab kanker serviks e. Sosial Ekonomi. Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah karena faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan
7
kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh. f. Hygiene dan sirkumsisi. Diduga mudah terjadinya kankers serviks dipengaruhi oleh pasangan yang belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene, penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma (sekret sebacea). g. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim). Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker. Sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks, yaitu bermula dari adanya erosi diserviks, yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus. Hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks. 3. Klasifikasi dari Ca Serviks Stadium yang dipakai adalah stadium klinik menurut the international federation of gynecology and obstetrics (FIGO, 2008): a. Stage 0: karsinoma in situ, CIN grade III merupakan bagian ini tak diyakini sebagai kanker invasif karena lesinya lebum melebihi membrana basalis. b. Stage I: karsinoma yang masih terbatas di serviks, belum mencapai uterus. 1) IA: karsinoma mikroinvasif, masih terbatas di serviks. Hanya dapat didiagnosa dengan mikroskop. Secara klinis belum terlihat.
8
a) Stage IA1: invasi ke stroma, ke dalamnya tidak lebih dari 3 mm dan penyebaran horizontal tidak lebih dari 7 mm. b) Stage IA2: invasi ke stroma, kedalamannya lebih dari 3 mm tetapi tidak lebih dari 5 mm dan penyebaran horizontal tidak lebih dari 7 mm. 2) IB: karsinoma terbatas di serviks. Secara klinis sudah terlihat atau lesi mikroskopisnya lebih besar dari pada 1A2. a) Stage IB1: secara klinis terlihat lesi 4 cm atau lebih kecil dengan luas pandang terbesar. b) Stage IB2: secara klinis terlihat lesi 4 cm atau lebih besar dengan luas pandang terbesar. c. Stage II: karsinoma yang masih terbatas di serviks, belum mencapai uterus 1) IIA: menyebar melewati serviks, termasuk 2/3 atas vagina, tetapi bukan termasuk jaringan di sekitar uterus (parametrium). 2) IIB: menyebar melewati serviks, sudah menginvasi parametrium, tetapi belum mencapai dinding pelvis atau 1/3 bawah vagina. d. Stage III: karsinoma yang sudah menyebar ke dinding pelvis atau melibatkan 1/3 bawah vagina, atau menyebabkan hidronefrosis atau kerusakan ginjal. 1) IIIA: menyebar ke 1/3 bawah vagina, tetapi belum mencapai dinding pelvis. 2) IIIB: menyebar ke dinding pelvis, hidronefrosis atau ginjal yang tidak berfungsi.
9
e. Stage IV: tumor telah menyebar 1) IVA: Menyebar sampai melibatkan mukosa kandung kemih dan rectum. 2) IVB: menyebar ke organ yang jauh, misalnya limfonodi extrapelvis, ginjal, tulang, paru, hepar, dan otak. 4. Patofisiologi ca servik Cerviks timbul dibatas antara epitel yang melapisi ektoserviks (portio) dan endoserviks kanalisis serviks yang dibuat sebagai squamo-columnar junction (SCJ). Pada wanita muda SCJ ini berada diluar OUE, sedang pada wanita berumur >35 th, SCJ berada didalam kanalis servikalis pada awal perkembangannya kanker serviks tidak memberi tanda-tanda dan keluhan ada pemeriksaan dengan speculum, tampak parsio yang erosive (metaplasi skuamosa) yang fisiologik atau patologik. Tumor dapat tumbuh sebagai berikut: a) Eksofitik, mulai dari SCJ ke arah lumen vagina sebagai masa proliferasi yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis. b) Endofitik, mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma serviks dan cenderung untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus. c) Ulseratif, mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dan melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas. Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian ini disebut proses
10
metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Akibat proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SSK, yaitu SSK (Sel skuamosa karsinoma) asli dan SSK baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar (Rahmawan, 2009). Daerah di antara kedua SSK (Sel skuamosa karsinoma) ini disebut daerah transformasi. Masuknya mutagen atau bahan-bahan yang dapat mengubah perangai sel secara genetik pada saat fase aktif metaplasia dapat menimbulkan sel-sel yang berpotensi ganas. Perubahan ini biasanya terjadi di daerah transformasi. Mutagen tersebut berasal dari agen-agen yang ditularkan secara hubungan seksual dan diduga bahwa human papilloma virus (HPV) memegang peranan penting. Sel yang mengalami mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Perbedaan derajat displasia didasarkan atas tebal epitel yang mengalami kelainan dan berat ringannya kelainan pada sel. Sedangkan karsinoma in-situ adalah gangguan maturasi epitel skuamosa yang menyerupai karsinoma invasif tetapi membrana basalis masih utuh (Rahmawan, 2009). Kanker insitu pada servik adalah keadaan dimana sel neoplastik terjadi pada seluruh lapisan epitel disebut displasia. Displasia merupakan neoplasia servik intraephitelia (CNI). CNI terbagi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat I ringan, tingkat II sedang, tingkat III berat. Tidak ada gejala spesifik untuk kanker servik pendarahan merupakan satu-satunya gejala yang nyata, tetapi
11
gejala ini hanya ditemukan pada tahap lanjut. Sedang kan tahap awal tidak (pince, sylvia A, 2006). 5. Gejala klinis ca servik a) Keputihan (makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan). b) Perdarahan yang dialami segera sehabis senggama. c) Perdarahan spontan umumnya terjadi pada tingkat klinik lebih lanjut (II dan III): perdarahan spontan saat defekasi. d) Dapat juga ditemukan gejala karena metastase : obstruksi total vesika urinaria. e) Pada yang lanjut ditemukan keluhan cepat lelah, kehilangan berat badan dan anemia. f) Pada pemeriksaan fisik servik teraba membesar, lunak, ireguler bila tumor tumbuh eksofitik maka terlihat lesi pada portio/sudah sampai vagina. 6. Penatalaksanaan ca servik a) Stadium 0: konisasi (pengambilan jaringan serviks berbentuk kerucut dengan basis pada partio, untuk tujuan diagnostik/terapeutik). b) Stadium IA: simple histerektomi (histerektomi total). c) Stadium IB dan IIA: histerektomi dan chemoterapi. d) Stadium IV: paliatif. 7. Asuhan Keperawatan dan Intervensi ca servik a. Pengkajian. 1) Identitas Pasien (Nama, umur, jenis kelamin, alamat).
12
2) Keluhan utama. pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai keputihan menyerupai air. 3) Riwayat kesehatan sekarang. pada stadium awal klien tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal. 4) Riwayat kesehatan dahulu. Data yang perlu dikaji adalah : Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat operasi kandungan, serta adanya tumor. 5) Riwayat kesehatan keluarga. Adanya keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien. 6) Riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan pelvis, serta pemeriksaan laboratorium dilakukan. 7) Nyeri dan ketidaknyamanan abdomen adalah hal yang umum terjadi. 8) Pemeriksaan fisik. b. Diagnosa keperawatan yang muncul menurut Herdman dalam klasifikasi diagnosa keperawatan NANDA Internasional, 2014 : 1) Gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan (mis, untuk tujuan terapeutik, pemantauan pemeriksaan laboratorium), kurang privasi. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x 24jam perubahan pola tidur normal.
13
Kriteria hasil: a. Jumlah jam tidur cukup. b. Pola tidur normal. c. Kualitas tidur cukupi. d. Pasien tampak segar. e. Tampak rileks. Intervensi. a) Kaji kebiasaan tidur pasien. Rasional: Mengetahui kebiasaan dan kebutuhan tidur pasien. b) Berikan tempat tidur yang nyaman dan tenang. Rasional: meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan. c) Monitor pola tidur dan catat keadaan fisik, psikososial yang mengganggu tidur. Rasional: pola tidur yang biasanya secara individual dapat dikumpulkan melalui pengkajian yang komprehensif dan holistic, dibutuhkan untuk menentukan penyebab gangguan. d) Kolaborasi dengan dokter pemberian obat tidur sesuai indikasi. Rasional : membantu pasien tidur selama periode transisi. 2) Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik (mis. Nyeri, nafas pendek, batuk, mual) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x 24jam pasien dapat tidur dengan nyenyak.
14
Kriteria hasil: a. Jumlah jam tidur cukup. b. Pola tidur normal. c. Kualitas tidur cukupi. d. Pasien tampak segar. e. Tampak rileks. Intervensi. a. Kaji kebiasaan tidur pasien. Rasional: Mengetahui kebiasaan dan kebutuhan tidur pasien. b. Berikan tempat tidur yang nyaman dan tenang. Rasional: meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan. c. Monitor pola tidur dan catat keadaan fisik, psikososial yang mengganggu tidur. Rasional: pola tidur yang biasanya secara individual dapat dikumpulkan melalui pengkajian yang komprehensif dan holistic, dibutuhkan untuk menentukan penyebab gangguan. d. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat tidur sesuai indikasi. Rasional : membantu pasien tidur selama periode transisi. 3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif. Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan keseimbangan volume cairan adekuat.
15
Kriteria Hasil: a) TTV pasien dalam batas normal, meliputi : (1) Nadi normal ( ± 60 - 100 x / menit). (2) Pernapasan normal (± 16 - 24 x / menit). (3) Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg). (4) Suhu normal (± 36,5oC - 37,5oC). b) Membran mukosa lembab. c) Turgor kulit baik (elastis). d) Pengisian kapiler cepat (kembali dalam ± 2-3 detik setelah ditekan). e) Ekspresi wajah pasien tidak pucat. Intervensi a) Awasi masukan dan haluaran. Ukur volume darah yang keluar melalui pendarahan. Rasional: Memberikan pedoman untuk penggantian cairan yang perlu diberikan sehingga dapat mempertahankan volume sirkulasi yang adekuat untuk transport oksigen pada ibu dan janin. b) Catat kehilangan darah ibu dan kemungkinan adanya kontraksi uterus. Rasional: Bila kontraksi uterus disertai dilatasi serviks, tirah baring dan medikasi mungkin tidak efektif di dalam mempertahankan kehamilan. Kehilangan darah ibu secara berlebihan menurunkan perfusi plasenta.
16
c) Hindari trauma dan pemberian tekanan berlebihan pada daerah yang mengalami pendarahan. Rasional:
Mengurangi
potensial
terjadinya
peningkatan
pendarahan dan trauma mekanis pada janin. d) Pantau status sirkulasi dan volume darah ibu. Rasional: Kejadian perdarahan potensial merusak hasil kehamilan, kemungkinan
menyebabkan
hipovolemia
atau
hipoksia
uteroplasenta. e) Pantau TTV, Evaluasi nadi perifer, dan pengisian kapiler. Rasional: Menunjukkan keadekuatan volume sirkulasi. f) Catat respon fisiologis individual pasien terhadap pendarahan, misalnya kelemahan,
gelisah,
ansietas,
pucat,
berkeringat/
penurunan kesadaran. Rasional: Simtomatologi dapat berguna untuk mengukur berat/ lamanya
episode
menunjukkan
pendarahan.
berlanjutnya
Memburuknya pendarahan/tidak
gejala
dapat
adekuatnya
penggantian cairan. g) Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa, dan perhatikan keluhan haus pada pasien. Rasional:
Merupakan
kekurangan cairan.
indikator
dari
status
hidrasi/derajat
17
h) Kolaborasi : Berikan cairan IV sesuai indikasi. Rasional: Penggantian cairan tergantung pada derajat hipovolemia dan lamanya pendarahan (akut / kronis). Cairan IV juga digunakan untuk mengencerkan obat antineoplastik pada penderita kanker. i) Kolaborasi:Berikan transfusi darah (Hb, Hct) dan trombosit sesuai indikasi. Rasional: Transfusi darah diperlukan untuk memperbaiki jumlah darah dalm tubuh ibu dan mencegah manifestasi anemia yang sering terjadi pada penderita kanker, Transfusi trombosit penting untuk memaksimalkan mekanisme pembekuan darah sehingga pendarahan lanjutan dapat diminimalisir. j) Kolaborasi :Awasi pemeriksaan laboratorium, misalnya : Hb, Hct, sel darah merah. Rasional: Perlu dilakukan untuk menentukan kebutuhan resusitasi cairan dan mengawasi keefektifan terapi. 4) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis. Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan nyeri pasien berkurang atau terkontrol. Kriteria hasil : a) Pasien mengatakan skala nyeri yang dialaminya menurun. b) Pasien melaporkan nyeri yang sudah terkontrol maksimal dengan pengaruh / efek samping minimal. c) TTV pasien dalam batas normal, meliputi :
18
(1) Nadi normal (± 60 - 100 x / menit). (2) Pernapasan normal ( ± 16 - 24 x / menit). (3) Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg). (4) Suhu normal (36,5oC - 37,5oC). d) Ekspresi wajah pasien tidak meringis. e) Pasien tampak tenang (tidak gelisah). f) Pasien dapat melakukan teknik relaksasi dan distraksi dengan tepat sesuai indikasi untuk mengontrol nyeri. Intervensi : a) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif catat keluhan, lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan intensitas (skala 0-10) dan tindakan penghilangan nyeri yang dilakukan. Raional: Membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang kemajuan atau perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi dan keefektifan intervensi. b) Pantau tanda-tanda vital. Rasional: Peningkatan nyeri akan mempengaruhi perubahan pada tanda-tanda vital. c) Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri seperti teknik relaksasi dan teknik distraksi, misalnyadengan mendengarkan musik, membaca buku, dan sentuhan terapeutik.
19
Rasional: Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif untuk
mengontrol
rasa
nyeri
yang
dialami,
serta
dapat
meningkatkan koping pasien. d) Berikan posisi yang nyaman sesuai kebutuhan pasien. Rasional: Memberikan rasa nyaman pada pasien, meningkatkan relaksasi, dan membantu pasien untuk memfokuskan kembali perhatiannya. e) Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang penting. Rasional: Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri. f) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi. Rasional: Nyeri adalah komplikasi tersering dari kanker, meskipun respon individual terhadap nyeri berbeda-beda. Pemberian analgetik dapat mengurangi nyeri yang dialami pasien. g) Kolaborasi untuk pengembangan rencana manajemen nyeri dengan pasien, keluarga, dan tim kesehatan yang terlibat. Rasional: Rencana manajemen nyeri yang terorganisasi dapat mengembangkan kesempatan pada pasien untuk mengontrol nyeri yang dialami. Terutama dengan nyeri kronis, pasien dan orang terdekat harus aktif menjadi partisipan dalam manajemen nyeri di rumah. h) Kolaborasi untuk pelaksanaan prosedur tambahan, misalnya pemblokan pada saraf.
20
Rasional: Mungkin diperlukan untuk mengontrol nyeri berat (kronis) yang tidak berespon pada tindakan lain. 4)
Cemas berhubungan dengan ancaman kematian. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam klien tidak cemas lagi. Kriteria Hasil : a) Klien tidak cemas lagi b) Klien tampak tenang c) Klien tampak rileks Intervensi : a) Kaji tingkat kecemasan klien Rasional : mengetahui tingkat kecemasan b) Memberitahu klien menginformasikan tentang kanker Rasional : klien dapat mengetahui tentang pengetahuan kanker c) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan rasa cemasnya. Rasional : dapat meringankan rasa cemasnya. d) Ciptakan suasana tenang dan nyaman Rasional : lingkungan yang tenang dan nyaman dapat mengurangi rasa cemas klien.
B. Tinjauan Teori Kebutuhan Dasar 1. Pengertian gangguan pola tidur. Istirahat tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuh oleh semua orang. Untuk dapat berfungsi secara normal, maka setiap orang memerlukan
21
istrahat dan tidur yang cukup. Pada kondisi istirahat tidur, tubuh melakukan proses pemulihan untuk mengambalikan stamina tubuh hingga berada dalam kondisi yang optimal (Asmadi 2008). Istirahat adalah perasaan relaks secara mental, bebas dari kecemasan dan tenang secara fisik. Namun dapat berupa membaca buku, melihat televisi. Seusai istirahat, mental dan fisik menjadi segar. Tidur merupakan perubahan status kesadaran berulang-ulang pada periode tertentu. Tidur memberikan waktu perbaikan dan menyembuhkan sistem tubuh (saryono 2011). Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum akan menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah satu dari ketiga masalah berikut; gerakan atau sensasi abnormal dikala tidur atau ketika terjaga di tengah malam atau rasa mengantuk yang berlebihan di siang hari (Naylor dan Aldrich, 2006). 2. Faktor yang Mempengaruhi Tidur. Menurut saryono dan anggriyana 2011 antara lain : a. Penyakit. Banyak penyakit yang dapat memperbesar kebutuhan tidur seperti penyakit yang disebabkan oleh infeksi, terutama infeksi limpa. Infeksi limpa berkaitan dengan keletihan, sehingga penderitanya membutuhkan lebih banyak waktu tidur untuk mengatasinya. b. Latihan dan kelelahan. Keletihan akibat aktivitas yang tinggi dapat memerlukan lebih banyak tidur untuk menjaga keseimbangan energi yang telah dikeluarkan.
22
Dapat terlihat pada seseorang yang telah melakukan aktivitas dan mencapai kelelahan. Maka orang tersebut akan lebih cepat untuk dapat tidur karena tahap tidur gelombang lambatnya diperpendek. c. Stres psikologis. Kondisi stres psikologi dapat terjadi pada seseorang akibat ketenangan jiwa. Seseorang yang memiliki masalah psikologis akan mengalami kegelisahan sehingga sulit untuk tidur. d. Obat. Obat dapat juga memengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang mempengaruhi proses tidur jenis golongan obat diuretik dapat menyebabkan insomnia, antidepresa dapat menekan, kafein dapat meningkatkan saraf simpatis yang menyebabkan kesulitan untuk tidur, golongan beta bloker dapat berefek pada timbulnya insomnia dan golongan narkotik dapat menekan REM sehingga mudah mengantuk. e. Nutrisi. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur. Konsumsi protein yang tinggi maka seseorang tersebut akan mempercepat proses terjadinya tidur, karena dihasilkan triptofan yang merupakan asma amino hasil pencernaan protein yang dicerna dapat membantu mudah tidur. f. Lingkungan. Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat mempercepat proses terjadinya tidur. Sebaliknya lingkungan yang tidak
23
aman dan nyaman bagi seseorang dapat menyebabkan hilangnya ketenangan sehingga memengaruhi proses tidur. g. Motivasi. Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk tidur, dapat memengaruhi proses tidur. Selain itu, adanya keinginan untuk tidak tidur dapat menimbulkan gangguan proses tidur. h. Gaya hidup. Rutinitas seseorang mempengaruhi pola tidur. 3.
Gangguan Tidur. Gangguan tidur Menurut saryono dan anggriyana 2011 antara lain : a. Insomnia. Yaitu kesukaran dalam memulai atau mempertahankan tidur. Keadaan ini adalah keluhan tidur yang paling sering dapat bersifat sementara maupun persisten. Periode singkat insomnia paling sering berhubungan dengan kecemasan. b. Narkolepsi. Keingianan tidur yang keterlaluan di siang hari, meskipun baru bangun tidur sejam yang lalu, bahkan secara tiba-tiba mungkin mendadak badannya lunglai ingin tidur, mengalami khayalan sesaat (halusinasi hipnagogis), yakni kejadian mimpi saat-saat awal tidur REM. Pemicunya kadang masalah luapan/ekspresi emosi yang unik, semisal rasa bahagia atau tertawa yang berat. EDS menjadi keluhan utama pada gangguan ini.
24
c. Hipersomnia. Yakni jumlah tidur yang berlebihan dan mengantuk yang berlebihan di siang hari. Sindro kleine-levin biasanya mengantuk berlebihan di siang hari ini harrus dibedakan dengan mengantuk karena kelelahan fisik akibat bekerja terlalu keras. Gangguan lainnya bisa berkategori hipersomnia idiopatik ini dikenal mirip dengan narkolepsi, dimana klien tidak dapat menghindari keinginannya untuk tidur. Dimanapun, kapanpun sangat mudah tidur d. Parasomnia. Yaitu setengah tidur, setengah terjaga, biasanya merupakan fenomena gangguan tidur yang tidak umum dan tidak diinginkan yang tampak secara tiba-tiba selama tidur atau yang terjadi pada ambang antara terjaga dan tidur. Paling sering muncul dalam bentuk mimpi buruk yang ditandai dengan mimpi lama dan menakutkan. Biasanya orang terduduk di tempat tidur dengan ekspresi ketakutan, berteriak dengan keras seperti sedang mengalami teror yang kuat. e. Somnabulis. Yakni tengah tertidur tetapi melakukan perbuatan orang yang tidak tidur. Seringkali duduk dan melakukan tindakan motorik seperti berjalan, berpakaian, pergi ke kamar mandi, berbicara bahkan mengemudikan kendaraan.
25
f. Apnea tidur. Disebabkan karena kurangnya aliran udara melalui hidung dan mulut selama 10 detik atau lebih saat tidur. Ada 3 jenis apnea : apnea sentral, obstruktif dan campuran (sentral dan obstruktif). Apnea obtruktif terjadi saat otot dan struktur rongga mulut relaks dan jalan nafas tersumbat. Apnea sentral melibatkan disfungsi pusat pengendalian nafas otak. 4. Fisiologi Tidur. Fisiologi tidur Menurut saryono dan anggriyana 2011 antara lain : a. Irama sirkardian. Irama siklus 24 jam siang-malam disebut irama sirkardian. Irama sirkardian mempengaruhi perilaku dan pola fungsi biologis utama seperti suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, sekresi hormon, kemampuan sensorik dan suasana hati. Irama sirkardian dipengaruhi cahaya, suhu dan faktor eksternal (aktivitas sosial dan rutinitas pekerjaan). Setiap individu memiliki jam biologis sendiri. Kecemasan, kurang istirahat, mudah tersinggung tidur. SAR merupakan sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan dan terjaga. Pengeluaran serotonin dari pons dan otak bagian tengah menimbulkan rasa kantuk yang selanjutnya tidur. Terjaganya seseorang bergantung dari keseimbangan impuls, reseptor sensori perifer dan sistem limbik.
26
b. Tahapan tidur. Dua fase tidur normal : NREM (pergerakan mata yang tidak cepat) dan REM (pergerakan mata yang cepat). 1) Tahap 1 : NREM. Merupakan tingkatan paling dangkal dari tiddur. Tahapan ini berakhir beberapa menit sehingga orang mudah terbangun karena suara. Terjadi pengurangan aktivitas fisiologis seperti pengurangan tanda-tanda vital dan metabolisme. Merasa telah melamun setelah bangun. 2) Tahap 2 : NREM. Merupakan tidur bersuara. Terjadi relaksasi sehingga untuk bangun pun sulit. Tahap ini berakhir 10-20 menit. Fungsi tubuh menjadi lambat. 3) Tahap 3 : NREM. Menjadi tahap awal tidur yang dalam. Otot-otot menjadi relaks penuh sehingga sulit untuk dibangunkan dan jarang bergerak. Tanda-tanda vital menurun namun teratur. Berakhir 15-30 menit. 4) Tahap 4 : REM. Menjadi tahap tidur terdalam. Individu menjadi sulit dibangunkan. Jika kurang tidur, individu akan menyeimbangkan porsi tidurnya pada tahap ini. Tanda-tanda vital menurun secara bermakna. Pada tahap ini terjadi tidur sambil berjalan dan enuresis. Berakhir 15-30 menit.
27
5) Tidur REM. Pada tahap ini, individu akan mengalami mimpi. Respon pergerakan mata yang cepat, fluktuasi jantung dan kecepatan respirasidan peningkatan tekanan darah. Terjadi tonus otot skelet penurunan. Sekresi lambung meningkat. Berakhir dalam waktu 90 menit. Terjadi peningkatan tidur REM tiap siklus dalam waktu 20 menit. Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur NREM, maka akan menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut : a) Menarik diri, apatis, dan respons menurun. b) Merasa tidak enak badan. c) Ekspresi wajah kuyu. d) Malas bicara. e) Kantuk yang berlebihan. Sedangkan apabila seseorang kehilangan tidur kedua-duanya, yakni tidur REM dan NREM, maka akan menunjukkan manifestasi sebagai berikut : a) Kemampuan memberikan keputusan atau pertimbangan menurun. b) Tidak mampu untuk konsentrasi (kurang perhatian). c) Terlihat tanda-tanda keletihan seperti penglihatan kabur, mual dan pusing. d) Daya ingat berkurang, bingung, timbul halusinasi, dan ilusi penglihatan atau pendengaran.
28
5. Siklus Tidur Pre-sleep
Tahap I
Tahap II
Tahap III
Tahap IV
Tidur REM
Tahap II
Tahap III
Sumber: Potter dan Perry (2006). 6. Asuhan Keperawatan menurut A. Aziz alimul H, 2006: a. Pengkajian keperawatan . 1) Riwayat tidur. Pengkajian riwayat tidur antara lain: kuantitas (lama tidur) dan kualitas tidur di siang maupun malam hari, aktivitas dan rekreasi yang dilakukan sebelumnya, kebiasaan sebelum ataupun pada saat tidur, lingkungan tidur, dengan siapa pasien tidur, obat yang dikonsumsi sebelum tidur, asupan dan stimulan, perasaan pasien mengenai tidurnya, apakah ada kesulitan tidur, dan apakah ada perubahan pola tidur. 2) Gejala klinis. Gejala klinis ditandai dengan perasaan lelah, gelisah, emosi, apatis, adanya kehitaman di daerah sekitar mata, kelopak mata bengkak,
29
konjumgtiva merah dan perih, perhatikan tidak fokus, serta sakit kepala dan nyeri. 3) Penyimpangan tidur Penyimpangan tidur meliputi perubahan tingkah laku dan auditorik,
meningkatnya
kegelisahan,
gangguan
persepsi,
halusinasi visual dan auditorik, bingung disorientasi tempat dan waktu, gangguan koordinasi serta bicara rancau, tidak sesuai, dan intonasinya tidak teratur. b. Diagnosa dan intervensi. Menurut Herdman dalam klasifikasi diagnosa keperawatan NANDA Internasional, 2014 antara lain: 1) Gangguan pola tidur berhubungan dengan tidak familier dengan perabot tidur. Tujuan : klien melaporkan bahwa pola tidur yang biasa telah terbentuk kembali dalam 1 bulan. Kriteria hasil : a) klien tertidur dalam 30 menit setelah naik ke tempat tidur. b) Klien menggunakan terapi relaksasi setiap malam sebelum tidur. c) Klien melaporkan perasaan segar di saat terbangun di pagi hari. Intervensi : 1. Anjurkan agar kafein dan alkohol dihilangkan dari diet klien di malam hari.
30
Rasional : kafein dan alkohol mengganggu siklus tidur. 2. Minta klien mengikuti ritual tidur naik ke tempat tidur pada jam yang sama setiap malam, meminum segelas susu. Rasional : susu mengandung L-triptofan, asam amino alami yang merangsang tidur (ross et al 1386). 3. Tentukan waktu sebelum klien pergi tidur untuk latihan relaksasi yang tenang, mandi, atau latihan relaksasi progresif. Rasional : efek dari relaksasi memerlukan penelitian lebih lanjut, klieen insomnia dapat mengalami peningkatan tonus simpatik, dan relaksasi dapat membantu menguranginya (berman et al, 1990). 4. Kendalikan sumber-sumber kebisingan di lingkungan dan pastikan bahwa kamar tidur sudah digelapkan dan memiliki ventilasi yang baik. Rasional : suara yang keras dapat mengganggu dan mempengaruhi istirahat. 2) Deprivasi tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan lama (mis. Fisik, psikologis). Tujuan : telah dilakukan tindakan keperawatan 1x 24 jam Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda fisik deprivasi tidur. Kriteria hasil : a) Pasien tidak menunjukkan gejala perilaku yang berkaitan dengan tidur, seperti gelisah, iritabilitas, letargi, disorientasi.
31
b) Pasien melakukan latihan relaksasi sebelum tidur. Intervensi : a) Berikan bantuan tidur kepada pasien seperti bantal, mandi sebelum tidur, makanan atau minuman, dan bahan bacaan. Rasional : susu dan beberapa kandungan tinggi protein, seperti keju dan kacang, mengandung L-trytophan, yang dapat mempermudah tidur. b) Ciptakan lingkungan tenang. Rasional : tindakan ini dapat mendorong istirahat dan tidur. c) Minta pasien untuk setiap pagi menjelaskan kualitas tidur malam sebelumnya. Rasional : tindakan ini membantu mendeteksi adanya gejala perilaku yang berhubungan dengan tidur. d) Berikan pendidikan kesehatan kepada pasien tentang teknik relaksasi seperti imajinasi terbimbing, relaksasi otot progresif, dan meditasi. Rasional : upaya relaksasi yang bertujuan biasanya dapat membantu meningkatkan tidur.
32
B. Pathway Etiologi/prediposisi Usia Jumlah kehamilan/partus Jumlah perkawinan Infeksi HPV Mitosis sel eksoservik & endoservik Metaplasia skuamosa Ca serviks
Vaskularisasi jaringan
menembus sel epitel stuma serviks
merusak struktur jaringan serviks menginvasi ke organ lain
peradagan endo & eksoserviks nekrosis jaringan
meluas ke jaringan
nyeri
pembuluh limfe & vena
rektum
vagina
cemas
diding pembuluh terdesak
sumber : 1. Sylvia A. Prince, 2006. 2. Rahmawan, 2009.
fistula rektum
Perdarahan spontan
infiltrasi ke saraf
Defisit vol. cairan
Gangguan rasa nyaman/ nyeri
Gangguan pola tidur
infiltrasi ke uretra
BAB III METODE STUDI KASUS
A. Desain Studi Kasus Metode penulisan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menggunakan metode deskriptif yang menggambarkan studi kasus. Studi kasus ialah laporan yang dilaksanakan dengan meneliti suatu permasalahan (Setiadi, 2007). Metode deskriptif adalah
mendeskripsikan
(memaparkan) peristiwa-
peristiwa yang dilakukan secara sistematis dan lebih menekankan pada data faktual dari pada penyimpulan. Fenomena dilanjutkan apa adanya tanpa manipulasi dan penelitian tidak mencoba menganalisis bagaimana dan mengapa fenomena tersebut bisa terjadi (Nursalam, 2011).
B. Tempat dan Waktu 1. Tempat Lokasi studi kasus menjelaskan tempat atau lokasi tersebut dilakukan. Lokasi studi kasus di rencanakan di RS dr. moewardi Bangsal mawar 3. 2. Waktu Studi kasus ini direncanakan pada bulan Maret 2014.
C. Subyek Studi Kasus Subyek studi kasus adalah subyek yang dituju pada saat pelaksanaan studi kasus. Subyek studi kasus ini yaitu gangguan pola tidur pada ca servik.
33
34
D. Instrument Instrument penelitian ini terdiri dari dua bagian. 1. Format pengkajian : a.
Identitas Pasien.
b.
Keluhan Utama.
c.
Riwayat Penyakit Sekarang.
d.
Riwayat penyakit dahulu.
e.
Riwayat keluarga.
f.
Pengkajian Pola Kesehatan Klien Saat Ini. 1) Pengkajian Pola Gordon. a) Pola persepsi dan menagemen kesehatan. b) Pola nutrisi. c) Pola eliminasi. d) Pola aktivitas dan latihan. e) Pola istirahat tidur. f) Pola persepsi kognitif. g) Pola persepsi dan konsep diri. h) Pola peran dan hubungan. i) Pola reproduksi dan seksual. j) Pola koping terhadap stress. k) Pola nilai dan keyakinan. 2) Pemeriksaan fisik. a) Keadaan umum.
35
b) Tanda-tanda vital c) Kepala. d) Mata. e) Hidung. f) Telinga. g) Mulut. h) Leher. i) Dada: paru dan jantung (I,P,P,A). j) Abdomen: (I,A,P,P). k) Ektremitas. l) Genit urinaria. m) Kulit. g.
Pemeriksaan penunjang.
h.
Program terapi.
i.
Laboratorium.
j.
Diagnosa Keperawatan.
k.
Intervensi Keperawatan.
l.
Implementasi.
m.
Evaluasi.
2. Alat ukur untuk pemeriksaan fisik. a.
Tensimeter.
b.
Termometer.
c.
Senter.
36
B. Teknik Pengumpulan Data. Tehnik pengumpulan data yang digunakan pada studi kasus ini yaitu dengan menggunakan data primer dan data sekunder. 1. Data Primer. Data primer adalah data data yang secara langsung diambil dari subjek objek penelitian. Adapun yang menjadi data primer dalam penelitian ini adalah dengan pemeriksaan fisik pasien secara sistematis. Pemeriksaan fisik digunakan supaya mengetahui keaddan fisik pasien secara sistematis dengan cara: a. Inspeksi. Inspeksi proses observasi dilakukan secara sistematis dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran, dan penciuman sebagai suatu alat mengumpulkan data (Dermawan, 2012). Pada kasus ini pemeriksaan dilakukan secara berurutan mulai dari kepala sampai kaki. b. Palpasi. Suatu tehnik yang menggunakan indra peraba tangan dan jari (Dermawan, 2012). Pada kasus ini dilakukan untuk memeriksa apakah ada nyeri tekan. c. Auskultasi. Suatu pemeriksaan dengan jalan mengetuk atau membandingkan kanankiri setiap daerah pemeriksaan tubuh dengan tujuan penghasilan suara. Perkusi bertujuan atau mengidentifikasi lokasi, ukuran bentuk dan konsisten jaringan (Dermawan, 2012).
37
d. Wawancara. Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang berbentuk tanya jawab antara perawat dengan pasien, keluarga pasien, masyarakat tentang hal yang berkaitan dengan masalah kesehatan pasien. Data yang dapat diambil antara lain identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat pertumbuhan, riwayat sosial, riwayat keluarga, riwayat kesehatan yang lalu (Dermawan, 2012). e. Observasi Observasi adalah kegiatan pengamatan terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra seperti penglihatan, pendengaran, peraba dan pengecap asuhan keperawatan. Observasi merupakan suatu tehnik pengumpulan data dengan cara mengamati subyek dan melakukan berbagai macam pemeriksaan yang berhubungan dengan kasus yang akan diambil guna memperoleh data penunjang yang dibutuhkan (Notoatmojo, 2001). Pada kasus ini peneliti memperoleh data obyektif yaitu dengan melakukan pengamatan langsung pada klien untuk mengetahui keadaan perkembangan dan perawatan yang telah dilakukan. 2. Data Sekunder. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi dan studi kepustakaan.
38
a. Dokumentasi. Dokumentasi yaitu tulisan (paper), tempat (place), dan kertas atau orang, namun ada juga peneliti dapat menyelidiki benda-benda tertulis (Arikunto, 2010). Peneliti dalam pendokumentasian dapat juga melihat dan mempelajari catatan
medik, catatan keperawatan dan hasil-hasil
pemeriksaan (penujang/laboratorium). b. Studi kepustakaan Studi kepustakaan yaitu mengumpulkan bahan-bahan dan buku keperawatan maupun sumber lain yang berkaitan dengan ca servik. Pada laporan kasus ini penulis mendokumentasikan setiap tahap asuhan keperawatan yang telah dilakukan untuk kesinambungan hasil asuhan keperawatan klien dengan gangguan pola tidur pada ca servik.
BAB IV RESUME KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Resume Kasus Pengkajian dilakukan pada hari selasa tanggal 20 mei 2014 jam 07.00 WIB, di bangsal Mawar 3 RSUD Dr. Moewardi Surakarta. 1. Biodata. Dari hasil pengkajian didapatkan hasil identitas klien bahwa klien bernama Ny. S berumur 30 tahun, jenis kelamin perempuan, suku bangsa jawa atau Indonesia, beragama islam, pekerjaan swata, pendidikan terakhir SMA, pasien masuk pada tanggal 19 mei 2014 dengan diagnosa medis ca servik stadium II stage IIA, alamat kauman Rt 1/6 jumapolo kranganyar. Penanggung jawab Ny. S adalah Tn. R, umur 36 tahun, jenis kelamin laki-laki, suku bangsa jawa atau Indonesia, agama Islam, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan swasta, alamat kauman Rt 1/6 Jumapolo Karanganyar, hubungan dengan pasien sebagai suami. Keluhan utama pasien mengatakan nyeri, P : nyeri karena adanya ca servik, Q : seperti diremas-remas, R : nyeri abdomen, S : skala nyeri 5, T : hilang timbul. 2. Riwayat kesehatan pasien sekarang. Riwayat kesehatan sekarang : Ny. S merupakan G0P3A0 dengan keluhan nyeri abdomen, pasien mensturasi tidak teratur, pasien mengeluh keluar cairan coklat dari jalan lahir serta keputihan sejak ± 4 hari sebelum
39
40
masuk rumah sakit. Saat di kaji ulang pasien pendarahan mulai berkurang, pegal-pegal, timbulnya keluhan secara bertahap, klien nampak meringis menahan nyeri, dan pasien mengatakan tidak bisa tidur dengan nyenyak karena pasien merasa sakit pada perutnya tidur hanya 2-3 jam merasa tidak nyaman di ruang rawat, klien nampak lemas, pucat, lelah dan pasien mengatakan merasa cemas setelah mendapatkan informasi tentang penyakitnya yang tidak kunjung sembuh setelah dilakukan operasi, ekspresi wajah pasien nampak cemas, terkejut dan gelisah. Riwayat kesehatan yang lalu : Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit apapun, pasien juga sudah pernah mondok dengan ca servik pada bulan oktober 2013 yang lalu di rawat di RS. Dr. Moewardi. Riwayat kesehatan keluarga : Pasien mengatakan tidak ada penyakit menular atau keturunan dalam keluarganya seperti DM, atau penyakit menular lainnya. Riwayat obstetrik : riwayat menstruasi : usia 12 tahun, siklus 30 hari, lama haid 6-9 hari, keluahan adanya nyeri haid saat pertama kali muncul, riwayat menikah : klien menikah 1 kali selama 10 tahun. Riwayat kehamilan dan persalinan : no
Anak
Lahir di
Lahir dg
penolong
Jenis/berat
ket
1
1
RS
Normal
dr
Pr/ 3000gr
Hidup sehat
2
2
RS
Sc
dr
Lk/ 3200gr
Hidup sehat
41
3
3
RS
Sc
dr
Pr/3000gr
Hidup sehat
3. Pola kebiasaan sehari-hari Pola nutrisi sebelum sakit pasien mengatakan nafsu makan normal, 3x/hari habis porsi dengan menu nasi, sayur, lauk, minum ± 1500cc/hari. Pola nutrisi selama sakit pasien mengatakan nafsu makan hanya habis setengah porsi dari porsi yang disediakan oleh rumah sakit. Pola istirahat tidur sebelum sakit pasien mengatakan tidur 6-7 jam/hari kadang tidur siang ± 2 jam/hari, pola istirahat tidur selama sakit pasien mengatakan tidak bisa tidur dengan nyenyak, tidur selama 2-3 jam, pasien terbangun pada tengah malam Karena menahan nyeri serta merasa cemas memikirkan keadaan penyakitnya sudah stage IIA, setelah dilakukan operasi dan kurang nyaman dengan lingkungan di ruang rawat. Pola eliminasi sebelum sakit pasien mengatakan BAB 1x/hari dengan konsistensi lembek, berwarna kuning kecoklatan, BAK 6-7x/hari, warna kuning jernih, berbau khas, pola eliminasi selama sakit pasien mengatakan nyeri saat BAK, warna kuning bercampur darah, BAK 5-6x/hari. Pola kognitif dan persepsi pasien mengatakan ingin cepat pulang dan sembuh dari sakitnya yang sedang dideritanya, agar dapat melakukan aktivitasnya seperti biasa sebagai ibu rumah tangga dan mengurus anakanaknya.
42
Pola persepsi dan konsep diri pada body image : pasien mengatakan menerima kondisinya saat ini, ideal diri : pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan segera pulang, harga diri : pasien mengatakan tidak rendah diri dengan keadaannya saat ini, role (peran diri) :pasien berperan sebagai seorang ibu rumah tangga dari ke tiga anaknya dan sebagai seorang istri, identitas diri : pasien adalah seorang perempuan dan mempunyai suami dan anak. Pola persepsi dan manajemen kesehatan sebelum sakit pasien mengatakan jika sakit ia akan periksa ke rumah sakit atau membeli obat diapotek dekat rumah. Pola persepsi dan manajemen kesehatan selama sakit pasien mengatakan belum paham tentang pengetahuannya tentang penyakitnya yang di deritanya saat ini. Pola aktivitas sebelum sakit pasien mengatakan semua aktivitas dilakukan sendiri seperti mandi, makan, minum, berpakaian, pola aktivitas selama sakit pasien mengatakan aktivitas dibantu dengan keluarganya seperti makan minum dan berpakaian. Pola hubungan peran pasien dengan pasien lain, perawat dan dokter berjalan dengan baik, pasien tirah baring, pola fungsi sexual klien berjenis kelamin perempuan sudah menikah. Pola sistem kepercayaan – nilai pasien beragama islam taat menjalankan ibadah sholat 5 waktu, saat sakit pasien tidak dapat menjalankan sholat 5 waktu seperti biasa karena masih sakit.
43
4. Pemeriksaan fisik Keadaan umum baik : baik, tingkat kesadaran : composmetis, GCS E4C6S5, tanda-tanda vital : TD : 110/80 mmHg, S : 365oC, nadi : 80x/menit, RR : 20x/menit, kepala : mesochepal, rambut bersih, tidak ada ketombe, tidak rontok, dan tidak ada luka, wajah : tidak ada edema, mata : pucat, ada kantung mata, terdapat lingkar hitam dibawah mata, simetris antara kanan dan kiri, konjungtiva anemis, penglihatan baik, hidung : fungsi penciuman baik, tidak ada secret, bersih, telinga : pendengaran baik, tidak ada serumen, bersih, simetris antara kanan dan kiri, mulut : mucosa bibir lembab, tidak ada stomatitis pada bibir, leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid. Pemeriksaan payudara : simetris, tidak ada luka, aerola warna hitam kecoklatan, pemeriksaan jantung : inspeksi : ictus cordis tidak tampak, palpasi : ictus cordis kuat angkat, perkusi : batas jantung tidak melebar, auskultasi : bunyi jantung I dan bunyi jantung II sama, pemeriksaan paru – paru : inspeksi : pengembangan dada kanan dan kiri simetris, palpasi : fremitus raba kanan dan kiri sama, perkusi : sonor, auskultasi : vesikuler, pemeriksaan abdomen inspeksi : perut tidak ada luka, terdapat bekas SC, simetris, auskultasi : adanya bising usus, peristaltik usus 12x/menit, palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran limfa, perkusi : tympani.
44
Pemeriksaan genitalia : ada luka pada servik, berbau, tidak terpasang DC, adanya keputihan, kotor, pemeriksaan ekstremitas atas tangan kiri dapat digerakkan dengan bebas sedangkan tangan kanan tidak dapat digerakkan dengan leluasa karena terpasang infus RL 20 tpm, tidak ada edema, pemeriksaan ekstremitas bawah kaki kanan dan kiri dapat digerakkan dengan bebas tetapi lemah, tidak ada edema. 5. Pemeriksaan penunjang Hasil laboratorium tanggal 20 mei 2014, hemoglobin 11,4 g/dl (normal 12,0 – 15,6 g/dl), hematokrit 32 % (normal 33 – 45 %), jumlah leukosit 2.5 rb/ul (normal 4.5 – 11.0 rb/ul), jumlah trombosit 248 rb/ul (normal 150 – 450 rb/ul) jumlah eritrosit 3.33 jt/ul (normal 4.10 – 5.10 jt/ul), gula darah sewaktu 93 mg/dl (normal 60-140 mg/dl), SGOT 33 u/l (normal 0-35 u/l), SGPT 8 u/l (normal 0-45 u/l), albumin 4.0 g/dl (normal 3.5-5.2 g/dl), kreatinine 1.3 mg/dl (normal 0.6-1.1 mg/dl), ureum 47 mg/dl (normal <50 mg/dl), elektrolit : natrium darah 136 mmol/L (normal 136145 mmol/L), kalium darah 4.0 mmol/L (normal 3.3-5.1mmol/L), chorida darah 110 mmol/L (normal 98-106 mmol/L). Terapi infus RL 20 tpm, ceftriaxon 1gr, ketorolac 10 mg/ml, metronidazol 5mg. 6. Analisa data Tabel.1 Analisa data No Data fokus
Etiologi
Problem
1
agen cidera biologis
Nyeri akut
DS : pasien
45
mengatakan nyeri, P : nyeri karena adanya ca servik Q : seperti diremasremas R : nyeri abdomen, S : skala nyeri 5 T : hilang timbul. DO : klien nampak meringis menahan nyeri, TD : 110/80 mmHg, S : 365oC, nadi: 80x/menit, RR : 20x/menit
2
DS : pasien
Ketidaknyamanan
mengatakan tidak bisa
fisik
tidur dengan nyenyak (kesulitan untuk tidur), tidur selama 2-3 jam, pasien terbangun pada tengah malam Karena menahan nyeri serta
Insomnia
46
merasa cemas memikirkan keadaan penyakitnya stage IIA, setelah dilakukan operasi, dan kurang nyaman dengan lingkungan di ruang rawat. DO : pasien terlihat lemas, pucat, lelah, keadaan umum klien composmetis, ada kantung mata, terdapat lingkar hitam dibawah mata. 3
DS : pasien mengatakan cemas setelah mendapatkan informasi tentang penyakitnya yang tak kunjung sembuh, setelah di lakukan operasi.
Ancaman kematian
ansietas
47
DO : ekspresi wajah gelisah, pucat.
7. Diagnosa keperawatan a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis b. Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik. c. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian. 8. Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi. a. Dx : nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam nyeri berkurang. Kriteria hasil : nyeri berkurang, skala nyeri 0, tanda-tanda vital normal, ekspresi wajah tidak meringis, pasien dapat melakukan tehnik relaksasi. Intervensi : mengkaji nyeri dengan (P,Q,R,S,T), pantau tandatanda vital, mengajarkan tehnik relaksasi (nafas dalam) , berikan posisi yang nyaman, kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi. Implementasi : selasa tanggal 20 mei 2014 jam 07.00 WIB, mengkaji nyeri pasien mengkaji nyeri pasien. Respon subyektif : pasien mengatakan nyeri abdomen, P : nyeri karena ca servik, Q : seperti diremas-remas, R : nyeri abdomen, skala nyeri 5, T : hilang timbul. Respon obyektif : pasien nampak meringis menahan nyeri. Jam 08.30 WIB, kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi ketorolac dan ceftriaxon. Respon subyektif : pasien mengatakan nyeri
48
belum berkurang, pasien kooperatif. Respon objektif : pasien nampak menahan nyeri. Jam 10.00 WIB mengajarkan tehnik relaksasi. Respon subyektif : pasien mengatakan nyeri mulai berkurang. Respon obyektif : pasien nampak pucat, pasien melakukan tehnik relaksasi. Jam 10.15 WIB memberikan posisi yang nyaman sesuai kebutuhan klien. Respon subyektif : pasien mengatakan sudah merasa nyaman terkadang hilang timbul nyerinya. Respon objektif : pasien nampak merasa nyaman dan tenang. Jam 16.00 WIB memberikan injeksi ketorolac dan metronidasol. Respon subyektif : pasien mengatakan mau untuk diberi obatan suntik. Respon obyektif : pasien kooperatif. Jam 16.30 WIB memantau tanda-tanda vital. Respon subyektif : pasien mengatakan mau untuk di periksa. Respon obyektif : TD : 110/80 mmHg, Rr : 20x/menit, suhu : 365oC, Nadi : 80x/menit. Evaluasi : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dan dilakukan evaluasi pada hari kamis tanggal 22 mei 2014 jam 14.00 WIB didapatkan respon subyektif : pasien mengatakan nyeri belum berkurang, P : nyeri karena adanya ca servik, Q : seperti diremasremas, R : nyeri abdomen, S : skala nyeri 4, T : hilang timbul. Objektif : pasien nampak meringis menahan nyeri. Analisa : masalah teratasi sebagian. Planning : intervensi dilanjutkan dengan kolaborasi dengan pemberian analgetik, kolaborasi dengan dokter untuk terapi lebih lanjut, ajarkan tehnik relaksasi.
49
b. Dx : Insomnia berhubungan ketidaknyamanan fisik. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pola tidur normal. Kriteria hasil : jumlah jam tidur cukup, kualitas tidur tercukupi, pasien tampak segar, pasien tampak rileks. Intervensi : kaji kebiasaan tidur pasien, berikan tempat tidur yang nyaman, kolaborasi dengan dokter pemberian obat. Implementasi : selasa tanggal 20 mei 2014 jam 08.30 WIB mengkaji kebiasaan tidur klien, respon subjektif : pasien mengatakan tidak bisa tidur karena menahan nyeri. Respon obyektif : pasien nampak pucat dan terlihat lingkar hitam pada mata. Jam 10.20 WIB memberikan tempat tidur yang nyaman dan tenang. Respon subyektif : pasien mengatakan mulai bisa tidur hanya 4-5 jam. Respon obyektif : pasien nampak lemah, lemas dan pucat. Evaluasi : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dan dilakukan evaluasi pada hari kamis tanggal 22 mei 2014 jam 14.10 WIB didapatkan respon subyektif : pasien mengatakan bisa tidur dengan nyenyak selama 5-6 jam. Objektif : pasien nampak pucat, lemas dan lemah, TD : 120/80 mmHg, Rr : 20x/menit, S : 36oC, N : 80x/menit. Analisa : masalah teratasi, planning : intervensi dihentikan. c. Dx : Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam cemas teratasi. Kriteria hasil : pasien tidak cemas lagi, klien tampak tenang, klien tampak rileks.
50
Intervensi : mengkaji tingkat kecemasan klien, beri kesempatan untuk mengungkapkan rasa cemas klien, ciptakan suasana yang tenang. Implementasi : rabu tanggal 21 mei 2014 jam 08.00 WIB. Mengkaji tingkat kecemasan klien, respon subyektif : pasien mengatakan cemas tentang penyakitnya yang takkujung sembuh setelah dilakukan operasi. Respon obyektif : klien nampak cemas dan gelisah.
Jam
10.00
WIB
memberikan
kesempatan
untuk
mengungkapkan rasa cemas klien. Respon subyektif : pasien mengatakan merasa cemas dan gelisah dengan penyakitnya. Respon obyektif : pasien nampak pasien nampak cemas. Jam 10.15 WIB memberikan suasana yang tenang. Respon subyektif : pasien mengatakan tenang dan nyaman. Respon obyektif : pasien nampak tenang dan nyaman, pasien tidak merasa cemas lagi. Evaluasi : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dan dilakukan evaluasi pada hari kamis tanggal 22 mei 2014 jam 14.00 WIB didapatkan respon subyektif : pasien mengatakan merasa tenang dan nyaman menerima kondisinya saat ini. Objektif : pasien tidak merasa cemas lagi. Analisa : masalah teratasi. Planning : intervensi dihentikan.
51
B. Pembahasan Dalam bab ini akan dibahas tentang kajian asuhan keperawatankajian asuhan keperawatan gangguan pola tidur pada Ny. S dengan ca servik di bangsal mawar 3 di RS Dr. Moewardi surakarta. 1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen Cidera Biologis Nyeri akut adalah keadaan dimana individu mengalami dan melaporkan adanya rasa ketidaknyamanan dan berespon terhadap situasi yang berbahaya (Carpenito, 2006). Diagnosa ini ditegakkan untuk membantu mengidentifikasi nyeri (lokasi intensitas), karena nyeri akut merupakan pengalaman emosional dan sensori yang tidak menyenangkan yang muncul dari kerusakan jaringan secara aktual, yang awitannya secara tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan cidera fisik (Perry dan Potter, 2005). Apabila tidak segera diatasi akan mengganggu kebutuhan biologis pasien, Data yang melengkapi masalah nyeri adalah PQRST. Provoking yaitu faktor yang memperberat atau memperingan rasa nyeri, quality yaitu kulitas (gambaran) nyeri yang dirasakan apakah tumpul, tajam, ditusuuk, diiris-iris, region yaitu tempat nyeri yang dirasakan, severity yaitu intensitas nyeri digunakan skala nyeri 0-10, 0 tidak nyeri, 1-3 nyeri ringan, 4-6 nyeri sedang, 7-8 nyeri berat, 10 nyeri tidak tertahankan (Perry dan potter, 2005:1502).
52
Diagnosa tersebut diangkat karena didapatkan data subjektif : pasien mengatakan nyeri pada abdomen, serta data obyektif : pasien tampak meringis menahan nyeri, skala nyeri 5. Tujuan melaporkan nyeri berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan kriteria hasil klien menunjukkan nyeri hilang/berkurang, ekspresi wajah rileks, skala nyeri 0, klien dapat melakukan tehnik relaksasi. Rencana
tindakan
mengkaji
nyeri
pasien
(PQRST),
untuk
mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan khusus atau faktor-faktor yang mengganggu (Doengoes, 2001 : 388). Beri posisi yang nyaman dapat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan otot serta mengurangi nyeri dan ajarkan tehnik relaksasi (nafas dalam) untuk mengningkatkan kenyamanan, meningkatkan rasa kontrol dan kembali memfokuskan perhatian. Berikan obat analgetik karena dengan pemberian analgetik dapat mengurangi rasa nyeri (Perry dan Potter, 2005). Implementasi yaitu Tindakan yang dilakukan mengobservasi keadaan umum
dan
perkembangan
tanda-tanda
vital
pasien,
mengkaji
untuk nyeri
mengetahui pasien
keadaan
(PQRST)
dan untuk
mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan khusus pasien, mengajarkan tehnik relaksasi, (nafas dalam) dan memberikan posisi yang nyaman dapat membantu menurunkan respon nyeri, kolaborasi pemberian analgetik karena pada waktu itu tidak ada program terapi pemberian obat analgetik untuk pasien.
53
Evaluasi pada hari kamis tanggal 22 Mei 2014 jam 14.00 WIB yaitu subjektif : pasien mengatakan nyeri belum berkurang, P : nyeri karena adanya ca servik, Q : seperti diremas-remas, R : nyeri abdomen, S : skala nyeri 4, T : hilang timbul, objektif : pasien nampak menahan nyeri, analisa : masalah belum teratasi, planning : dilanjutkan dengan kolaborasi pemberian analgetik dan pemberian terapi lainnya dan ajarkan tehnik relaksasi. 2. Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik. Gangguan tidur adalah suatu keadaan dimana individu mengalami atau mempunyai resiko mengalami perubahan dalam jumlah dan kualitas pola istirahat yang menyebabkan ketidaknyamanan atau mengganggu gaya hidup yang diingininya (Carpenito, 2006 : 456). Gangguan tidur adalah keterbatasan waktu tidur (secara alami terus-menerus, dalam periode kesadaran relatif) meliputi jumlah dan kualitas (Perry dan potter, 2005). Lingkungan tempat seseorang tidur berpengaruh penting pada kemampuan untuk tertidur tetap tidur. Di rumah sakit dan fasilitas rawat inap lainnya suara yang baru atau asing, perpisah dengan lingkungan normal serta perubahan status kesehatan menciptakan masalah bagi pasien sehingga pasien menjadi terbangun, biasanya terjadi malam 1-2 hospitalisasi (Perry and Potter, 2005:1479). Gejala klinis ditandai dengan perasaan lelah, gelisah, emosi, apatis, adanya kehitaman di daerah sekitar
54
mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah dan perih, perhatikan tidak fokus, serta sakit kepala dan nyeri (saryono 2011). Diagnosa tersebut diangkat karena didapatkan data subjektif : sakit pasien mengatakan tidak bisa tidur dengan nyenyak, tidur selama 2-3 jam, pasien terbangun pada tengah malam Karena menahan nyeri serta memikirkan keadaan penyakitnya, serta data objektif : pasien terlihat lemas, pucat, lelah, dan nyeri. Tujuan kebutuhan tidur pasien terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam. Kriteria hasil : pasien dapat tidur nyenyak, wajah pasien tidak terlihat lelah, kelelahan yang berlebihan yang dihasilkan dari kerja yang meletihkan atau penuh stress bisa dilakukan strategi untuk membiasakan dengan lingkungan yang baru dan ditambahkan dengan pasien melaporkan adanya peningkatan rasa sejahtera dan istirahat (Doengoes, 2001 : 410). Rencana
tindakan
observasi
tanda-tanda
vital
pasien
dapat
menyebabkan gelisah serta tekanan darah dan nadi meningkat (Doengoes, 2001 : 410), kaji kebiasaan tidur, menciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang, dengan memberikan tentang kebutuhan istirahat tidur pasien dapat membantu memenuhi kebutuhan tubuh serta mengatasi kelelahan yang berlebih serta kualitas tidur tercukupi (Doengoes, 2001 : 410). Implementasi yang dilakukan oleh penulis adalah mengobservasi keadaan umum klien, mengkaji kebiasaan tidur, memberikan tempat tidur
55
yang nyaman dan tenang pada pasien untuk memenuhi kebutuhan tidur klien agar tercukupi. Evaluasi pada hari kamis tanggal 22 mei 2014 jam 14.10 WIB yaitu subyektif : pasien mengatakan sudah bisa tidur dengan nyenyak selama 56 jam, objektif : wajah pasien lebih segar tidak lelah, Analisa : masalah gangguan pola tidur teratasi sebagian. Planning : intervensi dilanjutkan dengan menciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang serta batasi pengunjung. 3. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian Kecemasan adalah sebuah emosi dan pengalaman subjektif dari seseorang dengan kata lain cemas adalah suatu keadaan yang membuat seseorang tidak nyaman dan berbagi dalam beberapa tingkatan. Jadi cemas berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya. Gejala utamanya adalah kecemasan, keteganggan motorik, hiperaktif, dan kewaspadaan kognitif. Ketegangan motorik sering dimanifestasikan dengan gemetar, gelisah, dan nyeri kepala. Gejala lain adalah mudah tersinggung dan dikejutkan, pasien sering kali datang ke dokter umum atau penyakit dalam dengan keluhan stomatik yang spesifik (Doenges, 2001). Diagnosa tersebut diangkat karena didapatkan data subjektif : pasien mengatakan cemas setelah mendapatkan informasi tentang penyakitnya, serta data objektif : ekspresi wajah pasien nampak cemas, terkejut dan gelisah.
56
Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam pasien tidak cemas, dengan kriteria hasil : pasien tidak cemas, klien tampak tenang, klien trampak rileks. Rencana tindakan yang ditetapkan untuk mengatasi masalah tersebut adalah kaji tingkat kecemasan pasien, rasional mengetahui tingkat kecemasan, memberi klien kesempatan untuk mengungkapkan rasa cemasnya, menciptakan suasana yang tenang. Implementasi yang dilakukan oleh penulis adalah mengkaji tingkat kecemasan klien, memberitahu klien tentang informasi ca servik secara bertahap, memberikan kesempatan klien untuk mengungkapkan rasa cemasnya. Evaluasi pada hari kamis tanggal 22 mei 2014 jam 15. 00 WIB yaitu subyektif : pasien mengatakan tidak cemas lagi. Objektif : cemas pasien berkurang, pasien nampak rileks, dan nampak tenang. Analisa : masalah teratasi. Planning : intervensi dihentikan.
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN Pada bab ini penulis akan membuat kesimpulan dari pengelolaan dan pembahasan asuhan keperawatan gangguan pola tidur pada Ny. S dengan ca servik di RS. Dr. Moewardi. Pengkajian pada Ny. S dengan ca servik didapatkan data subyektif : pasien mengatakan nyeri, P : nyeri karena adanya ca servik, Q : seperti diremasremas, R : nyeri abdomen, S : skala nyeri 5, T : hilang timbul, pada pemeriksaan fisik ada luka pada servik, berbau, adanya keputihan, kotor, pasien mengatakan tidak bisa tidur dengan nyenyak, tidur selama 2-3 jam, pasien terbangun pada tengah malam Karena menahan nyeri serta memikirkan keadaan penyakitnya, pasien mengatakan cemas setelah mendapatkan informasi tentang penyakitnya yang takkunjung sembuh, setelah dilakukan operasi. Data obyektif : klien nampak meringis menahan nyeri, tekanan darah 110/80 mmHg, suhu 365oC, nadi 80x/menit, pernafasan 20x/menit, pasien terlihat lemas, pucat, lelah, keadaan umum klien composmetis, ekspresi wajah pasien nampak cemas, terkejut dan gelisah. Dari hasil pengkajian tersebut dapat dirumuskan tiga diagnosa keperawatan yaitu: nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis, gangguan
57
58
pola tidur berhubungan dengan kurang privasi, ansietas berhubungan dengan ancaman kematian. Intervensi diagnosa pertama Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang privasi tidur. kaji kebiasaan tidur pasien, berikan tempat tidur yang nyaman, kolaborasi dengan dokter pemberian obat tidur sesuai indikasi. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada klien sesuai dengan perencanaan tindakan asuhan keperawatan yang bertujuan sesuai dengan kriteria hasil. Evaluasi diagnosa pertama nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis mendapatkan hasil masalah teratasi sebagian maka intervensi dilanjutkan, diagnosa kedua gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang privasi tidur mendapatkan hasil masalah teratasi, diagnosa ketiga ansietas berhubungan dengan ancaman kematian mendapatkan hasil masalah teratasi
B. SARAN Setelah penulis menyelesaikan laporan Karya Tulis Ilmiah ini, disini penulis memberikan masukan atau saran yang positif yang sifatnya membangun di bidang keperawatan khususnya dan di bidang kesehatan umumnya baik yang terjadi di Rumah Sakit, dan pada perawat maupun yang terjadi pada pasien. Adapun saran atau masukan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan Dalam hal ini khususnya RS Dr. Moewardi yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan asuhan keperawatan di Ruang
59
mawar 3, diharapkan lebih cermat dan teliti dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada klien, mempertahankan hubungan kerjasama yang baik antara tim kesehatan dan klien sehingga dapat meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan Rumah Sakit khususnya pada pasien ca servik.. 2. Bagi Tenaga Kesehatan Terutama para perawat di RS Dr. Moewardi, diharapkan selalu bekerja sama dengan tim kesehatan lain ataupun rekan sejawat yakni perawat, dokter, fisioterapi dan ahli gizi sehingga dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien lebih maksimal untuk mencapai mutu pelayanan kesehatan optimal khususnya pada pasien ca servik. 3. Bagi Pasien dan Keluarga Pasien dan keluarga diharapkan untuk dapat melakukan tindakan yang sudah disarankan dan dianjurkan oleh perawat guna mencegah terjadinya masalahmasalah baru atau komplikasi lebih lanjut, dan menganjurkan keluarga untuk memberikan pasien untuk menjaga sistem reproduksi dan kebersihan sistem reproduksi pada wanita agar tidak terinfeksi virus.Pasien dengan ca servik diharapkan dapat mengenali, mengetahui dan memonitor tanda dan gejala dari penyakitca servik yang ada pada dirinya. 4. Bagi Institusi Pendidikan Dalam hal ini khususnya STIKES PKU MuhammadiyahSurakarta lebih dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas dan professional, dengan memunculkan inovasi-inovasi baru dalam pendidikan yang
lebih kreatif dan menonjol, sehingga dapat tercipta perawat
60
profesional yang terampil, handal, dan bermutu, yang mampu memberikan asuhan keperawatan secara optimal dan komprehensif khususnya pada pasien ca servik.
DAFTAR PUSTAKA
Adiyono W, Amarwati S, Nurkukuh, Suhartono 2007. Hubungan hasil pap Smear Dengan hasil pemeriksaan kolposkopi pada skrining lesi serviks, Jakarta. Asmadi, 2008, Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien, Salemba Medika,Jakarta. Aziz Alimul H. 2006, pengantar kebutuhan dasar manusia, Jakarta Carpenito Lynda Juall, 2006, Diagnosa Keperawatan (terjemahan), Edisi 10, EGC, Jakarta Herdman, 2014, Diagnosa Keperawatan Nanda, digna pustaka, Yogyakarta. Saryono, 2011, kebutuhan dasar manusia, Nuha Medika, Yogyakarta. Potter, P.A., Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik. Editor Alih bahasa : Monica Ester, dkk. Edisi 4. EGC. Jakarta. Diagnosa Keperawatan NANDA NIC NOC Dilengkapi Aplikasi Kasus Discharge Planning. Diakses Jumat, 17 Mei 2013. Dr. Dr.H. Imam Rasjidi, SpOG (K) onk. 2008, manual prakanker serviks, Jakarta. Doengoes, Marilyn E. dkk., 2001, Rencana Keperawatan Maternal Bayi : pedoman untuk perencanaan dan pedokumentai perawatan pasien (terjemahan), Edisi 2, EGC, Jakarta. Frisca Tresnawati, 2013, asuhan kebidanan . Jilid 2, Jakarta.
61
62
LAMPIRAN
63
64
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Responden yang saya hormati, Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama
: SRI HARTINI
NIM
: 2011.1445
Alamat
: Sengirjo, 06/02, bendan, banyudono, boyolali Mahasiswa Program Diploma III Keperawatan STIKES PKU Muhammadiyah
Surakarta, akan melakukan penelitian tentang : KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA Ny. S DENGAN CA SERVIK DI BANGSAL MAWAR 3 DI RS Dr. MOEWARDI Tujuan penelitian studi kasus ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara penanganan kasus ca servik yang dilakukan pada ibu atau wanita dengan masalah gangguan pola tidur. Oleh karena itu, saya mohon kesediaan para ibu yang untuk menjadi responden serta bersedia menjawab / mengisi pada format pengkajian. Jawaban akan saya jaga kerahasiaannya dan hanya digunakan unntuk kepentingan penelitian. Atas bantuan dan kerjasama yang telah diberikan, saya mengucapkan terimakasih.
Surakarta,
06 Maret 2014 Peneliti
( Sri Hartini )
65
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Dengan menandatangani lembar ini, saya : Nama
:
Umur
:
Pendidikan
:
Pekerjaan
:
Alamat
: Bersedia memberikan persetujuan untuk mengisi/ memberikan jawaban di
lembar format pengkajian. Saya mengerti bahwa saya menjadi bagian dari penelitian studi kasus ini yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara penanganan kasus ca servik yang dilakukan pada ibu atau wanita dengan masalah gangguan pola tidur. Saya telah dijelaskan oleh peneliti bahwa kesediaan memberikan jawaban bersifat sukarela dan hanya dipergunakan untuk keperluan penelitian. Oleh karena itu, secara sukarela saya ikut berperan serta dalam penelitian sudi kasus ini.
Responden
(
)
66
67
68
69
70
71
72
73