PEMBERIAN TINDAKAN MASASE KAKI DENGAN MINYAK SEREH WANGI TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA ASUHAN KEPERAWATAN Ny. S DENGAN HIPERTENSI DI RUANG CEMPAKA 2 RSUD SUKOHARJO
DI SUSUN OLEH:
DIONYSIA ALVIONITA FEPTY HERNANI NIM. P.12077
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
1
PEMBERIAN TINDAKAN MASASE KAKI DENGAN MINYAK SEREH WANGI TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA ASUHAN KEPERAWATAN Ny. S DENGAN HIPERTENSI DI RUANG CEMPAKA 2 RSUD SUKOHARJO
Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Pesryaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DI SUSUN OLEH:
DIONYSIA ALVIONITA FEPTY HERNANI NIM. P.12077
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
2
3
4
5
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “pemberian tindakan massase kaki dengan minyak sereh wangi terhadap penurunan tekanan darah pada asuhan keperawatan Ny. S dengan hipertensi di ruang Cempaka 2 RSUD Sukoharjo.” Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat : 1.
Atiek Murharyati, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Program studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kuduma Husada Surakarta.
2.
Meri Oktariani, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Sekretaris Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberi kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3.
S. Dwi Sulistyawati, S.Kep., M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnya studi kasus ini.
4.
Atiek Murharyati, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
6
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnya studi kasus ini. 5.
Siti Mardiyah, S.Kep., Ns selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnya studi kasus ini.
6.
Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.
7.
Kedua orangtua saya, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan.
8.
Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satupersatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual. Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta, 25 Mei 2015
Penulis
7
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL . .........................................................................................
i
PERNYATAANTULISAN KEASLIAN ...........................................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN ...............................................................................
iii
LEMBAR PENGESAHAN ...............................................................................
iv
KATA PENGANTAR .........................................................................................
v
DAFTAR ISI .......................................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ... .......................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................
x
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang . ...............................................................................
1
B. Tujuan Penulisan..............................................................................
4
C. Manfaat Penulisan............................................................................
5
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori ...................................................................................
BAB III
6
1.
Hipertensi ..................................................................................
6
2.
Tekanan Darah ..........................................................................
22
3.
Minya Sereh Wangi ..................................................................
24
4.
Massase Kaki ............................................................................
25
B. Kerangka Teori ................................................................................
35
C. Kerangka Konsep .............................................................................
36
METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET A.
Subjek aplikasi riset ..................................................................
37
B.
Tempat dan waktu .....................................................................
37
C.
Media atau alat yang digunakan ...............................................
37
D.
Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ............................
37
E.
Alat ukur evaluasi tindakan aplikasi riset .................................
39
8
BAB IV
BAB V
BAB VI
LAPORAN KASUS A.
Identitas klien............................................................................
43
B.
Pengkajian .................................................................................
43
C.
Perumusan masalah keperawatan .............................................
50
D.
Perencanaan ..............................................................................
51
E.
Implementasi.............................................................................
54
PEMBAHASAN A.
Pengkajian ...............................................................................
59
B.
Perumusan masalah keperawatan .............................................
61
C.
Perencanaan ..............................................................................
64
D.
Implementasi.............................................................................
65
E.
Evaluasi
67
...............................................................................
KESIMPULAN DAN SARAN A.
Kesimpulan ...............................................................................
70
B.
Saran .... ....................................................................................
73
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
9
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Teori .................................................................
35
Gambar 2.2 Kerangka Konsep..............................................................
36
Gambar 3.1 Tensimeter air raksa ..........................................................
40
Gambar 4.1 Genogram .........................................................................
46
10
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lembar Judul Aplikasi Jurnal Dalam Pengelolaan Asuhan Keperawatan Pada Klien
Lampiran 2
Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 3
Surat Pernyataan
Lampiran 4
Asuhan Keperawatan
Lampiran 5
Jurnal Utama
Lampiran 6
Lembar Loog Book Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 7
Format Pendelegasian
Lampiran 8
Lembar Observasi
Lampiran 9
Daftar Riwayat Hidup
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Hipertensi kini menjadi masalah global karena prevalensi yang terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas, inaktivitas fisik, dan stress psikososioal. Hampir di setiap negara hipertensi menduduki peringkat pertama sebagai penyakit yang paling sering dijumpai (WHO, 2000). Hipertensi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya. Tubuh akan bereaksi lapar, yang mengakibatkan jantung harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, timbullah gejala yang disebut sebagai penyakit tekanan darah tinggi (Vitahealth, 2004:12). Penelitian berskala nasional dilakukan perhimpunan hipertensi Indonesia pada tahun 2002 di Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Bali. Dari 3080 subjek dewasa umur 40 tahun atau lebih yang berobat pada praktik dokter, didapatkan prevalensi hipertensi 58,89% dan 37,32% pasien tanpa pengobatan antihipertensi. Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan tahun 2004 mendapatkan prevalensi hipertensi di Pulau Jawa mencapai 41,9%. Survey
1
2
Pernefri dilakukan dengan tujuan menilai proteinuria dan hipertensi sebagai faktor resiko PGK pada populasi di 4 daerah percontohan Bali, Jakarta, Surabaya dan Yogjakarta mendapatkan prevalensi hipertensi umur 18 tahun keatas sebesar 19,4%. Dari data tersebut 26,9% dikategorikan hipertensi stadium II menurut JNC 7. Walaupun angka prevalensi hipertensi secara pasti belum diketahui, data tersebut merefleksikan besarnya masalah hipertensi di Indonesia (Prodjosudjadi, 2008). Penatalaksanaan hipertensi adalah dengan tindakan farmakologis dan non farmakologis. Pemberian massase kaki dengan minyak sereh wangi merupakan tindakan keperawatan nonfarmakologis. Massase adalah suatu metode refleksologi yang bertujuan untuk memperlancar kembali aliran darah, dengan penekanan-penekanan atau pijatan-pijatan kembali aliran darah pada titik-titik sentra reflex bahwa massage merupakan tindakan yang bertujuan untuk menyembuhkan suatu penyakit melalui urat-urat saraf dan memperlancar peredaran darah. Pemberian tindakan massase kaki dengan minyak sereh sesuai dengan penelitian sesuai Sedjati (2007) yang berjudul pengaruh massase kaki dengan minyak sereh wangi terhadap penurunan tekanan darah hipertensi di Kota Pekalongan. Hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa pemberian massase kaki dengan minyak sereh wangi adalah efektif untuk menurunkan tekanan darah. Massase kaki adalah merupakan bentuk sentuhan terstruktur dengan menggunakan tangan atau kadang-kadang bagian tubuh yang lain
3
seperti lengan atas dan siku digunakan untuk menggerus kulit dan memberikan tekanan pada otot-otot dalam yang bertujuan untuk menyembuhkan suatu penyakit melalui urat-urat saraf dan memperlancar peredaran darah. Minyak sereh wangi merupakan salah satu minyak essensiil asli Indonesia yang mengandung aromaterapi yang dapat menurunkan tekanan darah. Kandungan utama yang dimiliki adalah monoterpen alcohol yaitu linalool dan geraniol yang terdapat pada minyak sereh wangi yang memiliki aktifitas sebagai analgesic, menenangkan dan menyeimbangkan, stimulansia, efek vasodilator dan hipotensif (Prince, 2007, Bowels, 2003). Kandungan monoterpen alcohol yang lain adalah sitroneol dan dari golongan aldehida yaitu sitronelal yang merupakan turunan dari alcohol yang terdapat pada minyak sereh wangi memiliki efek farmakologis sebagai analgetik, antidepresan, tonik dan stimulansia (Mc Guinness, 2006, Prince, 2007). Berdasarkan studi kasus didapatkan prevalensi penderita hipertensi di RSUD Sukoharjo per 2014 sebanyak 5,8% dan hamper 80%. Berdasarkan pengkajian yang didapat bahwa Ny. S dengan hipertensi, tekanan darah 160/110 mmHg, Ny. S mengeluh nyeri, dengan skala 6. Berdasarkan wawancara dengan perawat di RSUD Sukoharjo bahwa pelaksanaan tindakan massase kaki pada pasien hipertensi belum pernah dilaksanakan di rumah sakit tersebut.
4
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik melakukan aplikasi penelitian Sedjati (2007) tersebut pada Ny. S dengan hipertensi di Ruang Cempaka 2 RSUD Sukoharjo. B. Tujuan Penulisan 1.
Tujuan Umum Melaporkan hasil tindakan pemberian massase kaki terhadap penurunan tekanan darah pada Ny. S dengan Hipertensi di Rumah Sakit Sukoharjo.
2.
Tujuan Khusus a.
Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny. S dengan hipertensi.
b.
Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. S dengan hipertensi.
c.
Penulis mampu menyusun intervensi pada Ny. S dengan hipertensi.
d.
Penulis mampu melakukan implementasi pada Ny. S dengan hipertensi.
e.
Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny. S dengan hipertensi.
f.
Penulis mampu menganalisa hasil pemberian massase kaki dengan minya sereh pada Ny. S hipertensi.
5
C. Manfaat Penulisan 1.
Bagi penulis Hasil Karya Tulis Ilmiah ini dapat menjadi pengalaman belajar dalam meningkatkan dan ketrampilan penulis dalam memberi Asuhan Keperawatan pemberian tindakan massase kaki terhadap penurunan tekanan darah dengan hipertensi.
2.
Bagi Pendidikan Hasil Karya Tulis Ilmiah ini sebagai sumber informasi bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan datang.
3.
Bagi Rumah Sakit Hasil Karya Tulis ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam memberikan Asuhan Keperawatan yang komprehensif terutama pada pasien hipertensi.
4.
Bagi Profesi Keperawatan Hasil Karya Tulis Ilmiah ini dapat menambah ketrampilan perawat dalam memberikan Asuhan Keperawatan khususnya pada pasien hipertensi.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan teori 1.
Hipertensi a.
Pengertian Hipertensi Hipertensi merupakan keadaan abnormal dari hemodinamik, dimana menurut WHO tekanan sistolik
≥ 140 mmHg atau
tekanan diastolik > 90 mmHg (untuk usia kurang dari 60 tahun) dan tekanan sistolik ≥ 160 mmHg atau tekanan diastolik >95 mmHg (untuk usia lebih dari 60 tahun) (Nugraha, 2011). Hipertensi (hypertension) atau yang sering dikenal darah tinggi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya (Pudiastuti, 2013). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan sistolik dan diastolik mengalami kenaikan yang melebihi batas normal (tekanan systole diatas 140 mmHg dan diastole diatas 90 mmHg (Murwani, 2011).
6
7
b. Etiologi Hipertensi Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu hipertensi primer/esensial dan hipertensi sekunder (Sutarda, 2013). 1) Hipertensi primer terjadi pada kurang lebih 90% masyarakat dan belum diketahui penyebabnya, pasien tidak menunjukkan keluhan. 2) Hipertensi
sekunder
adalah
hipertensi
yang
diketahui
penyebabnya dan penanganannya lebih mudah. Pasien menunjukkan gejala atau keluhan dari penyakit yang mendasarinya, misalnya:
c.
a) Kelainan ginjal
: GNA/GGA
b) Hormone
: Diabetes Millitus
c) Neurologi
: Tumor Otak
d) Lain-lain
: Preeklamasi
Klasifikasi Berdasarkan tekanan sistoliknya klasifikasi hipertensi / tekanan darah untuk usia 18 tahun dan lansia dapat dibagi menjadi enam yaitu (Potter and Perry, 2005) 1) Kategori normal apabila tekanan sistoliknya 130 mmHg. 2) Kategori normal tinggi apabila tekanan sistoliknya 130-139 mmHg.
8
3) Hipertensi derajat 1 (ringan) apabila tekanan sistoliknya 140159 mmHg. 4) Hipertensi derajat 2 (sedang) apabila tekanan sistoliknya 160179 mmHg. 5) Hipertensi derajat 3 (berat) apabila tekanan sistoliknya 180209 mmHg. 6) Hipertensi derajat 4 (sangat berat) apabila tekanan sistoliknya ≥210 mmHg. d. Manifestasi Klinik Pada sebagian besar penderita hipertensi tidak menimbulkan gejala yang khusus. Meskipun secara tidak sengaja, beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan hipertensi padahal sesungguhnya bukan hipertensi. Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung (mimisan), migren atau sakit kepala sebelah, wajah kemerahan, mata berkunang-kunang, sakit tengkuk, dan kelelahan. Gejala tersebut bias saja terjadi baik pada penderita hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Seseorang yang hipertensinya sudah berat atau menahun tidak diobati, bias timbul gejala sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung, dan ginjal. Penderita hipertensi berat biasanya mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma
9
karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif yang memerlukan penanganan segera. Apabila tidak ditangani keadaannya akan semakin parah dan dapat memicu kematian (Susilo dan Wulandari, 2011). e.
Patofisiologi Meningkatnya tekanan darah dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya, arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh darah yang sempit dan menyebabkan kenaikan tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arterosklerosis, dengan cara yang sama,
yaitu
arteri
kecil
sementara
mengkerut
karena
perangsangan saraf atau hormone didalam darah. Bertambahnya cairan dalam cairan bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Volume darah dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat, sebaliknya apabila aktivitas jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun. Tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali
10
normal. Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah, oleh karena itu berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi. Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom yang untuk sementara waktu akan meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar), meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung, dan
juga
mempersempit
sebagian
besar
arteriola,
tetapi
memperlebar arteriola didaerah tertentu (misalnya, otot rangka yang memerlukan pasokan darah yang lebih banyak). Faktor stress juga merupakan satu faktor pencetus terjadinya peningkatan tekanan darah (Triyanto, 2014). 1) Obesitas : berat badan meningkat pada anak atau usia pertengahan dapat. menyebabkan resiko mengidap tekanan darah tinggi. 2) Serum lipid : terjadi peningkatan Kadar Cholesterol. 3) Perokok dan diet yang banyak mengandung lemak. 4) Setress emosional : merangsang sistem saraf simpatik untuk meningkatkan tekanan darah. f.
Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan diagnostik pada pasien hipertensi dibedakan menjadi dua,
yaitu pemeriksaan umum
(Muwarni, 2011).
dan pemeriksaan khusus
11
1) Pemeriksaan umum Yaitu dengan cara mengukur tekanan darah pada kedua tangan ketika pasien terlentang dan tegak setiap 1-2 jam sekali dan mengukur berat badan, tinggi badan (BB ideal, gemuk, obesitas). 2) Pemeriksaan khusus Pemeriksaan khusus terdiri dari : pemeriksaan jantung (memeriksa ada tidaknya gagal jantung kanan dan sesak nafas). ECG (Elektro Cardiografi) : peninggian gelombang P indikasi hipertensi. a) Foto thorax : mendeteksi adanya klasifikasi area katup. b) Echocardiogram. c) Pada mata fundus copy (pembuluh darah pada retina menjadi tipis). d) Pemeriksaan darah yang terdiri dari cholesterol, urin acid, gula darah, kreatinin, clearance, trigliserida, elektrolit). Pemeriksaan ini bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan faktor resiko lain atau mencari penyebab hipertensi. g.
Penatalaksanaan Hipertensi Pengobatan hipertensi bertujuan mengurangi morbiditas dan mortalitas serta mengontrol tekanan darah. Pengobatan hipertensi
12
ada dua cara yaitu pengobatan non farmakologi (perubahan gaya hidup) dan pengobatan farmakologi (Pudiastuti, 2013). 1)
Pengobatan Non Farmakologi Pengobatan ini dilakukan dengan cara: a) Pengurangan berat badan b) Menghentikan merokok c) Menghindari alcohol d) Melakukan aktivitas fisik e) Membatasi asupan garam
2)
Pengobatan Farmakologi Pengobatan
farmakologik
pada
setiap
penderita
hipertensi memerlukan pertimbangan berbagai faktor, seperti beratnya hipertensi, kelainan organ dan faktor resiko lainnya. Hipertensi dapat diatasi dengan memodifikasi gaya hidup. Pengobatan dengan anti hipertensi diberikan jika modifikasi gaya hidup tidak berhasil. Tekanan darah harus diturunkan agar tidak tidak mengganggu fungsi ginjal, otak, jantung maupun kualitas hidup. Pengobatan hipertensi biasanya dikombinasikan dengan beberapa obat: a) Diuretik, misalnya Tablet Hydrochlorothiazide (HCT) dan Lasix (Furosemide). Merupakan golongan obat hipertensi dengan proses pengeluaran cairan tubuh via urine.
13
b) Beta-blockers Atenolol (Tenorim), Capoten (Captropil). Merupakan obat yang dipakai dalam upaya pengontrolan tekanan darah melalui proses memperlambat kerja jantung dan memperlebar pembuluh darah. c) Calcium channel blockers, Norvasc (Amlodipin). Merupakan salah satu obat yang biasa dipakai dalam pengontrolan darah tinggi melalui proses rileksasi pembuluh darah yang juga memperlebar pembuluh darah. h. Komplikasi Hipertensi Komplikasi hipertensi menurut (Murwani, 2011). 1) Pada ginjal : hematuria, kencing sedikit 2) Pada otak : stroke, euchepalitis 3) Pada mata : retinapati 4) Pada jantung : terjadi pembesaran ventrikel kiri dengan / tanpa payah jantung, infark jantung. 2.
Asuhan Keperawatan a. Pengkajian Menurut Wijiyaningsih, 2013 Asuhan keperawatan pada pasien hipertensi meliputi : 1) Biodata Biasanya terjadi pada orang usia tua, genetic, obesitas, stress lingkungan dan hilangnya elastisitas pembuluh darah dan aterosklerosis, jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi daripada
14
perempuan), ras (ras kulit hitam lebih banyak daripada kulit putih). 2) Keluhan utama Klien mengeluh fatique, lemah dan sulit bernapas. Temuan fisik meliputi peningkatan frekuensi denyut jantung, disritmia dan takipnea. 3) Riwayat penyakit sekarang Gejala yang lazim sering dikatakn bahwa gejala yaitu nyeri kepala dan kelelahan. 4) Riwayat penyakit dahulu Aterosklerosis, penyakit katu jantung, penyakit jantung koroner atau stroke, episode palpitasi serta berkeringat banyak, DM, Ginjal. 5) Riwayat penyakit keluarga Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi. 6) Sirkulasi Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit serebravaskuler, kenaikan tekanan darah, takikardi, disritmia, kulit pucat, sianosis, diaphoresis.
15
7) Integritas ego Perubahan kepribadian, ansietas, depresi atau marah kronik, gelisah, tangisan yang meledak, gerak tangan empati, otot muka tegang, pernafasan maligna, peningkatan pola bicara. 8) Eliminasi Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi, obstruksi atau riwayat penyakit ginjal. 9) Makanan dan cairan Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol, mual dan muntah, perubahan berat badan, obesitas, adanya edema. 10) Neurosensori Pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, perubahan keterjagaan, orientasi pola atau isi bicara, proses pikir atau menori (ingatan), respon motorik (penurunan kekuatan gangguan
tangan),
perubahan
retinal
optic,
gangguan
penglihatan (diplopia, penglihatan kabur). 11) Nyeri atau ketidaknyamanan Angina, nyeri hilang atau timbul pada tungkai atau klaudikasi, sakit kepala, nyeri abdomen. 12) Pernafasan Dispnea, takipnea, ortopnea, dispnea noktural paroksisimal, riwayat merokok, batuk dengan atau tanpa sputum, distress
16
respirasi atau penggunaan otot aksesori pernafasan, bunyi nafas tambahan, sianosis. 13) Prioritas keperawatan a) Mempertahankan atau meningkatkan fungsi kardiovaskuler b) Mencegah komplikasi c) Memberikan informasi tentang proses atau prognosis dan program pengobatan b. Diagnosa keperawatan Menurut
Wijiyaningsih,
2013
Diagnosa
keperawatan
yang
mungkin muncul pada penderita hipertensi : 1) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik. 2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (nyeri kepala). 3) Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload vasokontriksi. 4) Resiko tinggi terhadap injury atau trauma fisik berhubungan dengan pandangan kabur. 5) Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit. c. Perencanaan 1) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik. Kriteria hasil :
17
a) Pasien
akan
berpartisipasi
dalam
aktivitas
yang
diinginkan. b) Pasien akan melaporkan peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur. c) Pasien akan menuju penurunan tanda-tanda intoleransi fisiologi. Intervensi : a) Kaji respon pasien terhadap aktivitas. Rasional : Menyebutkan parameter membantu mengkaji respon fisiologi terhadap stress aktivitas dan bila ada merupakan indicator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas. b) Intruksikan pasien tentang teknik penghematan energi (duduk saat menggosok gigi, atau menyisir rambut) dan melakukan aktivitas perlahan. Rasional : membantu antara suplai dan kebutuhan oksigen. c) Dorong untuk beraktivitas atau melakukan perawatan diri bertahap. Rasional : kemajuan aktivitas mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba. 2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (nyeri kepala).
18
Kriteria hasil : a) Skala nyeri 1-3. b) Tanda-tanda vital dalam batas normal. c) Pasien mengatakan nyeri / ketidaknyamanan hilang / terkontrol. d) Pasien mampu menggunakan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri. Intervensi : a) Kaji skala nyeri. Rasional : untuk mengetahui karakteristik nyeri b) Berikan posisi nyaman. Rasional : untuk memeberikan kenyamanan c) Berikan terapi masase kaki. Rasional : menurunkan tekanan darah d) Ajarkan teknik nafas dalam. Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri e) Kolaborasi dengan tim medic untuk pemberian analgetik yaitu antalgin. Rasional : mengobati rasa nyeri secara tepat f)
Monitor tanda-tanda vital. Rasional : untuk mengetahui vital sign pasien
3) Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan dengan peningkatan afterload vasokontriks
19
Kriteria hasil : a) Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan badan yang dapat diterima b) Pasien memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal Intervensi : a) Pantau tekanan darah untuk evaluasi awal. Rasional : perbandingan tekanan memberikan gambaran tentang keterlibatan atau bidang masalah vaskuler b) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer. Rasional : denyut karotis, jugularis, radialis dan femoralis terpalpasi sedangkan denyut tungkai mungkin menurun c) Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas. Rasional : S4 terdengar pada pasien hipertensi berat karena ada hipertropi atrium (peningkatan volume atau tekanan atrium) perkembangan S3 menunjukkan hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi d) Catat edema umum atau tertentu. Rasional : mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler e) Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurangi aktivitas atau keributan dan batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.
20
Rasional : membantu menurunkan rangsang simpatis dan meningkatkan relaksasi. 4)
Resiko tinggi terhadap injury atau trauma fisik berhubungan dengan pandangan kabur Kriteria hasil : a) Pasien mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang meningkatkan kemungkinan cedera. b) Menunjukkan perilaku pola hidup untuk menurunkan resiko dan melindungi diri dari cedera. c) Pasien tidak mengalami injuri / jatuh. d) Pasien akan mengubah lingkungan sesuai indikasi meningkatkan kenyamanan. Intervensi : a) Orientasikan pasien terhadap lingkungan, dan orang lain. Rasional : memberikan peningkatan kenyamanan dan mengurangi resiko injuri. b) Pertahankan tirah bring ketat dalam posisi terlentang yang ditentukan Rasional : untuk kemungkinan viterus human bekerja sebagai
kekuatan
memotifasi
untuk
mengontrol
perdarahan. c) Anjurkan pasien untuk mengistirahatkan mata agar tidak lelah.
21
Rasional : mengurangi resiko perlukaan / pembuluh darah retina yang akan menyebabkan menurunnya penglihatan. d) Modifikasi lingkungan sekitar pasien Rasional : meningkatkan rasa nyaman. 5)
Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit. Kriteria hasil : Klien terpenuhi dalam informasi dan pengetahuan diri Intervensi : a) Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur. Rasional : penjelasan tentang sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur dapat meminimalkan kecemasan. b) Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress. Rasional : menciptakan kenyamanan bagi pasien. c) Jelaskan pentingnya mempertahankan berat badan stabil. Rasional : kelebihan berat badan merupakan salah satu faktor resiko terjadinya hipertensi. d) Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat.
22
Rasional : menghindari faktor predesposisi terjadinya hipertensi. e) Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai pesanan. Rasional : membuka pengetahuan dan wawasan pasien tentang diit hipertensi. 3.
Tekanan Darah a.
Definisi Tekanan darah merpakan salah satu parameter hemodinamika yang sederhana dan mudah dilakukan pengukurannya. Tekanan darah menggambarkan situasi hemodinamika seseorang saat itu. Hemodinamika adalah suatu keadaan dimana tekanan darah dan aliran darah dapat mempertahankan perfusi atau pertukaran zat di jaringan tubuh (Mutaqqin, 2009). Tekanan darah merupakan tekanan yang ditimbulkan oleh dinding arteri. Tekanan ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti curah jantung, ketegangan arteri dan volume, laju serta kekentalan (viskositas) darah (Brunner dan Suddarth, 2002).
b. Pengaturan tekanan darah Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapatkan dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh saat jantung berkontraksi (sistoliknya), sedangkan angka yang lebih rendah didapat saat jantung berelakasasi (diastolic). Tekanan darah dapat terus
23
meningkat jika tidak mengontrolnyasecara rutin. Umumnya peningkatan tekanan darah didalam arteri terjadi karena beberapa sebab
pertama,
jantung
memompa
lebih
kuat
sehingga
mengalirkan lebih banyak cairan setiap detiknya. Kedua, arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga tidak dapat mengembang saat jantung memompa darah melalui arteri. Oleh karena itu, setiap jantung berdenyut, darah dipaksa untuk melalui pembuluh darah yang sempit sehingga menyebabkan tekanan darah menjadi naik. Ketiga, sirkulasi cairan bertambah sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal. Biasanya, kelainan ini terjadi karena tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Akibatnya tekanan dan volume darah dalam tubuh meningkat (M Adib, 2011). c.
Pengukuran tekanan darah Alat pengukur tekanan darah disebut “sphygmomanometer. Sesuai dengan, “anometer” berarti alat untuk mengukur tekanan cairan, dan “syhygmos” dalam bahasa Latin berarti pulsa atau denyut nadi. Tapi pada umumnya orang menyebut alat pengukur ini dengan istilah tensimeter saja. Ada 3 tipe alat ini dengan variasi penggunaan air raksa (merkuri), aneroid, dan elektrolit. Tipe air raksa adalah jenis sphygmomanometer yang paling umum digunakan karena dianggap paling akurat, sehingga disebut
24
sebagai “standar emas”. Alat ini terdiri dari manset yang bisa digembungkan dengan cara memompanya dengan pompa tangan yang berbentuk bola karet, dan dihubungkan dengan tabung panjang berisi air raksa. Ukuran tekanan darah akan diperlihatkan dalam millimeter air raksa (mmHg) pada tabung, yang akan bergerak ke atas jika dilakukan pemompaan. 4.
Minyak Sereh Hasil penelitian menurut jurnal menunjukkan terjadi penurunan rerata tekanan darah sebelum dan setelah massase kaki menggunakan minyak sereh wangi, yaitu tekanan darah sistolik sebesar 9,09 mmHg dan diastolik sebesar 5,71 mmHg. Hal ini disebabkan oleh masase pada daerah kaki yang mengakibatkan efek vasodilatari pada pembuluh darah setelah massase pada kaki, sehingga sirkulasi darah khususnya aliran balik ke seluruh tubuh menjadi lancar. Selain itu Minyak Sereh Wangi (citronella oil), merupakan minyak hasil ekstraksi dengan metode destilasi uap dari daun dan batang tanaman Cymbopogon nardus Rendle dengan kandungan minyak atsirinya 0,5 – 1,2 % (Ginting, 2004). Kandungan aldehid dan ester yang memiliki sifat mudah diserap air, hipotensif dan dapat menurunkan frekuensi jantung (Bastos, et al, 2009). Penyerapan senyawa ini berlangsung ketika senyawa ini melewati lapisan epidermis kulit dan masuk ke dalam saluran limfe
25
serta darah, kelenjar keringat, saraf, serta masuk kedalam aliran darah dan menuju kesetiap sel tubuh untuk bereaksi, sehingga menimbulkan efek menenangkan dan bersifat hipotensif yang dapat menurunkan frekuensi jntung (Prince, 2007). 5.
Massase Kaki a.
Definisi Kata masase berasal dari bahasa Arab “mash” yang berarti menekan dengan lembut, atau dari Yunani “massien” yang berarti memijat atau melulut. Masase merupakan salah satu manipulasi sederhana yang pertama-tama ditemukan oleh manusia untuk mengelus-elus rasa sakit. Hampir setiap hari manusia melakukan pemijatan sendiri. Semenjak 3000 tahun sebelum masehi, masase sudah digunakan sebagai terapi. Di kawasan Timur Tengah masase merupakan salah satu pengobatan tertua yang diakukan oleh manusia. Menurut Susan (2001: 10) masase merupakan bentuk sentuhan terstruktur dengan menggunakan tangan atau kadangkadang bagian tubuh yang lain seperti lengan atas dan siku digunakan untuk menggerus kulit dan memberikan tekanan pada otot-otot dalam. Menurut Tarumetor (2000: 1-2) masase adalah suatu metode refleksologi yang bertujuan untuk memperlancar kembali aliran darah, dengan penekanan-penekanan atau pijatanpijatan kembali aliran darah pada titik-titik sentra reflex bahwa
26
massage merupakan suatu tindakan yang bertujuan untuk menyembuhkan suatu penyakit melalui urat-urat saraf dan memperlancar peredaran darah. Menurut Toru Namikoshi (2006: 8) masase adalah suatu metode preventif dalam perawatan kesehatan untuk meningkatkan gairah hidup, menghilangkan rasa letih, dan merangsang daya penyembuhan tubuh secara alamiah dengan jalan memijat titiktitik tertentu pada tubuh. b. Macam-macam massase Tjipto Soeroso dalam bukunya yang berjudul Ilmu Lulut Olahraga
(Sports
Massage)
menyatakan
bahwa
dalam
perkembangannya, masase dapat dibedakan menjadi beberapa macam, di antaranya adalah sebagai berikut: 1) Sport massage adalah masase yang khusus diberikan kepada orang yang sehat badannya, terutama olahragawan karena pelaksanannya memerlukan terbukanya hampir seluruh tubuh. Tujuan sport massage adalah: a) Memperlancar peredaran darah. b) Merangsang
persarafan
terutama
saraf
tepi
untuk
meningkatkan kepekaan rangsang. c) Meningkatkan
ketegangan
otot
dan
meningkatkan
kekenyalan otot untuk meningkatkan daya kerja otot.
27
d) Mengurangi atau menghilangkan ketegangan saraf dan mengurangi rasa sakit. 2) Segment massage adalah masase yang ditujukan untuk membantu penyembuhan terhadap gangguan atau kelainankelainan fisik yang disebabkan oleh penyakit tertentu. Ada beberapa macam segment massage salah satunya adalah masase terapi. 3) Cosmetic massage adalah masase yang khusus ditujukan untuk memelihara serta meningkatkan kecantikan muka serta keindahan tubuh berserta bagian-bagiannya. 4) Masase yang lain seperti; shiatshu, refleksi, tsubo, dan erotic massage. Macam-macam pengaruhnya.
manipulasi
Manipulasi
yang
dalam dimaksud
masase
dan
adalah
cara
menggunakan tangan untuk melakukan masase pada daerahdaerah tertentu serta untuk memberikan pengaruh tertentu pula. Ahmad Rahim (1988: 1) mengemukakan manipulasi pokok masase adalah: a) Effleurage (menggosok), yaitu gerakan ringan berirama yang dilakukan pada seluruh permukaan tubuh. Tujuannya adalah memperlancar peredaran darah dan cairan getah bening (limfe).
28
b) Friction (menggerus), yaitu gerakan menggerus yang arahnya naik dan turun secara bebas. Tujuannya adalah membantu menghancurkan miogelosis, yaitu timbuan sisasisa pembakaran energi (asam laktat) yang terdapat pada otot yang menyebabkan pengerasan pada otot. c) Petrissage (memijat), yaitu gerakan menekan kemudian meremas jaringan. Tujuannya adalah untuk mendorong keluarnya
sisa-sisa
metabolisme
dan
mengurangi
ketegangan otot. d) Tapotemant (memukul), yaitu gerakan pukulan ringan berirama yang diberikan pada bagian yang berdaging. Tujuannya adalah mendorong atau mempercepat aliran darah dan mendorong keluar sisa-sisa pembakaran dari tempat persembunyiannya. e) Vibration (menggetarkan), yaitu gerakan menggetarkan yang dilakukan secara manual atau mekanik. Mekanik lebih baik daripada manual. Tujuannya adalah untuk merangsang saraf secara halus dan lembut agar mengurangi atau melemahkan rangsang yang berlebihan pada saraf yang dapat menimbulkan ketegangan. Pijat refleksi kaki atau sering disebut dengan pijat refleksiologi adalah jenis pengobatan yang mengadopsi kekuatan dan ketahanan tubuh sendiri, dengan cara memberikan sentuhan pijatan pada
29
lokasi dan tempat yang sudah dipetakan sesuai pada zona terapi (Pamungkas, 2010). Sedangkan menurut Mahendra & Ruhito (2009) pijat refleksi kaki adalah suatu cara pengobatan penyakit melalui titik urat syaraf yang bersangkutan dengan organ-organ tubuh tertentu untuk memperlancar peredaran darah. Refleksiologi dilakukan dengan cara memijat bagian titik refleksi di kaki (Gillanders, 2005). Telapak kaki manusia memiliki titik-titik syaraf yang berhubungan dengan organ-organ tubu lainnya. Cara kerja terapi refleksi kaki adalah memberikan rangsangan relaksasi pada bagian tubuh yang berhubungan dengan titik syaraf kaki yang dipijat (Wijayakusuma, 2006). c.
Indikasi dan Kontraindikasi 1) Indikasi Indikasi merupakan suatu keadaan atau kondisi tubuh dapat diberikan manipulasi masase, serta masase tersebut akan memberikan pengaruh yang positif terhadap tubuh. Indikasi dalam masase adalah: a) Keadaan tubuh yang sangat lelah. b) Kelainan-kelainan tubuh yang diakibatkan pengaruh cuaca atau kerja yang kelewat batas (sehingga otot menjadi kaku dan rasa nyeri pada persendian serta gangguan pada persarafan).
30
2) Kontraindikasi Kontraindikasi atau pantangan terhadap masase adalah sebagai keadaan atau kondisi tidak tepat diberikan masase, karena justru akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi tubuh itu sendiri. Kontra- indikasi dalam masase adalah: a) Pasien dalam keadaan menderita penyakit menular. b) Dalam keadaan menderita pengapuran pembuluh darah arteri. c) Pasien sedang menderita penyakit kulit. Adanya lukaluka
baru
atau
cedera
akibat
berolahraga
atau
kecelakaan. d) Sedang menderita patah tulang, pada tempat bekas luka, bekas cedera, yang belum sembuh betul. e) Pada daerah yang mengalami pembengkakan atau tumor yang diperkirakan sebagai kanker ganas atau tidak ganas. 3) Titik-titik refleksi kaki Pijat refleksi termasuk salah satu metode penyembuhan atau terapikesehatan yang tidak menimbulkan efek samping. Metode pijat refleksi adalah memijat atau menekan titik refleksi pada kaki atau tangan. Pemijatan atau penekanan titik refleksi ini bertujuan untuk merangsang saraf-saraf yang berhubungan dengan organ tubuh yang sakit atau mengalami gangguan.
31
Titik-titik refleksi sebenarnya terdapat di seluruh tubuh. Peredaran darah ke seluruh tubuh melalui jalur saraf berhubungan dengan seluruh organ tubuh. Jalur saraf tersebut ada yang melewati kaki dan tangan. Pada daerah kaki dan tangan, terdapat serebut-serebut saraf yang menjadi titik-titik reflex. Titik-titik
refleksi
pada
kaki
atau
tangan
akan
memberikan rangsangan secara reflex (spontan) pada saat dipijat atau ditekan. Rangsangan tersebut akan mengalirkan semacam gelombang kejut atau listrik menuju otak. Gelombang tersebut diterima otak dan diproses dengn cepat, lalu, lalu diteruskan menuju saraf pada organ tubuh yang mengalami gangguan. Salah satu penyebab organ tubuh mengalami gangguan atau sakit adalah adanya penyumbatan aliran darah menuju organ tersebut. Saat titik reflex dipijat atau ditekan, gelombang yang merambat akan menghancurkan atau memecah penyumbatan tersebut sehingga aliran darah akan kembali lancar. Titi-titik refleksi pada kaki tersebar di seluruh bagian kaki. Ada yang dibagian bawah (telapak kaki), punggung kaki, dan bagian samping kaki. Titik refleksi pada kaki kanan
32
dan kaki kiri semua berhubungan dengan sistem peredaran darah yang mengalir pada organ-organ tubuh. Untuk orang yang berpengalaman (ahli pijat refleksi) dapat mengetahui keluhan atau gangguan pada orang dilihat dari telapak kaki atau tangan. Pada bagian telapak kaki atau tangan, terlihat gejala seperti bengkak, kulit kuku berwarna gelap, dan pada saat dipijat atau ditekan akan terasa sakit luar biasa. 4) Titik refleksi pada kaki bagian bawah (telapak) Titik refleksi pada telapak kaki berhubungan dengan seluruh organ tubuh. Titik-titik refleksi dibagian menjadi bagian bawah jari-jari, telapak bagian depan, telapak bagian tengah, dan telapak bagian belakang. Titik
refleksi
pada
bagian
bawah
jari-jari
kaki
berhubungan dengan organ otak, dahi, hidung, leher, mata, dan telinga. Titik refleksi pada telapak bagian depan berhubungan dengan bahu, pundak (otot trapezius), kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, dan paru-paru. Titik refleksi pada telapak bagian tengah berhubungan dengan lambung, usus 12 jari, pancreas, kelenjar adrenalin, ginjal, jantung, usus besar, dan limpa. Titik refleksi pada telapak bagian belakang berhubungan dengan ureter (saluran kencing), usus kecil,
33
kandung kemih, rectum, anus, lutut, insomnia, dan kelenjar reproduksi. 5) Titik refleksi pada punggung kaki Titik-titik refleksi pada punggung kaki bagian depan berhubungan
dengan
kelenjar
getah
bening,
organ
keseimbangan, dada, sekat rongga dada dan perut, amandel, rahang, dan saluran pernapasan. Titik refleksi pada punggung kaki bagian belakang dan samping berhubungan dengan bahu, lutut, indung telur atau testis, sendi pinggul, tulang belikat, sendi siku, tulang rusuk, dan pinggul. 6) Titik refleksi pada kaki bagian samping dalam Titik refleksi pada kaki bagian depan berhubungan dengan hidung, leher, kelenjar paratiroid, dan punggung. Titik refleksi pada kaki bagian belakang berhubungan dengan pinggang, kandung kemih, kelangkang, tulang paha, kelenjar getah bening, rahim, prostat, tulang rusuk, dan dubur.
34
BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET
A. Subjek aplikasi riset Subjek yang digunakan dalam aplikasi riset ini adalah pada pasien hipertensi Ny. S usia 71 tahun tekanan darah 160/110 mmHg. B. Tempat dan waktu Aplikasi ini akan dilakukan di RSUD Sukoharjo pada tanggal 11-13 Maret 2015 pemberian massase kaki dilakukan dalam sehari 2x selama 15 menit. C. Media dan alat yang digunakan 1. Lembar Observasi 2. Minyak sereh wangi D. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset Dalam metode refleksiologi, cara dan syarat yang perlu dilakukan adalah: a. Menggunakan minyak yang baik agar tidak merusak kulit dan tidak menimbulkan lecet di kulit (Forum kita, 2009). b. Cara memijat harus dengan sentakan-sentakan yang irana kecepatannya teratur, hal ini untuk mempercepat jalan aliran darah (Tairas, 2007) c. Di bagian kulit yang luak sebaiknya pemjatan dilakukan dengan ujung 26 ibu jari, tapi hindari penusukan oleh kuku. Pada bagian telapak kaki yang kulitnya tebal dapat menggunakan tongkatkayu yang keras (Tairas, 2007).
37
35
d. Pijatan harus cukup keras (kecuali pada titik sentrarefleks tertentu) (Tairas, 2007). e. Bila penerima pijat merasa sakit, tidak perlu khawatir. Sebab, bila memijat tepat di daerah refleksi organ yang sakit, penerima pijat akan merasa sangat kesakitan (Forum Kita, 2009). f. Lama waktu pemijatan pada pijat refleksi sebaiknya dipijat paling lama 5 menit. Bila penerima pijat mengalami sakit parah, daerah refleksinya paling lama 10 menit. Ini diakukan bila rasa sakitnya masih bisa ditahan. Bila tidak, pemijatan dihentikan (Forum Kita, 2009). g. Setelah pemijatan, penderita jangan langsung mandi sebab badan akan menjadi gemetar kedinginan (Tairas, 2007). h. Dalam melakukan terapi pijat refleksi ini, sebaiknya menghentikan dahulu berbagai obat kimia. Sebab kimia akan menghambat proses kesembuhan karena pijat (Forum Kita, 2009). i. Menyediakan tempat yang nyaman Lingkungan tempat pijat harus membuat suasana rileks dan nyaman, pemijat harus memperhatikan suhu ruangan yang tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin, penerangan yang cukup, permukaan tempat pijat yang rata dan nyaman jika diperlukan gunakan karpet dengan busa karet agar menambah suasana nyaman pada klien. j. Menyeimbangkan diri Ketenangan dan kenyamanan diri adalah hal yang penting jika ingin memberikan pijatan yang baik. Kenakan pakaian yang tidak
36
membatasi gerak saat memijat, rilekskan diri dengan meletakkan kedua tangan dibawah pusar dan rasakan hangat tangan masuk memasuki daerah pusar kemudaian bukalah mata perlahan-lahan. k. Effleurage Effleurage adalah istilah untuk gerakan mengusap yang ringan dan menenangkan saat memulai dan mengakhiri pijat, gerakan bertujuan untuk meratakan minyak (bila memakai minyak) dan menghangatkan otot agar lebih rileks. l. Pijat pada klien Setelah persiapan diatas dilakukan maka klien telah siap untuk dilakukan pijat. Prosedur pijat ini dilakukan dengan posisi berbaring dengan menutup bagian klien dengan handuk besar mulai dari pinggang sampai kaki. Teknik pelaksanaan pijat ini terdapat dalam lampiran. E. Alat ukur evaluasi dari aplikasi Tensimeter Tensimeter
adalah
alat
yang
digunakan untuk
mengukurtekanan darah. Dengan mengetahui berapa tekanan darah kita, kita dapat menilai apakah tekanan darah/ tensi darahkita normal atau tidak. Tensi darah normal manusia dewasa adalah 100-130 mmHg untuk tekanan sistolik dan 60-90 mmHg untuk tekanan diastolik. Tekanan sistolik adalah tekanan darah pada saat terjadi kontraksi otot jantung. Tekanan diastolik adalah tekanan darah saat jantung sedang relaksasi/ beristirahat. Seseorang dikatakan menderita tekanan darah tinggi jika tekanan darah/ tensi darahnya diatas 140/90mmHg. Dan
37
dikatakan menderita tekanan darah rendah jika tekanan darah/ tensi darahnya di bawah 90/60mmHg. Tensimeter air raksa Merupakan tensimeter konvensional yang sebenarnya sudah jarang dipakai di luar negeri, karena tensimeter ini masih menggunakan air raksa yang berbahaya jika sampai alat pecah dan air raksa terkena kulit atau saluran pernafasan. Tensimeter jenis ini memerlukan stetoskop untuk mendengar munculnya bunyi suara tekanan sistolik dan diastolik pada jantung.
Tips cara penggunaan tensimeter : ·
Duduklah dengan lengan telanjang, boleh menggunakan baju lengan pendek atau lengan panjang yang digulung keatas. perhatikan gulungan lengan baju, jangan terlalu ketat.
38
·
Letakkan lengan secara bebas diatas meja, dengan posisi lengan sama tinggi dengan jantung.
·
Pasang manset di lengan kira-kira 2,5 cm dari siku.
·
Pastikan pemasangan manset tidak terlalu ketat. Beri jarak setinggi 2 jari antara manset dan lengan.
·
Beri tekanan pada manset dengan memompa atau dengan memencet tombol on off pada tensimeter digital jenis 2.
·
Hentikan pemompaan, maka tekanan pada manset akan berkurang dan darah bisa mengalir lagi ke lengan bawah. Pada tensimeter yang menggunakan stetoskop bunyi/ detak nadi yang pertama kali muncul adalah tekanan sistolik dan bunyi/ detak nadi yang terakhir kali terdengar adalah tekanan diastolik. Pada tensimeter digital, hasilnya akan keluar secara otomatis pada layar.
·
30 menit sebelum melakukan pengukuran jangan melakukan aktifitas yang terlalu berat, jangan merokok, jangan minum-minuman yang berkafein seperti kopi, teh, coca-cola dan jangan konsumsi obat-obatan yang mengandung kafein, seperti Panadol extra, Paramex.
·
Sebelum melakukan pengukuran duduklah dengan tenang selama 5 menit, jangan stress.
·
Selama melakukan pengukuran tekanan darah dengan tensimeter, jangan berbicara.
·
Lakukan pengukuran 2-3 kali, dengan selang minimal 2 menit, dan hitung rata-rata hasilnya.
39
·
Untuk penderita hipertensi, perlu dilakukan pemeriksaan tensi darah setiap hari untuk mengetahui efek obat antihipertensi yang diminum. Lakukanlah pengecekan pada waktu yang sama setiap harinya untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.
40
BAB IV LAPORAN KASUS
Pada bab ini penulis menjelaskan tentang aplikasi jurnal pemberian Massase kaki terhadap tekanan darah pada Asuhn Keperawatan Ny.S dengan Hipertensi Di Ruang Cempaka 2 RSUD Sukoharjo. Asuhan keperawatan ini meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi sesuai masalah keperawatan, implementasi yang telah dilakukan dan evaluasi. Pengkajian dilakukan pada tanggal 16 Maret 2015 jam 13.55 WIB dengan metode autoanamnesa dan alloanamnesa. A.
Identitas Pasien Hasil pengkajian diperoleh data antara lain, nama klien Ny. S, usia 71 tahun beragama Islam, pendidikan terakhir tidak sekolah, pekerjaan sebagai petani, beralamat di Pangtelu 1/7 Kedung Winong Nguter, Sukoharjo, dirawat di RSUD Sukoharjo dengan diagnosa medis Hipertensi, dan nomor registrasi 15802xxx. Identitas penanggung jawabnya adalah Tn. S berusia 39 tahun, pendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD), bekerja sebagai swasta, alamat di Pangtelu 1/7 Kedung Winong, Sukoharjo, hubungan dengan klien adalah anak.
B.
Pengkajian Pengkajian
dilakukan
dengan
metode
autoanamnesa
atau
pengkajian dilakukan dengan wawancara langsung kepada pasien, dan
43
41
alloanamnesa atau pengkajian dengan melihat berdasarkan data dalam status pasien dan dari keluarga. Ketika dilakukan pengkajian, keluhan utama yang dirasakan pasien adalah kepala cekot-cekot. Pada riwayat kesehatan sekarang , pasien datang ke IGD RSUD Sukoharjo bersama keluaraga pada tanggal 16 Maret 2015 pada pukul 10.00 WIB dengan keluhan cekot-cekot dan perut sakit. Pasien mengatakan keluhan tersebut dirasakan kurang lebih sudah 1 minggu, pasien tampak lemas, pucat, keringat dingin dan gelisah, klien juga mengatakan pandangannya menjadi kabur. Faktor yang memperberat keluhan di dalam keluarga tidak ada keturunan hipertensi, upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah dengan berobat ke dokter umum dan tidak pernah membeli obat sembarangan. Saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital di dapatkan hasil tekanan darah 160/110 mmHg, nadi 96 kali per menit, respirasi 22 kali per menit, dan suhu 36,8 derajat celcius. Di IGD klien dilakukan perekaman EKG, terapi infus RL 20 tetes per menit, serta injeksi intravena Antalgin 1x500 mg dan Furosemide 1x40 mg. Data pengkajian nyeri didapatkan hasil P (Provocate) nyeri kepala, nyeri juga dirasakan pasien pada area abdomen/perut, Q (Quality) nyeri seperti tertimpa benda berat, R (Region) nyeri dirasakan pada bagian kepala, S (Scale) skala 7 dan T (Time) nyeri hilang timbul. Riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan ketika masih kanakkanak belum pernah mengalami sakit yang serius, belum pernah mengalami kecelakaan, pasien pernah opname di rumah sakit dengan
42
keluhan yang sama terakhir kurang lebih 1 tahun yang lalu, pasien mengatakan belum pernah dioperasi dan tidak mempunyai riwayat alergi obat serta makanan. Kebiasaan yang pasien lakukan setiap pagi adalah minum air putih kadang juga teh hangat. Riwayat penyakit keluarga didapatkan tidak mempunyai riwayat hipertensi, kedua orangtua dan suami pasien sudah meninggal. Saat ini pasien tinggal serumah dengan anaknya yang nomor empat. Hasil pengkajian menurut pola Gordon, pada persepsi dan pemeliharaan kesehatan klien mengatakan bahwa sehat itu penting dan berharga, menurut klien sakit merupakan sesuatu yang tidak nyaman, apabila ada anggota keluarga yang sakit segera diperiksakan ke puskesmas atau dokter.
43
Pengkajian riwayat kesehatan keluarga.
Ny.s
Keterangan : X = Meningal
---- = Tinggal Satu rumah
= Laki – laki
= Pasien
O = Perempuan = Menikah = Keturunan
Gambar 4.1 Genogram Pola nutrisi dan metabolism sebelum sakit pasien makan 3x sehari dengan nasi, sayur, lauk, teh atau air putih, klien tidak memiliki keluhan dan makan satu porsi habis. Selama sakit klien tidak memiliki keluhan dan makan satu porsi habis. Selama sakit klien makan 3x sehari dengan makanan yang disediakan rumah sakit (bubur, sayuran, lauk, buah), klien hanya makan sedikit-sedikit tapi separuh porsi.
44
Pola eliminasi BAB baik sebelum sakit maupun selama sakit klien tidak mempunyai keluhan. Klien BAB 1-2 kali sehari dengan konsistensi lunak, bau khas, dan warna kuning. Pada pola BAK, sebelum sakit pasien mengatakan BAK 6-8 kali sehari BAK dengan warna kuning jernih, bau amoniak, dan tidak ada keluhan. Selama sakit, klien mampu BAK 4-5 kali sehari sekali BAK dengan warna kuning jernih, bau amoniak, dan tidak ada keluhan. Pola
aktivitas
dan
latihan,
sebelum
sakit
pasien
mampu
melakukanperawatan diri secara mandiri (score 0) Selama sakit untuk makan / minum, berpakaian, mobilitas ditempat tidur, berpindah, ambulasi/ROM, dan toileting klien memerlukan bantuan orang lain (score 2). Pola istirahat tidur, sebelum sakit pasien mengatakan dapat tidur nyenyak baik malam maupun siang hari, tidur malam ± 4-5 jam dan siang hari ± 2 jam tidak ada gangguan, persaan nyaman. Selama sakit pasien mengatakan dapat tidur pada malam hari ± 6 jam dan siang hari ± 2 jam namun merasa kurang nyaman karena merasa nyeri dibagian kepala dan abdomen / perut. Pola kognitif – perseptual sebelum sakit pasien mampu bicara dengan normal, pendengaran dan penglihatan baik. Selama sakit pasien mengatakan nyeri bagian kepala dan juga abdomen/perut, nyeri terasa seperti tertimpa benda berat dengan skala nyeri 7, nyeri berlangsung selama 5 menit dan hilang timbul. Pola persepsi konsep diri selama sakit, pasien mengatakan bahwa dirinya telah melakukan yang terbaik dan merasa bahagia berada dilingkungan orang yang disayangi. Klien mengatakan bahwa ia menyayangi seluruh anggota tubuhnya. Klien mengatakan seorang wanita janda yang tinggal satu rumah
45
dengan anaknya. Pasien mengatakan seorang ibu rumah tangga yang tinggal satu rumah dengan anaknya dan juga cucunya. Klien mengatakan bahwa dirinya ingin menjadi seorang ibu yang baik bagi anak dan juga cucunya. Pola peran dan hubungan klien sebelum sakit, klien mengatakan sebelum sakit maupun selama sakit hubungannya dengan keluarga, saudara, tetanggatetangganya baik dan tidak ada masalah. Pola seksual reproduksi, pasien berusia 71 tahun sudah menikah dan mempunyai 4 orang anak dan 4 orang cucu. Pola mekanisma koping, pasien mengatakan untuk menghilangkan kepenatannya dengan istirahat dan berkumpul bersama keluarga atau tetangga, apabila mendapat maslah kesehatan ataupun yang lainnya klien selalu bercerita kepada anak-anaknya dan selalu diberikan atau memberi solusi, nasehat untuk memecahkan masalah yang dialaminya. Pola nilai dan keyakinan, klien beragama islam selalu menjalankan sholat 5 waktu, tetapi selama sakit pasien jarang menjalankan sholat dan menerima penyakitnya sebagai ujian dari Allah SWT. Pengkajian pemeriksaan fisik, hasilnya keadaan umum pasien baik, kesadaran composmentis (sadar penuh). Peeriksaan tanda-tanda vital hasilnya tekanan darah 160/110 mmHg, nadi 96 kali per menit, pernapasan 22 kali per menit dan suhu 36,8 derajat celcius. Pemeriksaan head to toe didapatkan hasil kepala mesochepal, kulit kepala bersih, tidak berketombe. Pada pemeriksaan mata, didapatkan data mata simetris kanan-kiri, pandangannya juga menjadi kabur, fungsi penglihatan baik, konjungtiva tidak anemis, dan sclera tidak ikterik, pupil isokor, diameter kanan-kiri sama, reflek terhadap cahaya +/+, tidak menggunakan alat bantu penglihatan. Pada pemeriksaan hidung bersih, tidak
46
menggunakan oksigen, tidak ada secret, tidak ada polip. Mulut simetris, bersih, dan mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis. Gigi tidak ada perdarahan, tidak menggunakan gigi palsu, dan giginya tinggal sedikit. Telinga simetris, tida ada serumen, dan tidak mengalami gangguan pendengaran. Pada pemeriksaan leher, tidak terdapat pembesaran typoid, tidak ada pembesaran limfe. Pada pemeriksaan paru, didapatkan hasil inspeksi : bentuk dada simetris, Palpasi : vocal fremitus kanan kiri sama, tidak ada nyeri tekan, Perkusi : sonor, Auskultasi : suara vesikuler dan tidak ada suara tambahan. Pemeriksaan jantung didapatkan hasil Inspeksi : ictus codis tidak tampak, palpasi : ictus cordis teraba kuat di SIC V, Perkusi : pekak, Auskultasi : Bunyi jantung I dan II sama, tidak ada suara tambahan, irama reguler. Pada pemeriksaan fisik abdomen didapatkan hasil Inspeksi hasilnya sedikit kembung, tidak ada jejas. Auskultasi peristaltic usus 20 kali per menit. Perkusi hasilnya tympani pada kuadran 2, 3, 4. Palpasi terdapat nyeri tekan pada kuadran empat. Pada pemeriksaan genetalia, didapatkan hasil genetalia. Pemeriksaan rectum bersih. Pada pemeriksaan ekstremitas bagian atas didapatkan hasil kekuatan otot tangan kanan dan kiri 5 (bergerak bebas), tangan kiri mampu bergerak bebas, perabaan akral hangat, tidak ada oedema, dan capillary refill <2 detik. Pada pemeriksaan ekstremitas bagian bawah diperoleh hasil kekuatan otot kaki kanan 5 kaki kiri 2 (kaki kiri terasa kaku), kekuatan kaki kanan 5 (bergerak bebas), perabaan akral hangat, tidak ada oedema, dan capillary refille <2 detik.
47
Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 16 Maret 2015 diperoleh hasil leukosit 6.2 ribu/ul (nilai normal 3.6-11.0), eritrosit 5.14 ribu/ul (nilai normal 3.80-5.20), hemoglobin 14.5 g/dl (nilai normal 11.7-15.3), hematrokit 43.8 % (nilai normal 35-47), MCV 85.2 fl (nilai normal 80-100), MCH 28.4 Pg (nilai normal 26-34), MCHC 33.3 g/dl (nilai normal RNF), trombosit 200 ribu/ul (nilai normal 150-450), RDW-CV 13.3 % (nilai normal 11.5-14.5), Neotrofil 575 % (nilai normal 53-75), limfosit 29.7 % (nilai normal 25-40), monosit 7.30 % (nilai normal 2-8), eosinofil 4.90 % (nilai normal 2.00-4.00), basofil 0.30 % (nilai normal 0-1), golongan darah O, Gula Darah Sementara 106 mg/dl (nilai normal 70-120), Ureum 33.7 mg/dl (nilai normal 0-31), Kreatin 1.03 mg/dl (nilai normal 0.50-0.90), SGOT 19.56 U/L (nilai normal 0-35), SGPT 11.9 U/L (nilai normal 035). C.
Perumusan Diagnosa Keperawatan Dari data hasil pengkajian dan observasi diatas, penulis melakukan analisa data kemudian membuat prioritas diagnosa keperawatan sesuai dengan kegawatan yang dialami pasien atau yang harus segera mendapatkan penanganan karena apabila tidak segera ditangani akan menimbulkan masalah yang lain. Prioritas diagnosa keperawatan yang penulis angkat adalah Resiko tinggi terhadap penurunan
curah
jantung
berhubungan
dengan
peningkatan
afterlod,
vasokontriksi, hipertrofi dan iskemia miokard. Data subyektif pasien mengatakan merasa pusing, lelah, lemas. Data obyektif pasien tampak lemah, letih, lesu, tekanan darah 160/110 mmHg, nadi 96 kali per menit, respirasi 22 kali per menit, suhu 36,8 derajat celcius.
48
Penulis menegakkan diagnosa keperawatan kedua nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (peningkatan tekanan darah). Ditujukkan dengan hasil pengkajian PQRST. Pengkajian P (Provocate) didapatkan hasil nyeri kepala dan pasien juga mengatakan nyeri pada abdomen, hasil pengkajian Q (Quality) pasien mengatakan nyeri seperti tertimpa benda berat, R (Region) didapatkan hasil pasien mengatakan nyeri bagian kepala dan bagian abdomen/perut, S (Scale) didapatkan hasil skalanya 7 dan T (Time) didapatkan hasil nyeri hilang timbul. Data obyektif pasien tampak meringis menahan nyeri, memegangi bagian kepala. Tekanan darah 160/110 mmHg, nadi 96 kali per menit, pernafasan 22 kali per menit dan suhu 36,8 derajat celcius. Penulis menegakkan diagnosa keperawatan ketiga gangguan pola tidur berhubungan dengan bising. Ditunjukkan dengan hasil pengkajian data subyektif pasien mengatakan susah tidur, tidur kira-kira 2-3 jam saja dikarenakan suasana lingkungan rumah sakit yang ramai. Data obyektif pasien tampak lemah, tekanan darah 160/110 mmHg, suhu 36,8 derajat celcius. Penulis menegakkan diagnosa keperawatan ke empat yaitu gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot. Data subyektif psien mengatakan kaki sebelah kiri kaku. Data obyektif pasien tampak lemah. D.
Intervensi Keperawatan Berdasarkan rumusan masalah keperawatan yang diperoleh di atas, maka penulis menyusun rencana keperawatan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan 3x24 jam diharapkan resiko tinggi terhadap curah jantung berkurang dengan kriteria hasil pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan badan yang
49
dapat diterima, pasien memperlihatkan irama dan fekuensi jantung stabil dalam rentang normal. Intervensi atau rencana keperawatan yang dilakukan adalah pantau tekanan darah untuk evaluasi awal dengan rasional perbandingan tekanan memberikan gambaran tentang keterlibatan atau bidang masalah vaskuler, catat keberadaan kualitas denyutan sentral dan perifer dengan rasional denyut karotis, jugularis, radialis dan femoralis terpalpasi sedangkan denyut tungkai mungkin menurun, Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan adalah kaji skala nyeri (PQRST) dengan rasional untuk mengetahui karakteristik nyeri, berikan posisi nyaman dengan rasional untuk memberikan kenyamanan, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam dengan rasional untuk mengurangi rasa nyeri, kolaborasi dengan tim medic untuk memberikan analgesic dengan rasional mengobati rasa nyeri secara tepat. Rencana
keperawatan
dengan
tujuan
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan selama 3x24 jam pola tidur dapat terpenuhi dengan kriteria hasil pasien dapat istirahat dengan tenang, pasien tidak gelisah lagi, tidur 7-8 jam/hari. Intervensi atau rencana keperawatan yang dilakukan adalah lakukan pengkajian gangguan pola tidur pasien dengan rasional untuk mengetahui penyebab gangguan tidur, bantu klien mencari posisi yang nyaman di tempat tidur dengan rasional memberikan kenyaman saat tidur, berikan lingkungan yang aman dan nyaman dengan rasional meningkatkan kualitas tidur, kolaborasi dengan dokter pemberian analgesic dengan rasional mengurangi rasa nyeri.
50
Rencana
keperawatan
dengan
tujuan
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan selama 3x24 jam mobilitas fisik terpenuhi dengan kriteria hasil klien meningkat dalam aktivitas fisik, mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas, memverbalisasikan persaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah, memperagakan penggunaan alat bantu untuk mobilisasi (walker) Intervensi atau rencana keperawatan yang dilakukan adalah monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan dengan rasional untuk mengetahui vital sign pasien, kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi dengan rasional untuk mengetahui karakteristik mobilisasi, ajarkan klien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan dengan rasional untuk memberikan rasa nyaman, kolaborasi dengan dokter pemberian anti histamine (hyoscine) dengan rasional untuk mengurangi rasa nyeri. Rencana keperawatan dengan tujuan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan kriteria hasil pasien mampu mengidentifikasi
faktor-faktor
yang
meningkatkan
kemungkinan
cedera,
menunjukkan perilaku pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan melindungi diri dari cedera, pasien tidak mengalami injuri / jatuh, pasien akan mengubah lingkungan sesuai indikasi meningkatkan kenyamanan. Intervensi atau rencana keperawatan yang dilakukan adalah meorientasikan pasien terhadap lingkungan, dan orang lain dengan rasional memberikan peningkatan kenyamanan dan mengurangi resiko injuri, pertahankan tirah baring ketat dalam posisi terlentang yang ditentukan dengan rasional untuk kemungkinan viterus human bekerja sebagai kekuatan memotifasi
51
E.
Implementasi Keperawatan Tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada tanggal 16 Maret 2015 pada pukul 10.00 WIB adalah menjelaskan tentang semua prosedur dalam tindakan dan mengobservasi keadaan umum dan tanda vital pasien. Respon subyektif pasien mengatakan bersedia untuk diukur TTVnya. Respon obyektif pasien tampak memperhatikan semua prosedur tindakan yang akan penulis lakukan, keadaan umu pasien baik, composmentis, hasil pengukuran tanda-tanda vital tekanan darah 160/110 mmHg, nadi 96 kali per menit, pernafasan 22 kali per menit dan suhu 36,8 derajat celcius. Pada pukul 11.00 WIB mengkaji skala nyeri PQRST secara komprehensif. Data subyektif pasien mengatakan P (Provocate) nyeri kepala dan tidak mempunyai riwayat hipertensi, nyeri juga dirasakan pasien pada bagian perut, Q (Quality) nyeri seperti tertimpa benda, R (Region) nyeri dirasakan pada bagian kepala dan bagian perut, S (Scale) skala nyeri 7 dan T (Time) nyeri hilang timbul. Data obyektif pasien tampak meringis menahan nyeri dan memegangi bagian kepala, terdapat nyeri tekan pada abomen kuadran 4. Respon obyektif ekspresi wajah pasien meringis ketika menahan nyeri, pasien tidak nyaman, tangan pasien memegangi kepala, tekanan darah 160/110 mmHg, nadi 96 kali per menit, pernafasan 22 kali per menit dan suhu 36,8 derajat celcius. Pada pukul 11.30 WIB mengajarkan relaksasi nafas dalam respon subyektif pasien mengatakan bersedia untuk diajari nafas dalam yang benar, respon obyektif pasien tampak gelisah, ekspresi wajah pasien kesakitan menahan nyeri, pasien tidak nyaman. Pada pukul 11.40 WIB melakukan massase kaki dengan minyak sereh wangi respon subyektif
52
pasien mengatakan kepalanya nyeri ketika digerakan, nyeri pada bagian kepala, nyeri seperti tertimpa benda berat, skala nyeri 6, ekspresi wajah meringis menahan nyeri, pasien tidak nyaman. Pada pukul 11.50 memberikan injeksi Antalgin 1x50 mg dan furosemide 1x40mg melalui intravena. Data subyektif pasien mengatakan “ya” dan bersedia untuk disuntik. Data obyektif obat masuk melalui intravena. Pada pukul 11.55 WIB melakukan tanda-tanda vital (TTV) respon subyektif pasien mengatakan bersedia untuk ditensi, tekanan darah 160/85 mmHg, nadi 88 kali per menit, pernafasan 22 kali per menit dan suhu 36,6 derajat celcius. Implementasi keperawatan pada tanggal 17 Maret 2015 pada pukul 07.30 WIB melakukan pengkajian gangguan pola tidur pasien respon subyektif pasien mengatakan tidak bisa tidur, respon obyektif pasien menguap, mata merah, terdapat kantung mata hitam dimata, pada pukul 08.00 WIB membantu klien mencari posisi yang nyaman ditempat tidur respon subyektif pasien mengatakan posisi tidurnya belum nyaman, respon obyektif pasien terlihat miring kanan miring kiri, pasien gelisah. Pada pukul 09.00 WIB memberikan lingkungan yang aman dan nyaman respon subyektif pasien mengatakan menyuruh anaknya untuk membersihkan ruangan, respon obyektif (-). Pada pukul 13.00 WIB melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antihistamines respon subyektif pasien mengatakan “ya” dan bersedia untuk disuntik. Respon obyektif obat masuk melalui intravena. Implementasi keperawatan pada tanggal 18 Maret 2015 pada pukul 07.30 WIB melakukan pengkajian meorientasikan pasien terhadap lingkungan dan oranglain. Respon subyektif klien bersedia. Respon obyektif klien tampak
53
menganggukkan kepala. Pukul 09.40 WIB mempertahankan tirah baring dalam posisi terlentang yang ditentukan, respon subyektif klien bersedia. Respon obyektif klien tampak tidur terlentang dan sedikit dinaikkan. Pukul 10.15 WIB menganjurkan pasien untuk mengistirahatkan mata agar tidak lelah, respon subyektif klien bersedia. Respon obyektif klien tampak menggangungkan kepala dan segera melakukannya untuk tidur sejenak. Pukul 11.25 WIB memodifikasi lingkungan sekitar pasien, respon subyektif keluarga klien bersedia. Respon obyektif keluarga tampak membersihkan meja. Implementasi keperawatan pada tanggal 19 Maret 2015 pada pukul 07.30 WIB melakukan pengkajian F.
Evaluasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan pada hari Rabu 16 Maret 2015 pada pukul 11.30 WIB dilakukan evaluasi keperawatan dengan menggunakan metode SOAP (Subyektif, Obyektif, Analyse, Planing) dengan hasil evaluasi data subyektif yaitu P (Provoking) pasien mengatakan pusing dan nyeri bagian perut, Q (Quality) nyeri seperti tertimpa benda berat, R (Region) kepala dan perut, S (Severity) skala nyeri 7, T (Time) nyeri hilang timbul. Obyektif paien tampak meringis menahan nyeri dan memegangi bagian kepalanya dan terdapat nyeri tekan pada kuadran 4, Analyse masalah nyeri belum teratasi, Planning intervensi dilanjutkan yaitu kaji skala nyeri, pantau tekanan darah, kolaborasi obat captropil tiga kali satu gram, anjurkan teknik relaksasi nafas dalam.
54
Diagnosa ke dua setelah dilakukan tindakan keperawatan tanggal 17 Maret 2015 dilakukan evaluasi keperawatan dengan data subjektif klien mengatakan tidak dapat tidur karena suasana lingkungan yang ramai, data obyektif tampak lingkar hitam dibawah mata dan mata klien tamopak merah, analyse masalah belum teratasi, planning intervensi dilanjutkan yaitu berikan lingkungan yang nyaman. Diagnosa ke tiga setelah dilakukan tindakan keperawatan tanggal 18 Maret 2015 dilakuka evaluasi keperawatan dengan data gangguan pola tidur pasien respon subyektif pasien mengatakan tidak bisa tidur, respon obyektif pasien menguap, mata merah, terdapat kantung mata hitam dimata, pada pukul 08.00 WIB membantu klien mencari posisi yang nyaman ditempat tidur respon subyektif pasien mengatakan posisi tidurnya belum nyaman, respon obyektif pasien terlihat miring kanan miring kiri, pasien gelisah. Pada pukul 09.00 WIB memberikan lingkungan yang aman dan nyaman respon subyektif pasien mengatakan menyuruh anaknya untuk membersihkan ruangan, respon obyektif (). Pada pukul 13.00 WIB melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antihistamines respon subyektif pasien mengatakan “ya” dan bersedia untuk disuntik. Respon obyektif obat masuk melalui intravena. Implementasi keperawatan pada tanggal 18 Maret 2015 pada pukul 07.30 WIB melakukan pengkajian meorientasikan pasien terhadap lingkungan dan oranglain. Respon subyektif klien bersedia. Respon obyektif klien tampak menganggukkan kepala. Pukul 09.40 WIB mempertahankan tirah baring dalam posisi terlentang yang ditentukan, respon subyektif klien bersedia. Respon
55
obyektif klien tampak tidur terlentang dan sedikit dinaikkan. Pukul 10.15 WIB menganjurkan pasien untuk mengistirahatkan mata agar tidak lelah, respon subyektif klien bersedia. Respon obyektif klien tampak menggangungkan kepala dan segera melakukannya untuk tidur sejenak. Pukul 11.25 WIB memodifikasi lingkungan sekitar pasien, respon subyektif keluarga klien bersedia. Respon obyektif keluarga tampak membersihkan meja. Diagnosa ke empat dilakukan evaluasi keperawatan dengan data gangguan mobilitas fisik data subyektif pasien mengatakan kaki sebelah kiri kaku data obyektif pasien tampak lemah. Implementasi keperawatan pada tanggal 19 Maret 2015 pada pukul 07.30 WIB melakukan pengkajian memonitor vital sign sebelum atau sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan, respon subyektif pasien mengatakan mau untuk ditensi, respon obyektif tekanan darah 150/90 mmHg, suhu 36,6 derajat celcius, nadi 88 kali per menit. Pukul 08.30 WIB mengkaji kemampuan pasien dalam mobilisasi, respon subyektif (-), respon obyektif pasien tampak mencoba menggerakkan kaki sebelah kiri. Pukul 10.35 WIB mengajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan, respon subyektif pasien mengatakan bersedia, respon obyektif pasien tampak merubah posisi. Pukul 11.05 WIB kolaborasi dengan dokter pemberian obat antihistamine, respon subyektif (-), respon subyektif injeksi sudah masuk melalui selang IV.
56
BAB V PEMBAHASAN
Bab ini penulis akan membahas tentang hasil dari pelaksanaan pemberian “Tindakan Massase Kaki dengan Minyak Sereh Wangi Terhadap Penurunan Tekanan Darah di Bangsal Cempaka 2 RSUD Sukoharjo”. Asuhan keperawatan meliputi tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Penulis akan membahas atau kesenjangan antara teori dan hasil penulisan. 1. Pengkajian Tahap pengkajian adalah tahap proses mengumpulkan data yang relevan dan continue tentang respon manusia, status kesehatan, kekuatan, dan masalah klien. Tujuan dari pengkajian adalah untuk memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan pasien, menentukan masalah keperawatan dan kesehatan pasien, menilai keadaan kesehatan pasien, membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah berikutnya (Dermawan, 2012). Pengkajian terhadap Ny. S yang dilakukan dengan metode yang digunakan adalah autoanamnesis dan alloanamnesis, dimulai dari biodata pasien, riwayat kesehatan, pola Gordon, pengkajian fisik, dan didukung dengan hasil laboratorium dan hasil pemeriksaan penunjang didapatkan hasil tekanan darah 160/110 mmHg, nadi 96 kali per menit, suhu 36,8 derajat celcius (Darmawan, 2012:3).
58
57
Metode dalam mengumpulkan data adalah observasi yaitu, dengan mengamati perilaku dan keadaan pasien untuk memperoleh data tentang masalah-masalah yang dialami pasien. Selanjutnya data dasar tersebut digunakan untuk menentukan untuk mengatasi masalah-masalah klien (Darmawan, 2012 : 5). Pengkajian PQRST riwayat penyakit sekarang P (Provocate) nyeri kepala, nyeri juga dirasakan pasien pada area abdomen/perut, Q(Quality) nyeri seperti tertimpa benda berat , R (Region) nyeri dirasakan pada bagian kepala dan bagian abdomen, S (Scale) skala 7 dan T (Time) nyeri hilang timbul. Penentuan skala nyeri pada Ny. S didasarkan pada skala nyeri menurut Hayward (2013) dilakukan dengan meminta penderita untuk memilih salah satu bilangan (0-10) yang menurutnya paling menggambarkan pengalaman nyeri yang dirasakan. Skala nyeri menurut Hayward dapat dituliskan sebagai berikut : 0= tidak ada nyeri, 1-3 = nyeri ringan, 4-6 = nyeri sedang, 7-9 = sangat nyeri tetapi masih dapat dikendalikan dengan aktivitas yang biasa dilakukan, 10 = sangat nyeri dan tidak bisa dikendalikan (Sapura, 2013). Nyeri pada kasus Ny. S disebabkan karena meningkatnya tekanan darah didalam arteri dimana jantung memompa darah lebih kuat, sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku serta tidak bisa mengembang saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut (Triyanto, 2014).
58
Hipertensi dapat diatasi dengan memodifikasi gaya hidup. Pengobatan dengan anti hipertensi diberikan jika modifikasi gaya hidup tidak berhasil. Tekanan darah harus diturunkan agar tidak mengganggu fungsi ginjal, otak, jantung maupun kualitas hidup. Pengobatan hipertensi biasanya dikombinasikan dengan beberapa obat diuretik, misalnya Tablet Hydrochlorothiazide (HCT) dan Lasix (Furosemide). Merupakan golongan obat hipertensi dengan proses pengeluaran cairan tubuh via urine. Beta-blockers Atenolol (Tenorim), Capoten (Captropil). Merupakan obat yang dipakai dalam upaya pengontrolan tekanan darah melalui proses memperlambat kerja jantung dan memperlebar pembuluh darah. Calcium channel blockers, Norvasc (Amlodipine). Merupakan salah satu obat yang biasa dipakai dalam pengontrolan darah tinggi melalui proses rileksasi pembuluh darah yang juga memperlebar pembuluh darah (Pudiastuti, 2013). Berdasaakan teori dan pengelolaan kasus pada Ny. S tidak terdapat kesenjangan. 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis tentang respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual dan potensial atau proses kehidupan. Tujuannya adalah mengarahkan rencana asuhan keperawatan untuk membantu klien dan keluarga beradaptasi terhadap penyakit dan menghilangkan masalah keperawatan kesehatan (Dermawan, 2012 ; 62). Prioritas diagnosa keperawatan yang penulis angkat adalah Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterlod, vasokontriksi, hipertrofi dan iskemia miokard. Data subyektif pasien mengatakan merasa pusing, lelah, lemas. Data obyektif pasien tampak lemah, letih, lesu,
59
tekanan darah 160/110 mmHg, nadi 96 kali per menit, respirasi 22 kali per menit, suhu 36,8 derajat celcius. Resiko tinggi terhadap curah jantung
adalah keditakadekuatan darah
dipompa oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolic tubuh. Batasan karakteristik perubahan frekuensi / irama jantung : aritmia, bradikardi, perubahan ekg, palpitasi. Perubahan afterload : kulit lembab, penurunan nadi perifer, perubahan warna kulit (NANDA NICNOC, 2013). Penulis tidak menuliskan diagnosa resiko tinggi terhadap curah jantung di askep karena pada pasien Ny. S tidak ditemukan diagnosa resiko tinggi karena tidak ada data penunjang yang muncul. Masalah keperawatan resiko curah jantung pada Ny. S tersebut bila diprioritaskan penulis dari beberapa masalah keperawatan yang muncul pada pasien. Alasan penulis memprioritaskan masalah resiko curah jantung yang dirasakan karena mengeluh pusing, lemah, dimana resiko jantung tersebut lebih dahulu untuk diatasi. Jika tidak segera ditangani secara dini maka akan terjadi komplikasi yang merupakan kedaruratan medis dan dapat menyebabkan kematian (Muttaqin, 2011). Perumusan diagnosa keperawatan yang kedua dengan hasil pengkajian yang didapat keluhan utama yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (peningkatan tekanan darah) berdasarkan data subyektif klien mengatakan nyeri kepala dan juga area abdomen nyeri seperti tertimpa benda berat dengan skala 7 terjadi hilang timbul. Data obyektif pasien tampak meringis menahan nyeri, klien tampak memegangi kepala.
60
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual, potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (Internasional Association for the study of pain) : awintan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi dan berlangsung < 6 bulan. Batasan karakteristik perubahan selera makan, perubahan Tekanan Darah, perubahan frekuensi jantung, perubahan frekuensi pernafasan, mengekspresikan perilaku (misalnya gelisah, merengek, menangis, gangguan tidur) (Nanda, 2013). Diagnosa keperawatan ketiga yang ditegakkan penulis pada kasus Ny. S adalah gangguan pola tidur berhubungan dengan keadaan lingkungan berdasarkan data subyektif klien mengatakan sulit tidur karena lingkungan terlalu ramai. Data obyektif mata klien tampak merah, dan tampak kantung mata hitam. Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal. Batasan karakteristik perubahan pola tidur normal, penurunan kemampuan berfungsi, menyatakan tidak mengalami sulit tidur, keluhan verbal merasa kurang istirahat, kurang puas tidur, melaporkan sering terjaga, melaporkan tidak mengalami kesulitan jatuh tidur (Nanda, 2013). Diagnosa keperawatan ke empat yang ditegakkan penulis pada kasus Ny. S adalah gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot. Data subyektif pasien mengatakan kaki sebelah kiri terasa kaku. Data obyektif pasien tampah lemah. Gangguan mobilitas fisik adalah keadaan ketika seorang individu mengalami keterbatasan gerak fisik, tetapi bukan immobile. Batasan karakteristik
61
pengurangan reaksi waktu, keterbatasan kemampuan untuk gerak kasar, kesulitan berpindah, keterbatasan kemampuan untuk gerak biasa, keterbatasan tentang gerak biasa, keterbatasan rentang gerak, gangguan dyspenea, berpindah adanya tremor perubahan langkah, postur yang tidak stabil, hambatan berpindah, pergerakan yang lambat (Nanda, 2013). 3.
Intervensi Keperawatan Rencana keperawatan adalah semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih dari status kesehatan saat ini ke status kesehatan yang diuraikan yang diharapkan (Potter and Perry, 2005). Pembahasan dari intervensi yang meliputi tujuan, kriteria hasil dan tindakan yaitu pada diagnosa keperawatan. Rencana asuhan keperawatan dilakukan pada tanggal 16 Maret 2015 pukul 13.30 WIB. Diagnosa keperawatan resiko jantung terhadap penurunan curah jantung dengan kriteria hasil pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan badan yang dapat diterima, pasien memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal. Tujuan khusus setelah dilakukan 3x24 jam pasien mampu menggunakan teknik nonfarmakologis (memberikan tindakan massase kaki) tekanan darah dapat menurun. Diagnosa keperawatan nyeri akut dengan tujuan umum nyeri hilang atau berkurang dengan kriteria hasil 6-4, pasien tidak tampak kesakitan dan tandatanda vital dalam batas normal (tekanan darah 100-120/60-80 mmHg, nadi 60-100 kali per menit, pernafasan 16-20 kali per menit) (Wilkinson, 2007). Tujuan khusus
62
setelah dilakukan 3x24 jam pasien mampu menggunakan teknik nonfarmakologis (melakukan teknik relaksasi pernafasan) tekanan darah dapat menurun. Intervensi atau rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan pada diagnosa keperawatan akut berdasarkan NIC dan Kriteria hasil NOC adalah lakukan pengkajian nyeri PQRST secara komprehensif, rasionalnya mengurangi nyeri yang dirasakan pasien. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan, rasionalnya mengetahui berapa besar skala nyeri pasien. Kurangi faktor presipitasi penyebab nyeri, rasionalnya mengetahui berapa besar skala nyeri pasien. Kaji keadaaan umum dan vital sign, rasionalnya mengetahui status kesehatan. Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi (teknik relaksasi nafas dalam dan massase kaki), rasionalnya mengalihkan nyeri yang dirasakan pasien. Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik, rasionalnya dengan kolaborasi dapat mengurangi nyeri dengan farmakologi (Nurarif, 2013). Alasan penulis memilih rencana keperawatan teknik massase kaki adalah teknik ini merupakan metode yang sangat mudah dalam pelaksanaannya dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa harus berfikir ragu. Teknik ini diyakini mampu menurunkan nyeri dan tekanan darah apabila dilakukan secara teratur. Rencana asuhan keperawatan pada diagnosa ketiga gangguan pola tidur dapat terpenuhi dengan kriteria hasil paien dapat istirahat dengan tenang, pasien tidak gelisah, tidur 7-8 jam per hari. Intervensi atau rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan pada diagnosa keperawatan akut berdasarkan NANDA adalah lakukan pengkajian gangguan pola tidur pasien
63
4.
Implementasi keperawatan Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter and Perry, 2005). Dalam melakukan tindakan keperawatan penulis tidak mengalami hambatan, penulis melakukan implementasi berdasarkan intervensi yang telah dibuat pada pukul 13.00 WIB adalah menjelaskan tentang prosedur setiap tindakan, tindakan tersebut dilakukan untuk mengurangi ktakutan dan kecemasan pada pasien. Mengkaji keadaan umum dan vital sign pasien , tanda-tanda vital diukur untuk menentukan kesehatan pasien biasanya atau data dasar untuk menguji respon klien terhadap stress fisiologi atau psikologi atau terhadap terapi medik atau keperawatan (Setiadi, 2012). Monitor adanya perubahan tekanan darah, monitor Tekanan darah, nadi , respirasi sebelum dan setelah aktivitas secara teratur (Nanda NIC NOC, 2013) Membantu klien untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik rasionalnya membantu penghematan energi. Menganjurkan pasien untuk beraktivitas atau melakukan perawatan diri secara bertahap, aktivitas mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba (Nurarif, 2013). Pukul 13.50 WIB penulis berusaha menerangkan implementasi tentang pemberian teknik massase kaki sesuai dengan hasil riset yang terdapat dalam jurnal. Berdasarkan pengelolaan kasus, pada pukul 13.50 WIB memberikan teknik massase kaki. Penulis memberikan memberikan massase kaki pada Ny. S dengan
64
prosedur yang diajarkan dalam jurnal yaitu sebanyak 2 kali masing masing dalam waktu 15 menit. Sebelum memberikan massase kaki hal pertama yang dilakukan penulis adalah mengukur tekanan darah pasien. Didapatkan hasil tekanan darah pasien 160/110 mmHg. Memberikan massase kaki 15 menit pertama dengan memposisikan pasien senyaman mungki. Mengukur kembali tekanan darah setelah dilakukan tindakan massase kaki, didapatkan hasil tekanan darah 150/100 mmHg. Respon subyektif pasien mengatakan bersedia ntuk diberikan massase kaki. Respon obyektif pasien tampak tenang dan kooperatif. Memberikan massase kaki pada 15 menit kedua mengukur tekanan darah pasien. Respon subyektif pasien mengatakan bersedia untuk diberikan massase kaki. Respon obyektif pasien tampak tenang dan tekanan darah menurun menjadi 140/80 mmHg. Menganjurkan untuk mengurangi faktor penyebab nyeri, mengurangi nyeri yang dirasakan. Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik (Antalgin 1x500 mg dan Furosemid 1x40 mg). analgesic memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang (Mutaqqin, 2012). 5.
Evaluasi Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon perilaku klien yang tampil. Evaluasi yang akan dilakukan oleh penulis disesuaikan dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan SOAP, Subjective, Objective, Analisa, Planning (Deden, 2012).
65
Evaluasi dilakukan pada tanggal 16 Maret 2015 pada pukul 11.00 WIB. Hasil evaluasi untuk diagnosa nyeri akut secara subjektif pasien mengatakan pusing serta nyeri bagian perut sedikit berkurang., P (Provocate) nyeri kepala tidak mempunyai riwayat hipertensi, nyeri juga dirasakan pasien pada bagian perut, Q (Quality) nyeri seperti tertimpa benda berat, R (Region) nyeri dirasakan pada bagian kepala dan abdomen/perut, S (Scale) skala nyeri 5, dan T (Time) nyeri hilang timbul. Objektif pasien tampak meringis menahan nyeri dan memegangi bagian kepalanya. Tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 80 kali per menit, pernafasan 15 kali per menit dan suhu 36,8 derajat celcius, perut tampak kembung dan terdapat nyeri tekan di kuadran 4. Hasil analisa masalah nyeri pada Ny. S belum teratasi karena kriteria hasil dalam tujuan ada yang belum tercapai yaitu mampu mengenali nyeri (skala, frekuensi dan tanda nyeri) dan vital sign dalam batas normal. Tindakan keperawatan dilanjutkan yaitu kaji nyeri PQRST secara komprehensif dan observasi tanda-tanda vital. Hasil evaluasi untuk diagnosa keperawatan yang kedua, data subjektif pasien mengatakan kualitas tidur sudah cukup. Obyektif pasien tampak tenang, ekspresi wajah rileks dan kualitas tidur sedikit teratasi. Sehingga hasil analisa gangguan pola tidur berhubungan denga ketidakpuasaan belum teratasi karena kriteia hasil dalam tujuan ada yang belum tercapai yaitu tanda-tanda vital dalam batas normal. Tindakan keperawatan dilanjutkan yaitu observasi tanda-tanda vital. Hasil evaluasi untuk diagnosa keperawatan yang ketiga, data subjektif pasien mengatakan sudah mampu melakukan aktivitasnya secara perlahan mulai dari alih baring.
66
Berdasarkan aplikasi riset yang dilakukan penulis di Ruang Cempaka 2 RSUD Sukoharjo penulis tidak mengalami kendala dimana hasil pengelolaan kasus dengan aplikasi riset tentang pemberian tindakan massase kaki dengan minyak sereh wangi terhadap penurunan tekanan darah pada Ny. S dengan hipertensi sudah maksimal.
67
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Setelah penulis melakukan pengkajian, analisa data, penentuan diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi tentang asuhan keperawatan nyeri akut pada Ny. S dengan hipertensi di ruang Cempaka 2 RSUD Sukoharjo dengan mengaplikasikan Pemberian Teknik Massase Kaki terhadap penurunan tekanan darah, maka dapat ditarik kesimpulan : 1.
Pengkajian Hasil pengkajian pada Ny. S yaitu data subyektif klien mengatakan nyeri kepala, seperti ditusuk-tusuk, dibagian kepala sebelah kanan, skala nyeri 7, hilang saat tiduran saat duduk. Data objektif klien tampak meringis kesalkitan dan memegangi kepala.
2.
Diagnosa Hasil perumusan diagnosa keperawatan pada Ny. S adalah Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload vasokontriks, Nyeri akut ; Nyeri kepala berhubungan dengan Agen cidera biologis ; Gangguan pola tidur berhubungan dengan bising, Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot.
3.
Intervensi Intervensi yang dibuat oleh penulis untuk diagnosa pertama Nyeri Akut ; Nyeri kepala berhubungan dengan Agen cidera biologis ;
68
peningkatan vaskulerisasi serebra adalah observasi karakteristik nyeri P, Q, R, S, T observasi reaksi non verbal dari ketidak nyamanan, ajarkan teknik masase kaki, observasi tanda-tanda vital klien. Intervensi kedua gangguan pola tidur lakukan pengkajian gangguan pola tidur, bantu klien mencari posisi yang nyaman di tempat tidur, berikan lingkungan yang aman dan nyaman, kolaborasi dengan dokter pemberian analgesic. Intervensi ke tiga monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan, kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi, ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan, kolaborasi dengan dokter pemberian anti histamine (hyoscine). 4.
Implementasi Implementasi pada Ny. S pada tanggal 16 Maret 2015 sampai 18 Maret 2015 dengan gangguan nyeriakut berhubungan dengan agen cidera biologis yaitu mengkaji skala nyeri, memberikan posisi nyaman yaitu posisi kepala lebih tinggi atau head up 30 derajat, memberikan teknik masase kaki, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi analgetik.
5.
Evaluasi Hasil evaluasi yang dilakukan pada Ny. S yaitu data subjektif Ny. S mengatakan nyeri yang dirasakan sudah berkurang, P : pusing berkurang, Q : berputar-putar, R : di kepala, S : Skala 4, T : hilang timbul, data objektif tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 80 kali per
69
menit, respirasi 20 kali per menit, suhu 36 derajat celcius, pasien tampak rileks. Analisa masalah nyeri sudah teratasi. Intervensi dihentikan. Sebelum dilakukan massase kaki di dapatkan data subjektif pasien mengatakan nyeri kepala, nyeri pada saat kepaladierakkan, nyeri cekot-cekot, skala nyeri 7, nyeri terjadi hilang timbul, data objektif pasien tampak meringis kesakitan, pasien tidak nyaman, tekanan darah 160/110 mmHg, nadi 96 kali per menit, suhu 36,8 derajat celcius. Sesudah dilakukan massase kaki di dapatkan data subjektif pasien mengatakan sudah tidak nyeri kepala, skala nyeri 3, tekanan darah 130/70 mmHg, suhu 36,2 derajat celcius. 6.
Analisa tindakan massase kaki Teknik massase kaki efektif dalam menurunkan tekanan darah pada Ny. S, sesuai dengan jurnal pengaruh teknik massase kaki dengan minyak sereh wangi terhadap penurunan tekanan darah pada hipertensi di Ruang Cempaka 2 RSUD Sukoharjo.
70
B. SARAN a. Bagi pendidikan Hasil Karya Ilmiah ini sebagai sumber informasi bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan datang. b. Bagi Rumah Sakit Hasil Karya Ilmiah ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif terutama pada pasien hipertensi. c. Bagi Profesi Keperawatan Hasil Karya Tulis ini dapat menambah ketrampilan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan khusunya pada pasien hipertensi.
71
DAFTAR PUSTAKA Adib, M. 2011. Pengetahuan Praktis Ragam Penyakit Mematikan yang paling Sering Menyerang Kita. Buku Biru : Yogjakarta. Andarmoyo, 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Ar-Ruzz : Yogjakarta. Arthur C. Guyton & John Ghall. ( 2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC. Brunner Dn Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2. Edisi 8. Buku Kedokteran EGC : Jakarta. Dalimartha. 2008. Care Your Self Hipertensi. Penebar Plus : Jakarta. Deden, Dermawan. 2012. Proses Keperawatan. Buku Kedokteran EGC : Jakarta. Drwox.com/tanda;dan;gejala-penyakit-hipertensi-atau-tekanan-darahtinggi/19Oktober2012 http://marianikmg63.wordpress.com/2013/09/22/25 teknik refleksilogi masase kaki. ISO . 2013. Informasi Spesialite Obat. Jakarta Barat : Penerbit PT. ISFI.
http://kumpulan-alkes.blogspot.com/2013/04/tensimeter-yang-digunakanuntuk.html Murwani, Arita. 2011. Perawatan Paien Penyakit Dalam. Gangguan Publishing : Yogjakarta. Mutaqqin, Arif. 2012. Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Salemba Medika : Jakarta. Mahendra. B, Ruhito. F. 2009. Pijat Kaki untuk kesehatan. Jakarta: Penebar Swadaya. Mahendra. B, Ruhito. F. 2009. Pijat Kaki untuk Kesehatan Jakarta : Penebar Swadaya.
72
Murwani. (2011). Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Yogyakarta: Goysen Publishing. Nanda. 2011. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran : EGC. Nanda Internastional. 2013. Diagnosis Keperawatan Definisidan Klasifikasi. Jakarta: EGC. Nurarif, AH dan Kusuma, H. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC. Media Action : Jakarta. Potter & Perry (2006). Konsep Dasar Nyeri. Ed I. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Potter & Perry.(2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Volume I. Ed 4. Jakarta : EGC. Price, S., Price, L. Aromatherapy for health professionals. (3rded). USA : Elsevier. Diakses dari www.ebooksgoogle, diperoleh 19 Juni 2015 Pudiastuti, RD. 2013. Penyakit-penyakit Mematikan. Nuha Medika : Yogjakarta. Susilo Y., Wulandari A. 2011. Cara Jitu Mengatasi Darah Tinggi / hipertensi. CV Andi Offest : Yogjakarta. Sheps, Sheldon G. 2005 Mayo Clinic Hipertensi, Mengatasi Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : PT Intisari Mediatama.