PEMBERIAN PIJAT OKSITOSIN TERHADAP INVOLUSI UTERUS PADA ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM Ny. M DI RUANG BOUGENVILE RSUD SUKOHARJO
Disusun Oleh : FATMA TRI SARTIKA NIM. P.12 025
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
PEMBERIAN PIJAT OKSITOSIN TERHADAP INVOLUSI UTERUS PADA ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM Ny. M DI RUANG BOUGENVILE RSUD SUKOHARJO Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
Disusun Oleh : FATMA TRI SARTIKA NIM. P.12 025
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
xi
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya bertandatangan di bawah ini : Nama
: FATMA TRI SARTIKA
NIM
: P.12 025
Program Studi
: DIII KEPERAWATAN
Judul Proposal
: PEMBERIAN PIJAT OKSITOSIN TERHADAP INVOLUSI UTERUS
PADA
ASUHAN
KEPERAWATAN
POST
PARTUM Ny. M DI RUANG BOUGENVILE RSUD SUKOHARJO
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa proposal penelitian yang saya tulis ini benar - benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa proposal penelitian ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, 22 Mei 2015 Yang Membuat Pernyataan
FATMA TRI SARTIKA P.12 025
xii
LEMBAR PERSETUJUAN
Proposal Penelitian ini diajukan oleh : Nama
: FATMA TRI SARTIKA
NIM
: P.12 025
Program Studi
: DIII KEPERAWATAN
Judul
: PEMBERIAN PIJAT OKSITOSIN TERHADAP INVOLUSI UTERUS
PADA
ASUHAN
KEPERAWATAN
POST
PARTUM Ny. M DI RUANG BOUGENVILE RSUD SUKOHARJO
Telah disetujui untuk diaplikasikan di rumah sakit oleh pembimbing Karya Tulis Ilmiah. Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Di tetapkan di: STIKes Kusuma Husada Surakarta Hari/ Tanggal: Jum’at, 22 Mei 2015
Pembimbing : Diyah Ekarini, S.Kep., Ns NIK. 200179001
xiii
(
)
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh : Nama
: FATMA TRI SARTIKA
NIM
: P.12 025
Program Studi
: DIII KEPERAWATAN
Judul
: PEMBERIAN PIJAT OKSITOSIN TERHADAP INVOLUSI UTERUS
PADA
ASUHAN
KEPERAWATAN
POST
PARTUM Ny. M DI RUANG BOUGENVILE RSUD SUKOHARJO Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta Ditetapkan di : STIKes Kusuma Husada Surakarta Hari / Tanggal : 24 Juni 2015 DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Diyah Ekarini, S.Kep., Ns NIK 200179001 Penguji 1
Penguji 2
(
)
: Siti Mardiyah, S.Kep., Ns., NIK 201183067
(
)
: Atiek Murharyati, S.Kep., Ns., M.Kep NIK 200680021
(
)
Mengetahui, Ketua Program Studi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Atiek Murharyati, S.Kep., Ns., M.Kep NIK. 200680021
xiv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul ”Pemberian Pijat Oksitosin Terhadap Involusi Uterus Pada Asuhan Keperawatan Post Partum Ny. M Di Ruang Bougenvile RSUD Sukoharjo.” Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat: 1. Atiek Murharyati, S.Kep.,Ns., M.Kep, selaku Ketua Program studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta. 2. Meri Oktariani, S.Kep.,Ns., M.Kep, selaku Sekretaris Program studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta. 3. Diyah Ekarini, S.Kp., Ns., selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji
yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-
masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 4. Siti Mardiyah S. Kep., Ns, selaku dosen penguji I yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 5. Atiek Murhayati S. Kep., Ns M. Kep, selaku dosen penguji II yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 6. Semua dosen Program studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat
xv
7. Kedua orang tuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan. 8. Teman-teman yang selalu memberikan dukungan dan semangat Dyah Arum M, Norma Nofita S, Eka Andhika P, Erviyana Kusuma D, Kurniawan L, Yesi Nugraheni serta teman-teman Program Studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual. 9.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta, 22 Mei 2015
Penulis
xvi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................
i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
iv
KATA PENGANTAR .................................................................................
v
DAFTAR ISI ................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................
1
B. Tujuan Penulisan ............................................................
4
C. Manfaat Penulisan ..........................................................
5
TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori ..................................................................
7
B. Konsep post partum .........................................................
7
C. Involusi uterus ................................................................
22
D. Pijat oksitosin ..................................................................
24
E. Kerangka Teori ...............................................................
27
F. Kerangka Konsep ...........................................................
28
BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET A. Subyek Aplikasi Riset .....................................................
29
B. Tempat dan Waktu ..........................................................
29
C. Media dan Alat yang digunakan ......................................
29
D. Prosedur Tindakan ...........................................................
29
E. Alat Ukur .........................................................................
3
BAB IV LAPORAN KASUS A. Pengkajian .............................................................................
31
B. Analisa Data ..........................................................................
36
xvii
BAB V
C. Diagnosa Keperawatan ..........................................................
36
D. Intervensi Keperawatan ..........................................................
37
E. Implementasi Keperawatan ...................................................
38
F. Evaluasi .................................................................................
40
PEMBAHASAN A. Pengkajian .............................................................................
43
B. Diagnosa Keperawatan ...........................................................
44
C. Intervensi Keperawatan .........................................................
47
D. Implementasi Keperawatan ...................................................
50
E. Evaluasi .................................................................................
55
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................
57
B. Saran ......................................................................................
59
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tinggi normal TFU ....................................................................
xix
10
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Prosedur pijat oksitosin ..........................................................
25
Gambar 2.2 Kerangka Teori ......................................................................
27
Gambar 2.3 Kerangka Konsep ..................................................................
28
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lembar konsultasi
Lampiran 2
Format pendelegasian pasien
Lampiran 3
Lembar log book
Lampiran 4
Daftar riwayat hidup
Lampiran 5
Jurnal acuan
Lampiran 6
Jurnal alat ukur
Lampiran 7
Asuhan keperawatan
Lampiran 8
SAP pencegahan infeksi
xxi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kematian ibu selama masa perinatal merupakan tolok ukur kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara dan merupakan salah satu indikator spesifik status kesehatan suatu masyarakat. Moralitas dapat dilihat dari indikator Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), hal ini sesuai dengan kesepakatan dalam Millenium Declaration Goals (MDG) 2015 yang merupakan kesepakatan dari 189 negara termasuk Indonesia. Adapun tujuan pembangunan millennium tersebut antara lain pemberdayaan perempuan, kesetaraan gender dan perbaikan kesehatan maternal. Dengan demikian kesehatan maternal merupakan prioritas utama yang harus ditanggulangi. Upaya kesehatan maternal dilakukan secara sistematik untuk mengurangi resiko kematian, menjamin reproduksi sehat dan meningkatkan kualitas hidup ibu, kaum perempuan (Adriaansz, 2006 dalam Hamranani 2013). Angka kematian ibu melahirkan disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya karena pendarahan. Pendarahan menjadi penyebab utama kematian ibu di Indonesia yaitu 28%. Penyebab kedua ialah eklamsia 24% lalu infeksi 11% disusul dengan komplikasi masa peurperium 8%, abortus 5%, partus lama/macet 5%, emboli obstentri 3% dan faktor-faktor lainnya
1
2
yang tidak diketahui sebanyak 11% (Dinkes Jawa Barat, 2011 dalam Khairani 2012). Berdasarkan hasil penulis didapatkan di RSUD Sukoharjo pada tahun 2014 jumlah ibu post partum adalah sebanyak 126 orang. Karena penting sekali untuk mempertahankan kontraksi uterus selama masa ini, biasanya suntikan oksitosin (pitosin) secara intravena atau intramuskular diberikan segera setelah plasenta lahir (Bobak, 2005). Upaya pencegahan perdarahan post partum dapat dilakukan semenjak persalinan kala 3 dan 4 dengan pemberian oksitosin. Hormon oksitosin ini sangat berperan dalam proses involusi uterus. Proses involusi akan berjalan dengan bagus jika kontraksi uterus kuat sehingga harus dilakukan tindakan untuk memperbaiki kontraksi uterus (Cuningham, 2006 dalam Khairani 2012). Upaya untuk mengendalikan perdarahan dari tempat plasenta dengan memperbaiki kontraksi dan retraksi serat myometrium yang kuat dengan pijat oksitosin. Oleh karena itu, upaya mempertahankan kontraksi uterus melalui pemijatan oksitosin untuk merangsang keluarnya hormon oksitosin merupakan bagian penting dari perawatan post partum (Bobak, 2005 dalam Khairani 2012). Oksitosin adalah suatu hormon yang dihasilkan oleh lobus posterior hipofise. Oktisotin dapat diberikan secara langsung baik operal, intra nasal, intra muskular maupun dengan pemijatan yang dapat merangsang keluarnya hormon oksitosin. Salah satu tindakan tersebut
3
adalah pijat oksitosin, dengan demikian pijat oksitosin perlu dilakukan dalam mekanisme kontraksi uterus adalah terdapatnya tiga pengatur yang berhubungan dengan reaksi hormon dan unsur-unsur farmakologi dalam kontraksi uterus. Adapun tiga pengatur reaksi hormon tersebut adalah myosin light chain kinase, calcium calmodulin dan cAMP mediated phosphorylation (Dasuki, 2008 dalam Hamranani 2013). Pijat oksitosin adalah suatu tindakan pemijatan tulang belakang mulai dari costa ke 5-6 sampai scapula akan mempercepat kerja saraf parasimpatis untuk menyampaikan perintah ke otak bagian belakang sehingga oksitosin keluar (Suherni, 2008 dalam Hamranani 2013). Hormon oksitosin berguna untuk memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah dan membantu hemostasis ibu sehingga mengurangi kejadian atonia uteri terutama pada persalinan lama. Kontraksi uterus yang kuat akan mengakibatkan proses involusi menjadi lebih bagus (Cunningham, 2006 dalam Hamranani 2013). Pemberian pijat oksitosin pada ibu post partum sesuai dengan penelitian Khairani (2012) yang berjudul pemberian pijat oksitosin terhadap involusi uterus adalah pijat oksitosin terhadap involusi uterus pada ibu post partum adalah efektif. Pada Ny. M terdapat pengkajian bahwa tinggi fundus uterus setelah melahirkan tinggi fundus uterus berada pada 1 jari di bawah umbilikus lalu setelah di lakukan pemijatan di temukan hasil pada evaluasi hari terakhir tinggi fundus uterus turun menjadi 2 jari dibawah umbilikus.
4
Perawatan pemijatan oksitosin berulang bisa meningkatkan produksi hormon oksitosin. Efek dari pemijatan oksitosin bisa dilihat reaksinya setelah 6-12 jam pemijatan. Pijat oksitosin merupakan suatu tindakan pemijatan berulang dari nervus ke 5-6 sampai scapula yang akan mempercepat kerja syaraf parasimpatis untuk memerintahkan otak belakang (Suherni 2008 dalam Khairani 2012) Berdasarkan studi kasus yang dilakukan penulis di Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo ruang Bougenville pada Ny. M didapatkan hasil Ny. M post partum hari pertama, TFU 1 jari dibawah umbilikus atau masih tinggi. Berdasarkan hasil studi wawancara dengan perawat tentang pelaksanaan pijat oksitosin di Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo dilakukan untuk melancarkan ASI. Sedangkan untuk pelaksanaan pijat oksitosin tidak hanya untuk melancarkan ASI tetapi juga untuk menurunkan tinggi fundus uterus. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan aplikasi jurnal dalam asuhan keperawatan yang dituangkan dalam karya tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian tindakan pijat oksitosin terhadap involusi uterus pada asuhan keperawatan post partum pada Ny. M di ruang Bougenvile RSUD Sukoharjo”.
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan umum Penulis mampu mengaplikasikan tindakan pijat oksitosin terhadap involusi uterus pada ibu post artum di RSUD Sukoharjo.
5
2. Tujuan khusus a. Penulis mampu melakukan pengkajian pasien dengan tindakan pijat oksitosin terhadap involusi uterus pada ibu post partum di RSUD Sukoharjo b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan dengan tindakan pijat oksitosin terhadap involusi uterus pada ibu post partum di RSUD Sukoharjo c. Penulis mampu menyusun intervensi tindakan pijat oksitosin terhadap involusi uterus pada ibu post partum di RSUD Sukoharjo d. Penulis mampu mengimplementasikan tidakan tindakan pijat oksitosin terhadap involusi uterus pada ibu post partum di RSUD Sukoharjo e. Penulis mampu mengevaluasi pada pasien dengan tindakan pijat oksitosin terhadap involusi uterus pada ibu post partum di RSUD Sukoharjo f. Penulis mampu menganalisa hasil tindakan pijat oksitosin terhadap involusi uterus pada ibu post partum di RSUD Sukoharjo
C. Manfaat Penulisan Adapun manfaat yang di peroleh dari penulis adalah : 1. Bagi penulis Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, serta dapat mengaplikasikan dan mendukung ilmu yang di pelajari di bangku kuliah
6
serta dapat membandingkan teori-teori yang dipelajari dengan kenyataan dilapangan. 2. Bagi institusi pendidikan Di harapkan dapat memberikan manfaat yang positif
bagi
perkembanagan ilmu dan praktik keperawatan maternitas 3. Bagi rumah sakit Dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam pelaksanaan praktek keperawatan.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori 1. Konsep post partum a. Post partum Post partum adalah suatu masa antara kelahiran sampai dengan organ-organ reproduksi kembali ke keadaan sebelum hamil (Reeder, 2011 dalam Solehati 2013). Post partum adalah masa-masa antara kelahiran bayi sampai dengan kembalinya organ reproduksi seperti sebelum melahirkan. Masa post partum juga merupakan masa pemulihan organ reproduksi yang lamanya antara 6-8 minggu (Solehati, 2013). b. Masa nifas Nifas merupakan masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas dibagi menjadi 3, yaitu : (Elisabeth, 2013) 1) Puerpurium dini yaitu kepulihan dimana ibu dibolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan. 2) Puerpurium intermedial yaitu kepulihan organ-organ reproduksi selama kurang lebih 6 minggu.
7
8
3) Remote puerpurium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan sempurna terutama pada ibu hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi. c. Perubahan fisiologis pada masa nifas 1) Perubahan sistem reproduksi Menurut Hutahaean (2013) selama masa nifas alat-alat interna maupun eksterna berangsur-angsur kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan keseluruhan alat genetalia ini disebut involusi. Pada masa ini, terjadi juga perubahan penting lainnya sebagai berikut : a) Uterus Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang lebih pertengahan antara umbilicus dan simpisis atau lebih sedikit lebh tinggi. Kontraksi adalah sama dengan kontraksi sewaktu persalinan, hanya
saja sekarang tujuannya
berbeda.
Sebagaimana diketahui, ketika uterus berkontraksi, seorang ibu akan merasakan mules. Inilah yang disebut nyeri setelah melahirkan. Hal ini akan berlangsung 2–3 hari setelah melahirkan. Proses involusi uterus (proses pengembalian uterus kekeadaan sebelum hamil), adalah sebagai berikut :
9
(1) Iskemia miometrium Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga memmbuat uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi. (2) Atrofi jaringan Terjadi
sebagai
reaksi
penghentian
hormon
ekstrogen saat plasenta lahir. (3) Autplysis Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekan
otot
jaringan
otot
yang
telah
mengendurkan hingga panjangnya 10x panjang sebelumnya 5x lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Ini disebabkan karena penurunan hormon progresteron dan estrogen. (4) Efek oksitosin Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses inni membantu mengurangi tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.
10
Involusi
TFU
Bayi lahir Uri Lahir 1 minggu
Setinggi Pusat 2 jari dibawah pusat Pertengahan pusat sympisis Tak teraba diatas sympisis Sebesar normal
2 minggu 8 minggu
Berat Uterus 1000 750 500
Diameter bekas melekat plasenta
Keadaan Serviks
12,5 7,5
350
3-4
Lembek Beberapa hari setelah post-partum dapat dilalui 2 jari akhir minggu pertama dapat dimasuki 1 jari
30
Tabel 2.1 b) Lochea Berikut ini adalah beberapa jenis lokia yang terdapat pada wanita pada masa nifas : 1) Lochea rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, selsel desi dua, vernik caseossa, lanugo, mekanium selama 2 hari pasca persalinan. 2) Lochea sanguilenta berwarna merah kunng berisi darah dan lendir yang keluar pada hari ke 3-7 pasca persalinan. 3) Lochea serosa adalah lokia berikutnya. Dimulai dengan versi lokia lubra yang lebih pucat. Cairan tidak berdarah lagi pada hari ke 7-14 pasca persalinan. 4) Lochea alba adalah lokia yang terakhir dimulai dari hari ke 14 kemudian lama kelamaan makin sedikit
11
hingga sama sekali berhenti sampai satu atau dua minggu berikutnya. Umumnya jumlah Lochea yang keluar lebh sedikit bila wanita post partum dalam posisi berbaring daripada berdiri. Hal ini akibat pembuangan bersatu di vagina bagian atas saat wanita dalam posisi berbaringdan kemudian akan mengalir keluar saar berdiri. Total jumlah rata-rata pengeluaran lokia sekitar 250-300 ml. c) Perinium Perinium adalah daerah vulva dan anus. Biasanya setelah melahirkan, perinium menjadi agak bengkak / edema dan mungkin ada luka jahitan bekas robekan atau episiotomi, yaitu sayatan untuk memperluas pengeluaran bayi. d) Vulva dan vagina Setelah 3 minggu melahirkan vulva dan vagina kembali pada keadaan semula dan rugae dalam vagina berangsur-angsur akan muncul kembali, dalam beberapa hari pertama sesudah proses melahirkan vulva dan vagina dalam keadaan kendur. 2) Perubahan sistem pencernaan Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara lain :
12
a) Nafsu makan Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3 - 4 hari sebelum faal usu kembali normal. Meskipun kadar estrogen dan progesteron menurun setelah melahirkan, supan makanan juga mengalami penurunan selam 1-2 hari. b) Mortalitas Secara khas, penurunan tonus dan mortalitas otot traktus
cerna
dan
anastesi
bisa
memperlambat
pengembalian tonus ke keadan normal. c) Pengosongan usus Ibu sering mengalami hal ini disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan awal masa postpartum, diare sebelum persalinan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserai jalan lahir. 3) Perubahan sistem perkemihan Fungsi gingal kembali normal pada waktu 1 bulan setelah melahirkan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam sesudah melahirkan. Hal yang berkaitan dengan fungsi sistem perkemihan, antara lain : (a) Hemostasis interenal Bebrapa hal yanng berkaitan dengan cairan tubuh antara lain edema dan dehirasi. Edema adalah tertimbunnya caran jaringan akibat gangguan keseimbangan cairan dalm tubuh.
13
Dehidrasi adalah kekurangan cairan atau volume air yang terjadi pada tubuh karena pengeluaran yang berlebihan dan tidak diganti. (b) Keseimbangan asam basa Batas normal PH cairan tubuh adalah 7,35-7,40. Bila PH >7,4 dosebut alkalosis dan jika PH <7,35 disebut asidosis. (c) Pengeluaran sisa metabolisme, racun dan zat toksin ginjal. Ginja mensekresi hasil akhir metabolisme protein yanng memngandung nitrogen terutama urea, asam urat, dan kreatinin. 4) Perubahan sistem muskuloskeletal Adaptasi sistem muskuloskeletal pada masa nifas, meliputi : a) Dinding perut dan perintonium Dinding perut akan longgar pasca persalinan akan pulih dalam 6 minggu. b) Kulit abdomen Lama hamil kulit abdomen akan melebar, melonggar, dan memngendur hingga berbulan-bulan. Otot dindng abdomen akan kembali normal dalam beberapa minggu pasca persalinan dengan latihan post natal. c) Striae Striae pada dinding abdomen tidak akan menghilang sempurna melainkan akan membentuk garis lurus yang
14
samar. Tingkat dilatasi muskulus rektum abdominis pada ibu post partum dapat dikaji melalui keadaan umum, aktivitas, paritas, dan jarak kehamilan, sehingga dapat membantu menentukan lama pengambilan tonus otot menjadi normal. d) Perubahan ligamen Setelah jalan lahir, ligamen-ligamen, diafragma pelvis, dan fasia merengang sewaktu kehamilan dan partus berangsurangsur menciut kemballi seperti sediakala. Tidak jarang lligamen rotundum menjadi kendor mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi. e) Simpisis pubis Pemisahan simpisis pubis jarang terjadi. Namun demikian hal ini dapat menyebabkan, morbiditas martenaal. Gejala dari pemisahan sispisis antara lain : nyeri tekan pada pubis disertai peningkatan nyeri saat bergerak ditempat tidur atau pun saat bergerak. Gejala ini dapat menghilang setelah beberapa minggu atau bulan pasca melahirkan, bahkan ada yang menetap. 5) Perubahan tanda-tanda vital a) Sushu badan 24 jam post partum suhu badan akan naik sedikit (37,5oC38oC) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan,
15
kehilangan cairan dan kelelahan, apabila keadaan normal suhu badan akan biasa lagi. Nifas dianggep terganggu kalau ada emam lebih dari 38oC pada 2 hari berturut-turut pada 10 hari yang pertama postpartum. b) Nadi Denyut nadi normal orang dewasa 60-80 kali/menit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi akan naik lebih cepat. c) Tekanan darah Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan merendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah pada postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsi postpartum. d) Pernapasan Keadaan pernpasan akan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal pernapasan akan mengikutinya kecuali ada gangguan khusus pada gangguan pernapasan. 6) Perubahan sistem kardiovaskuler a) Volume darah Perubahan volume darah bergantung pada beberapa faktor, misalnya
kehilangan
darah
selama
melahirkan
dan
mobilisasi, serta pengeluaran cairan ekstravaskuler (edema
16
fisiologis). Pada minggu ke 3 dan ke 4 setelah bayi lahir volume darah biasanya menurun sampai mencapai volume dara
sebelum
hamil.
Pada
persalinan
pervaginaam
kehilaangan darah sekitar 300 - 400cc. 3 perubahan fisiologis pasca post partum yang terjad pada wanita : 1) Hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang mengurangi ukuran pembuluh darah maternal 10-15%. 2) Hilangnya
fungsi
endokrin
plasenta
yang
menghilangkan stimulus vasodilatasi. 3) Terjadimya mobilisasi air ekstravaskuler yang disimpan selama hamil. 4) Curah jantung. Segera setelah wanita melahirkan keadaan ini akan meningkat bahkan lebih tiggi selaa 30-60 menit karena darah yang biasanya melintas sirkulasi uteroplasenta tibatiba kembali ke sirkulasi umum. Pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit lebih menurun, tetapi darah lebih mengentak
dan
peningkatan
viskositas
sehingga
meninggkat faktor pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat faktor pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah putih dapat mencapai
17
15.000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari setelah postpartum. 7) Perubahan sistem hematologi Pada hari peetama post partum, kada fibrinogen dan plasme akan sedikit menurun, tetapi darah lebih mengental dan peningkatan viskositas sehingga meningkat faktor pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari setelah post partum. d. Asuhan keperawatan post partum Asuhan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaan dalam keadaan seperti hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil (Saleha, 2009). 1) Pengkajian Tujuan anamnesa adalah merupakan kumpulan informasi subyektif yang diperoleh dari apa yang dipaparkan oleh pasien terkait dengan masalah kesehatan yang meyebabkan pasien melakukan kunungan ke peleyanan kesehatan (Niman ,2013). a) Riwayat kesehatan Riwayat kesehatan bertujuan untuk mendpatkan dan memngenai psikososial, suku dan latar belakang budaya yang berpengaruh terhadap kondisi kesehatan pasien, sakit
18
penyakit yang dialami dan kebutuhan terkait pendidikan kesehatan (Niman, 2013). Hal yang perlu dikaji dalam riwayat kesehatan adalah : 1) Keluhan yang dirasakan ibu saat ini 2) Adakah kesulitan atau gangguan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari misalnya pola makan, buang air kecil
atau buang air besar, kebutuhan istirahat dan
mobilisasi. 3) Riwayat persalinan ini meliputi adakah komplikasi, laserasi atau episiotomi. 4) Obat atau suplemen
yang dikonsumsi saat ini
misalnya tablet zat besi. 5) Perasaan ibu saat ini berkaitan dengan kelahiran bayi, penerimaan terhadap peran baru sebagai orang tua termasuk suasana hati yang dirasakan ibu sekarang, kecemasan dan kekhawatiran. b) Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik merupakan bagian dari prose assesment yang dilakukan oleh perawat untuk mendapatkan informasi mengenai gambaran lengkap tentang fungsi fisiologis. (Niman, 2013) Antara lain : 1) Keadaan umum, kesadaran
19
2) Tanda-tanda vital: tekanan darah, suhu, nadi dan pernafasan. 3) Payudara: pembesaran, putting susu (menonjol atau mendatar, adakah nyeri dan lecet pada putting), ASI atau kolostrum sudah keluar, adakah pembengkakan, radang atau benjolan abnormal. 4) Abdomen: tinggi fundus uteri, kontraksi uterus. 5) Kandung kemih kosong atau penuh. 6) Genetalia dan perineum : pengeluaran lochea (jenis, warna, jumlah, bau), odema, peradangan, keadaan jahitan, nanah, tanda-tanda infeksi pada luka jahitan, kebersihan perineum dan hemmoroid pada anus (Suherni, 2008). c) Diagnosa keperawatan Diagnosa
keperawatan
adalah
pernyataan
yang
menggambarkan respons manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual/potensial) dari individu atau kelompok tempat perawat secara legal mengidentifkasi dan perawat dapat memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
status
kesehatan
atau
untuk
mengurangi,
menyingkirkan, atau mencegah perubahan (Rohmah, dkk.2014).
20
Menurut Solehati, dkk (2015) diagnosa yang sering muncul pada asuhan keperawatan post partum adalah : 1) Nyeri akut berhubungan dengan involusi uterus 2) Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat 3) Gangguan pola tidur berhubungan gangguan lingkungan, misal keadaan yang ribut 4) Resiko terjadinya defisiensi volume cairan berhubungan dengan adanya perdarahan 5) Resiko terjadinya konstipasi berhubungan dengan ketidaknyamanan setelah melahirkan d) Perencanaan Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalahmasalah yang telah diidentifikasikan dalam diagnosis keperawatan (Rohmah, dkk. 2014). 1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik a) Lakukan pengkajian nyeri yang komperhensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, atau keparahan nyeri, dan faktor presipitasinya. Observasi isyarat non verbal b) Ajarkan penggunaan teknik farmakologi
21
c) Pemberian analgesik d) Observasi TTV 2) Resiko Infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat a) Pantau tanda dan gejala infeksi (misal, suhu tubuh, denyut jantung, drainase, penampilan luka, sekresi urin, suhu kulit, keletihan, dan malaise) b) Pantau hasil laboratorium c) Perawatan luka insisi d) Berikan
terapi
antobiotik
bila
diperlukan
(Wilkinson, 2011). 3) Resiko terjadinya defisiensi volume cairan berhubungan dengan adanya perdarahan a) Mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mengatur keseimbangan elektrolit b) Memberikan dan memantau cairan dan obat intravena (Wilkinson, 2011). 4) Resiko terjadinya konstipasi berhubungan dengan ketidaknyamanan setelah melahirkan a) Kumpulkan data dasar mengenai program defekasi, aktivitas, dan pengobatan. b) Kaji dan dokumentasikan keadaan pasca post partum : warna dan konsistensi feses pertama,
22
keluarnya flatus, dan ada tidaknya bising usus dan distensi abdomen (Wilkinson, 2011). e) Evaluasi Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Rohmah, dkk. 2014). 2. Involusi uterus a. Pengertian Involusi uterus merupakan mengecilnya kembali rahim setelah persalinan kembali kebentuk asal (Ramali, 2003). Menurut lowdermilk, dkk (2005) involusi uterus pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di posisi garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah
umbilicus
dengan
bagian
fundus
bersandar
pada
promontorium sakralis. Pada saat ini besar uterus sewaku usia kehamilan 16 minggu (kira-kira sebesar jeruk asam) dan beratnya kira-kira 1000g. Tinggi fundus uterus dalam waktu 12 jam, TFU mencapai kurang lebih 1 cm diatas umbilikus. Beberapa hari kemudian, perubahan involusi berlangsung cepat. Fundus kira-kira turun 1-2 cm setiap 24 jam. Pada hari pasca partum ke 6 fundus normal akan berada di pertengahan antara umbilikus dan simpisis pubis. Uterus
23
tidak dipalpasi pada abdomen pada hari ke 9 pasca partum (Khairani, 2012). Uterus pada waktu hamil penuh beratnya 11x berat sebelum hamil, berinvolusi kira-kira menjadi 500g 1 minggu setelah melahirkan dan 350g (11-12 ons) 2 minggu setelah lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus berada didalam panggul sejati lagi. Pada minggu ke 6, beratnya menjadi 50-60g (Khairani, 2012). Peningkatan kadar esterogen dan progresteron bertanggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama masa hamil. Pertumbuhan
uterus
prenatal
tergantung
pada
hiperplasia,
peningkatan jumlah sel-sel otot, dan hipertrofi, pembesaran sel-sel yang sudah ada. Pada masa pasca partum penurunan kadar hormon-hormon ini menyebabkan terjadinya outo-lisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan (Bobak, Lowdermilk, Jensen 2005). Sel-sel tambahan berbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebab ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil. Subinvolusi merupakan kegagalan uterus untuk kembali pada keadaan tidak hamil. Penyebab subinvolusi uterus yang paling sering ialah fragmen plasenta dan infeksi (Bobak, Lowdermilk, Jensen 2005).
24
b. Mekanisme Farrer dalam Hamranani (2001) menjelaskan bahwa Involusi uterus disebabkan oleh beberapa hal yaitu pertama akibat dari keluarnya
hormon
oksitosin
yang menyebabkan
terjadinya
kontraksi dan retraksi otot miometrium uterus. Kontraksi otot miometrium akan menekan pembuluh darah sehingga suplay darah ke uterus menjadi berkurang. Kedua yaitu adanya kontraksi dan retraksi otot miometrium yang terjadi terus menerus akan menekan pembuluh darah daerah penempelan plasenta, proses ini akan membantu mengurangi terjadinya perdarahan. Ketiga yaitu otolisis, pada proses ini sitoplasma sel yang jumlahnya banyak selama kehamilan akan mengalami proliferasi karena pengaruh peningkatan hormon estrogen dalam tubuh selama hamil akan mengalami atrofi seiring dengan penurunan jumlah estrogen setelah pelepasan plasenta. 3. Pijat oksitosin a. Pengertian Pijat oksitosin adalah tindakan yanng dilakukan oleh keluarga terutama adalah suami pada ibu menyusui yang berupa back massase pada punggung ibu untuk meningkatkan hormon oksitosin (Widuri, 2013).
25
b. Manfaat pijat oksitosin Pijat oksitosin merupakan merupakan salah satu cara untuk mempercepat
penurunan
involusi
uterus.
penurunan involusi uterus lebih cepat
Menurut
penulis
karena responden dan
keluarga responden diajak memanfaatkan alat indra untuk memahami materi yang disampaikan (Khairani, 2012). c. Langkah prosedur pijat oksitosin
Gambar 1:1 d. Penatalaksanaan pijat oksitosin terhadap involusi uterus Pemijatan dari Efek fisiologis dari pijat oksitosin ini adalah merangsang kontraksi otot polos uterus baik pada proses saat persalinan maupun setelah persalinan sehingga bisa mempercepat proses involusi uterus 2,15. (Cuningham, 2006 dalam junal Wada 2012).
26
Jurnal ini diperkuat dengan teori yang diungkapkan oleh Pillitery pijat oksitosin dapat merangsang hipofisis anterior dan posterior untuk mengeluarkan hormon oksitosin hormon oksitosin akan memicu kontraksi otot polos pada uterus sehingga akan terjadi involusi uterus, sedangkan tanda jika ada reflek oksitosin adalah dengan adanya rasa nyeri karena kontraksi uterus. Oksitosin juga berfungsi menyebabkan kontraksi rahim. Kontraksi ini membantu mengurangi perdarahan, namun kadang dapat menyebabkan nyeri rahim dan keluarnya darah selama menyusui di beberapa hari pertama. Nyerinya bisa sangat hebat (Pillitery, 2003 dalam Khairani 2012).
27
B. Kerangka Teori Masa post partum Perubahan fisiologis uterus
Vagina
Kontraksi uterus
Luka episiotomi
Involusi uterus lambat
Luka jahit
Pijat oksitosin
Terputusnya kontiunitas jaringan
Mempercepat kerja saraf parasimpatis
jalan masuknya patogen
Merangsang hipofisis anterior dan posterior Resiko Infeksi
Hormon oksiton Nyeri
Kontraksi uterus Menekan pembuluh darah Mengurangi perdarahan Involusi uterus
Gambar 2.2 Kerangka teori Sumber : Farrer (2001), Pillitery (2003)
28
C. Kerangka Konsep
Post partum
Pemijatan oksitosin Gambar 2.3 Kerangka konsep
Penurunan involusi uterus
29
BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET
A. Subjek Aplikasi Riset Pada pasien Post partum Ny. M berusia 32 tahun.
B. Tempat dan Waktu Tempat
: Ruang bougenville Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo
Waktu
: 12 Maret 2015
Lama pemijatan : 2-3 menit
C. Media dan Alat yang digunakan Alat yang digunakan
:
1. Meadline 2. Minyak kelapa/baby oil sebagai pelicin 3. Handuk atau tisue untuk membersihkan baby oil 4. Kertas 5. Bolpoin 6. Lembar observasi
D. Prosedur Tindakan Pemijatan oksitosin segera dilakukan setelah kala empat berakhir. Kadar oksitosin dalam plasma ibu akan meningkat pada akhir kala dua
29
30
persalinan, masa post partum dini dan selama menyusui (Chunningham, et all, 2006). Pijat oksitosin yang dilakukan adalah ibu duduk membungkuk rileks, agar bisa terciptakan duduk demikian bisa dengan meletakkan di depannya. Pemijat mengepalkan kedua tangannya dan kedua ibu jari dicelupkan kedalam baby oil, lalu melakukan gerakan pada punggung, tepatnya di samping tulang punggungnya. Lakukan gerakan melingkar dengan kedua ibu jari dari atas sampai kebawah. Lakukan pemijatan 2-3 menit (Widuri, 2013).
E. Alat Ukur Pengukuran
tinggi
fundus
uterus
dapat
dilakukan
dengan
menggunakkan metersan kertas atau pelvimeter. Untuk meningkatkan ketepatan pengukuran, sebaiknya dilakukan oleh orang yang sama (Bobak, 2004 dalam martini).
31
BAB IV LAPORAN KASUS
Pada bab ini menjelaskan tentang kasus asuhan keperawatan post partum pada Ny. M dengan pemberian pijat oksitosin terhadap involusi uterus di ruang baougenville Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo. Pengelolaan asuhan keperawatan ini dilakukan selama 2 hari pada tanggal 12 Maret 2015 sampai tanggal 13 Maret 2015 pada pukul 10.00 WIB. Laporan kasus ini meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi dari tindakan keperawatan. Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 11 Maret 2015 pukul 11.30, pengkajian dilakukan dengan metode autoamnamnesa dan alloamnamnesa.
A. Pengkajian 1. Identitas pasien Pasien bernama Ny. M yang beralamat di Gayam Sukoharjo. Pasien berusia 32 tahun dengan berjenis kelamin perempuan beragama Islam dengan pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga, dan berpendidikan terakhir Sekolah Menengah Akhir (SMA) Suami pasien yang bernama Tn. T yang beralamat di Gayam Sukoharjo berumur 35 tahun dan pekerjaan sebagai wiraswasta dengan pendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas (SMA).
31
32
2. Riwayat persalinan lalu Persalinan pada anak pertama Ny. M yaitu Post partum Spontan berjenis kelamin laki-laki dengan berat badan lahir 3000 gram, keadaan bayi saat lahir sehat/normal, umur sekarang 8 tahun. Anak ke dua lahir persalinan post partum involusi uterus oksitosin spontan pada tanggal 12 Maret 2015 pada pukul 04.30 WIB jenis kelamin laki-laki, berat badan 3500 gram, keadaan bayi saat lahir sehat, umur 1 hari. Status obstetri P2 A0. Keluhan utama pada pasien mengatakan nyeri. Nyeri dirasakan setelah melahirkan nyeri karena kontraksi uterus, skala nyeri 4, nyeri kadang-kadang, nyeri seperti tertusuk-tusuk di perut bagian bawah. 3. Riwayat kehamilan saat ini Pasien periksa kehamilan Ny. M sebanyak 7 kali yaitu pada trimester I pada tanggal 8 Juli 2014 dan 10 Agutus 2014, pemeriksaan kedua pada trimester ke II tanggal 11 September 2014, 18 Oktober 2014, 21 November 2014 dan pemeriksaan ke tiga pada trimester ke III pada tanggal 23 Desember 2014, 25 Januari 2014. Riwayat kehamilan adalah bahwa Ny. M tidak ada masalah dari trimester ke I sampai trimester ke III Dalam kehamilan yang ke 2 ini Ny. M tidak ada masalah kehamilan dari Trimester I-III jenis persalinan yang dilakukan anak ke 2 ini adalah normal dan berjenis kelamin bayi laki-laki berat badan bayi tersebut 3.500gr, panjang bayi 49 cm, lingkar kepala bayi : 35 cm, lingkar dada bayi : 34 cm. Pada pasien ada pengeluaran
33
darah dari vagina sebanyak ± 300cc. Pada pasien tidak ada masalah dalam persalinan. 4. Riwayat ginekologi Pasien Ny.M tidak memiliki masalah dalam ginekologinya dan pasien juga menggunakan KB suntik dengan suntik 1 bulan sekali, sejak kelahiran anak pertamanya. 5.
Data postnatal Pasien Ny. M dalam riwayat persalinan dengan kelahiran ke 2 anak ke 2 abortus 0 dengan bayi rawat gabung, keadaan pasien baik dan kesadaran pasien composmentis atau kesadaran penuh. Ny.M memiliki Berat Badan 62 kg dan tinggi badan 153 cm. TTV pasien adalah tekanan darah : 140/90mmHg Suhu : 37,20C, Nadi : 84X/M, Respiratory : 22X/M. Pemeriksaan fisik pasien di kepala warna rambut hitam, panjang, dan tidak ada ketombe lalu mata dengan konjungtiva anemis, sklera putih, simetris, tidak memakai alat bantu. Hidung bersih, tidak ada polip, 2 lubang hidung, simetris, dapat membedakan bau lalu mulut pasien Ny. M bersih, simetris, tidak ada sumbing dan telinga pasien bersih, simetris, dapat mendengar dengan baik dan leher penonjolan JVP, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid. Pada pemeriksaan fisik dada terdapat jantung dengan inspeksi ictus Cordis tidak nampak, palpasi ictus cordis tampak pada ICS IV, perkusi bunyi jantung pekak dan auskultasi suara reguler. Lalu pada paru terdapat Inspeksi simetris ka/ki, palpasi pengembangan paru, vocal
34
premitus seimbang ka/ki, perkusi sonor, tidak ada suara tambahan, auskultasi : vesikuler. Pemeriksaan abdomen tidak ada bekas operasi, striae livide TFU 1 jari dibawah umbilikus, kontraksi uterus baik,teraba keras dan bundar pada pemeriksaan fisik perinium dan genetal terdapat vagina terdapat luka epsiotomi kurang lebih 4cm, vagina elastis, tidak ada oedema dan tidak ada hematoma. Lalu untuk kebersihan perinium pasien bersih dengan lokea : 300cc yang berbau khas dan berwarna merah, pasien juga tidak ada hemoriod. Ekstremitas pada pasien dibagi menjadi 2 yaitu Ekstremitas atas terdapat hasil pengkajian dengan tidak ada adema, kapilaris refil kurang dari 2 detik, terpasang infus di tangan kanan. Ekstremitas bawah tidak terdapat edema di kaki dan tidak ada varises. Istirahat dan kenyamanan pasien mengatakan setalah melahirkan anak ke 2 nya pasien mengatakan dapat tidur selama 4 jam dari jam 06.30-09.30 WIB dengan nyenyak tanpa obat tidur. Eliminasi selama di rumah sakit buang air kecil pasien 150cc berwarna jernih dan terpasang DC, lalu untuk BAB pasien memngatakan setelah melahirkan sampai sekarang pasien belum BAB, BAB terakhir tanggal 10-03-15. Mobilisasi sudah bisa melakukan miring ka/ki dan duduk, lalu pasien tidak melakukan senam atau latihan apapun. Diit pasien makan habis 1 porsi yang diberikan oleh pihak rumah sakit, dan pasien dalam sehari juga minum dari 8x minum teh 4x dan air putih 4x. Keadaan
35
mental pasien terhadap kelahiran anak ke 2 nya sangat mengerti dan penerimaan anak ke 2 nya pasien mengatakan bahagia. 6. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang tanggal : 10-03-15 yaitu HB 11,4 g/dl (normal 11-16,1), HT, leukosit 10,8 juta/mm (normal 4,4-11), trombosit 312 U/L (normal 150-450), eritrosit 3,93 U/L (normal 4,1-5,1), GDS 85 mg/dl (normal 60-140), hematokrit 39 (normal 35-47), MCV 86,3 FL (80-100), MCH 29,0 (normal 26-34), MCHC 33,6 g/dL (normal 3236),RDW-CV 12,7# (normal 11,5-14,5), PDW 13,1 fL, MPV 10,8 fL, 31,3#, PCT 0,34#, NRBC 0.00# (normal 0-1), neutrofil 73,7# (normal 53-75), limfosit 17,5# (normal 25-40), monosit 7,40# (normal 2--8), eosinofil 1.00# (normal 2.00-4.00), basofil 0.40# (normal 0-1), IG 1,70#, HbsAg non reaktif. 7. Terapi obat Terapi yang diberikan pada tanggal 12 Maret 2015 mendapatkan cefotaxim dengan dosis 1gr/12 jam dengan golongan dan kandungan berupa cefalosporin yang berfungsi sebagai infeksi berat bakteri gram positif pada saluran nafas dan infus ranger laktat 20 tetes per menit dengan golongan dan kandungannya adalah asering untuk penambahan cairan pasien.
36
B. Analisa Data Berdasarkan data yang diperoleh dari penulis pada hari Kamis Tanggal jam 10.30 pada Ny. M yaitu nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis (involusi uterus). Data-data menunjang di tegakkan diagnosa diatas yaitu data subyektif pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah provocade nyeri karena kontraksi uterus, qulity nyeri tersebut seperti tertusuk-tusuk ragion nyeri pada perut bagian bawah skala nyeri 4 time nyeri terasa saat pasien bergerak lalu pada data DO pasien tampak meringis kesakitan, posisi menghindari nyeri, dan TTV : tekanan darah 140/90 mmhg, pernafasan 22 x/m, nadi 84 x/m, suhu 370C dari data tersebut dapat ditegakkan diagnosa yang pertama yaitu nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis (involusi uterus). Pada jam 10.40 diperoleh hasil data subyektif pasien mengatakan terdapat luka jahitan akibat persalinan dari data obyektif terdapat epsiotomi, luka episiotomi 4 cm, tidak ada kemerahan, pasien kurang mengerti tentang perawatan luka, leukosit : 10.8, HB : 114, suhu 37,20C dari data tersebut dapat ditegakkan untuk diagnosa ke dua yaitu resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat.
C. Diagnosa Keperawatan Diagnosa yang telah didapatkan dari hasil analisa data dapat diprioritaskan, yaitu yang pertama nyeri berhubungan dengan agen cidera
37
fisik. Diagnosa yang ke dua yaitu resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat.
D. Intervensi Keperawatan Setelah di temukan diagnosa yang pertama yaitu nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis (involusi uterus), penulis membuat intervensi dengan tujuan dari tindakan yang akan dilakukan adalah setelah dilakukan tindakan masalah keperawatan selama 2x24 jam masalah keperawatan nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis (involusi uterus) dapat teratasi dengan kriteria hasil nyeri berkurang dari skala 4 menjadi 2, pasien dapat mengontrol nyeri, ekspresi wajah pasien tampak tidak meringis kesakitan TFU bisa cepat kembali normal, tekanan darah dalam batas normal sistol <140, >d90 diastol, <90 mmhg, nadi 60-100x/m, suhu 360C, RR 16-24 x/m. Penulis membuat intervensi yang dilakukan untuk diagnosa pertama adalah observasi keadaan pasien dan skala nyeri dengan rasional untuk mengetahui skala nyeri. Ajarkan relaksasi nafas dengan rasional untuk distraksi nyeri. Beri pijat oksitosin dengan rasional untuk mempercepat penurunan TFU pada Ny. M. Kalaborasi dengan tim medis lainnya guna untuk mempercepat pengobatan. Diagnosa yang kedua yaitu resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat, tujuan dari tindakan yang akan dilakukan adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24jam
38
masalah keperawatan dapat teratasi dengan kriteria hasil suhu tubuh normal, tidak terjadi rubor, kolor, dolor, tumor, fungsi laesa, dan tidak terjadi infeksi. Intervensi yang dilakukan untuk diagnosa yang ke dua yaitu penulis memberikan intervensi yaitu kaji luka pasien dengan rasional untuk mengetahui tingkat luka pada pasien, lakukan perawatan luka dengan rasional mencegah terjadinya infeksi, jelaskan tentang pencegahan infeksi dengan rasional agar pasien dapat mengerti adanya tanda-tanda infeksi, kalaborasi dengan tim medis lainya untuk pemberian obat untuk mempercepat proses penyembuhan.
E. Implementasi Keperawatan Implementasi yang dilakukan untuk diagnosa yang pertama nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis (involusi uterus) pada hari kamis, tanggal 12 Maret 2015 pada pukul 11.00 WIB adalah mengkaji keadaan pasien dan skala pasien, pasien mengatakan mau untuk diperiksa didapati keadaan pasien baik, skala nyeri 4
tekanan darah 140/90 mmHg, suhu
37,20C, nadi 84x/m, respiratory 22x/m . Lalu pada jam 11.20 WIB pasien diajarkan relaksasi nafas dalam, dan pasien pun mengatakan mau untuk diberi posisi yang nyaman, pasien tampak lebih tenang. Setelah itu pada jam 11.40 WIB pasien di berikan pijat oksitosin, pasien mengatakan mau untuk diberi tindakan tersebut, TFU berada di 1 jari dibawah umbilikus. Jam 12.10 WIB kalaborasi dengan dokter untuk pemberian obat cefotaxim 1gr/12jam, pasien mau untuk dilakukan tindakan.
39
Diagnosa yang ke dua adalah resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat pada hari kamis tanggal 12 Maret 2015 Jam 12.10 WIB kalaborasi dengan dokter untuk pemberian obat cefotaxim 1gr/12gr, pasien mau untuk dilakukan tindakan. Pada pukul 12.30 WIB adalah mengkaji luka pasien, pasien mengatakan mau untuk diobservasi didapati luka sayatan episiotomy sebesar 4cm di perineum. Pada jam 12.45 WIB tindakan adalah melakukan perawatan luka, pasien mengatakan mau untuk dilakukan tindakan keperawatan, tidak terjadi rubor, kolor, dolor, tumor, fungsi laesa. Pada jam 13.05 WIB tindakan keperawatan adalah menjelaskan tentang pencegahan infeksi, pasien mengatakan mau untuk dijelaskan tentang pencegahan infeksi, pasien tampak mendengarkan penjelasan perawat HB : 11,4 Leukosit : 10,8. Implementasi pada hari ke 2 pada hari jumat tanggal 13 Maret 2015 pada jam 07.30 WIB dengan diagnosa yang pertama nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis (involusi uterus) adalah mengobservasi keadaan umum pasien dan skala pasien, pasien mengatakan mau untuk diperiksa lalu didapati keadaan umum pasien baik, pasien tidak meringis kesakitan, tidak menghindari nyeri, tidak wajah topeng, tanda-tanda vital pasien TD 120/80 N 82x/m S 36,50C dan RR 20x/m, skala nyeri 2. Pada jam 09.00 WIB pasien dilakukan tindakan diagnosa yang ke dua resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat yaitu mengkaji luka pasien, pasien mengatakan mau untuk diperiksa, terdapat luka episiotomy di perineum.
40
Pada jam 09.45 WIB pada diagnosa yang pertama nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis (involusi uterus) adalah mengajarkan relaksasi nafas dalam, pasien mengatakan mau untuk dilakukan tindakan keperawatan, pasien tampak mengikuti instruksi. Diagnosa ke satu pada jam 10.30 WIB yaitu nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis (involusi uterus) adalah melakukan perawatan luka, pasien mengatakan mau untuk di bersihkan lukanya, terdapat luka episiotomy sudah bersih dan lukanya tidak basah tidak terjadi rubor, kolor, dolor, tumor, fungsi laesa. Pada jam 11.30 WIB pada diagnosa ke satu dan dua yaitu nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis (involusi uterus) dan resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat adalah kalaborasi dengan tim dokter untuk pemberian obat, pasien mengatakan mau untuk di beri obat cefotaxim 1gr/12jam, pasien tampak mau untuk dilakukan tindakan. Diagnosa ke pertama pada jam 12.45 WIB yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (involusi uterus) adalah melakukan pemijatan oksitosin ulang, lalu pasien mengatakan mau melakukan tindakan pijat oksitosin mandiri dengan suaminya, pasien tampak senang dan bisa melakukan tindakan tersebut, TFU 2 jari dibawah umbilikus (turun 1 jari).
F. Evaluasi Evaluasi dari implementasi pada tanggal 12 Maret 2015 pukul 13.30 WIB dengan diagnosa yang pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan
41
agen cidera biologis (involusi uterus) terdapat data subyektif pasien mengatakan nyeri, provocate nyeri karena post partum involusi uterus oksitosin, quality pasien mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk, region pasien mengatakan nyeri di perut bagian bawah, skala skala nyeri tersebut adalah 4, time saat bergerak. Obyektif pasien tampak meringis kesakitan, TFU berada di 1 jari di bawah umbilikus, tanda-tanda vital tekanan darah 140/90 mmhg, nadi 84x/m, suhu 37,3 0C, respiratory 22x/m, menghindari nyeri. Assesment masalah belum teratasi sepenuhnya. Planning Intervensi dilanjutkan. Evaluasi dari implementasi pada tanggal 12 Maret 2015 jam 13.30 WIB dengan diagnosa yang kedua yaitu resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat subyektif pasien mengatakan tidak tahu tentang cara pencegahan infeksi dan tanda-tanda infeksi. Obyektif pasien tampak kurang paham, tidak terjadi rubor, kolor, dolor, tumor, fungsi laesa. Assesment masalah belum teratasi. Planning lanjutkan intervensi. Evaluasi pada hari ke dua tanggal 13 Maret 2015 pada jam 13.45 WIB dengan diagnosa yang pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (involusi uterus) terdapat data subyektif pasien mengatakan nyeri provocate nyeri karena post partum involusi uterus oksitosin, quality pasien mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk, region pasien mengatakan nyeri di perut bagian bawah, skala skala nyeri tersebut adalah 2, time saat bergerak. Obyektif pasien tidak meringis kesakitan, tidak menghindari nyeri, tidak wajah topeng, TFU berada di 2 jari di bawah umbilikus, tanda-tanda
42
vital pasien TD 120/80 N 82x/m S 36,50C dan RR 20x/m. Assesment Masalah teratasi sepenuhnya. Palnning hentikan Intervensi. Evaluasi dari implementasi pada tanggal 13 Maret 2015 dengan diagnosa yang kedua yaitu resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat Subyektif pasien mengatakan mengerti tentang cara pencegahan infeksi dan tanda-tanda infeksi. Obyektif pasien tampak paham, tidak terjadi rubor, kolor, dolor, tumor, fungsi laesa. Assesment masalah teratasi. Planning hentikan intervensi.
43
BAB V PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis membahas mengenai pemberian pijat oksitosin terhadap involusi uterus pada asuhan keperawatan Ny. M dengan post prtum di ruang bougeville RSUD Sukoharjo. Disamping itu penulis juga akan membahas tentang kesesuaian dan kesenjangan antara teori dan kenyataan dengan memperhatikan aspek kehidupan proses keperawatan yang terdiri dari tahap pengkajian, dagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperwatan. Pijat oksitosin adalah tindakan yang dilakukan oleh keluarga terutama alah suami pada ibu menyusui yang berupa back massage pada punggung ibu untuk meningkatkan hormon oksitosin (Widuri, 2013).
A. Pengkajian Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan. Pengkajian merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya (Rohmah, 2014). Pada tanggal 12 Maret 2014 dari hasil pengkajian dan observasi penulis menemukan masalah, pasien mengatakan nyeri karena post prtum, nyeri seperti tertusuk-tusuk, di perut bagian bawah, skala nyeri 4, nyeri saat bergerak. Data obyektif yang di dapat adalah pasien tampak meringis kesakitan, TFU 1 jari dibawah umbilikus, menghindari nyeri, tanda-tanda
43
44
vital, tekanan darah 140/90 mmhg, suhu 37,20C, nadi 84x/m, respiratory 22x/m. Pengkajian pada pemeriksaan abdomen, pasien mengatakan nyeri dibagian perut bawah setelah melahirkan, kesan umum tampak kontraksi uterus baik teraba keras dan bundar TFU 1 jari dibawah pusat tampak pengeluaran lokhia rubra. Nyeri persalinan merupakan pengalaman sensori dan emosional yang ridak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual dan potensial (Judha, dkk. 2012). Data tersebut sudah sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa kontraksi involusi uterus dapat menyebabkan nyeri (Pillitery, 2003 dalam Khairani 2012).
B. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respons manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual atau potensial) dari individu atau kelompok tempat perawat secara legal mengidentifikasi dan perawat dapat memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan atau untuk mengurangi, menyingkirkan, atau mencegah (Rohmah, dkk. 2014). Pada Ny. M di temukan diagnosa keperawatan nyeri akut dan resiko infeksi. Terjadi kesenjangan antara di tinjuan teori dan asuhan keperawatan pada pasien. Penulis mengangkat nyeri sebagai diagnosa sebagai diagnosa utama mengacu pada teori hierarki maslow dimana setiap mana kebutuhan rasa anam nyaman setelah kebutuhan fisiologis, karena pada kebutuhan
45
fisiologis tidak terjadi gangguan maka penulis menetapkan nyeri sebagai diagnosa utama (Mubarak, 2007). Selain itu menurut Roito (2013) nyeri juga sebagai diagnosa utama dan prioritas diagnosa. Diagnosa yang diambil penulis yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (involusi uterus). Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau gambaran dalam hal kerusakan yang sedemikian rupa (International for the study of paint), awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari 6 bulan (nanda, 2009-2011). Involusi uterus merupakan mengecilnya kembali rahim setelah persalinan kembali kebentuk asal (Ramli, 2003). Menurut Lowdermilk, dkk (2005) involusi uterus pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di posisi garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat ini besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu (kira-kira sebesar jeruk asam) dan beratnya kirakira 1000g. Data subyektif pasien mengatakan
nyeri pada bagian perut bawah
provocate nyeri karena kontraksi uterus quality pasien mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk region nyeri di perut bagian bawah skala skala nyeri 4 time nyeri saat bergerak. Data obyektif pasien tampak meringis kesakitan, nyeri berskala 4 TFU berada di 1 jari bawah umbilikus, menghindari nyeri, tanda-tanda vital, tekanan darah 140/90 mmhg, suhu 37,20C, nadi 84x/m,
46
respiratory 22x/m. Tinggi fundus uterus 1 cm di bawah pusat pada hari pertama post prtum dikatakan normal sesuai dengan teori yang diungkapkan Prawirohardjo (2002). Hormon oksitosin akan memicu kontraksi otot polos pada uterus sehingga akan terjadi involusi uterus, sedangkan tanda jika ada reflek oksitosin adalah dengan adanya rasa nyeri karena kontraksi uterus (Pillitery, 2003 dalam Khairani 2012). Batasan karakteristik mengungkapkan secara verbal atau melaporan (nyeri) dengan isyarat, posisi untuk menghindar nyeri, respons autonomik (misalnya, diaforesis; perubahan tekanan darah, pernapasan, atau nadi; dilatasi pupil), (Wilkinson, 2012). Diagnosa yang ke dua yaitu resiko infeksi merupakan mengalami peningkatan resiko terhadap serangan patogen (NANDA, 2009-2011). Diagnosa kedua yang diambil dari penulis yaitu resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat. Data subyektif Ny. M mengatakan luka episiotomi di pernium masih 1 hari. Data obyektif yang didapatkan adalah terdapat luka epsiotomi, panjang luka episiotomi 4 cm, tidak ada rembesan darah, tidak ada bengkak, tidak ada kemerahan, pasien kurang mengerti perawatan luka Leukosit 13,8. Hemoglobin 11,4. Faktor resiko infeksi yang muncul adalah penyakit kronis, imunitas didapat yang tidak adekuat, pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat (misal : integritas kulit tidak utuh, jaringan yang mengalami trauma, penurunan kerja siliaris, stasis cairan tubuh, perubahan sekresi pH, gangguan peristaltis), pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat, peningkatan pemajanan lingkungan
47
terhadap patogen, prosedur invasif, ketuban pecah dini, trauma dan kerusakan jaringan (NANDA, 2009-2011). Infeksi terjadi bila terdapat tanda-tanda seperti kulit kemerahan, demam, atau panas, rasa nyeri dan timbul bengkak, jaringan disekitar luka mengeras, serta adanya kenaikan leukosit (Hartono, 2013). Infeksi luka oleh bakteri akan menghambat penyembuhan luka. Luka terkontaminasi atau luka traumatik akan menunjukkan tanda-tanda infeksi lebih awal yaitu dalam waktu 2-3 hari. Ditandai dengan demam, nyeri tekan dan nyeri pada daerah luka serta sek darah putih meningkat. Tepi luka terlihat mengalami inflamasi dan terdapat purulen (Potter & Perry, 2006).
C. Intervensi Keperawatan Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasikan dalam diagnosis keperawatan (Rohmah, dkk. 2014). Masalah keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera Biologis (involusi uterus) pada Ny. M, penulis membuat intervensi dengan tujuan, setelah tindakan keperawatan 2x24 jam dapat teratasi dengan kriteria hasil skala nyeri 4 menjadi 2, ttv menjadi normal tekanan darah 120/80 mmhg, nadi 80x/m, suhu 36,50C, respiratori 20 x/m, nyeri berkurang, dan ekspresi wajah pasien tidak meringis kesakitan. Penulis memberikan intervensi dalam diagnosa nyeri berhubungan dengan agen cidera fisik. Yang pertama penulis memberikan intervensi kaji
48
skala nyeri dengan menggunakan PQRST, merupakan provocatel palatif yaitu apa penyebabnya, quality yaitu kulitas nyeri tersebut seperti apa, regio yaitu dimana tempat nyeri, skala yaitu bagaimana intensitas nyeri nya menggunakan skala dari 1-10, time yaitu kapan nyeri itu terjadi dengan rasional untuk mengetahui tingkat nyeri pasien (Judha, dkk. 2012). Intervensi ke dua dari diagnosa keperawatan nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis (involusi uterus) adalah ajarkan relaksasi nafas dalam. Ketegangan otot, kecemasan dan nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman. Masing-masing perasaan secara individu dapat memperhebat perasaan yang lain dan menciptakan suatu siklus hebat. Teknik relaksasi dapat membantu memuutuskan siklus hebat. Teknik ini meliputi meditasi, yoga, musik, dan ritual keagamaan. Penggunaan teknik relaksasi tidak menyiratkan bahwa nyeri itu tidak nyata, tetapi hanya membantu menurunkan ketakutan atau kecemasan berhubungan dengan nyeri sedemikian rupa sehingga tidak bertambah buruk (Judha, dkk. 2012). Intervensi ketiga dari diagnosa keperawatan nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis adalah beri pemijat oksitosin. Pijat oksitosin adalah suatu tindakan pemijatan tulang belakang mulai dari costa ke 5-6 sampai scapula akan mempercepat kerja saraf parasimpatis untuk menyampaikan perintah ke otak bagian belakang sehingga oksitosin keluar (Suherni, 2008; Suradi, 2006). Hormon oksitosin berguna untuk memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah dan membantu hemostasis ibu sehingga mengurangi kejadian atonia uteri terutama pada persalinan lama.
49
Kontraksi uterus yang kuat akan mengakibatkan proses involusi menjadi lebih bagus (Cunningham, 2006 dalam jurnal Khairani 2012). Intervensi ketiga dari diagnosa keperawatan nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis adalah kalaborasi dengan dokter untuk pemberian obat secara farmakologi sedangkan menurut Dongoes (2000) obat antibiotik diberikan secara profilaktik dan untuk mengatasi infeksi. Masalah keperawatan resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat, pada Ny. M penulis membuat intervensi dengan tujuan, setelah tindakan keperawatan 2x24 jam dapat teratasi dengan kriteria hasil tidak terjadi infeksi, suhu 36,50C, tidak terjadi rubor, kolor, dolor, tumor, fungsi laesa. Intervensi pertama pada diagnosa kedua yaitu kaji luka pasien untuk mengetahui tingkat luka pasien. Memberikan informasi dasar tentang status luka, sehingga proses penyembuhan dapat dimonitor (Suriadi, 2007). Intervensi ke dua dari diagnosa ke dua pada masalah resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh yang tidak adekuat adalah lalukan perawatan luka. Menurut Dongoes (2000) adalah melindungi pasien dari kontaminasi selama penggantian balut, balutan basah bertindak sebagai sumbu retrigad, menyerap kontaminan eksternal. Intervensi ke dua dari diagnosa ke tiga pada masalah resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh yang tidak adekuat adalah jelaskan tentang pencegahan infeksi sedangkan menurut Dongoes (2000) rasionalnya adalah mungkin indikatif dari pembentukan hematoma/ terjadinya infeksi,
50
yang menunjang perlambatan pemulihan luka dan meningkatkan resiko pemisahan luka. Intervensi ke dua dari diagnosa ke empat pada masalah resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh yang tidak adekuat adalah kalaborasi dengan dokter untuk pemberian obat menurut Dongoes (2000) obat antibiotik diberikan secara profilaktik dan untuk mengatasi infeksi.
D. Implementasi Keperawatan Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah diciptakan. Kegiatan dalam
pelaksanaan juga meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respons pasien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (Rohmah, dkk. 2014) Implementasi yang penulis lakukan pada Ny. M pada diagnosa keperawatan yang pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (involusi uterus) implementasi yang dilakukan penulis adalah mengkaji nyeri pasien dengan PQRST untuk mengetahui tindakan skala nyeri pasien. Keuntungan kajian nyeri bagi pasien adalah nyeri di identifikasi, di kenali sebagai sesuatu yang nyata yang dapat di ukur, dan di jelaskan, serta digunakan untuk mengevaluasi perawatan (Potter & Perry, 2005) Menganjurkan relaksasi nafas dalam untuk mendistraksikan nyeri pasien yang melibatkan teknik pernafasaan dalam efektif dan kata-kata atau
51
ungkapan yang diyakini oleh seseorang dapat menurunkan beban yang dirasakan atau dapat meningkatkan kesehatan (Benson & Proctor, 2000). Implementasi yang ketiga adalah melakukan pijat oksitosin pada pasien. Pijat oksitosin untuk mempercepat involusi uterus tindakan diberikan selama 6 jam pertama didapatkan data subyektif pasien masih mengatakan nyeri, data obyektif pasien meringis kesakitan, TFU pasien masiih berada pada 1 jari dibawah umbilikus (Khairani, 2013). Oksitosin dapat diperoleh dengan berbagai cara baik melalui oral, intranasal, intra-muscular, maupun dengan pemijatan yang merangsang keluarnya hormon oksitosin. Sebagaimana ditulis Lun, et al (2002) dalam European Journal of Neuroscience, bahwa perawatan pemijatan berulang bisa meningkatkan produksi hormon oksitosin. Efek dari pijat oksitosin itu sendiri bisa dilihat reaksinya setelah 6-12 jam pemijatan (Lun, et al 2002). Pijat oksitosin adalah suatu tindakan pemijatan tulang belakang mulai dari nervus ke 5 - 6 sampai scapula yang akan mempercepat kerja saraf parasimpatis untuk menyampaikan perintah ke otak bagian belakang sehingga oksitosin keluar (Suherni, 2008: Suradi, 2006; Hamranani 2010). Uterus dalam 12 jam, TFU mencapai kurang lebih 1 cm diatas umbilikus. Beberapa hari kemudian, perubahan involusi berlangsung cepat, fundus kira-kira turu 1-2 cm setiap 24 jam. Pada hari pasca partum ke 6 fundus normal akan berada pada pertengahan antara umbilikus dan simpisis pubis (Lowdermilk, dkk 2005).
52
Uterus pada waktu hamil penuh beratnya 11x berat sebelum hamil, berinvolusi kira-kira menjadi 500g 1 minggu setelah melahirkan 350g (11-12 ons) 2 minggu setelah lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus berada didalam panggul sejati lagi. Pada minggu ke 6 beratnya menjadi 50-60g (Lowdermilk, dkk 2005). Peningkatan progesteron dan kadar esterogen bertanggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama masa hamil. Pertumbuhan uterus prenatal tergantung pada hiperplasia, peningkatan jumlah sel-sel otot, dan hipertrofi, pembesaran sel-sel yang sudah ada. Pada masa pasca partum penurunan kada hormon-hormon ini menyebabkan terjadinya outo-lisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan berbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebab ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil. Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk kembali ke keadaan semula.penyebab subinvolusi yang paling sering ialah fragmen plasenta dan infeksi (Lowdermilk, 2005). Farrer (2005) dalam Hamrani (2013) menjelaskan bahwa involusi uterus disebabkan oleh beberapa hal yaitu pertama akibat dari keluarnya hormon oksitosin yang menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot miometrium uterus. Kontraksi otot miometrium akan menekan pembuluh darah sehingga suplai darah ke uterus menjadi berkurang. Kedua yaitu adanya kontraksi dan retraksi otot miometrium yang terjadi terus menerus akan menekan pembuluh darah daerah penempelan plasenta, proses ini akan membantu mengurangi terjadnya perdarahan, proses ini akan membantu
53
mengurangi terjadinya perdarahan. Ketiga yaitu otolisis, pada proses ini sitoplasma sel yang berjumlah banyak selama kehamilan akan mengalami proliferasi karena pengaruh peningkatan hormon estrogen dalam tubuh selama hamil akan mengalami atrofi seiring dengan penurunan jumlah estrogen setelah pelepasan plasenta (Lowdermilk,dkk 2005). Cara pemijatan oksitosin menurut Widuri (2013) yaitu dengan cara ibu duduk menunduk dengan rileks, duduk dengan meletakkan kedua tangannya didepan, bebaskan ibu dari pakaiannya, kedua jari dicelukan ke dalam baby oil lalu gerakkan pada punggung ibu. Lakukan gerakan melingkar dengan kedua ibu jari dari atas sampai bawah. Lakukan beberapa kali sampai ibu merasakan rileks. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Khairani dkk (2012) menunjukkan dengan melakukan pijat oksitosin di bangal Bougenville didapatkan menurunkan tinggi fundus uterus. Sehingga, berdasarkan pada penelitian pijat oksitosin pada involusi uterus sangat efektif untuk menurunkan tinggi fundus uterus. Implementasi pertama yang penulis lakukan pada Ny. M pada diagnosa keperawatan yang ke dua resiko infeksi berhubungan dengan ketahanan tubuh primer yang adekuat implementasi yang dilakukan penulis adalah mengkaji luka pasien untuk mengetahui tingkat luka pada pasien. Memberikan informasi dasar tentang status luka, sehingga proses penyembuhan dapat di monitor (Suriadi, 2007).
54
Implementasi kedua yang penulis lakukan pada Ny. M pada diagnosa keperawatan yang ke dua resiko infeksi berhubungan dengan ketahanan tubuh primer yang adekuat implementasi yang dilakukan penulis adalah melakukan perawatan luka untuk mencegah terjadinya infeksi. Perawatan luka dengan NaCl 0,9% merupakan cairan fisiologis yang efektif untuk perawatan luka karena sesuai dengan kandungan garam tubuh (Kristiyaningrum, 2013). Implementasi ke tiga yang penulis lakukan pada Ny. M pada diagnosa keperawatan yang ke dua resiko infeksi berhubungan dengan ketahanan tubuh primer yang adekuat implementasi yang dilakukan penulis adalah menjelaskan tentang pencegahan infeksi untuk dapat mengerti tanda-tanda infeksi. Tanda bahaya infeksi pada nifas. Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genitalia pada masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi 39
o
C tanpa
menghitung hari pertama dan berturut-turut selama dua hari (Prawirohardjo, 2002). Implementasi ke empat yang penulis lakukan pada Ny. M pada diagnosa keperawatan yang ke dua resiko infeksi berhubungan dengan ketahanan tubuh primer yang adekuat implementasi yang dilakukan penulis adalah kalaborasi dengan dokter untuk pemberian obat cefotaxim. Fungsi dari cefotaxim itu sendiri adalah untuk infeksi berat bakteri gram positif pada saluran nafas bawah (Kasim, 2013).
55
E. Evaluasi Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. (Rohmah, 2014) Evaluasi hari pertama pada tanggal 12 maret 2015 pukul 13.30 dengan masalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (involusi uterus), data subyektif : pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah, provocate : nyeri karene involusi uterus, quality : nyeri seperti ditusuk-tusuk, regio : nyeri berada di perut bagian bawah, skala : skala nyeri 4, time : nyeri saat bergerak. Data obyektif pasien tampak meringis kesakitan dan memeganggi perut, TFU berada 1jari dibawah umbilikus, Tampak pengeluaran lokhia Rubra, TTV : TD: 110/80 mmHg ( sistol 110-130 mmHg dan diastole 60-90 mmHg ). N : 82 x/menit ( normal 60 – 90 x/menit ) P : 22 x/menit. A : masalah belum teratasi, P : lanjutkan intervensi. Evaluasi hari pertama pada tanggal 12 Maret 2015 pukul 13.45 dengan masalah resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat pasien mengatakan tidak tahu tengtang cara pencegahan infeksi pasien tampak mendengarkan penjelasan perawat masalah belum teratasi lanjutkan intervensi. Evaluasi hari kedua pada tanggal 13 Maret 2015 pukul 13.45 dengan diagnosa pertama yaitu nyeri akut, data subyektif : pasien mengatakan nyeri berkurang, provocate : nyeri karene involusi uterus, quality : nyeri seperti ditusuk-tusuk, regio : nyeri berada di perut bagian bawah, skala : skala nyeri
56
2, time : nyeri saat bergerak TFU berada di 2 jari dibawah umbiliku . Data obyektif pasien terdapat TFU 2 jari dibawah pusat, tampak pengeluaran lokhia rubra, TTV : TD : 130/80 mmHg, N : 86x/m, S : 36,30C, R : 22x/m. A : masalah teratasi, P : hentikan intervensi. Evaluasi hari kedua pada tanggal 13 Maret 2015 pukul 13.55 dengan diagnosa keperawatan resiko infeksi berhubungan dengan ketahanan tubuh primer yang tidak adekuat pasien mengatakan sudah mengerti tentang cara pencegahan dan perawatan luka jahit perinium pasien tampak paham masalah teratasi hentikan intervensi.
57
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny. M yang meliputi pengkajian, analisa data, intervensi, implementasi, evaluasi serta pengaplikasikan pijat oksitosin terhadap involusi uterus pada asuhan keperawatan pada Ny. M post partum di ruang bougennville Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo , maka penulis menyimpulkan sebagai berikut : 1. Pengkajian Pada Ny. M dengan Post partum P2 A0 berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data pasien mengatakan nyeri karena proses involusi uterus, quality seperti tertusuk-tusuk, region dibagian bawah perut, skala nyeri 5, time nyeri saat bergerak. Data obyektif terdapat TFU 1 jari dibawah pusat, Tampak pengeluaran lokhia Rubra, TTV : TD: 110/80 mmHg (sistol 110-130 mmHg dan diastole 60-90 mmHg). N : 82 x/menit
(normal 60 – 90 x/menit) P : 22 x/menit (normal 16
– 24 x/menit) S : 36,5 °C
(normal 36,5 -37,5 °C).
2. Diagnosa Prioritas utama pada pasien yang muncul pertama adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (involusi uterus), yang ke dua adalah gangguan pola tidur berhubungan rasa nyaman nyeri
57
58
3. Intervensi Penulis membuat intervensi dengan diagnosa pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (involusi uterus) yaitu observasi karakteristik nyeri (penyebab nyeri, kualitas nyeri, letak nyeri, skala nyeri, dan waktu munculnya nyeri) dengan rasional untuk mengetahui batasan nyeri, observasi tanda-tanda vital pasien untuk mengetahui keadaan pasien, lakukan pijat oksitosin rasional untuk mengurangi rasa nyeri dan mempercepat proses involusi uterus, kalaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgetik rasional untuk mempercepat proses penyembuhan. 4. Implementasi Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis mulai hari kamis tanggal 12 Maret 2015 sampai dengan jumat 13 Maret 2015 dengan mengkaji skala nyeri dengan PQRST, mengajarkan relaksasi nafas dalam, melakukan pijat oksitosin bertujuan untuk menurunkan tinggi fundus uterus, kalaborasi dengan dokter dalam pemberian obat. 5. Evaluasi Hasil evaluasi diagnosa pertama pada Ny. M yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (proses involusi uterus) sudah tertasi karena jurnal tersebut menyatakan pemijatan pada pasien dengan post partum akan lebih cepat menurun jika pemijatan dilakukan setiap 6-12 jam perhari, skala nyeri turun menjadi 2.
59
6. Analisa Hasil pemijatan oksitosin terhadap proses involusi uterus pada Ny. M terbukti efektif karena pemijatan oksitosin pada jam ke 6-12 TFU turun dan menjadi 2 jari dibawah pusat/umbilikus.
B. Saran 1. Instansi a. Pendidikan Dapat memberikan/ meningkatan fasilitas, sarana, dan prasana dalam proses pendidikan dari apa yang sudah ada saat ini, melengkapi perpustakaan dengan buku-buku keperawatan khususnya pijat oksitosin terhadap involusi uterus sebagai pilihan terapi modalitas keperawatan dalam managemen involusi uterus salah satu contoh asuhan keperawatan dengan involusi uterus. b. Rumah Sakit Diharapkan setelah diberitahukan teori ini dapat meningkatkan kualitas dan mutu bagi pasien dengan memberikan tindakan pemijatan oksitosin bisa diterapkan dalam rumah sakit. 2. Profesi Perlu adanya peningkatan pelayanan kesehatan dengan cara menganalisa jurnal khususnya pemberian pijat oksitosin terhadap involusi uterus pada asuhan keperawatan dengan P2 A0.
60
3. Pembaca Diharapkan bisa memberikan tindakan pijat oksitosin terhadap involusi uterus pada ibu post partum.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, dkk.(20050. Buku Ajar Keperawatan Materinitas, edisi 4.Jakarta : Buku Kedokteran : EGC Doenges, Marylin, E.2007.Perencanaan & Pendokumentasian Perawatan Pasien. Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta Ferial, E.W.(2013).Biologi Reproduksi : Jakarta : Erlangga Hamrani.(2015).Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Involusi Uterus Paada Ibu Post Partum Dengan Persalinan Lama Di Rumah Sakit Wilayah Kabupaten Klaten-Diakses Tanggal 11 Maret 2012, Pukul 10.25 WIB Judha, dkk.(2012).Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan. Yogyakarta : Nuha Medika Khairani, dkk.(2012). Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Involusi Uterus Pada Ibu Post Partum Di Ruang Post Partum Kelas III RSHS Bandung.S1 Keperawatan : Universitas Padjajaran. Dakss Tanggal 11 Maret 2015. Pukul 09.30 WIB Kristiyaningrum, dkk.2013.Efektifitas Penggunaan Larutan NaCl dibandingkan dengan D40% terhadap proses penyembuhan luka ulkus DM di RSUD Kudus.Jurnal Keperawtan NANDA.(2011). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 20092011.Jakarta : Buku Kedokteran: EGC Niman.S(2013).Pengkajian Kesehatan Untuk Perawat Anamnesis, Pemeriksaan Tanda Vital dan Pemeriksaan Fisk. Jakarta ; Trans Info Media Potter & Perry.2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses & Praktik.Vol. edisi 4.Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC Roito, dkk.(2013) Asuhan Kebidanan Ibu Komplikasi.Jakarta : Buku Kesehatan EGC
Nifas
&
Deteksi
Dini
Soleha, Teth, dkk.2013. Relaksasi dalam post partum.Penerbit : Jakarta Sunadi.2007.Manajemen Luka.Penerbit : StiKep Muh.Pontianak Wada,F.H.(2014).Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Involusi Uterus Pada Ibu PoST Partum Primigravida Di RSUD Penambahan Senopati Bantul Yogyakarta. Naskah Publikasi.S1 Keperawatan. : Universitas Muhammadaiyah Surakarta. Disakses Tanggal 11 Maret 2015. Pukul 08.20 WIB Walyani,. (2015). Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal. Yogyakarta : Pustaka Baru Press Widuri.,(2013).Cara Mengelola ASI Esklusif Bagi Ibu Bekerja.Yogyakarta : Gosyen Publisting Wilkinson. J & Ahern. N.R (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan , Edisi 9.Jakarta ; Buku Kedokteran