TESIS
KARAKTERISTIK MANAJER PROYEK TERHADAP KUALITAS KINERJA PELAKSANAAN KONSTRUKSI GEDUNG DI KABUPATEN BADUNG
I PUTU WIDYARSANA
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
TESIS
KARAKTERISTIK MANAJER PROYEK TERHADAP KUALITAS KINERJA PELAKSANAAN KONSTRUKSI GEDUNG DI KABUPATEN BADUNG
I PUTU WIDYARSANA 1091561007
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
i
KARAKTERISTIK MANAJER PROYEK TERHADAP KUALITAS KINERJA PELAKSANAAN KONSTRUKSI GEDUNG DI KABUPATEN BADUNG
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Udayana
I PUTU WIDYARSANA NIM 1091561007
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
ii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 20 APRIL 2015
Pembimbing I
Pembimbing II
Ir. Nyoman Martha Jaya, MConstMgt, Ph.D, GCInstCES NIP. 19590214 198801 1 001
Ir. Gede Astawa Diputra, MT NIP. 19580916 198702 1 001
Mengetahui :
Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Prof. Dr. Ir. I Made Alit Karyawan Salain, DEA NIP. 19620404 199103 1 002
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP. 19590215 198510 2 001
iii
Tesis ini Telah Diuji pada Tanggal 20 April 2015
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No. : 097/UN.14.4/TU/TS/2015, Tanggal 17 April 2015
Ketua
: Ir. Nyoman Martha Jaya, MConstMgt, P.hD, GCInstCES
Anggota : 1. Ir. Gede Astawa Diputra, MT 2. Dr. Ir. Dewa Ketut Sudarsana, MT 3. A.A. Diah Parami Dewi, ST, MT, Ph.D 4. Ir. Mayun Nadiasa, MT
iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
NAMA
: I PUTU WIDYARSANA
NIM
: 1091561007
PROGRAM STUDI
: TEKNIK SIPIL KONSENTRASI MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI
JUDUL TESIS
: KARAKTERISTIK TERHADAP
MANAJER KUALITAS
PROYEK KINERJA
PELAKSANAAN KONSTRUKSI GEDUNG DI KABUPATEN BADUNG
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan peraturan perundangan yang berlaku.
Denpasar, 20 April 2015
(I Putu Widyarsana)
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya maka tesis ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini pula, perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Ir. Nyoman Martha Jaya, MConstMgt, Ph.D, GCInstCES sebagai pembimbing utama dan Bapak Ir. Gede Astawa Diputra, MT sebagai pembimbing kedua yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan dan saran selama dalam melakukan penulisan proposal penelitian, pengumpulan data dan penulisan laporan hasil tesis. Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp. PD-KEMD selaku Rektor Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Pascasarjana di Universitas Udayana. Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp. S(K) selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. I Made Alit Karyawan Salain, DEA selaku Ketua Program Magister Teknik Sipil atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti Program Magister. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Dr. Ir. Dewa Ketut Sudarsana, MT, A.A. Diah Parami Dewi, ST, MT, Ph.D, Ir. Mayun Nadiasa, MT, selaku penguji yang telah banyak memberikan masukan serta kritik yang mampu menyempurnakan tesis yang penulis buat, dan seluruh pegawai sekretariat Program Studi Magister Teknik Sipil yang telah banyak membantu dalam melaksanakan perkuliahan, serta keluarga atas segala dukungan dan motivasi hingga tulisan ini dapat terwujud.
vi
KARAKTERISTIK MANAJER PROYEK TERHADAP KUALITAS KINERJA PELAKSANAAN KONSTRUKSI GEDUNG DI KABUPATEN BADUNG Abstrak Kabupaten Badung di Provinsi Bali, dimana industri pariwisatanya berkembang sangat pesat. Pembangunan gedung terus berkembang, seperti hotel, vila, resor, rumah sakit dan lain sebagainya. Pelaksanaan proyek konstruksi gedung di Kabupaten Badung tidak terlepas dari masalah biaya, mutu pelaksanaan dan waktu penyelesain proyek. Permasalahan tersebut muncul akibat kurangnya keahlian/ kompetensi manajer proyek terhadap tanggung-jawab mengintegrasikan dan mengkoordinasikan semua sumber daya yang dimiliki demi pencapaian sasaran proyek. Dalam hal ini peran Manajer Proyek sangat menentukan keberhasilan sebuah proyek. Sehingga, perlu dilakukan penelitian terhadap kemampuan dasar yang mesti dimiliki oleh Manajer Proyek, antara lain: Conceptual Skill (Keterampilan Konsepsual), Technical Skill (Keterampilan Teknis), dan Soft Skill (Keterampilan Sosial). Koleksi data dilakukan dengan metoda observasi dan survei. Analisis faktor dilakukan untuk mengidentifikasi faktor – faktor/ karakteristik Manager Proyek yang berpengaruh terhadap kualitas kinerja pelaksanaan proyek konstruksi. Analisis regresi linier berganda menentukan hubungan karakteristik manajer proyek terhadap kinerja proyek konstruksi gedung di Kabupaten Badung. Analisis faktor menghasilkan identifikasi 22 variabel yang mempengaruhi kualitas kinerja pelaksanaan proyek konstruksi gedung. Analisis regresi linier berganda menentukan karakteristik Manajer Proyek yang berpengaruh paling besar terhadap kualitas kinerja pelaksanaan proyek konstruksi gedung adalah aspek Keterampilan Sosial sebesar 33,08 % dibandingkan dua aspek lainya, yaitu Keterampilan Konsepsual (32,10%) dan Teknikal (9,40%). Nilai total pengaruh ketiga aspek karakteristik manajer proyek sebesar 74,58 % berarti bahwa, masih terdapat sekitar 25,42 % dipengaruhi oleh faktor lainnya, seperti keadaan alam, situasi lingkungan, lokasi, dan sebagainya, terhadap pelaksanaan proyek konstruksi gedung di Kabupaten Badung. Kata Kunci : manajer proyek, kinerja konstruksi gedung, analisis factor, analisis regresi
vii
PERFORMANCE CHARACTERISTICS OF CONSTRUCTION PROJECT MANAGER BUILDING IN THE DISTRICT BADUNG Abstract Badung regency in Bali, where the tourism industry is growing very rapidly. Building continues to grow, such as hotels, villas, resorts, hospitals, and so forth. Implementation of building construction projects in Badung not be separated from the issue of costs, quality of execution and completion time of the project. These problems arise due to lack of skills / competencies project manager of the responsibility to integrate and coordinate all available resources for the achievement of project objectives. In this case the role of Project Manager will determine the success of a project. So, there should be a study of the basic capabilities that must be owned by the Project Manager, among others: Conceptual Skills, Technical Skill, and Soft Skills. Data collection is done by the method of observation and surveys. Factor analysis was conducted to identify factors / characteristics Project Manager that affect the quality of the construction project implementation performance. Multiple linear regression analysis determined the relationship of the performance characteristics of the project manager building construction projects in Badung. Factor analysis resulted in the identification of 22 variables that affect the quality of the building construction project implementation performance. Multiple linear regression analysis determines the characteristics of the Project Manager greatest influence on the quality of the building construction project implementation performance is Social Skills aspect of 33.08% compared to the other two aspects, namely the conceptual skills (32.10%) and Technical (9.40%) . The total value of the influence of the three aspects of the characteristics of the project manager of 74.58% means that there are still approximately 25.42% influenced by other factors, such as the state of nature, the environmental situation, location, and so on, the implementation of building construction projects in Badung. Keywords: project manager, the performance of the building construction, factor analysis, regression analysis
viii
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM .................................................................................................... i PRASYARAT GELAR ............................................................................................. ii LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................................iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI ........................................................................ iv SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ......................................................... v UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................................... vi ABSTRAK .............................................................................................................. vii DAFTAR ISI ............................................................................................................ ix DAFTAR TABEL .................................................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2
Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 3 1.4
Manfaat Penelitian ................................................................................... 4
1.5
Batasan Penelitian .................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Proyek Konstruksi ................................................................................ 6
2.2 Tiga Kendala Proyek ............................................................................. 7
ix
2.3
Manajemen Biaya................................ ……………………………… 9
2.4
Manajemen Kualitas/Mutu ................ ……………………………… 10
2.5
Pengertian dan Prinsip TQM............. ……………………………… 12
2.6 Manajemen Waktu(Penjadwalan Proyek) ............................................ 16 2.7 Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja ................................... 17 2.7.1 Dasar Hukum Penerapan K3 ..................................................... 19 2.7.2 Sumber Kecelakaan Kerja pada Industri Konstruksi ................ 20 2.7.3 Pencegahan Kecelakaan Kerja .................................................. 20 2.8 Manajemen Lingkungan ....................................................................... 21 2.8.1 Analisis Amdal pada tahap perencanaan umum ....................... 21 2.8.2 Penjabaran RKL dan RPL pada tahap perencanaan teknis ....... 22 2.8.3 Pelaksanaan RKL dan RPL ....................................................... 22 2.9 Peranan dan Tanggung Jawab Manajer Proyek .................................. 24 2.9.1 Gaya kepemimpinan manajer proyek........................................ 26 2.9.2 Keterampilan Manajer Proyek .................................................. 27 2.10 Analisa Statistik ................................................................................. 29 2.10.1 Analisis Faktor ........................................................................ 31 2.10.2 Analisis Regresi Linier............................................................ 37 2.10.3 Analisis Regresi Berganda ...................................................... 37 2.11 Penelitian Sejenis ............................................................................... 42 2.12 Penentuan Variabel Penelitian ........................................................... 51 BAB III METODE PENELITIAN 3.1
Rancangan Penelitian .......................................................................... 54
x
3.2
Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 56
3.3
Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 57 3.3.1 Jenis Data ................................................................................. 57 3.3.2 Sumber Data ............................................................................. 58
3.4 Variabel Penelitian ............................................................................. 61 3.4.1 Variabel terikat (dependent variable) ....................................... 62 3.4.2 Variabel bebas (independent variable) ..................................... 63 3.5
Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 65
3.6
Instrument Penelitian .......................................................................... 66
3.7
Prosedur Penelitian ............................................................................. 67
3.8
Analisis Data ....................................................................................... 68
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Tabulasi Data ...................................................................................... 69
4.2
Hasil Penelitian ................................................................................... 70 4.2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................... 70 4.2.2 Faktor-Faktor Dalam Karakteristik Manajer Proyek Yang Mempengaruhi Kualitas Kinerja Pelaksanaan Proyek Konstruksi Gedung………………………………………………………76 4.2.3 Communalities (kebersamaan) ................................................. 82
4.3 Menentukan Hubungan Regresi .......................................................... 84 4.3.1 Hubungan Karakteristik Manajer Proyek terhadap Kinerja Biaya Pelaksanaan Proyek ................................................................ 84
xi
4.3.2 Hubungan Karakteristik Manajer Proyek terhadap Kinerja Mutu Pelaksanaan Proyek ................................................................ 95 4.3.3
Hubungan Karakteristik Manajer Proyek terhadap Kinerja Waktu Pelaksanaan Proyek .................................................. 106
4.3.4 Hubungan Karakteristik Manajer Proyek terhadap Kinerja K3 Pelaksanaan Proyek .............................................................. 117 4.3.5
Hubungan Karakteristik Manajer Proyek terhadap Kinerja Lingkungan Pelaksanaan Proyek ......................................... 127
4.4 Interpretasi Model terhadap Kinerja Pelaksanaan Proyek .................. 138 4.5 Karakteristik manajer proyek yang berpengaruh terhadap Kinerja Pelaksanaan Proyek ........................................................................... 147
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1
Simpulan ........................................................................................... 150
5.2 Saran.................................................................................................. 151
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 154 LAMPIRAN KUESIONER ................................................................................ 156 LAMPIRAN TABULASI DATA ....................................................................... 165
xii
DAFTAR TABEL 2.1
Matrik korelasi antar variabel ...................................................................... 33
2.2
Nilai validitas dalam analisis faktor ............................................................. 35
2.3
Pedoman untuk mengidentifikasi loading factor ......................................... 36
2.4
Penelitian sejenis .......................................................................................... 44
2.5
Variabel penelitian ....................................................................................... 51
3.1
Format pengumpulan data conceptual skill.................................................. 60
3.2
Format pengumpulan data technical skill .................................................... 60
3.3
Format pengumpulan data soft skill ............................................................. 61
3.4
Skala kualitas kinerja manajer proyek ......................................................... 62
3.5 Identifikasi indikator kompetensi bagi manajer proyek ............................... 64 4.1
Tabel responden sampel penelitian .............................................................. 69
4.2
Tabel pengalaman kerja responden sampel penelitian ................................. 70
4.3
Uji validitas instrument ................................................................................ 71
4.4
Uji reliabilitas instrument............................................................................. 73
4.5
Hasil tes KMO and Bartlett’s test tahap 1.................................................... 76
4.6
Ringkasan tabel anti image correlation tahap 1 ........................................... 77
4.7
Hasil tes KMO and Bartlett’s test tahap II ................................................... 79
4.8
Ringkasan tabel anti image correlation tahap II ........................................... 80
4.9
Nilai communalities ..................................................................................... 82
4.10 Uji multikolonieritas .................................................................................... 86 4.11 Uji goodness of fit ........................................................................................ 87 4.12 Uji F (uji annova) ......................................................................................... 88
xiii
4.13 Uji t (uji parsial) ........................................................................................... 89 4.14 Rekapitulasi uji t-test ................................................................................... 92 4.15 Uji multikolonieritas .................................................................................... 97 4.16 Uji goodness of fit ........................................................................................ 98 4.17 Uji F (uji annova) ......................................................................................... 99 4.18 Uji t (uji parsial) ......................................................................................... 100 4.19 Rekapitulasi uji t-test ................................................................................. 103 4.20 Uji multikolonieritas .................................................................................. 108 4.21 Uji goodness of fit ...................................................................................... 109 4.22 Uji F (uji annova) ....................................................................................... 110 4.23 Uji t (uji parsial) ......................................................................................... 111 4.24 Rekapitulasi uji t-test ................................................................................. 114 4.25 Uji multikolonieritas .................................................................................. 119 4.26 Uji goodness of fit ...................................................................................... 120 4.27 Uji F (uji annova) ....................................................................................... 121 4.28 Uji t (uji parsial) ......................................................................................... 122 4.29 Rekapitulasi uji t-test ................................................................................. 125 4.30 Uji multikolonieritas .................................................................................. 129 4.31 Uji goodness of fit ...................................................................................... 131 4.32 Uji F (uji annova) ....................................................................................... 131 4.33 Uji t (uji parsial) ......................................................................................... 132 4.34 Rekapitulasi uji t-test ................................................................................. 135
xiv
4.36 Karakteristik
manajer
proyek
yang
berpengaruh
terhadap
kinerja
pelaksanaan proyek .................................................................................... 148 4.37 Variabel aspek soft skill yang berpengaruh terhadap kinerja pelaksanaan proyek......................................................................................................... 149
xv
DAFTAR GAMBAR 2.1
Tiga kendala proyek ....................................................................................... 8
2.2
Sistem Program TQM .................................................................................. 17
2.4
Proses rotasi faktor ....................................................................................... 37
3.1
Diagram alir kerangka berpikir .................................................................... 55
3.2
Diagram alir rancangan penelitian ............................................................... 56
4.1
Grafik uji normalitas .................................................................................... 85
4.2
Grafik uji normalitas .................................................................................... 96
4.3
Grafik uji normalitas .................................................................................. 107
4.4
Grafik uji normalitas .................................................................................. 118
4.5
Grafik uji normalitas .................................................................................. 128
xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Proyek merupakan suatu kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu
yang terbatas dengan alokasi sumber daya tertentu. Dalam kegiatan pengelolaan proyek ada beberapa tahapan yang harus dilalui, yaitu dimulai dari tahap Perencanaan (Planning), Perekayasaan dan Perancangan (Engineering and Design), Pengadaan atau Pelelangan (Procurement), Pelaksanaan (Construction), Tes Operasional (Commisioning), serta tahap Pemanfaatan dan Pemeliharaan (Operational and Maintenance) (Nurhayati, 2010). Dalam proyek konstruksi, diperlukan pengelolaan yang baik dan terarah karena suatu proyek memiliki keterbatasan sehingga tujuan akhir dari suatu proyek bisa tercapai. Pengelolaan proyek yang diperlukan meliputi tiga hal yang dikenal dengan istilah tiga kendala proyek (triple constraint), yaitu biaya (cost), mutu (quality), dan waktu (schedule). Ketiga batasan tersebut saling mempengaruhi dalam keberhasilan sebuah proyek serta memiliki peran yang sangat penting dalam pelaksanaan proyek. Kegiatan pelaksanaan proyek tersebut, diwujudkan
melalui
kegiatan
Perencanaan
(Planning),
Pengorganisasian
(Organizing), Pelaksanaan (Actuating), dan Pengendalian (Controlling) (Soeharto, 1995). Kabupaten Badung merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Bali yang industri pariwisatanya berkembang sangat pesat, dikarenakan banyak lokasi yang menjadi tujuan wisata terletak di Kabupaten Badung. Dilihat dari
1
2
perkembangan yang signifikan tersebut, pembangunan gedung terus berkembang dan bertambah seperti pembangunan hotel, rumah sakit dan lain sebagainya. Oleh karena itu, pelaksanaan proyek konstruksi di Kabupaten Badung tidak terlepas dari masalah yaitu mutu pelaksanaan proyek dan ketepatan waktu penyelesain proyek yang diakibatkan oleh kurangnya keahlian yang dimiliki oleh manajer proyek dalam mengintegrasikan dan mengkoordinasikan semua sumber daya yang dimiliki dan bertanggung jawab sepenuhnya atas pencapaian sasaran proyek. Jika ingin melaksanakan proyek konstruksi yang memenuhi standar waktu, biaya dan mutu diperlukan suatu sistem manajemen proyek yang baik oleh seorang manajer proyek. Dalam Total Quality Management System (TQM), Yamit,(2004) menyebutkan bahwa seorang manajer mempunyai peran yang sangat strategis dalam implementasi menetapkan tujuan hingga menentukan alokasi waktu yang cukup. Kepemimpinan seorang manajer proyek sangat berpengaruh terhadap implementasi program TQM. Katz,(1979) mengemukakan bahwa setiap Manajer Proyek membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar. Keterampilan dasar tersebut adalah Conceptual Skills (keterampilan konseptual) adalah kemampuan untuk memahami suatu persoalan/issue secara keseluruhan untuk kepentingan atau kegiatan organisasi, Technical Skills (keterampilan teknis) adalah kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan, metode, atau teknik spesifik dalam suatu bidang ilmu, dan Soft Skills (keterampilan sosial) adalah keterampilan mengelola diri sendiri dan bersosialisasi dengan orang lain, termasuk didalamnya tentang pola pikir (mindset), sistem
3
kepercayaan (belief system), kematangan emosi (emotional maturity) dan kepercayaan diri (self confidence) seseorang. Melihat hal tersebut, maka penulis meneliti tentang “Karakteristik Manajer Proyek Terhadap Kualitas Pelaksanaan Konstruksi Gedung di Kabupaten Badung” guna meningkatkan daya saing dan profesionalisme Manajer Proyek untuk dapat memenuhi keinginan stakeholder tanpa mengabaikan standar kompetensi yang ada sehingga mampu mengantisipasi perkembangan dunia konstruksi saat ini maupun di masa yang akan datang.
1.2
Rumusan Masalah Kendala kompetensi seorang manajer proyek untuk memahami
manajemen kualitas dalam melaksanakan pengelolaan proyek sangat berdampak pada kinerja pelaksanaan proyek. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1.
Faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap kualitas kinerja pelaksanaan Proyek Konstruksi Gedung di Kabupaten Badung ?
2.
Bagaimana hubungan karakteristik manajer proyek terhadap kualitas kinerja pelaksanaan proyek konstruksi gedung di Kabupaten Badung ?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka dapat
ditentukan tujuan penelitian yaitu:
4
1.
Mengidentifikasi faktor-faktor
apa
yang berpengaruh terhadap kualitas
kinerja pelaksanaan Proyek Konstruksi Gedung di Kabupaten Badung. 2.
Menganalisis hubungan antara karakteristik Manajer Proyek terhadap kualitas kinerja pelaksanaan proyek konstruksi gedung di Kabupaten Badung (biayamutu-waktu-K3-Lingkungan).
1.4
Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, diharapkan agar hasil penelitian ini dapat
memberikan manfaat dan kontribusi, antara lain: 1.
Meningkatkan profesionalisme lingkungan akademik dan praktis terkait dengan proyek konstruksi. Dalam hal ini, untuk mengukur pemahaman dan penerapan prinsip manajemen kualitas oleh seorang manajer proyek yang berpengaruh pada kinerja sebuah proyek.
2.
Meningkatkan
kapasitas
perusahaan
jasa
konstruksi
dalam
upaya
meningkatkan kompetensi manajer proyek pada pelaksanaan proyek konstruksi.
1.5
Batasan Penelitian Penelitian ini dilakukan pada pelaku jasa konstruksi dalam pelaksanaan
proyek konstruksi gedung khususnya terhadap manajer proyek konstruksi pada perusahaan kontraktor di Kabupaten Badung sehingga masalah dibatasi pada: 1.
Persyaratan kompetensi manajer proyek yang diidentifikasi adalah standar kriteria pada tahap pelaksanaan proyek konstruksi.
5
2.
Partisipan dalam penelitian ini adalah para tim proyek, seperti : supervisor engineer,
quality
control,
quantity
surveyor,
konsultan
manajemen
konstruksi, konsultan MEP, dan konsultan arsitek dalam bidang manajemen proyek konstruksi gedung.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka atau disebut juga kajian pustaka (literature review) merupakan sebuah aktivitas untuk meninjau atau mengkaji kembali berbagai literatur yang telah dipublikasikan oleh akademisi atau peneliti lain sebelumnya terkait topik yang akan diteliti. Tujuan penulisan Tinjauan Pustaka yaitu: untuk mendapatkan gambaran dan mempertegas penelitian, membantu pemilihan prosedur penelitian, mendalami landasan teori karena sebuah penelitian haruslah berada pada konteks ilmu pengetahuan atau teori yang ada, mengkaji kelebihan dan kekurangan dalam arti bahwa pembuktian keaslian sebuah penelitian ini bersumber pada pengkajian terhadap penelitian-penelitian yang pernah dilakukan, serta menghindari plagiasi dan duplikasi. Adapun beberapa topik tinjauan pustaka yang akan didiskusikan pada bagian berikut, yaitu: Proyek Konstruksi, Manajemen Kualitas.
2.1
Proyek Konstruksi Sebuah proyek merupakan suatu usaha/aktifitas yang kompleks, tidak
rutin, dibatasi oleh waktu, anggaran, resources, dan spesifikasi yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Sebuah proyek juga dapat diartikan sebagai upaya atau aktifitas yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran, dan harapan-harapan penting dengan menggunakan anggaran dana serta sumber daya yang tersedia yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu. Khusus
6
7
untuk
proyek
konstruksi,
aktivitas
utama
jenis
proyek
ini
terdiri
dari Perencanaan (Planning), Perekayasaan dan Perancangan (Engineering and Design), Pengadaan atau Pelelangan (Procurement), Pelaksanaan (Construction), Test Operasional (Commisioning), serta tahap Pemanfaatan dan Pemeliharaan (Operational and Maintenance) (Nurhayati, 2010). Proyek konstruksi mempunyai 3 (tiga) karakteristik yang dapat dipandang secara tiga dimensi (Ervianto, 2002) yaitu: 1.
Bersifat unik Keunikan dari proyek konstruksi adalah tidak pernah ada rangkaian kegiatan yang sama persis (tidak ada identik, yang ada adalah sejenis), proyek bersifat sementara dan selalu terlibat grup pekerja berbeda-beda.
2.
Dibutuhkan sumber daya (resources) Setiap proyek konstruksi membutuhkan sumber daya seperti manusia (man), bahan (material), alat kerja (machine), uang (money) dan metode kerja (method).
3.
Organisasi Setiap organisasi proyek mempunyai keragaman tujuan dimana didalamnya terlibat sejumlah individu dengan keahlian bervariasi dan ketidakpastian.
2.2
Tiga Kendala Proyek Semua proyek pasti memiliki suatu tujuan, produk akhir atau hasil kerja
akhir sehingga didalam proses mencapai tujuan itu, telah ditentukan beberapa
8
batasan yaitu biaya anggaran, jadwal, serta mutu yang harus dicapai. Ketiga kendala tersebut dinamakan tiga kendala proyek (Soeharto,1995) diantaranya: 1.
Anggaran Proyek harus diselesaikan sesuai dengan anggaran. Dalam proyek besar dan jangka waktu yang panjang (tahun jamak) maka anggarannya dipecah menjadi beberapa kwarta yang jumlahnya disesuaikan dengan keperluan.
2.
Jadwal Setiap proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu yang telah ditentukan dan disepakati bersama.
3.
Mutu Hasil akhir dari sebuah proyek harus memenuhi spesifikasi yang telah disyaratkan dan diharapkan dapat beroperasi dengan baik dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Jadi, memenuhi syarat mutu berarti mampu memenuhi tugas yang dimaksudkan atau dikenal sebagai fit for intended use. Seperti pada gambar berikut ini yang merupakan parameter penting bagi
penyelenggara proyek yang sering disebut sebagai sasaran proyek:
Gambar 2.1. Tiga Kendala Proyek Sumber: (Soeharto, 1995)
9
Pada gambar di atas digambarkan biaya (cost), mutu (scope) dan waktu (schedule) sebagai sisi-sisi dari segitiga sama sisi yang saling terkait. Perubahan pada satu sisi akan berdampak pada sisi lainnya. Oleh karena itu dibutuhkan pengelolaan dari ketiga hal tersebut.
2.3
Manajemen Biaya. Menurut Project Mangement Body of Knowledge Guide (PMI, 2004)
Manajemen biaya proyek diperlukan untuk memastikan bahwa perencanaan proyek sudah mencakup: 1.
Estimasi biaya untuk setiap resource
2.
Pengalokasian estimasi biaya setiap resource yang dibutuhkan oleh setiap work item. Dalam manajemen biaya proyek, terdapat beberapa proses yang
dilibatkan dalam tujuan penyelesaian proyek sesuai dengan anggaran yang disediakan. Proses tersebut yaitu cost estimating, cost budgeting dan cost control. 1.
Cost estimating Cost estimating melibatkan pengembangan suatu perkiraan atau estimasi biaya dari resource yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu proyek. Project manager harus menentukan estimasi biaya dengan teliti jika ingin menyelesaikan proyek dengan batasan biaya yang ada. Salah satu hasil penting dari project cost management adalah suatu cost estimate. Secara normal project manajer mempersiapkan beberapa tipe dari cost estimate untuk banyak proyek. Ada tiga tipe cost estimating, yaitu : Rough order
10
magnitude (ROM) estimate, Budgetary estimate, dan Definitive estimate. Cost management plan adalah suatu dokumen yang menggambarkan bagaimana organisasi akan mengatur perbedaan biaya dalam proyek. 2.
Cost budgeting Cost budgeting melibatkan pengalokasian estimasi biaya untuk pekerjaan perorangan dalam setiap waktu. Pekerjaan tersebut didasari pada Work Breakdown Structure (WBS) proyek yang dikerjakan. Tujuan utama dari cost budgeting adalah untuk menghasilkan suatu cost baseline untuk memastikan performa proyek dan kebutuhan proyek. Suatu cost baseline adalah suatu tahapan waktu dari budget yang digunakan oleh project manager untuk memastikan dan memantau penggunaan biaya. Cost budgeting juga menyediakan informasi untuk pembiayaan kebutuhan.
3.
Cost control Project cost control termasuk memantau penggunaan biaya, dan memastikan hanya perubahan proyek yang sesuai yang dimasukkan dalam suatu cost baseline yang telah ditinjau kembali dan menginformasikan stakeholder mengenai perubahan proyek yang disahkan yang akan mempengaruhi biaya. Cost baseline, performance report, perubahan yang diinginkan, dan pembiayaan kebutuhan proyek merupakan input untuk proses cost control.
2.4
Manajemen Kualitas / Mutu. Dalam konstruksi maupun jasa lainnya, sering dibicarakan masalah
kualitas oleh produsen dan konsumen. Tingkat pemahaman terhadap kualitas
11
sangat beragam tergantung kepada latar belakang serta sudut pandang mereka. Produsen
memandang
kualitas
adalah
kepuasan
pelanggan
(Customer
Satisfaction), sedangkan bagi konsumen adalah produk yang dapat memenuhi keinginan dan harapannya. Beberapa pendapat dan teori tentang manajemen kualitas yang disampaikan beberapa pakar dalam bidang manajemen, diantaranya adalah sebagai berikut: 1.
W. Edwards Deming mengutarakan bahwa “Kualitas berarti pemecahan masalah untuk mencapai penyempurnaan terus menerus”. Seluruh komponen yang terlihat dalam pencapaian kualitas merupakan suatu komuniti yang saling memberi dukungan atau Bottom-Up. Proses ini sering disebut siklus Deming yaitu Plan (Perencanaan), Do (Pelaksanaan), Check (Pemeriksaan) dan Action (Tindakan).
2.
Crosby mengedepankan bahwa “Kualitas adalah sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan”. Suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas yang ditentukan. Crosby juga memandang masalah kualitas dengan membagi 4 langkah yaitu: a.
Pemenuhan persyaratan (Conformance),
b.
Pencegahan timbulnya cacat (Prevention of Defects),
c.
Bebas cacat (Zero Defects),
d.
Tolak ukur kualitas (Performance Measurement). Empat langkah yang dikemukakan adalah merupakan rangkaian Top-
Down untuk mencapai kualitas yang diharapkan konsumen. Kebutuhan dan
12
keinginan konsumen harus dikenali terlebih dahulu sebelum melakukan proses produksi, didalam proses harus menghindari terjadinya kesalahan yang akan meningkatkan biaya dan waktu. Pencapaian bebas cacat adalah mutlak karena setiap cacat yang terjadi berarti biaya. Dari proses ini memerlukan tolak ukur yang digunakan sebagai pedoman dan secara terus menerus ukuran kualitas akan meningkat (Suardi, 2003).
2.5
Pengertian dan Prinsip Total Quality Management (TQM) Total Quality Management dapat didefinisikan dari tiga kata yang
dimilikinya, yaitu: Total (keseluruhan), Quality (kualitas, derajat/ tingkat keunggulan barang atau jasa), dan Management (tindakan, seni, cara menghandel, pengendalian, pengarahan). Dari ketiga kata yang dimilikinya, definisi TQM adalah “Sistem manajemen yang berorientasi pada kepuasan pelanggan (costumer satisfaction) dengan kegiatan yang diupayakan sekali benar (right first time), melalui perbaikan berkesinambungan (continous improvement) dan memotivasi karyawan”. (Sadgrove, 1995 dalam Yamit, 2004). Tjiptono (1996) mendefinisikan bahwa TQM adalah “Suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya”. Terdapat tiga prinsip program TQM agar dapat berhasil dalam penerapannya. Ketiga prinsip tersebut dijabarkan sebagai berikut:
13
1.
Fokus Pelanggan Menurut filosofi TQM, kepuasan pelanggan adalah tujuan dari seluruh sistem, dan fokus pelanggan adalah sarana untuk mencapai itu. Pelanggan dapat berupa internal atau eksternal. Pelanggan eksternal adalah konsumen atau klien, dengan kata lain pengguna akhir dari produk atau jasa yang ditawarkan. Pelanggan internal adalah pihak kedua atau departemen dalam organisasi, yang tergantung pada produk yang pertama.
2.
Perbaikan Proses Proses adalah sebuah cara untuk menyelesaikan pekerjaan yang dilakukan. Sebuah proses terdiri dari tugas, prosedur, dan kebijakan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan internal atau eksternal (Adrian, 1995). Menurut filosofi TQM, jika proses sudah benar, sehingga akan menjadi hasil akhir (produk). Dengan demikian organisasi harus bekerja untuk memperbaiki proses sehingga untuk meningkatkan produk akhir atau jasa. Dengan berfokus pada proses pengukuran dan analisis, proses mungkin dapat ditingkatkan dengan mengubah "lima M" dari proses: manusia, mesin, material, metode, dan measurement (pengukuran). Sebuah penekanan yang kuat pada pusat perbaikan proses pada pengukuran variasi, kontrol variasi, dan pengetahuan tentang variasi untuk mencari perbaikan. Analisis ini disebut sebagai pengendalian proses statistik atau analisis statistik. Ini adalah inti perbaikan proses.
14
3.
Perbaikan terus menerus Tujuan dari perbaikan terus menerus adalah sesuatu yang umum dalam banyak teori manajerial, tetapi TQM adalah unik karena menyediakan proses langkah-demi-langkah spesifik untuk mencapai hal ini. Proses ini terdiri dari sembilan langkah: a.
Mengidentifikasi proses.
b.
Mengatur
tim
multi-disiplin
untuk
mempelajari
proses
dan
merekomendasikan perbaikan. c.
Tentukan daerah mana yang membutuhkan data
d.
Mengumpulkan data pada proses
e.
Menganalisis data yang dikumpulkan dan brainstorming untuk perbaikan.
f.
Menentukan rekomendasi dan metode pelaksanaan.
g.
Mengimplementasikan rekomendasi yang diuraikan dalam langkah 6.
h.
Mengumpulkan data baru pada proses setelah perubahan diusulkan yang telah diimplementasikan untuk memverifikasi efektivitas mereka.
i.
Berputar kembali ke langkah sebelumnya dan menganalisis data kembali dan brainstorming untuk perbaikan lebih lanjut. Siklus sembilan langkah menekankan empat elemen: berfokus pada kemajuan, pengukuran proses, brainstorming untuk perbaikan, dan verifikasi dan pengukuran.
15
Creech (1995) dalam Yamit (2004) mengatakan bahwa program TQM harus mempunyai empat prinsip bila ingin sukses dalam penerapannya. Keempat prinsip tersebut adalah: a.
Program TQM harus didasarkan pada kesadaran akan kualitas dan berorientasi pada kualitas dalam semua kegiatannya sepanjang program, termasuk dalam setiap proses dan produk.
b.
Program TQM harus mempunyai sifat kemanusiaan yang kuat dalam memperlakukan karyawan, mengikutsertakannya, dan memberinya inspirasi.
c.
Program TQM harus didasarkan pada pendekatan desentralisasi yang memberikan wewenang pada semua tingkat, terutama di garis depan, sehingga antusiasme keterlibatan dan tujuan bersama menjadi kenyataan.
d.
Program TQM harus diterapkan secara menyeluruh sehingga semua prinsip, kebijaksanaan, dan kebiasaan mencapai setiap sudut dan celah organisasi. Adapun manfaat yang diperoleh dari implementasi program TQM dapat
dilihat pada gambar 2.1 berikut:
Gambar 2.2 Sistem Program TQM Sumber: Yamit (2004)
16
2.6
Manajemen Waktu (Penjadwalan Proyek) Menurut Project Mangement Body of Knowledge Guide (PMI, 2004)
penjadwalan proyek adalah kegiatan menetapkan jangka waktu kegiatan proyek yang harus diselesaikan, bahan baku, tenaga kerja serta waktu yang dibutuhkan oleh setiap aktivitas. Beberapa Manfaat dari Penjadwalan Proyek: 1.
Menunjukkan hubungan tiap kegiatan lainnya dan terhadap keseluruhan proyek.
2.
Mengidentifikasikan hubungan yang harus didahulukan di antara kegiatan.
3.
Menunjukkan perkiraan biaya dan waktu yang realistis untuk tiap kegiatan.
4.
Membantu penggunaan tenaga kerja, uang dan sumber daya lainnya dengan cara hal-hal kritis pada proyek. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam membuat jadwal
pelaksanaan proyek: 1.
Kebutuhan dan fungsi proyek tersebut. Dengan selesainya proyek itu proyek diharapkan dapat dimanfaatkan sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan.
2.
Keterkaitannya dengan proyek berikutnya ataupun kelanjutan dari proyek selanjutnya.
3.
Alasan sosial politis lainnya, apabila proyek tersebut milik pemerintah.
4.
Kondisi alam dan lokasi proyek.
5.
Keterjangkauan lokasi proyek ditinjau dari fasilitas perhubungannya.
6.
Ketersediaan dan keterkaitan sumber daya material, peralatan, dan material pelengkap lainnya yang menunjang terwujudnya proyek tersebut.
17
7.
Kapasitas atau daya tampung area kerja proyek terhadap sumber daya yang dipergunakan selama operasional pelaksanaan berlangsung.
8.
Produktivitas sumber daya, peralatan proyek dan tenaga kerja proyek, selama operasional berlangsung dengan referensi dan perhitungan yang memenuhi aturan teknis.
9.
Cuaca, musim dan gejala alam lainnya.
10.
Referensi hari kerja efektif.
Adapun pendekatan yang lazim digunakan dalam penjadwalan proyek: 1.
Gantt Chart,
2.
PERT (Project Evaluation and Review Technique), dan
3.
CPM (Critical Path Method).
2.7
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Definisi dari Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dapat dikaji dari
beberapa aspek sebagai berikut (Sudiajeng, 2011): 1.
Secara filosofi, K3 dapat diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rokhaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur.
2.
Secara keilmuan juga dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
18
3.
Secara praktis, K3 merupakan suatu upaya perlindungan agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan pekerjaan di tempat kerja serta bagi orang lain yang memasuki tempat kerja maupun sumber dan proses produksi dapat secara aman dan efisien dalam pemakaiannya. Dari ketiga uraian tersebut, maka secara umum K3 dapat didefinisikan
sebagai suatu pemikiran yang mendasari pengembangan ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam upaya mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja untuk menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja dan lingkungan kerjanya (Sudiajeng, 2011). Berdasarkan definisi umum tersebut, maka tujuan penerapan K3 adalah sebagai berikut: 1.
Untuk mengenali dan memahami berbagai sumber kecelakaan dan penyakit akibat pekerjaan di lingkungan proyek konstruksi
2.
Agar dapat menganalisis tingkat resiko kecelakaan dan penyakit yang ada;
3.
Sebagai upaya untuk menekan dan atau mengendalikan sumber kecelakaan dan penyakit;
4.
Sebagai upaya untuk menciptakan kondisi kerja yang mampu menjamin keselamatan, kesehatan dan kenyamanan pekerja;
5.
Secara
komprehensif, tujuan penerapan K3 adalah untuk melindungi
keselamatan dan kesehatan pekerja guna mewujudkan produktivitas yang optimal yang bermuara pada peningkatan kualitas hidup baik bagi pekerja maupun perusahaan.
19
2.7.1
Dasar Hukum Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Dalam upaya untuk menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja, maka
dengan mengacu pada Undang – Undang Dasar 1945 khususnya pasal 27 ayat 2 yang menyatakan bahwa setiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Produk hukum yang terkait langsung dalam pelaksanaan K3 untuk industri konstruksi adalah sebagai berikut: 1.
Undang – undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2.
Undang – undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.
3.
Surat keputusan bersama Menteri Tenaga Kerja dan menteri pekerjaan Umum No. 174/MEN/1986 dan 104/KPTS/1986 tentang Keselamata dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi.
4.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER.02/MEN/1992 tentang Tata Cara penunjukan, Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
5.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
6.
Keputusan Menteri Kimpraswil No. 384/KPTS/M/2004 tentang Pedoman Teknis Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan
Konstruksi Bendungan dan 7.
Peraruran Menteri Pekerjaan Umum Nomor
: 09/PER/M/2008 tentang
Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.
20
2.7.2
Sumber Kecelakaan Kerja pada Industri Konstruksi Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan dimana akan
berakibat cidera, sakit/ penyakit akibat kerja sampai kepada kematian dan / atau mengakibatkan kerusakan ataupun kerugian (Sudiajeng, 2011). Secara umum, sumber kecelakaan akibat kerja dikelompokan menjadi 3 (tiga) yaitu: kondisi/lingkungan kerja, manajemen/organisasi kerja dan perilaku kerja yang tidak aman.
2.7.3
Pencegahan Kecelakaan Kerja Secara umum pencegahan kecelakaan kerja dapat dilakukan melalui
beberapa tindakan pencegahan diantaranya: 1.
Penerapan manajemen K3. Menerapkan manajemen K3 berarti mengendalikan potensi hazard yang ada, mengembangkan system manajemen yang sehat, aman, nyaman, efisien dan produktif.
2.
Komunikasi Komunikasi merupakan salah satu kunci pokok dari K3.Pemasangan tanda bahaya, penggunaan APD serta efektifitas penggunaan sarana informasi harus ditingkatkan.
3.
Pelatihan Program pelatihan baik yang bersifat internal maupun eksternal sangat efektif untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran pekerja di dalam menerapkan prinsip – prinsip K3.
21
4.
Identifikasi sumber bahaya Identifikasi
sumber
bahaya
harus
dilakukan
secara
periodik
dan
berkelanjutan sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan terjadinya kecelakaan kerja.
2.8
Manajemen Lingkungan Proses pengembangan kegiatan konstruksi pada umumnya meliputi
tahapan-tahapan perencanaan umum, studi kelayakan termasuk pra-studi kelayakan, perencanaan teknis,konstruksi dan tahapan pasca konstruksi yang mencakup operasi, pemeliharaan serta pemanfaatannya. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, kegiatan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) merupakan bagian dari proses dari setiap tahapan pengembangan kegiatan konstruksi tersebut di atas.
2.8.1
Analisis AMDAL pada tahap Perencanaan Umum Perencanaan umum merupakan awal dari suatu gagasan atau ide untuk
memenuhi suatu kebutuhan atau permintaan masyarakat, dapat berupa rencana jangka panjang, rencana jangka menengah dan jangka pendek, yang secara terus menerus menghasilkan rencana dan progaram untuk diimplementasikan. Pada tahap ini dilakukan penyaringan AMDAL untuk mengetahui secara umum apakah kegiatan konstruksi tersebut menimbulkan perubahan yang mendasar terhadap lingkungan, sehingga harus melaksanakan AMDAL, ataukah tidak menimbulkan
22
dampak yang berarti sehingga cukup melaksanakan UKL dan UPL. Besarnya perubahan lingkungan yang timbul tesebut sangat dipengaruhi oleh: 1.
Volume dan besaran rencana kegiatan.
2.
Lokasi proyek dan kondisi lingkungannya.
3.
Fungsi dan peruntukan lahan di sekitar lokasi proyek.
2.8.2
Penjabaran RKL dan RPL pada Tahap Perencanaan Teknis Perencanaan teknis dimaksudkan untuk menyiapkan gambar-gambar
teknis, syarat dan spesifikasi teknis, sehingga dapat menggambarkan produk yang akan dihasilkan, didasarkan atas kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam studi kelayakan. Untuk mewujudkan suatu perencanaan teknis yang berwawasan lingkungan, maka perumusan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) harus dijabarkan dalam gambar-gambar teknis dan spesifikasi teknis tersebut, serta perlu dituangkan dalam dokumen kontrak, sehingga mengikat pelaksana kegiatan konstruksi.
2.8.3
Pelaksanaan RKL dan RPL
2.8.3.1. Pada tahap pra konstruksi Kegiatan pra-konstruksi dalam hal ini pengadaan tanah dan pemindahan penduduk harus didukung dengan data yang lengkap dan akurat tentang lokasi, luas, jenis peruntukan serta kondisi penduduk yang memiliki atau menempati tanah yang dibebaskan tersebut. Ketentuan-ketentuan yang rinci tentang masalah
23
pembebasan tanah dalam RKL dan RPL harus dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai acuan dalam pelaksanaan pembebasan tanah tersebut.
2.8.3.2. Pada tahap konstruksi. Kegiatan pada tahap ini merupakan pelaksanaan fisik konstruksi sesuai dengan gambar dan syarat-syarat teknis yang telah dirumuskan dalam kegiatan perencanaan teknis. Kegiatan pengelolaan lingkungan yang tercakup pada tahap ini meliputi penerapan: Metode konstruksi, spesifikasi serta persyaratan kualitas dan kuantitas pekerjaan yang terkait dengan penanganan dampak penting. Penerapan Standard Operation Procedure yang mengacu pada dampak lingkungan. Tata cara penilaian hasil pelaksanaan pengelolaan lingkungan dan tindak lanjutnya. Sedangkan penerapan RPL pada tahap ini mencakup : pemantauan pelaksanaan konstruksi agar sesuai dengan gambar dan spesifikasi teknis yang telah mengikuti kaidah lingkungan, penerapan dan pelaksanaan uji coba operasional. Penilaian hasil pelaksanaan pengelolaan lingkungan dan pemantauan lingkungan untuk masukan bagi penyempurnaan pelaksanaan RKL dan RPL.
2.8.3.3 Evaluasi pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada tahap pasca konstruksi Evaluasi pasca konstruksi ditujukan: untuk menilai dan mengupayakan peningkatan daya guna dan hasil guna dari prasarana yang telah dibangun dan dioperasikan.
24
Evaluasi pengelolaan dan pemantauan lingkungan dimaksudkan untuk memantapkan Standard Operation Procedure dengan mengacu pada pengalaman yang didapat di lapangan selama kegiatan konstruksi berlangsung.
2.9
Peranan dan Tanggung Jawab Manajer Proyek. Menurut Project Mangement Body of Knowledge Guide (PMI, 2004)
mengatakan bahwa manajer proyek adalah seseorang yang berperan dalam mengelola sebuah proyek. Peranan Manajer Proyek dalam pelaksanaan proyek untuk mencapai tujuan proyek yaitu tepat biaya-mutu-waktu, sebagai berikut: 1.
Berperan untuk mengintegrasikan beberapa kegiatan yang berbeda untuk mencapai tujuan tertentu.
2.
Berperan juga sebagai seorang komunikator. Dengan ini berarti manajer proyek menjadi tempat terakhir menujunya laporan-laporan, memo, permintaan dan keluhan. Manajer proyek juga mengambil input dari banyak sumber, mengolah dan menyampaikan informasi ke beberapa pihak dan memastikan bahwa semua orang yang punya peran dalam proyek mengetahui informasi mengenai kebijaksanaan, tujuan, anggaran, jadwal kebutuhan, dan perubahan yang ada dalam proyek sesuai peran yang dimiliki.
3.
Merupakan seorang agen pengubah yang mempelopori pemakaian ide yang baru dan inovatif dan berusaha keras mengatasi halangan untuk melakukan perubahan.
25
4.
Berperan untuk mengambil keputusan yang menjadi wewenangnya, antara lain mengenai realokasi sumber daya, mengubah lingkup proyek, menyeimbangkan kriteria biaya, jadwal dan performansi. Seorang manajer proyek memiliki peran utama yaitu menyerahkan hasil
akhir proyek dalam kriteria waktu, biaya, dan informasi yang telah ditetapkan, termasuk profit yang ditargetkan. Secara garis besar tanggung jawab manajer proyek adalah (Soeharto, 1997): 1.
Merencanakan kegiatan-kegiatan dalam proyek, tugas-tugas dan hasil akhir, termasuk pemecahan pekerjaan, penjadwalan dan anggaran.
2.
Memonitor status proyek.
3.
Mengindentifikasikan masalah-masalah teknis.
4.
Menyelesaikan konflik yang terjadi dalam proyek.
5.
Merekomendasikan penghentian proyek atau pengerahan kembali sumber daya.
6.
Mengorganisasikan, memilih dan menempatkan orang-orang dalam tim proyek. Mengorganisasikan dan mengalokasikan sumber daya.
7.
Manajer proyek harus dapat belajar dari pengalaman yang sudah didapatnya dalam pelaksanaan proyek sebelumya untuk dapat diterapkan dalam metode kerja proyek yang sedang dipimpinnya. Disamping peran dan tanggung jawab manajer proyek seperti telah
disebutkan di atas, terdapat pula gaya kepemimpinan manajer proyek seperti disebutkan di bawah ini:
26
2.9.1
Gaya Kepemimpinan Manajer Proyek Larson, (2008) memberikan contoh gaya kepemimpinan dengan memberi
teladan sebagai syarat menuju manajer proyek yang efektif. Ada enam aspek yang melingkupinya, antara lain: 1.
Prioritas, hal ini berbicara mengenai penggunaan waktu. Manajer proyek memerlukan banyak waktu untuk mengamati sebuah pengujian kritis daripada menunggu laporan, menyatakan pentingnya penguji dan pekerjaan tim.
2.
Urgensi, dengan meningkatkan pola interaksi dengan tim seperti laporan dan rapat penting dengan sering akan membuat tim merasa bahwa pekerjaan ini sangat penting.
3.
Pemecahan masalah, manajer proyek yang efektif akan lebih memusatkan kepada bagaimana tim dapat mengubah masalah menjadi kesempatan atau apa yang dipelajari dari suatu kesalahan untuk lebih proaktif dalam memecahkan maslah.
4.
Kerjasama, berbicara mengenai bagaimana manajer proyek bertindak terhadap orang luar dan memengaruhi bagaimana anggota tim berinteraksi dengan orang luar.
5.
Standar kinerja, manajer proyek harus menetapkan standar yang tinggi untuk kinerja proyek melalui respon yang cepat atas kebutuhan tim, mengikuti isuisu penting, berprinsip teguh, serta hati-hati dalam menjalankan pertemuanpertemuan kritis.
27
6.
Etika, jika seorang manajer proyek dengan bebas menyalahgunakan atau menahan informasi penting dari manajemen atas atau pelanggan, hal ini member isyarat kepada anggota tim bahwa perilaku seperti ini dapat diterima dan dilakukan. Setelah menjelaskan gaya kepemimpinan seorang manajer proyek,
dibawah ini akan dijelaskan mengenai keterampilan dasar yang merupakan karakteristik dari manajer proyek serta berpengaruh terhadap kualitas pelaksanaan proyek konstruksi gedung.
2.9.2
Keterampilan Manajer Proyek Katz, (1979) mengemukakan pendapatnya bahwa setiap Manajer Proyek
membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar. Keterampilan Dasar tersebut adalah Technical Skills (keterampilan teknis), Conceptual Skills (keterampilan konseptual) dan Humanity/Soft Skills (keterampilan sosial). 1.
Conceptual Skills (keterampilan konseptual) adalah kemampuan untuk memandang dan memahami suatu persoalan/issue secara keseluruhan dan mengkoordinasikan serta memadukan semua bagian-bagiannya yang saling terkait untuk kepentingan atau kegiatan organisasi. Keterampilan ini merupakan pemahaman dan kecakapan dalam menjalankan fungsi-fungsi manajerial, meliputi proses perencanaan, pengorganisasian, pendelegasian, pengontrolan, evaluasi dan pemecahan masalah.
2.
Technical Skills (keterampilan teknis) meliputi pengetahuan dan pengalaman dalam hal proyek dengan mengetahui prosedur-prosedur dan mekanisme
28
proyek serta kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan, metode, atau teknik spesifik dalam bidang spesialisasi tertentu. Keterampilan ini merupakan pemahaman dan kecakapan melakukan aktivitas pekerjaan yang berhubungan dengan bidang khusus atau pekerjaan terntentu. 3.
Soft Skills (keterampilan sosial) merupakan keterampilan mengelola diri sendiri dan bersosialisasi dengan orang lain yang didasarkan pada nilai-nilai yang dianut dalam kehidupan seseorang, termasuk didalamnya tentang pola pikir (mindset), sistem kepercayaan (belief system), kematangan emosi (emotional maturity) dan kepercayaan diri (self confidence) seseorang. Softskill bersifat intangible, kecakapannya tidak bisa diukur tapi pengaruhnya dapat dirasakan, dan kadar kualitasnya bisa disadari atau tidak disadari oleh seseorang. Keterampilan Teknis merupakan keterampilan yang paling penting bagi
manajer proyek. Keterampilan soft skills penting bagi semua manajer pada setiap jenjang. Sedangkan keterampilan konseptual akan meningkat kebutuhannya seiring dengan bertambah tingginya kedudukan seorang manajer dalam suatu jenjang manajemen, sesuai dengan hirarkis wewenang dan tanggung jawabnya dalam suatu organisasi. Dengan demikian ketiga karakteristik manajer proyek, seperti: Technical Skills (keterampilan teknis), Conceptual Skills (keterampilan konseptual) dan Humanity/Soft Skills (keterampilan sosial) akan dijadikan sebagai parameter dalam mengukur hubungan karakteristik manajer proyek terhadap kualitas kinerja pelaksanaan proyek konstruksi gedung di Kabupaten Badung.
29
2.10
Analisa Statistik Setelah pembahasan mengenai karakteristik manajer proyek dan kualitas
kinerja proyek konstruksi dari segi biaya, mutu, dan waktu, maka dilanjutkan dengan analisa statistik. Analisa statistik ini dilakukan dengan kegiatan koleksi data dan tabulasi data. Adapun tahapan dalam analisa statistik tersebut, antara lain: 1.
Sampel Sampel penelitian adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Pengambilan sampel anggota populasi dilakukan dengan penunjukkan dan memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2005).
2.
Rancangan Kuisioner Kuisioner merupakan instrumen untuk mendapatkan informasi tentang persepsi responden terhadap pertanyaan yang ada dalam kuisioner tersebut melalui sejumlah pertanyaan tertulis dan data-data lain yang dibutuhkan. Dalam kuisioner akan diberikan penjelasan tentang tujuan penelitian, manfaat penelitian serta petunjuk pengisian agar memudahkan responden.
3.
Pengukuran Variabel Penelitian Untuk mendapatkan data kuantitatif mengenai tingkat kepentingan suatu faktor/variabel pada kuisioner untuk mendeskripsikan faktor penentu keberhasilan, maka dalam pengisian persepsi dibuatkan skala interval yaitu skala yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain dan
30
mempunyai bobot yang sama dengan memberikan skor pada masing-masing jawaban. Untuk itu diskala dengan rating scale, dimana data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Dalam skala model rating scale, responden akan menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan (Sugiyono, 2005), misalnya : Berilah jawaban angka: (5 untuk sangat baik, 4 untuk baik, 3 untuk cukup, 2 buruk, dan 1 sangat buruk). 4.
Uji Validitas dan Reliabilitas Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur mampu untuk mengukur apa yang ingin diukur. Sedangkan reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih (Singarimbun dan Effendi, 1989). a.
Uji Validitas Uji ini digunakan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran itu mengukur apa yang akan diukur. Dalam metode kuisioner yang menjadi alat ukur adalah pernyataan-pernyataan yang diajukan kepada responden. Untuk menguji validitas pernyataan pada kuisioner digunakan Corrected Item to Total Correlation, dan bisa juga menggunakan Analisis Faktor. Pernyataan dianggap valid apabila angka korelasi hasil perhitungan lebih besar dari angka r kritik (rhitung ≥ rtabel) pada tabel (α; 5%).
31
Rumus r hitung: r=
N ( XY ) ( XY )
NX 2 ( X ) 2 NY 2 ( Y ) 2
Keterangan: N = jumlah responden uji X = skor jawaban pernyataan Y = skor total b.
Uji Reliabilitas Suatu instrumen dikatakan reliabel jika memiliki Alpha (Cronbach) minimal 0,6. Reliabilitas diukur dari koefisien Alpha (Malhotra, 1999). Bila koefisien alpha (Cronbach’s Alpha) > 0,6 maka instrumen tersebut dinyatakan reliabel.
2.10.1
Analisis Faktor Analisis faktor adalah analisis yang digunakan untuk mereduksi atau
meringkas sejumlah variable menjadi lebih sedikit. Disamping itu, analisis faktor juga bertujuan untuk mengkonfirmasi struktur faktor yang dianalisis berdasarkan konsep atau teori, atau mengukur validitas konstruk (construct validity) yang menunjukkan seberapa baik hasil yang diperoleh dari penggunaan pengukur sesuai dengan teori-teori. Tujuan lain dari analisis faktor adalah untuk mendapatkan ukuran (berupa skor) dari variabel laten berdasarkan beberapa variabel terukur.
32
Analisis Faktor ini mencoba menemukan hubungan antar sejumlah variabel yang saling bebas satu sama lain sehingga dapat dibuat satu atau beberapa set variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal. Dalam hal ini variabel yang memiliki korelasi terbesar akan berkelompok membentuk suatu set variabel. Kumpulan variabel tersebut disebut faktor, dimana faktor-faktor yang terbentuk tetap mencerminkan variabel-variabel aslinya.
Berdasarkan tujuan
analisis faktor, maka analisis faktor yang digunakan adalah: 1.
Analisis Faktor Eksploratori (Exploratory Factor Analysis). Analisa faktor yang bertujuan untuk mereduksi (meringkas) sejumlah variabel menjadi satu atau beberapa faktor. Analisis faktor eksploratori adalah meringkas (mereduksi) beberapa variabel menjadi lebih sedikit. Variabel baru yang terbentuk hasil dari reduksi atau ringkasan beberapa variabel dinamakan faktor. Langkah-langkah analisis faktor eksploratori adalah: a.
Identifikasi variabel Variabel yang akan direduksi dalam analisis faktor hendaknya berdasarkan pada teori yang ada, atau penelitian terdahulu.
b.
Memilih variabel Proses analisis faktor berdasarkan korelasi antar variabel. Oleh karena dalam analisis faktor akan mengelompokkan sejumlah variabel, maka seharusnya ada korelasi yang cukup kuat diantara variabel yang akan dikelompokkan. Jika ada suatu variabel berkorelasi lemah dengan variabel lainnya akan dikeluarkan. Tabel 2.1. merupakan matriks
33
korelasi antarvariabel dan pengelompokkan variabel sesuai dengan lemah-kuatnya hubungan antar variabel yang dianalisis.
Tabel 2.1. Matrik Korelasi Antarvariabel
Sumber : Utama (2014)
Berdasarkan tabel 2.1. dapat dilihat bahwa X1, X2, dan X3 saling berkorelasi yang cukup kuat, namun dengan variabel X4, X5, dan X6 mempunyai korelasi yang sangat lemah. Demikian juga antarvariabel X4, X5, dan X6 saling berkorelasi yang cukup kuat, namun dengan variabel X1, X2, dan X3 mempunyai korelasi yang sangat lemah. Apabila dianalisis dengan analisisfaktor, kemungkinan besar X1, X2, dan X3 mengelompok dan X4, X5, dan X6 berkelompok sendiri. Metode statistik yang digunakan untuk menguji model analisis faktor berdasarkan korelasi adalah Kaiser Meyer Olkin minimal 0,5 dan jika nilai KMO dibawah 0,5 maka analisis faktor tidak bisa digunakan.
34
c.
Ekstraksi variabel sehingga menjadi satu atau beberapa faktor. Metode yang
populer
untuk
mencari
faktor
adalah
principal
component/komponen utama. d.
Menentukan jumlah faktor Untuk menentukan jumlah faktor bisa digunakan eigenvalue, priori determination, scree plot, atau percentase of variance. Berdasarkan eigenvalue, hanya faktor yang mempunyai eigenvalue > 1 yang dipakai. Sedangkan berdasarkan percentase of variance, untuk ilmu social percentase varian kumulatif minimal 60 persen. Faktor yang terbentuk harus mampu menggambarkan perbedaan diantara faktor yang terbentuk, dalam arti apakah isi (variabel) suatu faktor benarbenar layak masuk faktor tersebut ataukah mungkin masuk ke faktor lain. Jika isi faktor masih diragukan dapat dilakukan proses rotasi.
e.
Rotasi Faktor Alat terpenting untuk interpretasi terhadap faktor adalah rotasi faktor. Tujuan rotasi faktor adalah untuk memperjelas masuknya variabel ke dalam faktor tertentu. Ada beberapa metode rotasi : a) Rotasi Orthogonal yaitu memutar sumbu 900, b) Rotasi Oblique yaitu memutar sumbu kekanan, tetapi tidak harus 900. Tidak ada aturan khusus kapan harus memilih rotasi orthogonal atau oblique. Pemilihan metode rotasi didasarkan pada kebutuhan khusus masalah penelitian. Jika tujuan penelitian adalah mengurangi jumlah variabel asli (awal), maka pilihan rotasi yang cocok adalah orthogonal. Namun demikian
35
jika tujuan kita ingin mendapatkan faktor atau konstruk yang sesuai dengan teori, maka rotasi yang dipilih sebaiknya oblique.
Gambar 2.4. Proses Rotasi Faktor Sumber : Utama (2014)
f.
Validitas dan Reliabilitas menggunakan Analisis Faktor Validitas dalam analisis faktor adalah dengan melihat besarnya nilainilai KMO (Kaiser-Meyer-Olkin, X2 (Chi Square), Significance Probability, Eigen value, Varians kumulatif, dan Anti-Image seperti yang diringkas pada tabel 2.2.
36
Tabel 2.2. Nilai Validitas dalam Analisis Faktor Nilai Validitas KMO (Kaiser-Meyer-Olkin) X2 (Chi Square)
Cut-off Value ≥ 0,50 Diharapkan besar
Significance Probability
< 0,05
Eigen value
> 1,00
Varians kumulatif
≥ 60%
Anti-Image
≥ 0,50
Sumber : Utama (2014)
Disamping itu, juga perlu diperhatikan kelayakan faktor muatan atau loading factor dari tiap-tiap variabel dengan menggunakan pedoman dari Tabel 2.3. berikut: Tabel 2.3. Pedoman untuk Mengidentifikasi Loading Factor pada Tingkat Signifikansi 5 %
Sampel 50 60 70 85 100 120 150 200 Sumber : Utama (2014)
Loading Factor 0,75 0,70 0,65 0,60 0,55 0,50 0,45 0,40
37
2.10.2
Analisis Regresi Linier Setelah melakukan reduksi/meringkas variabel menjadi beberapa variabel
saja dengan menggunakan analisa faktor, maka selanjutnya mencari hubungan antara variabel X dan Y menggunakan analisis regresi linier. Pengertian regresi secara umum adalah sebuah alat statistik yang memberikan penjelasan tentang pola hubungan (model) antara dua variabel atau lebih. Dalam analisis regresi dikenal 2 jenis variabel yaitu: 1.
Variabel Respon disebut juga variabel dependen yaitu variabel yang keberadaannya dipengaruhi oleh variabel lainnya dan dinotasikan dengan variabel Y.
2.
Variabel Prediktor disebut juga dengan variabel independen yaitu variabel yang bebas (tidak dipengaruhi oleh variabel lainnya) dan dinotasikan dengan variabel X. Untuk mempelajari hubugan – hubungan antara variabel bebas maka
regresi linier terdiri dari dua bentuk, yaitu: 1.
Analisis regresi sederhana (Simple analysis regresi).
2.
Analisis regresi berganda (Multiple analysis regresi).
2.10.3
Analisis Regresi Berganda (Multiple Analysis Regresi) Regresi linier berganda adalah analisis regresi yang menjelaskan
hubungan antara peubah respon (variabel dependen) dengan faktor-faktor yang mempengaruhi lebih dari satu prediktor (variabel independen). Regresi linier berganda hampir sama dengan regresi linier sederhana, hanya saja pada regresi
38
linier berganda variabel bebasnya lebih dari satu variabel penduga. Tujuan analisis regresi linier berganda adalah untuk mengukur intensitas hubungan antara dua variabel atau lebih dan membuat prediksi perkiraan nilai Y atas X. Secara umum model regresi linier berganda adalah sebagai berikut:
Dengan notasi variabel: Y
= Kinerja pelaksanaan proyek konstruksi
X1
= Membangun hubungan/networking di dalam atau diluar organisasi proyek
β0
= konstanta
β1
= konstanta regresi X1
βn
= konstanta regresi Xn
X2
= Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah/problem solving secara efektif dan efisien dalam hal sumber daya manusia maupun lingkungan sekitar proyek
β2
= konstanta regresi X2
= residual
39
2.10.3.1 Uji Asumsi Klasik Terdapat uji asumsi klasik,yaitu uji multikolinearitas, dan uji normalitas. 1.
Uji Asumsi Kenormalan Regresi linier normal klasik mengasumsikan bahwa tiap ui didistribusikan secara normal dengan: Rata-rata
: E(ui)
=0
Varians
: E (ui)
= σ2
Cov (ui, uj)
: E (uiuj) = 0 i≠j
Asumsi ini secara ringkas bisa dinyatakan sebagai : ui~N (0, σ2) Tanda ~ berarti “didistribusikan sebagai” dan dimana N berarti “terdistribusi normal” unsur dalam tanda petik menyatakan dua parameter distribusi normal, yaitu rata-rata dan varians.Untuk dua variabel yang didistribusikan secara normal kovarians atau korelasi nol berarti dua variabel tadi independent (bebas). Jadi dengan asumsi kenormalan (3) berarti bahwa ui dan uj tidak hanya tak berkorelasi tetapi juga didistribusikan secara independent (Gujarati, 1995)
2.
Uji Multikolinearitas Multikolinearitas adalah hubungan linier antara variabel bebas dalam suatu
model
regresi
multikolinearitas adalah:
(regresi
berganda).
Indikasi
terjadinya
40
a.
Nilai koefisien determinasi (R2) tinggi, namun tak satupun atau sedikit variabel bebas yang signifikan bila dilakukan uji t (uji secara parsial).
b.
Dengan melihat besarnya koefisien korelasi antara variabel bebas. Koefisien korelasi yang cukup tinggi, mengindikasikan adanya masalah multikolinearitas, dan sebaiknya koefisien korelasi yang relatif
rendah, mengindikasikan tidak terjadi kolinearitas dalam
model regresi. c.
Jika terjadi multikolinearitas maka akan mengakibatkan varian koefisien regresi menjadi besar, sehingga interval kepercayaan akan semakin melebar dan kemungkinan taksiran koefisien regresi menjadi tidak signifikan.
Mengatasi multikolinearitas dapat dilakukan dengan memperbesar ukuran sampel, transformasi salah satu (atau beberapa) variabel, dan menghilangkan salah satu variabel bebas, terutama variabel yang memiliki hubungan yang kuat antara variabel.
2.10.3.2 Uji Goodness of Fit Uji Goodness of Fit adalah untuk melihat kesesuaian model atau seberapa besar kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan varians variabel terikatnya.
41
2.10.3.3 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Untuk menguji apakah koefisien regresi parsial secara serempak atau bersama-sama berbeda secara signifikan dari nol, atau apakah ada pengaruh yang signifikan variabel bebas xi secara serempak terhadap variabel terikat y, digunakan uji F. Uji F dirumuskan sebagai berikut:
F0
R 2 k 1 1 R 2 n k
Sedangkan rumusan hipotesisnya adalah: H0
: β1 = β2 = β…= βk = 0
H1
: paling sedikit salah satu dari βi ≠ 0 (i=1,2,3..k)
Daerah kritis untuk pengujian ini adalah F > F α (k-1) (k-n)
2.10.3.4 Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t) Untuk menguji apakah koefiien regresi parsial berbeda secara signifikan (nyata) dari nol atau apakah suatu variabel bebas secara individu berpengaruh terhadap variabel terikatnya. Digunakan uji t dengan rumus sebagai berikut:
ti
ˆ i i Se ˆ i
Keterangan:
ˆ i
: Koefisien regresi parsial yang ke-i dari regresi sampel
i
: nilai koefisien parsial yang ke-i pada hipotesis nol
Se ˆi
: kesalahan standar (standar error) koefisien regresi sampel
42
Rumusan hipotesisnya: H0
: i 0
H1
: i 0 atau i 0 atau i 0 Keputusan atau kesimpulan adalah terima H0 atau tolak H1, bila statistik
uji jatuh pada daerah penerimaan H0. Tolak H0 atau terima H1, bila statistik uji jatuh pada daerah penolakan H0.
2.11
Penelitian Sejenis Beberapa penelitian sejenis yang relevan terkait dengan pemahaman
manajer proyek mengenai kualitas, dapat dilihat pada tabel 2.4 sebagai berikut:
44
Tabel 2.4. Penelitian Sejenis No 1.
Referensi Sifat Dan Gaya Kepemimpinan Manajer Proyek Yang Diharapkan Oleh Tim Proyek Pada Perusahaan Kontraktor. (Caroline Maretha Sujana, Mahasiswa Program Doktoral, Bidang Studi Manajemen Rekayasa Konstruksi Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, ITB, Bandung, 2013)
Topik/Masalah
Metode Penelitian
Hasil
1. Dari hasil yang diperoleh, sifat 1. Penelitian ini dilakukan dengan 1. Gaya kepemimpinan apa yang manajer proyek kontraktor yang menyebarkan kuesioner kepada sebenernya diharapkan tim proyek paling diharapkan oleh anggota tim proyek pada terhadap atasannya ? bawahannya adalah sifat yang kontraktor baik besar, menengah Hal ini penting karena dapat dipercaya, dapat dan kecil. kepemimpinan yang sesuai dengan berkomunikasi dengan baik dan 2. Gaya kepemimpinan yang persepsi anak buah akan membuat dapat diandalkan. digunakan adalah pendekatan anak buah tersebut lebih termotivasi 2. Menurut bawahan, kemampuan sifat, pendekatan kemampuan, dan membuat kepemimpinannya seorang pemimpin yang paling pendekatan situasional, Path akan semakin efektif. diperlukan agar proyek berjalan Goal Theory, Pendekatan Style, adalah kemampuan konseptual. Leader Member Exchange, Mereka berharap pemimpin mereka pendekatan transformasional, dan dapat melihat jauh ke depan, kepemimpinan otentik. membuat strategi agar proyek 3. Untuk mengukur gaya berhasil dan dapat melihat kepemimpinan digunakan 38 keterkaitan antar bagian dalam item pertanyaan yang proyek secara menyeluruh. dikembangkan dari variabel yang 3. Gaya kepemimpinan yang mencerminkan gaya diharapkan bawahan terhadap kepemimpinan yang ada. manajer proyeknya diharapkan 4. Kuesioner menggunakan skala berorientasi hampir sama likert 1 sampai dengan 5. Angka pentingnya terhadap tugas dan 1 untuk penilaian tidak penting relasi (task oriented dan dan angka 5 bagi yang menilai partisipative oriented), pemimpin faktor tersebut sangatlah penting. diharapkan terlibat dalam proyek 5. Pengolahan data digunakan mean (partisipative), memberikan arahan rank yang merata-rata nilai yang dan dukungan yang kuat ada dan mengurutkannya dari (coaching), berkarisma dan bisa nilai terbesar sebagai yang menjadi contoh (idealized terpenting
45
Lanjutan Tabel 2.4. influence) serta memiliki nilai-nilai moral, integritas, dan transparan (authentic leadership). 4. Namun bawahan sangat tidak mengharapkan pemimpin yang menerapkan Leadership Member Exchange (LMX) dimana adanya grup yang dekat yang mendapatkan tanggung jawab dan fasilitas yang lebih dan adanya grup luar yang bekerja hanya sebatas hubungan kontrak. Dan bawahan juga tidak mengharapkan pemimpin yang acuh terhadap proyek, membiarkan bawahan bekerja sendiri (laissiez faire).
46
Lanjutan Tabel 2.4. 2.
Pengaruh Kualitas Manajer Proyek Pada Pihak Kontraktor Terhadap Kinerja Proyek Konstruksi Bangunan Bertingkat Di Jabotabek. (Swastika, I Wayan, Mahasiswa Program Pascasarjana, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Indonesia, Jakarta, 1997)
1. Bagaimana hubungan pengaruh 1. Data diambil dari bangunan 1. Kinerja penyelesaian proyek memiliki korelasi positif dengan gedung bertingkat di Jabotabek Kualitas "SDM" terutama Manajer pelaksanaan pengendalian dengan menyebarkan kuesioner, Proyek pada pihak kontraktor biaya, perencanaan penentuan selama proses pelaksanaan proyek 2. Data diolah dengan mencari metoda konstruksi, pengendalian hubungan korelasi dan regresi konstruksi dengan pelaksanaan material, tenaga kerja berganda sehingga didapat hasil pengendalian biaya, perencanaan termasuk peralatan serta koefisien korelasi dan koefisien penentuan metode konstruksi, pendidikan non formal bagi regresi. pengendalian material, dan tenaga Manajer Proyek pada pihak kerja ? kontraktor. Terbukti variabelvariabel tersebut mempunyai hubungan linier dengan tingkat korelasi yang sangat kuat dengan kinerja dibandingkan dengan variabel-variabel yang lain. Pengaruh terkuat diantara variabelvariabel tersebut diatas adalah antara kinerja waktu pelaksanaan proyek dengan pengendalian biaya proyek. 2. Peningkatan kualitas perencanaan proyek melalui penelitian akan mempermudah pengendalian suatu proyek gedung bertingkat Sehingga perencanaan metoda konstruksi yang baik akan sangat berpengaruh terhadapkinerja penyelesaian proyek. 3. Pengendalian material, tenaga kerja dan peralatan secara efisien juga sangat mempengaruhi kinerja
47
Lanjutan Tabel 2.4.
3.
Pengaruh Kompetensi Manajer Proyek Terhadap Keberhasilan Proyek Pada Perusahaan Kontraktor Di Kabupaten Malang. (Kusnul Prianto, Mahasiswa Program Pascasarjana, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Brawijaya, Malang, 2012)
1. Bagaimana pengaruh secara stimultan dan pengaruh secara parsial antara knowledge/ pengetahuan, skill/ kemampuan dan sikap/ perilaku terhadap keberhasilan proyek, serta faktor dominan manakah yang mempengaruhi tingkat keberhasilan suatu proyek.
1. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan kontraktor dengan kualifikasi non kecil dan kualifikasi kecil di Kabupaten Malang 2. Populasi sasaran adalah pihak manajemen pada kontraktor selaku atasan manajer proyek yaitu pimpinan perusahaan kontraktor (direktur) atau yang diberi kuasa oleh pimpinan perusahaan. 3. Uji Instrumen Penelitian dengan menggunakan uji validitas dan reliabilitas.
penyelesaian proyek Dengan adanya Manajer Proyek pada pihak kontraktor yang mempunyai kualitas tinggi, pada akhirnya terbukti sangat mempengaruhi peningkatan kinerja waktu penyelesaian proyek konstruksi bangunan gedung bertingkat di Jabotabek 4. Pendidikan non formal juga ikut mempengaruhi tingkat keberhasilan pengeadalian jalannya proses konstruksi karena Manajer Proyek pihak kontraktor mempunyai bekal kemampuan manajemen konstruksi 1. Secara simultan antara variabel pengetahuan, keahlian, komitment kerja dan top management berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan proyek sebesar 0,831 2. Secara parsial antara variabel pengetahuan, keahlian, komitment kerja dan top management berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan proyek yaitu masingmasing sebesar 0,286, 0,296, 0,280 dan 0,147. 3. Variabel dominan yang mempengaruhi tingkat keberhasilan suatu proyek adalah skill/keahlian.
48
Lanjutan Tabel 2.4. 4. Data primer dikumpulkan dari hasil jawaban kuesioner. Sedangkan data sekunder didapat dari hasil studi pustaka yang dapat berbentuk iteratur, jurnal, dan data-data dari lembaga yang berkepentingan dengan penelitian ini. 5. Analisis menggunakan uji analisis Regresi seperti: Pengujian asumsi normalitas, Pengujian asumsi multikolinearitas, Pengujian asumsi heteroskedastitas, dan Pengujian asumsi autokorelasi 6. Variabel yang digunakan adalah knowledge/ pengetahuan, skill/ kemampuan dan sikap/ perilaku dari seorang manajer proyek. 7. Analisi dilanjutkan dengan menentukan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap keberhasila suatu proyek menggunakan analisis regresi linier berganda.
49
Lanjutan Tabel 2.4. 4.
Studi Penerapan Elemen
1. Bagaimana tingkat penerapan
elemen kompetensi manajemen kualitas oleh manajer proyek pada perusahaan konstruksi ?
Kompetensi Manajemen Kualitas Oleh
1. Pengumpulan data primer
dilakukan dengan wawancara dan pengisian kuesioner oleh responden. Data yang terkumpul diolah menggunakan program SPSS ver. 21 sesuai dengan metode yang digunakan, yaitu pengujian validitas reliabilitas dan analisis deskriptif.
Manajer
1. Hasil analisis menunjukkan PT. X
memperoleh tingkat penerapan elemen kompetensi oleh manajer proyek berkisar antara sering hingga selalu. 2. Beberapa rekomendasi diberikan yaitu agar perusahaan konstruksi membuat pedoman kompetensi manajer proyek yang digunakan sebagai salah satu faktor dalam penilaian kinerja manajer proyek dan untuk penunjukan manajer proyek yang baru.
Proyek Konstruksi PT. X
(Novia, Mahasiswa Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar, 2013) 5.
Analisis Pengaruh Gaya Negosiasi Manajer Proyek Terhadap Hasil
1. Gaya dan hasil negosiasi yang paling dominan yang terjadi pada kontraktor rumah tinggal di
1. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 32 (tiga puluh dua) Site
1. Gaya negosiasi yang paling dominan di Kota Bandung adalah gaya negosiasi berkompromi
50
Negosiasi Pada Proyek Pembangunan Rumah Tinggal Di Kota Bandung. (Rizky Aditya Martadipura, Mahasiswa Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, 2013)
kota Bandung ? 2. Bagaimana pengaruh gaya negosiasi terhadap hasil negosiasi yang didapat dari hasil survei kuesioner?
(compromising). Gaya negosiasi ini Manager (SM) yang bekerja dapat dikatakan sebagai gaya pada kontraktor dan sedang negosiasi yang paling dominan di terlibat dalam pengerjaan proyek Kota Bandung karena memiliki rumah tinggal di Kota Bandung. nilai persentase sebesar 82.813%. 2. Kuesioner ini akan dilakukan Pemimpin proyek untuk proyek pengolahan data terlebih dahulu perumahan lebih banyak memilih menggunakan uji validitas, gaya berkompromi (compromising) reabilitas, dan normalitasnya. karena pemimpin proyek 3. Faktor-faktor gaya negosiasi ini perumahan berpendapat bahwa diolah lagi dengan menggunakan dengan berkompromi analisis jalur (path analysis) agar (compromising) kebutuhan mendapatkan faktor gaya keduabelah pihak akan terpuaskan. negosiasi apa yang Selain itu, pemimpin proyek lebih mempengaruhi suatu hasil memilih untuk berkompromi negosiasi. (compromising) karena dengan 4. Gaya negosiasi seorang manajer cara berkompromi (compromising) proyek dibagi menjadi 5 (lima) akan mendapatkan penyeselasian faktor, yaitu, menghindar masalah yang cepat dan murah. (avoiding), bersaing (competing), mengakomodasi (accodating), berkolaborasi (collaborating), 2. Setiap gaya negosiasi memiliki dan berkompromi pengaruhnya masing-masing. (compromising). Sedangkan hasil Walaupun pengaruh yang paling negosiasi dibedakan menjadi 7 dominan di Kota Bandung adalah (tujuh), yaitu terpecahkannya berkompromi (compromising) masalah (problem solving), tetapi tidak berarti gaya-gaya yang meningkatnya konflik (conflict lain tidak memiliki pengaruh. escalation), memburuknya Artinya, dari setiap gaya negosiasi hubungan (relationship memiliki pengaruh yang akan deterioration), kelambanan mendominasi suatu hasil negosiasi penyelesaian konflik (inaction),
51
Lanjutan Tabel 2.4. ketidaksetujuan lebih lanjut (further disagreement), serta terpeliharanya hubungan (relationship maintained), dan menurunnya konflik (conflct reduction).
yang dilakukan manajer proyek di Kota Bandung.
52
2.12
Penentuan Variabel Penelitian Dari uraian pustaka dan penelitian sejenis di atas, diperoleh beberapa
variabel yang nantinya digunakan sebagai pertanyaan dalam kuisioner serta dikelompokkan pada beberapa aspek yang merupakan keterampilan dasar dari seorang manajer proyek, antara lain: Tabel 2.5. Variabel Penelitian
No.
2 3 4
5
6 7
Conseptual Skills (Keterampilan Konseptual)
1
Variabel
Aspek Konseptual: Aspek
1.
Jenis variabel dari aspek konseptual
Referensi
X1
Membangun hubungan/networking di dalam atau di luar organisasi proyek
Larson (2008)
X3
Memiliki kematangan yang tinggi dalam perencanaan yang baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja tim. Memahami hasil kajian AMDAL sebagai dasar pengelolaan lingkungan sekitar areal proyek.
X4
Mampu mengambil keputusan sesuai peraturan dan batasan organisasi.
X2
X5
X6 X7
Mampu merumuskan cost database system (perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum pelaksanaan proyek. Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah/ problem solving secara efektif dan efisien dalam hal sumber daya manusia maupun lingkungan sekitar proyek. Berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek yang dipimpin.
Sujana (2013) Observasi lapangan Larson (2008)
Swastika (1997) Larson (2008) Brainstorming lapangan
53
Lanjutan Tabel 2.5.
No.
1
X8
2 Technical Skills (Keterampilan Teknis)
X9
3
4 5 6
7 8
X10 X11 X12 X13
X14 X15
Jenis variabel dari aspek technical
Referensi
Memiliki pengalaman dan pemahaman yang menyeluruh Swastika mengenai teknis pekerjaan dari proyek yang dikelola olehnya. (1997) Menentukan metode konstruksi yang sesuai dengan standar Yamit (2004) kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak. Melakukan monitoring dan evaluasi perkembangan proyek Swastika terhadap lingkup, jadwal, dan anggaran serta sumber daya yang (1997) terlibat di dalamnya (man, machine, material). Mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan Swastika pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada (1997) waktunya. Mampu mengimplementasikan SMK3 konstruksi secara Brainstorming konsisten dan menyeluruh demi tercapainya zero accident. lapangan Mampu merumuskan project action plan (pengendalian sumberdaya, pengendalian biaya, dan pengendalian Swastika waktu/jadwal) sesuai dengan cost database system yang telah (1997) dibuat sebelumnya. Mampu menerapkan 7 tools total quality management dalam menyelesaikan permasalahan di lapangan agar terwujud Yamit (2004) continous improvement. Mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan Observasi sesuai dengan dokumen AMDAL proyek. lapangan
1
2 3 4 5 6
Variabel
No.
Aspek
Aspek Soft Skill:
Soft skills (Keterampilan Bersosialisasi)
3.
Variabel
Aspek Technical: Aspek
2.
X16
X17 X18 X19 X20 X21
Jenis variabel dari aspek soft skill
Referensi
Mampu berkomunikasi dengan tim proyek, dalam hal ini manajer proyek memberikan penjelasan atau mempresentasikan prosedur yang diterapkan dalam menjalankan proyek. Memiliki kemampuan negosiasi dalam bargaining dengan pemikiran yang tenang dan jernih menggunakan strategi dan loyalitas. Mampu menjalin komunikasi dengan para supervisi K3 yang bertugas di lapangan. Mampu mempertahankan kinerja maksimal walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif.
Martadipura (2013)
Memiliki komitment dalam mencapai tujuan bersama.
Sujana (2013)
Bersikap terus terang dan jujur.
Larson (2008)
Martadipura (2013)
Sudiajeng (2011) Larson (2008)
54
Lanjutan Tabel 2.5. 7
X22
8
X23
9 10
X24 X25
Memiliki kemampuan membuat tim proyek tetap solid dan bersemangat.
Sujana (2013)
Mampu membangun kedisiplinan kerja.
Sujana (2013)
Mampu mengkomunikasikan prestasi kinerja proyek baik Sujana (2013) dengan tim lapangan proyek dan owner. Mampu mengkomunikasikan prinsip manajemen pengelolaan Observasi lingkungan kepada seluruh tim proyek sesuai dengan yang lapangan tertuang dalam dokumen AMDAL proyek.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Rancangan Penelitian Berdasarkan kajian pustaka pada Bab II mengenai kompetensi manajer
proyek dari segi Conceptual Skills (Keterampilan Konseptual), Technical Skills (Keterampilan Teknis), dan Soft Skills (Keterampilan Sosial), maka disusun kerangka pemikiran sebagai berikut: yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai manajemen kualitas yang harus dipahami oleh manajer proyek sebagai dasar kompetensi untuk mencapai salah satu tolak ukur keberhasilan proyek konstruksi, dengan harapan dapat memuaskan pemilik proyek/Owner. Peran manajer proyek yang berkompeten pada proyek konstruksi sangatlah penting, karena manajer proyek memiliki tugas mengintegrasikan dan mengkoordinasikan semua sumber daya yang dimiliki dan bertanggung jawab sepenuhnya atas pencapaian sasaran proyek, maka dari itu diperlukan minimal tiga keterampilan dasar yaitu: Conceptual Skills, Technical Skills, dan Soft Skills maka Manajer Proyek tersebut diharapkan dalam pelaksanaannya dilapangan akan dapat memberikan pelayanan yang optimal terhadap suatu kegiatan konstruksi yang dikerjakan guna meningkatkan daya saing dan profesionalisme Manajer Proyek untuk dapat memenuhi keinginan stakeholder tanpa mengabaikan standar kualitas yang ada. Adapun rancangan penelitian ini, seperti terlihat pada kedua diagram alir berikut:
55
56
LATAR BELAKANG
PERUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN PENELITIAN KAJIAN PUSTAKA MENENTUKAN SAMPEL DAN VARIABEL PENELITIAN
DATA PRIMER: KUESIONER
DATA SEKUNDER: DOKUMENTASI
MEMBUAT FORMAT KUESIONER, KONSULTASI & STUDI PENDAHULUAN TIDAK UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS YA PENGUMPULAN DATA ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN
Gambar 3.1. Diagram Alir Kerangka Berpikir (Sumber: Hasil Olahan)
57
Identifikasi Variabel
Tidak Menentukan validitas dan reliabilitas: - Corrected Item to Total Correlation (rhitung > rtabel) - Alpha Cronbach > 0,60 Ya Ya Analisis Faktor untuk Meringkas Faktor: - KMO ≥ 0,50 - Signifikansi < 0,05 - Anti Image Correlation > 0,50 - X2 (Chi Square) diharapkan besar Communalities untuk melihat kelayakan faktor
Analisis Regresi Linier Berganda untuk menentukan model hubungan: Uji Asumsi Klasik, Uji Goodness of Fit, Uji Simultan/Uji F, Uji Parsial/Uji t
Interpretasi Model
Gambar 3.2. Diagram Alir Rancangan Penelitian Menggunakan Analisis Faktor dan Regresi Berganda (Sumber: Hasil Olahan)
3.2
Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi dan
karakteristik obyek penelitian, maka penjelasan terhadap lokasi dan waktu penelitian penting untuk dilakukan. Penelitian ini dilakukan pada proyek konstruksi gedung yang ada di Kabupaten Badung, yang memberikan layanan jasa
58
pelaksanaan pekerjaan konstruksi untuk periode waktu 5 tahun terakhir. Dipilihnya proyek bangunan gedung di Kabupaten Badung sebagai obyek penelitian didasari atas keingintahuan peneliti untuk mendapatkan gambaran tentang: keterampilan manajer proyek meliputi Technical Skills (keterampilan teknis) adalah kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan, metode, atau teknik spesifik dalam suatu bidang ilmu, Conceptual Skills (keterampilan konseptual) adalah kemampuan untuk memahami suatu persoalan/issue secara keseluruhan untuk kepentingan atau kegiatan organisasi, dan Soft Skills (keterampilan sosial) adalah keterampilan mengelola diri sendiri dan bersosialisasi dengan orang lain, termasuk didalamnya tentang pola pikir (mindset), sistem kepercayaan (belief system), kematangan emosi (emotional maturity) dan kepercayaan diri (self confidence) terhadap pengelolaan kualitas pekerjaan dalam mengendalikan proyek konstruksi.
3.3
Jenis dan Sumber Data
3.3.1
Jenis Data Data yang akan diteliti dan dianalisis dalam penelitian ini ada 2 (dua)
jenis data, yaitu: 1.
Data primer Data primer adalah data yang langsung dicari dilapangan oleh peneliti, dalam hal ini adalah dengan melakukan penyebaran kuesioner kepada responden, yaitu orang yang terlibat tim proyek dalam bidang proyek konstruksi gedung yang dilaksanakan di Kabupaten Badung.
59
2.
Data sekunder. Data sekunder adalah data yang dicari secara tidak langsung dilapangan, dapat bersumber dari dokumentasi instansi terkait, website, bukubuku/literature, serta aturan-aturan yang berkaitan dengan penelitian ini.
3.3.2
Sumber Data. Sumber data untuk jenis data primer yang diperlukan untuk mendukung
penelitian ini diperoleh dari sumber berupa populasi dan sampel, yaitu: 1.
Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah para tim proyek, seperti: supervisor
engineer,
quality
control,
quantity
surveyor,
konsultan
manajemen konstruksi, konsultan mep, dan konsultan arsitek dalam bidang manajemen proyek konstruksi gedung dengan pengalaman kerja minimal 2 tahun. Panduan ukuran sampel yang diambil dapat ditentukan dengan cara mengalikan jumlah variabel dengan 5, atau 5 kali jumlah variabel. (Malhotra, 1999) 2.
Teknik Sampling Margono (2004) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel
yang
akan
dijadikan
sumber
data
sebenarnya,
dengan
memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Dalam
60
penelitian ini, teknik sampling yang dipergunakan yaitu: purposive sampling. Menurut Margono (2004) pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Dengan kata lain, unit sampel yang digunakan disesuaikan dengan kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kompetensi manajer proyek, maka sampel yang dipilih adalah para tim proyek, seperti: supervisor engineer, quality control, quantity surveyor, konsultan manajemen konstruksi, konsultan mep, dan konsultan arsitek dalam bidang manajemen proyek konstruksi gedung. Pada Tabel 3.1 dan 3.2 dapat dilihat contoh format pengumpulan data/kuisioner untuk mengetahui pemahaman dan kemampuan manajer proyek berdasarkan 3 keterampilan dasar meliputi technical skills (keterampilan teknis), conceptual skills (keterampilan konseptual) dan soft skills (keterampilan sosial) terhadap pengelolaan kualitas pekerjaan dalam mengendalikan proyek konstruksi.
61
Tabel 3.1. Contoh Format Pengumpulan Data Berdasarkan Conceptual Skills (Keterampilan Konseptual) Manajer Proyek pada Manajemen Kualitas Proyek Konstruksi
Aspek “conceptual skills”
No.
Tingkat Pemahaman dan Penerapannya 1
1
Membangun hubungan/networking di dalam atau di luar organisasi proyek
2
Memiliki kematangan yang tinggi dalam perencanaan yang baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja tim.
3
Memahami hasil kajian AMDAL sebagai dasar pengelolaan lingkungan sekitar areal proyek.
2
3
4
5
Sumber: Hasil Olahan Skala pengukuran keterampilan konseptual Manajer Proyek: (1) Sangat Buruk, (2) Buruk, (3) Cukup, (4) Baik, dan (5) Sangat Baik.
Tabel 3.2.
No.
Contoh Format Pengumpulan Data Berdasarkan Technical Skills (Keterampilan Teknis) Manajer Proyek terhadap Manajemen Kualitas Proyek Konstruksi
Aspek “technical skills”
Tingkat Pemahaman dan Penerapannya 1
1
2
3
Memiliki pengalaman dan pemahaman yang menyeluruh mengenai teknis pekerjaan dari proyek yang dikelola olehnya. Menentukan metode konstruksi yang sesuai dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak. Melakukan monitoring dan evaluasi perkembangan proyek terhadap lingkup, jadwal, dan anggaran serta sumber daya yang terlibat di dalamnya (man, machine, material).
Sumber: Hasil Olahan
2
3
4
5
62
Skala pengukuran keterampilan teknis Manajer Proyek: (1) Sangat Buruk, (2) Buruk, (3) Cukup, (4) Baik, dan (5) Sangat Baik.
Tabel 3.3.
Contoh Format Pengumpulan Data berdasarkan Soft Skills (Keterampilan Sosial) Manajer Proyek terhadap Manajemen Kualitas Proyek Konstruksi Tingkat Pemahaman dan Penerapannya
Aspek “soft skills”
No.
1 1
Mampu berkomunikasi dengan tim proyek, dalam hal ini manajer proyek memberikan penjelasan atau mempresentasikan prosedur yang diterapkan dalam menjalankan proyek.
2
Memiliki kemampuan negosiasi dalam bargaining dengan pemikiran yang tenang dan jernih menggunakan strategi dan loyalitas.
3
Mampu menjalin komunikasi dengan supervisi K3 yang bertugas di lapangan.
2
3
4
para
Sumber: Hasil Olahan Skala pengukuran soft skills Manajer Proyek: (1) Sangat Buruk, (2) Buruk, (3) Cukup, (4) Baik, dan (5) Sangat Baik.
3.4
Variabel Penelitian Yang dimaksud dengan variabel penelitian adalah suatu gejala yang
menjadi fokus serta arahan bagi setiap peneliti, dimana gejala tersebut nantinya dapat dilakukan suatu pengamatan secara sistematis. Variabel tersebut merupakan kelengkapan/atribut dari obyek atau sekelompok orang yang memiliki variasi antara satu dengan yang lainnya di dalam kelompok itu. Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua) variabel, yaitu:
5
63
1.
Variabel terikat (Dependent variable) dalam penelitian ini yaitu manajemen kualitas yang harus dipahami oleh manajer proyek sebagai dasar kompetensi untuk mencapai salah satu tolak ukur keberhasilan proyek konstruksi.
2.
Variabel bebas (Independent variable) dalam penelitian ini yaitu keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh manajer proyek meliputi: Conceptual Skills, Technical Skills, dan Soft Skills.
3.4.1
Variabel terikat (Dependent variable) Variabel terikat (dependent variable) sebagai obyek pokok yang
difokuskan berupa peningkatan kinerja proyek. Variabel terikat (Variabel Y) menggambarkan seberapa besar pemahaman dan penerapan manajemen kualitas oleh manajer proyek pada proyek konstruksi gedung, kemudian diukur peningkatan kualitasnya dalam lima (5) Skala Likert sebagai berikut: Tabel 3.4. Skala Kualitas Kinerja Manajer Proyek 1
2
3
4
5
Sangat Buruk
Buruk
Cukup
Baik
Sangat Baik
Sumber: Hasil Olahan
Dari tabel 3.4 maka dapat dilihat bahwa pengaruh tingkat kompetensi yang dimiliki oleh manajer proyek konstruksi terhadap peningkatan kinerja proyek (variabel terikat) diukur dengan memberikan 5 skala relatif Peningkatan kualitas kinerja proyek konstruksi, yaitu:
64
1.
Sangat Buruk: jika Manajer Proyek tidak pernah mengaplikasikan manajemen kualitas saat menjalankan proyek konstruksi.
2.
Buruk: jika Manajer Proyek agak jarang mengaplikasikan manajemen kualitas saat menjalankan proyek konstruksi.
3.
Cukup: jika Manajer Proyek cukup sering mengaplikasikan manajemen kualitas saat menjalankan proyek konstruksi.
4.
Baik: jika Manajer Proyek lebih sering mengaplikasikan manajemen kualitas saat menjalankan proyek konstruksi.
5.
Sangat Baik: jika Manajer Proyek selalu mengaplikasikan manajemen kualitas saat menjalankan proyek konstruksi.
3.4.2
Variabel bebas (Independent variable). Variabel bebas (dependent variable) berupa faktor-faktor kompetensi dan
aplikasinya bagi seorang manajer proyek konstruksi untuk mencapai kualitas proyek yang baik yang berpengaruh dalam peningkatan kualitas kinerja proyek. Berikut adalah contoh variabel-variabel untuk mengidentifikasi indikator kompetensi manajer proyek konstruksi untuk mencapai peningkatan relatif kualitas kinerja proyek konstruksi, sebagai berikut:
65
Tabel 3.5. Contoh identifikasi indikator kompetensi bagi seorang manajer proyek untuk mencapai peningkatan kualitas kinerja proyek konstruksi yang baik
No.
Bagaimana keterampilan Manajer Proyek dalam hal:
1
Membangun hubungan/networking di dalam atau di luar organisasi proyek.
2
Memiliki kematangan yang tinggi dalam perencanaan yang baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja tim.
3
Memahami hasil kajian AMDAL sebagai dasar pengelolaan lingkungan sekitar areal proyek.
4
Mampu mengambil keputusan sesuai peraturan dan batasan organisasi.
5 6 7
Mampu merumuskan cost database system (perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum pelaksanaan proyek. Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah/ problem solving secara efektif dan efisien dalam hal sumber daya manusia maupun lingkungan sekitar proyek. Berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek yang dipimpin.
8
Memiliki pengalaman dan pemahaman yang menyeluruh mengenai teknis pekerjaan dari proyek yang dikelola olehnya.
9
Menentukan metode konstruksi yang sesuai dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak.
10 11 12 13
Melakukan monitoring dan evaluasi perkembangan proyek terhadap lingkup, jadwal, dan anggaran serta sumber daya yang terlibat di dalamnya (man, machine, material). Mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada waktunya. Mampu mengimplementasikan SMK3 konstruksi secara konsisten dan menyeluruh demi tercapainya zero accident. Mampu merumuskan project action plan (pengendalian sumberdaya, pengendalian biaya, dan pengendalian waktu/jadwal) sesuai dengan cost database system yang telah dibuat sebelumnya.
66
Lanjutan Tabel 3.5. 14
15 16 17
Mampu menerapkan 7 tools total quality management dalam menyelesaikan permasalahan di lapangan agar terwujud continous improvement. Mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek. Mampu berkomunikasi dengan tim proyek, dalam hal ini manajer proyek memberikan penjelasan atau mempresentasikan prosedur yang diterapkan dalam menjalankan proyek. Memiliki kemampuan negosiasi dalam bargaining dengan pemikiran yang tenang dan jernih menggunakan strategi dan loyalitas.
18
Mampu menjalin komunikasi dengan para supervisi K3 yang bertugas di lapangan.
19
Mampu mempertahankan kinerja maksimal walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif.
20
Memiliki komitment dalam mencapai tujuan bersama.
21
Bersikap terus terang dan jujur.
22
Memiliki kemampuan membuat tim proyek tetap solid dan bersemangat.
23
Mampu membangun kedisiplinan kerja.
24 25
Mampu mengkomunikasikan prestasi kinerja proyek baik dengan tim lapangan proyek dan owner. Mampu mengkomunikasikan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan kepada seluruh tim proyek sesuai dengan yang tertuang dalam dokumen AMDAL proyek.
Sumber: Hasil Olahan
Dari variabel diatas, kemudian dicari tingkat pengaruh dari masingmasing variabel. Masing-masing variabel tersebut menghasilkan tingkat pengaruh terhadap peningkatan kualitas kinerja pada proyek konstruksi.
67
3.5
Teknik Pengumpulan Data Metode mengumpulkan data yang digunakan adalah dengan metode non-
probability purposive sampling dari para tim proyek, seperti : supervisor engineer, quality control, quantity surveyor, konsultan manajemen konstruksi, konsultan mep, dan konsultan arsitek
dalam bidang manajemen proyek
konstruksi gedung di Kabupaten Badung tahun 2012-2014. Alat yang digunakan adalah kuesioner yang diberikan kepada responden yaitu tim proyek (pelaksana, QS, QC, drafter, site manager, dan lain-lain) untuk mendapatkan jawaban tentang kompetensi manajer proyek dan kualitas kinerja pekerjaan proyek konstruksi, Kuesoiner yang disebarkan adalah kuesioner tertutup, dan kuesioner disajikan dalam bentuk yang sederhana sehingga responden mengerti untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya sebagai unit responden dengan cara memberikan tanda silang (X) atau tanda checklist (√ ).
3.6
Instrumen Penelitian Dalam penyusunan instrumen penelitian, ada beberapa faktor yang
menunjang dalam pengumpulan data yaitu: 1.
Bentuk kuesioner Untuk mengefektifkan tingkat pengambilan data dibutuhkan bentuk kuesioner yang sesuai dengan instrumen penelitian dan mudah dipahami oleh responden yaitu:
68
a.
Bentuk kuesioner tingkat pemahaman (kompetensi) manajer proyek terhadap aplikasi manajemen kualitas, hal ini untuk memudahkan dalam mendiskripsikan proyek konstruksi di Kabupaten Badung.
b.
Bentuk kuesioner penilaian kompetensi manajer proyek dan kualitas kinerja pekerjaan proyek konstruksi, hal ini mengukur kompetensi manajer proyek dan sejauh mana hasil peningkatan kualitas kinerja proyek yang dikerjakan kontraktor dan untuk menganalisa korelasi (hubungannya) terhadap kualitas pekerjaan pada pelaksanaan proyek konstruksi gedung di Kabupaten Badung.
c.
Untuk mengetahui ketepatan dan kecermatan pengukuran terhadap instrument penelitian terlebih dahulu dilakukan studi pendahuluan (uji coba validitas dan reliabilitas) terhadap instrumen penelitian sebelum dilakukan pengambilan data lengkap yang sebenarnya
3.7
Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengukur pengaruh dari tingkat
pemahaman manajer proyek konstruksi dari aspek manajemen kualitas dalam hubungannya dengan kinerja pelaksanaan proyek. Menurut Yin, (1994) bahwa strategi metode penelitian perlu mempertimbangkan 3 (tiga) hal, yaitu jenis pertanyaan yang digunakan, kendali terhadap peristiwa yang diteliti dan fokus terhadap peristiwa yang sedang berjalan atau baru diselesaikan. Jenis pertanyaan yang diperlukan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, seperti apa dan berapa besar dapat dikelompokkan sebagai berikut:
69
1.
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kualitas pelaksanaan proyek konstruksi gedung di Kabupaten Badung ?
2.
Bagaimana hubungan karakteristik Manajer Proyek terhadap kualitas pelaksanaan proyek konstruksi gedung di Kabupaten Badung ? Mengacu pada strategi penelitian yang disarankan Yin (2008), maka
pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan pendekatan survey menggunakan kuesioner. Kuesioner akan disebarkan pada pakar dan responden, seperti para tim proyek, seperti : supervisor engineer, quality control, quantity surveyor, konsultan manajemen konstruksi, konsultan mep, dan konsultan arsitek dalam bidang manajemen proyek konstruksi gedung dalam bidang proyek konstruksi. Kuisioner tersebut akan diolah/dianalisis sehingga mendapatkan faktor yang paling berpengaruh terhadap kualitas kinerja proyek konstruksi.
3.8
Analisis Data Analisis data merupakan suatu proses pengolahan data yang diperoleh
melalui survei. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1.
Analisis Faktor Analisis faktor merupakan suatu analisis yang bertujuan untuk mereduksi data untuk menemukan hubungan antara variabel yang saling independen yang kemudian dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, sehingga bisa terbentuk satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal.
70
2.
Analisis Regresi Linier Berganda Regresi merupakan suatu alat ukur yang juga dapat digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya korelasi antarvariabel. Jika kita memiliki dua buah variabel atau lebih maka sudah selayaknya apabila kita ingin mempelajari bagaimana variabel-variabel itu berhubungan atau dapat diramalkan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Tabulasi Data Tabulasi data merupakan proses menempatkan data dalam bentuk tabel
dengan cara membuat tabel yang berisikan data sesuai dengan kebutuhan analisis. Adapun tabulasi data penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 1. Berikut ringkasan tabulasi data yang telah dikelompokkan berdasarkan jabatan dan pengalaman kerja responden sampel penelitian:
Tabel 4.1 Tabel responden sampel penelitian No
Jabatan/posisi
Jumlah
Prosentase
1
Site Manager
8
6.40%
2
Quality Control
8
6.40%
3
Quantity Surveyor
14
11.20%
4
Estimator
12
9.60%
5
Arsitek
3
2.40%
6
Pelaksana
28
22.40%
7
Logistik
12
9.60%
8
Supervisi K3
5
4.00%
9
Ahli Struktur
5
4.00%
10
Administrasi teknik
10
8.00%
11
Supervisi MEP
1
0.80%
12
Supervisi Struktur
2
1.60%
13
Drafter
14
11.20%
14
Supervisi teknik
1
0.80%
15
Supervisi arsitektur
1
0.80%
16
Kabag teknik
1
0.80%
Jumlah total
Sumber: Hasil Penelitian 2015
71
125
100.00%
72
Tabel 4.2 Tabel pengalaman kerja responden sampel penelitian No
Pengalaman kerja (tahun)
Jumlah
Prosentase
1
1 s/d 5
69
55.20%
2
6 s/d 10
54
43.20%
3
> 10
2
1.60%
125
100.00%
Jumlah total
Sumber: Hasil Penelitian 2015
Dari kedua tabel diatas dapat diketahui jumlah prosentase terbanyak responden penelitian berasal dari jabatan pelaksana proyek sebesar 22,40%. Bila dilihat dari pengalaman kerja, responden dengan tingkat pengalaman kerja antara 1s/d 5 tahun memiliki jumlah terbanyak sebesar 69 orang (55,20%) dari total jumlah responden penelitian 125 orang. Jumlah dan prosentase responden di atas nantinya akan berpengaruh terhadap hasil analisis statistik penelitian dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 17.0.
4.2
Hasil Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan dalam bab 1, maka
dapat dirumuskan hasil penelitian tersebut dengan menggunakan analisa faktor dan analisa regresi linier berganda.
4.2.1
Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas bertujuan untuk mengetahui apakah instrument penelitian
mampu mengukur variabel yang ingin diukur dan dapat mengungkapkan data dari
73
variabel yang diteliti secara tepat. Untuk mengetahui tingkat validitas, perhatikan angka pada corrected item total correlation yang merupakan korelasi antara skor item dengan skor total item (nilai rhitung) dibandingkan dengan nilai rtabel. Jika rhitung > rtabel (Riduwan,2011), maka item tersebut adalah valid dengan menggunakan distribusi tabel r untuk α = 0,05 dengan df = (N-2) sehingga didapat rtabel = 0,1478. Rekapitulasi analisis validitas menggunakan corrected item total correlation dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut:
Tabel 4.3 Uji Validitas instrument
Variabel
Koefisien Korelasi
Membangun hubungan/networking di dalam atau di luar organisasi proyek (X1)
0,565
> 0,1478 (Valid)
0,694
> 0,1478 (Valid)
0,526
> 0,1478 (Valid)
0,420
> 0,1478 (Valid)
0,242
> 0,1478 (Valid)
0,214
> 0,1478 (Valid)
0,457
> 0,1478 (Valid)
Memiliki kematangan yang tinggi dalam perencanaan yang baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja tim (X2) Memahami hasil kajian AMDAL sebagai dasar pengelolaan lingkungan sekitar areal proyek (X3) Mampu mengambil keputusan sesuai peraturan dan batasan organisasi (X4) Mampu merumuskan cost database system (perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum pelaksanaan proyek (X5) Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah/ problem solving secara efektif dan efisien dalam hal sumber daya manusia maupun lingkungan sekitar proyek (X6) Berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek yang dipimpin (X7)
Keterangan
74
Lanjutan Tabel 4.3. Memiliki pengalaman dan pemahaman yang menyeluruh mengenai teknis pekerjaan dari proyek yang dikelola olehnya (X8) Menentukan metode konstruksi yang sesuai dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak (X9) Melakukan monitoring dan evaluasi perkembangan proyek terhadap lingkup, jadwal, dan anggaran serta sumber daya yang terlibat di dalamnya (man, machine, material) (X10) Mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada waktunya (X11) Mampu mengimplementasikan SMK3 konstruksi secara konsisten dan menyeluruh demi tercapainya zero accident (X12) Mampu merumuskan project action plan (pengendalian sumberdaya, pengendalian biaya, dan pengendalian waktu/jadwal) sesuai dengan cost database system yang telah dibuat sebelumnya (X13) Mampu menerapkan 7 tools total quality management dalam menyelesaikan permasalahan di lapangan agar terwujud continous improvement (X14) Mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek (X15) Mampu berkomunikasi dengan tim proyek, dalam hal ini manajer proyek memberikan penjelasan atau mempresentasikan prosedur yang diterapkan dalam menjalankan proyek (X16) Memiliki kemampuan negosiasi dalam bargaining dengan pemikiran yang tenang dan jernih menggunakan strategi dan loyalitas (X17) Mampu menjalin komunikasi dengan para supervisi K3 yang bertugas di lapangan (X18) Mampu mempertahankan kinerja maksimal walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif (X19) Memiliki komitment dalam mencapai tujuan bersama (X20) Bersikap terus terang dan jujur (X21)
0,535
> 0,1478 (Valid)
0,562
> 0,1478 (Valid)
0,591
> 0,1478 (Valid)
0,567 > 0,1478 (Valid)
0,631
> 0,1478 (Valid)
0,587
> 0,1478 (Valid)
0,544
> 0,1478 (Valid)
0,419
> 0,1478 (Valid)
0,697
> 0,1478 (Valid)
0,705
> 0,1478 (Valid)
0,618
> 0,1478 (Valid)
0,478
> 0,1478 (Valid)
0,422
> 0,1478 (Valid)
0,285
> 0,1478 (Valid)
75
Lanjutan Tabel 4.3. Memiliki kemampuan membuat tim proyek tetap solid dan bersemangat (X22) Mampu membangun kedisiplinan kerja (X23) Mampu mengkomunikasikan prestasi kinerja proyek baik dengan tim lapangan proyek dan owner(X24) Mampu mengkomunikasikan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan kepada seluruh tim proyek sesuai dengan yang tertuang dalam dokumen AMDAL proyek (X25)
0,424
> 0,1478 (Valid)
0,404
> 0,1478 (Valid)
0,346
> 0,1478 (Valid)
0,437
> 0,1478 (Valid)
Sumber: Hasil Penelitian 2015
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa instrumen penelitian X1 s/d X25 dapat dinyatakan valid, karena masing-masing butir pertanyaan memiliki koefisien korelasi lebih besar dari 0,1478. Sedangkan uji reliabilitas dilakukan dengan menganalisis data yang berasal dari satu kali pengujian kuisioner. Reliabilitas diukur dari koefisien Alpha (Malhotra, 1999). Bila koefisien alpha (Cronbach’s Alpha) > 0,60 maka instrumen tersebut dinyatakan reliabel. Tabel 4.4. menampilkan hasil rekapitulasi reliabilitas instrumen berdasarkan nilai koefisien Alpha Cronbach.
Tabel 4.4 Uji Reliabilitas Instrumen Variabel Membangun hubungan/networking di dalam dan di luar organisasi proyek (X1) Memiliki kematangan yang tinggi dalam perencanaan yang baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja tim (X2) Memahami hasil kajian AMDAL sebagai dasar pengelolaan lingkungan sekitar areal proyek (X3) Mampu mengambil keputusan sesuai peraturan dan batasan organisasi (X4)
Nilai Cronbach's Alpha Hitung
Keterangan
0,880
> 0,60 (Reliabel)
0,861
> 0,60 (Reliabel)
0,877
> 0,60 (Reliabel)
0,869
> 0,60 (Reliabel)
76
Lanjutan Tabel 4.4. Mampu merumuskan cost database system (perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum pelaksanaan proyek (X5) Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah/ problem solving secara efektif dan efisien dalam hal sumber daya manusia maupun lingkungan sekitar proyek (X6) Berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek yang dipimpin (X7) Memiliki pengalaman dan pemahaman yang menyeluruh mengenai teknis pekerjaan dari proyek yang dikelola olehnya (X8) Menentukan metode konstruksi yang sesuai dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak (X9) Melakukan monitoring dan evaluasi perkembangan proyek terhadap lingkup, jadwal, dan anggaran serta sumber daya yang terlibat di dalamnya (man, machine, material) (X10) Mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada waktunya (X11) Mampu mengimplementasikan SMK3 konstruksi secara konsisten dan menyeluruh demi tercapainya zero accident (X12) Mampu merumuskan project action plan (pengendalian sumberdaya, pengendalian biaya, dan pengendalian waktu/jadwal) sesuai dengan cost database system yang telah dibuat sebelumnya (X13) Mampu menerapkan 7 tools total quality management dalam menyelesaikan permasalahan di lapangan agar terwujud continous improvement (X14) Mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek (X15) Mampu berkomunikasi dengan tim proyek, dalam hal ini manajer proyek memberikan penjelasan atau mempresentasikan prosedur yang diterapkan dalam menjalankan proyek (X16) Memiliki kemampuan negosiasi dalam bargaining dengan pemikiran yang tenang dan jernih menggunakan strategi dan loyalitas (X17)
0,873
> 0,60 (Reliabel)
0,875
> 0,60 (Reliabel)
0,868
> 0,60 (Reliabel)
0,866
> 0,60 (Reliabel)
0,865
> 0,60 (Reliabel)
0,865
> 0,60 (Reliabel)
0,865
> 0,60 (Reliabel)
0,864
> 0,60 (Reliabel)
0,865
> 0,60 (Reliabel)
0,866
> 0,60 (Reliabel)
0,870
> 0,60 (Reliabel)
0,861
> 0,60 (Reliabel)
0,860
> 0,60 (Reliabel)
77
Lanjutan Tabel 4.4. Mampu menjalin komunikasi dengan para supervisi K3 yang bertugas di lapangan (X18) Mampu mempertahankan kinerja maksimal walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif (X19) Memiliki komitment dalam mencapai tujuan bersama (X20) Bersikap terus terang dan jujur (X21) Memiliki kemampuan membuat tim proyek tetap solid dan bersemangat (X22) Mampu membangun kedisiplinan kerja (X23) Mampu mengkomunikasikan prestasi kinerja proyek baik dengan tim lapangan proyek dan owner(X24) Mampu mengkomunikasikan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan kepada seluruh tim proyek sesuai dengan yang tertuang dalam dokumen AMDAL proyek (X25)
0,864
> 0,60 (Reliabel)
0,868
> 0,60 (Reliabel)
0,869
> 0,60 (Reliabel)
0,873
> 0,60 (Reliabel)
0,877
> 0,60 (Reliabel)
0,879
> 0,60 (Reliabel)
0,872
> 0,60 (Reliabel)
0,869
> 0,60 (Reliabel)
Sumber: Hasil Penelitian 2015
Dari hasil rekapitulasi hasil uji reliabilitas seperti pada tabel 4.4. dapat diketahui bahwa semua variabel penelitian X1 s/d X25 adalah reliabel, karena seluruhnya mempunyai koefisien alpha lebih besar dari 0,60. Setelah semua variabel dinyatakan valid dan reliabel maka dapat dilanjutkan dengan analisis faktor untuk mencari/menganalisis faktor-faktor dalam karakteristik manajer proyek yang mempengaruhi kualitas kinerja pelaksanaan proyek konstruksi gedung di Kabupaten Badung.
4.2.2
Faktor-Faktor
dalam
Karakteristik
Manajer
Proyek
yang
Mempengaruhi Kinerja Pelaksanaan Proyek Konstruksi Gedung Untuk keperluan pembuatan matrix korelasi maka digunakan Kaiser Mayer-Olkin and Bartlett’s test dan Anti Image Correlation test. Besarnya KMO minimal 0,5 dan jika nilai KMO dibawah 0,5 maka analisis faktor tidak bisa
78
digunakan. Maka untuk menguji ke- 25 variabel tersebut, hal ini dapat dilihat dari KMO MSA (Kaiser Meyer Olkin Measure of Sampling Adequancy) > 0,5 dan nilai signifikansi < 0,05 yang memiliki arti bahwa antar variabel cukup kuat sehingga analisis faktor dapat dilanjutkan (Utama,2014). Berikut dapat ditampilkan pada tabel 4.5 yang memuat nilai KMO dan Bartlett’s test (MSA) dengan pengolahan data menggunakan SPSS for windows versi 17.0, yaitu:
Tabel 4.5 Hasil Tes KMO and Bartlett's Test Tahap I Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square df Sig.
.789
1664.709 300 .000
Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
Pada tabel KMO dan Bartlett’s Test, nilai KMO Measure of Sampling Adequacy (MSA) sebesar 0,789. Oleh karena 0,789 > 0,5 dan dilihat dari Bartlett’s Test of sphericity dengan nilai chi square sebesar 1664.709 dengan signifikansi 0,000 < 0,05 (5%) berarti kumpulan variabel dapat diproses lebih lanjut, maka proses analisis faktor dapat dilanjutkan. Proses selanjutnya adalah melihat nilai anti image matrix untuk menentukan variabel mana saja yang layak digunakan dalam analisis lanjutan. Bila nilai anti image correlation variabel > 0,5 maka variabel tersebut dapat dianalisis lebih lanjut. Sedangkan bila nilai anti image correlation < 0,5 maka
79
variabel tersebut harus dikeluarkan. Tabel 4.6 menunjukkan nilai anti image correlation, sebagai berikut:
Tabel 4.6 Ringkasan Tabel Anti Image Correlation Tahap I Variabel Membangun hubungan yang kuat/networking di dalam atau di luar organisasi proyek (X1) Memiliki kematangan yang tinggi dalam perencanaan yang baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja tim (X2) Memahami hasil kajian AMDAL sebagai dasar pengelolaan lingkungan sekitar areal proyek (X3) Mampu mengambil keputusan sesuai peraturan dan batasan organisasi (X4) Mampu merumuskan cost database system (perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum pelaksanaan proyek (X5) Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah/ problem solving secara efektif dan efisien dalam hal sumber daya manusia maupun lingkungan sekitar proyek (X6) Berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek yang dipimpin (X7) Memiliki pengalaman dan pemahaman yang menyeluruh mengenai teknis pekerjaan dari proyek yang dikelola olehnya (X8) Menentukan metode konstruksi yang sesuai dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak (X9)
MSA 0,406 0,864 0,484 0,867 0,738
0,702 0,769 0,779 0,731
Melakukan monitoring dan evaluasi perkembangan proyek terhadap lingkup, jadwal, dan anggaran serta sumber daya yang terlibat di dalamnya (man, machine, material) (X10)
0,830
Mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada waktunya (X11)
0,790
Mampu mengimplementasikan SMK3 konstruksi secara konsisten dan menyeluruh demi tercapainya zero accident (X12)
0,836
Mampu merumuskan project action plan (pengendalian sumberdaya, pengendalian biaya, dan pengendalian waktu/jadwal) sesuai dengan cost database system yang telah dibuat sebelumnya (X13)
0,823
80
Lanjutan Tabel 4.6. Mampu menerapkan 7 tools total quality management dalam menyelesaikan permasalahan di lapangan agar terwujud continous improvement (X14) Mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek (X15) Mampu berkomunikasi dengan tim proyek, dalam hal ini manajer proyek memberikan penjelasan atau mempresentasikan prosedur yang diterapkan dalam menjalankan proyek (X16) Memiliki kemampuan negosiasi dalam bargaining dengan pemikiran yang tenang dan jernih menggunakan strategi dan loyalitas (X17) Mampu menjalin komunikasi dengan para supervisi K3 yang bertugas di lapangan (X18) Mampu mempertahankan kinerja maksimal walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif (X19) Memiliki komitment dalam mencapai tujuan bersama (X20) Bersikap terus terang dan jujur (X21) Memiliki kemampuan membuat tim proyek tetap solid dan bersemangat (X22) Mampu membangun kedisiplinan kerja (X23)
0,869 0,811 0,844
0,845 0,858 0,861 0,795 0,749 0,493 0,614
Mampu mengkomunikasikan prestasi kinerja proyek baik dengan tim lapangan proyek dan owner (X24)
0,836
Mampu mengkomunikasikan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan kepada seluruh tim proyek sesuai dengan yang tertuang dalam dokumen AMDAL proyek (X25)
0,845
Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
Dari olah statistik pada tabel 4.6 dapat terlihat bahwa terdapat 3 variabel yang memiliki nilai MSA < 0,5 yaitu: X1, X3,dan X22 sehingga ketiga variabel tersebut harus dikeluarkan dan tidak dapat analisis lebih lanjut. Sedangkan 22 variabel lainnya memiliki nilai MSA > 0,5 dan memenuhi syarat untuk dianalisis lebih lanjut. Namun secara fakta di lapangan variabel X1, X3,dan X22 mempunyai hubungan dan pengaruh terhadap kualitas kinerja pelaksanaan proyek konstruksi gedung di Kabupaten Badung.
81
Pada analisis faktor tahap 2, variabel X1, X3,dan X22 tidak diikutsertakan. Dari hasil pengolahan tahap 2 dapat ditampilkan nilai MSA pada tabel 4.7 sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil Tes KMO and Bartlett's Test Tahap II Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square Df Sig.
.835
1294.447 231 .000
Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
Pada tabel KMO dan Bartlett’s Test, nilai KMO Measure of Sampling Adequacy (MSA) sebesar 0,835. Oleh karena 0,835 > 0,5 dan dilihat dari Bartlett’s Test of sphericity dengan nilai chi square sebesar 1294.447 dengan signifikansi 0,000 < 0,05 (5%) berarti kumpulan variabel dapat diproses lebih lanjut, maka proses analisis faktor dapat dilanjutkan. Proses selanjutnya adalah melihat nilai anti image matrix untuk menentukan variabel mana saja yang layak digunakan dalam analisis lanjutan. Bila nilai anti image correlation variabel > 0,5 maka variabel tersebut dapat dianalisis lebih lanjut. Sedangkan bila nilai anti image correlation < 0,5 maka variabel tersebut harus dikeluarkan. Tabel 4.8 menunjukkan nilai anti image correlation, sebagai berikut:
82
Tabel 4.8 Ringkasan Tabel Anti Image Correlation Tahap II Variabel
MSA
Memiliki kematangan yang tinggi dalam perencanaan yang baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja tim (X2) Mampu mengambil keputusan sesuai peraturan dan batasan organisasi (X4) Mampu merumuskan cost database system (perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum pelaksanaan proyek (X5) Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah/ problem solving secara efektif dan efisien dalam hal sumber daya manusia maupun lingkungan sekitar proyek (X6) Berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek yang dipimpin (X7)
0,739
Memiliki pengalaman dan pemahaman yang menyeluruh mengenai teknis pekerjaan dari proyek yang dikelola olehnya (X8)
0,798
Menentukan metode konstruksi yang sesuai dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak (X9)
0,759
Melakukan monitoring dan evaluasi perkembangan proyek terhadap lingkup, jadwal, dan anggaran serta sumber daya yang terlibat di dalamnya (man, machine, material) (X10)
0,869
Mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada waktunya (X11)
0,804
Mampu mengimplementasikan SMK3 konstruksi secara konsisten dan menyeluruh demi tercapainya zero accident (X12)
0,852
Mampu merumuskan project action plan (pengendalian sumberdaya, pengendalian biaya, dan pengendalian waktu/jadwal) sesuai dengan cost database system yang telah dibuat sebelumnya (X13) Mampu menerapkan 7 tools total quality management dalam menyelesaikan permasalahan di lapangan agar terwujud continous improvement (X14) Mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek (X15)
0,892 0,885
0,713 0,787
0,841
0,889 0,844
Mampu berkomunikasi dengan tim proyek, dalam hal ini manajer proyek memberikan penjelasan atau mempresentasikan prosedur yang diterapkan dalam menjalankan proyek (X16)
0,848
Memiliki kemampuan negosiasi dalam bargaining dengan pemikiran yang tenang dan jernih menggunakan strategi dan loyalitas (X17)
0,876
83
Lanjutan Tabel 4.8. Mampu menjalin komunikasi dengan para supervisi K3 yang bertugas di lapangan (X18)
0,872
Mampu mempertahankan kinerja maksimal walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif (X19)
0,847
Memiliki komitment dalam mencapai tujuan bersama (X20) Bersikap terus terang dan jujur (X21) Mampu membangun kedisiplinan kerja (X23)
0,825 0,755 0,544
Mampu mengkomunikasikan prestasi kinerja proyek baik dengan tim lapangan proyek dan owner (X24)
0,850
Mampu mengkomunikasikan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan kepada seluruh tim proyek sesuai dengan yang tertuang dalam dokumen AMDAL proyek (X25)
0,840
Pada tabel anti image matrix, terlihat bahwa tidak ada variabel dengan MSA yang kurang dari 0,5 sehingga seluruh variabel (22 variabel) tersebut memenuhi syarat untuk analisis faktor. Maka proses analisis faktor dapat dilanjutkan dengan mencari nilai communalities dari 22 variabel dengan metode Principal Component Analysis.
4.2.3
Communalities (kebersamaan) Angka communalities merupakan sebuah nilai yang menunjukkan
seberapa baik suatu variabel yang diwakili oleh setiap kelompok faktor yang terbentuk (Santosa, 2004). Angka communalities untuk variabel X2 = 0,668. Angka communalities sebesar 0,668 berarti sekitar 66,8 % varians dari variabel X2 dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Sedangkan angka communalities untuk variabel X4 sebesar 0,596 berarti sekitar 59,6 % varians dari variabel X4 dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Demikian juga untuk variabel lainnya
84
dapat dilihat pada tabel 4.9 dibawah ini. Semakin kecil angka communalities suatu variabel, berarti semakin lemah hubungannya dengan faktor yang terbentuk.
Tabel 4.9. Nilai Communalities (kebersamaan) Variabel Memiliki kematangan yang tinggi dalam perencanaan yang baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja tim (X2) Mampu mengambil keputusan sesuai peraturan dan batasan organisasi (X4) Mampu merumuskan cost database system (perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum pelaksanaan proyek (X5) Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah/ problem solving secara efektif dan efisien dalam hal sumber daya manusia maupun lingkungan sekitar proyek (X6) Berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek yang dipimpin (X7) Memiliki pengalaman dan pemahaman yang menyeluruh mengenai teknis pekerjaan dari proyek yang dikelola olehnya (X8) Menentukan metode konstruksi yang sesuai dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak (X9) Melakukan monitoring dan evaluasi perkembangan proyek terhadap lingkup, jadwal, dan anggaran serta sumber daya yang terlibat di dalamnya (man, machine, material) (X10) Mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada waktunya (X11) Mampu mengimplementasikan SMK3 konstruksi secara konsisten dan menyeluruh demi tercapainya zero accident (X12) Mampu merumuskan project action plan (pengendalian sumberdaya, pengendalian biaya, dan pengendalian waktu/jadwal) sesuai dengan cost database system yang telah dibuat sebelumnya (X13) Mampu menerapkan 7 tools total quality management dalam menyelesaikan permasalahan di lapangan agar terwujud continous improvement (X14) Mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek (X15)
Communalities 0,668 0,596 0,754
0,657 0,787 0,761 0,826 0,615
0,830
0,729
0,705
0,604 0,590
85
Lanjutan Tabel 4.9. Mampu berkomunikasi dengan tim proyek, dalam hal ini manajer proyek memberikan penjelasan atau mempresentasikan prosedur yang diterapkan dalam menjalankan proyek (X16) Memiliki kemampuan negosiasi dalam bargaining dengan pemikiran yang tenang dan jernih menggunakan strategi dan loyalitas (X17)
0,801
0,752
Mampu menjalin komunikasi dengan para supervisi K3 yang bertugas di lapangan (X18)
0,778
Mampu mempertahankan kinerja maksimal walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif (X19)
0,736
Memiliki komitment dalam mencapai tujuan bersama (X20) Bersikap terus terang dan jujur (X21) Mampu membangun kedisiplinan kerja (X23)
0,714 0,643 0,640
Mampu mengkomunikasikan prestasi kinerja proyek baik dengan tim lapangan proyek dan owner (X24) Mampu mengkomunikasikan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan kepada seluruh tim proyek sesuai dengan yang tertuang dalam dokumen AMDAL proyek (X25)
0,640
0,644
Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
4.3
Menentukan Hubungan Regresi
4.3.1
Hubungan Karakteristik Manajer Proyek terhadap Kinerja Biaya Pelaksanaan Proyek Dalam menentukan hubungan karakteristik manajer proyek dengan
kinerja biaya pelaksanaan konstruksi gedung menggunakan analisis regresi linier berganda. Pada analisis ini variabel terikat adalah kinerja biaya pelaksanaan proyek dan variabel bebas terdiri dari 22 variabel. Sebelum dilakukan analisis terhadap variabel-variabel tersebut, akan diuraikan terlebih dahulu uji asumsi klasik, uji goodness of fit, uji simultan/serempak (uji F), serta uji parsial (uji t).
86
1.
Uji Asumsi Klasik: Uji asumsi klasik diperlukan agar model regresi yang disusun memberikan hasil yang tidak bias/nilai sebenarnya dengan nilai dugaan tidak sama, maka perlu dilakukan uji asumsi klasik (Gujarati, 1995). a.
Uji Normalitas Uji normalitas data dipergunakan untuk menentukan apakah data terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas yang dipergunakan adalah plot grafik yaitu asumsi normalitas terpenuhi jika titik-titik pada grafik mendekati sumbu diagonalnya.
Gambar 4.1. Grafik Uji Normalitas
Gambar 4.1 menunjukkan bahwa titik-titik pada grafik telah mendekati atau hampir berhimpit dengan sumbu diagonal atau membentuk sudut 450 dengan garis mendatar. Interpretasinya adalah
87
bahwa nilai residual pada model penelitian telah terdistribusi secara normal.
b.
Uji Multikolinearitas Penelitian ini mempergunakan uji asumsi klasik yang dianggap penting
yaitu
tidak
terdapat
multikolinearitas
antar
variabel
independen. Multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan model regresi. Uji multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan nilai variance inflation factor (VIF). Model dinyatakan terbebas dari gangguan multikolinearitas jika mempunyai nilai VIF dibawah 10 atau tolerance diatas 0,1 (Santoso, 2000). Berikut adalah uji multikolinearitas dalam penelitian ini: Tabel 4.10. Uji Multikolinearitas Colinearity Statistics Model 1
Sig.
Tolerance
VIF
Constant
0.012
X2
0,142
0,335
2,982
X4
0,042
0,655
1,528
X5
0,001
0,752
1,331
X6
0,227
0,775
1,291
X7
0,000
0,295
3,395
X8
0,766
0,286
3,496
X9
0,018
0,240
4,162
X10
0,514
0,438
2,283
X11
0,006
0,233
4,297
88
Lanjutan Tabel 4.10. X12
0,319
0,312
3,209
X13
0,880
0,344
2,907
X14
0,161
0,520
1,924
X15
0,035
0,562
1,780
X16
0,469
0,252
3,972
X17
0,616
0,313
3,190
X18
0,437
0,318
3,148
X19
0,000
0,611
1,635
X20
0,002
0,620
1,614
X21
0,019
0,726
1,377
X23
0,447
0,801
1,248
X24
0,086
0,756
1,323
X25
0,664
0,615
1,627
a. Dependent Variable: Ybiaya Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
Tabel diatas memberikan semua nilai VIF dibawah 10, berarti tidak terdapat gejala multikolinearitas atau dengan kata lain tidak terdapat korelasi antar variabel bebas pada model dalam penelitian ini sehingga analisis dapat dilakukan lebih lanjut.
2.
Uji Goodness of Fit Uji goodness of fit adalah untuk melihat kesesuaian model, atau seberapa besar kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan varians variabel terikatnya. Berikut adalah hasil perhitungan nilai R dan koefisien determinasi dalam penelitian ini:
89
Tabel 4.11 Uji Goodness of Fit Change Statistics Adjusted Std. Error of R Square Model 1
R 0,821a
R Square R Square the Estimate 0,674
0,604
0,370
Sig. F
Durbin-
Change
F Change
df1
df2
Change
Watson
0,674
9,601
22
102
0,000
1,880
a. Predictors: (Constant), X25, X23, X5, X24, X8, X21, X6, X15, X19, X4, X20, X10, X14, X7, X13, X17, X2, X18, X12, X16, X9, X11 b. Dependent Variable: Ybiaya
Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
Tabel tersebut memberikan nilai R sebesar 0,821 pada model penelitian. Hal ini menunjukkan pengertian bahwa variabel terikat (Y) dipengaruhi sebesar 82,1% oleh variabel-variabel bebas, sedangkan sisanya 17,9% dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain. Koefisien determinasi (R square) berkisar pada angka 0 sampai 1, dengan catatan semakin kecil angka R square semakin lemah hubungan kedua atau lebih variabel tersebut.
3.
Uji Simultan/serempak (uji F) Pada tabel 4.12 dapat dilihat hasil dari uji Anova/uji ‘F’ sebagai berikut:
Tabel 4.12. Uji ‘F’ (uji Annova)
Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Regression
28,938
22
1,315
9,601
0,000a
Residual
13,974
102
0,137
Total
42,912
124
a. Predictors: (Constant), X25, X23, X5, X24, X8, X21, X6, X15, X19, X4, X20, X10, X14, X7, X13, X17, X2, X18, X12, X16, X9, X11 b. Dependent Variable: Ybiaya
Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
90
Adapun keputusan yang dapat diambil dimana F (9,601) > Ftabel (1,7110), atau dapat dilihat dari nilai signifikansi yaitu signifikansi < α (0,000 < 0,05) maka keputusannya adalah H0 ditolak, artinya paling tidak salah satu dari βi dimana i=1,2,3,…..,22 berpengaruh signifikan. Oleh sebab itu perlu dilakukan uji parsial untuk mengetahui variabel mana yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja biaya pelaksanaan proyek (YI).
4.
Uji Parsial (uji ‘t’) Uji ‘t’ (uji parsial) adalah untuk melihat pengaruh variabel-variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikatnya. Berikut ini adalah hasil perhitungan uji t dan signifikansinya dalam penelitian ini:
Tabel 4.13. Uji ‘t’ (uji parsial)
Model
Unstandardized Coefficients
(Constant)
0,973
Std. Error 0,382
X2 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14
0,099 0,108 -0,224 0,058 0,333 0,024 0,207 -0,048 -0,238 -0,086 -0,012 0,092
0,067 0,052 0,065 0,048 0,078 0,080 0,086 0,073 0,086 0,086 0,082 0,065
B
t
Sig.
2,549
0,012
1,481 2,060 -3,417 1,215 4,262 0,298 2,406 -0,655 -2,782 -1,001 -0,151 1,413
0,142 0,042 0,001 0,227 0,000 0,766 0,018 0,514 0,006 0,319 0,888 0,161
91
Lanjutan Tabel 4.13. X15 X16 X17
-0,106 -0,055 -0,031
0,050 0,076 0,062
-2,132 -0,728 -0,503
0,035 0,469 0,616
X18 X19 X20 X21 X23 X24 X25
0,058 0,329 0,188 0,148 -0,034 -0,077 0,022
0,075 0,051 0,058 0,062 0,045 0,044 0,051
0,781 6,489 3,225 2,385 -0,763 -1,733 0,435
0,437 0,000 0,002 0,019 0,447 0,086 0,664
a. Dependent Variable: Ybiaya Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
Dapat dilihat pada tabel output SPSS regresi berganda di atas bahwa yang dikatakan signifikan/berpengaruh terhadap kinerja biaya pelaksanaan adalah variabel bebas yang memiliki nilai signifikansi α < 0,05 (tingkat kesalahan 5%). Selanjutnya dapat dilakukan uji t-test atau Student-t Distribution, dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kepercayaan tiap variabel bebas dalam persamaan atau model regresi dipergunakan dalam memprediksi nilai Y, Uji t dilakukan dengan cara uji hipotesis nol yaitu bahwa konstanta dan koefisien variabel Xi sama dengan nol. b.
Menguji pengaruh variabel (X5) terhadap kinerja biaya pelaksanaan proyek (YI) Hipotesis: H0 : β1 = 0 (Mampu merumuskan cost database system (perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan pekerjaan)
92
sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum pelaksanaan proyek tidak berpengaruh terhadap kinerja biaya pelaksanaan proyek) H1 : β1 > 0 (Mampu merumuskan cost database system (perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum pelaksanaan proyek berpengaruh signifikan terhadap kinerja biaya pelaksanaan proyek). Level of signifikan α = 0,05 Kriteria pengujian: H0 ditolak jika t-value > t tabel
(berpengaruh)
H0 diterima jika t-value < t tabel (tidak ada pengaruh) Perhitungan: t
ˆ1 1 3,417 SE ( ˆ1 )
Keputusan: oleh karena t-value (3,417) > 1,708 dan jika dilihat dari nilai signifikansi (0,001) < α (0,05) maka keputusannya adalah H0 ditolak, artinya variabel X5 berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja biaya pelaksanaan proyek (YI).
93
c.
Menguji pengaruh variabel (X2) terhadap kinerja biaya pelaksanaan proyek (YI) Hipotesis: H0 : β1 = 0 (Membangun hubungan yang kuat/networking di dalam dan di luar organisasi proyek tidak berpengaruh terhadap kinerja biaya pelaksanaan proyek) H1 : β1 > 0 (Membangun hubungan yang kuat/networking di dalam dan di luar organisasi proyek berpengaruh signifikan terhadap kinerja biaya pelaksanaan) Level of signifikan α = 0,05 Kriteria pengujian: H0 ditolak jika t-value > t tabel
(berpengaruh)
H0 diterima jika t-value < t tabel (tidak ada pengaruh) Perhitungan: t
ˆ1 1 1,481 SE ( ˆ1 )
Keputusan: oleh karena t-value (1,481) < 1,708 dan jika dilihat dari nilai signifikansi (0,291) > α (0,05) maka keputusannya adalah H0 diterima, artinya variabel X2 tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja biaya pelaksanaan proyek (YI).
94
Adapun rekapitulasi uji t-test berupa pengaruh variabel-variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikatnya sebagai berikut:
Tabel 4.14 Rekapitulasi Uji t-test Variabel Bebas
thitung
ttabel
Signifikansi
Keputusan
Keterangan
X2
1.481
1,708
0.142
Terima H0
Tidak berpengaruh
X4
2.06
1,708
0.042
Tolak H0
Berpengaruh
X5
-3.417
1,708
0.001
Tolak H0
Berpengaruh
X6
1.215
1,708
0.227
Terima H0
Tidak Berpengaruh
X7
4.262
1,708
0.000
Tolak H0
Berpengaruh
X8
0.298
1,708
0.766
Terima H0
Tidak Berpengaruh
X9
2.406
1,708
0.018
Tolak H0
Berpengaruh
X10
-0.655
1,708
0.514
Terima H0
Tidak berpengaruh
X11
-2.782
1,708
0.006
Tolak H0
Berpengaruh
X12
-1.001
1,708
0.319
Terima H0
Tidak berpengaruh
X13
-0.151
1,708
0.888
Terima H0
Tidak berpengaruh
X14
1.413
1,708
0.161
Terima H0
Tidak berpengaruh
X15
-2.132
1,708
0.035
Tolak H0
Berpengaruh
X16
-0.728
1,708
0.469
Terima H0
Tidak berpengaruh
X17
-0.503
1,708
0.616
Terima H0
Tidak berpengaruh
X18
0.781
1,708
0.437
Terima H0
Tidak berpengaruh
X19
6.489
1,708
0.000
Tolak H0
Berpengaruh
X20
3.225
1,708
0.002
Tolak H0
Berpengaruh
X21
2.385
1,708
0.019
Tolak H0
Berpengaruh
X23
-0.763
1,708
0.447
Terima H0
Tidak berpengaruh
X24
-1.733
1,708
0.086
Terima H0
Tidak berpengaruh
X25
0.435
1,708
0.664
Terima H0
Tidak berpengaruh
Sumber: Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
Analisa regresi berganda ini dilakukan terhadap kombinasi variabel penentu yang telah ditetapkan, dan dihasilkan model regresi berganda secara linier.
95
Persamaan regresi berganda didapat: YI = 0,973 + 0,108X4 – 0,224X5 + 0,333X7 + 0,207X9 – 0,238X11 – 0,106X15 + 0,329X19 + 0,188X20 + 0,148X21
Keterangan: YI
:
Kinerja biaya pelaksanaan proyek
X4
:
Mampu mengambil keputusan sesuai peraturan dan batasan organisasi.
X5
:
Mampu
merumuskan
cost database system (perencanaan
sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum pelaksanaan proyek. X7
: Berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek yang dipimpin.
X9
: Menentukan metode konstruksi yang sesuai dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak.
X11
: Mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian aktifitas,
perkiraan
durasi
aktifitas,
pengembangan
dan
pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada waktunya. X15
: Mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek.
96
X19 : Mampu mempertahankan
kinerja maksimal walaupun dalam
kondisi yang kurang kondusif. X20 : Memiliki komitmen dalam mencapai tujuan bersama. X21 : Bersikap terus terang dan jujur.
Penjelasan: Koefisien regresi sebesar -0,224 menyatakan bahwa setiap penurunan (karena tanda -) yaitu mampu merumuskan cost database system (perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum pelaksanaan proyek senilai -0,224
akan mengakibatkan menurunnya
kinerja biaya pelaksanaan proyek sebesar peningkatan
(+)
kemampuan
- 0,224. Sebaliknya jika terjadi
merumuskan
cost
database
system
(perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum pelaksanaan proyek senilai 0,224 juga diprediksi mengalami peningkatan sebesar + 0,224. Jadi, dalam hal ini kenaikan atau penurunan variabel bebas (X5) akan mengakibatkan kenaikan atau penurunan variabel terikat (YI), dan seterusnya (Riduwan, 2011).
97
4.3.2
Hubungan Karakteristik Manajer Proyek terhadap Kinerja Mutu Pelaksanaan Proyek Dalam menentukan hubungan karakteristik manajer proyek dengan
kinerja mutu pelaksanaan konstruksi gedung menggunakan analisis regresi linier berganda.
Pada analisis ini variabel terikat adalah kinerja mutu pelaksanaan
proyek dan variabel bebas terdiri dari 22 variabel. Sebelum dilakukan analisis terhadap variabel-variabel tersebut, akan diuraikan terlebih dahulu uji asumsi klasik, uji goodness of fit, uji simultan/serempak (uji F), serta uji parsial (uji t). 1.
Uji Asumsi Klasik: Uji asumsi klasik diperlukan agar model regresi yang disusun memberikan hasil yang tidak bias/nilai sebenarnya dengan nilai dugaan tidak sama, maka perlu dilakukan uji asumsi klasik (Gujarati, 1995). a.
Uji Normalitas Uji normalitas data dipergunakan untuk menentukan apakah data terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas yang dipergunakan adalah plot grafik yaitu asumsi normalitas terpenuhi jika titik-titik pada grafik mendekati sumbu diagonalnya.
98
Gambar 4.2. Grafik Uji Normalitas Gambar 4.2 menunjukkan bahwa titik-titik pada grafik telah mendekati atau hampir berhimpit dengan sumbu diagonal atau membentuk sudut 450 dengan garis mendatar. Interpretasinya adalah bahwa nilai residual pada model penelitian telah terdistribusi secara normal.
b.
Uji Multikolinearitas Penelitian ini mempergunakan uji asumsi klasik yang dianggap penting yaitu tidak terdapat multikolinearitas antar variabel independen. Multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan model regresi. Uji multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan nilai variance inflation factor (VIF). Model dinyatakan terbebas dari gangguan
99
multikolinearitas jika mempunyai nilai VIF dibawah 10 atau tolerance diatas 0,1 (Santoso, 2000).
Berikut adalah uji
multikolinearitas dalam penelitian ini:
Tabel 4.15. Uji Multikolinearitas Collinearity Statistics Model
Sig. Tolerance
1 (Constant)
VIF
0,012
X2 0,291 0,335 2,982 X4 0,047 0,655 1,528 X5 0,001 0,752 1,331 X6 0,088 0,775 1,291 X7 0,001 0,295 3,395 X8 0,822 0,286 3,496 X9 0,000 0,240 4,162 X10 0,983 0,438 2,283 X11 0,029 0,233 4,297 X12 0,963 0,312 3,209 X13 0,717 0,344 2,907 X14 0,597 0,520 1,924 X15 0,038 0,562 1,780 X16 0,766 0,252 3,972 X17 0,063 0,313 3,190 X18 0,689 0,318 3,148 X19 0,000 0,611 1,635 X20 0,398 0,620 1,614 X21 0,867 0,726 1,377 X23 0,003 0,801 1,248 X24 0,055 0,756 1,323 X25 0,123 0,615 1,627 Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
100
Tabel diatas memberikan semua nilai VIF dibawah 10, berarti tidak terdapat gejala multikolinearitas atau dengan kata lain tidak terdapat korelasi antar variabel bebas pada model dalam penelitian ini sehingga analisis dapat dilakukan lebih lanjut.
2.
Uji Goodness of Fit Uji goodness of fit adalah untuk melihat kesesuaian model, atau seberapa besar kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan varians variabel terikatnya. Berikut adalah hasil perhitungan nilai R dan koefisien determinasi dalam penelitian ini: Tabel 4.16. Uji Goodness of Fit Change Statistics
Model
1
R
0,834a
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
0,696
0,630
0,417
R Square Change
F Change
df1
df2
Sig. F Change
0,696
10,593
22
102
0,000
a. Predictors: (Constant), X25, X23, X5, X24, X8, X21, X6, X15, X19, X4, X20, X10, X14, X7, X13, X17, X2, X18, X12, X16, X9, X11 b. Dependent Variable: Y
Sumber: Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
Tabel tersebut memberikan nilai R sebesar 0,834 pada model penelitian. Hal ini menunjukkan pengertian bahwa variabel terikat (YII) dipengaruhi sebesar 83,4 % oleh variabel-variabel bebas, sedangkan sisanya 16,6 % dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain. Koefisien determinasi (R square)
DurbinWatson
2,011
101
berkisar pada angka 0 sampai 1, dengan catatan semakin kecil angka R square semakin lemah hubungan kedua atau lebih variabel tersebut.
3.
Uji Simultan/serempak (uji F) Pada tabel 4.17 dapat dilihat hasil dari uji Anova/uji ‘F’ sebagai berikut:
Tabel 4.17. Uji ‘F’ (uji Annova) Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 40,476
22
17,716 58,192
102 124
df
Mean Square 1,840
F
Sig.
10,593
0,000a
0,174
a. Predictors: (Constant), X25, X23, X5, X24, X8, X21, X6, X15, X19, X4, X20, X10, X14, X7, X13, X17, X2, X18, X12, X16, X9, X11 b. Dependent Variable: Y
Sumber: Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
Adapun keputusan yang dapat diambil dimana F (10,593) > Ftabel (1,7110), atau dapat dilihat dari nilai signifikansi yaitu signifikansi < α (0,000 < 0,05) maka keputusannya adalah H0 ditolak, artinya paling tidak salah satu dari βi dimana i=1,2,3,…..,22 berpengaruh signifikan. Oleh sebab itu perlu dilakukan uji parsial untuk mengetahui variabel mana yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja mutu pelaksanaan proyek (YII).
102
4.
Uji Parsial (uji ‘t’) Uji ‘t’ (uji parsial) adalah untuk melihat pengaruh variabel-variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikatnya. Berikut ini adalah hasil perhitungan uji t dan signifikansinya dalam penelitian ini:
Tabel 4.18. Uji ‘t’ (uji parsial)
t
Sig.
(Constant)
Unstandardized Coefficients Std. B Error 1,094 0,430
2,547
0,012
X2 X4 X5 X6 X7 X8
0,080 0,118 -0,247 0,093 0,311 -0,020
1,061 2,010 -3,347 1,722 3,541 -0,225
0,291 0,047 0,001 0,088 0,001 0,822
X9 0,369 0,097 3,811 X10 0,002 0,082 0,022 X11 -0,213 0,096 -2,218 X12 -0,005 0,097 -0,047 X13 0,033 0,092 0,363 X14 -0,039 0,073 -0,531 X15 -0,117 0,056 -2,097 X16 0,026 0,085 0,299 X17 0,131 0,070 1,879 X18 -0,034 0,084 -0,402 X19 0,263 0,057 4,621 X20 0,056 0,066 0,848 X21 -0,012 0,070 -0,168 X23 -0,155 0,051 -3,067 X24 -0,097 0,050 -1,941 X25 0,090 0,058 1,556 Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
0,000 0,983 0,029 0,963 0,717 0,597 0,038 0,766 0,063 0,689 0,000 0,398 0,867 0,003 0,055 0,123
Model 1
0,076 0,059 0,074 0,054 0,088 0,090
103
Dapat dilihat pada tabel output SPSS regresi berganda di atas bahwa yang
dikatakan
signifikan/berpengaruh
terhadap
kinerja
mutu
pelaksanaan adalah variabel bebas yang memiliki nilai signifikansi α < 0,05 (tingkat kesalahan 5%). Selanjutnya dapat dilakukan uji t-test atau Student-t Distribution, dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kepercayaan tiap variabel bebas dalam persamaan atau model regresi dipergunakan dalam memprediksi nilai Y, Uji t dilakukan dengan cara uji hipotesis nol yaitu bahwa konstanta dan koefisien variabel Xi sama dengan nol. a.
Menguji pengaruh variabel (X9) terhadap kinerja mutu pelaksanaan proyek (Y) Hipotesis: H0 : β1 = 0 (Mampu menentukan metode konstruksi yang tepat dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak tidak berpengaruh terhadap kinerja mutu pelaksanaan proyek) H1 : β1 > 0 (Mampu menentukan metode konstruksi yang tepat dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak berpengaruh signifikan terhadap kinerja mutu pelaksanaan proyek) Level of signifikan α = 0,05 Kriteria pengujian: H0 ditolak jika t-value > t tabel
(berpengaruh)
H0 diterima jika t-value < t tabel (tidak ada pengaruh)
104
Perhitungan: t
ˆ1 1 3,811 SE ( ˆ1 )
Keputusan: oleh karena t-value (3,811) > 1,708 dan jika dilihat dari nilai signifikansi (0,000) < α (0,05) maka keputusannya adalah H0 ditolak, artinya variabel X9 berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja mutu pelaksanaan proyek (YII). b.
Menguji pengaruh variabel (X2) terhadap kinerja mutu pelaksanaan proyek (YII) Hipotesis: H0 : β1 = 0 (Membangun hubungan yang kuat/networking di dalam dan di luar organisasi proyek tidak berpengaruh terhadap kinerja mutu pelaksanaan proyek) H1 : β1 > 0 (Membangun hubungan yang kuat/networking di dalam dan di luar organisasi proyek berpengaruh signifikan terhadap kinerja mutu pelaksanaan proyek) Level of signifikan α = 0,05 Kriteria pengujian: H0 ditolak jika t-value > t tabel
(berpengaruh)
H0 diterima jika t-value < t tabel (tidak ada pengaruh) Perhitungan: t
ˆ1 1 1,061 SE ( ˆ1 )
Keputusan: oleh karena t-value (1,061) < 1,708 dan jika dilihat dari nilai signifikansi (0,291) > α (0,05) maka keputusannya adalah H0
105
diterima, artinya variabel X2 tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja mutu pelaksanaan proyek (YII).
Adapun rekapitulasi uji t-test berupa pengaruh variabel-variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikatnya sebagai berikut: Tabel 4.19 Rekapitulasi Uji t-test Variabel Bebas
thitung
ttabel
Signifikansi
Keputusan
Keterangan
X2
1.061
1,708
.291
Terima H0
Tidak berpengaruh
X4
2.010
1,708
.047
Tolak H0
Berpengaruh
X5
-3.347
1,708
.001
Tolak H0
Berpengaruh
X6
1.722
1,708
.088
Terima H0
Tidak berpengaruh
X7
3.541
1,708
.001
Tolak H0
Berpengaruh
X8
-.225
1,708
.822
Terima H0
Tidak berpengaruh
X9
3.811
1,708
.000
Tolak H0
Berpengaruh
X10
.022
1,708
.983
Terima H0
Tidak berpengaruh
X11
-2.218
1,708
.029
Tolak H0
Berpengaruh
X12
-.047
1,708
.963
Terima H0
Tidak berpengaruh
X13
.363
1,708
.717
Terima H0
Tidak berpengaruh
X14
-.531
1,708
.597
Terima H0
Tidak berpengaruh
X15
-2.097
1,708
.038
Tolak H0
Berpengaruh
X16
.299
1,708
.766
Terima H0
Tidak berpengaruh
X17
1.879
1,708
.063
Terima H0
Tidak berpengaruh
X18
-.402
1,708
.689
Terima H0
Tidak berpengaruh
X19
4.621
1,708
.000
Tolak H0
Berpengaruh
X20
.848
1,708
.398
Terima H0
Tidak berpengaruh
X21
-.168
1,708
.867
Terima H0
Tidak berpengaruh
X23
-3.067
1,708
.003
Tolak H0
Berpengaruh
X24
-1.941
1,708
.055
Tolak H0
Berpengaruh
X25
1.556
1,708
.123
Terima H0
Tidak berpengaruh
Sumber: Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
106
Analisa regresi berganda ini dilakukan terhadap kombinasi variabel penentu yang telah ditetapkan, dan dihasilkan model regresi berganda secara linier. Persamaan regresi berganda didapat: YII = 1,094 + 0,118X4 – 0,247X5 + 0,311X7 + 0,369X9 – 0,117X15 + 0,263X19 – 0,155X23 – 0,097X24
Keterangan: YII
:
Kinerja mutu pelaksanaan proyek
X4
:
Mampu mengambil keputusan sesuai peraturan dan batasan organisasi.
X5
:
Mampu merumuskan cost database system (perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum pelaksanaan proyek.
X7
:
Berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek yang dipimpin.
X9
:
Menentukan metode konstruksi yang tepat dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak.
X11
:
Mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada waktunya..
107
X15
:
Mampu
menerapkan
prinsip
manajemen
pengelolaan
lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek. X19
:
Mampu mempertahankan kinerja maksimal walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif.
X23
:
Mampu membangun kedisiplinan kerja.
X24
:
Mampu mengkomunikasikan prestasi kinerja proyek baik dengan tim lapangan proyek dan owner.
Penjelasan: Koefisien regresi sebesar 0,369 menyatakan bahwa setiap peningkatan (karena tanda +) yaitu mampu menentukan metode konstruksi yang tepat dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak senilai 0,369 akan mengakibatkan meningkatnya kinerja mutu pelaksanaan proyek sebesar +0,369. Sebaliknya jika terjadi penurunan (-) kemampuan menentukan metode konstruksi yang tepat dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak senilai -0,369 juga diprediksi mengalami penurunan sebesar -0,369. Jadi, dalam hal ini kenaikan atau penurunan variabel bebas (X9) akan mengakibatkan kenaikan atau penurunan variabel terikat (YII), dan seterusnya (Riduwan, 2011).
108
4.3.3
Hubungan Karakteristik Manajer Proyek terhadap Kinerja Waktu Pelaksanaan Proyek Dalam menentukan hubungan karakteristik manajer proyek dengan
kinerja waktu pelaksanaan konstruksi gedung menggunakan analisis regresi linier berganda. Pada analisis ini variabel terikat adalah kinerja waktu pelaksanaan proyek dan variabel bebas terdiri dari 22 variabel. Sebelum dilakukan analisis terhadap variabel-variabel tersebut, akan diuraikan terlebih dahulu uji asumsi klasik, uji goodness of fit, uji simultan/serempak (uji F), serta uji parsial (uji t).
1.
Uji Asumsi Klasik: Uji asumsi klasik diperlukan agar model regresi yang disusun memberikan hasil yang tidak bias/nilai sebenarnya dengan nilai dugaan tidak sama, maka perlu dilakukan uji asumsi klasik (Gujarati, 1995). a.
Uji Normalitas Uji normalitas data dipergunakan untuk menentukan apakah data terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas yang dipergunakan adalah plot grafik yaitu asumsi normalitas terpenuhi jika titik-titik pada grafik mendekati sumbu diagonalnya.
109
Gambar 4.3. Grafik Uji Normalitas
Gambar 4.3 menunjukkan bahwa titik-titik pada grafik telah mendekati atau hampir berhimpit dengan sumbu diagonal atau membentuk sudut 450 dengan garis mendatar. Interpretasinya adalah bahwa nilai residual pada model penelitian telah terdistribusi secara normal.
b.
Uji Multikolinearitas Penelitian ini mempergunakan uji asumsi klasik yang dianggap penting yaitu tidak terdapat multikolinearitas antar variabel independen. Multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan model regresi. Uji multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan nilai variance inflation factor (VIF). Model dinyatakan terbebas dari gangguan
110
multikolinearitas jika mempunyai nilai VIF dibawah 10 atau tolerance diatas 0,1 (Santoso, 2000).
Berikut adalah uji
multikolinearitas dalam penelitian ini:
Tabel 4.20. Uji Multikolinearitas
Collinearity Statistics Model 1
Sig.
Tolerance
VIF
(Constant)
0,000
X2
0,011
0,335
2,982
X4
0,010
0,655
1,528
X5
0,014
0,752
1,331
X6
0,610
0,775
1,291
X7
0,000
0,295
3,395
X8
0,232
0,286
3,496
X9
0,061
0,240
4,162
X10
0,084
0,438
2,283
X11
0,001
0,233
4,297
X12
0,352
0,312
3,209
X13
0,528
0,344
2,907
X14
0,129
0,520
1,924
X15
0,000
0,562
1,780
X16
0,499
0,252
3,972
X17
0,975
0,313
3,190
X18
0,166
0,318
3,148
X19
0,000
0,611
1,635
X20
0,115
0,620
1,614
X21
0,043
0,726
1,377
X23
0,203
0,801
1,248
X24
0,083
0,756
1,323
X25
0,078
0,615
1,627
a. Dependent Variable: Ywaktu Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
111
Tabel diatas memberikan semua nilai VIF dibawah 10, berarti tidak terdapat gejala multikolinearitas atau dengan kata lain tidak terdapat korelasi antar variabel bebas pada model dalam penelitian ini sehingga analisis dapat dilakukan lebih lanjut.
2.
Uji Goodness of Fit Uji goodness of fit adalah untuk melihat kesesuaian model, atau seberapa besar kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan varians variabel terikatnya. Berikut adalah hasil perhitungan nilai R dan koefisien determinasi dalam penelitian ini:
Tabel 4.21 Uji Goodness of Fit
Model 1
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
0,804a
0,646
0,570
0,384
Change Statistics R Square Change
F Change
df1
df2
Sig. F Change
DurbinWatson
0,646
8,464
22
102
0,000
1,575
Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
Tabel tersebut memberikan nilai R sebesar 0,804 pada model penelitian. Hal ini menunjukkan pengertian bahwa variabel terikat (Y) dipengaruhi sebesar 80,4 % oleh variabel-variabel bebas, sedangkan sisanya 19,6 % dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain. Koefisien determinasi (R square) berkisar pada angka 0 sampai 1, dengan catatan semakin kecil angka R square semakin lemah hubungan kedua atau lebih variabel tersebut.
112
3.
Uji Simultan/serempak (uji F) Pada tabel 4.22 dapat dilihat hasil dari uji Anova/uji ‘F’ sebagai berikut:
Tabel 4.22. Uji ‘F’ (uji Annova)
1
Sum of Model Squares Regression 27,477 Residual Total
15,051 42,528
df 22 102 124
Mean Square 1,249
F 8,464
Sig. 0,000a
0,148
Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
Adapun keputusan yang dapat diambil dimana F (8,464) > Ftabel (1,7110), atau dapat dilihat dari nilai signifikansi yaitu signifikansi < α (0,000 < 0,05) maka keputusannya adalah H0 ditolak, artinya paling tidak salah satu dari βi dimana i=1,2,3,…..,22 berpengaruh signifikan. Oleh sebab itu perlu dilakukan uji parsial untuk mengetahui variabel yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja waktu pelaksanaan proyek (YIII).
4.
Uji Parsial (uji ‘t’) Uji ‘t’ (uji parsial) adalah untuk melihat pengaruh variabel-variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikatnya. Berikut ini adalah hasil perhitungan uji t dan signifikansinya dalam penelitian ini:
113
Tabel 4.23. Uji ‘t’ (uji parsial) Unstandardized Coefficients 1
Model (Constant)
B 1,448
Std. Error 0,396
t 3,657
Sig. 0,000
X2 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X23 X24 X25
0,181 0,142 -0,169 0,025 0,330 0,100 0,169 -0,132 -0,304 -0,084 -0,054 0,103 -0,195 -0,053 -0,002 0,109 0,259 0,096 0,132 -0,060 -0,080 0,095
0,070 0,054 0,068 0,050 0,081 0,083 0,089 0,075 0,089 0,089 0,085 0,067 0,051 0,079 0,064 0,078 0,053 0,060 0,065 0,047 0,046 0,053
2,605 2,609 -2,491 0,511 4,072 1,202 1,891 -1,747 -3,427 -0,935 -0,634 1,531 -3,786 -0,678 -0,032 1,396 4,930 1,588 2,045 -1,282 -1,749 1,779
0,011 0,010 0,014 0,610 0,000 0,232 0,061 0,084 0,001 0,352 0,528 0,129 0,000 0,499 0,975 0,166 0,000 0,115 0,043 0,203 0,083 0,078
a. Dependent Variable: Y waktu Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0 Dapat dilihat pada tabel output SPSS regresi berganda di atas bahwa yang dikatakan signifikan/berpengaruh terhadap kinerja waktu pelaksanaan adalah variabel bebas yang memiliki nilai signifikansi α < 0,05 (tingkat kesalahan 5%).
114
Selanjutnya dapat dilakukan uji t-test atau Student-t Distribution, dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kepercayaan tiap variabel bebas dalam persamaan atau model regresi dipergunakan dalam memprediksi nilai Y, Uji t dilakukan dengan cara uji hipotesis nol yaitu bahwa konstanta dan koefisien variabel Xi sama dengan nol. a.
Menguji pengaruh variabel (X11) terhadap kinerja waktu pelaksanaan proyek (YIII) Hipotesis: H0 : β1 = 0 (Mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada waktunya tidak berpengaruh terhadap kinerja waktu pelaksanaan proyek) H1 : β1 > 0 (Mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada waktunya berpengaruh signifikan terhadap kinerja waktu pelaksanaan proyek) Level of signifikan α = 0,05 Kriteria pengujian: H0 ditolak jika t-value > t tabel
(berpengaruh)
H0 diterima jika t-value < t tabel (tidak ada pengaruh)
115
Perhitungan: t
ˆ1 1 3,427 SE ( ˆ1 )
Keputusan: oleh karena t-value (3,427) > 1,708 dan jika dilihat dari nilai signifikansi (0,001) < α (0,05) maka keputusannya adalah H0 ditolak, artinya variabel X11 berpengaruh signifikan terhadap kinerja waktu pelaksanaan proyek (YIII). b.
Menguji pengaruh variabel (X16) terhadap kinerja waktu pelaksanaan proyek (YIII) Hipotesis: H0 : β1 = 0 (Mampu berkomunikasi dengan tim proyek, dalam hal ini manajer proyek memberikan penjelasan atau mempresentasikan prosedur
yang
diterapkan
dalam
menjalankan
proyek
tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja waktu pelaksanaan proyek) H1 : β1 > 0 (Mampu berkomunikasi dengan tim proyek, dalam hal ini manajer proyek memberikan penjelasan atau mempresentasikan prosedur yang diterapkan dalam menjalankan proyek berpengaruh signifikan terhadap kinerja waktu pelaksanaan proyek) Level of signifikan α = 0,05 Kriteria pengujian: H0 ditolak jika t-value > t tabel
(berpengaruh)
H0 diterima jika t-value < t tabel (tidak ada pengaruh) Perhitungan: t
ˆ1 1 0,678 SE ( ˆ1 )
116
Keputusan: oleh karena t-value (0,678) < 1,708 dan jika dilihat dari nilai signifikansi (0,499) > α (0,05) maka keputusannya adalah H0 diterima, artinya variabel X16 tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja waktu pelaksanaan proyek (YIII).
Adapun rekapitulasi uji t-test berupa pengaruh variabel-variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikatnya sebagai berikut:
Tabel 4.24 Rekapitulasi Uji t-test Variabel Bebas X2 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X23 X24 X25
thitung
ttabel
Signifikansi
Keputusan
Keterangan
2.605 2.609 -2.491 .511 4.072 1.202 1.891 -1.747 -3.427 -.935 -.634 1.531 -3.786 -.678 -.032 1.396 4.930 1.588 2.045 -1.282 -1.749 1.779
1,708
.011 .010 .014 .610 .000 .232 .061 .084 .001 .352 .528 .129 .000 .499 .975 .166 .000 .115 .043 .203 .083 .078
Tolak H0
Berpengaruh
Tolak H0
Berpengaruh
Tolak H0
Berpengaruh
Terima H0
Tidak Berpengaruh
Tolak H0
Berpengaruh
Terima H0
Tidak Berpengaruh
Terima H0
Tidak Berpengaruh
Terima H0
Tidak Berpengaruh
Tolak H0
Berpengaruh
Terima H0
Tidak Berpengaruh
Terima H0
Tidak berpengaruh
Terima H0
Tidak berpengaruh
Tolak H0
Berpengaruh
Terima H0
Tidak Berpengaruh
Terima H0
Tidak Berpengaruh
Terima H0
Tidak Berpengaruh
Tolak H0
Berpengaruh
Terima H0
Tidak Berpengaruh
Tolak H0
Berpengaruh
Terima H0
Tidak Berpengaruh
Terima H0
Tidak berpengaruh
Terima H0
Tidak berpengaruh
1,708 1,708 1,708 1,708 1,708 1,708 1,708 1,708 1,708 1,708 1,708 1,708 1,708 1,708 1,708 1,708 1,708 1,708 1,708 1,708 1,708
Sumber: Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
117
Analisa regresi berganda ini dilakukan terhadap kombinasi variabel penentu yang telah ditetapkan, dan dihasilkan model regresi berganda secara linier. Persamaan regresi berganda didapat: YIII = 1,448 + 0,181X2 + 0,142X4 – 0,169X5 + 0,330X7 – 0,304X11 – 0,195X15 + 0,259X19 + 0,132X21
Keterangan: YIII
:
Kinerja waktu pelaksanaan proyek
X2
:
Memiliki kematangan yang tinggi dalam perencanaan yang baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja tim
X4
:
Mampu mengambil keputusan sesuai peraturan dan batasan organisasi.
X5
:
Mampu merumuskan cost database system (perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum pelaksanaan proyek.
X7
:
Berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek yang dipimpin.
X11
:
Mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan
118
pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada waktunya. X15
:
Mampu
menerapkan
prinsip
manajemen
pengelolaan
lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek. X19
:
Mampu mempertahankan kinerja maksimal walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif.
X21
:
Bersikap terus terang dan jujur.
Penjelasan: Koefisien regresi sebesar -0,304 menyatakan bahwa setiap penurunan (karena tanda -) yaitu mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada waktunya senilai -0,304 akan mengakibatkan menurunnya kinerja waktu pelaksanaan proyek sebesar
-0,304. Sebaliknya jika terjadi peningkatan (+) yaitu
kemampuan merumuskan work breakdown structure (rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada waktunya senilai 0,304 juga diprediksi mengalami peningkatan sebesar +0,304. Jadi, dalam hal ini kenaikan atau penurunan variabel bebas (X11) akan mengakibatkan kenaikan atau penurunan variabel terikat (YIII), dan seterusnya (Riduwan, 2011).
119
4.3.4
Hubungan
Karakteristik
Manajer
Proyek
terhadap
Kinerja
K3/Keselamatan Kerja Pelaksanaan Proyek Dalam menentukan hubungan karakteristik manajer proyek dengan kinerja K3 pelaksanaan proyek konstruksi yaitu menggunakan analisis regresi linier berganda. Pada analisis ini variabel terikat adalah kinerja K3 pelaksanaan proyek dan variabel bebas terdiri dari 22 variabel. Sebelum dilakukan analisis terhadap variabel-variabel tersebut, akan diuraikan terlebih dahulu uji asumsi klasik, uji goodness of fit, uji simultan/serempak (uji F), serta uji parsial (uji t). 1.
Asumsi Klasik Uji asumsi klasik diperlukan agar model regresi yang disusun memberikan hasil yang tidak bias/nilai sebenarnya dengan nilai dugaan tidak sama, maka perlu dilakukan uji asumsi klasik (Gujarati, 1995). a.
Uji Normalitas Uji normalitas data dipergunakan untuk menentukan apakah data terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas yang dipergunakan adalah plot grafik yaitu asumsi normalitas terpenuhi jika titik-titik pada grafik mendekati sumbu diagonalnya.
120
Gambar 4.4. Grafik Uji Normalitas
Gambar 4.4 menunjukkan bahwa titik-titik pada grafik telah mendekati atau hampir berhimpit dengan sumbu diagonal atau membentuk sudut 450 dengan garis mendatar. Interpretasinya adalah bahwa nilai residual pada model penelitian telah terdistribusi secara normal.
b.
Uji Multikolinearitas Penelitian ini mempergunakan uji asumsi klasik yang dianggap penting
yaitu
tidak
terdapat
multikolinearitas
antar
variabel
independen. Multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan model regresi. Uji multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan nilai variance inflation factor (VIF). Model dinyatakan terbebas dari gangguan
121
multikolinearitas jika mempunyai nilai VIF dibawah 10 atau tolerance diatas 0,1 (Santoso, 2000). Berikut adalah uji multikolinearitas dalam penelitian ini:
Tabel 4.25. Uji Multikolinearitas
Model
Sig.
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
1 (Constant) 0,000 X2 0,047 0,335 2,982 X4 0,590 0,655 1,528 X5 0,006 0,752 1,331 X6 0,106 0,775 1,291 X7 0,003 0,295 3,395 X8 0,000 0,286 3,496 X9 0,000 0,240 4,162 X10 0,081 0,438 2,283 X11 0,221 0,233 4,297 X12 0,881 0,312 3,209 X13 0,862 0,344 2,907 X14 0,414 0,520 1,924 X15 0,002 0,562 1,780 X16 0,956 0,252 3,972 X17 0,003 0,313 3,190 X18 0,084 0,318 3,148 X19 0,002 0,611 1,635 X20 0,015 0,620 1,614 X21 0,137 0,726 1,377 X23 0,039 0,801 1,248 X24 0,431 0,756 1,323 X25 0,001 0,615 1,627 Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
122
Tabel diatas memberikan semua nilai VIF dibawah 10, berarti tidak terdapat gejala multikolinearitas atau dengan kata lain tidak terdapat korelasi antar variabel bebas pada model dalam penelitian ini sehingga analisis dapat dilakukan lebih lanjut.
Uji Goodness of Fit
2.
Uji goodness of fit adalah untuk melihat kesesuaian model, atau seberapa besar kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan varians variabel terikatnya. Berikut adalah hasil perhitungan nilai R dan koefisien determinasi dalam penelitian ini:
Tabel 4.26 Uji Goodness of Fit
Model
1
R
R Square
Adjuste dR Square
Std. Error of the Estimate
0,781
0,610
0,525
0,430
a
Change Statistics R Square Change
F Change
df1
df2
Sig. F Change
0,610
7,237
22
102
0,000
Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
Tabel tersebut memberikan nilai R sebesar 0,781 pada model penelitian. Hal ini menunjukkan pengertian bahwa variabel terikat (Y) dipengaruhi sebesar 78,1 % oleh variabel-variabel bebas, sedangkan sisanya 21,9 % dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain. Koefisien determinasi (R square) berkisar pada angka 0 sampai 1, dengan catatan semakin kecil angka R square semakin lemah hubungan kedua atau lebih variabel tersebut.
DurbinWatson
2,227
123
3.
Uji Simultan/serempak (uji F) Pada tabel 4.27 dapat dilihat hasil dari uji Anova/uji ‘F’ sebagai berikut:
Tabel 4.27. Uji ‘F’ (uji Annova)
Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Regression
29,482
22
1,340
7,237
0,000a
Residual
18,886
102
0,185
Total
48,368
124
a. Predictors: (Constant), X25, X23, X5, X24, X8, X21, X6, X15, X19, X4, X20, X10, X14, X7, X13, X17, X2, X18, X12, X16, X9, X11 b. Dependent Variable: Yk3
Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
Adapun keputusan yang dapat diambil dimana F (7,237) > Ftabel (1,7110), atau dapat dilihat dari nilai signifikansi yaitu signifikansi < α (0,000 < 0,05) maka keputusannya adalah H0 ditolak, artinya paling tidak salah satu dari βi dimana i=1,2,3,…..,22 berpengaruh signifikan. Oleh sebab itu perlu dilakukan uji parsial untuk mengetahui variabel yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja K3 pelaksanaan proyek (YIV).
4.
Uji Parsial (uji ‘t’) Uji ‘t’ (uji parsial) adalah untuk melihat pengaruh variabel-variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikatnya. Berikut ini adalah hasil perhitungan uji t dan signifikansinya dalam penelitian ini:
124
Tabel 4.28. Uji ‘t’ (uji parsial)
1
Model (Constant) X2 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X23 X24 X25
Unstandardized Coefficients Std. B Error 2,246 0,444 0,157 0,078 0,033 0,061 -0,212 0,076 0,091 0,056 0,277 0,091 -0,399 0,093 0,501 0,100 -0,149 0,084 0,123 0,099 0,015 0,100 0,017 0,095 0,062 0,075 -0,180 0,058 0,005 0,088 0,217 0,072 -0,152 0,087 0,186 0,059 0,167 0,068 -0,108 0,072 -0,109 0,052 -0,041 0,051 -0,196 0,060
t 5,064 2,007 0,540 -2,785 1,631 3,052 -4,272 5,015 -1,763 1,233 0,150 0,174 0,820 -3,122 0,055 3,021 -1,742 3,152 2,467 -1,500 -2,090 -0,790 -3,287
Sig. 0,000 0,047 0,590 0,006 0,106 0,003 0,000 0,000 0,081 0,221 0,881 0,862 0,414 0,002 0,956 0,003 0,084 0,002 0,015 0,137 0,039 0,431 0,001
a. Dependent Variable: Y k3 Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
Dapat dilihat pada tabel output SPSS regresi berganda di atas bahwa yang dikatakan signifikan/berpengaruh terhadap kinerja K3 pelaksanaan adalah variabel bebas yang memiliki nilai signifikansi α < 0,05 (tingkat kesalahan 5%).
125
Selanjutnya dapat dilakukan uji t-test atau Student-t Distribution, dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kepercayaan tiap variabel bebas dalam persamaan atau model regresi dipergunakan dalam memprediksi nilai Y, Uji t dilakukan dengan cara uji hipotesis nol yaitu bahwa konstanta dan koefisien variabel Xi sama dengan nol. a.
Menguji pengaruh variabel (X7) terhadap kinerja K3 pelaksanaan proyek (YIV) Hipotesis: H0 : β1 = 0 (Berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek yang dipimpin tidak berpengaruh terhadap kinerja K3 pelaksanaan proyek) H1 : β1 > 0 (Berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek yang dipimpin berpengaruh signifikan terhadap kinerja K3 pelaksanaan proyek) Level of signifikan α = 0,05 Kriteria pengujian: H0 ditolak jika t-value > t tabel
(berpengaruh)
H0 diterima jika t-value < t tabel (tidak ada pengaruh) Perhitungan: t
ˆ1 1 3,052 SE ( ˆ1 )
Keputusan: oleh karena t-value (3,052) > 1,708 dan jika dilihat dari nilai signifikansi (0,003) < α (0,05) maka keputusannya adalah H0
126
ditolak, artinya variabel X7 berpengaruh signifikan terhadap kinerja K3 pelaksanaan proyek (YIV). b.
Menguji pengaruh variabel (X4) terhadap kinerja K3 pelaksanaan proyek (YIV) Hipotesis: H0 : β1 = 0 (Mampu mengambil keputusan sesuai peraturan dan batasan organisasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja K3 pelaksanaan proyek) H1 : β1 > 0 (Mampu mengambil keputusan sesuai peraturan dan batasan organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja K3 pelaksanaan proyek) Level of signifikan α = 0,05 Kriteria pengujian: H0 ditolak jika t-value > t tabel
(berpengaruh)
H0 diterima jika t-value < t tabel (tidak ada pengaruh) Perhitungan: t
ˆ1 1 SE ( ˆ1 )
0,540
Keputusan: oleh karena t-value (0,540) < 1,708 dan jika dilihat dari nilai signifikansi (0,590) > α (0,05) maka keputusannya adalah H0 diterima, artinya variabel X4 tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja K3 pelaksanaan proyek (YIV).
127
Adapun rekapitulasi uji t-test berupa pengaruh variabel-variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikatnya sebagai berikut:
Tabel 4.29. Rekapitulasi Uji t-test Variabel Bebas
thitung
ttabel
Signifikansi
Keputusan
Keterangan
X2
5,064
1,708
0,000
Tolak H0
Berpengaruh
X4
2,007
1,708
0,047
Terima H0
Tidak Berpengaruh
X5
0,540
1,708
0,590
Tolak H0
Berpengaruh
X6
-2,785
1,708
0,006
Terima H0
Tidak Berpengaruh
X7
1,631
1,708
0,106
Tolak H0
Berpengaruh
X8
3,052
1,708
0,003
Tolak H0
Berpengaruh
X9
-4,272
1,708
0,000
Tolak H0
Berpengaruh
X10
5,015
1,708
0,000
Terima H0
Tidak Berpengaruh
X11
-1,763
1,708
0,081
Terima H0
Tidak Berpengaruh
X12
1,233
1,708
0,221
Terima H0
Tidak Berpengaruh
X13
0,150
1,708
0,881
Terima H0
Tidak berpengaruh
X14
0,174
1,708
0,862
Terima H0
Tidak berpengaruh
X15
0,820
1,708
0,414
Tolak H0
Berpengaruh
X16
-3,122
1,708
0,002
Terima H0
Tidak Berpengaruh
X17
0,055
1,708
0,956
Tolak H0
Berpengaruh
X18
3,021
1,708
0,003
Terima H0
Tidak Berpengaruh
X19
-1,742
1,708
0,084
Tolak H0
Berpengaruh
X20
3,152
1,708
0,002
Tolak H0
Berpengaruh
X21
2,467
1,708
0,015
Terima H0
Tidak Berpengaruh
X23
-1,500
1,708
0,137
Tolak H0
Berpengaruh
X24
-2,090
1,708
0,039
Terima H0
Tidak berpengaruh
X25
-0,790
1,708
0,431
Tolak H0
Berpengaruh
Sumber: Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
Analisa regresi berganda ini dilakukan terhadap kombinasi variabel penentu yang telah ditetapkan, dan dihasilkan model regresi berganda secara linier.
128
Persamaan regresi berganda didapat: YIV = 2,246 + 0,157X2 – 0,212X5 + 0,277X7 – 0,399X8 + 0,501X9 – 0,180X15 + 0,329X19 + 0,186X19 + 0,167X20 – 0,109X23 – 0,196X25
Keterangan: YIV
:
Kinerja K3 pelaksanaan proyek
X2
:
Memiliki kematangan yang tinggi dalam perencanaan yang baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja tim.
X5
:
Mampu merumuskan cost database system (perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum pelaksanaan proyek.
X7
:
Berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek yang dipimpin.
X8
:
Memiliki pengalaman dan pemahaman yang menyeluruh mengenai teknis pekerjaan dari proyek yang dikelola olehnya
X9
:
Menentukan metode konstruksi yang sesuai dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak
X15
:
Mampu
menerapkan
prinsip
manajemen
pengelolaan
lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek. X17
:
Mampu
menerapkan
prinsip
manajemen
pengelolaan
lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek.
129
X19
:
Mampu mempertahankan kinerja maksimal walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif.
X20
:
Memiliki komitment dalam mencapai tujuan bersama
X23
:
Mampu membangun kedisiplinan kerja
X25
:
Mampu mengkomunikasikan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan kepada seluruh tim proyek sesuai dengan yang tertuang dalam dokumen AMDAL proyek.
Penjelasan: Koefisien regresi sebesar 0,277 menyatakan bahwa setiap peningkatan (karena tanda +) yaitu berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek yang dipimpin senilai +0,277 akan mengakibatkan meningkatnya kinerja K3 pelaksanaan proyek sebesar
+0,277.
Sebaliknya jika terjadi penurunan (-) yaitu berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek yang dipimpin senilai -0,277 juga diprediksi mengalami penurunan sebesar -0,277. Jadi, dalam hal ini kenaikan atau penurunan variabel bebas (X7) akan mengakibatkan kenaikan atau penurunan variabel terikat (YIV), dan seterusnya (Riduwan, 2011).
130
4.3.5
Hubungan
Karakteristik
Manajer
Proyek
terhadap
Kinerja
Lingkungan Pelaksanaan Proyek Dalam menentukan hubungan karakteristik manajer proyek dengan kinerja lingkungan pelaksanaan proyek konstruksi yaitu menggunakan analisis regresi linier berganda. Pada analisis ini variabel terikat adalah kinerja lingkungan pelaksanaan proyek
dan variabel bebas terdiri dari 22 variabel. Sebelum
dilakukan analisis terhadap variabel-variabel tersebut, akan diuraikan terlebih dahulu uji asumsi klasik, uji goodness of fit, uji simultan/serempak (uji F), serta uji parsial (uji t). 1.
Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik diperlukan agar model regresi yang disusun memberikan hasil yang tidak bias/nilai sebenarnya dengan nilai dugaan tidak sama, maka perlu dilakukan uji asumsi klasik (Gujarati, 1995). a.
Uji Normalitas Uji normalitas data dipergunakan untuk menentukan apakah data terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas yang dipergunakan adalah plot grafik yaitu asumsi normalitas terpenuhi jika titik-titik pada grafik mendekati sumbu diagonalnya.
131
Gambar 4.5. Grafik Uji Normalitas
Gambar 4.5 menunjukkan bahwa titik-titik pada grafik telah mendekati atau hampir berhimpit dengan sumbu diagonal atau membentuk sudut 450 dengan garis mendatar. Interpretasinya adalah bahwa nilai residual pada model penelitian telah terdistribusi secara normal.
b.
Uji Multikolinearitas Penelitian ini mempergunakan uji asumsi klasik yang dianggap penting
yaitu
tidak
terdapat
multikolinearitas
antar
variabel
independen. Multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan model regresi. Uji multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan nilai variance inflation factor (VIF). Model dinyatakan terbebas dari gangguan
132
multikolinearitas jika mempunyai nilai VIF dibawah 10 atau tolerance diatas 0,1 (Santoso, 2000). Berikut adalah uji multikolinearitas dalam penelitian ini:
Tabel 4.30. Uji Multikolinearitas
Model
Sig.
Collinearity Statistics Tolerance
1
VIF
(Constant) 0,023 X2 0,007 0,335 2,982 X4 0,281 0,655 1,528 X5 0,029 0,752 1,331 X6 0,746 0,775 1,291 X7 0,000 0,295 3,395 X8 0,294 0,286 3,496 X9 0,002 0,240 4,162 X10 0,661 0,438 2,283 X11 0,028 0,233 4,297 X12 0,134 0,312 3,209 X13 0,947 0,344 2,907 X14 0,322 0,520 1,924 X15 0,003 0,562 1,780 X16 0,844 0,252 3,972 X17 0,680 0,313 3,190 X18 0,285 0,318 3,148 X19 0,000 0,611 1,635 X20 0,006 0,620 1,614 X21 0,158 0,726 1,377 X23 0,007 0,801 1,248 X24 0,748 0,756 1,323 X25 0,625 0,615 1,627 Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
133
Tabel diatas memberikan semua nilai VIF dibawah 10, berarti tidak terdapat gejala multikolinearitas atau dengan kata lain tidak terdapat korelasi antar variabel bebas pada model dalam penelitian ini sehingga analisis dapat dilakukan lebih lanjut.
2.
Uji Goodness of Fit Uji goodness of fit adalah untuk melihat kesesuaian model, atau seberapa besar kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan varians variabel terikatnya. Berikut adalah hasil perhitungan nilai R dan koefisien determinasi dalam penelitian ini:
Tabel 4.31 Uji Goodness of Fit
Model 1
R
R Square
Adjusted R Square
0,801a
0,642
0,565
Std. Error of the Estimate 0,423
Change Statistics R Square Change 0,642
F Change
df1
df2
Sig. F Change
8,313
22
102
0,000
Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
Tabel tersebut memberikan nilai R sebesar 0,801 pada model penelitian. Hal ini menunjukkan pengertian bahwa variabel terikat (Y) dipengaruhi sebesar 80,1 % oleh variabel-variabel bebas, sedangkan sisanya 19,9 % dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain. Koefisien determinasi (R square) berkisar pada angka 0 sampai 1, dengan catatan semakin kecil angka R square semakin lemah hubungan kedua atau lebih variabel tersebut.
DurbinWatson 1,931
134
3.
Uji Simultan/serempak (uji F) Pada tabel 4.32 dapat dilihat hasil dari uji Anova/uji ‘F’ sebagai berikut:
Tabel 4.32. Uji ‘F’ (uji Annova)
1
Model Regression
Sum of Squares 32,745
df 22
Mean Square 1.488
F 8,313
Sig. 0,000a
Residual 18,263 102 0,179 Total 51,008 124 Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
Adapun keputusan yang dapat diambil dimana F (8,313) > Ftabel (1,7110), atau dapat dilihat dari nilai signifikansi yaitu signifikansi < α (0,000 < 0,05) maka keputusannya adalah H0 ditolak, artinya paling tidak salah satu dari βi dimana i=1,2,3,…..,22 berpengaruh signifikan. Oleh sebab itu perlu dilakukan uji parsial untuk mengetahui variabel yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja lingkungan pelaksanaan proyek (YV).
4.
Uji Parsial (uji ‘t’) Uji ‘t’ (uji parsial) adalah untuk melihat pengaruh variabel-variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikatnya. Berikut ini adalah hasil perhitungan uji t dan signifikansinya dalam penelitian ini:
135
Tabel 4.34. Uji ‘t’ (uji parsial)
Model
Unstandardized Coefficients
t
Sig.
1,007
Std. Error 0,436
2,309
0,023
0,209 0,065 -0,166 0,018 0,457 -0,097 0,320 -0,037 -0,218 -0,149 -0,006 0,074 -0,170 -0,017 0,029 -0,092 0,274 0,189 0,101 -0,141 0,016 0,029
0,077 0,060 0,075 0,055 0,089 0,092 0,098 0,083 0,098 0,098 0,093 0,074 0,057 0,087 0,071 0,086 0,058 0,067 0,071 0,051 0,051 0,059
2,730 1,083 -2,220 ,3250 5,116 -1,055 3,262 -,4400 -2,235 -1,510 -0,066 ,9950 -3,010 -0,197 0,413 -1,075 4,726 2,832 1,421 -2,742 0,322 0,491
0,007 0,281 0,029 0,746 0,000 0,294 0,002 0,661 0,028 0,134 0,947 0,322 0,003 0,844 0,680 0,285 0,000 0,006 0,158 0,007 0,748 0,625
B 1 (Constant) X2 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X23 X24 X25
a. Dependent Variable: Y lingkungan Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
136
Dapat dilihat pada tabel output SPSS regresi berganda di atas bahwa yang dikatakan signifikan/berpengaruh terhadap kinerja lingkungan pelaksanaan adalah variabel bebas yang memiliki nilai signifikansi α < 0,05 (tingkat kesalahan 5%). Selanjutnya dapat dilakukan uji t-test atau Student-t Distribution, dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kepercayaan tiap variabel bebas dalam persamaan atau model regresi dipergunakan dalam memprediksi nilai Y, Uji t dilakukan dengan cara uji hipotesis nol yaitu bahwa konstanta dan koefisien variabel Xi sama dengan nol. a.
Menguji pengaruh variabel (X15) terhadap kinerja lingkungan pelaksanaan proyek (YV) Hipotesis: H0 : β1 = 0 (Mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek tidak berpengaruh terhadap kinerja lingkungan pelaksanaan proyek) H1 : β1 > 0 (Mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek berpengaruh signifikan terhadap kinerja lingkungan pelaksanaan proyek) Level of signifikan α = 0,05 Kriteria pengujian: H0 ditolak jika t-value > t tabel
(berpengaruh)
H0 diterima jika t-value < t tabel (tidak ada pengaruh)
137
Perhitungan: t
ˆ1 1 3,010 SE ( ˆ1 )
Keputusan: oleh karena t-value (3,010) > 1,708 dan jika dilihat dari nilai signifikansi (0,003) < α (0,05) maka keputusannya adalah H0 ditolak, artinya variabel X15 berpengaruh signifikan terhadap kinerja lingkungan pelaksanaan proyek (YV). b.
Menguji pengaruh variabel (X16) terhadap kinerja lingkungan pelaksanaan proyek (YV) Hipotesis: H0 : β1 = 0 (Mampu berkomunikasi dengan tim proyek, dalam hal ini manajer proyek memberikan penjelasan atau mempresentasikan prosedur yang diterapkan dalam menjalankan proyek tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja lingkungan pelaksanaan proyek) H1 : β1 > 0 (Mampu berkomunikasi dengan tim proyek, dalam hal ini manajer proyek memberikan penjelasan atau mempresentasikan prosedur yang diterapkan dalam menjalankan proyek berpengaruh signifikan terhadap kinerja lingkungan pelaksanaan proyek) Level of signifikan α = 0,05 Kriteria pengujian: H0 ditolak jika t-value > t tabel
(berpengaruh)
H0 diterima jika t-value < t tabel (tidak ada pengaruh)
138
Perhitungan: t
ˆ1 1 0,197 SE ( ˆ1 )
Keputusan: oleh karena t-value (0,197) < 1,708 dan jika dilihat dari nilai signifikansi (0,844) > α (0,05) maka keputusannya adalah H0 diterima, artinya variabel X16 tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja lingkungan pelaksanaan proyek (YV).
Adapun rekapitulasi uji t-test berupa pengaruh variabel-variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikatnya sebagai berikut:
Tabel 4.34 Rekapitulasi Uji t-test Variabel Bebas X2 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21
thitung
ttabel
Signifikansi
2,730 1,083 -2,220 ,3250 5,116 -1,055 3,262 -,4400 -2,235 -1,510 -,066 ,9950 -3,010 -,197 ,4130 -1,075 4,726 2,832 1,421
1,708
0,007 0,281 0,029 0,746 0,000 0,294 0,002 0,661 0,028 0,134 0,947 0,322 0,003 0,844 0,680 0,285 0,000 0,006 0,158
1,708 1,708 1,708 1,708 1,708 1,708 1,708 1,708 1,708 1,708 1,708 1,708 1,708 1,708 1,708 1,708 1,708 1,708
Keputusan
Keterangan
Tolak H0
Berpengaruh
Terima H0
Tidak Berpengaruh
Tolak H0
Berpengaruh
Terima H0
Tidak Berpengaruh
Tolak H0
Berpengaruh
Terima H0
Tidak Berpengaruh
Tolak H0
Berpengaruh
Terima H0
Tidak Berpengaruh
Tolak H0
Berpengaruh
Terima H0
Tidak Berpengaruh
Terima H0
Tidak berpengaruh
Terima H0
Tidak berpengaruh
Tolak H0
Berpengaruh
Terima H0
Tidak Berpengaruh
Terima H0
Tidak Berpengaruh
Terima H0
Tidak Berpengaruh
Tolak H0
Berpengaruh
Tolak H0
Berpengaruh
Terima H0
Tidak Berpengaruh
139
Lanjutan Tabel 4.34 X23
-2,742 ,3220 ,4910
X24 X25
1,708 1,708 1,708
0,007 0,748 0,625
Tolak H0
Berpengaruh
Terima H0
Tidak berpengaruh
Terima H0
Tidak berpengaruh
Sumber: Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
Analisa regresi berganda ini dilakukan terhadap kombinasi variabel penentu yang telah ditetapkan, dan dihasilkan model regresi berganda secara linier. Persamaan regresi berganda didapat: YV = 1,007 + 0,209X2 – 0,166X5 + 0,457X7 + 0,320X9 – 0,218X11 – 0,170X15 + 0,329X19 + 0,189X20 – 0,141X23
Keterangan: YV
:
Kinerja lingkungan pelaksanaan proyek
X2
:
Memiliki kematangan yang tinggi dalam perencanaan yang baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja tim.
X5
:
Mampu merumuskan cost database system (perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum pelaksanaan proyek.
X7
:
Berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek yang dipimpin.
X9
:
Mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan
140
pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada waktunya.. X11 :
Mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada waktunya.
X15 :
Mampu
menerapkan
prinsip
manajemen
pengelolaan
lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek. X19 :
Mampu mempertahankan kinerja maksimal walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif.
X20 :
Memiliki komitment dalam mencapai tujuan bersama
X23 :
Mampu membangun kedisiplinan kerja
Penjelasan: Koefisien regresi pada variabel X15 yaitu mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL menyatakan bahwa setiap penurunan senilai -0,170 akan mengakibatkan menurunnya kinerja lingkungan pelaksanaan proyek sebesar -0,170. Sebaliknya jika terjadi peningkatan (+) senilai 0,170 juga diprediksi mengalami peningkatan sebesar +0,170. Jadi, dalam hal ini kenaikan atau penurunan variabel bebas (X15) akan mengakibatkan kenaikan atau penurunan variabel terikat (YV), dan seterusnya (Riduwan, 2011).
141
4.4
Interpretasi Model terhadap Kinerja Pelaksanaan Proyek (BiayaMutu-Waktu-K3-Lingkungan) Model Regresi linier berganda yang diperoleh adalah:
1.
Hubungan
karakteristik
manajer
proyek
terhadap
kinerja
biaya
menghasilkan persamaan sebagai berikut: YI = 0,973 + 0,108X4 – 0,224X5 + 0,333X7 + 0,207X9 – 0,238X11 – 0,106X15 + 0,329X19 + 0,188X20 + 0,148X21
Penjelasan: a.
Jika variabel (X4) mampu mengambil keputusan sesuai peraturan dan batasan organisasi meningkat (+0,108) maka kinerja biaya juga akan meningkat senilai (+0,108), begitu pula sebaliknya.
b.
Jika variabel (X5) mampu merumuskan cost database system (perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum pelaksanaan proyek menurun (-0,224) maka kinerja biaya juga akan mengalami penurunan senilai (-0,224), begitu pula sebaliknya.
c.
Jika variabel (X7) berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek yang dipimpin meningkat (+0,333) maka kinerja biaya juga akan meningkat senilai (+0,333), begitu pula sebaliknya.
d.
Jika variabel (X9) menentukan metode konstruksi yang sesuai dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak
142
meningkat (+0,207) maka kinerja biaya juga akan meningkat senilai (+0,207), begitu pula sebaliknya. e.
Jika variabel (X11) mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada waktunya menurun (-0,238) maka kinerja biaya juga akan mengalami penurunan senilai (-0,238), begitu pula sebaliknya.
f.
Jika variabel (X15) mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek menurun (-0,106) maka kinerja biaya juga akan mengalami penurunan senilai (-0,106), begitu pula sebaliknya.
g.
Jika variabel (X19) mampu mempertahankan
kinerja maksimal
walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif meningkat (+0,329) maka kinerja biaya juga akan meningkat senilai (+0,329), begitu pula sebaliknya. h.
Jika variabel (X20) memiliki komitment dalam mencapai tujuan bersama meningkat (+0,188) maka kinerja biaya juga akan meningkat senilai (+0,188), begitu pula sebaliknya.
i.
Jika variabel (X21) bersikap terus terang dan jujur meningkat (+0,148) maka kinerja biaya juga akan meningkat senilai (+0,148), begitu pula sebaliknya.
143
2.
Hubungan Karakteristik Manajer Proyek terhadap Kinerja Mutu YII = 1,094 + 0,118X4 – 0,247X5 + 0,311X7 + 0,369X9 – 0,117X15 + 0,263X19 – 0,155X23 – 0,097X24
Penjelasan: a.
Jika variabel (X4) mampu mengambil keputusan sesuai peraturan dan batasan organisasi meningkat (+0,118) maka kinerja mutu juga akan meningkat senilai (+0,118), begitu pula sebaliknya.
b.
Jika variabel (X5) mampu merumuskan cost database system (perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum pelaksanaan proyek menurun (-0,247) maka kinerja mutu juga akan mengalami penurunan senilai (-0,247), begitu pula sebaliknya.
c.
Jika variabel (X7) berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek yang dipimpin meningkat (+0,311) maka kinerja mutu juga akan meningkat senilai (+0,311), begitu pula sebaliknya.
d.
Jika variabel (X9) menentukan metode konstruksi yang sesuai dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak meningkat (+0,369) maka kinerja mutu juga akan meningkat senilai (+0,369), begitu pula sebaliknya.
e.
Jika variabel (X15) mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek
144
menurun (-0,117) maka kinerja mutu juga akan mengalami penurunan senilai (-0,117), begitu pula sebaliknya. f.
Jika variabel (X19) mampu mempertahankan
kinerja maksimal
walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif meningkat (+0,263) maka kinerja mutu juga akan meningkat senilai (+0,263), begitu pula sebaliknya. g.
Jika variabel (X23) mampu membangun kedisiplinan kerja menurun (-0,155) maka kinerja mutu juga akan mengalami penurunan senilai (-0,155), begitu pula sebaliknya.
h.
Jika variabel (X24) mampu mengkomunikasikan prestasi kinerja proyek baik dengan tim lapangan proyek dan owner menurun (-0,097) maka kinerja mutu juga akan mengalami penurunan senilai (-0,097), begitu pula sebaliknya.
3.
Hubungan Karakteristik Manajer Proyek terhadap Kinerja Waktu YIII = 1,448 + 0,181X2 + 0,142X4 – 0,169X5 + 0,330X7 – 0,304X11 – 0,195X15 + 0,259X19 + 0,132X21
Penjelasan: a.
Jika variabel (X2) memiliki kematangan yang tinggi dalam perencanaan yang baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja tim meningkat
145
(+0,181) maka kinerja waktu juga akan meningkat senilai (+0,181), begitu pula sebaliknya. b.
Jika variabel (X4) mampu mengambil keputusan sesuai peraturan dan batasan organisasi meningkat (+0,142) maka kinerja waktu juga akan meningkat senilai (+0,142), begitu pula sebaliknya.
c.
Jika variabel (X5) mampu merumuskan cost database system (perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum pelaksanaan proyek menurun (-0,169) maka kinerja waktu juga akan mengalami penurunan senilai (-0,169), begitu pula sebaliknya.
d.
Jika variabel (X7) berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek yang dipimpin meningkat (+0,330) maka kinerja waktu juga akan meningkat senilai (+0,330), begitu pula sebaliknya.
e.
Jika variabel (X11) mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada waktunya menurun (-0,304) maka kinerja waktu juga akan mengalami penurunan senilai (-0,304), begitu pula sebaliknya.
f.
Jika variabel (X15) mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek menurun (-0,195) maka kinerja waktu juga akan mengalami penurunan senilai (-0,195), begitu pula sebaliknya.
146
g.
Jika variabel (X19) mampu mempertahankan
kinerja maksimal
walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif meningkat (+0,259) maka kinerja waktu juga akan meningkat senilai (+0,259), begitu pula sebaliknya. h.
Jika variabel (X21) bersikap terus terang dan jujur meningkat (+0,132) maka kinerja waktu juga akan meningkat senilai (+0,132), begitu pula sebaliknya.
4.
Hubungan
Karakteristik
Manajer
Proyek
terhadap
Kinerja
K3/keselamatan dan kesehatan kerja YIV = 2,246 + 0,157X2 – 0,212X5 + 0,277X7 – 0,399X8 + 0,501X9 – 0,180X15 + 0,217X17 + 0,186X19 + 0,167X20 – 0,109X23 – 0,196X25 Penjelasan: a.
Jika variabel (X2) memiliki kematangan yang tinggi dalam perencanaan yang baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja tim meningkat (+0,157) maka kinerja K3 juga akan meningkat senilai (+0,157), begitu pula sebaliknya.
b.
Jika variabel (X5) mampu merumuskan cost database system (perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation
147
sebelum pelaksanaan proyek menurun (-0,212) maka kinerja K3 juga akan mengalami penurunan senilai (-0,212), begitu pula sebaliknya. c.
Jika variabel (X7) berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek yang dipimpin meningkat (+0,277) maka kinerja K3 juga akan meningkat senilai (+0,277), begitu pula sebaliknya
d.
Jika variabel (X8) memiliki pengalaman dan pemahaman yang menyeluruh mengenai teknis pekerjaan dari proyek yang dikelola olehnya menurun (-0,399) maka kinerja K3 juga akan mengalami penurunan senilai (-0,399), begitu pula sebaliknya.
e.
Jika variabel (X9) menentukan metode konstruksi yang sesuai dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak meningkat (+0,501) maka kinerja K3 juga akan meningkat senilai (+0,501), begitu pula sebaliknya.
f.
Jika variabel (X15) mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek menurun (-0,180) maka kinerja K3 juga akan mengalami penurunan senilai (-0,180), begitu pula sebaliknya.
g.
Jika variabel (X17) memiliki kemampuan negosiasi dalam bargaining dengan pemikiran yang tenang dan jernih menggunakan strategi dan loyalitas meningkat (+0,217) maka kinerja K3 juga akan meningkat senilai (+0,217), begitu pula sebaliknya.
h.
Jika variabel (X19) mampu mempertahankan
kinerja maksimal
walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif meningkat (+0,186)
148
maka kinerja K3 juga akan meningkat senilai (+0,186), begitu pula sebaliknya. i.
Jika variabel (X20) memiliki komitment dalam mencapai tujuan bersama meningkat (+0,167) maka kinerja K3 juga akan meningkat senilai (+0,167), begitu pula sebaliknya.
j.
Jika variabel (X23) mampu membangun kedisiplinan kerja menurun (-0,109) maka kinerja K3 juga akan mengalami penurunan senilai (0,109), begitu pula sebaliknya.
k.
Jika variabel (X25) mampu mengkomunikasikan prinsip manajemen pengelolaan K3 kepada seluruh tim proyek sesuai dengan yang tertuang dalam dokumen AMDAL proyek menurun (-0,196) maka kinerja lingkungan juga akan mengalami penurunan senilai (-0,196), begitu pula sebaliknya.
5.
Hubungan Karakteristik Manajer Proyek terhadap Kinerja Pengelolaan Lingkungan YV = 1,007 + 0,209X2 – 0,166X5 + 0,457X7 + 0,320X9 – 0,218X11 – 0,170X15 + 0,274X19 + 0,189X20 – 0,141X23
Penjelasan: a. Jika variabel (X2) memiliki kematangan yang tinggi dalam perencanaan yang baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja tim meningkat
149
(+0,209) maka kinerja lingkungan juga akan meningkat senilai (+0,209), begitu pula sebaliknya. b. Jika variabel (X5) mampu merumuskan cost database system (perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum pelaksanaan proyek menurun (-0,166) maka kinerja lingkungan juga akan mengalami penurunan senilai (-0,166), begitu pula sebaliknya. c. Jika variabel (X7) berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek yang dipimpin meningkat (+0,457) maka kinerja lingkungan juga akan meningkat senilai (+0,457), begitu pula sebaliknya. d. Jika variabel (X9) menentukan metode konstruksi yang sesuai dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak meningkat (+0,320) maka kinerja lingkungan juga akan meningkat senilai (+0,320), begitu pula sebaliknya. e. Jika variabel (X11) mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada waktunya menurun (-0,218) maka kinerja lingkungan juga akan mengalami penurunan senilai (-0,218), begitu pula sebaliknya. f. Jika variabel (X15) mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek
150
menurun (-0,170) maka kinerja lingkungan juga akan mengalami penurunan senilai (-0,170), begitu pula sebaliknya g. Jika variabel (X19) mampu mempertahankan
kinerja maksimal
walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif meningkat (+0,274) maka kinerja lingkungan juga akan meningkat senilai (+0,274), begitu pula sebaliknya. h. Jika variabel (X20) memiliki komitment dalam mencapai tujuan bersama meningkat (+0,189) maka kinerja lingkungan juga akan meningkat senilai (+0,189), begitu pula sebaliknya. i. Jika variabel (X23) mampu membangun kedisiplinan kerja menurun (0,141) maka kinerja lingkungan juga akan mengalami penurunan senilai (-0,141), begitu pula sebaliknya.
4.5
Karakteristik manajer proyek yang berpengaruh terhadap Kinerja Pelaksanaan Proyek (Biaya-Mutu-Waktu-K3-Lingkungan) Dari uraian persamaan regresi diatas dapat diketahui bahwa karakteristik
manajer proyek yang berpengaruh terhadap Kinerja Pelaksanaan Proyek (BiayaMutu-Waktu-K3-Lingkungan), antara lain:
151
Tabel 4.36. Karakteristik manajer proyek yang berpengaruh terhadap kinerja pelaksanaan proyek Mutu
Waktu
YI
YII
YIII 0,181
X4
0,108
0,118
0,142
X5
-0,224
-0,247
-0,169
-0,212
X7
0,333
0,311
0,330
0,277
Aspek Konseptual Skill
X2
X8
Lingkungan
YIV 0,157
YV 0,209
Kinerja Proyek Nilai rataJumlah rata 0,547 10,94% 0,368
7,36%
-0,166
-1,018
-20,36%
0,457
1,708
34,16% 32,10%
Jumlah nilai rata2 -0,339
X9
0,207
X11
-0,238
X15
-0,106
0,369
0,501 -0,304
-0,117
-0,195
-0,180
-0,339
-6,780%
0,320
1,397
27,94%
-0,218
-0,760
-15,20%
-0,170
-0,768
-15,36%
Jumlah nilai rata2
-9,40%
0,217
4,34%
0,217
X17 Aspek Soft Skill
K3
Variabel
Aspek Technical Skill
Aspek
Biaya
X19
0,329
X20
0,188
X21
0,148
0,263
0,259
0,186
0,274
1,311
26,22%
0,167
0,189
0,544
10,88%
0,280
5,60%
-0,405
-8,10%
-0,097
-1,94%
-0,196
-3,92% 33,08%
0,132
X23
-0,155
X24
-0,097
X25
-0,109 -0,196
-0,141
Jumlah nilai rata2
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Dari uraian tabel di atas dapat dijelaskan bahwa besarnya pengaruh aspek konseptual skill sebesar 32,10%, aspek technical skill 9,40%, dan aspek soft skill 33,08%. Aspek soft skill mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap kualitas kinerja pelaksanaan proyek konstruksi sebesar 33,08% dari semua aspek yang masuk dalam karakteristik manajer proyek. Nilai
152
total prosentase pengaruh ketiga karakteristik manajer proyek sebesar 74,58% terhadap kualitas kinerja pelaksanaan proyek konstruksi. Hal ini dapat diartikan bahwa sisa sekitar 25,42% dipengaruhi oleh faktor lainnya diluar ketiga karakteristik manajer proyek tersebut dengan menyesuaikan terhadap situasi, lokasi dan karakteristik proyek konstruksi itu sendiri.
Tabel 4.37 Variabel dalam aspek soft skill yang berpengaruh terhadap kinerja pelaksanaan proyek. Aspek Soft Skills Variabel X17 X19 X20 X21 X23 X24 X25
Nama Variabel
Memiliki kemampuan negosiasi dalam bargaining dengan pemikiran yang tenang dan jernih menggunakan strategi dan loyalitas Mampu mempertahankan kinerja maksimal walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif Memiliki komitmen dalam mencapai tujuan bersama Bersikap terus terang dan jujur Mampu membangun kedisiplinan kerja Mampu mengkomunikasikan prestasi kinerja proyek baik dengan tim lapangan proyek dan owner. Mampu mengkomunikasikan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan(AMDAL) kepada seluruh tim proyek
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Simpulan
1.
Hasil identifikasi dan analisis data dengan analisa faktor menunjukkan bahwa dari 25 variabel dalam karakteristik manajer proyek hanya terdapat 22 variabel yang masuk sebagai variabel yang mempengaruhi kinerja pelaksanaan proyek konstruksi berdasarkan hasil pengolahan jawaban kuisioner yang telah disebar ke responden. Berdasarkan olah data statistik terdapat 3 variabel yang tereliminasi dan tidak termasuk dalam 22 variabel
tersebut,
antara
lain:
variabel
X1
(Membangun
hubungan/networking di dalam atau di luar organisasi proyek), X3 (Memahami hasil kajian AMDAL sebagai dasar pengelolaan lingkungan sekitar areal proyek),dan X22 (Memiliki kemampuan membuat tim proyek tetap solid dan bersemangat). Namun secara fakta di lapangan variabel X1, X3,dan X22 mempunyai hubungan dan pengaruh terhadap kualitas kinerja pelaksanaan proyek konstruksi gedung di Kabupaten Badung. 2.
Bila dilihat dari hubungan dan pengaruh dapat disimpulkan bahwa besarnya pengaruh tiap aspek karakteristik manajer proyek terhadap kinerja pelaksanaan proyek konstruksi adalah aspek konseptual skill sebesar 32,10%, aspek technical skill 9,40%, dan aspek soft skill 33,08%, Nilai total prosentase pengaruh ketiga karakteristik manajer proyek sebesar 74,58% terhadap kualitas kinerja pelaksanaan proyek konstruksi.
153
154
Hal ini dapat diartikan bahwa sisa sekitar 25,42% dipengaruhi oleh faktor lainnya yang menyesuaikan terhadap situasi, lokasi dan karakteristik proyek konstruksi itu sendiri. Dilihat dari besarnya nilai prosentase hubungan dan pengaruhnya terhadap kualitas kinerja pelaksanaan proyek konstruksi di Kabupaten Badung, terlihat bahwa aspek soft skill mempunyai pengaruh dominan bila dibandingkan dengan aspek konseptual skill dan technical skill.
5.2
Saran Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, penulis
menyarankan beberapa hal sebagai berikut: Sebaiknya dalam proses recruitment seorang manajer proyek, perusahaan jasa konstruksi merumuskan standar kompetensi yang dilihat dari aspek konseptual skill, aspek technical skill, dan aspek soft skill. Ketiga aspek tersebut digunakan sebagai standar kompetensi dasar yang mesti dimiliki oleh seorang manajer proyek sebagai parameter utama yang mempengaruhi kualitas kinerja pelaksanaan proyek konstruksi.
155
DAFTAR PUSTAKA
Adrian, 1995, The Essence of Service Marketing, Andi, Yogyakarta Ervianto, W. I., 2002. Teori Aplikasi Manajemen Proyek konstruksi, Cetakan Pertama, Andi Offset, Yogyakarta Gujarati,N. 1995, Basic Econometric, third edition, Mc Graw - Hill, New York Katz, 1979, The Social Psychology of Organizations, Wiley Eqstern Private Limited, New Delhi Larson, 2008, People and Organizations ; An Introduction to Organizational Behavior, Mc Graw Hill Inc, Singapore Malhotra. N.K., 1999, Marketing Research an Applied Orientation, Third Edition, Prentice Hall, New Jersey Martadipura, 2013, Analisis Pengaruh Gaya Negosiasi Manajer Proyek Terhadap Hasil Negosiasi Pada Proyek Pembangunan Rumah Tinggal di Kota Bandung, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung
Novia, 2013, Studi Penerapan Elemen Kompetensi Manajemen Kualitas Oleh Manajer Proyek Konstruksi PT. X, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Makassar Nurhayati, 2010, Manajemen Proyek Konstruksi, Cetakan pertama, Andi Offset, Yogyakarta Nurgiyantoro, Burhan., 2002, Pengkajian Fiksi, Gadjahmada University Press, Yogyakarta PMI, 2004, A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (PMBOK), 3rd edition, Project Management Institute Inc, Newtown Square, Pennsylvania, USA
156
Prianto, 2012, Pengaruh Kompetensi Manajer Proyek Terhadap Keberhasilan Proyek Pada Perusahaan Kontraktor Di Kabupaten Malang, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Malang
Riduan, 2011, Cara Mudah Belajar SPSS Versi 17.0 dan Aplikasi Statistik Penelitian, Alfabeta, Bandung Santoso, 2000, Latihan SPSS Statistik Parametrik, PT Elek Media Komputindo, Jakarta Sudiajeng, L (2011). Intervensi Ergonomi pada Organisasi dan Stasiun Kerja Meningkatkan Kinerja Mahasiswa dan Efisiensi Penggunaan Daya Listrik di Bengkel Kayu Politeknik Negeri Bali. Universitas Udayana, Denpasar Sugiyono, 2005. Statistika untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung Soeharto, I., 1995, Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional, Cetakan pertama, Gelora Aksara Pratama, Jakarta Soeharto, I., 1997, Manajemen Proyek, Cetakan kedua, Erlangga, Jakarta Suardi, R., 2003, Sistem Manajemen Mutu ISO 9000:2000 (Penerapannya untuk mencapai TQM), PPM, Jakarta Singarimbun, dan Effendi, 1989, Metode Penelitian Survey, Cetakan Pertama, PT. Pusaka LP3ES Indonesia, Jakarta Sujana, 2013, Sifat Dan Gaya Kepemimpinan Manajer Proyek Yang Diharapkan Oleh Tim Proyek Pada Perusahaan Kontraktor, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, ITB, Bandung
Swastika, 1997, Pengaruh Kualitas Manajer Proyek Pada Pihak Kontraktor Terhadap Kinerja Proyek Konstruksi Bangunan Bertingkat Di Jabotabek, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Jakarta
Tjiptono, 1996, Manajemen Jasa, Andi, Yogyakarta Utama, 2014, Statistika Bisnis, Program Magister Akuntansi, Program Pascasarjana, Universitas Udayana, Denpasar Yamit, Z., 2004, Manajemen Kualitas Produk dan Jasa, Cetakan ketiga, Ekonisia, Yogyakarta Yin, Robert K., 2008, Case Study Research: Design and Methods (Applied Social Research Methods), Illinois, Sage Publications, Inc
157
Kuisioner KARAKTERISTIK MANAJER PROYEK TERHADAP KUALITAS PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DI KABUPATEN BADUNG
Survey: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Karakteristik Manajer Proyek Terhadap Kualitas Pelaksanaan Konstruksi Gedung Di Kabupaten Badung.
PENDAHULUAN Pengelolaan proyek yang efektif dan efisien dapat dicapai melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia terutama manajer proyek untuk meningkatkan profesionalisme dan mampu bersaing menghadapi era globalisasi. Manajer Proyek adalah orang yang bertanggung jawab terhadap keseluruhan proses pelaksanaan proyek, antara lain: mengintegrasikan dan mengkoordinasikan semua sumber daya yang dimiliki dan bertanggung jawab sepenuhnya atas pencapaian sasaran proyek. Salah satu tugas dari manajer proyek adalah pengendalian kualitas selama proses pelaksanaan konstruksi. Manajemen kualitas merupakan penerapan standar dan proses yang obyektif melalui penerapan perencanaan kualitas, pengendalian kualitas, jaminan kualitas, dan perbaikan secara terus-menerus. Dalam total quality management system (TQM), Yamit,(2001) menyebutkan bahwa seorang manajer mempunyai peran yang sangat strategis dalam implementasi menetapkan tujuan hingga
158
menentukan alokasi waktu yang cukup. Gaya kepemimpinan seorang manajer sangat berpengaruh terhadap implementasi program TQM. Katz,(1970) mengemukakan bahwa setiap manajer proyek membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar. Keterampilan dasar tersebut adalah conceptual Skills (keterampilan konseptual), technical skills (keterampilan teknis), dan soft skills (keterampilan sosial). Melihat hal tersebut, maka penulis meneliti tentang “Karakteristik Manajer Proyek Terhadap Kualitas Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi di Kabupaten Badung” guna meningkatkan daya saing dan profesionalisme manajer proyek untuk dapat memenuhi keinginan stakeholder tanpa mengabaikan standar kompetensi yang ada sehingga mampu mengantisipasi perkembangan dunia konstruksi saat ini maupun di masa yang akan datang.
TUJUAN PELAKSANAAN VALIDASI Tujuan utama dari survey ini adalah untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik manajer proyek terhadap kualitas pelaksanaan konstruksi gedung di Kabupaten Badung dari aspek manajemen kualitas yang diimplementasikan/diterapkan dalam pembangunan proyek dan dampaknya terhadap kualitas pelaksanaan proyek tersebut (biaya-mutu-waktu).
159
KERAHASIAAN INFORMASI Sehubungan dengan hal tersebut diatas, mohon kiranya Bapak/Ibu dapat meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini. Seluruh informasi yang anda berikan dalam survey ini akan dirahasiakan dan hanya akan dipakai untuk keperluan akademis sesuai dengan peraturan pada Program Studi Teknik Sipil Bidang Manajemen Konstruksi Universitas Udayana. Apabila Bapak/Ibu memiliki pertanyaan dan memerlukan keterangan lebih lanjut mengenai survey ini, silahkan hubungi saya pada: • I Putu Widyarsana.: Telp: 0821 4501 0965
Terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner penelitian ini
160
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER 1. Pengisian kuesioner dilakukan dengan memberikan tanda ” √ ” pada kolom ”validasi” apabila Bapak/Ibu setuju dengan penyataan hasil analisa penelitian. 2. Jika Bapak/Ibu tidak memahami pertanyaan agar melingkari nomor pertanyaan Mohon lengkapi data responden dan data proyek di bawah ini untuk memudahkan kami menghubungi kembali bila klarifikasi data diperlukan. Nama Proyek/Perusahaan: ___________________________________________ Alamat Proyek:
___________________________________________
Kode pos:
___________________
Telepon:
________________ Fax: ( ) ____________________
E-mail:
___________________________________________
Nama responden:
___________________________________________
Posisi:
________________ Pendidikan: ________________
Berapa lama anda sudah bekerja pada perusahaan ini? ________________ tahun. Berapa lama anda sudah bekerja dalam dunia konstruksi? ______________ tahun. Sistem mutu yang dimiliki perusahaan (berikan tanda ”√” pada kotak yang sesuai): 1. Memiliki sertifikat ISO 9000
3. ”In-house” sistem mutu
2. Dalam proses mendapatkan ISO 9000
4. Belum memiliki sertifikat ISO 9000
161
Semua informasi yang Bapak/Ibu berikan dalam survey ini dijamin kerahasiaannya dan hanya akan dipakai untuk keperluan penelitian saja.
Variabel
No.
Aspek
Mohon diberi tanda √ sesuai dengan jawaban Bapak/Ibu
Bagaimana keterampilam konseptual Manajer Proyek dalam hal: 1
1
3 4
5
6
Conseptual Skills (Keterampilan Konseptual)
2
X1
7
X2
X3 X4 X5
X6 X7
2
3
4
Membangun hubungan/networking di dalam dan di luar organisasi proyek Memiliki kematangan yang tinggi dalam perencanaan yang baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja tim. Memahami hasil kajian AMDAL sebagai dasar pengelolaan lingkungan sekitar areal proyek. Mampu mengambil keputusan sesuai peraturan dan batasan organisasi. Mampu merumuskan cost database system (perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum pelaksanaan proyek. Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah/ problem solving secara efektif dan efisien dalam hal sumber daya manusia maupun lingkungan sekitar proyek. Berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek yang dipimpin.
1. Sangat buruk
3. Cukup
2. Buruk
4. Baik
Mohon diberi tanda √ sesuai dengan jawaban Bapak/Ibu
5. Sangat Baik
5
Variabel
No.
Aspek
162
Bagaimana keterampilan teknis Manajer Proyek dalam hal: 1
X8
9
X9
10
X10
11
12
13
Technical Skills (Keterampilan Teknis)
8
14 15
X11
X12 X13
X14 X15
2
3
Memiliki pengalaman dan pemahaman yang menyeluruh mengenai teknis pekerjaan dari proyek yang dikelola olehnya. Menentukan metode konstruksi yang sesuai dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak. Melakukan monitoring dan evaluasi perkembangan proyek terhadap lingkup, jadwal, dan anggaran serta sumber daya yang terlibat di dalamnya (man, machine, material). Mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada waktunya. Mampu mengimplementasikan SMK3 konstruksi secara konsisten dan menyeluruh demi tercapainya zero accident. Mampu merumuskan project action plan (pengendalian sumberdaya, pengendalian biaya, dan pengendalian waktu/jadwal) sesuai dengan cost database system yang telah dibuat sebelumnya. Mampu menerapkan 7 tools total quality management dalam menyelesaikan permasalahan di lapangan agar terwujud continous improvement. Mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek.
1. Sangat buruk
3. Cukup
2. Buruk
4. Baik
5. Sangat Baik
4
5
163
Variabel
No.
Aspek
Mohon diberi tanda √ sesuai dengan jawaban Bapak/Ibu
Bagaimana keterampilan bersosialisasi Manajer Proyek dalam hal: 1
X16
17 18 19 20 21 22 23
Soft skills (Keterampilan Bersosialisasi)
16
X17 X18 X19 X20
Bersikap terus terang dan jujur.
X22
Memiliki kemampuan membuat tim proyek tetap solid dan bersemangat.
X23
Mampu membangun kedisiplinan kerja.
X24
25
X25
3
Mampu berkomunikasi dengan tim proyek, dalam hal ini manajer proyek memberikan penjelasan atau mempresentasikan prosedur yang diterapkan dalam menjalankan proyek. Memiliki kemampuan negosiasi dalam bargaining dengan pemikiran yang tenang dan jernih menggunakan strategi dan loyalitas. Mampu menjalin komunikasi dengan para supervisi K3 yang bertugas di lapangan. Mampu mempertahankan kinerja maksimal walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif. Memiliki komitment dalam mencapai tujuan bersama.
X21
24
2
Mampu mengkomunikasikan prestasi kinerja proyek baik dengan tim lapangan proyek dan owner. Mampu mengkomunikasikan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan kepada seluruh tim proyek sesuai dengan yang tertuang dalam dokumen AMDAL proyek.
1. Sangat buruk
3. Cukup
2. Buruk
4. Baik
5. Sangat Baik
4
5
No.
Variabel
164
Kinerja Manajer Proyek terhadap: 1
YI (Biaya)
1 2
YII (Mutu)
3
YIII (Waktu)
4
YIV (K3)
5
YV (environment)
Bagaimana kinerja Manajer Proyek di proyek tempat anda bekerja terkait dengan pengelolaan dan pengendalian biaya Bagaimana kinerja Manajer Proyek di proyek tempat anda bekerja terkait dengan aplikasi pengelolaan manajemen mutu Bagaimana kinerja Manajer Proyek di proyek tempat anda bekerja terkait dengan penjadwalan dan pelaksanaan item pekerjaan Bagaimana kinerja Manajer Proyek di proyek tempat anda bekerja dalam menjalankan Sistem Manajemen K3 demi tercapainya zero accident. Bagaimana kinerja Manajer Proyek di proyek tempat anda bekerja dalam menjalankan prinsip manajemen lingkungan
2
3
4
5
165
Saran dan Komentar I.
Saran dan komentar terhadap kuesioner ini: ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ___________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ____________
II. Catatan: a. Mengharap Anda berkenan memeriksa kembali, apakah masih ada jawaban yang belum terisi. b. Kuesioner yang belum terisi lengkap tidak dapat diolah dan akan kehilangan masukan yang sangat berharga dari partisipasi Anda dalam menyelesaikan penelitian ini. Terima Kasih atas Partisipasi dan Kerjasamanya
Denpasar, ............................... 2015
_______________________________ (Tanda tangan Responden)