TESIS
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WAKTU TUNGGU PENGADAAN MATERIAL KONSTRUKSI PADA PROYEK GEDUNG DI KABUPATEN BADUNG
PUTERA KUMARAYASA MUDITA
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
TESIS
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WAKTU TUNGGU PENGADAAN MATERIAL KONSTRUKSI PADA PROYEK GEDUNG DI KABUPATEN BADUNG
PUTERA KUMARAYASA MUDITA NIM 1091561005
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 i
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WAKTU TUNGGU PENGADAAN MATERIAL KONSTRUKSI PADA PROYEK GEDUNG DI KABUPATEN BADUNG
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Udayana
PUTERA KUMARAYASA MUDITA NIM 1091561005
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
ii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 8 APRIL 2015
Pembimbing I
Pembimbing II
I Ketut Sudarsana, ST, Ph.D NIP. 19691016 199601 1 001
Ir. Mayun Nadiasa, MT NIP. 19570801 198702 1 001
Mengetahui :
Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Prof. Dr. Ir. I Made Alit Karyawan Salain, DEA NIP. 19620404 199103 1 002
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP. 19590215 198510 2 001
iii
Tesis ini Telah Diuji pada Tanggal 8 April 2015
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No. : 977/UN.14.4/HK/2015, Tanggal 1 April 2015
Ketua
: I Ketut Sudarsana, ST, Ph.D
Anggota : 1. Ir. Mayun Nadiasa, MT 2. A.A. Diah Parami Dewi, ST, MT, Ph.D 3. GAP. Candra Dharmayanti, ST, MSc, Ph.D 4. Ir. Ida Bagus Rai Adnyana, MT
iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
NAMA
: PUTERA KUMARAYASA MUDITA
NIM
: 1091561005
PROGRAM STUDI
: TEKNIK SIPIL KONSENTRASI MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI
JUDUL TESIS
: ANALISIS
FAKTOR-FAKTOR
MEMPENGARUHI
WAKTU
YANG TUNGGU
PENGADAAN MATERIAL KONSTRUKSI PADA PROYEK GEDUNG DI KABUPATEN BADUNG
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan peraturan perundangan yang berlaku.
Denpasar, 15 April 2015
(Putera Kumarayasa Mudita)
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya maka tesis ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini pula, perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak I Ketut Sudarsana, ST, Ph.D sebagai pembimbing utama dan Bapak Ir. Mayun Nadiasa, MT sebagai pembimbing kedua yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan dan saran selama dalam melakukan penulisan proposal penelitian, pengumpulan data dan penulisan laporan hasil tesis. Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp. PD-KEMD selaku Rektor Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Pascasarjana di Universitas Udayana. Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp. S(K) selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. I Made Alit Karyawan Salain, DEA selaku Ketua Program Magister Teknik Sipil atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti Program Magister. Ucapan terima kasih juga disampaiakan kepada A.A. Diah Parami Dewi, ST, MT, Ph.D, GAP. Candra Dharmayanti, ST, MSc, Ph.D, Ir. Ida Bagus Rai Adnyana, MT selaku penguji, yang telah banyak memberikan masukan serta kritik yang mampu menyempurnakan tesis yang penulis buat, seluruh pegawai sekretariat Program Studi Magister Teknik Sipil yang telah banyak membantu dalam melaksanakan perkuliahan, serta keluarga atas segala dukungan dan motivasi hingga tulisan ini dapat terwujud.
vi
ABSTRAK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WAKTU TUNGGU PENGADAAN MATERIAL KONSTRUKSI PADA PROYEK GEDUNG DI KABUPATEN BADUNG
Material merupakan salah satu sumber daya penting yang mempunyai persentase cukup besar yaitu 50-70 % dari total biaya suatu proyek konstruksi. Dalam Pelaksanaan proyek konstruksi, kelancaran aliran material menuju lokasi proyek harus dijaga. Hambatan akibat tidak tersedianya material menyebabkan tertundanya pekerjaan-pekerjaan yang telah dijadwalkan. Menunggu material yang sering terjadi akan menyebabkan dampak yang besar terutama untuk proyek skala besar yang menggunakan banyak tenaga kerja. Jika kedatangan material yang diperlukan tidak sesuai jadwal pengadaan material, akan menyebabkan tenaga kerja tersebut menganggur sehingga biaya proyek akan membengkak serta terlambatnya waktu penyelesaian proyek. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu pengadaan material konstruksi di Kabupaten Badung. Data penelitian diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner terhadap 50 responden. Sampel penelitian diperoleh dengan purposive sampling yaitu ditujukan pada para expert yang bekerja pada proyek gedung di Kabupaten Badung. Sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian, kuesioner terlebih dahulu diuji validitasnya dengan korelasi Pearson Product-Moment dan reliabilitasnya dengan metode Alpha Cronbach. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan Analisis Faktor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dua puluh empat variabel yang teridentifikasi mempengaruhi waktu tunggu pengadaan material konstruksi pada proyek gedung di kabupaten Badung. Semua variabel dapat dikelompokkan menjadi 7 faktor (Faktor I, II, III, IV, V, VI, VII). Faktor paling dominan ditinjau berdasarkan percent of variance adalah Faktor I yang terbentuk oleh enam variabel yaitu proses produksi material pada pemasok, relasi antara kontraktor dan pemasok, kurangnya stock material pada pemasok, ketersediaan alat angkut transportasi material, akses menuju proyek, dan kondisi topografi yang ekstrim.
Kata kunci: Waktu Tunggu Pengadaan, Material Konstruksi, Analisis Faktor.
vii
ABSTRACT ANALYSIS OF FACTORS THAT INFLUENCE THE LEAD TIME OF CONSTRUCTION MATERIAL PROCUREMENT ON BUILDING PROJECTS IN THE BADUNG REGENCY
Material is an important resource which is about 50-70% of the total cost of a construction project. When undertaking construction projects, the smoothflow of materials to the project site must be maintained. Constraints due to the unavailability of material can cause delays in works that have been previously scheduled. Waiting for material, which frequently happens, will have a big impact, especially for large-scale projects that use a lot of labors. If the arrival of the materials is not in accordance with the schedule of material procurement planning, the workers will have nothing to do and the project cost will blow out and there will be delays in project completion time. This research investigate the factors which influence the waiting time of construction material procurement in the Badung Regency. Data was obtained by distributing a questionnaire to 50 respondents. A research sample was obtained by purposive sampling aimed at the experts who work on building projects in the Badung regency. Before being used as a research instrument, the questionnaire was tested for the validity of data by using the Pearson Product-Moment correlation and its reliability was tested using the Cronbach alpha method. Processing and data analysis was conducted by Factor Analysis. The research results show there are twenty four variables identified that influence the lead time of construction material procurement on building projects in the Badung regency. All variables can be grouped into seven factors (Factor I, II, III, IV, V, VI, VII). The most dominant factor reviewed based on the percent of variance is Factor I which is formed by six variables being the material production process at the suppliers, the relationships between contractors and suppliers, a lack of material stock at the suppliers, the availability of material transportation, access to the project, and extreme topography.
Key words: Procurement Lead Time, Construction Material, Factor Analysis.
viii
DAFTAR ISI
Halaman SAMPUL DALAM................................................................................ i PERSYARATAN GELAR..................................................................... ii LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI....................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN................................................................. v UCAPAN TERIMA KASIH.................................................................... vi ABSTRAK.............................................................................................. vii ABSTRACT............................................................................................ viii DAFTAR ISI........................................................................................... ix DAFTAR TABEL.................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR............................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1 1.1
Latar Belakang............................................................................ 1
1.2
Rumusan Masalah....................................................................... 3
1.3
Tujuan Penelititan....................................................................... 3
1.4
Manfaat Penelitian...................................................................... 4
1.5
Batasan Penelitian...................................................................... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................. 5 2.1
Proyek Konstruksi dan Pelaksanaannya Secara Umum............. 5
2.2
Material dalam Proyek Konstruksi............................................ 6
ix
2.3
Manajemen Material.................................................................. 8
2.4
Permasalahan dalam Manajemen Material................................ 11
2.5
Rantai Pasok (Supply Chain) dalam Proyek Konstruksi........... 15
2.6
Waktu Tunggu Material Konstruksi.......................................... 19
2.7
Wewenang dan Tanggung Jawab Personel Proyek................... 24
2.8
Teknik Sampling........................................................................ 26
2.9
Uji Validitas dan Reliabilitas...................................................... 27 2.9.1 Uji Validitas..................................................................... 28 2.9.2 Uji Reliabilitas................................................................. 30
2.10 Instrumen Penelitian.................................................................... 33 2.11 Skala Pengukuran Pada Instrumen Penelitian............................ 34 2.12 Analisis Faktor.......................................................................... 35 BAB III METODE PENELITIAN......................................................... 39 3.1 Pendekatan Penelitian.................................................................. 39 3.2 Lokasi Penelitian........................................................................... 39 3.3 Jenis dan Sumber Data................................................................ 39 3.4 Teknik Sampling dan Jumlah Sampel.......................................... 40 3.5 Instrumen Penelitian.................................................................... 40 3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data.............................. 41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................. 49 4.1 Identifikasi Faktor......................................................................... 49 4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian....................... 51 4.2.1 Uji Validitas........................................................................ 51
x
4.2.2 Uji Reliabilitas...................................................................... 51 4.3 Karakteristik Responden............................................................... 53 4.4 Analisis Faktor untuk Penentuan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Waktu Tunggu Pengadaan Material Konstruksi..................................................................................... 55 4.5 Faktor Dominan yang Mempengaruhi Waktu Tunggu Pengadaan Material....................................................................... 72 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................. 74 5.1 Kesimpulan................................................................................... 74 5.2 Saran............................................................................................. 77 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 78 LAMPIRAN............................................................................................ 80
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan karakteristik antara pengadaan secara tradisional dengan supply chain........................................... 18 Tabel 2.2 Linier Responsibility Chart dalam suatu proyek................... 24 Tabel 2.3 Nilai-nilai r Product Momen pada Taraf Signifikan 5%....... 29 Tabel 2.4 Interpretasi Koefisisen Korelasi Nilai r................................. 30 Tabel 3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu pengadaan material konstruksi............................................... 43 Tabel 4.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu pengadaan material konstruksi pada proyek gedung di kabupaten Badung............................................................. 49 Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas................................................................. 51 Tabel 4.3 Proyek konstruksi sebagai obyek penelitian.......................... 54 Tabel 4.4 Karakteristik Responden....................................................... 55 Tabel 4.5 Nilai KMO dan Bartlett’s Test pada analisis faktor.............. 56 Tabel 4.6 Nilai MSA masing-masing variabel....................................... 57 Tabel 4.7 Hasil ekstraksi variabel untuk penentuan jumlah faktor........ 59 Tabel 4.8 Hasil Rotasi Faktor dengan Rotasi Varimax.......................... 61 Tabel 4.9 Nilai MSA hasil uji faktor ke-tiga......................................... 63 Tabel 4.10 Hasil ekstrasi variabel uji faktor yang ke-tiga untuk penentuan jumlah faktor........................................................ 65 Tabel 4.11 Hasil rotasi faktor uji faktor ke-tiga dengan rotasi varimax... 66
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Contoh rantai pasok pada proyek konstruksi ...................... 17 Gambar 2.2 Macam-macam Teknik Sampling………………………… 27 Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian....................................................... 41 Gambar 3.2 Diagram Alir Uji Validitas dan Reliabilitas Pada SPSS..... 46 Gambar 3.3 Diagram Alir Analisis Faktor Pada SPSS.......................... 48
xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Proyek konstruksi terdiri dari berbagai aktivitas. Banyaknya aktivitas yang ada berpengaruh pada banyaknya sumber daya yang digunakan. Sumber daya tersebut diantaranya tenaga manusia atau pekerja, material/ bahan, dan alat-alat berat. Material merupakan salah satu sumber daya yang penting. Menurut Ervianto (2004), pemakaian material merupakan bagian terpenting yang mempunyai persentase cukup besar yaitu 50-70 % dari total biaya proyek. Oleh sebab itu pengendalian material sangat diperlukan. Khususnya dalam proyek konstruksi pengendalian material tidak bisa disamakan dengan industri-industri lainnya, karena kapan dan berapa jumlah material yang dibutuhkan tidaklah memiliki suatu pola yang konstan melainkan cenderung berubah-ubah. Jika pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi tidak mampu menjaga kelancaran arus material maka akan mengganggu proses pelaksanaan proyek yang pada akhirnya menjadi penyebab molornya penyelesaian proyek. Salah satu langkah yang dapat ditempuh untuk menjamin kelancaran material adalah melalui pengelolaan rantai pasok. Rantai pasok proyek konstruksi menunjukkan suatu hubungan antara pemasok dan pelaku konstruksi dalam usaha untuk mendatangkan suatu material konstruksi. Rantai pasok dapat bersifat lokal nasional, bahkan dapat juga bersifat internasional. Bila material-material yang
1
2
diperlukan banyak terdapat di pasaran, rantai pasok yang terjadi umumnya hanya bersifat lokal. Sebaliknya jika material tersebut langka di pasaran, mengakibatkan rantai pasok menjadi berskala nasional bahkan internasional. Dalam melakukan pengadaan material konstruksi, kendala yang umumnya terjadi adalah material yang dipesan belum tiba atau terlambat datang. Semenjak material tersebut dipesan hingga tiba di lokasi proyek, terdapat selang waktu menunggu. Waktu menunggu pesanan adalah waktu antara atau tenggang waktu sejak pesanan dilakukan sampai dengan saat pesanan tersebut masuk ke gudang (Prawirosentono, 2000). Waktu tunggu material konstruksi dapat dipengaruhi oleh jarak antara proyek yang membutuhkan material dengan pemasok material. Bila pemasok yang digunakan hanya pemasok lokal, maka waktu tunggu material relatif singkat. Sebaliknya jika pemasok material yang digunakan adalah pemasok di luar daerah, luar pulau atau pemasok di luar negeri, maka waktu tunggu material menjadi relatif lebih lama. Dalam Pelaksanaan proyek konstruksi, kelancaran aliran material menuju lokasi proyek sangat penting. Hambatan akibat tidak tersedianya material menyebabkan
tertundanya
pekerjaan-pekerjaan
yang
telah
dijadwalkan
sebelumnya. Menunggu material yang sering terjadi akan menyebabkan dampak yang besar terutama untuk proyek skala besar yang menggunakan banyak tenaga kerja. Jika kedatangan material yang diperlukan tidak sesuai jadwal pengadaan material rencana, akan menyebabkan tenaga kerja tersebut menganggur sehingga biaya proyek akan membengkak serta terlambatnya waktu penyelesaian proyek.
3
Untuk mengetahui penyebab waktu tunggu perlu dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu pengadaan material konstruksi.
1.2 Rumusan Masalah Adapun masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah: 1.
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu pengadaan material konstruksi pada proyek gedung di Kabupaten Badung.
2.
Apa saja faktor dominan yang mempengaruhi waktu tunggu pengadaan material konstruksi pada proyek gedung di Kabupaten Badung.
1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu pengadaan material konstruksi pada proyek gedung di Kabupaten Badung.
2.
Untuk mengetahui faktor dominan yang mempengaruhi waktu tunggu pengadaan material konstruksi pada proyek gedung di Kabupaten Badung.
1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain : 1. Bagi Mahasiswa, penelitian ini bermanfaat memberikan informasi mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi waktu tunggu pengadaan material konstruksi pada proyek gedung di Kabupaten Badung.
4
2. Bagi Kontraktor, penelitian ini bermanfaat sebagai masukan dalam hal perencanaan pengadaan material konstruksi.
1.5 Batasan Masalah Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Faktor-faktor yang dicari dalam penelitian adalah faktor-faktor secara umum, bukan faktor-faktor khusus yang mempengaruhi masing-masing material yang ada. 2. Nilai proyek yang ditinjau adalah minimum Rp. 10.000.000.000,00
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Proyek Konstruksi dan Pelaksanaannya Secara Umum Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk yang kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas (Soeharto, 1999). Dalam proyek konstruksi, produk yang dihasilkan dapat berupa gedung, jalan, jembatan maupun bendungan. Sumber daya yang digunakan dalam proyek konstruksi mencakup material, manusia, serta alat-alat bantu pekerjaan. Proses proyek konstruksi diawali dari perencanaan, pelaksanaan, dan diakhiri dengan serah terima. Pelaksanaan proyek konstruksi dikatakan berhasil jika dapat memenuhi biaya, mutu, dan waktu yang telah direncanakan sebelumnya. Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu dilakukan pengelolaan yang baik dalam pelaksanaan proyek, salah satunya adalah pengelolaan material. Pengelolaan material dimaksudkan agar dalam pelaksanaan pekerjaan, penggunaan material menjadi efisien dan efektif sehingga tidak terjadi masalah akibat tidak tersedianya material pada saat dibutuhkan. Oleh karena itu perlu direncanakan pengadaan material
konstruksi
dengan
cermat.
Perencanaan
kebutuhan
material
membutuhkan informasi-informasi yang dapat menunjang kegiatan proyek agar keterkaitan penyediaan dan penggunaan material terhadap suatu pekerjaan dapat
5
6
berjalan dengan lancar dan keterlambatan jadwal pemesanan yang dapat menyebabkan bertambahnya biaya pada proyek sebisa mungkin tidak terjadi.
2.2 Material dalam Proyek Konstruksi Material merupakan salah satu aspek penting dalam proyek konstruksi. Menurut Ervianto (2004), material mempunyai persentase cukup besar yaitu 5070% dari total biaya proyek. Hal tersebut menunjukkan bahwa material konstruksi memerlukan pengelolaan yang baik agar material yang dibutuhkan dapat diperoleh sesuai kuantitas, kualitas dan waktu yang tepat. Pengelolaan yang baik dapat mengurangi terjadinya sisa material yang berlebih, keterlambatan kedatangan material, keterlambatan penyelesaian proyek serta membengkaknya biaya akhir proyek. Material (bahan) konstruksi meliputi semua bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan pada suatu proses konstruksi (Ibrahim, 2007). Semakin kompleks suatu proyek, material yang dibutuhkan akan semakin banyak dan beraneka ragam. Material konstruksi tidak hanya berupa material utama yang akan menjadi bagian tetap dari suatu bangunan tetapi juga termasuk bahan-bahan pendukung lainnya yang tidak menjadi bagian tetap bangunan. Menurut Ervianto (2004), material (bahan) konstruksi dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
7
1.
Bahan permanen Bahan permanen adalah bahan yang dibutuhkan oleh kontraktor untuk
membentuk bangunan dan sifatnya melekat tetap sebagai elemen bangunan. Jenis bahan ini akan dijelaskan lebih rinci dalam dokumen kontrak (gambar kerja dan spesifikasi). Rincian bahan permanen mencakup antara lain spesifikasi untuk bahan yang digunakan, kwantitas bahan yang diperlukan, dan uji coba yang harus dilakukan terhadap setiap bahan yang diperlukan sebelum bahan diterima. Bahan permanen yang membentuk bangunan konstruksi ada yang diproduksi di lokasi proyek maupun diproduksi di luar proyek seperti pabrik. Contoh untuk material yang diproduksi dalam pabrik adalah beton pracetak. Penggunaan beton pracetak dapat memberi beberapa keuntungan diantaranya peningkatan kualitas bahan, menghemat biaya konstruksi bangunan dan lebih ramah lingkungan. Masalah yang perlu diperhatikan dalam kaitannya terhadap material yang dibuat tidak di lokasi proyek adalah waktu tunggu pemesanan. Pada pemesanan beton pracetak terdapat waktu tunggu produksi dan waktu pengiriman yang perlu diperhitungkan dengan cermat sehingga pelaksanaan proyek tidak terganggu akibat keterlambatan material. Selain itu pembuatan beton pracetak yang dilakukan di luar lokasi proyek seperti pabrik menyebabkan tambahan dalam biaya transportasi. 2.
Bahan sementara Bahan sementara adalah bahan yang dibutuhkan oleh kontraktor dalam
membangun proyek, tetapi tidak akan menjadi bagian dari bangunan (disingkirkan) setelah digunakan. Jenis bahan ini tidak dicantumkan dalam
8
dokumen kontrak, sehingga kontraktor bebas menentukan sendiri bahan yang dibutuhkan beserta pemasoknya. Dalam kontrak, kontraktor tidak akan mendapatkan bayaran secara eksplisit untuk jenis bahan ini. Sehingga, pelaksana harus memasukkan biaya bahan ini ke dalam biaya pelaksanaan berbagai pekerjaan yang termasuk dalam kontrak. Perancah yang digunakan untuk pengerjaan bangunan gedung merupakan salah satu contoh bahan sementara. Penggunaan bahan sementara untuk suatu proyek tergantung dari metode pengerjaan yang digunakan. Seperti pada proyek jalan tol Bali yang dibuat di atas perairan, pada pengerjaan tiang pancang dilakukan pengurugan terlebih dahulu untuk mempermudah pemasangan. Material yang digunakan untuk mengurug tersebut termasuk dalam bahan sementara karena tidak tercantum di dalam dokumen kontrak. Pengurugan bisa saja tidak dilakukan melainkan digantikan dengan menggunakan ponton pancang, akan tetapi biaya yang dikeluarkan akan menjadi lebih mahal.
2.3 Manajemen Material Manajemen
material
dapat
didefinisikan
sebagai
suatu
pendekatan
organisasional untuk menyelesaikan permasalahan material yang memerlukan kombinasi kemampuan manajerial dan teknis (Ervianto, 2004). Menurut Ervianto (2004), dalam manajemen material terdapat beberapa proses yang dilewati yaitu : 1.
Pemilihan Bahan Pemilihan bahan dalam suatu proyek sangat ditentukan oleh rincian yang tertera dalam gambar kerja dan spesifikasi. Bahan atau barang yang akan
9
dipilih untuk dibeli tidak boleh menyimpang dari persyaratan yang ada, kecuali jika memang ada perubahan dan telah mendapat persetujuan bersama 2.
Pemilihan Pemasok Bahan Pemilihan pemasok bahan bagi kontraktor pada umumnya berdasarkan harga terendah, namun demikian faktor lain yang patut dan perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan adalah : keandalan pemasok, ukuran pemasok, layanan purna jual yang ditawarkan pemasok, syarat pembayaran yang diminta oleh pemasok, kualitas bahan yang dipasok, dan kemampuan pemasok untuk menyediakan bahan dalam keadaan tidak terjadwal.
3.
Pembelian Bahan Kontraktor sebagai pelaksana suatu proyek seringkali terlibat dalam sejumlah proyek dengan lokasi yang berbeda-beda. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pembelian bahan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu basis terpusat dan basis lokal. Keuntungan basis terpusat antara lain pengendalian lebih baik terutama dalam hal menghalangi praktik-praktik tidak wajar, harga bahan lebih murah apabila pembelian dilakukan dalam jumlah besar, dan keahlian dapat terbina bagi pihak yang bertanggungjawab atas pembelian. Sedangkan keuntungan basis lokal adalah pengaturan khusus dapat dibuat secara lokal, dan mengembangkan perdagangan masyarakat lokal.
4.
Pengiriman Bahan Pada saat menerima permintaan pembelian, petugas bagian pengiriman mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk menjamin bahwa bahan yang benar dapat dikirim pada tempat yang tepat dalam waktu yang diminta.
10
5.
Penerimaan Bahan Bahan-bahan yang dipasok pada kontraktor harus diperiksa pada saat diserahkan (Hal ini biasanya dilakukan oleh petugas gudang). Sebelum bahan dibongkar petugas gudang harus memeriksa bahwa bahan-bahan yang diserahkan benar-benar dipesan yang merupakan bagian dari proyek.
6.
Penyimpanan Bahan Tujuan akhir material konstruksi semenjak dipesan ada yang langsung menuju site/ lokasi proyek dan ada juga yang menuju gudang penyimpanan. Material yang langsung dikirim ke site dapat berupa pasir, kerikil dan batu kali serta material yang tidak memerlukan ruang yang luas untuk penempatannya. Bila pada lokasi proyek tidak terdapat ruang yang cukup, material akan disimpan dalam gudang penyimpanan. Penyimpanan bahan juga dilakukan terhadap bahan yang dipesan dalam jumlah banyak tetapi belum dibutuhkan dalam proses konstruksi, serta material yang rentan terhadap cuaca maupun yang mudah mengalami kerusakan seperti semen dan keramik. Gudang penyimpanan ada yang bertempat di lokasi proyek maupun di luar proyek. Petugas gudang bertanggung jawab menjaga penyimpanan semua bahan-bahan antara waktu diserahkan kepada pihak proyek sampai dengan bahan dikeluarkan dari gudang untuk digunakan dalam proyek. Aspek utama manajemen bahan adalah aspek keamanan fisik dan selalu siap (availibility). Pemeriksaan secara periodik terhadap bahan-bahan yang disimpan harus diadakan untuk memperkuat catatan petugas gudang dan
11
tindakan yang tepat dilakukan bila jumlah bahan yang disimpan tidak sesuai dengan catatan. 7.
Pengeluaran Bahan Kebutuhan bahan untuk keperluan pembangunan proyek pertama-tama harus didapat dari gudang. Untuk melakukan hal tersebut, bagi yang memerlukan bahan pertama kali harus melengkapi berita acara yang dikeluarkan bagian gudang. Berita acara ini berisi informasi sehubungan dengan jumlah dan jenis bahan yang diambil, maksud penggunaan bahan, dan lain sebagainya.
2.4 Permasalahan dalam Manajemen Material Permasalahan dalam manajemen material secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu material yang tidak tersedia pada saat dibutuhkan dan material yang tiba terlalu dini (Burgess and White, 1979; Kaming et al., 1997; Nugraha et al., 1985; O’Brien, 1984; O’Brien et al., 1971 dalam Ekaputra, 2001). Masalah material yang tidak tersedia pada saat dibutuhkan dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain : 1.
Dari aspek aktivitas, hal-hal yang dapat menyebabkan material tidak tersedia saat dibutuhkan adalah : - Aktivitas yang dimajukan pelaksanaannya - Aktivitas yang terlalu cepat selesai, hal ini bisa disebabkan oleh produktivitas pekerja yang tinggi atau karena kesalahan estimasi.
12
2.
Dari aspek engineer. Penundaan persetujuan terhadap gambar kerja/ contoh material yang terlalu lama dapat mengurangi waktu pengadaan sehingga material tidak dapat dikirim pada waktunya.
3.
Dari aspek Pemasok, yaitu : - Material dikembalikan karena kualitasnya tidak memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. - Terjadi penundaan pada pengiriman karena kesulitan transportasi. - Terjadi hambatan pada proses pabrikasi yang menyebabkan produksi macet/ tersendat. - Ada unsur kesengajaan dari pemasok untuk menahan material sampai kontraktor melunasi pembayaran pesanan terdahulu.
4.
Dari aspek teknis kontraktor, antara lain : - Kurangnya koordinasi dan komunikasi antara divisi-divisi yang terkait dengan proses pengadaan material. - Material mengalami kerusakan atau hilang karena proses penanganan dan penyimpanan yang kurang baik. - Kualitas staf pengadaan material yang kurang baik - Jumlah staf yang kurang sehingga kontrol terhadap penyalur kurang diperhatikan.
5.
Dari aspek non teknis, antara lain: - Terjadi kecelakaan saat pengiriman material - Terjadi pemogokan buruh atau angkutan
13
- Masalah cuaca - Terjadi bencana alam - Pengadaan material diatur oleh pemilik proyek sehingga kontraktor tidak dapat menekan penyalur karena perjanjian pembelian dilakukan oleh pemilik proyek sendiri.
Pengaruh dari tidak tersedianya material pada saat dibutuhkan dapat berupa peningkatan biaya proyek dan mundurnya jadwal aktivitas proyek, terutama jika terjadi pada aktivitas yang berada pada jalur kritis. Peningkatan biaya yang terjadi diantaranya adalah biaya ongkos pekerja, karena walaupun menganggur, pekerja tersebut tetap harus dibayar. Mundurnya jadwal aktivitas proyek dapat memberikan resiko terkena pinalti oleh pihak owner. Untuk itu pengendalian material memegang peranan penting dalam mengatasi permasalahan tersebut. Permasalahan berikutnya adalah material yang tiba terlalu dini. Hal ini dapat disebabkan antara lain : a.
Dari aspek aktivitas, yaitu : - Aktivitas yang dimundurkan waktu pelaksanaannya - Aktivitas yang terlalu lambat diselesaikan, hal ini bisa disebabkan oleh kesalahan estimasi waktu pekerjaan atau karena produktivitas yang rendah.
b.
Dari aspek penyalur, yaitu: - Penyalur ingin cepat mendapatkan uangnya sehingga terpacu untuk mempercepat produksi. - Penyalur memiliki stock material dalam jumlah besar
14
c.
Dari aspek teknis kontraktor, antara lain : - Material tersebut termasuk material kunci dengan waktu pengadaan yang panjang sehingga kontraktor memutuskan untuk mendatangkannya jauhjauh hari. Hal ini merupakan langkah antisipasi jika sampai terjadi kesalahan maka masih ada waktu untuk memperbaikinya. - Lokasi proyek yang terpencil membuat biaya pengadaan material menjadi mahal sehingga untuk menghemat biaya transportasi beberapa material dikirim sekaligus walaupun masih belum dibutuhkan di proyek. - Areal kerja yang luas memungkinkan untuk membuat tempat penyimpanan bagi material-material yang diperlukan untuk proyek. - Staf yang belum berpengalaman dalam membuat estimasi waktu proyek dan waktu pengadaan. - Kurangnya koordinasi dan komunikasi antar divisi-divisi yang terkait dengan proses pengadaan.
d.
Dari aspek non teknis, yaitu: - Adanya pengaruh dari penyalur yang memberi potongan harga yang besar untuk pembelian material dalam jumlah besar. - Adanya kelangkaan material sehingga diperkirakan material akan sulit diperoleh pada saat dibutuhkan. - Adanya fluktuasi harga dimana ada kecenderungan prosentase kenaikan harganya melebihi prosentase pengembalian pinjaman bank. - Pengadaan material diatur oleh pemilik proyek dan tidak dikoordinasikan dengan kontraktor mengenai waktu pengadaannya.
15
Kedatangan material yang terlalu dini secara sepintas memang tidak menimbulkan dampak langsung yang nyata pada proyek akan tetapi sebenarnya hal tersebut dapat menimbulkan beberapa masalah yang perlu dipertimbangkan lebih lanjut. Masalah pertama adalah masalah penyimpanan material. Bila areal proyek tidak cukup luas maka akan sulit menghadapi volume material yang didatangkan dalam jumlah besar. Untuk itu perlu biaya tambahan untuk membuat areal penyimpanan baru untuk menghindari masalah seperti kerusakan material akibat cuaca dan kehilangan material akibat dicuri. Masalah berikutnya adalah masalah
pengaturan
dana
proyek.
Mendatangkan
material
terlalu
dini
menyebabkaan perusahaan membayar lebih cepat dari seharusnya sehingga uang perusahaan akan terikat pada material tersebut tanpa dapat mendatangkan laba, kecuali dapat ditaksir dengan perhitungan bahwa akan ada kenaikan harga-harga material dan prosentase kenaikan harganya melebihi prosentase pengembalian pinjaman bank.
2.5 Rantai Pasok (Supply Chain) dalam Proyek Konstruksi Menurut Djokopranoto dan Indrajit (2009), rantai pasok adalah suatu sistem tempat
organisasi
menyalurkan
barang
produksi
dan
jasanya
kepada
pelanggannya. Demikian juga dengan Lambert et al (1998) menyatakan rantai pasok adalah barisan perusahaan yang menyalurkan barang dan jasa menuju pasar. Tidak jauh berbeda dengan yang dijelaskan Chopra dan Meindl (2001), bahwa rantai pasok terdiri dari semua pihak yang terlibat, baik langsung maupun tidak langsung
16
dalam pemenuhan permintaan konsumen. Sedangkan pengertian yang lebih dalam mengenai rantai pasok disampaikan Ganeshan dan Harrison (1995), yaitu rantai pasok merupakan suatu jaringan dari pilihan fasilitas dan distribusi yang menunjukkan fungsinya dalam pembelian material, transformasi material tersebut menjadi barang setengah jadi maupun barang jadi, dan pendistribusian barang yang sudah jadi tersebut kepada pelanggan. Dalam dunia proyek konstruksi, rantai pasok dapat diartikan sebagai suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan hubungan dari organisasi-organisasi atau perusahaan-perusahaan dalam kaitannya terhadap perubahan suatu material dasar, barang atau jasa menjadi sebuah barang jadi berupa bangunan konstruksi seperti gedung, jalan, jembatan dan lainnya bagi pelanggan. Contoh rantai pasok pada proyek konstruksi dapat dilihat pada Gambar 2.1. Pada Gambar 2.1 dapat dijelaskan bahwa dalam rantai pasok proyek konstruksi diawali dari adanya aliran informasi yang bersumber dari lokasi proyek tentang kebutuhan akan suatu material. Informasi tersebut kemudian disalurkan kepada pihak yang bertanggung jawab terhadap material seperti logistik. Logistik akan memeriksa keadaan stock material yang biasanya disimpan di gudang penyimpanan. Bila tidak ada stock tersisa dari material yang dibutuhkan tersebut atau material yang dibutuhkan tersebut memang tidak ada dalam data gudang, maka dilakukan pesanan kepada pemasok. Jika sudah diputuskan pemasok yang tepat dan kesepakatan akan harga maupun kuantitas tercapai, selanjutnya tinggal menunggu kedatangan material tersebut. Panjang pendeknya waktu menunggu material salah satunya dapat dipengaruhi oleh ketersediaan stock pada pemasok.
17
Component Manufacturerr OEM Manufacturerr
Component Manufacturerr
Supply House
Keterangan : = Inventory (persediaan) = Distribusi = Aliran informasi = Lokasi proyek
= pemasok bahan mentah = Aliran material = Supply house/ gudang penyimpanan = Component manufacturer atau OEM (Original Equipment) manufacturer
Gambar 2.1 Contoh rantai pasok pada konstruksi (Sumber : Taylor and Bjornsson, 1999)
Bila stock mencukupi, material akan langsung dapat didstribusikan. Tetapi bila stock habis, pemasok akan mendatangkan material tersebut dari pemasok lain yang biasanya sudah menjalin kerjasama yang baik satu sama lain, seperti misalnya memesan ke pemasok yang ada di luar daerah. Terdapat pula hubungan lain yaitu dari pemasok barang jadi atau Original Equipment Manufacturer ke pemasok barang setengah jadi atau Component Manufacturer hingga ke pemasok bahan mentah. Umumnya hubungan ini terjadi bila pemasok utama yang dipesan tersebut adalah pemasok yang melakukan pabrikasi sendiri, misalnya pemasok beton pra cetak. Aliran material akan mengalir sedemikian rupa dari pemasok
18
menuju gudang penyimpanan dan selanjutnya tiba di lokasi proyek. Demikianlah siklus rantai pasok pada proyek konstruksi secara umum. Konsep rantai pasok merupakan konsep baru dalam melihat persoalan logistik. Konsep lama melihat logistik lebih sebagai persoalan internal masingmasing perusahaan dalam mengelola material dan pemecahannya dititikberatkan pada pemecahan secara internal di masing-masing perusahaan. Dalam konsep baru, masalah logistik dilihat sebagai masalah yang lebih luas yang terbentang sejak dari bahan dasar sampai barang jadi yang dipakai oleh konsumen akhir, yang merupakan mata rantai penyediaan barang. Tabel 2.1 menunjukan perbedaan antara pengadaaan secara tradisional dengan supply chain
Tabel 2.1. Perbedaan karakteristik antara pengadaan secara tradisional dengan supply chain. Elemen Pengelolaan inventory
Pendekatan biaya keseluruhan Jangka waktu Pembagian dan monitoring sejumlah informasi Koordinasi pada semua tingkat saluran Perencanaan bersama Kesesuaian dengan kebijakan perusahaan Luas lingkup supplier
Manajement logistik tradisional Dilakukan oleh bagian logistik perusahaan Meminimalkan biaya perusahaan Jangka pendek Dibatasi oleh kebutuhan transaksi sesaat Kontak tunggal untuk transaksi antara pasangan saluran Berdasarkan transaksi Tidak relevan Lingkup lebar, untuk meningkatkan persaingan dan antisipasi terhadap resiko
Supply Chain Management Dilakukan secara bersamasama pada semua rantai pengadaan Efisiensi pada seluruh rantai pengadaan Jangka panjang Sesuai kebutuhkan proses perencanaan dan monitoring Multi kontak diantara tingkatan pada perusahaan dan saluran rantai pengadaan Berkelanjutan Kesesuaian sedikitnya pada kunci hubungan baik Lingkup sempit, untuk meningkatkan koordinasi
19
Elemen Kepemimpinan saluran
Manajement logistik tradisional Tidak diperlukan
Pembagian resiko dan penghargaan
Pada perusahaan sendiri
Kecepatan operasi, informasi dan tingkatan inventory
Berorientasi pada pergudangan (penyimpan, stok pengaman)
Supply Chain Management Diperlukan untuk fokus pada koordinasi Resiko dan penghargaan dibagi dalam rentang waktu jangka panjang Berorientasi pada pusat distribusi (kecepatan inventory) yang saling terhubung, respon segera pada masing-masing saluran
Sumber : Cooper dan Ellram, 1993
2.6 Waktu Tunggu Material Konstruksi Menurut Prawirosentono (2000), waktu menunggu pesanan adalah waktu antara atau tenggang waktu sejak pesanan dilakukan sampai dengan saat pesanan tersebut masuk ke gudang. Waktu tunggu ini tidak selamanya konstan. Cenderung bervariasi, tergantung jumlah yang dipesan dan waktu pemesanan. Dalam praktek secara nyata tujuan material sejak dilakukan order tidak selalu gudang penyimpanan. Material dapat langsung dikirim ke lokasi proyek tanpa melalui gudang bila memang dibutuhkan segera dan tersedia ruang penempatan yang cukup untuk material tersebut. Oleh karena itu waktu yang dibutuhkan material sejak dipesan hingga material tiba di site proyek juga disebut waktu tunggu pesanan. Waktu tunggu material dalam proyek konstruksi tidaklah konstan namun cenderung berubah-ubah. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi waktu tunggu material konstruksi yaitu (Ekaputra, 2001) :
20
a.
Proses produksi material pada pemasok Dalam proyek konstruksi, terdapat material yang membutuhkan proses pabrikasi terlebih dahulu sebelum dapat didatangkan. Salah satu material tersebut adalah beton pracetak. dimana bila terjadi hambatan pada proses produksi maka akan menyebabkan waktu tunggu material bertambah lama.
b.
Kurangnya stock material pada pemasok Bila jumlah pesanan melebihi jumlah stock material yang tersedia pada pemasok maka kedatangan material akan lebih lama karena menunggu pemenuhan material yang kurang tersebut.
c.
Ketersediaan alat angkut transportasi material Alat angkut dibutuhkan untuk mendistribusikan material menuju lokasi proyek. Jumlah alat angkut yang memadai sangat penting untuk dapat melayani pengiriman material terutama jika pesanan yang diperoleh banyak dan lokasinya saling berjauhan.
d.
Kelancaran pembayaran oleh kontraktor Kelancaran pembayaran dapat menjadi penyebab tertundanya kedatangan material. Bila kontraktor belum melakukan pembayaran meskipun material telah tiba untuk waktu yang lama maka menyebabkan kekhawatiran terhadap pemasok. Untuk menekan kontraktor, pemasok sering kali sengaja menahan material sampai kontraktor melunasi pembayaran pesanan terdahulu.
e.
Jenis material yang dipesan Material yang digunakan dalam proyek konstruksi adalah beraneka ragam contohnya keramik, pasir, semen, cat, besi tulangan, dan kayu. Material yang
21
umum terdapat di pasaran seperti pasir akan lebih mudah didatangkan dan tidak memerlukan waktu yang lama. Sedangkan material yang langka di pasaran akan memerlukan waktu yang lebih lama untuk mendatangkannya. f.
Spesifikasi Material Material konstruksi juga memiliki spesifikasi yang bermacam-macam. Misalnya besi tulangan memiliki beberapa ukuran diantaranya diameter 10 mm, 16 mm, dan 32 mm. Keramik memiliki lebih banyak spesifikasi mulai dari yang ukuran kecil hingga besar serta pilihan motif yang beraneka warna. Dalam pelaksanaan proyek, spesifikasi material yang digunakan dapat mempengaruhi waktu tunggu karena jika material tersebut sulit dicari maka menyebabkan waktu tunggu pengadaan menjadi relatif lebih lama.
g.
Ketersediaan ruang untuk penempatan/ penyimpanan material konstruksi Dalam mendatangkan material konstruksi harus memperhatikan ketersediaan ruang. Jika ruang penempatan kecil atau sempit maka jumlah material yang dapat didatangkan juga sedikit, sehingga bila suatu proyek membutuhkan jumlah material yang banyak, proses pengadaan akan terhambat karena dibatasi oleh kapasitas ruang penempatan material yang sedikit.
h.
Kurangnya koordinasi dan komunikasi antara divisi-divisi yang terkait dengan proses pengadaan material Terdapat beberapa divisi yang memiliki keterkaitan dalam pengadaan material yaitu divisi bidang teknik dan administrasi kontrak, bidang logistik, dan bidang pelaksanaan. Bidang teknik dan administrasi berperan dalam melakukan pemeriksaan mutu bahan yang digunakan, membuat program
22
penyesuaian mutu dan waktu agar hasil pelaksanaan memenuhi persyaratan. Bagian logistik berperan dalam membuat jadwal pengadaan material, melakukan survey dan memberi informasi kepada kepala proyek tentang sumber dan harga material, melakukan pembelian material yang telah diputuskan, melaksanakan administrasi pemesanan dan pengiriman, serta membuat administrasi pergudangan tentang penerimaan, penyimpanan dan pemakaian bahan. Bidang pelaksanaan berperan dalam menjaga dan mengusahakan daya guna hasil dan pemakaian bahan. Koordinasi dan komunikasi yang baik antara divisi-divisi tersebut akan melancarkan proses pengadaan material konstruksi. i.
Kualitas staf pengadaan Kualitas staf pengadaan dapat mempengaruhi proses pengadaan material. Jika kualitas staf kurang memadai, akan berakibat banyaknya terjadi kesalahankesalahan sepertid kesalahan dalam membaca mutu material sehingga material yang datang tidak seusai pesanan.
j.
Jumlah staf yang kurang sehingga kontrol terhadap pemasok kurang diperhatikan. Dalam proyek skala besar yang membutuhkan banyak jenis material, perlu dilakukan kontrol terhadap pemasok. Kontrol tersebut berkaitan dengan ketepatan waktu pengiriman yang dilakukan pemasok.
k.
Kecelakaan pada saat pengiriman material Kecelakan dapat terjadi karena kondisi jalan yang kurang baik atau akibat kondisi kendaraan angkut material yang sudah tidak laik jalan.
23
l.
Cuaca buruk Cuaca buruk seperti badai dapat menjadi salah satu penyebab keterlambatan material terutama bila alat angkut yang digunakan adalah kapal laut.
m. Bencana alam Tanah longsor merupakan salah satu bencana alam yang dapat mengganggu distribusi material. Hal ini sering terjadi pada jalan-jalan yang melewati medan perbukitan. n.
Pemogokan buruh Pemogokan dapat disebabkan karena adanya tuntutan pemenuhan kebutuhan para pekerja seperti kenaikan gaji. Hal ini dapat menyebabkan terhambatnya produksi material-material yang memerlukan tenaga buruh.
o.
Pengadaan material yang diatur oleh pemilik proyek Dalam proyek dengan sistem swakelola, pihak owner memiliki kewenangan penuh dalam penentuan material yang digunakan. Pengadaan material bisa terlambat bila harus menunggu persetujuan owner terhadap sampel material yang digunakan sehingga akan memperlambat pelaksanaan pekerjaan.
p.
Kenaikan Harga Material Fluktuasi harga material dapat dipengaruhi salah satunya oleh kondisi ekonomi negara. Kenaikan harga material yang tinggi akan membuat pihak kontraktor menunda pengadaan material. Penundaan bertujuan untuk melakukan penyesuaian harga, sehingga dapat dihindari kerugian akibat selisih harga yang besar.
24
2.7 Wewenang dan Tanggung Jawab Personel Proyek Pada suatu proyek konstruksi terdapat pembagian wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda terhadap personel proyek yang terlibat. Seorang manajer proyek bertanggung jawab terhadap keseluruhan pelaksanaan proyek dan memiliki wewenang paling tinggi dalam struktur organisasi pelaksanaan. Sedangkan seorang logistik memiliki tanggung jawab terhadap material dari proyek yang dikerjakan. Wewenang dan tanggung jawab personel lain dalam suatu proyek konstruksi dapat dilihat pada Tabel 2.2. Pada Tabel 2.2 dapat dilihat diagram linier tanggung jawab atau LRC (Linier Responsibility Chart). LRC adalah suatu alat/ informasi yang berfungsi sebagai alat komunikasi bagi personel proyek dalam menjalankan tugasnya, menampilkan tingkatan organisasi, hierarki personel dan tanggung jawabnya serta hubungan antar staf serta pimpinan (Husen, 2011). Diagram ini mempermudah pembuatan deskripsi pekerjaan pada masingmasing hierarki organisasi proyek secara lebih detail.
Tabel 2.2 Linier Responsibility Chart dalam suatu proyek
Kegiatan Menetapkan sasaran & tujuan proyek Menetapkan kebijakan proyek Perencanaan proyek Pengawasan & pengendalian proyek Pembayaran proyek Struktur organisasi pelaksanaan
Pemilik proyek A
Hierarki Organisasi Proyek Konsultan Konsultan Manajer perencana pengawas proyek e e f
Site manajer f
A
e
e
f
f
E H
a h
e a
f j
f j
A H
c h
b c
i a
j f
25
Administrasi pelaksanaan Anggaran pelaksanaan Pengawasan & pengendalian pelaksanaan Pelaksanaan proyek Material
Kegiatan Menetapkan sasaran & tujuan proyek Menetapkan kebijakan proyek Perencanaan proyek Pengawasan & pengendalian proyek Pembayaran proyek Struktur organisasi pelaksanaan Administrasi pelaksanaan Anggaran pelaksanaan Pengawasan & pengendalian pelaksanaan Pelaksanaan proyek Material
D
d
c
h
i
D D
d d
d e
a a
f g
D D
d d
g c
a i
f h
Hierarki Organisasi Proyek Site engineer Pelaksana Logistik Administrasi/ Keuangan F f f j F
f
f
j
F J
f j
f j
j j
J F
j f
j f
j f
I
i
i
a
F G
f g
f g
j g
F H
f h
f a
j j
Keterangan wewenang dan tanggung jawab: a. b. c. d.
Tanggung jawab penuh Memberi pengesahan Memberi persetujuan/ rekomendasi Mengetahui e. Memberi konsultasi
Sumber : Husen, 2011
f. g. h. i. j.
Melaksanakan Mengawasi Mendapat laporan Membuat laporan Terlibat membantu
26
2.8 Teknik Sampling Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang dapat digunakan. Secara skematis, macam-macam teknik sampling ditunjukkan pada Gambar 2.2 (Sugiyono, 2010). Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu probability sampling dan nonprobability sampling. Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Sedangkan nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/ kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2010). Teknik sampling yang digunakan penelitian ini adalah purposive sampling dari kelompok nonprobability Sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010). Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan. Teknik ini cocok digunakan untuk penelitian kualitatif, atau penelitian yang tidak melakukan generalisasi.
27
Teknik Sampling
Probability sampling
Non probability sampling
1. Simple random sampling
1. Sampling sistematis
2. Proportionate stratified
2. Sampling kuota
random sampling 3. Disproportionate stratified random sampling 4. Area (cluster) sampling
3. Sampling insidental 4. Purposive sampling 5. Sampling jenuh 6. Snowball sampling
(sampling menurut daerah)
Gambar 2.2 Macam-macam Teknik Sampling (Sumber : Sugiyono, 2010)
2.9 Uji Validitas dan Reliabilitas Suatu alat ukur yang digunakan mengumpulkan data penelitian harus memenuhi syarat lolos uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas bertujuan untuk mengetahui valid atau tidaknya suatu alat ukur. Valid menunjukkan derajat ketepatan, yaitu ketepatan alat ukur dalam mengukur apa yang ingin diukur. Suatu kuesioner dikatakan valid bila pertanyaan yang tercantum dalam kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner. Sedangkan Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen yang dalam hal ini kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh responden yang sama akan menghasilkan data yang konsisten bila jawaban seseorang terhadap pertanyaan dalam kuesioner tidak berubah walaupun menjawabnya kembali di waktu yang lain, maka kuesioner tersebut dapat dikatakan reliabel.
28
2.9.1 Uji Validitas Uji validitas dapat dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi pearson product moment. Pengujian dengan teknik korelasi tersebut dilakukan dengan cara mengukur korelasi antara item/ variabel dengan skor total variabel. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: rxy =
(2-1)
keterangan : rxy
= koefisien korelasi Pearson Product Moment atau nilai validitas
N
= jumlah responden
∑xiyi
= jumlah perkalian skor butir dan skor variabel
∑xi2
= jumlah skor butir pertanyaan kuadrat
∑yi2
= jumlah skor variabel kuadrat
∑xi
= jumlah skor butir pertanyaan
∑yi
= jumlah skor variabel Setelah dihitung menggunakan rumus tersebut, untuk menentukan valid
tidaknya suatu item maka digunakan kriteria penilaian sebagai berikut (Priyatno, 2010) : -
Jika rhitung > rtabel maka instrumen atau item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid)
-
Jika rhitung < rtabel maka instrumen atau item pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid)
29
Nilai rtabel
adalah tergantung dari jumlah sampel/ responden (N). Nilai
tersebut dapat dilihat pada tabel 2.3. Dalam penentuan layak atau tidaknya suatu item yang akan digunakan, biasanya dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikan 0,05 atau 5%, artinya suatu item dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap skor total.
Tabel 2.3 Nilai-nilai r Product Momen pada Taraf Signifikan 5% N
r
N
3 0,997 27 4 0,950 28 5 0,878 29 6 0,811 30 7 0,754 31 8 0,707 32 9 0,666 33 10 0,632 34 11 0,602 35 12 0,576 36 13 0,553 37 14 0,532 38 15 0,514 39 16 0,497 40 17 0,482 41 18 0,468 42 19 0,456 43 20 0,444 44 21 0,433 45 22 0,423 46 23 0,413 47 24 0,404 48 25 0,396 49 26 0,388 50 Sumber : Sugiyono, 2010
r 0,381 0,374 0,367 0,361 0,355 0,349 0,344 0,339 0,334 0,329 0,325 0,320 0,316 0,312 0,308 0,304 0,301 0,297 0,294 0,291 0,288 0,284 0,281 0,279
N 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 125 150 175 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
r 0,266 0,254 0,244 0,235 0,227 0,220 0,213 0,207 0,202 0,195 0,176 0,159 0,148 0,138 0,113 0,098 0,088 0,080 0,074 0,070 0,065 0,062
30
Ketentuan nilai r adalah tidak lebih dari (-1 ≤ r ≤ +1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. Sedangkan arti harga r diinterpretasikan seperti dalam Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Interpretasi Koefisisen Korelasi Nilai r Interpretasi Koefisien
Tingkat Hubungan
0,80 – 1,000
Sangat Kuat
0,60 – 0,799
Kuat
0,40 – 0,599
Cukup Kuat
0,20 – 0,399
Rendah
0,00 – 0,199
Sangat Rendah
Sumber : Riduwan, 2007
2.9.2 Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah keandalan/ konsistensi alat ukur tersebut dalam mengukur apa yang hendak diukur, artinya kapanpun alat ukur itu digunakan akan memberikan hasil yang sama. Sehingga reliabilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan bentuk-bentuk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuesioner. Uji reliabilitas dapat dilakukan secara bersamasama terhadap seluruh butir pertanyaan.
31
Pengukuran reliabilitas bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut (Suryabrata, 2006): 1.
Metode uji ulang (test-retest method). Pada metode ini instrumen yang mengandung pertanyaan yang sama diberikan kepada sekelompok subjek dua kali, dengan selang waktu tertentu (misalnya dua minggu atau tiga minggu). Lalu skor pada perekaman data yang yang pertama dan skor pada perekaman data yang kedua itu dikorelasikan. Angka korelasi itulah yang merupakan koefisien reliabilitas.
2.
Metode bentuk paralel (parallel-form method). Pada metode ini disusun dua perangkat instrumen yang paralel (kembar), misalnya perangkat A dan perangkat B. Kedua perangkat instrumen itu diberikan kepada satu kelompok subjek dalam waktu berturutan, atau dengan selang waktu sedikit. Skor pada perangkat A dikorelasikan dengan skor pada perangkat B. koefisien korelasi itulah yang merupakan koefisien reliabilitas.
3.
Metode pengujian satu kali (single trial method). Dalam metode ini seperangkat instrumen diberikan kepada sekelompok subjek satu kali, lalu dengan cara tertentu diestimasi reliabilitas instrumen tersebut.
Metode uji-ulang dan metode bentuk paralel mengandung keterbatasan atau kesulitan, oleh karena itu di dalam praktek jarang peneliti menggunakan kedua metode tersebut. Para peneliti umumnya memilih menggunakan metode pengujian satu kali (Suryabrata, 2006). Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan
32
cara single trial method dengan menggunakan skala likert. Sedangkan metode penilaian yang digunakan adalah Alpha Cronbach, yaitu (Arikunto, 2006):
r11 =
(2-2)
keterangan : r11
= nilai reliabilitas
Si
= jumlah varians skor tiap item
St
= jumlah varians
k
= jumlah item Metode Alpha Cronbach diukur berdasarkan skala Alpha Cronbach 0 sampai
1. Jika skala itu dikelompokkan kedalam lima kelas dengan ring yang sama, maka ukuran kemantapan alpha dapat diinterpretasikan sebagai berikut (Triton, 2005): 1.
Nilai alpha Cronbach 0,00 s.d. 0,20, berarti kurang reliabel
2.
Nilai alpha Cronbach 0,21 s.d. 0,40, berarti agak reliabel
3.
Nilai alpha Cronbach 0,42 s.d. 0,60 berarti cukup reliabel
4.
Nilai alpha Cronbach 0,61 s.d. 0,80 berarti reliabel
5.
Nilai alpha Cronbach 0,81 s.d. 1,00, berarti sangat reliabel Pada penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan metode Alpha Cronbach
untuk menentukan apakah setiap instrumen reliabel atau tidak. Software SPSS digunakan untuk membantu perhitungan agar lebih cepat dan akurat.
33
2.10
Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner merupakan
daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang yang diberi tersebut bersedia memberikan respons sesuai dengan permintaan pengguna. Orang yang diharap memberi respons ini disebut responden. Menurut cara menyusun pertanyaan, kuesioner dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup (Sukandarrumidi, 2006). a.
Kuesioner terbuka Kuesioner terbuka adalah suatu kuesioner dimana pertanyaan-pertanyaan
yang dituliskan tidak disediakan jawaban pilihan sehingga responden dapat bebas/ terbuka luas untuk menjawabnya sesuai dengan pendapat/ pandangan dan pengetahuannya. Kuesioner terbuka digunakan apabila peneliti belum dapat memperkirakan atau menduga kemungkinan alternatif jawaban yang ada pada responden. b.
Kuesioner tertutup Kuesioner tertutup adalah suatu kuesioner dimana pertanyaan-pertanyaan
yang dituliskan telah disediakan jawaban pilihan, sehingga responden tinggal memilih salah satu dari jawaban yang telah disediakan. Kuesioner tertutup sering digunakan dan cukup populer dalam suatu penelitian survei karena memberikan keseragaman jawaban sehingga data yang diperoleh lebih mudah diolah daripada bentuk kuesioner terbuka (Morissan, 2012). Perlu diperhatikan bahwa kuesioner disamping bertujuan untuk menampung data sesuai dengan kebutuhan, juga merupakan suatu kertas kerja yang harus
34
ditatalaksanakan dengan baik. Ada beberapa kelengkapan dari sebuah kuesioner, yaitu (Morissan, 2012): 1.
Adanya subyek yaitu individu atau lembaga yang melakukan penelitian dan tujuan dilakukannya survei.
2.
Adanya ajakan, yaitu permohonan dari peneliti kepada responden untuk turut serta mengisi secara aktif dan obyektif dari pertanyaan maupun pernyataan yang tersedia.
3.
Ada petunjuk pengisian kuesioner, dan petunjuk yang tersedia harus mudah dimengerti.
4.
Adanya pertanyaan maupun pernyataan beserta tempat jawaban, baik secara tertutup ataupun terbuka. Selain itu isian untuk indentitas dari responden juga harus disediakan.
2.11
Skala Pengukuran Pada Instrumen Penelitian Skala pengukuran yang digunakan pada instrumen penelitian adalah skala
Likert. Skala Likert merupakan salah satu skala yang paling banyak digunakan pada penelititan sosial (Morissan, 2012). Penyusunan skala likert dalam kuesioner mengindikasikan tingkat kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap masing-masing pernyataan yang ada pada kuesioner. Dalam skala Likert terdapat dua bentuk pernyataan yaitu pernyataan positif yang berfungsi untuk mengukur sikap positif, dan pernyataan negatif yang berfungsi untuk mengukur sikap negatif objek sikap. Pada penelitian ini menggunakan bentuk pernyataan positif dimana skor pernyataan positif dimulai dari 1 untuk Sangat Rendah (SR), 2 untuk Rendah (R),
35
3 untuk Sedang (S), 4 untuk Tinggi (T), dan 5 untuk Sangat Tinggi (ST). Skor pernyataan negative dimulai dari 1 untuk Sangat Tinggi (ST), 2 untuk Tinggi (T), 3 untuk Sedang (S), 4 untuk Rendah (R), dan 5 untuk Sangat Rendah (SR).
2.12 Analisis Faktor Analisis faktor merupakan salah satu teknik analisis statistik Multivariate yang bertujuan untuk mereduksi data. Proses analisis faktor digunakan untuk menemukan hubungan antara variabel yang saling independen yang kemudian dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, sehingga bisa terbentuk satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal. (Santoso, 2010). Tahapan dalam Analisis Faktor dapat dilihat dalam urutan sebagai berikut (Santoso, 2010) : 1.
Memilih variabel yang layak untuk analisis faktor Tahap pertama pada analisis faktor adalah menilai variabel mana yang
dianggap layak untuk dimasukkan dalam analisis selanjutnya. Pengujian dilakukan dengan memasukkan semua variabel yang ada, kemudian variabelvariabel tersebut dikenakan sejumlah pengujian. Jika sebuah variabel mempunyai kecenderungan mengelompok dan membentuk kelompok faktor, maka variabel tersebut akan mempunyai korelasi yang cukup tinggi dengan variabel lain. Beberapa pengukuran yang dapat dilakukan antara lain dengan memperhatikan nilai KMO dan nilai MSA.
36
a.
Nilai KMO (Kaiser-Meyer-Olkin) Untuk menguji kesesuaian analisis faktor maka digunakan nilai KMO. Nilai tersebut harus lebih besar dari 0,50 dengan signifikan < 0,05 memberikan indikasi bahwa korelasi diantara pasangan-pasangan variabel dapat dijelaskan oleh variabel lainnya sehingga analisis faktor layak digunakan. Nilai KMO yang lebih kecil dari 0,5 memberikan indikasi bahwa korelasi diantara pasangan-pasangan variabel tidak dapat dijelaskan oleh variabel lainnya sehingga faktor tidak layak digunakan. Variabel-variabel yang sudah diketahui dan juga data-data yang didapat dari responden dan selanjutnya dimasukkan ke dalam menu SPSS. Karena analisis faktor berupaya untuk mengelompokkan sejumlah variabel maka seharusnya ada korelasi yang cukup kuat diantara masing-masing variabel, jika variabel berkorelasi lemah dengan variabel lainnya, maka variabel tersebut akan dikeluarkan dari analisis faktor. Alat ukur seperti nilai MSA (Meassures of Sampling Adequency) dapat digunakan untuk persyaratan ini, yaitu nilai MSA dari masing-masing variabel harus lebih besar dari 0,5.
b.
Nilai MSA (Meassures of Sampling Adequency) Tujuan pegukuran MSA adalah untuk menentukan apakah proses pengambilan sampel telah memadai atau tidak. Nilai MSA berkisar 0 sampai 1 dengan kriteria (Santoso, 2010): (1) MSA = 1, variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel lain. (2) MSA > 0,5 , variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut.
37
(3) MSA < 0,5 , variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lebih lanjut atau dikeluarkan dari variabel lainnya. 2.
Susun ekstrasi variabel Setelah sejumlah variabel terpilih, maka dilakukan ekstraksi variabel menjadi
beberapa kelompok faktor, dengan menggunakan metode PCA (Principal Component Analysis). Penentuan terbentuknya jumlah kelompok faktor dilakukan dengan melihat nilai eigen yang menyatakan kepentingan relatif masing-masing faktor dalam menghitung varian dari variabel-variabel yang dianalisis. Nilai eigen (eigen value) dibawah 1 tidak dapat digunakan dalam menghitung jumlah faktor yang terbentuk (Santoso, 2010). Setiap kelompok faktor memiliki nilai percent of variance yaitu kemampuan untuk menjelaskan keragaman total yang berbeda-beda. Kelompok faktor pertama memiliki kemampuan menjelaskan yang lebih tinggi dari pada kelompok faktor kedua. Kelompok faktor kedua memiliki kemampuan menjelaskan lebih tinggi dari pada kelompok faktor ketiga dan seterusnya. Atau dengan kata lain, faktorfaktor yang diekstrasi sedemikian rupa, menerangkan bahwa faktor pertama menyumbang terbesar terhadap seluruh varian dari seluruh variabel asli (paling dominan), faktor kedua menyumbang terbesar kedua, faktor ketiga menyumbang terbesar ketiga dan begitu seterusnya. 3.
Rotasi Kelompok Faktor Setelah diketahui jumlah kelompok faktor yang terbentuk, maka tabel matriks
komponen akan menunjukkan distribusi variabel-variabel pada sejumlah kelompok faktor yang terbentuk. Angka-angka pada kelompok faktor tersebut
38
disebut loading factor yang menunjukkan korelasi antara variabel dan kelompok faktor. Suatu variabel akan masuk kesuatu kelompok faktor berdasarkan loading factor terbesar yang dimiliki yang dapat dilihat pada matriks komponen (Component Matrix) yang dihasilkan. Tetapi pada beberapa kasus, faktor loading yang
dihasilkan
pada
matriks
komponen
masih
kurang
jelas
dalam
menggambarkan perbedaan diantara kelompok faktor yang ada. Sehingga untuk memperjelas maka dilakukan proses rotasi, yang menghasilkan matriks komponen rotasi (Rotated Component Matrix). 4.
Menamakan Kelompok Faktor Setelah terbentuk kelompok faktor, maka proses dilanjutkan dengan
memberikan nama terhadap kelompok faktor tersebut. Tidak ada aturan khusus dalam penamaan ini, hanya saja penamaan dari suatu kelompok faktor hendaknya mencerminkan variabel-variabel yang tergabung/ terbentuk di dalamnya.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian Model pendekatan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang akan disebarkan ke masingmasing responden sehingga diperoleh hasil berupa tanggapan atas permasalahan yang diangkat dalam penelitian.
3.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini diadakan di Kabupaten Badung. Lokasi ini dipilih karena Kabupaten Badung merupakan salah satu wilayah di Bali yang banyak terdapat proyek konstruksi skala besar.
3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yaitu berupa data primer. Data primer dalam penelitian ini berupa tanggapan responden atas hasil jawaban kuesioner yang diperoleh langsung dari hasil survei. Survei dilakukan dengan menyebarkan kuesioner pada proyek-proyek konstruksi gedung di Kabupaten Badung dengan nilai proyek minimal 10 miliar.
39
40
3.4 Teknik Sampling dan Jumlah Sampel Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Berdasarkan pertimbangan bahwa semakin besar nilai proyek maka jumlah dan jenis material yang digunakan juga semakin banyak. Selain itu pengelolaan material juga semakin kompleks sehingga permasalahan material akan lebih banyak dijumpai pada proyek-proyek berskala besar. Proyek yang ditinjau dalam penelitian ini adalah yang memiliki nilai minimal 10 miliar rupiah. Responden penelitian adalah para ekspert yang bekerja pada proyek yang ditinjau. Definisi ekspert adalah responden yang mengetahui tentang pengadaan material pada proyek dan memiliki pengalaman kerja lebih dari 5 tahun. Menurut Sugiyono (2010), ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500. Sedangkan menurut Santoso (2010), jumlah sampel yang ideal untuk analisis faktor adalah 50 sampai 100 sampel. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 50 sampel. Sampel tersebut merupakan para responden yang bekerja pada proyek-proyek konstruksi gedung di Kabupaten Badung.
3.5 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner tertutup yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberikan tanda centang pada kolom atau tempat yang sesuai. Skala pengukuran yang digunakan pada instrumen penelitian adalah skala Likert. Skor pernyataan yang digunakan
41
adalah mulai dari 1 sampai dengan 5, dimana 1 untuk Sangat Rendah (SR), 2 untuk Rendah (R), 3 untuk Sedang (S), 4 untuk Tinggi (T), dan 5 untuk Sangat Tinggi
3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data Mulai
Identifikasi Masalah
Studi Literatur dan Brainstorming Desain Kuesioner
Uji Validitas dan Reliabilitas
Tidak Kuesioner Valid dan Reliabel ya Penyebaran Kuesioner
Analisis Data Hasil Penyebaran kuesioner Menggunakan Analisis Faktor dengan bantuan SPSS
Kesimpulan dan Saran Selesai
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
42
Pada Gambar 3.1 dapat dilihat diagram alir penelitian secara umum mulai dari identifikasi masalah, studi literatur, penyusunan instrumen penelitian, pengumpulan data, hingga didapatkan kesimpulan akhir hasil dari analisis data menggunakan analisis faktor. Untuk menyelesaikan penelitian ini diperlukan beberapa tahapan yaitu : 1.
Menyusun faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu material konstruksi gedung. Hal ini diwujudkan dengan metode brainstorming terhadap pihak-pihak yang
berkompeten dalam masalah tersebut. Selain melalui brainstorming, data juga diperoleh dari studi literatur dan pengalaman peneliti. Sumber literatur yang digunakan dalam menyusun faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu adalah sumber pada subbab 2.3.. Akan tetapi tidak semua faktor pada literatur digunakan sebagai variabel dalam penelitian. Beberapa faktor tersebut tidak digunakan karena dari hasil brainstorming terhadap para ekspert, faktor tersebut tidak termasuk faktor yang mempengaruhi waktu tunggu. Selain itu terdapat pula faktor-faktor baru yang ditambahkan yang merupakan hasil dari melakukan brainstorming. Faktor-faktor tersebut antara lain : - Akses menuju proyek - Relasi antara kontraktor dan pemasok - Jenis alat angkut yang digunakan dalam proses pengiriman material - Jumlah material yang dipesan - Demand (permintaan) pasar terhadap material - Jarak antara lokasi proyek dengan pemasok
43
- Kondisi topografi yang ekstrim - Sistem pengadaan yang digunakan - Kepadatan lalu lintas - Kenaikan Harga BBM (Bahan Bakar Minyak) Untuk selengkapnya, faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu pengadaan material konstruksi No Faktor Sumber 1
Proses produksi material pada pemasok
2
Kurangnya stock material pada pemasok
3
Ketersediaan alat angkut transportasi material
4
Kelancaran pembayaran oleh kontraktor
5 6
Jenis material yang dipesan
7
Ketersediaan ruang untuk penempatan/ penyimpanan material konstruksi Kurangnya koordinasi dan komunikasi antara divisi-divisi yang terkait dengan proses pengadaan material
Burgess and White,
9
Kualitas staf pengadaan
O’Brien et al., 1971
10
Jumlah staf yang kurang sehingga kontrol terhadap pemasok kurang diperhatikan
dalam Ekaputra, 2001
11
Kecelakaan pada saat pengiriman material
12
Cuaca buruk
13
Bencana alam
14
Pemogokan buruh Pengadaan material yang diatur oleh pemilik proyek Kenaikan Harga Material
8
15 16
Spesifikasi Material 1979; Kaming et al., 1997; Nugraha et al., 1985; O’Brien, 1984;
44
No
2.
Faktor
17
Akses menuju proyek
18
Relasi antara kontraktor dan pemasok
19
Jenis alat angkut yang digunakan dalam proses pengiriman material
20
Jumlah material yang dipesan
21
Demand (permintaan) pasar terhadap material
22
Jarak antara lokasi proyek dengan pemasok
23
Kondisi topografi yang ekstrim
24
Sistem pengadaan yang digunakan
25
Kepadatan lalu lintas
26
Kenaikan Harga BBM (Bahan Bakar Minyak)
Sumber
Brainstorming
Penyusunan Kuesioner Penelitian. Berdasarkan hasil brainstorming tersebut kemudian digunakan untuk
menyusun pernyataan-pernyataan yang akan dituangkan ke dalam kuesioner. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberikan tanda centang pada kolom atau tempat yang sesuai. Kuesioner penelitian ini menggunakan skala likert dalam pengukurannya, yaitu skala 1 sampai dengan 5. Dimana : 1= Sangat Rendah; 2= Rendah; 3 = Sedang ; 4 = Tinggi; 5 = Sangat Tinggi. 3.
Uji validitas dan reliabilitas kuesioner penelitian. Sebelum kuesioner disebarkan kepada para responden, terlebih dahulu
dilakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner. Sampel yang digunakan untuk
45
uji validitas dan reliabilitas adalah 30 responden. Untuk membantu perhitungan uji validitas dan reliabilitas digunakan program SPSS. Uji validitas pada analisis menggunakan SPSS dilakukan dengan teknik korelasi pearson product moment. Nilai korelasi (r) yang dihasilkan dari analisis SPSS kemudian dibandingkan dengan r tabel dengan ketentuan : a. Butir pertanyaan dikatakan valid jika r hitung bernilai positif dan lebih besar dari nilai r tabel. b. Bila r hitung sebuah butir pertanyaan bernilai negatif dan/ atau bernilai lebih kecil dari r tabel, maka butir pertanyaan tersebut dikatakan tidak valid, sehingga butir pertanyaan tersebut harus diperbaiki dan proses validasi diulang kembali. Jika butir-butir pertanyaan sudah valid semua, dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu pengujian reliabilitas seperti yang terdapat pada Gambar 3.2. Pada penelitian ini, reliabilitas (keandalan) kuesioner akan diukur dengan single trial method, dengan bantuan program SPSS. Analisis SPSS dilakukan dengan menggunakan koefisien reliabilitas Cronbach’s Alpha yang menunjukkan nilai konsistensi internal dari kuesioner pada survei yag dilakukan, yaitu menunjukkan bagaimana kecenderungan jawaban responden keseluruhan terhadap pertanyaan yang diberikan. Nilai alpha berkisar antara 0 dan 1. Nilai Alpha yang mendekati 1 menunjukkan keandalan yang makin tinggi dari alat ukur yang digunakan dalam penelitian.
46
Kuesioner jadi
Penyebaran Kuesioner
Pengumpulan kuesioner
Tabulasi data kuesioner
Input data pada SPSS
Uji Validitas
Ya Apakah r hitung < r tabel
Maka variabel tersebut diperbaiki
Tidak
Uji Reliabilitas
Tidak
Apakah nilai Alpha > 0,6 Ya Kuesioner reliabel
Gambar 3.2 Diagram Alir Uji Validitas dan Reliabilitas Pada SPSS
47
4.
Pengumpulan Data Penelitian. Setelah kuesioner valid dan reliabel, langkah selanjutnya adalah penyebaran
kuesioner kepada responden. Total responden yang digunakan adalah 50 orang responden. 5.
Analisis Data Data yang telah terkumpul kemudian diolah sesuai tujuan penelitian. Analisis
data yang digunakan adalah analisis faktor. merupakan salah satu teknik analisis statistik Multivariate yang bertujuan untuk mereduksi data. Proses analisis faktor digunakan untuk menemukan hubungan antara variabel yang saling independen yang kemudian dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, sehingga bisa terbentuk satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal. Output dari perhitungan analisis faktor dalam penelitian ini adalah faktor-faktor dominan yang mempengaruhi waktu tunggu material konstruksi gedung di Kabupaten Badung. Program SPSS digunakan untuk membantu dalam perhitungan ini. Tahapan-tahapan analisis faktor selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 3.3.
48
Kuesioner Valid dan Reliabel
Pemilihan Variabel yang layak untuk Analisis Faktor
Nilai KMO > 0,5 dan Apakah nilai MSA setiap variabel > 0,5?
Tidak Variabel yang memiliki nilai MSA terkecil yang di bawah 0,5, dibuang
Ya Variabel layak untuk analisa faktor
Ekstraksi Variabel / Pembentukan kelompok Faktor
Identifikasi jumlah kelompok faktor yang terbentuk dengan melihat nilai eigen value > 1
Rotasi Kelompok Faktor
Menamakan Kelompok Faktor
Gambar 3.3 Diagram Alir Analisis Faktor Pada SPSS
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Identifikasi Faktor Langkah awal dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu pengadaan material konstruksi pada proyek gedung di Kabupaten Badung. Penyusunan faktor-faktor tersebut adalah berdasarkan literatur, brainstorming dan pengembangan dari peneliti. Hasil indentifikasi faktor yang disajikan pada tabel 3.1 disajikan kembali pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu pengadaan material konstruksi pada proyek gedung di Kabupaten Badung No
Faktor
1
Relasi antara kontraktor dan pemasok
2
Proses produksi material pada pemasok
3
Kurangnya stock material pada pemasok
4
Ketersediaan alat angkut transportasi material
5
Jenis alat angkut yang digunakan dalam proses pengiriman material
6
Kelancaran pembayaran oleh kontraktor
7
Jumlah material yang dipesan
8
Demand (permintaan) pasar terhadap material
9
Jenis material yang dipesan
10
Spesifikasi Material
49
50
No
Faktor
11
Jarak antara lokasi proyek dengan pemasok
12
Akses menuju proyek
13
Kondisi topografi yang ekstrim
14
Ketersediaan ruang untuk penempatan/ penyimpanan material konstruksi Kurangnya koordinasi dan komunikasi antara divisi-divisi yang terkait dengan proses pengadaan material Kualitas staf pengadaan
15 16 17 18
Jumlah staf yang kurang sehingga kontrol terhadap pemasok kurang diperhatikan Sistem pengadaan yang digunakan
19
Kecelakaan pada saat pengiriman material
20
Kepadatan lalu lintas
21
Cuaca buruk
22
Bencana alam
23
Kenaikan Harga BBM (Bahan Bakar Minyak)
24
Pemogokan buruh
25
Pengadaan material yang diatur oleh pemilik proyek
26
Kenaikan Harga Material
Hasil identifikasi faktor tersebut di atas digunakan untuk menyusun pernyataan-pernyataan pada kuesioner penelitian. Sebelum disebarkan, uji validitas dan reliabilitas perlu dilakukan untuk mengetahui apakah kuesioner yang digunakan valid dan reliabel.
51
4.2
Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
4.2.1 Uji Validitas Uji validitas dilakukan dengan membandingkan korelasi antara variabel/ item dengan skor total variabel. Sampel yang digunakan untuk uji validitas adalah 30 sampel responden dengan taraf signifikansi 5 persen. Kriteria pengujian adalah, jika Rhitung ≥ Rtabel maka instrumen atau item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid), jika Rhitung ≤ Rtabel maka instrumen atau item pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid). Hasil uji validitas disajikan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas No
Pernyataan/ Variabel
Rhitung
Rtabel
Keterangan
1
Relasi antara kontraktor dan pemasok (X1)
0,706
0,361
Valid
2
Proses produksi material pada pemasok (X2)
0,768
0,361
Valid
3
Kurangnya stock material pada pemasok (X3)
0,690
0,361
Valid
4
Ketersediaan alat angkut transportasi 0,775 material(X4) Jenis alat angkut yang digunakan dalam 0,807 proses pengiriman material (X5)
0,361
Valid
0,361
Valid
5 6
Kelancaran pembayaran oleh kontraktor (X6)
0,600
0,361
Valid
7
Jumlah material yang dipesan (X7)
0,790
0,361
Valid
8
0,361
Valid
9
Demand (permintaan) pasar terhadap material 0,633 (X8) Jenis material yang dipesan (X9) 0,613
0,361
Valid
10
Spesifikasi Material (X10)
0,727
0,361
Valid
11
Jarak antara lokasi proyek dengan pemasok 0,528 (X11)
0,361
Valid
52
No
Pernyataan/ Variabel
Rhitung
Rtabel
Keterangan
12
Akses menuju proyek (X12)
0,567
0,361
Valid
13
Kondisi topografi yang ekstrim (X13)
0,486
0,361
Valid
14
Ketersediaan
penempatan/ 0,610
0,361
Valid
0,361
Valid
ruang
untuk
penyimpanan material konstruksi (X14) 15
Kurangnya koordinasi dan komunikasi antara 0,600 divisi-divisi yang terkait dengan proses pengadaan material (X15)
16
Kualitas staf pengadaan (X16)
0,648
0,361
Valid
17
Jumlah staf yang kurang sehingga kontrol 0,611
0,361
Valid
terhadap pemasok kurang diperhatikan (X17) 18
Sistem pengadaan yang digunakan (X18)
0,740
0,361
Valid
19
Kecelakaan pada saat pengiriman material 0,567
0,361
Valid
(X19) 20
Kepadatan lalu lintas (X20)
0,483
0,361
Valid
21
Cuaca buruk (X21)
0,448
0,361
Valid
22
Bencana alam (X22)
0,434
0,361
Valid
23
Kenaikan Harga BBM (Bahan Bakar Minyak) 0,600
0,361
Valid
(X23) 24
Pemogokan buruh (X24)
0,534
0,361
Valid
25
Pengadaan material yang diatur oleh pemilik 0,636
0,361
Valid
0,361
Valid
proyek (X25) 26
Kenaikan Harga Material (X26)
0,807
Pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 26 variabel yang diteliti menghasilkan korelasi yang terkecil sebesar 0,434 dan korelasi terbesar adalah
53
0,807 sedangkan Rtabel adalah sebesar 0,361. Hal ini berarti seluruh faktor mempunyai nilai Rhitung lebih besar dari Rtabel sehingga kuesioner yang dirancang sudah valid dan dapat dilakukan analisis selanjutnya.
4.2.2 Uji Reliabilitas Uji reliabilitas adalah mengukur keandalan suatu instrumen. Pada penelitian ini digunakan koefisien Alpha Cronbach yang menyatakan bahwa nilai suatu instrumen dikatakan reliabel apabila nilai Alpha Cronbach ≥ 0,6. Dari hasil perhitungan yang dapat dilihat pada Lampiran 1, didapatkan koefisien Alpha Cronbach adalah sebesar 0,936, yang berarti lebih besar dari 0,6. Hal ini menunjukkan bahwa alat ukur dalam penelitian ini reliabel atau dapat memberikan hasil yang konsisten apabila dilakukan pengukuran kembali terhadap subyek yang sama.
4.3 Karakteristik Responden Penyebaran kuesioner pada penelitian ini ditujukan ke proyek-proyek gedung yang memiliki nilai proyek diatas sepuluh miliar rupiah yang terdapat di Kabupaten Badung. Responden penelitian adalah para ekspert yang bekerja di masing-masing proyek tersebut. Definisi ekspert pada penelitian ini adalah responden yang memiliki pengalaman bekerja lebih dari 5 tahun. Jumlah proyek yang disurvei dapat dilihat pada Tabel. 4.3 dan jumlah responden yang dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel. 4.4.
54
Tabel 4.3 Proyek konstruksi sebagai obyek penelitian No 1 2
Nama Proyek Jambu Luwuk Hotel and Resort The Himana Condotel
Alamat
Nilai Proyek (Rp)
Kontraktor
Jl. Peti Tenget Seminyak Badung
53.000.000.000,00
PT. Wahyu Di Graha
Jl. Raya Uluwatu 2
46.718.000.000,00
PT. Jaya Kusuma Sarana Bali
3
Crystal On The Bay
Jl. By Pass Ngurah Rai
± 20.000.000.000,00
PT. Pulau Intan
4
Hotel Aston Unggasan
Jl. Raya Uluwatu
± 100.000.000.000,00
PT. Tujuh Mulia Tunggal
5
Grandmas Benoa
6
The Village Mall
7
Hotel Kempinski
8
Hotel Tijili
10
Alamanda Office Kedonganan Hotel Citadines
Jl. Pratama Nusa Dua Jl. Kayu Jati, Oberoi Seminyak Jl. Raya Nusa Dua Selatan Lot 4, Sawangan jl. Drupadi Seminyak Kuta Bali Jl. By Pass Ngurah Rai jl. Pantai Kuta
11
Hotel Mercure legian
jl. Legian Kuta
89.000.000.000,00
12
F Love Hotel
jl. Legian Kuta
± 20.000.000.000,00
PT. Sungai Berkat Persada
13
Trans Resort Hotel Bali
jl. Sunset Road
200.000.000.000,00
PT. Tata Mulia Nusantara Indah
14
Ritz Carlton Hotel
800.000.000.000,00
PT. Tata Mulia Nusantara Indah
15
Hotel Horison
± 20.000.000.000,00
PT. Jaya Kusuma Sarana Bali
16
Tamansari Jineng Condotel
Jl. Sunset Road
130.000.000.000,00
PT. Wika Realty
17
Hotel Harris Benoa
Jl. Pratama no. 62 Tanjung Benoa
90.000.000.000,00
PT. Pulau Intan
9
Jl. Raya Nusa Dua Selatan Lot 3, Sawangan Jl. By Pass Ngurah Rai, Nusa Dua
10.018.074.000,00
PT. Cahaya Nusantara Bali
± 50.000.000.000,00
PT. Kristef Mega Sejahtera
± 180.000.000.000,00
PT. Nusa Konstruksi Engineering Tbk.
38.950.000.000,00
PT. Pulau Intan
19.000.000.000,00
PT. Tunas Jaya
± 50.000.000.000,00
PT. Glenindo Citra Mandiri PT. Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk.
Sumber : Hasil survei
Dari Tabel 4.4 dapat dilihat total jumlah responden yang digunakan adalah 50 responden diantaranya 17 responden adalah logistik, 9 responden adalah pelaksana, 9 responden adalah site enginer, 9 responden adalah site manajer, dan 6 responden adalah manajer proyek.
55
Tabel 4.4 Karakteristik Responden N o
Nama Proyek
Logis tik
Pelaks ana
Site enginer
Site manajer
PM
Jml Respo nden
1 2
Jambu Luwuk Hotel and Resort The Himana Condotel
1
1
-
1
-
3
1
1
1
1
1
5
3
Crystal On The Bay
1
1
-
-
-
2
4 5
Hotel Aston Unggasan Grandmas Benoa
1
2
-
-
-
3
1
-
1
1
-
3
6
The Village Mall
1
-
-
-
-
1
7
Hotel Kempinski
1
-
-
-
-
1
8
Hotel Tijili
1
-
-
-
1
2
9
1
-
-
1
-
2
10
Alamanda Office Kedonganan Hotel Citadines
1
1
-
-
-
2
11
Hotel Mercure legian
1
-
1
-
1
3
12
F Love Hotel
1
-
1
1
-
3
13
Trans Resort Hotel Bali Ritz Carlton Hotel
1
-
-
1
1
3
1
2
2
2
1
8
1
1
1
4
14 15 16
Hotel Horison Tamansari Jineng Condotel
1 1
1
17
Hotel Harris Benoa
1
1
1
Total Sumber : Hasil survei
17
9
9
9
2 3 6
50
4.4 Analisis Faktor Untuk Penentuan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Waktu Tunggu Pengadaan Material Konstruksi Untuk menjawab permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, maka digunakan analisis faktor. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
56
1.
Menilai variabel yang layak Dari tahapan sebelumnya telah teridentifikasi variabel-variabel penelitian
sebanyak 26 variabel. Pengujian dengan alat uji KMO and Bartlett’s test of sphericity dan Anti-Image Matrices dilakukan terhadap variabel-variabel tersebut untuk menilai apakah layak dilakukan analisis selanjutnya. Dengan menggunakan hasil pengolahan data melalui SPSS versi 17 dapat diidentifikasikan variabel-variabel yang mempunyai korelasi yang cukup tinggi dengan variabel lain. Hal ini dapat dilihat dari nilai besaran Bartlett’s Test of Sphericity adalah dengan Significance yang lebih kecil dari 0,05, nilai KaiserMeyer-Olkin (KMO) > 0,5 dan uji Measures of Sampling Adequancy (MSA) dengan nilai > 0,5 . Hasil analisis yang diperoleh adalah sebagai berikut : a.
Nilai Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) adalah sebesar 0,674 sudah memenuhi syaratnya yaitu > 0,5 dan nilai Bartlett’s Test of Sphericity adalah Significance sebesar 0,000. Ini menunjukkan korelasi diantara pasanganpasangan variabel dapat dijelaskan oleh variabel lainnya sehingga analisis faktor layak digunakan. Hasil pengolahan SPSS dapat dilihat pada Tabel. 4.5.
Tabel. 4.5 Nilai KMO dan Bartlett’s Test pada analisis faktor KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square
.674 889.771
Df
325
Sig.
.000
57
b.
Nilai Measures of Sampling Adequancy (MSA) Nilai MSA dari variabel dapat dilihat dari angka korelasi yang bertanda
a
pada tabel Anti-Image Matrices (Lampiran 2a – 2d). Hasil analisa menunjukkan bahwa dari 26 variabel, hanya variabel X22 yang memilik nilai MSA < 0,5. Untuk itu perlu dilakukan uji faktor kembali tanpa mengikutsertakan variabel X22. Setelah dilakukan uji faktor yang ke dua kalinya, diperoleh nilai yang baru yaitu KMO sebesar 0,738 dan Bartlett’s Test of Sphericity adalah Significance sebesar 0,000 (disajikan pada Lampiran 3a). Sedangkan nilai MSA untuk semua variabel telah memenuhi persyaratan yaitu MSA > 0,5 artinya variabel bisa diprediksi. Nilai MSA masing-masing variabel dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Nilai MSA masing-masing variabel MSA No
Variabel
1
Relasi antara kontraktor dan pemasok (X1)
Uji faktor pertama 0,756
2
Proses produksi material pada pemasok (X2)
0,711
0,783
3
Kurangnya stock material pada pemasok (X3)
0,558
0,696
4
Ketersediaan alat angkut transportasi 0,819 material(X4) Jenis alat angkut yang digunakan dalam 0,623 proses pengiriman material (X5)
0,796
5
Uji faktor kedua 0,804
0,730
6
Kelancaran pembayaran oleh kontraktor (X6)
0,659
0,776
7
Jumlah material yang dipesan (X7)
0,706
0,710
58
MSA No 8
Variabel
Uji faktor pertama Demand (permintaan) pasar terhadap material 0,712
Uji faktor kedua 0,681
(X8) 9
Jenis material yang dipesan (X9)
0,620
0,599
10
Spesifikasi Material (X10)
0,785
0,796
11
Jarak antara lokasi proyek dengan pemasok 0,750
0,787
(X11) 12
Akses menuju proyek (X12)
0,676
0,736
13
Kondisi topografi yang ekstrim (X13)
0,629
0,758
14
Ketersediaan
penempatan/ 0,627
0,663
ruang
untuk
penyimpanan material konstruksi (X14) 15
Kurangnya koordinasi dan komunikasi antara 0,696
0,711
divisi-divisi yang terkait dengan proses pengadaan material (X15) 16
Kualitas staf pengadaan (X16)
0,613
0,671
17
Jumlah staf yang kurang sehingga kontrol 0,541
0,733
terhadap pemasok kurang diperhatikan (X17) 18
Sistem pengadaan yang digunakan (X18)
0,737
0,771
19
Kecelakaan pada saat pengiriman material 0,730
0,749
(X19) 20
Kepadatan lalu lintas (X20)
0,614
0,712
21
Cuaca buruk (X21)
0,577
0,790
22
Bencana alam (X22)
0,457
-
23
Kenaikan Harga BBM (Bahan Bakar Minyak) 0,761
0,731
(X23) 24
Pemogokan buruh (X24)
0,712
0,625
59
MSA No 25
Variabel
Uji faktor pertama Pengadaan material yang diatur oleh pemilik 0,700
Uji faktor kedua 0,729
proyek (X25) 26
Kenaikan Harga Material (X26)
0,768
0,813
Pada Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa semua variabel yaitu sebanyak 25 variabel telah memenuhi persyaratan nilai MSA sehingga analisis faktor dapat dilanjutkan.
2.
Susun ekstraksi variabel untuk menentukan jumlah faktor Jumlah faktor ditentukan dari nilai eigenvalue. Semakin besar eigenvalue
sebuah faktor, dapat menunjukkan semakin representatifnya dalam mewakili sejumlah variabel. Suatu faktor dapat dikatakan representatif dalam mewakili sejumlah variabel yang membentuknya bila memiliki eigenvalue lebih besar atau sama dengan 1.
Tabel 4.7 Hasil ekstraksi variabel untuk penentuan jumlah faktor Faktor
Eigenvalue
Percent of
Commulative of
1
8.991
Variance 35.962
variance 35.962
2
2.564
10.255
46.217
3
2.186
8.744
54.961
4
1.661
6.645
61.606
5
1.246
4.984
66.589
6
1.211
4.845
71.434
7
1.010
4.041
75.475
60
Dengan menggunakan metode Principal Component Analysis (PCA) diperoleh 7 faktor yang mempengaruhi waktu tunggu pengadaan material konstruksi pada proyek-proyek gedung di Kabupaten Badung. Ketujuh faktor yang terbentuk tersebut dapat menjelaskan semua varian (keragaman) yang ada dalam data, yaitu sebesar 75,475 persen, ditunjukkan pada Tabel 4.7.
3.
Rotasi Faktor Rotasi faktor adalah penyederhanaan matrik faktor yang memiliki struktur
yang cukup sulit untuk diinterpretasikan. Untuk mempermudah interpretasi faktor, matriks faktor ditransformasikan ke dalam matrik yang lebih sederhana dengan rotasi faktor. Dalam penelitian ini rotasi faktor menggunakan rotasi Varimax, karena akan mempermudah menginterpretasinya. Hasil dari proses rotasi akan memperlihatkan distribusi variabel yang lebih jelas dan nyata. Disini lebih jelas terlihat distribusi kedua puluh lima variabel tersebut pada tujuh faktor yang terbentuk yang ditentukan oleh angka loading factor yang menunjukkan besar korelasi antara suatu variabel dengan faktor 1,2,3,4,5,6 atau faktor 7. Proses penentuan variabel mana akan masuk ke faktor yang mana dilakukan dengan melakukan perbandingan besar korelasi (angka loading factor) pada tiap baris (Lampiran 3g). Suatu variabel menjadi anggota dari suatu faktor jika angka loading factor yang dimilikinya pada faktor tersebut adalah yang tertinggi. Selain itu syarat angka loading factor adalah minimal 0,5, artinya jika angkanya lebih kecil dari 0,5 menunjukkan variabel tersebut tidak bisa
61
dimasukkan ke faktor manapun karena memiliki korelasi yang lemah. Hasil rotasi faktor dengan rotasi varimax disajikan dalam Tabel 4.8. Pada Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa ada 2 variabel yang memiliki loading factor dibawah 0,5 yaitu X5 dan X10. Oleh karena itu variabel tersebut dikeluarkan karena tidak memiliki korelasi (tingkat hubungan) yang cukup kuat terhadap faktor yang terbentuk dan dilakukan analisis faktor ulang. Tabel 4.8 Hasil Rotasi Faktor dengan Rotasi Varimax Loading Faktor
Variabel
1
Proses produksi material pada pemasok (X2)
0,825
2
Relasi antara kontraktor dan pemasok (X1)
0,774
3
Kurangnya
stock
material
Faktor
Eigen Value
No
pada 0,718
pemasok (X3) 4
Ketersediaan alat angkut transportasi
I
8,991
35.962 0,714
material(X4) 5
Akses menuju proyek (X12)
0,707
6
Kondisi topografi yang ekstrim (X13)
0,552
7
Jenis alat angkut yang digunakan dalam proses pengiriman material (X5)
0,447
8
Cuaca buruk (X21)
9
Kenaikan Harga BBM (Bahan Bakar Minyak) (X23) Kecelakaan pada saat pengiriman material (X19) Kenaikan Harga Material (X26)
10 11
Percent of Variance
0,798 0,757 II
2,564
0,709 0,534
10.255
62
No
Variabel
Faktor
12
Jumlah material yang dipesan (X7)
13
Jenis material yang dipesan (X9)
14
Ketersediaan ruang untuk penempatan/ penyimpanan material konstruksi (X14)
15
16
Kelancaran pembayaran kontraktor (X6)
Eigen Value
Loading Faktor
Percent of Variance
0,775 0,756 III
2,186
0,725
8.744
oleh 0,592
Kurangnya koordinasi dan komunikasi antara divisi-divisi yang terkait dengan
0,787
proses pengadaan material (X15) 17
Jumlah staf yang kurang sehingga kontrol
terhadap
pemasok
kurang
IV
1,661
0,697
6.645
diperhatikan (X17) 18
Sistem pengadaan yang digunakan 0,655
(X18) 19
Kualitas staf pengadaan (X16)
20
Demand (permintaan) pasar terhadap material (X8) Pengadaan material yang diatur oleh pemilik proyek (X25) Spesifikasi Material (X10)
21 22 23
0,814 0,643 V
1,246
4.984 0,518 0,464
24
Jarak antara lokasi proyek dengan pemasok (X11) Kepadatan lalu lintas (X20)
VI
25
Pemogokan buruh (X24)
VII
1,211
0,846
4.845
0,777 1,010
0,772
4.041
Kedua variabel tidak sekaligus dikeluarkan akan tetapi hanya satu variabel yang memiliki nilai loading factor terkecil yaitu X5. Setelah dilakukan analisis ulang,
63
diperoleh Nilai KMO yang baru yaitu 0,739 dan Bartlett’s Test of Sphericity adalah Significance sebesar 0,000 (disajikan pada lampiran 4a). Selanjutnya adalah menghitung nilai MSA. Pada Tabel 4.9 dapat dilihat nilai MSA untuk semua variabel (24 variabel) telah memenuhi persyaratan yaitu MSA > 0,5 artinya variabel bisa diprediksi sehingga analisis dapat dilanjutkan.
Tabel 4.9 Nilai MSA hasil uji faktor ke-tiga
No
Variabel
MSA
1
Relasi antara kontraktor dan pemasok (X1)
0,850
2
Proses produksi material pada pemasok (X2)
0,783
3
Kurangnya stock material pada pemasok (X3)
0,776
4
Ketersediaan
0,782
alat
angkut
transportasi
material(X4) 5
Jenis alat angkut yang digunakan dalam
-
proses pengiriman material (X5) 6
Kelancaran pembayaran oleh kontraktor (X6)
0,829
7
Jumlah material yang dipesan (X7)
0,735
8
0,697
9
Demand (permintaan) pasar terhadap material (X8) Jenis material yang dipesan (X9)
10
Spesifikasi Material (X10)
0,776
11
Jarak antara lokasi proyek dengan pemasok (X11)
0,766
12
Akses menuju proyek (X12)
0,737
0,627
64
No
Variabel
MSA
13
Kondisi topografi yang ekstrim (X13)
0,783
14
Ketersediaan
0,666
ruang
untuk
penempatan/
penyimpanan material konstruksi (X14) 15
Kurangnya koordinasi dan komunikasi antara
0,682
divisi-divisi yang terkait dengan proses pengadaan material (X15) 16
Kualitas staf pengadaan (X16)
0,643
17
Jumlah staf yang kurang sehingga kontrol
0,730
terhadap pemasok kurang diperhatikan (X17) 18
Sistem pengadaan yang digunakan (X18)
0,727
19
Kecelakaan pada saat pengiriman material
0,737
(X19) 20
Kepadatan lalu lintas (X20)
0,698
21
Cuaca buruk (X21)
0,775
22
Bencana alam (X22)
-
23
Kenaikan Harga BBM (Bahan Bakar Minyak)
0,744
(X23) 24
Pemogokan buruh (X24)
0,610
25
Pengadaan material yang diatur oleh pemilik
0,699
proyek (X25) 26
Kenaikan Harga Material (X26)
0,796
Tahap berikutnya adalah susun ekstrasi variabel untuk menentukan jumlah faktor yang terbentuk dengan melihat nilai eigenvalue. Semakin besar eigenvalue sebuah faktor, dapat menunjukkan semakin representatifnya dalam mewakili
65
sejumlah variabel. Sebagai syarat agar suatu faktor yang terbentuk dapat digunakan yaitu eigenvalue harus lebih besar atau sama dengan 1. Pada Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa diperoleh 7 faktor yang terbentuk. Ketujuh faktor tersebut dapat menjelaskan semua varian (keragaman) yang ada dalam data, adalah sebesar 76,203 persen.
Tabel 4.10 Hasil ekstrasi variabel uji faktor yang ke-tiga untuk penentuan jumlah faktor Faktor
Eigenvalue
Percent of
Commulative of
1
8.519
Variance 35.495
variance 35.495
2
2.557
10.652
46.148
3
2.150
8.957
55.104
4
1.660
6.917
62.021
5
1.245
5,189
67.210
6
1.157
4.821
72.031
7
1.001
4.171
76.203
Rotasi faktor dengan menggunakan rotasi varimax kembali dilakukan terhadap ke dua puluh empat variabel tersebut. Hasil dari rotasi faktor dapat dilihat pada Tabel 4.11. Dari hasil rotasi faktor kemudian dilakukan interpretasi faktor dengan mengelompokkan variabel berdasarkan angka loading factor. Angka loading factor menunjukkan korelasi suatu variabel terhadap faktor yang terbentuk. Untuk menentukkan variabel mana masuk ke faktor mana, ditentukan dengan membandingkan angka loading factor masing-masing variabel pada masing-masing faktor yang terbentuk yang dapat dilihat pada Lampiran 4g.. Suatu
66
variabel menjadi anggota dari suatu faktor jika angka loading factor yang dimilikinya pada faktor tersebut adalah yang tertinggi. Selain itu syarat angka loading factor adalah minimal 0,5, artinya jika angkanya lebih kecil dari 0,5 menunjukkan variabel tersebut tidak bisa dimasukkan ke faktor manapun karena memiliki korelasi yang lemah. Dalam Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa kedua puluh empat variabel telah memiliki loading factor lebih dari 0,5. Semua variabel tersebut tersebar kedalam 7 kelompok faktor, dengan total varian (keragaman) 76,203%. Hal ini menunjukkan bahwa ketujuh faktor yang terbentuk mampu menjelaskan variabilitas dari seluruh variabel penelitian sebesar 76,203%. Tabel 4.11 Hasil rotasi faktor uji faktor ke-tiga dengan rotasi varimax
Faktor
Eigen Value
Loading Faktor
No
Variabel
1
Proses produksi material pada pemasok (X2)
0,835
2
Relasi antara kontraktor dan pemasok (X1)
0,789
3
Kurangnya stock pemasok (X3)
material
pada
0,714 I
4
8,519
35,495
Ketersediaan alat angkut transportasi 0,697
material(X4) 5
Akses menuju proyek (X12)
0,681
6
Kondisi topografi yang ekstrim (X13)
0,539
7
Cuaca buruk (X21)
0,805
8
Kecelakaan
pada
saat
pengiriman
material (X19) 9
Percent of Variance
Kenaikan Harga BBM (Bahan Bakar Minyak) (X23)
II
2,557
0,701 0,686
10,652
67
No
Variabel
Faktor
10
Jumlah material yang dipesan (X7)
11
Jenis material yang dipesan (X9)
12
Ketersediaan ruang untuk penempatan/ penyimpanan material konstruksi (X14) Kelancaran pembayaran oleh kontraktor (X6)
13
Eigen Value
Percent of Variance
0,763 0,753
14
Kualitas staf pengadaan (X16)
15
Demand (permintaan) pasar terhadap
III
2,150
0,702
8,957
0,594 0,793 0,617
material (X8) 16
Loading Faktor
Pengadaan material yang diatur oleh
IV
1,660
6,917 0,598
pemilik proyek (X25) 17
Spesifikasi Material (X10)
18
Kurangnya koordinasi dan komunikasi
0,511
antara divisi-divisi yang terkait dengan
0,779
proses pengadaan material (X15) 19
Jumlah staf yang kurang sehingga kontrol
terhadap
pemasok
kurang
V
1,245
0,726
5,189
diperhatikan (X17) 20
Sistem pengadaan yang digunakan 0,641
(X18) 21
Pemogokan buruh (X24)
22
Kenaikan Harga Material (X26)
23
Jarak antara lokasi proyek dengan pemasok (X11) Kepadatan lalu lintas (X20)
24
Total Variance
VI
1,157
VII
1,001
0,806 0,585 0,835
4,821
4,171
0,780 76,203
68
Penjelasan masing-masing faktor adalah sebagai berikut : (1) Kelompok Faktor Pertama Faktor ini memiliki eigen value sebesar 8,519 dan memiliki variance sebesar 35,495 persen. Angka eigen value menunjukkan kepentingan relatif dari faktor dalam menghitung varian seluruh variabel yang dianalisis. Sedangkan besaran variance menunjukkan bahwa faktor ini bisa menjelaskan 35,495 persen dari variabilitas seluruh variabel penelitian. Faktor ini dibentuk oleh 6 variabel, yaitu: a) Proses produksi material pada pemasok (X2) dengan loading factor sebesar 0,835 b) Relasi antara kontraktor dan pemasok (X1) dengan loading factor 0,789 c) Kurangnya stock material pada pemasok (X3) dengan loading factor 0,714 d) Ketersediaan alat angkut transportasi material(X4) dengan loading factor 0,697 e) Akses menuju proyek (X12) dengan loading factor 0,681 f) Kondisi topografi yang ekstrim (X13) dengan loading factor 0,539 Dari uraian tersebut, dapat diketahui nilai loading factor variabel-variabel pembentuk berkisar antara 0,539 sampai 0,835 artinya variabel-variabel pembentuk kelompok faktor pertama berkorelasi cukup kuat-sangat kuat. (2) Kelompok Faktor Kedua Faktor ini memiliki eigen value sebesar 2,557 dan memiliki variance sebesar 10,652 persen. Besaran variance menunjukkan bahwa faktor ini bisa
69
menjelaskan 10,652 persen dari variabilitas seluruh variabel penelitian. Faktor ini dibentuk oleh 3 variabel, yaitu: a) Cuaca buruk (X21) dengan loading factor sebesar 0,805 b) Kecelakaan pada saat pengiriman material (X19) dengan loading factor sebesar 0,701 c) Kenaikan Harga BBM (Bahan Bakar Minyak) (X23)
dengan loading
factor 0,686 Dari uraian tersebut, dapat diketahui nilai loading factor variabel-variabel pembentuk berkisar antara 0,686 sampai 0,805 artinya variabel-variabel pembentuk kelompok faktor kedua berkorelasi kuat-sangat kuat. (3) Kelompok Faktor Ketiga Faktor ini memiliki eigen value sebesar 2,150 dan memiliki variance sebesar 8,957 persen. Besaran variance menunjukkan bahwa faktor ini bisa menjelaskan 8,957 persen dari variabilitas seluruh variabel penelitian. Kelompok Faktor ini dibentuk oleh 4 variabel, yaitu: a) Jumlah material yang dipesan (X7) dengan loading factor sebesar 0,763 b) Jenis material yang dipesan (X9) dengan loading factor sebesar 0,753 c) Ketersediaan ruang untuk penempatan/ penyimpanan material konstruksi (X14) dengan loading factor sebesar 0,702 d) Kelancaran pembayaran oleh kontraktor (X6) dengan loading factor sebesar 0,594.
70
Dari uraian tersebut, dapat diketahui nilai loading factor variabel-variabel pembentuk berkisar antara 0,594 sampai 0,763 artinya variabel-variabel pembentuk kelompok faktor ketiga berkorelasi cukup kuat-kuat. (4) Kelompok Faktor Keempat Faktor ini memiliki eigen value sebesar 1,660 dan memiliki variance sebesar 6,917 persen. Besaran variance menunjukkan bahwa faktor ini bisa menjelaskan 6,917 persen dari variabilitas seluruh variabel penelitian. Kelompok faktor ini dibentuk oleh 4 variabel, yaitu: a) Kualitas staf pengadaan (X16) dengan loading factor sebesar 0,793 b) Demand (permintaan) pasar terhadap material (X8) dengan loading factor sebesar 0,617 c) Pengadaan material yang diatur oleh pemilik proyek (X25) dengan loading factor sebesar 0,598 d) Spesifikasi Material (X10) dengan loading factor sebesar 0,511. Dari uraian tersebut, dapat diketahui nilai loading factor variabel-variabel pembentuk berkisar antara 0,511 sampai 0,793 artinya variabel-variabel pembentuk kelompok faktor keempat berkorelasi cukup kuat-kuat. (5) Kelompok Faktor Kelima Faktor ini memiliki eigen value sebesar 1,245 dan memiliki variance sebesar 5,189 persen. Besaran variance menunjukkan bahwa faktor ini bisa menjelaskan 5,189 persen dari variabilitas seluruh variabel penelitian. Faktor ini dibentuk oleh 3 variabel, yaitu:
71
a) Kurangnya koordinasi dan komunikasi antara divisi-divisi yang terkait dengan proses pengadaan material (X15) dengan loading factor sebesar 0,779 b) Jumlah staf yang kurang sehingga kontrol terhadap pemasok kurang diperhatikan (X17) dengan loading factor sebesar 0,726 c) Sistem pengadaan yang digunakan (X18) dengan loading factor sebesar 0,641. Dari uraian tersebut, dapat diketahui nilai loading factor variabel-variabel pembentuk berkisar antara 0,641 sampai 0,779 artinya variabel-variabel pembentuk kelompok faktor kelima berkorelasi kuat. (6) Kelompok Faktor Keenam Faktor ini memiliki eigen value sebesar 1,157 dan memiliki variance sebesar 4,821 persen. Besaran variance menunjukkan bahwa faktor ini bisa menjelaskan 4,821 persen dari variabilitas seluruh variabel penelitian. Kelompok Faktor ini dibentuk oleh 2 variabel, yaitu: a) Pemogokan buruh (X24) dengan loading factor sebesar 0,806 b) Kenaikan Harga Material (X26) dengan loading factor sebesar 0,585. Dari uraian tersebut, dapat diketahui nilai loading factor variabel-variabel pembentuk berkisar antara 0,585 sampai 0,806 artinya variabel-variabel pembentuk kelompok faktor keenam berkorelasi cukup kuat-sangat kuat. (7) Kelompok Faktor Ketujuh Faktor ini memiliki eigen value sebesar 1,001 dan memiliki variance sebesar 4,171 persen. Besaran variance menunjukkan bahwa faktor ini bisa
72
menjelaskan 4,171 persen dari variabilitas seluruh variabel penelitian. Kelompok Faktor ini dibentuk oleh 2 variabel, yaitu: a) Jarak antara lokasi proyek dengan pemasok (X11) dengan loading factor sebesar 0,835 b) Kepadatan lalu lintas (X20) dengan loading factor sebesar 0,780. Dari uraian tersebut, dapat diketahui nilai loading factor variabel-variabel pembentuk berkisar antara 0,780 sampai 0,835 artinya variabel-variabel pembentuk kelompok faktor ketujuh berkorelasi kuat-sangat kuat.
4.
Menamakan Faktor Analisis faktor tidak menentukan nama tiap faktor yang dihasilkan sehingga
penamaan faktor dalam analisis faktor bersifat subyektif. Pemberian nama pada sebuah faktor sedapat mungkin mencerminkan isi dari faktor tersebut. Dalam penelitian ini, ketujuh faktor tidak diberikan nama yang khusus karena variabel yang membentuknya tidak menunjukkan kesamaan karakter yang dapat dijadikan acuan dalam penamaan faktor. Faktor yang terbentuk diberikan nama faktor I, faktor II, faktor III, faktor IV, faktor V, faktor VI dan faktor VII.
4.5 Faktor Dominan yang Mempengaruhi Waktu Tunggu Pengadaan Material Faktor I memiliki nilai percent of variance terbesar diantara ketujuh faktor tersebut yaitu sebesar 35,495%. Artinya adalah varian (keragaman) seluruh variabel penelitian dapat dijelaskan oleh faktor I sebanyak 35,495%. Dengan kata
73
lain, faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu pengadaan material konstruksi pada proyek gedung di Kabupaten Badung dapat dijelaskan oleh faktor I sebesar 35,495%. Oleh karena itu faktor I merupakan faktor dominan yang mempengarui waktu tunggu pengadaan material konstruksi pada proyek gedung di Kabupaten Badung. Faktor I terdiri dari variabel: a. Proses produksi material pada pemasok b. Relasi antara kontraktor dan pemasok c. Kurangnya stock material pada pemasok d. Ketersediaan alat angkut transportasi material e. Akses menuju proyek f. Kondisi topografi yang ekstrim
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
waktu tunggu pengadaan material konstruksi pada proyek gedung di Kabupaten Badung dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Ada tujuh faktor yang mempengaruhi waktu tunggu pengadaan material konstruksi pada proyek gedung di Kabupaten Badung. Ketujuh faktor tersebut adalah : A. Faktor I, memiliki percent of variance sebesar 35,495 persen yang terbentuk oleh 6 variabel yaitu : g) Proses produksi material pada pemasok dengan loading factor sebesar 0,835 h) Relasi antara kontraktor dan pemasok dengan loading factor 0,789 i)
Kurangnya stock material pada pemasok dengan loading factor 0,714
j)
Ketersediaan alat angkut transportasi material dengan loading factor 0,697
k) Akses menuju proyek dengan loading factor 0,681 l)
Kondisi topografi yang ekstrim dengan loading factor 0,539
B. Faktor II, memiliki percent of variance sebesar 10,652 persen yang terbentuk oleh 3 variabel yaitu :
74
75
d) Cuaca buruk dengan loading factor sebesar 0,805 e) Kecelakaan pada saat pengiriman material dengan loading factor sebesar 0,701 f)
Kenaikan Harga BBM (Bahan Bakar Minyak) dengan loading factor 0,686
C. Faktor III, memiliki percent of variance sebesar 8,957 persen yang terbentuk oleh 4 variabel yaitu : e) Jumlah material yang dipesan dengan loading factor sebesar 0,763 f)
Jenis material yang dipesan dengan loading factor sebesar 0,753
g) Ketersediaan ruang untuk penempatan/ penyimpanan material konstruksi dengan loading factor sebesar 0,702 h) Kelancaran pembayaran oleh kontraktor dengan loading factor sebesar 0,594. D. Faktor IV, memiliki percent of variance sebesar 6,917 persen yang terbentuk oleh 4 variabel yaitu : e) Kualitas staf pengadaan dengan loading factor sebesar 0,793 f)
Demand (permintaan) pasar terhadap material dengan loading factor sebesar 0,617
g) Pengadaan material yang diatur oleh pemilik proyek dengan loading factor sebesar 0,598 h) Spesifikasi Material dengan loading factor sebesar 0,511. E. Faktor V, memiliki percent of variance sebesar 5,189 persen yang terbentuk oleh 3 variabel yaitu :
76
d) Kurangnya koordinasi dan komunikasi antara divisi-divisi yang terkait dengan proses pengadaan material dengan loading factor sebesar 0,779 e) Jumlah staf yang kurang sehingga kontrol terhadap pemasok kurang diperhatikan dengan loading factor sebesar 0,726 f)
Sistem pengadaan yang digunakan dengan loading factor sebesar 0,641.
F. Faktor VI, memiliki percent of variance sebesar 4,821 persen yang terbentuk oleh 2 variabel yaitu : c) Pemogokan buruh dengan loading factor sebesar 0,806 d) Kenaikan Harga Material dengan loading factor sebesar 0,585. G. Faktor VII, memiliki percent of variance sebesar 4,171 persen yang terbentuk oleh 2 variabel yaitu : c) Jarak antara lokasi proyek dengan pemasok dengan loading factor sebesar 0,835 d) Kepadatan lalu lintas dengan loading factor sebesar 0,780.
2.
Faktor dominan yang mempengaruhi waktu tunggu pengadaan material konstruksi pada proyek gedung di Kabupaten Badung adalah faktor I karena memiliki angka percent of variance terbesar yaitu 35,495 persen, yang terdiri dari : a) Proses produksi material pada pemasok b) Relasi antara kontraktor dan pemasok
77
c) Kurangnya stock material pada pemasok d) Ketersediaan alat angkut transportasi material e) Akses menuju proyek f) Kondisi topografi yang ekstrim.
5.2
Saran Adapun saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut : 1.
Dalam melakukan pengadaan material sebaiknya pihak kontraktor memperhatikan keenam faktor dominan yang mempengaruhi waktu tunggu pengadaan material sehingga dapat dilakukan langkah-langkah yang tepat untuk mengurangi gangguan pelaksanaan proyek akibat sering terjadinya peristiwa menunggu material.
2.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu pengadaan material konstruksi supply by owner yang ada pada suatu proyek konstruksi.
DAFTAR PUSTAKA
Alexander, H. B. 2013. Hingga 2016, Bali Tambah 67 Hotel Baru. Available from: URL: http://properti.kompas.com/read/2013/08/10/1525551. Arikunto, S. 2006. Manajemen Penelitian. Cetakan ketujuh. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya. Burgess, R.A and White, G. 1979. Building Production and Project Management. New York: The Construction Press. Chopra, S., and Meindl, P..2001. Supply Chain Management: Strategy, Planning, and Operations. Upper Saddle River : Prentice-Hall, Inc. Cooper, M., and Ellram, L.. 1993. Characteristics of Supply Chain Management and The Implications for Purchasing and Logistics Strategy. International Journal of logistics Management 4 (2): 13-24. Djokopranoto, R dan Indrajit, R. E.. 2009. Konsep Manajemen Supply Chain. Jakarta : PT. Grasindo. Ekaputra, J.. 2001. Sebuah model penjadwalan dan pengendalian material dalam pelaksanaan proyek konstruksi. Master thesis, Petra Christian University. Ervianto, W. I. 2004. Teori Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi. Yogyakarta : ANDI. Ganeshan, R., and Harrison, T. P..1995. An Introduction to Supply Chain Management. Department of Management Siences and Information Systems : Penn. Husen, A.. 2011. Manajemen Proyek. Perencanaan, Penjadwalan, dan Pengendalian Proyek. Edisi Revisi. Yogyakata: ANDI. Ibrahim, H. B.. 2007. Rencana dan Estimate Real of Cost. Jakarta : Bumi Aksara. Kaming, P.F., Olomolaiye, P.O., Holt, G.D., and Harris, F.C.. 1997. “Factors Influencing Construction Time and Cost Overruns On High Rise Projects In Indonesia”. Journal of Construction Management and Economics. Vol. 15: pp. 83-94. Lambert, D. M., Stock, J. R., and Ellram, L. M.. 1998. Fundamentals of logistics Management. Boston, MA: Irwin/McGraw-Hill.
78
79
Morissan, M.A.. 2012. Metode Penelitian Survei. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Nugraha, P., Natan, I., dan Sutjipto, R.. 1985. Manajemen Proyek Konstruksi I. Kartika Yudha, Indonesia. O’Brien, J.J..1984. CPM in Construction Management. McGraw Hill Book Company, USA. O’Brien, J.J., Zilly, R.G., and Graham, T.A..1971. Contractor’s Management Handbook. McGraw Hill Book Company, USA. Prawirosentono, S.. 2000. Manajemen Operasi Analisis dan Studi Kasus Edisi Kedua. Bumi Aksara; Jakarta. Priyatno, D. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta: MediaKom. Purnatha, I P. G. J.. 2013. Studi Mengenai Construction Waste Pada Proyek Konstruksi di Daerah Kabupaten Badung. Tugas Akhir. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya. Riduwan. 2007. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Cetakan Keempat. Bandung : Alfabeta. Santoso, S.. 2010. Statistik Multivariat Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Soeharto, I. 1999. Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional Jilid 1. Jakarta : Erlangga. Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Cetakan ke-16. Bandung: Alfabeta. Sukandarrumidi. 2006. Metodologi Penelitian, Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Suryabrata, S. 2006. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Taylor, J. and Bjornsson, H..1999. Construction Supply Chain ImprovementsThrough Internet Pooled Procurement. University of California, Berkeley, CA, USA. Triton.2005. Terapan Riset Parametrik. Yogyakarta: ANDI.
80
Lampiran 1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas dengan SPSS
Uji Validitas Pearson Correlation X1
Pearson Correlation
0,706
X14
0,610
0,768
X15
0,600
0,690
X16
0,648
0,775
X17
0,611
0,807
X18
0,740
0,600
X19
0,567
X7
0,790
X20
0,483
X8
0,633
X21
0,448
X9
0,613
X22
0,434
X10
0,727
X23
0,600
X11
0,528
X24
0,534
X12
0,567
X25
0,636
X13
0,486
X26
0,807
X2 X3 X4 X5 X6
Uji Reliabilitas Reliability Statistics Cronbach's Alpha .936
N of Items 26
81
Lampiran 2a Analisis Faktor ke-1
Factor Analysis Anti-image Matrices X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
KMO and Bartlett's Test
Anti-image Correlation X1 .756a -.070 -.513 .258 -.467 -.435 -.199 X2 -.070 .711a -.353 -.225 -.514 -.194 -.104 X3 -.513 -.353 .558a -.338 .584 .303 .030 Bartlett's Test of Sphericity X4 .258 -.225 -.338 .819a -.341 -.259 -.088 X5 -.467 -.514 .584 -.341 .623a .475 .104 X6 -.435 -.194 .303 -.259 .475 .659a -.125 X7 -.199 -.104 .030 -.088 .104 -.125 .706a X8 -.303 -.176 .135 -.015 .313 .242 .277 X9
.311 .137 -.099 .080 -.162 -.310 -.541
X10 .088 .182 -.181 -.026 -.261 .153 .049 X11 -.014 .337 -.140 -.108 -.225 -.071 .006 X12 -.228 -.250 .230 -.324 .347 .266 -.068 X13 .193 .181 -.417 .186 -.372 -.370 .168 X14 .131 .289 -.304 -.062 -.358 -.261 -.214 X15 .071 -.041 -.348 .103 -.147 -.156 .345 X16 -.262 -.058 .230 -.212 .293 .165 -.264 X17 .302 .343 -.595 .224 -.388 -.372 .048 X18 -.058 -.204 .430 .046 .031 .120 -.011 X19 -.102 .005 .120 .141 .009 .215 -.371 X20 .267 .200 -.301 -.078 -.257 -.183 .119 X21 -.047 -.294 .346 .094 .296 .287 -.282 X22 .282 .372 -.497 .047 -.526 -.415 .195 X23 .023 -.184 .189 -.127 .137 -.054 .265 X24 -.117 .331 .050 -.346 -.130 -.002 -.067 X25 -.056 -.321 .257 .246 .076 -.208 -.287 X26 .027 .055 -.256 .027 -.054 -.090 .274 a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Approx. Chi-Square
.674
889.77 1
df
325
Sig.
.000
82
Lampiran 2b Analisis Faktor ke-1
Anti-image Matrices X8
X9
X10 X11 X12 X13 X14
Anti-image Correlation X1 -.303 .311 .088 -.014 -.228 .193 .131 X2 -.176 .137 .182 .337 -.250 .181 .289 X3
.135 -.099 -.181 -.140 .230 -.417 -.304
X4 -.015 .080 -.026 -.108 -.324 .186 -.062 X5
.313 -.162 -.261 -.225 .347 -.372 -.358
X6
.242 -.310 .153 -.071 .266 -.370 -.261
X7
.277 -.541 .049 .006 -.068 .168 -.214
X8 .712a -.363 -.064 .067 -.301 -.014 -.362 X9 -.363 .620a -.421 .021 -.013 .101 -.006 X10 -.064 -.421 .785a .082 -.129 .016 .241 X11 .067 .021 .082 .750a -.349 .211 .245 X12 -.301 -.013 -.129 -.349 .676a -.525 .086 X13 -.014 .101 .016 .211 -.525 .629a .101 X14 -.362 -.006 .241 .245 .086 .101 .627a X15 .133 -.287 .027 -.036 -.084 .299 .093 X16 -.425 .189 -.094 -.126 .550 -.302 .288 X17 .026 -.027 -.050 .130 -.279 .267 .065 X18 .034 .031 -.157 -.281 .106 -.291 -.424 X19 -.108 .183 .220 -.151 .073 -.253 .081 X20 -.076 -.183 .171 -.378 -.050 .086 .038 X21 -.004 .268 -.333 -.102 .125 -.272 -.376 X22 -.136 -.122 .169 .226 -.255 .347 .343 X23 .258 -.067 -.135 .227 -.150 .131 -.248 X24 -.257 .121 .170 .094 .109 .083 .267 X25 -.164 .414 -.532 -.271 .211 -.137 -.156 X26 .255 -.301 .012 -.018 -.290 .192 -.017 a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
83
Lampiran 2c Analisis Faktor ke-1
Anti-image Matrices X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 Anti-image Correlation X1
.071 -.262 .302 -.058 -.102 .267 -.047
X2 -.041 -.058 .343 -.204 .005 .200 -.294 X3 -.348 .230 -.595 .430 .120 -.301 .346 X4
.103 -.212 .224 .046 .141 -.078 .094
X5 -.147 .293 -.388 .031 .009 -.257 .296 X6 -.156 .165 -.372 .120 .215 -.183 .287 X7
.345 -.264 .048 -.011 -.371 .119 -.282
X8
.133 -.425 .026 .034 -.108 -.076 -.004
X9 -.287 .189 -.027 .031 .183 -.183 .268 X10 .027 -.094 -.050 -.157 .220 .171 -.333 X11 -.036 -.126 .130 -.281 -.151 -.378 -.102 X12 -.084 .550 -.279 .106 .073 -.050 .125 X13 .299 -.302 .267 -.291 -.253 .086 -.272 X14 .093 .288 .065 -.424 .081 .038 -.376 X15 .696a -.112 .077 -.272 -.476 .317 -.072 X16 -.112 .613a -.488 -.127 .250 -.161 .142 X17 .077 -.488 .541a -.370 -.268 .331 -.359 X18 -.272 -.127 -.370 .737a .008 -.077 .292 X19 -.476 .250 -.268 .008 .730a -.305 -.024 X20 .317 -.161 .331 -.077 -.305 .614a -.378 X21 -.072 .142 -.359 .292 -.024 -.378 .577a X22 .101 -.300 .571 -.173 -.285 .286 -.617 X23 .106 -.224 -.051 .175 -.502 -.021 -.057 X24 .133 .308 -.353 -.098 .045 .064 .123 X25 -.247 .089 -.097 .343 .147 -.231 .278 X26 .161 -.385 .450 -.345 -.120 .216 -.321 a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
84
Lampiran 2d Analisis Faktor ke-1
Anti-image Matrices X22 X23 X24 X25 X26 Anti-image Correlation X1
.282 .023 -.117 -.056 .027
X2
.372 -.184 .331 -.321 .055
X3 -.497 .189 .050 .257 -.256 X4
.047 -.127 -.346 .246 .027
X5 -.526 .137 -.130 .076 -.054 X6 -.415 -.054 -.002 -.208 -.090 X7
.195 .265 -.067 -.287 .274
X8 -.136 .258 -.257 -.164 .255 X9 -.122 -.067 .121 .414 -.301 X10 .169 -.135 .170 -.532 .012 X11 .226 .227 .094 -.271 -.018 X12 -.255 -.150 .109 .211 -.290 X13 .347 .131 .083 -.137 .192 X14 .343 -.248 .267 -.156 -.017 X15 .101 .106 .133 -.247 .161 X16 -.300 -.224 .308 .089 -.385 X17 .571 -.051 -.353 -.097 .450 X18 -.173 .175 -.098 .343 -.345 X19 -.285 -.502 .045 .147 -.120 X20 .286 -.021 .064 -.231 .216 X21 -.617 -.057 .123 .278 -.321 X22 .457a .083 -.286 -.212 .251 X23 .083 .761a -.238 .009 -.303 X24 -.286 -.238 .712a -.224 -.271 X25 -.212 .009 -.224 .700a -.258 X26 .251 -.303 -.271 -.258 .768a a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
85
Lampiran 3a Analisis Faktor 2
Factor Analysis
Anti-image Matrices X1
X2
X3
X4
X5
X6
Anti-image Correlation X1 .804a -.196 -.449 .256 -.390 -.365 X2 -.196 .783a -.208 -.262 -.403 -.047
KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy.
Bartlett's Test Approx. Chi-Square X3 -.449 -.208 .696a -.362 .437 .123 of Sphericity df X4 .256 -.262 -.362 .796a -.371 -.263 Sig. X5 -.390 -.403 .437 -.371 .730a .332 X6 -.365 -.047 .123 -.263 .332 .776a X7 -.269 -.194 .149 -.099 .248 -.049 X8 -.278 -.136 .079 -.009 .286 .206 X9
.363 .198 -.185 .086 -.268 -.399
X10 .043 .130 -.114 -.034 -.205 .249 X11 -.083 .280 -.033 -.122 -.128 .026 X12 -.169 -.173 .123 -.322 .258 .182 X13 .105 .059 -.301 .181 -.238 -.266 X14 .038 .185 -.163 -.084 -.222 -.139 X15 .045 -.086 -.345 .099 -.111 -.126 X16 -.193 .061 .098 -.207 .166 .047 X17 .179 .171 -.438 .240 -.126 -.181 X18 -.010 -.153 .402 .055 -.072 .054 X19 -.024 .125 -.025 .162 -.172 .111 X20 .203 .105 -.191 -.096 -.131 -.073 X21 .168 -.088 .058 .156 -.042 .044 X23 .000 -.233 .266 -.132 .213 -.021 X24 -.040 .492 -.111 -.347 -.343 -.138 X25 .003 -.266 .179 .262 -.043 -.332 X26 -.047 -.043 -.156 .016 .095 .016 a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
.738 832.908 300 .000
86
Lampiran 3b Analisis Faktor ke-2
Anti-image Matrices X7
X8
X9
X10 X11 X12 X13
Anti-image Correlation X1 -.269 -.278 .363 .043 -.083 -.169 .105 X2 -.194 -.136 .198 .130 .280 -.173 .059 X3
.149 .079 -.185 -.114 -.033 .123 -.301
X4 -.099 -.009 .086 -.034 -.122 -.322 .181 X5
.248 .286 -.268 -.205 -.128 .258 -.238
X6 -.049 .206 -.399 .249 .026 .182 -.266 X7 .710a .312 -.532 .017 -.039 -.019 .109 X8
.312 .681a -.386 -.042 .101 -.351 .035
X9 -.532 -.386 .599a -.410 .050 -.046 .154 X10 .017 -.042 -.410 .796a .046 -.090 -.046 X11 -.039 .101 .050 .046 .787a -.309 .145 X12 -.019 -.351 -.046 -.090 -.309 .736a -.482 X13 .109 .035 .154 -.046 .145 -.482 .758a X14 -.305 -.338 .038 .198 .183 .191 -.020 X15 .333 .149 -.279 .010 -.061 -.060 .283 X16 -.219 -.493 .161 -.046 -.063 .513 -.221 X17 -.078 .127 .052 -.181 .002 -.168 .089 X18 .024 .011 .010 -.132 -.252 .064 -.250 X19 -.336 -.154 .156 .283 -.093 .001 -.171 X20 .067 -.040 -.156 .130 -.474 .025 -.015 X21 -.209 -.113 .247 -.294 .048 -.043 -.078 X23 .255 .272 -.058 -.152 .214 -.134 .109 X24 -.012 -.312 .091 .231 .170 .039 .202 X25 -.257 -.199 .400 -.515 -.235 .166 -.069 X26 .237 .302 -.282 -.032 -.079 -.242 .116 a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
87
Lampiran 3c Analisis Faktor ke-2
Anti-image Matrices X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 Anti-image Correlation X1
.038 .045 -.193 .179 -.010 -.024 .203
X2
.185 -.086 .061 .171 -.153 .125 .105
X3 -.163 -.345 .098 -.438 .402 -.025 -.191 X4 -.084 .099 -.207 .240 .055 .162 -.096 X5 -.222 -.111 .166 -.126 -.072 -.172 -.131 X6 -.139 -.126 .047 -.181 .054 .111 -.073 X7 -.305 .333 -.219 -.078 .024 -.336 .067 X8 -.338 .149 -.493 .127 .011 -.154 -.040 X9
.038 -.279 .161 .052 .010 .156 -.156
X10 .198 .010 -.046 -.181 -.132 .283 .130 X11 .183 -.061 -.063 .002 -.252 -.093 -.474 X12 .191 -.060 .513 -.168 .064 .001 .025 X13 -.020 .283 -.221 .089 -.250 -.171 -.015 X14 .663a .063 .436 -.170 -.394 .198 -.067 X15 .063 .711a -.086 .024 -.259 -.469 .303 X16 .436 -.086 .671a -.404 -.191 .179 -.082 X17 -.170 .024 -.404 .733a -.336 -.134 .214 X18 -.394 -.259 -.191 -.336 .771a -.044 -.030 X19 .198 -.469 .179 -.134 -.044 .749a -.244 X20 -.067 .303 -.082 .214 -.030 -.244 .712a X21 -.223 -.012 -.058 -.011 .239 -.264 -.267 X23 -.295 .098 -.210 -.121 .193 -.501 -.047 X24 .406 .170 .243 -.241 -.156 -.040 .158 X25 -.090 -.232 .028 .030 .319 .093 -.182 X26 -.114 .141 -.336 .386 -.316 -.053 .156 a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
88
Lampiran 3d Analisis Faktor ke-2
Anti-image Matrices X21 X23 X24 X25 X26 Anti-image Correlation X1
.168 .000 -.040 .003 -.047
X2 -.088 -.233 .492 -.266 -.043 X3
.058 .266 -.111 .179 -.156
X4
.156 -.132 -.347 .262 .016
X5 -.042 .213 -.343 -.043 .095 X6
.044 -.021 -.138 -.332 .016
X7 -.209 .255 -.012 -.257 .237 X8 -.113 .272 -.312 -.199 .302 X9
.247 -.058 .091 .400 -.282
X10 -.294 -.152 .231 -.515 -.032 X11 .048 .214 .170 -.235 -.079 X12 -.043 -.134 .039 .166 -.242 X13 -.078 .109 .202 -.069 .116 X14 -.223 -.295 .406 -.090 -.114 X15 -.012 .098 .170 -.232 .141 X16 -.058 -.210 .243 .028 -.336 X17 -.011 -.121 -.241 .030 .386 X18 .239 .193 -.156 .319 -.316 X19 -.264 -.501 -.040 .093 -.053 X20 -.267 -.047 .158 -.182 .156 X21 .790a -.008 -.071 .191 -.218 X23 -.008 .731a -.225 .028 -.336 X24 -.071 -.225 .625a -.304 -.215 X25 .191 .028 -.304 .729a -.217 X26 -.218 -.336 -.215 -.217 .813a a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
89
Lampiran 3e Analisis Faktor ke-2
Communalities Initial
Extraction
X1
1.000
.830
X2
1.000
.771
X3
1.000
.738
X4
1.000
.785
X5
1.000
.694
X6
1.000
.718
X7
1.000
.753
X8
1.000
.663
X9
1.000
.705
X10
1.000
.601
X11
1.000
.856
X12
1.000
.746
X13
1.000
.741
X14
1.000
.750
X15
1.000
.742
X16
1.000
.827
X17
1.000
.805
X18
1.000
.727
X19
1.000
.761
X20
1.000
.800
X21
1.000
.780
X23
1.000
.863
X24
1.000
.724
X25
1.000
.731
X26
1.000
.755
Extraction Method: Principal Component Analysis.
90
Lampiran 3f Analisis Faktor ke-2 Total Variance Explained Extraction Sums of Squared Loadings
Initial Eigenvalues
Component Total % of Variance Cumulative % Component Total % of Variance Cumulative % 1
8.991
35.962
35.962 1
8.991
35.962
35.962
2
2.564
10.255
46.217 2
2.564
10.255
46.217
3
2.186
8.744
54.961 3
2.186
8.744
54.961
4
1.661
6.645
61.606 4
1.661
6.645
61.606
5
1.246
4.984
66.589 5
1.246
4.984
66.589
6
1.211
4.845
71.434 6
1.211
4.845
71.434
7
1.010
4.041
75.475 7
1.010
4.041
75.475
8
.968
3.870
79.345
9
.857
3.427
82.772
10
.751
3.005
85.777
11
.543
2.170
87.948
12
.503
2.010
89.958
13
.426
1.706
91.664
14
.394
1.574
93.238
15
.321
1.285
94.522
16
.260
1.040
95.563
17
.220
.881
96.444
18
.181
.724
97.167
19
.162
.646
97.814
20
.131
.523
98.337
21
.118
.473
98.810
22
.104
.417
99.227
23
.071
.283
99.511
24
.067
.266
99.777
25
.056
.223
100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
91
Lampiran 3g Analisis Faktor ke-2 Rotated Component Matrixa Component 1
2
3
4
5
6
7
X2
.825
.098
.128
-.016
.117
.055
.217
X1
.774
-.055
.142
.135
.373
-.004
.225
X3
.718
-.084
.266
.338
.163
-.043
-.036
X4
.714
.116
.199
.035
-.033
.188
.430
X12
.707
.376
-.061
.032
.026
.316
.013
X13
.552
.368
-.004
.191
.305
.238
-.339
X5
.447
.203
.165
.292
-.036
.406
.418
X21
.001
.798
.156
-.053
.184
.287
-.014
X23
.129
.757
.052
.113
.048
-.070
.500
X19
.124
.709
.001
.377
.010
.283
.145
X26
.294
.534
.130
.178
.214
.144
.519
X7
.181
.087
.775
.020
.308
.125
.022
X9
.048
-.023
.756
.306
.042
.172
.071
X14
.130
.421
.725
.151
-.005
.009
-.090
X6
.433
-.152
.592
.150
.233
-.094
.268
X15
.272
-.013
.142
.787
-.011
.099
.137
X17
-.008
.192
.319
.697
.408
-.106
.049
X18
.029
.338
.221
.655
.251
.243
.111
X16
.081
.159
.105
.320
.814
-.012
.140
X8
.445
.115
.175
-.026
.643
.086
-.014
X25
.341
-.048
.269
-.037
.518
.247
.458
X10
.154
.116
.401
.261
.464
.270
.216
X11
.204
.093
.036
.253
.141
.846
.074
X20
.051
.371
.206
-.097
.015
.777
-.069
X24
.186
.199
-.021
.162
.161
-.047
.772
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a. Rotation converged in 15 iterations.
92
Lampiran 4a Analisis Faktor ke-3
Anti-image Matrices X1
X2
X3
X4
X6
X7
X8
KMO and Bartlett's Test
Anti-image Correlation X1 .850a -.419 -.336 .129 -.271 -.194 -.189
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy.
X2 -.419 .783a -.039 -.484 .100 -.107 -.024 X3 -.336 -.039 .776a -.240 -.026 .047 -.054 X4
.129 -.484 -.240 .782a -.159 -.008 .109
X6 -.271 .100 -.026 -.159 .829a -.144 .122 X7 -.194 -.107 .047 -.008 -.144 .735a .260 X8 -.189 -.024 -.054 .109 .122 .260 .697a X9
.291 .102 -.079 -.015 -.341 -.499 -.335
X11 -.145 .251 .026 -.184 .073 -.008 .145 X12 -.076 -.078 .012 -.253 .106 -.089 -.459 X13 .014 -.041 -.226 .103 -.204 .178 .111 X14 -.054 .107 -.076 -.184 -.071 -.264 -.294 X15 .001 -.143 -.332 .063 -.095 .374 .190 X16 -.141 .142 .028 -.159 -.009 -.272 -.572 X17 .142 .132 -.429 .210 -.149 -.049 .172 X18 -.041 -.199 .483 .031 .083 .043 .033 X19 -.100 .061 .056 .107 .181 -.307 -.111 X20 .166 .057 -.150 -.157 -.032 .103 -.002 X21 .164 -.115 .085 .152 .061 -.205 -.105 X23 .092 -.164 .197 -.058 -.100 .214 .226 X24 -.201 .412 .046 -.544 -.027 .080 -.238 X26 -.011 -.005 -.221 .055 -.016 .221 .288 X25 -.014 -.310 .220 .266 -.337 -.254 -.195 X10 -.042 .053 -.027 -.122 .343 .071 .017 a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square
.739
769.479
df
276
Sig.
.000
93
Lampiran 4b Analisis Faktor ke-3
Anti-image Matrices X9
X11 X12 X13 X14 X15 X16
Anti-image Correlation X1
.291 -.145 -.076 .014 -.054 .001 -.141
X2
.102 .251 -.078 -.041 .107 -.143 .142
X3 -.079 .026 .012 -.226 -.076 -.332 .028 X4 -.015 -.184 -.253 .103 -.184 .063 -.159 X6 -.341 .073 .106 -.204 -.071 -.095 -.009 X7 -.499 -.008 -.089 .178 -.264 .374 -.272 X8 -.335 .145 -.459 .111 -.294 .190 -.572 X9 .627a .016 .025 .096 -.023 -.322 .216 X11 .016 .766a -.288 .119 .159 -.076 -.042 X12 .025 -.288 .737a -.448 .264 -.033 .494 X13 .096 .119 -.448 .783a -.077 .266 -.190 X14 -.023 .159 .264 -.077 .666a .039 .492 X15 -.322 -.076 -.033 .266 .039 .682a -.069 X16 .216 -.042 .494 -.190 .492 -.069 .643a X17 .019 -.014 -.141 .061 -.204 .010 -.392 X18 -.010 -.264 .086 -.276 -.422 -.270 -.182 X19 .116 -.118 .048 -.222 .166 -.499 .214 X20 -.200 -.499 .062 -.048 -.099 .292 -.062 X21 .244 .043 -.033 -.091 -.238 -.017 -.052 X23 .000 .249 -.200 .168 -.260 .126 -.255 X24 -.001 .135 .140 .132 .360 .141 .324 X26 -.267 -.068 -.277 .143 -.095 .153 -.358 X25 .404 -.243 .184 -.082 -.102 -.239 .035 X10 -.493 .020 -.039 -.100 .159 -.013 -.012 a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
94
Lampiran 4c Analisis Faktor ke-3
Anti-image Matrices X17 X18 X19 X20 X21 X23 X24 Anti-image Correlation X1
.142 -.041 -.100 .166 .164 .092 -.201
X2
.132 -.199 .061 .057 -.115 -.164 .412
X3 -.429 .483 .056 -.150 .085 .197 .046 X4
.210 .031 .107 -.157 .152 -.058 -.544
X6 -.149 .083 .181 -.032 .061 -.100 -.027 X7 -.049 .043 -.307 .103 -.205 .214 .080 X8
.172 .033 -.111 -.002 -.105 .226 -.238
X9
.019 -.010 .116 -.200 .244 .000 -.001
X11 -.014 -.264 -.118 -.499 .043 .249 .135 X12 -.141 .086 .048 .062 -.033 -.200 .140 X13 .061 -.276 -.222 -.048 -.091 .168 .132 X14 -.204 -.422 .166 -.099 -.238 -.260 .360 X15 .010 -.270 -.499 .292 -.017 .126 .141 X16 -.392 -.182 .214 -.062 -.052 -.255 .324 X17 .730a -.348 -.160 .200 -.017 -.097 -.306 X18 -.348 .727a -.057 -.040 .237 .214 -.193 X19 -.160 -.057 .737a -.273 -.275 -.483 -.107 X20 .200 -.040 -.273 .698a -.275 -.020 .122 X21 -.017 .237 -.275 -.275 .775a .001 -.091 X23 -.097 .214 -.483 -.020 .001 .744a -.165 X24 -.306 -.193 -.107 .122 -.091 -.165 .610a X26 .403 -.312 -.037 .170 -.215 -.366 -.195 X25 .025 .317 .087 -.190 .190 .038 -.339 X10 -.213 -.150 .257 .106 -.310 -.113 .174 a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
95
Lampiran 4d Analisis Faktor ke-3
Anti-image Matrices X26 X25 X10 Anti-image Correlation X1 -.011 -.014 -.042 X2 -.005 -.310 .053 X3 -.221 .220 -.027 X4
.055 .266 -.122
X6 -.016 -.337 .343 X7
.221 -.254 .071
X8
.288 -.195 .017
X9 -.267 .404 -.493 X11 -.068 -.243 .020 X12 -.277 .184 -.039 X13 .143 -.082 -.100 X14 -.095 -.102 .159 X15 .153 -.239 -.013 X16 -.358 .035 -.012 X17 .403 .025 -.213 X18 -.312 .317 -.150 X19 -.037 .087 .257 X20 .170 -.190 .106 X21 -.215 .190 -.310 X23 -.366 .038 -.113 X24 -.195 -.339 .174 X26 .796a -.214 -.013 X25 -.214 .699a -.536 X10 -.013 -.536 .776a a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
96
Lampiran 4e Analisis Faktor ke-3
Communalities Initial
Extraction
X1
1.000
.841
X2
1.000
.786
X3
1.000
.751
X4
1.000
.797
X6
1.000
.726
X7
1.000
.759
X8
1.000
.615
X9
1.000
.779
X11
1.000
.836
X12
1.000
.761
X13
1.000
.747
X14
1.000
.788
X15
1.000
.730
X16
1.000
.807
X17
1.000
.798
X18
1.000
.711
X19
1.000
.776
X20
1.000
.809
X21
1.000
.777
X23
1.000
.868
X24
1.000
.751
X26
1.000
.775
X25
1.000
.687
X10
1.000
.614
Extraction Method: Principal Component Analysis.
97
Lampiran 4f Analisis Faktor ke-3
Total Variance Explained Initial Eigenvalues
Compo nent
Total
% of Variance
Extraction Sums of Squared Loadings
Cumulative %
Total
% of Variance
Cumulative %
1
8.519
35.495
35.495
8.519
35.495
35.495
2
2.557
10.652
46.148
2.557
10.652
46.148
3
2.150
8.957
55.104
2.150
8.957
55.104
4
1.660
6.917
62.021
1.660
6.917
62.021
5
1.245
5.189
67.210
1.245
5.189
67.210
6
1.157
4.821
72.031
1.157
4.821
72.031
7
1.001
4.171
76.203
1.001
4.171
76.203
8
.928
3.866
80.069
9
.802
3.341
83.410
10
.674
2.807
86.216
11
.504
2.098
88.314
12
.491
2.045
90.359
13
.394
1.641
92.000
14
.387
1.613
93.613
15
.277
1.153
94.766
16
.260
1.081
95.847
17
.216
.898
96.745
18
.173
.719
97.465
19
.150
.626
98.091
20
.122
.507
98.598
21
.109
.454
99.052
22
.090
.376
99.428
23
.071
.295
99.723
24
.067
.277
100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
98
Lampiran 4g Analisis Faktor ke-3
Rotated Component Matrixa Component 1
2
3
4
5
6
7
X2
.835
.152
.122
.173
-.033
.135
-.017
X1
.789
-.018
.132
.399
.138
.145
-.052
X3
.714
-.128
.255
.101
.380
.023
.060
X4
.697
.055
.207
.007
.026
.456
.239
X12
.681
.310
-.074
-.004
.051
.123
.421
X13
.539
.413
-.042
.281
.212
-.325
.232
X21
-.008
.805
.129
.177
-.036
.049
.276
X19
.122
.701
-.018
-.009
.379
.220
.278
X23
.129
.686
.043
.041
.121
.600
-.037
X7
.195
.144
.763
.329
.044
-.036
.081
X9
.024
-.087
.753
.040
.333
.131
.271
X14
.132
.487
.702
.025
.159
-.112
-.045
X6
.456
-.144
.594
.236
.172
.225
-.094
X16
.085
.153
.074
.793
.356
.123
-.022
X8
.428
.077
.149
.617
.020
.012
.148
X25
.365
.011
.269
.598
-.052
.322
.132
X10
.136
.104
.383
.511
.267
.189
.265
X15
.278
-.006
.134
-.018
.779
.136
.095
X17
-.011
.178
.289
.378
.726
.072
-.090
X18
.019
.369
.193
.291
.641
.087
.187
X24
.178
.094
-.009
.198
.150
.806
-.012
X26
.287
.466
.122
.229
.183
.585
.181
X11
.191
.105
.034
.173
.237
.066
.835
X20
.035
.383
.202
.031
-.097
-.036
.780
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a. Rotation converged in 9 iterations.
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Pernyataan/ Variabel 13 14 15 16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
3 4 2 4 4 3 3 4 5 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 5 2 3 1 4 4 4 5 5 5 4 4 3 5 5 3 4 4 3
3 4 2 3 4 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 5 2 4 1 4 4 4 4 4 4 5 3 3 3 5 3 4 4 2
2 4 2 4 3 3 4 4 4 2 4 4 4 5 5 5 4 3 4 4 5 2 4 1 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 5 4 3 4 5
3 4 2 2 4 3 3 3 4 2 3 4 3 3 3 3 5 2 3 3 5 1 4 1 2 2 2 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3
3 4 2 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 2 2 2 4 2 3 3 5 1 2 1 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 1
3 3 2 3 4 3 3 4 3 4 3 4 4 5 5 5 4 3 4 4 5 1 5 1 4 4 4 5 5 5 4 5 4 3 4 2 3 4 3
3 3 2 4 4 4 4 4 4 3 5 5 4 4 4 4 3 3 4 4 5 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 2 2 3 4 4
4 3 2 3 3 3 3 4 4 2 3 2 4 3 3 3 3 3 4 4 5 2 3 2 4 3 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 5
4 3 2 4 4 4 5 3 3 3 3 5 5 4 4 4 3 4 4 4 5 2 4 2 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 4
4 4 2 4 4 4 5 4 4 3 3 5 5 3 3 3 3 4 4 4 5 2 4 1 3 5 5 4 4 4 4 3 3 4 3 5 4 3 5
3 3 2 3 4 3 5 3 4 4 5 5 4 2 3 3 5 2 5 4 5 1 2 5 3 4 4 5 4 3 4 3 3 4 4 5 4 3 3
3 3 1 3 4 2 4 3 5 2 4 2 3 2 3 3 4 3 4 3 5 3 5 3 2 2 3 4 3 3 5 3 3 4 4 5 3 3 3
3 3 2 3 4 3 2 3 4 4 5 2 4 3 3 3 4 3 5 5 5 4 4 2 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 5 3 3 3
2 4 2 4 3 5 3 3 3 3 4 2 5 3 3 3 4 2 5 3 5 1 4 1 3 3 3 2 2 2 3 3 4 3 2 2 3 4 3
3 3 2 2 3 3 5 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 2 4 5 1 2 1 4 5 4 2 2 2 5 5 3 4 4 4 4 3 2
4 3 2 2 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 5 3 2 1 4 4 3 4 4 4 3 2 3 4 4 4 4 3 5
3 3 2 3 3 2 2 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 2 2 3 5 1 3 1 4 4 4 2 2 2 3 2 3 4 3 4 3 3 5
3 3 2 3 4 3 3 3 4 4 5 4 5 3 3 3 4 3 4 4 5 1 2 1 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 4 5 5 3 3
3 2 2 2 2 1 4 1 4 3 5 3 3 1 1 1 3 1 1 2 5 2 2 1 2 2 2 1 1 1 3 2 3 3 4 2 3 2 1
4 3 2 3 4 3 5 3 3 2 5 5 5 2 3 2 5 1 5 5 5 2 4 5 2 2 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 2
3 3 2 3 3 5 4 3 4 2 4 3 3 2 2 2 2 1 3 3 5 3 4 3 2 3 3 2 2 2 3 2 3 3 4 3 4 2 3
2 3 2 2 2 2 5 2 3 2 1 3 1 2 2 2 2 1 1 2 5 3 2 1 1 1 1 3 3 3 4 5 4 2 4 3 5 2 3
4 4 2 2 2 2 3 2 5 3 3 4 4 2 2 2 3 3 3 2 5 3 4 1 2 2 3 2 2 2 3 3 3 4 4 3 3 4 2
3 4 2 2 2 1 1 2 5 2 1 4 1 2 2 2 3 2 1 2 5 1 2 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3
4 4 2 3 3 3 4 4 3 3 3 4 2 3 3 3 4 3 4 4 5 1 4 1 4 5 5 5 5 5 4 3 4 4 4 4 4 5 3
4 4 2 3 3 3 5 3 5 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 5 2 3 1 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 5 4 3 4 3
5 5 4 4 4 4 4 5 3 4 3
5 5 3 3 4 4 4 5 4 5 2
5 5 5 5 4 4 5 4 2 5 1
5 5 4 4 4 3 4 4 4 5 2
4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 2
5 5 5 5 4 5 5 4 3 3 5
5 5 3 3 4 4 4 4 3 2 4
4 4 3 3 3 3 4 4 3 2 3
4 4 5 4 3 3 4 4 3 3 4
4 4 4 5 3 4 5 5 4 3 4
5 5 5 4 3 3 5 3 3 3 3
5 5 4 4 3 3 5 5 3 4 2
5 5 4 5 3 4 5 5 3 2 1
3 4 3 3 3 4 4 3 3 2 4
3 3 4 4 3 4 5 4 2 4 3
4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4
3 4 4 5 3 4 3 3 2 2 4
4 3 4 4 4 4 4 4 3 2 5
3 5 1 4 2 3 4 1 1 1 2
4 4 3 4 2 4 5 1 4 1 1
4 5 1 5 2 3 4 2 4 1 3
5 4 3 5 2 3 2 2 3 1 2
5 5 1 5 2 4 4 2 4 4 5
3 3 3 5 2 3 2 2 1 2 4
5 4 3 4 2 4 4 4 3 2 4
5 5 3 5 2 4 5 4 4 4 5
99
100
KUESIONER PENELITIAN
A. Data Responden Mohon lengkapi data responden di bawah ini untuk memudahkan kami menghubungi kembali bila ada klarifikasi data yang diperlukan. a.
Isilah data-data yang sesuai pada tempat isian yang bertanda titik-titik
b.
Berilah tanda rumput (√) pada kotak isian sesuai dengan jawaban yang dikehendaki.
c.
Lampiran kuesioner ini diisi oleh :
□ Logistik □ Pelaksana proyek □ Site manajer □ Site engineering □ Project manajer
1.
Nama Proyek
: ...................................................................
2.
Alamat Proyek
: ...................................................................
3.
Perkiraan Nilai Proyek : ...................................................................
4.
Nama Responden
: ...................................................................
5.
Pengalaman kerja
: ..........................................tahun
6.
Nama Perusahaan
: ....................................................................
101
B. Petunjuk Pengisian Kuesioner Di bawah ini ada beberapa pernyataan yang diduga merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu pengadaan material konstruksi. Berikan tanda rumput (√) di bawah kolom 1,2,3,4, atau 5 berdasarkan pengetahuan anda mengenai tingkat pengaruh pernyataan/ variabel tersebut terhadap panjang pendeknya waktu tunggu pengadaan material konstruksi pada proyek-proyek gedung di Kabupaten Badung. Keterangan : 1
= Sangat Rendah
2
= Rendah
3
= Sedang
4
= Tinggi
5
= Sangat Tinggi
Contoh pengisian : Jika menurut anda “Relasi antara kontraktor dan pemasok” merupakan penyebab yang memiliki tingkat pengaruh yang “Sangat Tinggi” terhadap panjang pendeknya waktu tunggu pengadaan material konstruksi pada proyek gedung, maka diberi tanda rumput (√) pada kolom tingkat keberpengaruhan di sub kolom “5”. Apabila menurut anda pengaruhnya “Rendah”, maka diberi tanda rumput (√) pada kolom tingkat keberpengaruhan di sub kolom “2”.
102
No
Pernyataan/ Variabel
1
Relasi antara kontraktor dan pemasok
2
Proses produksi material pada pemasok
3
Kurangnya stock material pada pemasok
4
Ketersediaan alat angkut transportasi material
5
Jenis alat angkut yang digunakan dalam proses pengiriman material
6
Kelancaran pembayaran oleh kontraktor
7
Jumlah material yang dipesan
8
Demand (permintaan) pasar terhadap material
9
Jenis material yang dipesan
10
Spesifikasi Material
11
Jarak antara lokasi proyek dengan pemasok
12
Akses menuju proyek
13
Kondisi topografi yang ekstrim
14 15
Ketersediaan ruang untuk penempatan/ penyimpanan material konstruksi Kurangnya koordinasi dan komunikasi antara divisi-divisi yang terkait dengan proses pengadaan material
16
Kualitas staf pengadaan
17
Jumlah staf yang kurang sehingga kontrol terhadap pemasok kurang diperhatikan
18
Sistem pengadaan yang digunakan
Tingkat Keberpengaruhan variabel terhadap waktu tunggu pengadaan material konstruksi 1 2 3 4 5
103
No
Pernyataan/ Variabel
19
Kecelakaan pada saat pengiriman material
20
Kepadatan lalu lintas
21
Cuaca buruk
22
Bencana alam
23
Kenaikan Harga BBM (Bahan Bakar Minyak)
24
Pemogokan buruh
25
Pengadaan material yang diatur oleh pemilik proyek Kenaikan Harga Material
26
Tingkat Keberpengaruhan variabel terhadap waktu tunggu pengadaan material konstruksi 1 2 3 4 5