Kandungan lodium Pada Makanan (Inong Retno Gunanti et al)
KANDUNGAN IODIUM PADABEBERAPABAHANMAKANAN Dl DAERAH PANTAI ENDEMIK DAN NONENDEMIK Oleh : lnong Retno Gunanti *, Suhardjo " , Clara M. Kusharto ", Rimbawan " dan Bambang Wirjatmadi " Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakutltas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga "Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, lnstitut Pertanian Bogor "Tropical Disease Center, Universitas Airlangga ABSTRACT: Generally, Iodine Deficiency Discorders (IDD) is prevalent among people who live in mountain areas with low iodine content in the soil, drinkin-water and the foods-stuff. Recently, based on several studies, it is reported that the IDD cases are also found among people who live along coastal areas. No one report has explained the possible cause explicitly. The objective of this study is to analyze the iodine content of foods-stuff consumed in endemic and nonendemic coastal areas to explore the possible factors influencing IDD in villages along coastal areas. The study was conducted from April to August 1998 in the coastal area of Belimbing Village, Paciran sub district (as endemic coastal area) and Labuhan Village, Brondong sub district (as nonendemic coastal area), Lamongan Regency, East Java Province. The two villages are located along Java Sea. For this purpose 30 school children were selected as samples from each village ("Sekolah Dasar Belimbing I" and "Sekolah Dasar Labuhan 11"). The food consumption data ware coolected by using food frequency questionnaire and the iodine content in foods-stuffs ware measured quantitatively in laboratory. The result of this study shows that the iodine content in most of the foods-stuff in Belimbing Village is lower than Labuhan Village. The difference is around 2.5 4.5 microgram/IOOg for sea production, and around 0.025 0.59 microgram/fOOg for vegetables and fruits.
-
-
Bulet~~? Penelthan S~sternKesehatan
-
Vol 3 No 1
'00"
:- ' 5
KEY WORDS lod~neDefic~encvDlqorders (IDDI Endsm~cand None~demic Coastal Area lod~nefoods-qtu"
Kandungan lodium Pada Makanan (Inong Retno Gunanti et al)
PENDAHULUAN Sampai saat ini Indonesia masih menghadapi empat masalah gizi utama, yaitu Kekurangan Energi Protein (KEP), Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemi Gizi Besi, dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). Masalah GAKY erat kaitannya dengan gangguan pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan kecerdasan. Dalam kenyataannya akibat negatif dari GAKY memang jauh lebih luas dari sekedar pembesaran kelenjar gondoknya. Yang amat mengkhawatirkan di pandang dari segi pembangunan SDM (Sumber Daya Manusia) adalah akibat negatif terhadap susunan syaraf pusat yang akan berdampak pada kecerdasan dan perkembangan sosial dari penderita (Standbury, 1993). Meskipun prevalensi GAKY sudah mengalami penurunan dalam kurun waktu 1980-1990, namun luas wilayah daerah endemik cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1994, terdapat sekitar 42 juta jiwa bertempat tinggal di daerah-darah beresiko GAKY tinggi, mereka tersebar di sekitar 190 kabupaten dan di 26 propinsi di Indonesia. Dari 42 juta jiwa tersebut diperkirakan 10 juta menderita gondok, 750.000-900.000 menderita kretin endemik dan 3.5 juta menderita GAKY lainnya (Latief, 1995).
Di Jawa Timur sendiri, masalah penanggulangan GAKY merupakan prioritas utama dalam penanggulangan masalah gizi. Daerah pegungungan di sepanjang wilayah selatan Jawa Timur masih merupakan daerah endemik gondok (seperti Kabupaten Blitar, Tulungagung, Kediri, dan Malang). Di Daerah Tingkat II seperti Kabupaten Mojokerta Jombang, Ngawi, Magetan, Tulungagung, Trenggalek, Malang, Pasuruan, Lumajang, Jember dan Kotamadya Malang dilaporkan adanya pertambahan jumlah desa endemik gondok dan bejumlah antara 43144 desa Dinkes Dati I Propinsi Jawa Timur 1993; Wijatmadi, 1994; Tim Peneliti FKM Unair, 1995). Menurut Kodyat (1996) dan Djokomoeljanto (1994), penderita GAKY pada umumnya banyak diternukan di daerah pegunungan dimana makanan yang dikonsumsi sangat tergantung dari produksi makanan dari tanaman setempat yang tumbuh pada kondisi kadar yodium yang rendah di tanah. Sehubungan dengan itu, maka masalah GAKY di masyarakat masih sering dihubungkan dengan rendahnya konsumsi yodium dari makanan dan minuman pada masyarakat di daerah dataran tinggi atau pegunungan. Namun akhir-akhir ini di daerah pantai juga telah ditemukan masalah GAKY, Yang menarik adalah ditemukannya daerah
-
Buletin Penelian S i e m Kesehatan Vol3 No 1.1999: 1 - 15
pantai dengan angka prevalensi gondok yang cukup tinggi dan memiliki kemungkinan menjadi daerah endemik gondok. Daerah semacam ini banyak ditemukan di wilayah pantai Kabupaten Lamongan, Kabupaten Tuban, Kabupaten Madura, dan Kabupaten Pasuruan (Dinas Kesehatan Tinkat I Prop. Jatim, 1995; Wirjatmadi, 1994; Tim Peneliti FKM Unair, 1995). Secara teoritis, seharusnya ha1 ini tidak boleh terjadi mengingat daerah pantai kaya akan hasil laut sebagai sumber yodium dan konsumsi yodium pada masyarakat di daerah pantai diharapkan dapat tercukupi dengan mengkonsumsi pangan sumber yodium tersebut. Menurut Djokomoeljanto (1993), manusia tidak dapat membuat unsur yodium bebas dalam tubuhnya seperti halnya dalam anabolisme protein atau gula. Manusia harus mendapatkan yodium secara alamiah dari luar tubuhnya (secara alamiah) melalui sarapan dari yodium yang terkandung dalam makanan dan minuman. Yodium terdapat dalam makanan sebagian besar sebagai yodida dan sebagaian kecil berikatan dengan asam amino secara kovalen (Brody, 1994). Sumber yodium umumnya hanya dari makanan. Dan kandungan yodium dalam makanan relatif
rendah yaitu dalam tingkat uglkg sampai mglkg. Behan makanan yang paling banyak mengandung yodium adalah "seafood" (rata-rata mengandung 660 mglug bahan), produk susu dan serealia (sekitar 100 mglg bahan), dan buahbuahan (40mglug bahan). Angkaangka ini tergantung pada keadaan tanah, pupuk dan pengolahan bahan makanan (Cavalieri, 1980 dalama Linder, 1992). Kandungan yodium dapat berbeda pada bahan makanan yang sama tegantung dari lahan dimana bahan makanan ini dihasilkan. Lahan yang sedikit mengandung yodium akan menghasilkan tumbuhanlmakanan yang mengandung sedikit yodium pula (Djokomoeljanto, 1993), sehingga suatu daftar makanan yang kaya &an yodium disuatu daerah kurang memiliki arti bagi daerah lain. Menurut Ellizar (1989), air laut mengandung jumlah total yodium yang terbesar. Hal ini disebabkan yodium dalam tanah dapat hilang pada waktu banjir. Yodium akan mengalir bersama air banjir kedalam sungai dan akhirnya ke laut, ikan laut dan tanaman yang ditanam di dekat taut merupakan sumber yang baik kandungan yodiumnya. Kandungan yodium tumbuhan laut umumnya tinggi yaitu 0,7 - 4,5 glkg, sedangkan
Kandungan lodium Pada Makanan (Inong Remo Gunanti et al)
untuk tumbuhan darat umumnya rendah yaitu 0,l mglkg (Muhilal, dkk, 1993) Mengapa di daerah pantai yang kaya akan hasil laut sebagai sumber yodium memiliki angka prevalensi gondok yang cukup tinggi ? Apakah karena rendahnya konsumsi yodium yang disebabkan oleh rendahnya kandungan iodium dalam bahan makanan di daerah tersebut ?. Berdasarkan adanya kenyataan tersebut, maka dilakukan analisis kandungan yodium bahan makanan di daerah pantai endemik dan nonendemik GAKY. Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan kemungkinan aspek kandungan yodium dalam bahan makanan yang dikonsumsi sebagai salah satu faktor yang berkaitan dengan kejadian GAKY di daerah pantai, sebagai bahan masukan bagi program penanggulangan KAKY yang telah ada selama ini. Hasil analisis kandungan yodium dalam beberapa jenis bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat di daerah pantai dapat bermanfaat untuk memperkaya perbendaharaan data tentang kandungan yodium dalam jenis makanan tertentu yang sampai saat ini masih dirasakan kurang.
METODE PENELlTlAN
Penelitian Tahap I : Survei Konsumsi Pangan
Masyarakat Penelitian tahap awal dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 1998 dengan melakukan survei konsumsi pangan pada masyarakat di daerah pantai endemik dan non endemik GAKY untuk mengetahui jenis-jenis bahan makanan yang biasa dikonsumsi, dengan menggunakan kuesioner "food frequency" . Pemilihan lokasi daerah pantai endemik dan non endemik GAKY berdasarkan hasil survei pemetaan gondok yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Tk. I Prop. Jatim, yaitu Desa Belimbing, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan sebagai daerah pantai endemik (Total Goiter Rate = 53,1% dan "Visible Goiter Rate" = 0,52%) dan Desa Labuhan, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan sebagai daerah pantai non endemik (Total Goiter Rate = 4,8%). Kedua desa ini merupakan desa pantai yang berlokasi di sepanjang Pantai Utara Propinsi Jawa Timur. Dalam ha1 ini sebagai unit analisis adaiah pola konsumsi pangan anak Sekolah Dasar dari daerah pantai endernik dan non endemik GAKY. Hal tersebut mengingat besamya resiko anak Sekolah Dasar untuk menderita
-
Buletin Peneliian Sistem Kesehatan Vol3 No 1.1999: I
gondok pada masa pertumbuhannya. Selain dari pada itu pola konsumsi panagan anak Sekolah Dasar dapat digunakan untuk memberi gambaran pola konsumsi pangan masyarakat. Untuk keperluan ini dipilih masingmasing 30 orang anak SD dari daerah- pantai endemik (Sekolah Dasar Belimbing I) dan daerah pantai non endemik GAKY (Sekolah Dasar Labuhan 11).
Penelitian Tahap II : Analisis Kandungan Yodium Bahan Makanan. Penentuan kandungan yodium bahan makanan dianalisis di Laboratorium Gizi Masyarakat, Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, lnstitut Pertanian Bogcr pada bulan Juli Agustus 1998. Penentuan kandungan yuodium bahan makanan dengan metode Cenium (Sandell-Kolthoff Methode) menurut Raghuramulu et a/. (1983). Prinsipnya adlah asam arsenit ( ~ ~ 0 3 mereduksi ~ ) ce4* (kuning) menjadi ce3' (tidak berwarna) dengan sisa ce4* yang tidak tereduksi diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm. Cara kerjanya sampel sebanyak 5 - 20 gram ditambahkan dengan 2 ml larutan campuran NaOH 2% dengan KN03
- 15
1% dipanaskan dalam oven pada suhu 105 derajat celcius selama 24 jam. Setelah itu diarangkan, dan diabukan dalam tanur pada suhu 550 derajat celcius kurang lebih selama 6 jam. Kemudian abu tersebut dilarutkan dengan NaOH 0,lN. Setelah larut disaring ke dalam labu ukur 100 ml dan ditera dengan NaOH 0,l N. Penetapan yodium dilakukan dengan larutan contoh, dipipet sebanyak. 3 ml. Kemudian ditambahkan 2 ml asam arsenit 0,2 N, dikocok dan didiamkan selama 15 menit. Setelah itu ditambahkan 1 ml Ce (IV) NH4S040,lN dikocok dan didiamkan selama 15 menit. Lalu diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm. Pertumbuhan Larutan lnduk (Larutan A) : 0,16864 gr K103 dilarutkan dengan 1000 ml H20 (equivalen dengna 100 pgllml) Simpan dalam refrigerator, stabil untuk beberapa bulan Pembuatan Larutan 6 : Dari larutan A diambil 10 ml kemudian diencerkan menjadi 100 ml (equivalen dengan 10 pg Ilml). Pembuatan Standar :
Larutan
Yodiurn
Kandungan lodium Pada Makanan (Inong Retno Gunant~et al)
Pipet larutan B sebanyak 0,04;0,08;0,12;0,16 vg Ilml ke dalam tabung, tambahkan masingmasing tabung dengan H20 sampai 10 ml (equivalen dengan 0,04;0,08;0,12;0,16 pg Ilml). Kurva standar dibuat berdasarkan hubungan absorbans yang dibaca pada panjang gelombang 420 nm dengan konsentrasi yodium standar (0,04;0,08;0,12;0,16 p g Ilml).
HASlL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil survei konsumsi pangan pada penelitian tahap I, dikumpulkan sebanyak 63 (enam puluh tiga) jenis bahan makanan yang biasa dikonsumsi dari kedua daerah pantai endemik dan non endemik GAKY. Kemudian untuk mengetahui kandungan yodiumnya, bahan makanan tesebut dianalisis secara kuantitatif di laboratorium. Kandungan yodium dalam jenis pangan pokok, kacangkacangan, sayur dan buah-buahan yang biasa dikonsumsi di daerah pantai endemik dan non endemik GAKY dibandingkan dengan kajian
Purwaningsih (1997) Yang berlokasi di dataran tinggi Kabupaten Kulonprogo, Daerah lstimewa Yogyakarta dan disajikan pada Tabel 1. Kadar yodium bahan makanan di daerah pantai endemik umumnya lebih rendah daripada daerah pantai non endemik. Kisaran perbedaan kandungan yodium pada sayuran danj buah adalah 0,025 - 0,59 pg1100 g bahan. Apabila dibandingkan dengan kajian Purwaningsih (1997), kandungan yodium bahan makanan baik di daerah pantai endemik maupun non endemik lebih rendah dari pada daerah pegungungan non endemik GAKY. Kisaran perbedaan kandungan yodium pada sayuran adalah 8,88 - 38,3 pgI100 g bahan. Kandungan yodium bahan makanan, baik di daerah pantai endemik maupun non endemik ternyata masih lebih rendah daripada daerah pegunungan endemik GAKY (Purwaningsih, 1997), dengan kisaran perbedaan kandungan yodium pada sayuran dan buah sekitar 6,37- 9,92pg1100 g bahan.
-
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol3 No I.1999: 1 - 15
Tabel 1.
Kadar lodium Dalam Jenis Pangan Pokok, Kacangkacanagan, Sayuran dan Buah-buahan Di Daerah Pantai Endemik dan Non Endemik GAKY Dibandingkan dengan Kajian Lain*
Jenis Pangan
I
Makanan Pokok : Beras
I 1
Kajian Peneliti 1998 1 Purwaningsih,l997 Daerah I - ~ a > r a h I ~ a & a h 1 Daerah Pegununga Pegunungan Pantai Pantai Endemik Nonende n Endemik Nonendemik mik (c19/1009 bahan) bahan) 2,595
kacangan : Kacang tanah Tempe kedelai Tahu
3,485 2,595 1,115
1,145
Sayuran : Kacang
3,655 2,s 1,62 2,12 12,82 0,855 1,495
1,27
13,25
3,16
12,04
16,99
3,09 1,85 2,185
0,Ol 13,45 12,04
14,68 29,86 16,55
7,23
39,13
panjang
Kangkung Bayam Taoge Wortel
KoI
-
- -
1,265 Daging kelapa rnuda Buah-buahan : 0,Ol 1,665 Pepaya 1,9 0,Ol 1,395 Pisang Keterangan . * dianalisis dalam keadaan mentah.
-
14,51 0,Ol
Kandungan lodurn Pada Makanan(Inong Remo Gunanti et al)
Studi yang dilakukan oleh Lee et al. (1994) dengan mengambil sampel bahan makanan dari diet orang lnggris sejak tahun 1985 sampai dengan tahun 1991, menemukan bahwa
kadar yodium pada ikan dan produk ikan berkisar antara 110320 pglkg. Kandungan yodium makanan dari beberapa kajian lain disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Kadar lodium Bert agai Bahan Makanan
7 Food I Koutras 1996
Bahan Makanan
~ g100s /
BOD
lkan Tawar (Basah) lkan Tawar (Kering) lkan Laut (Basah) lkan taut (Kering) Cumi-cumi (Basah) Cumi-cumi (Kering) Kerang-kerangan Udang & hasil olahannya Daging Susu S a ~ i Telur Sayur : Bayam Kacang panjang World Buncis Kollkubis sawi Serealia dan umbi : Beras Jagung Sin kon +9- Kacang-kacangan Kacang tanah Produk Kedelai Buah-buahan : Semangka
3-0 11.6 83,2 371.5 79,8 386,5
Purawisas tra Dkk.,l987
Borgstrom , 1982
pg/1oog
pgll oog
Compositi on Table, 1972 pg11oog
g i
5,O 4.7 9:33 20,O
t 4,7
6,8 3.3 1,o
Keterangan : BDD = Berat dapat dimakan.
1.o
-
Buletin Pendian Siiem Kesehatan - Vol3 No 1.1999: 1 15
Apabila dibandingkan dengan kandungan yodium makanan dari beberapa kajian lain yang disajikan pada Tabel 2, kandungan yodium bahan makanan baik di daerah pantai endemik maupun non endemik GAKY dipantai endemik maupun non endemik GAKY dipantai utara Kabupaten Lamongan lebih rendah, kecuali untuk hasil-hasil perikanan laut. Rendahnya kadar yodium dalam bahan makanan di daerah pantai endemik dan non endemik tersebut diduga karena sumber bahan makanan kecuali ikan, umumnya bukan berasal dari daerah setempat tetapi berasal dari daerah lain yang kemungkinan kadar yodium tanah dan alrnya memang sudah rendah. Menurut Linder (1992) kadar yodium bahan makanan sangat bervariasi, tergantung dari keadaan tanah, pupuk dan pengolahannya. Pada umumnya masyarakat di kedua daerah penelitian tersebut rnengolah makanan terutama yang berasal dari ikan laut basah (segar). Variasi konsumsi jenis masakan (terutama ikan) hanya terbatas pada jenis masakan ikan yang diasem-asem, dilodeh, digoreng dan dipanggang. Sebagai pilihan lain adalah telur ayam "dadar", tahu dan tempe goreng. Untuk jenis sayuran yang menjadi pilihan pada umumnya yang banyak tersedia di pasar '
setempat, seperti : bayam, kangkung, kacang panjang, toge, gambas, atau kol. Biasanya dimasak dengan cara direbus, ditumis atau dicampurkan dengan "asem-asemn ikan. Cara mengolah dan menyiapkan makanan pada kedua daerah penelitian umumnya tidak berbeda. Kemungkinan pengolahan makanan dengan menggunakan asam Jawa akan menurunkan kandungan yuodium dari makanan yang diolah. Arhya (1996) melaporkan bahwa makanan yang dicampur dengan cabai, terasi, ketumbar dan merica serta asam jeruk dan cuka akan menurunkan dengan tajam kandungan yodiumnya. Kandungan yodium dalam bahan makanan dapat hilang melalui proses pengolahan. Dijumpai kandungan yodium pada ikan dapat hilang melalui proses pengolahan yang dilakukan, misalnya : kehilangan yodium dengan cara menggoreng sebanyak 29-35%, memanggang atau membakar sebanyak 23-25%, dan dengan cara merebus (terbuka), yudium yang hilang sebanyak 58-70% (Hetzel, 1988). Pada Tabel 3 disajikan kandungan yodium dalam pangan hewani, jajanan dan serba-serbi yang biasa dikonsumsi di daerah pantai endemik dan non endemik GAKY.
Kandungan lodium Pada Makanan (Inong Retno Gunanti et al)
Tabel 3. Kandungan lodium Dalam Pangan Hewani, Jajanan dan Serba-serbi Di Daerah Pantai Endemik dan Non Endemik GAKY Jenis Pangan
Kajian Penelii 1998 Daerah Daerah Pantai Pantai Nonenderni Endemik k
(vglloog bahan) Pangan Hewani : Telur ayam Daging ayam lkan kuningan segar lkan Tenggiri segar lkan Juwi segar lkan Tongkol segar lkan Layur segar lkan Kembung segar lkan Dodok segar lkan Kakap segar lkan Layang segar lkan Banyar panggang lkan Juwi panggang lkan Layang pindang lkan Dodok asin lkan Kuningan asin Udang segar lkan Air Tawar Jajanan : Kue Apem Bongkok Topten Kue Palapa K w Miraos Family Jelly Kue Bikang Kue Oremorern Camilan Bawang Kacang Atom Garuda Surya Snack K w merk SPM Serba-serbi : Gula Jawa
42,315 1,275 102,13 107,445 99,005 100,045 116,l
( d loog bahan)
38,251
Purwaningsih,l997 Daerah Daerah Pegunungan Pegunungan Endemik Nonendemik
dl 00s
bahan)
201,24
( d l009 bahan)
617,2
1 06,64 107,31
103,275 1 18,6
91,095 93,71 108,955 91,275 85,835 88,83 88,455 82,39
283,225 249,097 81,895 14,53
0-9 1,385 1,3 2,73 1,105 4,17
2.46 0,785 1,71 0,945 1,11 1,695 1.355
1,675
Keterangan : 'dianalisis dalam keadaan mentah.
10,37
13,66
SIMPULAN DAN SARAN
Kandungan yodium bahan makanan di daerah pantai endemik umumnya lebih rendah bila dibandingkan dengan daerah pantai non endemik GAKY. Bila dibandingkan dengan kandungan yodium bahan makanan dari beberapa hasil kajian lain. Kandungan yodium bahan makanan di daerah pantai endemik maupun non endemik GAKY didaerah Brondong dan Paciran (Kabaupaten Lamongan) umumnya lebih rendah, sekalipun bila dibandingkan dengan kandungan yodium .bahan makanan di daerah pegunungan endemik dan non endemik GAKY. Tetapi ha1 tersebut tidak berlaku untuk hasil-hasil perikanan laut.
SARAN Perlu diiakukan kajian lebih lanjut untuk menelusuri faktorfaktor yang berkaitan dengan rendahnya kandungan yodium dalam bahan makanan tersebut (jika dibandingkan dengan kajiankajian lain, khususnya di daerah pegunungan endemik GAKY). Mengingat dalam penelitian ini belum mempertirnbangkan faktor kehilangan yodium karena proses pengolahan dan pemasakan, maka
perlu pula dilakukan analisis kandungan yodium dalam ragam jenis makanan yang telah diobah sesuai dengan resep masakan setempat. Bagi penentu kebijakan program penanggulangan GAKY, perlu diberikan perhatian yang lebih serius lagi terhadap perrnasalahan GAKY di daerah pantai dengan memperluas jangkauan program yang telah dilaksanakan selama ini, melalui peningkatan strategi Komunikasi, lnformasi dan Edukasi (KIE), khususnya promosi tentang penggungaan garam beryodium dan meningkatkan kesadaran untuk mengkonsumsi pangan kaya yodium pada masyarakat di daerah pantai.
Kandungan lodium Pada Makenan Onong Retno
DAFTAR PUSTAKA Arhya, 1996. Kendala-kendala Penggunaan Garam Beriodium di Indonesia. Makalah Dipresentasikan pada Pertemuan Nasional GAKI di Semarang, November 1996 Borgstrom, G. 1982. Fish as A. Source of Meneral Nutrition. New York Academic Press. Brody, T. 1994. Biochemistry. Press. Inc. USA
Nut~itional Academic
Dinkes Dati I, Prop. Jatim. 1993. Kesehatan Dalam Angka di Jawa Timur, Tahun IV, Pelita V. Dinas Kesehatan Daerah Tingkat I, Propinsi Jawa Timur. Surabaya.
1994 Gangguan ~ k j b a iDefisiens; Yodium dan Gondok Endemik. IImu Penyakit Dalam (Editor ; dr. Soedarman). Penerbit Buku Kedokteran EGC cetakan 4; hal.. 449-454. Jakarta.
Dodd, N.S., dan Dighes. 1993. Iodine Content of Diets of The People of Different Regions Living in Bombay. J, Food Science and Technology India. 30 (2) 134-136, 10. Ellizer. 1989. Pemeriksaan Kadar lodium Garam Konsumen yang Beredar di ' Pasar Kotamadya Padang dan Sekitarnya. Laporan Penelitian lnstitut Keguruan dan llmu Pendidikan Padang.
Gondok di Jawa Timur tahun 1995. Seksi Bina Gizi. Dinas Kesehatan Daerah Tingkat I, Propinsi Jawa Timur. Surabaya.
FAOIUS. Dept. HEW. 1972. Food Composition Table for Use in East Asia. FAO. Rome. Dalam Suhardjo. Pemanfaatan Pangan Sumber lodium dalam Upaya Penanggulangan GAKI. PAU Pangan dan Gizi. IPB Bogor.
R. 1993. Djokomoeljanto, Hipothyroidi di Daerah Defisiensi lodium. Kumpulan Naskah Simposium GAKI. hat : 3546. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Geetarjali, G., M.G. Kannakar, K. Umesh, dan J. Jagannathan. 1995. Estimation of Losses of Iodine During Different Cooking Procedures. Asia Pasific J, Clin. Nutr ; 4 (2) 225 227,5.
-
Gibson, R. 1993. Nutritional Assessment. A Laboratory Manual. Oxford University Press. New York. Hetzel, B.S. 1988. The Prevention and Control of Iodine Deficiency Disorders. ACCISCN State of Art Series. Nutrition Policy Discussion Paper No. 3. Kodyat, B.A. 1996. Nutrition in Indonesia : Problems, Trends, Strategy and Programs. Directorate of Community Nutrition, Departement of Health. Jakarta. Koutras, DA. 1996. lodine ; ~istribution, Availability, and Effects of Deficiency on The Thyroid. In Trace Elements in Human Nutrition and Health. WHO. Geneva. Latief, DK. 1995. Recent Progress in IDD Elimination on Indonesia. Paper presented in The International Symposium on lodine, Nutrition and Human Development, Dhaka, Bangladesh, 10 April 1995. Lee, S.M., J. Lewis, D.H. Buss, G.D. Holcombe, dan P.R. Lawrance. 1994. Iodine in British Food and Diets. British J. Nutr. , 72 (3) 435446, 40.
Linder, M.C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metobolisme. Dengan Pemakaian Secara Klims. (Penerjemah . Aminuddin Parakkasi). UI k s . Jakarta. Muhilal, F. Jalal, Hardinsyah. 1998, Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan. Prosiding Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI. LIPI. Jakarta. Purawisastra, S. Komari, dan D.S. Slamet. 1987. Kadar Yodiurn dalam Beberapa Bahan Makanan. Media Teknologi Pangan, 3 (34) : 38-41. Purwaningsih, S. 1997. Studi Kandungan Slenium dan lodium Makanan di Daerah Endemik dan Non-Endemik GAKl : Kaitannya dengan Parameter Status Selenium dan lodium pada Anak Sekolah. Tesis Program Pascasajana IPB. Raghuramulu, N.K, N. Madavan dan S.K Sundaran. 1983. A Manual of Laboratory Techniques. National Institute of Nutrition, Hyderabad, India.
Standbury, JB. 1993. The Damage Brain of Iodine Deficiency. Cognizant Communication Coorporation, New York.
Kandwgan lodiim Pada Makanan (Inong Reba et al)
Tim Peneliti FKM Unair., 1995. Pengkajian Kecendenrngan Masa Depan Pembangunan Kesehatan di Propins; Jawa Timur. Kerjasama FKM Unair dengan Kanwil Departemen Kesehatan. Propinsi Jawa Timur, Surabaya.
Wirjatmadi, B. 1994. Kecenderungan Masalah Gizi dan Penyakit-penyakit yang Bemubungan dengan Gizi di Ja wa Timur. FKM-UNAIR. Surabaya.