1 1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Pantai adalah daerah bertemunya daratan dan lautan. Luas daerah pantai
bervariasi tergantung dari jaraknya dan ditentukan oleh keadaan geografi setempat, vegetasi yang ada, adat istiadat masyarakat, dan budaya. Pantai lazilnnya ~nengga~nbarkan sebagian proses-proses laut seperti pasang surut ataupun arus. Batas pantai ke arah laut biasanya bersamaan dengan awal gisik pantai tetapi kadangkadang tidak jauh ke arah pantai dan daratan. Kondisi oseanografi di daerah pantai berbeda dengan laut terbuka. Beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan itu seperti pendangkalan perairan, run-off sungai, dan efek aliran massa udara dari daratan ke laut. Hal ini terutama variasi pergerakan air yang lebih lama dari keadaan yang biasa terjadi di perairan terbuka. Perubahan yang terbesar dapat dilihat pada posisi garis pantai dengan bentuk pesisir yang diakibatkan naiknya ~ n u k alaut dan perubahan kondisi yang cepat serta tecjadi secara terus menerus. Pembangunan yang merupakan suatu proses perubahan untuk ineningkatkan taraf hidup manusia tidak terlepas dari aktivitas pemanfaatan su~nberdayaalam. Di dalam aktivitas ini sering dilakukan perubahan-perubahan pada sumberdaya alam. Perubahan-perubahan yang dilakukan tentunya akan lne~nberikanpengaruh pada lingkungan hidup. Makin tinggi laju pembangunan, makin tinggi pula tingkat pemanfaatan sulnberdaya alaln dan ~nakinbesar perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan hidup. Oleh karena itu, dalam perencanaan pembangunan pada
sistem ekologi yang berimplikasi pada perencanaan penggunaan sumberdaya alam, perlu diperhatikan kaidah-kaidah ekologis yang berlaku untuk inengurangi akibatakibat negatif yang merugikan bagi kelangsungan pembangunan itu sendiri secara ~nenyeluruh(Bengen, 2000). Pe~nbangunan ekonorni yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan danpada seluruh lapisan masyarakat. Meningkatnya kesejahteraan secara ekonomi b ~ s adiartikan apabila seseorang bisa memenuhi kebutuhannya lebih banyak dan lebih baik dari sebelumnya. Makin besar kebutuhan, maka makin besar jumlah barang yang dihasilkan atau diproduksi dan ha1 ini memerlukan bahan mentah atau bahan baku atau disebut juga rc.vource.v. I<e.vources atau sumberdaya yang akan digunakan di dalatn proses produksi
ataupun yang langsung d~konsumsioleh inasyarakat dapat dibagi ke dala~n2 kategori yaitu: ( I ) sumberdaya yang dapat diperbaharuildiganti (lienewable resources) yaitu sumberdaya yang bisa dipakai tanpa habis karena ia dapat dihasilkan keinbali, ( 2 ) suinberdaya yang tidak bisa diperbaharui (Non renewuhle resources) yaitu sumberdaya-sumberdaya yang habis sekali pakai dan tidak dapat dihasilkan atau diperbaharui kembali. Semakin menipisnya sumberdaya alam dan menurunnya kemampuan ekosistem
alam
dalain
menyediakan jasa-jasa
lingkungan
bagi
keperluan
pembangunan dan kehidupan manusia, mendorong semua bangsa di dunia untuk menerapkan paradigma baru, yaitu peinbangunan berkelanjutan
(s14~vtalnable
development). Pe~nbangunandengan konsep pengelolaan ekosistem sumberdaya
alain secara berkelanjutan inengacu pada upaya pernanfaatan ekosistem sutnberdaya
alam secara optimal dan diimbangi dengan tindakan konservasi secara berkelanjutan. Pengelolaan yang dimaksud inenghindari pemanfaatan yang eksploitatif dan melampaui ambang batas daya dukung ekosistem sumberdaya tersebut. Sebaliknya menjaga kelestarian ekosistein tersebut inerupakan nilai tambah tersendiri bagi penduduk setempat secara khusus dan masyarakat luas secara umum (Kusumastanto dan Meilani, 1 998). Pan-jang garis pantai Sulawesi Utara kurang lebih 1985 km, dengan luas daratan sekitar 27.500 kin. Angka koinpleksitas garis pantai didefinisikan sebagai rasio dari ujung garis pantai dan keliling dari lingkaran hipotesis luar ekivalen daratan adalah 3,38 (dibandingkan dengan Pulau Jawa sebesar 1,79 dan Pulau Suinatera sebesar 2,05). Lebar semenanjung Sulawesi Utara cukup sempit, sehingga kebanyakan jarak garis pantai utara-selatan tidak ~nelebihi30 lun, dan maksimuin 80
km. Hal ini menunjukkan tingginya tingkat keragaman pantai dan besarnya pengaruh matra pantai pada kondisi alain dan perekonoinian serta sosial budaya masyarakat. Karena itu tidak mengherankan kalau kegiatan penduduk cenderung berada di depan pantai. Provinsi Sulawesi Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang inemiliki kekayaan melimpah baik di daratan maupun di lautan. Sumber kekayaan yang terdapat di laut antara lain ikan dengan hasil produksi tahun 1994 mencapai 111.260,20 ton, budidaya ruinput laut dengan hasil 1.340,5 ton, pada tahun yang sama. Jumlah nelayan di Sulawesi Utara pada tahun 1993 adalah 27.693 orang. Sebagian besar perairan Buyat memiliki dasar laut berupa pelapisan sedimen yang terbentuk akibat adanya aliran Sungai Buyat yang bermuara di sudut Barat Laut
perairan tersebut. Sedimen-sedimen asal daratan yang terbawa oleh aliran mengendap terutama di lereng dekat pantai, dan di lereng-lereng bawah bercampur dengan material tailing serta sedimen-sedimen laut lainnya. Relief lokal sepanjang 1 - 3 m tampak lereng-lereng yang lebih terjal di perairan Buyat dan kemungkinan diakibatkan oleh erosi dan longsor laut alalni (So~npie,dkk. 200 1 ). Rusaknya suatu kawasan pesisir perairan banyak penyebabnya baik oleh alam rnaupun oleh manusia. Penyebab rusaknya suatu kawasan pesisir oleh alam misalnya terjadi karena fenomena oseanografi (geloinbang inaupun arus pasang surut) sehingga terjadi abrasilerosi, maka akan terjadi perpindahan massa air sehingga dengan sendirinya mengakibatkan terjadi pengangkutan material sedimen dan proses sedimentasi berlangsung. Oleh manusia misalnya pengambilan karang batu maupun peinboinan ikan karang, dan dari segi pertanian diinana pengolahan lahan pertanian yang tidak teratur dapat menyebabkan lahan pertanian rusak sehingga struktur tanah tidak lagi seilnbang dan struktur tanah akan turun ke sungai dan selanjutnya aliran lnassa air (arus) sungai membawa material sedimen ke daerah pantai sehingga terjadi proses sedimentasi. Kawasan perairan Teluk Buyat dan sekitarnya merupakan suatu kawasan yang dihuni oleh beberapa biota (ikan maupun moluska) sebagai tempat mencari makan, berlindung maupun tempat bertelur. Namun kawasan ini akan menjadi kurang nilainya jika untuk mencari makan, berlindung maupun bertelur bagi biota di kawasan tersebut hancur atau rusak.
1.2
Identifikasi Masaiah
Berke~nbangnya pertumbuhan penduduk di suatu kawasan pesisir dapat mendorong untuk meningkatkan kebutuhan hidupnya, sehingga dengan sendirinya kebutuhan hidup masyarakat akan meningkat pula. Hal ini pula yang terjadi pada masyarakat peslsir (nelayan) yang berada pada kawasan perairan Desa Buyat dan sekitarnya. Peningkatan kebutuhan ini akan inendorong eksploitasi sumberdaya perairan seperti penangkapan ikan karang dengan cara yang tidak ilegal (pemboinan) yaitu dalam waktu yang cepat dan hasilnya banyak, sehingga melalui kegiatan ini dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan pada teruinbu karang, dan dengan sendirinya dapat memberikan tekanan pada daerah terumbu karang (komunitas ikan kaiang) karena karangnya rusak dan juga bongkahan-bongkahan karang tersebut menjadikan penumpukan sedimen. Kejadian ini juga mengakibatkan adanya degradasi ekosistem dan sumberdaya pesisir baik secara langsung maupun tidak langsung. Dari segi pertanian yang tidak teratur dapat pula mengakibatkan adanya material sediinen terbawa ke suatu perairan melalui aliran sungai. Begtu juga dari pertambangan baik dari pertambangan rakyat (tradisional) maupun swasta (pengusahalperusahaan) yang tidak mengatur dengan baik cara pengaturan dari lahan (daratan) dapat mempengaruhi daerah pesisir maupun laut. Berdasarkan uraian yang diungkapkan terdahulu, dimana adanya geloinbang dapat menimbulkan terbentuknya longshore current (arus susur pantai) maupun r p
current (arus balik atau arus meretas pantai) dan terjadilah abrasilerosi sehingga menyebabkan transportasi sedimen pada kawasan terumbu karang tersebut. Begitu juga dengan kegiatan peinboman ikan di daerah teruinbu karang serta pengolahan
lahan pertanian yang tidak teratur ataupun pertambangan dengan berpindah-pindah (lahan daratan tidak diolah dengan baik) dapat menimbulkan material yang tidak kuat atau mudah terpisah, maka akan menimbulkan banyak sedimen, sehingga dengan demikian diinana material sedimen yang terbawa oleh aliran rnassa air ataupun aliran sungai dari suatu tempat ke tempat yang lain dapat mengendapkan pada kawasan terumbu karang karena adanya arus tersebut, sehingga dengan deinikian kawasan di daerah tersebut akan terganggu akibat adanya sedimen. 1.3
Perumusan Masalah Kegiatan pembotnan ikan karang maupun pertanian saat ini memberikan
keuntungan bagi masyarakat, tetapi dainpaknya secara tidak langsung terhadap lingkungan belum dipahami secara terinci, karena akan mengakibatkan terjadinya penuinpukan material sedimen pada kawasan terumbu karang yang inerupakan pelindung pantai dengan suatu proses yaitu pengangkutanltranspor sedimen ke daerah pantai kemudian oleh arus tersebut dapat ~nengendapkanmaterial sediinen pada kawasan terumbu karang. Kejadian ini akan mengakibatkan terganggunya atau merusak ekosi stem terumbu karang . Untuk menanggulangi pennasalahan ini diperlukan suatu cara pengelolaan yang memberikan manfaat bagi masyarakat, sehingga kelestarian ekosistein terumbu karang di daerah tersebut tetap terjaga. Berbagai kegiatan manusia di wilayah pesisir menunjukkan bahwa dengan memelihara kelestarian dan produktivitas wilayah pesisir banyak yang dapat diperoleh dalam bidang ekonomi dan sosial.
Kelestarian dan produktivitas ini
sebaiknya dipelihara melalui pengelolaan yang terpadu. Penentuan pengelolaan yang
ditujukan hanya untuk satu tujuan tertentu dan pemanfaatan secara eksklusif, atau ditujukan untuk pemanfaatan-pemanfaatan lain, tidak akan meinberi hasil yang diharapkan. Hal ini bukan berarti bahwa seluruh daerah pesisir harus dibiarkan dalam keadaan tidak berkembang, dan bebas dari gangguan kegiatan manusia. Menurut Bengen (2002) bahwa perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu ineiniliki pengertian bahwa pengelolaan sumberdaya alain dan jasajasa lingkungan pesisir dan laut dilakukan melalui penilaian secara menyeluruh (conzprehetz.rrve c~.s.se,c.snzenf),inerencanakan
tujuan
dan
sasaran, keinudlan
merencanakan serta mengelola segenap kegiatan pemanfaatannya guna mencapai pembangunan yang optimal dan berkelanjutan. Perencanaan dan pengelolaan tersebut dilakukan secara kontinyu dan dinamis dengan mempertimbangkan aspek sosialekonomi-budaya, dan aspirasi inasyarakat pengguna wilayah pesisir (stakelzol&rs) serta konflik kepentingan dan pemanfaatan yang mungkin ada. Selanjutnya dikemukakan oleh Lawrence (1998) bahwa pengelolaan wilayah pesisir secara berkesinambungan tergantung pada peinusatan perhatian kepada lnasalah pengelolaan dan perencanaan sebagai berikut: Pengakuan terhadap pentingnya aspek-aspek ekonomis dan sosial dari wilayah pesisir; Kemampuan pengainbilan keputusan untuk merencanakan dan nlengelola peinanfaatan wilayah pesisir secara berkesinainbungan; Integrasi pengelolaan pemanfaatan wilayah pesisir yang beragam ke dalatn struktur sosial, budaya, hukum, dan adininistrasi dari wilayah pesisir itu; dan
Pemeliharaan keutuhan fungsionil dari wilayah pesisir serta ekosistemekosistem komponennya. Kemudian disainpaikan pula oleh Bengen (2002) bahwa penanggulangan penceinaran yang diakibatkan oleh industri dan liinbah rurnbah tangga, sedimentasi akibat erosi dari kegiatan perkebunan dan kehutanan, dan limbah pertanian tidak hanya dilakukan di kawasan pesisir saja, melainkan harus dilakukan mulai dari sumber dampaknya. Oleh karena itu, pengelolaan di wilayah ini harus diintegrasikan dengan wilayah daratan dan laut serta Daerah Aliran Sungai (DAS) ~nenjadisatu kesatuan dan keterpaduan pengelolaan. Pengelolaan yang baik di wilayah pesisir akan hancur dalam sekejap, jika tidak diimbangi dengan perencanaan DAS yang baik pula. Keterkaitan antar ekosistem yang ada di wilayah pesisir harus selalu diperhatikan. Kemudian segenap keterpaduan di atas, akan berhasil diterapkan apabila ditunjang oleh keterpaduan dari pelaku dan pengelola pembangunan di kawasan pesisir dan laut. Seperti diketahui bahwa pelaku pembangunan dan pengelola suinberdaya alain wilayah pesisir antara lain terdiri dari pemerintah (pusat dan daerah), masyarakat pesisir, swasta/investor, dan juga lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang masing-masing memiliki kepentingan terhadap pemanfaatan sumberdaya alam di kawasan pesisir. Penyusunan perencanaan pengelolaan terpadu harus mampu mengakomodir segenap kepentingan pelaku pembangunan suinberdaya pesisir dan laut. Oleh karena itu, perencanaan pengelolaan pembangunan hams menggunakan pendekatan dua arah, yaitu pendekatan dari atas (top down) dan pendekatan dari bawah ( b o ~ o up). n~
Dari berbagai kegiatan ~nasyarakatdi wilayah pesisir dan laut tersebut, salah satu kegiatan yang menonjol untuk dievaluasi adalah pemanfaatan suinberdaya yaitu menentukan efisiensi pemanfaatan dan pengelolaannya, maka dapat ditentukan pilihan pengelolaan yang paling efisien dan lnendukung kelestarian ekosistem sumberdaya secara berkelanj utan. Berdasarkan beberapa pennasalahan yang saling kebergantungan satu sama lainnya dan dilanjutkan dengan perumusannya, sehingga wilayah pesisir dan laut Teluk Buyat dan sekitarnya perlu diteliti. Kegiatan penelitian dengan tema "Tingkut Sedinzentusi dun E'enguruhnyu pudu Ek~~vistern 7'erzn?lhuKurung di Peruirun 7'eluk Buyut dun Sekiturnyu I'rovinsi Sulawesi Uturu " dilakukan.
1.4
Tujuan dan Manfaatnya Berdasarkan pemikiran di atas, maka penelitian ini akan dilakukan dengan
tujuan: 1 . Mengukur dan menganalisis banyaknya material sedimen pada kawasan terumbu karang di perairan Teluk Buyat dan sekitarnya,
2. Mengkaji ekosistem terumbu karang di perairan Teluk Buyat dan sekitarnya, Melalui penelitian ini diharapkan dapat lnelnberikan infonnasi tentang kondisi sumberdaya tersebut sehingga dalam mengambil keputusan untuk perencanaan proses pengelolaan yang berkelanjutan dapat berjalan. Bertolak dari permasalahan dan perumusan serta dilanjutkan dengan tujuan dan rnanfaatnya dibuatlah suatu kerangka pernikiran sebagai~nanaterlihat pada Gambar 1 berikut ini:
Faktor alam:
Faktor manusia:
Fenomena oseanografi - gelombang - arus pasut - banjir
Penambangan karang batu Pemboman ikan karang Kegiatan pertanian atau pertambangan
SEDIMEN
EKOSISTEM TERUMBU KARANG
PENGELOLAAN BERKELANJUTAN
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian