ri,. $
"'I
*
;sJ "57 '
P? 2,.
, ;,
1
, "
:a . /*--
'
c{ ,i'
i"?
.
.
f ERlLAKU KONSUMSl GARAM BERIODIUM PADA MASYARAKAT DAERAH ENDEMIK GAKt Dl KECAMATAN JUWANA, KABUPATEN PAT], PROPINSI JAWA TENGAH
ELFRlDA H.P. TAMBUNAN A30. q317
JURUSAN GlZl MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1998
RINGKASAN ELFRIDA HELENA PARUNTUNGAN TAMBUNAN. Perilaku Konsumsi Garam Bericdiurl; pada Masyarakat Daeran Endemik GAKl di Kecam2fan Juwana, (Di bawah bimbingan DlAH Kabupaten Pati, Propinsi Jawa Tengah. KRlSNATUTl PRANADJI dan MELLY LATIFAH). Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku konsurnsi garam beiiodium dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada ibu rumah tangga di daerah endemik GAKi. ~ d a b u ntujuan secara khusus adaiah untuk rnengeiahui karakteristik sosial ekoiiomi (umur, tingkai pendidikan, tingkat pendapatan, can aktivitas komunikasi ibu rumah tangga), tingkat pengetahuan GAKI dan garam beriodium, sikap terhadap GAKl dan garam beriodiumserta perilaku ibu rurnah tangga (bentuk, harga, dan berat gararn beriodium yang dikonsumsi); serta rnengetahui hubungan antara perilaku konsumsi garam beriodium dengan masing-masing faktor. Penelitian dilakukan di Desa Jepura dan Desa Bajo Mulyo. Kabupaten Pati, Propinsi Jawa Tengah pada bul'an November-Desember 1996. Data yang dikumpulkan merupakan data hasil penelitian Staf Pengajar Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, lnstitut Pertanian Bogor, yang dibiayai oleh Proyek Community Health and Nutrition Ill (CHN Ill), kerjasama Departemen Kesehatan-Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi (Depkes-Dikti). Pemilihan daerah lokasi penelitian dilakukan secara purposif atas dasar tingginya prevalensi GAKI. Dari kedua desa terpilih, diambil secara acak masingrnasing dua RW untuk tiap desa. Kemudian dari setiap desa dipilih secara acak 30 ibu rurnah tangga sebasai responden sehingga diperoleh 60 orang responden. Data yang dikuinpdlkan izeliputi daiz kaizkteristik jssial ekonomi keluarga (pendapatan keluarga, pendidikan formal), pengetahuan ibu mengenai GAKI dan garam beriodium, aktivitas komunikasi, sikap, dan perilaku ibu rumah tangga terhadap garam beriodium. Semua data tersebut diperoleh dengan rnenggunakan alat bantu kuesioner, sedangkan data sosio-demografi wilayah dan penduduk desa diperoleh dari kantor kelurahan. Data mengenai karakteristik sosial e~onomidan sikap ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Data pengetahuan, dan aktivitas komucikasi dikelompokkan berdasarkan standar deviasi. Data pendapatan responden dibandingkan dengan pendapatan per kapita penduduk Indonesia pada tahun 1995 (BPS. 1995). Adapun data mengenai perilaku konsumsi garam beriodium diperoleh dari informasi Serat yararn yang dikonsumsi (gram), bentuk, dan harga garam ierssbut. Kesratan hubungan antara masing-masing faktor diuji dengan Spearman Correlstion Bivariat 2Tailed dengan menggunak~nperangkat SPSS V.6 for Windows. Secara keseluruhan responden telah menggunakan garam beriodium sejak lama dan telah me~getahuifungsinya bagi pencegahan penyakit gondok. Sebagian besar responden berumur 26-40 tahun dengan tingkat pendidikan yang rendah (tamat SD ke bawah). Tingkat pendapatan rata-rata responden Rp 85.743,67, lebih tinggi dari rata-rata pendapatan penduduk lndonesia yang hanya mencapai Rp 70.062.00 (BPS, 1995). Aktivitaskomunikasi responden yakni komunikasi interpersonal, kelornpok, dan media massa, tergolong rendah, disamping itu garam bukan rn~rupakanrnasalah serius untuk dibicarakan.
Sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan GAKI dan garam beriodium responden yang tergolong sedang (masing-masing 81,67% dan 63,33%), demikian pula dengan sikap terhadap GAKI dan garam beriodium 76,67% bersikap positif. Perilaku konsumsi garam beriodium responden secara umum baik. Dalam hal pemilihan garam berdasarkan harganya, lebih dari sebagian responden (61,67%) Sebagian besar mengkonsumsi garam dengan harga antara Rp 200-299/kg. responden (93,34%) mengkonsumsi garam berbentuk bata beriodium, dan sebanyak 65,00% responden mengkonsumsi garam dalam berat yang sesuai dengan anjuran Departemen Kesehatan (2-6 gr/org/hr). Perilaku responden, da'lam hal ini konsumsi garam menurut harga garam yang dibeli, menunjukkan kecenderungan bahwa kelompok umur yang lebih muda membeli garam dengan harga relatif lebih mahal daripada kelompok umur lebih tua. Sedangkan tingkat pendidikan tidak menunjukkan adanya perbedaan dalam konsumsi garam menurut harganya, demikian pula dengan aktivitas komunikasinya. Sebagian besar responden dengan tingkat pendapatan rendah memilih garam dengan harga murah. Tidak terlihat adanya hubungan antara umur dan tingkat pendapatan dengan bentuk garam beriodium yang dikonsumsi. Hal ini berbeda dengan tingkat pendidikan dan aktivitas komunikasi. Responden yang mengkonsumsi garam halus memiliki tingkat aktivitas komunikasi sedang dengan tingkat pendidikan yang tinggi (tamat SMA). Sedangkan responden yang mencampur garam bata dengan garam krosok non-iodium memiliki tingkat aktivitas komunikasi yang rendah dengan pendidikan tamat SD ke bawah. Responden yang mengkonsumsi garam batadengan krosok cenderung memiliki sikap netral terhadap GAKI dan garam beriodium, sementara responden yang mengkonsumsi garam halus seluruhnya bersikap positif. Responden yang berada dalam kelompok umur lebih muda cenderung mengkonsumsi garam dengan berat yang sesuai standar kesehatan (2-6 gr/org/hr), sementara kelompok umur yang lebih tua cenderung mengkonsumsi garam melebihi standar tersebut. Dalam hal tingkat pendidikan terlihat bahwa mayoritas responden yang mengkonsumsi garam dalam berat yang kurang memiliki tingkat pendidikan yang relatif lebih rendah dari yang mengkonsumsi garam dengan berat yang melebihi standar. Tingkat pendapatan yang rendah memberikan kontribusi dalam kelompok responden yang mengkonsumsi garam dalam berat yang kurang. Sementara itu aktivitas komunikasi, khususnya interpersonal dan media massa menunjukkan adanya kecenderungan responden yang aktivitas komunikasinya tinggi dan sedang mengkonsumsi garam dengan jumlah yang cukup. Dalam hal ini sikap yang positif nampak lebih besar jumlahnya pada kelompok yang mengkonsumsi garam dengan berat yang kurang ataupunmelebihi standar. Berdasarkan hasil uji statistik, diperoleh hubungan yang nyata antara harga garam dengan umur responden, bentuk garam yang dikonsumsi dengan pendidikan dan sikap, dan berat garam beriodium yang dikonsumsi dengan komunikasi interpersonal dan media massa. Tidak terlihat hubungan yang nyata antara tingkat pendidikan, aktivitas komunikasi dan sik at'I-aktli'iv
PERILAKU KONSUMSI GARAM BERlODlUM PADA MASYARAKAT DAERAH ENDEMIK GAKl Dl KECAMATAN JUWANA, KABUPATEN PATI, PROPlNSl JAWA TENGAH
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian lnstitut Pertanian Bogor
Oleh ELFRIDA H.P. TAMBUNAN A 30. 1317
JURUSAN GlZl MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1998
: PERILAKU KONSUMSI GARAM BERlODlUM PADA
MASYARAKAT DAERAH ENDEMIK GAKl Dl KECAMATAN JUWANA, KABUPATEN PATI, PROPlNSl JAWA TENGAH MAHASISWA : ELFRIDA H.P. TAMBUNAN NRP
: A 30.1317
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I,
Ir. Diah K. branadji, M.S NIP. 131 476 543
Tanggal Lulus: 10 September 1998
Dosen Pembimbing It,
n
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Kendari, Propinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), pad a tanggal 14 September 1975.
Penulis merupakan anak pertama dari empat
bersaudara keluarga Bapak Sindak H. Tambunan, S.H dan Ibu S.B.R. Pardede Jenjang pendidikan formal penulis, yaitu SD diselesaikan pad a tahun 1987 di SON II Raha, Kabupaten Muna, Sultra. Pendidikan SLTP diselesaikan pad a tahun 1990 di SMPN II Kodya Kendari, Sultra. Kemudian melanjutkan ke SMAN I Kodya Kendari, Sultra. Penulis diterima sebagai mahasiswa IPB pada tahun 1993 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga.
Tahun 1994 penulis masuk Jurusan Gizi
UCAPAN TERIMAKASIH Segala puji dan syukur hanya bagi Tuhan, Allah yang Maha Kasih. Hanya atas segala berkat dan pimpinan-Nya sajalah yang membuat penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada Ir. Diah K. Pranadji, M.S. perhatiannya
selama
ini
dan Ir. Melly Latifah atas segala bimbingan dan kepada
penulis.
Ucapan
terimakasih
juga
disampaikan kepada Ir. C.M. Dwiriani, M.Sc selaku' dosen pemandu seminar dan kepada Ir. Retnaningsih, M.Si. sebagai dosen penguji atas segal a masukan demi kesempurnaan skripsi ini. Kepada Bapak dan Mama terkasih, terimakasih atas segala kasih sa yang dan dorongannya, juga atas segala doa dan pengorbanannya. tersayang (Ucok,
Adik-adikku
Dony, dan Ika), terimakasih juga atas segala cinta dan
kebersamaannya, dukungan dan canda kalian membuat penulis bersemangat. Kepada sahabat-sahabat setia semenjak Tingkat Persiapan Bersama (TPB IPB), Mariati, Uti dan Sri Adams, penulis mengucapkan tenmakasih buat kebersamaan yang telah
te~alin
selama ini. Rasa tenmakasih penulis sampaikan pula kepada Bang
Ronald atas perhatian dan dukungannya yang
besar kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini, juga tidak lupa kepada Tulang Jeffry dan keluarga yang lain yang telah memberikan dorongan moril kepada penulis. Terimakasih pula kepada teman-teman seatap di "Malibu KosI", Anjar, Danar, Yutu, Yanti, Rully, Dessy, Made, Lia, Ula, Tatik, Novi, Ida, dan Dollar, teman-teman di NHKBP Bogor yang memberi semangat kepada penulis, dan teman-teman GMSK, Anjar, Sendih, Enny, Rida, Heni, Asih dll. Kepada semua pihak yang tidak dapat ditulis satu per satu, penulis mengucapkan terimakasih untuk segala bantuannya. . Akhir kata, biarlah Tuhan memberkati semua pekerjaan kita dan berkenan di hadapan-Nya. Amin.
Bogor, September 1998
Penulis
DAFTAR lSI
Halaman DAFT AR T ABEL... ... ...... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ...... ... ...
viii
DAFTAR GAM BAR... .................. .................. ... .................. ...............
ix
DAFTAR LAMPIRAN................................. ..................... ...................
ix
PENDAHULUAN................................. ... .................................... ....... Latar Belakang ................. ' ... ... ... .. . ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... Perumusan Masalah................................................................ Tujuan Penelitian...... .................................... ........................... Kegunaan Penelitian......................................................... ......
1 1 2 3 4
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... Masalah dan Penanggulangan GAKI di Indonesia ... :.. ... ...... ... ...... .. Garam Beriodium.......................................... .......................... Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi, Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan dengan Perilaku Individu... ...... ............ ... ...... ... ... ....
5 5 6 7
KERANGKA PEMIKIRAN...................................................................
12
METODE PENELITIAN..................................................................... Tempat dan Waktu Penelitian... ... ...... .... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... Cara Pengambilan Contoh... ... ............... ........ ............ ... ...... ...... Jenis dan Cara Pengumpulan Data...... ...... ...... ......... ...... ...... ...... Pengolahan dan Analisis Data................................................... Batasan Istilah .................................................................... ' ...
14 14 14 15 15 17
HASIL DAN PEMBAHASAN... ...... ........................ ............... ......... ...... Keadaan Umum Daerah Penelitian............................................ Prevalensi GAKI.................................................................... Karakteristik Sosial Ekonomi Responden............ ............... ......... Pengetahuan GAKI dan Garam Beriodium.................................. Sikap terhadap Garam Beriodium.............................................. Perilaku Konsumsi Garam Beriodium......................................... Hubungan antar Variabel...... ...... .............................................
19 19 21 21 26 28 30 32
KESIMPULAN DAN SARAN..................... ...... .................................... Kesimpulan .......................................................................... Saran......... ............ ....................................................... ......
40 40 41
DAFTAR PUSTAKA................................. .......................................
42
LAMPIRAN... ............ .....................................................................
45
DAFTAR TABEL Nomor 1.
Halaman Jarak dari Desa Jepura dan Bajo Mulyo ke Pusat-pusat Pemerintahan...... ... ...... ...... ... ...... ... ............. .... ... ......... ... ... ......
19
Sebaran Penduduk menurut Jenis Kelamin di Desa Jepura dan Bajo Mulyo ..................................................... .
20
Sebaran Penduduk yang Bekerja menurut Mata Pencaharian di Desa Jepura dan Bajo Mulyo... ... ...... ... ... ... ...... ...... ... ......... ... .......
20
4.
Sebaran Responden menurut Umur......... ... ... ... ......... ... ... ... ... ......
22
5.
Sebaran Responden menurut Tingkat Pendidikan...... ... ...... ......... ...
22
6.
Sebaran Responden menurut Jenis Pekerjaan... ...... ... ... ... ... ... ... .....
23
7.
Sebaran Responden menurut Tingkat Pendapatan per Kapita per Bulan ... 24
8.
Sebaran Responden menu rut Tingkat Aktivitas Komunikasi... ... ... .......
25
9.
Sebaran Responden menurut Tingkat Pengetahuan GAKI... ... ... ... .....
26
10.
Sebaran Responden menurut Tingkat Pengetahuan Garam Beriodium..
28
11.
Sebaran Responden menurut Sikap terhadap GAKI dan Garam Beriodium... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ...... ... ... ...... ... ... ....
29
12.
Sebaran responden berdasarkan Harga Garam per Kilogram (Rp/Kg)...
30
13.
Sebaran responden menurut Bentuk Garam yang Dikonsumsi... ... ... ...
31
14.
Sebaran Responden berdasarkan Berat Garam yang Dikonsumsi (gram/orang/hari... ... ... ... ... ......... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ...... ... ....
32
2.
3.
DAFTAR GAM BAR
Halaman
Nomor Bagan Hubungan antara Karakteristik Sosial Ekonomi, Pengetahuan GAKI dan Garam Beriodium serta Sikap dengan Perilaku Konsumsi Garam Beriodium ................................ .
1
13
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1 2
3 4
5 6
7
8
Halaman Hubungan antara Perilaku Konsumsi Garam Beriodium dengan Umur Responden .............................................. .
46
Hubungan antara Perilaku Konsumsi Garam Beriodium dengan Tingkat Pendidikan Responden .............................. .
46
Hubungan antara Perilaku Konsumsi Garam Beriodium dengan Tingkat Pendapatan Responden ........................... .
47
Hubungan antara Perilaku Konsumsi Garam Beriodium dengan Tingkat Aktivitas Komunikasi Responden ............... .
48
Hubungan antara Perilaku Konsumsi Garam Beriodium dengan Tingkat Pengetahuan GAKI Responden ................. .
49
Hubungan antara Perilaku Konsumsi Garam Beriodium dengan Tingkat Pengetahuan Garam Beriodium Responden ..
49
Hubungan antara Perilaku Konsumsi Garam Beriodium dengan Sikap Responden ......................................... .
50
Hasil Uji Hubungan antar Variabel berdasarkan Korelasi Spearman ..................................................................... .
51
PENDAHULUAN Latar Belakanq GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan lodium) merupakan salah satu masalah gizi utama di hampir semua propinsi di Indonesia.
Sekitar 30 juta penduduk
bermuklm di daerah-daerah gondok endemik dimana sebanyak 3,5 juta orang merupakan penderita GAKI dan 750 ribu orang diantaranya penderita kretin (Oepartemen Kesehatan Republik Indonesia (Oepkes RI) ,1992). Meskipun penderitanya tidak sampai meninggal. dampak GAKI sangat merugikan kualitas hidup manusia karena dapat mengurangi kecerdasan penduduk dan produktivitas kerja serta menghambat pertumbuhan fisiko
Selain itu, GAKI dapat menyerang manusia di
segala usia, baik pria maupun wanita (OeMaeyer, Lowenstein, & Thilly, 1979). Ojokomulyanto
(1974)
menyatakan
bahwa
masalah
gondok
endemik
merupakan manifestasi dari defisiensi iodium. Timbulnya masalah GAKI di suatu daerah disebabkan oleh rendahnya kandungan iodium air dan tanah di daerah tersebut sehingga mengakibatkan produksi tanaman pertanian dengan kadar iodiurn yang sangat rendah (Tilden, 1992).
Pemerintah telah melakukan dua cara untuk
mengatasi GAKI, yaitu penyuntikan lipiodol dan pemberian kapsul minyak iodium untuk usaha jangka pendek serta pengadaan garam beriodium melalui fortifikasi untuk dikonsumsi yang merupakan usaha jangka panjang (Oepartemen Perindustrian, 1990). Upaya pemerintah melalui fortifikasi garam dilakukan dengan alasan iodisasi garam dianggap sebagai cara yang paling sederhana, aman, dan murah. Selain itu garam merupakan bah an makanan yang paling sering digunakan oleh setiap orang dalam menunya (OeMaeyer et aI., 1979).
Namun kenyataan di lapangan tidak
sesuai dengan harapan karena masih banyak kendala yang harus dihadapi.
2
Pada masyarakat. kendala yang ban yak dihadapi adalah pengetahuan tentang manfaat garam beriodium yang masih kurang. keadaan sosial ekonomi yang rendah yang pada akhimya akan mempengaruhi daya bell. perilaku tentang penggunaan dan penanganan garam beriodium yang rendah. serta distribusi dan ketersediaan garam beriodium yang tidak merata (Lamid. Hidayat. Amelia. Andawinarsi. & Afriansyah, 1992).
Perumusan Masalah lodisasi garam telah dilakukan semenjak tahun 1974. Namun hingga saat ini masih sulit untuk mencapai keadaan "Garam Beriodium untuk Semua". yaitu suatu
kondisi
dimana
sekitar
90
persen
atau
lebih
rumah
tangga
telah
mengkonsumsi garam beriodium sesuai dengan persyaratan (Biro Pusat Statistik (BPS) - UNICEF, 1995). Berdasarkan data hasil SUSENAS 1996 terlihat bahwa persentase rumah tangga pengguna garam iodium belum memuaskan.
Hasil survei yang dilakukan
oleh BPS bekerjasama dengan UNICEF pada tahun 1995 menunjukkan bahwa 23,31 persen rumah tangga masih mengkonsumsi garam noniodium dan 27,44 persen rumah tangga mengkonsumsi garam beriodium kurang dari persyaratan. Faktor ketidaktahuan yang disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan, informasi. dan pengetahuan tentang gondok merupakan salah satu penyebab masyarakat tidak mengkonsumsi garam beriodium (Lamid et aI., 1992). Disamping itu, harga garam beriodium yang jauh lebih mahal dari garam noniodium, minat masyarakat yang rendah terhadap garam beriodium. masih rendahnya distribusi serta pengawasan terhadap mutu garam beriodium menjadi penyebab lain program
3
garam beriodium belum mencapai sasaran (BPS-UNICEF, 1995: World Health Organization (WHO), 1994). Survei Garam lodium yang dilakukan oleh BPS-UNICEF pada tahun 1995 menunjukkan
bahwa
penduduk
beriodiumnya baik sebesar
yang
tingkat
pengetahuan
tentang
garam
48,27 persen, namun persentase penduduk yang
pengetahuannya baik dan sekaligus mengkonsumsi garam beriodium ternyata hanya 38,08 persen.
Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan garam beriodium
yang baik tidak selalu diikuti oleh konsumsi garam beriodium pula, Berdasarkan kenyataan yang ada tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti
perilaku
konsumsi
garam
beriodium
dan
faktor-faktor
yang
mempengaruhinya pada ibu rumah tangga di daerah endemik GAKI.
Tujuan Penelitian Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku konsumsi garam beriodium dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada ibu rumah tangga di daerah endemik GAKI. Tujuan khusus penelitian ini adalah: 1) mengetahui karakteristik sosial ekonomi, dalam hal ini umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan aktivitas komunikasi ibu rumah tangga, 2) mengetahui tingkat pengetahuan ibu rumah tangga mengenai GAKI dan garam beriodium, 3) mengetahui sikap ibu rumah tangga mengenai GAKI dan garam beriodium, 4) mengetahui perilaku konsumsi garam beriodium ibu rumah tangga, dalam hal ini harga, bentuk, dan be rat garam beriodium yang dikonsumsi serta:
4
5) mengetahui hubungan antara perilaku konsumsl garam beriodium ibu rumah tangga (harga, bentuk. dan berat garam yang dikonsumsi) dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. yaitu karakteristik sosial ekonomi, tingkat pengetahuan, dan sikap).
Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berg una sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan
bagi
pengembangan
penanggulangan GAKI.
program
gizi,
khususnya
dalam
upaya
Oi sam ping itu juga berg una sebagai informasi dalam
merigembangkan strategi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) dalam program pemasaran garam beriodium di masyarakat.
TINJAUAN PUSTAKA
Masalah dan Penanggulangan GAKI IGanaguan Akibat Kekurangan lodium) di Indonesia GAKI merupakan salah satu masalah gizi yang ada di Indonesia yang memerlukan penanganan intensif. Hal in! dikarenakan kekurangan iodium tidak hanya mengakibatkan pembesaran kelenjar gondok (thiroid), tetapi dapat juga mengakibatkan
kelainan-kelainan
lain
berupa
gangguan
fisik
(pertumbuhan
terhambat, kerdil, bisu, dan tuli), gangguan mental, dan gangguan neuromotor. Gan\l9uan yang tidak dapat disembuhkan ini banyak ditemukan di daerah endemik berat (Komite Nasional PBB Bidang Pangan dan Pertanian,1992, dalam Muchtadi, 1992).
Lebih lanjut Effendi (1995) mengemukakan bahwa masalah GAKI dapat
digambarkan sebagai gunung es dengan puncaknya keadaan kretin. Oi samping itu kualitas sumberdaya manusia rendah karena banyak yang menderita hipothyroidi, dengan gejala mudah mengantuk, kurang kreatif, lamban, pemalas. Lamid et al (1992) menyatakan bahwa prevalensi GAKI di daerah endemik cukup tinggi, umumnya di atas 60 persen.
Oiperkirakan 30-35 juta penduduk tinggal di
daerah gondok endemik, yaitu daerah dengan prevalensi GAKI di atas 10 persen (Oepkes RI, 1992). Untuk menanggulangi GAKI pemerintah telah membuat berbagai langkah kebijaksanaan.
Tindakan yang dilakukan oleh Oepartemen Kesehatan selama
Pembangunan Jangka Panjang Tahap I antara lain penyuntikan lipiodol di seluruh kantong gondok yang umumnya berada di daerah pegunungan dan sukar terjangkau (Effendi, 1995). Selain itu masih ada program lain yaitu fortifikasi senyawa iodium pada air minum, roti, tablet iodium, dan suntuikan larutan iodium (Djokomulyanto, 1989; Muchtadi, 1992).
6
Fortifikasi iodium sangat penting dilakukan terhadap bahan pangan dengan tujuan untuk meningkatkan suplai iodium dalam tubuh (Suhardjo, 1989). Menurut Winarno (1992), dalam bahan pangan kandungan iodium ternyata sangat ked I. Perbedaan tanah, pupuk, dan lingkungan akan menghasilkan produk pertanian dengan kadar iodium yang berbeda-beda.
Makanan laut dan gang gang laut
merupakan sumber iodium yang penting. Upaya pemerintah untuk mananggulangi masalah GAKI dilakukan dengan target penurunan prevalensi GAKI dari 27,7 persen menjadi 18 persen (Lamid et aI., 1992). Menurut Hetzel, Dunn, & Stanburry (1987) program iodisasi akan berjalan dengan baik jika disertai dengan pendidikan masyarakat, produksi, dan pemasaran yang efisien serta pengawasan mutu garam hasil produksi. Hasil evaluasi dampak GAKI pada dua belas propinsi di Indonesia pada tahun 1987-1988 secara umum telah menunjukkan adanya penurunan prevalensi gondok. Dibanding tahun 1982, prevalensi gondok total (TGR) menurun dari 37,2% menjadi 23,3%, dengan penurunan terbesar terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Namun beberapa propinsi lainnya seperti Sumatra Utara, Kalimantan Barat, dan Nusa Tenggara Timur justru menunjukkan kenaikan angka prevalensi (Depkes RI, 1992). Sullivan, Houston, Gorstein, & Cervinskas (1995) menyatakan bahwa permasalahan umum yang dijumpai selama pelaksanaan penanggulangan GAKI berpangkal pad a segi logistik.
Garam Beriodium Kebutuhan iodium berbeda-beda setiap individu. Bagi orang dewasa dianjurkan untuk mengkonsumsi sebanyak 100-150 flg per hari.
Berdasarkan hal terse but
jumlah iodium yang ditambahkan pad a garam dapat berkisar antara 0,5-1,0 bagian
7
dalam 10.000 bag ian garam.
lodium yang ditambahkan biasanya dalam bentuk
kalium iodida (0,005-0,01 % garam) (Nestel, 1994). Namun iodium bersifat volatil, mudah menguap.
Karena itu tehnik penyimpanan garam beriodium harus benar-
benar diperhatikan (Sullivan et aI., 1995). Garam beriodium yang dikemas dalam karung plastik dan disimpan selama tiga bulan pad a suhu ruang (iklim tropis) dapat mempertahankan sekitar 75 persen kandungan iodiumnya, dan setelah disimpan selama sembi Ian bulan kandungan iodiumnya turun sampai 50 persen dari kadar semula.
Akan tetapi bila kondisi
penyimpanan dan pengepakannya kurang baik, setelah disimpan selama sembi Ian bulan maka kandungan iodium yang tertinggal hanya sekitar 10 persen dari kadar semula (OeMaeyer et aI., 1979). Sentuk garam yang diproduksi bermacam-macam, sesuai kebutuhan dan selera.
Ada yang berbentuk garam halus/meja, bata/briket,
dan bentuk kristal
dengan beragam merk dan dikemas khusus (Effendi, 1995). Garam mengandung natrium.
Karena itu kelebihan konsumsi natrium dapat
memicu timbulnya penyakit tekanan darah iinggi. Karena itu untuk memenuhi kebutuhan gizi yang baik dianjurkan untuk mengkonsumsi garam beriodium antara 2-6 gram per orang per harinya (Oepkes RI, 1995; Mervyn, 1989).
Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi. Pengetahuan, Sikap. dan Keterampilan dengan Perilaku Individu Roger (1960) dalam
Salim
(1994)
mengemukakan
bahwa
kemampuan
seseorang untuk mengubah perilakunya dipengaruhi oleh (1) kemampuan membaca dan menu lis; (2) sifat kosmopolit; (3) tingkat pendidikan; (4) status sosial ekonomi dan (5) umur.
Oi sam ping itu, proses perubahan perilaku akan selalu melewati
empat fase, yaitu dimilikinya pengetahuan, kemudian terjadi persuasi dan mencoba
8
memutuskan
tingkah
laku
baru,
serta
tingkah
laku
baru
yang
diperkuat
lingkungannya. Umur Makin muda seseorang biasanya memiliki seman gat ingin tahu mengenai halhal yang belum mereka ketahui.
Hal ini menyebabkan mereka lebih cepat
melakukan hal-hal baru (Soekartawi, 1988).
Hasil penelitian Pudjiastuti (1992)
menunjukkan bahwa kelompok usia tua umumnya lebih berhati-hati dan kurang berani mengambil resiko dalam melakukan sesuatu. Pendidikan Pendidikan berlangsung sepanjang hayat man usia.
Efek pendidikan adalah
merubah cara berpikir dan bertindak seseorang. Di samping itu pula dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memungkinkan individu untuk lebih cepat memanfaatkan
media
komunikasi
yang
memerlukan
kepandaian
membaca,
dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan lebih rendah (Pudjiastuti, 1992). Sullivan et al. (1995) menganjurkan agar pengetahuan mengenai garam beriodium diajarkan dalam sekolah.
Hasil penelitian Purwiyanti (1997) menunjukkan bahwa
ibu-ibu yang tidak mengkonsumsi garam beriodium tingkat pendidikannya relatif lebih rendah dibandingkan dengan ibu-ibu yang mengkonsumsi garam beriodium. Tingkat Pendapatan Hasil penelitian Pudjiastuti (1992) menunjukkan bahwa seseorang yang pendapatannya rendah kemampuan berpartisipasi dalam mengorbankan sesuatu baik yang bersifat materi dan non materi juga sangat kurang. Lamid et al (1992) berdasarkan hasil penelitiannya di Jawa Timur menyatakan bahwa
sebenarnya
tingkat
pendapatan
bukan
merupakan
mendasar bagi rakyat dalarn mengkonsumsi garam beriodium.
faktor
penyebab
Namun menurut
9
BPS-Unicef (1995) harga garam rakyat yang jauh lebih murah merupakan salah satu penyebab rendahnya konsumsi garam iodium. Aktivitas Komunikasi Bagi keluarga, komunikasi merupakan dimensi yang memudahkan namun juga dapat menjadi kritis pad a sisi yang lain.
Dalam perilaku konsumen, studi tentang
keluarga sangat penting dikarenakan banyak produk yang dibeli oleh konsumen dipengaruhi oleh anggota keluarga lain dalam keluarganya (Engel, Blackwell, & Miniard, 1992). Komunikasi dibagi dalam dua jenis, yaitu komunikasi interpersonal (tatap muka) dan media massa.
Komunikasi berhubungan erat dengan tingkat pengetahuan
seseorang (Kincaid & Schramm, 1977). perubahan
sosial
karena
berfungsi
Media massa juga merupakan sarana untuk
menyebarkan
pendidikan
dan
meningkatkan pengetahuan (McQuail, 1983). Tingkat Pengetahuan Pengetahuan merupakan segala informasi dari dunia sekitar yang disertai pemahaman pada informasi yang diterima pada suatu objek. diperoleh
dengan
cara
bertanya
pada
orang
lain,
Pengetahuan dapat pengalaman
sendiri,
mendengarkan cerita orang, atau melalui media massa (Azis, 1995). Chandradhy (1978) menyatakan bahwa dengan pengetahuan yang agak serba terbatas dan tidak sempurna membuat masyarakat pedesaan mengumpulkan dan mendapat informasi melalui pergaulan dengan tetangganya.
Informasi inilah yang
sering memperluas pengetahuan dan akan menentukan sikapnya terhadap suatu barang.
Dalam pasar konsumen, keluarga terutama ibu rumah tanggalah yang
banyak melakukan pembelian.
10
Dengan aktivitas komunikasi yang semakin tinggi maka tingkat pengetahuan akan semakin luas (Kincaid & Schramm, 1977).
Pengetahuan dapat diuji
kebenarannya karena diperoleh melalui fakta yang didapatkan dari berbagai sumber (Azis, 1995). Purwiyanti (1997) melaporkan bahwa faktor dominan dalam mengklasifikasikan responden
pengguna garam beriodium dengan yang bukan adalah tingkat
pengetahuan mereka akan garam beriodium dan GAKI.
Masyarakat di desa
tersebut mulai memakai garam beriodium semenjak mengenal adanya garam beriodium yang bermanfaat untuk mencegah gondok
Disamping itu juga
ada
anjuran dari pejabat pemerintah setempat. Sikap dan Keterampilan Sikap adalah suatu kecenderungan untuk memberikan tanggapan terhadap rangsangan tingkah laku seseorang. Jadi sikap akan mengarahkan perilaku secara langsung (Mar'at, 1981).
Dengan demikian sikap positif akan menumbuhkan
perilaku positif dan sebaliknya sifat negatif akan menumbuhkan perilaku yang negatif seperti menolak, menjauhi, meninggalkan, bahkan merusak. Dari sikap seseorang terhadap objek dapat diperkirakan perilaku yang akan timbul dari orang tersebut terhadap objek (Pranadji, 1988).
Sikap yang positif akan mempengaruhi niat
individu untuk ikut serta dalam kegiatan yang akan diwujudkan dalam bentuk tindakan, yaitu keterampilan. Engel et al. (1884) menyatakan bahwa sikap biasanya memainkan peranan utama dalam membentuk perilaku.
Sikap itu sendiri
dipengaruhi oleh pengetahuan, dimana Madri (1973) menyimpulkan bahwa dengan pengetahuan yang tinggi maka individu terse but memiliki sikap yang makin baik pula.
11
Keterampilan merupakan kemampuan untuk menggunakan apa yang telah dipelajari ke dalam situasi konkrit. Keterampilan seseorang sangat erat kaitannya dengan pengetahuan yang dimiliki dan motivasi yang mendasarinya (Salim. A, 1994). Laporan BPS-Unicef (1995) menyebutkan masih banyak kesalahan dalam penanganan garam beriodium pada masyarakal.
Misalnya di Jawa Tengah
ditemukan rumah tangga yang "menyangrai" garam sebelum digunakan.
Rumah
tangga di Sulawesi Selatan terbiasa mencuci garam sebelum dipakai, karena garam rakyat yang dikonsumsi agak kotor.
Selain itu, masih ban yak lagi rumah tangga
yang menyimpan garam dalam keadaan terbuka, meletakkan garam secara sembarangan, dan membiarkannya dalam keadaan basah/berair.
KERANGKA PEMIKIRAN
Perilaku adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh makhluk hidup. Perilaku merupakan niat yang sudah direalisasikan dalam bentuk tingkah laku. Hubungan antara konsep pengetahuan dan sikap dalam kaitannya dengan perilaku manusia merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Adanya pengetahuan tentang manfaat suatu hal akan menyebabkan orang terse but mempunyai sikap positif yang kemudian akan mempengaruhinya niatnya untuk bertindak. menjadi
ciri
rnempengaruhi
pembeda serta
tiap
individu,
menggerakkan
yakni individu.
Faktor internal yang
pengetahuan Perilaku
dan
sikap,
individu juga
akan banyak
dipengaruhi oleh pengetahuan yang ia dapatkan melalui informasi dalam proses komunikasi. Ibu rumah tangga dalam keluarga umumnya mempunyai peranan penting da/am pengelolaan pangan keluarga.
Perilaku individu, dalam hal ini ibu rumah
tangga, diduga berhubungan erat terhadap konsumsi garam beriodium keluarga. Adapun perilaku konsumsi garam beriodium responden secara keseluruhan dilihat dari harga garam, bentuk garam yang biasa dikonsumsi (krosok, bata, hal us, dll), dan beratnya (gram atau sendok) selama sehari.
Pengetahuan dan sikap ibu
tersebut diduga pula merniiiki kaitan yang erat dengan umur, pendidikan formal, dan tingkat pendapatan keluarga. Secara skematis uraian digambarkan dalam skema berikut:
13
,: ."
.....
Karakteristik Sosial Ekonomi: - Umur - Pendidikan - Pendapatan - Aktivitas Komunikasi (interpersonal. kelompok. media massa)
"'\''1\
,
d-
Ii'ta
~i0GF~~?tB.R';?JlC!:C1:t.i;,.,:,
r
l
Pengetahuan: -GAKI -Garam Beriodium
no
U
( Perilaku Konsumsi ! Garam Beriodium dalam:
c=)l -
- Harga
i - Bentuk
\:1; :;;
;~ Ii
Berat,;;
"'------
~
Sikap terhadap GAKI dan Garam Beriodium
Gambar 1. Hubungan antara Karakteristik Sosial Ekonomi. Pengetahuan GAKI dan Garam Beriodium serta Sikap dengan Perilaku Konsumsi Garam Beriodium
14
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Oesa Jepura dan Bajo Mulyo, Kabupaten Dati /I Pati, Propinsi Jawa Tengah.
Keeamatan Juwana,
Pemilihan desa dilakukan seeara
purposif atas dasar tingginya prevalensi gondok endemik. Dari masing-masing desa dipilih seeara aeak dua RW untuk memilih responden. Penelitian ini dilaksanakan pad a Bulan November-Oesember 1996.
Cara Pengambilan Contoh Unit eontoh penelitian ini adalah keluarga dengan responden ibu rumah tangga, dengan pertimbangan bahwa umumnya ibu rumah tangga merupakan pengguna garam dalam menyediakan hidangan sehari-hari untuk keluarga. Contoh dipilih seeara aeak sederhana, dari setiap desa diambil sebanyak 30 orang responden, sehingga dari dua desa terpilih akan diperoleh 60 orang responden.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Sumber data penelitian berasal dari data hasil penelitian Staf Pengajar Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Institut Perlanian Boger, yang dibiayai oleh Proyek Community Health and Nutrition /II (CHN /II), kerjasama Oepartemen Kesehatan -
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
(Depkes-Oikti). Data yang
dikumpulkan meliputi data mengenai identitas keluarga,
pendapatan
keluarga,
pendidikan formal, aktivitas komunikasi, pengetahuan responden mengenai garam beriodium dan GAKI,sikap, serla perilaku responden dalam konsumsi garam beriodium. Semua data tersebut diperoleh dengan menggunakan
alat bantu
kuesioner, sedangkan data sosio demografi daerah diperoleh dari kantor kelurahan.
15
Pengolahan dan Analisis Data Data mengenai keadaan sosial ekonomi respondp.n ditabulasi kemudian dianalisis secara deskrir,tif. Umur respondell dibagi atas lima kelompok umur, yakni umur 20-30 tahun, 31-40 tahun, 41-50 tahun, 51-60 tahun, dan di atas 60 tahun. Tingkat pendidikan responden dibagi atas 6 jenjang pendidikan, yakni tidak tamal SO, tamat SO, tidak tamat SLTP, tamat SLTP, tidak tamat SLTA, dan lamat SLTA. Pendapatan keluarga didekati dengan pengeluaran keluarga selama sebulan. Pendapatan keluarga tersebut kemudian dibagi berdasarkan jumlah tanggungan keluarga, sehingga diperoleh data pendapatan per k8pita keluarga.
Hasilnya
kemudian dibandingkan dengan pengeluaran per kapita penduduk Indonesia selama sebulan, Y"litu sebesar Rp 70.062,00 (BPS, 1996). Data pendapatan ini kemudian dikategorikan menjadi pendapatan di atas penduduk Indonesia dan pendapatan di bawah pendapatan penduduk Indonesia selama sebulan. Data mengenai aktivitas komunikasi serta pengetahuan GAKi dan Garam Beriodium responden dibagi atas tiga kelompok dengan menggunakan perhitungan standar deviasi. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut: Rendah
=
x<x-1SD
Sedang
=
x-1SD:<:;x:<:;x+1S0
(Keterangan: x=mean)
x< x+ 1S0 Dengan demikian maka untuk aktivitas komunikasi interpersonal dibagi atas rendah «6,0), sedang (6,0-9,7), dan tinggi (>9,7);
aktivitas komunikasi kelompok dibagi
atas rendah «8,8), sedang (8,8-14,0), dan tinggi (>14,0);
dan untuk aktivitas
komunikasi media massa terdiri atas rendah «23,8), sedang (23,8-34,8), dan tinggi (> 23,8). Adapun pengetahuan GAKI dibagi atas pengetahuan GAKI rendah « 9,0),
16
sedang (9,0-19,0), dan tinggi (>19,0), sedangkan untuk pengetahuan Garam Beriodium pembagiannya adalah rendah «13,2), sedang (13,2-17,5), dan tinggi (>17,5). Data sikap dikelompokkan berdasarkan total skor yang diperoleh responden. Total skor maksimum adalah 40, yang kemudian dibagi menjadi beberapa kategori. Jumlah skor 0-25 sikap negatif, skor 26-34 sikap netral, dan diatas 34 sikap positif. Hasilnya kemudian dianalisis secara deskriptif. Data perilaku konsumsi garam beriodium diperoleh dari informasi harga, bentuk dan .berat garam yang dikonsumsi keluarga.
Harga garam dikelompokkan atas
tiga kategori, yakni murah « Rp 200/kg), sedang (Rp200-Rp299/kg), dan tinggi (>Rp 300/kg).
Adapun bentuk garam juga dibagi dalam tiga kelompok, yaitu
campuran garam bata beriodium dengan garam krosok non-iodium yang merupakan bentuk konsumsi garam yang buruk, konsumsi garam bata beriodium tanpa dicampur dengan garam lain, serta garam halus beriodium yang merupakan bentuk terbaik. Berat garam yang dikonsumsi dibagi dalam tiga kategori, yakni kurang «2 gram/orang/hari), cukup (2-6 gram/orang/hari), dan lebih (>6 gram/orang/hari). Untuk mengukur keeratan hubungan antara masing-masing faktor dengan konsumsi garam digunakan uji korelasi Spearman Correlation Bivariat dalam SPSS V 6.0 for Windows.
Uji ini cocok digunakan untuk data yang memiliki
varia bel ordinal dan interval yang tidak memenuhi asumsi normalitas 1997).
2- Tailed
(Wahana,
Dalam Walpole (1993) dijelaskan bahwa Koefisien Peringkat Spearman
dilambangkan dengan
rs dengan rumus sebagai berikut:
n
6 I
d 2,
1=1
rs = 1 -
n(n 2 -1)
17
dimana dl adalah selisih antara penngkat bagi
Xi
dan
Yi ,
dan
n adalah banyaknya
pasangan data. Nilai rs dapat terjadi dan -1sampai +1. Nilai +1 atau -1 menunjukkan adanya hubungan yang sempurna antara X dan Y, sedang tanda plus dapat diartikan bahwa pemberian penngkat itu sejalan.
Selain itu digunakan tabulasi silang yang
kemudian dijabarkan secara deskriptif.
Batasan Istilah Garam beriodium adalah bumbu dapur yang dalam kemasannya tertulis "garam . beriodium". Umur adalah lama hidup individu dalam tahun sejak lahir hingga saat ibu rumah tangga diteliti. Tingkat pendidikan adalahjenjang pendidikan formal yang pemah ditempuh. Pendapatan didekati dari pengeluaran keluarga selama sebulan dalam rupiah per orang per bulan. Pengetahuan tentang GAKI dan garam beriodium adalah banyaknya informasi tentang GAKI dan garam beriodium yang dimiliki oleh responden. Aktivitas komunikasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh atau membagi informasi kesehatan, dibedakan atas aktivitas komunikasi interpersonal, kelompok, dan media massa. Aktivitas komunikasi interpersonal adalah kegiatan responden untuk memperoleh informasi kesehatan umum (termasuk tentang GAKI dan garam beriodium) dengan orang lain (suami, teman, tetangga, dll). Aktivitas komunikasi kelompok adalah kegiatan responden dalam kegiatan kemasyarakatan yang ada di desanya. Aktivitas komunikasi media massa adalah kegiatan responden untuk memperoleh informasi melalui surat kabar, radio, dan televisi. Sikap terhadap GAKI dan garam beriodium adalah respon terhadap masalah GAKI dan perihal garam beriodium. Perilaku konsumsi garam beriodium adalah tindakan keluarga dalam mengkonsumsi garam beriodium yang dilihat melalui harga, bentuk, dan berat garam yang dikonsumsi ibu rumah tangga.
18
Bentuk adalah jenis garam beriodium yang dikonsumsi keluarga, yang dapat berbentuk bata/briket, curai, halus, atau gabungan bata dan krosok. Harga adalah nilai garam beriodium dalam rupiah per kilogram, Berat garam beriodium yang dikonsumsi adalah jumlah garam beriodium (gram) yang digunakan oleh rumah tangga per hari (gram/kapita/hari).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan Geografis.
Lokasi penelitian adalah Oesa Jepura dan Oesa Bajo
Mulyo yang merupakan bag ian dan 29 desa yang termasuk dalam Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Propinsi Jawa Tengah. Kedua desa tersebui terletak di pinggir laut Jawa dan tanahnya kurang coeok untuk pertanian. Luas Oesa Jepura dan Bajo Mulyo masingmasing adalah 8,5 dan 74,5 ha. Adapun perbandingan jarak antara kedua desa dengan ibukota pusat pemerintah terlihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Jarak dari Desa Jepura dan Bajo Mulyo ke Pusat-pusat Pemerintahan Oesa Bajo Mulyo J epura ........ (km) ......... 0,5 1 13 13 89 88
Pusat Pemerintahan Ibukota KeeamatanJuwana Ibukota Kabupaten Pati Ibukota Propinsi Jateng
Sumber: Monografl Oesa Jepura dan BaJo Mulyo, 1996.
Keadaan Penduduk. Penduduk Oesa Jepura dan Bajo Mulyo pad a tahun 1996 masing-masing berjumlah 701 dan 3436 jiwa, dengan besar keluarga rata-rata lima orang untuk masing-masing desa.
Adapun jumlah kepala keluarga untuk Oesa
Jepura adalah 132 KK dan Bajo Mulyo 698 KK.
Jika dibandingkan dengan luas
wilayahnya, maka kepadatan penduduk Oesa Jepura adalah sebesar 8247,05 jiwa/km 2 dan Bajo Mulyo 4612,08 jiwa/km 2
Hal ini menggambarkan bahwa tingkat
kepadatan penduduk di kedua desa eukup tinggi.
20
Tabel 2. Sebaran Penduduk menurut Jenis Kelamin di Desa Jepura dan Desa Bajo Mulyo Tahun 1996 Des a Jenis Kelamin n
!I
Jepura (%)
n
Bajo Mulyo (%)
Laki-Iaki 309 44,08 1691 Peremouan 392 1745 55,92 Total 701 100,00 3436 Sumber: Monografi Desa Jepura dan BaJo Mulyo, 1996. Keterangan : n=frekuensi penduduk
Mata Pencaharian.
;
49,21 50,79 100,00
Persentase terbesar mata pencaharian pen dud uk Desa
Jepura adalah sebagai pedagang (44,99%), dan Desa Bajo Mulyo sebagai nelayan (30,35%). Lahan desa yang sempit dan tidak subur menjadikan penduduk Desa Jepura berusaha dalam bidang perdagangan dan jasa.
Letak desa yang di pinggir laut Jawa
menyebabkan sebagian penduduk Desa Bajo Mulyo memilih menjadi nelayan.
Tabel 3. Sebaran Penduduk yang Bekerja menurut Mata Pencaharian di Desa Jepura dan Bajo Mulya . Mata Pencaharian
Petani Buruh Tani Nelayan Pengusaha Buruh Industri Buruh Bangunan Pedagang Angkutan PNS/ABRI Pensiunan Lain-lain Tat a I
D e J e pur a n (%) 2 7
5 7 5 2 192 1 14 4 188 427
s
a
0,47 1,64 1,17 1,64 1,17 0,47 44,99 0,23 3,28 0,94 44,03 100,00
Sumber: Monogran" Desa Jepura dan BaJo Mulyo, 1996. Keterangan : n=frekuensi penduduk \ .
Baja Mulya n (%)
58 353 28 150 154 194 52 59 15 100 1163
0,00 4,99 30,35 2,41 0,13 13,24 16,67 4,47 5,07 1,29 21,03 100,00
I
., 21
Sarana Kesehatan. Sarana kesehatan yang tersedia di Desa Jepura berupa satu lembaga Kelompok KB dan 13 orang kader PKK, sedangkan Desa Bajo Mulyo terdapat satu poliklinik, empat posyandu, satu orang dukun bayi, serta 15 orang kader kesehatan dan 28 orang kader PKK.
Penduduk kedua desa memanfaatkan
sarana Puskesmas dan dokter di Kecamatan Juwana yang jaraknya tidak terlalu jauh dari desa.
Prevalensi GAKI Secara nasional, angka TGR (Total Goiter Rate) atau Angka Gondok Total untuk anak sekolah selama Pelita IV menurun dari 37,2% menjadi 23,2%. Angka ini diharapkan menurun lagi sehingga pada akhir Pelita VI diketahui prevalensi GAKI menjadi 18,0%
(Effendi,1995).
Adapun hasil penelitian Hadisaputro et al. pada
tahun 1996 menunjukkan bahwa Kabupaten Pati memiliki angka prevalensi TGR yang cukup tinggi, yakni sebesar 23,8%, dan secara khusus untuk Kecamatan Juwana adalah sebesar 46,8%.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa Kecamatan
Juwana memiliki masalah serius dalam hal defisiensi iodium.
Karakteristik Sosial Ekonomi Responden Umur Responden. Sebagian besar responden berada dalam kelompok umur di bawah 40 tahun (61,69%), hanya 10,00% responden yang berumur di atas 51 tahun. Dengan demikian sebagian besar responden merupakan ibu rumah tangga dari keluarga muda dengan besar keluarga rata-rata 4,98 jiwa per keluarga.
-,
22
Tabel4. Sebaran Responden menurut Umur Umur (tahun)
20 - 30 31-40 41 - 50 51-60 > 60 Tot a I Keterangan : n-frekuensi responden
Tingkat Pendidikan Responden.
Jumlah
I
II
i
n
I I
10 28 16 5 1 60
(%)
16,67 45,02 26,66 8,33 1,67 100,00
Tingkat pendidikan responden dibagi dalam
enam kelompok seperti terlihat dalam Tabel 5. Sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan rendah, yaitu tamat SO ke bawah (53,33%). Seluruh responden mengaku dapat membaca dan menulis Bahasa Indonesia.
Tabel 5. Sebaran Responden menurut Tingkat Pendidikan Pendidikan
J u m I a h n
Tidak Tamat SO Tamat SO Tidak Tamat SLTP Tamat SLTP Tidak Tamat SLTA Tamat SLTA To t a I
10 22 7 6 1 14 60
(%) 16,67 36,66 11,67 10,00 1,67 23,33 100,00
Keterangan : n=frekuensl responden
Pekerjaan Responden. Persentasi terbesar responden dalam pekerjaan berturutturut adalah sebagai ibu rumah tangga (36,67%) dan sebagai pedagang (35,00%). Selain itu ada pula responden yang bekerja sebagai pegawai negeri, wiraswasta, dan
23
sebagainya.
Dengan demikian sebagian besar responden memiliki mata pencaharian
lain di sam ping pekerjaan utama suami.
Tabel6. Sebaran Responden menurut Jenis Pekerjaan Jenis Pekerjaan
I
Jumlah n
Ibu Rumah Tangga Petani Buruh Tani Pedagang Wiraswasta Karyawan Swasta Pegawai Negeri Pensiunan
22 1 1 21 5 3 6 1
Tot a I
60
(%)
36,67 1,67 1,67 35,00 8,33 5,00 10,00 1,67 100,00
Keterangan : n=frekuensl responden
Tingkat Pendapatan. Tingkat pendapatan responden. didekati dengan melihat total pengeluaran (pangan dan non-pangan) dalam rupiah per kapita keluarga per bulan. Rata-rata pendapatan responden adalah Rp 85.743,67 per kapita keluarga per bulan. Bila dibandingkan dengan pendapatan rata-rata per kapita penduduk Indonesia yang hanya mencapai Rp 70.062,- (BPS, 1996), memiliki pendapatan yang lebih tinggi.
temyata sebanyak 51,67% responden
Hal ini mungkin dikarenakan sebagian besar
responden mempunyai pekerjaan lain di samping suami sehingga pendapatan yang diperoleh lebih besar daripada pendapatan penduduk Indonesia.
24
Tabel 7. Sebaran Responden menurut Tingkat pendapatan per Kapita per Bulan Pendapatan (Rp/Kapita/Bulan)
I
J u m I a h n
(%)
Kurang (x < 70.062,00) Cukup (x?: 70.062,00)
29 31
48,33 51,67
T 0 t a I Keterangan : n=frekuensl respond en
60
100,00
Aktivitas Komunikasi. Peranan komunikasi erat berkaitan dengan pengetahuan dan pendidikan yang akhimya akan mempengaruhi jumlah informasi yang masuk dan diserap individu.
Mayontas responden di lokasi penelitian tidak terlalu aktif mencari
informasi melalui media.
Fungsi media. sebagai pemberi informasi kesehatan belum
dirasakan sebagai kebutunan bagi responden.
Hal ini diduga dipengaruhi pula oleh
tingkat pendidikan responden yang sebagian besar tergolong rendah. Faktor ini merupakan penghalang bagi responden untuk mencari informasi melalui berbagai bentuk aktivitas komunikasi. Aktivitas komunikasi interpersonal dapat dimanfaatkan untuk mencari informasi kesehatan secara personal. Keterbukaan terhadap suami mengenai masalah kesehatan ditunjukkan oleh sebagian responden (66,67%). Namun hal ini berbeda jika masalah yang dibicarakan adalah mengenai jenis garam, dimana hanya sedikit yang membahasnya dengan suami (10,00%) dan dengan orang lain seperti teman atau kader PKK (6,67%). Hal ini menampakkan bahwa garam bukan sesuatu yang begitu penting untuk dibicarakan. Aktivitas komunikasi kelompok menggambarkan keterlibatan responden dalam kegiatan kemasyarakatan di desanya. Kegiatan responden dalam bidang kesehatan
25
selama tiga bulan terakhir umumnya hanyalah mengikuti penyuluhan kesehatan (38,88%). Penyuluhan tersebut membicarakan masalah kesehatan ibu/anaK dan kebersihan lingkungan. Metode penyuluhan yang diberikan kebanyakan dengan cara lisan, dan hanya 8,33% responden yang menggunakan alat bantu poster dalam penyuluhan.
Tabel 8. Sebaran Responden menu rut Tingkat Aktivitas Komunikasi Aktivitas
Komunikasi (Skor)
Jumlah n
(%)
InterQersonal Rendah (x< 6,00) Sedang (6,00 :;;x:;; 9,70) Tinggi (x >9,70)
28 24 8
46,67 40,00 13,33
KelomQok Rendah (x< 8,80) Sedang (8,80 :;;x:;; 14,00) Tinggi (x >14,00)
34 18 8
56,67 30,00 13,33
Media massa Rendah (x< 23,80) Sedang (23,80 :;;x:;; 34,80) Tinggi (x >34,80)
34 18 8
56,67 30,00 13,33
To ta I
60
100,00
Keterangan : n=frekuensl responden
Sebagian besar responden (90,00 %) merupakan anggota kelompok masyarakat yang ada seperti Yasinan, Dasawisma, dan PKK.
Responden yang mengikuti satu
kelompok sebanyak 15,00 %, dua kelompok sebanyak 28,33%, tiga kelompok 41,67%, dan yang lebih dari tiga kelompok 3,33 %.
Sebagian besar responden (86,00 %)
berperan sebagai anggota kelompok, sisanya sebagai pengurus ( 11,67%).
26
Aktivitas komunikasi media massa menggambarkan seberapa jauh res pons responden dalam jangkauan media massa sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan.
Sebagian besar responden memiliki radio (73,33%) yang masih
berfungsi dengan baik, namun hanya 43,33 % responden yang pernah mengikuti siaran radio. Jumlah ini sedikit lebih kecil bila dibandingkan dengan televisi dimana 63,33 % responden menonton acaranya. Untuk kedua media tersebut responden tertarik untuk mengikuti jenis acara hiburan. Kebiasaan membaca surat kabar masih sangat kurang, hanya 20 persen responden yang mengaku membaca surat kabar dalam satu minggu terakhir. Jenis surat kabar yang dibaca bermacam-macam, terbanyak Suara Merdeka (66,67%) kemudian Jawa Pos, Kompas, Suara Karya, dan Bahari.
Pengetahuan GAKI dan Garam Beriodium
Pengetahuan tentang GAKI.
Pengetahuan tentang GAKI dapat mempengaruhi
penilaian responden terhadap sikap dan konsumsi garam beriodium. Rata-rata skor responden adalah 14,53 dengan kisaran nilai antara 0-27 (skor maksimal 35). Hal ini menunjukkan responden hanya menguasai sekitar 53,81 persen pertanyaan yang diajukan.
Tabel 9.
Sebaran Responden menurut Tingkat Pengetahuan GAKI
Tingkat Pengetahuan GAKI (skor)
J u m I a h n
(%)
Rendah (x<9,00) Sedang (9,00,;x,;19,00) (x>19,00) Tinggi
6 49 5
10,00 81,67 13,33
Tot a I
60
100,00
Keterangan : n=frekuensl responden
27
GAKI sebagai penyakit yang harus dicegah dan diobati dipahaml oleh hampir semua responden (96,67 %). Sebagian besar responden mengetahui bahwa gondok banyak terjadi di dataran tinggi/pegunungan (76,67%) dan penyebab gondok dikarenakan kekurangan makanan kaya lodium (93,33%). Adapun sumber pangan kaya iodium banyak berasal dari laut diketahui oleh sebagian (55,00%) responden dan 61,67% menjawab bahwa iodium pun dapat diperoleh dari garam beriodium. Sebagian besar respond en (91,67%) telah mengetahui bahwa tempatlwadah yang baik untuk menyimpan garam beriodium adalah pada tempat tertutup, demikian pula dengan cara meletakkan tempatlwadah garam di tempat yang kering (96,67%). Cara terbaik dalam menggunakan garam beriodium pada masakan, yatu pada saat masakan matang dan tidak dalam keadaan mendidih hanya diketahui oleh sedikit responden (11,67%), sebanyak 33,33% responden menjawab tidak tahu dan sisanya (55,00%) mengakui bahwa mereka memasukkan garam pad a saat air masakan mendidih atau bersamaan dengan bumbu-bumbu. Disamping itu sebagian besar responden (81,67%) tidak mengetahui dampak lain dari kekurangan iodium seperti cebol/kerdil, bisu, tuli, dan gangguan mental.
Upaya lain dalam mengatasi
masalah GAKI selain melalui garam beriodium hanya diketahui oleh 8,33% responden. Padahal upaya pencegahan gondok yang telah dilakukan oleh pemerintah selain pemasaran garam beriodium adalah melalui suntikan lipiodol, kapsul beriodium, dan iodisasi air minum. Hal ini mungkin berkaitan dengan kegiatan pemerintah yang kurang dirasakan penduduk, karena hanya 33,33% responden yang menyebutkan upaya pencegahan gondok ditempuh dengan penyuluhan. Selebihnya menjawab tidak ada (38,33%), dan sisanya menjawab tidak tahu (40,00%).
28
Pengetahuan tentang Garam Beriodium.
Nilai rata-rata responden adalah
15,27 dengan kisaran skor 9-19 (skor maksimaI23). Hal ini menggambarkan tingkat penguasaan responden 66,26 persen terhadap soal yang diajukan. Semua responden mengaku menggunakan garam beriodium dan mengetahui manfaatnya untuk mencegah gondok. Bahwa garam yang dikonsumsi mengandung iodium sebagian besar responden (90,00%) mengetahuinya melalui label pada kantong, lainnya menjawab melalui bentuk (5,00%) dan orang lain (5,00%).
Tabel 10. Sebaran Responden menurut Tingkat Pengetahuan Garam Beriodium Tingkat Pengetahuan Garam Beriodium (Skor)
J u m I a h n
Rendah (x<13,15) Sedang (13, 15,;x~17,49) Tinggi (x>17,49) Tot a I Keterangan : n-frekuensl responden
(%)
10 38 12
16,67 63,33 20,00
60
100,00
Gabungan garam briket dan halus merupakan jawaban yang diberikan (76,67 %) responden untuk bentuk garam yang beredar saat ini. Yang hanya menjawab garam briket sebanyak 21,67% responden. Lainnya menjawab gabungan antara garam briket dan garam halus (1,67 %). Pengujian garam beriodium dengan menggunakan perasan singkong/kanji atau dengan larutan iodina diketahui oleh 26,67% responden
Sikap terhadap GAKI dan Garam Beriodium. Sebagian besar (76,67%) responden memiliki sikap positif. responden yang bersikap negatif terhadap garam beriodium.
Tidak dijumpai
Dengan sikap yang
positif diharapkan responden akan memiliki perilaku yang baik pula.
Rahardjo
29
(1992) menyatakan bahwa sikap yang positif akan mempengaruhi niat individu untuk ikut dalam kegiatan yang diwujudkan dalam tindakan.
Oi samping itu, Khumaidi
(1985) menerangkan bahwa sikap, kebiasaan makan, dan distribusi makan dalam keluarga merupakan faktor sosial budaya yang memberikan pengaruh kuat dalam konsumsi makanan.
Tabel 11. Sebaran Responden menurut Sikap terhadap GAKI dan Garam Beriodium
J u m I a h
S i k a p (Skor) n Negatif (x < 26,00) Netral (26,00 ,;x,; 34,00) Positif (x >34,00) Tot a I Keterangan : n-frekuensl. responden
(%)
0 14 46
0,00 23,33 76,67
60
100,00
I
Seluruh responden menyatakan dukungannya terhadap penggunaan garam beriodium, meskipun tidak menderita gondok. Umumnya responden setuju (98,33%) dengan pernyataan bahwa garam beriodium lebih bermanfaat untuk mencegah gondok dibanding garam non iodium, hanya 1,67% yang menjawab tidak tahu. Oi samping itu, seluruh responden setuju dengan penggalakan penggunaan garam beriodium dan dapat ditempuh melalui penyuluhan oleh para kader kesehatan dan tokoh masyarakal. Seluruh responden juga setuju untuk mengusahakan agar garam beriodium selalu tersedia di rumah. Sebagian besar responden (93,33%) tidak menyetujui pendapat bahwa garam beriodium menyebabkan perubahan rasa pad a makanan.
Oemikian pula pernyataan
bahwa garam beriodium tidak dapat membantu pemecahan masalah gondok
30
(98,33%) dan bahwa responden memerlukan waktu, biaya, dan tenaga yang lebih besar untuk memperoleh garam berioidum dibandingkan garam non-iodium (90,00%). Seluruh responden menyatakan tidak setuju dengan pernyataan bahwa garam beriodium tidak usah digunakan karena harganya yang mahal. Perilaku Konsumsi Garam Beriodium. Harga Garam Beriodiurn. Harga garam beriodium yang beredar di lokasi penelitian dirasakan responden tidak terlalu mahal, sehingga tidak memberatkan dalam mengkonsumsinya. Harga garam yang relatif murah ini dikarenakan lokasi pabrik garam yang tidak terlalu jauh dari desa penelitian sehingga memperpendek jalur distribusi produk hingga sampai ke penduduk, disamping itu garam merupakan salah satu komoditas yang disubsidi pemerintah (Departemen Perindustrian, 1990).
Tabel12. Sebaran Responden menurut Harga Garam Beriodium per Kilogram (Rp/Kg) Harga Garam (Rp/Kg)
J u m I a h n
(%)
Murah (x< 200) Sedang (2009<~299) Tinggi (X>299)
8 37 15
13,33 61,67 25,00
Tot a I
60
100,00
Keterangan : n-frekuensl responden
Tempat para responden membeli gararn pun bermacam-macam. Sebagian besar memilih membeli dari warung dalam desa (66,67%), dad penjaja keliling (20,00%), dari pasar kecamatan (11,66%) dan dari tetangga desa (1,67 % Jepura).
31
Semua responden mengaku tidak memperoleh kesulitan untuk mendapatkan garam beriodium. Pada saat wawancara. merk garam beriodium yang banyak digunakan responden adalah Kapal Terbang, Zebra Terbang, dan Anggrek. Merk yang paling mahal adalah garam halus Windu Mas (Rp 1000/kg). dan yang termurah garam bata Kuda Laut (Rp 125/kg). Bentuk Garam Seriodium. Sentuk garam beriodium bermacam-macam, yaitu berupa garam bata/brike!. halus, dan krosok.
Namun yang terbaik adalah garam
halus karena memudahkan penyerapan iodium dalam tubuh.
Oi propinsi
Jawa
Timur pemerintah daerahnya bahkan telah melarang produksi garam briketlbata (BPS-Unicef, 1995). Oi lokasi penelitian hampir semua responden memilih membeli garam bata/briket, hal ini sama dengan kebanyakan (61,97%) penduduk Indonesia. Faktor ini mungkin dikarenakan jenis garam tersebut membantu mempercepat penghalusan bumbu-bumbu pada waktu proses pengolahan masakan (BPS-Unicef, 1995). Terdapat pula 3,33 persen responden yang mencampur garam bata dengan garam krosok.
Tabel13. Sebaran Responden menurut Bentuk Garam yang Oikonsumsi Bentuk Garam
Sata+Krosok Bata/briket beriodium Halus Beriodium Tot a I Keterangan : n=frekuensl responden
Jumlah n
(%)
2 56 2
3,33 93,34 3,33
60
100,00
32
Serat Garam Seriodium yang Oikonsumsi. Rata-rata berat konsumsi garam dalam keluarga
responden adalah 5,03 gr/orang/hari.
Jumlah ini memenuhi
kebutuhan garam beriodium sehari-hari. Menurut Mervyn (1989) setiap harinya orang mengkonsumsi garam beriodium sebanyak 2-6 gram.
OepKes RI (1995)
menganjurkan batas maksimum konsumsi garam sebanyak 6 gram per orang per hari atau satu sendok teh setiap harinya.
Tabel 14. Sebaran Responden berdasarkan Serat Garam yang Oikonsumsi (gr/orang/hari) Serat Garam (gram/orang /hari)
J u m I a h n
(%)
Rendah (x < 2,00) Sedang (2,00 sx:s; 6,00) Tinggi (x >6,.00)
6 39 15
10,00 65,00 25,00
Tot a I Keterangan : n=frekuensl responden
60
100,00
Hubungan antar Variabel
Hubungan antara Harga Garam yang Oikonsumsi dengan Karakteristik Sosial Ekonomi, Pengetahuan, dan Sikap. Harga garam yang ditawarkan bervariasi menu nut bentuk dan merk-nya. Serdasarkan hasil tabulasi silang, secara deskriptif terlihat adanya kecendenungan bahwa semakin mud a umur responden cendenung memilih garam dengan harga yang lebih mahal (Lampiran 1). Responden yang mengkonsumsi garam dengan harga tinggi sebagian besar (81,3%) benumur di bawah 40 tahun. Oi pihak lain, responden yang memilih garam berharga murah sebagian besar benumur di atas 40 tahun (71,43%). Analisis Spearman menunjukkan adanya hubungan negatif (p:;;O,01) antara umur dengan harga garam yang digunakan, artinya bahwa semakin muda usia
33
responden maka harga garam yang dikonsumsi akan semakin mahal pula.
Hal ini
diduga karena faktor preferensi, disamping itu harga garam yang tinggi biasanya disertai dengan kemasan yang menarik. Engel et al. (1994) menyatakan bahwa kelompok umur muda lebih memperhatikan ciri estetika dibandingkan dengan kelompok umur tua yang lebih mempertimbangkan ciri fungsional atau fungsi dan suatu barang. Harga garam benodium yang dikonsumsi tidak memperlihatkan adanya hubungan dengan tingkat pendidikan baik secara deskriptif maupun secara statistik.
Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak memberikan pengaruh bagi responden dalam membeli garam benodium berdasarkan harganya. Harga garam beriodium yang dikonsumsi tidak memperlihatkan adanya hubungan dengan tingkat pendapatan responden secara uji statistika melalui anal isis Spearman. Namun secara desknptif melalui tabulasi silang (Lampi ran 3) terlihat bahwa responden yang mengkonsumsi garam dengan harga rendah sebagian besar memiliki tingkat pendapatan rendah (71,43%).
Berarti secara umum ada faktor pembatas bagi
responden dalam memilih garam, yaitu faktor pendapatan yang rendah.
Tetapi
sebaliknya untuk garam dengan harga tinggi kecenderungan terse but tidak berlaku. Proporsi
responden
untuk kedua
kelompok
pendapatan
hampir
berimbang
jumlahnya, yaitu 43,75 % pendapatan rendah dan 56,25% pendapatan tinggi. sam ping itu,
responden
yang membeli garam dengan
Oi
harga paling tinggi
(Rp 1000/kg) ternyata berasal dari kelompok berpendapatan rendah. Hal ini diduga dipengaruhi oleh faktor preferensi dan pengetahuan. Sebagian besar responden yang mengkonsumsi garam dengan harga murah rnemiliki tingkat aktivitas kornunikasi yang rendah (71,43% Interpersonal, 75,00% Kelornpok, dan 75,00% Media Massa) (Lampiran 4). Meskipun demikian, untuk konsumsi garam dengan harga tinggi pun sebagian besar memiliki tingkat aktivitas komunikasi yang
34
rendah dan sedang. Kenyataan ini menunjukkan bahwa baik secara deskriptif melalui tabulasi silang
mau~un
analisis Spearman tidak menunjukkan adanya hubungan antara
kedua varia bel tersebut. Hal serupa berlaku pula untuk hubungan antara harga garam beriodium dengan tingkat pengetahuan GAKI dan garam beriodium. Berarti antara tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan tidak memberikan pengaruh bagi responden dalam konsumsi garam berdasarkan harganya. Melalui tabel dalam Lampiran 7 terlihat bahwa sebagian besar (89,19%) responden yang mengkonsumsi garam dengan harga sedang (Rp 200-299/kg) memiliki sikap positi:, sedangkan garam dengan harga yang lebih murah sebagian dikonsumsi oleh responden yang bersikap netral (50,00%).
Oi pihak
lain, sebanyak 60,00% responden yang bersikap positif membeli garam dengan harga di atas Rp 300/kg. Jadi, terlihat adanya kecenderungan bahwa responden yang bersikap netral menyebar di ketiga kelompok harga garam. Hal ini berbeda dengan responden yang bersikap positif, dimana sebagian besar (71,43%) mengkonsumsi garam dengan harga sedang, Den!;1an demikian daoat dikatakan bahwa
sebagian
besar
responden
yang
memiliki
sikap
positif
memilih
mengkonsumsi garam beriodium dengan harga sedailg karen a yang terpenting adalah konsumsi garam yang berlabel iodium. Hubt;ngan antara Bentuk GaralJL'@nC' Oikonsumsi dengan KarakteristiK Sosiai Ekonomi, Pegetahuan, dan Sikap. Antara bentuk garam yang dikonsumsi dengan :.Jmur responden
tidak menunjukkan adanya suatu kecenderungan tertentu.
Analisis
Spearman juga tidak menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara kedua variabel tersebut. Tidak demikian halnya dengan hubungan antara bentuk garam yang dikonsumsi dengan pendidikan. Lampiran 2 memperlihatkan bahwa responden yang mencampur
35
garam bata dengan krosok ternyata memiliki tingkat pendidikan tamat SO ke bawah. Berbeda denqc>n responden yang mengkonsumsi garam halus dimana seluruhnya berpendidikan tamat SLTA. Hal ini didu(1a karena mereka telah memlJeroieh informasi mengenai pemakaian garam beriodium yang terbaik.
Oengan tingkat pendidikan
yang lebih tinggi, penyerapan informasi juga lebih mudah.
Semen tara responden
yang mencampur garam beriodium dengan garam krosok adalah responden dengan tingkat pendidikan rendah dan umumnya belum pernah memperoleh informasi godok melalui penyuluhan.
Salim (1994) menerangkan bahwa efek pendidikan
adalah merubah perilaku dan cara berpikir serta bertindak. Analisis Spearman menunjukkan adanya hubungan yang nyata pada taraf poo:O,05 antara bentuk garam yang dikonsumsi dengan tingkat pendidikan. Perbedaan menyolok terlihat pada hubungan antara bentuk garam yang dikonsumsi dengan 3ik"p responden. Oimana responoen yang inencampur garam bata beriodium dengan krosok non iodium ternyata seluruhnya bersikap netral. Sementara responden dengan sikap positif memperlihatkan perilaku yang lebih baik. dimana sebanyak 95,83% memilih garam bata beriodium dan selebihnya (4,17%) meilgkonsumsi garam halus.
Oengan demikian dapat dikatakan bahwa dengan
sikao yang j.Jositif responden akall memilih garam dengan bentuk yang lebih baik. Analisis Spearman menunjukkan adanya hubungan antara sikap dengan bentuk garam pada poo:O,05. Sikap positif ini diduga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pengetahuan yang akhirnya mempengaruhi responden dalam pemilihan bentuk garam untuk dikonsumsi.
Oengan kondisi dimana sebagian besar responden
memiliki sikap positif terhadap GAKI dan garam beriodium maka diharapkan akan lebih memudahkan dalam mengarahkan perilaku konsumsi garam beriodium yang
36
lebih baik. Sementara responden yang bersikap netfal perlu diberi penekanan akan manfaat konsumsi garam beriodium secara baik dan benar. Antara bentuk garam
ya~g
dikonsumsi
d",-,~ar,
tingkat pendapatan dan
pengetahuan tidak menunjukkan adanya hubungan tertentu, demikian pula dengan hasil uji statistika melalui analisis Spearman. Kenyataan ini diduga disebabkan oleh kebiasaan mengkonsumsi garam bentuk bataibrikat yang banyak digunakan untuk menghaluskan bumbu-bumbu pada saat pengolahan makanan. Sehingga meskipun tingkat pengetahuan yang dimiliki tergolong baik namun belum menjamin perilaku yang baik pula.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Azizah (1997) dimana
pengetahuan gizi bukan merupakan
faktor yang paling menentukan dalam perilaku
konsumsi pangan. Hubungan .antara bentuk garam dengan tingkat aktivitas komunikasi secara deskrirtif rnemperlihatkan bahwa responden dengan tingkat aktivitas komunikasi yang tinggi selunuhnya mengkonsumsi garam bata beriodium (Lampiran 4).
Lebih dari
sebagian responden yang mencampur garam bata dengan krosok memiliki tingkat aktivitas komunikasi yang rendah (50,00% Interpersonal, 100,00% untuk Kelompok dan Media Massa). Adapun responden yang mengkonsumsi garam halus memiliki aktivitas komunikasi sedang (100,00% Interpersonal, 50,00% untuk Kelompok dan Media' Massa). Analisis Spearman tidak menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara bentuk garam der,gan iingkat aktivitas
komu~ikasi.
Meskipun demikian dapat dikatakan
bahwa rendahnya aktivitas komunikasi responden sedikit banyak berhubungan dengan
bentuk garam yang dikonsumsi,
memberikan pengaruh dalam perilaku.
selain
itu
faktor pendidikan juga
37
Hubungan antara Serat Garam yang Oikonsumsi dengan Karakteristik Sosial Ekonomi, Pengetahuan, dan Sikap.
Serat garam yang optimum untuk dikonsumsi
merupakan informasi yang masih kurang dipahami oleh responden. Antara berat garam dengan umur memperlihatkan kondisi dimana responden yang mengkonsumsi garam dengan berat yang kurang seluruhnya berumur antara 31-50 tahun (Lampiran 1). Terlihat pula bahwa temyata dari seluruh responden yang berumur di atas 50 tahun, sebanyak 83,33% mengkonsumsi garam dengan berat yang lebih (> 6 gram/orang/hari). Astawan dan Wahyuni (1988)
menerangkan bahwa orang yang berumur lanjut umumnya
mengalami penurunan daya kecap.
Hal ini diduga menjadi salah satu penyebabnya,
dimana responden merupakan ibu rumah tangga yang memasak makanan sehari-hari untuk keluarga.
Hasil analisis Spearman tidak menunjukkan adanya hubungan yang
nyata antara berat garam yang dikonsumsi dengan umur responden. Ada kecenderungan responden yang mengkonsumsi garam dalam berat yang kurang berpendidikan tamat SLTP ke bawah (83,34%) (Lampiran 2). Oi sam ping itu, responden dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi (tidak tamat SMA ke atas) sebagian besar mengkonsumsi garam dengan berat yang cukup dan hanya 26,67% yang mengkonsumsi secara berlebihan.
Hasil
uji statistik menunjukkan bahwa
hubungan antara berat garam yang dikonsumsi dengan tingkat pendidikan tidak nyata.
Oemikian pula dengan hubungan antara tingkat pendapatan,
tidak
memperlihatkan perbedaan mencolok (Lampiran 3). Namun secara deskriptif terlihat bahwa responden yang mengkonsumsi garam melebihi batas yang dianjurkan Oepkes (>6 gram/hari) sebagian (60,00%) berasal dari responden berpendapatan tinggi. Hal ini diduga berkaitan dengan jenis makanan yang dikonsumsi. Semakin tinggi tingkat pendapatan maka kemungkinan variasi menu makanan keluarga akan semakin ban yak, sehingga kebutuhan garam juga semakin meningkat. Selebihnya,
38
yakni
40,00% responden berpendapatan kurang juga mengkonsumsi garam
melebihi standar kesehatan.
Hal ini sesuai
pula dengan hasil penelitian
Djokomulyanto (1974) yang menyatakan bahwa kelompok masyarakat miskin mengkonsumsi garam dalam jumlah yang banyak.
Lamid et al. (1992) juga
menyatakan bahwa pendapatan bukan merupakan faktor yang menonjol dalam pembelian garam beriodium. Berdasarkan hasil tabulasi silang, seluruh responden yang mengkonsumsi garam dalam berat yang dianjurkan untuk kesehatan sebagian besar (75,00%) melTliliki aktivitas komunikasi interpersonal dan media massa yang tinggi.
Hal ini
diduga berkaitan dengan pengetahuan akan konsumsi garam yang tidak berlebihan. Sementara itu responden yang mengkonsumsi garam dengan berat yang kurang dari batas kesehatan sebagian besar memiliki aktivitas komunikasi yang rendah (66,67% interpersonal, 50,00% kelompok, dan 100,00% media massa). Sedangkan kelompok responden yang mengkonsumsi garam dengan berat di atas standar sebanyak 46,67% interpersonal, 60,00% kelompok, dan 66,67% media massa tergolong dalam tingkat aktivitas komunikasi rendah. Pad a kelompok aktivitas komunikasi yang tinggi terlihat bahwa hanya 13,33% responden saja dari ketiga jenis komunikasi yang mengkonsumsi garam dengan berat yang berlebihan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa aktivitas komunikasi memberi pengaruh yang cukup berarti bagi responden dalam mengkonsumsi garam menurut beratnya. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh tingkat pendidikan responden.
Dengan tingkat
pendidikan yang semakin tinggi akan memudahkan individu dalam menyerap dan mengingat informasi yang pernah diterima (Suhardjo, 1989).
Hubungan nyata antara
aktivitas komunikasi dengan berat garam menurut ana lis is Spearman memperlihatkan
39
hubungan nyata
pada aktivitas komunikasi
interpersonal dan media massa
pad a ps 0,05. Tidak
terlihat adanya
hubungan
antara
berat
garam
beriodium
dikonsumsi dengan pengetahuan GAKI maupun Garam Beriodium.
yang
Meskipun
melalui tabulasi silang (Lampiran 5 dan Lampiran 6) sebagian besar responden yang memiliki tingkat pengetahuan GAKI dan garam beriodium yang tinggi telah mengkonsumsi garam dalam berat yang cukup (100,00% GAKI, 50,00% garam beriodium). Responden yang mengkonsumsi garam dengan berat yang melebihi standar kesehatan sebagian besar memiliki sikap yang positif (80,00%). Demikian juga pada
,
responden yang mengkonsumsi garam dalam berat yang kurang, ternyata 66,67% responden memiliki sikap yang positif. Hasil uji statistik tidak menunjukkan adanya hubungan antara berat konsumsi garam dengan sikap. dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Kondisl ini d:duga
Seperti yang diungkapkan oleh Mar'at (1994)
bahwa sikap individu dipengaruhi oleh berbagai, faktor dari dalam dan luar lingkungan.
Hal ini diperkuat pula oleh hasil penelitian Devi (1996) yang tidak
menemukan hubungan antara sikap dengan perilaku konsumsi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Sebaran umur responden sebagian besar berada di antara umur 26-50 tahun dengan tingkat pendidikan tergolong rendah (tidak tamat SL TP ke Pendapatan rata-rata responden adalah Rp 85.743,67 per kapita
bawah).
keluarga per bulan. Jika dibandingkan dengan pendapatan rata-rata penduduk Indonesia per bulan, sebanyak 46,67% responden berada di bawah pendapatan rata-rata penduduk Indonesia.
Aktivitas komunikasi interpersonal, kelompok,
dan media massa responden rata-rata rendah, masing-masing 46,67%, 56,67%, dan 56,67%. Tingkat pengetahuan GAKI dan garam beriodium responden sebagian besar tergolong sedang (masing-masing 81,67% dan 63,33%). Hal yang sam a berlaku pula pada sikap responden yang positif terhadap garam beriodium (76,67%). Dalam mengkonsumsi garam menurut bentuknya, sebagian besar (93,34%) responden memilih jenis garam bata/briket. Konsumsi garam beriodium rata-rata 5,76 gr/orang/hari.
Jumlah ini sesuai dengan anjuran Pedoman Umum Gizi
Seimbang (PUGS) yang mensyaratkan batas maksimal konsumsi garam 6 gr/orang/hari. Adapun rata-rata harga garam beriodium yang dikonsumsi berkisar antara Rp 200-Rp 250 per kilogram. Berdasarkan hasil uji statistik, diperoleh hubungan yang nyata antara harga garam dengan umur responden, dim ana semakin muda umur responden cenderung mengkonsumsi garam dengan harga yang lebih mahal daripada kelompok umur tua. Antara
bentuk
garam
yang
dikonsumsi
dengan
pendidikan
dan
sikap
41
memperlihatkan hubungan nyata bahwa responden yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi dengan disertai sikap yang semakin positif akan mengkonsumsi garam halus beriodium. Oi pihak lain terlihat pula bahwa dengan tingginya tingkat aktivitas komunikasi interpersonal dan media massa responden maka berat garam yang dikonsumsi berada dalam batas kesehatan yang dianjurkan.
Saran Untuk meningkatkan keberhasilan
program "Garam Beriodium untuk
Semua" perlu dipikirkan upaya pemasaran produk garam beriodium sehingga dapat diterima oleh semua kalangan. Kemasan garam yang baik dengan harga yang terjangkau merupakan salah satu faktor penarik bagi masyarakat. pula upaya yang bentuknya. sebagai
Perlu
lebih keras lagi dalam hal konsumsi garam menurut
Agar dapat mencapai target penggunaan garam halus beriodium
garam
meja
maka
pentingnya hal tersebut. memperhatikan
latar
perlu
ditekankan
kepada
masyarakat
akan
Karena itu perlu diadakan penyuluhan dengan
belakang
responden,
misalnya
tingkat
pendidikan.
Oengan sebagian besar responden memiliki sikap yang positif diharapkan upaya tersebut menjadi lebih mudah dilakukan. Berat konsumsi garam yang optimum juga penting untuk diketahui masyarakat. Oengan
fakta
bahwa aktivitas komunikasi
interpersonal
dan
media massa
menunjukkan pengaruh yang nyata, maka kedua bentuk aktivitas tersebut dapat dijadikan saluran untuk mempromosikan hal ini.
DAFTAR PUSTAKA
Astawan, M. & Wahyuni, M. 1988. Gizi dan Kesehatan Manusia Lanjut Usia. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta. Azizah, N. 1997. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Fast Food pada Golongan Remaja di Kotamadya Bogor. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Jurusan GMSK, Faperta, IPB. Aziz, N. 1995. Hubungan Karakteristik Petani dengan Aktivitas Komunikasi dengan Tingkat Pengetahuan Mereka tentang Dampak Perladangan Berpindah dan Pola Pertanian Menetap di Kecamatan Jarai Kabupaten Lahat. Thesis Tidak Dipublikasikan. Institut Pertanian Bogor. Biro Pusat Statistik (BPS). 1995. Profil Kependudukan Indonesia. BPS, Jakarta. 1996. Survei Ekonomi Nasional. BPS, Jakarta. & UNICEF. 1995. Garam Beriodium di Rumah Tangga. Konsumsi, Pengetahuan, Pilihan, dan Penanganan. BPS, Jakarta.
Chandradhy, D. 1978. Strategi-strategi Pemasaran di Indonesia. Fakultas Ekonomi UI, Jakarta. DeMaeyer, E.M., FW. Lowenstein, & C.H. Thilly. Goiter. Geneva: World Health Organization.
1979. The Control of Endemic
Departemen Kesehatan RI (Depkes RI). 1992. Profil Kesehatan Indonesia. Pusat Data Kesehatan, DepKes RI, Jakarta. 1995. 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang. DepKes RI (Dirjen Binkesmas & Dir. Bina Gizi Masyarakat), Jakarta.
--:-----=c---..".-----::--.
Departemen Perindustrian. 1990. Petunjuk Pembuatan Garam Beriodium. Perindustrian-Unicef, Jakarta.
Dep.
Devi, M. 1996. Perilaku Konsumsi Makanan Tradisional Murid Taman Kanakkanak. Skripsi tidak Dipublikasikan. Jurusan GMSK, Faperta. IPB, Bogor. Djokomulyanto, R.J. 1974. Akibat Defisiensi lodium Berat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Jakarta. 1989. Masalah Gaki dan Penanggulangannya dengan Makalah Disajikan dalam Prosiding Simposium Pendekatan Mutakhir. Pang an Gizi, serta Kongres IV Perhimpunan Peminat Pangan dan Gizi Indonesia. Padang, Sumatra Barat, 26-28 September.
43
Effendi, Y.H. 1995. Epidemiologi GAKI. Diktat Kuliah. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Engel, J.F., Blackwell, R.D., & Miniard, P.W. 1994. Perilaku Konsumen (F.X. Budiyanto, penerjemah). Binarupa Aksara, Jakarta. Gunarsa & Gunarsa. 1991. Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan Keluarga. BPK Gunung Mulia, Jakarta. Hadisaputro, S., Suhartono, T., Sudarjono, Setyawan, H., Basuki, B.B., Djokomoeljono, T., Banundari, Sartono, A., Udiyono, A., Darmono, & Sutrisno .. 1996. Survai Pemetaan Gangguan Akibat Kekurangan lodium di Jawa Tengah. Universitas Diponegoro-Departemen Kesehatan Jawa Tengah. Hapsari, H. 1994. Perilaku Komunikasi "Sadar Pangan dan Gizi" pada Akseptor KB Mandiri dan Faktor-faktor yang Berhubungan. Thesis tidak Dipublikasikan. IPS, .Bogor. Hetzel, B.S., J.T. Dunn, & J.B. Stanburry. 1987. The Prevention and Controlled of Iodine Deficiency Disorders. Elsevier, Amsterdam. Kincaid, D.L. & Schramm, W. 1977. Azas-azas Komunikasi Antar Manusia (A. Setiadi, penerjemah). East-West Communication Institution, Hawaii. Lamid. A, T.S. Hidayat, Amelia, T. Andawinarsi, & N. Afriansyah. 1992. Partisipasi Masyarakat dalam Pemanfaatan di Daerah Gondok Endemik untuk Penyusunan Model Strategi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) Pencegahan dan Eliminasi Kretin. Puslitbang Gizi, DepKEs RI Bogor. Madri. 1973. Beberapa Faktor yang Berpengaruh dengan Sikap Tokoh Masyarakat terhadap Keluarga Berencana di Lampung. Thesis tidak Dipublikasikan. IPB, Bogor. Mar'al. 1981. Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya. Ghalia Indonesia, Jakarta. McQuail. 1983. Mass Communication Theory. SAGE Publication, London. Mervyn, L. 1989. Vitamins and Minerals. Thorsons Publishing, England. Muchtadi, D. 1987. The control of Endemic Goiter. Case Studies in Central and East Java. Institute of Southeast Asian Studies. 1992. Masalah-masalah Fortifikasi iodium dalam Penanggulangan GAKI. PAU-Pangan Gizi, IPS.
_--::-:-:-=:---=-:-
Nestel, P. 1994. Food Fortifications in Developing Counties. Usaid, USA.
44
Pranadji, D.K. 1988. Pendidikan Gizi. Diktat Kuliah. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian. IPS. Pudjiastuti, W. 1992. Pengaruh Aktivitas Komunikasi, Tingkat Pemahaman, dan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Anggota pada Partisipasinya di Koperasi Unit Desa di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Thesis tidak Dipublikasikan. IPS, Sogor. 1997. Faktor-faktor yang Serpengaruh terhadap Perbedaan Purwiyanti, T. Konsumsi Jenis Garam di Daerah Endemik Gondok. Skripsi tidak Dipublikasikan. Jurusan GMSK, Faperta. IPS, Sogor. Rahardjo, S. 1992. Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku WTS tentang Penyakit Menular Seksual. Thesis yang Tidak Dipublikasikan. Universitas Airlangga, Surabaya. Salim. 1994. Perencanaan Pembangunan dan Pemerataan Pendapatan. Idayu, Jakarta.
Inti
Salim, A. 1994. Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Ibu-ibu Penderita Gondok dalam Stimulasi Perkembangan Motorik Anak Usia Sekolah (3-6 Tahun). Thesis tidak Dipublikasikan. Universitas Airlangga, Surabaya. Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pembangunan. UI Press. Jakarta. Suhardjo. 1989. Sosio Sudaya Gizi. PAU IPS, Sogor. 1992. Pemanfaatan Pangan Sumber lodium dalam Upaya Penanggulangan GAKI. Makalah Disajikan dalam Seminar Penanggulangan Masalah Penggunaan Garam Fortifikasi dan Pangan Sumber lodium. PAU IPS, Bogor. Sullivan, Houston, Gorstein, & Cervinskas. 1995. Monitoring Universal Salt lodization Programmes. Department of International Health, USA. Tilden, R.L. 1992. Iodine Defficiency Disorders, Impact and Cost of Programme. PAU-IPB, Bogor. Tim Pengembang Wahana Komputer. Windows. Andi, Yogyakarta.
1997.
Panduan Lengkap SPSS 6.0 for
Walpole, R. 1993. Pengantar Statistika. Gramedia, Jakarta. World Health Organization (WHO). 1994. Indicators for Assesing Iodine Deficiency Disorders and Their Control Through Salt lodization. Limited, England. Winarno, F.G. 1992. Kimia Pang an dan Gizi. Gramedia, Jakarta.
Lampiran 7. Hubungan antara Perilaku Konsumsi Garam Beriodium dengim Sik"p Res::>onden Harga
Benlck
(Rp/kg)
Garam
Beriociium
Berat Konsumsi
Sikap (skar) s 199.-
Negalif (x< 24) Nelral
200. --299.-
~
Bala+ Krasak
300.-
n
("!o)
("!o)
n
("!o)
0 4
( 0.00) (50,00)
0 4
(0.00) (10,81 )
0 6
( 0,00) (40,00)
0 ( 0,00) 2 (100,00)
0 ( 0,00) 10 (21,74)
0 0
4 8
(50,00)
33
(89,19)
0 (0,00) 2 (100,00)
2 (100,00)
37 (100,00)
9 (60,00) 15(100,00)
46 (78,26)
(100,00)
56(100,00)
2 (100,00)
n
("!o)
Halus
n
n
("!o)
Bala
n
("!o) (0,00) ( 0,00)
Kurang ( < 2) n ("!o)
II
Garam
(gr/harilkap) Lebih (> 6)
Cukup (2-6) n
(C/o)
n
("!o)
0 9
( 0,00) (23,08)
0 3
( 0,00) (20,00)
4 (66,67)
30
(76,92)
6(100,00)
39 (100,00)
o
(0,00) 2 (34,33)
(24sx~34)
Pasilif (x>34) Tolal
Keterangan: n=frekuensi responden
12 ( 80,00) 15 (100,00 1
51
Lampiran 8. Hasil Uji Hubungan antar Variabel berdasarkan Korelasi Spearman
Perilaku Konsumsi Garam Beriodium Variabel Harga (Rp/kg) r,
Bentuk
r,
Konsumsi (gram) r,
Karakteristik Sosial Ekonomi Umur Tingkat Pendidikan Tingkat Pendapatan Aktivitas Komunikasi:-interpersonal -kelompok -media massa Pengetahuan: -GAKI - Garam Benodium Sikap
..
-.3715** .1542 .0292 .1392 .0818 .1498
.0318 .0232 .1399 .1837
-.1565 .1650 .1190 .2958* .0625 .2674'
.1015 .0835
.1866 .1079
.0633 -.1510
.0365
.2655'
.0631
..
-.1743 .3550*
Ket: (0) slgnlflkan pad a a= 0,05 dan ("") slgnlflkan pada a=O,OI